• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan field lab posyandu lansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan field lab posyandu lansia"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan mencapai sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010).

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya. Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lansia makin bertambah.

Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998, menetapkan “Lanjut Usia” adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Samsudrajat, 2011). Di dalam proses kehidupan, lansia terbagi atas lansia potensial dan lansia tidak potensial. Lansia potensial adalah lansia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta memiliki kebijakan, kearifan dan pengalaman berharga yang dapat dijadikan teladan bagi generasi penerus. Namun karena faktor usianya pula, lansia tersebut akan banyak menghadapi keterbatasan (berbagai penurunan fisik, psikologis dan sosial), sehingga memerlukan bantuan peningkatan kesejahteraan sosialnya (Samsudrajat, 2011). Sementara itu, lansia yang tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya dan selalu bergantung kepada orang lain.

(2)

bahwa usia harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 1980 hanya 52,2 tahun. Pada tahun 1990, meningkat menjadi 59,8 tahun, tahun 1995 berkisar pada 63,6 tahun, tahun 2000 mencapai 64,5 tahun, tahun 2010 berada pada 67,4 tahun, dan tahun 2020 diperkirakan mencapai 71,1 tahun.

BKKBN (2012) menyatakan bahwa bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologis, dan sosial ekonomi. Sebagian besar permasalahan pada lansia adalah masalah kesehatan akibat dari proses penuaan, ditambah permasalahan lain seperti masalah keuangan, kesepian, merasa tak berguna, dan tidak produktif. Tetap sehat di usia tua tentu menjadi dambaan setiap orang, sehingga usaha-usaha menjaga kesehatan di usia lanjut dengan memahami berbagai kemungkinan penyakit yang bisa timbul. Seperti menjaga pola makan yang baik dengan mengkonsumsi makanan sumber energi yang seimbang, tidak berlebihan atau kurang, makan yang teratur sesuai dengan waktu makan dan jenis makanan yang sesuai dengan tidak mengabaikan manfaat dan kandungan gizinya.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan: (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf: otak, isi perut: limpa, hati, (3) perubahan panca indra: penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit, karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar. Penyakit-penyakit yang sering diderita oleh lansia meliputi malnutrisi, hipertensi, obesitas, diabetes melitus dan stroke.

(3)

( Wirakartakusumah, 2000). Strategi peningkatan kesehatan lansia ditempuh melalui penurunan angka kesakitan dan jumlah keluhan lansia. Agar program penurunan AKL dapat dicapai secara efektif dan efisien perlu didukung adanya sarana pelayanan kesehatan dasar yang diperuntukkan bagi lansia seperti posyandu lansia dan Gerakan Sadar Pangan dan Gizi (GSPG).

Posyandu lansia merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat atau UKBM yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada usia lanjut. Pelayanan kesehatan pada posyandu lansia meliputi kesehatan fisik dan mental, emosional, dengan pencatatan KMS dan pemantauan untuk mengetahui penyakit yang diderita lansia sejak dini atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan perkembangannya. Posyandu lansia perlu diupayakan dan mendapat perhatian dari pemerintah, keluarga dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan meringankan beban masyarakat khususnya lansia.

Untuk mencapai tujuan agar Lansia dapat tetap sehat, aktif dan produktif baik di wilayah desa maupun perkotaan, maka diperlukan peran aktif dari setiap generasi dalam masyarakat, tidak terkecuali mahasiswa FK. Perlu keterlibatan mahasiswa FK dalam upaya menyusun strategi pemberdayaan kaum lansia khususnya pada tingkat pelayanan dasar berbasis masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan :

a. Mampu memahami peran dan fungsi posyandu lansia.

(4)

c. Mampu menjelaskan kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia beserta pencegahan dan pengobatannya.

d. Memahami tatalaksana Diet Lansia dan pola hidup sehat Lansia.

e. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat Posyandu Lansia dalam meningkatkan kesehatan Lansia.

f. Melakukan pengumpulan dan analisis data tentang program posyandu, prevalensi penyakit yang diderita lansia, serta upaya kuratif dan rehabilitatif.

g. Melakukan penilaian status depresi lansia dengan menggunakan Geriatric Depression Scale dan MMSE (mini mental state examination).

h. Mampu melakukan pengamatan dan penilaian pada posyandu lansia setempat dengan standar program posyandu lansia

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Pelaksanaan field lab dengan topik Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Pembinaan Posyandu Lansia kali ini dilaksanakan di Puskesmas Sukoharjo. Kegiatan dilakukan sebanyak tiga kali dengan rincian sebagai berikut:

A. Hari Pertama

(5)

Waktu : 07.30 – 09.00

Tempat : Puskesmas Sukoharjo

Kegiatan : Survey, bimbingan, dan pengarahan

Kegiatan Field Lab hari pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 April 2014. Pada hari pertama, kami mendapat bimbingan dari pihak Puskesmas Sukoharjo. Pengarahan diberikan kepada instruktur dr. Ari Nurhayati. Beliau memberikan materi seputar posyandu lansia dan diberikan pengarahan untuk pelaksanaan pada hari ke dua field lab di posyandu lansia.

B. Hari Kedua

Hari/tanggal : Rabu, 7 Mei 2014 Waktu : 07.30 – 11.30

Tempat : Puskesmas Sukoharjo dan Posyandu Lansia Kegiatan : Pelaksanaaan kegiatan posyandu lansia

Kegiatan Field Lab hari kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 Mei 2014. Di puskesmas Sukoharjo kami diberikan pengarahan bagaimana pelaksanaan tentang posyandu lansia. Sembari menunggu keberangkatan menuju posyandu lansia, kami mempersiapkan presentasi untuk kegiatan penyuluhan yang akan kami laksanakan.

Kegiatan Posyandu Lansia dilaksanakan di salah satu rumah kader. Kegiatan yang kami lakukan serta dibantu oleh kader adalah penimbangan berat badan , pengukuran tekanan darah, senam lansia serta penyuluhan. Materi

Kegiatan : Laporan dan Presentasi kegiatan

(6)

BAB III PEMBAHASAN

(7)

Lansia. Pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia pada saat kunjungan dihadiri oleh 40 orang namun terdapat 3 lansia yang tidak mengukur tekanan darah. Untuk mengetahui target cakupan posyandu kita harus mengetahui jumlah lansia di wilayah posyandu tersebut. Untuk mengetahui target cakupan posyandu lansia dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Target Cakupan = Jumlah sasaran yang hadir posyandu Jumlah sasaran lansia

Berdasarkan perbincangan kami dengan instruktur puskesmas serta penanggung jawab posyandu lansia di puskesmas, target cakupan posyandu lansia di sukoharjo masih dibawah cakupan yakni < 50%. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh karena para lansia yang datang ke posyandu adalah para lansia yang memiliki keluhan kesehatan. Lansia yang dalam kondisi sehat pada umumnya memilih menggunakan waktunya untuk bekerja (terutama bekerja ke sawah atau ke ladang) sehingga tidak datang ke pelaksanaan Posyandu Lansia. Hal ini memerlukan upaya sosialisasi kepada masyarakat untuk ke depannya tentang fungsi Posyandu Lansia sebagai tempat screening keluhan kesehatan lansia serta fungsinya sebagai upaya preventif awal dan promotif agar meminimalisasi angka morbiditas dan mortalitas lansia. Sehingga diharapkan seiring dengan sosialisasi yang terus dilakukan, jumlah peserta posyandu lansia yang datang pun semakin meningkat.

Kegiatan Posyandu Lansia yang kami lakukan di Kelurahan Sukoharjo antara lain:

a. Pendaftaran lansia

Pendaftaran dilakukan pertama kali ketika lansia datang. b. Penimbangan serta pencatatan berat badan.

Pengukuran tinggi badan tidak dilakukan karena tidak tersedianya alat pengukur tinggi badan di posyandu tersebut. Biasanya pengukuran tinggi badan dilakukan setahun dua kali.

c. Pengukuran tekanan darah dan penilaian status depresi lansia menggunakan GDS (Geriatric Depression Scale).

d. Penyuluhan kesehatan lansia. e. Senam lansia

(8)

Dari hasil pemeriksaan tekanan darah yang terdapat pada lampiran, didapatkan 20 lansia yang bertekanan darah tinggi yaitu di atas 140/90 mmHg. 54% lansia yang diperiksa di posyandu pada hari tersebut mengalami hipertensi. Keadaan hipertensi pada lansia pada umumnya disebabkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah sehingga kontraktilitas pembuluh darah menurun dan tahanan perifer meningkat.

Berdasarkan pemeriksaan status depresi pada lansia, didapatkan hasil yang normal dimana didapatkan nilai yang < 5. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, lansia tersebut mengatakan bahwa beliau menikmati dan merasa senang dengan kehidupannya yang sekarang. Beliau juga masih aktif dalam kegiatan sehari-hari seperti memasak, berjualan, dan berinteraksi sosial. Namun beliau merasa sering lupa seperti lupa menaruh barang. Penilaian status depresi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perubahan perasaan, perubahan tingkah laku dan keluhan yang bersifat fisik pada lansia.

Pelaksanaan penyuluhan kesehatan secara keseluruhan berlangsung dengan cukup baik. Materi penyuluhan telah diberikan dengan singkat dan menggunakan media presentasi yang diharapkan dapat menarik perhatian peserta posyandu lansia. Materi-materi yang kami presentasikan adalah Materi-materi yang memiliki kaitan erat dengan kesehatan lansia, seperti hipertensi, diabetes mellitus dan osteoarthritis. Hanya saja terdapat beberapa kendala, salah satunya yaitu kendala bahasa dari beberapa anggota kelompok kami namun ternyata banyak lansia yang hadir dapat mengerti Bahasa Indonesia sehingga kendala bahasa dapat diselesaikan. Selain itu, kemungkinan terdapat kesalahpahaman antara kami dengan para lansia yang mengira kami akan memberikan pengobatan kepada para peserta. Oleh karena itu, para lansia yang menanggapi dan memberikan pertanyaan pada saat presentasi, sebagian besar menanyakan hal-hal tentang keluhan kesehatan yang dialaminya dan menanyakan tentang pengobatannya. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan komunikasi yang baik sebelumnya antara kami dengan para peserta posyandu lansia.

(9)

BAB III PEMBAHASAN

Kegiatan posyandu lansia pada tanggal 22 Mei 2013 dilaksanakan di 3 posyandu. Tiga posyandu yang digunakan terletak di desa Tambak Boyo, desa Kedungan, dan desa Bendo. Beberapa hal yang dilakukan di posyandu antara lain senam lansia, penyuluhan, pemeriksaan, dan pengukuran Geriatric Depression Scale (GDS).

A. Posyandu Lansia di Desa Tambak Boyo

Pada posyandu lansia yang dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2013 kemarin, ada beberapa hal yang dilakukan di Posyandu Tambak Boyo yaitu: pendataan, senam, penyuluhan, dan pengobatan gratis.

Senam lansia dilakukan dengan tujuan untuk mengajarkan kebiasaan senam setiap harinya dengan gerakan yang ringan kepada lanjut usia dan mengurangi imobilisasi pada lansia.

Pendataan yang dilakukan oleh mahasiswa berupa pencatatan nama dan umur, tinggi badan, berat badan, tekanan darah, serta hasil wawancara dengan menggunakan pertanyaan Geriatric Depression Scale. Namun terjadi kekurangan pada pendataan yaitu pada pencatatan tinggi badan dan berat badan dikarenakan sasaran yang datang tidak serempak sehingga beberapa lansia sudah pulang lebih awal dan tidak sempat untuk mencatat tinggi dan berat badannya.

Berdasarkan hasil pendataan tersebut diperoleh umur rata-rata dari masyarakat yang mengikuti posyandu lansia yaitu 69 tahun dengan rentang umur mulai dari 58 tahun sampai 90 tahun. Usia di bawah 65 tahun sebenarnya masih belum dapat dikatakan lanjut usia, karena di Indonesia batas bawah seseorang dikatakan lanjut usia adalah 65 tahun, namun pada kegiatan ini kami bermaksud untuk sekaligus menscreening dan mendapatkan data dari setiap peserta posyandu lansia, sehingga kami melampirkan peserta posyandu lansia meskipun dibawah 65 tahun.

Berikut merupakan keseluruhan pencatatan yang dilakukan pada posyandu tambak boyo:

(10)

(tahun) (kg) (mmHg)

1 Widandi 60 60 154 150/90 9

2

4 Sri Mulyani 75 46 141.5 170/100 7

5 Surani Harto 61 69 152.5 120/80 7

6

10 Surojo 78 51 150 140/80 9

11

Pada kegiatan lapangan kedua dilakukan pengukuran antropometri dan pencatatan hasilnya oleh mahasiswa. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Penilaian status gizi juga dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan antropometri penilaian gizi berdasarkan ukuran tubuh seseorang. Untuk pengukuran anthropometri pada lansia digunakan pengukuran yaitu :

a. Umur (Tahun) b. BB (Berat Badan) c. TB (Tinggi Badan)

(11)

IMT yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m²). Berikut adalah hasil penghitungan Indeks Massa Tubuh pada lansia yang tercatat berat badan dan tinggi badan pada Posyandu Tambak Boyo:

No Nama Berat Badan (kg) Tinggi Bedan (cm) IMT (kg/m2)

1 Widandi 60 154 25.3

2 Anastasya Musyati 38 145 18.1

3 Sastro Diharjo 49 161 18.9

4 Sri Mulyani 46 141.5 22.9

5 Surani Harto 69 152.5 29.7

6 Tomo Harjono 46 150 20.4

7 Surojo 51 150 22.7

Standar untuk menilai status gizi dapat dlihat pada tabel dibawah ini.

Berdasarkan penyesuaian dengan kategori ambang batas IMT untuk Indonesia didapatkan bahwa terdapat beberapa kategori di posyandu Tambak Boyo, yaitu:

1. Kurus

(12)

-b. Tingkat Ringan : 1 orang 2. Normal : 4 orang 3. Gemuk

a. Tingkat Berat : 1 orang b. Tingkat Ringan : 1 orang

Setelah pengukuran antropometri seharusnya diberikan edukasi kepada masyarakat berkaitan dengan rendah atau tingginya IMT masing-masing, namun dikarenakan waktu yang tidak cukup untuk menghitung IMT masing-masing lansia, akhirnya edukasi terhadap IMT masing-masing peserta tidak disampaikan. Hal ini merupakan kendala karena mengakibatkan tidak tersampaikannya edukasi personal kepada masing-masing lansia untuk melihat status gizi lansia dan tidak tersedianya KMS sehingga tidak dapat dibandingkan dengan hasil pengukuran sebelumnya.

2. Tekanan Darah

Pelaksanaan KIE Posyandu Lansia di Puskesmas dapat dikatakan berhasil, dikarenakan antusiasme dari setiap peserta yang ada. Pada saat mahasiswa memberikan penyuluhan berupa materi Gizi pada Lansia, Hipertensi, dan Osteoartritis, ditanggapi dengan antusias oleh para peserta, dengan memberikan pertanyaan seputar materi yang disampaikan. Contohnya saja, beberapa peserta menanyakan tekanan darah yang normal itu berapa, dan yang tinggi berapa, dikarenakan kecenderungan masyarakat lanjut usia yang mempunyai tekanan darah tinggi di wilayah tersebut. Tekanan darah pada keduabelas pasien dapat dihitung dikarenakan kebiasaan kontrol tekanan darah oleh para lansia. Berdasarkan hasil screening tekanan darah dan disesuaikan dengan pengelompokan berdasarkan JNC 7, diperoleh hasil sebagai berikut:

Klasifikasi

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99 3 orang

(13)

Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana salah satunya adalah usia. Pada manusia terjadi perubahan fisiologis seiring bertambahnya usia seperti perubahan – perubahan fungsi berupa peningkatan tekanan darah sistolik, berkurangnya vasodilatasi yang dimediasi beta adrenergik, dan penebalan dinding serta berkurangnya elastisitas pada pembuluh darah. Perubahan fisiologis pada proses menua tersebut mengakibatkan hasil screening peningkatan tekanan darah pada posyandu lansia dapat bernilai positif palsu.

Kegiatan penghitungan Tekanan Darah pada Posyandu Lansia bernilai baik, karena dapat membantu mengontrol tekanan darah dan pengelompokkan sesuai kriterianya pada lansia sekaligus untuk memberikan penatalaksanaan pada pasien dengan hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia dapat dibedakan menjadi modifikasi pola hidup dan terapi farmakologis. Pola hidup yang harus diperbaiki antara lain menurunkan berat badan jika ada kegemukan, mengurangi minum alkohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium yang adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat, menghentikan merokok, serta mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol.

3. Geriatric Depression Scale(GDS)

Skrining depresi pada lansia sangat penting untuk dilakukan. Selain itu, kegiatan penghitungan GDS ini merupakan pertama kalinya dilakukan di Posyandu Tambak Boyo. Kegiatan penghitungan dan pencatatan GDS perlu dilakukan kerena frekuensi depresi dan adanya gagasan untuk bunuh diri pada lansia sangat tinggi. Skrining juga perlu dilakukan untuk membantu edukasi pasien dan pemberi perawatan depresi, dan untuk mengikuti perjalanan gejala-gejala depresi seiring dengan waktu.

Geriatric Depression Scale (GDS) adalah tes untuk skrining depresi yang mudah untuk dinilai dan dikelola. Geriatric Depression Scale memiliki format yang sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca. Geriatric Depression Scale telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut usia, termasuk di Indonesia.

(14)

>10. Berdasarkan wawancara personal, mahasiswa dapat membuat tabel

Berdasarkan tabel kita dapat mengetahui bahwa 25% dari lansia yang hadir pada posyandu Tambak Boyo mempunyai skala depresi yang normal, dibandingkan 75% lainnya sudah memasuki tahap predepresi. Kegiatan penghitungan GDS bermanfaat untuk puskesmas karena dapat mengetahui tingkat depresi pada lansia dan dapat merencanakan kegiatan untuk mengurangi tingkat depresi lansia di posyandu tersebut.

B. Posyandu Lansia di Desa Kedungan

Tahap awal pelaksanaan posyandu didahului oleh pencatatan identitas peserta posyandu lansia dan mengukur tekanan darah, serta berat badan. Setelah itu peserta posyandu lansia di wawancarai untuk ditanyakan tentang GDS (Geriatric Depression Scale).

No. Nama Tekanan Darah Berat Badan Skor GDS

1 Ibu Yuli S. 110/70 mmHg 58 kg 3

2 Ibu Eni S. 100/70 mmHg 48 kg 3

3 Ibu Syehmi 150/70 mmHg 54 kg 2

(15)

5 Ibu A. Sri Peni I. 150/90 mmHg 45 kg 2 6 Ibu Herwiyati W. 110/80 mmHg 60 kg 2

7 Ibu Senen 130/80 mmHg 45 kg 5

Dari tabel di atas dapat dilihat tekanan darah paling tinggi terdapat pada ibu Sri Peni, setelah kami bertanya diketahui bahwa Ibu Sri Peni memiliki kegemaran memakan makanan gorengan, sehingga sesuai dengan teori kesehatan bahwa kolesterol yang terkandung pada minyak penggorengan sudah dapat menimbulkan ketidakstabilan hemodinamika, sehingga kami memberi saran bagaimana cara untuk mencegah dan mengurangi kambuhnya hipertensi tersebut.

Kemudian untuk berat badan paling tinggi terdapat pada ibu Herwiyati yaitu 60 kg. untuk kategori lansia hal ini masih dianggap berat, mengingat semakin bertambahnya usia, semakin lemah tubuh rentan akan suatu permasalahan, salah satunya berat badan tinggi yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit degeneratif dan penyakit lansia umum seperti osteoarthritis, DM, dan hipertensi. Sehingga kami memberikan penyuluhan dan informasi terkait.

Dan untuk skor GDS yang kami tanyakan kepada peserta posyandu lansia, rata-rata memiliki range skor 2-5, dimana hal ini berarti para peserta kemungkinan tidak mengalami depresi di hari tuanya. Pada GDS yang kami tanyakan, kebanyakan hasil negatif (depresi) dikarenakan peserta” lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar untuk mengerjakan sesuatu” dan beliau “merasa punya banyak masalah dengan daya ingat dibanding kebanyakan orang”.

C. Posyandu Lansia di Desa Bendo

Pada pelaksanaan Field Lab KIE : Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia yang dilaksanakan pada 22 Mei 2013 di Desa Bendo, Kecamatan Pedan Klaten. Pelaksaan yang dilakukan meliputi pembinaan senam lansia, penyuluhan mengenai penyakit-penyakit degenerative dan gizi lansia serta penilaian derajat depresi pada lansia.

(16)

Secara keseluruhan, jalannya posyandu berjalan lancar. Walaupun banyak lansia yang hadir, namun, acara tetap teratur dan tidak terlalu sulit dikarenakan posyandu yang dilakukan tidak berbarengan dnegan posyandu balita. Namun, sempitnya waktu dan sedikitnya tim, sehingga tidak memungkinkan kami mengukur tensi dan tinggi badan semua lansia. Untuk pengukuran tinggi badan dan medikasi dilakukan oleh ibu-ibu kader seperti biasanya.

Dari beberapa kegiatan yang dilakukan berikut pembahasannya.

1. Senam Lansia

Senam lansia dilakukan diawal acara sebelum masuk kedalam materi penyuluhan. Sebelum dilakukan senam lansia, diberikan pengantar terlebih dahulu oleh Ibu Bidan, Bu Sugeng. Pengantar mengenai pentingnya senam lansia dan kegunaannya. Setelah diberikan pengertian mengenai maksud dan tujuannya, kami melakukan senam lansia dengan diiringi musik. Dari senam yang dilakukan banyak yang antusias dan mengikuti dengan baik. Namun ada beberapa lansia yang tidak kuat berdiri untuk mengikuti senam lansia namun tetap mengikuti walaupun tidak dengan berdiri. Dari pengamatan saat senam berlangsung, beberapa lansia memang memilki masalah pada mobilitas dan sendi seperti Osteoartritis sehingga sulit bergerak. Beberapa juga sudah osteoporosis. Namun, sejauh ini, pelaksanaan berjalan dengan baik.

2. Penyuluhan

Dari penyuluhan yang disampaikan kepada lansia yang hadir, banyak dari lansia yang benar-benar memperhatikan dan antusias. Terlihat dengan banyaknya pertanyan yang muncul pada sesi tanya jawab, bahkan ditengah-tengah penjelasan materi. Dari pertanyaan dan feed back yang diperlihatkan oleh para lansia yang hadir, banyak dari lansia yang mengeluhkan keju kemeng, sakit sendi, sulit tidur, sering pusing dan lelah serta mata rabun. Adapa pula yang menanyakan perihal gizi, yang ternyata masih banyak yang belum bisa menjaga pola makan sesuai yang dianjurkan. Namun, sudah sangat baik beberapa yang memang rutin dating ke posyandu sehingga sudah sering mendapatkan anjuran mengenai makan-makanan yang perlu dihindari atau pun yang harus dikonsumsi.

3. Penilaian Geriatric Depression Scale

(17)

dan sudah kembali kerumahnya untuk melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Hal ini dikarenakan dari tim kami hanya terdiri dari tiga orang serta proses wawancara yang memang cukup memakan waktu.

Geriatric Depression Scale (GDS) adalah tes untuk skrining depresi yang mudah untuk dinilai dan dikelola. Geriatric Depression Scale memiliki format yang sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca. Geriatric Depression Scale telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut usia, termasuk di Indonesia.

Geriatric Depression Scale terdiri dari 15 pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak yang akan terjawab bila mewawancarai pasien secara personal yang kemudian dikategorikan menjadi normal, predepresi, dan depresi. Keadaan normal tercapai bila diperoleh score 0-5. Keadaan predepresi diperoleh bila score 6-10. Keadaan depresi diperoleh bila score mencapai >10.

(18)

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

1. Posyandu lansia berperan dan berfungsi meningkatkan kesejahteraan lansia dan mengatasi permasalahan terkait penuaan.

2. KMS lansia terdiri dari diagram berat badan per tinggi badan yang digunakan untuk mengukur status gizi lansia.

3. Terdapat kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia diantaranya hipertensi, diabetes melitus, dan osteoarthritis.

4. Diet dan pola hidup sehat lansia diperlukan untuk menjaga kesehatan dan menurunkan progresivitas penyakit pada lansia.

5. Manfaat posyandu lansia dalam meningkatkan kesehatan Lansia dapat disosialisasikan melalui penyuluhan kesehatan komunitas.

6. Geriatric Depression Scale (GDS) dapat digunakan untuk menilai status depresi lansia sedangkan Mini Mental State Examination (MMSE) digunakan untuk menilai status mental pada lansia.

7. Pengamatan dan evaluasi posyandu lansia setempat dilakukan dengan standar program posyandu lansia yang ada.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penambahan jumlah posyandu lansia sehingga sesuai target yaitu sesuai dengan jumlah posyandu balita.

(19)

Badan Pusat Statistik (2010). Statistik Indonesia. Jakarta: BPS.

Samsudrajat, A. (2011). Menuju Lanjut Usia Aktif sebagai Aset Bangsa yang Efektif. Peringatan Hari Lansia Tahun 2011. Jakarta: Komnas Lansia.

(20)
(21)
(22)

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS)

SHORT FORM

Indonesian Translation

Translated and Back Translated by: Karel Karsten Himawan, M.Psi.

Pilihlah jawaban yang paling tepat sesuai dengan apa yang telah Anda rasakan selama 1 (satu) minggu terakhir:

1. Pada dasarnya apakah Anda merasa puas dengan hidup Anda? YA

2. Apakah Anda mengurangi banyak kegiatan dan minat Anda? TIDAK

3. Apakah Anda merasa hidup Anda hampa? TIDAK

4. Apakah Anda sering merasa bosan? TIDAK

5. Apakah biasanya Anda memiliki semangat yang bagus? YA

6. Apakah Anda merasa takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Anda?

TIDAK

7. Apakah biasanya Anda merasa bahagia YA

8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? TIDAK

9. Apakah Anda lebih memilih tinggal di rumah (kamar), daripada pergi keluar dan melakukan hal-hal yang baru?

TIDAK

10. Apakah Anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan Anda dibandingkan kebanyakan orang?

YA

11. Apakah menurut Anda sangat menyenangkan bisa hidup hingga sekarang ini?

YA

12. Apakah Anda merasa sangat tidak berharga dengan kondisi Anda sekarang?

TIDAK

(23)

14. Apakah Anda merasa keadaan Anda tidak ada harapan? TIDAK

15. Menurut Anda, apakah kebanyakan orang lebih baik daripada Anda?

YA

Referensi

Dokumen terkait

Based on Murphy’s theory, this characteristic is presented through the speech of other character says that is Landon Carter about Jamie Sullivan.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

Dengan demikian secara umum tujuan penelitian ini adala h untuk mengetahui hubungan faktor konstruksi, sanitasi lingkungan dan kebiasaan masyarakat dengan kualitas air

Berdasarkan kondisi tersebut ditambah dengan isu pemanasan global yang terjadi saat ini serta masih tidak adanya informasi mengenai cadangan karbon yang terdapat

Hambahatan yang ditemukan ada 2 (dua), yaitu: Pertama, hambatan internal: (1) sering terjadi perbedaan antara DPRD dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga Modul Kearsipan untuk Siswa/i jurusan Administrasi Perkantoran ini dapat

Selanjutnya terlihat bahwa semakin tinggi penggunaan dosis pupuk kandang ayam maka bobot pipilan jagung semakin besar, tetapi pada dosis 5 ton ha -1 terlihat

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, analisa data dan hasil pengolahan data dengan menggunakan analisa statistik, maka diperoleh terdapat pengaruh yang

There are two questions associated with the CanReg5 implementation in hospitals that perform cancer registration in Indonesia: (1) What are the network