rJ * ~ F
n
Qb2Ji
l a a a
o r r
zz3 1
3 x 2 : Q
*
s s o= Q
MOBIUS
TANAlPI. Kaotakterisasi Habitat, Morfologi dm Genetik serta2 % 9 , q
P ; S I Pengmhgan T e h I o g i P e n e m Er Situ B m g Male0 (MacrocephZon
P
d oSaL
Muller 1&16) S e w upaya Meningkatkan Efektivitas Konservasi. S S $ $ . , .o
,
5P
Dibirnbing oleh I3ANMUtTI MARTOJO,RONNY
RACHMAN NOOR, dan9 ~ f ~ s
s ~ n c n . DEDY
DURYADI
SOLIHIN
b t ~ c
3 , r r m 3
x : a s g
5 E . Q c0
Bunmg mdeo (Macrtcephalon male0 Sal. Muller 1846) adalah salah satuQ s S T s
o
,
,
s
$enis satwa liar endem.& Sulawesi ysng langlca. Ke-ya dilindungi olehSQ Qs ~ Q C
r z
PS
2
i ~ e m t m m Pemerintah Nomor 7 tahm 1999 tanggal 27 Januari 1999, tentang&
2e
9 Cpengawetm Jenis Tumbuhan dan Satwa Secara preventif politis, Pemerhtah,g E * g " 0 -.
c a., 2. &mah Sulawesi Ten@ telah menetapkan satwa burung maleo sebagai "Maskot
2 2 g
Sf, 3
xT
melalui Swat Keputusan GubernurKDH Tk. I
Sulawesi Tengah nomor :g p ~ x
ar184.44/~067/Ro/P1KLW
1990 tanggal, 24 Pebrurtri 1990.g 9 3 5
5 k: J Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas masyarakat di sekitar
5 2 g &wasan komewasi, melalrsanakan penetaan secara ex situ, respon burung maleo
,
g s
%ehadap tgkanan liigkungm pakan dan aspek tingkah laku serta cara penan-$mg
malm. A q e k pnvlitian melipti aspek prilaku masyarakat lokal yang*
z g
C
S Q
-.
2. , 9
ibeqengaruh tehdap pelestarim burung maleo, kajian habitat peneluran,
Q ;.
2
gmorfologi, &Amis petasm telur b m g maleo, dan pemeliharaan burung male0f
.= 3 $mid petasan di luar Mitat aslinya (ex situ) dengan pengaruh lingkunganP
b apakan serta tinghh h k u burung rnaleo yang dipelihara di luar habitatnya.P 3 5 V
4
$
E g
H a d penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rnasyarakat masih,
Z e pduktif, pendi8iIkan mta-mta mumnya ma& sekolah dasar, namun dukunganX
;&
terhadap ~ ~ asangat s k. i Hal tersebut akan mendukung keberhasilanz
3 3 komervasi bmmg d e o . 'Kegagalan utama konservasi lebih didominasi olehg
-9 pengambilan teIur olleh masyamkat yang tidak terkontrol, pengrusakan hutanX
-.P
s (habitat pa on) cbn hilangnya habitat (habitat loss), tterganggunya habitatL
3
bertelur oleh manusia, clan tidak optirnalnya penetasan alami dan semi alami.B
"
3 B o h t rata-rata telur dari TNLL dan SMB ; 208.80*
12.30 g dan 209.71 A 7.66rr
r g, panjang
1M,85
+
0.03 mm dan 102,81* 0.03 mrn, lebr 60,66*
0.02 rnrn d m3
[Ail ,10*
0.01 mm. lnkubator yang b e r h i l dikembangkan dalarn penelitian ini,s e.
s %muPakan hasil penelitian terpenting. IPata-rats temperatur yang digunakan pada
-. 0
i!
gpen*asan
34,M 0,19T, k e l e m h 70,87*
1,43% dengan teknis tanpa9 membalik telur seperti telur unggas lain. Lama inkubasi bervariasi muIai 53-63
E h a r i atau rata-rata 58,47 2,88 hari, dengan daya tetas penetasan 67,5%.
Di
$
3 ($dam segi genet& dilakukan penelitian pendahuluan mengenai kelenturan
B Tjf'otipik, dengan m e m M a n kadar protein yang berbeda untuk mengukur
E
3 gelen- bob& badan burung maleo. Burung maleo asal TNLL mernberikan
s l a i kelentumn yang lebih tinggi dihdingkan SMB, yang memberi petunjuk 7idanya perbedlaan genotipe burung maleo yang hems11 dari dua habitat yang
%erbe& ( p d a h m dan pantai). Dalam segi tingkah laku terdapat hasil bahwa Laktivitas bunmg maleo siang hari 43% digunakan unndc berdiri sambil bergerak,
2%
dipxgunakm untuk berdiridan
diam,
17% untuk istirahat duduk, 10%