• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh label halal terhadap brand switching (Kasus produk kosmetik wardah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh label halal terhadap brand switching (Kasus produk kosmetik wardah)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND

SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH)

OLEH

LILI SUKMAWATI

H24102118

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Lili Sukmawati. H24102118. Analisis Pengaruh Label Halal terhadap Brand Switching (Kasus Produk Kosmetik Wardah). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis dan Farida Ratna Dewi.

PT. Pusaka Tradisi Ibu adalah salah satu perusahaan yang memproduksi kosmetik. Produknya mempunyai tiga merek yaitu Puteri, Zahra dan Wardah. PT. Pusaka Tradisi Ibu memiliki sertifikat halal untuk setiap produknya. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi tingkat pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap kosmetik berlabel halal; (2) Mengidentifikasi keinginan konsumen untuk beralih kepada produk kosmetika berlabel halal; (3) Menganalisis faktor-faktor penyebab peralihan konsumen kepada produk kosmetika berlabel halal. Penelitian ini menggunakan kasus produk kosmetik Wardah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner. Data sekunder diperoleh dari perusahaan, Badan Pusat Statistik (BPS), Internet dan media lainnya. Data tersebut bersumber dari studi pustaka dan literatur. Analisis menggunakan Khi-kuadrat dan Brand Switching Pattern Matrix dengan alat pengolah data SPSS versi 12.0 dan Microsoft Excel.

Analisis data yang digunakan adalah analisis tanggapan responden mengenai label halal yang dimiliki produk kosmetik Wardah dan hubungannya terhadap perpindahan merek produk yang dilakukan konsumen. Untuk melihat peluang-peluang perpindahan merek digunakan Brand Switching Pattern Matrix dan selanjutnya didapatkan rasio peluang perpindahan merek (possibility of transition) serta prediksi pangsa pasar yang akan mendatang.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap produk kosmetik berlabel halal masih rendah. Konsumen yang menyatakan ingin menggunakan kosmetik berlabel halal (Wardah) cukup baik yaitu 55% dari seluruh responden dan di sisi lain dinyatakan yang menyatakan bahwa label halal adalah salah satu faktor yang menyebabkan perpindahan hanya 8%. Dengan khi-kuadrat didapatkan bahwa ada hubungan antara pernyataan bahwa label halal adalah faktor yang menyebabkan perpindahan produk kosmetik dengan pernyataan ingin berpindah ke produk kosmetik berlabel halal. Faktor yang terpenting dalam perpindahan kosmetik adalah kecocokan produk. Didapatkan juga prediksi pangsa pasar Wardah, yaitu 11,85% tanpa memperhitungkan ketersediaan produk Wardah di pasaran.

(3)

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH)

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

OLEH LILI SUKMAWATI

H24102118

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH)

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

OLEH LILI SUKMAWATI

H24102118

Menyetujui, Agustus 2006

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing., DEA Dosen Pembimbing I

Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, Msc Ketua Departemen

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 April 1984. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sukiman dan Rosati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Raudlatul Ilmiyah pada tahun

1989, lalu melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ilmiyah. Pada tahun

1996 penulis melanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 86 Jakarta

dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 34 Jakarta.

Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Mata Kuliah PAI

(Pendidikan Agama Islam) tahun 2004/2005 dan semester ganjil tahun 2005-2006.

Selain itu, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai Komisaris IT

Center of Manajemen (Com@) himpro Departemen Manajemen periode 2004-2005 dan Bendahara I BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2004-

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Pengaruh Label Halal Terhadap Brand Switching (Kasus Produk Kosmetik Wardah)” dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara

moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing., DEA sebagai dosen

pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

2. Ibu Farida Ratna Dewi SE, MM sebagai dosen pembimbing II yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan

pengarahan kepada penulis.

3. Ibu Hardiyana Widyastuti S.Hut, MM sebagai dosen penguji pada ujian sidang

penulis.

4. Bapak Harman, Manajer Pemasaran PT. Pusaka Tradisi Ibu yang telah

memberikan informasi dalam skripsi ini.

5. Bapak dan Mama yang telah memberikan segalanya dengan ikhlas serta

do’anya yang tulus. Serta kedua adikku (Icha & Mizi) yang ikhlas membantu.

6. Saudara-saudara sepupuku yang telah membantu menyebarkan kuesioner

penelitian.

7. Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan 39, khususnya Hana dan

Leni yang telah membantu dengan ikhlas.

8. Teman-teman di Andaleb 2 : Gusni dan Fifi (untuk komputernya), Endang

Bukit (untuk buku SPSSnya), Siti-Mila-M’Winta-Reni-Ulfah-Devi (untuk

semangatnya), serta teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutkan satu

(7)

9. Saudara-saudaraku satu lingkaran, terimakasih atas segalanya. Moga kita tetap

menjadi teman di dunia dan di surga-Nya.

10.Rekan-rekan seperjuangan di jalan-Nya atas pengertiannya. Moga kita semua

tetap istiqomah.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah

SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang bermanfaat diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan diridhai sebagai salah

satu amal kebaikan oleh Allah SWT, Amien.

Bogor, Agustus 2006

(8)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Pemasaran ... 4

2.2. Strategi Pemasaran ... 4

2.2.1. Segmentasi ... 6

2.2.2. Targetting ... 8

2.2.3. Positioning ... 8

2.3. Perilaku Konsumen ... 10

2.4. Kosmetik ... 13

2.5. Halal ... 14

2.6. Label... 16

2.7. Merek ... 17

2.8. Kesadaran Merek ... 19

2.9. Perpindahan Merek ... 20

2.10. Hasil Penelitian Terdahulu... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian... 22

(9)

vii

3.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.2. Pengumpulan Data ... 24

3.2.3. Pengolahan dan Analisis Data... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 34

4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 34

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan... 35

4.1.3. Struktur Organisasi ... 35

4.1.4. Lokasi Kantor dan Pabrik ... 36

4.1.5. Segmentation, Targeting, Positioning... 36

4.1.6. Tempat Penjualan Produk ... 37

4.2. Hasil Survei Pendahuluan ... 38

4.3. Hasil Survei Konsumen... 40

4.3.1. Profil Responden... 40

4.3.2. Pemahaman dan Kepedulian Konsumen... 43

4.3.3. Perpindahan Merek ... 45

4.3.4. Faktor-faktor Penyebab Perpindahan... 48

4.3.5. Prediksi Pangsa Pasar Akhir ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

1. Kesimpulan ... 51

2. Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(10)

viii

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Penyebaran produk Wardah di toko kosmetik seluruh DKI Jakarta .. 26

2. Data jenis kosmetik yang digunakan... 39

3. Data atribut yang dianggap penting dalam memilih kosmetik ... 40

4. Data pekerjaan responden ... 41

5. Data tingkat usia responden ... 41

6. Data tempat tinggal responden... 42

7. Data latar belakang pendidikan responden ... 42

8. Data pengeluaran per bulan responden ... 43

9. Data tingkat pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap label halal pada kosmetik ... 44

10. Data pangsa pasar awal kosmetik berdasarkan jumlah responden pengguna ... 46

11. Matriks perhitungan brandswitching pattern... 46

12. Data ProT ... 48

(11)

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND

SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH)

OLEH

LILI SUKMAWATI

H24102118

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

Lili Sukmawati. H24102118. Analisis Pengaruh Label Halal terhadap Brand Switching (Kasus Produk Kosmetik Wardah). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis dan Farida Ratna Dewi.

PT. Pusaka Tradisi Ibu adalah salah satu perusahaan yang memproduksi kosmetik. Produknya mempunyai tiga merek yaitu Puteri, Zahra dan Wardah. PT. Pusaka Tradisi Ibu memiliki sertifikat halal untuk setiap produknya. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi tingkat pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap kosmetik berlabel halal; (2) Mengidentifikasi keinginan konsumen untuk beralih kepada produk kosmetika berlabel halal; (3) Menganalisis faktor-faktor penyebab peralihan konsumen kepada produk kosmetika berlabel halal. Penelitian ini menggunakan kasus produk kosmetik Wardah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner. Data sekunder diperoleh dari perusahaan, Badan Pusat Statistik (BPS), Internet dan media lainnya. Data tersebut bersumber dari studi pustaka dan literatur. Analisis menggunakan Khi-kuadrat dan Brand Switching Pattern Matrix dengan alat pengolah data SPSS versi 12.0 dan Microsoft Excel.

Analisis data yang digunakan adalah analisis tanggapan responden mengenai label halal yang dimiliki produk kosmetik Wardah dan hubungannya terhadap perpindahan merek produk yang dilakukan konsumen. Untuk melihat peluang-peluang perpindahan merek digunakan Brand Switching Pattern Matrix dan selanjutnya didapatkan rasio peluang perpindahan merek (possibility of transition) serta prediksi pangsa pasar yang akan mendatang.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap produk kosmetik berlabel halal masih rendah. Konsumen yang menyatakan ingin menggunakan kosmetik berlabel halal (Wardah) cukup baik yaitu 55% dari seluruh responden dan di sisi lain dinyatakan yang menyatakan bahwa label halal adalah salah satu faktor yang menyebabkan perpindahan hanya 8%. Dengan khi-kuadrat didapatkan bahwa ada hubungan antara pernyataan bahwa label halal adalah faktor yang menyebabkan perpindahan produk kosmetik dengan pernyataan ingin berpindah ke produk kosmetik berlabel halal. Faktor yang terpenting dalam perpindahan kosmetik adalah kecocokan produk. Didapatkan juga prediksi pangsa pasar Wardah, yaitu 11,85% tanpa memperhitungkan ketersediaan produk Wardah di pasaran.

(13)

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH)

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

OLEH LILI SUKMAWATI

H24102118

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH)

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

OLEH LILI SUKMAWATI

H24102118

Menyetujui, Agustus 2006

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing., DEA Dosen Pembimbing I

Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, Msc Ketua Departemen

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 April 1984. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sukiman dan Rosati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Raudlatul Ilmiyah pada tahun

1989, lalu melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ilmiyah. Pada tahun

1996 penulis melanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 86 Jakarta

dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 34 Jakarta.

Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Mata Kuliah PAI

(Pendidikan Agama Islam) tahun 2004/2005 dan semester ganjil tahun 2005-2006.

Selain itu, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai Komisaris IT

Center of Manajemen (Com@) himpro Departemen Manajemen periode 2004-2005 dan Bendahara I BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2004-

(16)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Pengaruh Label Halal Terhadap Brand Switching (Kasus Produk Kosmetik Wardah)” dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara

moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing., DEA sebagai dosen

pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

2. Ibu Farida Ratna Dewi SE, MM sebagai dosen pembimbing II yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan

pengarahan kepada penulis.

3. Ibu Hardiyana Widyastuti S.Hut, MM sebagai dosen penguji pada ujian sidang

penulis.

4. Bapak Harman, Manajer Pemasaran PT. Pusaka Tradisi Ibu yang telah

memberikan informasi dalam skripsi ini.

5. Bapak dan Mama yang telah memberikan segalanya dengan ikhlas serta

do’anya yang tulus. Serta kedua adikku (Icha & Mizi) yang ikhlas membantu.

6. Saudara-saudara sepupuku yang telah membantu menyebarkan kuesioner

penelitian.

7. Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan 39, khususnya Hana dan

Leni yang telah membantu dengan ikhlas.

8. Teman-teman di Andaleb 2 : Gusni dan Fifi (untuk komputernya), Endang

Bukit (untuk buku SPSSnya), Siti-Mila-M’Winta-Reni-Ulfah-Devi (untuk

semangatnya), serta teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutkan satu

(17)

9. Saudara-saudaraku satu lingkaran, terimakasih atas segalanya. Moga kita tetap

menjadi teman di dunia dan di surga-Nya.

10.Rekan-rekan seperjuangan di jalan-Nya atas pengertiannya. Moga kita semua

tetap istiqomah.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah

SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang bermanfaat diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan diridhai sebagai salah

satu amal kebaikan oleh Allah SWT, Amien.

Bogor, Agustus 2006

(18)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Pemasaran ... 4

2.2. Strategi Pemasaran ... 4

2.2.1. Segmentasi ... 6

2.2.2. Targetting ... 8

2.2.3. Positioning ... 8

2.3. Perilaku Konsumen ... 10

2.4. Kosmetik ... 13

2.5. Halal ... 14

2.6. Label... 16

2.7. Merek ... 17

2.8. Kesadaran Merek ... 19

2.9. Perpindahan Merek ... 20

2.10. Hasil Penelitian Terdahulu... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian... 22

(19)

vii

3.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.2. Pengumpulan Data ... 24

3.2.3. Pengolahan dan Analisis Data... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 34

4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 34

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan... 35

4.1.3. Struktur Organisasi ... 35

4.1.4. Lokasi Kantor dan Pabrik ... 36

4.1.5. Segmentation, Targeting, Positioning... 36

4.1.6. Tempat Penjualan Produk ... 37

4.2. Hasil Survei Pendahuluan ... 38

4.3. Hasil Survei Konsumen... 40

4.3.1. Profil Responden... 40

4.3.2. Pemahaman dan Kepedulian Konsumen... 43

4.3.3. Perpindahan Merek ... 45

4.3.4. Faktor-faktor Penyebab Perpindahan... 48

4.3.5. Prediksi Pangsa Pasar Akhir ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

1. Kesimpulan ... 51

2. Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(20)

viii

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Penyebaran produk Wardah di toko kosmetik seluruh DKI Jakarta .. 26

2. Data jenis kosmetik yang digunakan... 39

3. Data atribut yang dianggap penting dalam memilih kosmetik ... 40

4. Data pekerjaan responden ... 41

5. Data tingkat usia responden ... 41

6. Data tempat tinggal responden... 42

7. Data latar belakang pendidikan responden ... 42

8. Data pengeluaran per bulan responden ... 43

9. Data tingkat pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap label halal pada kosmetik ... 44

10. Data pangsa pasar awal kosmetik berdasarkan jumlah responden pengguna ... 46

11. Matriks perhitungan brandswitching pattern... 46

12. Data ProT ... 48

(21)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Keputusan-keputusan di dalam empat unsur bauran pemasaran... 5

2. Pandangan umum terhadap model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan pengaruhnya... 12

3. Proses komunikasi makna budaya ... 13

4. Piramida kesadaran merek ... 19

(22)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner pendahuluan... 55

2. Kuesioner penelitian ... 59

3. Data pangsa pasar awal kosmetik yang digunakan responden... 63

4. Hasil uji validitas dan reliabilitas... 65

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan. Menurut Kotler (1993),

kebutuhan adalah suatu keadaan perasaan kekurangan akan kepuasan dasar

tertentu. Manusia membutuhkan beberapa hal untuk bertahan hidup,

menurut Kotler (1993), kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah pangan,

sandang, rumah, rasa aman, rasa memiliki dan harga diri.

Kebutuhan wanita sedikit berbeda dibandingkan dengan laki-laki.

Bagi wanita khususnya penampilan sangat penting, karena wanita selalu

ingin tampil cantik di depan orang lain. Kebutuhan wanita untuk tampil

cantik seperti yang diinginkannya menciptakan potensi pasar yang sangat

besar. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari mulai bangun tidur

sampai akan tidur kembali pada malam hari sebagian besar wanita memakai

kosmetik. Tak ada satupun bagian tubuh wanita yang luput dari perhatian

produsen alat kecantikan dan perawatan tubuh. Oleh karena itu, banyak

perusahaan yang memproduksi kosmetik berusaha memenuhi kebutuhan

akan kosmetik dengan berbagai macam inovasi produk. Masing-masing

perusahaan berusaha menjadi pemimpin dalam pasar kosmetik yang berarti

produknya diterima dengan baik di pasar. Perusahaan yang produknya

diterima dengan baik pasti akan mendapat keuntungan baik pula.

Dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, seseorang akan memilih

produk yang dapat memberikan kepuasan tertinggi. Secara khusus,

faktor-faktor yang menciptakan kepuasan tertinggi bagi setiap orang akan berbeda,

tetapi secara umum faktor seperti produk itu sendiri, harga dari produk dan

cara untuk mendapatkan produk seringkali menjadi pertimbangan. Seorang

konsumen yang rasional akan memilih produk dengan mutu baik, harga

terjangkau atau lebih murah dan produk yang mudah didapat. Mutu produk

yang diinginkan oleh konsumen menyangkut manfaatnya bagi pemenuhan

kebutuhan dan keamanannya bagi diri konsumen, sehingga konsumen

(24)

2

Untuk memenuhi keinginan konsumen agar tenang lahir dan batin

dalam mengkonsumsi produk, perusahaan harus memberitahukan manfaat

produk dan cara penggunaannya. Khusus untuk produk pangan, obat-obatan

dan kosmetik, perusahaan (produsen) harus mencantumkan

keterangan-keterangan yang berhubungan dengan produk. Keterangan-keterangan-keterangan

tersebut dapat berupa komposisi bahan campuran produk, masa berlaku

produk, cara penggunaan produk dan keterangan bahwa produk telah

diperiksa oleh Badan Pengawasan Pangan, Obat dan Kosmetik (BPPOM).

Konsumen muslim khususnya membutuhkan keterangan bahwa produk

tersebut halal untuk dikonsumsi. Keterangan halal pada produk berbentuk

label halal yang disertifikasi oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan

Kosmetik Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI) yang bekerjasama

dengan Departemen Kesehatan (Depkes) dan Departemen Agama (Depag).

Produk halal kini bukan lagi semata-mata isu agama Islam, tetapi

sudah menjadi isu di bidang bisnis dan perdagangan saat ini. Jaminan halal

sebuah produk sudah menjadi simbol global bahwa produk yang

bersangkutan terjamin mutunya (www.eramuslim.com, 2005). Tetapi bagi

konsumen kosmetik khususnya, belum diketahui secara pasti apakah

sertifikasi atau label halal dipandang sebagai faktor yang dianggap penting

dalam pemilihan dan pembelian produk?. Jurnal Halal LP POM MUI dalam

www.republika.co.id (2005), menerangkan bahwa pihaknya telah melakukan

penelitian melalui survei pasar di daerah Jabotabek dengan responden 100

orang wanita. Penelitian tersebut dibuat untuk mengetahui sampai

sejauhmana pengetahuan dan kepedulian konsumen muslim terhadap asal

muasal placenta (bahan yang tidak halal untuk digunakan). Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pengetahuan konsumen tentang

placenta, yang jelas-jelas haram sangat rendah.

PT. Pusaka tradisi Ibu adalah salah satu perusahaan yang

memproduksi kosmetik. Produknya diproduksi dalam tiga merek, yaitu

Puteri, Zahra dan Wardah. Dalam penelitian ini digunakan studi kasus

dengan merek Wardah. Pemilihan ini didasarkan pada sistem penjualan dan

(25)

3

segmen salon kecantikan, sedangkan Zahra didistribusikan melalui Multi Level Marketing (MLM). Disamping itu, produk-produk Wardah memiliki sertifikat halal dari LP POM MUI.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat disusun

permasalahan yang diteliti, yaitu :

1. Bagaimana pemahaman konsumen tentang kosmetik berlabel halal ?

2. Bagaimana melihat terjadinya peralihan kepada produk kosmetik

berlabel halal ?

3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya peralihan konsumen

kepada produk kosmetik berlabel halal ?

1.3. Tujuan penelitian

1. Mengidentifikasi tingkat pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap

kosmetik berlabel halal.

2. Mengidentifikasi keinginan konsumen untuk beralih kepada produk

kosmetik berlabel halal.

3. Menganalisis faktor-faktor penyebab peralihan konsumen kepada produk

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemasaran

Pemasaran bukanlah kegiatan terpenting dalam perusahaan, tetapi

seluruh kegiatan perusahaan tidak akan berarti tanpa pemasaran. Menurut

Keegan (2003), definisi pemasaran adalah serangkaian kegiatan yang

menjurus pada suatu transaksi pertukaran antara penjual dan seorang

pembeli atas dasar peralihan laba. Laba merupakan tujuan yang dijadikan

tolak ukur dari keberhasilan pemasaran, tetapi yang menjadi tujuan dari

pemasaran bukan hanya laba. Tujuan dari pemasaran adalah menciptakan

nilai bagi para pemercaya dan pemercaya paling utama adalah pelanggan

(Keegan 2003).

Menurut Boyd, dkk (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial yang

melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan

perusahaan mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui

pertukaran dengan pihak lain untuk mengembangkan hubungan pertukaran.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Kotler (1993), pemasaran merupakan

proses sosial dan manajerial dimana masing-masing individu dan kelompok

mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan,

penawaran dan pertukaran produk yang bernilai bagi pihak lainnya.

2.2. Strategi Pemasaran

Dalam usaha memasarkan produknya, perusahaan atau pemasar

mendesain program-program pemasaran strategis, agar produk tersebut

dapat dikenal oleh konsumen. Menurut Kotler (1993), strategi pemasaran

terdiri dari prinsip-prinsip dasar yang mendasari manajemen pemasaran

untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasaran dalam sebuah pasar sasaran.

Strategi pemasaran mengandung keputusan dasar tentang pengeluaran

pemasaran, bauran pemasaran (marketing mix) dan alokasi pemasaran.

Faktor-faktor yang dapat diciptakan oleh manajer pemasaran dalam

upaya strategi pemasaran disebut bauran pemasaran (marketing mix). Boyd,

(27)

5

kombinasi dari peubah-peubah pemasaran yang dapat dikendalikan oleh

manajer untuk menjalankan strategi pemasaran dalam upaya mencapai

tujuan perusahaan di dalam pasar sasaran tertentu. Bauran pemasaran terdiri

dari 4 faktor yang biasa disingkat menjadi 4P, yaitu product offer (tawaran produk), price (harga), promotion (promosi) dan place (tempat). Gambar 1 menunjukkan sebagian dari keputusan-keputusan yang harus dibuat di dalam

setiap unsur bauran pemasaran.

Gambar 1. Keputusan-keputusan di dalam empat unsur bauran pemasaran (Boyd, dkk, 2000)

PROMOSI

- Periklanan

- Penjualan pribadi

- Publisitas

- Promosi penjualan

- Bahan-bahan titik pembelian

HARGA

- Harga terdaftar

- Diskon

- Potongan

- Persyaratan kredit

- Periode pembayaran

- Penyewaan

PRODUK

- Mutu

- Tampilan

- Model

- Pilihan

- Nama merek

- Pengemasan

- Garansi/jaminan

- Layanan/suku cadang

TEMPAT

- Jumlah dan jenis perantara

- Lokasi/ketersediaan

- Tingkat persediaan

- Transportasi

(28)

6

2.2.1. Segmentasi

Pasar yang heterogen terkait dengan manfaat yang diinginkan

dan tingkat pembelian, menyebabkan produsen atau dalam hal ini

pemasar kesulitan menentukan tingkat tanggapan terhadap produk dan

program pemasaran yang harus dilakukan. Oleh sebab itu diperlukan

segmentasi pasar. Menurut Keegan (2003), segmentasi adalah proses

membagi pasar ke dalam sub pelanggan yang mempunyai persamaan

perilaku atau persamaan kebutuhan. Segmentasi pasar memiliki

beberapa manfaat, (Boyd, dkk, 2000) berikut :

1. Segmentasi mengidentifikasikan pengembangan produk baru.

Seringkali, analisis yang hati-hati tentang berbagai segmen

pelanggan potensial menunjukkan satu atau lebih kelompok yang

memiliki kebutuhan-kebutuhan dan minat spesifik yang tidak

dipuaskan dengan baik oleh tawaran-tawaran pesaing. Segmen

yang terbuka itu menunjukkan peluang menarik untuk

pengembangan produk baru.

2. Segmentasi membantu dalam mendesain program-program

pemasaran efektif untuk mencapai kelompok-kelompok pelanggan

homogen.

3. Segmentasi memperbaiki alokasi strategis sumber daya pemasaran.

Strategi bisnis yang sukses adalah berdasarkan segmentasi pasar

dan mengkonsentrasikan sumber daya dalam segmen yang lebih

menarik.

Dalam melakukan segmentasi pasar, ada pola-pola yang akan

muncul. Menurut Kotler (1993), ada 3 pola yang akan muncul, yaitu :

1. Preferensi homogen, memperlihatkan suatu pasar yang semua

konsumennya kurang lebih mempunyai preferensi sama.

2. Preferensi tersebar, menunjukkan pilihan konsumen terpencar

keseluruh penjuru.

3. Preferensi mengelompok, yaitu di dalam pasar terdapat

(29)

7

Menurut Keegan (2003), bagi perusahaan atau pemasar ada

beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai dasar dari segmentasi pasar,

yaitu :

1. Segmentasi Geografis

Segmentasi geografis membagi dunia ke dalam sub geografi.

2. Segmentasi Demografis

Segmentasi demografis didasarkan pada karakteristik populasi

yang dapat diukur seperti umur, jenis kelamin, pendapatan,

pendidikan dan pekerjaan.

3. Segmentasi Psikologis

Segmentasi psikologis adalah proses pengelompokkan orang dalam

arti sikap, nilai-nilai yang dianut dan gaya hidup.

4. Segmentasi Tingkah laku

Segmentasi tingkah laku memfokuskan pada hal apakah orang

akan membeli dan menggunakan suatu produk atau tidak,

disamping seberapa sering dan berapa banyak yang dipakai.

5. Segmentasi Manfaat

Segmentasi manfaat global memfokuskan pada pembilang dari

nilai persamaan (value equanon), yaitu B (Benefit) dalam V= B / P. 6. Segmentasi Vertikal versus Horizontal

Segmentasi vertikal didasarkan pada kategori produk atau modus

dan poin harga.

Segmentasi pasar yang dilakukan oleh perusahaan atau pemasar

akan maksimal, jika setiap segmen pasar memiliki 4 empat karakter

(Umar, 2003) berikut :

1) Dapat diukur

Besar pasar dan daya beli di segmen ini dapat diukur, walaupun

ada beberapa komponen yang sulit diukur.

2) Dapat terjangkau

Sejauhmana segmen ini dapat secara efektif dicapai dan dilayani

oleh produsen, walaupun ada kelompok pasar potensial yang sulit

(30)

8

3) Besar segmen

Berapa besar segmen yang harus dijangkau agar penjualan produk

dapat menguntungkan secara nyata.

4) Dapat dilaksanakan

Sejauhmana program seefektif itu dapat dilaksanakan untuk

mengelola segmen ini.

2.2.2. Targeting

Perusahaan yang telah melakukan proses segmentasi dapat

menentukan sasaran target (targeting). Menurut Boyd, dkk (2000),

targeting adalah memutuskan segmen mana yang akan menjadi sasaran, setelah mengevaluasi daya tarik relatif setiap segmen (ukuran,

potensi penghasil dan tingkat pertumbuhan), manfaat masing-masing

segmen dan sumber daya relatif kerjanya.

Menurut Umar (2003), terdapat 3 faktor yang dapat digunakan

untuk memilih segmen mana yang akan dilayani, yaitu :

1. Ukuran dan pertumbuhan segmen perusahaan harus

mengumpulkan dan menganalisis data tentang penjualan terakhir,

proyeksi laju pertumbuhan, penjualan dan marjin laba yang

diharapkan untuk berbagai segmen, lalu dipilih segmen yang

diharapkan paling sesuai.

2. Kemenarikan struktural segmen.

3. Sasaran dan sumber daya perusahaan harus mempertimbangkan

sasaran dan sumber daya dalam kaitannya dengan segmen pasar.

2.2.3. Positioning

Kotler (1993) mengemukakan bahwa positioning adalah suatu tindakan untuk menempatkan posisi bersaing perusahaan dan

penawaran yang tepat pada setiap pasar sasaran. Penentuan posisi

adalah konsep strategis yang sangat penting. Meskipun biasanya

dikaitkan dengan pemasaran barang konsumen, penentuan posisi

memiliki nilai yang sama pentingnya baik untuk produsen barang

(31)

9

mengkomunikasikan strateginya untuk pasar dan organisasinya sendiri

untuk mengelola hubungannya dengan konsumen (Boyd, dkk, 2000).

Menurut Kotler dalam Hadi (2005), suatu perbedaan dapat

menjadi keistimewaan produk dan perusahaan, jika memenuhi kriteria

berikut :

1) Penting, artinya perbedaan memberi manfaat bernilai tinggi bagi

konsumen.

2) Unik, artinya perbedaan karakteristik yang ditawarkan tidak sama

dengan produk lain.

3) Unggul, artinya perbedaan produk lebih unggul, jika dibandingkan

dengan produk lain, walaupun sejenis dan sama manfaatnya.

4) Dapat dikomunikasikan, artinya konsumen dapat melihat

perbedaan yang dikomunikasikan oleh pemasar.

5) Mendahului, artinya perbedaan itu tidak mudah ditiru oleh pesaing.

6) Terjangkau, artinya konsumen mampu membeli perbedaan yang

ditawarkan.

7) Menguntungkan, artinya perusahaan akan memperoleh laba berkat

adanya perbedaan itu.

Menurut Umar (2003) ada beberapa tahap dalam proses

penentuan posisi (positioning), yaitu :

1) Mengidentifikasi keunggulan kompetitif. Jika perusahaan dapat

menentukan posisinya sendiri sebagai yang memberikan nilai

superior kepada sasaran terpilih, maka diperoleh keunggulan komparatif.

2) Memilih keunggulan komparatif. Jika perusahaan telah

menemukan beberapa keunggulan kompetitif potensial, selanjutnya

harus dipilih satu keunggulan kompetitif sebagai dasar dan

kebijakan penentuan posisinya.

3) Mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi. Setelah penentuan

posisi dipilih, perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk

mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi yang diinginkannya

(32)

10

2.3. Perilaku Konsumen

Konsumen adalah raja, itulah ungkapan yang sering dinyatakan oleh

pemasar. Konsumen bukan benda mati yang tidak dapat berpikir, yang

dapat dimanipulasi semaunya oleh pemasar. Perilaku Konsumen oleh Engel,

dkk (1994), didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk

proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2002) mendefinisikan

perilaku konsumen sebagai berikut.

"The term consumer behavior refers to the behavior that consumer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products and services that they expect will satisfy their needs"

"Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan

konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi,

menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan

kebutuhannya".

Manusia pada umumnya sangat rasional dan memanfaatkan secara

sistematis informasi yang tersedia. Orang mempertimbangkan implikasi dari

tindakannya sebelum memutuskan untuk melibatkan diri atau tidak

melibatkan diri didalam perilaku tertentu (Ajzen and Fishbein dalam Engel,

dkk 1994)

Secara umum, ada 5 langkah keputusan konsumen dalam memenuhi

kebutuhannya, yaitu :

1. Pengenalan kebutuhan. Konsumen merasakan dan memikirkan

perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi yang terjadi.

2. Pencarian informasi. Konsumen mencoba mengingat informasi

(pencarian internal) atau mendapatkan informasi dari lingkungan

(pencarian eksternal).

3. Evaluasi alternatif. Konsumen menyusun dan mengevaluasi pilihan yang

didapat dan menyesuaikannya dengan manfat yang diharapkan.

4. Pembelian. Konsumen memperoleh pilihan dan melakukan pembelian

(33)

11

5. Hasil. Konsumen mengevaluasi, apakah pilihan memenuhi kebutuhan

dan harapan segera sesudah digunakan.

Dalam langkah-langkah keputusan konsumen tersebut ada beberapa faktor

yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada pola konsumsi atau

perilaku konsumen di Indonesia adalah budaya. Budaya yang

melatarbelakangi kehidupan seseorang sangat berpengaruh pada pemilihan

produk yang akan dikonsumsinya. Dalam memilih pakaian misalnya,

seseorang yang berlatar belakang budaya Minang (Sumatera Barat) akan

lebih menyukai pakaian berwarna merah, sedangkan seseorang yang berlatar

belakang budaya Jawa mungkin lebih menyukai pakaian berwarna cokelat.

Selain itu pengaruh agama juga sangat terasa, misalnya orang Minang yang

latar belakang agama Islamnya sangat kuat wanitanya akan memilih

pakaian-pakaian panjang (baju muslim). Dalam pemilihan produk makanan

juga demikian, hampir seluruh warga negara Indonesia tidak akan

mengkonsumsi produk makanan yang mengandung babi karena tidak halal.

Engel, dkk dalam Sumarwan (2002) menyebutkan 10 sikap dan

perilaku yang sangat dipengaruhi oleh budaya, yaitu :

1.Kesadaran diri dan ruang (Sense of self and space)

2.Komunikasi dan bahasa

3.Pakaian dan penampilan

4.Makanan dan kebiasaan makan

5.Waktu dan kesadaran akan waktu

6.Hubungan keluarga, organisasi dan lembaga pemerintah

7.Nilai dan norma

8.Kepercayaan dan sikap

9.Proses mental dan belajar

(34)
[image:34.612.149.504.97.549.2]

12

Gambar 2. Pandangan umum terhadap model perilaku pengambilan keputusan konsumen serta pengaruhnya (Engel, dkk 1994).

PENGARUH LINGKUNGAN ƒ Budaya

ƒ Kelas Sosial

ƒ Pengaruh Pribadi

ƒ Keluarga

ƒ Situasi

PERBEDAAN INDIVIDU ƒ Sumber daya

Konsumen

ƒ Motivasi dan Keterlibatan

ƒ Pengetahuan

ƒ Sikap

ƒ Kepribadian, Gaya hidup dan

Demografi

PROSES PSIKOLOGIS ƒ Pengolahan

Informasi

ƒ Pembelajaran

ƒ Perubahan Sikap dan Perilaku

PROSES KEPUTUSAN

Pengenalan Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Pembelian

(35)

13

: Location of meaning

[image:35.612.132.521.74.383.2]

: Instrument of meaning

Gambar 3. Proses komunikasi makna budaya

(Schiffman and Kanuk dalam Sumarwan 2002).

2.4. Kosmetik

Kosmetik menurut kamus bahasa Indonesia (Suharto dan Irianto 1989)

berarti alat-alat kecantikan seperti bedak, krem, lotion, dan lain-lain untuk

memperindah wajah, kulit dan sebagainya. Pengguna kosmetik adalah para

wanita dan remaja putri. Sedangkan menurut www.itcp.or.jp (2005), definisi

kosmetik secara umum meliputi apa yang disebut kosmetik dan quasi-drugs

(produk setengah obat) dalam The Pharmaceutical Affairs Law. Menurut Purwantyastuti dari bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia (http://www.kompas.com, 2002), definisi kosmetik adalah zat

kimia-baik dari tanaman maupun laboratorium-yang ditaruh dikulit atau

rambut.

DUNIA YANG BERBUDAYA

SISTEM PERIKLANAN SISTEM FESYEN

BARANG-BARANG KONSUMEN

RITUAL PEMILIKAN

RITUAL PEMBUANGAN RITUAL

PERTUKARAN

RITUAL PEMAKAIAN

(36)

14

Di dalam memilih kosmetik yang baik dalam hal ini cocok dengan

pemakai, Rikyanto (http://www.pelita.or.id, 2006) mempunyai ciri-ciri

khusus, yaitu kosmetik harus memiliki keamanan yang cukup yaitu tidak

menggunakan bahan terlarang seperti Hydrargerum, disamping itu kosmetik harus memiliki mutu dengan produksi yang baik dan hanya menggunakan

bahan dengan spesifikasi yang sesuai dengan kosmetik. Misalnya tabir surya

adalah zat yang dapat menyerap sedikitnya 85% sinar matahari dengan

panjang gelombang 290-320 nanometer tetapi dapat meneruskan sinar pada panjang gelombang lebih dari 320 nanometer.

2.5. Halal

Perusahaan yang ingin menyatakan bahwa produknya halal harus

mendapatkan sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI

(Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetik Majelis Ulama

Indonesia). Menurut LP POM MUI dalam www. LPPOM-MUI Home page

(2005), yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi

syarat kehalalan sesuai syari’at Islam, yaitu :

1. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi

2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan, seperti bahan-bahan

yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain

sebagainya.

3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut

tata cara syari’at Islam.

4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat

pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika

pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya

terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut

syari’at Islam.

5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar

(37)

15

Ada 5 langkah kebijakan halal dari Departemen Agama untuk

menjamin kehalalan produk pangan, obat-obatan dan kosmetik, yaitu dari

segi :

a. Bahan (zatnya), baik bahan baku maupun bahan tambahan.

b. Proses produksi (tidak terkontaminasi najis).

c. Penyimpanan (tidak boleh ada kontaminasi najis).

d. Distribusi, peralatan maupun orang yang mendistribusikannya tidak

boleh terkontaminasi najis).

e. Penyajian/displai (tidak terkontaminasi najis).

Dalam World Halal Food Council di Kuala Lumpur Auditorium dan staf ahli LPPOM MUI mengungkapkan bahan-bahan yang merupakan titik

kritis kehalalan dalam kosmetik (noor.co.id, 2004), diantaranya :

a. Lemak dan turunannya (gliserin, stearic, dan acid) yang biasanya sebagai bahan pembuat lipstik, sabun, krim dan lotion yang berasal dari hewan.

b. Kolagen dan Elastin berguna untuk menjaga kelenturan kulit. Zat ini

sering digunakan sebagai produk pelembab. Zat ini merupakan jaringan

yang berasal dari hewan.

c. Ekstrak placenta dan amnion (cairan ketuban). Biasanya digunakan untuk peremajaan kulit dan biasanya diperoleh dari hewan, serta

beberapa zat lain yang dapat berasal dari hewan yang diharamkan.

Menurut http://www.majelisulama.com (2005) Sebelum produsen

mengajukan sertifikat halal bagi produknya, maka terlebih dahulu

disyaratkan yang bersangkutan menyiapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Produsen menyiapkan suatu sistem mutu (Quality system) yang dapat menjamin kehalalan produknya.

2. Sistem mutu tersebut harus didokumentasikan secara jelas dan rinci,

serta merupakan bagian dari kebijaksanaan manajemen produsen.

3. Dalam pelaksanaannya, sistem mutu ini diuraikan dalam bentuk panduan

mutu (Quality manual). Tujun utama membuat panduan mutu adalah untuk memberikan uraian cukup tentang sistem manajemen mutu yang

(38)

16

sebagai rujukan tetap dalam melaksanakan dan memelihara sistem mutu

tentang kehalalan produk tersebut.

4. Produsen mempersiapkan prosedur baku pelaksanaan (Standard operating procedure atau SOP) untuk mengawasi setiap tahap proses yang kritis, agar kehalalan produknya dapat terjamin.

5. Baik panduan mutu dan prosedur baku pelaksana (operasi) yang

disiapkan untuk dimasyarakatkan dan diuji coba dilingkungan produsen,

sehingga seluruh jajaran dari mulai direksi sampai karyawan memahami

betul bagaimana memproduksi produk yang baik dan halal.

6. Produsen melakukan pemeriksaan (audit) secara internal dan

pengevaluasiannya, apakah sistem mutu menjamin kehalalan produk ini

dilakukan sebagaimana mestinya. Sistem mutu termasuk panduan mutu

dan prosedur baku pelaksanaan tersebut dilampirkan pada surat

pengajuan sertifikasi halal.

Masa berlaku dari sertifikat halal adalah satu tahun, kecuali untuk

daging impor yang sertifikat halalnya hanya berlaku untuk setiap kali

pengapalan.

Produk kosmetik memang tidak dimakan dan masuk ke dalam tubuh.

Oleh karena itu kosmetik biasanya dikaitkan dengan masalah suci dan najis.

Produk tersebut bisa dikatakan haram jika produk kosmetika tersebut

mengandung bahan-bahan najis, seperti turunan hewan haram (misalnya

kolagen) atau pun bagian dari tubuh manusia (contohnya plasenta).

Sedangkan produk kosmetika halal adalah produk yang tidak mengandung

bahan-bahan najis seperti tersebut di atas (http://www.republika.co.id, 2006)

2.6. Label

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 69 tahun 1999

tentang label dan iklan pangan halal dalam www. tempo interaktif.com

(2004), label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang

berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang

disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau

merupakan bagian kemasan pangan. Keterangan yang dimaksud

(39)

17

a. Nama produk.

b. Daftar bahan yang digunakan.

c. Berat bersih atau isi bersih.

d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke

dalam wilayah Indonesia.

e.Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa.

Label mempunyai beberapa fungsi (Kotler, 2003), yaitu :

a. Identifies (mengidentifikasi) : label dapat menerangkan mengenai produk.

b. Grade (nilai/kelas) : label dapat menunjukkan nilai/kelas dari produk. Produk buah peach kalengan diberi label nilai A, B dan C menunjukkan tingkat mutu.

c. Describe (memberikan keterangan) : label menunjukkan keterangan mengenai siapa produsen dari produk, dimana produk dibuat, kapan

produk dibuat, apa komposisi dari produk dan bagaimana cara

penggunaan produk secara aman.

d. Promote (mempromosikan) : label mempromosikan produk lewat gambar dan warna yang menarik.

Menurut PPRI No.69 pasal 10, setiap orang yang memproduksi atau

memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk

diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat

Islam, bertanggungjawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib

mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label.

2.7. Merek

Merek adalah indikator nilai yang anda tawarkan kepada pelanggan.

Merek merupakan aset yang menciptakan nilai bagi pelanggan dengan

memperkuat kepuasan dan loyalitasnya. Merek menjadi “alat ukur“ bagi

mutu nilai yang Anda tawarkan (Kartajaya, 2004)

Dalam UU No. 15 tahun 2001, merek adalah tanda berupa gambar,

nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombisasi dari

(40)

18

kegiatan perdagangan barang atau jasa. Ada beberapa tanda yang tidak boleh

dijadikan merek (http://idkm.deperin.go.id, 2006). Tanda-tanda tersebut

adalah :

a. Tanda yang tidak memiliki daya pembeda, misalnya hanya sepotong

garis, garis yang sangat rumit atau kusut.

b. Tanda yang bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum,

misalnya gambar porno atau menyinggung perasaan keagamaan.

c. Tanda berupa keterangan barang, misalnya merek kacang untuk produk

kacang.

d. Tanda yang telah menjadi milik umum, misalnya tanda lalu lintas.

e. Kata-kata umum, misalnya kata rumah, kota dan sebagainya.

Menurut Durianto, dkk (2004a), merek mengandung janji perusahaan

untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat dan jasa tertentu kepada

pembeli. Merek lebih dari sekedar jaminan, mutu karena di dalamnya

tercakup 6 pengertian berikut :

1.Atribut produk, seperti halnya mutu, gengsi, nilai jual kembali, desain,

dan lain-lain.

2.Manfaat. Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen

sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut.

3.Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.

4.Budaya. Merek mencerminkan budaya tertentu.

5.Kepribadian. Merek mencerminkan kepribadian tertentu.

6.Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut.

Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor

(Durianto, dkk 2004b), seperti :

a. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji

emosi menjadi konsisten dan stabil.

b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan bangsa.

c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.

d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi konsumen.

(41)

19

f. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.

Konsumen yang merasa puas terhadap produk atau merek yang

dikonsumsi atau dipakai akan melakukan pembelian ulang terhadap produk

tersebut di masa datang. Pembelian ulang terhadap produk yang sama terus

menerus menunjukkan loyalitas konsumen terhadap merek. Sumarwan

(2002) mendefinisikan loyalitas merek (brand loyalty) sebagai sikap positif

seorang konsumen terhadap suatu merek. Konsumen memiliki keinginan

yang kuat untuk membeli ulang merek yang sama pada saat sekarang

maupun masa datang. Keinginan kuat tersebut dibuktikan dengan selalu

membeli merek yang sama.

Mowen and Minor dalam Sumarwan (2002) mengemukakan bahwa

ada dua pendekatan untuk memahami loyalitas merek, yaitu pendekatan

perilaku (behavioral approaches to brand loyalty) dan pendekatan sikap

(attitudinal measures of brand loyalty). Pendekatan perilaku melihat

loyalitas merek berdasarkan kepada pembelian merek. Pendekatan perilaku

tidak mengungkapkan alasan seorang konsumen loyal terhadap suatu merek.

Sedangkan dalam pendekatan sikap, menyatakan bahwa konsumen yang

loyal terhadap suatu merek adalah konsumen yang menyatakan sangat

menyukai merek tersebut dan kemudian membeli dan menggunakan merek

tersebut. Loyalitas merek dibagi ke dalam beberapa kategori berikut :

1.Loyalitas Tak Terbagi (Undivided Loyalty)

2.Kadang Mengganti (Occasional Switch)

3.Loyalitas Mengganti (Switch Loyalty)

4.Loyalitas Terbagi (Divided Loyalty)

5.Merek tidak berbeda (Brand Indifference)

2.8. Kesadaran merek (Brand awareness)

Kesadaran (awareness) menggambarkan keberadaan merek didalam

pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan

(42)

20

konsumen atas mereknya sebagai suatu mekanisme untuk memperluas pasar

merek.

Menurut Durianto, dkk (2004a), brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali suatu merek

sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Piramida kesadaran

merek dari tingkat rendah sampai tingkat tertinggi terlihat pada Gambar 4.

Top of Mind

Brand Recall

Brand Recognition

[image:42.612.166.490.214.363.2]

Unware of Brand

Gambar 4. Piramida kesadaran merek (Durianto, dkk 2004b)

2.9. Perpindahan Merek (Brand switching)

Brand switching adalah perpindahan atau peralihan merek yang digunakan oleh konsumen untuk setiap waktu penggunaan produk

(www.swa.co.id, 2005). Di masa sekarang banyak sekali produk-produk

yang beredar di pasaran dengan berbagai merek. Untuk jenis produk sabun,

terdapat lebih dari 10 merek yang ada di pasaran. Banyaknya merek dari

jenis produk yang sama tersebut menyebabkan konsumen mudah untuk

berganti-ganti merek. Tingkat Brand switching menunjukkan sejauhmana sebuah merek memiliki pelanggan yang loyal.

Menurut Durianto, dkk (2004b), langkah-langkah yang dapat ditempuh

perusahaan untuk mengurangi peralihan konsumen ke merek lain dan

meningkatkan kesetiaan kepada merek adalah :

a. Menjaga hubungan yang saling menguntungkan dengan pelanggan.

(43)

21

c. Menciptakan biaya peralihan yang tinggi yang mampu menyulitkan

konsumen untuk berpindah merek.

d. Memberi imbalan atas loyalitas pelanggan.

e. Memberi pelayanan ekstra kepada pelanggan.

Perpindahan merek dapat terjadi, jika merek tidak melekat kuat dalam

benak konsumen atau sering disebut bahwa brand awareness dari konsumen terhadap produk rendah. Menurut Kartajaya (2004), sekedar mengandalkan

iklan atau promosi tidak cukup untuk memperkuat merek. Dalam hal ini

pengusaha harus mulai mempertimbangkan event marketing (EM) ataupun

marketing public relations (MPR).

2.10.Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2005), peralihan merek

seringkali terjadi, apabila konsumen merasa tidak terpuaskan dalam

mengkonsumsi suatu merek produk. Ketidakpuasan tersebut dapat berasal

dari mutu produk yang semakin menurun, harga yang semakin mahal,

kegiatan promosi yang tidak menarik dan pelayanan sangat minim. Dalam

hal ini perusahaan berkewajiban menjaga kepuasan pelanggan agar ikatan

antara pelanggan dengan perusahaan akan semakin kuat. Hubungan yang

harmonis antara keduanya akan mengurangi tingkat peralihan konsumen ke

merek produk lain.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kustiyah (2003), kosmetik

Wardah unggul dalam hal kehalalan produk. Kehalalan produk dianggap hal

yang sangat penting oleh konsumen. Tetapi keunggulan Wardah dalam

kehalalan belum cukup untuk menjadikan Wardah sebagai merek kosmetik

yang paling diingat. Maka dari itu perusahaan harus membuat strategi

(44)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Perusahaan perlu menetapkan strategi pemasaran dalam upaya

mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama dari strategi pemasaran adalah

mengalokasikan dan mengkoordinasikan sumber daya dalam kegiatan

pemasaran untuk mencapai tujuan perusahaan di dalam pasar yang dituju.

Penerapan strategi pemasaran oleh perusahaan melibatkan bauran

pemasaran, yang terdiri dari produk, harga, saluran distribusi dan promosi.

Perusahaan yang berperan sebagai produsen dalam memenuhi

kepuasan konsumen harus memproduksi produk yang memenuhi keinginan

konsumen. Dalam hal ini konsumen menginginkan produk bermutu tinggi,

dengan tampilan dan kemasan bagus, disertai dengan garansi atau jaminan

yang dapat dipercaya. Untuk menunjukkan bahwa produk tersebut bermutu

dan terjamin, maka perusahaan sebagai produsen harus melakukan

pelabelan.

Konsumen yang beragama Islam membutuhkan keterangan tambahan

dalam pelabelan, yaitu label halal, yang menjelaskan produk tersebut tidak

diharamkan oleh syariat Islam. Produk yang memiliki label halal akan

memberikan ketenangan secara lahir dan batin pada konsumen pemakainya.

Merek yang sudah memiliki posisi baik di benak konsumen sasarannya

akan mendapatkan loyalitas dari konsumennya, yaitu tidak akan ragu untuk

terus memakai merek tersebut dan bahkan mempengaruhi orang lain untuk

ikut memakai merek yang sama. Tidak adanya keraguan dalam memakai

produk telah menyebabkan konsumen enggan untuk beralih ke merek lain.

Dengan demikian, perusahaan akan mencapai tujuannya dan mendapatkan

(45)
[image:45.612.133.507.137.615.2]

23

Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian

PT. PUSAKA TRADISI IBU

WARDAH

PRODUK HARGA PROMOSI DISTRIBUSI

MUTU TAMPILAN MODEL PILIHAN

NAMA MEREK

GARANSI/ JAMINAN

LABEL HALAL

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI MEREK

(BRAND IMAGE) PRODUK

PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP

BRAND SWITCHING

(46)

24

3.2. Metodologi Penelitian

3.2.1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di 5 kecamatan di Jakarta Selatan, yaitu

kecamatan Cilandak, kecamatan Pancoran, kecamatan Kebayoran baru,

kecamatan Kebayoran lama dan kecamatan Jagakarsa. Pemilihan lokasi

dilakukan secara purposif dengan pertimbangan penyebaran produk

Wardah di DKI Jakarta tertinggi adalah di Jakarta Selatan (Tabel 1).

Penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu sejak bulan April

sampai dengan Juni 2006.

3.2.2. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan

data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data

primer didapatkan dengan metode survei. Survei dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner (Lampiran 1 dan 2) pada wanita berusia 20-35

tahun yang berdomisili di Jakarta Selatan dan pernah mencoba produk

kosmetik sebagai responden. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan

yang diajukan peneliti untuk mengetahui respon responden mengenai

label halal yang terdapat pada kosmetik. Kuesioner berisi tanggapan

konsumen mengenai label halal yang dimiliki produk, alasan

perpindahan merek kosmetik dan pengaruhnya terhadap perpindahan

dari merek lain ke Wardah.

Data sekunder dikumpulkan dari perusahaan, Badan Pusat

Statistik (BPS), Internet dan media lainnya. Data tersebut bersumber dari

studi pustaka dan literatur.

Dalam penelitian ini, pemilihan contoh dilakukan dengan

penarikan contoh non peluang dengan menggunakan metode quota

sampling. Menurut Durianto, dkk (2004b), metode quota sampling

biasanya menggunakan data dari populasi yang berkaitan dengan

demografi (kependudukan) seperti lokasi geografis, usia, jenis kelamin,

pendidikan, dan pendapatan. Pada dasarnya, quota sampling ini dapat

dikatakan sebagai judgement sampling dua tahap. Tahap pertama adalah

(47)

25

populasi yang akan ditelitinya. Tahapan kedua adalah penentuan

bagaimana contoh akan diambil, secara convenience atau judgment.

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan kategori kontrol

adalah jenis kelamin, usia dan geografis. Contoh yang diambil adalah

penduduk berjenis kelamin perempuan di wilayah Jakarta Selatan yang

berusia 20-35 tahun dengan jumlah contoh sesuai dengan jatah yang

ditentukan dari populasi. Tahap kedua, peneliti mensyaratkan penduduk

tersebut pernah menggunakan kosmetik yang tidak berlabel halal.

Pengambilan contoh dengan batas usia 20-35 tahun berdasarkan

segmentasi Wardah, yaitu wanita usia 20-35 tahun. Survei responden

disebarkan kepada 100 orang. Jumlah tersebut diambil berdasarkan

rumus Slovin dalam Umar (2000) :

n = 2

1 Ne

N

+ ………...……….(3)

dengan

n = jumlah contoh

N = jumlah populasi

e = nilai kritis yang digunakan yaitu 10%

Menurut BPS, penduduk usia 20-39 di wilayah Jakarta Selatan

pada tahun 2003 adalah 799.350 jiwa.

n = 2

1 Ne

N

+

=

(

)( )

2

1 , 0 350 . 799 1 350 . 799 +

= 99,987

5 , 7994 350 . 799 =

∴n = 99,987 ≈ 100

maka didapatkan angka 100 orang yang mewakili populasi untuk

dijadikan contoh penelitian. Dalam hal ini, contoh dibatasi di Jakarta

Selatan karena menurut Kustiyah (2003) penyebaran produk Wardah di

(48)
[image:48.612.172.504.77.295.2]

26

Tabel 1. Penyebaran produk Wardah di toko kosmetik seluruh DKI

Wilayah Jumlah Toko

Jakarta Barat 30

Jakarta Selatan 55

Jakarta Pusat 28

Jakarta Timur 47

Jakarta Utara 8

Sumber : Kustiyah, 2003

Dalam pengumpulan data untuk responden, penulis

menggunakan metode Self Administrasi Survei, yaitu penelitian dimana

responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner (Oktavina, 2004).

3.2.3. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara,

diolah dengan Microsoft Excel dan Software SPSS version 12.0.

Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan terlebih dahulu

memberikan kode (coding) terhadap data yang diperoleh untuk

menyeragamkan data. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

analisis tanggapan responden mengenai label halal yang dimiliki produk

kosmetik Wardah dan pengaruhnya terhadap perpindahan merek produk

yang dilakukan konsumen.

3.2.3.1. Pengujian Alat Ukur

Sebelum mengumpulkan data dengan menyebarkan seluruh

kuesioner, terlebih dahulu dilakukan pengujian kesahihan (validity)

dan keterandalan (reliability) kuesioner.

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan dan keshahihan suatu alat. Validitas instrumentasi

menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang diukur (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pengukuran validitas

(49)

27

alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai

kerangka konsep.

Sebelum instumentasi digunakan, dilakukan uji coba terlebih

dahulu di lapangan. Cara yang digunakan untuk mengetahui validitas

instrumentasi yang digunakan adalah dengan mengkorelasikan antara

skor yang diperoleh pada masing-masing pertanyaan dengan skor

total. Apabila skor semua pertanyaan yang disusun berkorelasi

dengan skor total, maka dapat dikatakan bahwa instrumentasi sahih.

Koefisien korelasi tingkat validitas yang dipakai adalah teknik

korelasi product moment dengan rumus (Singarimbun dan Effendi,

1995) :

[

(

)

][

(

)

]

)

(

)

(

2 2 2 2

y

y

N

X

X

N

y

X

Xy

N

r

xy

=

…...………..(4) Dimana:

rxy = koefisien korelasi tingkat validitas

X = jumlah skor maksimum yang dicapai

Y = total skor keseluruhan

N = jumlah responden

Untuk mengetahui tingkat kesahihan instrumen yang

digunakan, maka koefisien korelasi tingkat validitas (rxy)

dibandingkan dengan nilai r product moment pada p < 0,05. Apabila

nilai korelasinya lebih besar dari r tabel maka pertanyaan tersebut

valid.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau terhandal, yang dalam

penelitian ini digunakan uji teknik belah dua, yaitu dengan membagi

item pertanyaan berdasarkan nomor genap dan ganjil (Singarimbun

(50)

28

Dimana:

r.tot = koefisien reliabilitas

r.tt = angka korelasi kedua belahan

Hasil uji realibilitas masing-masing peubah kuesioner

memiliki rhitung > rtabel. Nilai rhitung adalah 0,563, sedangkan nilai rtabel

untuk n = 30 dengan taraf nyata (α) = 5% adalah 0,24. Karena nilai

rhitung lebih besar dari rtabel , dapat dikatakan kuestioner yang

digunakan adalah reliabel. Hasil uji reliabilitas dan validitas pada

kuesioner penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.2.3.2. Tabulasi Deskriptif

Untuk data karakteristik responden dan pemahaman dan

kepedulian responden terhadap label halal, akan dianalisis dari data

kualitatif menjadi data kuantitatif dengan Microsoft Excel dan akan

disajikan dalam bentuk tabulasi. Analisis ini merupakan pengaturan

data ke dalam satu tabel berdasarkan jawaban yang sama, kemudian

dipersentasekan. Persentase dengan jumlah terbesar, merupakan

faktor yang dominan dari masing-masing peubah yang diteliti.

3.2.3.3. Analisis Pengaruh Label Halal Terhadap Tingkat Perpindahan Merek

a.Analisis Khi-kuadrat (χ2)

Khi-kuadrat merupakan satu rangkaian analisis yang dapat

digunakan untuk menguji hubungan antara dua peubah

kategorikal. Khi-kuadrat dilambangkan dengan χ2, sehingga

tt tt tot

r

r

r

.

1

)

.

(

2

.

+

(51)

29

selalu bertanda positif. Rumus khi-kuadrat (χ2) yang digunakan

sebagai berikut:

……….(6)

Dimana:

χ2

= hasil khi-kuadrat hitung

Qij = jumlah pengamatan untuk kasus-kasus yang dikategorikan

dalam baris ke-i kolom ke-j

Eij = banyaknya kasus yang diharapkan dibawah Ho untuk

dikategorikan dalam baris ke-i kolom ke-j

i = jumlah kolom

j = jumlah baris

Tahapan-tahapan dalam melakukan analisis khi-kuadrat

( )

χ2 adalah sebagai berikut (Budi, 2006) :

1. Menentukan rumusan hipotesis statistik

a. Ho : Tidak ada hubungan antara peubah baris dan peubah

kolom.

b. Ha : Ada hubungan antara peubah baris dan peubah kolom.

2. Menentukan nilai kritis

Nilai kritis ditentukan berdasarkan taraf nyata (α) dan

derajat bebas atau db. Rumus derajat bebas adalah db = (c-1)

(R-1), dimana c adalah jumlah kategori kolom dan R adalah

jumlah kategori baris. Taraf nyata yang digunakan adalah

5%.

3. Menentukan nilai khi-kuadrat hitung

Eij

Eij

Qij

X

k

j r

i

2

1 1

2

=

(

)

(52)

30

4. Pengambilan keputusan tentang menerima atau menolak Ho

dan atau Ha dengan cara membandingkan khi-kuadrat

( )

χ2

hitung dengan khi-kuadrat

( )

χ2 tabel.

5. Kesimpulan didasarkan pada keputusan menolak atau

menerima Ho dan atau Ha.

b.Brand Switching Pattern Matrix

Brand switching pattern matrix merupakan matrik yang tersusun dari peluang-peluang perpindahan merek. Metode yang

digunakan dalam brand switching pattern matrix adalah metode

rantai Markov. Dari matriks brandswitching akan didapatkan rasio

peluang perpindahan merek (possibility of transition) dan prediksi

pangsa pasar yang akan datang.

1. Rantai Markov

Menurut Winston dalam Hadi (2005), definisi rantai Markov

adalah sebuah proses stokastik dengan waktu diskret adalah

suatu rantai Markov, jika untuk waktu t = 0,1,2,… dan seluruh

keadaan memenuhi kriteria:

P

(

Xt+1 =it+1 Xt+1 = Xt =it,....,X1 =i1,X0 =i0

)

P

(

Xt+1 =it+1 Xt =it

)

……….(7)

Asumsi selanjutnya adalah semua keadaan ί dan j serta seluruh

waktu t,

Rasio perpindahan merek P

(

Xt+1 =it+1 Xt =it

)

bebas dari t,

sehingga dapat ditulis :

P

(

Xt+1 = jXt =i

)

=Pij………(8)

dimana Pij adalah peluang terjadinya keadaan j pada waktu t + 1

dengan syarat keadaan ί pada waktu t telah terjadi.

Jika sistem bergerak dari keadaan ί selama satu periode dan

keadaan j selama periode berikutnya, dikatakan telah terjadi

(53)

Gambar

Gambar 1. Keputusan-keputusan di dalam empat unsur bauran pemasaran (Boyd, dkk, 2000)
Gambar 2. Pandangan umum terhadap model perilaku pengambilan keputusan konsumen serta pengaruhnya (Engel, dkk 1994)
Gambar 3. Proses komunikasi makna budaya  (Schiffman and Kanuk dalam Sumarwan 2002).
Gambar 4. Piramida kesadaran merek (Durianto, dkk 2004b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku konsumen terhadap kosmetik halal akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif, pola perpindahan merek konsumen akan dianalisis dengan brand switching pattern

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tentang pesan label halal kosmetik wardah terhadap tingkat kepercayaan mahasiswi UII Yogyakarta pada produk

Wardah adalah produk yang sudah memiliki label halal dari BPPOM sehingga konsumen yang khususnya beragama muslim lebih condong memilih produk kosmetik yang

ANALISIS KUALITAS PRODUK DAN LABEL HALAL PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK WARDAH (Study Kasus Mahasiswa UIN Walisongo Semarang periode 2016).. Terimakasih atas partisipasi anda

Tugas Akhir ini diberi judul “Pengaruh Label Halal, Iklan Televisi, dan Celebrity Endorser terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Wardah pada Wanita di

“Analisis Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Wardah (Studi Pada Mahasiswi Ekonomi Syariah Angkatan 2016-2020

antara label halal dengan minat beli konsumen dalam memilih produk kosmetik di toko Qween Cosmetics and Perfumes.. label halal dengan minat beli atau Ho ditolak dan

Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN Pengaruh Label Halal Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah dengan Religiusitas Sebagai Variabel Moderating