PENGARUH KESIAPAN TERHADAP PERILAKU ORANGTUA
DALAM MENGHADAPI
SIBLING RIVALRY
(CEMBURU)
PADA ANAK USIA DINI
DI DESA HARJOWINANGUN
BARAT KECAMATAN TERSONO
KABUPATEN BATANG
SKRIPSI
Disajikan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh :
Tutik Khasanah 1201408002
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Telah disetujui untuk diajukan dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 5 Oktober 2012
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Liliek Desmawati, M.Pd . Dra. Emmy Budiartati, M, Pd.
NIP. 195912011984032002 NIP. 195601071986012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi jurusan
Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 12 Oktober 2012
Ketua Sekretaris
Drs. Hardjono, M.Pd. Dr. Sungkowo Edy Mulyono, M.Si. NIP. 195108011978031007 NIP.196807042005011001
Penguji Utama
Dr. Daman, M.Pd .
NIP. 196505121998021001
Penguji/ Pembimbing I Penguji/ Pembimbing II
Tutik Khasanah, 2012. Pengaruh Kesiapan terhadap Perilaku Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry (Cemburu) pada Anak Usia Dini di Desa
Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono Kabupaten Batang. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Sibling Rivalry merupakan hal yang wajar terjadi pada keluarga yang
mempunyai balita lebih dari satu. Orangtua adalah kunci bagi munculnya Sibling
Rivalry dan juga berperan memperkecil munculnya hal tersebut. Oleh karena itu
muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu: Apakah ada pengaruh kesiapan terhadap perilaku orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry pada anak usia dini ?. Tujuan dari penelitian ini adalah secara umum untuk mengetahui pengaruh kesiapan terhadap perilaku orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry
pada anak usia dini sedangkan secara khusus untuk mengetahui kesiapan dan perilaku Orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry pada anak usia dini.
Penelitian kuantitatif ini dilakukan pada masyarakat Desa Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono Kabupaten Batang. Sampel yang dipilih adalah Orangtua yang mempunyai balita lebih dari satu di Desa Harjowinangun Barat kecamatan Tersono Kabupaten Batang berjumlah 33 orang. Variabel yang dikaji kesiapan Orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry sebagai variabel bebas dan perilaku Orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry sebagai variabel terikat. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Selanjutnya untuk keperluan analisis data digunakan anasisis deskriptif dengan rumus persentase dan analisis regresi linier sederhana.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan kesiapan Orangtua dalam menghadapi sibling rivalry pada anak usia dini di Desa Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono Kabupaten Batang dalam kategori kurang baik dan perilakunya dalam menghadapi sibling rivalry pada anak usia dini juga kurang baik. Hasil analisis regresi memperoleh nilai Fhitung = 27,291 dengan signifikansi
0,000 < 0,05. ini berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan kesiapan terhadap perilaku Orangtua dalam menghadapi sibling rivalry pada anak usia dini di Desa Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono Kabupaten Batang. Adapun besarnya pengaruh tersebut adalah 46,8%.
Simpulan dari penelitian ini yaitu perilaku Orangtua dalam menghadapi
sibling rivalry merupakan cerminan dari kesiapan Orangtua dalam sibling rivalry
pada anak usia dini. Saran terkait simpulan tersebut yaitu: 1) Bagi Orangtua yang memiliki anak usia dini lebih dari satu perlu mempersiapkan secara dini munculnya sibling rivalry pada anak-anaknya dengan memberikan perhatian dan kasih sayang secara adil sesuai masa perkembangan anak agar munculnya perilaku sibling rivalry pada diri anaknya dapat diminimalisir seoptimal mungkin, dan 2) Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik melakukan kajian sejenis dapat mengambil variabel lain yang diduga turut mempengaruhi munculnya perilaku
sibling rivalry agar diperoleh informasi yang semakin lengkap terkait
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya
bersedia menerima sangsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, September 2012
MOTTO :
• Ilmu adalah pengetahuan, pengetahuan adalah proses menuju kekuatan, jangan
menangguhkannya sampai besok, kerjakan apa yang dapat kau kerjakan
sekarang (penulis)
• Selesaikan apa yang sudah dimulai
Kerjakanlah sampai peringkat tertinggi
Jangan pernah menyerah dan tetaplah bersemangat
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Secara khusus skripsi ini saya persembahkan
kepada: kedua Orangtua saya, Bapak Sukirno
dan Ibu Wahyuti yang senantiasa memberi
dukungan baik lahir maupun batin dengan
sepenuh hati, agar anaknya menjadi orang yang
sukses, beriman dan bertakwa.
2. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Luar
Sekolah FIP UNNES angkatan 2008.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikan penulisan skripsi dengan judul:
“Pengaruh Kesiapan terhadap Perilaku Orangtua Dalam Menghadapi Sibling
Rivalry (Cemburu) pada Anak Usia Dini di Desa Harjowinangun Barat
Kecamatan Tersono Kabupaten Batang”. Penulisan skripsi ini merupakan salah
satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Luar sekolah, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Penulis mendapatkan banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Hardjono M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin peneliti.
2. Dr. Sungkowo Edy Mulyono, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberilkan pengesahan dan
persetujuan terhadap judul skripsi yang penulis ajukan.
3. Dra. Liliek Desmawati, M.Pd, Dosen pembimbing 1 yang dengan kesabaran
dan tanggung jawab telah memberikan banyak pengarahan dan bimbingan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
4. Dra. Emmy Budiartati M. Pd, Dosen Pembimbing II skripsi yang telah
meluangkan waktu, perhatian dan pemikiran kepada penulis sehingga sekripsi
ini dapat selesai dengan baik.
5. Para responden yang meliputi: Orangtua yang mempunyai anak lebih dari satu
dan mereka yang mengalami Sibling Rivalry dengan keterbukaan hati bersedia
mengijinkan dan membantu penyelesaian penalitian ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan
ilmunya.
8. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, yang telah memberi
banyak dukungan, motivasi dan bantuan yang penulis butuhkan selama proses
penyusunan skripsi ini.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa sebagai karya
Ilmiyah penyusunan skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang dengan kerelaan hati
bersedia memberikan kritik dan saran membangun yang sangat diharapkan
penulis.
Semoga bantuan, pengorbanan dan amal baik semuanya mendapat
balasan yang melimpah dari Allah SWT, namun demikian penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut.
Semarang, September 2012
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
ABSTRAK ... iv
PERNYATAAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Penegasan Istilah ... 6
1.6 Sistematika Skirpsi ... 8
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 10
2.1 perilaku ... 10
2.2 Sibling Rivalry ... 12
2.3 Emosi awal Masa kanak-kanak ... 18
2.4 Dampak Sibling Rivalry pada Anak ... 20
2.5 Manfaat Sibling Rivalry pada Anak ... 22
2.6 Kesiapan ... 23
2.7 Hipotesis Penelitian ... 31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
3.3 Populasi ... 34
3.4 Variabel Penelitian ... 35
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 42
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis ... 44
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 Hasil Penelitian ... 47
4.2 Pembahasan ... 63
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 70
5.1 Simpulan ... 70
5.2 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 74
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 32
Gambar 4.4 Deskripsi Kesiapan Orangtua dalam Menghadapi Sibling
Rivalry ... 50
Gambar 4.9 Deskripsi Perilaku Orangtua dalam Menghadapi Sibling
Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 48
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 48
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 49
Tabel 4.4 Deskripsi Data Kesiapan Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry ... 50
Tabel 4.5 Deskripsi Faktor Intern Kesiapan Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry ... 52
Tabel 4.6 Deskripsi Tiap Indikator dari Faktor Intern Kesiapan Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry ... 53
Tabel 4.7 Deskripsi Faktor Ekstern Kesiapan Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry ... 53
Tabel 4.8 Deskripsi Tiap Indikator dari Faktor Ekstern Kesiapan Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry ... 54
Tabel 4.9 Deskripsi Perilaku Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry . 55 Tabel 4.10 Deskripsi Faktor Intern Perilaku Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry ... 57
Tabel 4.11 Deskripsi Tiap Indikator dari Faktor Intern Perilaku Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry ... 58
Tabel 4.12 Deskripsi Faktor Ekstern Perilaku Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry ... 58
Tabel 4.13 Deskripsi Tiap Indikator dari Faktor Ekstern Perilaku Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry ... 59
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Data ... 60
Tabel 4.15 Hasil Koefisien Regresi ... 60
Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 74
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian ... 76
Lampiran 3. Tabulasi Data Hasil Uji Coba Angket Penelitian ... 88
Lampiran 4. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Kesiapan Perilaku Orangtua ... 89
Lampiran 5. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Perilaku Orangtua dalam Menghadapai Sibling Rivalry ... 91
Lampiran 6. Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 93
Lampiran 7. Deskripsi Data Kesiapan Perilaku Orangtua ... 94
Lampiran 8. Deskripsi Data Perilaku Orangtua dalam Menghadapi Sibling Rivalry ... 95
Lampiran 9. Uji Normalitas dan Linieritas Data ... 96
Lampiran 10. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 97
Lampiran 11. Tabel Harga Kritik r Product Moment ... 98
Lampiran 13. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ... 99
Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian ... 100
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Soetjiningsih (1995:11), keluarga merupakan satuan unit
terkecil dari masyarakat. Kedudukan keluarga menjadi inti yang penting dalam
masyarakat. Karena pada hakekatnya keluarga di harapkan mampu berfungsi
untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang
antara anggota keluarga, antar kerabat serta antara generasi yang merupakan dasar
keluarga yang harmonis. Akan tetapi, kadang kala pertengkaran terjadi antara
kakak-adik bagi keluarga yang mempunyai balita lebih dari satu
(http://www.merawat anak.blogspot.com,2008). Persaingan antara saudara Sibling
Rivalry (cemburu) kepada saudara kandung merupakan salah satu alasan terkuat
anak-anak bertengkar. Perasaan cemburu dan benci yang biasanya di alami oleh
seorang anak terhadap kehadiran/kelahirannya saudara kandung. Perasaan tersebut
timbul bukan karena benci terhadap saudara barunya, tetapi lebih pada perubahan
situasi atau kondisi. Menurut Nur salam, dkk (2005:26).
Orangtua adalah kunci bagi munculnya Sibling Rivalry dan juga berperan
memperkecil munculnya hal tersebut. Sibling Rivalry merupakan hal yang wajar
terjadi pada keluarga yang mempunyai balita lebih dari satu, tetapi Sibling Rivalry
bisa berbahaya bagi Anak-anak jika orangtua lalai dan anak merasa tidak
mendapatkan ketidakadilan atau tidak mendapatkan perhatian, bisa juga anak
dari tempat tidur. Oleh sebab itu beberapa peran yang dapat dilakukan adalah
memberikan kasih sayang dan cinta yang adil bagi anak, mempersiapkan anak
yang lebih tua menyambut kehadiran adik baru, memberi hukuman sesuai dengan
kesalahan anak bukan karena adanya anak emas atau bukan, sharing antar
orangtua dan anak, serta memperhatikan protes anak terhadap kesalahan orangtua
(http://www.eccefau.blog friendster.com. 2008).
Sibling Rivalry biasanya muncul ketika selisih kandungnya terlalu dekat.
Hal ini terjadi karena kehadiran adik di anggap menyita waktu dan perhatian
terlalu banyak. Jarak usia yang lazim memicu munculnya Sibling Rivaly adalah
jarak usia kurang dari 2 tahun. Kemudian muncul kembali 8-12 tahun. Di
kalangan anak, reaksi Sibling Rivalry lebih beraneka ragam tetapi dua macam
reaksi Sibling Rivalry secara langsung biasanya berperilaku agresif seperti
memukul, mencubit atau bahkan menendang. Reaksi yang lainnya adalah yang
sulit di kenali yaitu reaksi tidak langsung seperti munculnya kenakalan, rewel,
mengompol dan pura2 sakit (http://www.eccefau.blogfriendster.com. 2008). Bila
terjadi ketidakadilan di rumah bisa membuat anak stres, anak lebih temperamen
dan agresif dalam kelakuannya, sedangkan dampak dari perkembangan emosi
anak, bisa jadi anak yang merasa selalu kalah dari saudaranya akan merasa minder
atau rendah diri (http://www.blogspot.com).
Setiap anak memiliki keunikan, bakat khusus yang harus di perhatikan
dan di kembangkan untuk membangun harga dirinya dan hal tersebut sangat
tindakan yang di lakukan orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry
(http://www.merawatanak.blogspot.com, 2008).
Orangtua yang memiliki anak perlu menyediakan banyak waktu dan
tenaga untuk mengorganisasikan kembali hubungan dengan anak-anaknya.
Permasalahan yang timbul karena orangtua memberikan perhatian yang lebih
pada anak yang lain, sehingga akan menimbulkan reaksi Sibling Rivalry. Berbagai
berita kehadiran seorang adik baik laki-laki maupun perempuan yang baru dapat
merupakan ancaman utama bagi seorang anak. Anak pertama sering mengalami
perasaan cemburu pada adik yang baru sehingga hubungan antara anggota
keluagra kurang harmonis. Agar hubungan anggota keluarga dapat terbina dan
terpelihara dengan baik, peranan orangtua sangat penting dalam terciptanya
suasana yang nyaman bagi anak. Terutama orangtua yang di tuntut mampu
berkomunikasi dengan anak di dalam suatu keluarga dengan jalinan hubungan
keluarga yang akrab dan harmonis antara ayah, ibu, dan anak serta anggota
keluarga yang lain. (Sukadji, S & Badingah, S. 1994:81).
Perkembangan emosi anak terus berkembang seiring dengan kematangan
dirinya, apabila hal ini tidak diperhatikan dapat menimbulkan kecemburuan sosial
dan sebagainya. Orangtua yang selalu sibuk dengan karirnya akan menimbulkan
kurangnya rasa kebersamaan dengan anak. Penting untuk diperhatikan
bahwasannya pada usia anak, mereka bagaikan kertas putih yang siap untuk
diberikan tetesan tinta pengetahuan.
Dari berbagai faktor di atas dapat kita ketahui betapa peranan orangtua
Bukan bermaksud melarang orangtua untuk mencari nafkah, namun perlu di
perhatikan juga bagamana tugas dan tanggung jawab orangtua terhadap anaknya.
Karena orangtua adalah sosok penting dibalik kekuatan anak. Oleh karena itu
pola asuh orangtua sangat berpengaruh pada anak bagaimana anak bersikap dan
menemukan jati dirinya. (Yuliati, 2007:17).
Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan peneliti, masalah Sibling
Rivalry terjadi di Desa Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono Kabupaten
Batang. Wilayah ini terdiri dari 398 KK diantaranya 33 KK adalah memiliki
anak lebih dari satu yang berusia 1,5-2 tahun dan mereka yang mengalami Sibling
Rivalry. Fenomena dalam masyarakat memperlihatkan Orangtua yang
bermacam-macam dalam menghadapi Sibling Rivalry pada anaknya. Ada yang memarahi
anaknya karena saling berkelahi, dan ada juga yang menjewer telinga, mencubit
atau menyalahkan anak sulungnya. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik
untuk meneliti “Apakah ada pengaruh kesiapan terhadap prilaku orangtua dalam
menghadapi Sibling Rivalry (Cemburu) pada anak usia dini di Desa
Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono Kabupaten Batang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan penelitian yang
dapat di rumuskan adalah: “Apakah ada pengaruh kesiapan terhadap perilaku
orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry pada anak usia dini di Desa
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh kesiapan terhadap perilaku orangtua dalam
menghadapi Sibling Rivalry pada anak usia dini.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui kesiapan orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry pada anak
usia dini.
2) Mengetahui perilaku orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry pada anak
usia dini.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Memberi pengalaman bagi penulis untuk melaksanakan peneliti serta
mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat dalam bentuk penelitian
ilmiah serta menambah wawasan dan pengetahuan penelitian mengenai Sibling
Rivalry.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Menambah Referensi yang menunjang perkembangan ilmu dan pengetahuan
dan sebagai dasar acuan penelitian selanjutnya, terutama tentang Sibling Rivalry.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Terutama orangtua dan keluarga yang mempunyai balita lebih dari satu dan
dapat memberikan informasi apa itu Sibling Rivalry sikap dan cara untuk
1.5 Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah tafsir dalam penelitian, maka diperlukan
penegasan istilah sekaligus untuk memberikan gambaran yng sama terhadap judul
penelitian ini, yang meliputi pengaruh kesiapan terhadap perilaku orangtua dalam
menghadapi sibling rivalry pada anak usia dini di Desa Harjowinangun Barat
Kecamatan Tersono Kabupaten Batang.
1.5.1 Kesiapan
Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan
memiliki kesiapan pekerjaan, apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan
lancar dan hasil yang baik. Menurut Slameto (1995:61) mengemukakan bahwa
kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya seseorang untuk dapat
berinteraksi dengan cara tertentu.
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang
membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu
terhadap suatu situasi. Penyesuaian pada suatu saat akan berpengaruh pada
kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi individu mencangkup tiga aspek
yaitu:
1) Kondisi fisik, mental dan emosional.
2) Kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan.
3) Keterampilan, dan pengetahuan (Slameto, 1995:113)
Dengan demikian pengertian dari kesiapan adalah sebagai faktor internal
dimana sikap tersebut memuat mental, sikap, keterampilan yang harus dimiliki
dan dipersiapkan sebelum dan selama melakukan kegiatan tertentu berupa
perencanaan, guna menghadapi masalah yang timbul.
1.5.2 Perilaku
Perilaku adalah aktivitas yang ada pada individu atau orgnanisme itu tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus internal atau dapat
dikatakan bahwa perilaku individu merupakan cerminan sikap seseorang dengan
menyatakan bahwa sikap tampak dalam perilaku seseorang, oleh karena itu dapat
diukur baik arah maupun intensitasnya. (Walgio.2000:229)
Perilaku orangtua dalam menghadapi Sibling rivalry kamus kedokteran
Dorland (suherni,2008): Sibling (angosaxon Sib dan Ling bentuk kecil).
Anak-anak dari orangtua yang sama, seorang saudara laki-laki ataupun
perempuan disebut juga Sibling Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme
Sibling Rivalry adalah kompetisi antar saudara kandung untuk mendapatkan cinta
kasih orangtua afeksi dan perhatian dari satu kedua orangtuanya atau untuk
mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
1.5.3 Sibling Rivalry
Sibling Rivalry Adalah perasaan cemburu dan benci yang biasanya dialami
oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara kandungnya, tetapi
lebih pada perubahan situasi dan kondisi. Menurut Nur Salam, dkk(2005:26).
Menurut teori piaget Sibling Rivalry is bound to occur in families of more than
one child. Sibling Rivalry adalah pertengkaran dalam keluarga yang memiliki
1.5.4 Anak Usia Dini
Anak Usia Dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun,
usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter
dan kepribadian anak ( Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7).
Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia Emas (golden age).
Anak usia dini cenderung berperilaku egosentri yaitu ingin menang
sendiri, terutama anak usia dini yang merasa terancam dengan kehadiran saudara
kandungnya, Ia akan cenderung berperilaku negatif untuk menunjukkan dirinya
agar perhatian orangtuanya tertuju padanya, baik perilaku yang negatif maupun
perilaku yang di rekayasa
Kondisi lingkungan yang mulai berpaling memperhatinkan si kecil,
membuat anak pertama merasa tersingkirkan, akhirnya dia menunjukkan perilaku
yang negatif untuk mendapatkan perhatian dari lingkungan.
1.6 Sistematika Skripsi
Untuk memudahkan dalam memahami jalan pemikiran secara
keseluruhan, maka bentuk skripsi ini di uraikan dengan sistematika sebagai
berikut
Bab 1 : Pendahuluan, yang berisi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.
Bab 2 : Landasan teori, yang berisi pengertian Perilaku, Pengertian Sibling
Anak, Manfaat Sibling Rivalry pada Anak, Pengertian Kesiapan
Hipotesis Penelitian, Kerangka Berpikir
Bab 3 : Metode penelitian, yang membahas mengenai pendekatan penelitian,
tempat dan waktu penelitian, populasi, Variabel penelitian, kriteria
inklusi dan ekslusi, teknik pengumpulan data, uji validitas dan
reliabilitas, tehnik pengolahan dan analisis.
Bab 4 : Hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi tentang hasil penelitian,
pembahasan masalah.
LANDASAN TEORI
2.1 Perilaku
2.1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah aktivitas yang ada pada individu atau orgnanisme itu tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus internal atau dapat
dikatakan bahwa perilaku individu merupakan cerminan sikap seseorang dengan
menyatakan bahwa sikap tampak dalam perilaku seseorang, oleh karena itu sikap
seseorang dapat diukur baik arah maupun intensitasnya dari perilaku yang
ditunjukkan (Walgio, 2000:229).
Perilaku orangtua dalam menghadapi Sibling rivalry kamus kedokteran
Dorland (Suherni, 2008:76): Sibling (angosaxon Sib dan Ling bentuk kecil).
Anak-anak dari orangtua yang sama, seorang saudara laki-laki ataupun perempuan
disebut juga Sibling Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme Sibling Rivalry
adalah kompetisi antar saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih orangtua
afeksi dan perhatian dari satu kedua orangtuanya atau untuk mendapatkan
pengakuan atau suatu yang lebih.
2.1.2 Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap
yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Kesiapan di atas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon
dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya
sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – faktor yang
membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat
given atau bawaan misalnya : kecerdasan, emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.
2) Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan
sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007:139)
2.1.3 Proses Tejadinya Perilaku
Penelitian Rogers (1974:117) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi
1.) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
2.) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3.) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5.) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting)
(Notoatmodjo, 2003:22).
2.2 Sibling Rivalry
2.2.1 Pengertian Sibling Rivalry
Menurut Nur salam, dkk (2005: 212). Sibling Rivalry adalah perasaan
cemburu dan benci yang biasanya di alami oleh seorang anak terhadap kehadiran
atau kelahiran saudara kandungnya, tetapi lebih pada perubahan situasi dan
kondisi.
Menurut Teori Piaget Sibling Rivalry is bound to occur in families of
more than one child. Sibling Rivalry adalah pertengkaran dalam keluarga yang
Sibling Rivalry adalah pertengkaran atau persaingan antar saudara
sekandung. Sibling Rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih
sayang dari orangtua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua. Biasanya ini terjadi
karena orangtua memberi perlakuan yang berbeda pada anak-anak mereka. Sibling
Rivalry sering terjadi pada saudara kandung yang berjenis kelamin sama dan
muncul ketika usia saudara kandung terlalu dekat. Hal ini terjadi karena kehadiran
adik dianggap menyita waktu dan perhatian terlalu banyak. Jarak usia yang lazim
memicu munculnya Sibling Rivalry jarak usia kurang dari 2 tahun dan muncul
pada usia 3-5 tahun (http://www.eccefau.blogfriendstrer.com, 2008:1).
Dalam Istilah psikologi kondisi Sibling Rivalry yaitu persaingan antar
saudara kandung, bisa dalam bentuk cemburu iri, pertengkaran hingga perkelahian
yang menimbulkan ketegangan terjadi pada keluarga dengan jumlah anak lebih
dari satu. Bisa dialami oleh individu pada kelompok umur berapapun mulai dari
balita, kanak-kanak, remaja, bahkan sampai dewasa.
Dari kajian diatas dapat disimpulkan bahwa Sibling Rivalry Adalah
Merupakan hal yang penting hal yang harus mendapatkan perhatian orangtua
karena penanganan yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah yang
berkelanjutan, karena biasanya kecenderungan Sibling Rivalry yang terjadi pada
kelompok umur berikutnya lebih disebabkan karena ketidaktuntasan dalam
menyelesaikan Sibling Rivalry pada masa-masa sebelumnya. Namun jika masih
berada dalam taraf yang wajar, maka Sibling Rivalry masih memiliki efek yang
meminta maaf, serta bisa lebih jernih dalam menilai serta mencari solusi
masalahnya.
2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Sibling Rivalry
2.2.2.1Faktor-faktor penyebab Sibling Rivalry pada Anak Usia Dini
Faktor-faktor penyebab Sibling Rivalry pada Anak Usia Dini Menurut
Istiadi,I (2006:138),adalah sebagai berikut:
1) Anak sangat bergantung pada cinta dan kasih sayang orangtuanya.
2) Adanya konflik dan ketidak setujuan hidup bersama dengan orang lain dalam
jangka waktu yang cukup lama.
3) Faforitisme orangtua terhadap salah seorang dapat memicu dendam anak yang
lain.
4) Jika seorang anak kurang berbakat dibanding saudaranya maka anak yang
kurang berbakat cenderung membenci saudaranya.
5) Anak yang cepat merasa bosan dan mudah frustasi.
6) Anak-anak yang memiliki kelemahan tertentu dalam perkembangannya,
seperti kemampuan bahasa dan interaksi sosial atau anak yang temperamental.
7) Bersaing untuk mendapatkan perlakuan yang spesial dari orangtua.
8) Anak merasa hubungan dengan orangtuanya akan terancam dengan kehadiran
adik baru.
9) Tidak adanya pembagian waktu yang baik dalam keluarga.
10)Orangtua yang selalu memperlakukan anak-anak secara sama yang akan
11)Kesalahan orangtua yang terkadang tidak berlaku adil, pilih kasih atau
membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan yang lain.
12)Fungsi keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi Sibling Rivalry karena
berebut perhatian dan kesalahan sikap orangtua yang tidak berlaku adil.
13)Stres dalam kehidupan orangtua akan memicu Sibling Rivalry dan mengurangi
perhatian terhadap anak.
14)Perilaku ibu juga mempengaruhi terjadinya Sibling Rivalry.
Perilaku orangtua yang berat sebelah pada anak akan memicu terjadinya
kecemburuan pertengkaran kakak dan adik akan menimbulkan keributan dalam
rumah. Orangtua yang merasa terganggu akan mengambil jalan pintas dengan
menyuruh kakak mengalah, kebijakan orangtua yang seperti itu jelas berat
sebelah. Orangtua kurang menghargai pola pikir kakak yang masih kecil juga. Jika
orangtua memaksa kakak untuk selalu mengalah banyak hal negatif yang akan
terjadi seperti kakak merasa dirinya tidak memiliki harga diri lagi di mata
orangtua. Adik tak mau belajar mengetahui hal yang benar, kakak menyimpan
dendam dan akan membalasnya nanti jika ada kesempatan, jika terjadi perkelahian
lagi adik cenderung mengandalkan tangisannya untuk mengadu kepada ibu agar di
bela menurut Istiadi, I (2006:86).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa perilaku orang yaitu perilaku orangtua
yang berat sebelah pada anak akan memicu terjadinya kecemburuan pertengkaran
kakak dan adik akan menimbulkan keributan dalam rumah. Orangtua yang kurang
menghargai pola pikir kakak yang masih kecil jelas berat sebelah karena kakak
2.2.3 Faktor-faktor penyebab Sibling Rivalry pada Orangtua
Faktor-faktor penyebab Sibling Rivalry pada Orangtua Mencangkup dua
faktor yaitu:
2.2.3.1 Faktor Intern
1) Kecerdasan
Kecerdasan berhubungan dengan tingkat pendidikan akan memberikan
pengetahuan sehingga dapat mengubah perilaku positif yang meningkat,
orangtua yang tau tantang Sibling Rivalry akan menyadari bahwa itu hal yang
wajar dan orangtua akan lebih matang untuk mempersiapkan anak pertama
untuk menerima kehadiran adik baru.
2) Persepsi
Persepsi orangtua salah akan berdampak kecemburuan pada anak misalnya
orangtua yang selalu beranggapan yang lebih dewasa yang harus mengalah
dalam segala hal. Persepsi orangtua yang separti ini akan memicu timbulnya
Sibling Rivalry karena kakak merasa tidak di hargai.
3) Motivasi
Motivasi orangtua dalam memberikan dorongan pada anak untuk maju
kadang-kadang suka membandingkan di antara keduanya. Misalnya saja dengan
memuji salah satu anak, anak lainnya dapat merasa cemburu.
4) Emosi,
Jika orangtua sedang emosi lebih baik ibu menahan diri dengan diam
atau jika tidak bisa diam menyalahkan kedua pihak sekaligus masih lebih baik
5) Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku dia harus tau terlebih dahulu apa arti
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Orangtua memarai
anaknya yang sedang berkelahi apabila ia tau apa tujuan dan manfaat bagi
anak atau keluarganya dan apa bahaya-bahaya bila tidak melakukan perkelaian
tersebut. Indikator-indikator yang dapat gunakan untuk mengetahui
pengetahuan orangtua tentang Sibling Rivalry dapat di kelompokkan menjadi:
a. Pengetahuan tentang Sibling Rivalry
(1) Penyebab Sibling Rivalry.
(2) Macam Sibling Rivalry pada anak dalam berperilaku.
(3) Kapan Sibling Rivalry terjadi.
(4) Bagaimana cara mencegah dan cara menghadapi Sibling Rivalry.
b. Pengetahuan orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry
(1) Cara atau tindakan yang orangtua lakukan.
(2) Dampak yang akan terjadi
(3) Manfaat dari Sibling itu sendiri.
Apabila penerimaan perilaku baru atau sikap seseorang dalam menghadapi
sesuatu yang baru melalui proses seperti ini, dimana didasari olah pengetahuan,
kesadaran dan sikap positif, maka sifat atau perilaku tersebut bersifat langgeng.
Sebaiknya apabila sikap maupun perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama, misalnya : Sikap orangtua dalam
menghadapi Sibling Rivalry yang terjadi pada anak balitanya di perlukan
orangtua siap dan dapat mencegah atau meminimal terjadinya Sibling Rivalry
(Notoatmojo, S., 2003:22).
2.2.3.2 Faktor Ekstern
Faktor Ekstern meliputi objek, orang, kelompok dan hasil kebudayaan
yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan perilakunya. Kedua faktor tersebut
akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya.
2.3 Emosi Awal Masa Kanak-kanak
Selama awal masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan
saat ketidakseimbangan karena kanak-kanak ”keluar dari fokus” dalam arti bahwa
dia mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan
diarahkan. Hal ini tampak mencolok pada anak-anak usia 2,5 sampai 3,5 dan 5,5
sampai 6,5 tahun. Walaupun setiap emosi dapat “dipertinggi” dalam arti bahwa
emosi itu lebih sering timbul dan lebih kuat dari pada biasanya pada individu
tertentu, tetapi emosi yang meninggi pada awal masa kanak-kanak ditandai oleh
ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk
akal. Contoh emosi yang umum pada masa kanak-kanak diantaranya adalah:
1) Amarah
Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai
permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak
lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan, amarah, menangis,
berteriak, menggertak, menendang melompat-lompat atau memukul.
2) Takut
Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang
cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio , dan televisi film-film dengan unsur yang
menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik:
kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar, dan bersembunyi,
menangis dan menghindari situasi yang menakutkan.
3) Cemburu
Anak merasa cemburu bila dia mengira bahwa minat dan perhatian orangtua
beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir.
Anak yang lebih muda mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau
menunjukkan dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti
mengompol, pura-pura sakit atau menjadi nakal perilaku ini bertujuan untuk
mencari perhatian.
4) Ingin tahu
Anak memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru di lihatnya, juga
mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam
bentuk penjelajahan sensomotorik kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial
dan hukuman, ia bereaksi dengan bertanya.
5) Iri hati
Anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki
orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam, bermacam-macam cara, yang
paling umum adalah mengeluh dengan barangnya sendiri, dengan
keinginan-keinginan untuk memiliki barang seperti dimiliki orang lain atau dengan
mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.
6) Gembira
Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang
orang lain dan berhasil melakukan tugas yang di anggap sulit. Anak
mengungkapkan kegembiraan dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan
melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
7) Sedih
Anak-anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang di cintai atau
yang di anggap penting bagi dirinya apakah itu orang, binatang atau benda
mati, seperti mainan secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan
menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya
termasuk makan.
8) Kasih sayang
Anak-anak belajar mencintai orang, binatang atau benda yang
menyenangkannya. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah
besar tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan
memeluk, menepuk dan mencium objek kasih sayangnya.
2.4 Dampak Sibling Rivalry pada Anak
Dampak Sibling Rivalry bagi perkembangan emosi anak menyebabkan anak
merasa minder atau rendah diri sedangkan dampak akibat ketidakadilan di rumah
bisa membuat anak stres anak lebih temperamen dan agresif dalam kelakuannya.
(http://www.eccefau.blogfriendster.com, 2008). Adapun sikap yang sebaiknya di
lakukan orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry Adalah:
1) Mempersiapkan kakak sebelum kehadiran adik
Jauh sebelum anak kedua lahir, melibatkan kakak dengan aktivitas yang
berhubungan dengan menyambut kehadiran adik baru, seperti mengajak kakak
2) Memperlakukan setiap anak sebagai individu berbeda
Asas adil merata bukan merupakan prinsip yang dapat digunakan dalam
mendidik anak, masing-masing anak individu yang unik. Memperlakukan
anak-anak secara sama hanya akan menciptakan lebih banyak masalah.
3) Hindari membandingkan
Kompetisi memang sering dilakukan orangtua untuk memotivasi anak-anak
mereka, dengan memuji salah satu anak, anak lainnya merasa cemburu, meski
maksud orangtua tidak demikian.
4) Menumbuhkan keunikan anak
Setiap anak memiliki keunikan. Perhatikan bakat anak, kembangkan dengan
memberikan kursus atau kegiatan khusus misalnya anak sulung menyukai
musik dorong dia untuk mempelajari salah satu alat musik. Biarkan anak
tumbuh dengan keunikannya, bakat khusus anak yang terus di asah akan
membangun harga dirinya.
5) Menghabiskan waktu bersama anak sesuai prioritas
Anak-anak akan menghargai saat-saat berharga ini. Setiap anak punya
kebutuhan berbeda.
6) Membuat batasan yang jelas
Anak-anak perlu menghargai satu sama lain. Biarkan mereka mempunyai
barang yang tidak boleh digunakan oleh lainnya, ini akan mengajarkan mereka
untuk saling menghargai.
7) Mendengarkan perasaan anak
Mendengarkan perasaan anak penting untuk mengetahui apa sesungguhnya
yang menjadi penyebab pertengkaran, biarkan anak mengungkapkan perasaan,
8) Jangan memihak
Pertengkaran antara anak-anak memang membuat orangtua menjadi frustrasi
dan ingin tahu, siapa sebenarnya yang salah, siapa yang memulai
pertengkaran, namun biarkan anak-anak menyelesaikan sendiri pertengkaran
mereka. Kecuali, jika mereka tampak membutuhkan anda memfasilitasi
komunikasi keduanya. Orangtua perlu turun tangan jika pertengkaran terlihat
membahayakan keduanya baik secara fisik maupun secara perasaan.
9) Menghindari memupuk kebiasaan mengadu
Mengadu memang sering dilakukan antar saudara karena persaingan mereka,
mengadu membuat anak satu tingkat lebih diatas anak lainnya, untuk terlihat
lebih baik di mata orangtua. Hal ini menunjukkan bahwa anak telah paham
mana sikap yang benar dan tidak.
10) Memberi Reward untuk perilaku kooperatif
Saat anak-anak menunjukkan perilaku kooperatif, orangtua perlu memberi
reward, pemberian reward dilakukan untuk memperkuat perilaku. Ini agar
anak mengerti bahwa, perilaku inilah yang di harapkan dari anak.
2.5 Manfaat Sibling Rivalry pada Anak
Sibling Rivalry mengajarkan anak untuk mengatasi perbedaan dengan
mengembangkan beberapa ketrampilan penting diantaranya adalah bagaimana
menghargai nilai dan perspektif orang lain, cara cepat untuk berkompromi, serta
mengontrol dorongan untuk bertindak agresif (http://eccefau.blogfriendster.com,
1) Berlatih untuk bersosialisasi dengan kerabat lainnya.
Dalam hal ini diartikan bahwa bersosialisasi dengan kerabat lainya adalah
sosialisasi yang dilakukan antar saudara kandung atau saudara sepupu.
2) Memotivasi kecerdasan emosional, mental dan sosial.
Memotivasi kecerdasan emosional, mental dan sosial yaitu sebuah dorongan
agar seseorang mampu melakukan satu kerjasama yang berpedoman pada
kecerdasan intelektual sekaligus mampu melakukan sosialisasi baik secara
personal maupun kelompok.
Manfaat positif dengan bimbingan yang benar mengenahi Sibling Rivalry
jika terjadi persaingan antar anggota keluarga antara lain:
1) Memacu diri untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari yang lain.
2) Mengasah kemampuan diri dalam pergaulan sosial dengan yang lainnya.
Menambah keakraban dan kerja sama antar keluarga karena telah mengetahui
karakter spesifik masing-masing individu.
2.6 Kesiapan
2.6.1 Pengertian Kesiapan
Menurut Slameto (1995:61), menyatakan kesiapan sangat penting untuk
memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan pekerjaan, apapun
akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar dan hasil yang baik.
Mengemukakan bahwa kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya
seseorang untuk dapat berinteraksi dengan cara tertentu. Selain itu kesiapan juga
diartikan keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap
Penyesuaian pada suatu saat akan berpengaruh pada kecenderungan untuk
memberi respon. Kondisi individu mencakup 3 aspek yaitu: (1) Kondisi fisik,
mental dan emosional (2) Kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan (3)
Keterampilan dan pengetahuan.
Kesiapan adalah setiap individu untuk dapat melakukan suatu perbuatan
tertentu dengan baik, maka, individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik
ataupun kesiapan secara psikologis karena kesiapan merupakan unsur yang
penting.
Moeliono, dkk (1989:835), menjelaskan atau berpendapat bahwa keadaan
sudah sedia atau sedia untuk digunakan, hal ini didukung oleh pendapat Chaplin
yang menjelaskan kesiapan dapat diartikan sebagai keadaaan siap -siaga untuk
mereaksi atau menghadapi sesuatu.
Gulo (1982:241), kesiapan adalah titik kematangan untuk dapat menerima
dan mempraktekan tingkah laku tertentu. Sebelum saat ini terlewati tingkah laku
tersebut tidak dapat dimiliki walaupun melalui latihan yang intensif dan bermutu.
Drever (1986:394) kesiapan adalah kondisi siap untuk menanggapi atau mereaksi
sedangkan Dalyono (2001: 166), mengartikan kesiapan merupakan sifat-sifat atau
kekuatan pribadi yang berkembang perkembangan ini memungkinkan orang itu
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta mampu memecahkan
persoalan yang di hadapinya. Sedangkan Cronbach (dalam Dalyono, 2001:66)
memberikan pengertian kesiapan sebagai segenap sifat atau kekuatan yang
Berdasarkan definisi-definisi dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah
kemauan dan kemampuan yang membuat seseorang berbuat sesuatu dengan
mempertimbangkan desakan-desakan lingkungan.
2.6.2 Hukum Kesiapan
Menurut Thorndike (dalam suryabrata 2004:250) terdapat tiga hukum
kesiapan dalam individu berperilaku yaitu:
1) Apabila suatu unit kondusi telah siap untuk berkonduksi maka kondusi dengan
unit tersebut akan membawa kepuasan, dan tidak akan ada tindakan lain lagi
untuk mengubah kondusi itu.
2) Bila kondusi telah siap untuk berkondusi namun tidak berkondusi maka akan
meninbulkan respon-respon yang lain untuk mengurangi atau meniadakan
keputusan itu.
3) Apabila unit tidak siap berkondusi dipaksa untuk berkondusi, maka kondusi itu
akan meninbulkan ketidakpuasan dan berakibat dilakukannya
tindakan-tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan itu.
Kesiapan fisik dan psikologis seseorang yang di dukung oleh sarana
penunjang untuk individu melakukan sesuatu, dan apabila perilaku tersebut
berhasil dilakukan maka akan menghasilkan kepuasan bagi individu. Sedangkan
bila individu tidak siap untuk melakukan suatu tindakan akan tetapi dipaksa untuk
melakukan tindakan tersebut maka individu akan melakukan tindakan lain untuk
mengurangi kekecewaan ataupun frustrasinya. Selanjutnya Menurut Dalyono
2.6.3 Faktor-faktor Kesiapan
Faktor-faktor kesiapan Menurut Dalyono (2001:166), kesiapan di
pengaruhi oleh:
1) Kematangan merupakan keadaan atau kondisi bentuk, struktur, dan
fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisme, baik
terhadap satu sifat atau pada semua sifat kematangan membentuk
semua sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara
tertentu. Tingkah laku apapun membutuhkan kematangan, orang
tak akan dapat berbuat secara intelegen apabila kapasitas
intelektualnya belum memungkinkannya untuk itu kematangan
dalam struktur otak dan sistem syaraf sangat di perlukan.
2) Kesiapan Psikologis
Kesiapan psikologis mempunyai makna segenap sifat-sifat yang dimiliki
individu yang digunakan untuk mereaksi suatu situasi tertentu. Kesiapan
psikologi seseorang dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
a. Motivasi individu untuk melakukan tindakan tertentu. Adanya dorongan
atau motivasi dalam diri individu akan mendorong timbulnya kesiapan
dalam diri seseorang untuk melakukan sebuah tindakan dan ketika
seseorang siap untuk melakukan sebuah tindakan maka individu tersebut
akan melakukan tindakan untuk memenuhi dorongan tersebut
b. Pengalaman yang diperoleh individu sebelumnya, pengalaman yang
diperolah mengenai sesuatu perilaku tertentu akan mempertinggi kesiapan
diperolah akan membantu individu untuk melakukan tindakan yang tepat
untuk merespon stimulus yang datan. Hal ini dikarenakan pengalaman
mengenai suatu tindakan tertentu telah tersimpan dalam memori dan ketika
individu menghadapi sebuah situasi yang sama atau yang hampir sama
maka pengalaman yang telah tersimpan di recall sehingga individu siap
untuk merespon suatu situasi.
3) Kesiapan Sosial
Selain kesiapan psikologi untuk menghadapi perilaku orangtua dalam
menghadapi Sibling Rivalry pada anak usia dini perlu adanya kesiapan sosial
karena linkungan sosial merupakan tempat bagi perilaku orangtua sebagai
makhluk sosial. Kesiapan sosial merupakan kemampuan lingkungan untuk
berelasi dengan individu yang datang ke lingkungan tersebut.
2.6.4 Prinsip-prinsip kesiapan
Prinsip kesiapan menurut Slameto (1995: 117) adalah semua aspek
perkembangan ini berinteraksi (saling mempengaruhi). Kematangan jasmani dan
Rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat pengalaman.
Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. Kesiapan dasar
untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa
pembentukan di masa perkembangan.
Proses belajar yang di pengaruhi kesiapan yang dimaksud dengan kesiapan
atau readiness adalah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar,
berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk
termasuk kesiapan ini adalah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar
belakang pengalaman hasil belajar yang baru motivasi, persepsi dan faktor-faktor
lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal
sebagai berikut:
1) Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas
yang di berikan kepadanya erat hubungan dengan kemampuan, minat dan latar
belakangnya.
2) Kesiapan tentang belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti
bila seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan untuk mempelajari
sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
3) Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas
kemudian tugas itu ditunda sampai dapat di kembangkan kesiapan itu atau
guru sengaja menata tuagas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
4) Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan misalnya dua
orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda
dalam pola kemampuan mentalnya.
2.6.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan
Kesiapan merupakan suatu sikap psikologis yang dimiliki seseorang
sebelum melakukan sesuatu, dimana kesiapan ini dapat dipengaruhi oleh dirinya
2.6.5.1Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor
ini terbagi menjadi dua bagian yaitu jasmani dan rohani (psikologis), dimana
keduanya mempengaruhi individu menjadi terampil. Yang termasuk faktor
jasmani adalah bagaimana kondisi fisiknya dan panca indra. Sedangkan kondisi
psikologisnya adalah minat tingkat kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan
kognitif.semua ini akan berpengaruh pada kesiapan seorang individu. Aspek-aspek
psikologi yang mempengaruhi kesiapan adalah:
1) Kematangan
Kematangan adalah suatu kondisi yang dapat menimbulkan perubahan tingkah
laku sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan.
2) Kecerdasan
Kecerdasan adalah daya pikir merupakan salah satu aspek penentu
keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan
3) Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan psikomotorik yang merupakan salah satu aspek
yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat mengembangkan dirinya yang
lebih kreatif dalam segala hal.
4) Kemampuan
Kemampuan merupakan aspek yang harus memiliki seseorang, karena itu
sebagai guru harus mengetahui dan menyadari kemampuan yang ada dalam
5) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap
usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
6) Kesehatan
Kesehatan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan
seseorang untuk melakukan tugasnya dengan baik.
2.6.5.2Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang di sebabkan karena orangtua yang salah
dalam mendidik anaknya, seperti sikap membanding-bandingkan dan adanya anak
emas di antara anak yang lain. Menurut Keyla (2008:26), ada banyak faktor yang
berperan dalam kejadian Sibling Rivalry yaitu:
1) Adanya keinginan anak untuk menggambarkan siapa dirinya, bakat, aktifitas
dan minat mereka ingin menunjukkan bahwa mereka berbeda dari saudara
kandungnya.
2) Perhatian, disiplin dan kemampuan reaksi orangtua yang berkurang terhadap
dirinya.
3) Adanya Anggapan bahwa kedatangan adik baru merupakan ancaman bagi
mereka
4) Tahap perkembangan dari anak itu sendiri berhubungan dengan perhatian
orangtua yang terbagi serta bagaimana mereka mendapat perhatian itu dengan
5) Kekurangpahaman dari anak bagaimana cara mendapatnya perhatian dari
saudara kandungnya sehingga menggunakan perkelahian untuk mendapatkan
perhatian.
6) Perlakuan orangtua terhadap anak
7) Kurangnya peran dari orangtua untuk memberikan penjelasan bahwa
perkelahian bukan salah satu cara yang baik yang biasa diterima untuk
menyelesaikan masalah.
8) Tidak adanya waktu yang cukup dari otang tua untuk bersama dengan anak.
9) Bagaimana orangtua memeperlakukan anak dan bereaksi terhadap persaingan
yang terjadi.
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah persyaratan tentang hubungan yang di harapkan
antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara empiris. Hipotetis dalam
penelitian ini adalah” Ada pengaruh kesiapan yang ditunjukkan dalam perilaku
orangtua menghadapi Sibling Rivalry pada anak usia dini.
2.8 Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat
dirumuskan kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Suatu Penelitian, berbobot tidaknya sebuah penelitian tergantung dari
metode penelitiannya. Metode penelitian digunakan dengan tujuan agar peneliti
yang dilaksanakan mempunyai arah yang tidak menyimpang dari tujuan yang
diinginkan. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif, yaitu hal-hal
yang terkait dengan tujuan penelitian secara kuantitatif. Oleh Azwar (2003:5)
dinyatakan sebagai prosedur penelitian yang menekankan pada data-data
numerikan (angka) yang diolah dengan metode statistic. Pendekatan ini
merupakan suatu metode dalam penelitian tentang keadaan status manusia, suatu
obyek, suatu kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat,sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki. Secara harfiyah metode ini adalah metode penelitian
untuk membuat gambaran akumulasi data dasar dalam pengertian yang lebih luas,
penelitian ini mencakup metode sejarah, eksperimen. Jadi dalam penelitian ini
menggunakan penelitian kuantitatif yang mana penggunaan penelitian ini secara
jelas dan terperinci serta memperoleh data yang mendalam tentang Pengaruh
Kesiapan Terhadap perilaku Orangtua Dalam Menghadapi Sibling Rivalry pada
Anak Usia Dini di Desa Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono Kabupaten
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.2 Tempat
Penentuan lokasi penelitian dimaksud untuk mempermudah atau
memperjelas lokasi yang menjadi sasaran dalam penelitian. Lokasi penelitian
yang dimaksud adalah Masyarakat Desa Harjowinangun Barat Kecamatan
Tersono Kabupaten Batang.
Pemilihan lokasi penelitian di Desa tersebut karena masalah Sibling
Rivalry banyak terjadi di Desa Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono
Kabupaten Batang. Selain itu masalah Sibling Rivalry di Desa tersebut belum
pernah ada yang meneliti sehingga peneliti ingin mengetahui apakah ada kesiapan
orangtua dalam menghadapi Sibling Rivalry pada Anak Usia dini dari segi
psikologis, fisik, ekonomi, sosial dan pendidikannya.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 karena pada bulan
tersebut sebagian besar responden yang berprofesi sebagai pegawai negeri (guru)
sedang libur panjang sehingga peneliti memiliki waktu yang lebih efektif di
bulan tersebut untuk melakukan penelitian.
3.3 Populasi
Menurut Sugiyono, A.(2007:69) Populasi adalah keseluruan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua yang mempunyai balita
lebih dari satu di Desa Harjowinangun Barat kecamatan Tersono Kabupaten
Populasi merupakan subyek penelitian. Populasi menurut Singarimbun
(1989:8) adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit analisis yang memiliki ciri-ciri
yang akan di duga. Nawawi (2003:141) Populasi adalah Keseluruhan subyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan
tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data
yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.
Arikunto (2006:124) menyatakan bahwa Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau
penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Subjek penelitian ini adalah menggunakan studi Populasi karena jumlah
responden kurang dari 100. Wilayah ini terdiri dari 389 KK diantaranya 33KK
adalah memiliki anak lebih dari satu yang berusia 1,5-2 tahun dan mereka yang
mengalami SiblingRivalry.
3.4 Variabel Penelitian
Menurut Notoatmojo, S. (2005:33), kerangka konsep adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan variabel adalah simbol atau
lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep.
Sutrisno Hadi (2002:94) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang
bervariasi. Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya.
Variabel penelitian tentang kesiapan perilaku orangtua dalam menghadapi Sibling
Rivalry terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat.
3.4.1 Variabel bebas
Menurut Arikunto (2002:97), mendefinisikan Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebeb independent variabel
dinyatakan dengan X. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh
kesiapan terhadap perilaku orangtua.
3.4.2 Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi atau variabel terikat,
tergantung, atau variabel tidak bebas, dinyatakan dengan Y. Variabel terikat
penelitian ini adalah menghadapi Sibling Rivalry pada Anak Usia Dini.
3.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi
3.5.1 Kriteria Inklusi
Adalah karakteristik umum subjek penelitan pada populasi
(Nursalam.2003:122) kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Orangtua yang mempunyai balita lebih dari satu yang mengalami Sibling
Rivalry di Desa Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono Kabupaten Batang
2) Orangtua yang mempunyai balita lebih dari satu yang bersedia menjadi
responden
3.5.2 Kriteria Eksklusi
Adalah sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Orangtua yang mempunyai balita lebih dari satu dengan jarak kurang dari 2
tahun yang mengalami Sibling Rivalry pada saat penelitian tidak berada di
tempat.
2) Orangtua yang mempunyai balita lebih dari satu dengan jarak kurang dari 2
tahun yang saat penelitian sedang sakit dan tidak dapat menjadi subjek
penelitian.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data Menurut (Iskandar, 2008:76) yaitu:
3.6.1 Kuesioner
Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis,
sistematis tentang konsep yang menerangkan tentang variabel-variabel yang
diteliti. Penyebaran kuesioner kepada subyek penelitian bertujuan untuk
memperoleh data atau informasi mengenai masalah penelitian yang
mengambarkan variabel-variabel yang diteliti. Kuesioner yang diedarkan kepada
responden harus mempunyai validitas dan realibilitas yang tinggi.
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:140), kelebihan dan kekurangan
kuesioner yaitu:
3.6.1.1Kelebihan kuesionar
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut
4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu
menjawab.
5) Dapat di buat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan
yang benar-benar sama.
6) Jawaban responden tidak menyimpang dari pertanyaan
7) Relatif lebih Efisien baik waktu tenaga dan dana
8) Memudahkan dalam menganalisis data
3.6.1.2Kelemahan kuesionar
1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang
terlewati tidak terjawab. Padahal sulit di ulangi diberikan kembali padanya.
2) Sulit dicari validitasnya
3) Walaupun di buat anonim, kadang-kadang responden sengaja memberikan
jawaban yang tidak benar atau tidak jujur.
4) Angket yang dikirim lewat pos pengambilannya sangat rendah, hanya sekitar
20%. Seringkali tidak dikembalikan terutama jika dikirim lewat pos menurut
penelitian.
5) Waktu pengambilanya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang
terlalu lama sehingga terlambat.
3.6.2 Observasi
Salah satu cara pengumpulan data yang utama dalam mengkaji situasi
sosial yang dijadikan sebagai objek penelitian ini menggunakan teknik observasi
partisipati, di mana penelitian berinteraksi secara penuh dalam situasi sosial
peristiwa secara cermat, mendalam dan terfokus terhadap subjek penelitian, baik
dalam suasana formal maupun santai.
Menurut Fudgartanti (2005:197), observasi memiliki kelebihan dan
kelemahan.
3.6.2.1Kelebihan observasi
1) Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal perilaku
pertumbuhan dan sebagainya sewaktu kejadian tersebut masih berlaku atau
sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak mungkin
mengantungkan data-data dan ingatan seseorang.
2) Pengamat dapat memperoleh data dan subjek baik dengan berkomunikasi
verbal atau tidak, misalnya dalam melakukan penelitian sering subjek tidak
mau berkomunikasi dengan verbal dengan penelitian karena takut, tidak punya
waktu atau tidak, namun hal ini dapat diatasi dengan adanya pengamatan
observasi langsung.
3.6.2.2Kelemahan observasi
1) Hallow effect
Pengaruh kesan pertama dan kesan luarnya saja saat menilai subjek.
2) Hawthron effect
Suatu tendensi tingkah laku akan diatur menjadi nampak berbeda dari kondisi
yang alamiyah dan nampak menjadi lebih baik.
3) Refleksi observasi
4) Struktur kepribadian observer turut berpengaruh dan bermain dalam hasil
pengalaman-pengalaman emosional observer dapat tampil pada waktu observasi
berlangsung.
Di dalam penelitian deskriptif kuantitatif bahwa observasi yaitu untuk
melengkapi data yang tidak bisa di tangkap melalui kuesionar, misalnya sebelum
penelitian berlangsung melakukan observasi untuk data pra penelitian.
3.6.3 Wawancara
Untuk memperoleh data yang memadai sebagai Cross Ceks penelitian juga
menggunakan teknik wawancara dengan subyek yang terlibat dalam interaksi
sosial yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui
informasi untuk mewakili subyek penelitian.
Menurut Djumhur dan Moh. Surya (2007:69) Wawancara memiliki
kelebihan dan kelemahan.
3.6.3.1Kelebihan wawancara
1) Hasil wawancara secara kualitas dapat dipertanggungjawabkan
2) Mempunyai nilai yang tinggi
3) Semua kesalahpahaman dapat dihindari
4) Pertanyaan yang telah disiapkan dapat dijawab oleh narasumber dengan
penjelasan-penjelasan tambahan
5) Setiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut
6) Informasi yang diperoleh langsung dari sumber pertama
3.6.3.2Kelemahan wawancara
1) Data atau informasi yang dikumpulkan sangat terbatas
2) Memakan waktu dan biaya yang besar jika dilakukan dalam suatu wilayah
3) Sangat tergantung pada individu yang akan diwawancarai
4) Menuntut penguasaan ketrampilan bahasa yang baik dari interviewer.
Di dalam penelitian ini wawancara untuk memeriksa kembali data yang
terkumpul melalui kuesioner.
3.6.4 Studi Dokumentasi
Arikunto Suharsimi (2006:59) Studi Dokumentasi berupa penelaah
terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan, referensi-referensi atau peraturan
(literatur laporan, tulisan dan lain-lain yang memiliki relevensi dengan fokus
permasalahan penelitian. Sumber data sekunder dapat dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan tentang masalah penelitian.
3.6.4.1Kelebihan dokumentasi
1) Metode ini sangat memberikan gambaran berbagai informasi tentang
responden pada waktu yang sudah lampau (yang direkam atau di
dokumentasikan)
2) Berbagai informasi tentang responden tersebut merupakan bahan kajian yang
dapat menghubungkan keadaan responden pada masa lampaunya, apakah
keadaan sekarang disebabkan oleh hal yang sudah lalu atau tidak.
3) Metode ini dapat merekam berbagai jenis data tentang responden identitas
responden, identitas orangtua, keadaan dan latar belakang keluarga,
lingkungan sosial, data psikis, pendidikan dan sebagainya.
3.6.4.2Kelemahan Dokumentasi
1) Pencatatan dalam dokumen perlu disikapi dengan kritis, apakah pencatatan
2) Jika ada pencatatan yang tidak lengkap karena sesuatu hal, disengaja atau
tidak disengaja, penggunaan dokumen dapat menyesatkan.
Studi dokumentasi yaitu untuk melengkapi data tertulis yang tidak bisa
diungkap melalui teknik pengumpulan data yang lain.
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum diberikan kepada responden penelitian, dilaksanakan pengujian
terhadap kuesioner tentang Validitas dan reliabilitasnya, untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat uji atau belum (Arikunto,
2006:136).
3.7.1 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu bener-benar
mengukur apa yang di ukur. Sehingga perlu diuji dengan uji korelasi. Tehnik yang
digunakan dalam uji korelasi adalah teknik korelasi “Product moment”.
r xy =
rxy = validitas instrumen
N = jumlah responden x = skor pertanyaan y = skor total
Suatu butir angket dinyatakan valid apabila memiliki harga rxy >rtabel
pada taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil uji coba angket penelitian kepada 20 responden