• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL MODELING UN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL MODELING UN"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL MODELING

UNTUK MENINGKATKAN POTENSI KREATIVITAS

ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAMTERPADU

(TKIT) PERMATA KOTA PROBOLINGGO

SKRIPSI

Oleh:

Indah Catur Wahyuni

05110077

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL MODELING

UNTUK MENINGKATKAN POTENSI KREATIVITAS ANAK

DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU (TKIT)

PERMATA

KOTA PROBOLINGGO

SKRIPSI

Oleh

Indah Catur Wahyuni 05110077

Telah Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing

Drs. Abdul Ghofir 150035188

Tanggal, 23 Juli 2009

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(3)

PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL MODELING UNTUK MENINGKATKAN POTENSI KREATIVITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU (TKIT) PERMATA

KOTA PROBOLINGGO

Skripsi

Dipersiapkan dan disusun oleh Indah Catur Wahyuni (05110077)

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 6 Agustus dengan Nilai...

Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Pada tanggal: 13 Juli 2009

Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang

Drs. Abdul Ghofir :

NIP. 150035188

Sekretaris

Drs. Moh. Padil, M.Pd. I : NIP. 150267235

Pembimbing,

Drs. Abdul Ghofir :

NIP.150035188

Penguji Utama :

Prof. DR. HM. Djunaidi Ghony :

NIP. 150042031

Mengesahkan

Dekan Fakultas UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

(4)

MOTTO

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah

mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah

yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl ayat: 125)

(5)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Ya Allah…..tidak ada kemudahan selain apa yang engkau jadikan

mudah & jika engkau menghendaki, engkau dapat menjadikan perkara

yang sulit menjadi mudah Walau terasa berat aku goreskan penaku

dengan keyakinan pasti ada kemudahan dan kesuksesan. Ketika penulisan

skripsi ini selesai, semakin aku sadari segala tak mungkin aku dapatkan

tanpa-NYA. Untuk itu sembah sujudku pada-MU Ya ALLAH dan segala

petunjuk dan rahmad yang telah Engkau berikan padaku.

Dengan penuh harapan, aku rangkai titik menjadi garis, garis

menjadi bidang, bidang menjadi ruang dengan satu tekad dan semangat

bagaimana caranya agar aku bisa membuat bangga kedua orang tuaku dan

memberikan arti terdalam untuk semua kebaiakan dan ketulusan mereka.

Jazakumullah khoiron katsiro……

Ibu dan bapak di rumah terima kasih atas limpahan perhatian dan

kasih sayang untuk indah. Kalian berdua yang telah menuntun dan

mengingatkan indah untuk selalu patuh dan istiqomah terhadap

perintah-Nya, kalian berdua energi kebahagian hidup dan sebagai jendela inspirasi

indah selama ini. Ibu dan bapak, kalian adalah motivasi indah untuk

meraih sukses dunia akhirat…wahai Rabbu-ku kasihinilah mereka sebagai

mana mereka mengasihiku di waktu indah masih kecil, amin……

Umi,abah,om uyuk,tante tias,le kaput,lek ayul lek ni, lek gi’,lek

nal,dan lek-i.mb’ita & mb’iis buat ad’oni, ad’salman, ad’ahna, ad’ana,

ad’malik makasih do’a dan motivasinya.

Buat temen-temen kos (mb’alif,mb’pi2t,mb’sila,mb’ifa) & temen

kelas (putrid,emi) yang selama ini selalu mendo’akan dan selalu

mendukung, makasih banyak ya mb…..ayo tetep semangat.

(6)

Drs. Abdul Ghofir

Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Indah Catur Wahyuni Malang, 13 Juli 2009 Lamp : 6 (Enam) Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di

Malang

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Sesudah melakukan beberapa kali bibingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Indah Catur Wahyuni

Nim : 05110077

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Penerapan Metode Kontekstual Modeling Untuk

Meningkatkan Potensi Kreativitas Anak di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Permata Kota Probolinggo Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pembimbing,

Drs. Abdul Ghofir

(7)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 13 Juli 2009

(8)

KATA PENGANTAR

Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu) (QS. At-Taghaabun [64]:3).

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam atas Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik hamba dan Nabi akhir zaman pembawa kebenaran dan kesempurnaan.

Mengawali sesuatu yang baik tidaklah mudah, apalagi menjaga dan membawanya ke arah yang lebih sempurna, begitu juga dengan penulisan skripsi ini. Namun didorong oleh suatu kesadaran dan cita-cita untuk mengabdi pada Agama, Bangsa, Negara dan nilai penuh kesabaran, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Disamping itu, kesempurnaan penulisan skripsi ini tidak lepas berkat adanya dorongan, semangat, petunjuk, nasehat dan bimbingan dari berbagai pihak.

Menyadari kenyataan yang demikian, maka penulis dengan segenap kerendahan hati merasa wajib untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada berbagai pihak yang telah membantu, yaitu:

1.Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

2.Bapak Dr. H. Zainuddin, M.A selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang, yang telah memberikan izin penelitian.

3.Bapak Drs.Abdul Ghofir selaku dosen pembimbing, yang dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan telah memberikan bimbingan dalam penulisan. 4.Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah UIN Malang, yang tidak mungkin

disebutkan satu-persatu atas bantuan akademis dan morilnya.

(9)

6.Ibu nunuk, naning, watik, siti, anik, titin, umi, mila, dan diana selaku Guru, di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Kota Probolinggo yang telah memberikan izin penelitian.

7.Semua teman-temanku dan berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan.

Menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan ideal, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik bijak dari semua pihak demi sempurnanya tulisan ini. Akhirnya, semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca budiman. Amien.

Malang, 22 Juli 2009 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN NOTA DINAS ... vi

HALAMAN PERNYATAAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR ISI ... xii

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Batasan istilah ... 9

(11)

BAB II PEMBAHASAN TEORI... 13

A. Pembelajaran Kontekstual ... 13

1. Pengertian Pembelajaran kontekstual ... 13

2. Karateristik Pembelajaran Kontekstual ... 20

3. Lima Strategi Umum Pembelajaran Kontekstual... 21

4. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas ... 23

5. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual ... 23

6. Prinsip dasar Setiap Komponen Utama CTL ... 25

7. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional ... 34

B. Kreativitas ... 36

1. Pengertian kreativitas ... 36

2. Tingkatan kreativitas ... 38

3. Kondisi lingkungan yang bersifat memupuk kreativitas anak dan kondisi yang mempengaruhi perkembangan kreativitas anak ... 40

4. Ciri - ciri kreativitas ... 46

5. Tahap – tahap kreativitas ... 49

6. Faktor yang mempengaruhi kreativitas ... 50

7. Pentingnya kreativitas bagi perkembangan anak ... 55

8. Kreativitas dapat dipacu melalui lingkungan sejak usia dini (Normative Years)... 56

(12)

BAB III METODE PENELITIAN ... 61

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 61

B. Kehadiran Peneliti ... 63

C. Lokasi Penelitian ... 64

D. Sumber Data yang diperoleh ... 64

E. Teknis Pengumpulan Data ... 64

F. Cara Analisis Data... 65

G. Keabsahan Data... 65

H. Tahap-tahap Penelitian ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 67

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 67

1. Sejarah Berdirinya TKIT Permata ... 67

2. Profil TKIT Permata ... 68

3. Visi, Misi dan Tujuan TKIT Permata ... 69

4. Kondisi Lembaga TKIT Permata ... 69

5. Sarana dan Prasarana ... 71

6. Sumber Daya Manusia ... 75

7. Tenaga Pengajar ... 76

8. Sumber Dana... 77

9. prestasi yang pernah diraih ... 77

10. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah TKIT Permata... 78

(13)

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 90

BAB VI PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran-saran ... 96

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional ... 34

Tabel Sarana dan Prasarana ... 71

Tabel Daftar Murid Berdasarkan Kelas ... 75

Tabel Keadaan Tenaga Pengajar... 76

(15)

ABSTRAK

Catur, Indah Wahyuni, 2009. Penerapan metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreativitas anak di taman kanak-kanak islam terpadu (TKIT) permata kota probolinggo, skripsi. Pendidikan agama islam tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Pembimbing Pembimbing : Drs.H. Abdul Ghofir.

Kata kunci: Metode Kontekstua, Kreativitas dan Modeling.

Metode pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memcahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat, kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Sedangkan modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membatasi pembahasannya dengan rumusan masalah sebagai berikut: a).Bagaimana penerapan metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak di TKIT Permata kota Probolinggo b).Apakah metode kontekstual modeling efektif untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak di TKIT Permata kota Probolinggo. berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin di capai adalah: a).Penerapan metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak di TKIT Permata kota Probolinggo b).Efektivitas metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak di TKIT Permata kota Probolinggo.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau angka-angka ataupun pengukuran.

Sedangkan tehnik pengumpulan datanya melalui a).wawancara b).interview dan c).dokumentasi

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan diibaratkan sebagai sebuah rumah yang dapat menaungi penghuninya dari sengatan matahari dan hujan. Akan tetapi rumah tidak dapat dibangun dalam awang–awang, melainkan harus ditata sedemikian rupa sehingga menjadi indah. Oleh karena itulah mereka yang membangun dan mendirikan rumah tentunya bertanggung jawab atas terbentuknya rumah yang indah dan asri agar menjadi tempat yang nyaman untuk dirinya, pasangan hidup dan anak-anaknya.

Dan anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik dan peran orang tua adalah sebagai tukang kebun, dan sekolah merupakan rumah kaca dimana anak tumbuh dan matang sesuai dengan pola pertumbuhannya yang wajar. Sebagai tukang kebun berkewajiban untuk menyirami, memupuk, merawat, dan memelihara terhadap tanaman yang ada dalam kebun. Apabila anak diarahkan sesuai dengan kapasitas, potensi dan perkembangan serta tahapan yang akan dilaluinya, maka anak akan menjadi penyejuk sanubari dan menyenangkan bila dipandang mata.

(17)

ﺎﺴﺠ ﻳوا

اﺮﺼ ﻳوا

ادﻮﻬﻳ

اﻮﺑﺎ

ﺮﻄ ا

ﻰ ﻋ

ﺪ ﻮﻳ

دﻮ ﻮ

آ

Artinya: “Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah SWT) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama yunani, nasrani atau majusi.

(shahih) (ain, tha’, ba’) dari Al-Aswad bin sari’. Hadits ini dapat juga dilihat dalam kitab silsilah Al-Hadits As-Ash-Shahihah, no.402.1

Dari ilustrasi diatas menggambarkan bahwa sebagai pendidik haruslah melaksanakan proses pendidikan agar mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik

Suatu konsekuensi alami dari pertumbuhan dan kematangan ibarat pohon, banyak miripnya dengan mekarnya bunga dalam kondisi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa apa yang akan terjadi pada anak tergantung pada pertumbuhan secara wajar dan lingkungan yang memberikan perawatan.

Adapun pertumbuhan yang alami adalah kegiatan bermain dan kesiapan atau proses kematangan. Isi dan proses belajar terkandung dalam kegiatan bermain dan materi serta aktivitas dirancang untuk kegiatan bermain yang menyenangkan dan tidak membahayakan.

Pada masa anak-anak umumnya yang siap untuk belajar adalah melalui motivasi dan bermain. Hal itu menunjukkan bahwa anak-anak akan siap untuk dikembangkan keterampilannya apabila telah mencapai suatu tingkatan dimana mereka dapat mengambil keuntungan dari suatu intruksi yang tepat.

Setiap anak mempunyai jadwal kematangan yang berbeda dan merupakan faktor bawaan. Masing-masing anak berbeda wataknya, maka

1Muhammad Nasruddin Al-Albani, Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir Waziyadatuhu

(18)

sebaiknya orang tua dan guru tidak memaksakan anak untuk belajar sesuatu apabila belum siap (matang). Oleh karena itu orang tua hendaknya selalu memberi motivasi atau dukungan dalam kegiatan dalam bermain untuk mengembangkan keterampilan anak.2

Usia dari lahir sampai memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini adalah masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Dengan demikian upaya pengembangan seluruh potensi anak harus dimulai pada usia dini agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.

Hal itu sesuai dengan hak-hak sebagai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berprestasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.3

Salah satu implementasi dari hak tersebut adalah setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.

2

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 3-4

3

(19)

Perkembagan anak pada usia tertentu meliputi beberapa aspek, yaitu: pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, perkembangan bicara, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan bermain dll. Sementara aspek perkembangan anak usia dini menurut Slamet Suyanto meliputi fisik-motorik, intelektul, moral, emosional, social, bahasa, kreatif. Adapun Black yang dikutip oleh Slamet Suyanto mengatakan bahwa perkembangan anak usia dini meliputi aspek fisik dan motorik, psikologi, kognitif, dan bahasa.

Sejalan dengan aspek perkembangan anak, menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Prasekolah, bahwa program kegiatan belajar anak usia dini meliputi aspek-aspek sebagai berikut: moral, agama, disiplin kemampuan bahasa, daya fikir, daya cipta, emosi, kemampuan bermasyarakat, sosial, keterampilan jasmani. Kesepuluh aspek perkembangan diatas dalam implementasinya dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu:

1. Kelompok pengembangan dasar meliputi daya cipta, bahasa, daya fikir, keterampilan, dan jasmani. Daya cipta bertujuan untuk membentuk anak kratif. Pembentukan daya cipta harus terintegrasi dalam pengembangan bahasa, daya pikir, keterampilan dan jasamani.

2. Kolompok Pengembangan Kebiasaan.

(20)

anak dipandang mempunyai karateristik yang berbeda dengan anak yang usia diatasnya sehingga pendidikannya perlu di khususkan. Pada rentan usia 0-6 tahun anak mendapatkan pendidikan baik dari keluarga, kelompok bermain, maupun pendidikan sekolah.

Teori pembelajaran Pendidikan Realistik ini sejalan dengan teori belajar yang berkembang saat ini, seperti kontruktivisme dan pembelajaran kontekstual modeling. Menurut pandangan kontruktivis pembelajaran adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi berbagai konsep atau prinsip dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi, dan peranan guru hanyalah sebagai fasiltator.

Pendekatan ini berfokus pada kegiatan guru mengaitkan kegiatan pembelajaran yang dikembangkannya dengan situasi dunia nyata belajar siswa. Pendekatan ini berawal dari asumsi bahwa anak belajar lebih baik melalui kegiatan belajar sendiri dalam lingkungan yang alamiah. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dalam status apa mereka dan bagai mana mencapainya dan mereka sadar bahwa yang mereka dan bagaimana mencapainya dan mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan konsep ini hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.4

4

(21)

Hal tersebut sesuai dengan UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional BAB VI bagian ke tujuh pasal 28 yang mengatur tentang Pendidikan Anak Usia Dini ayat 1-5 yaitu:

1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.

2. Pendidikan anak usia dini dapat di selenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK).

4. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (TPA).

5. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan in-formal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Dalam penelitian ini hanya di bahas Tentang Pendidikan Anak Usia Dini pada pendidikan formal yang berbentuk TK. Dalam UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional BAB VI bagian ke tujuh pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa: pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbetuk TK atau sederajad.5

TK merupakan jalur pendidikan formal bagi pendidikan anak usia dini setelah pendidikan keluarganya. TK adalah salah satu lembaga pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan

5

(22)

perkembangan anak dimasa depan, karena di samping langkah awal bagi anak untuk melepaskan diri dari lingkungannya, Keluarga juga sebagai upaya awal membawa anak kepada suatu persiapan mental yang mantap dalam melanjutkan proses pendidikan selanjutnya yaitu sekolah dasar (SD)

Dilihat dari tujuan, pembelajaran kontekstual modeling ingin memusatkan diri pada pengembangan seluruh kompetensi siswa, siswa dibantu agar kopetensinya muncul dan dikembangkan semaksimal mungkin, dengan pembelajaran kontekstual modeling siswa akan dibawa memasuki kawasan pengetahuan mauapun penerapan pengetahuan yang dihadapkan melalui pembelajaran. Dengan demikian kompetensi siswa (ability, skill) akan berkembang melalui proses belajar mengajar. Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa.

Dari situ terlihat bahwasannya metode pembelajaran kontekstual modeling yang dikembangkan di TK Islam Terpadu Permata Kota Probolinggo sudah terlihat keberhasilannya yang akhirnya memberi wawasan dan pemahaman pada anak–anak usia dini untuk mengembangkan pengetahuan atau kreativitasnya. TK Islam Terpadu Permata Kota Probolinggo ini berbeda dengan TK yang ada di kota probolinggo. Perbedaan disini terlihat sangatlah jelas dari materi–materi yang sudah di berikan pada anak–anak.

(23)

doa–doa pendek, seperti (doa makan, doa bangun dan mau tidur, doa keluar masuk rumah, keluar masuk kamar mandi, dan doa-doa pendek lainnya kebersihan lingkungan, kedisiplinan selain itu di TK Islam Terpadu Permata Kota Probolinggo ini juga mengenalakan tentang tata cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar).

Sehubungan dari kenyataan yang ada, penulis mengambil judul Penerapan Kontekstual Modeling Untuk Meningkatkan Potensi Kreativitas Anak di TK Islam Terpadu Permata Kota Probolinggo.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak di TKIT Permata kota Probolinggo?

2. Apakah metode kontekstual modeling efektif untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak di TKIT Permata kota Probolinggo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian didalam karya ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahannya.

(24)

1. Penerapan metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak di TKIT Permata kota Probolinggo

2. Efektivitas metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak di TKIT Permata kota Probolinggo

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membangun bagi semua pihak yang terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini:

1. Dapat memberi gambaran tentang pembelajaran kontekstual pada TKIT Permata kota Probolinggo.

2. Dapat menjadi masukan bagi Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama dalam membina TKIT Permata Probolinggo untuk meningkatkan kreativitas anak.

3. Dapat menjadikan masukan bagi kepala sekolah TKIT Permata Probolinggo untuk meningkatkan kreativitas anak. Dapat menjadi acuan bagi penelitian berikutnya supaya lebih mendalam

E. Batasan Istilah

(25)

2. Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu yang dapat ditiru oleh setiap siswa. contohnya pelafalan dalam melafadzkan Al-Qur’an, bagai mana cara melafalkan kalimat asing dll. Dengan kata lain pemodelan itu bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu atau cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.

3. Kreativitas Menurut Williams kreativitas adalah:

a. Ketangkasan; yaitu kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pernyataan dalam jumlah yang banyak;

b. Fleksibelitas; yaitu kemampuan untuk berfikir dengan cara yang baru atau ungkapan yang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran jenisssus yang lebih banyak dari pada pemikiran yang telah menyebar atau telah jelas di ketahui;

c. Elaborasi; yaitu kemampuan untuk menambah hal-hal yang detail dan baru atas pemikiran-pemikiran atau suatu hasil produk tertentu.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh tentang penbelitian ini, sistematika pemahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan istilah.

BAB II : Tinjauan pustaka melipiti:

(26)

Pembelajaran Kontekstual, Lima Strategi Umum Pembelajaran Kontekstual, Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas, Lima Elemen Penting Dalam CTL , Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual, Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional.

(B) Tinjauan tentang kreativitas yang meliputi Pengertian kreativitas, Tingkatan kreativitas, Kondisi lingkungan yang bersifat memupuk kreativitas anak dan kondisi yang mempengaruhi perkembangan kreativitas anak, Ciri - ciri kreativitas, Tahap – tahap kreativitas, Faktor yang mempengaruhi kreativitas, Pentingnya kreativitas bagi perkembangan anak, Kreativitas dapat dipacu melalui lingkungan sejak usia dini.

(C) Modeling (pemodelan)

BAB III :Metode Penelitian meliputi, Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data yang diperoleh, Pengumpulan Data, Cara Analisis Data, Keabsahan Data, Tahap-tahap Penelitian.

3. BAB IV: Pembahasan tentang hasil penelitian yang mencakup tentang paparan data tentang Hasil Penelitian, meliputi:

A) Latar belakang obyek penelitian, meliputi: 1. Sejarah Singkat Berdirinya TKIT Permata, 2. Visi dan Misi, 3. Organisasi Sekolah, 4. Prestasi, 5. Keadaan Sarana dan Prasarana.

(27)

1. Penerapan metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak di TKIT Permata kota Probolinggo

2. Efektivitas metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak di TKIT Permata kota Probolinggo

BAB V : Pembahasan tentang analisis hasil penelitian yang meliputi: Penerapan metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak dan efektifitas metode kontekstual modeling untuk meningkatkan potensi kreatifitas anak

(28)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Kontekstual

1. Pengertian Pembelajaran Kontektual

Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK menjelaskan bahwasannya Dewasa ini pembelajaran kontekstual telah berkembang di negara-negara maju dengan berbagai nama. Di Negeri Belanda berkembang apa yang disebut dengan Realistic Matematics Education (RME), yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa atau pembelajaran matematika realistic (PMR), dengan karateritik; (1) menggunakan kontekstual, (2) menggunakn situasi dan pendekatan yang dikembangkan sendiri oleh siswa, (3) menggunakan kontribusi siswa, (4) proses belajar yang interaktif, dan (5) terintegrasi dengan topic pembelajaran yang lainnya.

(29)

konteks kehidupan nyata denga harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan baik dan mudah.6

Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Salah satu pendekatan yang sedang dikembangkan oleh Depdiknas pada saat ini adalah pendekatan pembelajaran kontekstual atau sering disebut contextual and learning. Pendekatan ini dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran apapun sesuai dengan kebutuhan, karena di dalamnya terdapat sejumlah pendekatan atau metode yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Dengan demikian pembelajaran baik formal maupun non-formal diharapkan dapat memberi pengalaman bagi pesertanya melalui “learning to kno, learning to do, learning to be and learning to live together” sesuai anjuran yang dicanangkan oleh UNESCO (1996).7

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan rancangan pembelajaran yang dibangun atas dasar asumsi bahwa knowledge is

6

Ahmad Zayadi, Op Cit, hlm. 11-12

7

(30)

constructed by human (Zahorik, 1995). Atas dasar itu, maka dikembangkan pembelajaran konstruktivis yang membuka peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk memperdayakan diri. Cara belajar yang terbaik adalah siswa mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Karena itu kebiasaan guru akting di depan dan siswa menonton dan harus dirubah menjadi siswa aktif bekerja dan belajar sedangkan guru membimbing dari dekat.

Kurikulum berbasis kompetensi pada dasarnya menjawab konsep belajar tuntas (mastery learning), yaitu pencapaian kompetensi secara simultan sejak taman kanak-kanak hingga pendidikan menengah umum bahkan dimungkinkan sampai pendidikan yang lebih tinggi. Direktorat pendidikan lanjutan pertama dalam kaitan ini telah mengembangkan Proses Belajar Mengajar (PBM) dan bahan ajar menunjang pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) melalui pendekatan CTL (contextual and learning), yaitu pendekatan pembelajaran, atau proses pembelajaran dikaitkan dengan konteks dimana siswa berada.8

Dimana Pendekatan konstektual ini merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

8

(31)

Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Kontekstual hanyalah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, konstektual dikebangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Dari penjelasan diatas bisa dimbil kesimpulan tentang definisi pembelajaran kontekstual diantaranya:

Definisi pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik sehingga dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari meraka.9

Pembelajaran kontekstual (contexstual teaching and learning) yang sering disingkat dengan CTL merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan implementasi kurikulum 2004. CTL ini merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga

9

(32)

para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.10

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara itu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat.

Pembelajaran kontekstual ini dimana peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan kegiatan yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya fikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan problem-problem tertentu baik secara individu maupun kelompok.

Pembelajaran dengan menggunakan metode ini memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah dan kemudian peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung berbagai materi yang telah di pelajarinya, pembelajaran dengan menggunakan metode ini akan mendorong perta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar sehingga akan

10

(33)

memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk rajin dan senantiasa belajar.

Dengan diterapkan metode kontekstual dalam pembelajaran, maka niscaya guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kenyataan peserta didik serta mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan praktek kehidupan mereka, baik sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan penerapan model ini hasil pembelajaran diharapkan lebih baik. Oleh karenanya proses pembelajaran harus berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan dalam bentuk transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik.

Strategi dan penggunaan metode dalam pembelajaran menjadi lebih penting dibandingkan dengan hasil pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran dikelas tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tujuan yakni guru lebih banyak berurusan dengan strategi dan memposisikan diri sebagai fasilitator dari pada memberi informasi dan mengajari.

(34)

yang kondusif sangat penting dan menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.11

Pembelajaran kontekstual ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel dapat diserap atau ditransfer dari satu permasalahan kepermasalahan lain. Pembelajaran kontekstual dapat dikaitkan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajran seumur hidup.

Materi pembelajaran tambah berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan lebih diminati dan menyenangkan. Siswa akan lebih bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya membangun pengetahuan baru. Pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan membantu menciptakan ruang kelas dimana siswa akan menjadi peserta aktif, bukan pengamat pasif dan bertanggung jawab terhadap belajarnya, sehingga nilai terhadap belajar akan lebih bermakna bagi dirinya.12

11

Khaeruddin, dkk, 2007, Op Cit, hlm. 200-201

12

(35)

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Ada 8 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Diantaranya Adalah:

a. Melakukan Hubungan yang Bermakna.

Siswa dapat mengatur dirinya sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dapat mengembangkan minatnya secar individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok.

b. Melakukan Kegiatan-Kegiatan yang Berarti

Siswa membuat hubungan antara sekolah-sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.

c. Belajar yang Diatur Sendiri

Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentu pilihan dan ada produk yang sifatnya nyata.

d. Bekerjasama

Siswa dapat bekerja sama, guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan berkomunikasi.

e. Berpikir Kritis dan Kreatif.

(36)

f. Mengasuh atau Memelihar Pribadi Siswa

Siswa memelihara pribadinya; memberi pengetahuan, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.

g. Mencapai Standar yang Tinggi

Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi, mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.

h. Menggunakan Penilaian yang Autentik.

Siswa mengguankan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk satu tujuan yang bermakna.13

Secara sederhana Nurhadi (2002) dalam buku pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual mendiskripsikan karakter pembelajaran kontekstual dengan cara menderetkan 10 kunci yaitu: (1)kerjasama, (2)saling menunjang, (3)menyenangkan dan tidak membosankan, (4)belajar dengan semangat, (5)pembelajaran teintegrasi, (6)menggunakan berbagai sumbeer, (7)siswa aktif, (8)sharing dengan teman, (9)siswa kritis dan, (10)guru kreatif.14

3. Lima Strategi Umum Pembelajaran Kontekstual

Untuk memahami secara lebih mendalam strategi pembelajaran kontekstual COR (Center For Occupational Research) di amerika menjabarkan 5 strategi yang di singkat menjadi REACT yaitu: Relating,

13

Elaine B. Johnson, Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, terj. Ibnu Setiawan (Bandung: MLC, 2007), hlm. 65-66

14

(37)

Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

a. Relating : bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata.Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi baru untuk di pahami atau dengan problema untuk dipecahkan.

b. Experiencing: belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berfikir kritis lewat siklus inquiry

c. Applying: belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar dalam penggunaan dan bentuk praktis, dalam prakteknya, siswa menerapkan konsep dan informasi kedalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan.

(38)

e. Transferring: kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.15

4. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas

Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini:

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d. Ciptakan masyarakat belajar

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.16

5. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam draf kontekstual teaching and learning (CTL) dari Depdiknas (2002:32), program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan

15

Ibid, hlm. 41-42

16

(39)

topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:

a. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.

b. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya. c. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu. d. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa.

e. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.17

17

(40)

6. Prinsip Dasar Setiap Komponen Utama CTL

Setia komponen utama CTL mempunyai prinsip- prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran.prinsip-prinsip dasar yang di maksud terlihat pada penjelasan berikut:

(41)

belajar, (5). pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengetahuan sendiri, (6). Pemahaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru, (7). pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (yaitu pengetahuan baru dibangun dari struktur pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (yaitu struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung/menyesuaikan hadirnya pengalaman baru).

(42)

b).menecek pemahaman siswa, c).membangkitkan respon siswa, d).mengetahui kadar keingintahuan siswa, e).mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, f).memfokuskan perhatian siswa sesuai dengan yang dikehendaki oleh guru, g).membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa dan, h).menyegarkan pengetahuan siswa.

(43)

menyajikan hasil pada pihak lain (pembaca, teman, sekelas, guru, audiens yang lain).

d. Masyarakat belajar (learning community). Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu kepada yang tidak tahu, baik didalam maupun diluar kelas. Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya hetrogen, dan jumlahnya bervariasi, sangat mendukung komponen learning komunity ini. Berikut disajikan prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning komunity, (1). pada dasrnya hasil belajar diperoleh dari kerja sama atau sharing dengan pihak yang lain, (2). sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberidan saling menerima informasi, (3). sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multi arah, (4) masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain, (5). yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi sumber belajar.

(44)

menunjukkan hasil karya, mempertonton suatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya contohnya: prinsip-prinsip modeling yang bisa diperagakan oleh guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut: (1). pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru, (2). model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya, (3). model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contohnya hasil karya atau penampilan.

(45)

respons atas kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang diperoleh. (3). perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru diterima, membuat catatan singkat, diskusi dengan teman sejawat, atau intuk kerja.

(46)

dapat mengembangkan penilaian diri dan penilaian sesama. (5). penilaian autentik mengukur keterampilan dan performasi dengan criteria yang jelas. (6). penilaian autentik dilakukan dengan berbagai alat secara berkesinambungan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. (7). penilaian autentik dapat dimanfaatkan oleh siswa, orang tua, sekolah untuk mendiaknosis kesulitan belajar, umpan balik pembelajaran, dan atau untuk menentukan prestasi siswa.

Bertolak dari prinsip-prinsip dasar setiap komponen pada pendekatan CTL tersebut, kata-kata kunci yang dapat dipakai sebagai pengingat guru ketika melaksanakan pembelajaran berbasis CTL adalah sebagai berikut.

a. Belajar pada hakekatnya adalah real-word learning, yaitu belajar dari kenyataan yang bisa diamati, dipraktekkan, dirasakan dan diuji coba. b. Belajar adalah mengutamakan pengalaman nyata, bukan hanya

pengalan di angan-angan saja, yang tidak bisa dibuktikan secara empiris.

c. Belajar adalah berfikir tingkat tinggi, yaitu berfikir kritis yang mengedepankan siklus inkuiry mulai dari mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis), mengumpulkan data, menganalisis data, sampai dengan merumuskan kesimpulan (teori). d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa yaitu pembelajaran yang

(47)

e. Kegiatan pembelajaran memberikan kegiatan siswa untuk aktif, kritis dan kreatif.

f. Kegiatan pembelajaran menghasilkan pengetahuan bermakna dalam kehidupan siswa.

g. Kegiatan pembelajaran harus dekat dengan kehidupan nyata.

h. Kegiatan pembelajaran harus bisa menunjukkan perubahan prilaku siswa dengan apa yang diinginkan.

i. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada siswa praktik, bukan menghafal.

j. Pembelajaran bisa menciptakan siswa belajar (learning), bukan guru mengajar (teaching).

k. Sasaran pembelajaran adalah pendidikan (education), bukan pengajaran (instruction).

l. Pembelajaran diarahkan pada pembentukan prilaku manusia yang berbudaya.

m. Strategi pembelajaran diarahkan pada pemecahan masalah sehingga lebih berfikir kritis.

n. Situasi pembelajaran dikondisikan agar siswa lebih banyak bertindak (acting), sedangkan guru hanya mengarahkan.

(48)
(49)

dan penggunaan tiap-tiap penilaian untuk memperbaiki keterampilan menulis.18

7. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

Beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan tradisional menurut Rohmat Mulyana sebagai berikut:

TABEL I

PERBEDAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN TRADISIONAL

No. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Tradisonal

1. Pemilihan informasi

berdasarkan kebutuhan siswa

Pemilihan informasi di-tentukan oleh guru

2. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

Siswa secara pasif menerima informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Memberikan tumpukan

informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan

5. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang

Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu

6.

Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah

(melalui kerja kelompok)

Waktu belajar siswa se-bagian besar dipergunakan untuk

7. Perilaku dibangun atas kesadaran diri

Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor

18

(50)

No. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Tradisonal

10.

Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan

Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman

11. Perilaku baik berdasar-kan motivasi intrinsik

Perilaku baik berdasar-kan motivasi ekstrinsik

12.

Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas

13.

Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

Dari perbedaan diatas tampak bahwasannya pendekatan pembelajarn kontekstual lebih menekannkan pada kebutuhan siswa, pemberdayaan potensi siswa, peningkatan kesadaran diri, penyampaian ilmu-ilmu yang fungsional baik kehidupan dan penilaian yang mengukur penguasaan ilmu secara tuntas.

Hal itu berbeda dengan pendekatan tradisional yang lebih menekankan pada materi atau isi, domonasi peran guru, meningkatkan pengetahuan, penyampaian pengetahuan yang factual, mengukur tingkah laku yang nyata, dan menilai posisi siswa pada kelompoknya

Oleh karena itu, semangat yang di bangun dalam pendekatan pembelajaran kontekstual equifalen dengan semangat yang ada dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) kurikulum berbasis kompetensi (KBK).19

19

(51)

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Pengertian Kreativitas Menurut Para Ahli:

a. Hobkenz berpendapat bahwa kreativitas merupakan suatu esensi dalam merespon ketika dipengaruhi secara mendalam dan efektif.

b. Laland berpendapat bahwa kreativitas terfokus pada proses menghasilkan sesuatu yang baru hingga meskipun unsur-unsur telah ada sebelumnya, seperti menciptakan karya seni, dan beberapa karya lainnya yang terkenal dengan kecakapannya.

c. Paul Torrance menganggap kreativitas sebagai proses yang menjadikan seseoarang menjadi lebih peka terhadap berbagai problematika, sisi kekurangan, ketidak selarasan dll lalu ia membatasi kesulitan tersebut,mencari solusi, dari beberapa kekurangan kemudian mengujinya, sehingga pada akhirnya dapat memberikan suatu hasil.20 d. Menurut Rhodes, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person,

Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.

e. Menurut Hulbeck (1945), “ Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and

20

(52)

characteristic way”. Dimana tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.

f. Menurut Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.

g. Menurut Baron (1969) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. h. Menurut Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk

membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna social. i. H. Fuad Nashori, Rachmy Diana Mucharam dalam bukunya

mengembangkan kreativitas dalam perspektif psikologi Islam menjelaskan bahwasannya kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru.

j. Amabile dkk sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar mengartikan kreativitas sebagai produksi suatu respons atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadipi.

(53)

l. Sementar itu Bobbi DePorter & Mike Hernacki mengartikan kreativitas sebagai melihat hal yang dilihat orang lain, akan tetapi melihat apa yang tidak dipikirkan orang lain.21

m. Menurut Williams kreativitas adalah:

1). Ketangkasan; yaitu kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pernyataan dalam jumlah yang banyak.

2). Fleksibelitas; yaitu kemampuan untuk berfikir dengan cara yang baru atau ungkapan yang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran jeniaus yang lebih banyak dari pada pemikiran yang telah menyebar atau telah jelas di ketahui 3). Elaborasi; yaitu kemampuan untuk menambah hal-hal yang detail

dan baru atas pemikiran-pemikiran atau suatu hasil produk tertentu.22

Orang yang kreatif memiliki kebebasan berfikir dan bertindak. Kebebasan tersebut berasal dari diri sendiri, termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengendalikan diri dalam mencari alternatif yang memungkinkan untuk mengaktualisasikan potensi kreatif yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan dengan pandangan Guilford yang mengungkap bahwa kreatif adalah kemampuan berfikir divergen untuk menjajaki bermacam-macam alternative jawaban terhadap suatu persoalan yang sama benarnya.23

21

Fuad Nashori dan Rachmy Diana, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami (Yogyakarta: Menara Kudus,2002), hlm. 33-34

22

Syeikh Amal Abdus-Salam, Op Cit, hlm. 29

23

(54)

Dari semua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas sebagai suatu proses berfikir manusia yang bebas untuk mengekpresikan dirinya dan dikaitkan dengan masalah kelincahan, keluesan, serta kemampuan untuk mengembangkan gagasan yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain, serta dapat mudah dimengerti. Sedangkan peristiwa yang sulit dimengerti dan masih memerlukan ramalan tidak dapat dikatagorikan dalam kreativitas, karena kegiatan tersebut hanya merupakan keberuntungan saja. Hasil dari pada kreativitas dapat berupa hasil yang berbentuk konkrit maupun abstrak seperti ide, gagasan, pemecahan masalah,dan juga produk seni kesusastraan.

Agama justru mendorong manusia berfikir dan bertindak kreatif, Allah azza wa jallah selalu mendorong manusia untuk berfikir

وﺮﻜﻔ ﻢﻜ

ﻷاﻢﻜ ﻪ ا ﻚ ﺬﻜ

Artinya: “Demikianlah, Allah menerangkan kepadamu ayat-ayatNya agar kamu berfikir (QS. Al-Baqarah : 219)24

2. Tingkatan Kreatifitas

Ada beberapa tingkatan kreatifitas pada anak diantaranya adalah: a. Kreatifitas ekspresionis

Maksud dari kreatifitas ini adalah ungkapan bebas dan mandiri yang didalamnya tidak memiliki kepentingan bagi kemahiran dan keaslian. Seperti; gambar spontanitas anak-anak.

24

(55)

b. Kreatifitas produktif

Maksud dari kreatifitas ini yaitu hasil-hasil produksi seni dan keilmuan yang diperoleh melalui usaha mendisiplinkan kecenderungan untuk bermain bebas, dan dengan menentukan langkah-langkah untuk mencapai hasil yang sempurna.

c. Kreatifitas inovatif

Kreatif ini banyak di ungkapkan oleh para penemu yang memperlihatkan kejeniusan mereka dengan menggunakan pengembangan keterampilan-keterampilan individu.

d. Kreatifitas pembaharuan

Kreatifitas pembaharuan ini berarti pengembangan dan perbaikan yang mencakup penggunaan keterampilan-keterampilan individu.

Kreatifitas emanasi yang terahir ini berarti menunjukkan prinsip baru atau aksioma-aksioma baru yang muncul dari pendapat yang baru.25

3. Kondosi Lingkungan yang Bersifat Memupuk Kreatifitas Anak, dan

Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas pada Anak

Salah satu prioritas yang ingin dikembangkan oleh pemerintah kita adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, sehingga dapat mendukung pembangunan ekonomi. Namun, terjadi penambahan jumlah penduduk dan perbandingan penduduk usia muda yang masih besar, sehingga menimbulkan masalah untuk meningkatkan SDM Indonesia tersebut.

25

(56)

Kondisi ini memang disadari sepenuhnya oleh pemerintah. Beberapa kendala yang ada dan masih cukup besar terlihat didalam upaya mengembangkan SDM Indonesia secara khusus dikalangan pelajar bisa disebutkan antara lain yaitu masih rendahnya disiplin, masih kurangnya minat baca, serta kurang tingginya semangat belajar. Kendala-kendala inilah yang dapat menjadi batu sandungan bagi penduduk muda yang kelak akan berperan di dalam era pasar bebas dunia pada tahun 2020.

Menyadari kelemahan yang masih ada itulah maka dalam Sasaran Umum Pembangunan Lima Tahun Keenam pada GBHN 1993 yang lalu ditetapkan perlunya di tumbuhkan sikap kemandirian manusia Indonesia.26 a. Kondosi Lingkungan Yang Bersifat Memupuk Kreatifitas Anak Yaitu

Ada 2 Macam Diantaranya adalah: 1). Kemampuan Psikologis

a) Pendidikan dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu.

b) Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan ancaman sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri. Memang kadang-kadang memberi penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah, tetapi

26

(57)

paling tidak harus diusahakan agar penilaiaan tidak bersifat atau mempunyai dampak pengancaman

c) Pendidik memberikan pengertian dalam arti memahami pemikiran, perasaan dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak merasa aman untuk mengungkapkan kreatifitasnya.

2). Kebebasan Psikologi

Anak akan merasakan kebebasan psikologi apabila orang tua dan guru memberi kesempatan padanya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan. Sebagai makhluk social, mengungkpkan pikiran dan perasaan dalam tindakan yang merugikan orang lain merugikan lingkungan tidaklah dibenarkan.

Hidup dalam masyarakat menuntut seseorang untuk mengikuti aturan-aturan dalam norma-norma yang berlaku. Contohnya disini seorang anak yang jengkel pada orang tuanya tidak dapat menunjukkan perasaan jengkelnya pada orang tuanya, akan tetapi ia dapat mengungkapkan perasaannya misalnya menulis dalam buku hariannya, menggambarkan atau lukisan apa yang telah dialaminya atau pada yang lainnya.

(58)

karya-karya kreatif. Dari paparan ini dapat disimpulkan bahwasannya anak kecil pada dasarnya sangat kreatif.27

Agama memberikan kelapangan pada manusia untuk berkreasi dengan akal pikirannya dan dengan hati nuraninya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang dialaminya. Dalam agama Islam dikatakan bahwa tuhan hanya akan mengubah nasib manusia jika manusia melakukan usaha untuk memperbaikinya. Allah SWT berfirman:

مﻮ ﻰ ﺎهﻤ اﺔﻤ اﺮ ﻐﻤﻚ م ﻪ ا ﺄ ﻚ ﺬ

ﻤ ﻪ ا اﻮﻢﻬ ﻔ ﺄ ﺎﻤاﻮﺮ ﻐ ﻰ ﺤ

Artinya: “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah SWT sekali-sekali tidak akan mengubah suatu nikmat (nasib) yang telah dianugrahkan Nya kepada suatu kaum, sampai ia sendiri mengubah dirinya. Sungguh Allah SWT Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. (QS.Al-Anfal : 53)

Begitu juga dalam penggalan pada Surat Ar-Ra’d ayat 11 yang menjelaskan bahwasannya:

ﻢﻬ ﻔ ﺄ ﺎﻤاﻮﺮ ﻐ ﻰ ﺤﻢﻮ ﺎﻤاﻮﺮ ﻐ ﻪ ا ا

Artinya: “Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri mengubah dirinya”.

27

Conny Semiawan, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah

(59)

Usaha yang berhasil biasanya melibatkan pemikiran dan kreativitas. Dengan demikian agama sangat mendukung dan mendorong pengembangan kreativitas.28

b. Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas Pada Anak 1) Rumah

Di dalam rumah banyak kondisi yang mempengaruhi perkembangan kreativitas. Rumahlah yang dianggap sebagai lingkungan pertama kali yang membangkitkan kemampuan alamiah anak untuk bersikap kretif. Jika suasana rumah kurang menunjang, maka kematangan yang siap berkembang untuk bersikap kreatif tersebut akan rusak (terganggu). Lebih jauh, kondisi rumah yang kurang menguntungkan sejak masa kanak-kanak tersebut akan bertehan dan meluluhkan perkembangkan kretivitas selanjutnya.

Jika orang tua mematahkan semangat anak dalam minatnya untuk berekplorasi dan mengekpresikan keinginan tahunya dengan pertanyaan-pertanyan, maka orang tua juga menghilangkan perkembangan kreativitas anak. Bisa saja halini terjadi karena orang tua tidak melihat hubungan antara exploring dan creativity. Oaring tua berfikir mereka telah menjadi good perent jika sudah melindungi anak-anaknya dari rasa sakit.

28

(60)

Begitu juga jika anak sedang asyik bermain dengan balok-balok kayunya yang dirasakan membuat suatu kegembiraan tertentu dalam dirinya tiba-tiba diusik oleh komentar orang tuanya yang menyebut, mestinya begini dan begitu supaya lebih bagus. Dengan bersikap begitu, yaitu mencampuri urusan anak, justru akan merusak hayalan-hayalan yang sudah di susun dibenak anak.

Sikap orang tua yang juga bisa disebut kurang merangsang kreativitas anak adalah dengan menyediakan permainan-permainan yang praktis pada anak. Contohnya, permainan-permaina yang sudah dibentuk dan dicat, boneka yang sudah diberi pakaian dan rumah-rumahan yang sudah ada perabotannya.

2) Sekolah

Sekolah juga dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas. Misalnya, dengan lebih menekankan pada ingatan, pada hal-hal yang jauh melenceng dari pola tertentu, baik dalam pelajaran melukis dan karangan serta jawaban-jawaban dalam pernyataan terbuka bahasa Indonesia atau PPKN.

(61)

3) Sosial

Sikap masyarakat yang kurang mendukung sikap kreatif anak dan kurang memberikan penghargaan pada usaha-usaha kreativitas juga merupakan hal yang menhambat munculnya kreativitas pada anak.

Jersild menunjuk bahwa sekolah memberikan penghargaan pada berfikir konvergen dari pada berfikir divergen. Sikap masyarakat lainnya adalah yang dengan tidak sengaja mengarah pada prilaku yang maladjustive, sehingga anak merasa kurang memilih konsep diri yang baik, pada sebagia anak, hal ini membuat dirinya menarik diri dari kelompok social.29

4. Ciri-Ciri Kreativitas

Setelah di lakukan penelitian mengenai kreatifitas dengan analisis faktor, Guilford menemukan bahwa faktor penting yang merupakan ciri dari kemampuan berfikir kreatif adalah:

a. Kelancaran berfikir, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berfikir yang dilakukan adalah kuantitas, bukan kualitas.

b. Keluesan, yaitu kemampuan untuk menproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dan mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran.

29

(62)

Orang yang kreatif adalah orang luwes dalam berfikir. Mereka dengan mudah dapat meningggalkan cara berfikir lama dan meningkatkan dengan cara berfikir yang baru.

c. Penguraian, yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

d. Keaslian, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.30

Prilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah pada anak usia dini dapat di identifikasikan dari beberap ciri yang ada yaitu Senang menjajaki lingkungan, mengamati, dan memegang segala sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif, rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyan dengan tak henti-henti, bersifat spontan menyatakan pikiran dan perasaannya, suka berpetualang, selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman baru, suka melakukan eksperimen, jarang mereasa bosan, mempunyai imajinasi yang tinggi dll.

Anak kreatif biasanya rasa ingin tahunya besar, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif dan Anak yang kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Treffinger yang dikutip Munandar menyataka bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan, rencana inovatif serta produk

30

(63)

original mereka telah diperkirakan kurang matang dan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul.31

Utami munandar (1977) melalui penelitiannya di Indonesia menyebutkan ciri-ciri kepribadian yang dianggap oleh orang Indonesia dalam bukunya Dr. Reni Akbar-Hawadi tahun 2001, diantaranya adalah: a. Mempunyai daya imajenasi yang kuat

b. Mempunyai inisiatif

c. Mempunyai minat yang luas

d. Mempunyai kebebasan dalam berfikir e. Bersifat ingin tahu

f. Selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman yang baru g. Mempunyai kepercayaan diri yang kuat

h. Penuh semangat

i. Berani menanggung resiko

j. Berani berpendapat dan memiliki keyakinan

Ciri-ciri inilah yang perlu dikembangkan pada anak Indonesia agar ia disebut dengan manusia yang kreatif.32

Berdasarka ciri-ciri yang disebut di atas, memberikan gambaran bahwa kemampuan pada aspek pengembangan kreativitas adalah kepekaan terhadap apa yang ada disekelilingnya.33

31

Mansur,Op Cit, hlm. 59-60

32

Reni Akbar Hawadi, Op Cit, hlm. 113

33

(64)

5. Tahap-tahap Kreativitas

David Cambell mengungkapkan bahwa tahap-tahap tersebut meliputi tahap persiapan, tahap konsentrasi, tahap inkubasi, tahap penerangan, dan tahap verifikasi/produksi. Untuk lebih jelasnya masing-masing tahap akan dijelaskan dibawah ini:

a. Tahap persiapan

Pada preode ini individu meletakkan dasar pemikiran, menyatakan masalah dan mengumpulkan materi-materi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Individu juga mempelajari mengenai latar belakang masalah serta seluk beluknya.

b. Tahap konsentrasi

Perhatian individu tercurah dan pikiran individu terpusat pada hal-hal yang mereka kerjakan. Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu untuk menimbang-nimbang, waktu menguji, waktu awal untuk mencoba dan mengalami gagal (trial and error).

c. Tahap inkubasi

(65)

d. Tahap Penerapan

Hasil kreatif baru muncul pada prede ini, individu mengalami insight, ide untuk memecahkan masalah muncul secara tiba-tiba dan diikuti perasaan senang.

e. Tahap Verifikasi/Produksi.

Pada tahap pembuktian individu mengekspresikan ide-idenya dalam bentuk nyata. Dalam menentukan apakah penyelesaian masalah nampak dalam fakta-fakta yang benar, individu mengevaluasi hasil penyelesaian masalah. Pada preade ini diperlukan pola berfiki kritis.

6. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kreatifitas

Faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut utami munandar, terdiri dari 2 aspek yaitu:

a. Aspek kognitif (Faktor kemampuan berfikir terdiri dari kecerdasan dan perkayaan bahan berfikir berupa pengalaman dan keterampilan)

b. Aspek kepribadian (rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan asertif tipe kepribadian).34

Lehman juga menjelaskan dalam bukunya Dr.Reni Akbar Hawadi yang judulnya psikologi perkembangan anak mengenal sifat, bakat, dan kemampuan anak bahwasannya menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas anak yaitu lingkungan, tekanan keuangan,dan kurangnya waktu bebas yang diberikan orang tua kepada si anak.

34

(66)

Dalam buku yang judulnya psikologi perkembangan anak mengenal sifat, bakat, dan kemampuan anak Dr.Reni Akbar Hawadi menjelaskan bahwasannya ada lima faktor yang dapat dilihat sebagai variasi dalam kreativitas diantaranya adalah:

a. Faktor jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan lebih kreatif dari pada anak perempuan, khususnya pada anak-anak lanjut. Hal ini desebabkan adanya perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh lingkungan untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri dan mendapat dorongan baik dari orang tua maupun guru, sehingga mereka lebih menunjukkan sikap inisiatif dan sikap. b. Status sosial ekonomi

(67)

keluarga kurang beruntung mempunyai pengalaman yang juga miskin dalam penggunaan material yang kreatif.

c. Urutan kelahiran

Urutan kelahiran cukup menarik minat pakar untuk sedikit lebih mendalam melihatnya. Ternyata, sejumlah penelitian memberikan hasil yang menunjukkan bahwa ada pengaruh urutan kelahiran pada kreativitas anak. Anak tengah, anak yang dilahirkan kemidian yang dianggap lebih kreatif dari pada anak yang sulung. Hal ini disebabkan karena anak sulung lebihdiharapkan untuk menanti harapan-harapan orang tua dan tekanan-tekanan yang ada pada conformer dari pada creator. Anak tunggal meskipun ada tekanan untuk bersikap konfrom di rumah, tetapi juga diberi peluang untuk mengembangkan individualitas mereka.

d. Bentuk keluarga

Anak-anak di keluarga kecil lebih kreatif dari pada anak-anak dari keluarga besar, pada keluarga besar, sifat pola asuh lebih otoritarian dan hal ini lebih-lebih dijumpai pada mereka yang mempunyai kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan.

e. Lingkungan perkotaan dan pedesaan

Gambar

TABEL I
TABEL II
Gambar proses pertumbuhan hewan
TABEL III DAFTAR MURID BERDASARKAN KELAS
+3

Referensi

Dokumen terkait

In a previuos paper, we reported the isolation and identification of iridoid and isoquinoline alkaloid glycosides from the stem bark of this plant [4].. The present paper

Keset araan gender yang menonjol dalam proses penyelesaian konflik lumpur lapindo sidoarjo ini lebih menekankan bagaimana sebenarnya peran w anit a didalamnya.. Apa saja yang

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah..

Kandungannya mencakupi genre sejarah universal secara umum dan khusus kepada sejarah yang diamati dan dialami beliau secara langsung melalui pengalaman peribadi seperti kelemahan

Adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut: Bagaimana peran guru-guru wanita dalam memposisikan diri sebagai wanita karir dan disis lain sebagai ibu rumah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan yang signifikan dalam motivasi belajar kimia peserta didik antara sebelum dan sesudah mengikuti

Secara keseluruhan sistem pakar harus memiliki maintenance yang baik agar dapat digunakan terus menerus sehingga sistem pakar ini dapat digunakan secara optimal

6/2000 memperingatkan kepada semua warga pensyarah supaya mengambil langkah-langkah yang positif dalam usaha memastikan politeknik sentiasa selamat dan bebas