• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN BERPENDAPAT PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN BERPENDAPAT PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN

BERPENDAPAT PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

(Skripsi)

Oleh

HERDIZAL RIANDA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Herdizal Rianda

ABSTRAK

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN

BERPENDAPAT PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Oleh

HERDIZAL RIANDA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas metode pem-belajaran hypnoteaching dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan

berpendapat siswa. Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas XI IPA2 SMAN 13 Bandarlampung tahun pelajaran 2011-2012. Metode penelitian ini adalah metode

pre experiment menggunakan short case study. Teknik pengumpulan data meng-gunakan lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi. Efektivitas

pembelajar-an ini dilihat dari peningkatpembelajar-an nilai afektif dari kemampupembelajar-an berpikir kreatif dpembelajar-an berpendapat siswa dari sebelum hingga sesudah diterapkannya metode pembela-jaran hypnoteaching.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode pembelajaran hypnoteaching dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan berpendapat. Hal ini ditunjukan dari kenaikan persentase nilai afektif pada kemampuan berpikir kreatif dari

(3)

sis-Herdizal Rianda wa yang menunjukan kemampuan berpikir kreatifnya dan kemampuan

berpenda-pat siswa yaitu 27%, 45%, 61%, 70% dan 65% yang menunjukan perubahan dari klasifikasi cukup menjadi baik yang jika ditafsirkan menunjukan perubahan dari

sebagian kecil menjadi sebagian besar siswa menunjukan kemampuan berpenda-patnya dengan baik.

(4)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Herdizal Rianda

NPM : 0743023024

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah diajukan

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan

penulis di atas, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, 07 November 2012 Yang menyatakan,

(5)

MOTTO

Be The Best Because We Are Funtastic

Sedikit berubah untuk lebih baik, dan banyak berubah untuk jadi yang terbaik

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Herdizal Rianda. Ia adalah anak ke delapan dari 8 bersaudara, pasangan Bapak Syahrir Ilyas D. dan Ibu Asnidar Darwis yang dilahirkan di

Kota-bumi, 03 Juni 1989.

Pendidikan yang dilalui oleh penulis, yaitu Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Puralak-sana Lampung Barat, diselesaikan tahun 2001. Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat, diselesaikan tahun 2004, dan Seko-lah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat, diselesaikan tahun 2007.

Di tahun ajaran baru 2007/2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Kimia tahun 2007.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi

kampus mulai dari tingkat jurusan hingga universitas maupun eksternal kampus. Di tingkat universitas penulis aktif di organisasi BEM U KBM UNILA Kabinet Kritis dan Melayani sebagai Mentri Dalam Negeri periode 2011-2012. Di tingkat

fakultas, penulis aktif di BEM FKIP Unila mulai dari Staf Ahli Pendidikan hingga menjabat sebagi Wakil Gubernur. Selain itu, penulis juga aktif di UKMF FPPI

(7)

aktif sebagai Ketua Umum Himasakta periode 2009/2010 setelah dua periode

se-belumnya aktif sebagai Eksakta Muda 2007-2008 dan Anggota Divisi Pendidikan 2008-2009. Di eksternal kampus, penulis juga aktif dalam IMAKIPSI (Ikatan

Ma-hasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Se-Indonesia), BEM SI (BEM Seluruh Indonesia), dan KAMMILA(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Unila).

Selama menjadi mahasiswa, penulis juga menjadi Duta FKIP Unila dalam

Konfe-rensi Pendidikan Nasional 2010 yang diselenggarakan oleh UNJ dan BEM SI di Jakarta, Duta Training Advokasi Pendidikan Sumatra yang diadakan di Universi-tas Jambi tahun 2010 dalam mengawal kebijakan UN, Pengurus Terfavorit

Hima-sakta FKIP Unila 2009-2010, dan telah menjadi pembicara dalam pelatihan-pela-tihan yang diadakan di Lampung, Jambi, dan Jakarta. Selain aktif dan berprestasi

dalam organisasi, beliau juga berprestasi dalam pemilihan mahasiswa berprestasi FKIP Unila 2011, masuk dalam 4 Mahasiswa Berprestasi tingkat Universitas 2011, aktif dalam dunia Enterpreneurship dan Pengembangan diri PROF Smart

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya.

Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini:

Teristimewa untuk Mamak dan Bapakku tercinta, yang telah sabar membesarkan, mendidik, memberikan semangat, kehangatan, cinta dan kasih sayang, dan tiada berhenti

mendoakan ku dalam setiap sujudnya.

Uni dan Abangku atas inspirasi dan motivasi tersendiri. Semoga apa yang abang persembahkan ini bisa menjadi penyemangat buat kalian untuk lebih baik.

Kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, semoga karya kecil ini turut berkontribusi dalam kemaslahatan ummat.

(9)

xiii

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 25

B. Jenis dan Sumber Data ... 25

C. Desain Penelitian ... 26

D. Variabel Penelitian ... 26

(10)

xiv

F. Validitas Penelitian... 28

G. Pelaksanaan Penelitian ... 28

H. Teknik Analisis Data …... 29

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN 1. Silabus ... 53

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 55

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 82

4. Rubrik Indikator ... 128

5. Contoh Lembar Observasi ... 129

(11)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Desain penelitian one-shot case study ...………...... 26

2. Alur penelitian... 29

3. Persentase rata-rata kemunculan kemampuan berpikir kreatif dalam setiap pertemuan ………..……...………. 37

4. Persentase rata-rata kemunculan kemampuan berpendapat siswa dalam

(12)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator nilai afektif siswa... 27

2. Tafsiran angka persentase setiap individu………... 31

3. Tafsiran dominansi indikator dan nilai afektif ... 31

4. Persentase kemunculan rata-rata tiap indikator dan rata-rata kemampuan

berpikir kreatif siswa dalam setiap pertemuan ... 33

5. Persentase kemunculan rata-rata tiap indikator dan rata-rata kemampuan

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal utama yang kian diperhatikan oleh semua lapisan

ma-syarakat. Masyarakat semakin menyadari pentingnya pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik. Pendidikan tidak hanya dituntut untuk dapat mencetak prestasi-prestasi akademik. Lebih luas dari itu, siswa dituntut untuk lebih siap menjalani

kehidupan dengan kemampuan-kemampuan yang mendukung siswa dalam me-ngembangkan dirinya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi melalui

se-mua mata pelajaran yang diajarkan termasuk kimia.

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan ba-gaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dan sifat

perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur, sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan

penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tak terpisahkan yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia berupa fakta, konsep, prinsip, dan

(14)

2

Sejalan dengan tuntutan pendidikan, BSNP (2006) merumuskan salah satu tujuan

pembelajaran kimia yaitu menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan ber-sikap ilmiah serta berkomunikasi termasuk kemampuan berpikir kreatif dan

ke-mampuan berpendapat siswa sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Namun, fakta menunjukan bahwa tujuan pembelajaran ini belum diukur dan ter-capai.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMAN 13 Bandarlampung, me-nurut guru bidang studi kimianya, selama ini kemampuan berpikir kreatif dan ke-mampuan berpendapat siswa memang belum pernah dinilai olehnya. Selama ini,

metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, diskusi dan latihan, selama proses belajar mengajar siswa

menyerap dan menerima informasi yang diberikan oleh guru, mengerjakan tugas -tugas dengan hanya sesekali berdiskusi, dalam mempelajari materi pelajaran ki-mia khususnya siswa hanya mengandalkan hafalan tanpa pemahaman yang berarti

sehingga tidak sedikit siswa yang menjadi pasif. Dan berdasarkan wawancara langsung kepada siswa kelas XI IPA2, mereka menganggap bahwa kimia itu sulit, dan membosankan karena tidak terbiasa menggunakan potensi nalar otaknya

se-hingga siswa menjadi pasif.

Tujuan mata pelajaran kimia dapat dicapai oleh siswa melalui berbagai pendekat-an, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada

(15)

3

Dalam melakukan proses belajar mengajar, tentu metode pembelajaran menjadi

pertimbangan yang sangat penting dan menentukan agar tujuan pembelajaran ter-capai. Ada suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

ber-pikir kreatif dan berpendapat siswa yaitu hypnoteaching. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Edistri (2012) yang dilakukan pada siswa kelas VII SMPN 5 Ban-dung tahun pelajaran 2011/2012, menyimpulkan bahwa penerapan hypnoteaching

memberi-kan pengaruh yang baik terhadap pengembangan komunikasi dan berpi-kir kreatif matematis siswa dari pada yang tidak menerapkan hypnoteaching.

Metode pembelajaran hypnoteaching adalah metode yang mampu memunculkan

ketertarikan tersendiri pada setiap peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran ini menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan

ba-hasa-bahasa alam bawah sadar, dimana diketahui bahwa alam bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap cara kerja otak. Metode pembelajaran hypnoteaching merupakan gabungan dari lima metode belajar mengajar seperti quantum

lear-ning, accelerate learlear-ning, power teaching, Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan hypnosis. Kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching ini adalah proses bela-jar mengabela-jar yang lebih dinamis karena model pembelabela-jaran dapat disesuaikan

dengan kemampuan-kemampuan yang hendak dimunculkan, ada interaksi yang baik antara guru dan siswa, siswa menjadi aktif, dapat membuat siswa lebih

ima-jinatif dan berpikir kreatif, siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan mi-natnya, proses pembelajarannya lebih beragam dan proses pemberian ketrampilan

(16)

4

kondisi dengan pesrta didik), (4) Leading (Memberikan perintah atau instruksi

ke-pada siswa), (5) Relaxation (Membuat siswa menjadi rilek dan nyaman), dan (6) Anchoring (Jangkar emosi yang dapat digunakan sebagai cantolan pengingat terhadap suatu pengalaman tertentu).

Mengingat pada pelajaran kimia SMA, khususnya kelas XI terdapat banyak materi yang akan diajarkan dengan berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan

dalam metode pembelajaran hypnoteaching yang dapat mengeksplor kemampuan berpikir dan berpendapat siswa dan setelah dianalisis, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan mampu mengeksplor kemampuan berpikir kreatif dan berpendapat

siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka judul skripsi ini adalah “Efektivitas Metode Pembelajaran Hypnoteaching dalam Meningkatan Kemampuan Berpikir dan Berpendapat pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah efektivitas metode pembelajaran hypnoteaching dalam

me-ningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

(17)

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini bertu-juan untuk mendeskripsikan efektivitas metode pembelajaran hypnoteaching da-lam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan berpendapat

sis-wa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

D.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi dunia pendidikan

Memberikan informasi mengenai pengaruh penerapan metode hypnoteaching

ter-hadap kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan berpendapat siswa.

b. Bagi guru

Memberikan alternatif dalam memilih metode pembelajaran yang kreatif yang

da-pat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan berpendada-pat siswa serta dapat mengetahui perkembangan kemampuan tertentu yang diharapkan pada

siswa.

c. Bagi sekolah

(18)

6

d. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan atau gambaran bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan pe-nelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.

e. Bagi Siswa

Dapat Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan berpendapat siswa sehingga siap menghadapi tuntutan masa depan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Isti-lah-istilah yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA 2 semester genap yang ber-jumlah 32 siswa di SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011-2012.

2. Efektivitas yang diukur adalah peningkatan nilai afektif kemampuan rata-rata berpikir kreatif dan berpendapat siswa yang diobservasi selama lima kali mulai

dari sebelum hingga setelah diberikan pemberian metode pembelajaran hypno-teaching.

3. Hypnoteaching merupakan gabungan dari lima metode belajar mengajar seperti quantum learning, accelerate learning, power teaching, neuro linguistic prog-ramming (NLP) dan hypnosis. Metode pembelajaranhypnoteaching merupakan upaya dari seorang guru untuk memberdayakan potensi otak bawah sadar sis-wanya selama proses belajar, dimana diketahui bahwa otak bawah sadar lebih

(19)

le-7

bih bersemangat, relaks, fokus dan sugestif terhadap materi yang disampaikan.

Oleh karena itu diperlukan kemampuan komunikasi yang baik dari seorang gu-ru, verbal maupun non verbal.

4. Model pembelajaran LC 3E yang terdiri dari fase eksplorasi, elaborasi dan eva-luasi digunakan sebagai model pembelajaran pada penelitian ini.

5. Kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (Ramly, 2010)

mengungkap-kan ada 5 indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu kemampuan berpikir lan-car, kemampuan berpikir berpikir lanlan-car, kemammpuan berpikir orisinal,

ke-mampuan memperinci (mengelaborasi), dan keterampilan menilai (mengeva-luasi). Dan pada penelitian ini akan difokuskan pada keterampilan berpikir

lan-car.

6. Kemampuan berpendapat yang dinilai dalam penelitian ini adalah keberanian mengajukan pendapat siswa, dan kelancaran dalam menyampaikannya.

7. Kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan berpendapat dinilai melalui lem-bar observasi yang telah disediakan dengan bantuan video rekaman.

8. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kerja

siswa (LKS) yang disesuaikan dengan metode hypnoteaching menggunakan LC 3E.

(20)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Hypnoteaching

Menurut Jaya (2010), menjelaskan bahwa:

Hypnoteaching adalah perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran sa-dar dan pikiran bawah sasa-dar. Hypnoteaching merupakan perpaduan dua kata yaitu “hipnotis” yang berarti mensugesti dan “teaching” yang berarti mengajar. Sehingga dapat diartikan bahwa hypnoteaching sebenarnya adalah “menghipnotis/mensugesti” siswa agar menjadi pintar dan melejit -kan senua anak menjadi bintang.

Metode pembelajaran hypnoteaching merupakan metode yang diyakini mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran ini menyajikan materi pelajaran dengan

menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar, dimana diketahui bahwa alam bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap cara kerja otak. Hypnoteaching sendiri

merupakan gabungan dari lima metode belajar mengajar seperti quantum lear-ning, accelerate learlear-ning, power teaching, Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan hypnosis.

Hajar (2011) menyebutkan bahwa kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching adalah proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik an-tara pendidik dan peserta didik. Peserta didik dapat berkembang sesuai dengan

(21)

mengua-9

sai materi, karena termotivasi lebih untuk belajar dan peserta didik akan

melaku-kan pembelajaran dengan senang hati. Dimana pembelajaran yang diberlakumelaku-kan bersifat aktif dan pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif. Sehingga

pe-serta didik lebih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif. Daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama, karena peserta didik tidak menghafal. Perhatian peserta didik akan terserap penuh terhadap materi.

Kekurangan dari pembelajaran hypnoteaching adalah metode ini belum banyak di-gunakan oleh para pendidik di Indonesia. Banyaknya peserta didik yang ada di se-buah kelas, menyebabkan kurangnya waktu dari pendidik untuk memberi

perhati-an satu per satu peserta didiknya. Perlu pembelajarperhati-an agar pendidik bisa melaku-kan hypnoteaching¸karena tidak semua pendidik menguasai metode ini.

Hypnoteaching pada dasarnya merupakan cara mengajar yang unik, kreatif, dan juga imajinatif, yaitu sebelum pembelajaran berlangsung siswa dikondisikan un-tuk siap belajar. Emosional dan psikologis siswa tidak luput diperhatikan, suasana belajar dibuat semenarik mungkin, dan yang tidak kalah penting adalah guru harus

bisa menjaga stabiltas emosi dan psikologisnya.

Prajoko (Nurhamiah dkk, 2010) dalam makalahnya mengenai Hypnoteaching menyatakan langkah-langkah Hypnoteaching sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa yang merupakan tahapan awal sebelum dilaksanakan proses pembelajaran. Mengidentifikasi kebutuhan siswa yaitu

(22)

10

2. Merencanakan pembelajaran dengan mengaitkan media hypnotis seperti,

suara, gambar, gerak, dan symbol symbol.

3. Memulai mengajar dengan tetap pada rencana yang dibuat dengan

melaku-kan induksi (cara untuk masuk kedalam keadaan fokus).

4. Melakukan afirmasi yaitu menyatakan sesuatu yang positif tentang diri sen-diri sebagai bahan untuk memunculkan gagasan pada sen-diri anak.

5. Melakukan visualisasi agar siswa dapat mengeluarkan ide dan gagasannya sebanyak-banyaknya tentang topic pembelajaran hari itu.

6. Melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan (men-cakup: Motivasi, keaktifan siswa, kreatifitas siswa selama proses

pembelaja-ran), dan juga evaluasi terhadap pemahaman siswa akan materi yang di be-rikan.

7. Melakukan refleksi tentang apa yang dialami siswa sebelum pembelajaran

diakhiri. Refleksi dapat dilakukan dengan menayakan kesan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Selain langkah langkah diatas, ada beberapa hal yang harus dihadirkan dalam me-lakukan hypnoteaching, antara lainya:

1. Niat dan motivasi dalam diri .

Modeling adalah langkah menjadikan guru sebagai tauladan dan contoh yang

baik bagi siswa, sehingga siswa akan percaya terhadap guru, menurut, dan mampu menciptakan komunikasi yang interaktif dalam proses pembelajaran

(23)

11

Pengertian Sebelum melakukan hypnoteaching, guru harus membangun niat

dan motivasi yang besar pada dirinya. Setelah itu guru kemudian membangun motivasi kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran yang akan

dilaksana-kan. 2. Pacing

Secara alamiah dan naluri manusia pasti akan merasa nyaman bila berkumpul

dengan orang yang memiliki kesamaan dengannya. kesamaan orang dalam sa-tu kelompok tersebut akan menghasilkan gelombang otak yang sama , dan

efeknya akan timbul rasa nyaman dalam kelompok tersebut. Dengan kenya-manan yang berasal dari kesamaan gelombang otak tersebut, maka setiap

pe-san yang disampaikan akan diterima dengan baik. Cara untuk melakukan pacing pada siswa:

a) Menyamakan kedudukan dengan siswa/ siswa dianggap sebagai teman

b) Menggunakan bahasa yang sering digunakan oleh siswa, bila perlu guna-kan bahasa gaul siswa.

c) Melakukan gerakan dan mimik yang sesuai dengan bahasan

d) Menyangkutkan tema pelajaran dengan peristiwa yang sedang trend di kalangan remaja

e) Selalu update dengan trend, gossip yang ada dikalangan remaja 3. Leading

Setelah terjalin hubungan yang interaktif, dan adanya keakraban, maka siswa

(24)

12

4. Menggunakan kata-kata positif

Penggunaan kata-kata positif akan sangat mendukung dalam memberikan su-gesti di alam bawah sadar siswa. Karena dengan kata-kata yang negatif, alam

bawah sa-dar akan cenderung untuk menolak. 5. Memberikan pujian

Faktor yang sangat penting adalah pemberian pujian kepada siswa. Dengan

pemberian pujian, siswa akan merasa terperhatikan sehingga dia akan merasa nyaman dan lebih memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti proses

pem-belajaran. 6. Modelling

Modelling adalah langkah menjadikan guru sebagai tauladan dan contoh yang baik bagi siswa, sehingga siswa akan percaya terhadap guru, menurut, dan mampu menciptakan komunikasi yang interaktif dalam proses pembelajaran

yang dilaksanakan.

Menurut Iman (2011) seorang pakar Hypnoteraphy dari Indonesia Board of Hyp-noteraphy (IBH), adapun komponen-komponen yang harus ada dalam metode pembelajaran Hypnoteaching yaitu:

1. Hello Effect (Sapaan di awal)

2. Self Talk (Menyampaikan kata-kata positif, memberikan pujian dll) 3. Pacing (Menyamakan kondisi dengan pesrta didik)

4. Leading (Memberikan perintah atau instruksi kepada siswa) 5. Relaxation (Membuat siswa menjadi rilek dan nyaman)

(25)

13

B. Model Pembelajaran Learning Cycle (LC)

LC merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pada pandangan konstruktivisme. Pandangan ini berasumsi bahwa mengajar bukan sebagai proses di mana gagasan-gagasan guru diteruskan pada para siswa, melainkan sebagai

proses untuk mengubah dan membangun gagasan-gagasan siswa yang sudah ada.

Menurut Renner & Abraham (Yulianti, 2004) model LC dikembangkan pertama kali oleh Karplus, yang tergabung dalam Science Curriculum Improvement Study

(SCIS), yang membagi model LC terdiri dari tiga fase, yaitu exploration, concep-tual invention, dan expansion. Terdapat istilah-istilah yang berbeda pada penama-an fase-fase dalam model LC ini. Dahar (Yulipenama-anti, 2004) menggunakpenama-an istilah eksplo-rasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep.

1). Fase Eksplorasi (Exploration)

Pada fase ini guru menyajikan fakta atau fenomena yang berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Siswa menyelidiki fenomena tersebut dengan bimbingan

mi-nimal sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau kekompleksan yang ti-dak dapat mereka pecahkan dengan pola penalaran yang biasa mereka lakukan.

Fase ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami, serta mengkomunikasikannya pada orang lain berdasarkan konsep-konsep yang telah mereka ketahui. Tujuan dari

ke-giatan ini adalah untuk melibatkan siswa secara aktif dalam suatu aktivitas yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. Di samping itu kegiatan

(26)

14

2). Fase Pengenalan Konsep (Explaination)

Pada fase ini siswa mengemukakan gagasan-gagasan kemudian didiskusikan da-lam konteks apa yang telah diamati seda-lama fase eksplorasi. Guru memberikan pe-nguatan terhadap jawaban atau gagasan yang diungkapkan siswa. Selain itu, guru

mengenalkan istilah-istilah, penjelasan, pengkontrasan, mengusulkan alternatif pe-mecahan, atau memperbaiki miskonsepsi siswa. Siswa dengan bimbingan guru

mengorganisasikan datanya untuk menemukan keteraturan atau hubungan antar konsep.

3). Fase Aplikasi Konsep (Elaboration)

Fase ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan konsep-konsep

yang telah diberikan pada fase pertama dan kedua untuk menyelesaikan persoalan dalam konteks yang berbeda. Siswa menerapkan konsep yang telah mereka dapat pada situasi baru, baik untuk memahami sifat-sifat konsep lebih jauh (materi

pe-ngayaan) atau dalam konteks kehidupan sehari-hari. Guru membantu menginter-pretasi dan menggeneralisasi hasil pengalaman siswa. Siswa memperoleh pengu-atan dan pengembangan struktur mental yang baru.

Fase ini memberikan kontribusi yang cukup penting dalam proses belajar, sebab biasanya informasi itu dinilai kurang berharga jika tidak dapat diterapkan di luar konteks di mana informasi itu dipelajari. Jadi generalisasi atau transfer informasi

pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Selain itu fase ini dapat juga dikatakan sebagai umpan balik. Fase ini merupakan evaluasi apakah

(27)

15

tidak bisa menerapkan atau menggunakan apa yang telah ia pelajari. Jika ia belajar

suatu aturan, maka ia akan dapat menerapkan aturan tersebut dalam penyelesaian masalah lain. Jika ia belajar suatu fakta, maka ia akan dapat mengakui fakta

terse-but dalam situasi yang berbeda.

C. Kemampuan Berpikir Kreatif

Munandar (1999) mengatakan bahwa :

Berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan de-ngan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.

Munandar (Ramly, 2010) menyebutkan adapun ciri-ciri berfikir kreatif (aptitude)

adalah sebagai berikut :

1) Keterampilan berpikir lancar

Keterampilan berpikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

Perilaku anak:

a) Mengajukan banyak pertanyaan.

b) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.

c) Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.

d) Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

e) Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain.

f) Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek

(28)

16

2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)

Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) yaitu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut

pan-dang yang beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

Perilaku anak:

a) Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu

objek.

b) Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu

gam-bar, cerita, atau masalah.

c) Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

d) Memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan

orang lain.

e) Dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi

yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok.

f) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara

yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.

g) Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang

berbeda-beda.

h) Mampu mengubah arah berpikir spontan.

3) Keterampilan berpikir orisinal

(29)

17

mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian

atau unsur-unsur.

Perilaku anak:

a) Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan

oleh orang lain.

b) Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru.

c) Memilih asimetri dalam menggambar atau membuat disain.

d) Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.

e) Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip.

f) Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk

mene-mukan penyelesaian yang baru.

g) Lebih senang mensintesis daripada menganalisa situasi.

4) Keterampilan memperinci (mengelaborasi)

Keterampilan memperinci (mengelaborasi) yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk dan menambahkan atau

mempe-rinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Perilaku anak:

a) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecah

masa-lah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

b) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

(30)

18

d) Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan

penam-pilan yang kosong atau sederhana.

e) Menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian)

terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.

5) Keterampilan menilai (mengevaluasi)

Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu menentukan patokan penilaian

sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, dan tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga

melaksana-kannya.

Perilaku anak:

a) Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri.

b) Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal.

c) Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu

mena-nyakan “Mengapa?”.

d) Mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk

mencapai suatu keputusan.

e) Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus.

f) Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi

peneliti atau penilai yang kritis.

(31)

19

D. Kemampuan Berpendapat

Hamalik (2001) mengungkapkan, salah satu kebutuhan siswa dalam belajar adalah keterampilan sosial. Oleh karena itu, mata pelajaran dan prosedur mengajar dise-suaikan dengan tuntutan kebutuhan itu. Kemudian ia menambahkan bahwa

hu-bungan-hubungan pribadi saling aksi dan mereaksi, penerimaan oleh anggota lompok, kerja sama dengan teman-teman sekelompok akan berpengaruh pada

ke-lakuan dan motivasi belajarnya. Pernyataan tersebut dapat diartikan kecakapan siswa dalam bertanya, menyumbang ide, menjadi pendengar yang baik dan berko-munikasi berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi belajar siswa.

Menurut Nur (2012), seorang Guru Besar dari Universitas Negeri Surabaya dalam sebuah perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SMK-nya menunju-kan terdapat beberapa keterampilan sosial yang dapat diamati terhadap siswa

da-pat suatu pembelajaran yaitu: menjadi pendengar yang baik, bertanya, dan berpen-dapat.

Kemampuan berpendapat merupakan keterampilan sosial sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi siswa karena akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir

kritis siswa., sehingga siswa menjadi terlatih untuk berpikir lebih logis dan kritis dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru.

Menurut uraian yang dikeluarkan oleh Kapulsit Telmek LIPI (2012), dinyatakan

(32)

20

Kemudian, menurut Ningsih dan Sutijono (2007), kemampuan berpendapat adalah

kemampuan atau keahlian yang dimiliki sesorang dalam menyatakan, memapar-kan, menguraikan hasil buah pemiiran dengan menghubungkan antara tanggapan

pengertian yang satu dengan yang lain, yang dinyatakan dalam kalimat atau kata-kata.

Sedangkan menurut Agustini (2007), kemampuan berpendapat adalah kecakapan

atau kompetensi yang dimiliki oleh siswa dalam menyampaikan buah pikiran atau kesimpulan tentang suatu hal baik secara lisan maupun tertulis.

Dan adapun faktor-faktor yang memperngaruhi seseorang kurang mampu

berpen-dapat adalah 1) berfikir bahwa mengemukakan penberpen-dapat di depan umum merupa-kan hal yang menegangmerupa-kan. 2) berusaha menyampaimerupa-kan terlalu banyak informasi dalam waktu yang singkat. 3) pikiran kosong sehingga tidak tahu apa yang harus

diungkapkan. 4) takut tidak bisa berbicara. 5) memilikki tujuan yang keliru. 6) takut mendapatkan kesan negatif dari orang lain . 7) berusaha mengontrol perila-ku. 8) mengetahui terdapat teman tang lebih tahu dari pada pembicara (Sharbinie

dan Suryana, 2006).

Sedangkan Nathalie (2003) menyebutkan bahwa seseorang yang mampu meng-ungkapkan pendapat adalah seseorang yang mempunyai keberanian untuk

berbi-cara di depan umum serta dapat mengelola emosi dengan baik saat menyatakan suatu pendapat.

Berdasarkan uraian pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

(33)

21

menyatakan, memaparkan, menguraikan hasil buah pemikiran dengan

menghu-bungkan antara tanggapan pengertian yang satu dengan yang lain, yang dinyata-kan dalam kalimat atau kata-kata secara tulisan ataupun tulisan. Dan kemampuan

sesorang dalam berpendapat berbeda-beda, ada yang lancar dalam mengungkap-kannya hingga difahami oleh orang lain sebagai wujud komunikasi yang baik, ku-rang lancar mengungkapkan pendapat atau berpendapat namun oku-rang lain belum

memahami dengan baik atas hal yang dikomunikasikan oleh pembicara, dan ada yang belum mampu mengungkapkan pendapatnya.

E. Kerangka Pemikiran

Metode pembelajaran Hypnoteaching adalah metode mampu memunculkan

ke-tertarikan tersendiri pada setiap peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran ini menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan

ba-hasa-bahasa alam bawah sadar, dimana diketahui bahwa alam bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap cara kerja otak. Hypnoteaching merupakan gabungan dari lima metode belajar mengajar seperti quantum learning, accelerate learning,

power teaching, neuro linguistic programming (NLP) dan hypnosis.

Hajar (2011) menyebutkan bahwa kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching

adalah proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik an-tara pendidik dan peserta didik, siswa aktif, dapat membuat siswa lebih imajinatif

(34)

22

Adapun komponen-komponen dalam pembelajaran yang digunakan dalam

peneli-tian ini adalah: (1) Hello effect (sapaan di awal), (2) Self Talk (Menyampaikan ka-ta-kata positif, memberikan pujian dll), (3) Pacing (Menyamakan kondisi dengan

pesrta didik), (4) Leading (Memberikan perintah atau instruksi kepada siswa), (5) Relaxation (Membuat siswa menjadi rilek dan nyaman), dan (6) Anchoring (Jang-kar emosi yang dapat digunakan sebagai cantolan pengingat terhadap suatu pengalam-an tertentu).

Pembelajaran dengan menggunakan metode hypnoteaching diharapkan dapat me-munculkan atau meningkatkan perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa.

Perilaku berkarakter yang akan fokus diamati adalah berpikir kreatif, sedangkan untuk keterampilan sosialnya adalah kemampuan berpendapat siswa.

Meningkatnya kemampuan berpendapat dan kreatif berfikir pada siswa menunju-kan adanya pengaruh yang positif pembelajaran hypnoteaching yang efektif

ter-hadap keduanya, yang dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran ini peserta didik dapat dengan mudah menguasai materi, karena termotivasi lebih untuk belajar dan

peserta didik akan melakukan pembelajaran dengan senang hati. Dimana pembe-lajaran yang diberlakukan bersifat aktif dan pemantauan terhadap peserta didik

le-bih intensif. Sehingga peserta didik lele-bih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif. Daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama, karena peserta didik tidak menghafal. Perhatian peserta didik akan tersedot penuh terhadap materi.

(35)

23

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswi kelas XI semester genap SMAN 13 Bandar Lampung tahun aja-ran 2011/2012 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar dan pengalaman yang sama.

2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama.

3. Faktor-faktor lain di luar penelitian yang dapat mempengaruhi penelitian ini diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.

Keterangan:

: Alur tindakan

: Akibat tindakan

(36)

24

G. Hipotesis

Dalam penelitian ini, sebagai variabel bebasnya adalah metode pembelajaran de-ngan metode hypnoteaching. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan

berpikir kreatif dan berpendapat siswa.

Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode hypnoteaching pada materi pokok kelarutan dan

hasil kali kelarutan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Pembelajaran dengan metode hypnoteaching pada materi pokok kelarutan dan

(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah siswa pada kelas XI IPA2 SMAN 13 Bandar-lampung.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat

des-kriptif, dimana data dikumpulkan dengan menggunakan teknik interview (wawan-cara), participant observation (observasi berperan serta), dan dokumentasi. Pe-ngumpulan data ini dilakukan selama penelitian dilangsungkan, sehingga data yang

diperoleh lebih akurat dan dapat melihat hal-hal yang terjadi selama proses tersebut.

Adapun data dalam penelitian ini diperoleh dari melalui teknik :

1. Wawancara, yaitu tanya jawab langsung dengan kepala sekolah, guru bidang

studi kimia, dan siswa itu sendiri untuk mendapatkan informasi mengenai kon-disi sekolah secara keseluruhan.

2. Observasi dilakukan secara intensif selama proses penelitian, yakni dalam lima

(38)

26

3. Dokumentasi, studi dokumen digunakan sebagai pelengkap dari penggunaan

metode observasi dalam pengumpulan data penelitian. Dokumentasi yang digu-nakan berupa video rekaman penelitian.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pre-experiment yang bermaksud untuk

mendes-kripsikan peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan berpendapat menggunakan metode hypnoteaching pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sedangkan

desain penelitian yang digunakan adalah One-Shot Case Study, dimana paradig-manya adalah terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan se-lanjutnya

diobservasi hasilnya (Sugiyono, 2010). Adapun desain penelitian ini dapat digam-barkan sebagai berikut:

X = treatment yang diberikan O = observasi

Gambar 1. Desain penelitian One-Shot Case Study

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini sebagai variabel bebasnya adalah pembelajaran yang diberikan, yaitu menggunakan metode hypnoteaching. Sebagai variabel terikatnya adalah

(39)

27

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010). Adapun bentuk instrumen penelitian yang digunakan adalah :

1. LKS Kimia disesuaikan dengan LC 3E pada materi pokok kelarutan dan hasil ka-li kelarutan.

2. Lembar observasi penilaian kemampuan berpikir kreatif dan berpendapat siswa setiap pertemuan dalam pembelajaran. Pengunaan lembar cek atau observasi ini berfungsi sebagai acuan untuk mengamati dan menjaring perilaku yang

menunju-kan perilaku kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan berpendapat siswa yang muncul selama kegiatan pembelajaran. Adapun indikatornya tercantum

da-lam Tabel 1 berikut ini:

Tabel 3.1 Indikator Nilai Afektif Siswa

No Nilai Afektif Indikator Pencapaian

1 Kemampuan

d) Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

e) Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak

daripada anak-anak lain.

f) Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau

kekurangan pada suatu objek atau situasi. 2 Kemampuan

berpendapat siswa

a. Berani mengungkapkan pendapat

b. Mampu mengungkapkan pendapat dengan lancar

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang sesuai dengan

(40)

28

F. Validitas Penelitian

Validitas penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pem-bimbing untuk mengujinya.

G. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Melakukan persiapan dan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, yaitu di SMAN 13 Bandar Lampung.

2. Menentukan subjek penelitian.

3. Melakukan observasi kemampuan berpikir kreatif dan berpendapat siswa

sebe-lum diterapkannya pembelajaran hypnoteaching.

4. Melakukan proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode Hypno-teaching.

5. Menganalisis data berdasarkan data hasil penelitian. 6. Penarikan kesimpulan.

(41)

29

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Alur Penelitian

H. Teknik Analisis Data

1) Analisis data peningkatan kemampuan dalam penelitian

Dalam analisis data penelitian efektivitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif

dan berpendapat dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif kualitatif. Di -mana data yang digunakan adalah data karakter berpikir kreatif dan kemampuan

ber-pendapat sebelum diterapkan hypnoteaching dan sesudah diterapkan akan dianalisis perkembangannya.

Tahap Persiapan dan Observasi

Observasi pembelajaran

Observasi efek

Analisis Data

Kesimpulan Penentuan Subjek Penelitian

Penulisan Laporan Penelitian

(42)

30

Prosedur dari analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengelompokkan data yang terkumpul

2. Menabulasi data yang terkumpul untuk memudahkan dalam menganalisis

3. Untuk perhitungan persentase frekuensi pada setiap pertemuan dihitung dari ke-munculan setiap perilaku indikator berfikir kreatif dan kemampuan berpendapat siwa pada setiap pertemuan

4. Menghitung persentase setiap kemunculan perilaku indikator (√) untuk setiap siswa dan indikator dengan teknik persentase sederhana yaitu perhitungan

menggunakan rumus berikut (Arikunto dalam Ahmad, 2012):

%X =∑����� �� ���� ��ℎ���� �� ×∑����� �� ���� �� � � �� %

Keterangan:

%X : persentase kemampuan berpikir kreatif atau

berpendapat siswa yang diamati.

∑ Tindakan yang dilakukan : jumlah perilaku indikator dari kemampuan

berpikir kreatif atau berpendapat yang

dimun-culkan oleh siswa saat diobservasi.

∑ Tindakan yang diharapkan : jumlah perilaku indikator dari kemampuan

berpikir kreatif atau berpendapat yang diha-rapkan agar dimunculkan oleh siswa saat di-observasi.

Angka persentase tersebut kemudian ditafsirkan sebagai berikut (Arikunto dalam

(43)

31

Tabel 2. Tafsiran angka persentase

Untuk mengetahui dominansi indikator maupun masing-masing nilai afektif yang

dimunculkan oleh siswa selama pengamatan dalam pembelajaran dianalisis melalui penafsiran kalimat berdasarkan Somemantri (Ahmad, 2012) diterangkan dalam Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3. Tafsiran dominansi indikator dan nilai afektif

Persentase Tafsiran

0% Tidak seorangpun

1%-30% Sebagian kecil

31%-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51%-80% Sebagian besar

81%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Pada penelitian ini, metode pembelajaran hypnoteaching dikatakan efektif mening-katkan kemampuan berpikir kreatif maupun kemampuan berpendapat apabila terjadi peningkatan nilai afektif dari sebelum hingga setelah diterapkannya pembelajaran dengan metode hypnoteaching selama observasi dilakukan.

(44)

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian, perhitungan, dan analisis yang telah dilakukan maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran hypnoteaching efektif dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Metode pembelajaran hypnoteaching efektif dalam meningkatkan kemampuan berpendapat siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3. Selama lima kali pertemuan yang diobservasi, terjadi peningkatan persentase

nilai afektif dari kemampuan berpikir kreatif siswa dari pertemuan pertama hingga kelima yaitu 21%, 30%, 34%, 44%, dan 48%. Hal ini menunjukan

bah-wa terjadi peningkatan dari yang tergolong kurang menjadi cukup, dan jika di-tafsirkan, hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan nilai afektif pada ke-mampuan berpikir kreatif siswa dari hanya sebagian kecil menjadi sebagian

besar siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif.

4. Selama lima kali pertemuan yang diobservasi, terjadi peningkatan persentase

(45)

menun-51

jukan terjadinya peningkatan nilai afektif pada kemampuan berpendapat siswa

dari kemampuan yang tergolong kurang menjadi baik. Yang jika ditafsirkan, terjadi peningkatan nilai afektif pada kemampuan berpendapat siswa dari

se-bagian kecil siswa yang memiliki kemampuan berpendapat baik menjadi seba-gian besar siswa memiliki kemampuan berpendapat yang baik.

.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka adapun saran yang

diajukan untuk guru dan peneliti selanjutnya yang hendak menggunakan metode pembelajaran hypnoteaching diharapkan dapat lebih memahami dengan utuh pe-nerapan hypnoteaching melalui seminar tau workshop tentang hypnoteaching, dan

dapat memenejemen waktu belajar di kelas sesuai dengan RPP yang telah direnca-nakan sehingga pembelajaran menggudirenca-nakan metode hypnoteaching akan semakin

(46)

52

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, T. Juni 2008. Upaya Peningkatan Kemajuan Mengajukan Pendapat Dalam Pembelajaran Kewarganegaraan Melalui Penggunaan Metode Diskusi Bagi Siswa KelasVIII C SMP N 24 Surakarta pada Semester II Taun 2007. Widyatama Vol.5 No.2 hal.43.

http://52084148tri_agustini.pdf.

Ahmad. 2012. Mengetahui Gambaran Kemampuan Bekerjasama Siswa SMA Melalui Pembelejaran Cooperative tipe Numbered Head Together Dengan Praktikum. Tanggal akses 19 September 2012.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d0351_060417_chapter3.pdf BSNP. 2012. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendididikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP

Edistria, E. 2012. Pengaruh Penerapan hypnoteaching dalam Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tanggal akses 03 Agustus 2012.

http://repository.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1007362_chapter4.pdf. Hajar, I. 2011. Hypnoteaching Memaksimalkan Hasil Proses Belajar Dengan

Hipnoterapi. Yogyakarta : Diva Press.

Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Bandung : Rineka Cipta.

http://www.kamultek_lipi.go.id/Tanggal akses 19 September 2012

Iman, F.R.N. 2011. Hypnosis In Teaching. Makalah disajikan dalam Workshop MAHA TEACHER 2011. Bandarlampung : BEM FKIP Unila.

Jaya, N. T. 2010. Hypnoteaching. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Munandar, S.C.U. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Ningsih, P dan Sutijono. 2007. Penerapan Strategi Modelling Partisipan Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat. Semarang :

(47)

53

http://www.3._Artikel_Purwanti_dan Sutijono.pdf

Nur, M. 2012. Contoh perangkat rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SMK. Makalah disajikan dalam Seminar Pendidikan Kimia Unila, Universitas Lampung, Bandarlampung, Februari 2012.

Rahmaniah, A., dkk.2010. Makalah Hypnoteaching. Padang : Pasca Sarjana UNP. Santoso, H.B. 2011. Menciptakan Daya Magnetis Widyaiswara Dengan Metode

Pembelajaran Hypnoteaching. Tanggal akses 22 Juli 2012. http://www.scribd.com/doc/54030100/ABSTRAK

Sharbinie, M, Ully dan Suryana, Agus.2006. Seni Berbicara Di Depan Publik Bebas Rasa Takut. Jakarta : EDSA Mahkota.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabheta.

Sukmadinata, N.S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Widyana, R. 12 Mei 2012. Hypnoteaching Bantu Proses Belajar. Tanggal akses 12 Mei 2012

http://www.matanews.com/index.php.htm

Yulianti, K. 2004. Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa dengan Pembelajaran Learning Cycle. Bandung : UPI. Tanggal akses 05 November 2012

(48)

54

(49)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ...

Sekretaris : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. …………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(50)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN BERPENDAPAT PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Nama Mahasiswa : Herdizal Rianda

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743023024

Program Studi : Pendidikan Kimia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Noor Fadiawati, M.Si. Dra. Nina Kadaritna, M.Si.

NIP 196608241991112001 NIP 196004071985032003

2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmi Pengetahuan Alam

Gambar

Gambar 2.
Tabel 3.1  Indikator Nilai Afektif Siswa
Tabel 2. Tafsiran angka persentase

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Hendra (2009) yang menemukan hubungan yang bermakna antara postur kerja dengan keluhan MSDs berdasarkan jenis

r. Hal ini dapat terjadi karena siswa belum memahami benar lingkaran dengan jari-jari r , dan tidak mengaitkannya dengan konsep kelilig lingkaran karena siswa masih memahami

Dilihat dari hasil tes siswa, jika siswa menjawab satu soal (tiap butir soal dijawab semua dengan benar) maka terjadi keberlanjutan pemahaman konsep siswa pada materi

KONSERVASI FURNITUR BERLANGGAM GOTHIC PADA ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK SANTO YUSUF.

B erdas arkan pendapat beberapa ahli di atas , maka dapat ditarik kes impulan bahwa dis iplin kerja adalah s uatu bentuk perilaku karyawan yang menunjukkan

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

Sebab, lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari