• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Berprestasi Terhadap komitmen Kerja Pegawai dengan Kepemimpinan sebagai Variabel Moderating Di Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Berprestasi Terhadap komitmen Kerja Pegawai dengan Kepemimpinan sebagai Variabel Moderating Di Universitas Sumatera Utara"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI BERPRESTASI

TERHADAP KOMITMEN KERJA PEGAWAI DENGAN

KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL

MODERATING DI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

T E S I S

Oleh

M. SAFII MURAD DAULAY 127019043/IM

MAGISTER ILMU MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI BERPRESTASI

TERHADAP KOMITMEN KERJA PEGAWAI DENGAN

KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL

MODERATING DI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Manajemen

pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Oleh

M. SAFII MURAD DAULAY 127019043/IM

(3)

Judul Tesis : P E NG AR UH K EP U AS A N K ER J A DA N MOTIVASI TERHADAP KOMITMEN KERJA PEGAWAI DENGAN KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nama Mahasiswa : M. SAFII MURAD DAULAY

Nomor Pokok : 127019043

Program Studi : Magister Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si) (Dr.Parapat Gultom, MSIE) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 21 AGUSTUS 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si Anggota : 1. Dr.Parapat Gultom, MSIE

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI BERPRESTASI

TERHADAP KOMITMEN KERJA PEGAWAI DENGAN

KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL

MODERATING DI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara merupakan

hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014

Penulis,

(6)

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI BERPRESTASI

TERHADAP KOMITMEN KERJA PEGAWAI DENGAN

KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL

MODERATING DI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Tinggi rendahnya komitmen seorang pegawai menjadi suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi ataupun bagi pihak Universitas Sumatera Utara karena mempunyai pengaruh pada kinerja pegawai. Sehingga diharapkan setiap pegawai memiliki komitmen yang kuat untuk memberikan prestasi terbaik bagi negara dan pelayanan terbaik pada masyarakat. Komitmen pegawai merupakan salah satu kunci yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Kepuasan kerja dalam beberapa penelitian dihubungkan secara positif dengan komitmen. Kepuasan kerja karyawan mempengaruhi komitmen kerja sebagaimana didefinisi berikut, kepuasan kerja karyawan adalah terpenuhi atau tidaknya keinginan mereka terhadap pekerjaan. Motivasi berprestasi merupakan kebutuhan individu untuk berbuat lebih baik dari orang lain yang mendorong individu untuk menyelesaikan tugas lebih sukses dan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi hubungan antara kepuasan kerja, mitivasi berprestasi terhadap komitmen kerja pegawai dengan kepemimpinan sebagai moderating di Universitas Sumatera Utara. Dengan menggunakan sampel sebanyak 91 responden yang terbagi kedalam 15 unit kerja dengan hasil analisis untuk model pertama menunjukan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen keja pegawai dengan nilai p-value 0,00 < 0,05 dan motivasi berprestasi terhadap komitmen keja pegawai dengan nilai X2 p-value 0,002 < 0,05. Model kedua menunjukan menunjukan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen keja pegawai dengan nilai p-value 0,00 < 0,05, motivasi berprestasi terhadap komitmen keja pegawai dengan nilai X2 p-value 0,000 < 0,05 dan Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap komitmen keja pegawai dengan nilai p-value 0,00 < 0,05. Penelitian ini menyarankan bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan kepuasan kerja, motivasi berprestasi dan kepemimpinan agar karyawan memiliki komitmen dalam bekerja di Universitas Sumatera Utara.

(7)

THE INFLUENCE OF WORK SATISFACTION AND ACHIEVEMENT MOTIVATION ON THE WORK COMMITMENT OF THE

EMPLOYEES WITH LEADERSHIP AS MODERATING VARIABLE AT THE UNIVERSITY OF

SUMATERA UTARA

ABSTRACT

The low-high commitment of an employee is a very important thing for an organization or the University of Sumatera Utara because it has an influence on the performance of employees. Therefore, it is expected that every employee has a strong commitment to dedicate his/her best to his/her country and the best service to the community. The commitment of employees is one of the keys deciding whether or not an organization is successful in achieving its goal. In several previous studies, work satisfaction was positively related to the goal. Work satisfaction of the employees influences their work commitment as what defined as follows, the work satisfaction of the employees is whether or not their desire to work is met. Achievement motivation is a need of an individual to do better than the others do that this need encourages him/her to more succesfully accomplish his/her task and to achieve a higher achievement. The purpose of this study was to identify the relationship between work satisfaction, achievement motivation and work commitment of the employees with leadership as moderating variable at the University of Sumatera Utara. The samples/respondents for this study were 91 employees of 15 working units. The result of the analysis of the first model showed that work satisfaction had a significant influence on the work commitment of the employees with p value = 0.00 < 0.05, and achievement motivation had a significant influence on the work commitment of the employees with X2 p value = 0.002 < 0.05. The result of the analysis of the second model showed work satisfaction had a significant influence on the work commitment of the employees with p value = 0.00 < 0.05, and achievement motivation had a significant influence on the work commitment of the employees with X2 p value = 0.000 < 0.05, and Leadership had a significant influence on the work commitment of the employees with p value = 0.00 < 0.05. Through the result of this study, the University of Sumatera Utara is suggested to pay more attention to the work satisfaction, achievement motivation and leadership that the employees have commitment in working for the University of Sumatera Utara.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, tulus ikhlas, penulis menyampaikan

syukur alhamdulilah kepada Allah SWT dengan rahmat dan karunianya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Kepuasan Kerja

Dan Motivasi Berprestasi Terhadap komitmen Kerja Pegawai dengan

Kepemimpinan sebagai Variabel Moderating Di Universitas Sumatera Utara”

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Magister Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini, peneliti telah banyak

menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc., (CTM)., Sp. A (K)

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. A z h a r M a k s u m , M . E c , A c , A k , C a , selaku

Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Manajemen dan juga selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

(9)

5. Ibu Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si, selaku Ketua komisi

pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Dr.Parapat Gultom, MSIE, selaku anggota komisi pembimbing yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Pa ha m Gi nt i ng , MS, selaku anggota komisi pembanding

yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini.

8. Ibu Prof. Dr. Rita F Dalimunthe, SE, M.Si, selaku anggota komisi

pembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis

ini.

9. Ibu Dr. E l i s a b e t h S i a h a a n , M.Ec, selaku anggota komisi

pembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis

ini.

10. Seluruh Staf Pengajar Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai pada Program

Studi Magister Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

11. Kepada Prof Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah pascasarjana

serta seluruh Staff yang telah memberikan informasi kepada penulis selama

penelitian.

12. Teristimewa untuk orang tua terkasih, ayahanda Abdul Murad Hasyim

Daulay (Alm) dan ibunda Hj. Radiah AR (Alm) serta ayah mertua H.

(10)

13. Istriku tercinta Maslurah Darus yang telah memberikan motivasi, semangat

dan do’anya kepada peneliti dalam penyelesaian tesis ini

14. Anak-anak ku tercinta Achmad Albar Murad Daulay dan Muhammad Rezeki

Murad Daulay yang telah menjadi penyemangat bagi peneliti.

15. Abangnda Ir. H Nasier, Msi, Muhammad Zein, Hj. Sarinah, M.Si, Danda.S,

M.Si, Bisru Hapi, M.Si, Yuniar, SH, Angga (Abd. Hamid) Pempred. Harian

Garuda Pos. atas dukungan dan semangat yang telah diberikan dalam

penyelesaian tesis ini.

16. Rekan-rekan peneliti mahasiswa/i di Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Fakultas Ekkonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara: Nur

Ahmadi Bi Rahmani , Adi Yusfan, Sayed Ludhfi, Narjah Dalimunthe, Maya

Citra, Abah Hilma, Afriza Amir, Hasnul, Suri Amelia dan yang tidak dapat

disebutkan satu persatu atas bantuanya, dukungan dan kerja samanya selama

peneliti menempuh studi dan penelititan tesis ini.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari tesis ini masih memiliki kekurangan, namun harapan

penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

pengembangan serta penelitian dalam bidang Ilmu Manajemen.

Medan, Agustus 2014

(11)

RIWAYAT HIDUP

M.Safii Murad Daulay lahir di Tanjung Balai pada tanggal 02 Agustu 1963,

merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan ayahanda Abdul Murad

Hasyim Daulay dan ibunda Hj. Radiah AR . kemudian pada tahun 1992 menikah

dengan Maslurah Darus, putri dari pasangan H. Mansyur Darus (Alm) dan Hj. Cut

Chairul, dan dikaruniai dua orang anak yaitu, Achmad Albar Murad Daulay dan

Muhammad Rezeki Murad Daulay.

Memulai pendidikan pada Sekolah Dasar di SD Negeri 01 Tanjung Balai

tahun 1970 dan tamat tahun 1976. Kemudian melanjutkan pendidikan pada

Sekolah Menengah Pertama di SMP Kejuruan Tanjung Balai pada tahun 1977 dan

selesai tahun 1980. Selanjutnya tahun 1980 mengikuti pendidikan di SMA Swasta

RIAMA Medan dan tamat tahun 1982. Pada tahun 1983 melanjutkan pendidikan

di D-III Fak. Ekonomi USU dan tamat pada tahun 1987. Kemudian melanjutkan

pendidikan di STIE Nusa Bangsa Medan dan tamat pada tahun 1995. Kemudian

pada semester ganjil tahun 2012 melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2) Program

Studi Magister Ilmu Manejemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

.

Medan, Agustus 2014

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 13

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Teori Komitmen Kerja ... 16

2.2.1.1Komitmen Organisasi ... 17

2.2.1.2Faktor-faktor komitmen Organisasi ... 21

2.2.1.3Komitmen Kerja Pegawai ... 24

2.2.1.4Pengukuran dan Indikator Komitmen Organisasi ... 27

2.2.2 Teori Kepuasan Kerja ... 28

2.2.3 Teori Motivasi Berprestasi ... 34

(13)

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

3.4Devinisi Operasional Variabel ... 54

3.5Instrumen Penelitian ... 55

3.5.1 Penyusunan Instrumen ... 55

3.6Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.6.1 Sumber Data ... 56

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.7Uji Coba Instrumen ... 57

3.7.1 Uji Validitas Instrumen ... 57

3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 58

3.8Teknik Analisis Data ... 58

4.1.1.1 Sejarah Singkat Universitas Sumetera Utara ... 64

4.1.1.2 Visi Dan Misi Universitas Sumetera Utara ... 65

4.1.1.3 Struktur organisasi Universitas Sumetera Utara ... 66

4.1.2 Responden Penelitian ... 66

4.1.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 68

4.1.4 Pengujian Asumsi Klasik ... 70

4.1.4.1 Uji Normalitas ... 70

4.1.4.2 Uji Multikolinieritas ... 72

(14)

4.1.6 Analisis Statistika Inferensi ... 76

4.1.6.1 Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 76

4.1.6.2 Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 78

4.2 Pembahasan ... 80

4.2.1 Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Kerja ... 80

4.2.2 Motivasi Berprestasi Terhadap Komitmen Kerja ... 81

4.2.3 Kepemimpinan Terhadap Komitmen Kerja ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(15)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 13

Tabel 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Fakultas dan Unit Kerja Universitas Sumatera Utara ... 50

Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian ... 52

Tabel 4.4 Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuisioner ... 67

Tabel 4.5 Profil Responden ... 67

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 68

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 70

Tabel 4.8 Hasil Analisis Multikolinieritas ... 72

Tabel 4.9 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Kepuasan Kerja ... 74

Tabel 4.10 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Motifasi berprestasi ... 74

Tabel 4.11 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Kepemimpinan ... 75

Tabel 4.12 Hasil Uji Determinasi antara Kepuasan Kerja dan Motivasi Berprestasi terhadap Komitmen Kerja ... 76

Tabel 4.13 Hasil Uji F antara Variebal Kepuasan Kerja dan Motivasi Berprestasi terhadap Komitmen Kerja ... 77

Tabel 4.14 Hasil Uji t Statistik antara Variabel ... 77

Tabel 4.15 Hasil Uji Determinasi Kepemimpinan dalam Memoderasi Kepuasan kerja dan Motivasi Berprestasi terhadap Komitmen Kerja ... 78

Tabel 4.16 Hasil Uji F kepemimpinan dalam memoderasi hubungan antara

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 50

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara ... 66

Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Variabel ... 71

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Indentitas Responden ... 90

Lampiran 2 Daftar Pernyataan ... 92

Lampiran 3 Hasil Pengumpulan Data Variabel ... 95

(18)

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI BERPRESTASI

TERHADAP KOMITMEN KERJA PEGAWAI DENGAN

KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL

MODERATING DI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Tinggi rendahnya komitmen seorang pegawai menjadi suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi ataupun bagi pihak Universitas Sumatera Utara karena mempunyai pengaruh pada kinerja pegawai. Sehingga diharapkan setiap pegawai memiliki komitmen yang kuat untuk memberikan prestasi terbaik bagi negara dan pelayanan terbaik pada masyarakat. Komitmen pegawai merupakan salah satu kunci yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Kepuasan kerja dalam beberapa penelitian dihubungkan secara positif dengan komitmen. Kepuasan kerja karyawan mempengaruhi komitmen kerja sebagaimana didefinisi berikut, kepuasan kerja karyawan adalah terpenuhi atau tidaknya keinginan mereka terhadap pekerjaan. Motivasi berprestasi merupakan kebutuhan individu untuk berbuat lebih baik dari orang lain yang mendorong individu untuk menyelesaikan tugas lebih sukses dan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi hubungan antara kepuasan kerja, mitivasi berprestasi terhadap komitmen kerja pegawai dengan kepemimpinan sebagai moderating di Universitas Sumatera Utara. Dengan menggunakan sampel sebanyak 91 responden yang terbagi kedalam 15 unit kerja dengan hasil analisis untuk model pertama menunjukan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen keja pegawai dengan nilai p-value 0,00 < 0,05 dan motivasi berprestasi terhadap komitmen keja pegawai dengan nilai X2 p-value 0,002 < 0,05. Model kedua menunjukan menunjukan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen keja pegawai dengan nilai p-value 0,00 < 0,05, motivasi berprestasi terhadap komitmen keja pegawai dengan nilai X2 p-value 0,000 < 0,05 dan Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap komitmen keja pegawai dengan nilai p-value 0,00 < 0,05. Penelitian ini menyarankan bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan kepuasan kerja, motivasi berprestasi dan kepemimpinan agar karyawan memiliki komitmen dalam bekerja di Universitas Sumatera Utara.

(19)

THE INFLUENCE OF WORK SATISFACTION AND ACHIEVEMENT MOTIVATION ON THE WORK COMMITMENT OF THE

EMPLOYEES WITH LEADERSHIP AS MODERATING VARIABLE AT THE UNIVERSITY OF

SUMATERA UTARA

ABSTRACT

The low-high commitment of an employee is a very important thing for an organization or the University of Sumatera Utara because it has an influence on the performance of employees. Therefore, it is expected that every employee has a strong commitment to dedicate his/her best to his/her country and the best service to the community. The commitment of employees is one of the keys deciding whether or not an organization is successful in achieving its goal. In several previous studies, work satisfaction was positively related to the goal. Work satisfaction of the employees influences their work commitment as what defined as follows, the work satisfaction of the employees is whether or not their desire to work is met. Achievement motivation is a need of an individual to do better than the others do that this need encourages him/her to more succesfully accomplish his/her task and to achieve a higher achievement. The purpose of this study was to identify the relationship between work satisfaction, achievement motivation and work commitment of the employees with leadership as moderating variable at the University of Sumatera Utara. The samples/respondents for this study were 91 employees of 15 working units. The result of the analysis of the first model showed that work satisfaction had a significant influence on the work commitment of the employees with p value = 0.00 < 0.05, and achievement motivation had a significant influence on the work commitment of the employees with X2 p value = 0.002 < 0.05. The result of the analysis of the second model showed work satisfaction had a significant influence on the work commitment of the employees with p value = 0.00 < 0.05, and achievement motivation had a significant influence on the work commitment of the employees with X2 p value = 0.000 < 0.05, and Leadership had a significant influence on the work commitment of the employees with p value = 0.00 < 0.05. Through the result of this study, the University of Sumatera Utara is suggested to pay more attention to the work satisfaction, achievement motivation and leadership that the employees have commitment in working for the University of Sumatera Utara.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kinerja pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan kepegawaian masalah

komitmen seorang pegawai menjadi suatu hal yang sangat penting karena mempunyai

pengaruh pada kinerja pegawai. Sehingga diharapkan setiap pegawai memiliki

komitmen yang kuat untuk memberikan prestasi terbaik bagi negara dan pelayanan

terbaik pada masyarakat.

Komitmen pegawai merupakan salah satu kunci yang turut menentukan

berhasil tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Pegawai yang

mempunyai komitmen pada organisasi biasanya mereka menunjukan sikap kerja yang

penuh perhatian terhadap tugasnya, mereka sangat memiliki tanggung jawab untuk

melaksanakan tugas-tugas serta sangat loyal terhadap instansi tempatnya bekerja.

Dengan komitmen seseorang akan menyatakan tekad untuk melaksanakan sesuatu.

Dalam komitmen terkandung keyakinan, pengikat, yang akan menimbulkan energi

untuk melakukan yang terbaik. Secara nyata, komitmen berdampak kepada

performansi kerja sumber daya manusia, dan pada akhirnya juga sangat berpengaruh

terhadap kinerja suatu organisasi atau perusahaan. Karena itu peran sumber daya

manusia, khususnya jajaran manajemen dari ini dasar sampai lini puncak harus

(21)

Konsep dari komitmen merupakan salah satu aspek penting dari filosofi

human resource management yang didesain untuk memaksimalkan integrasi

organisasi, komitmen organisasi, komitmen pegawai, fleksibilitas dan kualitas kerja.

Komitmen seseorang terhadap organisasi atau perusahaan menjadi isu yang

sangat penting dalam dunia kerja. Hal ini disebabkan pimpinan maupun pegawai

masih belum memahami arti komitmen secara sungguh-sungguh. Padahal

pemahaman tersebut sangat penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif

sehingga organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Komitmen seseorang terhadap organisasi akan membuatnya memiliki

keterikatan emosional dengan organisasi sehingga individu tersebut melakukan

identifikasi nilai maupun aktivitas organisasi. Identifikasi nilai yang dilakukan, akan

terjadi internalisasi nilai organisasi sehingga dirinya akan semakin terlibat dengan apa

yang dilakukan oleh organisasi. Salah satu akibat dari proses tersebut akan terlihat

dari kinerjanya. Komitmen organisasi diperlukan sebagai salah satu indikator kinerja

karyawan. Karyawan dengan komitmen yang tinggi dapat diharapkan akan

memperlihatkan kinerja optimal.

Ada dua alasan mengapa organisasi harus melakukan berbagai usaha untuk

meningkatkan derajat komitmen organisasi dalam diri pegawai. Pertama, semakin

tinggi komitmen pegawai, semakin besar pula usaha yang dilakukannya dalam

melaksanakan pekerjaan. Kedua, semakin tinggi komitmen pegawai, maka semakin

(22)

mempunyai komitmen organisasi yang tinggi, maka ia tidak berniat meninggalkan

organisasi.

Individu yang mempunyai komitmen tinggi terhadap organisasi dapat dilihat

dari keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota tersebut, kesediaan untuk berusaha

sebaik mungkin demi kepentingan organisasi tersebut, dan kepercayaan akan dan

penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Adanya komitmen

organisasi yang tinggi pada pegawai akan membuat pegawai terhindar dari

perilaku-perilaku keorganisasian yang negatif misalnya membolos, mangkir, pindah kerja ke

perusahaan lain, meninggalkan jam kerja, dan lain sebagainya.

Instansi pemerintah diharapkan memiliki para pegawai yang mempunyai

komitmen kerja yang tinggi, karena selain terhindar dari kemangkiran, perilaku

membolos, maupun mengundurkan diri atau meminta pensiun muda, pegawai

tersebut juga bersedia untuk mengerahkan usaha yang cukup atas nama instansi

pemerintah. Selain itu pegawai juga harus memiliki sikap menyukai organisasi dan

bersedia untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi

demi pencapaian tujuan organisasi.

Kenyataan yang terjadi di sebuah instansi pemerintahan bahwa tidak semua

pegawai mempunyai komitmen kerja yang tinggi. Seperti yang terjadi pada

Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan buku absensi pegawai di Universitas

Sumatera Utara menunjukkan ada indikasi-indikasi kalau komitmen kerja diantara

(23)

beberapa pegwainya yang mulai suka terlambat masuk kerja, membolos, dan

meninggalkan jam kerja.

Melihat kenyataan seperti itu perlu kiranya mencari penyebab dari

berkurangnya komitmen kerja pegawai pada Universitas Sumatera Utara. Komitmen

organisasi dipengaruhi oleh kepuasan kerja, stress/tekanan, motivasi, keadilan, dan

pengambilan keputusan. Salami (2008: 94) menyatakan bahwa komitmen terhadap

organisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain oleh faktor demografi,

kecerdasan emosi, kepuasan kerja dan motivasi berprestasi. Desianty (2005:81)

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

kepemimpian terhadap komitmen organisasi. Dalam hal ini kepemimpinan memiliki

pengaruh yang lebih besar terhadap komitmen organisasi karena pemimpin lebih

memberikan perhatian, dorongan motivasi dan mampu memahami keinginan

karyawannya.

Permasalahan yang terjadi pada Universitas Sumatera Utara menunjukkan

bahwa kepemimpinan belum terlaksana secara optimal, hal ini dilihat dari masih ada

sebagian Kepala Unit Kerja belum mampu menjalankan kepemimpinan yang baik,

terutama dalam hal belum menunjukkan adanya sikap ingin bekerja sama. Semangat

pegawai bekerja untuk meraih prestasi kerja masih belum tinggi dan hanya sekitar 80

% pegawai yang menunjukkan semangat kerja untuk meraih prestasi yang tinggi, hal

ini mengindikasikan kurang terdorongnya pegawai pada Universitas Sumatera Utara

(24)

di antara pegawai pada Universitas Sumatera Utara. Fakta lain yang ditemukan

penulis bahwa banyak pegawai pada Universitas Sumatera Utara tidak begitu peduli

dengan hasil dari kinerja dan produktivitas mereka. Ada beberapa dari mereka tidak

mau menerima resiko dari pekerjaannya sehingga akhirnya mereka tidak terlalu loyal

dan berkomitmen pada Universitas Sumatera Utara. Selain itu kepuasan kerja

pegawai masih belum terlaksana secara optimal, hal dilihat dari kesempatan untuk

maju/ketiadaan penghargaan atas prestasi kerja yang dimiliki oleh pegawai

berdasarkan kemampuan atau kecakapan.

Setiap pegawai dalam organisasi seperti Universitas Sumatera Utara harus

memiliki komitmen yang tinggi terhadap pencapaian misi, visi, dan tujuan organisasi.

Dalam organisasi sektor publik, ikatan batin antara pegawai dengan organisasi dapat

dibangun dari kesamaan misi, visi, dan tujuan organisasi, bukan sekedar ikatan kerja.

Ikatan mereka untuk bekerja diinstansi pemerintah bukan sekedar gaji, namun lebih

pada ikatan batin misalnya ingin menjadi abdi negara dan abdi masyarakat, status

sosial, dan sebagainya.

Kepuasan kerja dalam beberapa penelitian dihubungkan secara positif dengan

komitmen. Kepuasan kerja karyawan mempengaruhi komitmen kerja sebagaimana

didefinisi berikut, kepuasan kerja karyawan adalah terpenuhi atau tidaknya keinginan

mereka terhadap pekerjaan (Timmreck dalam Nugraheny, 2009 : 17). Apabila dalam

lingkungan kerja seorang karyawan tidak mendapatkan apa yang diharapkan

(25)

dipastikan komitmen karyawan akan buruk. Sugito (2008) mengemukakan bahwa

kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen

organisasi.

Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh fungsi dan kedudukan karyawan dalam

organisasi dimana karyawan yang berkedudukan lebih tinggi merasa lebih puas

karena mereka mempunyai otonomi yang lebih besar, pekerjaanya lebih bervariasi

dan memiliki kebebasan dalam melakukan penilaian adapun karyawan pada level

bawah lebih besar kemungkinannya mengalami ketidakpuasan dan kebosanan karena

pekerjaan yang kurang menantang dan tangung jawabnya lebih kecil hal itu biasa

terjadi pada karyawan pada level bawah yang berpendidikan tinggi yang memperoleh

pekerjaan yang tidak sepadan dengan kempuan keahliannya. Kepuasan kerja

mempengaruhi komitmen kerja dengan asumsi bahwa karyawan akan memberikan

yang terbaik bagi organisasi bila mereka juga memperoleh yang terbaik dari

organisasi dimana mereka berkerja hal ini tentunya tidak hanya berlaku pada sektor

swasta tetapi juga berlaku pada lingkungan pengawai negeri.

Motivasi berprestasi merupakan kebutuhan individu untuk berbuat lebih baik

dari orang lain yang mendorong individu untuk menyelesaikan tugas lebih sukses dan

untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Individu yang mempunyai motivasi

berprestasi yang tinggi akan bertanggung jawab untuk mencari solusi dari tugas

maupun permasalahan, merancang ulang dengan segera tujuan-tujuan yang sulit

dicapai, menerima resiko-resiko, dan mempunyai keinginan yang kuat untuk

(26)

motivasi berprestasi yang tinggi akan berupaya memuaskan berbagai kebutuhannya

melalui kerjanya dan melalui hubungannya dengan organisasi. Oleh karenanya

pegawai yang mempunyai motivasi untuk berprestasi yang tinggi akan lebih

berkomitmen pada organisasi maupun perusahaannya.

Riyanto (1999) memperkenalkan sebuah metode yang merupakan

pengembangan dari pendekatan interaksi bivariat yaitu pendekatan residual yang

memungkinkan para peneliti untuk menggabungkan beberapa faktor kondisional

dalam model kontinjensi manajemen. Dalam penelitian ini, pendekatan tersebut akan

digunakan sebagai alat analisis untuk menguji secara empiris pengaruh variabel

kontinjensi kepemimpinan sebagai variabel moderating terhadap pengaruh kepuasan

kerja dan motivasi berprestasi terhadap komitmen kerja pegawai.

Berdasarkan pada penjelasan diatas, penelitian ini akan melakukan pengujian

kembali atas kepuasan kerja dan motivasi berprestasi terhadap komitmen kerja

pegawai untuk melihat konsistensinya dengan penelitian-penelitian sebelumnya dan

pengujian terhadap kepemimpinan yang berfungsi sebagai variabel moderating

dengan sampel yang berbeda.

Istilah variabel moderating digunakan dalam pengertian bahwa kepemimpinan

mempengaruhi kepuasan kerja dan motivasi berprestasi terhadap komitmen kerja

pegawai. Dengan kata lain kepemimpinan berpengaruh pada tingkat hubungan

kepuasan kerja dan motivasi berprestasi terhadap komitmen kerja pegawai.

(27)

punggung pengembangan instansi pendidikan, karena tanpa kepemimpinan yang baik

akan sulit untuk mencapai tujuan instansi pendidikan, bahkan untuk beradaptasi

dengan perubahan yang sedang terjadi di dalam maupun di luar instansi pendidikan.

Sikap pemimpin dapat memberikan pengaruh terhadap bawahannya, misalnya

terhadap kepercayaan, kepuasan kerja, motivasi berprestasi dan lain-lain.

Dipilihnya kepemimpinan sebagai variabel moderating karena dengan

memiliki kepemimpinan yang baik, para pegawai diharapkan memiliki kepuasan

kerja dan motivasi berprestasi terhadap komitmen kerja pegawai. Dengan demikian

diharapkan komitmen kerja pegawai akan dapat ditingkatkan melalui mekanisme

pelaksanaan dan pengendalian kinerja organisasi.

Untuk menguji kondisi ini peneliti melakukan penelitian yang berhubungan

dengan komitmen kerja dan variabel-variabel yang mempengaruhinya. Berdasarkan

pemaparan tersebut peneliti mengambil judul Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi

Berprestasi terhadap Komitmen Kerja Pegawai dengan Kepemimpinan sebagai

Variabel Moderating di Universitas Sumatera Utara .

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen kerja

pegawai Universitas Sumatera Utara ?

2. Apakah motivasi berprestasi berpengaruh signifikan terhadap komitmen

(28)

3. Apakah kepuasan kerja dan motivasi berprestasi berpengaruh signifikan

terhadap komitmen kerja pegawai Universitas Sumatera Utara ?

4. Apakah kepuasan kerja dan motivasi berprestasi dengan kepemimpinan

sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap komitmen kerja

pegawai Universitas Sumatera Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis:

1. Pengaruh kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen kerja

pegawai Universitas Sumatera Utara.

2. Pengaruh motivasi berprestasi berpengaruh signifikan terhadap komitmen

kerja pegawai Universitas Sumatera Utara.

3. Pengaruh kepuasan kerja dan motivasi berprestasi berpengaruh signifikan

terhadap komitmen kerja pegawai Universitas Sumatera Utara.

4. Pengaruh kepuasan kerja dan motivasi berprestasi dengan kepemimpinan

sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap komitmen kerja

pegawai Universitas Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

(29)

2. Penelitian ini berguna bagi Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan

kebijakan tentang penyelenggaraan kepegawaian.

3. Penelitian ini berguna bagi pegawai di lingkungan Universitas Sumatera

Utara maupun Instansi lainnya sebagai pertimbangan dalam meningkatkan

komitmen kerja.

4. Penelitian ini berguna bagi pengkaji dan peminat masalah prilaku

organisasi, terutama sebagai bahan banding dalam melakukan penelitian

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka

penyusunan penelitian ini. Kegunaanya untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan

oleh peneliti terdahulu.

Desianti (2008:1) dalam penelitiannya Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Terhadap Komitmen Organisasi PT. Pos Indonesia (Persero) Semarang, yang

bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap boatmen

organisasi, dengan mengukur pengaruh gaya kepemimpian transformasional dan

kepemimpinan transaksional terhadap komitmen organisasi. Apakah ada pengaruh

yang positif dan signifikan dari gaya kepemimpinan yang dikumpulkan secara

langsung dengan metode koesioner, yaitu multifaktor leadership questionnaire

(MLQ) untuk mengukur persepsi komitmen organisasi. Populasi penelitian ini

karyawan PT Pos Indonesia (Persero) Semarang yang meliputi kantor pos cabang

Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Jumlah sampel sebanyak 150 responden yang

diambil dengan teknik proportional random sampling. Metode analisis adalah

kualitattf dan kuantitatif Analisis kuantitatif yang dilakukan dengan menggunakan uji

regresi berganda dengan uji hipotesis yang ditetapkan pada tingkat signifikansi 5 %.

(31)

dan signifikan terhadap komitmen organisasi dengan besar pengaruh yang berbeda.

Kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap

komitmen organisasi dibandingkan dengan kepemimpinan transaksional.

Suliman (2002:1) dalam penelitiannya dengan melakukan kuesioner kepada

1000 karyawan yang dilakukan dengan teknik random sampling dari 20 perusahaan di

Timur Tengah menguji pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja

pegawai (karyawan) dimana komitmen organisasi diukur melalui dua dimensi yaitu

komitmen yang timbul secara langsung (affective commitment) maupun komitmen

yang berkelanjutan (continuance commitment), hasil penelitiannya menunjukan

bahwa komitmen yang kuat baik melalui komitmen yang timbul secara langsung

(affective Commitment) maupun komitmen yang berkelanjutan (continuance

commitment) memberikan kontribusi yang tinggi dalam meningkatkan dan memenuhi

kepuasan kerja pegawai. Dengan komitmen yang kuat, pegawai akan termotivasi

untuk bekerja keras untuk kemajuan organisasi.

Sugito (2008 : 6) dalam penelitiannya Hubungan Antara Kepuasan Kerja dan

Kompensasi Dengan Komitmen Karyawan Pada Organisasi (Studi Kasus Pada PT.

Inti Karya Persada Tehnik. Variabel yang diteliti kepuasan kerja, kompensasi dan

komitmen karyawan dengan menggunakan metode deskriptif dan korelasional dengan

melibatkan 83 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja

tergolong tinggi. Kompensasi tergolong baik dan komitmen karyawan pada

organisasi tergolong tinggi. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kepuasan

(32)

ini memberikan arti bahwa semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin tinggi

komitmen organisasi.

Prantiya (2008:1) dalam penelitiannya Kontribusi Fasilitas Belajar dan

Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Kimia pada Siswa SMA Negeri 1

Karangnongko Kabupaten Klaten menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

kontribusi fasilitas belajar, dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar kimia.

Dengan model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel terikat, atau dapat

dikatakan bahwa hasil analisis regresi menunjukan model sudah tepat. Variabel yang

dipilih pada variable independen yaitu fasilitas belajar, dan motivasi berprestasi dapat

menerangkan variasi variabel hasil belajar kimia sebesar 45,7, sedangkan sisanya

54,3% oleh variabel lain.

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

NO Nama /

Tahun Penelitian

Topik Independen

Variabel Study of Faculty Members of

dan Organizational

Commitment

Job Statisfaction dan

organizational

commitment memiliki

pengarhuh terhadap

Study of Faculty Members of Prifate Sector Universitas of Pakistan

Motivation Employes Job

Commitment

Motivation memiliki

(33)

NO Nama / Tahun Penelitian

Topik Independen

Variabel Study in Public and Privat Sector in India

Commitment memiliki

pengaruh yang

signifikan terhadap Job Statisfaction of Job Statisfaction : A Case Study on Commitment and Job

Statisfaction memilikki

hubungan yang positif dan signifikan State High School Teacher in the District Job Statisfaction, and Achievement

Motivation

berpengaruh posoitf dan signifikan terhadap

Organization Turn Over Intention

Among Job yang positif dan signifikan terhadap

(34)

NO Nama / Tahun Penelitian

Topik Independen

Variabel

Leadership Job Satisfaction,

Organizational

Leadership memiliki

pengaruh yang

signifikan terhadap Job Satisfaction,

Commitment Transformasional

Leadership

berpengaruh signifikan terhadap Teacher Commitment in Secondary School of Sarawak Organisasi PT Pos Semarang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Komitmen Organisasi

10 Sugito (2008) Hubungan antara Kepusasan kerja dan kompensasi terhadap komitmen kerja pegawai PT Inti Karya Persada

Kepusasan kerja dan kompensasi

komitmen kerja pegawai

Kepusasan kerja dan kompensasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen kerja pegawai PT Inti Karya Persada pada Siswa SMA Negri 1 Belajar dan Motivasi Berprestasi

(35)

2.2.Landasan Teori

2.2.1. Teori Komitmen Kerja

Keberhasilan pengelolaan instansi pemerintah sangatlah ditentukan oleh

keberhasilan dalam mengelola sumber daya manusia. Seberapa jauh komitmen

pegawai terhadap instansi pemerintah tempat mereka bekerja, sangatlah menentukan

instansi pemerintah itu dalam mencapai tujuannya. Dalam dunia kerja komitmen

pegawai terhadap instansi pemerintah sangatlah penting, karena jika para pegawai

berkomitmen pada instansi pemerintah, mereka mungkin akan lebih produktif.

Mowday dalam Sopiah (2008:155) menyebut komitmen kerja sebagai istilah

lain dari komitmen organisasional, yaitu merupakan dimensi perilaku penting yang

dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai

anggota organisasi. Selanjutnya Blau dan Boal dalam Sopiah (2008:155)

menyebutkan komitmen organisasi organisasional sebagai keberpihakan dan loyalitas

karyawan terhadap organissai dan tujuan organisasi.

Schatz dan Schatz dalam Batubara (2010:112) mengatakan bahwa komitmen

merupakan hal yang paling mendasar bagi setiap orang dalam pekerjaannya. Tanpa

ada suatu komitmen, tugas-tugas yang diberikan kepadanya sukar untuk terlaksana

dengan baik. Yousef dalam Darwito (2008:33) mengemukakan bahwa pekerja

dengan komitmen yang tinggi akan cenderung lebih sesuai dengan tujuan dan

nilai-nilai organisasi, mau memberikan usaha lebih kepada organisasi dan berupaya

memberikan manfaat kepada organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan

(36)

Menurut Griffin dalam Sihite (2007:25) menyatakan komitmen organisasi

adalah sikap yang mencerminkan sejauhmana seseorang individu mengenal dan

terikat pada organisasinya. Alwi (2001:57) komitmen organisasi adalah sikap

karyawan untuk tetap berada dalam organisasi dan terlibat dalam upaya-upaya

mencapai misi, nilai-nilai dan tujuan perusahaan. Komitmen adalah bentuk loyal yang

lebih konkrit yang dapat dilihat dari sejauh mana karyawan mencurahkan perhatian,

gagasan dan tanggungjawabnya dalam upaya perusahaan mencapai tujuan. Mc

Neese-Smith dalam Muhadi (2007:21) menyatakan komitmen organisasional

merupakan sebagai ukuran kekuatan identifikasi karyawan dengan tujuan dan nilai

organisasi serta terlibat didalamnya, komitmen oganisasi juga menjadi indikator yang

lebih baik bagi karyawan yang ingin tetap pada pekerjaannya atau ingin pindah

Mathis dan Jackson dalam Nurjanah (2008:17) menyatakan bahwa komitmen

organisasi merupakan tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap

tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi

tersebut. Menurut Nasution dalam Sihite (2007:25) menyatakan komitmen organisasi

adalah pengikat antara individu dengan suatu organisasi, gagasan atau proyek yang

diwujudkan dalam mendedikasikan dirinya bagi pencapaian misi organisasi.

Sedangkan menurut Hatmoko dalam Amilin dan Dewi (2008:15) komitmen

organisasional adalah loyalitas karyawan terhadap organisasi melalui penerimaan

sasaran-sasaran, nilai-nilai organisasi, kesediaan dan kemauan untuk berusaha

(37)

Morrow, Mc Elroy dan Blum dalam Nurjanah (2008: 34) komitmen

organisasi terbangun bila masing-masing individu mengembangkan tiga sikap yang

saling berhubungan terhadap organisasi. Tiga sikap tersebut adalah: 1) Pemahaman

atau penghayatan dari tujuan perusahaan (identification), 2) Perasaan terlibat dalam

suatu pekerjaan (involvement), pekerjaan adalah menyenangkan, dan 3) Perasaan

loyal (loyality), perusahaan adalah tempat kerja dan tempat tinggal.

Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen kerja

adalah keterikatan pegawai pada organisasi dimana pegawai tersebut bekerja karena

menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi dan bersedia untuk berusaha dengan

sungguh-sungguh dalam pekerjaannya dan tetap mempertahankan keanggotaan

organisasi.

Porter et al dalam Robbins (2003 : 119) menemukan pengaruh komitmen

organisasi terhadap kepuasan kerja. Byars dan Rue dalam Mukhyi dan Sunarti

(2007:155) mentakan bahwa faktor-faktor kepuasan kerja dapat mempengaruhi

komitmen karyawan pada organisasi. Kepuasan kerja nampak dalam tahap positif

karyaawan terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan

kerjanya. Sebaliknya karyawan yang tidak terpuaskan oleh faktor-faktor yang

berkaitan dengan pekerjaan Nampak memiliki sikap negatif yang mencerminkan

kurangnya komitmen mereka terhadap perusahaan seperti sering mangkir,

produktivitasnya rendah, perpindahan karyawan, tingginya tingkat kerusakan,

timbulnya kegilasahan serta terjadinya tuntutan-tuntutan yang berakhir dengan

(38)

Sedangkan Menurut Qolqiutt, et al (2009:63) komitmen organisasi terletak

berdampingan dengan job performance dan dipengaruhi oleh berbagai factor.

Menurut Colquitt, et al (2009: 34) komitmen organisasi dipengaruhi oleh kepuasan

kerja, stress/tekanan, motivasi, keadilan, dan pengambilan keputusan. Hasil penelitian

Salami (2008: 94) bahwa komitmen terhadap organisasi dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain oleh faktor demografi, kecerdasan emosi, kepuasan kerja

dan motivasi berprestasi. Desianty (2005:81) menyimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel kepemimpian transformasional terhadap

komitmen organisasi.

Menurut Mathis dan Jeckson dalam Sihite (2007:33) bahwa kepuasan kerja

dan komitmen organisasi cenderung mempengaruhi satu sama lain, orang yang relatif

puas dengan pekerjaannya akan lebih berkomitmen pada organisasi dan orang-orang

yang berkomitmen terhadap organisasi lebih mungkin untuk mendapatkan kepuasan

yang lebih besar. Seseorang yang tidak puas akan pekerjaannya atau yang kurang

berkomitmen pada organisasi akan terlihat menarik diri dari organisasi baik melalui

ketidakhadiran atau masuk keluar pekerjaan.

Komitmen dicontohkan sebagai fungsi kepercayaan terhadap organisasi dan

pengalaman kerja, karakteristrik organisasi harusnya menjadi faktor yang

mempengaruhi kepercayaan pegawai terhadap organisasi dan oleh karena itu pada

level komitmen pegawai; karakteristik kerja harusnya menjadi faktor utama yang

(39)

2.2.1.1.Teori Komitmen Organisasi

Menurut Sopiah (2008:157) komitmen organisasi ditandai dengan adanya : (1)

Kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai organisasi. (2)

Kemauan untuk mengutamakan tercapainya kepentingan organisasi, dan (3)

Keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota organisasi.

Menurut Mayer, Allen dan Smith dalam Sopiah (2008:157) ada tiga

komponen komitmen organisasi yaitu :

1. Affective Commitmen, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari

organisasi karena adanya ikatan emosional.

2. Continnance Commitmen, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada

suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan

lain atau karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain.

3. Normative Commitmen, timbul dari nilai-nilai dalam diri

karyawan-karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran

bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya

dilakukan.

Pedoman untuk meningkatkan komitmen organisasi menurut Dessler dalam

Sihite (2007:28) adalah melalui : 1) berkomitmen pada nilai utama manusia, 2)

memperjelas dan mengomunikasikan misi anda, 3) menjamin keadilan organisasi, 4)

(40)

Menurut Alwi (2001:58) menyatakan bila organisasi memperhatikan

kepentingan karyawan seperti upah, gaji, perlindungan dan kesejahteraan, maka

komitmen karyawan terhadap organisasi akan tumbuh kuat. Menurut Straus dalam

Alwi (2001:58) menyatakan bahwa membangun komitmen karyawan sangat terkait

dengan bagaimana komitmen perusahaan terhadap karyawan. Perusahaan

memberikan pelayanan apa kepada karyawan. Keterlibatan dan partisipasi karyawan

secara luas merupakan bagian terpenting dari strategi komitmen yang tinggi dari

perusahaan.

Menurut Drennan dalam Alwi (2001:58) ada lima cara untuk membangun

loyalitas atas dasar komitmen, yaitu :1) menciptakan tujuan yang jelas dan komitmen

untuk menjalankannya, 2) komunikasi yang jelas, visioner dan konstan, 3)

memberikan kepercayaan kepada karyawan, 4) berbagi keuntungan.

2.2.1.2. Faktor-Faktor Komitmen Organisasi

Menurut Luthans dalam Sihite (2008:29), faktor-faktor penentu komitmen

organisasi adalah variabel-variabel (umur, masa jabatan dalam organisasi, dan

pembagian seperti positif atau negatif, afeksi, atau kedudukan kontrol internal dan

eksternal) dan organisasi (desain kerja dan gaya kepemimpinan pengawas).

Menurut Luthan dalam Sihite (2007:29) ada tiga komponen komitmen

organisasi, yaitu :

(41)

efektif kuat akan selalu melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya karena ingin berbuat lebih banyak lagi di organisasi.

2. Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan pegawai tentang

kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi. Pekerja dengan

komitmen normatif yang tinggi, memiliki perasaan membela organisasi

meskipun ada tekanan sosial, mereka merasa perlu untuk

mempertahankan organisasi.

3. Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi pegawai

tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi;

Pekerja yang terlibat dalam organisasi didasarkan kepada komitmen

berkelanjutan ini, maka pekerja tersebut akan tetap bertahan dalam

organisasi karena mereka merasa bahwa jika mereka keluar akan

menimbulkan biaya yang besar bagi diri mereka

Arggyris dalam Sihite (2007:30) membagi komitmen dalan dua bagian besar

yaitu Komitmen eksternal dan komitmen internal yaitu :

1. Komitmen eksternal dibentuk oleh lingkungan kerja. Komitmen ini muncul

karena adanya tuntutan terhadap penyelesaian tugas dan tanggungjawab

yang harus diselesaikan oleh para karyawan yang menghasilkan adanya

reward dan punishment. Peran manajer dan supervisor sangat vital dalam

menentukan timbulnya komitmen ini karena belum adanya suatu kesadaran

(42)

2. Komitmen internal merupakan komitmen yang berasal dari seseorang untuk

menyelesaikan tugas, tanggung jawab dan wewenang berdasarkan pada

alasan dan motivasi yang dimilikinya. Pemberdayaan sangat terkait dengan

komitmen internal dari individu pekerja. Proses pemberdayaan akan

berhasil bila ada motivasi dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan

diri dan memacu kreativitas individu dalam menerima tanggungjawab yang

lebih besar. Munculnya komitmen internal sangat ditentukan oleh

kemampuan pemimpin dan lingkungan organisasi dalam menumbuhkan

sikap dan perilaku professional dalam menyelesaikan tanggungjawab

perusahaan.

Steers dalam Sopiah (2008:163) mengidentifikasi ada 3 faktor yang

mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi yaitu : (1) Ciri pribadi pekerja,

termasuk masa jabatannya dalam organisasi dan variasi kebutuhan dan keinginan

yang berbeda dari tiap karyawan. (2) Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan

kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerja, (3) Pengalaman kerja, seperti

keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan

dan membicarakan perasaannya mengenai organisasi.

David dalam Sopiah (2008:163) mengemukakan empat faktor yang

mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi : (1) faktor personal, misalnya

usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan kepribadian; (2)

(43)

misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi seperti sentralisasi atau

desentralisasi, kehadiran serikat pekerja dan tingkat pengendalian yang dilakukan

organisasi terhadap karyawan; dan (4) pengalaman kerja.

Stum dalam Sopiah (2008:164) mengemukakan ada 5 faktor yang

berpengaruh terhadap komitmen organisasional : (1) budaya keterbukaan, (2)

kepuasan kerja, (3) kesempatan personal untuk berkembang; (4) arah organisasi dan

(5) penghargaan kerja yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan Young et.al dalam

Sopiah (2008:164) mengemukakan ada 8 faktor yang secara positif berpengaruh

terhadap komitmen organisasional : (1) kepuasan terhadap promosi, (2) karakteristik

pekerjaan, (3) komunikasi, (4) kepuasan terhadap kepemimpinan, (5) pertukaran

ekstrinsik, (6) pertukaran intrinsik, (7) imbalan intrinsik, dan (8) imbalan ekstrinsik.

2.2.1.3.Komitmen Kerja Pegawai

Meyer dan Allen dalam Sihite (2007:32) berpendapat bahwa setiap komponen

memiliki dasar yang berbeda. Tenaga kerja dengan komponen afektif tinggi, masih

bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota

organisasi. Sementara itu tenaga kerja komponen continuance tinggi, tetap bergabung

dengan organisasi karena mereka membutuhkan organisasi. Tenaga kerja yang

memiliki komponen normatif yang tinggi, tetap menjadi anggota organisasi karena

mereka harus melakukannya.

Setiap tenaga kerja memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan

komitmen organisasi yang dimilikinya. Tenaga kerja yang memiliki komitmen

(44)

berdasarkan continuance. Pegawai yang tetap ingin menjadi anggota akan memiliki

keinginan untuk menggunakan usaha sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya

mereka yang terpaksa menjadi anggota organisasi akan menghindari kerugian

finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak

maksimal.

Mulyadi dalam Sihite (2007:31) menyatakan komitmen kerja karyawan

berkaitan dengan bagaimana karyawan akan berperilaku dalam perusahaan.

Karyawan yang berkomitmen mencurahkan energi emosional dan perhatiannya ke

perusahaan. Komitmen dapat dideteksi dari bagaimana karyawan berhubungan satu

dengan lainnya dan bagaimana perasaan mereka terhadap perusahaan. Seorang

karyawan akan memiliki komitmen terhadap perusahaannya jika ia melihat

kemungkinan untuk belajar dan bertumbuh. Jika karyawan sebagai individu

merasakan sebagai bagian dari suatu masyarakat yang terhormat dan memiliki

kepedulian, dalam diri karyawan tersebut akan tumbuh komitmen.

Komponen normatif yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman

sosialisasi, perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normatif

menimbulkan perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai, sehingga menimbulkan rasa

loyal kepada organisasi dan cenderung memikirkan akibat yang diambil jika keluar

dari organisasi, apakah organisasi di luar sebagai pengganti dapat memberikan

kepusan di dalam diri.

(45)

memberikan promosi jabatan sesuai dengan kemampuan dan adanya pengembangan

karir sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga pegawai merasa kepuasan dan

memiliki motivasi berprestasi.

Mowday, Porter, dan Steers dalam Sugito (2008: 78-79) menyatakan bahwa

komitmen karyawan memiliki tiga aspek utama, yaitu : a.) Identifikasi diwujudkan

dalam bentuk kepercayaan pegawai terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan

memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para

pegawai ataupun dengan kata lain organisasi memasukkan pula kebutuhan dan

keinginan pegawai dalam tujuan organisasinya. Hal ini akan membuahkan suasana

saling mendukung diantara para pegawai dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana

tersebut akan membawa pegawai dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi

tercapainya tujuan organisasi, karena pegawai menerima tujuan organisasi yang

dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula, b)

Keterlibatan atau partisipasi pegawai dalam aktivitas-aktivitas kerja penting untuk

diperhatikan karena adanya keterlibatan pegawai menyebabkan mereka akan mau dan

senang bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman kerja.

Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan pegawai adalah

dengan memancing partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan

keputusan, yang dapat menumbuhkan keyakinan pada pegawai bahwa apa yang telah

diputuskan adalah merupakan keputusan bersama. Disamping itu, dengan melakukan

hal tersebut maka pegawai merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang

(46)

melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa keterikatan

dengan apa yang mereka ciptakan, dan c) Loyalitas pegawai terhadap organisasi

memiliki makna kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan

organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa

mengharapkan apapun. Kesediaan pegawai untuk mempertahankan diri bekerja dalam

organisasi adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen pegawai terhadap

organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat diupayakan bila pegawai merasakan

adanya keamanan dan kepuasan di dalam organisasi tempat ia bergabung untuk

bekerja.

Komitmen karyawan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a) Makin

lama seseorang bekerja pada suatu organisasi, semakin ia memberi peluang untuk

menerima tugas yang lebih menantang, otonomi yang lebih besar, keleluasaan untuk

bekerja, tingkat imbalan ekstrinsik yang lebih besar dan peluang mendapat promosi

yang lebih tinggi, b) Adanya peluang investasi pribadi, yang berupa pikiran, tenaga

dan waktu untuk organisasi yang makin besar, sehingga makin sulit untuk

meninggalkan organisasi tersebut, c) Adanya keterlibatan sosial yang dalam dengan

organisasi dan individu-individu yang ada, hubungan sosial yang lebih bermakna,

sehingga membuat individu semakin berat meninggalkan organisasi, dan d) Akses

untuk mendapat informasi pekerjaan baru makin berkurang.

(47)

merasakan, kebutuhan dan keinginan, biaya (pengorbanan), percaya (setia) dan

loyalitas. Sedangkan Mowday, Steers, Porter dalam Mas’ud (2004:67) indikator

komitmen kerja diukur berdasarkan delapan faktor yaitu : bekerja melampaui target,

membanggakan organisasi kepada orang lain, menerima semua tugas, kesamaan nilai,

bangga menjadi bagian organisasi, organisasi memberi inspirasi, gembira memilih

bekerja pada organisasi ini, dan peduli terhadap nasib organisasi.

Berdasarkan indikator-indikator komitmen kerja dari beberapa pendapat ahli

di atas maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengertian komitmen

kerja adalah suatu tingkatan perasaan yang dimiliki seseorang karyawan untuk terikat

dengan pekerjaan serta berusaha dengan sungguh-sungguh dalam pekerjaannya dan

tetap setia mempertahankan keanggotaan dirinya di dalam organisasi. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen kerja pegawai adalah : personal, lingkungan

pekerjaan, kesempatan untuk berkembang, komunikasi, kepuasan kerja.

2.2.2. Teori Kepuasan Kerja

Organisasi merupakan wadah tempat berkumpulnya orang-orang yang

melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. Tujuan tersebut

dapat berupa tujuan pribadi anggota organisasi dan tujuan global organisasi. Melalui

kajjan ilmu perilaku organisasi dapat dipahami bahwa aktivitas manusia dalam

mencapai tujuan dilatarbelakangi oleh perilaku idnividu, perilaku kelompok, dan

(48)

produktivitas dan kinerja, tingkat kemangkiran, perputaran karyawan (turnover), dan

kepuasan kerja (Robbin, 2003 : 115).

Seseorang yang memiliki kepuasan kerja tinggi akan memperlihatkan sikap

yang positif terhadap pekerjaannya, sedangkan seseorang yang tidak puas akan

memperlihatkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu sendiri (Robbins, 2003 :

115).

Kepuasan kerja seorang pegawai tergantung karesteristik pegawai dan situasi

pekerjaan. Setiap pegawai akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai

dengan sistem nilai yang berlaku dalam dirinya.. Semakin banyak aspek dalam

pekerjaan yang sesuai dengan kepentingan dan harapan pegawai tersebut maka

semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya dan sebaliknya.

Vroom dalam Luthan (2005 : 136) menggambarkan kepuasan kerja sebagai

sikap positif terhadap pekerjaan pada diri seseorang. Bukti-bukti penelitian terhadap

kepuasan kerja dapat dibagi menjadi beberapa katagori seperti, kepemimpinan,

kebutuhan psikologis, penghargaan atas usaha, manajemen ideologi dan nilai-nilai,

faktor-faktor rancangan pekerjaan dan muatan kerja.

Selanjutnya, menurut Locke dalam Luthan (2005 : 136) kepuasan kerja adalah

suatu keadaan emosional positif dan menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian

pekerjaan atau pengalaman kerja. Locke membagi sembilan dimensi pekerjaan yang

merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya dan memiliki kontribusi yang

(49)

peng-akuan, benefit, kondisi kerja, supervisi, rekan sekerja, dan perusahaan

(manajemen).

Menurut Luthan (2005 : 137), kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi

pegawai mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai

penting. Misalnya, jika anggota organisasi merasa bahwa mereka bekerja terlalu keras

daripada yang lain dalam depertemen, tetapi menerima penghargaan lebih sedikit,

maka mereka mungkin akan memiliki sikap negatif terhadap pekerjaan, pimpinan,

dan atau rekan kerja mereka. Mereka tidak puas. Sebaliknya, jika mereka merasa

bahwa mereka diperlakukan dengan baik dan dibayar dengan pantas, maka mereka

mungkin akan memiliki sikap positif terhadap pekerjaan mereka. Mereka merasa

puas.

Dari pendapat-pendapat Robbins, Vroom, Locke, dan Luthan tersebut di

atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah tingkatan perasaan yang

diterima seseorang dari mengerjakan pekerjaan yang didasarkan pada perbandingan

antara yang diterima pegawai dari hasil pekerjaannya dibandingkan dengan yang

diharapkan, dinginkan dan dipikirkannya.

Teori kepuasan kerja berdasarkan hirarki kebutuhan Abraham Maslow adalah:

1) Kebutuhan fisiologi yakni kebutuhan paling dasar manusia yakni kebutuhan akan

pakaian, perumahan, makanan, seks, dan kebutuhan ragawi lainnya. 2). Kebutuhan

keamanan, kebutuhan akan keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan

emosional. 3) Kebutuhan sosial mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima baik,

(50)

internal, seperti harga diri, otonomi, prestasi, dan faktor rasa hormat ,misalnya status,

pengakuan, dan perhatian 5). Kebutuhan aktualisasi diri yaitu dorongan untuk

menjadi yang mampu dikerjakannya, mencakup pertumbuhan, mencapai

potensialnya, dan pemenuhan diri (Robbin, 2003:116).

Menurut Mangkunegara, (2000:159), teori-teori yang berhubungan dengan

kepuasan kerja antara lain : 1) Teori keseimbangan (equity theory) dikembangkan

oleh Adam, yang terdiri dari komponen input, outcome, comparison dan equity in

equity. Pertama, input adalah semua nilai yang diterima pegawai yang dapat

menunjang pelaksanaan kerja, misalnya pendidikan, pengalaman, sikll, usaha,

peralatan pribadi, jumlah jam kerja. Kedua, outcome adalah semua nilai yang

diperoleh dan dirasakan pegawai, misalnya upah, keuntungan tambahan, status

simbol, pengenalan kembali, kesempatan untuk berprestasi atau mengekspresikan

diri. Ketiga, equity in equity dimana menurut teori ini puas atau tidak puasnya

pegawai merupakan hasil dari membandingkan antara input-outcome dirinya dengan

output-outcome pegawai lain, 2) Teori perbedaan (discrepancy theory) dipelopori

pertama kali oleh Porter yang berpendapat bahwa untuk mengukur kepuasan dapat

dilakukan dengan cara menghitung selisih antara yang seharusnya dengan kenyataan

yang dirasakan pegawai. Apabila seseorang memperoleh lebih besar dari yang

diharapkan maka orang tersebut akan menjadi puas, sebaliknya jika memperoleh

(51)

masukan dan keluaran pekerjaan mereka tetapi dengan masukan dan keluaran orang

lain, dan kemudian berespon untuk menghapuskan setiap ketidakadilan.

Individu-individu tidak hanya perduli akan jumlah mutlak ganjaran atas kerja mereka, tetapi

juga berhubungan dengan jumlah yang diterima orang lain, 4) Teori pemenuhan

kebutuhan (need fulfillment theory), menyimpulkan bahwa kepuasan kerja pegawai

tergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan. Pegawai akan merasa puas

apabila ia mendapatkan yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai

terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut, demikian juga sebaliknya pegawai akan

merasa tidak puas jika kebutuhannya tidak terpenuhi, dan 5) Teori pandangan

kelompok (social reference group theory) menyikapi kepuasan seseorang

berdasarkan pandangan dan pendapat kelompok acuan. Seseorang akan merasa puas

apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan kelompok

acuan. Sedangkan Madura (2001:82) teori pengharapan (expectancy theory)

menyatakan bahwa usaha seseorang karyawan dipengaruhi oleh hasil yang

diharapkan (penghargaan) atas usaha tersebut.

Teori-teori kepuasan kerja tersebut di atas merupakan dasar dalam mengkaji

dan meneliti mengenai kepuasan kerja. Kesimpulan dari teori-teori tersebut bahwa

kepuasan kerja dipengaruhi oleh sesuatu yang berada di dalam dan di luar diri

karyawan.

Kepuasan kerja karyawan terbentuk karena adanya faktor-faktor yang

melatarbelakanginya. Seperti kajian teori-teori kepuasan kerja sebelumnya, kepuasan

(52)

beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai hasil kajian dari

beberapa penulis dan peneliti, untuk selanjutnya dipilih beberapa faktor terpenting

sebagai kajian penelitian ini.

Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan adalah faktor

yang berhubungan dengan pekerjaan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor yang

berhubungan dengan kepuasan dalam pekerjaan itu sendiri, faktor yang berhubungan

teman sekerja, faktor yang berhubungan dengan pengawasan, faktor yang

berhubungan dengan teman sekerja, faktor yang berhubungan dengan pegawasan,

faktor yang berhubungan dengan promosi jabatan/pengembangan karir dan faktor

yang berhubungan dengan gaji. Faktor-faktor tersebut merupakan item instrumen Job

Describsion Index yang digunakan banyak peneliti dalam mengkaji kepuasan kerja

(Jewell dan Siegal dalam Juliandi, 2003:47)

Menurut Siagian (2002:126), kepuasan kerja ialah sikap umum seseorang

terhadap pekerjaannya. Artinya secara umum dapat dirumuskan bahwa seseorang

yang memiliki rasa puas terhadap pekerjaannya akan mempunyai sikap yang positif

terhadap organisasi dimana ia berkarya. Selanjutnya dikatakan bahwa terdapat paling

sedikit empat faktor yang turut berperan dalam kepuasan kerja, yaitu : 1) Pekerjaan

yang menantang, 2) Penerapan sistem penghargaan yang adil, 3) Kondisi yang

sifatnya mendukung, dan 4) Sifat rekan sekerja.

Selanjutnya Indrawijaya dalam Wahyuningrum (2008: 54) mengemukakan

Gambar

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Tabel 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian Fakultas dan Unit Kerja
Tabel 3.3. Operasional Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui prediksi selisih nilai waktu (time value) dan penghematan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) sebelum dan sesudah adanya jalan tol Krian – Legundi

Adapun Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi kasus penyakit ISPA adalah adanya industri dan usaha peternakan yang diperkirakan dapat berpengaruh karena

Overall, our model determines prices, inventories, production, net imports for petroleum products in the US contingent upon exogenously determined product consumption, crude oil

Dalam hal ini digunakan, hasil- hasil penelitian atau pendapat para ahli yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap konsumen yang mengkonsumsi ikan yang mengandung zat

Pengguna memberiltan tanda cek (v) pada kolom skor yang diberikan oleh pengguna. Dalam ha1 koleksi, aspek yang dinilai adalah: 1 ) ketersectian koleksi sesuai

Dengan kadar garam yang tinggi akan membuat suatu benda menjadi terapung dan terjadi perubahan tekstur serta berat dan terjadilah suatu proses yang disebut dengan osmosis dimana

247 13052624020081 ABDUL HAMID Akidah Akhlak MA Mambaul Ulum 2

Ajaran Machiavelli mendukung kekuasaan raja secara mutlak. Golongan yang mendapatkan hak istimewa dalam sistem monarkhi absolut di Perancis adalah... Keterlibatan Perancis