• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENOKOHAN DAN ALUR DALAM NASKAH DRAMA DAPUR KARYA FITRI YANI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENOKOHAN DAN ALUR DALAM NASKAH DRAMA DAPUR KARYA FITRI YANI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENOKOHAN DAN ALUR DALAM NASKAH DRAMA DAPUR KARYA FITRI YANI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR

SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

(Skripsi)

Oleh

DYAN FATHMA DEWI S. 0513041021

JURUSAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENOKOHAN DAN ALUR DALAM NASKAH DRAMA DAPUR KARYA FITRI YANI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR

SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Oleh

DYAN FATHMA DEWI S.

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

JURUSAN BAHASA DAN SENI

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

ABSTRAK

PENOKOHAN DAN ALUR DALAM NASKAH DRAMA DAPUR KARYA FITRI YANI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Oleh

DYAN FATHMA DEWI S.

Penokohan dan alur merupakan bagian terpenting dalam sebuah drama. Hal tersebut dipandang penting karena penokohan dan alur merupakan substansi yang membangun dialog dalam drama. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan menentukan layak atau tidak naskah drama tersebut dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA.

Metode yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil yang ditemukan tokoh-tokoh pada naskah drama drama Dapur, yaitu Udin, Romlah, Mak, Bapak, Pak RT dan Nurlela. Tokoh Udin berperan lion (pembawa ide), tokoh Romlah dan tokoh Nurlela berperan moon (penolong lion), tokoh Mak berperan mars (penentang lion) dan tokoh Bapak berperan scale. Udin, Romlah, Pak RT dan Nurlela berwatak datar (memiliki watak tertentu) sedangkan Mak dan bapak berwatak bulat (watak dan tingkah laku bermacam-macam). Alur yang digunakan, yaitu alur kronologis meliputi

(4)
(5)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

mediumnya (Semi, 1984: 2). Sastra mempunyai berbagai jenis, antara lain

drama, prosa dan puisi. Salah satu jenis sastra yang akan di bahas dalam

penelitian ini adalah drama. Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra

yang berbeda dengan novel atau karya fiksi lainnya. Sebuah drama hanya

terdiri dari dialog yang terkadang ada penjelasannya tetapi hanya berisi

petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara dan tidak

adanya narasi dalam drama digantikan oleh akting pemain di pentas. Drama

berasal dari bahasa Perancis, yaitu drane yang pada mulanya untuk

menceritakan lakon-lakon kelas menengah. Drama adalah lakon serius yang

menggarap satu masalah yang mempunyai arti penting meskipun sering

berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia tetapi tidak bertujuan

mengagungkan tragika. Drama adalah salah satu seni bercerita lewat

percakapan dan action tokoh-tokohnya (Soemanto, 2001:3).

Pembelajaran drama merupakan bagian yang erat dari pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini sesuai

(6)

kemampuan bersastra. Belajar bersastra pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia tingkat Sekolah Menengah Atas sama halnya dengan belajar

berbahasa yaitu mencakup aspek menyimak, berbicara, membaca dan

menulis.

Keterampilan menyimak diperoleh pada saat para siswa mendengarkan

pembacaan puisi, berdeklamasi, pertunjukan monolog dan pertunjukan

drama. Kecermatan keterampilan menyimak ini sangat diperlukan. Salah

dengar terhadap salah satu atau dua patah kata saja bisa mengakibatkan salah

tangkap apa yang ditampilkan sedangkan keterampilan berbicara terutama

diperoleh pada saat siswa membaca puisi, membaca monolog atau berpentas

drama di depan kelas.

Siswa mendapatkan pengalamaan penciptaan dalam pengajaran sastra. Siswa

akan diberi kesempatan unuk mencipta sendiri baik berupa puisi, cerpen dan

naskah drama pendek. Kesempatan mencipta ini berguna bagi keterampilan

menulis dan berpengaruh bagi pembinaan apresiasinya karena pengalaman

penciptaan secara langsung banyak berpengaruh untuk usaha mendapatkan

pengalaman puitik (Jabrohim, 1994:9-10).

Kegiatan mengapresiasi sastra drama yang dilakukan oleh para siswa

diharapakan mampu membina kepribadian dan perilaku budi pekerti siswa

agar mereka memiliki sikap positif terhadap hasil karya sastra yang

diciptakan oleh orang lain dan mampu mengambil sikap dengan bijaksana

atas suatu drama yang mereka saksikan. Hal tersebut tidak luput dari peran

(7)

adalah sebagai informator, fasilitator dan moderator. Seorang guru hanya

sebagai penunjuk jalan bagi para siswa yang sedang bertamasya di taman

sarinya karya sastra (Suharianto dalam Jabrohim, 1994:21).

Guru dan siswa bersama-sama menelusuri dan menjelajahi karya sastra sesuai

dengan taraf masing-masing di dalam pengajaran sastra termasuk drama.

Sesuai dengan tugasnya sebagai penunjuk jalan, seorang guru harus tahu

lika-liku jalan dan menguasai berbagai obyek yang menjadi perhatian siswa.

Seorang guru harus benar-benar mempunyai pengalaman, pendidikan dan

keterampilan yang lebih dibandingkan siswanya.

Proses dan metode pengajaran sastra mempunyai peranan penting. Seorang

guru tidak hanya mampu menjabarkan atau menjelaskan pengertian sastra,

macam-macam sastra, nama pengarang sastra dan lain-lain. Metode seperti itu

terkesan monoton sehingga murid kurang tertarik untuk mempelajari sastra.

Guru harus dapat membantu mengembangkan akal siswa dengan

mengapresiasi sebuah karya sastra sehingga siswa dapat memahami dan lebih

menghargai sebuah karya sastra. Tujuan pembelajaran sastra bukan

membentuk siswa menjadi sastrawan atau ahli sastra melainkan hanya

membimbing siswa agar dapat memahami, menikmati dan menulis karya

sastra serta mengapresiasi karya sastra (Wiyanto, 2005 : viii).

Kegiatan mengapresiasi karya sastra adalah kegiatan yang membutuhkan

keterlibatan hati secara serius terhadap objek yang dinikmati. Usaha untuk

menumbuhkan keseriusan dan pemahaman dalam mengapresiasi sebuah

(8)

menganggapnya sebagai suatu kerja yang menyenangkan. Kegiatan

mengapresiasi drama sebagai salah satu karya sastra diharapakan mampu

meningkatkan kesenangan siswa dalam pembelajaran sastra di sekolah.

Memberikan apresiasi terhadap sebuah drama penting untuk terlebih dahulu

mengetahui unsur-unsur intrinsik drama. Unsur-unsur intrinsik drama

meliputi tema, penokohan, alur, latar, gaya bahasa, tema dan amanat.

Salah satu naskah drama yang dapat dikaji adalah naskah drama berjudul

Dapur karya Fitri Yani. Naskah drama Dapur merupakan naskah drama satu

babak. Bahasa yang dipakai dalam naskah ini adalah bahasa harian sehingga

untuk kalangan siswa tidak sulit untuk memahami dialog antartokohnya.

Drama ini mengisahkan tentang dapur yang bagi sebagian masyarakat

merupakan tempat yang sakral dan simbol eksistensi sebuah rumah tangga.

Seperti pepatah “jika perempuan jauh dari dapur, ia tak akan bisa

membangkitkan selera lahir dan batin dalam rumah tangga”, maka naskah ini

mencoba menggambarkan bagaimana dapur memiliki makna yang begitu

penting pada kehidupan keluarga dan perempuan. Dapur bukanlah tempat

perempuan tak berdaya. Banyak kekuatan yang dimiliki perempuan dengan

menjadi menejer di dapur dan menjadi pemimpin dalam mempersiapkan

hidangan bagi keluarga.

Tokoh utama dalam naskah drama diangkat dengan melihat fenomena

sekarang. Wilayah perempuan sudah banyak diambil alih oleh laki-laki begitu

pun sebaliknya. Hal tersebut sebenarnya sudah menjadi konsekuensi dari

(9)

koki pun sekedar profesi sama seperti dosen, pegawai, tukang becak dan lain-

lain. Naskah Dapur menjelaskan tentang pekerjaan wanita yang bisa

dikerjakan oleh seorang laki- laki sedangkan di dalam rumah tangga sendiri

wanita yang menjadi sorotan utama urusan dapur. Naskah Dapur berbicara

tentang emansipasi wanita yang masih menjadi perbincangan hangat bangsa

Indonesia di desa maupun di kota. Naskah ini menceritakan tentang kakak

Udin yang memilih menjadi wanita karir dan memberikan efek domino bagi

kondisi rumah tangganya. Di akhir naskah drama ini ditunjukkan bagaimana

kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis karena adanya

disfungsionalisasi wilayah perempuan. Secara keseluruhan naskah ini ingin

menekankan bahwa jika wanita tidak berada di dapur (berada di wilayahnya),

rumah tangga tidak berjalan dengan baik.

Beberapa alasan peneliti memilih naskah drama Dapur sebagai objek

penelitian adalah sebagai berikut. Naskah drama Dapur terpilih menjadi

naskah yang dipentaskan pada acara Kala Sumatera 2009 yang didanai

HIVOS Founding dari Belanda. Naskah drama dapur mengisahkan cerita

sosial kehidupan dalam satu keluarga. Ada kisah percintaanya, cerita antara

ibu dan ayah atau ayah dan anak semuanya ada di dalam naskah ini. Setiap

tokoh punya perbedaan watak yang menonjol dan bahasa yang dipakai tidak

berat sehingga cocok jika naskah drama Dapur dipakai untuk sarana

pembelajaran sastra di SMA. Naskah ini menceritakan tentang isu yang

sensitif dan masih terus hangat di kalangan perempuan bahkan kebanyakan

masyarakat, yaitu tentang emansipasi perempuan dan peran- peran sakralnya.

(10)

merupakan hasil dari sastrawan nasional maka peneliti memilih sastrawan

dari daerah sendiri, yaitu Lampung. Naskah ini ditulis oleh sastrawan yang

merupakan putra daerah Lampung yang perlu diapresiasi sebagai bentuk

penghargaan atas karyanya yang turut mengangkat nama daerah di bidang

sastra nasional.

Pembahasan tentang unsur penokohan dan alur drama terdapat dalam silabus

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA kelas XII Semester 2 pada

standar kompetensi memahami pembacaan teks darama pada poin kompetensi

dasar (13.1) menemukan unsur-unsur instrinsik teks drama yang didengar

melalui pembacaan meliputi penokohan, alur, latar, tema dan amanat.

Pada penelitian ini peneliti hanya membatasi pada unsur penokohan dan alur

saja. Penelitian mengenai penokohan dan alur dalam naskah drama

merupakan hal yang dianggap penting karena dalam sebuah karya sastra

terutama genre drama mempunyai karakteristik tersendiri bila dibandingkan

dengan genre fiksi dan puisi. Unsur-unsur pembangun di dalam drama

sebagai genre sastra itu lebih tajam, lebih lugas dan lebih detil terutama pada

unsur penokohannya. Selain itu, peneliti menyandingkan alur sebagai bahan

penelitian karena alur merupakan salah satu unsur pembangun drama yang

sangat erat kaitannya dengan penokohan. Alur merupakan rangkaian

peristiwa yang saling berhubungan secara kausalitas dan peristiwa di dalam

drama tersebut terjadi karena didukung oleh tokoh. Perubahan tingkah laku

(11)

sebab itu, peneliti menganggap unsur penokohan dan alur adalah dua hal yang

penting untuk dikaji lebih dalam.

Penelitian tentang penokohan dan alur pada sebuah karya sastra sudah ada

yang melakukan sebelumnya. Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan analisis unsur- unsur intristik dalam drama, antara lain

penelitian tentang tokoh Wayan dalam naskah drama Bila Malam Bertambah

Malam karya Putu Wijaya oleh Herzon (2004). Penelitian yang dilakukakan

Herzon hanya meneliti satu tokoh dari beberapa tokoh yang ada dalam naskah

drama tersebut dan tidak ada kaitannya dengan kelayakan sebagai bahan ajar

sastra di SMA. Selain Herzon, ada Ferri Gunadi yang sama melakukan

penelitian terhadap naskah drama. Ferri Gunadi dengan judul skripsinya

“Unsur-unsur Intrinsik dalam Naskah Drama Dorr karya Putu Wijaya dan

Kelayakannya dalam Pembelajaran Sastra di SMA” lebih meluas

cakupannya. Ia meneliti keseluruhan unsur intrinsik yang ada dalam naskah

drama.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Herzon dan Ferri Gunadi, peneliti

akan meneliti unsur intrinsik naskah drama yang mencakup dua hal saja yakni

penokohan dan alur. Peneliti akan mengarahkan penelitian ini pada usaha

untuk mengkaji kelayakan naskah drama Dapur sebagai bahan ajar sastra di

SMA yaitu menitikberatkan pada upaya pembuktian apakah dengan

diapresiasinya naskah drama Dapur oleh siswa dalam hal penokohan dan alur

drama tersebut dapat meningkatkan semangat belajar siswa terhadap

(12)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin meneliti

tentang penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan

kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya

Fitri Yani dan kelayakan sebagai bahan ajar sastra di SMA?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri

Yani dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi calon peneliti

selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang unsur-unsur intrinsik

(13)

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif bahan ajar sastra

kepada guru dalam rangka menumbuhkembangkan kepekaan siswa

terhadap kesastraan di Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada dua unsur intrinsik naskah drama saja yaitu

penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan

kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA. Sumber data penelitian

(14)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Drama

Pada umumnya drama menampilkan beberapa tokoh yang saling

berhubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk kisah

atau alur cerita. Tokoh-tokoh dalam cerita tersebut digambarkan pengarang

sebagai manusia hidup di dunia nyata artinya tokoh-tokoh tersebut

digambarkan hidup dalam masyarakat yang memiliki tatanan hidup

bermasyarakat. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media seperti di atas

panggung, film dan televisi. Drama sering dikombinasikan dengan musik dan

tarian seperti sebuah opera.

Beberapa ahli mendefinisikan drama dengan berbagai penalaran sebagai

berikut.

Drama berasal dari bahasa Perancis yaitu drane yang pada mulanya untuk menceritakan lakon-lakon kelas menengah. Dalam istilah yang lebih kuat drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia- tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Drama adalah salah satu seni bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya (Soemanto, 2001:3).

Definisi tersebut lebih menekankan drama sebagai proses bercerita secara

langsung melalui gerak tubuh dan dialog lisan dengan lakon serius dari para

(15)

Drama adalah salah satu bentuk seni yang bercerita lewat percakapan atau dialog dan action tokoh-tokohnya tetapi percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action (Soemanto, 2001:1). Pernyataan lain dikemukakan bahwa adrama sebagai genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai seni pertunjukan (Hassanuddin, 1996:7).

Definisi tersebut lebih menekankan drama sebagai cerita dalam bentuk dialog

verbal dan non verbal untuk sebuah pertunjukan seni.

Drama merupakan salah satu bentuk kesusastraan namun cara penyajian drama berbeda dari bentuk kesusastraan lainnya seperti novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog-dialog dan ada penjelasan sedikit untuk dijadikan pedoman oleh sutradara bila drama tersebut dipentaskan (Soemanto, 2001:3-4).

Beberapa pengertian drama di atas terlihat bahwa drama tidak hanya menjadi

sebuah karya seni yang dapat dijadikan hiburan atau tontonan semata tetapi

drama memang berisi masalah kehidupan dan kemanusiaan yang tidak

terlepas dari aspek-aspek sosial masyarakat dalam hubungan manusia dengan

manusia lainnya. Drama menyajikan aspek-aspek perilaku manusia terhadap

jenisnya dalam kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti perasaan

sayang, cinta, benci, dendam, ketulusan, kesetiaan, kesucian dan lain-lain.

Drama merupakan alat komunikasi sosial dalam masyarakat. Manusia dapat

menemukan masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya kemudian

menjadikannya sebagai bahan pertimbangan, perbandingan dan pengetahuan

untuk berbuat sesuatu secara lebih baik melalui sebuah drama. Hal ini

merupakan salah satu fungsi dan peranan drama meskipun ada juga

(16)

masyarakat tertentu yang memahami arti suatu karya seni. Anggapan seperti

itu tidaklah benar karena karya seni dalam bentuk apapun hendaknya

dirasakan sebagai milik masyarakat. Ia memerlukan interpretasi dan apresiasi

sehingga nilai-nilai kehidupan yang ada di dalamnya dapat dipahami dan

menjadi pedoman.

Ada satu hal yang tetap menjadi ciri drama yaitu penyampaiannya yang

dilakukan dalam bentuk dialog atau action yang dilakukan para tokohnya. Hal

ini sejalan dengan tujuan penelitian saya tentang penokohan dan alur yang

akan digali dari percakapan para tokoh dalam naskah drama Dapur karya Fitri

Yani.

2.2 Dialog

Secara universal dialog sebagai sarana primer di dalam drama yang berfungsi

sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan informasi, menjelaskan

fakta atau ide-ide utama. Dialog memberikan kejelasan watak dan perasaan

tokoh atau pelaku. Kalimat-kalimat atau kata-kata yang diujarkan oleh para

pelaku akan memberikan gambaran-gambaran tentang watak, sifat ataupun

perasaan masing-masing tokoh. Seseorang yang berwatak bengis, kasar, baik,

sabar dan sebagainya bisa diketahui melalui dialog. Kondisi psikis seperti

senang, sedih, gembira, cemburu juga bisa diketahui melalui dialog

(Hasanuddin 1996 : 21-22).

Dialog harus berupaya melukiskan suasana, perwatakan, konflik dan klimaks

(17)

drama. Dialog inilah yang membedakan karya sastra drama dengan karya

sastra lainnya yang berbentuk prosa. Berdasarkan dialog atau cakapan

antartokoh tersebut cerita dirangkai, konflik ditumbuhkan dan perwatakan

dikembangkan. Peneliti bisa meneliti dan mendeskripsikan penokohan dan

alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani melalui dialog tersebut.

2.3 Penokohan

Salah satu unsur penting dalam karya naratif adalah tokoh dan penokohan.

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya. Tokoh cerita atau karakter adalah

orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang

ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams

dalam Nurgiyantoro, 1981:20).

Penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan

watak-watak tertentu dalam sebuah cerita adalah pelukisan gambaran yang jelas

tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam

Nurgiyantoro, 1968:33).

Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh sebab dalam

penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan

bagaimana penempatan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Hal-hal yang berkaitan dengan penokohan yakni penamaan, pemeranan,

(18)

serta karakter tokoh ini saling berhubungan dalam upaya membangun

permasalahan-permasalahan atau konflik kemanusiaan yang merupakan

syarat utama sebuah drama (Hasanuddin:75-76). Di dalam sebuah drama

aspek-aspek ini terkesan lebih jelas dan tegas dibandingkan dengan fiksi.

1) Penamaan

Penamaan yaitu pemberian nama pada tokoh-tokoh yang terlibat dalam

drama. Nama tokoh merupakan suatu sistem di dalam drama oleh karena

itu ia membatasi ruang gerak dan perilaku, sikap, peran para tokoh dalam

melakukan motif-motif untuk membangun peristiwa, kejadian serta

konflik-konflik.

2) Pemeranan

Tokoh dalam drama memiliki peran tertentu. Ada enam kategori peran

dalam drama yang dapat diwakili para tokoh untuk membangun dan

membentuk konflik.

a. Peran Lion (Singa)

Peran lion yaitu tokoh atau tokoh-tokoh pembawa ide (istilah lain dapat

disebut tokoh protagonis). Tokoh ini memperjuangkan sesuatu, mungkin

kebenaran, kekuasaan, perdamaian, cinta dan lain-lain.

b. Peran Mars (Mars)

Peran mars yaitu tokoh yang menentang dan menghalangi peran lion

dalam mencapai keinginan dan tujuan yang diperjuangkan tokoh peran

(19)

c. Peran Sun (Matahari)

Peran sun yaitu tokoh atau apa pun yang menjadi sasaran perjuangan

lion dan ingin didapatkan mars. d. Peran Earth (Bumi)

Peran earth yaitu tokoh yang menerima hasil perjuangan lion atau

mars.

e. Peran Scale (Neraca)

Peran scale yaitu peran yang menghakimi, memutuskan, menengahi

atau menyelesaikan konflik dan permasalahan yang terjadi di dalam

drama.

f. Peran Moon (Bulan)

Peran moon yaitu peran yang bertugas sebagai penolong.

3) Keadaan Fisik

Keadaan fisik dalam hal ini perlu dikenal apakah tokoh itu seorang

laki-laki atau perempuan, berapa usianya, bentuk badannya, warna kulitnya

dan sebagainya.

4) Keadaan Sosial

Keadaan sosial ini menyangkut apa pekerjaannya, agamanya,

keluarganya, keadaan ekonominya dan keadaan lingkungannya.

5) Karakter/Watak

Karakter atau watak adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh tokoh dalam

(20)

yakni tokoh pipih (simple character) dan tokoh bulat (round character)

(Nurgiyantoro, 1998:181).

a. Tokoh pipih adalah tokoh yang mencerminkan watak yang sederhana,

memiliki satu kualitas pribadi tertentu dan satu sifat watak yang

tertentu saja. Ia tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat

memberikan efek kejutan bagi pembaca.

b. Tokoh bulat adalah tokoh yang dinamis dan banyak sekali mengalami

perubahan. Tokoh ini mencerminkan watak yang kompleks. Tokoh

yang berwatak bulat dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat

diformulasikan. Ia dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku

bermacam-macam bahkan mungkin bertentangan dan sulit diduga.

Perwatakannya pun pada umumnya sulit dideskripsikan secara tepat.

Watak bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya

karena di samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan

tindakan, ia juga sering memberi kejutan (Nurgiyantoro, 2005 : 183).

2.4 Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa atau sekelompok peristiwa yang saling

berhubungan secara kausalitas dan akan menunjukkan sebab akibat. Apabila

hubungan kausalitas peristiwa terputus dengan peristiwa yang lain maka

dapat dikatakan alur tersebut kurang baik. Alur yang baik adalah alur yang

memiliki kausalitas sesama peristiwa yang ada di dalam naskah (Hasanuddin,

(21)

Alur merupakan suatu keseluruhan peristiwa di dalam naskah. Alur adalah

rangkaian peristiwa yang sambung menyambung dalam sebuah cerita

berdasarkan logika sebab akibat. Dalam sebuah cerita terdapat berbagai

peristiwa. Peristiwa-peristiwa itu berkaitan satu sama lain. Rangkaian

peristiwa itulah yang membentuk alur atau jalan cerita (Wiyanto, 2005:79).

Alur adalah urutan peristiwa yang berhubungan secara kausalitas. Hubungan

antarperistiwa yang dikisahkan itu harus bersebab akibat dan tidak hanya

secara kronologis saja (Forster dalam Soemanto, 1972 : 48-50). Pendapat lain

mengatakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian namun

kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu

disebabkan atau menyebabkan peristiwa lain (Stanton dalam Nurgiyantoro,

1965:14).

2.4.1 Kaidah Pengaluran

Di dalam usaha pengembangan suatu alur pengarang juga memiliki

kebebasan kreativitas, tetapi kebebasan itu tetap mempunyai sebuah aturan

atau kaidah. Kaidah-kaidah pengaluran yang dimaksud meliputi masalah

plausabilitas (plausability), adanya kejutan (surprise), rasa ingin tahu

(suspense) dan kepaduan (unity) (Kenny dalam Nurgiyantoro, 1966:19-22).

1) Plausabilitas (plausibility)

Alur dalam sebuah cerita harus memiliki sifat plausibel, yakni dapat

dipercaya oleh pembaca atau penikmat karya sastra. Plausabilitas

(22)

dunia nyata, jadi sebuah cerita yang mencerminkan realitas kehidupan

sesuai atau tidak bertentangan dengan sifat-sifat dalam kehidupan nyata.

2) Rasa ingin tahu (suspense)

Sebuah cerita yang baik pasti memiliki kadar suspense yang tinggi dan

terjaga atau mampu membangkitkan rasa ingin tahu di hati pembaca.

Apabila rasa ingin tahu pembaca mampu dibangkitkan dan terus terjaga

di dalam sebuah cerita itu artinya cerita tersebut menarik perhatiannya.

3) Kejutan (surprise)

Alur sebuah cerita yang menarik tidak hanya mampu membangkitkan

rasa ingin tahu pembaca akan tetapi juga harus mampu memberikan

surprise atau kejutan. Alur sebuah karya sastra dikatakan memberikan

kejutan jika sesuatu yang dikisahkan itu menyimpang atau bertentangan

dengan harapan si pembaca (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1981:138).

4) Kesatupaduan (unity)

Kesatupaduan atau keutuhan dalam sebuah karya mengandung

pengertian bahwa berbagai unsur yang ditampilkan khususnya

peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan dan acuan yang mengandung konflik

seluruhnya memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Ada

benang-benang merah yang menghubungkan berbagai aspek cerita tersebut

sehingga seluruhnya dapat dirasakan sebagai satu kesatuan yang utuh dan

(23)

2.4.2 Penahapan Alur

Alur dalam sebuah cerita harus bersifat padu (unity). Untuk memperoleh

keutuhan sebuah alur cerita, Aristoteles mengemukakan bahwa sebuah alur

haruslah terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (midle) dan tahap

akhir (end) (Nurgiyantoro, 1998:142-145).

1) Tahap Awal

Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan.

Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang

berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap

berikutnya. Fungsi pokok tahap awal adalah untuk memberikan informasi

dan penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan

penokohan.

2) Tahap Tengah

Tahap tengah cerita dapat disebuut tahap pertikaian yang menampilkan

pertentangan atau konflik. Konflik yang dikisahkan dapat berupa konflik

internal, konflik eksternal, konflik atau pertentangan yang terjadi

antartokoh cerita, antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis.

3) Tahap Akhir

Tahap akhir sebuah cerita disebut juga tahap peleraian. Pada bagian ini

berisi bagaimana kesudahan cerita atau menyaran pada hal bagaimanakah

akhir sebuah cerita.

Penahapan alur mengalami perkembangan sebagai berikut.

a. Eksposisi

(24)

b. Konflik

Tahap konflik berarti pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok.

Pada tahap ini mulai ada insiden. Insiden inilah yang memulai plot drama.

c. Komplikasi

Pada tahap komplikasi, insiden kemudian berkembang menimbulkan

konflik-konflik yang semakin banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang

kait-mengait tetapi semuanya masih tanda tanya.

d. Krisis

Pada tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya (klimaks)

e. Resolusi

Pada tahap ini dilakukan penyelesaian konflik-konflik.

(Wiyanto , 2002:25)

2.4.3 Pembedaan Alur

Alur dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda berdasarkan

sudut-sudut tinjauan pada kriteria urutan waktu, jumlah, kepadatan dan

kriteria isi.

1) Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu

a. Alur Lurus (progresif)

Apabila peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis atau

runtut. Alur progresif biasanya menunjukkan kesederhanaan dalam

(25)

b. Alur Sorot Balik (flashback)

Alur ini disebut juga alur regresif yaitu urutan kejadian yang dikisahkan

tidak bersifat kronologis. Cerita mungkin dimulai dari tahap tengah atau

akhir baru kemudian tahap awal cerita.

c. Alur Campuran

Apabila dalam sebuah cerita kedua alur baik progresif dan regresif

digunakan secara bergantian.

2) Berdasarkan Kriteria Jumlah

a. Alur Tunggal

Alur tunggal sering digunakan jika pengarang ingin memfokuskan

dominasi seorang tokoh tertentu sebagai pahlawan.

b. Alur Subplot

Sesuai dengan namanya yaitu subplot, yakni hanya merupakan bagian

dari alur utama. Subplot berisi cerita kedua yang ditambahkan dan

bersifat memperjelas, memperluas pandangan kita terhadap alur utama

dan mendukung efek keseluruhan cerita (Nurgiyantoro dalam Abrams,

1981:138).

3) Berdasarkan Kriteria Kepadatan

a. Alur Padat

Alur padat dijumpai pada cerita yang memiliki pelaku lebih sedikit

sehingga hubungan antar pelaku erat tiap-tiap rinciannya, tiap-tiap tokoh,

(26)

b. Alur Longgar

Hubungan tokoh longgar karena banyak pelaku, selain itu hubungan

peristiwa-peristiwa longgar seolah-olah peristiwa itu berdiri sendiri. Bila

salah satu peristiwa hilang cerita pokoknya masih dapat dipahami.

4) Berdasarkan Kriteria Isi

a. Alur Peruntungan

Alur peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan

nasib atau peruntungan yang menimpa tokoh (utama) cerita yang

bersangkutan.

b. Alur Tokohan

Alur tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan tokoh, tokoh

yang menjadi fokus perhatian. Alur tokohan lebih banyak menyoroti

keadaan tokoh daripada kejadian-kejadian yang ada.

c. Alur pemikiran

Alur pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran,

keinginan dan perasaan.

2.5 Pemilihan Bahan Ajar Sastra di SMA

Pembelajaran sastra di sekolah merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Tujuan pokok pembelajaran sastra di sekolah adalah membina

apresiasi anak didik yaitu membina agar anak memiliki kesanggupan untuk

memahami, menikmati dan menghormati suatu cipta sastra (Jabrohim,

(27)

terhadap karya sastra adalah dengan menghadapkan siswa secara langsung

pada bentuk-bentuk karya sastra, misalnya drama.

Pembelajaran drama di Sekolah Menengah Atas (SMA) selayaknya penting

karena didalamnya banyak mengandung nilai-nilai yang dapat diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat. Penilaian terhadap pengajaran drama

terkadang disepelekan oleh kalangan awam padahal kemampuan penghayatan

mereka terhadap sastra yang terlalu sempit. Mereka beralasan bahwa drama

sebagai milik sekelompok masyarakat tertentu yang memahami arti suatu

karya seni.

Sebagai seorang pengajar dalam menyampaikan materi mengenai sastra

seorang guru seharusnya tidak hanya memberikan teori-teori tentang sastra

tetapi juga memberikan hal-hal yang mengarah pada pembinaan apresiasi

sastra yang mencakup adanya pemberian kesempatan untuk mencoba sendiri

menciptakan sastra.

Hal itu harus diperhatikan guru karena mempelajari sastra dengan tepat dapat

memberi manfaat bagi siswa seperti membantu keterampilan berbahasa,

meningkatkan pengetahuan sosial dan budaya, mengembangkan cipta dan

karsa serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1993:16).

Pengapresiasian sastra bisa berupa menganalisis unsur-unsur intrinsik yang

terdapat dalam drama terutama mengenai penokohan. Melalui penokohan

para siswa memperoleh pemahaman tentang bagaimana cara pengarang

(28)

dihadapinya hingga menampilkan citra tokoh tersebut sehingga siswa sebagai

pembaca akan memperoleh suatu pelajaran yang berharga dalam menyikapi

kehidupan sehari-hari. Guru diharapkan mampu memilih naskah drama yang

sesuai dan mendukung proses pengapresiasian tersebut demi tercapainya

tujuan pembelajaran sastra di sekolah.

Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis kelayakan naskah drama

Dapur karya Fitri Yani sebagai bahan ajar sastra ditinjau dari tiga aspek, yaitu

(1) aspek kurikulum, (2) aspek kesastraan dan (3) aspek pendidikan karakter.

2.5.1 Aspek Kurikulum

Pada praktiknya dalam memilih bahan pembelajaran, penentuan jenis dan

kandungan materi sepenuhnya terletak di tangan guru namun ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan sebagai pertimbangan dalam memilihnya

berkaitan dengan pembinaan apresiasi siswa yang salah satunya adalah

pemilihan naskah drama sebagai bahan ajar. Di dalam proses pemilihan itu

sendiri ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebagai tolok ukur

kelayakannya terutama kesesuaiannya dengan kurikulum yang berlaku saat

ini.

Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Secara otomatis dalam proses pemilihan bahan ajar

sastra harus disesuaikan dengan KTSP. Hal ini berarti bahwa kriteria pokok

pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran harus sesuai dengan standar

isi yang tercantum dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Standar isi mata

(29)

kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan yang tertuang dalam silabus

pembelajaran (Mulyasa, 2009:21). Berdasarkan hal tersebut, materi

pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan pada siswa hendaknya berisi

materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Artinya, pemilihan bahan ajar harus

mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.

Pada silabus KTSP SMA program pembelajaran Bahasa Indonesia yang

terkait dengan analisis penokohan dan alur terdapat pada kelas XII semester

kedua dengan standar kompetensi memahami pembacaan teks drama pada

poin kompetensi dasar (13.1) yakni menemukan unsur-unsur intrinsik teks

drama yang didengar melalui pembacaan. Pada silabus ini siswa diharap

mampu menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama meliputi penokohan,

alur, latar, tema dan amanat.

2.5.2 Aspek Sastra

Pada prinsipnya pembelajaran sastra yang disajikan kepada para siswa harus

sesuai dengan kemampuannya pada suatu tahapan pembelajaran tertentu.

Tujuan pembelajaran itu sendiri adalah menuntut anak didik untuk dapat

memahami, menangkap makna dan mengambil nilai-nilai positif pada suatu

karya sastra yang diajarkan, yakni drama.

Beberapa aspek perlu dipertimbangkan agar dapat memilih bahan

pembelajaran berupa naskah drama dengan tepat. Ada tiga aspek yang harus

dipertimbangkan untuk dijadikan bahan pembelajaran, yaitu: aspek bahasa,

(30)

a. Aspek kebahasaan

Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah

yang dibahas melainkan juga ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti cara

penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan

karya itu dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang.

Penguasaan suatu bahasa tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang

tampak jelas pada setiap individu. Guru kiranya perlu mengembangkan

keterampilan khusus untuk memilih bahan pembelajaran sastra yang

bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa agar pembelajaran

sastra dapat lebih berhasil.

Dalam segi kebahasaan pemilihan bahan pembelajaran sastra harus memiliki

kriteria-kriteria tertentu yaitu harus sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa

siswa, harus diperhitungkan kosa kata yang baru, memperhatikan segi

ketatabahasaan serta cara pengarang menuangkan ide-idenya dalam wacana

itu sehingga pembaca dapat memahami kata-kata kiasan yang digunakan.

b. Aspek psikologis

Perkembangan psikologis dari taraf anak menuju kedewasaan melewati

tahap-tahap yang dapat dipelajari. Dalam memilih bahan pembelajaran

sastra, tahap-tahap ini harus diperhatikan. Tahap perkembangan psikologis

anak sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik

dalam banyak hal. Tahap ini pun berpengaruh terhadap daya ingat, kemauan

mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama dan kemungkinan memahami

(31)

perkembangan psikologis yang penting diperhatikan oleh guru untuk

memahami psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah (Rahmanto,

1993:30). Empat tahap perkembangan psikologis tersebut adalah sebagai

berikut.

a) Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak-anak belum banyak diisi dengan hal-hal

yang nyata tetapi masih penuh dengan fantasi kekanak-kanakan.

b) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Anak mulai meninggalkan fantasi dan berpikir mengarah ke realitas.

Meski pandangan ke dunia ini masih sangat sederhana. Anak-anak mulai

menyenangi cerita kepahlawanan, petualangan bahkan kejahatan.

c) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Pada tahap ini anak mulai terlepas dari dunia fantasi. Mereka sangat

berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus

berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk

memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata.

d) Tahap generalisasi (16 tahun ke atas)

Pada tahap ini anak mulai tidak lagi hanya berminat pada hal-hal yang

praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak

dengan menganalisis suatu fenomena yang ada. Mereka berusaha

menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu dan

terkadang mengarah kepada pemikiran filsafat untuk menentukan

keputusan-keputusan moral.

Karya sastra dipilih untuk diajarkan hendaknya sesuai dengan tahap

(32)

antara tahap realistik dan generalisasi. Tentu saja tidak semua siswa dalam

satu kelas mempunyai tahap psikologis yang sama. Walaupun demikian

guru harus berusaha untuk menyajikan karya sastra yang setidak-tidaknya

secara psikologis dapat menarik minat sebagian besar siswa dalam kelas

itu.

c. Aspek latar belakang budaya

Aspek latar belakang budaya meliputi hampir semua faktor kehidupan

manusia dan lingkungan geografi, seni, olahraga, legenda, moral dan etika.

Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra yang berlatar

belakang budaya yang erat dengan kehidupan mereka. Karya sastra yang

disajikan hendaknya tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan

kemampuan pembayangan yang dimiliki para siswa. Banyak hal tuntutan

semacam ini baik tuntutan itu mencerminkan adanya kesadaran bahwa karya

sastra hendaknya menghadirkan sesuatu yang erat berhubungan dengan

kehidupan siswa. Selain itu, pemahaman terhadap budaya sendiri mutlak

dilakukan sebelum kita mengenal dan memahami budaya luar (Rahmanto,

1993: 32).

2.5.3 Aspek Pendidikan Karakter

Karya sastra (drama) yang akan digunakan sebagai bahan ajar hendakanya

melalui proses pemilihan. Perkembangan drama banyak menunjukkan

peningkatan dari segi kuantitatif dan segi kualitatif dengan beragam tema

yang diangkat. Guru memegang peranan penting dalam pemilihan bahan ajar

(33)

beberapa hal, yakni dari segi diksi, latar belakang budaya dan perkembangan

psikologi siswa SMA. Selain itu, materi yang diajarkan harus mampu

memberikan pembelajaran dan pengalaman yang bermanfaat bagi peserta

didik. sehingga pembelajaran sastra tidak hanya membentuk kecerdasan

peserta didik dalam mengapresiasi sastra akan tetapi juga membentuk siswa

yang berkarakter.

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan

kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan mengambangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (Aqib, 2011:40).

Tercapainya tujuan dibuatnya undang-undang tersebut sangat erat

hubungannya dengan tugas guru sebagai pendidik. Seorang guru membantu

para peserta didik agar membentuk karakter dalam dirinya yang

mempersyaratkan adanya pendidikan moral dan pendidikan nilai. Sejak tahun

2010, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan

penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan, baik sekolah

dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan karakter adalah sebuah sistem

yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik yang mengandung

(34)

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa sehingga akan

terwujud insan kamil (Aunillah, 2011:18).

Dunia pendidikan dinilai hanya mampu melahirkan lulusan-lulusan dengan

tingkat intelektualitas yang memadai. Kurikulum pendidikan sekarang ini

hamper tidak memberi porsi penanaman empati, rasa dan pengolahan hati di

kalangan siswa. Semua cenderung mementingkan akademik (Kompas, 28

September 2012). Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam

menjawab soal ujian, berotak cerdas tetapi penakut dan mentalnya lemah

serta berprilaku tidak terpuji

(http://maretarda.blogspot.com/2011/11/pentingkah-pendidikan-berkarakter.html?m=1 diakses pada 4 Oktober 2012).

Pada hakikatnya pendidikan dilaksanakan bukan sekedar untuk mengejar

nilai-nilai melainkan memberikan pengarahan kepada peserta didik agar dapat

bertindak dan bersikap benar sesuai dengan kaidah-kaidah dan spirit keilmuan

yang dipelajarai (Syafinuddin dalam Aunillah, 2011:10). Berdasarkan hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan dilaksanakan tidak hanya untuk

melahirkan generasi-generasi cerdas namun sekaligus generasi yang berbudi

luhur yang merupakan cerminan dari kecerdasan itu sendiri. Untuk itu

pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk membentuk kepribadian dan

watak peserta didik hingga menjadi pribadi yang bermoral.

Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai

(35)

kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,

sesama manusia, lingkungan maupun bangsa sehingga akan terwujud insan

kamil (Aunillah, 2011:18). Pendidikan karakter merupakan upaya yang

dilakukan oleh guru yang mampu menstimulus karakter peserta didik. Guru

membantu membentuk watak peserta didik agar memiliki budi pekerti luhur.

Pendidikan karakter memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral

atau akhlak. Dalam penerapan pendidikan karakter faktor yang harus

dijadikan sebagai tujuan adalah terbentuknya kepribadian peserta didik

supaya menjadi manusia yang baik.

Seseorang dianggap memiliki karakter baik apabila ia mempunyai

pengetahuan yang mendalam tentang potensi dirinya serta mampu

mewujudkan potensi itu dalam sikap dan tingkah lakunya. Adapun ciri yang

dapat dicermati pada seseorang yang mampu memanfaatkan potensi dirinya

adalah terpupuknya sikap-sikap terpuji, seperti jujur, percaya diri, bersikap

kritis, analitis, peduli, kreatif-inovatif, mandiri, bertanggung jawab, sabar,

berhati-hati, tegas, rela berkorban, berani, rendah hati, bekerja keras, disiplin,

mampu mengendalikan diri, sportif, tekun, ulet, berhati lembut. Para peserta

didik yang disebut berkarakter baik adalah mereka yang selalu berusaha

melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,

sesama manusia dan lingkungan dengan mengoptimalkan potensi

(pengetahuan) dirinya disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasi

(36)

Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, secara garis besar karya sastra

(drama) yang hendak dijadikan bahan ajar bagi peserta didik hendaknya

berisikan pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai yang harus

dipelajari siswa. Dalam hal ini peran guru SMA dalam pemilihan bahan ajar

sastra akan menentukan pencapaian keberhasilan siswa. Keberhasilan yang

dimaksud bukan hanya keberhasilan membentuk kecerdasan peserta didik

dalam mengapresiasi sastra akan tetapi juga membentuk karakter/watak

peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral. Kejelian guru dalam

memilih naskah drama yang akan dijadikan bahan ajar sastra sangatlah

dibutuhkan.

Naskah drama Dapur ini diharapkan dapat menggugah semangat dan

memotivasi siswa melalui penokohannya. Melalui penokohan ini, siswa

diharapkan dapat meneladani ciri-ciri tokoh yang bernilai moral baik (positif)

dan tidak mengikuti watak tokoh yang bernilai moral tidak baik (negatif)

yang digambarkan melalui sikap dan tingkah laku tokoh dalam berinteraksi

dengan lingkungan disekitarnya maupun dalam menghadapai masalah dalam

kehidupannya. Begitu pula dengan pengaluran dalam naskah drama. Melalui

pengaluran naskah drama, para siswa dapat memperoleh pemahaman tentang

alur yang baik yang dipakai pengarang untuk menceritakan isi dari drama

tersebut. Alur yang baik adalah alur yang memiliki kausallitas sesama

(37)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan

objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak

atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1996:73). Penelitian secara kualitatif

dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka melainkan

mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang

sedang dikaji secara empiris (Semi, 1993:23).

Metode deskriptif kualitatif akan dipakai peneliti dalam memberikan

gambaran yang objektif tentang keadaan yang sebenarnya serta diperkuat

dengan interpretasi tentang penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur

karya Fitri Yani dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di Sekolah

Menengah Atas (SMA).

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Dapur karya Fitri

Yani yang ditulis pada tahun 2009. Data pada penelitian ini adalah berupa

(38)

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan dan analisis data dalam penelitian ini adalah teknik

analisis teks. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan dalam menganalisis

penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani adalah

sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan dialog naskah drama Dapur karya Fitri Yani

2. Mengidentifikasi tokoh berdasarkan kedudukannya meliputi penamaan,

pemeranan, keadaan fisik, keadaan sosial dan karakter.

Penamaan

Pemeranan

TOKOH Keadaan Fisik

Keadaan Sosial

Karakter

3. Mengidentifikasi alur berdasarkan alur yang teori yang digunakan.

Eksposisi

Konflik

ALUR Komplikasi

Klimaks

Resolusi

4. Menentukan kelayakan naskah drama Dapur karya Fitri Yani

berdasarkan kriteria yang digunakan meliputi tiga aspek, yaitu aspek

kurikulum, aspek kesastraan danaspek latar belakang budaya.

5. Menyimpulkan hasil ini layak atau tidak untuk dijadikan alternatif bahan

(39)

V.SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh dalam

naskah drama Dapur karya Fitri Yani tergolong ke dalam dua jenis tokoh.

1. Tokoh Udin, Romlah,Nurlela dan Pak RT tergolong tokoh datar,

sedangkan Mak danBapak tergolong tokoh bulat.

2. Alur dalam naskah drama Dapur disimpulkan memakai alur kronologis.

3. Naskah drama Dapur karya Fitri Yani dapat dijadikan alternative bahan

ajar sastra berdasarkan tiga kriteria pemilihan bahan ajar sebagaimana

dibuktikan dalam pembahasan.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan, dapat diberikan saran sebagi berikut.

5.2.1 Saran Teoretis

Berdasarkan keseluruhan bahasan, peneliti mengajukan saran kepada

calon peneliti yang akan menelaah naskah drama Dapur karya Fitri

Yani agar meneliti drama tersebut ditinjau dari jenis tokoh lain selain

tokoh bulat dan tokoh datar. Sebab berdasarkan teori penokohan masih

(40)

5.2.2 Saran Praktis

Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA dapat memanfaatkan

naskah drama Dapur karya Fitri Yani sebagai alternatif bahan ajar ,

secara khusus guru dapat memanfaatkan naskah drama Dapur untuk

pembelajaran (a) penokohan tokoh bulat dan datar dalam drama ; dan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : CV Sinar Baru.

Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Atar, Semi. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa.

Aunillah, Nurla Isna. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana.

Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA/MA. Jakarta : Depdikbud.

Dewojati. 2010. Drama : Teori, Sejarah dan Perkembangannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Hasanuddin. 1996. Drama Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung : Angkasa.

Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Mulyasa, H. E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari dan Martini Mimi. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nurgiantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada. Rahmanto, Bernandus. 1993. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Soemanto, Bakdi. 2001. Jagat Teater. Yogyakarta : Media Pressindo.

Tambajong, Japi. 1981. Dasar-Dasar Drama Turgi. Bandung : CV Pustaka Prima.

(42)

http://felencia.multiply.com/journal/item/8?show_interstitial=1&u=%2journal%2 item(1) diakses pada 4 Oktober 2012.

http://m.antaranews.com/berita/275648/mengapa-koki-lebih-banyak-laki-laki diakses pada 8 Oktober 2012.

(43)

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(Al-Insyirah94 : 5-6)

“BilaAndaberpikirAndabisa,makaAndabenar. BilaAndaberpikirAndatidakbisa, Anda pun benar… karenaituketikaseseorangberpikirtidakbisa,

(44)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah Swt, peneliti persembahkan sebuah karyaku ini kepada orang-orang terkasihku berikut ini.

1. Orang tuaku tercinta Bapak MamanSudirman dan Ibu RahayuAzis Fatimah yang tidak pernah henti memberikan doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan, perhatian, nasihat, dukungan dan semangat selama ini kepada peneliti.

2. SuamikuterkasihAdiGayuhKartiko, S.T., yang telahmendukung, memberisemangat,

pengertian, pengorbanandankasihsayangkepadapeneliti.

3. KeduabuahhatikuCliantaAdianNingrumdanClarintaAdianFarhaa yang

telahmembuatpenelititerusbersemangatuntukmenyelesaikanskripsiini. 4. Kakakdanadik-adikkuFitriaHidayati, GithaMaryanaPutri,

GhufronnyRezaldhydanAzizahRamadhani.

(45)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

HALAMAN JUDUL ……… iii

LEMBAR PENGESAHAN ……… iv

SURAT PERNYATAAN ………. v

RIWAYAT HIDUP ……… vi

MOTTO ……… vii

PERSEMBAHAN ……… viii

SANWACANA …… ……… ix

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR TABEL ……… xiv

DAFTAR GAMBAR ……… xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2Rumusan Masalah ……… 8

1.3Tujuan Penelitian ……… 8

1.4Manfaat Hasil Penelitian ……… 8

a.Manfaat Teoretis ……… 8

b.Manfaat Praktis………. 9

1.5Ruang Lingkup Penelitian……… 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1Drama … ……… 10

2.2Dialog ……… 12

2.3Penokohan ………. 13

2.4Alur ……… 16

2.4.1 Kaidah Pengaluran ……… 17

2.4.2 Penahapan Alur ……… 19

2.4.3 Pembedaan Alur ……… 20

2.5Pemilihan Bahan Ajar Sastra di SMA ……… 22

2.5.1 Aspek Kurikulum……… 24

2.5.2 Aspek Kesastraan……… 25

(46)

3.2Sumber Data ……… 33

3.3Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ………. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ………. 35

4.2Pembahasan ……… 35

4.2.1 Penokohan ……… 36

1. Penamaan ……… 36

2. Pemeranan ……… 37

3. Keadaan Fisik……… 48

4. Keadaan Sosial ………. 56

5. Karakter ……… 69

4.2.2 Alur……… 77

1. Eksposisi……… 79

2. Konflik ………. 80

3. Komplikasi……… 81

4. Klimaks ……… 85

5. Resolusi ……… 87

4.2.3 Kelayakan Naskah Drama Dapur Karya Fiti Yani sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA……… 87

1. Aspek Kurikulum ……… 88

2. Aspek Kesastraan ……… 91

3. Aspek Pendidikan Karakter ……… 97

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 3.1Simpulan ……… 108

3.2Saran ……… 111

DAFTAR PUSTAKA

(47)

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Data Pemeranan dalam Naskah Drama Dapur karya Fitri Yani …… 37

4.2 Data Keadaan Fisik dalam Naskah Drama Dapur karya Fitri Yani…. 48

4.3 Data Keadaan Sosial dalam Naskah Drama Dapur karya Fitri Yani… 56

4.4 Data Karakter/Watak dalam Naskah Drama Dapur karya Fitri Yani... 70

4.5 Data Kelayakan sebagai Bahan Ajar Sastra dalam Naskah Drama

(48)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(49)

Peneliti dilahirkan di GunungBatin, Lampung Tengahpada tanggal 9Januari

1988puterikeduadariMaman Sudirman dan Rahayu Aziz Fatimah. Pendidikan yang telah peneliti tempuh, yakni: Taman Kanak-Kanak (TK) Yayasan Gunung Madu Lampung Tengah pada tahun 1992 dan selesai pada tahun 1994. Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Gunung Madu Lampung Tengah pada tahun 1994 dan selesai pada tahun 1999. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Satya Dharma Sudjana Gunung Madu pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2003. Sekolah

Menengah Umum (SMU) Negeri 01 Terbanggi Besar pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2005. Pada tahun 2005, peneliti diterima sebagai mahasiswa jurusanpendidikanBahasadanSeni , program studi pendidikanBahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung (Unila) melalui jalur SPMB (SeleksiPenerimaanMahasiswaBaru).

(50)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, peneliti mengucapkan puji syukur kepada Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Solawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. Skripsi dengan judul PenokohandanAlurdalamNaskah Drama

DapurKaryaFitriYanidanKelayakannyasebagaiBahan Ajar Sastra di SMA adalah salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku pembimbing utama atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku pembimbing kedua atas kesediaan

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku penguji utama pada ujian skripsi, terima kasih

atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu.

4. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung.

(51)

kasih atas semua bimbingannya selama peneliti menjadi mahasiswa.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, terima

kasih atas ilmu yang berguna yang telah kalian berikan kepada peneliti.

8. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Maman Sudirman dan Ibu Rahayu Azis

Fatimah, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan, perhatian, nasihat, dukungan dan semangatyang selalu kalian berikan selama ini kepada peneliti dan merupakan anugerah terindah sepanjang masa bisa menjadi bagian dalam hidup kalian.

9. Suamiku tercinta Adi Gayuh Kartiko, S.T., terima kasih atas kasih sayang, dukungan,

pengorbanannya, pengertiannya dan semangatyang diberikan selama ini kepada peneliti.

10. KeduabuahhatikuCliantaAdianNingrumdanClarintaAdianFarhaa yang

telahmembuatpenelititerusbersemangatuntukmenyelesaikanskripsiini.

11. Kakakdanadik-adikkuFitriaHidayati, GithaMaryanaPutri,

GhufronnyRezaldhydanAzizahRamadhani.

12. Seluruh keluarga besarku, terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayangyang

selalu kalian curahkan selama ini kepada peneliti.

13. SaudariFitriYani, selakupengarangnaskah drama Dapur yang

menjadiobjekpenelitianpeneliti, terima kasih ataskerjasama dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.

14. Sahabat-sahabatku tersayang Lia Dewi Hapsari, S.Pd., Dian Mustika Sari, S.Pd.,

(52)

16. Adik-adiktingkatangkatan 2006, 2007, 2008 yang

tidakmungkinpenelitisebutkansatupersatu, terimakasihataskebersamaan kalian jugaselamaini.

17. Almamater tercinta Universitas Lampung.

18. Serta semua pihak yang telah membantu peneliti sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Semoga Allah Swtmemberikan berkah, rahmat dan hidayah-Nya serta kemuliaan atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 7 November2012 Peneliti,

Referensi

Dokumen terkait

[r]

UMUM BAPPEDA, LITBANG Berkas yang dikirim kurang atau salah dari persyaratan : Tidak Mengirimkan Berkas Sesuai Pengumuman PADA SELEKSI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP

Untuk perlakuan TB yang tingkat kelangsungan hidupnya lebih rendah disebabkan karena udang mantis mengalami stress, hal ini diduga terkait dengan meningkatnya suhu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada empat bentuk kalimat yang sudah dikuasai oleh Kinan, yaitu kalimat deklaratif, interogatif, imperatif dan eksklamatif (2) urutan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara manajemen waktu dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi D3 Komputerisasi Akuntansi AMIK

Maka dari itu penulis mencoba membuat perancangan komunikasi visual guna mendokumentasikan bahasa Semarangan sebagai sarana panduan bagi remaja di Semarang untuk

proyek yang berlokasi di 10 propinsi, yaitu (1) Daerah Istimewa Aceh yang dikelola oleh Universitas Syiah Kuala, (2) Sumatra Barat yang dikelola oleh LKIP Padang, (3) Sumatra

saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis data ini kemudian digunakan sebagai acuan untuk merevisi produk. Teknik analisis data deskriptif