PENGARUH PEMBERIAN SIMPLE FEEDBACK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM
PEMBELAJARAN BULUTANGKIS
(Study Eksperimen di SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Olahraga
Oleh
YULIANA DENIS SAPUTRA 0901471
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH PEMBERIAN SIMPLE FEEDBACK TERHADAP HASIL
BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM
PEMBELAJARAN BULUTANGKIS
Oleh
Yuliana Denis Saputra
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Yuliana Denis Saputra 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Yuliana Denis Saputra NIM 0901471. Skripsi : Pengaruh Pemberian Simple Feedback terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan dalam Pembelajaran Bulutangkis. Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Yusup Hidayat, S.Pd.,M.Si. dan Pembimbing II Alit Rahmat, M.Pd. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dalam
pembelajaran bulutangkis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Desain penelitian menggunakan True Experimental Design yaitu
Pretest – Posttest Control Group Design. Sampel penelitiannya adalah
siswa-siswi kelas IV dan V Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Kota Bandung sebanyak 24 siswa-siswi terdiri dari 12 kelompok ekperimen dan 12 kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik
simple random sampling. Uji hipotesis penelitian ini menggunakan uji independent samples t tes dengan bantuan Software SPSS versi 20. Adapun nilai signifikansi lebih kecil dari α yaitu (0,000 < 0,05) atau dengan p-value sebesar 4,798. Hasil penghitungan uji independent samples t tes data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lob bertahan menggunakan asumsi equal
variances assumed dimana dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen yaitu 10,42 lebih besar dari pada kelompok kontrol yaitu 7,92. Kesimpulan dari hasil uji independent samples t tes bahwa adanya pemberian simple feedback memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dalam pembelajaran bulutangkis, ini berarti hipotesis penelitian diterima.
ABSTRACT
Yuliana Denis Saputra NIM 0901471. Script: The Effect of Simple Feedback on Basic Skills Learning Outcomes Learning Surviving the Badminton Lob. This script is guided by the Supervisor I Yusuf Hidayat, S.Pd., M.Sc. and Supervisor II Alit Rahmat, M.Pd. Studies Program and the Health Physical Education Recreation, Department of Physical Education, FPOK, Indonesia University of Education.
This script research aims to determine the impact of simple feedback on learning outcomes of basic skills in badminton learning defensive lob. The research method used was experimental method. Research design using the True Experimental Design Pretest - Posttest Control Group Design. Research samples are the students of class IV and V 3 Muhammadiyah Elementary School Bandung as many as 24 students consisted of 12 experimental group and 12 control group. Sampling technique in this study using simple random sampling technique. The test of hypotheses using independent sample t test trials with the help of SPSS software version 20. The significance value is less than α (0.000 < 0.05) or with a p-value of 4.798. The Calculation results of independent sample and t test data is the experimental group and the control group defensive lob using assumptions equal variances assumed which looks of the average value of the experimental group is 10.42 greater than in the control group is 7.92. Conclusions from the results of independent sample and t test that the simple provision of feedback provide significant influence on the results of learning the basic skills in badminton learning defensive lob, this means that the research hypothesis is accepted.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Kajian Pustaka ... 11
B. Hubungan antara Simple Feedback dengan Hasil Belajar Keterampilan Gerak ... 38
C. Kerangka Berfikir ... 39
D. Hipotesis Penelitian ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
C. Desain Penelitian ... 44
D. Metode Penelitian ... 45
E. Definisi Operasional ... 46
F. Instrumen Penelitian ... 47
G. Validitas dan Reliabilitas ... 50
H. Prosedur Penelitian ... 51
I. Analisis Data ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Hasil Penelitian atau Pengolahan Data ... 54
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
A. Simpulan ... 63
B. Rekomendasi ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65
LAMPIRAN – LAMPIRAN : A. DATA KELOMPOK KONTROL ... 69
B. DATA KELOMPOK EKSPERIMEN ... 73
C. PROGRAM PEMBELAJARAN ... 77
D. DAFTAR TABEL ... 98
E. DOKUMENTASI PENELITIAN ... 101
F. SURAT KEPUTUSAN (SK) PENELITIAN ... 104
G. SURAT PENELITIAN ... 109
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari Pendidikan, karena salah satu
fungsi dari pendidikan adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas
manusia, baik sebagai makhluk individu ataupun kelompok, yang meliputi aspek
jasmani, rohani, spiritual, material, dan kematangan berpikir. Hal ini berarti pula
bahwa tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup
dan kualitas manusia. Menurut Undang-undang Pendidikan Nasional No.20
Tahun 2003, dijelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Selain itu ada pendapat lain mengenai pengertian pendidikan yang
disampaikan para ahli pendidikan, diantaranya Langeveld yang dikutip oleh
Soelaiman (1985), dalam Somarya dan Nuryani (2009:25) menyatakan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap pihak lain yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan sebagai
usaha yang dilakukan oleh seseorang yang sudah memiliki pengalaman dan ilmu
kepada seseorang yang belum mempunyai ilmu, contohnya guru terhadap siswa.
Dalam hidupnya manusia memang benar – benar sangat memerlukan pendidikan,
pendidikan tersebut tidak hanya yang umum saja namun yang sifatnya motorik
sangat diperlukan salah satunya, yaitu Pendidikan Jasmani. Pendidikan jasmani
menurut Wiliams (1999), dalam Abduljabar (2011:80) adalah “Sejumlah aktivitas
diinginkan.” Pengertian ini didukung oleh adanya pemahaman menurut
Abduljabar (2011:80) bahwa:
Manakala pikiran (mental) dan tubuh disebut sebagai dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal, melalui pemahaman isi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan hidup adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional, dan estetika.
Pendidikan melalui fisikal maksudnya adalah pendidikan melalui aktivitas
fisik (aktivitas jasmani), tujuannya mencakup semua aspek perkembangan
kependidikan, termasuk pertumbuhan mental, sosial siswa. Manakala tubuh
sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus dibelajarkan dan
dikembangkan, selain itu perlu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti
belajar bekerja sama dengan siswa lain (Abduljabar, 2011:81).
Dalam menempatkan posisi pendidikan jasmani, diyakini pula bahwa
kontribusi pendidikan jasmani hanya akan bermakna ketika
pengalaman-pengalaman gerak (aktivitas jasmani) dalam pendidikan jasmani berhubungan
dengan proses kehidupan seseorang secara utuh di masyarakat. Dengan demikian,
ketika pengalaman dalam pendidikan jasmani tidak memberikan kontribusi pada
pengalaman kependidikan lainnya, maka pasti terdapat kekeliruan dalam
pelaksanaan program pendidikan jasmaninya. Baley dan Field (2001), dalam
Abduljabar (2011:82) “Menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud
adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya sungguh-sungguh.” Lebih
lanjut kedua ahli ini menyebutkan bahwa:
Aktivitas jasmani yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai dan kapabilitas siswa. Aktivitas fisikal yang dipilih ditekankan pada
berbagai aktivitas jasmani yang wajar, aktivitas jasmani yang membutuhkan
sedikit usaha sebagai aktivitas rekreasi dan atau aktivitas jasmani yang sangat
membutuhkan upaya keras seperti untuk kegiatan olahraga kepelatihan atau
prestasi.
Sejalan dengan apa yang telah dipaparkan di atas, Mahendra (2009:4)
mengungkapkan mengenai hakikat dari pendidikan jasmani adalah :
Proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik dapat menghasilkan perubahan pada tubuh seseorang
dari segi fisik, mental serta emosionalnya.
Melalui pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam
„pikiran dan tubuh‟ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada
ketiga domain kependidikan, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan
meminjam ungkapan Gensemer (Freeman, 2001), penjas diistilahkan sebagai
proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa”, artinya
dalam tubuh yang baik diharapkan pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan
pepatah Romawi Kuno yaitu Men sana In Corporesano (Mahendra, 2009:5).
Pendidikan jasmani merupakan salah satu materi dari proses pembelajaran
yang disampaikan pada anak, masih banyak lagi kegiatan pembelajaran yang
bermanfaat buat keberlangsungan anak khususnya dan manusia umumnya. Itu
semua tidak terlepas dari konsep belajar-mengajar pendidikan jasmani. Konsep
melalui pendidikan jasmani ditanamkan perasaan dan kesan memperoleh sukses,
bukan kegagalan dalam melaksanakan tugas gerak. Jadi dalam proses belajar
mengajarnya siswa merasa aman, merasa diakui dan berharga dalam
kelompoknya. Semua kemampuan siswa diakui dan dihargai oleh gurunya, guru
sangat hangat dan bersahabat sehingga siswa tidak merasa takut, tegang, atau
resah dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani.
Strategi belajar-mengajar merupakan suatu prosedur memilih, menetapkan,
dan memadukan kegiatan-kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
Penyusunan suatu strategi merupakan kegiatan awal dari seluruh proses
belajar-mengajar. Strategi mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa
yang bersangkutan, bahkan sangat menentukan. Oleh sebab itu seorang guru jika
ingin tercapai tujuan pengajarannya, maka seorang guru dituntut untuk memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun strategi belajar-mengajar
(Juliantine, dkk 2012:1).
Dalam proses belajar – mengajar pendidikan jasmani, yang penting adalah
memaksimalkan pertisipasi siswa dan seorang guru harus dapat memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun strategi belajar – mengajarnya,
agar proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung dengan baik dan
menyenangkan. Proses KBM sendiri merupakan proses dimana kegiatan belajar
berlangsung, yang di dalamnya terdapat dari kedua belah pihak antara guru
dengan siswa. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk berperan secara aktif,
juga berinteraksi dengan guru, berinteraksi siswa dengan siswa, dan berinteraksi
siswa dengan lingkungannya.
Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 dalam SNP (2005:97) juga dijelaskan
mengenai proses KBM namun lebih jelasnya dalam undang-undang ini yaitu
proses pembelajaran yang menerangkan bahwa :
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka yang
dimaksud dengan pembelajaran yaitu bukan menekankan pada metode atau cara
serta prosedur yang digunakan, bukan pula kuno atau modernnya model
pembelajaran, tetapi upaya yang dilakukan dalam menyampaikan materi atau
pengetahuan serta cara penguasaan yang baik dalam meramu materi tersebut,
sehingga materi yang disampaikan kepada siswa dapat di cerna dengan baik
intisarinya.
Kebermaknaan umpan balik (feedback) dalam kegiatan pembelajaran
penjas akan mampu terwujud apabila guru penjas telah benar-benar memahami
pengertian (konsep) umpan balik (feedback), fungsi umpan balik, jenis-jenis
umpan balik, dan siapa yang harus dengan cepat dan tepat diberikan umpan balik
selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan memahami konsep-konsep
ini maka pemberian umpan balik akan tepat sasaran. Pemberian umpan balik
tidak malah menghambat kegiatan belajar siswa melainkan semakin
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran penjas yang sedang
dilaksanakan.
Umpan balik adalah perilaku guru untuk membantu setiap siswa yang
mengalami kesulitan belajar secara individu dengan cara menanggapi hasil kerja
siswa sehingga lebih menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Umpan balik
yang dilakukan guru antara lain memberikan penjelasan terhadap kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Umpan balik adalah koreksi terhadap jawaban-jawaban
atas respon siswa dalam mengerjakan tes atau latihan. Umpan balik adalah suatu
proses dengan hasil atau akibat dari suatu respon untuk mengontrolnya. Dalam
konteks pembelajaran pendidikan jasmani, Suherman (2009:143) mengemukakan,
“Umpan balik yaitu guru mengobservasi siswa secara individu dan menilai
bagaimana siswa melakukan aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk
meningkatkan kemampuan siswa itu.”
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa umpan balik adalah
infromasi yang berkenaan dengan kemampuan siswa dan guru guna lebih
pembelajaran maupun dalam pelatihan olahraga. Infromasi yang dimaksud
berkaitan dengan apa yang sudah dilakukan, bagaimana hasilnya, dan apa yang
harus dilakukan untuk memperbaikinya.
Umpan balik terdiri beberapa macam salah satunya yaitu simple feedback,
Suherman (2009:145) menjelaskan tentang Simple feedback adalah:
Umpan balik yang hanya terfokus pada satu komponen keterampilan dalam satu saat, umpan balik ini merupakan yang paling mudah memberikannnya kepada siswa dan siswa, karena Simple feedback sering berisikan satu atau dua buah kata kunci yang menggambarkan aktivitas penyempurnaan (clue) dan diulang-ulang sebagai feedback selama praktek belajar mengajar berlangsung.
Selain itu (Suherman, 2009:145) menjelaskan beberapa keuntungan
penggunaan simple feedback:
1. Guru akan lebih mudah dan lebih akurat dalam memberi feedback karena terfokus hanya pada satu komponen saja selama KBM berlangsung;
2. Memudahkan siswa menerima dan melatih „clue‟ yang menjadi fokus
pembelajarannya;
3. Siswa akan ingat terus apa yang dipelajarinya pada pertemuan tersebut.
Hal yang sangat penting dari beberapa keuntungan simple feedback di atas
terdapat pada poin nomor tiga, karena dapat mempromosikan pelajaran
pendidikan jasmani dan olahraga kepada pihak luar. Misalnya kemampuan siswa
dalam mengingat materi keterampilan dasar lob bertahan, jika ada pihak luar atau
orang tua yang bertanya mengenai materi yang telah dipelajari di sekolah,
kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari pihak luar atau orang tua tersebut
akan mempengaruhi pengakuan pihak luar atau orang tua siswa terhadap
keberadaan pelajaran olahraga di sekolah yang sementara ini dirasakan masih
Sesuai dengan uraian di atas, dalam kaitannya dengan kegiatan
pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis, adapun permainan bulutangkis itu
sendiri merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang banyak digemari
masyarakat Indonesia. Hidayat (2010:8) menjelaskan bahwa:
Permaianan bulutangkis bersifat individual yang dapat dimainkan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Menggunakan raket sebagai alat pemukul dan kok sebagai objek pemukul, lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh garis dan net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan.
Permainan bulutangkis telah tumbuh dan berkembang secara meluas ke
berbagai belahan negara dan diyakini sebagai sebuah permaianan olahraga yang
menyenangkan. Sebelumnya mengenai latar belakang dan asal mula permaianan
bulutangkis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Permainan ini menurut
beberapa sumber telah ditemukan dibeberapa Negara. Permainan ini pernah
dijumpai di Mesir dan Cina lebih dari 2000 tahun yang lalu. Di India dan Inggris
permainan ini dimainkan dengan berbagai tujuan, mulai dari tujuan untuk rekreasi
sampai tujuan kompetisi pada pertengahan sampai akhir abad ke-19 (Kumar,
2006) dalam Hidayat, (2010:9).
Beberapa literatur memberikan keterangan bahwa permaianan bulutangkis
pertama kali dimainkan di India dengan nama Poona. Pada tahun 1870-an
permainan poona dibawa oleh perwira – perwira Inggris yang pernah bertugas
dari India ke Inggris, dan menyebar kebeberapa negara Eropa seperti Kanada dan
Amerika Serikat. Pada tahun 1873 seorang bangsawan Inggris yang bernama
Duke de Beaufort memainkan permainan ini pada sebuah taman di Gloucestcrshire yang letaknya tidak jauh dari kota Bristol Inggris. Taman
miliknya itu bernama badminton, sehingga sejak saat itu permaianan poona
kemudian lebih dikenal dengan nama badminton (Hidayat, 2010:9-10).
Dasar permainan badminton pertama kali disusun oleh seorang kolonel
Selby. Dengan adanya peraturan yang dibakukan ini, maka permainan badminton
makin banyak penggemarnya, karena permainan ini sangat menarik sebagai
hiburan dan enak ditonton. Selanjutnya peraturan ini disempurnakan lagi pada
tahun 1890. Setelah beberapa tahun diperkenalkan di Inggris permainan
badminton menyebar ke negara – negara Eropa, bahkan ke Amerika, Kanada, dan Selandia Baru (Hidayat, 2010:10).
Pada pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis ataupun yang lainnya
pemberian umpan balik (feedback) khususnya simple feedback, sangatlah penting
karena proses kegiatan pembelajaran tidak akan bisa terlepas dari pemberian
umpan balik, biasanya pemberian umpan balik apabila dalam proses pembelajaran
sebanyak 50% anak tidak dapat menguasai proses pembelajaran itu yang sifatnya
umum, tapi yang sifatnya khusus guru dapat langsung memberikan umpan balik
pada siswa yang kurang memahami tugas gerak yang sedang dipelajari. Pada
pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis biasanya guru cenderung
menggunakan pendekatan taktis, yang terkesan hanya main – main biasa, itu
memang cara yang efektif demi kelancaran kegiatan pembelajaran, apalagi kalau
keadaan siswanya yang banyak, namun itu juga perlu pengawasan yang intensif
dari seorang gurunya salah satunya dengan memberikan umpan balik terhadap
siswanya. Dengan itu siswa akan mengetahui tugas gerak atau keterampilan yang
benar sesuai dengan tujuan awal yang diinginkan atau diharapkan guru dari hasil
proses pembelajaran aktivitas tersebut.
Simple feedback merupakan umpan balik yang sangat mudah untuk
diberikan kepada siswa, karena simple feedback ini memfokuskan kepada satu
komponen keterampilan dasar, apalagi diterapkan pada anak usia dini akan lebih
mempermudah anak untuk mengingat kegiatan pembelajaran yang sedang atau
telah dilakukan. Simple feefback juga akan lebih mempermudah kepada seorang
guru pada saat memberikan umpan balik, karena guru dapat dan hanya
mempelajari satu komponen gerakan keterampilan dasar yang sedang dipelajari
sehingga dalam penyampaiannya pun akan lebih terorganisir dengan baik serta
Berdasarkan pemaparan yang diatas penulis melalui umpan balik
(feedback) dikhususkan pada Simple feedback menginginkan informasi dalam
proses kegiatan belajar mengajar, antara siswa yang diberikan umpan balik
(feedback) dan siswa yang tidak diberikan umpan balik (feedback). Apakah ada
pengaruh ataukah tidak, maka penulis mengambil judul Pengaruh Pemberian
Simple Feedback Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan dalam
Pembelajaran Bulutangkis. Dengan ini diharapkan adanya informasi yang akurat,
untuk keberlangsungan proses belajar mengajar dimasa yang akan datang,
khususnya pada pembelajaran permainan bulutangkis.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, masalah penelitiannya dapat
diidentifikasi dan diambil yaitu sebagai berikut : Apakah dengan adanya
pemberian simple feedback memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar keterampilan dasar lob bertahan, dalam mengikuti pembelajaran
bulutangkis.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penulis
ungkapkan, yang menjadi masalah penelitian sebagai suatu problematika
penelitian yang perlu penyelesaian dapat dirumuskan yaitu, “Apakah ada pengaruh pemberian simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob
bertahan dalam pembelajaran bulutangkis?”
C. Tujuan Penelitian
Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk
kegiatan selanjutnya. Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis rumuskan,
maka tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengidentifikasi apakah ada pengaruh pemberian simple feedback terhadap
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian sudah tentu hasil penelitian tersebut ingin memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia, apabila penelitian ini terbukti berarti pada taraf
signifikan yang telah ditentukan oleh penulis, maka yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan informasi dan sumbangan
keilmuan yang berarti demi kelancaran dalam proses pengembangan pembelajaran
khususnya dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.
2. Secara Praktis
-Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi para guru yang
memberikan pengajaran dalam konteks pembelajaran penjas khususnya dalam
pemberian umpan balik (feedback);
-Guru dapat lebih mengetahui bagaimana cara yang digunakan dalam
proses pemberian umpan balik (feedback) kepada siswanya;
-Memberikan pengetahuan bagi siswa dan siswinya agar dapat lebih
BAB III
METODE PENILITIAN
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat untuk melakukan penelitian guna
memperoleh data yang berasal dari responden. Adapun lokasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah di Lapangan Bulutangkis FPOK UPI Kota Bandung
(Sport Hall FPOK Caheum).
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dimaksudkan untuk memperkuat serta memberikan
informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: Siswa-siswi kelas IV dan V SD Muhammadiyah 3
Kota Bandung pada tahun ajaran 2012/2013.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Untuk memperoleh data dalam suatu penelitian, maka diperlukan suatu
sumber data yang disebut populasi. Menurut Sugiyono (2010:117), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sejalan dengan pengertian diatas Babie (1983, dalam Sukardi, 2003:53) mengatakan bahwa populasi adalah elemen
penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target
hasil penelitian, sedangkan sampel menurut Sugiyono (2010:118) yaitu sebagai
berikut:
Berdasarkan dari penjelasan kedua kutipan di atas, maka penulis
simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah dari sumber data yang
dijadikan penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat
mewakili seluruh populasi.
1. Populasi Penelitian
Berdasarkan pendapat diatas populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Siswa-siswi kelas IV dan V SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung. Untuk
lebih jelas jumlah populasinya dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1. POPULASI PENELITIAN
No Kelas Jumlah Siswa
1. Kelas IV 20
2. Kelas V 20
Jumlah 40
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan teknik simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan starata yang ada dalam populasi itu, (Sugiyono, 2010:120).
Berikut penjelasan dalam gambar mengenai simple random sampling :
Gambar 3.1. Simple Random Sampling (Sumber: Sugiyono, 2010:120)
Pada tahap pertama, yakni pemilihan secara acak populasi yang akan
dijadikan sample dari populasi 40 siswa menjadi 24 siswa, kemudian masuk pada
tahap kedua, dengan menggunakan teknik random assignment menurut Johnson &
Christensen (2012:288) yaitu “Penugasan secara acak.” Yakni sampel yang 24 Populasi
homogen / relatif homogen
Sampel yang refresentatif Diambil secara
ditugaskan atau dipilih secara acak menjadi 2 kelompok yaitu 12 kelompok
eksperimen dan 12 kelompok kontrol.
Tabel 3.2. SAMPEL PENELITIAN
No. Kelompok Jumlah Sampel
1. Eksperimen 12
2. Kontrol 12
Jumlah Sampel 24
Karakteristik sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Siswa-siswi kelas IV dan V SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung.
Berdasarkan data di atas memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian
secara representatif.
C. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitiannya
menggunakan True Experimental Design (eksperimen yang betul-betul), karena
dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Adapaun bentuk dari True Experimental
Design, yaitu menggunakan Pretest – Posttest Control Group Design, dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
Kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai
kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah
(O2 – O1) – (O4 – O3), (Sugiyono, 2010:112). Desain ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 3.2. Desain Penelitian (Sumber: Sugiyono, 2010:112)
R O1 X O2
Keterangan :
X = Treatment yang diberikan (variabel independen) O = Observasi (variabel dependen)
O1 dan O3 = Tes Awal O2 dan O4 = Tes Akhir
R = Pemilihan secara random (obyek)
D. Metode Penelitian
Pada dasarnya metode untuk penelitian banyak ragamnya dan
masing-masing memiliki sifat-sifat tersendiri. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
penelitian sudah seharusnya menentukan metode penelitian yang sesuai dengan
permasalahan penelitian.
Hal ini berarti metode penelitian memiliki kedudukan penting dalam
pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data. Metode penelitian diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
(Sugiyono, 2010:3). Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu.
Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang besifat penemuan,
pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari
penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah
diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk
membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan
tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan
yang telah ada.
Dapat disimpulkan bahwa, pengertian metode penelitian menurut
Sugiyono (2010:6) yaitu :
Metode penelitian pendidikan yang dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Dengan kata lain bahwa metode penelitian memiliki tiga tujuan yaitu yang
penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu
yaitu valid. (Sugiyono, 2010:4).
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk menguji pengaruh
pemberian simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan lob bertahan,
dalam pembelajaran bulutangkis maka metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimen. Sugiyono (2010:107) mengemukakan pendapatnya bahwa
metode eksperimen adalah “Metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan”.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional bermanfaat sebagai arah untuk mengukur dan
mengamati terhadap variabel yang bersangkutan. Sejalan dengan paparan tersebut
Supriadi (2013:29) mengungkapkan bahwa deinisi operasional adalah “Uraian
atau rincian suatu variabel meliputi apa itu, menggunakan alat ukur apa,
bagaimana cara mengukurnya, hasilnya akan seperti apa, dan skala yang
digunakannya.” Adapun definisi operasional yang terdapat pada judul penelitian pengaruh pemberian simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob
bertahan, dalam pembelajaran bulutangkis dijelaskan sebagai berikut :
1. Definisi Operasional Simple Feedback
Suherman (2009:145) mengungkapkan pengertian simple feedback yaitu
“Simple feedback merupakan feedback yang hanya terfokus pada satu komponen
keterampilan dalam satu saat.” Simple feedback sering berisikan satu atau dua buah kata kunci yang menggambarkan aktivitas penyempurnaan (clue) dan
diulang-ulang sebagai umpan balik selama praktek belajar mengajar berlangsung.
Setiap siswa akan dipantau baik secara perorangan ataupun kelompok dan
diberikan treatment simple feedback yang berhubungan dengan keterampilan
dasar lob bertahan, untuk umpan baliknya diantaranya lebih di ayun lagi
tangannya kebelakang, angkat sikutnya membentuk 90 derajat, usahakan raket
menghadap ke depan, mundur 3 langkah kebelakang pada saat melakukan
2. Definisi Operasional Lob Bertahan
Hidayat, (2010:65) mengungkapkan tentang pengertian lob bertahan yaitu
“Pukulan lob yang melambung sangat tinggi dengan tujuan untuk mempersiapkan diri dengan memperbaiki posisi untuk selanjutnya memiliki cukup waktu untuk
menerima serangan berikutnya.” Pengukuran keterampilan dasar lob bertahan diukur berdasarkan kualitas hasil yang dilakukan melalui tes objektif jenis
Acccuracy-Based Test. Morrow, Jackson, Disch, & Mood, (2005) dalam Hidayat
(2012) yang mengukur ketepatan hasil pukulan pada bidang sasaran yang telah
ditentukan, diungkap melalui sebuah sub tes yaitu lob bertahan diukur
berdasarkan jumlah pukulan yang berhasil dilakukan dengan benar dan kok jatuh
pada bidang sasaran yang telah ditentukan. Tahap pukulan diberi kesempatan 2
kali yaitu memukul sebanyak 12 satelkok, dimana tiap satu kali kesempatan
disediakan 6 satelkok. Untuk hasilnya sudah disediakan daerah angka/nilai 1-3
dimana masing-masing daerahnya berukuran 76 cm sekaligus menjadi daerah
sasaran memukul siswa. Dikatakan sah apabila siswa dapat memukul satelkok
serta melewati tiang dengan tinggi 3 m yang direntangkan tali. Untuk nilai paling
baik yaitu 3 dan yang paling rendah yaitu 1.
F. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan
pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian
biasanya dinamakan instrumen penelitian. (Sugiyono, 2010:147-148). Dalam
pelaksanaan penelitian ini, kelompok eksperimen diberikan latihan sebanyak tiga
kali dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan jum’at selama 4 minggu atau dalam 12 kali pertemuan, ditambah dengan tes awal dan tes akhir serta 2 kali
pertemuan pengenalan materi simple feedback dan lob bertahan, jadi total
semuanya 16 kali pertemuan. Mengenai hal ini penulis mengacu pada pendapat
(training zone), beban latihan harus selalu meningkat, dan latihan sebaiknya
dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu.”
Dengan kata lain suatu latihan yang baik dalam penelitian ataupun latihan
biasa baiknya minimal dilakukan 3 kali dalam seminggu. Adapun instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes keterampilan dasar lob
bertahan. Tes tersebut di adaptasi dari Hidayat (2012:96). Validitas dan reliabilitas
tes tersebut disajikan pada tabel 3.3. di bawah ini:
Tabel 3.3. VALIDITAS DAN RELIABILITAS LOB BERTAHAN
No Jenis Tes Validitas Reliabilitas
1 Keterampilan dasar lob bertahan 0,76 0,91
Sumber: Pengaruh intervensi strategi multiteknik terhadap hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis, motivasi olahraga, dan kepercayaan diri (Hidayat, 2012:96)
1. Definisi Konseptual
Lob bertahan merupakan salah satu teknik dasar yang harus dikuasai oleh
seorang pemain bulutangkis khususnya pemain tunggal, karena merupakan kunci
untuk mempersiapkan diri menerima serangan berikutnya. Ini sejalan dengan apa
yang diungkapkan Hidayat, (2010:65) mengungkapkan tentang pengertian lob
bertahan yaitu pukulan lob yang melambung sangat tinggi dengan tujuan untuk
mempersiapkan diri dengan memperbaiki posisi untuk selanjutnya memiliki
cukup waktu untuk menerima serangan berikutnya. Lob bertahan termasuk jenis
pukulan dari atas kepala hampir sama gerakan dengan smash ataupun dropshoot
yang membedakannya adalah pukulan ini tinggi ke belakang dengan harapan
lawan susah menjangkau satelkok yang kita pukul.
2. Definisi Operasional
Keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis dalam penelitian ini
merupakan suatu gambaran berapa besar tingkat penguasaan keterampilan teknik
dasar bermain bulutangkis SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung yang akan
dituangkan dalam tes kemampuan dalam teknik memukul keterampilan dasar lob
3. Tes Keterampilan Dasar Lob Bertahan
Untuk memperoleh data mengenai keterampilan lob bertahan siswa dalam
hal penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tes yang sudah baku.
1. Deskripsi tes
Jenis keterampilan gerak dasar memukul yang dilakukan dari atas kepala
dengan gerakan forehand dan arah satelkok melambung ke bagian belakang
lapangan lawan dengan tujuan untuk bertahan atau mendapatkan keseimbangan pada
posisi semula.
2. Tujuan tes
Mengukur ketepatan memukul kok, ke arah sasaran tertentu dengan arah
satelkok melambung ke bagian belakang lapangan lawan.
3. Peralatan
Lapangan bulutangkis standart, raket, net, satelkok, meteran, dua buah
tiang besi setinggi 2,72 meter, tambang/pita yang direntangkan sejajar di atas net
dengan jarak 4.27 meter, dan tinggi 3 meter dari lantai, alat tulis dan formulir
pengisian skor.
4. Petugas pelaksanaan pengetesan
Terdiri dari 5 orang, dua orang sebagai pengumpan, satu orang
penghitung, pencatat, dan pengambil satelkok.
5. Pelaksanaan tes
a. Penyaji berdiri di tengah-tengah lapangan atau pada titik yang sudah
ditentukan (titik A) paling dekat dengan net 3,35 meter dari net;
b. Testi atau partisipan mengambil tempat dan berdiri pada zona yang telah
ditentukan (zona ABCD) paling dekat 3,35 meter dari net;
c. Penyaji melakukan servis ke zona ABCD dan partisipan harus bergerak
memukul satelkok, sehingga melewati atas tali setinggi 3 meter dari
permukaan lantai yang dipasang pada tiang net;
d. Setiap partisipan mendapatkan dua kali kesempatan, dan setiap kali
kesempatan di sediakan 6 satelkok. Jadi setiap partisipan mendapatkan
e. Apabila satelkok mengenai tali setinggi 3 meter dari permukaan lantai
yang dipasang pada tiang net dan ajatunya tidak sampai pada zona skor
maka diadakan pukulan ulang;
f. Area skor: 3 = J 76 cm termasuk tebal garis (sasaran backboundary
line/sesuai ukuran lapang yang ada); 2 = area H (76 cm termasuk tebal
garis, 1 = area F (76 cm termasuk tebal garis, 0 = apabila satelkok jatuh
diluar lapangan atau satelkok tidak melewati diatas tali 3 cm dari
permukaan lantai yang dipasang pada tiang net).
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.3. Lapangan Untuk Pelaksanaan Tes Lob Bertahan
Sumber: Pengaruh intervensi strategi multiteknik terhadap hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis, motivasi olahraga, dan kepercayaan diri (Hidayat, 2012:139).
G. Validitas dan Reliabilitas
Sugiyono (2010:172) menerangkan mengenai pengertian validitas dan
reliabilitas dalam bukunya yaitu “Validitas merupakan hasil penelitian yang valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah.” Sedangkan reliabilitas apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Untuk validitas dan reliabilitas yang digunakan dalam pengetesan
pengaruh simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan
dalam pembelajaran bulutangkis, disini beracuan pada validitas dan reliabilitas
keterampilan dasar memukul adalah dengan tes keterampilan yang mengacu pada
Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
bekerjasama dengan Pusat Pembinaan dan Pelatihan Bulutangkis Usia Dini BM
77 Bandung (Hidayat, 2004:139), dimana “Lob (clear) mempunyai tingkat validitas 0,76 dan reliabilitas sebesar 0,91.”
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian menjelaskan tentang tahap dan langkah-langkah
penelitian. Secara umum ada tiga tahap penelitian, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan, dan pelaporan. Setiap tahapan terdiri atas beberapa langkah kegiatan,
seperti diuraikan di bawah ini :
1. Tahap persiapan, dalam tahap persiapan ini terdiri atas langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut :
a. Pengajuan judul pada dosen pembimbing akademik, penyusunan proposal,
dan seminar proposal;
b. Pengajuan surat izin penelitian ke dan dari Jurusan Pendidikan Olahraga,
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang kemudian
diserahkan ke pihak SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung;
c. Melakukan studi pendahuluan ke lokasi penelitian SD Muhammadiyah 3
Kota Bandung;
d. Pelatihan dan penelitian keterampilan teknik dasar lob bertahan yang
dilaksanakan dari tanggal13 Maret 2013 sampai 17 April 2013 di Kampus
FPOK UPI.
2. Tahap pelaksanaan, dalam tahap pelaksanaan ini terdiri atas langkah-langkah
a. Pemberian perlakuan simple feedback terhadap keterampilan dasar lob
bertahan kelompok eksperimen selama 12 kali pertemuan; jadwal dan
program perlakuan dapat di lihat pada lampiran;
b. Pre-test atau tes awal dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 15 Maret
2013, kemudian post-test atau tes akhir untuk melihat pengaruh perlakuan
keterampilan simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob
bertahan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 April 2013 untuk
kelompok kontrol. Sedangkan untuk kelompok eksperimen Pre-test atau tes
awal dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 15 Maret 2013 dan untuk
post-test atau tes akhir dilaksanakannya sama dengan post-post-test kelompok kontrol
yaitu pada hari Senin, tanggal 17 April 2013.
3. Tahap pelaporan, dalam tahap pelaporan ini terdiri atas langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut :
a. Melakukan pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul;
b. Membuat interpretasi, membuat simpulan dan rekomendasi hasil penelitian;
c. Menyusun naskah skripsi secara lengkap.
I. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah
jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis
yang telah dirumuskan dalam proposal. (Sugiyono, 2010:333).
Setelah melakukan penelitian dan data hasil penelitian terkumpul, maka
selanjutnya dilakukan pengolahan data dan analisis data dengan menggunakan
metode dan cara statistik yang sesuai dengan masalahnnya. Pada penelitian ini
semua data yang terkumpul akan dianalisis dengan beberapa teknik analisis yang
akan dibantu dengan program Statistical Passage for Social Science (SPSS)
statistic versi 20. Adapun teknik analisis data yang akan digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Statistik Deskriftif
2. Uji Prasyarat
b) Uji Homogenitas
3. Uji Hipotess
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan uji hipotesis mulai dari bab I sampai bab IV,
maka penulis dapat mengambil simpulan yaitu bahwa simple feedbak memberikan
pengaruh signifikan terhadap hasil belajar keterampilan lob bertahan.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan, dengan judul
pengaruh pemberian simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob
bertahan dalam pembelajaran bulutangkis, maka penulis dapat memberikan
rekomendasi atau saran sebagai berikut :
1. Rekomendasi bagi guru-guru;
Pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan berpikir dan kemampuan
psikomotor yang berbeda-beda, ada yang cepat menangkap pelajaran, ada yang
lambat, dan ada juga yang susah menangkap pelajaran yang sedang dipelajari,
oleh karena itu tugas seorang guru dalam memberikan umpan balik atau feedback
(simple feedback), harus benar-benar sesuai dengan materi yang di ajarkan dan
harus sabar karena pada dasarnya tadi setiap orang berbeda-beda.
Mudah-mudahan dengan sabar bisa menjadi ladang amal atau ibadah bagi guru yang
bersangkutan.
2. Rekomendasi bagi siswa-siswi;
Selain guru, faktor lancarnya proses kegiatan belajar mengajar di kelas
adalah siswa dan siswinya. Seorang guru bukanlah malaikat yang tidak pernah
melakukan kesalahan, untuk itu siswa dan siswinya harus mengerti akan gurunya.
Pada saat seorang guru salah dalam memberikan materi atau salah dalam
memberikan umpan balik khususnya tidak sepatutnya siswa mempunyai rasa
kecemburuan, karena pada saat seorang guru memberikan umpan balik pada satu
siswa biasanya siswa yang lain merasa tidak dianggap padahal jangan seperti itu,
bersangkutan sudah lebih menguasai materinya dibandingkan dengan siswa yang
lainnya.
3. Rekomendasi bagi pembaca;
Untuk pembaca dikemudian hari, diharapkan akan ada
penelitian-penelitian baru yang sifatnya memperbaharui atau menciptakan penelitian-penelitian lagi
mengenai lob bertahan, yang mudah-mudahan dapat berguna bagi khasanah
pendidikan di indonesia umumnya dan di universitas pendidikan khususnya dalam
lingkup bulutangkis.
Penulis sudah semaksimal mungkin dalam pengerjaan skripsi ini, namun
apabila masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam pengerjaannya,
baik dalam tata cara penulisan¸ penyajian materi, maupun dalam penggunaan tata
bahasanya. Dan penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, sehingga dapat menjadi acuan bagi penulis untuk memperbaiki
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam
Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.
Abduljabar, B. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
Alhusin, S. (2007). Gemar Bermain Bulutangkis. Surakarta: CV. “Seti-Aji”.
Budiman, D. (2009). Pedagogi Olahraga. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072 001121-DIDIN_BUDIMAN/pedagogi_olahraga/UMPAN_BALIK.pdf. [23 Juni 2013].
Effendi. (2012). Pengertian Belajar. [Online]. Tersedia: http://effendi
dmth.blogspot.com/2012/09/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html#.UIM15W_MgoM. [15 Oktober 2012].
Grice, T. (2007). Bulutangkis: Petunjuk Praktis untuk Pemula dan Lanjut. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Harjasuganda, D. (2008). Pengembangan Konsep Diri yang Positif pada Siswa
SD Sebagai Dampak Penerapan Umpan Balik (Feedback) dalam Proses Pembelajaran Penjas. Jurnal Pendidikan Dasar. [Online]. Vol 9 (3). 6
Halaman. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_9-April_2008/Pengembangan_Konsep_Diri_yang_Positif_pada_Siswa_SD_S ebagai_Dampak_Penerapan_Umpan_Balik_(Feedback)_dalam_Proses_Pem belajaran_Penjas.pdf. [23 Juni 2013].
Hidayat, Y. (2009). Pengantar Psikologi Olahraga. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
Hidayat, Y. (2010). Bahan Ajar Permaianan Bulutangkis. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
Hidayat, Y. (2012). Pengaruh Irtenvensi Straegi Multiteknik terhadap Hasil
Belajar Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis, Motivasi, Olahraga, dan Kepercayaan Diri. Proposal Disertasi pada Program Doktor Psikologi
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
Juliantine, T. Dkk. (2007). Teori Latihan. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
Juliantine, T., Subroto, T. dan Yudiana, Y. (2012). Modul Belajar Dan
Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung. FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
NN. (2012). Penerapan Pendekatan Taktis dalam Pembelajaran Bola Tangan. Skripsi Program Sarjana pada FPOK Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Repository.upi.edu.
Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta:
Gava Media.
Rasyidin, W. dan Kawan-kawan. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Riduan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rosdiana. A. (2012). Pengaruh Pendekatan Bermain terhadap Minat Siswa dalam
Mengikuti Pembelajaran Sprint. Skripsi Program Sarjana pada FPOK
Universittas Pendidikan Indonesia. Bandung: Repository.upi.edu.
Subarjah, H. dan Hidayat, Y. (2010). Bahan Ajar Permaianan Bulutangkis. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Suhendar, F. (2012). Hubungan antara Motivasi Olahraga dengan Penguasaan
Teknik Dasar Permaianan Bolavoli. Skripsi Program Sarjana pada FPOK
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Repository.upi.edu.
Suherman, A. (2003). Pembelajaran Permainan Bulutangkis untuk Sekolah Luar
Biasa. Jakarta.
Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
Supriadi, E. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. Tasikmalaya: STIK Mitra Kencana.
Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Marzano, Pickering, dan Pollock. (2001). Classroom Strategies that Work:
Researched-Based Strategies for Increasing Student Achievement. [Online].
Tersedia:http://www.intel.co.id/content/dam/www/program/education/apac/i d/id/documents/project-design/strategies/id-project-design-instructional-strategies-feedback.pdf. [23 Juni 2013].