• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN MOTIVASI KINERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMPN SUB RAYON 4 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN MOTIVASI KINERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMPN SUB RAYON 4 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

i

TERHADAP KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMPN SUB RAYON 4 BANDAR LAMPUNG

Oleh SISMIATI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh supervisi akademik pengawas sekolah terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, 2) pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, 3) pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, 4) pengaruh supervisi akademik pengawas sekolah, komunikasi interpersonal, dan motivasi kerja guru secara simultan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang menguji kausalitas (pengaruh) regresi dengan metode survei. Sampel penelitian di dapat dengan menggunakan rumus Taro Yamane sebanyak 51 responden dari populasi 105 orang guru yang mengajar di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung. Data diperoleh melalui angket, kemudian dianalisis menggunakan teknik regresi, baik regresi linear sederhana maupun regresi linear ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik terhadap kinerja guru sebesar 17%; 2) terdapat pengaruh positif dan signifikan komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru sebesar 15,3%; 3) terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru sebesar 35,5%; dan 4) terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik, komunikasi interpersonal, dan motivasi kerja guru secara simultan terhadap kinerja guru sebesar 40,9%.

(2)

ii

TOWARD TEACHER PERFORMANCE IN THE LEARNING IN SMPN SUB RAYON 4 BANDAR LAMPUNG

By SISMIATI

The purpose of this study was to determine: 1) the influence of the academic supervision of the teacher's performance in learning, 2) the influence of interpersonal communication on the performance of teachers in learning, 3) the influence of teachers' motivation to work on the performance of teachers in learning, 4) the influence of academic supervision,interpersonal communication, and motivation of teachers working simultaneously on the performance of teachers teaching in SMPN Sub Rayon 4 Bandar Lampung.

This type of study is a quantitative study that examined the causality(effects) regression with survey methods. Study sample in the can by using the formula Taro Yamane by 51 respondents from a population of 105 teachers who teach in SMPN Sub Rayon 4 Bandar Lampung. Data obtained through a questionnaire, and then analyzed using regression techniques, both simple linear regression and multiple linear regression.

The results showed that: 1) there is a significant and positive impact on the performance of the academic supervision of teachers by 17%, 2) there is a significant and positive impact on the performance of teachers' interpersonal communication of 15.3%, 3) there positive and significant influence teacher work motivation of teachers' performance by 35.5%, and 4) there is a positive and significant academic supervision, interpersonal communication, and motivation of teachers working simultaneously on the performance of teachers at 40.9%.

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan dari Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis ini saya kutip dari orang lain, telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika yang berlaku dalam penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang menyatakan,

(7)

vii

Orang melewati dalam hidupnya tanpa ada satu hak yang ia tunaikan atau satu fardu yang ia lakukan atau pujian yang ia hasilkan atau ilmu yang ia dapat maka sesungguhnya ia telah durhaka kepada dirinya dan menganiaya dirinya sendiri

(Dr. Yusuf Qordhowi)

Zaman memiliki kita tapi kita tidak memilikinya, kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok atau pada tahun-tahun mendatang, yang kita tahu apa yang hadir bersama kita, masa yang kita lalui hanya bisa kita kenang.

(8)

viii

Dengan kerendahan hati serta rasa syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan tesis ini kepada:

 Kedua orang tua ku terhormat Bapak Suryani (Alm.) dan Ibu Kasirah, atas do’a-do’a yang selalu dipanjatkan

 Putra-putri ku tersayang Ika Phuspita Sari dan Ridho Wahyu Saputra, atas support dan pengertiannya.

(9)

ix

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Sugeng Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung atas bimbingan dan pengarahannya

2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung atas segala saran, masukan dan motivasinya.

3. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung atas bimbingan dan pengarahannya.

4. Bapak Dr. Sumadi, MS selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(10)

x

penyusunan tesis ini sekaligus sebagai sekretaris.

8. Seluruh dosen Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

9. Seluruh kepala sekolah SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung yang telah memfasilitasi penelitian ini.

10. Seluruh dewan guru SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung, dan SMPN 24 Bandar Lampung yang telah bersedia menjadi responden.

11. Anak-anak tercinta atas dukungan dan pengertiannya.

12. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Atas semua saran dan masukan yang diberikan, penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang menyatakan,

(11)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN... viii

SAN WACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah. ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.6.2 Manfaat Praktis ... 9

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1.7.1 Kajian Ilmu... 10

1.7.2 Obyek Penelitian ... 10

1.7.3 Subyek Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS... 11

2.1 Tinjauan Pustaka... 11

2.1.1 Kinerja Guru ... 14

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Guru ... 14

2.1.1.2 Indikator Kinerja Guru ... 16

2.1.1.3 Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 21

2.1.2 Supervisi Akademik ... 36

2.1.2.1 Pengertian Supervisi ... 36

2.1.2.2 Supervisi Akademik ... 40

2.1.2.3 Prinsip-prinsip Supervisi Akademik ... 44

2.1.3 Komunikasi Interpersonal... 46

2.1.4 Motivasi Kerja Guru ... 57

2.1.4.1 Teori-Teori Motivasi ... 59

(12)

xii

2.3.2 Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja Guru ... 72

2.3.3 Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru ... 73

2.3.4 Pengaruh Supervisi Akademik, Komunikasi Interpersonal, dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru ... 74

2.4 Hipotesis Penelitian ... 77

BAB III METODE PENELITIAN ... 78

3.1 Rancangan Penelitian ... 78

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 78

3.3 Populasi dan Sampel ... 78

3.4 Variabel Penelitian ... 80

3.5 Definisi Konseptual Variabel Penelitian ... 81

3.5.1 Kinerja Guru ... 81

3.5.2 Supervisi Akademik ... 81

3.5.3 Komunikasi Interpersonal ... 81

3.5.4 Motivasi Kerja Guru ... 82

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 82

3.6.1 Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 82

3.6.2 Supervisi Akademik ... 83

3.6.3 Komunikasi Interpersonal ... 84

3.6.4 Motivasi Kerja Guru ... 85

3.7 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 85

3.8 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 88

3.9 Kalibrasi Instrumen ... 88

3.9.1 Uji Validitas Instrumen ... 88

3.9.2 Uji Reabilitas Instrumen ... 94

3.10 Teknik Analisis Data ... 97

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 99

4.1 Hasil Penelitian ... 99

4.1.1 Deskripsi Data ... 99

A. Kinerja Guru (Y) ... 99

B. Supervisi Akademik (X1)... 101

C. Komunikasi Interpersonal (X2) ... 103

D. Motivasi Kerja Guru (X3) ... 105

4.1.2 Uji Persyaratan Regresi... 107

A. Uji Normalitas Data ... 107

B. Uji Linearitas Regresi ... 108

4.1.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 111

A. Hipotesis Pertama ... 111

(13)

xiii

4.2.3 Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru ... 131

4.2.4 Pengaruh Supervisi Akademik, Komunikasi Interpersonal, dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru ... 132

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 135

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 137

5.2 Impilkasi ... 137

5.3 Saran-Saran ... 139

DAFTAR PUSTAKA ... 140 LAMPIRAN

(14)

xiv

2010/2011... 1

2. Kebutuhan berkomunikasi interpersonal ... 52

3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 80

4. Kisi-kisi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran ... 86

5. Kisi-kisi Supervisi Akademik Pengawas Sekolah... 86

6. Kisi-Kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Pengawas Dengan Guru ... 87

7. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Kerja Guru ... 88

8. Uji Validitas Instrumen Kinerja Guru ... 91

9. Uji Validitas Instrumen Supervisi Akademik ... 92

10. Uji Validitas Instrumen Komunikasi Interpersonal... 93

11. Uji Validitas Instrumen Motivasi Kerja Guru... 94

12. Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Guru dengan Program SPSS ... 95

13. Hasil Uji Reliabilitas Supervisi Akademik dengan Program SPSS ... 96

14. Hasil Uji Reliabilitas Komunikasi Interpersonal dengan Program SPSS... 96

15. Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Kerja Guru dengan Program SPSS ... 97

16. Deskripsi Variabel Kinerja Hasil Pengolahan dengan SPSS ... 100

17. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Y... 101

18. Deskripsi Variabel Supervisi Akademik Hasil Pengolahan dengan SPSS... 102

19. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Supervisi (X1) ... 103

20. Deskripsi Variabel Komunikasi Interpersonal Hasil Pengolahan SPSS... 104

21. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Komunikasi Interpersonal ... 105

22. Deskripsi Variabel Motivasi Kerja Guru Hasil Pengolahan SPSS... 106

23. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Motivasi Kerja Guru ... 107

24. Hasil Uji Normalitas Data dengan Program SPSS ... 109

25. Hasil Uji Linearitas Regresi Kinerja Guru dengan Supervisi Akademik ... 110

26. Hasil Uji Linearitas Regresi Kinerja Guru dengan Komunikasi Interpersonal ... 111

27. Hasil Uji Linearitas Regresi Kinerja Guru dengan Motivasi Guru ... 112

28 Hasil regresi data variabel kinerja guru dengan supervisi akademik ... 113

29 Hasil Perhitungan korelasi Pearson Product Moment supervisi akademik dengan kinerja guru ... 115

30 Hasil regresi data variabel kinerja guru dengan komunikasi interpersonal ... 117

(15)

xv

komunikasi interpersonal dan motivasi kerja guru... 124 35 Hasil regresi data variabel kinerja guru dengan supevisi akademik,

komunikasi interpersonal, dan motivasi kerja guru... 124 36 Hasil Perhitungan korelasi Pearson Product Moment supervisi

akademik, komunikasi interpersonal, motivasi kerja guru dengan

(16)

xvi

3. Hubungan komunikasi formal, non formal, dan in formal... 54

4. Konstelasi korelasi antar variabel penelitian... 76

5. Histogram dan Poligon Frekuensi Variabel Kinerja Guru (Y)... 101

6. Histogram dan Poligon Frekuensi Variabel X1 ... 103

7. Histogram dan Poligon Frekuensi Variabel X2... 105

8. Histogram dan Poligon Frekuensi Variabel X3... 107

9. Grafik Pengaruh Variabel supervisi akademik dengan kinerja guru ... 113

10. Grafik Pengaruh komunikasi interpersonal dengan kinerja guru ... 116

11. Grafik Pengaruh motivasi kerja dengan kinerja guru ... 120

12. Grafik Pengaruh supervisi akademik, komunikasi interpersonal, motivasi kerja guru dengan kinerja guru... 123

13. Grafik Pengaruh Variabel-variabel Penelitian... 125

(17)

xvii

Penulis dilahirkan di Desa Waringin Sri Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu pada tanggal 07 April 1964, merupakan anak ke empat dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Suryani (Alm.) dan Ibu Kasirah.

Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh, SDN 3 Waringin Sari lulus tahun 1978, SMP PGRI Bandung Baru lulus tahun 1981, SMA Xaverius Pringsewu lulus tahun 1985, D2 FKIP UNILA jurusan keterampilan jasa lulus tahun 1987, D3 FKIP UNILA lulus tahun 1998, S1 FKIP UNILA lulus tahun 2001.

Penulis diangkat menjadi PNS pada tanggal 1 Maret 1992 sebagai guru SMP sampai dengan tahun 2010. Kemudian pada tanggal 27 Januari 2010 penulis diangkat menjadi pengawas SMP/SMA pada Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung sampai dengan saat ini.

Bandar Lampung, Mei 2012

(18)

1.1 Latar Belakang Masalah

Respon terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar

bergantung pada kualitas sumber daya manusia, baik dalam kapasitas individu,

keluarga, kelompok masyarakat, maupun sebagai bangsa. Kualitas sumber daya

manusia sebagai penentu pembangunan diperlukan dunia pendidikan sebagai

ikhtiar sentral yang harus diperhatikan semua pihak. Paradigma klasik

mengatakan bahwa pendidikan berkembang untuk membentuk masyarakat yang

berkualitas, akan tetapi, masyarakat pun berkemampuan membentuk pendidikan

berkualitas.

Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan berat bagi pengelola pendidikan

untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang cerdas, berakhlaq mulia, jujur,

terampil dan profesional dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan kemampuan

manajerial yang handal, serta berwawasan ke depan dengan mengingat masa lalu

dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

menekankan bahwa pengelolaan pendidikan harus ditingkatkan dan

dikembangkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan dan kebutuhan

masyarakat, dengan tanpa meninggalkan identitas, norma agama, etika moral dan

budaya luhur bangsa, baik untuk situasi dan kondisi masa kini dan masa yang

(19)

Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi dari

pendidikan nasional tersebut maka guru merupakan ujung tombak dalam

mewujudkannya.

Guru sebagai pelaksana pendidikan yang berhubungan langsung dengan peserta

didik, mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan serta

menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Oteng Sutisna (1989:122) “Umumnya diakui bahwa keberhasilan dari setiap usaha

manusia berkaitan dengan kualitas personil (guru) yang melaksanakan tugas

pekerjaan yang perlu bagi pencapaian tujuan Pendidikan”. Pentingnya peranan

guru dalam pencapaian tujuan Pendidikan juga dikemukakan oleh Ahmadi

(2003:13) yang menyatakan bahwa “Betapapun baik dan lengkapnya kurikulum,

metode, media, sumber, sarana dan prasarana, namun keberhasilan pendidikan

terletak pada kinerja guru”. Menurut Moh. Uzer Usman (2006:7) : “Guru yang

kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan

akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada

(20)

meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan

dan mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti mengembangkan

keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab tersebut, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan

keterampilan tertentu. Kemampuan dan keterampilan tersebut sebagai bagian dari

kompetensi profesionalisme guru.

Penerapan pengembangan guru di sekolah adalah pengembangan diri pribadi guru

untuk menggali potensi yang ada di dalam dirinya. Salah satu ciri keberhasilan

sekolah yang dinilai masyarakat adalah prestasi yang dicapai siswa setiap tahun.

Sekolah yang dinilai baik dan dianggap berkualitas bila siswa mempunyai prestasi

yang tinggi. Kualitas pendidikan dan lulusan seringkali dipandang tergantung

kepada peran guru dalam pengelolaan komponen-komponen pembelajaran yang

digunakan dalam proses belajar mengajar, yang menjadi tanggung jawabnya.

Selain itu penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik

akan diperoleh setelah uji kompetensi. Uji kompetensi guru akan dilakukan

dengan dua cara yaitu penilaian portofolio dan jalur pendidikan (Depdiknas,

2008:2).

Bila guru mempunyai kinerja yang baik maka hasil proses pembelajaran juga akan

baik. Untuk itu kinerja guru memegang peranan penting dalam pencapaian

(21)

Negeri se Sub Rayon 4 Bandar Lampung, bahwa terdapat kecenderungan

menurunnya kinerja guru dimana berdasarkan pengalaman penulis menjadi

pengawas SMP di Bandar Lampung yaitu melemahnya kinerja guru dalam

pembelajaran bisa dilihat antara lain gejala-gejala guru yang sering

membolos/mangkir mengajar, guru yang masuk ke kelas yang tidak tepat waktu

atau terlambat masuk ke sekolah, guru yang mengajar tidak mempunyai persiapan

mengajar atau persiapan mengajar yang kurang lengkap.

Guru hanya melaksanakan tugas rutin dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan

fenomena bahwa guru mengajar hanya sebuah rutinitas belaka tanpa adanya

inovasi pengembangan lebih lanjut, bahkan adanya beberapa konsep metode

belajar mengajar yang baru seperti belajar aktif kurang begitu menarik bagi

mereka. Prinsip yang penting kegiatan pembelajaran sesuai dengan pembagian

tugas mengajar yang telah ia penuhi sudah cukup bagi mereka.

Kecenderungan terjadi pada penurunannya kinerja guru diduga akibat dari

program supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah memang belum

maksimal. Pengawas sekolah selama ini hanya menjalankan rutinitas semata

dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan supervisi akademik

kepada guru. Terutama tugas pengawas dalam memberikan bimbingan mengenai

beberapa metode dan konsep pembelajaran yang baru, sehingga guru masih

melaksanakan pembelajaran menggunakan konsep yang lama.

Di sisi lain, komunikasi yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah pada saat

(22)

bahwa posisinya lebih tinggi dari guru yang dibimbingnya. Kendala inilah yang

mengakibatkan program dan bimbingan yang dilaksanakan oleh pengawas tidak

tepat sasaran. Hal ini mengindikasikan bahwa proses komunikasi interpersonal

pengawas sekolah memang belum berjalan dengan baik.

Kurangnya penghargaan yang diberikan pihak sekolah kepada guru lebih

memperburuk kondisi tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan motivasi

kerja guru menjadi menurun, karena guru beranggapan bahwa bekerja dengan

baik maupun tidak baik pun sama saja hasilnya. Guru merasa kurang mendapat

perhatian, walaupun pada dasarnya penghargaan bukan satu-satunya yang menjadi

pertimbangan bagi mereka, namun dengan penghargaan yang diberikan oleh

sekolah mereka akan merasa diperhatikan dan hal ini tentunya akan memotivasi

pada diri guru untuk terus meningkatkan kinerjanya.

Di sisi lain, pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah belum sepenuhnya terlengkapi. Pada beberapa bagian

masih kurang lengkap terutama pada sarana dan prasarana penunjang langsung

proses pembelajaran seperti alat peraga. Hal ini dapat menyebabkan motivasi

mengajar guru menjadi menurun, karena guru terkadang harus mengeluarkan

biaya sendiri sebagai pemenuhan kebutuhan akan alat peraga pembelajaran. Hal

ini akan berakibat buruk bagi motivasi kerja guru karena guru merasa tidak

(23)

berikut:

Tabel 1. Nilai LUN SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung Tahun 2010/2011

No Sekolah Jumlah

Siswa

Nilai

tertinggi terendah Rata-rata

1 SMPN 10 B. Lampung 240 7,56 3,60 5,45

2 SMPN 7 B.Lampung 226 7,30 4,35 4,43

Sumber:Dokumen MKKS SMP Kota Bandarlampung

Berdasarkan hasil suvey awal yang dilakukan pada SMP Negeri Sub Rayon 4

Bandar Lampung, seperti yang terdapat pada tabel 1 di atas, tahun 2011 ini hasil

LUN SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung masih rendah, dari dua SMP

negeri di Sub Rayon 4 tersebut tidak ada sekolah yang mencapai nilai rata-rata 7.

Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja guru dalam proses pembelajaran guru

pada SMP negeri Sub Rayon 4 ini masih rendah dalam artian belum maksimal.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang terkait

dengan kinerja guru dalam pembelajaran adalah:

1.2.1 Kompetensi pengawas sekolah, kemampuan pengawas sekolah dalam tugas

pengawasan dan rencana kerja masih rendah.

1.2.2 Pelaksanaan supervisi akademik, khususnya dalam penggunaan metode,

teknik dan prinsip supervisi belum maksimal.

1.2.3 Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran belum

(24)

melaksanakan supervisi akademik belum berjalan harmonis.

1.2.5 Kondisi dan situasi lingkungan kerja yang dihadapi guru belum kondusif.

1.2.6 Motivasi kerja guru, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing masih rendah.

1.2.7 Kinerja guru dalam pembelajaran masih rendah.

1.3 Batasan Masalah

Sehubungan dengan keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan peneliti,

maka dalam penelitian ini dibatasi pada :

1.3.1 Kinerja guru dalam pembelajaran

1.3.2 Pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas sekolah.

1.3.3 Komunikasi interpersonal antara pengawas sekolah dengan guru.

1.3.4 Motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

1.4 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang

telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai

berikut :

1.4.1 Adakah pengaruh pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas sekolah

terhadap kinerja guru dalam pembelajaraan di SMP Negeri Sub Rayon 4

(25)

guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaraan di SMP Negeri Sub

Rayon 4 Bandar Lampung?

1.4.3 Adakah pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru dalam

pembelajaraan di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung?

1.4.4 Adakah pengaruh supervisi akademik, komunikasi interpersonal, dan

motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru dalam

pembelajaraan di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang

pengaruh supervisi akademik, komunikasi interpersonal, dan motivasi guru

terhadap kinerja guru pada SMP Sub Rayon 4 Bandar Lampung. Adapun tujuan

khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh:

1.5.1 supervisi akademik pengawas sekolah terhadap kinerja guru dalam

pembelajaran SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandarlampung.

1.5.2 komunikasi interpersonal pengawas sekolah dengan guru terhadap kinerja

guru dalam pembelajaran SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandarlampung.

1.5.3 motivasi kerja guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran SMP Negeri

Sub Rayon 4 Bandar Lampung.

1.5.4 supervisi akademik, komunikasi interpersonal dan motivasi guru secara

bersama-sama terhadap kinerja guru dalam pembelajaran SMP Negeri Sub

(26)

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data informasi empirik dan

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya sumber daya manusia guru serta

dapat menemukan komponen penting yang berhubungan dengan pengembangan

pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas sekolah, komunikasi

interpersonal pengawas sekolah dengan guru, dan motivasi kerja guru terhadap

kinerja guru dalam pembelajaran.

1.6.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memiliki kemanfaatan sebagai

berikut:

1.6.2.1 Manfaat bagi pengawas sekolah, yakni memberikan informasi tentang

peran dan kontribusi pelaksanaan supervisi akademik dan komunikasi

interpersonal dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.

1.6.2.2 Manfaat bagi guru. Memberikan informasi kepada guru tentang

pentingnya motivasi kerja guna pencapaian kinerja guru dalam

pembelajaran.

1.6.2.3 Manfaat bagi sekolah. Memberikan informasi mengenai kontribusi

(27)

1.7.2 Kajian Ilmu

Penelitian ini merupakan bagian dari ilmu manajemen pendidikan, khususnya

mengkaji prilaku individu dalam organisasi pendidikan.

1.7.3 Obyek Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah kinerja guru, supervisi akademik pengawas

sekolah, komunikasi interpersonal pengawas sekolah dengan guru, dan motivasi

kerja guru.

1.7.4 Subyek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah seluruh guru yang mengajar di SMP Negeri Sub

Rayon 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 105 orang

(28)

Pembahasan pada bab II ini akan difokuskan pada empat komponen pokok yang

berupa tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berfikir dan

hipotesis. Berdasarkan cakupan pembahasan tersebut, maka pada bagian ini akan

diawali dengan pembahasan tentang tinjauan pustaka.

2.1 Tinjauan Pustaka

Sesuai dengan lingkup penelitian mengenai studi manajemen pendidikan yang

mengkaji perilaku individu pada organisasi, maka penelitian ini tidak dapat

dipisahkan dari studi manajemen perilaku organisasi. Perilaku organisasi menurut

Robbins (2008:10) merupakan bidang studi yang mempelajari dampak

perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan tujuan

mengaplikasikan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki efektivitas

organisasi. Topik-topik mengenai perilaku individu, yang secara khas dipelajari

dalam perilaku organisasi adalah persepsi, nilai-nilai, pengetahuan, motivasi, serta

kepribadian. Termasuk di dalam topik mengenai kelompok adalah peran, status

kepemimpinan, komunikasi, dan konflik. Lebih lanjut Robbin (2008:12)

mengemukakan bahwa perilaku organisasi menekankan pada pekerjaan, kerja,

ketidakhadiran, perputaran karyawan, produktivitas, kinerja manusia, dan

(29)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa studi perilaku organisasi terkait

dengan manajemen pendidikan adalah mengenai dampak perilaku dalam

organisasi (dalam hal ini prilaku pengawas sekolah dan guru) yang

dikomunikasikan (komunikasi interpersonal) untuk mencapai tujuan yaitu

efektifitas organisasi (kinerja guru).

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, manajemen tidak terlepas dari fungsinya

yang menurut Hendri Fayol dalam Handoko (2002:21) yaitu: 1) Planningatau

perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan

penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem

anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2) Organizingatau

pengorganisasian ini meliputi: a) penentuan sumber daya-sumber daya dan

kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; b)

Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan

dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan; c) penugasan tanggung jawab

tertentu; dan d) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada

individu-individu untuk melaksanakan tugasnya. 3) Staffingatau penyusunan personalia

adalah penarikan (recruitment) latihan dan pengembangan serta penempatan dan

pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan

dan produktif. 4) Leadingatau fungsi pengarahan adalah bagaimana membuat

atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus

mereka lakukan. 5) Controllingatau pengawasan adalah penemuan dan penerapan

cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan

(30)

Pendapat tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Daft (2003:6) yang membagi

fungsi manajemen menjadi empat yaitu:

1) Planningmerupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan pendefinisian

sasaran untuk kinerja organisasi di masa depan dan untuk memutuskan

tugas-tugas dan sumber daya-sumber daya yang digunakan untuk mencapai sasaran

tersebut.

2) Organizingmerupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan penugasan

mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-departemen dan

mengalokasikan sumber daya ke departemen.

3) Leadingfungsi manajemen yang berkenaan dengan bagaimana menggunakan

pengaruh untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi.

4) Controllingfungsi manajemen yang berkenaan dengan pengawasan terhadap

aktivitas karyawan menjaga organisasi agar tetap berada pada jalur yang sesuai

dengan sasaran dan melakukan koreksi apabila diperlukan.

Dari pendapat di atas jika dikaitkan dengan penelitian ini adalah bahwa dalam

menjalankan fungsi manajemen tidak terlepas dari peran pengawas sekolah

sebagai fungsi controlling melalui supervisi akademik, peran komunikasi

interpersonal dalam melaksanakan fungsi organizing, dan melaksanakan fungsi

leadingdalam mempengaruhi motivasi kerja guru agar tercapai sasaran organisasi

yaitu meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu pada tinjauan pustaka ini akan

dibahas empat bahasan yakni kinerja guru, supervisi akademik, komunikasi

(31)

2.1.1 Kinerja Guru

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Guru

Istilah kinerja atau prestasi kerja berasal dari kata job performanceyaitu prestasi

kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Depdiknas, 2008:4). Kinerja diartikan

juga sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar

kompetensi yang dimilikinya. Istilah kinerja tidak dapat dipisahkan dengan

bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Dalam konteks

tersebut maka kinerja adalah hasil kerja dalam mencapai suatu tujuan atau

persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan. Kinerja dapat dimaknai sebagai

ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang dalam

melaksanakan tugas, sehingga menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang

merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang

diberikan kepadanya. Kinerja dapat ditunjukkan seseorang misalnya guru atau

kepala sekolah atau pengawas sekolah, dapat pula ditunjukkan pada unit kerja

atau organisasi tertentu misalnya sekolah, lembaga pendidikan, kursus-kursus, dll.

Atas dasar itu maka kinerja diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai seseorang

atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan

tanggungjawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang

bersangkutan.

Kinerja dapat pula diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk

kerja. (LAN dalam Depdiknas, 2008:20). Menurut August W. Smith dalam

(32)

human otherwise, artinya kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan

manusia. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu

wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi.

Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell dalam Depdiknas (2008:20) dapat

dilihat dari empat hal, yaitu:

1. Quality of work– kualitas hasil kerja

2. Promptness– ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

3. Initiative– prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan

4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan

5. Comunication– kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.

Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan

penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan.

Standar kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan pertanggungjawaban

terhadap apa yang telah dilaksanakan.

Menurut Ivancevich (1996) dalam Depdiknas (2008:20), patokan tersebut meliputi:

(1) hasil, mengacu pada ukuran output utama organisasi; (2) efisiensi, mengacu

pada penggunaan sumber daya langka oleh organisasi; (3) kepuasan, mengacu

pada keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau

anggotanya; dan (4) keadaptasian, mengacu pada ukuran tanggapan organisasi

terhadap perubahan.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan

(33)

guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah

kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru

merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai

hasil belajar.

2.1.1.2 Indikator Kinerja Guru

Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia

Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance

assessment instrumentyang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat

Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi:

(1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom

procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).

A. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan

dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat

dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran(RPP). Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdiri dari:

a. Identitas Silabus

b. Stándar Kompetensi (SK)

c. Kompetensi Dasar (KD)

(34)

e. Kegiatan Pembelajaran

f. Indikator

g. Alokasi waktu

h. Sumber pembelajaran

(Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007)

Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan istilah RPP,

yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus, ditandai oleh

adanya komponen-komponen :

a. Identitas RPP

b. Standar Kompetensi (SK)

c. Kompetensi dasar (KD)

d. Indikator

e. Tujuan pembelajaran

f. Materi pembelajaran

g. Metode pembelajaran

h. Langkah-langkah kegiatan

i. Sumber pembelajaran

j. Penilaian

(Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007)

B. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang

ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber

(35)

merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam

pelaksanaanya menuntut kemampuan guru. (Depdiknas, 2008: 23)

1. Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan.

Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan

efisien. Pengelolaan kelas menurut Sagala (2000:84) adalah suatu kegiatan yang

erat hubungannya dengan pengajaran dan salah satu prasyarat untuk terciptanya

proses belajar mengajar yang efektif. Pengertian Keterampilan mengelola kelas

adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang

optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan,

baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remidial (Hasibuan

dan Moedjiono, 1995:82). Berdasarkan uraian tersebut penulis menyimpulkan

bahwa keterampilan guru dalam mengelola kelas adalah kemampuan yang

dimiliki guru dalam rangka mengatur dan menjaga kondisi kelas agar tetap

kondusif agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses

pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam

pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin

siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu

masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses

(36)

Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/ setting

tempat duduk siswa yang dilakukan pergantian, tujuannya memberikan

kesempatan belajar secara merata kepada siswa.

2. Penggunaan Media dan Sumber Belajar

Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu dikuasi guru di

samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan sumber belajar.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

(materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan

siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. (Ibrahim dan Nana S.,

2003: 78)

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman.

Kemampuan menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami buku

teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca

buku-buku/sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk

keperluan perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses

pembelajaran.

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan

media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio

visual. Tetapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek

nyata yang ada di sekitar sekolahnya.

Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang sudah ada

(37)

mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat

media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.

3. Penggunaan Metode Pembelajaran

Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Guru

diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai

dengan materi yang akan disampaikan. Menurut Ibrahim dan Nana S.

Sukmadinata (2003: 74) ”Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan

kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode

manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai”.

Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus

menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode

pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya

jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan

seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan

menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.

C. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran

Sudijono (2003:1) menyebutkan: “Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu

proses untuk menentukan nilai dari sesuatu”. Selanjutnya Sudijono (2003:2) juga

menyebutkan: “Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai

pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya”. Dengan demikian

evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan

(38)

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui

tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang

telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam

menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi,

pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.

2.1.1.3 Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Kinerja guru mempunyai spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru dapat dilihat

dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh

setiap guru.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4

kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial,

dan (4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru,

namun yang berhubungan dengan kinerja guru dalam pembelajaran pada

penelitian ini lebih ditekankan pada penguasaan kompetensi pedagogik dan

kompetensi profesional.

A. Kompetensi Pedagogik

1. Pengertian Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah

(39)

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan

pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas

pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi

pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni

mengajar siswa

2. Aspek-aspek Kompetensi Pedagogik

Menurut Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru,

pada Pasal 3 ayat 4 bahwasanya kompetensi pedagogik guru merupakan

kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang

sekurang-kurangnya meliputi: a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;

b). pemahaman terhadap peserta didik; c). pengembangan kurikulum atau silabus;

d). perancangan pembelajaran; e). pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan

dialogis; f). pemanfaatan teknologi pembelajaran; g). evaluasi hasil belajar; dan

h). pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

3. Indikator Kompetensi Pedagogik

Seorang guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian

dalam bidang keguruan atau dengan kata lain ia telah terdidik dan terlatih dengan

(40)

tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik didalam kegiatan belajar

mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang tercantum

dalam kompetensi guru. Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja

Guru Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menetapkan indikator yang

berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik, yaitu sebagai berikut:

a. Aspek menguasai karakteristik peserta didik, dengan indikatornya sebagai

berikut:

1) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di

kelasnya,

2) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan

yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,

3) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang

sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan

belajar yang berbeda,

4) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik

untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik

lainnya,

5) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan

peserta didik,

6) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar

dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut

tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder, dsb).

(41)

2. Aspek Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik, dengan indikator sebagai berikut:

1) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi

pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan

proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,

2) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi

pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran

berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,

3) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang

dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana,

terkait keberhasilan pembelajaran,

4) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi kemauan belajar

peserta didik,

5) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama

lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar

peserta didik,

6) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami

materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk

memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

(Depdiknas, 2010: 41)

3. Aspek Pengembangan kurikulum, dengan indikator-indikatornya sebagai

berikut:

(42)

2) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk

membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai

kompetensi dasar yang ditetapkan,

3) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan

pembelajaran,

4) Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan

pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat

kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5)

sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

(Depdiknas, 2010:43)

4. Aspek Kegiatan pembelajaran yang mendidik, dengan indikator-indikator

sebagai berikut:

1) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang

telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut

mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,

2) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk

membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga

membuat peserta didik merasa tertekan,

3) Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan)

sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,

4) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan

(43)

setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan

penjelasan tentang jawaban yamg benar,

5) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan

mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik, 6) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu

yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan

tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,

7) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk

dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan

secara produktif,

8) Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan

aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,

9) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,

10) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk

membantu proses belajar peserta didik. Sebagaicontoh: guru menambah

informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap

materi sebelumnya, dan

11) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai

tujuan pembelajaran.

(44)

5. Aspek pengembangan potensi peserta didik, dengan indikator-indikator sebagai

berikut:

1) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian

terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan

masing-masing.

2) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang

mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola

belajar masing-masing.

3) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk

memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta

didik.

4) Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran

dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.

5) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi,

dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.

6) Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan

cara belajarnya masing-masing.

7) Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan

mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang

disampaikan.

(45)

6. Aspek komunikasi dengan peserta didik, dengan indikator-indikator sebagai

berikut:

1) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan

menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan

terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan

pengetahuan mereka.

2) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan

tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk

membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.

3) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan

mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa

mempermalukannya.

4) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja

sama yang baik antarpeserta didik.

5) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban

peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk

mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

6) Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan

meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan

kebingungan pada peserta didik.

(46)

7. Aspek Penilaian dan Evaluasi, dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.

2) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian,

selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan

hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman

terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.

3) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi

topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan

kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan

pengayaan.

4) Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya

untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat

membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan

pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.

5) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan

pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya

(Depdiknas, 2010:51)

B. Kompetensi Profesional

1. Pengertian Kompetensi Profesional

Menurut pendapat Hamzah B. Uno (2007: 15), guru merupakan suatu profesi yang

berarti profesi tersebut memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat

(47)

lain adalah sebagai pendidik ataupun pengajar. Kompetensi guru berkaitan dengan

profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru yang kompeten atau

berkemampuan sehingga kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai

kemampuan atau kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya.

Pengertian tersebut sejalan dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional

dengan tugas mendidik, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar

dan pendidikan menengah.

Menurut Hamzah B. Uno (2007: 18-19), kompetensi profesional guru adalah

seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru agar ia dapat

melaksanakan tugas mengajar. Adapun kompetensi profesional mengajar yang

harus dimiliki oleh seorang yaitu meliputi kemampuan dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi sistem pembelajaran, serta kemampuan dalam

mengembangkan sistem pembelajaran.

Menurut pendapat Soediarto dalam Hamzah B. Uno (2007: 64), guru yang

memiliki kompetensi profesional perlu menguasai beberapa kemampuan yaitu

disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran, bahan ajar yang

diajarkan, pengetahuan tentang karakteristik siswa, pengetahuan tentang filsafat

dan tujuan pendidikan, pengetahuan serta penguasaan metode dan model

mengajar, penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran, dan

pengetahuan terhadap penilaian, serta mampu merencanakan, memimpin guna

(48)

Menurut Uzer Usman (2006: 19), kompetensi profesional secara spesifik dapat

dilihat dari indikator- indikator sebagai berikut.

a. Menguasai landasan pendidikan, yaitu mengenal tujuan pendidikan, mengenal

fungsi sekolah dan masyarakat, serta mengenal prinsip-prinsip psikologi

pendidikan.

b. Menguasai bahan pengajaran, yaitu menguasai bahan pengajaran kurikulum

pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan penghayatan.

c. Menyusun program pengajaran, yaitu menetapkan tujuan pembelajaran,

memilih dan mengembangkan bahan pengajaran, memilih dan

mengembang-kan strategi belajar mengajar, memilih media pembelajaran yang sesuai,

memilih dan memanfaatkan sumber belajar, melaksanakan program

pengaja-ran, menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat, mengatur ruangan belajar,

mengelola interaksi belajar mengajar.

d. Menilai hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi

profesional guru merupakan kemampuan yang harus dimiliki sebagai dasar dalam

melaksanakan tugas profesional yang bersumber dari pendidikan dan pengalaman

yang diperoleh. Kompetensi profesional tersebut berupa kemampuan dalam

memahami landasan kependidikan, kemampuan merencanakan proses

pembelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, dan kemampuan

(49)

2. Komponen Kompetensi Profesional Guru

a. Kemampuan Memahami Landasan Kependidikan

Guru adalah tenaga profesional, sehingga tidaklah cukup apabila guru hanya

menguasai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, tetapi juga

harus memahami berbagai landasan dalam dunia pendidikan. Landasan tersebut

sangatlah penting mengingat tugas guru adalah memberi bekal pengetahuan,

ketrampilan, dan keahlian kepada para peserta didiknya.

Landasan kependidikan yang harus dikuasai guru menurut Uzer Usman (2006:

19), yaitu mengenal tujuan pendidikan, mengenal fungsi sekolah dan masyarakat,

serta mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan. Sedangkan menurut E.

Mulyasa (2007: 135-136), landasan kependidikan yang harus dikuasai guru yaitu

landasan filosofis, psikologis, dan sosiologis.

b. Kemampuan Merencanakan Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran perlu direncanakan agar dalam pelaksanaannya dapat

berlangsung dengan baik dan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Perencanaan

proses pembelajaran bertujuan untuk memperkirakan mengenai tindakan apa yang

yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan proses pembelajaran. Guru yang

baik akan berusaha sebisa mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu faktor

yang dapat membawa keberhasilan itu adalah adanya perencanaan pengajaran

yang dibuat guru sebelumnya.

Menurut E. Mulyasa (2007: 148), dalam rangka pengembangan kurikulum yang

(50)

merupakan tuntutan bagi setiap guru untuk menyusunnya, selain itu guru juga

perlu menyusun program tahunan, program mingguan dan harian, program

pengayaan remedial, serta program bimbingan dan konseling. Lebih lanjut

menurut E. Mulyasa (2007: 249-254), yang dimaksud program tahunan yaitu

program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh

guru mata pelajaran yang bersangkutan.

c. Kemampuan Melaksanakan Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan tahap pelaksanaan yang telah direncanakan oleh

guru. Dalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam

menciptakan dan menumbuhkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan rencana

yang telah disusun. Dalam pelaksanan proses pembelajaran guru juga harus

menganalisa apakah siswa sudah memahami materi pembelajaran yang diberikan,

dan apakah metode dalam pembelajaran perlu diubah atau tidak, sehingga apa

yang menjadi tujuan proses pembelajaran dapat tercapai.

Menurut E. Mulyasa (2007: 255-258), pembelajaran pada hakekatnya adalah

proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi

pembentukan ke arah yang lebih baik. Pembentukan kompetensi merupakan inti

dari pelaksanaan proses pembelajaran yaitu bagaimana kompetensi dibentuk, dan

bagaimana tujuan-tujuan pembelajaran direalisasikan.

d. Kemampuan Mengevaluasi Proses Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan tahap akhir dari proses pembelajaran yang

(51)

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, evaluasi pendidikan adalah

kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap

berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

Menurut Oemar Hamalik (2005: 145), evaluasi dimaksudkan untuk mengamati

hasil belajar siswa dan berupaya menentukan bagaimana menciptakan kesempatan

belajar itu sendiri, selain itu untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran

khusus, teori kurikulum, dan prinsip-prinsip belajar untuk diterapkan dalam

pengajaran. Tujuan penilaian tidak lain adalah untuk mendapatkan informasi yang

akurat tentang sejauh mana tingkat pencapaian siswa dalam memahami materi

pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3. Aspek dan Indikator Kompetensi Profesional Guru

Berkaitan dengan penilaian kinerja guru Depdiknas (2010:58-59) telah

menentukan aspek dan indikator-indikator yang harus dikuasai oleh guru sebagai

bagian dari kompetensi profesionalnya, yaitu:

a. Aspek penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu, dengan indikator sebagai berikut:

1) Guru melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar

untuk mata pelajaran yang diampunya, untuk mengidentifikasi materi

pembelajaran yang dianggap sulit, melakukan perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran, dan memperkirakan alokasi waktu yang

(52)

2) Guru menyertakan informasi yang tepat dan mutakhir di dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

3) Guru menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang

berisi informasi yang tepat, mutakhir, dan yang membantu peserta didik

untuk memahami konsep materi pembelajaran.

b. Aspek mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif, indikator yang

dijadikan acuan adalah:

1) Guru melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap, dan didukung

dengan contoh pengalaman diri sendiri.

2) Guru memiliki jurnal pembelajaran, catatan masukan dari teman sejawat

atau hasil penilaian proses pembelajaran sebagai bukti yang

menggambarkan kinerjanya.

3) Guru memanfaatkan bukti gambaran kinerjanya untuk mengembangkan

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya dalam program

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).

4) Guru dapat mengaplikasikan pengalaman PKB dalam perencanaan,

pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan tindak lanjutnya.

5) Guru melakukan penelitian, mengembangkan karya inovasi, mengikuti

kegiatan ilmiah (misalnya seminar, konferensi), dan aktif dalam

melaksanakan PKB.

6) Guru dapat memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pelaksanaan

(53)

2.1.2 Supervisi Akademik

2.1.2.1 Pengertian Supervisi

Secara etimologis, supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S Poerwadarminta

yang dikutip oleh Ametembun (1993:1) : “Supervisi dialih bahasakan dari

perkataan inggris “Supervision” artinya pengawasan.

Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut Ametembun (1993:2),

menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua

buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna

yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai

kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat,

menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.

Pengertian supervisi menurut Kimbal Wiles (1967) dalam Suharsimi Arikunto

(2004:11) adalah “supervision is assistance in the development of a better

teaching-learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan

situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Bantuan

tersebut merupakan kegiatan pelayanan yang disediakan untuk memfasilitasi dan

membantu guru dalam menjalankan tugas mereka dengan baik.

Supervisi yang lakukan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi

yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Dalam hal ini supervisi lebih

ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam melakukan

pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu

(54)

Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas

satuan pendidikan antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara intensif

terhadap proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudian ditindak

lanjuti dengan pemberian feed back. (Razik dalam Depdiknas, 2008:5). Hal ini

sejalan pula dengan pandangan L. Drake dalam Depdiknas (2008:5) yang

menyebutkan bahwa supervisi adalah suatu istilah yang sophisticated, sebab hal

ini memiliki arti yang luas, yakni identik dengan proses manajemen, administrasi,

evaluasi dan akuntabilitas atau berbagai aktivitas serta kreatifitas yang

berhubungan dengan pengelolaan kelembagaan pada lingkungan kelembagaan

setingkat sekolah.

Rifa’i (1992:20) merumuskan istilah supervisi merupakan pengawasan

profesional, sebab hal ini di samping bersifat lebih spesifik juga melakukan

pengamatan terhadap kegiatan akademik yang mendasarkan pada kemampuan

ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen biasa, tetapi

lebih bersifat menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan humanistik

oleh para pengawas pendidikan.

Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademis,

dan supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan

supervisor terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam

maupun di luar kelas. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan

pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai

(55)

Gregorio (1966) dalam Depdiknas (2008:6) mengemukakan bahwa ada lima

fungsi utama supervisi, yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan

dan penilaian. Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan

dan kondisi sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor

antara lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah

secara keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun

metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan

cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar

isian.

Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang

berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan

prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan

data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik suatu kesimpulan atas

apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan diatas.

Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan keterampilan

guru/kepala sekolah dalam suatu bidang. Dalam pelatihan diperkenalkan kepada

guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses

pembelajaran, dan jenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui

demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, individual dan group

conference, serta kunjungan supervisi.

Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru baik

secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai

Gambar

Tabel 1. Nilai LUN SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung Tahun 2010/2011
Gambar 1. Tiga Tujuan Supervisi
gambar 2.
Tabel  2. Kebutuhan berkomunikasi  interpersonal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan 4 (empat) metode penelitian yaitu metode analisa yang membahas 3 (tiga) tahap awal dari 7 (tujuh) tahap Internet marketing, metode

4m2/instruktur.. Perancangan SMK Pertanian & Perkebunan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan programatik. Metode deskriptif kualitatif yang dilakukan

Memenuhi PT Agronusa Alam Sejahtera telah memiliki izin yang sah, dibuktikan dengan keberadaan, kelengkapan dan keabsahan dokumen perizinan (SK IUPHHK beserta peta lampirannya),

pembelajaran mengacu pada prinsip belajar Blended learning berbasis proyek dengan harapan membantu mahasiswa mewujudkan karya kreatif mereka dalam bentuk rancangan

Bagaimana membuat aplikasi rumah pintar (smart home) yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan peralatan elektronik rumah tangga dengan menggunakan modul

Corak tafsir sufi yang mempunyai karakteristik khusus, tidak lepas dari epistimogi yang dipakai oleh kaum tasawuf sendiri yaitu epistemology irfani yang dalam

Keterampilan proses ini antara lain meliputi, kemampuan mengamati, mengukur, menggolongkan, menngajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan termasuk

b. Seleksi proposal untuk LPNK dan konsorsium riset untuk memastikan bahwa usulan sesuai prosedur pengusulan dan merupakan bagian dari road-map pencapaian flagship. Seleksi