• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji daya hasil 8 galur harapan kedelai hasil persilangan kultivar Slamet dan Nokonsawon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji daya hasil 8 galur harapan kedelai hasil persilangan kultivar Slamet dan Nokonsawon"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA HASIL 8 GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN

KULTIVAR SLAMET DAN NOKONSAWON

Oleh :

I M ade Yerli Ghunawan

G 34101015

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

I MADE YERLI GHUNAWAN. Uji Daya Hasil 8 Galur Harapan kedelai Hasil Persilangan Kutivar

Slamet dan Nokonsawon . Dibimbing oleh MUHAMMAD JUSUF dan SUHARSONO

Penelitian ini bertujuan untuk menguji produktivitas delapan galur harapan kedelai hasil persilangan kultivar Slamet dan Nokonsawon dan pengaruh pupuk Bio P 2000 Z terhadap produksi galur tersebut. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang tersusun atas dua kelompok (blok) dan dua faktor perlakuan yaitu galur/kultivar dan taraf pemupukan dengan Bio P2000 Z. Kultivar/galur harapan yang diuji terdiri dari delapan galur harapan (KH 3, KH 4, KH 6, KH 8, KH 9, KH 10, KH 11, dan KH 28) , dan tiga kultivar pembanding yaitu: Slamet, Panderman dan Tanggamus. Pemupukan dilakukan dengan dua taraf yaitu tanpa dipupuk dan dipupuk dengan Bio P2000 Z. Ukuran petak tiap satuan percobaan adalah 5m x 3m.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa secara umum kedelapan galur yang diuji mempunyai produktivitas tanaman lebih tinggi dari pada ku ltivar Slamet. Galur KH 11, KH 10 dan KH 9 secara konsisten berproduksi lebih tinggi dari pada kultivar Slamet, Panderman dan Tanggamus. Perlakuan pupuk Bio P 2000 Z hanya berpengaruh terhadap produksi biji pada lahan yang lebih subur (blok 2). Semua galur mempunyai biji besar dan berukuran lebih besar dari pada kultivar Slamet dan Tanggamus. Dibandingkan dengan kultivar Panderman, KH 10 mempunyai ukuran biji lebih besar, sedangkan KH 6 relatif lebih kecil. Galur lainnya mempunyai biji berukuran sama dengan Panderman.

ABSTRACT

I MADE YERLI GHUNAWAN. Productivity Probes of 8 Soybean Hybrid Lines from Crossing Slamet

and Nokonsawon Cultivar. Under the direction of MUHAMMAD JUSUF and SUHARSONO.

This research had an objective to test eight hybrid soybean li nes from crossing between Slamet and Nokonsawon cultivar and the effect of Bio P 2000 Z fertilizer to the productivity of these lines. The experiment was done by random ize block design consisting of two blocks and two factors of treatment i.e. lines/cultivars and fertilizing level by Bio P 2000 Z . The lines/cultivar tested were eight lines (KH 3, KH 4, KH 6, KH 8, KH 9, KH 10, KH 11, and KH 28), and three cultivars (Slamet, Panderman and Tanggamus) as a standard. Two levels of fertilization were applied i.e. with and without Bio P 2000 Z fertilizer. The size of each experiment plot is 5m x 3m.

(3)

UJI DAYA HASIL 8 GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN

KULTIVAR SLAMET DAN NOKONSAWON

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

I M ade Yerli Ghunawan

G 34101015

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : UJI DAYA HASIL 8 GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL

PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DAN NOKONSAWON

Nama

: I Made Yerli Ghunawan

NIM

: G34101015

Menyetujui,

Mengetahui,

Dekan Fakultas MIPA

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.

NIP. 131473999

Tanggal lulus :

Pembimbing 1

Dr. Ir. Muhammad Jusuf

NIP. 130536687

Pembimbing 2

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Uji Daya Hasil 8 Galur Harapan kedelai Hasil Persilangan Kultivar Slamet dan Nokonsawon. Penelitian ini dibiayai oleh Proyek Hibah Bersaing XII atas nama Dr. Ir. Muhammad Jusuf.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Muhammad Jusuf dan Bapak Dr. Ir. Suharsono, DEA selaku pembimbing atas bimbingan dan saran yang diberikan selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya karya ilmiah ini. Kepada Bapak Dr. Ir. Iman Rusmana, MSi. penulis ucapkan terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Ibu, Komang, Kak Jemhy, Dek Ely, Kak Yeni dan semua keluarga atas doa, kasih sayang dan dukungannya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Pak Adi, Pak Mulya dan semua staf laboratorium Biologi Sel dan Molekuler. Kepada Pak Joni, Mbak Yeni, dan semua staf Departemen Biologi atas semua bantuan yang diberikan. Untuk teman seperjuangan Rully F. dan Bekti terima kasih atas kerja sama dan bantuannya. Dan tak lupa kepada Deri, Pival, Mas Andi, Arie, Lila, Leo, Amli, Henry, Duty, Fitri, Anne N, Ambar,

Rika, Aries, Kiki, Budi, Erna, Mbah, Irwandi, De Io, Dini, Chyntiasp dan semua teman-teman Biologi

’38 terima kasih atas dukungan dan kekompakkannya. Dan juga kepada adik -adik Biologi ’39,’40 dan ’41 terima kasih atas dukungannya.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat

Bogor, Desember 2005

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kendari, tanggal 20 Mei 1983 dari pasangan Bapak I Nyoman Bagiada dan Ibu Ni Wayan Suetri, dan merupakan putra kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan menengah pertama diselesaikan tahun 2001 di SMU Negeri 1 Ranomeeto, Kendari. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Genetika D asar tahun 2003/2004 dan 2004/2005, mata kuliah Ekologi Dasar tahun 2004/2005, mata kuliah Ekologi untuk program studi D3 Analisis Lingkungan tahun 2004/2005, dan mata kuliah Perkenalan Jenis Tumbuhan tahun 2004/2005. Selama kuliah penulis juga aktif sebagai pengurus (PAMABI), (BIOWORLD), dan

Uni Konservasi Fauna (UKF). Penulis pernah melakukan Praktek Lapang (PL) di Chinese National

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Waktu dan Tempat Penelitian ... 1

BAHAN DAN METODE Bahan Tanaman ... 1

Bahan dan Alat ... 2

Metode Penelitian ... 2

Analisis Data ... 2

HASIL Produksi Tiap Petak ... 3

Produksi Tanaman Sampel ... 4

Hubungan Antar Karakter ... 6

PEMBAHASAN ... 6

SIMPULAN ... 8

SARAN ... 8

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Analisis ragam produksi biji tiap petak berdasarkan model 1 ... 3

2. Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak ... 3

3. Analisis ragam produksi biji tiap petak berdasrkan model 2 ... 3

4. Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak pada masing-masing blok ... 4

5. Analisis ragam produksi biji tanaman sample berdasarkan model 1 ... 4

6. Analisis ragam produksi biji tanaman sampel berdasarkan model 2 ... 4

7. Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tanaman sampel ... 5

8. Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap tanaman pada masing-masing blok ... 5

9. Produksi biji tiap tanaman pada dua perlakuan pupuk daun pada blok dua ... 6

10. Nilai korelasi antar karakter tanaman dari galur harapan kedelai hasil persilangan kultivar Slamet x Nokonsawon ... 6

11. Nilai korelasi pr oduksi tiap petak, ukuran biji dan jumlah tanaman ... 6

12. Produksi biji tiap tanaman berdasarkan lima tanaman sampel tiap petak ... 7

13. Perbandingan nilai rata-rata 7 karakter dari seluruh galur dan kultivar pada blok 1 dan blok 2 ... 8

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Deskripsi tanaman kedelai kultivar Slamet, Nokonsawon, dan Tanggamus ... 11

2. Denah tanam ... 11

3. Hasil analisis tanah pada kedua blok ... 12

4. Data tanaman sampel blok 1 ... 12

5. Data tanaman s ampel blok 2 ... 17

6. Data petakan blok 1 ... 21

7. Data petakan blok 2 ... 22

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian penting di Indonesia dan merupakan sumber protein nabati penting bagi masyarakat. Jika ditinjau dari segi harga, kedelai merupakan sumber protein yang relatif murah, sehingga sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan kedelai seperti tahu, tempe, tauco , kecap, susu kedelai, dan berbagai hasil olahan kedelai lainnya. Selain sebagai bahan konsumsi manusia, kedelai juga dapat digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk hijau. Kandungan protein pada biji kedelai adalah sebesar 35% dan pada kultivar unggul kandungan protein bisa mencapai 40-43% (Suprapto 2004).

Kebutuhan kedelai di Indonesia semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, semakin majunya teknologi pengolahan kedelai, dan pesatnya perkembangan perternakan yang diikuti dengan semakin tingginya kebutuhan akan pakan ternak. Kebutuhan kedelai di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 2 juta ton (Kompas 2004) sedangkan produksi kedelai pada tah un yang sama hanya sebesar 723.483 ton (BPS 2005), sehingga pada tahun 2004 Indonesia harus mengimpor kedelai kurang lebih 1.2 juta ton (Kompas 2004).

Produksi kedelai di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara penghasil kedelai s eperti Amerika Serikat, Brazil, Argentina, China, dan India. Pada tahun 2004 dengan luas panen 565.155 ha, produksi kedelai Indonesia sebesar 723.483 ton dengan produktivitas 12.80 ku/ha (BPS 2005).

Upaya peningkatan produksi kedelai di Indonesia dapat dilakukan melalui perbaikan produktivitas dan melalui perluasan pertanaman. Perbaikan produktivitas dilakukan dengan pengunaan kultivar unggul dan perbaikan teknik budidaya. Perluasan pertanaman dilakukan dengan membuka areal baru yang sebelumnya bukan daerah pertanaman kedelai, terutama daerah di luar pulau Jawa. Namun sebagian besar wilayah tersebut merupakan lahan marjinal yang kurang sesuai untuk pertumbuhan kedelai. Sebagai contoh kondisi marjinal ialah lahan ber pH rendah yang terdapat di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Untuk mengatasi kendala pH tersebut diperlukan adanya varietas yang dapat beradaptasi terhadap kondisi tersebut.

Untuk mendapatkan varietas kedelai unggul yang dapat beradaptasi terhadap pH rendah, Paserang (2003) telah melakukan persilan gan antar kultivar Slamet dan Nokonsawon. Kultivar Slamet merupakan kultivar unggul yang memiliki produksi tinggi (2.26 ton/Ha), mempunyai biji berukuran sedang (12.5 g/100 biji), dan toleran terhadap pH rendah (Sunarto 1995). Sedangkan

kultivar Nokonsawon merupakan kultivar

introduksi dari Thailand yang mempunyai biji

berukuran besar (19.6 g/100 biji) dan biji berwarna kuning bersih (Balitkabi 1999). Dari persilangan Slamet X Nokonsawon diharapkan mendapatkan galur unggul yang menggabungkan sifat unggul kedua tetuanya, yaitu tahan terhadap pH rendah, produksi tinggi dan berbiji besar . Dari turunan persilangan Slamet X Nokonsawon telah dilakukan seleksi individu sampai generasi F6 (Paserang 2003, Dasumiati 2003, Jambormias 2004). Dari rangkaian seleksi tersebut telah dihasilkan 75 famili yang berproduksi tinggi.

Pengujian yang dilakukan Bastanta (2004), Herdiana (2005), dan Santoso (2005) menunjukkan bahwa famili-famili tersebut telah seragam secara genetik. Kemudian dari 75 famili yang seragam tersebut telah dipilih 18 galur harapan yang berproduksi tinggi melebihi produksi tetua Slamet dan yang berukuran biji besar. Uji daya hasil musim pertama telah dilakukan oleh Nugroho (2005) dan Sakri (2005) serta uji daya adaptasi terhadap cekaman pH rendah dengan kultur air dilakukan oleh Sari (2005).

Selain dengan penggunaan varietas unggul, peningkatan produksi tanaman juga harus didukung dengan penerapan teknik pertanian yang benar, yang salah satunya adalah dengan penggunaan pupuk yang tepat bagi tanaman. Pupuk mempunyai peran penting dalam produksi tanaman. Selain pupuk anorganik seperti Urea, KCl, NPK, TSP dan lain-lain, dewasa ini banyak dikembangkan pupuk organik. Bio P 2000 Z adalah salah satu pupuk organik yang berpotensi meningkatkan produksi tanaman dan bersifat ramah lingkungan. Pupuk ini mengandung unsur hara lengkap yang siap pakai dan mikroba unggul yang berguna bagi tanaman.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji produktivitas 8 galur harapan kedelai turunan persilangan Slamet X Noko nsawon dan mengetahui pengaruh pupuk Bio P 2000 Z terhadap produksi kedelapan galur tersebut.

Waktu dan Tempat

Penanaman dilaksanakan mulai bulan

Januari sampai dengan April 2005 di Kebun Percobaan IPB Sindangbarang. Pengolahan hasil panen dilakukan di Laboratorium Biologi Sel dan

Molekuler, Pusat Penelitian Bioteknologi

Kampus IPB Darmaga.

BAHAN DAN METODE

Bahan Tanaman

Bahan tanaman yang digunakan adalah

delapan galur kedelai harapan turunan

(10)

Deskripsi ketiga kultivar pembanding disajikan pada Lampiran 1.

Bahan dan Alat

Pupuk yang digunakan adalah 100 kg/ha Urea, 200 kg/ha TSP, 100 kg/ha KCl, dan Bio P 2000 Z . Pestisida yang digunakan adalah Thiodan dan Furadan. Peralatan yang digunakan berupa alat -alat pertanian, kantong panen, kantong biji, timbangan, meteran, label, bambu, dan alat tulis.

Metode

Pola Penanaman. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang tersusun atas dua blok dan dua faktor perlakuan. Perlakuan terdiri dari galur/kultivar harapan dan pemupukan. Galur/kultivar yang diuji terdiri dari delapan galur harapan, dan tiga kultivar yaitu: Slamet, Panderman dan Tanggamus. Faktor pemupukan terdiri dari dua perlakuan yaitu pemupukan dengan Bio P 2000 Z dan tanpa Bio P 2000 Z. Tiap blok, dibuat 22 petak dengan ukuran masing-masing petak adalah 5m x 3m. Satu baris tanaman paling pinggir tidak diamati, sehinga luas tiap petak yang diamti berukuran 4.2m x 2.6m. Setiap galur/kultivar ditanam dalam 2 petak pada masing-masing blok (petak pertama diberi perlakuan pupuk Bio P 2000 Z dan petak kedua tanpa pupuk Bio P 2000 Z). Denah percobaan disajikan pada lampiran 2. Jarak tanam adalah 40 cm x 20 cm dengan 2 biji per lubang tanam.

Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama. Pemupukan dasar yang diberikan adalah 100 kg/ ha Urea, 200 kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCl. TSP dan KCl di berikan pada saat tanam. Urea diberikan dua tahap yaitu ketika penanaman dan penyiangan pertama masing-masing 50% dari dosis . Pupuk Bio P 2000 Z diberikan setiap satu minggu sekali dimulai 1 minggu setelah tanam (MST) dengan dosis 6 l/ha. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada 3 dan 7 MST. Pengendalian hama dilakukan dengan penaburan furadan pada lubang tanam ketika penanaman dan penyemprotan Thiodan setiap minggu dari 2 sampai dengan 8 MST.

Pemanenan. Pemanenan terhadap tanaman di petak dilakukan ketika 90% polong sudah berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Cara pemanenan dengan mencabut seluruh tanaman kemudian dijemur hingga beberapa polongnya pecah, dan dilanjutkan dengan proses pembijian. Pemanenan terhadap tanaman sampel dilakukan dengan pencabutan dan dimasukkan kedalam kantong panen kemudian dijemur sampai bijinya kering. Biji yang dihasilkan kemudian dibersihkan dengan cara ditampi.

Pengamatan. Dari setiap petak diambil 10 tanaman sampel. Karakter-karakter yang diamati dari sampel adalah tinggi tanaman (cm), umur mulai berbunga (hari), umur panen (hari), jumlah

buku subur, jumlah cabang pada batang utama, bobot 100 biji (g), jumlah polong, dan produksi biji tiap tanaman (g). Pengamatan terhadap petakan dilakukan terhadap produksi biji tiap petak (g), bobot 100 biji (g), dan jumlah tanaman tiap petak.

Analisis Data

Seluruh data dianalisis menggunakan model linier aditif dari rancangan acak kelompok dua faktorial sebagai berikut :

Petak :

Model 1 : Yijk = µ + ai + ßj + (aß)ij + ?k + ?i j k

Model 2 : Yi j k = µ + ai + ßj + (aß)ij + (?ß)kj + ?k

+ ?i j k Tanaman sampel :

Model 1 : Yijkl = µ + ai + ßj + (aß)ij + ?k + Sl +

?ijkl

Model 2 : Yijkl = µ + ai + ßj + (aß)ij + (?ß)kj + ?k

+ Sl + ?ijkl

Keterangan :

Yi j k : Nilai pengamatan pada pupuk taraf ke i,

galur taraf ke-j dan blok taraf ke-k.

Yijkl : Nilai pengamatan pada pupuk taraf ke i,

galur taraf ke-j, blok taraf ke-k dan tanaman sampel taraf ke-l.

µ : Rataan umum

ai : Pengaruh utama pupuk taraf ke-i

ßj : Pengaruh utama galur taraf ke-j

(aß)ij : Interaksi antara pupuk taraf ke-i dan

galur taraf ke-j

(?ß)kj : Interaksi antara blok taraf ke-k dan galur taraf ke-j

?k : Pengaruh blok taraf ke-k

Sl : Pengaruh utama sampel taraf ke-l

?i j k : Pengaruh acak pada pupuk taraf ke- i,

galur taraf ke - j, dan blok taraf ke-k ?ijkl :Pengaruh acak pada pupuk taraf ke- i,

galur taraf ke- j, dan blok taraf ke-k dan sampel taraf ke-l.

Dugaan produksi per hektar (P) diperoleh dari:

a. Produksi tiap petak

P = x104m2/ha

petakan Luas petak tiap Produksi

Luas petakan = 4.2m x 2.6m

b. Produksi tanaman sampel

P = Produksi rata-rata tanaman sampel x N

N = 250.000 (jumlah tanaman per hektar pada jarak tanam 40cm x 20cm, dengan dua tanaman pada tiap lubang tanam).

Seluruh data dianalisis dengan menggunakan

program SPSS (Statistical Product Service

Solution) versi 11.5 for windows. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis ragam, uji

DMRT (Duncan Multiple Range Test), dan

(11)

UJI DAYA HASIL 8 GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN

KULTIVAR SLAMET DAN NOKONSAWON

Oleh :

I M ade Yerli Ghunawan

G 34101015

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

I MADE YERLI GHUNAWAN. Uji Daya Hasil 8 Galur Harapan kedelai Hasil Persilangan Kutivar

Slamet dan Nokonsawon . Dibimbing oleh MUHAMMAD JUSUF dan SUHARSONO

Penelitian ini bertujuan untuk menguji produktivitas delapan galur harapan kedelai hasil persilangan kultivar Slamet dan Nokonsawon dan pengaruh pupuk Bio P 2000 Z terhadap produksi galur tersebut. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang tersusun atas dua kelompok (blok) dan dua faktor perlakuan yaitu galur/kultivar dan taraf pemupukan dengan Bio P2000 Z. Kultivar/galur harapan yang diuji terdiri dari delapan galur harapan (KH 3, KH 4, KH 6, KH 8, KH 9, KH 10, KH 11, dan KH 28) , dan tiga kultivar pembanding yaitu: Slamet, Panderman dan Tanggamus. Pemupukan dilakukan dengan dua taraf yaitu tanpa dipupuk dan dipupuk dengan Bio P2000 Z. Ukuran petak tiap satuan percobaan adalah 5m x 3m.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa secara umum kedelapan galur yang diuji mempunyai produktivitas tanaman lebih tinggi dari pada ku ltivar Slamet. Galur KH 11, KH 10 dan KH 9 secara konsisten berproduksi lebih tinggi dari pada kultivar Slamet, Panderman dan Tanggamus. Perlakuan pupuk Bio P 2000 Z hanya berpengaruh terhadap produksi biji pada lahan yang lebih subur (blok 2). Semua galur mempunyai biji besar dan berukuran lebih besar dari pada kultivar Slamet dan Tanggamus. Dibandingkan dengan kultivar Panderman, KH 10 mempunyai ukuran biji lebih besar, sedangkan KH 6 relatif lebih kecil. Galur lainnya mempunyai biji berukuran sama dengan Panderman.

ABSTRACT

I MADE YERLI GHUNAWAN. Productivity Probes of 8 Soybean Hybrid Lines from Crossing Slamet

and Nokonsawon Cultivar. Under the direction of MUHAMMAD JUSUF and SUHARSONO.

This research had an objective to test eight hybrid soybean li nes from crossing between Slamet and Nokonsawon cultivar and the effect of Bio P 2000 Z fertilizer to the productivity of these lines. The experiment was done by random ize block design consisting of two blocks and two factors of treatment i.e. lines/cultivars and fertilizing level by Bio P 2000 Z . The lines/cultivar tested were eight lines (KH 3, KH 4, KH 6, KH 8, KH 9, KH 10, KH 11, and KH 28), and three cultivars (Slamet, Panderman and Tanggamus) as a standard. Two levels of fertilization were applied i.e. with and without Bio P 2000 Z fertilizer. The size of each experiment plot is 5m x 3m.

(13)

UJI DAYA HASIL 8 GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN

KULTIVAR SLAMET DAN NOKONSAWON

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

I M ade Yerli Ghunawan

G 34101015

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Judul Skripsi : UJI DAYA HASIL 8 GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL

PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DAN NOKONSAWON

Nama

: I Made Yerli Ghunawan

NIM

: G34101015

Menyetujui,

Mengetahui,

Dekan Fakultas MIPA

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.

NIP. 131473999

Tanggal lulus :

Pembimbing 1

Dr. Ir. Muhammad Jusuf

NIP. 130536687

Pembimbing 2

(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Uji Daya Hasil 8 Galur Harapan kedelai Hasil Persilangan Kultivar Slamet dan Nokonsawon. Penelitian ini dibiayai oleh Proyek Hibah Bersaing XII atas nama Dr. Ir. Muhammad Jusuf.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Muhammad Jusuf dan Bapak Dr. Ir. Suharsono, DEA selaku pembimbing atas bimbingan dan saran yang diberikan selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya karya ilmiah ini. Kepada Bapak Dr. Ir. Iman Rusmana, MSi. penulis ucapkan terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Ibu, Komang, Kak Jemhy, Dek Ely, Kak Yeni dan semua keluarga atas doa, kasih sayang dan dukungannya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Pak Adi, Pak Mulya dan semua staf laboratorium Biologi Sel dan Molekuler. Kepada Pak Joni, Mbak Yeni, dan semua staf Departemen Biologi atas semua bantuan yang diberikan. Untuk teman seperjuangan Rully F. dan Bekti terima kasih atas kerja sama dan bantuannya. Dan tak lupa kepada Deri, Pival, Mas Andi, Arie, Lila, Leo, Amli, Henry, Duty, Fitri, Anne N, Ambar,

Rika, Aries, Kiki, Budi, Erna, Mbah, Irwandi, De Io, Dini, Chyntiasp dan semua teman-teman Biologi

’38 terima kasih atas dukungan dan kekompakkannya. Dan juga kepada adik -adik Biologi ’39,’40 dan ’41 terima kasih atas dukungannya.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat

Bogor, Desember 2005

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kendari, tanggal 20 Mei 1983 dari pasangan Bapak I Nyoman Bagiada dan Ibu Ni Wayan Suetri, dan merupakan putra kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan menengah pertama diselesaikan tahun 2001 di SMU Negeri 1 Ranomeeto, Kendari. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Genetika D asar tahun 2003/2004 dan 2004/2005, mata kuliah Ekologi Dasar tahun 2004/2005, mata kuliah Ekologi untuk program studi D3 Analisis Lingkungan tahun 2004/2005, dan mata kuliah Perkenalan Jenis Tumbuhan tahun 2004/2005. Selama kuliah penulis juga aktif sebagai pengurus (PAMABI), (BIOWORLD), dan

Uni Konservasi Fauna (UKF). Penulis pernah melakukan Praktek Lapang (PL) di Chinese National

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Waktu dan Tempat Penelitian ... 1

BAHAN DAN METODE Bahan Tanaman ... 1

Bahan dan Alat ... 2

Metode Penelitian ... 2

Analisis Data ... 2

HASIL Produksi Tiap Petak ... 3

Produksi Tanaman Sampel ... 4

Hubungan Antar Karakter ... 6

PEMBAHASAN ... 6

SIMPULAN ... 8

SARAN ... 8

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Analisis ragam produksi biji tiap petak berdasarkan model 1 ... 3

2. Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak ... 3

3. Analisis ragam produksi biji tiap petak berdasrkan model 2 ... 3

4. Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak pada masing-masing blok ... 4

5. Analisis ragam produksi biji tanaman sample berdasarkan model 1 ... 4

6. Analisis ragam produksi biji tanaman sampel berdasarkan model 2 ... 4

7. Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tanaman sampel ... 5

8. Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap tanaman pada masing-masing blok ... 5

9. Produksi biji tiap tanaman pada dua perlakuan pupuk daun pada blok dua ... 6

10. Nilai korelasi antar karakter tanaman dari galur harapan kedelai hasil persilangan kultivar Slamet x Nokonsawon ... 6

11. Nilai korelasi pr oduksi tiap petak, ukuran biji dan jumlah tanaman ... 6

12. Produksi biji tiap tanaman berdasarkan lima tanaman sampel tiap petak ... 7

13. Perbandingan nilai rata-rata 7 karakter dari seluruh galur dan kultivar pada blok 1 dan blok 2 ... 8

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Deskripsi tanaman kedelai kultivar Slamet, Nokonsawon, dan Tanggamus ... 11

2. Denah tanam ... 11

3. Hasil analisis tanah pada kedua blok ... 12

4. Data tanaman sampel blok 1 ... 12

5. Data tanaman s ampel blok 2 ... 17

6. Data petakan blok 1 ... 21

7. Data petakan blok 2 ... 22

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian penting di Indonesia dan merupakan sumber protein nabati penting bagi masyarakat. Jika ditinjau dari segi harga, kedelai merupakan sumber protein yang relatif murah, sehingga sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan kedelai seperti tahu, tempe, tauco , kecap, susu kedelai, dan berbagai hasil olahan kedelai lainnya. Selain sebagai bahan konsumsi manusia, kedelai juga dapat digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk hijau. Kandungan protein pada biji kedelai adalah sebesar 35% dan pada kultivar unggul kandungan protein bisa mencapai 40-43% (Suprapto 2004).

Kebutuhan kedelai di Indonesia semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, semakin majunya teknologi pengolahan kedelai, dan pesatnya perkembangan perternakan yang diikuti dengan semakin tingginya kebutuhan akan pakan ternak. Kebutuhan kedelai di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 2 juta ton (Kompas 2004) sedangkan produksi kedelai pada tah un yang sama hanya sebesar 723.483 ton (BPS 2005), sehingga pada tahun 2004 Indonesia harus mengimpor kedelai kurang lebih 1.2 juta ton (Kompas 2004).

Produksi kedelai di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara penghasil kedelai s eperti Amerika Serikat, Brazil, Argentina, China, dan India. Pada tahun 2004 dengan luas panen 565.155 ha, produksi kedelai Indonesia sebesar 723.483 ton dengan produktivitas 12.80 ku/ha (BPS 2005).

Upaya peningkatan produksi kedelai di Indonesia dapat dilakukan melalui perbaikan produktivitas dan melalui perluasan pertanaman. Perbaikan produktivitas dilakukan dengan pengunaan kultivar unggul dan perbaikan teknik budidaya. Perluasan pertanaman dilakukan dengan membuka areal baru yang sebelumnya bukan daerah pertanaman kedelai, terutama daerah di luar pulau Jawa. Namun sebagian besar wilayah tersebut merupakan lahan marjinal yang kurang sesuai untuk pertumbuhan kedelai. Sebagai contoh kondisi marjinal ialah lahan ber pH rendah yang terdapat di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Untuk mengatasi kendala pH tersebut diperlukan adanya varietas yang dapat beradaptasi terhadap kondisi tersebut.

Untuk mendapatkan varietas kedelai unggul yang dapat beradaptasi terhadap pH rendah, Paserang (2003) telah melakukan persilan gan antar kultivar Slamet dan Nokonsawon. Kultivar Slamet merupakan kultivar unggul yang memiliki produksi tinggi (2.26 ton/Ha), mempunyai biji berukuran sedang (12.5 g/100 biji), dan toleran terhadap pH rendah (Sunarto 1995). Sedangkan

kultivar Nokonsawon merupakan kultivar

introduksi dari Thailand yang mempunyai biji

berukuran besar (19.6 g/100 biji) dan biji berwarna kuning bersih (Balitkabi 1999). Dari persilangan Slamet X Nokonsawon diharapkan mendapatkan galur unggul yang menggabungkan sifat unggul kedua tetuanya, yaitu tahan terhadap pH rendah, produksi tinggi dan berbiji besar . Dari turunan persilangan Slamet X Nokonsawon telah dilakukan seleksi individu sampai generasi F6 (Paserang 2003, Dasumiati 2003, Jambormias 2004). Dari rangkaian seleksi tersebut telah dihasilkan 75 famili yang berproduksi tinggi.

Pengujian yang dilakukan Bastanta (2004), Herdiana (2005), dan Santoso (2005) menunjukkan bahwa famili-famili tersebut telah seragam secara genetik. Kemudian dari 75 famili yang seragam tersebut telah dipilih 18 galur harapan yang berproduksi tinggi melebihi produksi tetua Slamet dan yang berukuran biji besar. Uji daya hasil musim pertama telah dilakukan oleh Nugroho (2005) dan Sakri (2005) serta uji daya adaptasi terhadap cekaman pH rendah dengan kultur air dilakukan oleh Sari (2005).

Selain dengan penggunaan varietas unggul, peningkatan produksi tanaman juga harus didukung dengan penerapan teknik pertanian yang benar, yang salah satunya adalah dengan penggunaan pupuk yang tepat bagi tanaman. Pupuk mempunyai peran penting dalam produksi tanaman. Selain pupuk anorganik seperti Urea, KCl, NPK, TSP dan lain-lain, dewasa ini banyak dikembangkan pupuk organik. Bio P 2000 Z adalah salah satu pupuk organik yang berpotensi meningkatkan produksi tanaman dan bersifat ramah lingkungan. Pupuk ini mengandung unsur hara lengkap yang siap pakai dan mikroba unggul yang berguna bagi tanaman.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji produktivitas 8 galur harapan kedelai turunan persilangan Slamet X Noko nsawon dan mengetahui pengaruh pupuk Bio P 2000 Z terhadap produksi kedelapan galur tersebut.

Waktu dan Tempat

Penanaman dilaksanakan mulai bulan

Januari sampai dengan April 2005 di Kebun Percobaan IPB Sindangbarang. Pengolahan hasil panen dilakukan di Laboratorium Biologi Sel dan

Molekuler, Pusat Penelitian Bioteknologi

Kampus IPB Darmaga.

BAHAN DAN METODE

Bahan Tanaman

Bahan tanaman yang digunakan adalah

delapan galur kedelai harapan turunan

(20)

Deskripsi ketiga kultivar pembanding disajikan pada Lampiran 1.

Bahan dan Alat

Pupuk yang digunakan adalah 100 kg/ha Urea, 200 kg/ha TSP, 100 kg/ha KCl, dan Bio P 2000 Z . Pestisida yang digunakan adalah Thiodan dan Furadan. Peralatan yang digunakan berupa alat -alat pertanian, kantong panen, kantong biji, timbangan, meteran, label, bambu, dan alat tulis.

Metode

Pola Penanaman. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang tersusun atas dua blok dan dua faktor perlakuan. Perlakuan terdiri dari galur/kultivar harapan dan pemupukan. Galur/kultivar yang diuji terdiri dari delapan galur harapan, dan tiga kultivar yaitu: Slamet, Panderman dan Tanggamus. Faktor pemupukan terdiri dari dua perlakuan yaitu pemupukan dengan Bio P 2000 Z dan tanpa Bio P 2000 Z. Tiap blok, dibuat 22 petak dengan ukuran masing-masing petak adalah 5m x 3m. Satu baris tanaman paling pinggir tidak diamati, sehinga luas tiap petak yang diamti berukuran 4.2m x 2.6m. Setiap galur/kultivar ditanam dalam 2 petak pada masing-masing blok (petak pertama diberi perlakuan pupuk Bio P 2000 Z dan petak kedua tanpa pupuk Bio P 2000 Z). Denah percobaan disajikan pada lampiran 2. Jarak tanam adalah 40 cm x 20 cm dengan 2 biji per lubang tanam.

Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama. Pemupukan dasar yang diberikan adalah 100 kg/ ha Urea, 200 kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCl. TSP dan KCl di berikan pada saat tanam. Urea diberikan dua tahap yaitu ketika penanaman dan penyiangan pertama masing-masing 50% dari dosis . Pupuk Bio P 2000 Z diberikan setiap satu minggu sekali dimulai 1 minggu setelah tanam (MST) dengan dosis 6 l/ha. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada 3 dan 7 MST. Pengendalian hama dilakukan dengan penaburan furadan pada lubang tanam ketika penanaman dan penyemprotan Thiodan setiap minggu dari 2 sampai dengan 8 MST.

Pemanenan. Pemanenan terhadap tanaman di petak dilakukan ketika 90% polong sudah berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Cara pemanenan dengan mencabut seluruh tanaman kemudian dijemur hingga beberapa polongnya pecah, dan dilanjutkan dengan proses pembijian. Pemanenan terhadap tanaman sampel dilakukan dengan pencabutan dan dimasukkan kedalam kantong panen kemudian dijemur sampai bijinya kering. Biji yang dihasilkan kemudian dibersihkan dengan cara ditampi.

Pengamatan. Dari setiap petak diambil 10 tanaman sampel. Karakter-karakter yang diamati dari sampel adalah tinggi tanaman (cm), umur mulai berbunga (hari), umur panen (hari), jumlah

buku subur, jumlah cabang pada batang utama, bobot 100 biji (g), jumlah polong, dan produksi biji tiap tanaman (g). Pengamatan terhadap petakan dilakukan terhadap produksi biji tiap petak (g), bobot 100 biji (g), dan jumlah tanaman tiap petak.

Analisis Data

Seluruh data dianalisis menggunakan model linier aditif dari rancangan acak kelompok dua faktorial sebagai berikut :

Petak :

Model 1 : Yijk = µ + ai + ßj + (aß)ij + ?k + ?i j k

Model 2 : Yi j k = µ + ai + ßj + (aß)ij + (?ß)kj + ?k

+ ?i j k Tanaman sampel :

Model 1 : Yijkl = µ + ai + ßj + (aß)ij + ?k + Sl +

?ijkl

Model 2 : Yijkl = µ + ai + ßj + (aß)ij + (?ß)kj + ?k

+ Sl + ?ijkl

Keterangan :

Yi j k : Nilai pengamatan pada pupuk taraf ke i,

galur taraf ke-j dan blok taraf ke-k.

Yijkl : Nilai pengamatan pada pupuk taraf ke i,

galur taraf ke-j, blok taraf ke-k dan tanaman sampel taraf ke-l.

µ : Rataan umum

ai : Pengaruh utama pupuk taraf ke-i

ßj : Pengaruh utama galur taraf ke-j

(aß)ij : Interaksi antara pupuk taraf ke-i dan

galur taraf ke-j

(?ß)kj : Interaksi antara blok taraf ke-k dan galur taraf ke-j

?k : Pengaruh blok taraf ke-k

Sl : Pengaruh utama sampel taraf ke-l

?i j k : Pengaruh acak pada pupuk taraf ke- i,

galur taraf ke - j, dan blok taraf ke-k ?ijkl :Pengaruh acak pada pupuk taraf ke- i,

galur taraf ke- j, dan blok taraf ke-k dan sampel taraf ke-l.

Dugaan produksi per hektar (P) diperoleh dari:

a. Produksi tiap petak

P = x104m2/ha

petakan Luas petak tiap Produksi

Luas petakan = 4.2m x 2.6m

b. Produksi tanaman sampel

P = Produksi rata-rata tanaman sampel x N

N = 250.000 (jumlah tanaman per hektar pada jarak tanam 40cm x 20cm, dengan dua tanaman pada tiap lubang tanam).

Seluruh data dianalisis dengan menggunakan

program SPSS (Statistical Product Service

Solution) versi 11.5 for windows. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis ragam, uji

DMRT (Duncan Multiple Range Test), dan

(21)

HASIL

Produksi biji tiap petak

Analisis ragam produksi biji tiap petak dilakukan dengan dua model; yaitu Model 1 tanpa memasukkan interaksi blok dengan galur, dan model 2 dengan memasukkan interaksi blok dan galur. Alasan dibuat model 2 karena di lapang terlihat adanya perbedaan kesuburan tanah antar dua blok tersebut. Hal ini disebabkan letak blok 1 yang lebih tinggi dari pada blok 2 sehingga sebagian pupuk pada blok 1 tercuci dan terakumulasi pada blok 2, dengan demikian perbedaan blok dapat diangap sebagai perlakuan dua taraf pemupukan. Selain itu kedua blok mempunyai perbedaan pH tanah dan tingkat kesuburan tanah. Hasil analisis tanah kedua blok disajikan pada lampiran 3. Hasil analisis tanah menunjukkan lahan pertanaman secara umum baik pada blok 1 maupun blok 2 termasuk kedalam golongan tanah kurang subur. Jika dibandingkan antara kedua blok tersebut, blok 2 mempunyai keadaan tanah yang lebih baik dari pada blok 1.

Hasil analisis ragam model 1 terhadap produksi biji menunjukkan bahwa sumber keragaman yang berpengaruh nyata terhadap produksi biji hanya antar kelompok (blok) (p -hitung < 0.05). Sumber keragaman lain yaitu galur, perlakuan pupuk Bio P 2000 Z, dan interaksi pupuk Bio P 2000 Z dengan galur tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada taraf 5% (p-hitung > 0.05) (Tabel 1).

Tabel 1 Analisis ragam produksi biji tiap petak berdasarkan model 1

Sumber

keragaman db JK KT F-Hitung

P-Hitung

Blok 1 4.204 4.204 50.307 0.000

Galur 10 1.099 0.110 1.315 0.285

Pemupukan 1 0.112 0.112 1.340 0.260

Galur*Pemupukan 10 0.449 0.045 0.537 0.845

Galat 21 1.755 0.084

Tot a l 43 7.618

Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa secara statistik produksi biji tiap petak dari semua galur dan kultivar yang diuji adalah sama, dengan dugaan produksi di bawah 1 ton/ha (Tabel 2).

Ukuran populasi pada tiap petak sangat beragam dengan rata-rata 135 – 209.5 tanaman per petak (Tabel 2).

Ukuran biji galur-galur yang diuji berkisar 15.5-18.4 g/100 biji. Semua galur mempunyai ukuran biji lebih besar dari pada kultivar Slamet dan Tanggamus. KH 10 merupakan galur yang mempunyai ukuran biji lebih besar dari pada kultivar Panderman. KH 6 merupakan galur dengan ukuran biji lebih kecil dari pada panderman, sementara enam galur lainnya mempunyai ukuran biji setara dengan kultivar Panderman (Tabel 2).

Tabel 2 Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak Galur/Kul tivar Produksi per petak (kg) Dugaan produksi (ton/ha ) Populasi per petak (*) Ukuran biji (g/100 biji)

Tanggamus 0.88a 0.87 203.25a 8.3a

KH 11 0.85a 0.84 179.25abc 17.6bc

KH 28 0.79a 0.78 164.50abc 16.5bc

KH 10 0.72a 0.71 168.25abc 18.4c

KH 9 0.70a 0.69 180.75ab 17.4bc

Slamet 0.62a 0.61 209.50a 8.8a

KH 4 0.60a 0.59 209.25a 17.3bc Panderman 0.53a 0.52 197.50a 17.3bc

KH 8 0.45a 0.44 178.25abc 17.2bc

KH 6 0.45a 0.44 135.00c 15.5b

KH 3 0.42a 0.41 140.75bc 16.8bc Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama pada kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

(*) : Jumlah tanaman semestinya = 220 tanaman

Pada analisis ragam model 2 terlihat bahwa selain antar blok pengaruh nyata terhadap produksi biji juga ditunjukkan oleh interaksi antara blok dan galur (Tabel 3). Adanya interaksi blok dan galur, menyebabkan analisis produksi perlu dilakukan pada masing-masing blok seperti tercantum pada Tabel 4.

Tabel 3 Analisis ragam produksi biji tiap petak berdasarkan model 2

Sumber

keragaman db JK KT F- Htung

P-Hitun g

Blok 1 4.204 4.204 108.417 0.000

Galur 10 1.099 0.110 2.834 0.051

Pemupukan 1 0.112 0.112 2.889 0.117 Galur*Pem

upukan 10 0.449 0.045 1.158 0.405

Blok*Galur 10 1.328 0.133 3.426 0.028

Galat 11 0.427 0.039

Total 43 7.618

Analisis produksi biji pada tiap blok dapat dilihat pada Tabel 4. Pada blok 1 yang kurang subur dengan pH 4.9, kecuali KH 6, semua galur mempunyai produksi relatif lebih tinggi dari pada kultivar pembanding.

Uji DMRT terhadap produksi biji tiap petak pada blok 1 menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji terbagi menjadi yang berproduksi sama dengan Slamet dan yang lebih tinggi dari pada Slamet (Tabel 4). Dua galur, KH 9 dan KH 11, secara statistik mempunyai produksi lebih tinggi dari pada Slamet; sedangkan galur-galur yang lain termasuk Tanggamus dan Panderman mempunyai produksi yang sama dengan Slamet.

Pendugaan produksi per hektar menunjukkan bahwa semua galur dan kultivar yang diuji mempunyai produksi di bawah satu ton/ha, dengan kisaran 0.20-0.66 ton/ha.

(22)

T abel 6 Analisis ragam produksi biji tanaman sampel berdasarkan model 2

Sumber

keragaman db JK KT F- hitung

p- hitung

Blok 1 4338.789 4338.789 298.442 0.000 Galur 10 1818.186 181.819 12.506 0.000 Pemupukan 1 194.992 194.992 13.412 0.000 Galur*

Pemupukan 10 389.841 38.984 2.682 0.003

Galur*Blok 10 1478.105 147.811 10.167 0.000

Galat 407 5917.011 14.538

Total 439 14136.924

dari pada Slamet. Kultivar Tanggamus mempunyai produksi tertinggi (Tabel 4).

Uji DMRT terhadap produksi biji petakan pada blok 2 menunjukkan bahwa kultivar Tanggamus mempunyai produksi paling tinggi dari semua galur dan kultivar yang diuji. Dua galur yaitu KH 28 dan KH 11 memiliki produksi lebih tinggi dari pada kultivar Slamet. Satu galur yaitu KH10 mempunyai produksi sama dengan Slamet. Lima galur yang lain dan kultivar Panderman mempunyai produksi lebih rendah dari pada Slamet. Tiga galur yaitu KH 4, KH 9, dan KH 6 mempunyai produksi sama dengan kultivar Panderman. Dan terdapat dua galur yaitu KH 3 dan KH 8 yang berproduksi lebih rendah dari pada kultivar Panderman. Pendugaan produksi per hektar menunjukkan galur dan kultivar yang diuji terbagi menjadi dua kelompok yaitu; galur/kultivar dengan produksi di atas 1 ton (KH 28, KH 11, KH 10 serta kultivar Tanggamus dan Slamet) dan di bawah 1 ton (KH 4, KH 9, KH 6, KH 3, KH 8 dan Panderman) (Tabel 4).

Ukuran populasi pada kedua blok sangat beragam. Pada blok 1 rata-rata jum lah tanaman tiap petak berkisar 131 -209 tanaman dan pada blok 2 antara 116-210 tanaman (Tabel 4). Ukuran populasi yang beragam pada tiap petak berpengaruh terhadap produksi, sehingga diperlukan analisis produksi berdasarkan tanaman sampel.

Produksi biji tanaman sampel

Analisis ragam produksi biji tanaman sampel juga dilakuan dengan dua model seperti pada produksi tiap petak. Hasil analisis ragam dari kedua model tersebut menunjukkan adanya pengaruh nyata dari semua sumber keragaman terhadap produksi tanaman. Pada model 2, interaksi antara galur dan blok berpengaruh nyata terhadap produksi (Tabel 5 dan 6).

Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi tiap tanaman sampel menunjukkan bahwa semua galur kecuali KH 8 mempunyai produksi lebih tinggi dari pada ketiga kultivar pembanding. Produksi galur yang diuji berkisar 6.17-12.62 g per tanaman dan dugaan produksi 1.54-3.16 ton/ha (Tabel 7).

Analisis produksi biji tiap tanaman pada tiap blok dapat dilihat pada Tabel 8. Pada blok 1 enam galur mempunyai produksi lebih tinggi dari pada Slamet dan hanya dua galur yaitu KH 3 dan KH 6 yang mempunyai produksi lebih rendah dari pada Slamet. Jika dibandingkan dengan kultivar Tanggamus, terdapat empat galur yang berproduksi lebi h tinggi dan empat lainnya lebih rendah. Semua galur kecuali KH 6 mempunyai produksi lebih tinggi dari pada Panderman.

Tabel 5 Analisis ragam produksi biji tanaman sampel berdasarkan model 1

Sumber

Keragaman db JK KT F- hitung

p- hitung

Blok 1 4338.789 4338.789 244.658 0.000

Galur 10 1818.186 181.819 10.252 0.000

Pemupukan 1 194.992 194.992 10.995 0.001 Galur*

Pemupukan 10 389.841 38.984 2.198 0.017

Galat 417 7395.116 17.734

Total 439 14136.924

Tabel 4 Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak pada masing-masing blok

Blok 1(Tidak subur) Blok 2 (Agak subur)

Galur/Kultivar Produksi tiap petak (kg) Populasi per petak (*) Dugaan produksi (ton/ha)

Galur/Kultivar petak (kg) Produksi

Populasi per petak (*) Dugaan produksi (ton/ha)

KH 9 0.66a 153.5c 0.65 Tanggamus 1.53a 209.5a 1.51

KH 11 0.46ab 156.5c 0.45 KH 28 1.32ab 198.0a 1.30

KH 10 0.39b 148.5cd 0.38 KH 11 1.25ab 202.0a 1.24

KH 8 0.35b 188.5b 0.34 KH 10 1.06abc 188.0ab 1.04

KH 4 0.33b 208.5a 0.33 Slamet 1.04abc 210.0a 1.02

KH 3 0.28b 165.0c 0.27 KH 4 0.87bc 210.0a 0.86

KH 28 0.27b 131.0d 0.26 Panderman 0.81bc 194.5ab 0.80

Panderman 0.25b 200.5ab 0.24 KH 9 0.74bc 208.0a 0.73

Tanggamus 0.23b 197.0ab 0.23 KH 6 0.69bc 122.0c 0.68

Slamet 0.21b 209.0a 0.21 KH 3 0.56c 116.5c 0.55

KH 6 0.21b 148.0cd 0.20 KH 8 0.56c 168.0b 0.55

(23)

Tabel 7Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tanaman sampel

Galur/Kultivar Produksi tiap tanaman (g)

Dugaan produksi (ton/ha)

KH 11 12.62a 3.16

KH 9 11.49a 2.87

KH 10 10.69a 2.67

KH 3 8.82b 2.20

KH 6 8.47b 2.12

KH 28 8.46b 2.11

KH 4 8.25b 2.06

Tanggamus 7.82bc 1.96

Slamet 7.67bc 1.92

KH 8 6.17cd 1.54

Panderman 5.57d 1.39

Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama pada kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Dari uji DMRT terhadap produksi biji tanaman sampel blok 1, terdapat enam galur yaitu KH 9, KH 11, KH 10, KH 4, KH 28 dan KH 8 yang mempunyai produksi lebih tinggi dari pada Slamet. Dua galur yaitu KH 3 dan KH 6 mempunyai produksi yang sama dengan Slamet. Produksi tertinggi dihasilkan oleh KH 9 dengan produksi 13.06 g tiap tanaman dengan dugaan

produksi 3.27 ton/ha. Sedangkan produksi terendah terdapat pada KH 6 dengan produksi 3.10 g/tanaman dan dugaan produksi 0.77 ton/ha.

Pada blok 2 terdapat lima galur harapan yaitu KH 11, KH 3, KH 6, KH 10 dan KH 28 yang mempunyai produksi lebih tinggi dari pada Slamet, dan tiga galur yaitu KH 4, KH 9 dan KH 8 dan dua kultivar pembanding yaitu Tanggamus dan Panderman mempunyai produksi lebih rendah dari pada Slamet. Semua galur mempunyai produksi lebih tinggi dari pada kultivar Panderman.

Uji DMRT menunjukkan bahwa kultivar Slamet dan Tanggamus mempunyai produksi yang sama. Lima galur yaitu KH 11, KH 3, KH 6, KH 10 dan KH 28 mempunyai produksi lebih tinggi dari pada Slamet dan Tanggamus, tiga

galur yaitu KH 4, KH 9 dan KH 8 serta kultivar Panderman mempunyai produksi lebih rendah dari pada Slamet dan Tanggamus. Semua galur kecuali KH 8 mempunyai produksi lebih tinggi dari pada kultivar Panderman.

Hasil analisis terhadap nilai tengah produksi tiap petak dan tanaman sampel baik berdasarkan data keseluruhan maupun analisis tiap blok menunjukkan urutan produksi galur yang tidak tetap. Namun terdapat tiga galur yang relatif konsisten berproduksi tinggi yaitu KH 11, KH 10, dan KH 9. Produksi ketiga galur tersebut juga relatif lebih tinggi dari pada produksi ketiga kultivar pembanding. KH 9 pada analisis blok 2 mempunyai produksi yang relatif rendah sedangkan pada blok 1 berproduksi tinggi. Hal ini diakibatkan keadaan petakan pada blok 2 yang tidak seragam.

Analisis ragam terhadap produksi tanaman sampel seperti yang terlihat pada tabel 5 dan 6 menunjukkan adanya keragaman produksi akibat perbedaan perlakuan pupuk Bio P 2000 Z pada taraf 5%. Dan pada analisis selanjutnya pada masing-masing blok, pengaruh perlakukan pupuk Bio P 2000 Z hanya terjadi pada blok 2 yang lebih subur, sedangkan pada blok 1 pengaruh perlakuan pupuk terhadap produksi biji tidak

nyata. Pada blok 2, dari 8 galur harapan yang diuji, enam galur yaitu KH 3, KH 4, KH 6, KH 8, KH 9 dan KH 11 memberi tanggapan positif terhadap pemberian pupuk Bio P 2000 Z dengan peningkatan produksi. Satu galur yaitu KH 28

mememberi tanggapan negatif terhadap

pemberian pupuk Bio P 2000 Z, dimana produksi tanaman yang tidak diberi pupuk lebih tinggi dari tanaman yang diberi pupuk. Respon negatif juga ditunjukkan oleh kultivar Slamet. Pemberian pupuk Bio P 2000 Z tidak memberi pengaruh terhadap produksi biji KH 10. Sementara kedua kultivar pembanding Tanggamus dan Panderman memberi respon positif (Tabel 9).

Respon terhadap pemberian pupuk Bio P 2000 Z jika dilihat berdasarkan nilai rata-rata produksi tiap tanaman dari seluruh populasi

Tabel 8 Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap tanaman pada masing- masing blok

Blok 1(Tidak subur) Blok 2 (Agak subur)

Galur/Kultivar Produksi tiap tanaman (g) Dugaan produksi (ton/ha) Galur/Kultivar Produksi tiap tanaman (g) Dugaan produksi (ton/ha)

KH 9 13.06a 3.27 KH 11 17.01a 4.25

KH 11 8.24b 2.06 KH 3 13.89b 3.47

KH 10 8.03b 2.01 KH 6 13.84b 3.46

KH 4 6.02c 1.50 KH 10 13.35b 3.34

Tanggamus 4.34cd 1.08 KH 28 12.78bc 3.20

KH 28 4.13cd 1.03 Slamet 11.58bcd 2.90

KH 8 3.95cd 0.99 Tanggamus 11.31bcd 2.83

Slamet 3.75d 0.94 KH 4 10.48cde 2.62

KH 3 3.75d 0.94 KH 9 9.91de 2.48

Panderman 3.12d 0.78 KH 8 8.39e 2.10

KH 6 3.09d 0.77 Panderman 8.03e 2.01

(24)

Tabel 9 Produksi biji tiap tanaman pada dua perlakuan pupuk Bio P 2000 Z pada blok dua

Perlakuan pupuk Bio P 2000 Z

Galur/Kultiv ar

Pupuk Tanpa pupuk Produksi tiap tanaman (g) Dugaan produksi (ton/ha) Produksi tiap tanaman (g) Dugaan produksi (ton/ha)

KH 3 17.44 4.36 10.33 2.58

KH 4 12.11 3.03 8.86 2.21

KH 6 17.10 4.27 10.58 2.64

KH 8 10.73 2.68 6.05 1.51

KH 9 10.86 2.72 8.96 2.24

KH 10 13.13 3.28 13.58 3.39

KH 11 18.64 4.66 15.37 3.84

KH 28 11.34 2.83 14.23 3.56

Panderman 10.08 2.52 5.97 1.49

Slamet 10.54 2.64 12.63 3.16

Tanggamus 13.41 3.35 9.21 2.30

Rata-rata 13.22 3.30 10.52 2.63

Tabel 10 Nilai korelasi antar karakter tanaman dari galur harapan kedelai hasil persilangan kultivar Slamet x Nokonsawon

Karakter Jumlah

Cabang Tinggi Tanam an Jumlah Buku Subur Jumlah Polong Isi Jumlah Biji Ukuran Biji Produksi Biji Bobot Berang kasan

Jumlah Cabang 1

Tinggi Tanaman 0.46 1

Jumlah Buku Subur 0.815 0.65 1

Jumlah Polong Isi 0.693 0.584 0.896 1

Jumlah Biji 0.661 0.61 0.889 0.972 1

Ukuran Biji -0.224 0.184 -0.16 -0.162 -0.18 1

Produksi Biji 0.541 0.687 0.803 0.859 0.881 0.228 1

Bobot Berangkasan 0.552 0.7 0.806 0.853 0.858 0.225 0.969 1

menunjukkan respon yang positif. Tanaman dengan pemberian pupuk Bio P 2000 Z berproduksi lebih tinggi yaitu 13.22 g per tanaman dengan dugaan produksi sebesar 3.30 ton/ha. Sedangkan rata-rata produkai tiap tanaman tanpa pemberian pupuk sebesar 10.52 g dengan dugaan produksi 2.63 ton/ha (Tabel 9).

Hubungan antar karakter

Hasil analisis korelasi antar karakter menunjukkan bahwa dari semua karakter yang diam ati, kecuali ukuran biji mempunyai korelasi positif dengan karakter lainnya. (Tabel 10).

Produksi biji tiap tanaman berkorelasi positif dengan jumlah cabang, tinggi tanaman, jumlah buku subur, jumlah polong isi, jumlah biji, ukuran biji, dan bobot brangkasan. Enam karakter yaitu jumlah cabang, tinggi tanaman, jumlah buku subur, jumlah polong isi, jumlah biji, dan bobot brangkasan mempunyai korelasi positif dan nyata terhadap produksi yang ditandai dengan nilai korelasi lebih besar dari 0.5 (Santoso 2004). Hal ini berarti pertambahan nilai dari keenam karakter tersebut akan diikuti dengan peningkatan produksi. Ukuran biji mempunyai korelasi positif tetapi lemah (nilai

korelasi 0.228) terhadap produksi. Hal ini menunjukkan dengan pertambahan ukuran biji akan meningkatkan produksi yang relatif kecil. Karakter jumlah cabang, tinggi tanaman, jumlah buku subur, jumlah polong isi, jumlah biji, ukuran biji, bobot brangkasan, umur berbunga dan umur panen untuk setiap galur dan tanaman sampel disajikan pada Lampiran 4, 5, 6, dan 7.

Ukuran biji mempunyai korelasi negatif terhadap jumlah cabang, jumlah buku subur, jumlah polong isi, dan jumlah biji. Hal ini berarti semakin banyak jumlah cabang, jumlah buku subur, jumlah polong isi, dan jumlah biji akan menyebabkan ukuran biji semakin kecil.

PEMBAHASAN

Produksi tiap petakan selain ditentukan oleh produksi tiap tanaman juga dipengaruhi oleh ukuran populasi (jumlah tanaman dalam petakan). Hasil analisis korelasi tiap petak menunjukkan produksi petakan berkorelasi positif terhadap jumlah tanaman (Tabel 11). Hal ini berarti semakin banyak jumlah tanaman dalam suatu petakan akan diikuti dengan peningkatan produksi. Namun bila dilihat pada Tabel 3 produksi Slamet berada pada urutan ke enam walaupun mempunyai ukuran populasi terbesar. Terdapat empat galur yaitu KH 11, KH 28, KH 10, dan KH 9 yang mempunyai produksi lebih besar dari pada Slamet. Empat galur lainnya yang mempunyai produksi lebih rendah dari

Slamet kemungkinan besar disebabkan ukuran populasi yang lebih kecil dan bukan karena produktivitas tanaman yang rendah.

Tabel 11 Nilai korelasi produksi tiap petak, ukuran biji dan jumlah tanaman

Karakter Produksi Ukuran biji tanaman Jumlah

Produksi 1

Ukuran biji 0.012 1

(25)

Tabel 12 Produksi biji tiap tanaman berdasarkan lima tanaman sampel tiap petak

Galur/kultivar Produksi (g)

KH 11 12.57 a

KH 9 11.12 ab

KH 3 9.82abc

KH 10 9.82abc

KH 6 8.72bcd

KH 28 8.44bcd

KH 4 8.33bcd

KH 8 8.04cd

TG 7.87cd

SL 7.28cd

PD 5.82d

Untuk mengetahui produksi dari masing-masing kultivar dan galur tanpa pengaruh dari jumlah tanaman, maka dilakukan analisis Produksi berdasarkan tanaman sampel. Pada. Tabel 8 terlihat bahwa semua galur kecuali KH 8 mempunyai produksi lebih tinggi dari pada ketiga kultivar pembanding.

Rendahnya produksi KH 8 disebabkan faktor lingkungan yaitu keadaan tanah pada sebagian petakan KH 8 di blok 2 yang kurang baik sehingga sebagian tanaman tumbuh kerdil. Hal ini menyebabkan sampel yang diambil tidak seragam (5 tanaman kerdil dan 5 tanaman normal). Analisis dengan menggunakan setengah jumlah sampel (5 tanaman per petak) memperoleh hasil seperti pada Tabel 12 dimana KH 8 mempunyai produksi setara dengan kultivar Slamet dan kedua kultivar pembanding lainnya. Keadaan petakan yang tidak seragam juga terjadi pada KH 9. Hasil analisis pada blok 2 (Tabel 4 dan 8), menunjukkan produksi KH 9 relatif rendah. Namun analisis pada blok 1 (Tabel 4 dan 8), analisis petakan dan sampel total (Tabel 3 dan 7) dan analisis berdasarkan lima tanaman sampel (Tabel 12) menunjukkan produksi KH 9 relatif tinggi.

Pengamatan faktor-faktor lingkungan yang tidak seragam pada masing-masing galur perlu dilakukan untuk menghindari terbuangnya galur yang secara genetik unggul namun akibat pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan menyebabkan galur tersebut mempunyai karakter yang kurang baik pada satu generasi.

Perbedaan ukuran populasi pada petakan dari masing-masing galur dan kultivar yang diuji disebabkan karena adanya perbedaan viabilitas benih. Salah satu faktor yang menentukan viabilitas benih adalah ukuran benih. Dari analisis korelasi terlihat bahwa ukuran biji berkorelasi negatif terhadap ukuran populasi (jumlah tanaman dalam petakan) (Tabel 11). Hal ini berarti semakin besar ukuran biji maka semakin kecil ukuran populasinya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa benih kedelai

yang berukuran kecil mempunyai viabilitas lebih tinggi dibanding dengan benih kedelai berukuran besar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmiaty (1993) pada varietas Lokon, Orba, dan Galunggung dan Rahardjo (1993) pada varietas Tidar, Tambora, dan Wilis.

Menurut Rahardjo (1993), tingginya vigor benih berukuran kecil disebabkan oleh besarnya nisbah bobot kering kulit/kotiledon sehingga diduga kulit benihnya lebih tebal. Menurut Hartwig dan Putts (1987) umumnya kedelai yang berbiji kecil memiliki tingkat permeabilitas kulit biji rendah dan mempunyai ketahanan terhadap deraan cuaca lapang yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai berbiji besar.

Produktivitas tiap tanaman ditentukan oleh karakter – karakter yang terdapat dalam tanaman seperti tinggi tanaman, ukuran biji, jumlah biji, jumlah polong bernas, jumlah buku subur, bobot brangkasan, dan jumlah cabang pada batang utama. Menurut Hidajat (1985), produksi biji ditentukan oleh ukuran biji, jumlah biji, dan bobot biji sedangkan jumlah biji ditentukan oleh jumlah buku subur pada tiap tanaman, jumlah polong pada tiap buku subur, dan jumlah biji dalam tiap polong. Analisis korelasi juga memperlihatkan bahwa produktivitas tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman, ukuran biji, jumlah biji, jumlah polong bernas, jumlah buku subur, bobot brangkasan, dan jumlah cabang pada batang utama (Tabel 10). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Faiqoh (2004).

Ukuran biji kedelai menurut Suprapto (2004) dibagi menjadi biji berukuran kecil bila bobot 100 bijinya 7-10 g, berukuran sedang bila bobot 100 bijinya 11-13 g, dan berukuran besar bila bobot 100 bijinya lebih besar dari 13 g. Galur-galur yang diuji mempunyai ukuran biji besar yaitu berkisar 15.5 -18.4 g/100 biji, sedangkan Slamet dan Tanggamus mampunyai ukuran biji kecil.

Pengamatan di lapang menunjukkan adanya perbedaan kesuburan dari kedua blok. Hasil analisis tanah pada kedua blok dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari beberapa karakter yang diukur, blok 2 mempunyai tingkat kesuburan yang agak baik dibandingkan blok 1. Selain itu perbedaan yang terlihat di lapang antar kedua blok adalah ketebalan lapisan atas tanah. Blok 1 yang terletak lebih tinggi mempunyai lapisan atas tanah lebih tipis dibanding dengan blok 2 sehingga pertumbuhan kedelai pada blok 2 lebih baik.

(26)

Tabel 13 Perbandingan nilai rata-rata 7 karakter dari seluruh galur dan kultivar pada blok 1 dan blok 2

Karakter Blok Blok 1 Blok 2 Jumlah cabang 2 3 Tinggi tanaman 53.48 cm 72.93 cm Jumlah buku subur 18 28 Jumlah polong isi 26 48

Jumlah biji 44 92

Ukuran biji 14.95 g/100 biji

16.15 g/100 biji Bobot brangkasan 14.37 g 26.74 g

Selain keadaan tanah, pertumbuhan tanaman yang kurang baik pada blok 1 kemungkinan juga disebabkan pengaruh naungan dari pepohonan yang berada di sebelah timur petakan sehingga tanaman pada blok 1 terlambat mendapatkan sinar matahari. Menurut Baharsjah (1980) intensitas cahaya dan lamanya penaungan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kedelai.

Hasil uji DMRT terhadap produksi tiap petak pada masingmasing blok menunjukkan galur -galur yang diuji mempunyai produktivitas yang lebih tinggi pada lahan kurang subur (blok 1) bila dibandingkan dengan ketiga kultivar pembanding. Namun hal ini masih membutuhkan pengujian lebih lanjut dengan lebih menekankan pada perbedaan tingkat kesuburan. Pada blok 2 yang agak subur, kultivar pembanding khususnya Tanggamus mempunyai produksi yang relatif tinggi. Hal ini disebabkan karena kultivar -kultivar tersebut merupakan hasil seleksi yang dilakukan pada kondisi lahan dan teknik budidaya yang baik, sehingga kultivar tersebut dapat berproduksi kurang optimal jika ditanam pada lahan yang kurang baik.

Analisis produksi per blok pada tanaman sampel menunjukkan bahwa pada blok 2 terdapat pengaruh perlakuan pupuk Bio P 2000 Z terhadap produksi biji. Sedangkan pada blok 1 yang kurang subur pengaruh pemberian pupuk tidak nyata. Hal ini berhubungan dengan sifat pupuk sebagai stimulan pertumbuhan tanaman, sehingga untuk memperoleh pengaruh pupuk yang lebih besar harus didukung dengan keadaan tanah yang baik. Keadaan tanah pada blok 1 yang lebih asam dan kandungan unsur hara yang lebih sedikit membuat pertumbuhan mikroorganisme dari pupuk Bio P 2000 Z tidak optimal. Selain itu, letak blok 1 yang relatif tinggi memungkinkan hilangnya sebagian pupuk akibat tercuci dan hanyut terbawa air lebih besar.

Produktivitas semua galur dan kultivar yang diuji menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan uji daya hasil musim sebelumnya (Agustus-November 2004) yang dilakuan Nugroho (2005). Hal ini menunjukkan bahwa iklim terutama curah hujan, sangat berpengaruh terhadap produksi. Perbedaan iklim antar

penelitian ini dengan sebelumnya dapat dilihat

pada tabel lampiran 8. Menurut Baharsjah et al

(1985), curah hujan merupakan faktor iklim yang mempunyai nilai korelasi tertinggi atau paling berpengaruh terhadap produksi kedelai. Curah hujan pada musim tanam ini (Januari-April) cukup tinggi yaitu berkisar 308 -580 mm. Sementara menurut Adisarwanto (2005) curah hujan optimum untuk pertumbuhan kedelai berkisar 300-400 mm. Menurut Wirawan dan Wahyuni (2004) untuk produksi benih kedelai yang berkualitas baik dibutuhkan curah hujan berkisar 150-200 mm per bulan pada masa pertumbuhan dan kurang dari 50 mm per bulan pada saat pematangan polong.

Kedelai yang ditanam pada musim kemarau umumnya mempunyai produksi lebih tinggi dari pada yang ditanam pada musim hujan. Kedelai yang ditanam pada musim kemarau dengan pegairan yang cukup dapat menghasilkan rata-rata 1.97 ton/ha sedangkan pada lokasi yang sama pada musim hujan hanya menghasilkan 0.61 ton/ha (Baharsjah et al. 1985).

SIMPULAN

Secara umum galur-galur yang diuji mempunyai produktivitas tanaman lebih tinggi dari pada Slamet. Berdasarkan analisis tanaman sampel terdapat tiga galur yaitu; KH 11, KH 10 dan KH 9 secara konsisten berproduksi lebih tinggi dari pada kultivar Slamet, Panderman dan Tanggamus. Analisis produksi petakan total dan produksi pada blok 2, galur-galur harapan mempunyai produksi lebih rendah dari kultivar Tanggamus. Galur-galur yang mempunyai produksi petakan lebih kecil dari pada kultivar pembanding kemungkinan besar disebabkan oleh ukuran populasi yang kecil dan keadaan lingkungan tumbuh yang kurang menguntungkan.

Jumlah tanaman yang tumbuh tiap petak dari kultivar berbiji kecil lebih tinggi dari pada kultivar berbiji besar.

Perlakuan pupuk Bio P 2000 Z hanya berpengaruh pada produksi tanaman sampel di blok 2 yang lebih subur sedangkan pada blok 1 yang kurang subur pengaruh pupuk tidak nyata. Untuk produksi petakan pupuk tidak berpengaruh baik pada blok 1 maupun blok 2.

SARAN

Galur KH 11, KH 10, dan KH 9 dapat dijadikan kultivar unggul, namun perlu diuji lagi pada lokasi yang berbeda.

Untuk memperoleh data hasil yang tepat pengujian di lingkungan yang seragam terutama untuk kesuburan tanah dan cahaya perlu dilakukan.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto T. 2005. Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya.

[Balitkabi] Balai Penelitian Tanaman

Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 1999. Varietas

Unggul Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Produksi

Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka Tetap 2004 dan Angka Ramalan 2005) http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/tabl e8.shtml [21 Juli 2005].

Baharsjah JS. 1980. Pengatuh naungan pada berbagai tahap perkembangan dan populasi tanaman, hasil, dan komponen hasil kedelai

(Glycine max (L.) Merr) [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Baharsjah JS, Didi S & Irsal L. 1985. Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai. Di dalam: Somaatmaja et al, editor. Kedelai .

Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan.

Bastanta ES. 2004. Seleksi dan uji kemantapan genetik galur-galur kedelai generasi S5(F7)hasil persilangan Slamet X Nokonsawon [skripsi]. Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengutahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Dasumiati. 2003. Seleksi untuk peningkatan produksi biji kedelai dari generasi seleksi S1(F3) dan S2(F4) daeri persilangan varietas Slamet dengan Nokonsawon [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Faiqoh. 2004. Hubungan antar karakter pada generasi F2 persilangan kedelai kultivar Slamet X Nokonsawon [skripsi]. Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengutahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Hartwig EE, Putts HC. 1987. Development evaluation of impermeable seed coat for preserving seed quality. Crop. Scie (27) : 506 – 508.

Herdiana Y. 2005. Uji kemantapan genetik galur -galur kedelai generasi seleksi S5(F7) dari persilangan kultivar Slamet X Nokonsawon [skripsi]. Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengutahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Hidajat OO. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai Di dalam: Somaatmaja et al, editor. Kedelai .

Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan.

Jambormias E. 2004. Seleksi produksi biji dan ukuran biji kedelai (Glycine max L. Merrill) generasi seleksi F5 dan F6 persilangan varietas Slamet X Nakhonsawan (dengan

pedekatan kuantitatif) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kompas. 4 Nov 2004. Deptan tetapkan delapan

langkah prioritas.

http://www.kompas.com/kompas

-cetak/0411/03/ekonomi/1364189.html [18 Des 2004].

Nugroho B. 2005. Uji daya hasil sembilan galur harapan kedelai turunan hasil persilangan kultivar Slamet X [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Nurmiaty Y. 1993. Pengaruh stadia masak panen terhadap viabilitas benih tiga varietas kedelai

(Glycine max (L.) Merr) [tesis].

Bogor: Program Pascasrjana, Institut

Pertanian Bogor.

Paserang AP. 2003. Seleksi untuk peningkatan produksi kedelai dari generasi F2 hasil persilangan beberapa kultivar dan galur [tesis]. Bogor : Program Pascasrjana, Institut Pertanian Bogor.

Rahardjo M. 1993. Pengaruh waktu dan cara pemberian pupuk N terhadap kadar protein

dan vigor benih kedelai (Glycine max (L.)

Merr) [tesis]. Bogor: Program Pascasrjana, Institut Pertanian Bogor.

Sakri SSY. 2005. Uji daya hasil sembilan galur harapan kedelai turunan hasil persilangan kultivar Slamet X [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Santoso P. 2005. Seleksi dan uji kemantapan genetik galur-galur kedelai generasi S5 (F7) hasil persilangan Slamet X Nokonsawon [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengutahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Santoso S. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik

Multivariat. Jakarta: PT Alex Media Komputindo Kelompok G ramedia.

Sari DL. 2005. Uji daya adaptasi kedelai terhadap cekaman pH rendah dan aluminium galu-galur harapan (F8) hasil seleksi dari turunan persilangan kultivar Slamet X Nokonsawon. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengutahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Suhartina. 2003. Perkembangan dan Deskripsi

Varietas Unggul Kedelai 1918 – 2002. Malang : Balai Penelitian Tanaman Kacang – Kacangan dan Umbi – Umbian.

Sunarto. 1995. Pemuliaan kedelai untuk toleran

terhadap tanah masam dan keracunan AL. J

Industri dan Pangan. Vol. 4(1):98-99.

Suprapto HS. 2004. Bertanam kedelai. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Wirawan B, Wahyuni S. 2004. Memproduksi

(28)
(29)

Keterangan

P = Perlakuan pupuk NP = Tanpa perlakuan pupuk Lampiran 1 Deskripsi tanaman kedelai kultivar Slamet, Panderman dan Tanggamus

No Karakter Kultivar Slamet1 Kultivar Panderman2 Kultivar Tanggamus1

1 Asal Dempo x Wilis - Kerinci x No. 3911

2 Warna hipokotil Ungu - Ungu

3 Warna epikotil Ungu - Hijau

4 Warna daun Hijau Hijau Hijau

5 Warna biji Kuning Kuning muda Kuning

6 Warna bunga Ungu Putih Ungu

7 Warna bulu Coklat - Coklat

8 Tipe tumbuh Determinat Determinat Determinat

9 Tinggi tanaman 65 cm - 67 cm

10 Umur mulai berbunga 37 hari - 35 hari

11 Umur polong masak 87 hari 85 hari 88 hari

12 Kerebahan Tahan rebah Tahan rebah Tahan rebah

13 Bobot 100 biji 12.5 g - 11.0 g

14 Kandungan protein 34% 35.9% 44.5%

15 Kandungan lemak 15% 17.7% 12.9%

16 Rata-rata hasil 2.26 ton/ha 2.37 ton/ha 1.22 ton/ha

17 Ketahanan terhadap penyakit

Agak tahan penyakit karat dan sesuai di tanah asam

Moderat karat daun

1

Suhartina 2003, 2 Adisarwanto 2005

Lampiran 2 Denah tanam

= Kelompok (blok) 1

= Kelompok (Blok) 2

* = Bahan tanaman yang digunakan

NP P P NP NP P P NP P NP

TG * TG * KH 35

KH

3 5 PD * PD* KH 6 *

KH

6 * SL* SL*

KH 3* KH 3 * KH 2 8* KH 28 * KH 71 KH 71 KH 8 * KH 8* KH 4 0 KH 40 KH 4 * KH 4 * KH 38 KH 3 8 KH 4 4 KH 44 KH 1 1* KH 1 1* KH 4 2 KH 42 Lahan Kosong KH 5 5 KH 9 * KH 9 * KH 5 5 KH 5 8 KH 58 KH 10* KH 1 0* KH 71 KH 71 KH 3 * KH 3* KH 3 8 KH 3 8 KH 44 KH 44 KH 8* KH 8* KH 35 KH

3 5 SL* SL* KH 4 0 KH 4 0 KH 4 2 KH 42 KH 6 * KH

6* PD* PD * TG * TG* KH 11 * KH 1 1* KH 28* KH 28 * KH 4* KH 4 * KH 58 KH 58 KH 10 * KH 10* KH 55 KH 5 5 KH 9 * KH 9 *

(30)

Lampiran 3 Hasil analisis tanah pada kedua blok (Balai Penelitian Tanah Bogor)

Blok

Parameter

pH C(%) N (%) C/N P tersedia (ppm)

K tersedia

(ppm) KTK

Al dd (cmol/kg)

Blok 1 4.9 1.35 0.11 12 10 86 12.63 1.4

Blok 2 5 1.71 0.15 11 25.7 135 12.85 1.26

Lampiran4Data tanaman sampel blok 1

Galur/kultivar Perlakuan No JC TT (cm) JBS JP JB UB BB (g) BBr (g)

KH 3

P

1 1 50 12 20 37 10.49 3.88 11.31

2 2 55.5 20 22 33 11.82 3.9 10.59

3 2 57 17 20 30 11.33 3.4 13.17

4 2 55 16 13 22 14.27 3.14 8.75

5 2 53 18 12 17 13.12 2.23 9.15

6 1 56 11 12 19 14.32 2.72 7.66

7 1 59 17 19 29 12.07 3.5 11.03

8 2 54.5 19 22 32 11.06 3.54 10.23

9 1 42 13 20 37 10.35 3.83 11.02

10 2 45 14 13 23 11.13 2.56 6.26

NP

1 1 39 13 12 19 14.63 2.78 6.76

2 2 53 15 19 34 10.74 3.65 10.58

3 2 45 13 9 13 14.85 1.93 7.19

4 1 55 18 17 30 13.13 3.94 12.29

5 2 49 17 17 27 8.81 2.38 8.76

6 0 33 9 15 30 10.60 3.18 8.09

7 2 62 23 46 62 13.82 8.57 22.56

8 2 53 21 22 46 11.87 5.46 15.12

9 1 67 19 32 61 11.67 7.12 20.8

10 1 47.5 12 19 28 11.64 3.26 9.12

KH 4

P

1 0 52 13 15 25 12.72 3.18 8.57

2 0 45 11 13 23 11.83 2.72 6.89

3 3 53 25 35 59 12.36 7.29 17.18

4 0 53 10 17 27 12.04 3.25 9.02

5 0 45 15 25 36 14.19 5.11 12.66

6 2 50 13 11 20 11.45 2.29 7.51

7 2 59 23 28 48 12.75 6.12 15.64

8 1 54

Gambar

Tabel 2 Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak
Tabel 4 Uji DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap petak  pada masing-masing blok
Tabel 7 Uji DMRT terhadap nilai tengah  produksi biji tanaman sampel
Tabel 9 Produksi biji tiap tanaman pada dua  perlakuan pupuk Bio P 2000 Z pada blok dua
+3

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Kemandirian Belajar Matematika ... Pengertian matematika ... Pengertian

Non Performing Financing (NPF) tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan, dengan nilai probabilitas t hitung yang lebih besar dari tingkat.

Selain itu mahasiswa kurang dapat membantu secara optimal dalam permasalahan ekonomi karena keterbatasan dana yang dimiliki mahasiswa sehingga bantuan lebih banyak

Prav zaradi tega je opravičilo in sprejetje krivde vodje, tudi če ni neposredno kriv, ob reševanju problema tako pomembno.. V sedanjem obdobju informacijskih sistemov, elektronike

Secara umum dapat dinyatakan sebagai proses dimana obat yang sudah halus, zat yang larutnya diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melalui obat

41 Tahun 2009 tanggal 11 Nopember 2009 tentang Tatacara Mendapatkan Sertifikat Pramuwisata, Kartu Tanda Pengenal Pramuwisata (KTPP) dan Penggunaan Pakaian Adat Bali oleh

Proses yang disajikan dalam SOP dapat dijadikan tolak ukur kualitas pengendalian internal dalam proses bisnis perusahaan, yang akan berdampak terhadap kualitas pelayanan hotel