• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGAWASAN KEPABEANAN TERHADAP BARANG IMPOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM PENGAWASAN KEPABEANAN TERHADAP BARANG IMPOR"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Customs Supervision System for Goods Imported

By

NADIA RAISSOFI H.

The rapid development of industry and trade lead to public demands that the governmentcan provide legal certainty in the business world. The government should be able to make a law of customs that can anticipate developments in society in order to provide services and supervision. In Indonesia, known as the implementing agency tax one of them is the Directorate General of Customs and Excise. Customs has the task of supervision in accordance with industry requirements and avoid the lack of launch flow of goods. Eachcustoms administration shall conduct monitoring activities.

Issues raised in this thesis are (1) How is the system of import goods customs supervision conducted by the Office of Surveillance and Customs and Excise Service Bandar Lampung? and (2)What are the inhibiting factors in the process of customs control of imports of goods made Oversight Office and Customs and Excise Service Bandar Lampung?

The research method used is an empirical approach juridical law. The data used in the form of primary data and secondary data obtained through library research and interviews. Data processed through the editing proces, classification and systematization, then analyzed byqualitative descriptive.

(2)

Sistem Pengawasan Kepabeanan Terhadap Barang Impor

Oleh

NADIA RAISSOFI H.

Pesatnya perkembangan Industri dan pedagangan menimbulkan tuntutan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha. Pemerintah harus dapat membuat suatu hukum kepabeanan yang dapat mengantisipasi perkembangan dalam masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan dan pengawasan. Di Indonesia, dikenal lembaga pelaksana pajak salah satunya adalah Direktorat Jendral Bea dan Cukai. Bea cukai mempunyai tugas pengawasan sesuai dengan kebutuhan industri dan menghindari ketidaklancaran arus barang. Setiap administrasi pabean harus melakukan kegiatan pengawasan.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimanakah sistem pengawasan pabean terhadap barang impor yang dilakukan oleh kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung? dan (2) Apa saja faktor-faktor penghambat dalam proses pengawasan pabean terhadap barang impor yang dilakukan kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung?

Metode Penelitian yang digunakan adalah pendekatan hukum yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan wawancara. Data diolah melalui proses editing, klasifikasi dan sistematisasi, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

`

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia perdagangan internasional menunjukkan perkembangan yang cukup pesat pada awal abad 20-an. Perkembangan yang cukup pesat ini diimbangi kemajuan dari segi teknologi informasi yang memungkinkan peredaran arus barang dan dokumen semakin cepat. Arus perdagangan antar negara yang semakin meningkat ini, menyebabkan pemeriksaan 100% atas sarana pengangkut dan barang yang ada diatasnya atau diangkutnya yang masuk ke wilayah Indonesia semakin mustahil untuk dilakukan. Pesatnya perkembangan Industri dan pedagangan menimbulkan tuntutan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha. Pemerintah harus dapat membuat suatu hukum kepabenan yang dapat mengantisipasi perkebangan dalam masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan dan pengawasan (Sugianto, 2008:12)

(5)

yang menjalankan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan di bidang perdagangan Internasional dan melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan hukum pajak formal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 atas perubahan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kapabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 nomor 4661), yang selanjutnya disebut Undang-Undang Kapabeanan.

Bea dan cukai merupakan institusi global yang hampir semua negara di dunia memilikinya. Bea dan cukai merupakan perangkat negara konvensional seperti halnya kepolisian, kejaksaan, pengadilan, ataupun angkatan bersenjata, yang eksistensinya telah ada sepanjang sejarah negara itu sendiri. Istilah Bea Cukai yang dikenal dunia adalh Customs (bahasa Inggris) atau Doune (bahasa Prancis). Istilah customs muncul merujuk pada kegiatan pemungutan biaya atas barang-barang dagangan yang masuk dan keluar daratan Inggris pada zaman dahulu. Karena pungutan itu telah menjadi semacam kebiasaan maka istilah customs-lah yang muncul. Sedangkan istilah doune berasal dari bahasa Persia, divan, yang artinya register, atau orang yang memegang register. Kedua istilah ini yang mempengaruhi istilah-istilah untuk Bea dan Cukai di banyak Negara (http://wikipedia.org/wiki/DirjenBeadanCukai).

(6)

cukai. Kepabeanan sendiri berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar . ( Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006) .

Dalam kegiatan kapabeanan masih banyak pihak-pihak pengguna jasa kapabeanan yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undamg Kapabenan, antara lain yaitu ketidakjujuran,ketidakpatuhan, dan kurang tanggung jawab pengguna jasa dalam pemenuhan ketentuan undang-undang yang berlaku. Direktorat Jendral Bea dan Cukai harus dapat mengatasi dan dapat memecahkan masalah masalah yang terjadi dalam lalu lintas perdagangan Internasional serta dapat memperkecil penyalahgunaan fasilitas. Oleh karena itulah diperlukan adanya pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan impor.

Dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 487/KMK.05/1996 tentang Pemeriksaan Atas Barang Impor oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai, DJBC melakukan pemeriksaan barang impor dapat dilaksanakan di kawasan pabean, gudang importir, atau tempat lain yang digunakan importir untuk menyimpan barang impor. Kawasan pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jendral Bea dan Cukai.

(7)

Undang-Undang Kepabeanan yang menganut system self-assesment, yakni system pemberitahuan dengan menitik beratkan pemberian kepercayaan kepada pemberitahu untuk menghitung dan membayar sendiri bea masuk yang terhutang (in contrary of official assement) oleh importir atau eksportir. Sistem self assesment memberikan kepercayaan yang besar kepada para pengguna jasa kapabeanan. Kepercayaan tersebut harus diimbangi dengan tanggung jawab, kejujuran, dan kepatuhan dalam pemenuhan ketentuan Undang-undang yang berlaku. Oleh karena itulah sangat dibutuhkannya pengawasan. Pengawasan terhadap pelaku impor sagat penting adanya demi mencegah terjadinya pelanggaran. Karena pelanggaran terhadap barang impor dapat sangat merugikan negara. Dengan adanya pengawasan terhadap barang impor yang masuk ke wilayah Indonesia, maka akan mengurangi proses pengimporan gelap atau yang tidak sesuai dengan ketentuan undang-undnag, juga dapat meningkatkan devisa bagi negara.

(8)

bea dan cukai, sedangkan pengawasan eksternal akan dilakukan oleh pengawas diluar DJBC. Pengawasan yang bersifat intelijen, yaitu Pengawasan dengan pengumpulan data dan informasi, identifikasi dan analisis terhadapnya sehingga akan menghasilkan apa yang disebut sebagai hasil intilijen.

Sanksi Administrasi adalah sanksi berupa denda yang dikenakan terhadap setiap orang yang melakukan pelanggaran administrasi. Demikian aturan Undang-Undang Kepabeanan, Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 1996 yang telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah nomor 28 Tahun 2008 Tentang Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda di Bidang Kepabeanan, dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor, Penerimaan Negara Dalam Rangka Ekspor, Penerimaan Atas Barang Kena Cukai, dan Penerimaan Negara yang Berasal Dari Pengenaan Denda Administrasi Atas Pengangkutan Barang Tertentu.

(9)

dengan ketentuan undang-undang. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang nomor 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006, pengawasan kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu-lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean dan pemungutan bea masuk. Dari pengertian pada pasal 1 tersebut sangat jelas bahwa institusi bea dan cukai memiliki peranan yang sangat penting yaitu melakukan pengawasan terhadap barang yang keluar atau masuk ke daerah pabean Indonesia serta melakukan pungutan uang untuk negara (Bambang Semedi, 2010: 40).

(10)

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, permasalahan dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimanakah sistem pengawasan pabean terhadap barang impor yang dilakukan oleh kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung ?

2. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam proses pengawasan pabean terhadap barang impor yang dilakukan kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung ?

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas pada bidang Hukum Administrasi Negara, yakni mengenai sistem pengawasan kegiatan impor pada instansi pemerintah dalam hal ini adalah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

2. Ruang lingkup penelitian, yakni :

(11)

b) Berkenaan pada penerapan sanksi atas kesalahan pemberitahuan jumlah atau jenis barang dan adanya kekurangan pembayaran bea masuk terhadap barang impor yang seharusnya dibayar oleh suatu perusahaan pengguna jasa kepabeanan.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Bagaimanakah sistem pengawasan kegiatan Impor yang dilakukan oleh kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apa saja faktor-faktor penghambat dalam proses pengawasan kegiatan impor serta mengetahui bagaimanakah penerapan sanksi administrasi terhadap barang impor pada kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis

(12)

2. Kegunaan Praktis

Memberikan data-data mengenai sistem pengawasan kegiatan Impor, data mengenai faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pengawasan kegiatan impor serta penerapan sanksi administrasi terhadap pelanggaran impor bagi yang berminat mengetahui lebih dalam tentang organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

a. Memberikan masukan-masukan kualitatif terhadap pelaksanaan pabean dalam rangka meminimalisir dan mencegah terjadinya pelanggaran jasa kepabeanan.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem

Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah

(14)

B. Pengawasan

Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk menjamin atau menjaga agar rencana dapat diwujudkan dengan efektif dan mencegah adanya kesalahan. Organisasi mempunyai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menjaga agar organisasi itu dapat mencapai tujuannya mutlak diperlukan pengawasan. Pengawasan berfungsi menjaga agar seluruh jajaran berjalan di atas rel yang benar. Pengawasan dapat dilakukan dari jauh maupun dari dekat. Pengawasan dari jauh disebut pemantauan atau monitoring ini dapat dilakukan menggunakan sarana telepon, fax, atau radio. Wujud pengawasan cara ini adalah permintaan laporan kepada bawahan dan jawaban dari bawahan atas permintaan tersebut. Jika pengawasan dari jauh tidak efektif dapat dilakukan pengawasan langsung ke obyeknya. Dalam hal ini pengawasan yang dilakukan disebut sebagai pemeriksaan yang berarti pemeriksa berhadapan langsung dengan obyek yang diperlukan. Pengawasan bekerja dengan memakai semua undang-undang, prosedur dan tatacara yang telah ditetapkan sebagai tolok ukur atau pembanding untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan pokok organisasi itu telah berjalan dengan baik.

(15)

jauh dari tujuannya. Pada umumnya para ilmuwan membedakan kegiatan pengawasan dengan evaluasi. Jika pengawasan dilakukan dengan pada saat kegiatan berlangsung maka evaluasi dilakukan setelah kegiatan selesai namun di dalam prakteknya kedua kegiatan ini hampir sama bentuknya karena setiap kegiatan pengawasan pasti akan terkait dengan evaluasi dan setiap kegiatan evaluasi pasti mengandung aspek pengawasan. Jika kita sepakati pengertian pengawasan adalah kegiatan untuk menjaga agar semua peraturan dipenuhi atau dijalankan, maka sebenarnya kegiatan ini harus dilaksanakan oleh semua orang dalam organisasi (Alam S, 2007: 142).

(16)

C. Kepabeanan

1. Pengertian Kepabeanan

Pabean adalah instansi (jawatan, kantor) yang mengawasi, memungut, dan mengurus bea masuk (impor) dan bea keluar (ekspor), baik melalui darat, laut, maupun melalui udara. Di Indonesia, instansi yang menjalankan tugas-tugas ini adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan Republik Indonesia di bidang kepabeanan dan cukai. Kepabeanan sendiri berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar . ( Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 ) . Sementara yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang kepabeanan. Barang dari luar daerah pabean yang memasuki daerah pabean akan terhutang bea masuk dan wajib menyelesaikan kewajiban pabeannya (Sugianto SH.MM, 2008:57).

2. Peran Kepabeanan Indonesia

(17)

diterapkan saat ini. Tidak hanya menyampaikan kebijakan tetapi juga memberikan kontribusi efektif yang difokuskan kepada sasaran inti bisnis, fleksibel dalam menggunakan sumber-sumber yang ada, mengurangi biaya, peningkatan kompetensi, ketrampilan, dan pelatihan staf yang lebih baik (Ali Purwito M, 2010:33).

3. Aspek-Aspek Kepabeanan

Aspek berkaitan erat dengan sumber daya manusia., moral dan digabungkan dengan tujuan organisasi kepabenan yang bersifat universal yang terikat dnegan konvensi internasional, perjanjian multilateral dan bilateral. Sesuai dengan jiwa perpajakan, aspek kepabenan terdiri dari aspek keadilan, pemberian intensif (pendirian kawasan yang dapat digunakan untuk memperoses,perseyujuan impor barang sebelum bea masuk dilunasi, netralitas dalam pemungutan bea masuk, kelayakan administrasi, pengendalian,pengawasan,pemantauan dan praktik kepabenan internasional) (Ali Purwito M, 2010:36)

D. Barang Impor

1. Pengertian Barang Impor

(18)

dihasilkan,tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan rakyat. Barang Impor ada yang bersifat permanent dan sementara. Barang impor permanent adalah pemasukan barang kedaerah pabean dan tidak akan diekspor kembali, melainkan dikonsumsi dalam negeri. Sedangkan barang impor sementara adalah pemasukan barang kedaerah pabean yang nyata-nyata akan diekspor kembali dalam jangka waktu tertentu. Barang impor sementara inilah yang banyak dilakukan dalam perdagangan dunia. Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sementara apabila pada waktu impornya dipenuhi persyarata tidak akan habis didalam masa pengimporan sementara, dalam pengimporan sementara tidak berubah bentuk kecuali karena aus dalam penggunaan, jelas identitasnya, ada dokumen pendukung bahwa barang tersebut diekspor kembali (Abdul Sani,R, 2007: 2).

(19)

2. Pengelompokan Barang Impor

a. Barang Yang Dapat di Impor

1) Barang Modal Bukan Baru (mesin bekas)

Sebagai sarana pengangkutan untuk mendorong kegiatan usaha industri. Serta mendorong pertumbuhan dan pengembangan industri rekondisi dalam rangka penyediaan lapangan kerja serta meningkatkan tambah hasil industri. Impor mesin ini diperbolehkan karena Harga barang modal yang baru relatif mahal dan tidak dapat dijangkau oleh Dunia Usaha; Menjamin pemenuhan kebutuhan barang modal bukan baru di dalam negeri, baik untuk menunjang sektor riil. Adapun Pokok-pokok pengaturannya yaitu :

1) Impor Mesin dan Peralatan Mesin bukan baru yang diatur impornya

2) Impor barang modal bukan baru hanya dapat dilakukan oleh industri rekondisi dan pengguna langsung.

3) Sebelum barang modal bukan baru dipindah tangankan, diwajibkan kepada usaha rekondisi untuk melakukan perawatan dan memberikan pelayanan purnajual.

4) Importasi barang modal bukan baru dapat dilakukan setelah memperoleh persetujuan impor terlebih dahulu dari Departemen Perdagangan.

(20)

2) Bahan Baku Plastik

Untuk melindungi industri pengguna bahan baku plastik dalam negeri sekaligus memenuhi kebutuhan industri dalam negeri oleh karena itu bahan baku plastik diperbolehkan untuk diimpor.

3) Garam

Industri pengguna barang di dalam negeri (pabrik kertas, pulp, kaustik soda dan pengeboran minyak) selama ini menggunakan garam impor dengan alasan garam dalam negeri kualitasnya tidak memenuhi syarat dan harganya relatif mahal serta untuk beberapa jenis garam belum dapat diproduksi di dalam negeri.

4) Tekstil Dan Produk Tekstil

Karena Semakin maraknya peredaran tekstil asal impor illegal di pasaran dalam negeri yang berdampak pada kerugian industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dalam negeri, pemerintah berusaha mempertahankan iklim usaha tetap kondusif di pasaran dalam negeri serta mencegah praktek perdagangan tidak adil yang mengakibatkan kerugian terhadap industri dan konsumen TPT. Maka impor tekstil dan produk tekstil diperbolehkan.

5) Prekursor

(21)

6) Bahan Perusak Lapisan Ozon (BPO)

Berbagai industri di Indonesia masih membutuhkan senyawa kimia yang merupakan BPO sebagai bahan baku penolong. Berdasarkan konvensi WINA dan Monterial protokol Indonesia untuk dapat melaksanakan program penghapusan penggunaan BPO sampai batas waktu tertentu.

7) Minyak Pelumas

Tata Niaga Impor Minyak Pelumas bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri, menjamin kelancaran dan penyediaan serta kebutuhan produksi dalam negeri untuk melindungi konsumem dari minyak pelumas palsu.

8) Gula

Gula dalam negeri tidak dapat bersaing dengan gula impor karena petani dinegara pengekspor diberi subsidi oleh pemerintahnya. Pemerintah Indonesia tidak memiliki dana untuk memberikan subsidi.Petani tebu sangat tergantung kepada industri gula, maka diberikan insentif kepada industri gula dan mewajibkan untuk membeli (menyangga) gula petani pada tingkat harga yang wajar agar petani mampu memperbaiki budi daya tanamannya.

9) Beras

(22)

k. Bahan Berbahaya (B2)

Untuk menghindari dampak negative yang ditimbulkan dari penyimpangan dan penyalahgunaan B2 oleh masyarakat, maka importasi barang berbahaya diperbolehkan.

DAFTAR BAHAN BERBAHAYA YANG DIATUR TATA NIAGA IMPORNYA

BERDASARKAN KEPUTUSAN MENPERINDAG

Sianida dan sianida kompleks dari natrium Sodium Sianida

Borat Lainnya

10) Bahan Peledak

Mengingat bahan peledak banyak diperlukan oleh industri peralatan militer. Dan beberapa jenis industri komersial non militer lainnya, maka impornya perlu diawasi dan dibatasi untuk mencegah penyalahgunaan/penyimpangan.

11) Minol (Minuman Beralkohol)

(23)

bea juga untuk membatasi kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yang tidak sesuai dengan budaya bangsa dan agama.

12) Cengkeh.

Produksi cengkeh nasional kenyataannya melebihi kebutuhan cengkeh dalam negeri termasuk untuk kebutuhan industri rokok kretek didalam negeri. Sebelum dikeluarkan ketentuan pengaturan impor, industry rokok kretek banyak menggunakan cengkeh impor yang pada dasarnya kualitasnya tidak berbeda dengan kualitas cengkeh dalam negeri.

13) Fotocopy Berwarna

Mesin foto copy berwarna dapat dibuat reproduksi bahan cetakan berwarna yang serupa dengan aslinya, hal ini dapat disalahgunakan untuk mencetak/ mereproduksi uang kertas serta surat-surat berharga lainnya.

b. Barang yang tidak dapat di Impor 1) Udang

(24)

2) Daging Sapi

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 757/MPP/Kep/12/2003 Tentang Larangan sementara impor hewan Ruminansia dan produk turunannya yang berasal dari Amerika Serikat, disebabkan sapi di daerah tersebut sedang rawan terinfeksi oleh penyakit.

3) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 231/MPp/Kep/7/1997 Tentang prosedur Impor Limbah menuliskan bahwa impor bahan berbahaya dan beracun di Indonesia dilarang untuk melindungi masyarakat dari wabah penyakit. 4) Produksi Industri Percetakan dalam Bahasa Indonesia Ataupun Bahasa Daerah Indonesia Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 62/MPP/Kep/02/2001 tanggal 21 Pebruari 2001 menuliskan bahwa melarang impor produksi percetakan dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Daerah Indonesia untuk melindungi cagar kekayaan budaya Indonesia.

5) Barang Bukan Baru (Bekas)

Barang bukan baru ataupun barang bekas dilarang diimpor untuk melindungi Industri dalam Negeri, barang bukan baru tersebut termasuk pakaian bekas.

6) Psikotropika

(25)

perundang-undangan yang berlaku, serta lembaga penelitian atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu psitropika tidak boleh sembarangan diimpor.

7) Narkotika

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 pasal 14 bahwa Pelaksanaan impor narkotika dilakukan atas dasar persetujuan pemerintah negara pengekspor dan persetujuan tersebut dinyatakan dalam dokumen yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara pengekspor sepanjang barnag tersebut tidak melanggar ketentuan yang berlalaku dalam undang-undanag tersebut.

8) Bahan Senjata Kimia

Konvensi tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan penggunaan Senjata Kimia serta tentang pemusnahannya, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1998.

3. Dokumen Kelengkapan Impor

Contoh dokumen pelengkap dalam rangka impor :

1) Invoice yaitu bukti transaksi yang diimpor dengan minimal memberitahukan jumlah barang, pemilik barang, satuan mata uang (kurs) yang dipakai, nama pihak pembeli dan tempat melakukan pembayaran (Sugianto SH.MM, 2008:76)

(26)

3) Packing list merupakan dokumen yang memberitahukan jumlah muatan barang

atau daftar kemasan barang secara lebih terperinci (Sugianto SH.MM, 2008:77)

4) Manifest adalah dokumen yang berisikan tentang muatan barang yang dibawa oleh sarana pengangkut (Sugianto SH.MM, 2008:77).

E. Pelakasanaan Kegiatan Impor

Kegiatan pertukaran barang dan jasa antara Indonesia dan luar negeri yang di merupakan pertukaran barang dan jasa antara satu negara dengan negara lain dilakukan dalam bentuk kerjasama

a) Kerjasama Bilateral. Kerja sama bilateral adalah kerja sama yang dilakukan oleh kedua negara dalam pertukaran barang dan jasa.

b) Kerjasama regional.

c) Kerja sama regional adalah kerja sama yangdilakukan dua negara atau lebih yang berada dalam satu kawasan atauwilayah tertentu.

d) Kerja sama multilateral. Kerja sama multilateral adalah kerja sama yang dilakukan oleh lebih dua negara yang dilakukan dari seluruh dunia.

1. Persyaratan Impor

Persyratan impor barang antara lain adalah : a) Tidak akan habis dipakai

b) Tidak berubah bentuk selama masa pengimporan sementara kecuali harus karena penggunaan.

(27)

d) Ada dokumen pendukung bahwa barang tersebut akan di eksport kembali.

e) Dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang.

f) Surat keterangan asal bagi media yang tergolong benda lain yang diterbitkan oleh perusahaan tempat pengolahan di daerah asal.

F.Sistem Pengawasan Kepabeanan

(28)

Kegiatan penindakan dan penyidikan sebenarnya merupakan tindak lanjut dari pengawasan pabean. Pengawasan pabean yang dilakukan melalui penelitian dokumen, pemeriksaan fisik, audit pasca-impor, maupun patroli jika menemukan adanya pelanggaran atau tindak pidana akan ditindaklanjuti dengan penindakan atau bahkan penyidikan. Penelitian dokumen atau audit yang menemukan dokumen palsu akan segera ditindaklanjuti dengan penyidikan.

Kegiatan Bea cukai merupakan satu mata rantai yang tidak terputus mulai dari kedatangan kapal, penyerahan pemberitahuan, penelitian dokumen, pemeriksaan barang sampai dengan pengeluaran barang. Demikian pula apabila petugas menemukan pelanggaran pada pengawasan dan pemeriksaan barang harus ditindaklanjuti dengan penindakan atau penyidikan. Jika ada petugas yang menemukan narkotika dalam koper penumpang harus segera ditindaklanjuti dengan penyidikan. Jika wewenang penyidikan hanya diberikan kepada Kantor Wilayah akan menyebabkan terhambatnya proses penyidikan. Memberikan wewenang pemeriksaan terhadap petugas Kantor Pelayanan tetapi tidak memberikan wewenang tindak lanjut berupa penindakan atau penyidikan seperti membuat segmentasi atau pengkotak-kotakan tugas yang akan menghambat pelaksanaan tugas dan fungsi Bea Cukai.

(29)

situ karena merupakan tindak lanjut dari pemeriksaan barang. Di kantor-kantor pelayanan saat ini terdapat juga Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang berwenang melakukan penyidikan. Kalau mereka tidak difungsikan karena fungsi penyidikan tidak ada dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan akan menimbulkan kesulitan kalau terjadi tindak pidana dan harus mendatangkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dari Kantor Wilayah (Eva Yuliana Noor, 2008:22).

(30)

diberitahukan dengan benar atau apakah tarif dan harganya telah diberitahukan dengan benar. Benar di sini adalah sesuai dengan undang-undang atau peraturan yang berlaku mengenai pemberitahuan impor (Eva Yuliana Noor, 2008:27).

G. Sanksi Administrasi

1. Pengertian Sanksi Administrasi

(31)

2. Fungsi Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi pajak dijatuhkan oleh aparatur negara atau lembaga negara yang diberi wewenang dan kewajiban berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan segala ketentuan yang sudah ditentukan dalam undang-undang perpajakan. Sanksi administrasi bersifat reparatoir-condemnatoir, yaitu pemulihan kembali pada keadaan semula dan memberikan hukuman. Pengenaan sanksi administrasi dilakukan secara langsung oleh pemerintah tanpa melalui peradilan (Ridwan HR, 2005:318).

(32)

3. Jenis Sanksi Administrasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda di Bidang Kepabeanan Pasal 2 ayat (1) dan (2), diketahui bahwa sanksi Administrasi berupa denda dikenakan hanya terhadap pelanggaran yang diatur dalam undang-undang dan besaran denda dinyatakan dalam : nilai rupiah tertentu, nilai rupiah minimum sampai dengan maksimum, persentase tertentu dari bea masuk yang seharusnya dibayar, persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar ataupun dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Sanksi dalam Hukum Administrasi berarti sebagai alat kekuasaan yang bersifat publik yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum administrasi negara.

(33)

Menurut Philipus M. Hadjon (2005: 24) mengklasifikasikan macam-macam sanksi dalam hukum administrasi menjadi 4, yakni :

a. Paksaan pemerintah(bestuursdwang)

b. Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan (izin, subsidi, pembayaran, dan sebagainya);

c. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah(dwangsom); d. Pengenaan denda administrative(administrative boete)

H. Istilah dan Pengertian dalam Kepabenan

Dalam Undang-Undang Kepabenan nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-Undang nomor 10 Tahun 1995, yang dimaksud dengan :

1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.

2. Daerah pabean adalah wilayah Republik yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang ini. 3. Kawasan pabean (KB) adalah kawasan dengan batas batas tertentu di pelabuhan

(34)

4. Kantor pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

5. Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban Pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dlama undnag-undnag ini.

6. Pos pengawasan pabean adalah tempat yang digunakan oleh pejabat bea dan cukai untuk melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang impor dan ekspor.

7. Kewajiban pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini.

8. Pemberitahuan pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.

9. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.

10. Importir Terdaftar adalah perusahaan atau badan hukum yang telah mendapat pengakuan dari memberi perdagangan untuk mengimpor barang-barang tertentu yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

11. Barang yang diawasi impor adalah barang yang impomya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan memberi perdagangan atau pejabat yang ditunjuk setelah mendapat persetujuan atau rekomendasi dari instansi terkait;

(35)

13. Verifikasi atau penelusuran teknis adalah penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan surveyor sebelum muat barang atau negara asal barang dimana barang tersebut dimuat;

14. Surveyor adalah perusahaan survey yang mendapat otorisasi dari dan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan untuk melakukan verifikasi atau penelusuran teknis atas barangbarang impor;

15. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.

16. Bea masuk (BM) adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang dikenakan terhadap barang yang diimpor.

17. Bea keluar (BK) adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang dikenakan terhadap barang ekspor.

18. Tempat penimbunan sementara (TPS) adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di kawasan pabean untuk menimbun barang, sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.

19. Tempat penimbunan berikat (TPB) adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan bea masuk.

(36)

dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara berdasarkan Undang-Undang ini.

21. Barang tertentu adalah barang yang ditetapkan oleh instansi teknis terkait sebagai barang yang pengangkutannya di dalam daerah pabean diawasi.

22. Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan. 23. Tarif adalah klasifikasi barang dan pembebanan bea masuk atau bea keluar. 24. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu

yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang undang ini.

25. Pabrik adalah tempat tertentu termasuk bangunan, halaman, dan lapangan yang merupakan bagian daripadanya, yang dipergunakan untuk menghasilkan barang kena cukai dan/atau untuk mengemas barang kena cukai dalam kemasan untuk penjualan eceran.

26. Pengusaha pabrik adalah orang yang mengusahakan pabrik.

(37)

28. Pengusaha tempat penyimpanan adalah orang yang mengusahakan tempat penyimpanan.

29. Tempat penjualan eceran adalah tempat untuk menjual secara eceran barang kena cukai kepada konsumen akhir.

30. Pengusaha tempat penjualan eceran adalah orang yang mengusahakan tempat penjualan eceran.

31. Penyalur adalah orang yang menyalurkan atau menjual barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya yang semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.

32. Dokumen cukai adalah dokumen yang digunakan dalam rangka pelaksanaan undang-undang ini dalam bentuk formulir atau melalui media elektronik.

33. Pos pengawasan Pabean adalah tempat yang digunakan oleh pejabat bea dan cukai untuk melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang ekspor dan impor

34. Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan.

(38)

bea cukai sering disebut dengan duane. Tugas dan fungsi DJBC adalah berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, antara lain memungut bea masuk berikut pajak-pajak atas barang impornya (PPN,Impor,PPh, Pasal 22, PPnBM) dan cukai. Sebagaimana diketahui bahwa pemasukan terbesar (sering disebut sisi penerimaan) kepada kas negara adalah dari sektor pajak dan termasuk didalamnya adalah bea masuk dan cukai yang dikelola oleh DJBC.

Berdasarkan pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.32/KMK/.01/1998, tugas pokok DJBC adalah melaksanakan sebagaimana tugas pokok Departement keuangan dibidang Kepabeanan dan Cukai berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang keluar masuk daerah pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas pokok dari Direktorat Jendral Bea dan Cukai adalah untuk :

1. Pengawasan dan pelayanan atas lalu lintas barang yang masuk dan keluar daerah pabean Indonesia.

2. Melakukan pemungutan bea masuk dan cukai serta peungutan negara lainnya. 3. mengawasi kegiatan ekspor dna impor, mengawasi peredaran minuman yang

mengandung alkohol atau etil alkohol, dan peredaran rokok atau barang hasil pengelolaan tembakau lainya.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah merupakan suatu ilmu mengenai jenjang jenjang yang harus dilalui dalam suatu proses penelitian atau merupakankegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah berdasarkan suatu sistem; sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan penelitian dengan tujuan untuk mempelajari permasalahan yang timbul dari gejala hukum tertentu (Rianto Adi, 2007:2).

A. Pendekatan Masalah

(40)

B. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini berasal dari dua jenis data, yaitu : 1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari keterangan-keterangan atau penjelasan dari para informan dengan melakukan studi lapangan (Muhamad Muhdar,2010:8). Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pegawai yang berkompeten di bidangnya pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder Diperoleh melalui bahan-bahan pustaka yang bekaitan dengan permasalahan,yakni :

(41)

b. Bahan hukum sekunder, adalah memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti rancangan undang-undang, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum.

c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan bahan jenis lainnya yang mendukung penelitian ini.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan : 1. Studi lapangan

Studi Lapangan adalah proses pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mewawancarai informan secara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun terlebih dahulu sesuai dengan pokok permasalahan yang diajukan.

2. Studi Pustaka

(42)

D. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Klasifikasi Data

Klasifikasi data dilakukan dengan cara pengelompokan data sesuai dengan ketetapan aturan yang ada.

2. Penyusunan Data

Penyusunan data dilakukan dengan cara menempatkan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis.

3. Seleksi Data

Seleksi data dilakukan dengan cara memilih dan mengklasifikasikan pokok-pokok bahasan yang akan dipakai.

4. Pemeriksaan Data

Pemeriksaan data dilakukan dengan cara meninjau kembali data-data yang telah di klasifikasi, disusun dan diseleksi agar tidak terjadi kesalahan.

E. Analisis Data

(43)

V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk menjaga dan memastikan agar semua barang, kapal dan orang yang keluar/masuk dari dan ke suatu negara mematuhi semua ketentuan kepabeanan, Setiap administrasi pabean harus melakukan kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan pabean meliputi seluruh pelaksanaan wewenang yang dimiliki oleh petugas pabean dalam perundang-undangannya yaitu memeriksa kapal, barang, penumpang, dokumen, pembukuan, melakukan penyitaan, penangkapan, penyegelan, dan lain-lain. Efektivitas pengawasan tidak hanya dilakukan terhadap barang-barang yang masuk atau keluar daerah pabean saja, tetapi juga terhadap lalu lintas barang tertentu dalam daerah pabean Indonesia. Hal ini selain dalam rangka pengawasan , juga untuk mengoptimalkan pencegahan penindakan penyelundupan dengan modus pengangkutan antarpulau. Kegiatan Bea cukai merupakan satu mata rantai yang tidak terputus mulai dari kedatangan kapal, penyerahan pemberitahuan, penelitian dokumen, pemeriksaan barang sampai dengan pengeluaran barang.

(44)

internal adalah faktor-faktor penghambat dalam kegiatan pengawasan yang muncul dari petugas bea dan cukai tersebut. Petugas bea cukai sering menilai harga barang yang dibawa tidak sesuai, artinya walaupun barang bawaan yang dibeli nilainya kurang dari ketentuan maka selanjutnya petugas bea cukai berhak membuat penilaian tersendiri atas harga barang bawaan tersebut. Sementara faktor penghambat eksternal adalah faktor yang muncul dari pelaku impor yang menyalahgunakan system self-assesment, yakni system pemberitahuan dengan menitik beratkan pemberian kepercayaan kepada pemberitahu untuk menghitung dan membayar sendiri bea masuk yang terhutang (in contrary of official assement) oleh importir atau eksportir. Prosedur penerapan sanksi administrasi

(45)

Oleh

NADIA RAISSOFI H.

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(46)

(Skripsi)

Oleh

Nadia Raissofi H

0812011063

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(47)

Daftar Buku

Abdurrahman, H. Soejono. 2003. Metode Penelitian Hukum.PT. Raja Grasindo Persada.Jakarta.

Adi,Rianto.2007.Metode Penelitian Sosial dan Hukum.Granit.Jakarta.

Alam.2007.Ekonomi Jilid 3.Esis.Jakarta.

Asshofa, Burhan. 1998,Metode Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta.

Atmosudirjo, S,. Prajudi. 1994,Hukum Administrasi Negara. Jakarta.

Elim, John.2007.Manajemen Pengawasan. bpkp.Jakarta Sugianto. 2008, Pengantar Kepabeanan dan Cukai.PT.Grasindo.Jakarta.

Eliyanti,Miranti.2009.Tindak Pidana Pemalsuan Dokumen Pabean dan Penerapan Sanksi Pidana.FH Universitas Muhamadiyah Surakarta.Surakarta.

Hadjon, Philipus M. 2005.Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

HR, Ridwan. 2008.Hukum Administrasi Negara. Rajawali Pers. Jakarta.

(48)

Muhdar,Muhamad.2009.MetodePenelitianHukum.PT.RajaGrasindoPersada.Jakarta.

Pramutoko, Bayu.2008.Ekonomi dan Bisnis Internasional I. PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Purwito, Ali. 2007.Reformasi Kepabeanan. Graha Ilmu. Jakarta.

Rahardjo, Satjipto. 2009, Penegak Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Genta Publishing. Yogyakarta.

Resmi, Siti. 2005.Perpajakan Teori dan Kasus. Selemba. Jakarta.

Ruky,S.Ahmad.2001.SistemManajemen Kinerja.PT.Gramedia Buku Utama.Jakarta.

Sani,Abdul,dkk.2010.BukuPintarKepabeanan.PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soemitro, Rochmat. 1998.Pajak Ditinjau Dari Segi Hukum. PT. Eresco. Bandung.

Sugianto. 2008.Pengantar Kepabeanan dan Cukai. PT. Grasindo. Jakarta.

Somedi, Bambang.2010.Pengawasan dan Penindakan dibidang Kepabeanan. Widyaiswara Utama.Jakarta.

(49)

Daftar Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang no 17 tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-Undang nomo 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan

Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2008 tentang Pengenaan Sanksi Administrasi di Bidang Kepabeanan

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 231/MPp/Kep/7/1997 Tentang prosedur Impor Limbah

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 229/M/Kep/7/1997 tanggal 14 Juli 1997 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 757/MPP/Kep/12/2003 Tentang Larangan sementara impor hewan Ruminansia dan produk turunannya yang berasal dari Amerika Serikat.

(50)

tentang Perpanjangan Masa Larangan Sementara Impor Udang ke Wilayah Republik Indonesia

Peraturan Bersama Menteri Perdagangan Republik Indonesia dan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 40/M-DAG/Per/12/2006 tentang Larangan Sementara Impor Udang ke Wilayah Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Nomor 144/PMK.04/2007 Tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai.

Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor P-42/BC/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai, beserta perubahannya P-08/BC/2009

Internet

http://wikipedia.org/wiki/DirjenBeadanCukai

http://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat_Jenderal_Bea_dan_Cukai_Kementerian_K uangan_Indonesia

http://www.kemendag.go.id/tupoksi_inspektorat_jenderal/

(51)
(52)

DAFTAR ISI

C. Ruang Lingkup Penelitian………... 7

D. Tujuan Penelitian………...….…. 8

2. Peranan Kepabeanan Indonesia ………...…... 13

3. Aspek-AspekKepabeanan ………...………... 14

D. Barang Impor ………...……….. 14

1. PengertianBarang Impor ………...………. 14

2. Pengelompokan Barang Impor ………...…… 16

3. Dokumen Kelengkapan Impor ……….…..…….22

E. Pelaksanaan Kegiatan Impor ...23

(53)

F. Sistem Pengawasan Kepabeanan………...………...………. 24

G. Sanksi Administrasi ………... 27

1. Pengertian Sanksi Administrasi ………..… 27

2. Fungsi Sanksi Administrasi……….….….. 28

3. Jenis Sanksi Administrasi………..……. 29

H. Istilah dan Pengertian dalam Kepabeanan ... 30

III. METODE PENELITIAN………....… 36 A. Pendekatan Masalah ………....………..…... 36

B. Jenis dan Sumber Data ……….…....37

C. Prosedur Pengumpulan Data ……….……….……...38

D. Prosedur Pengolahan Data ………..…….……….39

E. Analisis Data ……….…...……….…..39

IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN……….……….40

A. Gambaran Umum ………... 40

1.Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan CukaiBandar Lampung………..…….………..42

a. Kedudukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung……….……..42

b. Tugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung……….……..44

c. Fungsi Kantor Pengawsan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung……….………….45

2.Struktur Organisasi……….…………..46

B. Pelaksanaan Sistem Pengawasan Kepabeanan Terhadap Barang Impor…....54

1. Pengawasan Preventif………...55

2. Pengawasan Represif ...59

(54)

1. Faktor Internal dan Eksternal ... 60 2. Pelanggaran jasa kepabeanan dalam bidang impor pada praktiknya ... 65 3. Penerapan Sanksi Administrasi …...………...71

a. Tatacara Penetapan Besarnya Denda Terhadap Pelanggaran Yang

Diancam Dengan Sanksi Administrasi Berupa Denda Minimum Sampai

Dengan Maksimum Yang Dinyatakan Dalam Nilai Rupiah…………....74

b. Tatacara Penetapan Besarnya Denda Terhadap Pelanggaran Yang

Diancam Dengan Sanksi Administrasi Berupa Denda Minimum Sampai

Dengan Maksimum Yang Besarnya Dinyatakan Dalam Persentase

Tertentu Dari Kekurangan Pembayaran Bea Masuk………..….75

V. KESIMPULAN………...…...76

DAFTAR PUSTAKA……….....77

(55)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(56)

Nama Mahasiswa :Nadia Raissofi H. No. Pokok Mahasiswa : 0812011063

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Upik Hamidah, S.H.,M.H. Syamsir Syamsu, S.H,.M.H.

NIP 1960 0606 198703 2 012 NIP 1961 0805 198903 1 005

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(57)

1. Tim Penguji

Ketua :Upik Hamidah, S.H., M.H. ...

Sekretaris :Syamsir Syamsu, S.H., M.H. ...

Penguji Utama :Nurmayani, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M S. NIP19621109 198703 1 003

(58)

Siapa yang bersantai ketika seharusnya bekerja; akan menyesal saat tiba pembagian upahnya.

(Ibn Al Jauzy)

Di antara rizqi termulia yang dinikmati seorang hamba; adalah yang dijemputnya dengan kerja tangannya.

(Ustadz Salim A. Fillah)

Biarlah yang besar itu karyamu, bukan kepalamu. Biarlah yang tinggi itu capaianmu, bukan hatimu.

Walau terlanjur kau dianggap berilmu, jangan malu mengatakan tak tahu; dengan itu Allah yang jadi gurumu.

(Ustadz Salim A. Fillah)

Pemandangan paling menyedihkan adalah takhta yang lebih mahal dari kepemimpinan, baju yang lebih mahal dari pemakainya.

Jika beberapa pilihan baik membingungkanmu; dan ridha Allah yang kauburu; maka ambillah yang menyelisihi keinginan nafsu.

(59)

Tuhanku Allah SWT, yang selalu memberikan petunjuknya untukku.

Orang yang paling berjasa dalam hidupku, Mama dan Papa tercinta yang selalu memberiku

doa, semangat, dan kasih sayang yang selalu mengalir, ini adalah salah satu tanda

baktiku

Yang Terkasih : Kakak dan adik-adikku

Yang Tersayang : Sahabat dan teman-teman seangkatan

Serta Almamaterku Tercinta Fakultas Hukum Universitas Lampung

(60)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 17 Juli 1990, sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Drs. Hardi Hamzah dan Ibu Agustina

Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Pertiwi Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 2002 di SD Negeri 2 (Teladan) Rawa Laut, Bandar Lampung. Tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 1, Bandar Lampung dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2008 di SMA Negeri 2, Bandar Lampung.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas HukumUniversitas Lampung melalui jalur PMKA pada tahun 2008.

(61)

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul : Sitem Pengawasan Kepabeanan Terhadap Barang Impor. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan untuk meraih gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih untuk:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M S. selaku Dekan Fakultas Hukum Unila; 2. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi

Negara Fakultas Hukum Unila dan Penguji Utama pada ujian skripsi atas masukan dan saran yang telah diberikan;

(62)

dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktunya saat penulis ingin berkonsultasi;

6. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. Selaku Pembahas II pada saat seminar I dan 2 atas masukan dan saran yang telah diberikan;

7. Seluruh anggota staff dan dosen di Fakultas Hukum Universitas Lampung; 8. Papa, mama, kakak, dan adik-adikku (terima kasih untuk motivasi, doa,

semangat, ketulusan, kasih sayang, perhatian, dan telah menjadikan saya lebih baik setiap harinya).

9. Rewind Tri Fazardo terima kasih untuk dukungan, perhatian, doa, kasih sayang dan semangatnya selama ini.

10. Sahabat-sahabat terbaikku: Rika Anggraini Fikri, Cindy Almira, Pratiwi Sarastika, Ayu Syafitri, Ade Suprima, Mona Sindytia, Primayani Yustya Sari, Yulianti, Lucky Dinaristama, Ira Familia Sari terima kasih untuk keceriaannya.

11. Keluarga KKN-ku tersayang : Hilda silvia Yoga, Theodora Nainggolan. Dwi Rahmadita,Wiwik Nurhayati.

(63)

disebutkan satu per satu.

14. Teman-teman HIMA HAN : Iqbal, Mona, Yanik, Juli, Ira, queen, dira, citra, frestia, togar,angga,raden, ferry dan teman hima han lainnya.

15. Teman-temanku di Himpunan Mahasiswa Islam : Untuk Seluruh Kanda, Yunda dan Dinda dan teman teman komisariat yang selalu memberikan semangat, motivasi dan membentuk karakterku sehingga aku bisa menjadi seperti sekrang.

Peneliti menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam proses penyelesaian skripsi ini karena itu peneliti menerima semua saran dan kritik yang membangun.

Akhir kata PenelitiMengucapkan “Terima Kasih”.

Bandar Lampung, Januari 2012

Peneliti,

Referensi

Dokumen terkait

Secara rinci kondisi proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa sebagai berikut (1) siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib, tidak malu-malu lagi, (2) siswa

Wibowo, Felicia Dewi, 2006, Analisis Pengaruh Peran Kepemimpinan dan pengembangan Karir terhadap komitmen karyawan pada organisasi dalam meningkatkan kinerja

a) Bagi pelanggan prabayar yang bertukar menjadi pasca bayar, sumbangan baki anda akan dibayar melalui bil pasca yang seterusnya. b) Bagi pelanggan pascabayar bertukar ke

lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan melingkar. Karang ini berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak it beralur dari

Hubungan Masa Kerja, Lama Kerja, Lama Penyemprotan dan Frekuensi Penyemprotan Terhadap Kadar Kolinesterase dalam Darah pada Petani di Desa Sumberejo Kecamatan

Determinan perilaku merokok pada mahasiswi usia 20–25 tahun di Universitas X di Yogyakarta, dengan uji regresi logistik diperoleh nilai probabilitas P<0,05, dan faktor

Untuk indikator kuesioner variabel kesadaran merek yang kedua yaitu “Saya mengetahui sepatu Converse dalam kehidupan sehari - hari”, dengan rincian. 10 orang responden

8.6 In the event that the Purchaser defaults in complying with any of the conditions herein or fails to pay the Balance Purchase Price within the time allowed, then the Assignee