PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA
Oleh :
Nisa Nuraeni Latifah A14304019
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
NISA NURAENI LATIFAH. Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan
dalam Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Di bawah bimbingan DEDI
BUDIMAN HAKIM.
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang dikembangkan sebagai kawasan industri kecil dan menengah (IKM). IKM di Kabupaten Tasikmalaya termasuk ke dalam sektor industri pengolahan. Industri pengolahan menempati urutan keempat dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya setelah sektor pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran, serta jasa-jasa. Kabupaten Tasikmalaya memiliki lima bidang usaha yang potensial untuk dikembangkan dalam IKM, salah satunya industri kerajinan anyaman pandan (Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2000)
Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Tasikmalaya terpusat di lima kecamatan dan delapan belas desa. Industri tersebut setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai investasi, dan nilai produksi. Walaupun demikian, peningkatan tersebut relatif kecil dan cenderung tetap di beberapa sentra lokasinya. PDRB industri pengolahan di lima kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan setiap tahunnya cenderung meningkat. Namun peningkatan tersebut disertai dengan penurunan laju pertumbuhan setiap tahunnya.
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai investasi, dan nilai produksi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan analisis deskriptif.
Kedua, menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya dan menganalisis proyeksi kontribusi industri kerajinan anyaman pandan selama lima tahun ke depan. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Data tersebut diolah dengan menggunakan alat analisis shift share dan proyeksi shift share.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya memiliki tren yang cenderung meningkat dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi. Hal ini menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan memiliki prospek yang cerah.
PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA
Oleh :
Nisa Nuraeni Latifah A14304019
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya
Nama : Nisa Nuraeni Latifah
NRP : A14304019
Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 131 846 871
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Holis Subarnas dan Elin Warlina. Penulis lahir di Ciamis pada tanggal 28 Mei 1985. Penulis memulai pendidikan di TK PGRI Fajar Kasih, Rajapolah, Tasikmalaya dan lulus tahun 1992. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri Rajapolah I Kabupaten Tasikmalaya dan lulus pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri I Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama diterima di SMA Negeri 2 Tasikmalaya dan lulus tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya pada tahun 2004 melalui jalur USMI.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan dan menganalisis kontribusi industri tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan industri kerajinan anyaman pandan selama lima tahun ke depan.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam industri kerajinan anyaman pandan. Selain itu, semoga penelitian ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.
Bogor, Juni 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyelesaikan penelitian ini atas dukungan dan dorongan semua pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Mamah dan Papa tercinta atas cinta dan kasih sayang kepada penulis, serta doa
yang tidak pernah putus.
2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi atas segala saran, masukan, bimbingan dan nasihat selama penulis mengenyam pendidikan di IPB sampai selsesai menyelesaikan penelitian.
3. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen penguji utama atas saran dan masukkannya demi kesempurnaan skripsi.
4. Adi Hadianto, SP atas segala saran dan bimbingannya dan berkenan menjadi dosen penguji wakil departemen.
5. Kepala Bappeda Kabupaten Tasikmalaya, Bapak Asep Saepudin beserta jajarannya dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, serta staf BPS Kabupaten Tasikmalaya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam pengambilan data
6. Mih, para Om dan Tante tercinta, atas dukungan moril maupun materil serta adikku tersayang yang selalu menghadirkan keceriaan.
7. Ismail, Rolas, Fitri, Santi, dan Marlina yang telah banyak membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.
8. Rani, Rahma, Aghiez, dan Dylla yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
9. Teman-teman EPS 41 yang telah memberikan warna dalam kehidupan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1 Industri Kecil ... 9
2.2 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 10
2.3 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Daerah... 11
2.4 Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah... 12
2.5 Penelitian Terdahulu... 14
2.5.1 Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah... 14
2.5.2 Peranan Industri Kerajinan ... 15
2.5.3 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 16
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN... 17
3.1 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional ... 17
BAB IV. METODE PENELITIAN ... 22
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 22
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 22
4.3 Metode Analisis Data ... 22
4.3.1 Analisis Deskriptif ... 23
4.3.2 Analisis Shift Share... 23
4.3.3 Analisis Proyeksi Shift Share... 26
BAB V. GAMBARAN UMUM ... 28
5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 28
5.2 Iklim ... 28
5.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 28
5.4 Perekonomian ... 30
5.5 Industri Pengolahan ... 32
5.6 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 34
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
6.1 Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Di Kabupaten Tasikmalaya ... 37
6.1.1 Perkembangan Unit Usaha ... 38
6.1.2 Perkembangan Tenaga Kerja ... 39
6.1.3 Perkembangan Nilai Investasi... 40
6.1.4 Perkembangan Nilai Produksi... 41
6.2 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya... 41
6.2.1 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya (2003-2006) ... 42
PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA
Oleh :
Nisa Nuraeni Latifah A14304019
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
NISA NURAENI LATIFAH. Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan
dalam Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Di bawah bimbingan DEDI
BUDIMAN HAKIM.
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang dikembangkan sebagai kawasan industri kecil dan menengah (IKM). IKM di Kabupaten Tasikmalaya termasuk ke dalam sektor industri pengolahan. Industri pengolahan menempati urutan keempat dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya setelah sektor pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran, serta jasa-jasa. Kabupaten Tasikmalaya memiliki lima bidang usaha yang potensial untuk dikembangkan dalam IKM, salah satunya industri kerajinan anyaman pandan (Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2000)
Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Tasikmalaya terpusat di lima kecamatan dan delapan belas desa. Industri tersebut setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai investasi, dan nilai produksi. Walaupun demikian, peningkatan tersebut relatif kecil dan cenderung tetap di beberapa sentra lokasinya. PDRB industri pengolahan di lima kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan setiap tahunnya cenderung meningkat. Namun peningkatan tersebut disertai dengan penurunan laju pertumbuhan setiap tahunnya.
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai investasi, dan nilai produksi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan analisis deskriptif.
Kedua, menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya dan menganalisis proyeksi kontribusi industri kerajinan anyaman pandan selama lima tahun ke depan. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Data tersebut diolah dengan menggunakan alat analisis shift share dan proyeksi shift share.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya memiliki tren yang cenderung meningkat dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi. Hal ini menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan memiliki prospek yang cerah.
PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA
Oleh :
Nisa Nuraeni Latifah A14304019
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya
Nama : Nisa Nuraeni Latifah
NRP : A14304019
Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 131 846 871
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Holis Subarnas dan Elin Warlina. Penulis lahir di Ciamis pada tanggal 28 Mei 1985. Penulis memulai pendidikan di TK PGRI Fajar Kasih, Rajapolah, Tasikmalaya dan lulus tahun 1992. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri Rajapolah I Kabupaten Tasikmalaya dan lulus pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri I Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama diterima di SMA Negeri 2 Tasikmalaya dan lulus tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya pada tahun 2004 melalui jalur USMI.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan dan menganalisis kontribusi industri tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan industri kerajinan anyaman pandan selama lima tahun ke depan.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam industri kerajinan anyaman pandan. Selain itu, semoga penelitian ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.
Bogor, Juni 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyelesaikan penelitian ini atas dukungan dan dorongan semua pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Mamah dan Papa tercinta atas cinta dan kasih sayang kepada penulis, serta doa
yang tidak pernah putus.
2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi atas segala saran, masukan, bimbingan dan nasihat selama penulis mengenyam pendidikan di IPB sampai selsesai menyelesaikan penelitian.
3. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen penguji utama atas saran dan masukkannya demi kesempurnaan skripsi.
4. Adi Hadianto, SP atas segala saran dan bimbingannya dan berkenan menjadi dosen penguji wakil departemen.
5. Kepala Bappeda Kabupaten Tasikmalaya, Bapak Asep Saepudin beserta jajarannya dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, serta staf BPS Kabupaten Tasikmalaya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam pengambilan data
6. Mih, para Om dan Tante tercinta, atas dukungan moril maupun materil serta adikku tersayang yang selalu menghadirkan keceriaan.
7. Ismail, Rolas, Fitri, Santi, dan Marlina yang telah banyak membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.
8. Rani, Rahma, Aghiez, dan Dylla yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
9. Teman-teman EPS 41 yang telah memberikan warna dalam kehidupan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1 Industri Kecil ... 9
2.2 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 10
2.3 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Daerah... 11
2.4 Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah... 12
2.5 Penelitian Terdahulu... 14
2.5.1 Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah... 14
2.5.2 Peranan Industri Kerajinan ... 15
2.5.3 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 16
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN... 17
3.1 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional ... 17
BAB IV. METODE PENELITIAN ... 22
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 22
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 22
4.3 Metode Analisis Data ... 22
4.3.1 Analisis Deskriptif ... 23
4.3.2 Analisis Shift Share... 23
4.3.3 Analisis Proyeksi Shift Share... 26
BAB V. GAMBARAN UMUM ... 28
5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 28
5.2 Iklim ... 28
5.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 28
5.4 Perekonomian ... 30
5.5 Industri Pengolahan ... 32
5.6 Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 34
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
6.1 Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Di Kabupaten Tasikmalaya ... 37
6.1.1 Perkembangan Unit Usaha ... 38
6.1.2 Perkembangan Tenaga Kerja ... 39
6.1.3 Perkembangan Nilai Investasi... 40
6.1.4 Perkembangan Nilai Produksi... 41
6.2 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya... 41
6.2.1 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya (2003-2006) ... 42
6.2.1.2 Analisis Indikator Kegiatan Ekonomi... 43
6.2.1.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah... 45
6.2.2 Proyeksi Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya (Periode 2006-2011) ... 49
6.2.2.1 Analisis Proyeksi PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan ... 49
6.2.2.2 Analisis Proyeksi Indikator Kegiatan Ekonomi... 50
6.2.2.3 Analisis Proyeksi Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 51
6.4 Implikasi Kebijakan ... 55
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
7.1 Kesimpulan... 57
7.2 Saran... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
Tabel 1. Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2006 (%) ... 1
Tabel 2. Perkembangan Industri di Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2002-2007 ... 3
Tabel 3. Perkembangan Jumlah Usaha dan Pekerja Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Lokasi Sentra
di Kabupaten Tasikmalaya 2006-2007... 4
Tabel 4. Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2006... 30
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2006 (Persen) ... 30
Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat dirinci Menurut Sektor
Tahun 2006 (Persen) ... 31
Tabel 7. Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003-2006
Tabel 8. PDRB Industri Pengolahan dan Distribusinya terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003-2006
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000... 32
Tabel 9. Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2007... 37
Tabel 10. Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri
Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ... 43
Tabel 11. Nilai ri, Ri, dan Ra di Lima Kecamatan Sentra Industri
Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ... 45
Tabel 12. Nilai Komponen Pertumbuhan Kabupaten di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Tahun 2003-2006 ... 46
Tabel 13. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Tahun 2003-2006 ... 47
Tabel 14. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Tabel 15. Nilai Pergeseran Bersih Lima Kecamatan Sentra Industri
Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ... 48
Tabel 16. Proyeksi Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Tahun 2006-2011 ... 50
Tabel 17. Proyeksi Nilai ri, Ri, dan Ra di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Tahun 2006-2011 ... 51
Tabel 18. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Kabupaten di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman
Pandan Tahun 2006-2011... 52
Tabel 19. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Proporsional di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman
Pandan Tahun 2006-2011... 53
Tabel 20. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman
Pandan Tahun 2006-2011... 54
Tabel 21. Nilai Proyeksi Pergeseran Bersih Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
Gambar 1. Perkembangan Investasi Industri Kerajinan
Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya 2002-2007... 5
Gambar 2. Perkembangan Akumulasi PDRB Sektor Industri Pengolahan di Lima Kecamatan Sentra Industri
Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ... 6
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Operasional... 21
Gambar 4. Perkembangan Unit Usaha Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya
Tahun 2002-2007 ... 39
Gambar 5. Perkembangan Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya
Tahun 2002-2007 ... 40
Gambar 6. Perkembangan Investasi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya
Tahun 2002-2007 ... 40
Gambar 7. Perkembangan Nilai Produksi Industri
Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Lampiran 1. PDRB Kabupaten Tasikmalaya Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2003-2006 ... 61
Lampiran 2. Akumulasi PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2003-2006... 61
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Shift Share per Sektor Lima
Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman
Pandan (Periode 2003-2006) ... 62
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Shift Share per Sektor Kabupaten
Tasikmalaya (Periode 2003-2006)... 63
Lampiran 5. Proyeksi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2011... 64
Lampiran 6. Proyeksi Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi ... 64
Lampiran 7. Proyeksi Komponen Pertumbuhan Kabupaten... 65
Lampiran 9. Proyeksi Pertumbuhan Pangsa Wilayah ... 66
Lampiran 10. Proyeksi Akumulasi PDRB Lima Kecamatan
Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2011... 67
Lampiran 11. Proyeksi Perubahan PDRB di Lima Kecamatan
Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 68
Lampiran 12. Proyeksi Pergeseran Bersih di Lima Kecamatan
Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan... 68
Lampiran 13. Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Desa Sentra Lokasi di Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2006-2007 ... 69
Lampiran 14. PDRB Kecamatan Cipatujah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000... 70
Lampiran 15. PDRB Kecamatan Cikalong Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000... 70
Lampiran 16. PDRB Kecamatan Parungponteng Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan
Lampiran 17. PDRB Kecamatan Rajapolah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000... 71
Lampiran 18. PDRB Kecamatan Pagerageung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat
yang pada tatanan pengembangan industrinya dikembangkan sebagai kawasan
industri kecil dan menengah (IKM), bukan industri manufaktur (Pemda
Kabupaten Tasikmalaya, 2000). Industri pengolahan yang di dalamnya terdapat
industri kecil dan menengah, pada tahun 2006 menempati urutan keempat dalam
distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya.
Industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 7,84 persen terhadap PDRB,
setelah sektor pertanian (45,31%), perdagangan, hotel, dan restoran (21,93%), dan
jasa-jasa (10,27%). Kontribusi beberapa sektor terhadap PDRB dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 (Persen)
No. Sektor Persentase (%)
1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan
45,31
2. Pertambangan dan penggalian 0,25
3. Industri Pengolahan 7,84
4. Listrik, Gas dan Air Minum 1,00
5. Bangunan 5,35
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,93
7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,62
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,42
9. Jasa-jasa 10,27
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tasikmalaya 2007
Industri di Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh industri kecil, baik
non formal dari tahun 2002 sampai 2007 terus mengalami peningkatan baik unit
usaha, tenaga kerja, maupun nilai investasi. Sebagai contoh, pada tahun 2002
seluruh industri kecil mampu menyerap 79.099 tenaga kerja, setahun berikutnya
mampu menyerap 83.054 tenaga kerja, atau meningkat sebesar lima persen dari
tahun sebelumnya. Pada tahun 2007, seluruh industri kecil mampu menyerap
92.377 tenaga kerja atau terjadi penambahan tenaga kerja sebanyak 13.278 dari
tahun 2002. Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil di Kabupaten Tasikmalaya
berkembang dengan pesat. Perkembangan industri di Kabupaten Tasikmalaya
secara rinci sampai tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.
Sebagai wilayah yang dikembangkan sebagai kawasan industri kecil dan
menengah, pergerakan ekonomi kerakyatan menjadi pilar pembangunan
perekonomian di Kabupaten Tasikmalaya. Pentingnya pengembangan IKM, kini
diperkuat oleh situasi baru yakni pemberlakuan otonomi daerah, globalisasi dunia,
dan liberalisasi pasar. Di samping itu, telah terbukti bahwa usaha kecil lebih
resisten terhadap fluktuasi ekonomi. Kabupaten Tasikmalaya mempunyai
komoditas IKM yang sangat beragam. Terdapat lima bidang usaha potensial untuk
sektor IKM di daerah ini. Kelima bidang usaha potensial tersebut adalah bordir
dan konveksi, meubel kayu, gula aren, dan aneka kerajinan seperti mendong,
bambu, dan pandan (Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2000). Dari lima bidang
usaha tersebut, industri kerajinan anyaman pandan merupakan salah satu
komoditas yang diunggulkan. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu dari
dua sentra industri kerajinan anyaman pandan di Pulau Jawa. 1
1
Tabel 2. Perkembangan Industri di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2007
No. Keterangan 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sektor Industri
- Sentra (buah) 249 269 283 292 307 321
- Unit Usaha (unit)
9.126 9.561 9.988 10.454 10.660 10.827
- Tenaga Kerja (orang)
79.099 83.054 86.777 89.831 90.980 92.377
- Nilai Investasi (Rp 000)
46.399.164 64.696.988 69.971.383 71.092.000 73.418.749,75 77.123.635,30
1. Industri Kecil Non Formal - Unit Usaha
(unit)
8.211 8.560 8.879 9.279 9.399 9.512
- Tenaga Kerja (orang)
67.834 70.504 73.942 75.942 76.302 77.102
- Nilai Investasi (Rp 000)
29.971.025 30.173.825 32.465.125 25.889.044 26.309.044 27.092.809,55
2. Industri Kecil Formal - Unit Usaha
(unit)
912 996 1.102 1.166 1.252 1.304
- Tenaga Kerja (orang)
10.986 11.961 12.176 13.052 13.841 14.388
- Nilai Investasi (Rp 000)
7.086.540 8.727.210 10.850.355 12.649.073 14.555.822,75 16.599.192,75
3. Industri Menengah - Unit Usaha
(unit)
3 5 7 9 9 11
- Tenaga Kerja (orang)
279 589 659 837 837 887
- Nilai Investasi (Rp 000)
9.341.599 25.795.953 26.655.903 32.553.883 32.553.883 33.431.633
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Kopperindag) Kab. Tasikmalaya 2008
1.2 Perumusan Masalah
Di Kabupaten Tasikmalaya, lokasi sentra industri kerajinan anyaman
pandan terdapat di delapan belas desa yang berada di lima wilayah kecamatan
yaitu Kecamatan Rajapolah, Parungponteng, Cikalong, Cipatujah, dan
Pagerageung. Sentra produksi terbesar usaha kerajinan pandan adalah Kecamatan
unggulan Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya terus berkembang. Jumlah unit
usahanya cenderung meningkat, walaupun di beberapa kecamatan cenderung
tetap. Tenaga kerja yang diserap juga cenderung meningkat, walaupun
peningkatannya relatif kecil. Begitu pula dengan nilai produksinya, secara umum
menunjukkan peningkatan namun di beberapa sentra lokasi nilai produksinya
cenderung tetap (Tabel 3).
Tabel 3. Perkembangan Jumlah Usaha dan Pekerja Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Lokasi Sentra di Kabupaten Tasikmalaya 2006-2007
Lokasi Sentra Tahun
(Kecamatan) 2006 2007
Usaha Pekerja Produksi Usaha Pekerja Produksi
(unit) (orang) (Rp.000) (unit) (orang) (Rp.000)
Cikalong 70 1.042 1.191.000 74 1.135 1.470.000
Parungponteng 51 839 711.000 51 839 711.000
Pagerageung 136 2.544 1.667.250 136 2.544 1.667.250
Rajapolah 315 8.681 3.101.125 315 8.681 3.101.125
Cipatujah 49 666 547.500 111 955 1.715.292
Total 621 13.772 7.217.875 687 14.154 8.663.667
Sumber : Dinas Kopperindag Kab. Tasikmalaya 2008
Peningkatan yang cukup tajam terjadi di Kecamatan Cipatujah, baik dari
unit usaha, tenaga kerja, dan nilai produksi. Dari tahun 2006 sampai 2007, unit
usaha di kecamatan tersebut meningkat sebesar 44,14 persen. Hal ini dikarenakan
dibukanya unit usaha baru untuk memproduksi tanaman pandan menjadi lembaran
anyaman seperti tikar sebagai bahan baku utama industri kerajinan anyaman
pandan. Pembukaan unit usaha baru tersebut bertujuan untuk mengurangi
ketergantungan bahan baku dari daerah lain karena selama ini bahan baku yang
dapat dipenuhi dari daerah sendiri sebesar 30 persen.
Seiring bertambahanya jumlah unit usaha, jumlah tenaga kerja yang
terlibat pada industri ini di Kecamatan Cipatujah pun meningkat. Peningkatan
adalah sebesar 43,39 persen. Dibukanya unit usaha baru pada kurun waktu
tersebut di Kecamatan Cipatujah mampu meningkatkan nilai produksi sebesar
213,29 persen.
Industri kerajinan anyaman pandan mempunyai prospek yang cerah karena
kerajinan anyaman termasuk kerajinan anyaman pandan merupakan salah satu
komoditas ekspor Indonesia.2 Berdasarkan hasil riset Small Project Facility Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya tahun 2005, nilai ekspor
kerajinan anyaman pandan mencapai 20,8 milyar rupiah. Barang-barang kerajinan
Indonesia diminati di luar negeri karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
antara lain, trend yang berkembang di negara maju untuk memakai bahan-bahan natural, apresiasi yang tinggi terhadap barang-barang buatan tangan, keterbatasan
atau ketidakadaan bahan baku di negara maju, serta trend dunia yang menyukai gaya Asia. Nilai investasi pada industri ini cenderung mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Grafik berikut menyajikan tren nilai investasi industri kerajinan
anyaman pandan dari tahun 2002 sampai 2007.
0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Nilai Investasi (Rp.000)
Gambar 1. Perkembangan Investasi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya 2002-2007
Sumber: Dinas Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya 2008 (diolah)
Nilai investasi industri kerajinan anyaman pandan mengalami peningkatan
yang cukup tajam dari tahun 2002 ke tahun 2003 yaitu sebesar 155,68 persen.
Namun, dari tahun 2003 ke tahun 2004 mengalami sedikit penurunan yaitu sekitar
13,12 persen. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, nilai investasi industri
ini terus mengalami peningkatan.
Sama halnya dengan nilai investasi, PDRB industri pengolahan di lima
kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan setiap
tahunnya terus mengalami peningkatan. Apabila diasumsikan PDRB industri
pengolahan di lima kecamatan tersebut seluruhnya berasal dari industri kerajinan
anyaman pandan, maka PDRB industri ini pun memiliki tren PDRB yang terus
meningkat. Namun, peningkatannya relatif kecil dan pertumbuhannya mengalami
penurunan. Grafik berikut menunjukkan perkembangan akumulasi PDRB industri
kerajinan anyaman pandan di lima kecamatan sentra industri tersebut.
32,000.00 34,000.00 36,000.00 38,000.00 40,000.00 42,000.00 44,000.00
2003 2004 2005 2006
PDRB Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) (Juta Rupiah)
Gambar 2. Perkembangan Akumulasi PDRB Sektor Industri Pengolahan di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten
Tasikmalaya?
2. Bagaimana kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya dan bagaimana
kontribusi industri tersebut selama lima tahun ke depan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:
1. mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di
Kabupaten Tasikmalaya; dan
2. menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap produk
domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya pada masa sekarang
dan prospeknya selama lima tahun ke depan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang akurat
mengenai perkembangan industri kerajinan anyaman pandan dan kontribusi
industri tersebut terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya. Informasi kontribusi
industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya tidak
hanya pada masa sekarang, namun akan dilihat juga perkembangannya selama
lima tahun ke depan. Dengan demikian, diharapkan pemerintah daerah dapat
mengambil kebijakan yang berpihak pada pengembangan industri kerajinan
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini, pembahasan mengenai peranan industri kerajinan
anyaman terhadap perekonomian Kabupaten Tasikmalaya dibatasi pada kontribusi
industri tersebut terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten
Tasikmalaya dan proyeksi kontribusi industri tersebut selama lima tahun ke
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Kecil
Industri adalah unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi
dengan tujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau
lokasi tertentu dan mempunyai catatan administratif tersendiri mengenai produksi
dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha
tersebut (Melani, 2007). Sementara itu, industri kecil adalah unit usaha
(perorangan) yang bergerak di bidang industri usaha yang menyerap tenaga kerja
upahan atau tenaga kerja keluarga, dengan menggunakan teknologi sederhana
yang lebih mengutamakan keterampilan tangan dan memproduksi barang untuk
dipasarkan. Industri kecil merupakan bagian dari industri nasional yang
mempunyai misi utama menyerap tenaga kerja dan memperluas kesempatan
berusaha, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penyediaan barang dan
jasa berbagai komponen, baik untuk keperluan pasar dalam negeri maupun luar
negeri (Marliana, 2005).
Kriteria mengenai industri kecil berbeda antara instansi satu dengan yang
lainnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), industri kecil didefinisikan sebagai
unit usaha yang memperkerjakan antara 5-19 orang tenaga kerja, jika jumlahnya
antara 1-4 orang termasuk dalam kategori industri rumah tangga (Meliani, 2007).
Sementara itu, menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan
(Depperindag, 1997), industri kecil adalah unit usaha yang mempunyai nilai
investasi seluruhnya sampai dengan 200 juta rupiah tidak termasuk tanah
Apabila dilihat dari sifat dan bentuknya, maka industri kecil mempunyai
karakteristik yaitu: (1) berbasis pada sumberdaya lokal sehingga dapat
memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (2)
dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu
mengembangkan sumberdaya manusia; (3) menerapkan teknologi lokal sehingga
dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal; dan (4) tersebar dalam
jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pembangunan yang efektif.
2.2 Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Industri kerajinan merupakan salah satu kategori dalam industri
pengolahan. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan
kegiatan mengubah barang jadi atau setengah jadi, atau mengubah barang dari
yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud
mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir, termasuk dalam kegiatan
industri dan pekerjaan perakitan (Meliani 2007). Industri kerajinan biasanya
dikembangkan dalam skala kecil, namun ada juga yang dikembangkan pada skala
menengah.
Salah satu industri kerajinan yang cukup populer adalah industri kerajinan
anyaman pandan. Di Pulau Jawa, sentra industri kerajinan anyaman pandan
terpusat di dua daerah yaitu di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat) dan
Yogyakarta. Di Kabupaten Tasikmalaya, kerajinan anyaman pandan sudah
ditekuni secara turun menurun. Sejak lama daun pandan telah dipergunakan untuk
kerajinan dan keperluan sehari-hari, terutama untuk tikar, tali tambang dan
Struktur anyaman pandan yang menarik menjadi alternatif bahan untuk berbagai
aksesoris baik aksesoris rumah maupun kantor. Namun, bahan anyaman pandan
juga memiliki kelemahan. Pandan hanya dapat dipakai sebagai lapisan akhir
karena tidak memiliki kekuatan struktur sehingga dalam aplikasinya pandan harus
dipadukan dengan bahan yang lain seperi kayu, karton berdiameter tebal, triplek,
dan keramik.
Kerajinan anyaman pandan sangat cocok sebagai komoditas ekspor
Indonesia karena material pandan hanya tersedia di negara-negara tropis yang
membuat kompetisi terbatas. Selain itu, anyaman pandan memerlukan padat
karya, tidak memerlukan teknologi tinggi maupun investasi yang besar. Pandan
juga bukanlah tanaman yang dilindungi dan dapat tumbuh dengan cepat sehingga
tidak menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan hidup. Ekspor kerajinan
anyaman pandan Tasikmalaya diperkirakan mencapai 15 kontainer setiap bulan.
Tujuan terbesar dari ekspor ini adalah negara-negara di Eropa (60 %), Amerika
(30 %), dan Asia (10 %).3
2.3 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Daerah
Industri kecil memiliki beberapa peran yang sangat penting dalam
pembangunan ekonomi daerah. Pertama, sebagai penyedia lapangan kerja pada
sektor informal bagi tenaga lokal yang berpendidikan rendah. Kedua, merupakan
sumber mata pencaharian utama dan sampingan yang berguna bagi kontribusi
pendapatan keluarga. Ketiga, merupakan sumber pendapatan dan pembangunan
daerah. Keempat, mengurangi kecenderungan penduduk untuk bermigrasi.
3
Kelima, merupakan tahap awal industrialisasi di bidang agribisnis. Keenam,
membantu meningkatkan penggunaan input sumberdaya lokal. Ketujuh,
merupakan penyedia barang kebutuhan bagi pasar lokal dengan harga murah bagi
masyarakat ekonomi lemah ( Mubyarto, 1994).
Menurut Depperindag (1997), industri kecil mempunyai peranan sangat
penting terutama dalam pemeliharaan dan pembentukan modal sektor swasta,
penyebaran kekuatan ekonomi dan pertahanan keamanan, menciptakan
kesempatan kerja, peningkatan keterampilan dan kesadaran industri, serta
pengembangan kewirausahaan. Sementara itu, Sanim dalam Zairani (2004)
menjelaskan bahwa industri kecil memiliki peranan yang dapat dilihat pada
tingkat mikro dan makro. Pada tingkat mikro, industri kecil berperan sebagai alat
distribusi untuk bisnis besar, sumber pendapatan dan perolehan devisa,
menciptakan kompetisi, medan bagi inovasi independen dan bakat kewirausahaan,
serta kontribusi bagi desentralisasi. Pada tingkat makro industri kecil berperan
dalam penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru, breeding ground untuk bisnis baru, usaha bersama kekeluargaan, serta mengurangi kecemburuan sosial, akibat adanya kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan.
2.4 Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Industri Kecil dan Menengah (IKM) mempunyai peran yang strategis
dalam perekonomian nasional, terutama dalam penyerapan tenaga kerja,
meningkatkan pendapatan masyarakat serta menumbuhkan aktivitas
integral dari upaya pengembangan ekonomi kerakyatan dan pengentasan
kemiskinan.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan IKM tahun 2005-2009
adalah (1) meningkatnya unit usaha mencapai 3,95 juta pada akhir tahun 2009,
atau dengan laju pertumbuhan 4,04 persen; (2) penyerapan tenaga kerja mencapai
10,3 juta orang pada akhir tahun 2009, atau dengan laju pertumbuhan sebesar 4,94
persen; sedangkan (3) nilai ekspor yang disumbangkan oleh produk IKM mampu
mencapai US$ 8,9 milyar, atau dengan pertumbuhan sebesar 2,47 persen. Dengan
demikian, hasil pengembangan IKM ini diharapkan antara lain meningkatnya
produktivitas dan daya saing sehingga peranan IKM di pasar dalam negeri dan
ekspor semakin besar. Adapun tujuan pengembangan IKM adalah: (1)
meningkatkan kesempatan berusaha, lapangan kerja dan pendapatan; (2)
memperkuat struktur industri; (3) meningkatkan IKM berbasis hasil karya
intelektual (knowledge-based); (4) meningkatkan persebaran industri; dan (5) melestarikan seni budaya kegiatan produktif yang ekonomis.
Bagi IKM, peningkatan kemitraan, baik dalam bidang pemasaran,
teknologi maupun permodalan perlu segera dilakukan. Fasilitasi pemerintah masih
tetap sangat diperlukan dan dalam intensitas yang tinggi. Pengembangan IKM
perlu dilakukan secara terintegrasi dan sinergi dengan pengembangan industri
berskala menengah dan besar, karena kebijakan pengembangan sektoral tidak bisa
mengkotak-kotakkan kebijakan menurut skala usaha. Dengan demikian, strategi
pengembangan IKM dilaksanakan melalui (1) pemberdayaan IKM yang sudah
ada; (2) pembinaan IKM secara terpadu; dan (3) peningkatkan keterkaitan IKM
2.5 Penelitian Terdahulu
2.5.1 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah
Penelitian mengenai peranan sektor industri kecil dan menengah terhadap
perekonomian baik skala nasional maupun daerah telah dilakukan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Djaimi (2006) mengenai analisis peranan industri
kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia dengan menggunakan Sistem
Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) menyebutkan bahwa IKM lebih besar peranannya
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan menyediakan lapangan
kerja, serta distribusi pendapatan yang lebih merata jika dibandingkan dengan
industri besar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2005) mengenai peranan
sektor industri pengolahan dan pengaruhnya terhadap perekonomian Kabupaten
Jepara menjelaskan bahwa peranan sektor industri pengolahan di daerah tersebut
sangatlah besar. Hal ini terlihat dalam kontribusi yang besar pembentukan struktur
permintaan (46,68 %), konsumsi masyarakat (32,37%), ekspor dan impor (975, 95
milyar rupiah), nilai tambah bruto (936, 65 milyar rupiah), dan struktur output
sektoral (46,68%). Penelitian yang menggunakan pendekatan input-output ini
juga menjelaskan bahwa sektor industri pengolahan di Kabupaten Jepara secara
keseluruhan memiliki keterkaitan (langsung dan tidak langsung) yang tinggi
dengan sektor-sektor lain. Hal ini berarti bahwa sektor industri pengolahan dapat
diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lainnya baik hulu maupun hilir.
Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Setyawan (2005), hasil
penelitian Akbar (2007) mengenai peranan industri makanan dan minuman
industri tersebut terhadap permintaan akhir total dan pembentukan output total
menempati urutan kedua. Sementara itu, kontribusi terhadap pembentukan
permintaan antara total menempati urutan ketiga. Impor dan konsumsi masyarakat
untuk subsektor industri makanan dan minuman adalah terbesar dibanding sektor
lainnya. Selain itu, penelitian yang menggunakan analisis input-output dan
deskriptif ini menjelaskan bahwa industri makanan dan minuman berperan cukup
besar dalam menciptakan lapangan kerja baru di Kabupaten Tangerang. Hal ini
dilihat dari nilai pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II yang menduduki
peringkat kedua.
2.5.2 Peranan Industri Kerajinan
Penelitian mengenai peranan industri kerajinan telah dilakukan oleh
Usman (1991). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa industri kecil dan
kerajinan merupakan sektor basis berdasarkan indikator pendapatan di Kabupaten
Langkat. Hal ini memberikan dampak yang cukup besar terhadap peningkatan
pendapatan yang dilihat dari supply, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Kajian lain mengenai peranan industri kerajinan telah dilakukan
oleh Mumu (1992) yang menjelaskan peranan industri kerajinan dalam rangka
perluasan kesempatan kerja di Kabupaten Gorontalo. Dari kajian tersebut
diperoleh hasil bahwa industri kerajinan merupakan sektor basis di daerah tersebut
sehingga memberikan dampak bagi perekonomian daerah dalam hal peningkatan
2.5.3 Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Penelitian mengenai industri kerajinan anyaman pandan juga sudah
banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai peranan industri kerajinan
anyaman pandan terhadap perekonomian daerah sentra produksinya belum banyak
dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan mengenai industri ini antara lain
kajian penerapan manajemen mutu terpadu, analisis kegiatan keluarga dalam
produksi usaha kerajinan pandan, dan kajian pelaksanaan kemitraan antara
pengusaha dengan pengrajin, serta respon pengusaha industri kerajinan anyaman
pandan terhadap dampak krisis ekonomi. Penelitian lain yang sering dilakukan
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional
Pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada wilayah
analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan rata-rata
masyarakat pada wilayah tersebut. Beberapa konsep dan definisi yang biasa
digunakan dalam kajian mengenai pendapatan regional adalah PDRB atas dasar
harga pasar, Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas dasar harga pasar,
PDRN atas dasar biaya faktor, pendapatan regional, pendapatan perseorangan dan
pendapatan siap dibelanjakan, serta pendapatan regional atas dasar harga berlaku
dan harga konstan (Tarigan, 2004).
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar
PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah bruto adalah nilai produksi dikurangi dengan biaya antara. Nilai
tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji,
bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung neto.
Dengan demikian, PDRB atas harga pasar didapat dengan menghitung nilai
tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkannya.
2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar
PDRN atas dasar harga pasar adalah PDRB atas dasar harga pasar dikurangi
penyusutan. Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut (aus) atau pengurangan
karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi atau karena faktor
waktu.
3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor
PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar
dikurangi pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan,
bea ekspor, bea cukai, dan pajak lainnya, kecuali pajak pendapatan dan pajak
perseroan. Pajak tidak langsung neto adalah pajak tidak langsung dikurangi
subsidi dalam perhitungan pendapatan regional.
4. Pendapatan Regional
Pendapatan regional neto adalah PDRN atas dasar biaya faktor dikurangi
aliran dana yang mengalir keluar ditambah aliran dana yang mengalir masuk.
PDRN atas dasar biaya faktor merupakan jumlah dari pendapatan berupa upah dan
gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan yang timbul, atau merupakan pendapatan
yang berasal dari kegiatan di wilayah tersebut. PDRN atas dasar biaya faktor
dikurangi pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang
mengalir masuk hasilnya merupakan produk regional neto, yaitu merupakan
jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh penduduk yang tinggal
di daerah tersebut.
5. Pendapatan Perorangan dan Pendapatan Siap Dibelanjakan
Pendapatan perorangan (personal income) adalah pendapatan regional (regional income) dikurangi pajak pendapatan perusahaan, keuntungan yang tidak dibagikan, iuran kesejahteraan sosial, ditambah transfer yang diterima oleh rumah
tangga pemerintah dan bunga neto atas utang pemerintah. Sementara itu,
perorangan dikurangi pajak pendapatan perorangan, pajak rumah tangga/PBB, dan
transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga.
6. Pendapatan Regional atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Pendapatan regional dalam kurun waktu tertentu menggambarkan
peningkatan dan penurunan tingkat pendapatan masyarakat di suatu daerah.
Peningkatan atau penurunan tersebut dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu
peningkatan/penurunan riil dan peningkatan/penurunan pendapatan yang
disebabkan adanya faktor perubahan harga. Peningkatan/penurunan riil adalah
peningkatan/penurunan tingkat pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor
perubahan harga. Apabila terjadi peningkatan riil pendapatan penduduk maka
daya beli penduduk di daerah tersebut meningkat.
Pendapatan regional atas dasar harga berlaku adalah pendapatan regional
yang memperhitungkan unsur inflasi. Pendapatan regional yang tidak
memperhitungkan unsur inflasi disebut pendapatan regional atas dasar harga
konstan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Struktur perekonomian Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh sektor
pertanian yang menyumbang sebesar 45,31 persen terhadap PDRB pada tahun
2006. Namun, sektor lain yang tidak kalah pentingnya adalah sektor industri
pengolahan yang di dalamnya terdapat industri kecil dan menengah. Berdasarkan
data Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Kopperindag) Kabupaten
Tasikmalaya, pada tahun 2007 sektor IKM di daerah ini memiliki 10.827 unit
IKM yang ada di Kabupaten Tasikmalaya adalah industri kerajinan anyaman
pandan. Industri kerajinan anyaman pandan yang terletak di lima kecamatan
memiliki 687 unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 14.154
orang (Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya, 2007). Pada penelitian ini akan
dikaji bagaimana peranan industri kerajinan anyaman pandan terhadap
perekonomian Kabupaten Tasikmalaya dalam hal perkembangan industri tersebut
setiap tahunnya dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang terlibat di dalamnya,
nilai investasi, dan nilai produksi. Kemudian, akan dilihat bagaimana kontribusi
industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada
masa sekarang dan lima tahun ke depan. Setelah diketahui peranan industri
kerajinan anyaman pandan terhadap perekonomian Kabupaten Tasikmalaya,
diharapkan timbul kebijakan yang mendukung pengembangan sektor tersebut.
Menganalisis Proyeksi Kontribusi Industri Kerajinan
Anyaman Pandan terhadap PDRB Kab. Tasikmalaya
(analisis proyeksi shift share)
Struktur Perekonomian Kab. Tasikmalaya
Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap
Perekonomian Kab. Tasikmalaya Mendeskripsikan
Perkembangan Industri KerajinanAnyaman
Pandan
(analisis deskriptif)
Industri Kecil dan Menengah Sektor Industri
Pengolahan
Sektor Lainnya Sektor Pertanian
Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Implikasi Kebijakan Menganalisis Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kab.
Tasikmalaya
[image:49.595.105.531.74.696.2](analisis shift share)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya dengan pertimbangan
bahwa Kabupaten Tasikmalaya merupakan sentra industri kerajinan anyaman
pandan di Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari hingga
April 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti BPS Kabupaten Tasikmalaya, Dinas
Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Tasikmalaya, dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Tasikmalaya.
4.3 Metode Analisis Data
Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif
dan analisis shift share. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan
di Kabupaten Tasikmalaya. Analisis shift share digunakan untuk menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten
Tasikmalaya pada masa sekarang. Sementara itu, analisis proyeksi shift share digunakan untuk menganalisis kontribusi industri tersebut terhadap PDRB
4.3.1 Analisis Deskriptif
Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat
(Whitney, 1960 dalam Nazir, 1983). Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diteliti.
Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk membuat
gambaran secara sistematis mengenai perkembangan industri kerajinan anyaman
pandan di Kabupaten Tasikmalaya.
4.3.2 Analisis Shift Share
Analisis shift share adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun
dari tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu. Melalui analisis shift share dapat dianalisis besarnya sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan pendapatan
pada masing-masing sektor di wilayah yang bersangkutan (Sahara, tanpa tahun).
Analisis shift share mempunyai banyak kegunaan diantaranya adalah untuk melihat perkembangan sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap
perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas dan perkembangan sektor-sektor
perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya.
Selain itu, analisis ini juga berguna untuk melihat perkembangan suatu wilayah
dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya
aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah.
pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya juga dapat dilihat
melalui analisis ini.
Pada analisis shift share terdapat tiga kompenen utama yaitu komponen pertumbuhan nasional, komponen pertumbuhan proporsional, dan komponen
pertumbuhan pangsa wilayah. Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan
produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan
produksi/kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau
perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan
wilayah. Sementara itu, komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena
perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan
bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (kebijakan perpajakan, subsidi,
dan price support), dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau
penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan
dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan di suatu wilayah
dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh pertumbuhan komparatif,
akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi, serta kebijakan
ekonomi regional pada wilayah tersebut.
• Analisis Perubahan PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
ij ij
ij Y Y
Y = −
Δ '
Keterangan :
j = Wilayah analisis atau pada penelitian ini Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
i = Sektor perekonomian ( termasuk industri kerajinan anyaman pandan) ij
ij
Υ = PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i pada tahun awal analisis (2003)
Yij’ = PDRB dari sektor i pada tahun akhir analisis (2006)
Persentase perubahan PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan
Anyaman Pandan , menggunakan rumus :
%ΔΥi = 100%
' × Υ Υ − Υ i i i
• Analisis Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi
a. ri (rasio PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
dari sektor i)
ri = ij ij ij Υ Υ − Υ' Keterangan : ij
Υ = PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i pada tahun dasar analisis
'
ij
Υ = PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i pada tahun akhir analisis
b. Ri (rasio PDRB Kabupaten Tasikmalaya dari sektor i) Ri =
i i i Υ Υ − Υ' Keterangan : i
Υ = PDRB Kabupaten Tasikmalaya dari sektor i pada tahun dasar analisis
'
i
Υ = PDRB Kabupaten Tasikmalaya dari sektor i pada tahun akhir analisis
c. Ra(Rasio PDRB Kabupaten Tasikmalaya) Ra =
• • • Υ Υ − Υ' Keterangan : ' •
Υ = PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada tahun akhir analisis
•
Υ = PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada tahun dasar analisis
• Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
a. Komponen Pertumbuhan Nasional yang pada penelitian ini disebut Pertumbuhan Kabupaten (PK)
ij
ij Ra Y
ij
ij Ri Ra Y
PP =( − ) Apabila :
PP <0, menunjukkan bahwa sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan pertumbuhannya lambat
ij
PP >0, menunjukkan bahwa sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan pertumbuhannya cepat
ij
c. Komponen pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) ij
ij ri Ri Y
PPW =( − ) Apabila :
ij
PPW >0, menunjukkan bahwa sektor i (industri kerajinan anyaman pandan) pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya
ij
PPW <0, menunjukkan bahwa Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya.
d. Pergeseran Bersih (PB)
ij ij
ij PP PPW
PB = +
Keterangan:
PBij = pergeseran sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Apabila:
PBij > 0, menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan termasuk ke dalam kelompok progresif (maju)
PBij < 0, menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan termasuk lamban
4.3.3 Analisis Proyeksi Shift Share
Analisis proyeksi shift share sama dengan analisis shift share tanpa proyeksi, hanya tahun dasar analisis yang digunakan adalah tahun akhir analisis
pada analisis tanpa proyeksi. Tahun akhir analisis yang digunakan pada analisis
proyeksi adalah jangka waktu yang ditentukan untuk proyeksi. Pada penelitian ini
tanpa proyeksi. Proyeksi dilakukan sampai tahun 2011 karena disesuaikan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tasikmalaya.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 diproyeksikan dengan metode
ektrapolasi. Metode ektrapolasi adalah melihat pertumbuhan PDRB pada masa
lalu dan melanjutkan pertumbuhan tersebut untuk masa yang akan datang sebagai
proyeksi. Metode ektrapolasi mengasumsikan laju pertumbuhan PDRB masa lalu
akan berlanjut di masa datang. Rumus proyeksi yang digunakan adalah sebagai
berikut.
n i
i Y r
Y"= '(1+ )
Keterangan : "
i
Y = proyeksi PDRB Kabupaten Tasikmalaya sektor i tahun 2011 '
i
Y = PDRB Kabupaten Tasikmalaya sektor i tahun 2006 r = rata-rata proporsi pertumbuhan PDRB
n = jumlah tahun proyeksi atau pada penelitian ini lima tahun (2011-2006)
Nilai r dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
n i
i Y r
Y"= '(1+ ) ' log(1 )
" log r n Y Y i i + = ⇒
Proyeksi PDRB lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan
menggunakan proyeksi shift share. Rumus yang digunakan adalah
⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ + = ij ij i i ij ij Y D n m Y Y Y Y " ' "
Keterangan : "
ij
Y = proyeksi PDRB sektor i di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan tahun 2011
ij
D = nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan masa lalu
m = tahun proyeksi atau pada penelitian ini tahun 2011
BAB V
GAMBARAN UMUM
5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Tasikmalaya berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, Kota
Tasikmalaya, dan Kabupaten Majalengka di sebelah utara. Di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, sebelah selatan berbatasan dengan
Samudera Indonesia, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Garut.
Kabupaten Tasikmalaya memiliki luas wilayah 271.251,71 hektar yang terbagi
atas 39 kecamatan dan 351 desa.
5.2 Iklim
Kabupaten Tasikmalaya pada umumnya beriklim tropis, dengan
temperatur normal rata-rata 20º - 34º C. Temperatur di dataran rendah pada
umumnya 34º C dan kelembaban 50 persen, sedangkan pada daerah dataran tinggi
mempunyai temperatur 18º - 22º C dengan kelembaban berkisar antara 61 persen
sampai 73 persen. Curah hujan rata-rata per tahun 217,195 mm dengan jumlah
hari hujan efektif selama satu tahun sebanyak 84 hari. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan November, dengan musim hujan terjadi antara bulan
Oktober-Mei dan musim kemarau terjadi antara bulan Juni-September.
5.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2006 sebanyak
1.668.581 orang. Penduduk berjenis kelamin laki-laki sejumlah 833.018 orang
sex ratio-nya sebesar 0,9977 persen. Rata-rata kepadatan penduduk sebanyak 651 orang per kilometer persegi. Penduduk terpadat berada di Kecamatan Singaparna
yaitu sebanyak 3.581 orang per kilometer persegi, sedangkan Kecamatan
Pancatengah merupakan kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya paling
rendah.
Pada Tahun 2006, jumlah pencari kerja yang tercatat sebanyak 20.846
orang yang terdiri dari 11.552 laki-laki dan 9.294 perempuan. Dari seluruh
pencari kerja yang tercatat, hanya 3,89 persen atau sebanyak 811 orang yang
sudah ditempatkan. Sementara itu, sebagian besar atau sebanyak 20.035 orang
sedang menunggu penempatan.
Berdasarkan data BPS tahun 2006, sebagian besar penduduk atau
sebanyak 46,52 persen atau sejumlah 329.846 orang dari penduduk yang bekerja,
bekerja pada sektor pertanian. Hal ini terkait dengan struktur perekonomian
Kabupaten Tasikmalaya yang ditopang oleh sektor pertanian. Selain pada sektor
pertanian, penduduk di Kabupaten Tasikmalaya juga banyak yang bekerja pada
sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebanyak 25,20 persen. Industri
pengolahan yang di dalamnya terdapat industri kerajinan anyaman pandan mampu
menyerap 10,60 persen tenaga kerja. Pada tahun yang sama, 18,32 persen dari
penduduk yang bekerja pada sektor industri pengolahan atau sebesar 13.772 orang
bekerja pada industri kerajinan anyaman pandan. Sementara itu, dari total
penduduk yang bekerja sekitar dua persennya bekerja pada industri kerajinan
anyaman pandan. Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha secara rinci di
Tabel 4. Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006
Lapangan Usaha Jumlah (orang) Persentase
Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,
dan perikanan 329.846 46,52
Pertambangan dan penggalian 3.254 0,46
Industri Pengolahan 75.177 10,60
Listrik, gas, dan air 540 0,08
Bangunan 32.715 4,61
Perdagangan, hotel, dan restoran 178.665 25,20
Angkutan 42.108 5,94
Keuangan 4.789 0,68
Jasa Kemasyarakatan 41.637 5,87
Lainnya 271 0,04
Jumlah 709.002 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007
5.4 Perekonomian
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Sebagai contoh, pada tahun 2006, laju pertumbuhan
ekonomi di daerah tersebut meningkat sebesar 1,18 persen menjadi 4,01 persen.
Hal ini disebabkan oleh naiknya produksi pada sektor pertanian terutama
subsektor tanaman bahan makanan yang menyumbang cukup besar bagi PDRB
Kabupaten Tasikmalaya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya tahun
2004-2006 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2006 (Persen)
Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
2004 3,52 5,16
2005 3,83 5,47
2006 4,01 6,30
Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007
Pada tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya
industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang paling tinggi diantara
sektor-sektor yang lainnya yaitu sebesar 7,84 persen. Disusul oleh sektor-sektor perdagangan,
hotel, dan restoran sebesar 7,08 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Tasikmalaya yang dirinci menurut sektor dapat dilihat pada Tabel 6.
Struktur ekonomi secara kuantitatif dapat digambarkan dengan
menghitung besarnya persentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing
sektor terhadap nilai total PDRB. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat
diketahui bahwa struktur ekonomi Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh tiga
sektor yaitu: sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan;
[image:59.595.90.513.83.812.2]sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor industri pengolahan.
Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat dirinci Menurut Sektor tahun 2006 (Persen)
Sektor Pertumbuhan Ekonomi (%)
Kab. Tasikmalaya
Prov. Jawa Barat Pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan, dan perikanan 2,06 -0,62
Pertambangan dan penggalian 4,19 -0,65
Industri pengolahan 7,84 8,86
Listrik,