• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Iklan Produk Kecantikan Di Televisi Dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Iklan Produk Kecantikan Di Televisi Dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN IKLAN PRODUK KECANTIKAN DI TELEVISI

DENGAN ORIENTASI TUBUH WANITA BEKERJA

(Studi di Kelurahan Menteng, Kota Bogor dan Desa Cihideung Udik,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

LIDIA ASTUTI

I34050954

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

ABSTRAK

Fast along itstechnological growth and information, media placed by as one of factor with the biggest influence in image forming in society. One media form rendering big portion in the case of image forming in society is advertisement. One other most is intensively carried by media advertisement is hit the picture ofis beauty of and picture of woman beauty. Television for example nya, have identified the woman image of through/ passing advertisement of beauty product. The advertisement always present the woman in the form of which diafirmasikan as ideal form. ideal woman buttonhole as an slender woman figure have, beautiful foot/feet to, thigh, waist, and slim hip, big enough bosom and white husk smoothly. Motivation from outside party ever also its important image hypodermic is appearance captivate, beautiful, fascinating, sensual, and so that seeing young at woman. This matter affect to girls which start to look into vitally of aspect of outward appearance and start conduct the evaluation at its body. Is hence formed by a body orientation which different each other in every woman

(3)

RINGKASAN

LIDIA ASTUTI. Hubungan Iklan Produk Kecantikan di Televisi dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Siti Amanah M,Sc).

Seiring pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, media ditempatkan sebagai salah satu faktor dengan pengaruh terbesar dalam pembentukan pencitraan di masyarakat. Satu bentuk media yang menyumbangkan porsi besar dalam hal pembentukan pencitraan dalam masyarakat adalah iklan. Salah satu yang paling gencar diusung oleh iklan-iklan media adalah mengenai gambaran keindahan dan gambaran kecantikan wanita. Televisi sebagai contohnya, telah mengidentifikasikan pencitraan wanita melalui iklan produk-produk kecantikan. Iklan-iklan tersebut selalu menampilkan wanita dalam bentuk yang diafirmasikan sebagai bentuk yang ideal. Tubuh-tubuh ideal biasanya ditampilkan dalam majalah, film, telvisi, dan dunia periklanan yang menggambarkan atau menyajikan sosok perempuan ideal sebagai suatu figur perempuan langsing, berkaki indah, paha, pinggang, dan pinggul ramping, payudara cukup besar dan kulit putih mulus.

Dorongan dari pihak luar senantiasa juga menginjeksikan citra pentingnya penampilan memikat, cantik, mempesona, sensual, dan agar tampak muda pada wanita. Hal ini berdampak kepada para wanita yang mulai memandang amat penting aspek-aspek penampilan luar, seperti kegandrungan akan aerobik, kebugaran, operasi plastik, facial treatment, fitness menjadi suatu kebiasaan baru bagi kehidupan mereka. Tidak jarang, efek dari pemakaian yang tidak sesuai menimbulkan bermacam-macam masalah fisik maupun psikologis pada wanita itu sendiri. Ketidakpuasan terhadap tubuh yang besar menyebabkan makin kuatnya keinginan para perempuan untuk melakukan segala cara demi memperbaiki penampilan fisiknya.

(4)

karena itu pada wanita bekerja dituntut lebih mementingkan aspek-aspek fisik dibandingkan aspek lainnya.

Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan di Kelurahan Menteng Kota Bogor dan Desa Cihideung Udik Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pemilihan responden dilakukan secara

purposive sampling, dengan jumlah responden 60 orang yang terdiri 30 wanita bekerja wilayah perkotaan dan 30 wanita bekerja wilayah pedesaan. Data kemudian dianalisis secara deskriptif, menggunakan software SPSS versi 16.0.

Hasil penelitian mengungkap bahwa terdapat perbedaan karakteristik individu (usia, tingkat pendidikan formal, gaya hidup, aktifitas pekerjaan, dan tingkat pendapatan) wanita bekerja wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan. Perbedaan ini dikarenakan karena perbedaan akan kondisi geografisnya dimana kawasan perkotaan merupakan kawasan industri sedangkan wilayah pedesaan cenderung kawasan pertanian, selain itu perbedaan tingkat pendidikan formal dimana wanita bekerja di pedesaan kebanyakan hanya lulusan Sekolah Dasar dan wanita bekerja perkotaan kebanyakan Lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir. Perbedaan aktifitas dalam bekerja juga berbeda secara signifikan antara wanita bekerja wilayah perkotaan dan pedesaan, dimana wanita bekerja perkotaan bergerak dibidang industri dan jasa sedangkan wanita pedesaan dibidang pertanian sehingga tingkat pendapatan yang mereka perolehpun berbeda dan berbeda pula gaya hidup untuk kecantikan.

(5)

HUBUNGAN IKLAN PRODUK KECANTIKAN DI TELEVISI

DENGAN ORIENTASI TUBUH WANITA BEKERJA

(Studi di Kelurahan Menteng, Kota Bogor dan Desa Cihideung Udik,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

LIDIA ASTUTI

I34050954

SKRIPSI

Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama : Lidia Astuti

Nomor Pokok : I34050954

Judul : Hubungan Iklan Produk Kecantikan di Televisi dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Siti Amanah M,Sc NIP. 19670903 199212 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 198303 1 001

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 September 1987, dari pasangan Dt. Bandaro Hitam dan Elisda. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah:

• TK Hubaya II, Jakarta, 1992-1993

• SD Negeri 03 Pagi, Jakarta, 1993-1999

• SLTP Negeri 09 Jakarta, 1999- 2002

• SMA Negeri 105 Jakarta, 2002-2005

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Hubungan antara Iklan Produk Kecantikan di Televisi dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja” ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara iklan produk kecantikan dengan orientasi tubuh wanita bekerja. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema yang relevan untuk ditelaah lebih lanjut pada saat ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Bogor, September 2009

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu selama masa penulisan hingga penyelesaian skripsi ini, antara lain:

1. Ibu Dr. Ir. Siti Amanah M,Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi.

2. Ibu Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M,Si sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis.

3. Ibu Ir. Anna Fatchiya M,Si sebagai dosen penguji dari Departemen KPM yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis.

4. Mama, Papa, Uwan, Kodil dan Anum atas doa, kasih sayang, cinta, perhatian, dukungan moral, materil dan segalanya yang telah diberikan kepada penulis.

5. Eksa Bara Adiyaksa atas doa, dukungan, kesabaran dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini kepada penulis.

6. Seluruh anak-anak futsal, bungo puteh, BEM KM, dan Himasiera atas kebersamaan dan dukungannya.

7. Teman seperjuanganku, Tibi dan Maria atas dukungan semangat untuk terus menyusun skripsi dan juga Rama GM 42 dan Memet yang sudah membantu penulis dalam mengolah data.

8. Gencitcong Community, Picu, Upil, Waina, Vidy, Acit, Mora, Vboy, Dina, Mimo, Dito, Bibob, Adit, Edu, Mimi, Utha, Idham, Riri, Wagi, Uday, Ijal, Bowo dan Qnyong atas segala keceriaan, kebersamaan, kehangatan dan segala dukungan yang kalian berikan selama ini dan seluruh anak-anak KPM 42.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penulisan ... 6

1.4 Kegunaan Penulisan ... 7

BAB II. KERANGKA TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Komunikasi Massa ... 8

2.1.2 Televisi sebagai Sarana Iklan di Media Massa ... 10

2.1.3 Citra Perempuan dalam Iklan Kosmetik di Televisi ... 13

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh Wanita ... 14

2.1.5 Pengaruh Iklan Televisi terhadap Citra Tubuh Wanita Pekerja ... 16

2.1.6 Dampak Pencitraan Tubuh Ideal Pada Wanita Pekerja ... 18

2.2 Kerangka Pemikiran ... 19

2.3 Hipotesis Uji ... 21

2.4 Definisi Operasional ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Teknik Pemilihan Responden ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 28

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Desa Cihideung Udik ... 29

4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana ... 29

4.1.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian ... 31

4.2 Kelurahan Menteng Kota Bogor ... 33

4.2.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana ... 33

(12)

BAB V. GAMBARAN UMUM RESPONDEN

5.1 Responden Wanita Bekerja Wilayah Pedesaan ... 37

5.2 Responden wanita Bekerja Wilayah Perkotaan ... 37

BAB VI. GAMBARAN UMUM IKLAN PRODUK KECANTIKAN 6.1 Deskripsi Tayangan ... 39

6.2 Analisis Tayangan ... 42

BAB VII. KARAKTERISTIK WANITA YANG BEKERJA DI WILAYAH PERKOTAAN DAN DI PEDESAAN 7.1 Karakteristik Individu ... 44

7.1.1 Usia Wanita Bekerja ... 44

7.1.2 Tingkat Pendidikan Formal ... 45

7.1.3 Gaya Hidup ... 45

7.1.4 Aktifitas Pekerjaan ... 46

7.1.5 Tingkat Pendapatan ... 47

BAB VIII. ORIENTASI TUBUH WANITA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK DIRI, LINGKUNGAN SOSIAL, DAN IKLAN KECANTIKAN DI TELEVISI 8.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 48

8.1.1 Hubungan Usia Individu dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 48

8.1.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 49

8.1.3 Hubungan Aktifitas Pekerjaan dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 50

8.1.4 Hubungan Gaya Hidup dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 51

8.1.5 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Orientasi Tubuh Wanita ... 54

8.2 Hubungan Karakteristik Sosiologis dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 55

8.2.1 Hubungan Lingkungan Keluarga dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 56

(13)

8.2.2.1 Hubungan Tuntutan Pekerjaan dengan

Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 57 8.2.2.2 Hubungan Rekan Kerja dengan

Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 58 8.2.3 Hubungan Kelompok Sosial dengan

Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 59 8.3 Hubungan Iklan Produk Kecantikan di Televisi dengan

Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 61 8.3.1 Hubungan Model Wanita dan Subtansi Iklan

Produk Kecantikan di Televisi dengan Orientasi

Tubuh Wanita Bekerja ... 61 8.2.2 Hubungan Frekuensi Menyaksikan Iklan Produk

Kecantikan dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja ... 63 8.2.3 Hubungan Durasi Menyaksikan Tayangan

Iklan Produk Kecantikan dengan Orientasi

Tubuh Wanita Bekerja ... 64 8.4 Ikhtisar... 65

BAB IX. KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan ... 67 9.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(14)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Pemanfaatan lahan/penggunaan tanah di

Desa Cihideung Udik Tahun 2007 ... 30 2. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Cihideung Udik Tahun 2007 ... 30 3. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Cihideung Udik Berdasarkan

Tingkat Usia dan Jenis Kelamin per 31 Desember 2007 ... 31 4. Jumlah Penduduk Desa Cihideung Udik Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Tahun 2007 ... 32 5. Jumlah Penduduk Desa Cihideung Udik Berdasarkan

Jenis Pekerjaan Tahun 2007 ... 32 6. Sarana Peribadatan di Kelurahan Menteng Tahun 2007 ... 33 7. Komposisi Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan

Tingkat Usia dan Jenis Kelamin 2007 ... 35 8. Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Tahun 2007 ... 36 9. Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan Mata

Pencaharian Utama Tahun 2007 ... 36 10. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Usia Wanita Perkotaan

dan Pedesaan di Kota Bogor Tahun 2009 ... 44 11. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Tingkat Pendidikan

Perkotaan dan Pedesaan di Kota Bogor Tahun 2009 ... 45

10. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Gaya Hidup Perkotaan

dan Pedesaan di Kota Bogor Tahun 2009 ... 46

13. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Aktifitas Pekerjaan

Perkotaan dan Pedesaan di Kota Bogor Tahun 2009 ... 46

14. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan Hidup

Perkotaan dan Pedesaan di Kota Bogor Tahun 2009 ... 47 15. Sebaran Responden Menurut Kategori Umur dan Citra Tubuh

(15)

16. Sebaran Responden Menurut Kategori Tingkat Pendidikan

dan Citra Tubuh Wanita Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 ... 49 17. Sebaran Responden Menurut Kategori Aktifitas Pekerjaan dan

Citra Tubuh Wanita Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 ... 50 18. Sebaran Responden Menurut Gaya Hidup dan Citra Tubuh

Wanita Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 ... 51 19. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Citra

Tubuh Wanita Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 ... 54 20. Sebaran Responden Menurut Penilaian Keluarga dan Citra

Tubuh Wanita Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 ... 56 21. Sebaran Responden Menurut Tuntutan Pekerjaan dan Citra

Tubuh Wanita Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 ... 57 22. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Penilaian Rekan

Kerja dan Citra Tubuh Wanita Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 ... 58 23. Sebaran Responden Menurut Pengaruh Kelompok dan Citra

Tubuh Wanita Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 ... 60 24. Sebaran Responden Menurut Pengaruh Model dan Subtansi

Iklan Produk Kecantikan di Televisi dan Citra Tubuh Wanita

Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 ... 61 25. Sebaran Responden Menurut Frekuensi Menyaksikan Iklan

Produk Kecantikan di Televisi dan Citra Tubuh Wanita Bekerja

di Kota Bogor Tahun 2009 ... 63 26. Sebaran Responden Menurut Durasi Menyaksikan Iklan Produk

Kecantikan di Televisi dan Citra Tubuh Wanita Bekerja

di Kota Bogor Tahun 2009 ... 64 27. Sebaran Responden Menurut Wilayah terhadap Citra

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Hubungan Iklan Produk Kecantikan dengan

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sebuah pencitraan adalah sebuah persepsi atau gambaran dalam masyarakat yang dibentuk dan diproses dari suatu realitas yang beranjak dari kenyataan, kemudian dibungkus dalam suatu abstraksi yang diberi makna. Menurut Bachtiar (2008) mengemukakan pencitraan adalah karya kreatif yang dibalut dengan berbagai teknik persuasi yang hasilnya menampilkan sesuatu yang lebih menarik dan meyakinkan. Pencitraan terbentuk dengan rancangan argument untuk mengubah persepsi masyarakat untuk mempercayai suatu hal. Sebuah pencitraan dalam sebuah masyarakat dapat terbentuk oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor budaya yang berkembang, faktor kebiasaan yang telah berakar dan faktor media yang berperan sebagai salah satu alat komunikasi dan informasi di masyarakat.

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi belakngan ini, media ditempatkan sebagai salah satu faktor dengan pengaruh terbesar dalam pembentukan pencitraan di masyarakat. Satu bentuk media yang menyumbangkan porsi besar dalam hal pembentukan pencitraan dalam masyarakat adalah iklan. Rasyid (2005) mengatakan iklan merupakan suatu bentuk dari komunikasi yang secara tipikal mencoba untuk membujuk konsumen yang potensial untuk membeli atau mengkonsumsi lebih dari suatu merek atau jasa tertentu. Dalam hal ini iklan membawa misi penting yaitu sebagai sarana pemasaran suatu produk atau jasa yang bersifat persuasi. Oleh karena itu, banyak periklanan dirancang untuk meningkatkan konsumsi akan produk dan pelayanan melalui proses peneguhan atau meyakinkan akan suatu brand image.

(18)

menggambarkan atau menyajikan sosok perempuan ideal sebagai suatu figur perempuan langsing, berkaki indah, paha, pinggang, dan pinggul ramping, payudara cukup besar dan putih kulit mulus (Melliana, 2006:60). Dalam iklan produk kecantikan sebagian besar role model yang dipakai adalah wanita -wanita dengan tubuh yang langsing dan tinggi, berkulit putih, hidung mancung, paras yang manis, dan berambut panjang lurus. Dengan menggunakan role model seperti itu, para produsen produk kecantikan secara sadar telah mengafirmasikan gambaran wanita ideal yang disebut cantik, dan mengharapkan setiap wanita mencontoh atau setidaknya meng-iyakan seperti itulah sosok yang dianggap cantik. Hal ini secara tidak langsung membentuk stereotipwujud wanita cantik yang ideal dan menjadi jurang pemisah untuk wanita “cantik” dan wanita “tidak cantik”. Definisi “Cantik” telah dibentuk oleh media di dalam benak masyarakat secara tidak sadar (Goenawan, 2007), baik melalui iklan maupun tayangan-tayangan sinetron yang ada. Lebih jauh lagi, para wanita di masyarakat menjadikan fitur ideal dalam iklan-iklan produk kecantikan sebagai suatu standar atau patokan dalam hal menilai kecantikan mereka dan orang lain disekitar mereka.

(19)

yang sedang berlaku di masyarakat, dan bagaimana cara mereka yang tidak masuk kriteria tersebut (tidak cantik) mengatasi masalahnya.

Dorongan dari pihak luar juga senantiasa menginjeksikan citra pentingnya penampilan memikat, cantik, mempesona, sensual, dan agar tampak muda pada wanita (Arief, 2001). Hal ini berdampak kepada para wanita yang mulai memandang amat penting aspek-aspek penampilan luar, seperti kegandrungan akan aerobik, kebugaran, operasi plastik, facial treatment, fitness menjadi suatu kebiasaan baru bagi kehidupan mereka. Tidak jarang, efek dari pemakaian yang tidak sesuai menimbulkan bermacam-macam masalah fisik maupun psikologis pada wanita itu sendiri. Contohnya, Krisdayanti yang menjadi icon bagi dunia fashion Indonesia mengungkapkan beratnya kehidupan sebagai seorang diva yang dituntut selalu sempurna,ia mengakui bahwa ia termaksuk artis yang hobby mengoreksi tubuhnya dengan treatment termaksuk operasi. Operasi yang ia lakukan antara lain Implant Silikon (menambahkan volumen pada payudara) dan

Tummy Tuck (mengangkat lemak, kulit berlebih pada daerah perut). Selain tindakan ini berbahaya secara fisik, misalnya dengan terjadinya infeksi pada payudara karena implant yang tidak higienis, maupun menimbulkan dampak secara psikologis dimana krisdayanti menderita stress karena dituntut selalu sempurna dan akhirnya menggunakan narkotika. (Sumber : Tabloid Info Kecantikan, edisi 23 tahun III, 24 Juli-06 Agustus 2009).

Ketidakpuasan terhadap tubuh yang besar menyebabkan makin kuatnya keinginan para perempuan untuk melakukan segala cara demi memperbaiki penampilan fisiknya (Munfarida, 2007). Banyaknya perempuan yang mengalami ketidakpuasan terhadap sosok tubuhnya pada saat ini disebabkan adanya kesenjangan tubuh ideal yang didasarkan pada budaya yang saat ini berlaku, yaitu bahwa tubuh ideal bagi perempuan adalah yang langsing, dengan kenyataan tubuh yang mereka miliki saat ini, yaitu bahwa kebanyakan perempuan memiliki tubuh yang lebih gemuk atau sedikit melebihi standar. Majalah atau iklan kecantikan yang menampilkan model tubuh langsing menyebabkan perempuan mengalami

body image dilemma.

(20)

(Sharma, 1998 dalam Rasyid, 2005). Dilema citra tubuh sering tidak disadari, sehingga timbul kesenjangan antara bentuk tubuh yang diinginkan dan persepsi mengenai bentuk tubuhnya sendiri yang menyebabkan kebingungan dan rasa sakit pada pikiran banyak perempuan (Crook,1991 dalam Goenawan, 2007) . Rasa sakit dalam pikiran perempuan inilah yang membuat wanita kehilangan percaya diri akan tubuhnya sendiri (citra negatif terhadap bentuk tubuh sendiri), sehingga perempuan yang memiliki citra tubuh negatif cenderung merasa tidak puas, tidak nyaman akan bentuk tubuhnya sendiri karena bentuk tubuhnya tidak sesuai dengan bentuk tubuh sosial yang berlaku dalam lingkungannya.

Wanita yang memiliki bentuk tubuh idealpun diasosiasikan dengan kesempatan kerja lebih luas dan kehidupan asmara yang lebih baik (Melliana, 2006). Seorang wanita yang memiliki bentuk tubuh ideal lebih banyak mendapat kesempatan untuk terjun ke bidang pekerjaan yang membutuhkan interaksi dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya SPG (Sales Promotion Girl), PR (Public Relation), dan bidang pemasaran. Hal ini dikarenakan bentuk tubuh yang ideal mendapat respek positif dari tempat kerja (Melliana, 2006). Karena citra perusahaan direpresentasikan dari penampilan para pekerjanya dan dalam hal ini citra positif untuk wanita bekerja dalam perusahaan adalah wanita yang memiliki bentuk badan ideal dan menarik. Hal ini menggambarkan wanita hanya ditempatkan sejauh mana ia dapat menarik perhatian, tidak diukur dari kualitas dia bekerja. Tentu saja hal ini menyudutkan wanita yang secara fisik “tidak menarik” tetapi mempunyai kemampuan untuk bekerja yang sama atau bahkan lebih baik.

(21)

dan wajah yang bersih dan putih). Iklan pond’s contohnya, dalam episode bertemu mantan kekasih menggambarkan bagaimana sang wanita mendapatkan kekasihnya kembali setelah menggunakan pond’s White beauty, sang wanita yang tadi-nya berkulit hitam berubah menjadi kulit putih setelah menggunakan Pond’s White beauty. dan akhirnya berhasil mendapatkan kekasihnya kembali setelah wanita itu berubah menjadi cantik (dalam hal ini berkulit putih).

Wanita metropolis dari kalangan menegah dan atas lebih banyak terpapar iklan atau media massa (Andika, 2008) serta strategi kapitalis yang memang lebih ditujukan bagi mereka, sehinga wanita metropolis lebih mudah mengalami citra tubuh negatif karena adanya kesenjangan antara citra tubuh ideal dengan citra tubuh nyata (Melliana, 2006). Tersedianya fasilitas-fasilitas dan keadaan finansial yang cukup memadai juga mengakibatkan mereka lebih banyak waktu dan perhatian untuk memikirkan dan menghayati tubuhnya sendiri, serta melalukan usaha untuk memperbaiki. Berbeda lagi dengan wanita dari kalangan sosial ekonomi bawah. Berdasarkan analisis sebuah penelitian, posisi perempuan dalam kehidupan pedesaan benar-benar serba kekurangan karena adanya beban tanggung jawab atau peran yang lebih besar dalam menanggung beban ekonomi dan kesejahteraan hidup rumah tangga. Ini menyebabkan mereka tidak begitu terpengaruh oleh pembangunan yang kapitalis dan konsumeristik yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. (Melliana, 2006). Dengan kata lain, wanita perkotaan lebih mudah terpengaruh oleh iklan-iklan di media massa dibandingkan dengan wanita pedesaan, sehingga citra tubuh wanita perkotaan cenderung lebih negatif dibanding wanita pedesaan.

(22)

dengan masyarakat perkotaan) dan Desa Cihideung Udik, tepatnya di RW 10 (kawasan ini diasosiasikan dengan masyarakat perdesaan). Alasan pemilihan tempat dilakukan di dua wilayah karena ingin melihat perbandingan karakteristik kedua wilayah dan melihat perbedaan orientasi tubuh wanita di dua wilayah terkait dengan dampak iklan produk kecantikan di televisi. Lebih lanjut, penelitian akan membandingkan perbedaan antara wanita perkotaan dan pedesaan terhadap orientasi tubuhnya.

1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan di atas, maka penelitian ini akan difokuskan untuk mengkaji sejauhmana “Hubungan antara Iklan Produk Kecantikan dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja Perkotaan dan Pedesaam”. Penelitian ini akan membahas tentang iklan produk kecantikan di televisi dan hubungannya dengan orientasi tubuh wanita bekerja. Penelitian ini akan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi tubuh wanita bekerja perkotaan dan pedesaan.

1. Bagaimana karakteristik wanita bekerja di pedesaan dan perkotaan?

2. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu, lingkungan sosiologis, serta iklan produk kecantikan terhadap persepsi wanita bekerja perkotaan dan pedesaan akan orientasi tubuhnya?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik wanita pekerja di pedesaan dan perkotaan.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan orientasi tubuh wanita bekerja

3. Menganalisis hubungan antara lingkungan sosiologis dengan orientasi tubuh wanita bekerja.

(23)

1.2 Kegunaan Penelitian

Penelitianini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh iklan produk kecantikan terhadap penilaian wanita bekerja perkotaan dan pedesaan akan orientasi tubuhnya. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap berbagai pihak, yaitu:

1. Wanita Bekerja di Perkotaan dan Pedesaan

Menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat luas secara umum dan wanita bekerja secara khusus, akan pengaruh lingkungan dalam membentuk citra tubuh wanita bekerja

2. Kalangan Akademisi

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Teoritis

2.1.1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Tan dan Wright (1991) dalam (Primianty, 2008) merupakan salah satu bentuk yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.

Komunikasi massa juga mempunyai beberapa ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh komponen-komponennya, ciri-ciri tersebut adalah : 1) sifat pesan terbuka, 2) memiliki khalayak yang variatif baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan maupun kebutuhan, 3) sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang diproses secara mekanik, 4) sumber merupakan suatu lembaga atau institusi, 5) komunikasi berlangsung satu arah, 6) cenderung memiliki umpan balik yang lambat (tertunda) dan sangat terbatas, 7) sifat penyebaran pesan berlangsung cepat, serempak, luas, mampu mengatasi jarak dan waktu, serta dapat bertahan lama bila didokumentasikan, dan 8) membutuhkan biaya produksi yang cukup mahal serta memerlukan tenaga kerja professional yang relatif banyak untuk mengelolanya.

(25)

orang yang berperan dalam memilih/menolak informasi yang akan ditampilkan/dikomunikasikan kepada khalayak.

Efek komunikasi massa telah lama di perbincangkan dalam khasanah kajian Ilmu Komunikasi. Bahkan, efek ini di kaji secara ilmiah oleh para pemikir atau ilmuan komunikasi. Salah satunya yang membahas tentang efek media adalah wilbur Schraam. Schraam mencetuskan teori Jarum Hipodermik (hypodermic needle theory) dalam istilah indonesia teori ini di kenal dengan teori peluru atau teori tolak peluru. Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan di anggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Pesan-pesan komunikasi massa yang di sampaikan kepada khalayak yang heterogen dapat di terima secara langsung tanpa memiliki filter sama sekali. Artinya, komunikan sangat terbius oleh suntikan pesan yang di sampaikan media massa. Suntikan pesan ini masuk ke dalam saraf dan otak serta melakukan tindakan sesuai dengan pesan komunikasi massa tersebut.

Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan) pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan

bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan

media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam

proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling

baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media

mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

Teori Difusi Inovasi dikemukakan oleh Everett Rogers dan para

koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai

penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi

(26)

terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak

dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara

spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen

luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu

lama.

Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu

bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu

tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek

keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai

konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau

tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).

Menurut McQuail (1996), karakteristik dari komunikasi massa adalah:

1. Adanya suatu organisasi yang kompleks dan formal dalam tugas operasional pengirim pesan

2. Adanya khalayak yang luas dan heterogen

3. Isi pesan harus bersifat umum dan tidak bersifat rahasia

4. Komunikasi dilakukan dengan massa yang sangat heterogen dalam tingkat pendidikan, keadaan sosial dan ekonomi, maupun keadaan budayanya. 5. Setiap pesan memiliki kontrol sosial dalam arti murni, yaitu dinilai oleh

banyak orang dengan berbagai macam latar belakang dan taraf pendidikan maupun daya cernanya.

6. Sifat hubungan antara komunikator dan komunikan khalayak adalah anomim

7. Walaupun reaksi pada pihak khalayak akan berbeda-beda tetapi pesan yang keluar dari agregat atau peralatan komunikasi difokuskan pada perhatian yang sama, seakan-akan khalayak yang heterogen tersebut akan memberikan reaksi yang sama pula.

2.1.2. Televisi Sebagai Sarana Iklan di Media Massa

(27)

musik. Selain itu pemirsanya dapat diseleksi menurut jenis program dan waktu tayangannya. Televisi adalah media yang mampu menjangkau wilayah luas, dapat dimanfaatkan oleh semua pengiklan untuk tes pemasaran atau peluncuran suatu produk baru (Farbey, 1987 dalam Rahmatsyam, 2005).

Iklan melalui televisi memang mempunyai efek yang luar biasa dibandingkan dengan media lainnya (Effendy, 1991). Melalui media televisi, perusahaan dapat mendemonstrasikan bagaimana suatu produk dapat bekerja dan betapa besar manfaat produk tersebut bagi konsumen. Gambar yang disajikan lebih hidup, menarik dan merangsang karena dikemas dengan unsur entertainment yang menghibur. Selain itu, melalui media televisi perusahaan dapat memilih waktu beriklan yang tepat untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan khalayak sasaran tertentu secara efektif.

Dewasa ini televisi boleh dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang (Kasiyan, 2001). Televisi memiliki sejumlah kelabihan terutama kemampuannya dalam meyatukan antara fungsi audio dan visual, ditambah dengan kemampuannya dalam memainkan warna. Selain itu televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah terpencil dapat menikmati siaran televisi.

Menurut Widyatama (2005) televisi dianggap sebagai kotak ajaib yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia saat ini, menawarkan kenikmatan yaitu mendapatkan hiburan dan informasi, tetapi televisi juga memberikan kehancuran atau kerusakan yang sangat fatal pada berbagai segi kehidupan manusia, yaitu berubahnya nilai-nilai sosial masyarakat, moral, etika, dan sebagainya. Selain itu, televisi memiliki posisi yang penting dalam kehidupan manusia apabila benar-benar di manfaatkan sebagaimana seharusnya. Televisi menawarkan berbagai alternatif, sehingga dapat memilih informasi yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu, pendidikan, pengetahuan, dan sebagainya.

(28)

1. Kesan realistik

Karena sifat yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, suara dan gerakan, maka iklan televisi tampak hidup dan nyata. Kelebihan ini tidak dimiliki oleh media lain. Dengan kelebihan ini, para pengiklan dapat menunjukkan dan memamerkan kelebihan atau keunggulan produknya secara detail.

2. Masyarakat lebih tanggap

Karena iklan televisi dinikmati dirumah-rumah dalam suasana yang serba santai atau reaktif, maka pemirsa lebih siap untuk memberikan perhatian. Perhatian terhadap iklan televisi semakin besar jika materinya dibuat dengan standar teknis yang tinggi, dan atau meggunakan tokoh-tokoh ternama sebagai bintang iklan.

3. Repetisi/ pengulangan

Iklan televisi bisa ditayangkan beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu muncul. Sekarang ini para pembuat iklan televisi tidak lagi membuat iklan yang panjang-panjang, mereka justru membuat iklan pendek dan menarik. Agar ketika ditayang ulang, pemirsa tidak cepat bosan. Iklan dengan pendekatan emosi yang membikin penasaran pemirsa juga bisa digunakan sebagai teknik untuk lebih diingat oleh pemirsa. 4. Terkait dengan media iklan lain

(29)

Menurut Kuswandi (1993) dalam (Primianty, 2008) ada tiga dampak yang dapat ditimbulkan dari acara televisi yang ditayangkan terhadap pemirsanya, yaitu:

1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi sehingga dapat melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contohnya adalah acara kuis di televisi.

2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trend-trend aktual yang ditayangkan televisi. Contohnya adalah adanya iklan kosmetik yang menampilkan model rambut terbaru dari para artis yang kemudian banyak ditiru oleh masyarakat.

3. Dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan oleh acara televisi yang kemudian diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contohnya adalah iklan layanan masyarakat

2.1.3 Citra Perempuan dalam Iklan Kosmetik di Televisi

Citra perempuan kebanyakan dapat dilihat dalam penayangan peran perempuan dalam iklan, khususnya iklan ditelevisi. Berbagai penelitian sebelumnya telah banyak membahas peran perempuan dalam iklan, salah satunya yaitu penelitian Tamagola (1990) dalam (Primianty, 2008) yang membahas tentang citra perempuan dalam iklan di empat majalah wanita (Femina, Kartini, Sarinah, Pertiwi), yang diterbitkan antara tahun 1986-1990. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada lima citra pokok tentang perempuan yang sering digambarkan dalam iklan, dimana citra ini merupakan bentuk-bentuk stereotipe tentang perempuan yang terdapat dalam masyarakat. Citra-citra tersebut adalah citra pigura, citra pilar, citra peraduan, citra pinggan, dan citra pergaulan. Citra yang terdapat dalam iklan kosmetik di televisi adalah citra pigura dan citra pergaulan.

(30)

dibentuk oleh budaya, seperti memiliki rambut panjang yang hitam pekat, mempunyai alis mata yang tebal, kulit yang putih dan halus, dan pinggul dan perut yang ramping. Iklan-iklan yang termaksud dalam katagori citra ini adalah iklan produk kecantikan, dan pelangsing tubuh. Sedangkan citra pergaulan menekankan pada dasarnya perempuan sangat ingin diterima dalam lingkungan sosial tertentu, dan untuk bisa masuk dalam lingkunga sosial tertentu perempuan dituntut harus “tampil anggun menawan”. Iklan yang termaksud contoh ini adalah iklan kosmetik dan perawatan tubuh.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh Wanita

Citra tubuh secara umum dibentuk dari perbandingan yang dilakukan seseorang atas fisiknya sendiri dengan standar kecantikan yang dikenal oleh lingkungan sosial dan budayanya. Salah satu penyebabnya adalah iklan pada media massa. Iklan dalam media massa sering kali menampilkan fitur wanita dengan tubuh yang dinilai sempurna/ nyaris sempurna. Wanita mempelajari adanya perbeaan fitur-fitur tersebut dengan fitur tubuhnya, sehingga terdapat kesenjangan dan menciptakan persepsi akan penghayatan tubuhnya yang tidak/kurang ideal. Konsekuensinya, wanita sulit menerima bentuk tubuhnya (Subiyantoro, 2004)

Citra tubuh merupakan hal yang dipelajari. Proses pembelajaran citra tubuh ini sering kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain di luar individu itu sendiri, yaitu oleh keluarga dan masyarakat (Faturochman, 2004). Proses belajar dalam keluarga dan pergaulan mencerminkan apa yang akan dipelajari dan diharapkan oleh budaya.

Faktor-Faktor lainnya yang mempengaruhi citra tubuh perempuan adalah : 1. Penilaian atau komentar orang lain.

(31)

cantik yaitu wanita berkulit putih, akan mempengaruhi persepsi wanita tersebut bahwa cantik itu identik dengan berkulit putih.

2. Perbandingan dengan orang lain.

Citra tubuh yang terbentuk sangat tergantung pada bagaimana cara individu membandingkan dirinya dengan orang lain, biasanya pada orang yang hampir serupa dengan dirinya. Misalnya, individu yang sering membandingkan dirinya dengan sahabatnya sendiri yang lebih menarik penampilannya secara terus-menerus akan mengalami suatu kondisi, di mana ia akan menganggap dirinya tidak memiliki daya tarik fisik.

3. Peran seseorang identifikasi terhadap orang lain.

Setiap orang mengalami peran yang berbeda-beda. Di dalam peran tersebut, individu diharapkan akan bertindak sesuai dengan tuntutan dari perannya masing-masing. Misalnya seseorang wanita yang berprofesi sebagai model lebih memperhatikan penampilannya dibandingkan dengan seseorang wanita yang berprofesi sebagai seorang ibu rumah tangga. 4. Identifikasi terhadap orang lain.

Individu yang mengagumi satu tokoh yang diangganya ideal sering kali menirunya seperti cara berdandan, cara berpakainan, potongan rambut, dan lain-lain. Dengan begitu, ia merasa telah memiliki beberapa ciri dari tokoh yang dikaguminya.

Selain faktor-faktor di atas, faktor lainnya yang turut mempengaruhi citra tubuh perempuan adalah : stigmatisasi, pelecehan rasial dan seksual, nilai-nilai sosial yang berlaku, perubahan fisik dalam tubuh wanita selama masa pubertas, kehamilan, dan menopause, sosialisasi, cara individu merasakan dirinya, kekerasan verbal, fisikal, atau penyiksaan seksual, dan kondisi aktual tubuh seperti penyakit atau kecacatan.

(32)

tubuh langsing adalah yang diharapkan lingkungan, akan membuat anak sejak dini mengalami ketidakpuasan apabila tubuhnya tidak sesuai dengan yang diharapkan lingkungan, terutama orang tua. Orang tua terpengaruh oleh berbagai iklan yang mengagung-agungkan standar kecantikan ideal seorang wanita yang langsing, putih, berpostur tinggi, dan sebagainya, sehingga para orang tua khawatir kalau tubuh anak perempuannya berkembang tidak seperti model yang mereka lihat pada iklan di media massa.

Penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro (2004) dengan tema “Remaja Putri Melek Media” yang dilakukan dengan mewawancarai 100 remaja perempuan berusia 14-18 tahun dalam jenjang pendidikan formal mereka adalah pelajar SMP maupun SMU di 5 wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat menunjukan bahwa remaja perempuan pada dasarnya ingin menjadi diri sendiri, mempunyai sikap atau pilihan sendiri dalam menentukan gayanya, tetapi sikap atau kepribadian ini sering terbelah ketika pesona dari media yang begitu gencar. Remaja perempuan dilematis dalam melihat diri sendiri

2.1.5 Pengaruh Iklan Televisi terhadap Citra Tubuh Wanita Pekerja

Selain pengaruh lain seperti dari keluarga dan lingkungan wanita itu dibesarkan, mungkin tidak ada lagi yang dapat menyebarluaskan dampak dari pemikiran mengenai fitur keindahan tubuh segencar media massa (Melliana, 2006). Televisi salah satunya pesan lewat iklan-iklannya bahwa seorang wanita harus menarik fisiknya agar dapat diterima. Wanita secara tidak sadar berpaling pada televisi untuk mengukuhkan norma kecantikan terkini, hanya untuk diberi pembuktian lebih jauh mengenai kekurangan tubuh mereka sendiri. Fitur ideal tersebut mendorong terciptanya harapan akan tubuh impian. Tubuh-tubuh ideal biasanya ditampilkan dalam majalah, film, televisi, dan dunia periklanan, yang menggambarkan atau menyajikan sosok wanita ideal sebagai suatu figur wanita yang langsing, berkaki indah, paha, pinggang dan pinggul ramping, payudara cukup besar, dan kulit putih mulus. (Melliana, 2006)

(33)

berbagai produk kecantikan. Pencitraan ini berakar pada peran perempuan sebagai pengurus rumah tangga dan pemelihara kecantikan. Iklan mendikte perempuan untuk menjadi ideal dan modern dengan produk-produk kecantikan yang ditawarkan. Perempuan yang cantik harus berkulit putih, berambut lurus, bertubuh langsing, tidak berjerawat dan berbetis indah. Untuk menjaga kecantikannya, perempuan harus terus menggunakan berbagai produk kecantikan seperti Citra, Ponds, Nivea, Sunsilk, Pantene, dan teh pelangsing.

Dengan kemajuan teknologi masa kini, standar kecantikan menjadi global dan universal. Maksudnya, standar pembentukan citra tubuh yang digambarkan oleh iklan kosmetika dunia menjadi megatrend bagi hampir semua manusia di dunia. Globalisasi pula yang menyebabkan trend bentuk tubuh ideal ini menuji kesatu arah, yaitu langsing dan proposional (Melliana, 2006).

(34)

2.1.6 Dampak Pencitraan Tubuh Ideal Pada Wanita Pekerja

Tubuh ideal yang diperkenalkan oleh budaya adalah tubuh yang langsing, wanita dengan berat tubuh rata-rata atau lebih berat daripada figur yang ditampilkan akan mengalami tekanan untuk mengontrol berat badan mereka (Nevid,1991 dalam Melliana, 2006). Adanya anggapan bahwa wanita yang memiliki tubuh ideal akan mendapatkan respons yang lebih positif di masyarakat merupakan salah satu penyebab sebagian besar wanita berusaha mengikuti trend tubuh ramping. Tindakan yang di ambil para wanita yang terobsesi oleh kecantikan yang harus mereka miliki tersebut mulai dari pengurangan berat badan sampai operasi plastik. Kesadaran wanita bahwa dengan terus memuaskan diri seperti itu ada banyak efek negatif terhadap kesehatan mereka sendiri terutama kesehatan mental mereka, tampaknya masih kalah dibandingakan keinginan yang begitu kuat untuk mendapatkan dirinya secantik dan selangsing mungkin.

Pencitraan wanita dalam media massa menimbulkan berbagai macam dampak bagi wanita terhadap orientasi tubuhnya. Dari berbagai permasalahan

body image, yang paling umum adalah masalah ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body dissatisfaction) dan distorsi citra tubuh. Ketidakpuasan terhadap tubuh yang besar menyebabkan makin kuatnya keinginan para wanita untuk melakukan segala cara demi memperbaiki penampilan fisiknya.

Ketika penilaian yang berlebihan terhadap tubuh wanita terus berlanjut, cara untuk mencapai bentuk tubuh yang mendekati ideal biasanya akan dicari melalui diet atau berolahraga. Para wanita bersedia melakukan apapun untuk mendapatkan citra tubuh ideal dirinya meskipun harus merogoh uang yang tidak sedikit. Mereka tidak segan mendatangi tempat-tempat kebugaran, spa, salon kecantikan, dan berbagai institusi kecantikan yang lain menjadi tempat-tempat yang diminati wanita untuk mengubah dirinya menjadi cantik. Harga produk kecantikan yang mahal, tidak menyurutkan hasrat untuk tampil cantik dan menarik.

Selain dampak fisik, konsekuensi psikologis yang diderita wanita jika tidak mengikuti standar tubuh ideal adalah rasa malu, kecemasan, menurunnya

(35)

memunculkan sejumlah resiko kesehatan mental seperti depresi, disfungsi seksual, dan gangguan perilaku makan. Contohnya, Krisdayanti yang menjadi icon bagi dunia fashion Indonesia mengungkapkan beratnya kehidupan sebagai seorang diva yang dituntut selalu sempurna, ia mengakui bahwa ia termaksuk artis yang hobby mengoreksi tubuhnya dengan treatment termaksuk operasi. Operasi yang ia lakukan antara lain Implant Silikon (menambahkan volumen pada payudara) dan

Tummy Tuck (mengangkat lemak, kulit berlebih pada daerah perut). Selain tindakan ini berbahaya secara fisik, misalnya dengan terjadinya infeksi pada payudara karena implant yang tidak higienis, maupun menimbulkan dampak secara psikologis dimana krisdayanti menderita stress karena dituntut selalu sempurna dan pada akhirnya ia menggunakan narkotika. (sumber : Tabloid Info Kecantikan, edisi 23 tahun III, 24 Juli-06 Agustus 2009).

Berbagai penelitian juga menunjukkan meningkatnya jumlah penderita penyakit anoreksia dan bulimia yang banyak diderita wanita karena terobsesi dengan tubuh kurus atau langsing dengan melakukan diet ketat. Anorexia adalah sindrom yang membuat seseorang kehilangan selera makan dan berhasil menguasai rasa laparnya sendiri. Bulimia adalah sesorang memakan makanan dengan porsi yang wajar didepan publik, tetapi akan memuntahkannya kembali makanan yang sudah dimakan. Bahkan munculnya bermacam-macam operasi ‘rombak tubuh’ yang sudah disebutkan sebelumnya. Cara-cara ekstrim, menurunkan berat badan, ditempuh demi memenuhi hasrat kecantikan. Tidak hanya diet ketat, mereka nyaris tidak makan. (Prabasmoro, 2003)

2.2 Kerangka Pemikiran

(36)

Masing-masing lingkungan tersebut digunakan untuk melihat karakteristik tersebut mempengaruhi wanita bekerja dalam menilai orientasi tubuhnya.

Andika (2008) menyatakan bahwa salah satu cara untuk melihat pengaruh media massa terhadap persepsi mereka adalah dengan melihat intensitas mereka dalam menggunakan media massa, yang dalam penelitian ini disebut frekuensi dan durasi dalam menonton iklan produk kecantikan. Selain itu, Goenawan (2007) menyatakan isi atau subtansi iklan juga berhubungan dalam membentuk persepsi bagi seseorang yang menggunakan media massa, yang dalam penelitian ini akan dilihat dari pengaruh model wanita dan subtansi iklan produk kecantikan.

Melalui penelitian ini akan dilihat hubungan antara iklan produk kecantikan dengan orientasi tubuh wanita bekerja di wilayah perkotaan dan pedesaan. Semakin besar pengaruh faktor-faktor di luar dan didalam individu dalam menilai dirinya maka semakin tinggi pula orientasi tubuh individu itu dalam artian mereka akan memiliki citra tubuh yang negatif, yakni perasaan semakin tidak nyaman akan tubuhnya sendiri (Melliana, 2006).

(37)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Iklan Produk Kecantikan dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja Wilayah Perkotaan dan Pedesaa

2.3 Hipotesis Uji

1. Diduga karakteristik internal wanita bekerja dikota (usia, tingkat pendidikan formal, gaya hidup, aktifitas pekerjaan, dan pendapatan) berbeda dibanding wanita bekerja di pedesaan.

2. Diduga karakteristik internal wanita bekerja (usia, tingkat pendidikan formal, gaya hidup, aktifitas pekerjaan, dan pendapatan) memiliki hubungan dengan orientasi tubuh wanita bekerja di wilayah perkotaan dan pedesaan.

3. Diduga karakteristik sosiologis wanita bekerja (Lingkungan keluarga dan lingkungan kerja) memiliki hubungan dengan orientasi tubuh wanita bekerja di wilayah perkotaan dan pedesaan.

4. Diduga iklan produk kecantikan di televisi (Model wanita dan subtansi, frekuensi, dan durasi) memiliki hubungan dengan orientasi tubuh wanita bekerja di wilayah perkotaan dan pedesaan.

X1.4 Aktifitas pekerjaan

(38)

2.4 Definisi Operasional

1. Karakteristik Individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya, dan dapat diukur dengan:

a. Usia adalah lama hidup seseorang sejak lahir hingga sekarang yang diukur dalam satuan waktu. Pengkategorian usia dilakukan ketika data sudah mendapatkan data di lapangan. Pengkategorian ini dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu usia muda kurang dari 29 tahun, sedang usia dewasa antara 29 tahun sampai 45 tahun, dan usia tua lebih dari 45 tahun.

b. Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal terakhir individu (diukur berdasarkan tahun) Spesifikasi skor tingkat pendidikan adalah:

1. Rendah : Tidak sekolah, SD/ sederajat diberi skor 1 2. Sedang : SLTP/ sederajat, SMA/ sederajat diberi skor 2 3. Tinggi : Pendidikan lanjutan setelah SMA diberi skor 3

c. Aktifitas pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan wanita bekerja serta dengan siapa wanita bekerja berinteraksi dalam menjalankan pekerjaannya:

1. Pekerja kantoran (di dalam ruangan) diberi kode 1 2. Layanan publik diberi kode 2 3. Pekerjaan di Lapangan (bertani) diberi kode 3

d. Gaya Hidup adalah kecenderungan konsumsi seseorang dilihat dari persentase pengeluaran perbulan. Dalam penelitian ini gaya hidup yang diteliti yaitu kencenderungan konsumsi wanita bekerja dalam memenuhi kebutuhan untuk merawat tubuhnya. Data diukur berdasarkan berapa besar rupiah yang dikeluarkan oleh wanita bekerja untuk membelanjakan kebutuhan akan merawat tubuh dari total pendapatan perbulan rumah tangga. Pengkategorian tingkat gaya hidup digolongkan dengan kategori:

(39)

sebulan) diberi skor 2, dan gaya hidup tinggi ( lebih dari 14 persen dari pendapatan sebulan) diberi skor 3

2. Wilayah pedesaan dengan kategori : gaya hidup rendah ( kurang dari 1 persen dari pendapatan sebulan) diberi skor 1, gaya hidup sedang ( antara 1 persen sampai 9 persen dari pendapatan sebulan) diberi skor 2, dan gaya hidup tinggi ( lebih dari 9 persen dari pendapatan sebulan) diberi skor 3.

e. Tingkat Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima wanita bekerja dan keluarganya selama satu bulan. Pengkategorian tingkat pendapatan digolongkan dengan kategori :

1. Wilayah perkotaan dengan kategori : tingkat pendapatan rendah (kurang dari Rp. 2.500.000,00 dari pendapatan sebulan) diberi skor 1, tingkat pendapatan sedang (antara Rp. 2.500.000,00 sampai dengan Rp.10.000.000,00 dari pendapatan sebulan) diberi skor 2, dan tingkat pendapatan tinggi (lebih dari Rp.10.000.000,00 dari pendapatan sebulan) diberi skor 3

2. Wilayah pedesaan dengan kategori : tingkat pendapatan rendah (kurang dari Rp.800.000,00 dari pendapatan sebulan) diberi skor 1, tingkat pendapatan sedang ( antara Rp.800.000,00 sampai dengan Rp.1.300.000,00 dari pendapatan sebulan) diberi skor 2, dan tingkat pendapatan tinggi (lebih dari Rp.1.300.000,00 dari pendapatan sebulan) diberi skor 3

2. Karakteristik Sosiologis adalah kondisi atau situasi yang berkaitan dengan keadaan di lingkungan sosial wanita bekerja, dan dapat diukur dengan: a. Lingkungan keluarga adalah kondisi atau situasi yang menggambarkan

(40)

1. Tuntutan pekerjaan adalah tekanan yang dirasakan wanita bekerja untuk melakukan sesuatu hal. Pengkategorian dibedakan tuntutan yang biasanya mengharuskan seorang wanita bekerja untuk berpenampilan tertentu, Pengkategorian dibedakan menjadi dua, yaitu jawaban “Ya” atau “Tidak”. 2. Penilaian rekan kerja adalah komentar atau pendapat dari rekan satu profesi mengenai penampilan wanita bekerja. Pengkategorian dibedakan menjadi dua, yaitu jawaban “Ya” atau “Tidak”.

c. Identifikasi terhadap orang lain adalah bagaimana pengaruh kelompok sosial terhadap cara pandang wanita bekerja menilai penampilan para anggota kelompok dan kecenderungan wanita bekerja untuk melakukan evaluasi perbandingan anggota kelompok dengan dirinya sendiri. Pengkategorian dibedakan menjadi dua, yaitu jawaban “Ya” atau “Tidak”. 3. Iklan Kosmetika di televisi adalah iklan mengenai produk kecantikan yang terdapat di media televisi.

a. Model wanita adalah model yang digunakan dalam iklan di televisi, biasanya model yang digunakan adalah selebritis ataupun yang memiliki kriteria wanita “cantik” (wajah cantik mulus, tubuh langsing proposional, kulit putih dan tinggi semampai). Sedangkan substansi iklan adalah keunggulan suatu iklan yang dinilai oleh wanita bekerja yang melihat iklan tersebut. Tingkatan seberapa menariknya iklan produk kecantikan dan sejauh mana iklan produk kecantikan disukai wanita bekerja. Perhitungan skor atas pendapatan wanita bekerja terhadap model wanita iklan produk kecantikan, sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) diberi skor 5, Setuju (S) diberi skor 4, Netral (N) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.

b. Frekuensi melihat iklan kecantikan adalah jumlah iklan produk kecantikan yang ditonton oleh wanita bekerja dalam kurun waktu satu hari di televisi. Spesifikasi kode frekuensi wanita bekerja dalam menonton tayangan iklan produk kecantikan adalah:

(41)

2. Melihat tayangan iklan produk kecantikan sebanyak >5 kali dalam kurun waktu satu hari (sering) diberi label tinggi

c. Durasi melihat iklan kecantikan adalah lama waktu (dalam satuan jam) yang digunakan wanita bekerja untuk menonton tayangan iklan kecantikan di televisi.

Spesifikasi kode frekuensi wanita bekerja dalam menonton tayangan iklan produk kecantikan adalah :

1. Melihat tayangan iklan produk kecantikan dalam waktu <30 menit (pendek) dalam satu hari diberi label intensitas rendah

2. Melihat tayangan iklan produk kecantikan dalam waktu >30 menit (panjang) dalam satu hari diberi label intensitas tinggi.

4. Orientasi Tubuh Wanita adalah cara wanita melihat atau menilai tubuhnya sendiri. Dalam peubah orientasi tubuh wanita yang akan dilihat kepuasan atau ketidakpuasan wanita bekerja akan anggota tubuhnya. Semakin tinggi skor wanita bekerja terhadap pertanyaan yang diberikan, maka pengaruh iklan produk kecantikan semakin tinggi dalam membentuk persepsi tubuh ideal dan membentuk ketidakpuasan wanita bekerja kepada tubuhnya, begitupun sebaliknya.

1. Citra Tubuh Positif adalah kondisi dimana wanita bekerja merasa puas akan bentuk tubuhnya. Pengkategorian dibedakan menjadi dua, yaitu jawaban “Ya” atau “Tidak”.

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif didukung pernyataan secara kualitatif. Pendekatan kuantitatif didukung digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan (Wahyunu dan Muljono, 2006) Metode kuantitatif dilakukan dengan metode survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer, dengan individu sebagai unit analisa (Singarimbun, 1995) Data kuantitatif diperoleh dengan melakukan wawancara terstruktur yang dipandu dengan kuesioner. Pendekatan kuantitatif yang diterapkan dalam melihat persepsi wanita bekerja dalam memandang orientasi tubuhnya serta dampak iklan televisi terhadap orientasi tubuh wanita pekerja. Pernyataan kualitatif digunakan untuk menambah keakuratan data ketika proses pengumpulan data secara kuantitatif berlangsung. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam menyimpulkan hasil dan pembahasan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Cihideung Udik dan Kecamatan Menteng Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut memungkinkan untuk dilaksanakan penelitian. Pertimbangan tersebut antara lain:

1. Sebagian besar penduduk Desa Cihideung Udik dan Kecamatan Menteng Kota Bogor memiliki televisi.

2. Seluruh saluran televisi dapat tertangkap dengan baik. 3. Populasi wanita bekerja di dua wilayah cukup banyak.

(43)

tersebut karena alokasi waktu yang telah ditentukan oleh peneliti dan kesepakatan dengan tempat pengambilan data lapangan.

3.3 Teknik Pemilihan Responden

Populasi sampling dalam penelitian ini adalah seluruh wanita bekerja di Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, dan Desa Cihideung Udik Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Responden yang dipilih sebagai sample dalam penelitian ini ialah wanita yang mempunyai pekerjaan, serta tinggal di Kelurahan Menteng Kecamatan Bogor Barat dan Cihideung Udik, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Sebelumnya dipilih secara acak berdasarkan wilayah yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan data sehingga wilayah RW di Kelurahan Menteng Bogor yang akan diteliti, dan yang terpilih ialah RW 16. Sedangkan untuk Cihideung Udik karena wanita bekerjanya lebih banyak di RW 10, oleh sebab itu dipilih RW 10.

Responden dipilih dengan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Teknik pengambilan sampel dengan random sederhana ditempuh melalui cara undian. Pemilihan responden dilakukan dengan cara undian. Sampel random (acak) sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Wahyuni dan Muljono, 2007). Kepentingan tujuan penelitian ini ialah melihat Hubungan iklan produk kecantikan dengan orientasi tubuh wanita bekerja.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

(44)

pengalaman, persepsi, pemikiran, perasaan, dan pengetahuan dari subyek penelitian. Informasi yang akan digali melalui wawancara mendalam antara lain penilaian keluarga, lingkungan kerja terhadap tubuh responden, penilaian iklan produk kecantikan dari responden, dan cara responden menilai tubuhnya. Data sekunder diperoleh melalui kelurahan dan kantor desa, literatur-literatur, catatan-catatan, dan data-data dari instansi yang dapat mendukung kelengkapan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data primer yang berhasil dikumpulkan secara kuantitatif terlebih dahulu diolah menggunakan Microsoft Excell 2007 sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows versi 16.0 untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel. Data kuantitatif diuji dengan menggunakan uji korelasi Chi-Square

(45)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Desa Cihideung Udik

4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana

Secara administrasi, desa Cihideung Udik merupakan salah satu Desa di Wilayah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 284 Ha diatas permukaan laut 600 M, dengan tinggi curah hujan 300.600 M3 yang terbagi dalam empat dusun, 13 Rukun Warga, dan 58 Rukun Tetangga. jumlah penduduk di Desa Cihideung Udik berjumlah 13.212 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 7.104 jiwa dan perempuan sebanyak 6.555 jiwa.

Sketsa wilayah Desa Cihideung Udik dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut adalah perbatasan secara geografis antara Desa Cihideung Udik dengan desa-desa lain di sekitarnya, yaitu terdiri dari:

Sebelah Utara : Desa Cihideung Ilir Sebelah Timur : Kecamatan Dramaga Sebelah Selatan : Kecamatan Tenjolaya

Sebelah Barat : Desa Bojong Jengkol / Kecamatan Tenjolaya

(46)

Tabel 1. Pemanfaatan lahan/penggunaan tanah di Desa Cihideung Udik Tahun 2007

No Penggunaan Luas (Hektar) Persen (%) 1 Perumahan / Pemukiman dan Pekarangan 45.5 15.90

2 Sawah 197 68.88

Sumber: Profil Desa Cihideung Udik 2008

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Cihideung Udik meliputi TK (Taman Kanak-Kanak), TPA (Taman Pendidikan Agama), SD (Sekolah Dasar), MI (Madrasah Ibtidayah), SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), MTS (Madrasah Tsanawiyah) .Data selengkapnya mengenai sarana pendidikan yang terdapat di Desa Cihideung Udik dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Cihideung Udik Tahun 2007

No Sarana Pendidikan Jumlah (unit) Persen (%) 1. Taman Kanak-Kanak/ Taman

Total Sarana Pendidikan 10 100

Sumber: Profil Desa Cihideung Udik 2008

(47)

4.1.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Desa Cihideung Udik per 31 Desember 2008 adalah sebanyak 13.212 jiwa. Data selengkapnya mengenai komposisi jumlah penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Cihideung Udik Berdasarkan Tingkat Usia dan Jenis Kelamin per 31 Desember 2007

Kelompok Umur (tahun)

Jumlah Jiwa Jumlah (Jiwa) Persen (%)

Sumber: Profil Desa Cihideung Udik 2008

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 3, terlihat bahwa jumlah penduduk jenis kelamin laku-laki maupun perempuan hamper sama banyaknya, yaitu laki-laki 6.881 (52%) dan perempuan (48%). Penduduk perempuan berusia muda (kurang dari 29 tahun) berjumlah 3197 orang (50,49%) dari total penuduk perempuan. Perempuan dewasa (antara 29 tahun sampai 45 tahun) berjumlah 1297 orang (20,48%) dan usia perempuan tua (lebih dari 45 tahun) berjumlah 1837 (29%). Maka rata-rata penduduk desa cihideung udik yang berjenis kelamin wanita berada di usia muda.

(48)

jumlah penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Cihideung Udik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2007

Keterangan Jumlah (orang) Persen (%) Tidak tamat SD / Sederajat 1984 61.04

Sumber: Profil Desa Cihideung Udik 2008

Jumlah penduduk angkatan kerja di Desa Cihideung Udik kebanyakan bergerak dibidang pertanian sebanyak 1800 orang (55,38%) dari total keseluruhan 3250 orang yang bekerja. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Cihideung Udik bekerja sebagai petani. Kemudian sebanyak 450 orang yang bekerja sebagai buruh pabrik, sisanya pegawai swasta, pedangang, dan lain-lain.. Data selengkapnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Cihideung Udik Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2007

Pensiunan / Purnawirawan 45 1.38

Pegawai Swasta 385 11.84

(49)

4.2 Kelurahan Menteng Kota Bogor 4.2.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana

Kelurahan Menteng termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan ini memiliki luas wilayah kurang lebih 209 Ha yang terdiri dari 20 RW. Sketsa wilayah Kelurahan Menteng dapat dilihat pada Lampiran 2. Berikut adalah perbatasan secara geografis Kelurahan Menteng, yaitu terdiri dari:

Sebelah Utara : Kelurahan Cilendek Barat Sebelah Selatan : Kelurahan Kebon Kalapa Sebelah Timur : Ciwaringin

Sebelah Barat : Cisadane

Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Menteng cukup lengkap yakni terdiri dari peribadatan, kesehatan, industri, pariwisata, pendidikan, olahraga, komunikasi, transportasi dan perhubungan.

Sarana peribadatan yang terdapat di Kelurahan Menteng hanya ada sarana ibadah agama islam dan Kristen. Data mengenai sarana peribadatan yang terdapat dalam wilayah Kelurahan Menteng dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sarana Peribadatan di Kelurahan Menteng Tahun 2007 No

Sumber: Monografi Kelurahan Menteng 2008

(50)

juga ada yang menganut agama Budha namun sarana peribadatan untuk agama tersebut tidak terdapat di dalam wilayah Kelurahan Menteng, melainkan mereka melakukan ibadahnya di luar wilayah Kelurahan Menteng.

Sarana olahraga yang ada di Kelurahan Menteng cukup lengkap, baik sarana olahraga sepak bola, basket, volley, bulutangkis, sanggar senam, maupun lapangan golf.

Kelurahan Menteng merupakan salah satu wilayah yang mempunyai sarana kesehatan yang cukup lengkap terdapat satu rumah sakit pemerintah dan satu swasta, satu rumah sakit jiwa, 4 rumah bersalin, 3 praktek bidan, beberapa apotek, laboratorium dan balai pengobatan. Banyaknya sarana kesehatan yang ada di Kelurahan Menteng menjadi suatu peluang untuk kerja bagi warga sekitarnya. Banyak warga Kelurahan Menteng yang bekerja di sarana kesehatan tersebut.

Sementara itu sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Kelurahan Menteng tergolong lengkap. Hal ini disebabkan oleh sudah tersedianya sekolah mulai dari jenjang TK (Taman Kanak-Kanak) hingga jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas)/SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Sarana pendidikan yang paling banyak di wilayah ini ialah Sekolah Dasar (SD) yang berjumlah 9 gedung sekolah negeri.

(51)

4.2.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk di Kelurahan Menteng adalah sebanyak 13467 jiwa. Jumlah proporsi antara penduduk dengan jenis kelamin laki-laki dan wanita ialah seimbang, yakni terdiri 6492 jiwa (48 persen) penduduk dengan jenis kelamin laki-laki dan 6948 jiwa (52 persen) penduduk dengan jenis kelamin wanita.

Jumlah penduduk yang terbanyak di kelurahan Menteng berada dalam rentang usia antara 0–4 tahun, yaitu sekitar 24 persen dari total jumlah. Sedangkan jumlah penduduk terkecil berada dalam rentang usia 60 tahun ke atas, yaitu sekitar 1 persen dari total jumlah penduduk. Hal ini menandakan bahwa di Kelurahan Menteng lebih banyak penduduk dalam usia muda. Data lengkap mengenai komposisi jumlah penduduk Kelurahan Menteng berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan Tingkat Usia dan Jenis Kelamin 2007

No Kelompok Umur

Sumber: Monografi Kelurahan Menteng 2008

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Iklan Produk Kecantikan dengan
Tabel 1. Pemanfaatan lahan/penggunaan tanah di Desa Cihideung Udik Tahun 2007
Tabel 3. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Cihideung Udik Berdasarkan Tingkat    Usia dan Jenis Kelamin per 31 Desember 2007
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Cihideung Udik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oke menurut saya ya, untuk produk yang di bundling dari IndiHome ni yang paling penting adalah yang nomr satu menurut saya tetap. internetnya, yang kedua UseeTV, lalu

Negeri Negeri Principal (Penagih) di Surabaya Principal (Penagih) di Surabaya Bank NSC Surabaya (Remitting Bank) Bank NSC Surabaya (Remitting Bank) Bank NSC Kantor Pusat

upaya yang dilakukan guru, dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Sehingga nantinya guru diharapkan lebih banyak berdiskusi dengan

POLITEXNIX UNIVf, RSITAS ANDAL{S PROCRAM STUDI TEKNIK

· Daging tetelan, dagig yang banyak mengandung jaringan ikat dan atau lemak Salah satu hasil pengolahan setengah jadi daging adalah dendeng, macam-macam hasil olahan daging

pengetahuannya melalui konteks dunia nyata dari kehidupan siswa. Karakteristik yang keempat adalah penggunaan interaksi. Secara umum tampak bahwa pada siklus pertama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang kontrasepsi MAL yaitu sebanyak 24 responden

Penerapan bermain balok kayu untuk meningkatkan sikap sosial anak usia dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu1.