PRAANGGAPAN DALAM BAHASA KARIKATURHARIAN
KOMPAS
( KAJIAN PRAGMATIK )
SKRIPSI
OLEH
Hertina Nurhayati Ambarita
080701025
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakn bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya orang yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali penulis yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang peniulis perbuat ini tidak benar, penulis bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang penulis peroleh.
Medan, juni 2012
Penulis,
PRAANGGAPAN DALAM BAHASA KARIKATUR HARIAN
KOMPAS
(KAJIAN PRAGMATIK)
Hertina Nurhayati Ambarita
Fakultas Ilmu Budaya USU
Abstrak
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karunia-Nya yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini dari
awal hingga selesainya penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkn
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku ketua Departemen
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan sebagai
dosen pembimbing akademik terima kasih atas perhatian dan kebaikan
Bapak selama penulis menjalani perkuliahan.
3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, selaku Sekretaris Departemen Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Dwi Widayati, M.Hum., selaku pembimbing I dan ibu Dra. Rosliana
Lubis selaku pembimbing II. Terima kasih atas kesabaran dan kesediaan ibu
berdua dalam meluangkan waktu untuk membimbing penulis serta
memberikan sumbangan pemikiran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali penulis dengan
ilmu pengetahuan, baik dalam bidang linguistik, sastra, maupun
bidang-bidang umum lainnya, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
6. Kak Tika yang telah membantu penulis dalam hal administrasi di
Departemen Sstra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universits Sumatera
Utara.
7. Kedua orang tua saya tersayang, ayahanda P.J. Ambarita, Ibunda L.Br.
Samosir yang telah memberikan saya dukungan moral, material , kasih
sayang yang tanpa batas dan doa yang tidak pernah berhenti. Kiranya kasih
setia dan kemurahan Tuhan yang senantiasa memberkati kalian.
8. Kepada saudara-saudaraku yang terkasih, kak Pida, kak Mega, bang Denny,
Bang Ronny, Bang Rido, dan sipudan kami Santa terimakasih atas doa dan
dorongan yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan membantu
9. Terimakasih kepada Ipan Kydom (cibuku), yang telah banyak membantu
penulis menyelesaikan perkuliahan, ngantar jemput, dan membantu dalam
segala hal, terima kasih buat semuanya.
10. Kepada teman-teman stambuk 2008, khususnya Ceri, Idea, Ayue, Paidun,
Febry dan Charlie. Terima kasih untuk semangat dan selalu ada tiap penulis
senang maupun sedih.
11. Kepasa senior 2005 kak Rapi, kak Vina, kak Intan,kak Eni dan kak Lilis yang
selalu mengingatkan penulis untuk serius dalam menjalani kuliah.
12. Kepada Ika (Girly) terimakasih sudah membantu mencari referensi.
13. Kepada senior-senior 2007 Bang Cardo dan Bang Reza, dan Bang Naek,
terimakasih untuk motivasinya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu. Semoga berkat Tuhan melimpah bagi kita
semua.
Medan, Juni 2012
Hertina Nurhayati Ambarita
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 7
2.1.1 Praanggapan ... 7
2.1.2 Bahasa Karikatur ... 7
2.1.3 Harian Kompas ... 8
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Pragmatik ... 10
2.2.2 Praanggapan ... 11
2.2.2.1 Jenis Praanggapan……….13
2.2.2.2 Karikatur………15
2.3 Tinjauan Pustaka ... 18
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Sumber Data ... ………20
3.2 Metode Penelitian………...20
3.2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………..20
3.2.2 Metoode dan Teknik Analisis Data……….20 ...
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Tujuan Pembuatan Karikatur ... 22
4.2.1 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 1………..32
4.2.2 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 2………..33
4.2.3 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 3………..33
4.2.4 Deskripsi dan Analisis Praanggapa ndalam Karikatur 4………..34
4.2.5 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 5………..35
4.2.6Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 6……...36
4.2.7 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 7………..36
4.2.8 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 8……..…37
4.2.9 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 9……..…38
4.2.10 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 10……..39
4.2.11Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 11…...…40
` 4.2.12 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 12……..41
4.2.13 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 13...…...41
4.3 Pesan yang Muncul dari Karikatur Harian Kompas Edisi Mei 2011 ... .42
4.4 Praanggapan yang Dominan dalam Harian Kompas ………45
Edisi Mei 2011………...46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan………48
5.2 Saran………..49
PRAANGGAPAN DALAM BAHASA KARIKATUR HARIAN
KOMPAS
(KAJIAN PRAGMATIK)
Hertina Nurhayati Ambarita
Fakultas Ilmu Budaya USU
Abstrak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Sebagai media komunikasi massa, surat kabar ataupun media cetak
memunyai peranan besar dalam rangka penyampaian informasi. Selain
menggunakan kata-kata, gambar juga merupakan salah satu bentuk media
komunikasi yang sering ditonjolkan dalam surat kabar. Dalam hal ini karikatur
yang dipahami sebagai karya seni merupakan salah satu bentuk opini yang
dituangkan dalam bentuk gambar yang memiliki makna (Natawijaya, 1986:118 ).
Makna memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan
bahasa. Tanpa makna suatu tutur disampaikan pada orang lain tidak akan berguna.
Dalam pembahasan sintaksis, sebuah kata dalam kalimat ditafsirkan maknanya
menurut hubungan formal kalimat itu. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, kata
tidak saja bergantung pada penutur yang menyampaikan kalimat itu. Makna yang
dikehendaki oleh penutur juga sering terdapat pada informasi bergambar yang
dikaji dalam pragmatik.
Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis,
karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana daripada media verbal.
Gambar merupakan media yang cepat untuk menanamkan pemahaman. Gambar
memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan
mendukung suatu pesan. Ada beberapa bentuk gambar informasi antara lain :
ilustrasi, logo, dan karikatur. Gambar karikatur adalah suatu media penyampai
pesan yang digambar secara sederhana. Walaupun sesungguhnya untuk mencapai
kesederhanaan tersebut perlu mempelajari secara tekun dan jeli, sekaligus dituntut
memiliki wawasan humoristik yang cukup. Ini berarti bahwa untuk menggoreskan
kartun yang sederhana ternyata tidak sesederhana yang dipikirkan orang. Belum
lagi masalah bagaimana mengisi karya tersebut agar mempunyai pesan atau misi
yang mantap. Karikatur adalah gambar sindiran yang bersifat sinis, ironis, atau
sarkasme yang berbentuk humor, sebagai refleksi dari suatu keadaan sosial,
politik, ekonomi dan budaya ( Natawijaya, 198 : 118 ).
Gambar lelucon yang membawa pesan kritik sosial sebagaimana kita lihat
disetiap opini surat kabar, kita sebut karikatur. Jika karya kartun yang nampak
sederhana tersebut diberi isi, ia akan menjelma menjadi apa yang disebut sebagai
karikatur. Arti karikatur yang sebenarnya adalah “potret wajah” yang diberi
muatan lebih yang bersifat distortif ataupun deformatif. Namun, secara visual
masih dapat dikenali objeknya. Karya karikatur yang biasa kita lihat di surat kabar
menggambarkan pula wajah-wajah tokoh tertentu yang dikenal,yang dilakonkan
keterlibatannya dalam suatu peristiwa atau masalah. Karikatur atau wajah
deformatif yang tergambar didalamnya hanyalah elemen yang dimaksudkan untuk
Kata-kata atau kalimat dalam bahasa karikatur baru dapat dipahami
dengan baik bila pembaca mengetahui konteksnya. Bila kita tidak mengetahui
konteks dari karikatur tersebut, kita sulit mengerti atau bahkan tidak mengerti
makna kalimat yang disampaikan dalam karikatur itu.
Nababan (dalam Rahmaw
praanggapan adalah dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang membuat
bentuk bahasa memunyai makna bagi pendengar atau penerima bahasa itu dan
sebaliknya, membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa yang dapat
dipakainya untuk mengungkapkan pesan yang dimaksud.
Sejalan dengan hal tersebut, Levinson (dalam Rahmawan,
macam anggapan atau pengetahuan latar belakang yang membuat suatu
tindakan,teori atau ungkapan mempunyai makna.
Karikatur sering dijumpai berupa gambar yang disertai kata- kata atau
kalimat. Jika melihat gambar dan memperhatikan kalimatnya, kita biasa
menafsirkan makna karikatur tersebut yaitu praanggapan yang ada. Keterkaitan
antara gambar dan kalimat inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas
Gambar di atas jenis karikatur yang digunakan adalah gambar biasa yang
menggambarkan seseorang yang was-was karena suatu hal. Dia terseret dalam
kasus korupsi dan takut ketahuan korupsi oleh pihak yang berwajib dan
masyarakat luas.
Bahasa yang digunakan dalam karikatur ini adalah presuposisi stuktural.
Praanggapannya adalah seseorang yang melakukan korupsi.
1.1.2 Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apa tujuan dari pembuatan karikatur ?
2. Bagaimana gambaran praanggapan dalam bahasa karikatur dalam
3. Isi pesan apa yang muncul dari karikatur ?
4. Praanggapan mana yang dominan dalam surat kabar harian
Kompasedisi Mei 2011?
1.2 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah ini adalah pada bidang gambaran praanggapan
dalam bahasa karikatur pada surat kabar harian Kompas edisi Mei 2011 yang
berkaitan dengan korupsi.
1.3 Tujuan penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu:
1. Memahami tujuan dari pembuatan karikatur.
2. Mendeskripsikan pesan yang muncul dari karikatur.
3. Menggambarkan praanggapan bahasa karikatur dalam harian
Kompasedisi Mei 2011.
4. Menentukan praanggapan yang dominan dalam surat kabar yang
berkaitan dengan korupsi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian diharapkan memberikan manfaat baik bagi
1. Sebagai bahan untuk memperluas pengetahuan peneliti dan pembaca
tentang praanggapan dalam bahasa karikatur.
2. Sebagai masukan bagi masyarakat khususnya mahasiswa yang
berminat mengadakan penelitian lanjutan mengenai masalah yang di
teliti.
3. Sebagai sumber acuan dalam penelitian karikatur yang berhubungan
BAB II
Konsep, Landasan Teori, dan Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep
2.1.1 Praanggapan
Yang dimaksud dengan praanggapan adalah asumsi penutur sebagai hal
yang benar atau hal yang diketahui pendengar (Cahyono, 1995:219). Ketika
penutur menggunakan kata seperti “di sini”, dalam situasi biasa, dia
mengasumsikan bahwa si pendengar mengetahui lokasi yang dimaksudkan secara
lebih umum. Penutur merancang pesan-pesan linguistiknya berdasarkan
asumsi-asumsi tentang sesuatu yang sudah diketahui pendengar.
2.1.2 Bahasa Karikatur
Bahasa karikatur menurut lazimnya sejak persuratkabaran dan
permajalahan muncul di Indonesia bahasanya santai atau tidak baku. Bahasa
karikatur seenaknya ditulis kadang-kadang dengan bahasa argot (bahasa dan
perbendaharaan kata yang bersifat rahasia dari suatu kelompok orang misalnya
bahasa para pencopet) dan tidak kurang lucunya malah menyegarkan. Media
massa sesungguhnya memegang peranan penting dalam meningkatkan kecerdasan
bangsa karena media massa dibaca dan didengar oleh khalayak ramai dari
berbagai tingkatan.
Dalam karikatur tentunya ada interaksi antara teks atau bahasanya dengan
gambar dan logika sehingga kita mudah memahaminya (Natawijaya, 1986:118).
salah satu bentuk karya komunikasi visual yang efektif dan mengena dalam
penyampaian pesan ataupun kritik sosial. Dalam sebuah karikatur yang baik
terlihat adanya perpaduan antara unsur-unsur kecerdasan, ketajaman, dan
ketepatan berpikir secara kritis serta ekspresif dalam bentuk gambar kartun dalam
menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat
luas.
Komunikasi dengan mempergunakan bahasa adalah bersifat umum dan
universal. Bila sifat itu dilihat dari fungsinya, bahasa memunyai fungsi sebagai
berikut (Keraf,1978:14):
1. Untuk tujuan praktis, yaitu komunikasi antarmanusia dalam pergaulan.
2. Untuk tujuan artistik, yaitu apabila manusia mengolah bahasa guna
menghasilkan ungkapan yang seindah-indahnya, seperti dalam
cerita,kisah,syair,puisi,gambar,lukisan,musik dan pahatan-pahatan.
3. Untuk tujuan filologis, yakni apabila kita mempelajari naskah-naskah
kuno,latar belakang sejarah,kebudayaan,adat istiadat manusia, serta
perkembangan bahasa.
4. Untuk menjadi kunci dalam mempelajari pengetahuan-pengetahuan
lainnya.
2.1.3 Harian Kompas
Harian Kompas adalah nama
pembaca di seluruh dunia, Kompas juga terbit dalam bent
Kompas Cyber Media. KOMPAS.Com
berisi berita-berita yang diperbarui secara aktual dan juga memiliki sub kanal
koran Kompas dalam bentuk digital. Denganmempergunakan bahasa adalah
bersifat umum dan universal.
Harian Kompas adalah satu diantara dua koran di Indonesia yang diaudit
ole
Warta Kota. Ide awal penerbitan harian ini datang dari
yang mengutarakan keinginannya kepada
kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans kemudian mengemukakan
keinginan itu kepada dua teman baiknya,
1963. Ojong langsung menyetujui ide itu dan menjadikan Jakob Oetama sebagai
editor in-chief pertamanya.
Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Salah satu
alasannya, kata Bentara sesuai dengan selera oran
Majalah Bentara, katanya, juga sangat populer di sana. Atas usul Presiden
Kompasyang bermaknapemberi arah dan jalan
dalam mengarungi lautan dan hutan rimba. Setelah mengumpulkan tanda bukti
3000 calon pelanggan sebagai syarat izin penerbitan, akhirnya Kompas terbit
pertamakali pada tanggal 28 Juni 1965. Pada mulanya kantor redaksi Kompas
masih menumpang di ruma
kantor redaksi majalah Intisari. Pada terbitan perdananya, Kompas hanya terbit
dengan pertumbuhannya, seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian
Kompas saat ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian depan yang memuat
berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian
berita olahraga.
2.2 Landasan Teori
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas_suratkabar.com)
2.2.1 Pragmatik
Levinson (dalam Rahardi 2008:48) mendefinisikan pragmatik sebagai
studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang
dimaksud tergramatisasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya.
Pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya
pemakaian bahasa dalam komunikasi (Kridalaksana, 1982:343). Pragmatik adalah
ilmu yang menyelidiki pertuturan konteksnya dan maknanya (Siregar, 1997:5).
Parker (dalam Rahardi 2008:48) menyatakan bahwa pragmatik adalah
cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasasecara eksternal. Adapun
yang dimaksud dengan hal itu adalah bagaimana satuan lingual tertentu digunakan
dalam komunikasiyang sebenarnya.
Yule (1996:3) menyatakan pragmatik adalah studi tentang maksud
penutur, yang melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di
dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa
yang dikatakan.
Pragmatik merupakan disiplin baru dalam kajian bahasa. Berbeda dengan
ditekankan pada analisis struktur bahasa dan elemen-elemen bahasa secara
mandiri. Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa, yaitu bagaimana bahasa
digunakan oleh penutur bahasa di dalam situasi interaksi yang sebenarnya.
Pragmatik berkaitan dengan bagaimana masyarakat bahasa (speech community)
menggunakan bahasa mereka; bagaimana percakapan diungkapkan di dalam
peristiwa tutur, yakni apakah secara langsung atau tidak, strategi bertutur mana
yang dipilih, apakah maksud penutur disampaikan secara tersurat atau tersirat.
2.2.2 Praanggapan
Sebuah tuturan dapat dikatakan mempraanggapkan tuturan lain apabila
ketidakbenaran tutran yang dipresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang
berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali, mempraanggapkan
adanya mahasiswa yang berparas sangat cantik di kelas itu. Apabila pada
kenyataannya memang ada seorang mahasiswa yang berparas cantik di kelas itu,
tuturan di atas dapat dinilai benar atau salahnya (Rahardi, 2008:42).
Menurut kridalaksana (2001:172-173) peranggapan adalah syarat yang
diperlukan benar tidaknya suatu kalimat : misalnyaia berdagang. Ia adalah
pranggapan bagi kebenaran kalimat barang dagangnya sangat laku karena benar
tidaknya suatu kalimat merupakan nilai kebenaran maka peranggapan semacam
ini berhubungan dengan segi semantik.
Yule (1996:43) menyatakan praanggapan atau presuppositionadalah
sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan
Nababan (dalam Rahmawan
praanggapan sebagai dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa
(menggunakan bahasa) yang membuat bentuk bahasa (kalimat atau ungkapan)
memunyai makna bagi pendengar, dan membantu pembicara menentukan
bentuk-bentuk bahasa yang dapat dipakainya untuk mengungkapkan pesan yang
dimaksud. Sejalan dengan hal tersebut, Levinson (dalam Rahardi 2008:41) juga
memberikan konsep praanggapan yang disejajarkan maknanya dengan
presupposition sebagai suatu macam anggapan atau pengetahuan latar belakang
yang membuat suatu tindakan, teori, atau ungkapan memunyai makna.
Selanjutnya, pendapat lain dikemukakan oleh Cummings (dalam Rahmawan
(http://www.ruangbaca.com))
Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
presupposition yang dalam bahasa Indonesia berarti praanggapan dimaknai secara
berbeda dari tiap-tiap ahli bahasa. Namun demikian, dapat dilihat bahwa para ahli
menampilkan beberapa kesamaan sudut pandang. Dari sekian pendapat yang ada,
penulis cenderung pada pendapat yang dikemukakan oleh Yule karena lebih
sederhana dan mudah dipahami. Dengan bahasa sendiri, penulis pun dapat
menyimpulkan berbagai pendapat tersebut bahwa praanggapan merupakan
anggapan awal yang secara tersirat dimiliki oleh sebuah ungkapan kebahasaan
sebagai bentuk respon awal pendengar dalam menghadapi ungkapan kebahasaan
tersebut. Yang mudah dipahami adalah maksud dari praanggapan yang
dikemukakan oleh Yule (1996: 44) bahwa praanggapan adalah sesuatu yang
diasumsikan oleh penutur dalam suatu pernyataan tutur dan setelahnya akan ada bahwa praanggapan adalah asumsi-asumsi atau
keterikutan yang memiliki makna yang diasumsikan pada sebuah tuturan.
Ciri-ciri praanggapan itu sendirilah yang telah menyebabkan pokok permasalahan ini
diteliti, baik dilihat dari perspektif semantik maupun perspektif pragmatik.
Setelah mengetahui pengertian praanggapan menurut beberapa ahli seperti
yang telah dikemukakan di atas, penulis berusaha memaparkan jenis-jenis
praanggapan menurut beberapa ahli bahasa. Menurut Nababan (dalam Rahmawan
ahli-ahli falsafah dengan pendekatan semantik. Belakangan ini, linguis dan ahli
antropologi dan psikologi mengkaji praanggapan ini dengan pendekatan
pragmatik.
2.2.2.1 Jenis Praanggapan
Yule ( 1996 : 46) menyatakan ada 5 jenis praanggapan atau
presuppositionyaitu :
1. Presuposisi faktif (nyata)
Presuposisi faktif (nyata) adalah informasi yang dipraanggapkan yang
dianggap sebagai kenyataan. Praanggapan ini muncul dari informasi yang ingin
disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta atau
berita yang diyakini kebenarannya.
1a. Dia tidak menyadari bahwa dia sakit
Praanggapan : Dia sakit
1b. Saya tidak sadar bahwa dia sudah menikah
1c. Dia tidak tahu bahwa Angelina di penjara karena kasus korupsi
Praanggapan : Angelina di penjara
2. Presupposisi leksikal
Presuposisi leksikal adalah praanggapan yang dinyatakan dengan cara
tersirat sehingga penegasan atas praanggapan tuturan tersebut biasa didapat
setelah pernyataan tersebut.
2a. Dia berhenti merokok
Praanggapan : Dulu dia merokok
2b. Kamu terlambat lagi
Praanggapan : Sebelumnya kamu terlambat
2c. Kamu korpusi lagi
Praanggapan : Sebelumnya kamu korupsi
3. Presupposisi struktural
Presupposisi struktural adalah praanggapan yang dinyatakan melalui
tuturan yang strukturnya jelas dan langsung dipahami tanpa melihat kata-kata
yang digunakan.
3a. Siapa yang mengetuk pintu?
Praanggapan : Ada orang yang mengetuk pintu.
Presuposisi non-faktif adalah suatu presuposisi yang diasumsikan tidak
benar atau masih memungkinkan adanya pemahaman yang salah karena
penggunaan kata-kata yang tidak pasti atau masih ambigu.
4a. Dia berpura-pura sakit
Praanggapan : Dia tidak sakit.
4b. Saya bermimpi bahwa saya kaya
Praanggapan : Saya tidak kaya.
5. Presuposisi faktual bertentangan atau berlawanan
Presuposisi faktual bertentangan atau berlawanan adalah praanggapan
yang menghasilkan pemahaman yang berkebalikan dari pernyataannya .
5a. Andaikata Anda temanku, Anda akan menolongku
Praanggapan : Anda bukan temanku
2.2.2.2 Karikatur
Karikatur adalah produk keahlian seorang karikaturis, baik dari segi
pengetahuan,intelektual,teknik melukis,psikologis, bacaan maupun bagaimana dia
memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita biasa mendeteksi tingkat intelektual
seorang karikaturis dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik yang secara tidak
langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum. Karikatur adalah bagian
dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus.
Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun,
kritik yang sehat. Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan
dengan gambar-gambar yang lucu dan menarik (Sobur, 2004:140 ).
Karikatur ialah gambar sindiran yang bersifat sinis, ironis, atau sarkamis
yang berbentuk humor, sebagai refleksi dari suatu keadaan sosial, politik,
ekonomi dan kebudayaan. Dalam apresiasi budaya, karikatur ini merupakan Profil
Satire dan teks daripada karikatur ini dapat berbentuk topik, tema atau pokok
pikiran (Natawijaya, 1968:118).
Makna karikatur memberi muatan atau tambahan ekstra. Karikatur telah
berkembang sejak abad ke-18 terutama di Perancis. Karikatur sudah sedemikian
lama merebak ke segala penjuru dunia, sebagai “seni khusus” gambar distortif
wajah dan figur tokoh masyarakat.
Karikatur melukiskan keadaan yang sedang berlaku atau menyindir yang
menyinggung hati nurani masyarakat ramai dan merupakan seni berpikir, humor
dan menyindir.
Karikatur pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni
karikatur verbal dan nonverbal. Karikatur verbal yaitu karikatur yang dalam
visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frase dan
kalimat, sedangkan karikatur nonverbal cenderung memanfaatkan gambar
sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar
tersampaikan kepada pembaca.
Bila diperhatikan, kita akan menemukan beberapa bentuk karikatur
1. Merupakan Sketsa
Sketsa maksudnya adalah gambar rancangan sebelum diwujudkan
menjadi sebuah lukisan yang utuh. Biasanya berbentuk samar.
2. Naturalis, gambar biasa
Naturalis maksudnya adalah gambar ilustrasi yang memiliki bentuk
dan warna sama dengan kenyataan yang ada dialam tanpa ada
pengurangan atau penambahan.
3. Bentuk diagram
Bentuk diagram maksudnya adalah bersifat simbolis dan abstrak
sehingga sulit untuk dimengerti.
4. Psikologis
Psikologis yaitu karikatur yang menonjolkan watak pelaku
seseorang.
5. Berbentuk jenaka atau humor
Bentuk jenaka (humor) yaitu karikatur yang mampu membuat
orang tertawa.
6. Teks deskriptif yang mudah dipahami
Teks deskriptif yang mudah dipahami yaitu karikatur yang mampu
memaparkan, menggambarkan sesuatu secara jelas sehingga orang
7. Teks fenomena yang mengembangkan gejolak masyarakat
Teks fenomena yang mengembangkan gejolak masyarakat yaitu
karikatur yang menggambarkan hal-hal yang terjadi pada masa
sekarang. Fenomena apa yang sering terjadi dituangkan dalam bentuk
karikatur. Natawijaya (dalam Puspita 2011:13)
Pendapat di atas mengandung pengertian betapa pentingnya sebuah
komunikasi dalam kehidupan manusia. Pekerjaan komunikasi di dalam pengertian
hubungan masyarakat melibatkan usaha mengirimkan atau menyampaikan pesan
yang berupa lambang, bahasa lisan, tertulis, atau gambar dari sumber kepada
khalayak dengan mempergunakan satu atau beberapa media sebagai saluran dari
pesan atau lambang tadi, (misalnya surat kabar, majalah, buku, brosur, surat
ataupun lisan), tujuannya untuk mempengaruhi pendapat atau sikap dan tindakan
orang-orang yang menerima pesan itu tadi.
Masyarakat lebih menyukai informasi bergambar jika dibandingkan
dengan yang berbentuk tulisan, karena melihat gambar jauh lebih mudah dan
sederhana. Dengan kata lain media gambar merupakan metode yang paling cepat
untuk menanamkan pemahaman, walau gambar tidak disertai dengan tulisan
sekalipun. Gambar berdiri sendiri dan selalu memiliki subyek yang mudah
dipahami, sebagai simbol yang jelas dan mudah dikenal.
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian praanggapan sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya,
diantaranya Gayati Nadia Paramytha (2009) dalam skripsinya yang berjudul
praanggapan yang muncul dalam tuturan adegan film Janji Joni. Penelitian ini
bersifat deskriptif yang sumber datanya merupakan transkripsi dari tuturan dalam
adegan film. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan praanggapan –
praanggapan yang muncul dalam adegan film dan mengklasifikasikan jenis
praanggapan yang muncul.
Siti Rizki Hardhiansari dalam skripsinya Praanggapan dalam Rubrik
”kutipan” Jawa Pos edisi Desember 2003 – Januari 2004. Dia mendeskripsikan
praanggapan pragmatik dan praanggapan semantik yang terdapat dalam rubrik
''Kutipan" Jawa Pos selama edisi Desernber 2003 -Januari 2004. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengklasifikasikan data yang telah diidentifikasi berdasarkan
jenisnya, yakni praanggapan pragmatik dan praanggapan semantik. Dalam
pengklasifikasian ini, penulis membuat tabel untuk membedakan kedua
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek
darimana data diperoleh (KBBI, 2003:994). Oleh karena itu, dalam penelitian ini
yaitu bahasa karikatur dalam harian Kompas yang terbit pada edisi Mei 2011.
Bulan Mei 2011 banyak terdapat karikatur yang bertema korupsi. Sehingga
penulis mengambil data pada bulan Mei 2011.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode simak, yaitu
menyimak penggunaan bahasa pada objek yang diteliti. Data dikumpulkan dengan
cara menyimak karikatur yang muncul dalam harian kompas sebagai sumber data,
metode simak ini diwujudkan dengan teknik catat (Surdayanto, 1993:135). Teknik
catat ini digunakan untuk mencatat data-data yang dibutuhkan.
3.2.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan penulis dalam upaya menemukan kaidah dalam
tahap analisis data adalah metode padan. Metode padan alat penentunya di
luar,terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan
(Sudaryanto 1993;13). Penulis sendiri menggunakan teknik pilah unsur penentu
pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993;21).
Untuk teknik lanjutannya, penulis menggunakan teknik hubung banding
menyamakan.
Berikut adalah salah satu contoh teknik analisis data pada karikatur harian
Kompas
Jenis gambar yang digunakan pada karikatur ini adalah gambar psikologis.
Kaleng kecil yang berisi uang receh menggambarkan jumlah BLT yang diterima
rakyat kecil terlalu sedikit. Dibandingkan dengan melonjaknya harga kebutuhan
pokok jumlah BLT yang diterima tidak memiliki arti apa-apa dan bila saja
pemimpin kita tidak ada yang korup sudah pasti jumlah BLT yang diterima lebih
banyak dan dapat membantu mengimbangi harga kebutuhan pokok yang naik.
Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi faktif.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tujuan dari Pembuatan Karikatur
Gambar karikatur adalah suatu media penyampai pesan yang digambar secara
sederhana dan spontan. Hal yang menjadi topik atau ide pokok dalam pembuatan
karikatur biasanya adalah hal-hal yang sedang marak dibicarakan. Karikatur
adalah gambar sindiran yang bersifat sinis, ironis, atau sarkasme yang berbentuk
humor, sebagai refleksi dari suatu keadaan sosial, politik, ekonomi dan budaya. (
Natawijaya, 198 : 118 ).
Jadi, tujuan dari pembuatan karikatur adalah untuk menyindir, mengkritisi
seorang oknum atau sebuah institusi atas kejadian yang sedang terjadi dan marak
dibicarakan pada saat itu.
1. Karikatur 1 tentang Perjalan Pejabat ke Luar Negeri
Gambar 4.1
Tujuan dari karikatur pertama adalah memberi pesan kepada para pejabat
sekedar melakukan perjalan, tetapi melakukan kerja sama yang baik dengan para
pejabat luar negeri untuk memajukan Indonesia, sehingga usaha masyrakat
menanggung beban semua biaya perjalan ke luar negeri tidak sia-sia.
2. Karikatur 2 tentang Partai Politik
Gambar 4.2
Tujuan dari karikatur kedua adalah memberi pesan agar para partai politik
tidak memberikan janji palsu kepada rakyatnya, sehingga masyarakat tidak
3. Karikatur 3 tentang Kerjasama Politik
Gambar 4.3
Tujuan dari karikatur ketiga adalah memberi pesan agar para pemimpin
tidak hanya melakukan kesepakatan demi menimbun kekayaan semata dan
benar-benar membuat kebijakan-kebijakan yang menyejahterakan rakyat, bukan
menyejahterakan diri sendiri.
4. Karikatur 4 tentang Dana Bantuan Sosial
Tujuan dari karikatur keempat adalah memberi pesan agar para pemimpin
tidak memberatkan rakyat dalam memberikan bantuan sosial.
5. Karikatur 5 tentang Raskin
Gambar 4.,5
Tujuan dari karikatur kelima adalah memberi pesan agar Raskin itu
diberikan tepat pada masyarakat yang membutuhkan, sehingga Raskin memang
benar menjadi solusi jitu mengatasi kekurangan gizi rakyat miskin.
6. Karikatur 6 tentang Solidaritas
Tujauan dari karikatur keenam memberi pesan agar kita mampu
memperkokoh solidaritas kita, sehingga kita menjadi bangsa yang tidak minus
solidaritas.
7. Karikatur 7 tentang Hukum di Negeri
Gambar 4.7
Tujuan dari karikatur ketujuh adalah memberi pesan agar hukum di
8. Karikatur 8 tentang Anggota DPR/MPR RI
Gambar 4.8
Tujuan dari karikatur kedelapan adalah memberi pesan agar para anggota
DPR/MPR RI lebih memperhatikan rakyat kecil, sehingga rakyat kecil tidak
ketakutan melihat mereka.
9. Karikatur 9 tentang Zaman Kleptolitikum
Tujuan karikatur kesembilan adalah memberi pesan agar para koruptor
sebaiknya berada di tempat seharusnya dia berada, yaitu di dalam penjara dan
mungkin di dalam penjara dia mampu mengubah perilakunya agar tidak sama
seperti binatang.
10. Karikatur 10 tentang Kritikan Rakyat terhadap KKN dan Suap
Gambar 4.10
Tujuan karikatur kesepuluh adalah memberi pesan agar para pemimpin
11. Karikatur 11 tentang Gudeg Jogya
Gambar 4.11
Tujuan karikatur kesebelas adalah memberi pesan agar para pemimpin
tidak semena-mena menggunakan kekuasaannya untuk mengutak-atik penjabat
pemerintah daerah tanpa pernah memperhatikan pendapat masyarakat.
12. Karikatur 12 tentang Kekayaan Alam yang Hampir Habis
Tujuan karikatur keduabelas adalah memberi pesan agar pemerintah
memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
13. Karikatur 13 tentang Politik Bola
Gambar 4.13
Tujuan karikatur ketigabelas adalah memberi pesan agar dunia olahraga
tidak dinodai politik-politik yang tidakk sehat
4.2 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Bahasa Karikatur
Karikatur merupakan salah satu bentuk karya komunikasi visual yang
efektif dan mengena dalam penyampaian pesan dan kritik sosial. Dalam sebuah
karikatur yang baik terlihat adanya perpaduan antara unsur-unsur kecerdasan,
ketajaman dan ketepatan berpikir secara kritis, serta ekspresif dalam bentuk
gambar kartun dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam
Selama ini media cetak seperti surat kabar tidak hanya berperan sebagai
pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi bisa juga mempunyai
suatu karateristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk memberikan
analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan motivasi, mendorong serta
mengembangkan pola pikir bagi masyarakat agar semakin kritis dan selektif
dalam menyikapi berita-berita yang ada di dalam media. Belakangan ini media
pers Indonesia menampilkan komik kartun dan karikatur sebagai ungkapan kritis
terhadap berbagai masalah yang berkembang secara tersamar dan tersembunyi.
Pembaca diajak berpikir, merenungkan dan memahami pesan-pesan yang tersurat
dan tersirat dalam gambar tersebut (Sobur, 2006 : 140).
Karikatur pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni
karikatur verbal dan nonverbal. Karikatur verbal yaitu karikatur yang dalam
visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frase dan
kalimat, sedangkan karikatur nonverbal cenderung memanfaatkan gambar
sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar
tersampaikan kepada pembaca ( Supryadi, 2011 : 89).
Karikatur adalah produk keahlian seorang karikaturis, baik dari segi
pengetahuan,intelektual,teknik melukis,psikologis, bacaan maupun bagaimana
dia memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita biasa mendeteksi tingkat
intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga caranya mengkritik yang
secara tidak langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum. Karikatur
adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar
khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka.
menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik yang sehat karena
penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar yang lucu dan menarik.
(Sobur 2004:140 ).
4.2.1 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 1
Karikatur 1 (lihat gambar 4.1) merupakan jenis karikatur nonverbal, yaitu
karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang
termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Gerobak
melambangkan perjalan. Ada dua pria yang duduk di atas gerobak, yang
memakai topi, pejabat dari luar negeri dan yang memakai kacamata pejabat dari
Indonesia sebut saja Susilo Bambang Yudhoyono. Karikatur di atas
menggambarkan perjalanan pejabat Indonesia ke luar negeri dan rakyat miskin
yang menanggung bebannya. Maksudnya menanggung beban adalah sebenarnya
seluruh biaya perjalanan itu menggunakan uang negara yang sepenuhnya milik
rakyat dan seharusnya digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat. Seharusnya mereka melawat ke luar negeri dengan
tujuan untuk mempelajari politik dan perkembangan Negara tetangga untuk
kemudian diaplikasikan di Negara kita tercinta atau melakukan kerjasama politik
demi kemajuan Negara kita. Namun, mereka malah hanya bersenang-senang dan
hanya memakai semua fasilitas yang ada untuk kepuasan diri sendiri tanpa
memperdulikan amanah rakyat.
Tujuan dari karikatur di atas adalah memberi pesan kepada para pejabat
agar tujuan mereka melakukan perjalanan keluar negeri tidak hanya semata-mata
pejabat luar negeri untuk memajukan Indonesia, sehingga usaha masyarakat
menanggung beban semua biaya perjalan ke luar negeri tidak sia-sia.
Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural.
Praanggapannya adalah pejabat melakukan perjalanan keluar negeri.
4.2.2 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 2
Karikatur 2 (lihat gambar 4.2) merupakan jenis karikatur verbal, yaitu
karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal,
seperti kata, frase dan kalimat. Bendera dalam karikatur di atas melambangkan
bendera partai politik. Partai politik pada saat kampanye menjanjikan
kesempurnaan untuk rakyatnya. Akan tetapi, banyak oknum baik dari eksekutif,
legislatif, ataupun yudikatif dibalik parpol tersebut yang hanya mengincar uang
dan saat mereka naik atau menjabat hampir bisa dipastikan mereka akan
melakukan korupsi. Hal tersebut sangat tergambar jelas dari gambar masyarakat
yang hanya bisa menggerutu dan menyesalkan atas naiknya parpol tersebut.
Gambaran bendera parpol yang usang menggambarkan bahwa semua ulah
oknum-oknum tersebut pada akhirnya akan merusak citra parpol tersebut.
Tujuan dari karikatur di atas adalah agar para partai politik tidak
memberikan janji palsu kepada rakyatnya sehingga masyarakat tidak merasa
ditipu oleh partai politik yang mereka pilih. Praanggapan bahasa karikatur di
atas termasuk presuposisi faktif. Praanggapannya adalah partai politik
menjanjikan kesempurnaan untuk rakyatnya.
Karikatur 3 (lihat gambit 4.3) merupakan jenis karikatur nonverbal yaitu
karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang
termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Jabat tangan dalam
karikatur di atas memiliki arti kesepakatan atau kerjasama politik antara dua
pemimpin. Di sana terdapat dua buah kereta pengangkut yang seolah telah
disiapkan untuk mengambil sumber dana, hal ini menggambarkan bahwa
kebanyakan kerjasama atau kebijakan yang tercipta cukup berpengaruh terhadap
pundi-pundi uang pribadi mereka. Secara keseluruhan, karikatur di atas
menggambarkan kesepakatan antara dua pemimpin dalam menciptakan
kebijakan-kebijakan yang menguntungkan diri sendiri atau pihak-pihak tertentu
dalam politik pembangunan, hingga mereka memperoleh kekayaan demi
memperkokoh kejayaan.
Tujuan dari karikatur di atas adalah agar para pemimpin tidak hanya
melakukan kesepakatan demi menimbun kekayaan semata dan benar-benar
membuat kebijakan-kebijakan yang menyejahterakan rakyat, bukan
mensejahterakan diri sendiri.
Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural.
Praanggapannya adalah pemimpin melakukan kesepakatan politis dan dengan
4.2.4 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 4
Karikatur 4 (lihat gambar 4.4) merupakan jenis karikatur nonverbal, yaitu
karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang
menggambarkan pemimpin. Tikus kecil melambangkan pejabat-pejabat daerah.
Karikatur di atas memiliki arti seharusnya dana bantuan sosial itu meringankan
beban rakyat, dan yang terjadi malah sebaliknya. Dana bantuan sosial menjadi
beban yang memberatkan rakyat. Sebenarnya dana tersebut juga merupakan
dana yang diperoleh dari rakyat. Ironisnya, pemimpin-pemimpin kita yang
seharusnya menjadi perantara untuk menghantarkan dana tersebut kepada yang
membutuhkan, malah memilih tidak melakukan apa-apa. Parahnya lagi,
pejabat-pejabat daerah terkecil pun mulai mengambil kesempatan dengan menggerogoti
dana bantuan Sosial tersebut. Hal ini tergambar jelas dari adanya tikus-tikus
kecil yang menggerogoti dana bantuan sosial.
Tujuan dari karikatur di atas adalah memberitahukan kepada para
pemimpin agar tidak memberatkan rakyat dalam memberikan bantuan sosial.
Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural.
Praanggapannya adalah dana bantuan sosial meringankan rakyat.
4.2.5 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 5
Karikatur 5 (lihat gambar 4.5) merupakan jenis karikatur verbal, yaitu
karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal,
seperti kata, frase dan kalimat. Pada karikatur di atas tokoh yang berambut
kriwil nyeletuk tentang RASKIN (beras miskin) tidak tepat sasaran. Banyak
kasus penimbunan Raskin dilakukan oknum tertentu untuk meningkatkan
kesejahteraannya sendiri. Seharusnya Raskin itu menjadi solusi jitu mengatasi
Tujuan karikatur di atas adalah agar Raskin itu diberikan tepat pada
masyarakat yang membutuhkan, sehingga Raskin memang benar menjadi solusi
jitu mengatasi kekurangan gizi rakyat miskin. Praanggapan bahasa karikatur di
atas termasuk presuposisi faktif. Praanggapannya adalah raskin mengatasi
kekurangan gizi rakyat miskin.
4.2.6 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 6
Karikatur 6 (lihat gambar 4.6) merupakan jenis karikatur, nonverbal yaitu
karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang
termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Gambar tangan yang
kokoh yang terdapat dalam karikatur di atas melambangkan solidaritas.
Karikatur di atas menggambarkan tingkat solidaritas minus akibat uang. Benteng
solidaritas yang dulu kokoh dan tidak tergoyahkan, perlahan-lahan terkikis oleh
politik uang. Perlahan namun pasti, uang mampu mengikis pondasi solidaritas
tersebut. Hingga dapat kita simpulkan bahwa suatu saat benteng itu akan segera
runtuh. Kita akan menjadi bangsa yang minus solidaritas karena politik uang.
Tujuan dari karikatur di atas adalah agar kita mampu memperkokoh
solidaritas kita, sehingga kita menjadi bangsa yang tidak minus solidaritas.
Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural.
Praanggapannya adalah bangsa minus solidaritas.
4.2.7 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 7
Karikatur 7 (lihat gambar 4.7) merupakan jenis karikatur nonverbal, yaitu
karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang
pada karikatur di atas melambangkan hukum. Pada gambar di atas digambarkan
seorang koruptor bertubuh gemuk, memegang uang banyak dan selalu tersenyum
lepas tanpa beban sedangkan orang miskin yang berbadan kurus memegang
sandal jepit dengan muka lusuhnya melihat bahwa hukuman yang diterima si
koruptor lebih ringan dari pada dia di timbangan itu. Karikatur di atas
menggambarkan suatu keadaan hukum yang semakin tidak adil dan
menunjukkan rasa duka terhadap hukum yang adil telah mati. Koruptor tetap
hidup nyaman dengan uangnya, bahkan dalam beberapa kasus kita melihat
banyak tersangka korupsi memiliki akses yang begitu bebas terhadap dunia luar,
sedangkan rakyat miskin dengan kesalahan yang sangat kecil pun akan di hukum
seberat-beratnya. Adanya karangan bunga melambangkan duka cita, itu
menggambarkan hukum yang telah mati.
Tujuan karikatur di atas adalah agar hukum di Indonesia lebih adil lagi.
Jangan memandang status dalam memberikan hukuman. Praanggapan bahasa
karikatur di atas termasuk presuposisi struktural. Praanggapannya adalah hukum
tidak adil.
4.2.8 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 8
Karikatur 8 (lihat gambar 4.8) merupakan jenis karikatur nonverbal, yaitu
karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang
termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Manusia bertanduk
yang terdapat dalam karikatur di atas menggambarkan setan atau iblis yang
dalam dunia nyata kita sebut koruptor. Dasi yang digunakan oleh pria bertanduk
RI dan seolah mereka haus akan kekuasaan. Anak kecil dengan ekspresi
ketakutan menggambarkan rakyat kecil yang takut melihat anggota DPR/MPR
RI. Karikatur di atas menjelaskan bahwa semua yang berada di dalam gedung
DPR/MPR adalah koruptor. Rakyat kecil ketakutan melihat mereka, seperti
melihat iblis, nafsu setan dan iblis pada diri pejabat ingin kedudukan yang lebih
bukan untuk mengayomi rakyat tetapi menakuti rakyat dan tidak menjadi
penyalur aspirasi rakyat kecil namun yang terjadi, mereka hanya berpihak pada
pihak-pihak pemodal atau pihak yang sudah pasti memberikan keuntungan
pribadi bagi mereka.
Tujuan dari karikatur di atas adalah menyindir para anggota DPR/MPR RI
agar mereka lebih memperhatikan rakyat kecil, sehingga rakyat kecil tidak
ketakutan melihat mereka. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk
presuposisi faktif. Praanggapannya adalah rakyat kecil ketakutan.
4.2.9 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 9
Karikatur 9 (lihat gambar 4.9) merupakan jenis karikatur nonverbal yaitu
karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang
termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Baju tahanan
melambangkan tokoh yang ada digambar seharusnya berada ditahanan. Dasi
yang dipakai oleh pria yang terdapat dalam karikatur di atas melambangkan
bahwa dia pejabat. Wajah seperti monyet melambangkan dia tidak tahu malu
dan lebih mirip seperti binatang. Karung uang melambangkan dia seorang klepto
(penyakit yang suka mencuri). Karikatur di atas menggambarkan seorang
berada ditahanan. Karikatur di atas menggambarkan negara kita semakin
mengarah ke zaman kleptolitikum, korup menjadi hal yang wajar, sebab hampir
semua kalangan melakukan korupsi.
Tujuan dari karikatur di atas adalah agar para koruptor sebaiknya berada
ditempat seharusnya dia berada yaitu di dalam penjara dan mungkin di dalam
penjara dia mampu mengubah prilakunya agar tidak sama seperti binatang.
Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural.
Praanggapannya adalah koruptor memliki prilaku tidak manusiawi.
4.2.10 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 10
Karikatur 10 (lihat gambar 4.10) merupakan jenis karikatur verbal yaitu
karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti
kata, frase dan kalimat. Pada gambar karikatur di atas, terdapat gambar anak kecil
yang menggambarkan rakyat kecil. Di atas anak itu terdapat teks dengan huruf
kapital “DULU BANYAK KKN, KASUS SUAP. TAPI HIDUP KITA ENAK
YA PAK… SEKARANG MAKIN BANYAK BEGITUAN. KOK HIDUP KITA
MAKIN TIDAK ENAK!” ini merupakan gambaran kritikan rakyat terhadap
pemimpin yang digambarkan sebagai orang tua yang sedang duduk dan sedikit
kesal dengan kritikan tersebut. Pada gambar di sampingnya, terdapat pula teks
yang berisi “RUMONGSO BISO NANGING ORA BISO RUMONGSO” (merasa
bisa, tapi tidak bisa merasa). Ini merupakan gambaran dari kekesalan pemimpin
yang selalu saja di cerca.
Tujuan dari karikatur di atas adalah untuk mengkritisi para pemimpin yang
karikatur di atas termasuk presuposisi faktif. Praanggapannya adalah seharusnya
seorang pemimpin mendengar aspirasi rakyatnya.
4.2.11 Deskripsi dan analisis praanggapan dalam karikatur 11
Karikatur 11 (lihat gambar 4.11) merupakan jenis karikatur verbal yaitu
karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti
kata, frase dan kalimat. Pada gambar di atas terdapat seorang pria yang duduk di
kursi dengan lambang garuda di kursinya sedang mengaduk-aduk gudeg jogja.
Hal ini menggambarkan seorang pemimpin yang sedang mengutak-atik penjabat
pemerintahan daerah. Terdapat seorang pria dengan pakaian adat dan blangkon
dan diatasnya tertulis, “GUDEG JOGJA ENAK LHO PAK,,, KOK
DIOBOK-OBOK!”. Ini menggambarkan tokoh masyarakat yang tidak setuju dengan
keputusan pemimpin itu untuk merombak susunan kepemerintahan yang sudah
ada karena menurutnya kepemerintahan itu sudah cukup baik dan di sudut kanan
bawah terdapat gambar seorang pria dengan pakaian lusuh bertopang dagu. Ini
menggambarkan masyarakat kecil yang hanya bisa berpasrah dengan keputusan
pemimpin itu.
Tujuan dari karikatur di atas adalah untuk mengkritisi para pemimpin yang
semena-mena menggunakan kekuasaannya untuk mengutak-atik penjabat
pemerintah daerah tanpa pernah memperhatikan pendapat masyarakat .
Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk preusposisi struktural.
Praanggapannya adalah seorang pemimpin menggunakan kuasanya untuk
4.2.12Deskripsi dan analisis praanggapan dalam karikatur 12
Karikatur 12 (lihat gambar 4.12) merupakan jenis karikatur nonverbal
yaitu karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud
yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca.
Pada gambar terdapat sisa-sisa ikan di dalam sebuah piring yang
membentuk pola peta Indonesia dan ada garpu dalam posisi tertutup. Hal ini
menggambarkan bahwa seluruh kekayaan alam di Indonesia hampir habis dan
hanya tinggal sedikit. Kekayaan tersebut bukannya digunakan untuk kemakmuran
rakyat, malah untuk kepentingan-kepentingan oknum tertentu. Hal ini tergambar
dari adanya seorang pria dengan penampilan lusuh di sudut kanan bawah. Dan
ditegaskan lagi oleh teks yang terdapat di atasnya “YANG TERSISA HANYA
IKAN ASIN(G)” .
Tujuan dari karikatur di atas adalah untuk mengingatkan pemerintah agar
memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Praanggapan bahasa karikatur di atas
termasuk presuposisi struktural. Praanggapannya adalah kekayaan Indonesia
bukan dinikmati rakyat Indonesia.
4.2.13 Deskripsi dan analisis praanggapan dalam karikatur 13
Karikatur 13 (lihat gambar 4.13) merupakan jenis karikatur verbal yaitu
karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti
dengan huruf O berbentuk bola, hal ini menggambarkan bahwa bahkan di ranah
olahraga khususnya sepakbola telah tercemar oleh politik-politik yang tidak sehat.
Dalam mengambil sebuah kebijakan dalam hal olahraga, seringkali kebijakan itu
tidak mementingkan sportifitas dan perkembangan sepakbola di Indonesia.
Banyak kebijakan-kebijakan yang terkesan aneh dan membuat rakyat jengkel
namun hanya pasrah atas hal tersebut. Hal itu tergambar darigambar dua orang
yang sedang bertopang dagu di sudut kanan bawah.
Tujuan dari karikatur di atas adalah untuk mengingatkan bahwa
masyarakat tidak ingin dunia olahraga kita dinodai politik-poltik yang tidak
sehat. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi faktif.
Praanggapannya adalah dunia persepakbolaan yang telah tercemar politik tidak
sehat.
4.3 Pesan yang Muncul dari Karikatur
1. Pesan Karikatur 1 tentang Perjalanan Pejabat ke Luar Negeri
Karikatur pertama memberi pesan kepada para pejabat agar tujuan mereka
melakukan perjalanan keluar negeri tidak hanya semata-mata sekedar melakukan
perjalan, tetapi melakukan kerja sama yang baik dengan para pejabat luar negeri
untuk memajukan Indonesia, sehingga usaha masyrakat menanggung beban
semua biaya perjalan ke luar negeri tidak sia-sia.
Karikatur kedua memberi pesan agar para partai politik tidak memberikan
janji palsu kepada rakyatnya, sehingga masyarakat tidak merasa ditipu oleh partai
politik yang mereka pilih.
3. Pesan Karikatur 3 tentang Kerjasama Politik
Karikatur ketiga memberi pesan agar para pemimpin tidak hanya
melakukan kesepakatan demi menimbun kekayaan semata dan benar-benar
membuat kebijakan-kebijakan yang menyejahterakan rakyat, bukan
menyejahterakan diri sendiri.
4. Pesan Karikatur 4 tentang Dana Bantuan Sosial
Karikatur keempat memberi pesan agar para pemimpin tidak memberatkan
rakyat dalam memberikan bantuan sosial.
5. Pesan Karikatur 5 tentang Raskin
Karikatur kelima memberi pesan agar Raskin itu diberikan tepat pada
masyarakat yang membutuhkan, sehingga Raskin memang benar menjadi solusi
jitu mengatasi kekurangan gizi rakyat miskin.
6. Pesan Karikatur 6 tentang Solidaritas
Karikatur keenam memberi pesan agar kita mampu memperkokoh
solidaritas kita, sehingga kita menjadi bangsa yang tidak minus solidaritas.
7. Pesan Karikatur 7 tentang Hukum di Negeri
Karikatur ketujuh memberi pesan agar hukum di Indonesia lebih adil lagi.
8. Pesan Karikatur 8 tentang Anggota DPR/MPR RI
Karikatur kedelapan memberi pesan agar para anggota DPR/MPR RI lebih
memperhatikan rakyat kecil, sehingga rakyat kecil tidak ketakutan melihat
mereka.
9. Pesan Karikatur 9 tentang Zaman Kleptolitikum
Karikatur kesembilan memberi pesan agar para koruptor sebaiknya berada
di tempat seharusnya dia berada, yaitu di dalam penjara dan mungkin di dalam
penjara dia mampu mengubah perilakunya agar tidak sama seperti binatang.
10.Pesan Karikatur 10 tentang Kritikan Rakyat terhadap KKN dan
Suap
Karikatur kesepuluh memberi pesan agar para pemimpin mendengarkan
setiap aspirasi rakyatnya.
11.Pesan Karikatur 11 tentang Gudek Jogya
Karikatur kesebelas memberi pesan agar para pemimpin tidak
semena-mena menggunakan kekuasaannya untuk mengutak-atik penjabat pemerintah
daerah tanpa pernah memperhatikan pendapat masyarakat.
12.Pesan Karikatur 12 tentang Kekayaan Alam yang Hampir Habis
Karikatur keduabelas memberi pesan agar pemerintah memperhatikan
kesejahteraan rakyatnya.
Karikatur ketigabelas memberi pesan agar dunia olahraga tidak dinodai
politik-politik yang tidakk sehat.
4.4 Praanggapan yang dominan dalam surat kabar Harian Kompas
edisi.Mei 2011
Dari pendeskripsian dan proses analisis setiap karikatur tersebut, berikut
praanggapan terhadap setiap contoh karikatur yang saya teliti tersebut:
1) Praanggapan pada gambar 4.1 termasuk presuposisi struktural.
Karikatur 4.1 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami
tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.
2) Praanggapan pada gambar 4.2 termasuk presuposisi faktif. Karikatur
4.2 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata
yang menunjukkan suatu fakta.
3) Praanggapan pada gambar 4.3 termasuk presuposisi struktural.
Karikatur 4.3 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami
tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.
4) Praanggapan pada gambar 4.4 termasuk presuposisi struktural.
Karikatur 4.4 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami
tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.
5) Praanggapan pada gambar 4.5 termasuk presuposisi faktif. Karikatur
4.5 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata
6) Praanggapan pada gambar 4.6 temasuk presuposisi struktural.
Karikatur 4.6 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami
tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.
7) Praanggapan pad gambar 4.7 termasuk presuposisi struktural.
Karikatur 4.7 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami
tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.
8) Praanggapan pada gambar 4.8 termasuk presuposisi faktif. Karikatur
4.8 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata
yang menunjukkan suatu fakta.
9) Praanggapan pada gambar 4.9 temasuk presuposisi struktural.
Karikatur 4.9 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami
tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.
10)Praanggapan pada gambar 4.10 temasuk presuposisi faktif. Karikatur
4.10 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata
yang menunjukkan suatu fakta.
11)Praanggapan gambar 4.11 temasuk presuposisi struktural. Karikatur
4.11 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa
melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.
12)Praanggapan pada gambar 4.12 temasuk presuposisi struktural.
Karikatur 4.12 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami
13)Praanggapan pada gambar 4.13 temasuk presuposisi faktif. Karikatur
4.13 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata
yang menunjukkan suatu fakta.
Berdasarkan penjabaran praanggapan setiap karikatur tersebut, kita
tentukan bahwa dalam karikatur harian Kompas edisi mei 2011, jenis
praanggapan yang paling banyak muncul adalah presuposisi struktural
yaitu sebanyak delapan karikatur, sedangkan karikatur yang termasuk
presuposisi faktif / nyata sebanyak lima karikatur.(Lihat tabel berikut ini)
Tabel penjabaran jenis presuposisi
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Tujuan dari pembuatan karikatur adalah untuk menyindir, mengkritisi
seorang oknum atau sebuah institusi atas kejadian yang sedang terjadi dan marak
dibicarakan pada saat itu.
Gambaran praanggapan dalam bahasa karikatur harian Kompas edisi Mei
2011 menggambarkan karikatur yang bertemakan korupsi. Ada karikatur tentang
perjalanan pejabat keluar negeri, partai politik, kerjasama politik, tentang Dana
Bantuan Sosial, Raskin, melambangkan solidaritas, menggambarkan hukum
dinegeri, tentang anggota DPR/MPR RI, zaman kleptolitikum, kritikan rakyat
terhadap KKN dan suap, Gudeg Jogya, kekayaan alam yang hampir habis, dan
politik bola.
Berdasarkan hasil analisis tentang praanggapan dalam bahasa karikatur
harian Kompas edisi Mei 2011, dapat ditarik simpulan bahwa praanggapan dalam
bahasa karikatur harian kompas edisi Mei 2011 terdapat dua jenis praanggapan
yaitu presuposisi struktural dan presuposisi faktif.
Jenis praanggapan yang paling dominan muncul dalam karikatur harian
Kompas edisi Mei 2011 adalah presuposisi structural yaitu sebanyak delapan
5.2 Saran
Berdasarkan uraian-uraian di atas ada beberapa saran yang ingin
disampaikan penulis, saran tersebut adalah kajian tentang praanggapan dalam
bahasa karikatur dalam surat kabar harus lebih ditingkatkan karena
karikatur-karikatur dalam surat kabar itu memiliki makna pragmatik yang sangat unik.
Jadi, apabila keunikan ini digali lebih dalam lagi, praanggapan dalam bahasa
karikatur surat kabar harian apapun itu akan lebih jelas terlihat makna yang
terkandung di dalamnya.
Selain itu, kajian mengenai Pragmatik harus lebih ditingkatkan lagi karena
kajian pragmatik sangat menarik untuk diteliti. Disamping penelitian tentang
pragmatik yang harus ditingkatkan, penelitian tentang praanggapan juga harus
ditingkatkan misalnya praanggapan dalam bahasa karikatur di surat kabar lain,
seperti surat kabar SIB, Analisa, Sindo, Tribun dan Waspada untuk
DAFTAR PUSTAKA
Bagun, Rikard. 1965. Kompas.Kompas Media Nusantara dalam
2011
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal – Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya : Airlangga
Univercity Press.
Hardhiansari, Siti Rizki.2004.”Praanggapandalam Rubrik “kutipan” Jawa Pos Edisi
Desember 2003-januari 2004”.(Skripsi). Universitas Negeri Surabaya
Keraf, Gorys. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti.2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Natawijaya, P. Suparman. 1986. Teras Komposisi. Jakarta: Intermasa
Paramytha, Gayati Nadia.2009.”Praanggapan dalam Tuturan Adegan Film Janji
Joni”.(Skripsi). Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia
Parera, J. D. 2004. Teori Semantik. Jakarta : Angkasa
Puspita, Yeni. 2011.”Analisis Semiotika Karikatur Oom Pasikom”. (Skripsi). Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Rahardi, Kunjana. 2008. Pragmatik. Gelora Aksara Pratama
Rahmawan, Arief. 2008. Praanggapan Pragmatik. Dal
diakses tanggal 20 Februari 2011
Siregar, Asrul. 1997.”Pragmatik dalam Linguistik”.(Makalah). Medan : Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Sobur, Alex. 2004 . Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Soemarno, Marmo. 1988. Pragmatik dan Perkembangan Mutakhirnya. Jakarta:
Lembaga Bahasa Atmajaya
Sudaryanto. 1993. Metode Linguistik : Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan
Data.Yogyakarta : DutaWacanaUniversity press.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik.Bandung : Angkasa