• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA DAN TATA NAMA SENYAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA DAN TATA NAMA SENYAWA"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA DAN TATA NAMA SENYAWA

(PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA N 10 Bandar Lampung TP 2010-2011) Oleh

SANTI JELITA SIAHAAN

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di SMA N 10 Bandar Lampung, diperoleh bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep siswa kelas X1 pada materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur tahun pelajaran 2010-2011 masih rendah yaitu 61,5. Dari 33 siswa, siswa yang

mendapatkan nilai ≥ 75 berjumlah 8 siswa. Siswa yang mendapatkan nilai dari 66 – 74 berjumlah 4 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai < 66 berjumlah 21 orang. Aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran (on task) rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas siswa dan penguasaan konsep ikatan kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Asissted Individualization).

(2)

Santi Jelita Siahaan

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus. Data penelitian ini terdiri dari data kualitatif, yaitu data aktivitas on task siswa yang diperoleh dari lembar observasi, serta data kuantitatif berupa nilai penguasaan konsep ikatan kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi yang diperoleh melalui tes formatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI meningkatkan persentase rata-rata : (1) tiap jenis aktivitas on task siswa dari siklus I ke siklus II yaitu (a) mengemukakan pendapat sebesar 11,29%; (b) aktif dalam diskusi sebesar 14,51%; (c) bertanya pada guru sebesar 6,35%; dan (d) menjawab pertanyaan sebesar 1,86%; peningkatan dari siklus II ke siklus III yaitu (a) mengemukakan pendapat sebesar 4,48%; (b) aktif dalam diskusi sebesar 12,91%; (c) bertanya pada guru sebesar 8,07%; dan (d) menjawab

pertanyaan sebesar 6,46%. (2) penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 6,79%, sedangkan dari siklus II ke siklus III sebesar 7,36%.

Kata kunci : model pembelajaran kooperatif tipe TAI, aktivitas on task, penguasaan konsep, ikatan kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi

(3)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA DAN TATA NAMA SENYAWA

(PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA N 10 Bandar Lampung TP 2010-2011)

(SKRIPSI)

OLEH

SANTI JELITA SIAHAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA DAN TATA NAMA SENYAWA

(PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA N 10 Bandar Lampung TP 2010-2011)

Oleh

SANTI JELITA SIAHAAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Pogram Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahian Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 25

2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ... 26

3. Grafik Rata-Rata Persentase Tiap Jenis Aktivitas On Task ... 47

4. Grafik Rata-Rata Nilai Penguasaan Konsep ... 47

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar ... 9

B. Aktivitas Belajar ... 10

C. Hasil Belajar ... 11

D. Penguasaan Konsep ... 12

E. Pembelajaran Kooperatif ... 14

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ... 17

G. Lembar Kerja Siswa ... 22

III. METODE PENELITIAN A.Subyek dan Tempat Penelitian ………. 24

B. Prosedur Penelitian ……… 24

C.Jenis Data ……….. 40

D.Teknik Pengumpulan Data ……… 40

(7)

F. Indikator Kinerja ……….. 45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ………. 46

8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 193

9. Data Tahapan Latihan Soal Siswa ... 205

10. Data Hasil Penguasaan Konsep dan Ketuntasan Belajar ... 207

11. Data Perolehan Penghargaan Kelompok ... 209

12. Perhitungan ... 214

13. Data Hasil Perhitungan Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa ... 225

14. Surat Ijin Penelitian ... 226

15. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 227

16. Daftar Hadir Seminar Proposal ... 228

17. Daftar Hadir Seminar Hasil ... 229

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 16

2. Kriteria Peningkatan Individu ... 44

3. Kriteria Penghargaan Kelompok ... 45

4. Kisi-Kisi Soal ... 157

5. Data Observasi Guru Mengajar ... 187

6. Data Observasi Aktivitas On Task Siswa ... 193

7. Data Tahapan Latihan Soal ... 205

8. Data Penguasaan Konsep dan Ketuntasan Belajar ... 207

9. Data Perolehan Penghargaan Kelompok ... 209

10. Data Rata-Rata Persentase Tiap Jenis Aktivitas On Task ... 225

11. Data Peningkatan Rata-Rata Penguasaan Konsep ... 225

(9)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KARTU KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Santi Jelita Siahaan Dosen PA : Dra. Nina Kadaritna, M. Si. Jurusan : P. MIPA Pembimbing I : Emmawaty Sofya, S.Si.,M.Si. Program Studi : P. Kimia Pembimbing II : Drs. I Wayan Wirya. M.Kes

(10)

No. Kegiatan Tanggal Materi Konsultasi

Paraf Pembmbing Diserahkan Kembali

6. Bimbingan VI 7. Bimbingan

VII 8. Bimbingan

VIII 9. Bimbingan

IX 10. Bimbingan

X 11. Bimbingan

XI 12. Bimbingan

XII 13. Bimbingan

XIII 14. Bimbingan

XIV 15. Bimbingan

(11)

No. Kegiatan Tanggal Materi

Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Emmawaty Sofya. S.Si,.M.Si. ...

Sekretaris : Drs. I Wayan Wirya, M.Kes. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. M. Setyorini, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(13)

MOTTO

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh

menghina hikmah dan didikan

(Amsal 1:7)

Penderitaan akan memacu orang untuk berhasil, karena sesungguhnya

penderitaan bisa menimbulkan ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan

uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan

(Roma 5: 3-5)

Orang benar hidup oleh iman

(Roma 1 :17B)

Lebih baik untuk melihat kedepan dan bersiaga daripada melihat

kebelakang dan berputus asa.

(14)

PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini…

Kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang ku akui

sebagai Juru Selamatku….

Kedua orang tuaku, yang telah membesarkanku, berjuang demi

kuliahku dan menantikan keberhasilanku:

Bapak ku (S. Siahaan) yang banyak memberikan aku bimbingan,

nasihat-nasihat untuk berjuang dalam hidup ini dan selalu

memberikan semangat dan dorongan.

Ibuku (M. Hutasoit) yang telah melahirkanku kedunia ini dan

membesarkanku sampai saat ini. Yang selalu mendoakanku,

mengajariku untuk selalu sabar dalam menjalani hidup,

membimbing, mendidik serta selalau memberi kasih sayang yang

tak terbalaskan dengan apapun.

Ompung Boruku yang ingin melihat aku wisuda. Mauliate ompung

ditangiangmi.

Ketiga adik-adikku (Sari Imelda, Sobedeus, Solim) yang selalu

berdoa dan berharap menantikan keberhasilanku.

“ Seseorang yang telah disediakan Tuhan untuk

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Parsuratan, pada tanggal 16 Februari 1988 sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari Bapak S. Siahaan dan Ibu M. Hutasoit.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 04 Siborongborong pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 1 Siborong-borong pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Siborongborong pada tahun 2006.

(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis Ucapkan Kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena kasih karunia dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Penguasaan Konsep Ikatan Kimia dan Tata Nama Senyawa (PTK Pada Siswa Kelas X1 SMAN 10 Bandar Lampung TP 2010 - 2011)” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Ibu Dra. Nina Kadaritna. M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

(17)

6. Bapak Drs. I Wayan Wirya, M.Kes., selaku pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan dan kesabarannya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Dra. M. Setyorini. M.Si., selaku dosen pembahas yang senantiasa memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.

8. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Kimia dan seluruh staf di Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.

9. Kepala sekolah, guru mitra Ibu Dra. Suwarti serta siswa-siswi kelas X1 SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

10. Uda, inanguda, tulang, nantulang, namboru dan amangboru, serta semua keluarga besarku, terimakasih buat dukungan dan doanya.

11. Teman-teman angkatan 2006 (ulai, vina, eva, Desti.A, Desti. Y, Yuni, Bambang, Sabet, Sri, Ade, Rikky, Rohni, Amin, Devi. S, Devi. F, Rina, Ila, Ela, Ami, Vivid, Dadi, Nuri, Nur, Diah, Dian, Rini, Wiwit, sita, Sulis, Yani, Romli, Hana, Mia, Rafa, Anita, Fitri, Jana, Nina) dan teman-teman kimia 2006 nonreguler, terimakasih buat kebersamaaan dan kekeluargaan selama ini.

12. Anak-anak kosanku (Leni, Ita, Melani, Okta, Mb’Neli,Yona, Desti, Komang, Ipul, Pandri, Wayan, Faria, Novi) terimakasih buat semangat dan doa yang kalian berikan.

(18)

14. Buat kakakku k’Gembi dan K’Vero, terimakasih kak buat dukungan dan doanya.

15. Segenap anggota keluarga besar Pendidikan Kimia FKIP Unila.

16. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amien.

Bandar Lampung, Desember 2010 Penulis

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di SMA N 10 Bandar Lampung, diperoleh bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep siswa kelas X1 pada materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur tahun pelajaran 2010-2011 masih rendah yaitu 61,5. Dari 33 siswa, siswa yang

mendapatkan nilai ≥ 75 berjumlah 8 siswa. Siswa yang mendapatkan nilai dari 66 – 74 berjumlah 4 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai < 66 berjumlah 21 orang. Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 65, dan kelas dinyatakan tuntas belajar apabila di kelas tersebut terdapat 100 % siswa telah mencapai nilai ≥ 65.

Faktor yang menyebabkan rendahnya penguasaan konsep tersebut adalah rendahnya aktivitas yang relevan dalam pembelajaran (on task) seperti

(20)

2

melakukan aktivitas lain yang tidak relevan (on task) seperti mengantuk, keluar masuk kelas, dan mengobrol dengan teman.

Metode pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran selama ini adalah metode ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah digunakan guru karena mudah

dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dengan metode ceramah yang digunakan membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan siswa juga merasa bosan dengan metode ceramah. Selain itu, tidak semua siswa mempunyai buku pelajaran sebagai sumber belajar mereka sehingga kegiatan siswa lebih dominan pada mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan guru. Metode yang pernah dilakukan juga yaitu metode tanya jawab. Dalam metode tanya jawab yang diterapkan hanya sebagian siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dan sebagian lagi tidak aktif.

(21)

3

Agar siswa memiliki kompetensi tersebut, maka kegiatan pembelajaran yang relevan adalah melibatkan siswa agar aktif dalam pembelajaran sehingga siswa dapat memahami konsep materi yang akhirnya dapat meningkatkan penguasaan konsep untuk materi pokok ikatan kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas on task siswa dalam pembelajaran diperlukan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam membangun konsep adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja satu sama lain. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang anggota yang heterogen. Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau team-work. Dalam hal ini setiap anggota dalam kelompok saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi.

Untuk mencapai hasil maksimal, ada lima unsur yang diterapkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu menuntut kerjasama siswa dan saling

(22)

4

komunikasi antar anggota serta mengevaluasi proses kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan efektif.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran TAI.

Pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran yang mempunyai strategi pembelajaran bimbingan antar teman (Suyitno, 2002: 36). TAI merupakan pembelajaran dengan menggunakan tim belajar kelompok-kelompok kecil (4-5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah

disiapkan oleh guru diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya serta adanya pemberian penghargaan untuk tim berkinerja tinggi. Dalam pembelajaran ini siswa diberi tugas-tugas akademik untuk

dikerjakan secara kelompok, sehingga dapat menghantarkan siswa memahami konsep nyata.

Pembelajaran TAI dilakukan mulai dari pembentukan kelompok, dimana

(23)

5

dengan strategi pemecahan masalah yang relevan dan memberikan kesimpulan dari materi yang dipelajari.

Pada pembelajaran kooperatif tipe TAI terdapat satu asisten, dimana asisten ditentukan berdasarkan nilai akademik dari pelajaran sebelumnya. Asisten harus memiliki karasteristik yang lebih dari siswa yang lain karena tugas asisten adalah membantu teman yang kesulitan dalam kelompoknya saat pembelajaran

berlangsung. Pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat membuat siswa lebih aktif dan setiap siswa bertanggung jawab memberikan skor untuk kelompoknya karena di akhir pembelajaran akan diberikan penghargaan sesuai dengan skor kelompok yang diperoleh.

Melalui penerapan ini, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar

memahami materi dan tidak hanya menerima mendengar dan mengingat saja tapi dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi ilmiah, dilatih menjelaskan hasil temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk

memecahkan masalah. Selain itu diharapkan minat dalam mempelajari konsep-konsep kimia akan meningkat yang pada akhirnya pemahaman siswa juga meningkat, sehingga hasil belajar pun tercapai lebih optimal.

Penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan metode TAI oleh Mulyani (2006) bahwa pembelajaran dengan menggunakan model TAI yang diberikan tugas rumah secara kelompok lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diberi tugas rumah secara individu. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran

(24)

6

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul: “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Penguasaan Konsep Ikatan Kimia dan Tata Nama Senyawa (PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA N 10 Bandar Lampung).”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu: 1. Bagaimanakah peningkatan rata-rata persentase tiap jenis aktivitas on task

siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi pokok ikatan kimia dan tata nama senyawa dari siklus ke siklus?

2. Bagaimanakah peningkatan persentase rata-rata penguasaan konsep siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi pokok ikatan kimia dan tata nama senyawa dari siklus ke siklus?

C.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan:

1. Peningkatan rata-rata persentase tiap jenis aktivitas on task siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi pokok ikatan kimia dan tata nama seenyawa dari siklus ke siklus.

(25)

7

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat berguna: 1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran kimia pokok bahasan ikatan kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi.

b. Memudahkan siswa memahami konsep pembelajaran ikatan kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi.

2. Bagi Guru

Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan memilih model pembelajaran yang bervariasi dan dapat memperbaiki sistem pembelajaran dalam upaya meningkatakan aktivitas dan penguasaan konsep pada materi pokok ikatan kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia disekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah

1. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X1 semester ganjil SMA Negeri 10 Bandar Lampung tahun pelajaram 2010- 2011.

2. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Ikatan Kimia, Tata Nama Senyawa, dan Persamaan Reaksi.

(26)

8

(on task) meliputi: aktif dalam diskusi, memberi pendapat saat pembelajaran berlangsung, bertanya kepada guru saat pembelajaran, dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis, dan taktis. Selain belajar juga dapat diartikan sebagai proses tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu dan belajar merupakan proses pengembangan pengetahuan sebagai upaya untuk mencapai suatu perubahan, kegiatan belajar itu sendiri harus dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh siswa aktif, dapat merangsang daya cipta, rasa, dan karsa.

Menurut Winataputra (2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar

sepanjang hayat.

Ciri-ciri belajar adalah : (1) Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor); (2) perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan.

(28)

10

B. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan segala usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan. Belajar dapat dilakukan dimana saja, karena itu merupakan aktivitas untuk mendapatkan hal yang belum diketahui dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman setelah melakukan aktivitas belajar. Menurut Sardirman (2007: 95) “Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar”.

Aktifnya siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar menentukan berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa “Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang

menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri”. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan perubahan dan perilaku belajarnya. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan kegiatan pembelajaran seperti bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang peningkatan hasil belajar.

Paul B. Diedrick (Sardiman, 2007: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut.

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member

(29)

11

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato.

4. Writing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

5. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model meroparasi, bermain, berkebun, beternak.

6. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, melihat hubungan, mengambil keputusan.

7. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.

Menurut Benjamin Bloom (dalam Anonim, 2004: 6) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu:

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan/ingatan, pemahaman, analisis, aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Keenam tujuan ini sifatnya hierarkis, artinya kemampuan evaluasi belum tercapai bila kemampuan sebelumnya belum dikuasai.

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. c. Ranah psikomotorik, tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan

(30)

12

Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik menurut Sardiman (2007: 49), apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi ujian. Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti hasil pengajaran itu tidak efektif. Guru harus mempertimbangkan berapa banyak dari yang diajarkan itu akan masih diingat kelak oleh subjek belajar, setelah lewat satu minggu, satu bulan, satu tahun, dan seterusnya.

b.Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”. Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu

permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.

D. Penguasan Konsep

Pengertian prinsip dari konsep pada umumnya menunjukkan pada hukum-hukum ilmiah, aturan-aturan generalisasi yang merupakan perpaduan atau kombinasi dari berbagai konsep. Dalam penyusunan ilmu pengetahuan, diperlukan kemampuan menyusun konsep-konsep dasar yang dapat diuraikan terus menerus. Kemampuan abstrak itu disebut pemikiran konseptual. Sebagian besar materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

(31)

13

komunikasi untuk berpikir, dengan demikian tanpa adanya konsep belajar akan sangat terhambat. Konsep mengaktifkan siswa belajar, bertalian dengan peristiwa pengajaran, seperti mendapat perhatian siswa, menerangkan pengantar kembali prasyarat belajar, penyajian bahan rangsangan, mempersiapkan bimbingan belajar dan lain-lain, penerapannya tergantung pada strategi guru.

Penguasaan konsep adalah proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari hasil belajar siswa pada akhir siklus. Penguasaan konsep merupa-kan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupamerupa-kan kegiat-an kompleks. Setelah proses belajar dilakukkegiat-an maka keberhasilkegiat-an proses itu akkegiat-an dapat dilihat dalam suatu tes penguasaan konsep.

Penguasaan konsep dasar dengan baik akan membantu dalam pembentukan konsep-konsep yang lebih kompleks untuk menemukan suatu prinsip. Dengan memiliki penguasaan konsep, seseorang akan mampu mengartikan dan meng-analisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sagala (2007 : 71)

(32)

14

E. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu strategi belajar mengajar adalah suatu cara mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok.

Menurut Johnson & Johnson (dalam Lie 2002), prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya, setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, setiap anggota kelompok harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi, setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan setiap anggota kelompok akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Lie (2002 : 12) menyatakan bahwa sistem pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur dalam sebuah tim atau

kelompok kecil.

(33)

15

Untuk mencapai hasil maksimal, ada lima unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa mereka merupakan bagian dari kelompok yang mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.

2. Tanggung jawab perseorangan

Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota

kelompok harus melaksanankan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap muka

Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa

(34)

16

Ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar pembelajaran kooperatif dapat

berlangsung dengan baik dan siswa lebih bekerja secara kooperatif (Suherman,dkk, 2003: 260), meliputi yaitu:

a. Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa mereka merupakan bagian dari kelompok yang mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.

b. Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok, dan berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu.

c. Untuk mencapai hasil maksimum, para siswa yang tergabung dalam

kelompok itu harus berbicara atau berinteraksi dalam mendiskusikan masalah yang dihadapi.

d. Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya

Terdapat enam tahapan dalam proses pembelajaran kooperatif yang dapat ditunjukkan pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

(35)

17

Ragam model pembelajaran kooperatif cukup banyak seperti STAD (Student TeamsAchievment Division), TGT (Teams Games Tournament), TAI (Team AssistedIndividualization), Jigsaw, CRIC (Cooperative Integrated

Individualization), dan lain-lain.

F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)

Model pembelajaran Team Assisted Individualization merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang berarti siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, antara lain dalam hal nilai akademiknya. Pengelompokan ini masing-masing beranggotakan 4-5 orang siswa. Salah satu dari anggota kelompok sebagai asisten yang bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.

Menurut Lie (2002: 43) kelompok heterogen disukai oleh para guru yang telah menerapkan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Indivudualization karena beberapa alasan, yaitu (1) kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung (2) kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama etnik dan gender serta (3) kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap 3 – 4 anak.

(36)

18

Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.

Menurut Slavin (2008 : 195) secara umum TAI terdiri dari 8 komponen utama yaitu :

1. Kelompok/Tim

Kelompok dalam pembelajaran TAI terdiri 4 – 5 orang siswa yang mewakili bagiannya dari kelas dalam menjalankan aktivitas akademik. Fungsi utama dari Teams adalah membentuk tim agar mengingat materi yang diberikan dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan dalam mengerjakan lembar kerja sehingga bisa mengerjakan dengan baik. Dalam hal ini biasanya siswa melakukan cara pembelajaran diskusi tentang masalah-masalah yang ada, membandingkan soal yang ada, mengoreksi beberapa miskonsepsi jika dalam tim mengalami kesalahan.

2. Tes Pengelompokan

Siswa diberi tes awal program pembelajaran. Mereka ditempatkan pada tingkat yang sesuai dalam program individual berdasarkan kinerja mereka dalam tes ini. 3. Materi Kurikulum

(37)

19

4. Belajar Kelompok

Berdasarkan tes pengelompokan maka para siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Siswa mengerjakan tugas mereka dalam kelompok mereka mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Siswa duduk dalam kelompoknya yang sudah ditentukan oleh guru yang terdiri dari 4 atau 5 orang.

b. Siswa berdiskusi kelompok untuk mengerjakan LKS dan melatih kemampuannya dengan soal-soal latihan yang ada dalam LKS.

c. Tahapan latihan soal, yaitu siswa akan mengerjakan tes A, yaitu kuis yang terdiri dari empat soal yang mirip dengan latihan kemampuan terakhir. Pada saat mengerjakan tes, siswa harus bekerja sendiri sampai selesai. Seorang teman satu timnya akan menghitung skor tesnya. Apabila siswa tersebut dapat mengerjakan tiga atau lebih soal dengan benar, teman satu tim tersebut akan menandatangani hasil tes itu untuk menunjukkan bahwa siswa tersebut telah dinyatakan sah oleh teman satu timnya untuk mengikuti tes unit. Bila siswa tersebut tidak bisa mengerjakan tiga atau lebih soal dengan benar, guru akan diminta membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa

tersebut. Guru mungkin akan meminta siswa untuk kembali mengerjakan soal-soal latihan kemampuan lalu mengerjakan tes B, empat soal kedua yang konten dan tingkat kesulitannya sejajar dengan tes A. Atau jika tidak, siswa tersebut boleh melanjutkan ke tes unit.

(38)

20

5. Skor Tim dan Rekognisi Tim

Pada akhir minggu, guru menghitung jumlah skor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang bisa dikerjakan oleh tiap anggota tim dan jumlah tes-tes unit yang berhasil diselesaikan dengan benar. Kriterianya dibangun dari kinerja tim. Kriteria yang tinggi ditetapkan bagi sebuah tim yang menjadi Tim Super, kriteria sedang untuk menjadi Tim Sangat Baik, dan kriteria kurang untuk menjadi Tim Baik. Tim-tim yang memenuhi kriteria sebagai Tim Super atau Tim Sangat Baik menerima sertifikat yang menarik. 6. Kelompok Pembelajaran

Materi yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru menjelaskan materi pada kelompok tersebut. Pada saat guru mengajar siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual maupun kelompok dengan kebebasan tapi bertanggung jawab. Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran TAI.

7. Tes Fakta

Pada setiap sub konsep materi pokok siswa diberikan tes fakta. Siswa diberi-kan lembar-lembar fakta untuk dipelajari di rumah untuk persiapan mengha-dapi tes ini.

8. Mengajar Seluruh Kelas

(39)

21

Menurut Ibrahim (Rosyada, 2007 : 20) pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization memberi keuntungan baik pada kelompok siswa atas maupun siswa bawah yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugasakademik. Siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantuyang lemah dalam

kelompoknya. Dengan demikian siswa yang pandaidapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya karena denganmengajarkan sesuatu yang baru dipelajarinya, maka seseorang akan lebihbisa menguasai dan menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan yangdimilikinya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahamimateri pelajaran sehingga akan meningkatkan hasil belajarnya. Kunci model pembelajaran kooperatif Team Assisted

Individualization adalahadanya bimbingan antar teman dalam satu kelompok atau saling membantu satu sama lain.

(40)

22

Ada beberapa alasan perlunya menggunakan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization untuk dikembangkan diantaranya adalah sebagai variasi model pembelajaran agar hasil belajar dapat tercapai, selain itu dalam model pembelajaran ini tidak ada persaingan antar siswa karena siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara berpikir yang berbeda sehingga siswa tidak hanya mengharap bantuan dari guru tetapi siswa juga termotivasi untuk belajar cepat dan akurat pada seluruh materi serta guru setidaknya akan lebih mudah dalam pemberian bantuan secara individu.

G. Lembar Kerja Siswa

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk

menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2006), fungsi LKS adalah :

a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada

siswa.

(41)

23

(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Tempat Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 semester ganjil SMA N 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010-2011 dengan jumlah siswa 33 orang yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas X1 pada materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada Tahun Pelajaran 2010-2011 masih rendah yaitu 61,5. Dari 33 siswa, siswa yang mendapatkan nilai ≥ 75 berjumlah 8 siswa. Siswa yang mendapatkan nilai dari 66 – 75 berjumlah 4 siswa, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai < 66 berjumlah 21 orang. Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 65, dan kelas dinyatakan tuntas belajar apabila di kelas tersebut terdapat 100 % siswa telah mencapai nilai ≥ 65.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dimana tiap siklus

(43)

25

Model dan penjelasan untuk masing-masing tahap tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008: 16) Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Perencanaan II

SIKLUS II

Pengamatan II Perencanaan III

Pelaksanaan I Refleksi I

Pelaksanaan II Refleksi II

SKLUS III

Pengamatan III

(44)

26

(45)

27

SIKLUS I

1. Perencanaan

Persiapan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Guru menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan dalam siklus I.

b. Guru menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan model Team Assisted Individualization sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

c. Guru menyusun lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dan menyusun lembar observasi kinerja guru.

d. Guru menyusun soal-soal tes formatif untuk mengukur penguasaan konsep siswa.

e. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil berdasarkan hasil penguasaan konsep siswa pada materi sistem periodik unsur dan struktur atom, pembentukan kelompok dilakukan dengan beberapa peraturan sehingga

terbentuk kelompok yang heterogen baik dari segi kemampuan akademik, jenis kelamin, maupun suku.

(46)

28

2. Pelaksanaan dan Pengamatan

Pelaksanaan siklus I terdiri dari 3 pertemuan yaitu selama 4 x 45 menit, dimana pada pertemuan pertama 1 x 45 menit, pertemuan kedua 2 x 45 menit, dan pada pertemuan ketiga 1 x 45 menit. Indikator yang akan dicapai adalah (1) menjelas-kan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilan dengan cara berikatan dengan unsur lain, (2) menggambarkan su

sunan elektron valensi (struktur Lewis) unsur gas mulia (duplet atau oktet) dan bukan gas mulia, (3) menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawanya.

Adapun tahap-tahap pelaksanaan siklus adalah sebagai berikut:

a. Siswa duduk membentuk kelompok sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan.

b. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe TAI dengan langkah-langkah:

1. Guru membagikan LKS.

2. Siswa melakukan diskusi dan mengerjakan LKS dengan meminta teman satu tim atau guru untuk membantu bila diperlukan.

3. Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal yang telah diberikan untuk melatih kemampuannya sendiri, selanjutnya jawaban akan dikoreksi oleh teman satu timnya. Jika ada yang salah, mereka harus mencoba mengerjakan kembali soal tersebut sampai benar.

(47)

29

5. Tahap selanjutnya adalah latihan soal, dimana siswa mengerjakan sendiri soal tes A sampai selesai. Seorang teman satu timnya akan menghitung skor tesnya. Apabila siswa tersebut dapat mengerjakan tiga soal atau lebih dengan benar, teman satu tim tersebut akan menandatangani hasil tes itu untuk menunjukkan bahwa siswa tersebut telah dinyatakan sah oleh teman satu timnya untuk mengikuti tes unit. Bila siswa tersebut tidak bisa mengerjakan tiga soal atau lebih dengan benar, guru akan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa tersebut. Guru mungkin akan meminta siswa tersebut untuk kembali mengerjakan soal yaitu tes B, soal kedua yang digunakan memiliki tingkat kesulitan sejajar dengan soal tes A.

6. Setelah siswa menyelesaikan soal tes A atau B dengan benar, maka siswa dapat mengikuti tes unit.

c. Guru melakukan observasi aktivitas siswa pada saat siswa melakukan proses pembelajaran yang dibantu oleh tiga orang observer dan pada saat yang bersamaan dilakukan observasi kinerja guru oleh guru mitra.

d. Guru menghitung jumlah skor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang bisa dikerjakan dengan benar oleh tiap anggota tim dan jumlah tes-tes unit yang berhasil diselesaikan dengan baik. Kriterianya dibangun dari kinerja tim. Kriteria yang tinggi ditetapkan bagi sebuah tim menjadi Super Team, kriteria sedang untuk menjadi Good Team, dan kriteria minimum untuk menjadi Great Team. Tim-tim yang memenuhi kriteria tersebut menerima sertifikat yang menarik.

(48)

30

3. Refleksi

Pada bagian refleksi dilakukan analisis mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Hasil tes dan observasi dianalisis dan ditarik kesimpulan tentang perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi yang selanjutnya dijadikan dasar perbaikan pada siklus berikutnya. Apabila terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung, maka akan dicari solusi untuk mengatasinya dan solusi dilaksanakan pada siklus berikutnya dan apabila pembelajaran yang telah berlangsung cukup baik akan dipertahankan pada proses pembelajaran berikutnya.

Pada refleksi I didapatkan fakta-fakta berikut :

a. Aktivitas on task siswa ketika berdiskusi kelompok masih rendah, seperti aktivitas mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan masih dilakukan hanya 4 orang.

b. Dalam diskusi, tidak semua siswa berdiskusi aktif, dalam satu kelompok hanya 3 orang yang berdiskusi, interaksi antar anggota kelompok kurang baik, ada yang tidak terjadi interaksi antar siswa dan tidak terjadi diskusi dalam kelompok itu.

(49)

31

d. Kepedulian dan kerjasama antar tim kurang tampak, sebagian siswa malas mengerjakan LKS, kebanyakan siswa hanya mengandalkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan mengisi LKS dengan hanya melihat pekerjaan teman.

e. Keinginan dan antusias bertanya siswa masih rendah, hanya beberapa orang yang bertanya.

f. Hanya beberapa orang yang menyimpulkan meskipun dengan kata-kata yang kurang tepat, sedangkan siswa yang lainnya lebih memilih diam.

g. Pada tahap latihan soal, banyak siswa yang terlihat bingung dalam

mengerjakan soal, belum memahami tahap-tahap latihan soal tersebut, belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa tidak serius dalam mengerjakan soal dan hanya mencontek pekerjaan temannya sehingga sportivitas dan kejujuran dari siswa tidak tampak.

h. Guru tidak tanggap memberikan pengarahan langkah selanjutnya kepada siswa dan kurang baik dalam pengelolaan waktu, sehingga tahap latihan soal pada siklus I tidak berjalan dengan baik.

i. Pada saat pemberian bimbingan kepada siswa yang tidak dapat menjawab tes A dengan benar, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, guru juga kurang memberikan bimbingan secara perorangan dan kurang memperhatikan karakteristik belajar siswa.

(50)

32

k. Guru hanya memperhatikan sebagian kelompok yang dianggap paling aktif. Guru belum cukup baik dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing siswa dalam berdiskusi, tidak tanggap dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung, dan

menindak siswa yang tidak serius belajar. Guru kurang memotivasi minat siswa untuk bertanya dan menuntun siswa untuk membuat suatu kesimpulan. Hasil refleksi tersebut akan dijadikan acuan perbaikan pada pembelajaran siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka kegiatan yang harus dilaksanakan dalam tahap perencanaan pada siklus II adalah sebagai berikut :

a. Guru memberikan penjelasan pada siswa secara detail tentang tahap-tahap proses pembelajaran yang digunakan.

b. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memberikan semangat melalui nasehat-nasehat, supaya siswa dapat bekerjasama dan saling berinter-aksi dengan teman satu kelompoknya, meningkatkan sportivitas dan kejujuran siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan.

c. Guru berlaku adil, tidak membedakan siswa yang aktif dan siswa yang pasif. d. Untuk meningkatkan kinerja guru, guru harus lebih baik dalam

mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing siswa dalam berdiskusi dan mengerjakan LKS untuk menemukan konsep, tanggap dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung. e. Guru memberi teguran dan sanksi kepada siswa yang melakukan aktivitas

(51)

33

f. Guru lebih mampu menggunakan waktu pembelajaran secara efisien. g. Guru memberikan tugas agar siswa terlatih dan lebih memahami mengenai

materi yang telah dipelajari.

h. Guru memberi sanksi kepada siswa yang tidak hadir tanpa keterangan saat pembelajaran berlangsung.

2. Pelaksanaan dan Pengamatan

Pelaksanaan siklus II terdiri dari 3 pertemuan yaitu selama 5 x 45 menit, dimana pada pertemuan pertama selama 2 x 45 menit, pertemuan kedua 1 x 45 menit, dan pada pertemuan ketiga 2 x 45 menit dengan indikator yang dicapai adalah

menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga, menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifat, menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi pada beberapa contoh senyawa sederhana, dan proses pembentukan ikatan logam. Tahap-tahap pelaksanaan siklus II yaitu:

a. Siswa duduk membentuk kelompok sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan.

b. Guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan langkah-langkah:

1. Guru membagikan LKS.

2. Siswa melakukan diskusi dan mengerjakan LKS dengan meminta teman satu tim atau guru untuk membantu bila diperlukan.

(52)

34

akan di koreksi oleh ketua tim. Jika ada yang salah, mereka harus mencoba mengerjakan kembali soal tersebut sampai benar.

4. Setelah siswa selesai mengerjakan latihan soalnya dengan benar, ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya pada guru.

5. Tahap selanjutnya adalah latihan soal, dimana siswa mengerjakan soal tes A, siswa harus bekerja sendiri sampai selesai. Guru akan menghitung skor tesnya. Apabila siswa tersebut dapat mengerjakan tiaga soal atau lebih dengan benar, guru akan menandatangani hasil tes itu untuk menunjukkan bahwa siswa tersebut telah dinyatakan sah oleh guru untuk mengikuti tes unit. Bila siswa tersebut tidak bisa mengerjakan tiga soal atau lebih dengan benar, guru akan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa tersebut. Guru mungkin akan meminta siswa tersebut untuk kembali mengerjakan soal- soal latihan lalu mengerjakan tes B, soal kedua yang konten dan tingkat kesulitannya sejajar dengan tes A.

6. Setelah siswa menyelesaikan soal tes dengan benar, siswa tersebut selan-jutnya menyelesaikan tes unit, dan siswa pemeriksa akan menghitung skornya.

c. Guru melakukan observasi aktivitas siswa pada saat siswa melakukan proses pembelajaran yang dibantu oleh observer dan pada saat yang bersamaan dilakukan observasi kinerja guru oleh guru mitra.

(53)

35

Team, kriteria sedang untuk menjadi Good Team, dan kriteria minimum untuk menjadi Great Team. Tim-tim yang memenuhi kriteria tersebut menerima sertifikat yang menarik.

e. Guru melakukan tes akhir siklus II.

3. Refleksi

Setelah siklus II berakhir, maka peneliti bersama guru mitra melakukan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada refleksi II

didapatkan fakta-fakta berikut :

a. Aktivitas aktif dalam diskusi dan bertanya pada guru siswa dalam pembelajaran meningkat. Banyak siswa yang aktif berdiskusi dalam

kelompoknya dan mengerjakan LKS. Aktivitas mengemukakan pendapat dan bertanya juga tidak hanya dilakukan oleh siswa yang sama tetapi ada juga siswa lain yang mau melakukan aktivitas tersebut.

b. Asisten sudah bertanggung jawab atas tugasnya, membantu teman dalam kelompoknya sehingga siswa aktif dalam diskusi kelompok.

c. Masih ada beberapa siswa yang hanya mengandalkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan mengisi LKS dengan melihat pekerjaan temannya. d. Masih ada siswa yang enggan untuk bertanya dan hanya diam saja, namun

masih tetap mendengarkan hasil diskusi dan penjelasan dari guru.

(54)

36

masih saja terdapat siswa yang acuh dan tidak melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota kooperatif yang baik.

f. Penguasaan konsep sebagian besar siswa meningkat. Beberapa siswa masih belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah.

g. Guru sudah baik dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing siswa dalam diskusi, tanggap dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung,namun guru masih kurang baik dalam mengelola waktu pada saat latihan soal, guru juga kurang tegas dalam menindak siswa yang mencontek, kurang memberikan motivasi kepada siswa agar siswa dapat memperhatikan penjelasan guru, lebih serius dalam diskusi dan latihan soal sehingga siswa dapat memahami konsep dan dapat mengerjakan soal latihan dengan baik, dan guru belum cukup baik dalam memperhatikan karakteristik tiap siswa dalam belajar.

Hasil refleksi tersebut akan dijadikan acuan perbaikan pada pembelajaran siklus III.

Siklus III 1. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, maka kegiatan yang harus dilaksanakan dalam tahap perencanaan pada siklus III adalah sebagai berikut :

a. Guru memberikan penjelasan pada siswa secara detail tentang tahap-tahap proses pembelajaran yang digunakan.

b. Guru menjelaskan tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok.

(55)

37

d. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam memotivasi siswa untuk belajar dengan cara memberikan semangat melalui nasehat-nasehat, mempertahankan kinerja guru yang telah dilakukan dengan baik dan meningkatkannya supaya menjadi lebih baik lagi. Guru harus lebih memperhatikan karakteristik siswa dalam belajar dan mengelola waktu dengan baik, khususnya pada tahap latihan soal.

e. Guru merevisi soal-soal latihan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti. 2. Pelaksanaan dan Pengamatan

Pelaksanaan siklus III terdiri dari 3 pertemuan selama 4 x 45 menit, dimana pada pertemuan pertama selama 1 x 45 menit, pertemuana kedua 2 x 45 menit, dan pertemuan ketia 1 x 45 menit dan indikator yang akan dicapai adalah menuliskan nama-nama senyawa biner dan poliatomik dari senyawa anorganik dan organik, menuliskan persamaan reaksi sederhana, dan menyetarakan persamaan reaksi sederhana.

Tahap-tahap pelaksanaan siklus III adalah:

a. Guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan langkah-langkah :

1. Guru membagikan LKS.

2. Siswa melakukan diskusi dan mengerjakan LKS dengan meminta teman satu tim atau guru untuk membantu bila diperlukan.

(56)

38

4. Setelah siswa selesai mengerjakan latihan soalnya dengan benar, ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya pada guru.

5. Tahap selanjutnya adalah latihan soal, dimana siswa mengerjakan soal tes A, siswa harus bekerja sendiri sampai selesai. Ketua tim akan

menghitung skor tesnya. Apabila siswa tersebut dapat mengerjakan tiga soal atau lebih dengan benar, guru akan menandatangani hasil tes itu untuk menunjukkan bahwa siswa tersebut telah dinyatakan sah oleh guru untuk mengikuti tes unit. Bila siswa tersebut tidak bisa mengerjakan empat soal dengan benar, guru akan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa tersebut. Guru mungkin akan meminta siswa tersebut untuk kembali mengerjakan soal-soal latihan lalu mengerjakan tes B, soal kedua yang konten dan ting-kat kesulitannya sejajar dengan tes A.

6. Setelah siswa menyelesaikan soal tes dengan benar, siswa tersebut selan-jutnya menyelesaikan tes unit, dan siswa pemeriksa akan menghitung skornya.

c. Guru melakukan observasi aktivitas siswa pada saat siswa melakukan proses pembelajaran yang dibantu oleh observer dan pada saat yang bersamaan dilakukan observasi kinerja guru oleh guru mitra.

(57)

39

untuk menjadi Great Team. Tim-tim yang memenuhi kriteria tersebut mene-rima sertifikat yang menarik.

e. Guru melakukan tes akhir siklus III. 3. Refleksi

Setelah siklus III berakhir, maka peneliti bersama guru mitra melakukan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada refleksi III

didapatkan fakta-fakta berikut :

a. Aktivitas on task siswa dalam pembelajaran meningkat.

b. Saat latihan soal, sebagian besar siswa sudah memahami dan tanggap dalam melaksanakan langkah-langkah yang harus dilakukan, hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Antusias dan kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan ini sudah meningkat walaupun masih ada beberapa siswa yang tidak melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota kooperatif yang baik.

c. Asisten sudah terbiasa dan tanggap dalam melaksanakan tugasnya.

d. Penguasaan konsep sebagian besar siswa meningkat. Beberapa siswa masih belum mencapai KKM yang ditetapkan.

e. Guru sudah baik dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing siswa dalam diskusi, tanggap dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung, menindak siswa yang tidak serius belajar, dan mengelola waktu dengan baik, namun guru masih belum cukup baik dalam memperhatikan karakteristik tiap siswa dalam belajar.

(58)

40

C. Jenis Data

Data yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data kualitatif, yaitu data pengamatan terhadap hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran setiap pertemuan. Aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas yang relevan (on task) yaitu (1) mengemukakan pendapat; (2) aktif dalam diskusi; (3) bertanya pada guru; dan (4) menjawab pertanyaan.

b. Data kuantitatif, yaitu data hasil tes penguasaan konsep pada materi pokok ikatan kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi yang dilakukan pada setiap akhir siklus.

D. Teknik Pengumpulan Data

Ada dua teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu:

1. Teknik Observasi

Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe TAI diobservai oleh guru mitra menggunakan lembar observasi kinerja guru.

(59)

41

2. Teknik Tes

Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan data penguasaan konsep materi ikatan kimia, tata nama senyawa, dan persamaaan reaksi melalui tes formatif. Tes formatif dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap akhir siklus.

E.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ini terdiri dari teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut:

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data aktivitas sisiwa yang relevan dengan pembelajaran (on task). Persentase setiap jenis aktivitas on task setiap pertemuan dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

%Ai = Persentase setiap jenis aktivitas on task setiap pertemuan.

Ai = Jumlah siswa yang melakukan setiap jenis aktivitas on task

setiap pertemuan.

N = Jumlah siswa yang hadir

Persentase tiap jenis aktivitas pada satu siklus dihitung dengan rumus:

(60)

42

Keterangan:

%ASi = Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas on task dalam satu siklus.

%Ai = Jumlah persentase tiap jenis aktivitas on task dalam satu siklus.

S = Jumlah pertemuan dalam satu siklus.

Peningkatan persentase aktivitas dari siklus ke siklus dihitung menggunakan rumus :

% A = %Asn %Asn-1 Keterangan :

% A = Peningkatan persentase tiap jenis aktivitas on task dari siklus ke siklus

%Asn = Persentase aktivitas on task pada siklus ke-n. %Asn-1 = Persentase aktivitas on task pada siklus ke-(n−1)

2. Data kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data penguasaan konsep siswa. Analisis data penguasaan konsep materi ikatan kimia dilakukan dengan cara menghitung nilai rata-rata penguasaan konsep materi ikatan kimia setiap siklus dengan menggunakan rumus yang dijelaskan dalam Sudjana (1996) sebagai berikut :

(61)

43

Keterangan :

Xn = Rata-rata nilai penguasaan konsep pada siklus ke-n

Xn = Jumlah nilai penguasaan konsep pada siklus ke-n N = Jumlah siswa keseluruhan

Untuk menghitung rata-rata persentase peningkatan penguasaan konsep materi ikatan kimia digunakan rumus :

Keterangan :

%X = Persentase peningkatan rata-rata penguasaan konsep dari siklus ke siklus

n

X = Rata-rata penguasaan konsep pada siklus ke-n

1 -n

X = Rata-rata penguasaan konsep pada siklus ke (n−1)

Persentase tercapainya standar ketuntasan dapat dihitung menggunakan rumus :

Keterangan :

%Sk = Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 siklus ke-n

(62)

44

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan individu. Cara pemberian skor peningkatan individu menurut Slavin (Trianto, 2007 : 55) dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kriteria peningkatan individu

Skor Kuis Terakhir Poin Peningkatan individu Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0

10 poin sampai 1 poin di bawah skor awal 10 Skor kuis 0 sampai 10 poin diatas skor awal 20 Lebih dari 10 poin dari skor awal 30 Nilai sempurna(tidak berdasarkan skor awal) 30

Nilai kelompok dapat dihitung menggunakan rumus :

Keterangan :

Nk = Nilai kelompok.

∑P = Jumlah poin peningkatan setiap anggota kelompok. K = Banyaknya anggota kelompok

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak mendapatkan penghargaan. Berdasarkan nilai kelompok terdapat 3 tingkatan penghargaan yang diberikan seperti pada tabel berikut :

(63)

45

Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria Predikat kelompok

0 ≤ Nk < 5 -

5 ≤ Nk < 15 Tim baik

15 ≤ Nk < 25 Tim hebat

25 ≤ Nk ≤ 30 Tim super

Sumber : Trianto, 2007

F. Indikator Keberhasilan

(64)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada kelas X1 dengan jumlah siswa 33 orang mulai tanggal 18 Oktober 2010 sampai 15

November 2010. Data hasil penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data hasil observasi aktivitas on task siswa selama proses pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berlangsung. Data kuantitatif berupa penguasaan konsep yang diperoleh dari rata-rata tes formatif setiap siklus.

1. Data Kualitatif

(65)

47

Jenis aktivitas on task

Siklus I

Siklus II

Siklus III

2. Data kuantitatif

Data penguasaan konsep siswa diperoleh dari data tes siklus I, siklus II, dan siklus III. Tes dilaksanakan di luar jam pelajaran. Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa dan data ketuntasan belajar siswa tiap siklus ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Grafik Nilai Rata-Rata Penguasaan Konsep

Gambar 3. Grafik Rata-Rata Persentase Tiap Jenis Aktivitas On Task Ket : MP = Mengemukakan pendapat ; ADD = Aktif dalam diskusi ; BPG = Bertanya pada guru ;

(66)

48

Siklus I terdiri dari tiga pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung selama 1 x 45 menit dan indikator yang dicapai adalah menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilan. Pertemuan kedua selama 2 x 45 menit dan indikator yang dicapai adalah menggambarkan susunan elektron valensi (struktur Lewis) unsur gas mulia (duplet atau oktet) dan bukan gas mulia serta menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawanya. Pertemuan ketiga selama 1 x 45 menit yang digunakan untuk tahapan tes yaitu tes A, tes B, dan tes unit. Tes siklus I dalam bentuk tes essay sebanyak 4 soal dengan tingkat kesukaran yang sama dengan soal tes unit dan dilaksanakan di luar jam sekolah selama 1 x 45 menit.

(67)

49 Sebelum proses pembelajaran siklus I dimulai, siswa diberi penjelasan tentang tahap-tahap pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). Hal ini

dilakukan agar siswa tidak asing dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada pertemuan pertama, siswa duduk dalam kelompoknya yang terdiri dari 7 kelompok yang telah ditentukan berdasarkan nilai akademik dan kasteristik siswa. Salah satu dari anggota kelompok adalah asisten dimana asisten yang ditunjuk memiliki nilai akademik yang tinggi dari nilai pelajaran sebelumnya. Peran asisten adalah membantu teman kelompoknya yang memiliki kesulitan saat pembelajaran berlangsung. Guru membagikan LKS 1 tentang kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilan dengan berikatan dengan unsur lain.

Di dalam proses pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan tentang konfigurasi elektron dan memberikan contoh bahwa

konfigurasi elektron dari 1H adalah 1 dan Na adalah 2 8 1. Setelah memberikan apersepsi kemudian siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS 1, dengan meminta asisten atau guru untuk membantu bila diperlukan agar siswa dapat menemukan konsep suatu elektron mencapai kestabilan dan mengerjakan latihan-latihan soal yang terdapat dalam LKS. Setelah selesai melakukan diskusi, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pembelajaran yang baru mereka pelajari.

(68)

50 terdapat dalam LKS. Untuk memudahkan siswa menemukan konsep cara

menggambarkan struktur Lewis, guru memberikan banyak contoh struktur Lewis dan bagaimana cara menggambarkan struktur Lewis. Setelah selesai melakukan diskusi, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pembelajaran yang baru mereka pelajari.

Pada pertemuan ketiga, siswa melakukan tahapan tes dalam kelompoknya dan memberi penghargaan untuk kelompok kooperatif dengan total poin tertinggi. Adanya tahapan tes membantu siswa untuk lebih memahami konsep.

1. Aktivitas Belajar Siswa

Observasi aktivitas on task siswa dengan lembar pengamatan aktivitas belajar dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, saat ada pertanyaan kemudian siswa menjawab pertanyaan tersebut. Dari jawaban yang diberikan siswa ada siswa lain yang memberi pendapat. Namun hanya ada 2 dan 4 orang saja yang berani

mengemukakan pendapatnya. Untuk itu aktivitas mengemukakan pendapat pada pertemuan pertama ada 2 orang dari 31 orang dan pertemuan kedua ada 4 orang dari 31 orang sehingga persentase aktivitas mengemukakan pendapat pada siklus I sebesar 9,67%. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum berani untuk

(69)

51 Saat diskusi terlihat hanya sebagian siswa yang mau diskusi dengan kelompoknya sedangkan siswa yang lain asyik sendiri dengan pekerjaannya seperti main alat komunikasi dan mengobrol dengan teman yang lain. Untuk itu aktivitas aktif dalam diskusi pada pertemuan pertama ada 18 orang dan pertemuan kedua ada 21 orang sehingga persentase aktivitas siswa aktif dalam diskusi sebesar 62,9%.

Pada awal pembelajaran dalam pembagian kelompok sebagian siswa tidak merasa nyaman dengan kelompoknya dan tidak terbiasa dengan teman baru dalam

kelompoknya dan tidak terbiasa dengan teman baru dalam kelompoknya yang bukan teman gaul dalam sehari-hari disekolah, sehingga siswa tidak terjadi interaksi satu sama lain melainkan kerja sendiri. Guru kurang memotivasi asisten untuk memimpin kelompoknya sehingga asisten kurang berperan aktif dalam diskusi. Guru hanya memberikan perhatian kepada sebagian kelompok yang dianggap paling aktif dalam diskusi sehingga ada siswa yang hanya diam, mengobrol, melamun, bermain telepon genggam, dan mengganggu teman.

(70)

52 mereka termasuk siswa yang memiliki tingkat akademik tinggi. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa adalah mengapa unsur bisa melepaskan elektron dan

menerima elektron dari unsur lain.

Aktivitas menjawab pertanyaan pada pertemuan pertama ada 4 orang dan pertemuan kedua ada 5 orang sehingga persentase Aktivitas siswa menjawab pertanyaan dilakukan siswa sebesar 14,26%. Ini menunjukkan siswa belum antusias saat guru memberikan pertanyaan masih 4 orang siswa yang mau

menjawab. Siswa belum berani menjawab, hal ini karena siswa masih merasa malu dan merasa takut salah jawabannya. Siswa lebih memilih diam dan tidak mau menjawab pertanyaan dari guru. Adanya peningkatan aktivitas dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua disebabkan guru sudah mulai mengajak siswa untuk lebih aktif saat pembelajaran TAI berlangsung.

Pada saat dilaksanakan tes A semua siswa mengerjakan soal tes A, namun banyak siswa yang kurang serius dalam mengerjakannya dan hanya menyalin pekerjaan temannya sehingga sportivitas dan kejujuran dari siswa tidak tampak.

Gambar

Tabel
Tabel 1.  Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008: 16)
Tabel 2. Kriteria peningkatan individu
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian yaitu tipe penelitian, partisipan penelitian/sumber data, teknik pengumpulan

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ( STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION ) DAN TGT ( TEAM GAMES

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja Barang Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kepulauan Aru, berdasarkan :. Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) Nomor

(disesuaikan dengan judul dan masalah yang dihadapi perusahaan/lembaga, serta alternatif yang diusulkan serta bagaimana seharusnya yang ideal berdasarkan kajian teori dan

Beberapa faktor kritis dalam pengembangan bisnis agroindustri biopellet pelepah sawit adalah bahan baku atau perkebunan kelapa sawit, keseimbangan energi yang dihasilkan dengan

上述是笔者的结论和建议 ,笔者希望对 Santo Aloysius、

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum perusahaan dan uraian mengenai Pemisahan biaya menurut fungsinya, Pemisahan biaya menjadi biaya tetap, biaya

Selanjutnya penelitian yang juga berperan terhadap efektivitas penaganan gangguan stress yaitu peranan dukungan sosial terhadap tingkat stres siswa kelas unggulan