• Tidak ada hasil yang ditemukan

Designing Enterprise Architecture Using TOGAF ADM for Implementation National Standards Of Education In High School (Case Study: SMA Plus PGRI Cibinong)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Designing Enterprise Architecture Using TOGAF ADM for Implementation National Standards Of Education In High School (Case Study: SMA Plus PGRI Cibinong)"

Copied!
328
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN

ENTERPRISE ARCHITECTURE

MENGGUNAKAN TOGAF ADM UNTUK PENERAPAN

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DI

SEKOLAH MENENGAH ATAS

(Studi Kasus: SMA Plus PGRI Cibinong)

IWAN CAKRAYANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Perancangan Enterprise

Architecture Menggunakan TOGAF ADM untuk Penerapan Standar Nasional

Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus: SMA Plus PGRI Cibinong) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2011

Iwan Cakrayana

(3)

ABSTRACT

Iwan Cakrayana, Designing Enterprise Architecture Using TOGAF ADM for Implementation National Standards Of Education In High School (Case Study: SMA Plus PGRI Cibinong). Under direction of MEUTHIA RACHMANIAH and FIRMAN ARDIANSYAH.

One of area that felt exposure of the impact of information and communication technology development is education area. The Enterprise Architecture in this research was applied to senior secondary school and piloted for SMA Plus PGRI Cibinong high school, which is a model school (SKM-PBKL-PSB). It is expected that the school and its stakeholder will have better information access. Therefore the school required an information system that are dynamic, fast, efficient, and connected in one integrated network. The Information System constructed employ 8 (eight) National Standards of Education in the Republic of Indonesia. The design of an architecture enterprise requires framework and methodology. TOGAF ADM is a method that provides detail modeling, development, and implementation of architecture enterprise. The stages of TOGAF ADM is a preliminary : framework and principle, Requirement management, architecture vision, business architecture, information system architecture, technology architecture, opportunities and solutions, migration planning, implementation governance, and change management. On preliminary phase obtained management commitment for the development of enterprise architecture contained in the policy management. Requirement management done to identify SMA Plus PGRI Cibinong needs. On architecture vision phase result in the form of a foundation that is used as a reference in the development of information system. Result of business architecture is 45business function. Information system divided into data architecture and application architecture. On data architecture consists of 36 data entities and for application architecture consists of 32 application. On technology architecture phase found that current technology platform is sufficient and needs some improvement in hardware. On oportunities and solution for comparision of data found that only 6 data entities is appropriate with proposed data entities. While for comparision of application exist 25 application modul are not yet available. On comparision of technology, proposed concept is client server, adding PC, and fingerprint attendance machine. On migration planning found priority project, expense,number of human resources necessary for development information system. On implementation governance phase, IT governance refers to circular finance ministry Republic of Indonesia No:SE-5/PJ/2011 about IT governance. Change management phase is a strategies and stages for implementation information in SMA Plus PGRI Cibinong

(4)

RINGKASAN

Iwan Cakrayana, Perancangan Enterprise Architecture Menggunakan TOGAF ADM untuk Penerapan Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus: SMA Plus PGRI Cibinong) . Dibimbing oleh MEUTHIA RACHMANIAH dan FIRMAN ARDIANSYAH.

Salah satu bidang yang merasakan dampak dari perkembangan teknologi adalah bidang pendidikan. Peningkatan tata kelola lembaga dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan pemerintah, antara lain dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sekolah yang dipilih sebagai studi kasus penelitian ini adalah SMA Plus PGRI Cibinong. Saat ini sekolah dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dan memiliki lebih banyak akses informasi baik untuk sekolah maupun masyarakat. Website sekolah yang ada saat ini belum sepenuhnya dapat menyediakan informasi yang lengkap karena hanya terbatas pada informasi yang bersifat umum, sedangkan pengolahan data pendidik, peserta didik,dan evaluasi masih dilakukan secara manual. Untuk mengatasi permasalahan di atas, SMA Plus PGRI Cibinong sudah seharusnya memiliki sistem informasi yang lebih dinamis, cepat, efisien dan terkoneksi dalam satu jaringan.

Arsitektur enterprise mengandung arti perencanaan, pengklasifikasian, pendefinisian, dan rancangan konektifitas dari berbagai komponen yang menyusun suatu enterprise yang diwujudkan dalam bentuk model dan gambar serta memiliki komponen utama yaitu arsitektur bisnis, arsitektur informasi (data), arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi.

Saat ini ada beragam jenis framework yang menunjukkan perkembangan konsep arsitektur enterprise, diantaranya adalah Zachman framework, Federal

Enterprise Architecture Framework (FEAF), DoD Architecture Framework

(DoDAF), Treasury Enterprise Architecture Framework (TEAF), serta The Open

Group Architectural Framework (TOGAF). TOGAF memiliki kelebihan bersifat

fokus pada siklus implementasi Architecture Development Method (ADM), lebih detail, dan lengkap. Oleh karena itu, framework yang digunakan untuk penelitian ini adalah TOGAF.

Pendefinisian aktivitas area fungsional utama di SMA Plus PGRI Cibinong dilakukan menggunakan rantai nilai (value chain) Porter. Untuk fungsi-fungsi bisnis di SMA Plus PGRI Cibinong dikelompokkan menjadi 2, yaitu primary

activities dan support activities. Pada fase preliminary diperoleh komitmen

manajemen untuk pengembangan arsitektur enterprise yang tertuang dalam policy

(5)

PGRI Cibinong. Pada fase architecture vision didapatkan hasil berupa landasan yang dijadikan acuan dalam pengembangan Sistem Informasi. Pada fase business

architecture didapatkan 149 komponen, aspek, dan indikator. Setelah dilakukan

penyesuaian didapatkan 45 fungsi bisnis yang terkomputerisasi. Fase information

system terbagi menjadi dalam 2 fase yaitu fase data architecture dan fase

application architecture. Pada fase data architecture diperoleh 36 entitas data,

sedangkan pada fase application architecture didapatkan 32 kandidat modul aplikasi yang akan dikembangkan. Pada fase technology architecture didapatkan bahwa platform teknologi yang ada saat ini cukup memadai namun perlu dilakukan beberapa peningkatan perangkat keras.

Pada fase Opportunities and Solution, untuk perbandingan data didapatkan bahwa hanya 6 entitas data yang sesuai dengan entitas data yang diusulkan. Sedangkan pada perbandingan aplikasi terdapat 25(75%) modul aplikasi yang belum tersedia. Dan pada perbandingan platform teknologi konsep yang diusulkan adalah client server, penambahan PC, dan mesin absensi fingerprint. Pada fase

migration planning didapatkan prioritas project, biaya, dan jumlah sumberdaya

manusia yang diperlukan untuk mengembangkan sistem informasi ini. Pada fase

Implementation Governance , tata kelola teknologi informasi mengacu pada

Mengacu kepada Surat Edaran Kementrian Keuangan Republik Indonesia Nomor: SE-5/PJ/2011 tentang Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pada fase change management dihasilkan strategi dan tahapan dalam penerapannya.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Pemodelan bisnis digambarkan dengan value chain, berkaitan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu penerapan Standar Nasional Pendidikan, pemodelan bisnis memiliki 7 area fungsional utama, yaitu penerimaan peserta didik baru, operasional akademik, penglepasan peserta didik (alumni), manajemen keuangan, manajemen kepegawaian, manajemen sarana prasarana, dan pengelolaan teknologi informasi. (2) Berdasarkan hasil analisa kebutuhan data, terdapat 36 entitas data dan 32 aplikasi yang perlu dikembangkan untuk mendukung sistem informasi implementasi SNP di SMA Plus PGRI Cibinong. (3) Aplikasi yang ada saat ini diganti secara keseluruhan karena berada pada platform yang berbeda. (4)

Platform teknologi yang ada saat ini mendukung adanya kandidat aplikasi yang

diusulkan tetapi perlu peremajaan perangkat keras dan upgrade teknologi. (5) Pemodelan arsitektur enterprise ini , memberikan panduan dalam membuat cetak biru untuk pengembangan sistem informasi implementasi SNP untuk data, aplikasi, bisnis, dan teknologi. Untuk itu pemodelan arsitektur enterprise ini dapat dijadikan panduan langkah awal untuk melakukan perencanaan cetak biru pengembangan sistem informasi penerapan SNP.

(6)

Judul Tesis : Perancangan Enterprise Architecture Menggunakan TOGAF ADM Untuk Penerapan Standar Nasional Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus : SMA Plus PGRI Cibinong)

Nama : Iwan Cakrayana

NRP : G651070084

Disetujui, Komisi Pembimbing

Mengetahui, Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc.

Ketua

Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si. Anggota

Ketua Program Studi Ilmu Komputer

Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom.

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

(7)

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Hanya karena kebesaran-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini adalah laporan penelitian yang mengambil judul Perancangan Enterprise Architecture Menggunakan TOGAF ADM untuk Penerapan Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus : SMA Plus PGRI Cibinong).

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tesis ini tidak akan berjalan lancar. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc. dan Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan selama pembuatan tesis.

2. Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom. selaku Ketua Program Studi atas segala dukungan dan kerjasamanya.

3. Dr.H. Basyarudin Thayib, M.Pd selaku kepala sekolah SMA Plus PGRI Cibinong atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyelesaikan pengerjaan tesis.

4. Bahman, S.Pd., M.Si selaku ketua pelaksana Departemen IT SMA Plus PGRI Cibinong atas segala dukungan dan bantuannya.

5. Bapak Ruchyan selaku Staf Akademik Program Studi Magister Ilmu Komputer atas semua bantuannya

Penulis mengharapkan para pembaca laporan hasil penelitian ini dapat memahami dan memaklumi jika ada kesalahan dalam penulisan dan pengungkapan keilmiahan bidang ilmu komputer. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan bangsa ini di masa yang akan datang.

Bogor, September 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kerinci, Jambi pada tanggal 22 Mei 1981 dari pasangan Basyarudin Thayib dan Daflina. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 1999 penulis lulus dari SMAN 1 Cibinong dan penulis melanjutkan pendidikannya di Teknik Arsitektur Universitas Pancasila dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 penulis bekerja di PT. Artdeco

(exhibition consultant) sebagai designer 3D.

(9)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...i

DAFTAR TABEL ...iv

DAFTAR GAMBAR ...v

DAFTAR LAMPIRAN ...vi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Tujuan Penelitian ...3

1.3 Perumusan Masalah...3

1.4 Ruang Lingkup ...4

1.5 Manfaat Penelitian ...4

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sistem Informasi...5

2.2 Standar Nasional Pendidikan (SNP) ...7

2.3 Arsitektur Enterprise ...10

2.4 Kerangka Kerja Arsitektur Enterprise ...13

2.5 Survei Terhadap Arsitektur Enterprise ...13

2.6 Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF) ...14

2.7 Zachman Framework ...16

2.8 The Open Group Architecture Enterprise (TOGAF) ...19

2.9 Pemilihan Architecture Enterprise Framework ...22

3.10Rantai Nilai (Value Chain) ...24

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian ...26

3.2 Prosedur Penelitian ...26

3.2.1 Studi Pustaka ...26

3.2.2 Pengumpulan Data ...26

3.2.3 Analisa dan perancangan Sistem Informasi ...26

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Pustaka...31

(10)

ii

4.1.2 Peraturan Tentang Standar Nasional Pendidikan ...34

4.2 Pengumpulan Data ...35

4.3 Analisa Dan Perancangan Sistem ...36

4.3.1 Fase Preliminary : Framework And Principles...37

4.3.1.1 Menentukan Framework Dan Metodologi ...37

4.3.1.2 Komitmen Manajemen ...38

4.3.2 Fase Requirements Managements...38

4.3.2.1 Architecture Vision ...39

4.3.2.2 Business Architecture ...39

4.3.2.3 Information System Architecture...40

4.3.2.4 Architecture Technology ...40

4.3.2.5 Opportunities And Solutions ...41

4.3.2.6 Migration Planning ...41

4.3.2.7 Implementation Governance ...41

4.3.2.8 Change Management ...41

4.3.3 Fase Architecture Vision ...42

4.3.3.1 Visi Dan Misi SMA Plus PGRI Cibinong ...42

4.3.3.2 Tujuan Bisnis ...42

4.3.3.3 Sasaran Bisnis (Business Objective)...43

4.3.3.4 Ruang Lingkup (Scope) ...43

4.3.3.5 Struktur Organisasi ...44

4.3.3.6 Stakeholder ...45

4.3.4 Fase Architecture Business...45

4.3.4.1 Kondisi Saat Ini ...45

4.3.4.2 Usulan Perbaikan...51

4.3.5 Fase Information System Architecture ...57

4.3.5.1 Fase Application Architecture ...57

4.3.5.2 Fase Data Architecture ...63

4.3.6 Fase Technology Architecture ...67

4.3.6.1 Kondisi Saat Ini ...68

4.3.6.2 Relasi Aplikasi Dan Platform Teknologi Saat Ini ...73

(11)

iii

4.3.7 Fase Opportunities And Solution ...81

4.3.7.1 Evaluasi Gap Antara Kondisi as-is Dan to-be ...81

4.3.7.2 Perbandingan Data ...81

4.3.7.3 Perbandingan Aplikasi ...82

4.3.7.4 Perbandingan Platform Teknologi...82

4.3.8 Migration Planning ...83

4.3.8.1 Prioritas Project ...83

4.3.8.2 Resourcing Dan Biaya ...85

4.3.8.3 Meminimalisasi Resiko ...86

4.3.9 Fase Implementation Governance ...87

4.3.10 Fase Change Management...88

5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...90

5.2 Saran ...91

DAFTAR PUSTAKA ...92

(12)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perbandingan EA framework (Setiawan 2009b) ... 23

2. Perkembangan akreditasi sekolah ... 32

3. Perkembangan jumlah siswa ... 34

4. Hasil analisis SNP yang belum tercapai ... 36

5. Mekanisme hubungan penerapan SNP dengan stakeholder ... 45

6. Ruang lingkup (scope) SNP ... 47

7. Area fungsional utama implementasi SNP ... 53

8. Katalog aplikasi SMS Gateaway ... 59

9. Katalog aplikasi e-learning ... 59

10. Daftar kandidat aplikasi ... 61

11. Deskripsi kelompok aplikasi ... 62

12. Entitas data yang ada saat ini ... 63

13. Pemanfaatan PC pada unit-unit organisasi ... 69

14. Prinsip teknologi yang akan digunakan ... 73

15. Urutan penerapan modul aplikasi ... 84

16. Tugas dan jumlah sumber daya manusia ... 85

(13)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Hasil survei pemakaian framework (IFEAD 2005) ... 14

2. Struktur komponen FEAF (CIO Council 2001) ... 15

3. Matriks arsitektur FEAF (CIO Council 2001) ... 15

4. Kerangka Kerja Zachman untuk Arsitektur Enterprise (Spewak 1992) ... 17

5. TOGAF Architecture Development Method(Land et al. 2009) ... 20

6. Model perancangan arsitektur enterprise dengan TOGAF ADM (Open Group 2009c) ... 21

7. Rantai nilai (Value Chain) ... 34

8. Diagram Alir penelitian ... 26

9. Struktur Organisasi SMA Plus PGRI Cibinong ... 44

10. Diagram prosedur kerja analisis implementasi SNP ... 47

11. Rantai nilai SMA Plus PGRI Cibinong (TOGAF 2009) ... 52

12. Class Diagram ... 67

13. Perletakan gedung dan unit organisasi sekolah ... 71

14. Tipografi Jaringan Komputer Saat Ini... 72

(14)

1

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini teknologi informasi telah berkembang dengan sangat pesat. Informasi sudah semakin mudah diperoleh, sudah semakin bervariasi bentuknya, dan semakin banyak pula kegunaannya (Wahyu 2004). Teknologi Informasi

Peningkatan tata kelola lembaga dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan pemerintah, antara lain dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan pemberlakuan SNP, maka Pemerintah memetakan sekolah berdasarkan tingkat pemenuhan SNP yaitu sekolah yang sudah atau hampir memenuhi SNP dan sekolah yang belum memenuhi SNP. Terkait dengan pemetaan tersebut, Pemerintah mengkategorikan sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi SNP ke dalam kategori mandiri, dan sekolah yang belum memenuhi SNP ke dalam kategori standar. Sekolah kategori mandiri berdasarkan penerapan SNP adalah SMA yang telah mampu memberikan pelayanan minimal sesuai Standar Nasional Pendidikan, dan dapat memanfaatkan sumberdaya internal dan didukung oleh sumber daya eksternal.

(15)

2

Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 ayat 2 menyebutkan bahwa Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. SNP bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Sedangkan fungsinya sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. SNP dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu.

Sekolah yang dipilih sebagai studi kasus penelitian ini adalah SMA Plus PGRI Cibinong. Visi sekolah ini adalah unggul dalam mutu dan prestasi, berwawasan global, religius, entrepreneur, sebagai agen perubahan dan pendidikan budaya bangsa. SMA Plus PGRI Cibinong sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan merupakan salah satu sekolah terkemuka di Kabupaten Bogor dengan berbagai prestasi yang telah diraih mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, dan juga nasional. Salah satu prestasi yang diraih adalah ditetapkannya SMA Plus PGRI Cibinong sebagai sekolah berprestasi tertinggi Tingkat Jawa Barat dan SMA PGRI terbaik tingkat Nasional. Selain itu SMA Plus PGRI Cibinong merupakan salah satu dari 132 sekolah SMA di Indonesia yang ditunjuk oleh Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan Nasional sebagai Sekolah Model Nasional yaitu Sekolah Kategori Mandiri (SKM), sekolah dengan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), dan sebagai Pusat Sumber Belajar (PSB) dengan kriteria sekolah yang telah memenuhi/hampir memenuhi 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran dan manajemen sekolah. SMA Model SKM-PBKL-PSB bukan pengkategorian SMA tetapi merupakan strategi pembinaan untuk melaksanakan dan memenuhi SNP (Depkominfo, 2006).

(16)

3

kualitas pembelajaran dan memiliki lebih banyak akses informasi baik untuk sekolah maupun masyarakat. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi kebutuhan yang tak dapat ditawar lagi dalam membantu semua kegiatan. Pengelolaan informasi tentang perkembangan belajar mengajar menjadi permasalahan yang sangat kompleks apabila hanya ditangani secara konvensional dan terpisah-pisah.

Website sekolah yang ada saat ini belum sepenuhnya dapat menyediakan

informasi yang lengkap karena hanya terbatas pada informasi yang bersifat umum, sedangkan pengolahan data pendidik, peserta didik, dan evaluasi masih dilakukan secara manual. Untuk mengatasi permasalahan di atas, SMA Plus PGRI Cibinong sudah seharusnya memiliki sistem informasi yang lebih dinamis, cepat, efisien dan terkoneksi dalam satu jaringan.

Dari permasalahan diatas maka diperlukan blueprint sebagai acuan untuk mengembangkan Sistem Informasi yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Untuk menghasilkan rancangan arsitektur Sistem Informasi yang baik, maka perlu adanya suatu kerangka kerja (framework) yang digunakan. Tesis ini membahas perancangan arsitektur enterprise untuk penerapan SNP di SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan The Open Group Architecture Framework

(TOGAF). Architecture Development Method (ADM) adalah metode yang detail dalam memodelkan, mengembangkan, serta mengpenerapan kan arsitektur

enterprise (Land et al. 2009).

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah membuat

blueprint Sistem Informasi yang dapat digunakan sebagai salah satu fasilitas di

Sekolah Menengah Umum untuk penyajian informasi penerapan Standar Nasional Pendidikan dengan menggunakan metodologi TOGAF ADM.

1.3 Perumusan Masalah

(17)

4

“Bagaimana membuat blueprint Sistem Informasi untuk menunjang penerapan Standar Nasional Pendidikan di SMA dengan menggunakan metodologi TOGAF ADM".

1.4 Ruang Lingkup

Agar penelitian ini lebih fokus, maka penelitian ini dibatasi pada cakupan sebagai berikut:

1. Melakukan pemodelan Sistem Informasi penerapan SNP untuk Sekolah Menengah Atas.

2. Analisis dan perancangan Arsitektur Sistem Informasi berbasis web dibatasi hanya pada pembuatan blueprint Sistem Informasi.

3. Sistem Informasi yang dirancang mengacu pada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, yaitu Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. 4. SMA yang dipilih sebagai ujicoba kasus adalah SMA Plus PGRI Cibinong.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan maupun bahan evaluasi serta penyempurnaan dari kebijakan-kebijakan yang telah dan akan diambil, khususnya dalam hubungannya dengan layanan informasi, baik itu peserta didik, pendidik maupun masyarakat.

2. Bagi sekolah model, mendapatkan blueprint sebagai acuan untuk

mengembangkan Sistem Informasi yang dapat menunjang pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan.

3. Bagi peneliti, maupun pihak-pihak yang terkait dengan perancangan Sistem Informasi, dapat mengambil manfaat dari penelitian ini sebagai bahan masukan dan tambahan wacana.

(18)

5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sistem Informasi

Menurut Sutedjo (2002), sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Sutanta (2003), sistem adalah sekumpulan elemen atau subsistem yang saling bekerjasama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan.

Menurut Sutedjo (2002), informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan oleh orang untuk menambah pemahamannya terhadap fakta-fakta yang ada. Sedangkan menurut Sutanta (2003), informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang.

Menurut Sutedjo (2002), sistem informasi adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lainyang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan, serta mendistribusikan informasi. Sedangkan menurut Jogiyanto (2007), sistem Informasi adalah suatu tipe khusus dari sistem kerja yang fungsi internalnya terbatas pada pemrosesan informasi dengan enam tipe operasi: menangkap (capturing), mentransmisikan

(transmitting), menyimpan (storing), mengambil (retrieving), memanipulasi

(manipulating), dan menampilkan (displaying) informasi.

(19)

6

Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block), yaitu blok masukan, blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis data, dan blok kendali. Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu sama lainya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasaran (Jogiyanto, 2005).

a) Blok masukan.

Input mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi. Input disini termasuk metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.

b) Blok model.

Komponen ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

c) Blok keluaran.

Hasil dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua pemakai sistem.

d) Blok teknologi.

Teknologi merupakan tool box dalam sistem informasi, teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.

e) Blok basis data.

(20)

7

f) Blok kendali.

Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, temperatur, air, debu, kecurangan, kegagalan sistem itu sendiri, ketidak efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung diatasi.

2.2 Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Uraian setiap standar dimaksud ialah sebagai berikut:

a. Standar Isi

Mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi secara keseluruhan mencakup:

• Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam

penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.

• Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan

menengah.

• Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan

pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari Standar isi.

• Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan

pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. b. Standar proses

(21)

8

kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar Proses membantu terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Standar proses meliputi:

• Perencanaan proses pembelajaran.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

• Pelaksanaan proses pembelajaran.

Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran antara lain rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran antara lain kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

• Penilaian hasil pembelajaran.

(22)

9

• Pengawasan proses pembelajaran.

Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, serta pelaporan dan tindak lanjut.

c. Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

d. Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan. Pendidik dan Tenaga Kependidikan disini antara lain pengawas, kepala sekolah, guru, tata usaha, staf perpustakaan, staf laboratorium dan konselor.

e. Standar Sarana dan Prasarana

Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana.Sebuah SMA sekurang-kurangnya memiliki prasarana ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga.

f. Standar Pengelolaan

(23)

10

g. Standar Pembiayaan

Standar biaya operasi non personalia untuk SMA adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi non personalia selama 1 (satu) tahun untuk SMA sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.

h. Standar Penilaian Pendidikan

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Salah satu cara untuk menilai kriteria sekolah yang telah memenuhi/hampir memenuhi SNP adalah dengan melakukan analisis pencapaian SNP yaitu kegiatan untuk menguraikan, mengidentifikasi antara kondisi nyata sekolah dengan kondisi ideal yang merupakan kriteria minimal sebagaimana terdapat pada SNP. Analisis pencapaian SNP dapat dilakukan dengan menginventarisasi kondisi satuan pendidikan, yaitu proses pengumpulan, pencatatan data dan informasi pendukung tentang kondisi nyata sekolah.

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

2.3 Arsitektur Enterprise

Dalam mengkaji arsitektur enterprise, pertama yang harus diperhatikan adalah pembentuk kata. Kata arsitektur enterprise terbentuk dari kata arsitektur dan

enterprise. Arsitektur merupakan perancangan dari suatu benda atau

merepresentasikan suatu gambaran yang sesuai dengan suatu obyek sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan kebutuhan dan berkualitas (Zachman, 1997).

(24)

11

berbagai sudut pandang. Untuk definisi enterprise mengandung arti keseluruhan komponen pada suatu organisasi dibawah kepemilikan dan kontrol organisasi tunggal (Lankhorst et al. 2005).

Dari definisi tersebut, arsitektur enterprise merupakan kegiatan pengorganisasian data yang dihasilkan oleh organisasi yang kemudian dipergunakan untuk mencapai tujuan proses bisnis dari organisasi tersebut (Mutyarini & Sembiring, 2006). Sedangkan menurut CIO Council (2001) merupakan basis aset informasi strategis, yang menentukan misi, informasi dan teknologi yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi, dan proses transisi untuk mengpenerapan kan teknologi baru sebagai tanggapan terhadap perubahan kebutuhan misi. Dengan memahami pengertian arsitektur, enterprise, dan arsitektur enterprise, maka dapat disimpulkan bahwa arsitektur enterprise

mengandung arti perencanaan, pengklasifikasian, pendefinisian, dan rancangan konektifitas dari berbagai komponen yang menyusun suatu enterprise yang diwujudkan dalam bentuk model dan gambar serta memiliki komponen utama yaitu arsitektur bisnis, arsitektur informasi (data), arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi (Parizeu 2002).

Hasil dari arsitektur enterprise ini terdiri dari dokumen-dokumen seperti gambar, diagram, model, serta dokumen dalam bentuk teks yang akan menjelaskan seperti apa sistem informasi yang dibutuhkan suatu organisasi. Arsitektur

enterprise akan dijadikan sebagai acuan bagi pengembangan sistem informasi.

Pengembangan sistem tanpa memiliki arsitektur yang baik akan sulit untuk mencapai hasil yang maksimal (Lankhorst et al. 2005).

Latar belakang dibentuknya konsep architecture enterprise adalah adanya kebutuhan organisasi dalam membangun sistem informasi untuk memisahkan data, proses, infrastruktur teknologi, orang, waktu, dan motivasi dalam suatu kerangka kerja architecture enterprise (Zachman, 2003). Kebutuhan pemisahan komponen informasi yang berjalan dalam suatu perusahaan dimaksudkan untuk menghindari pengulangan data, proses, dan kesalahan identifikasi kebutuhan teknologi yang berjalan dalam suatu sistem informasi agar berjalan secara efektif dan efisien.

(25)

12

rancang bangun yang komprehensif. Ada beberapa manfaat dari arsitektur

enterprise (Katili, 2004), antara lain:

• Memperlancar proses bisnis

Keuntungan dasar dalam membangun sebuah arsitektur enterprise adalah untuk menemukan dan mengurangi pengulangan pada proses bisnis. Penyebab pengulangan ini dikarenakan pandangan organisasi yang berbeda-beda pada data atau proses bisnis. Pendekatan dasar untuk membangun arsitektur

enterprise adalah memfokuskan pada data dan proses.

• Mengurangi kerumitan Sistem Informasi

Suatu kerangka kerja mengurangi kerumitan sistem informasi. Hal itu dicapai melalui suatu proses identifikasi dan mengurangi pengulangan pada data dan perangkat lunak. Kesederhanaan pada aplikasi dan database juga mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu sistem informasi.

• Memungkinkan integrasi melalui data sharing

Arsitektur enterprise mengidentifikasikan standar data untuk digunakan bersama (share). Contoh kebanyakan perusahaan mempunyai data pelanggan dan data pasar, tetapi data tersebut tersimpan dalam basis data yang berbeda-beda. Arsitektur enterprise membentuk kompatibilitas dari data yang digunakan (share) tersebut. Kompabilitas data menyediakan suatu data standar disimpan pada data warehouse untuk riset dan analisis pasar. Suatu rancangan arsitektur yang baik tidak hanya memperlancar value chain perusahaan, tetapi juga dapat menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk menghubungkan

value chain antar perusahaan.

• Mempercepat evolusi teknologi baru

(26)

13

2.4 Kerangka Kerja Arsitektur Enterprise

Kerangka kerja bisa diartikan sebagai sejumlah pemikiran, konsep, ide atau asumsi yang digunakan untuk mengorganisasikan proses pemikiran tentang sesuatu atau situasi. Kerangka kerja ini juga dapat dianggap sebagai dasar berpikir untuk mengelompokkan dan mengorganisasikan representasi sebuah perusahaan yang penting bagi manajemen perusahaan dan pengembangan sistem selanjutnya (Zachman 1996).

Menurut CIO Council (2001) sebuah architecture framework adalah tool

yang bisa digunakan untuk mengembangkan cakupan luas dari arsitektur-arsitektur yang berbeda. Arsitektur enterprise harus mendeskripsikan sebuah metode untuk mendesain sistem informasi dalam term kumpulan building block

dan memperlihatkan bagaimana building block tersebut sesuai satu dengan lainnya. Penggunaan arsitektur enterprise framework akan mempercepat dan menyederhanakan pengembangan arsitektur, memastikan cakupan komplit dari solusi desain dan memastikan arsitektur yang terpilih akan memungkinkan pengembangan di masa depan sebagai respon terhadap kebutuhan bisnis (Setiawan, 2009a).

2.5 Survei terhadap Arsitektur Enterprise

Saat ini ada beragam jenis framework yang menunjukkan perkembangan konsep arsitektur enterprise, diantaranya adalah Zachman framework, Federal

Enterprise Architecture Framework (FEAF), DoD Architecture Framework

(DoDAF), Treasury Enterprise Architecture Framework (TEAF), serta The Open

Group Architectural Framework (TOGAF). Menurut hasil survei yang dilakukan

oleh Institute For Enterprise Architecture Development (IFEAD) tahun 2005,

framework yang paling banyak digunakan dalam dunia industri maupun

(27)

14

Gambar 1 Hasil survei pemakaian framework (IFEAD 2005).

2.6 Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF)

Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF) merupakan sebuah

framework yang diperkenalkan pada tahun 1999 oleh Federal CIO Council. FEAF

ini ditujukan untuk mengembangkan EA dalam Federal Agency atau sistem yang melewati batas multiple inter-agency. FEAF menyediakan standar untuk mengembangkan dan mendokumentasikan deskripsi arstitektur pada area yang menjadi prioritas utama. FEAF ini cocok untuk mendeskripsikan arsitektur bagi pemerintahan Federal. FEAF membagi arsitektur menjadi area bisnis, data, aplikasi dan teknologi, dimana sekarang FEAF juga mengadopsi tiga kolom pertama pada Zachman framework dan metodologi perencanaan arsitektur

(28)

15

Gambar 2 Struktur komponen FEAF (CIO Council 2001).

Pada FEAF arsitektur yang ada (Gambar 2) diperuntukkan sebagai

reference point untuk memfasilitasi koordinasi yang efektif dan efisien dari proses

bisnis yang umum, penyisipan teknologi, aliran informasi dan investasi pada

Federal Agencies. FEAF menyediakan sebuah struktur untuk mengembangkan,

memelihara dan mengpenerapan kan lingkungan operasional pada top-level dan mendukung penerapan dari sistem TI. Pada Gambar 3 menunjukkan gambaran matriks 5 x 3 FEAF dengan tipe-tipe arsitektur pada sumbu mendatar dan perspektif pada sumbu lainnya. Hubungan antara produk arsitektur enterprise

terdapat pada cells matriks.

(29)

16

Karakteristik dari FEAF:

a. Merupakan arsitektur enterprise Reference Model

b. Standar yang dipakai oleh pemerintahan Amerika Serikat c. Menampilkan perspektif view yang menyeluruh

d. Merupakan tool untuk perencanaan dan komunikasi

2.7 Zachman Framework

Zachman framework merupakan salah satu kerangka kerja yang digunakan untuk mengembangkan arsitektur enterprise yang diperkenalkan oleh John Zachman sejak tahun 1987. Ia menemukan bahwa dokumen-dokumen enterprise

itu bermacam-macam, ada yang berbentuk teks, diagram, gambar dan lain-lain. Dokumen-dokumen ini kadang menjelaskan hal yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda. Agar dokumen tersebut dapat mudah dipahami dan dikelola, maka Zachman mengusulkan agar dokumen tersebut dikelompok-kelompokkan. Kerangka kerja Zachman merupakan suatu alat bantu yang dikembangkan untuk memotret arsitektur organisasi dari berbagai sudut pandang dan aspek, sehingga didapatkan gambaran organisasi secara utuh (Setiawan, 2009a).

(30)

17

(31)

18

Zachman Framework merupakan skema untuk melakukan klasifikasi

pengorganisasian artifak enterprise. Zachman framework terdiri dari 6 (enam) kolom dan 6 (enam) baris. Tiap baris menyajikan perspektif dari sudut pandang perencana (planner), pemilik (owner), perancang (designer), pengembang

(builder), subkontraktor (sub-contractor) dan functioning enterprise . Tiap kolom

merepresentasikan fokus, abstraksi, atau topik arsitektur enterprise, yaitu: data, fungsi, jaringan, manusia, waktu, dan motivasi.

Secara rinci, setiap baris dalam kerangka kerja Zachman merepresentasikan perspektif berikut:

• Perencana (planner): menetapkan konteks, latar belakang, dan tujuan. • Pemilik (owner): menetapkan model konseptual dari enterprise.

• Perancang (designer): menetapkan model sistem informasi sekaligus

menjembatani hal yang diinginkan pemilik dan hal yang dapat direalisasikan secara teknis dan fisik.

• Pengembang (builder): menetapkan model teknis dan fisik yang digunakan

dalam mengawasi penerapan teknis dan fisik.

• Subkontraktor (sub-contractor): menetapkan peran dan rujukan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pembangunan sistem informasi.

Functioning enterprise: merepresentasikan perspektif pengguna dan wujud

nyata hasil penerapan .

Dan untuk tiap kolom dalam kerangka kerja Zachman merepresentasikan fokus, abstraksi atau topik arsitektur enterprise, yaitu:

What (data)

Menggambarkan kesatuan yang dianggap penting dalam bisnis. Kesatuan tersebut adalah hal-hal yang informasinya perlu dipelihara.

How (function)

Mendefinisikan fungsi atau aktivitas. Input dan output juga dipertimbangkan di kolom ini.

Where (networks)

(32)

19

Who (people)

Mewakili manusia dalam organisasi dan metric untuk mengukur kemampuan dan kinerjanya. Kolom ini juga berhubungan dengan antar muka pengguna dan hubungan antara manusia dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

When (time)

Mewakili waktu atau kegiatan yang menunjukkan kriteria kinerja. Kolom ini berguna untuk mendesain jadwal dan memproses arsitektur.

Why (motivation)

Menjelaskan motivasi dari organisasi dan pekerjanya. Disini terlihat tujuan, sasaran, rencana bisnis, arsitektur pengetahuan, alasan pikiran dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

Framework Zachman bukan suatu metodologi untuk membuat penerapan

dari suatu obyek, tapi merupakan ontologi untuk menggambarkan arsitektur

enterprise. Ontologi adalah suatu struktur sedangkan metodologi adalah suatu

proses.

2.8 The Open Group Architecture Enterprise (TOGAF)

(33)

20

Gambar 5 TOGAF Architecture Development Method (Land et al. 2009).

TOGAF ADM juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan arsitektur enterprise, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan dari pengembangan arsitektur enterprise oleh organisasi (Open Group, 2011). Prinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Prinsip Enterprise

Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.

b. Prinsip Teknologi Informasi (TI)

(34)

21

c. Prinsip Arsitektur

Merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan bagaimana mengpenerapan kannya.

TOGAF ADM terdiri dari 8 (delapan) fase yang berbentuk siklus (cycle) yaitu Architecture Vision, Business Architecture, Information System Architecture,

Technology Architecture, Opportunities and Solution, Migration Planning,

Implementation Governance,dan Architecture Change Management.

TOGAF ADM juga merupakan metode yang bersifat generik dan mudah di penerapan kan berdasarkan kebutuhan banyak organisasi, baik organisasi industri ataupun industri akademik seperti perguruan tinggi (Mutyarini & Sembiring, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka, bisa dimodelkan secara umum bagaimana tahapan-tahapan dari TOGAF ADM tersebut dilaksanakan dalam model perancangan arsitektur

enterprise, hal ini bisa dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Model perancangan arsitektur enterprise dengan TOGAF ADM

(35)

22

2.9 Pemilihan Architecture Enterprise Framework

Untuk memilih sebuah arsitektur enterprise framework terdapat kriteria yang berbeda yang bisa dijadikan sebagai acuan (Setiawan 2009b), yaitu:

• Tujuan dari arsitektur enterprise dengan melihat bagaimana definisi arsitektur

dan pemahamannya, proses arsitektur yang telah ditentukan sehingga mudah untuk diikuti, serta dukungan terhadap evolusi arsitektur.

• Input untuk aktivitas arsitektur enterprise seperti pendorong bisnis dan input

teknologi.

• Output dari aktivitas arsitektur enterprise seperti model bisnis dan desain

transisional utnuk evolusi dan perubahan.

Framework merupakan sebuah bagian penting dalam pendesainan arsitektur

enterprise yang seharusnya memiliki kriteria:

a. Reasoned.

Framework yang masuk akal yang dapat memungkinkan pembuatan

arsitektur yang bersifat deterministik ketika terjadi perubahan batasan dan tetap menjaga integritasnya walaupun menghadapi perubahan bisnis dan teknologi serta demand yang tak terduga.

b. Cohesive.

Framework yang kohesif memiliki sekumpulan perilaku yang akan seimbang

dalam cara pandang dan ruang lingkupnya.

c. Adaptable.

Framework haruslah bisa beradaptasi terhadap perubahan yang mungkin

sangat sering terjadi dalam organisasi.

d. Vendor-independent.

Framework haruslah tidak tergantung pada vendor tertentu untuk

benar-benarmemaksimalkan benefit bagi organisasi.

e. Technology-independent.

Framework haruslah tidak tergantung pada teknologi yang ada saat ini, tapi

dapat menyesuaikan dengan teknologi baru.

f. Domain-neutral.

(36)

23

g. Scalable.

Framework haruslah beroperasi secara efektif pada level departemen, unit

bisnis, pemerintahan dan level korporat tanpa kehilangan fokus dan kemampuan untuk dapat diaplikasikan.

Perbandingan ketiga framework yang banyak digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Dalam prakteknya EA Framework yang ada tidak ada yang sempurna, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahkan penggunaan EA

framework di masing-masing enterprise bisa menjadi berbeda. Hal ini tergantung

dengan karakteristik dari enterprise itu sendiri, fokus yang ingin dicapai dan lain-lain.

Tabel 1 Perbandingan EA Framework (Setiawan 2009b)

FEAF Zachman TOGAF

Definisi arsitektur dan

pemahamannya ada parsial Pada fase preliminary

Proses arsitektur yang

detail tidak ada

Delapan fase detail pada ADM

Support terhadap evolusi

arsitektur ada tidak

Pada fase migration planning

Standardisasi tidak tidak ada

Architecture Knowledge

Base ada Tidak ada

Pendorong bisnis ada parsial ada

Input teknologi ada tidak ada

Desain tradisional ada tidak Pada fase migration

planning

(37)

24

3.10 Rantai Nilai (Value Chain)

Rantai nilai (value chain) Porter dapat dijadikan langkah awal dalam memodelkan bisnis dengan mendefinisikan area fungsional utama. Gambar 7 menunjukan rantai nilai Porter yang terdiri dari aktivitas utama (primary activities) dan aktivitas pendukung

(support activities) (Porter 1985).

Gambar 7 Value Chain Diagram (TOGAF 2009)

Aktivitas utama (primary activities) pada rantai nilai ini adalah sebagai berikut:

a. Inbound logistic : aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan penerimaan,

penyimpanan, dan penyebaran.

b. Operations : aktivitas yang mentransformasikan masukan jadi keluaran

c. Outbound logistic : aktivitas yang berhubungan dengan menyebarkan produk/jasa

kepada pelanggan

d. Marketing dan sales : kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran dan penjualan,

diantaranya penelitian pasar dan promosi.

e. Service : kegiatan yang berhubungan dengan penyedia layanan untuk meningkatkan

pemeliharaan produk seperti instalasi, pelatihan, perbaikan, suplai bahan, dan perawatan

Aktivitas pendukung (support activities) adalah kegiatan yang mendukung aktivitas utama, tidak terlibat langsung dalam produksi, namun memiliki potensi meningkatkan efesiensi dan efektifitas. Kegiatan pendukung yang digambarkan Porter adalah sebagai berikut:

a. Firm Infrastructure : terdiri atas sistem dan fungsi pendukung, diantaranya finance,

(38)

25

b. Human Resources Management : berhubungan dengan aktivitas rekruitment,

pengembangan, pelatihan, memotivasi, serta pemberian penghargaan kepada tenaga kerja.

c. Technology Development : aktivitas yang terkait produk, proses perbaikan,

perancangan peralatan, pengembangan perangkat lunak komputer, sistem telekomunikasi, kapabilitas basis data baru, dan pengembangan dukungan sistem berbasis komputer.

d. Procurement : kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana sumber daya diperoleh

(39)

26

III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Dalam mengembangkan blueprint Sistem Informasi penerapan SNP di Sekolah Menengah Atas, keseluruhan proses yang dilalui harus melalui beberapa tahapan. Tahapan yang dilakukan dituangkan dalam bentuk diagram alir dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Diagram Alir penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Pengumpulan data

Blueprint

Selesai

Analisa dan perancangan sistem informasi

Architecture Development Method

(40)

27

3.2 Prosedur Penelitian

Berdasarkan tahapan penelitian pada Gambar 8, maka tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.2.1.Studi Pustaka

Metode Studi Pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang dijadikan sebagai referensi dalam perencanaan Sistem Informasi penerapan SNP. Referensi - referensi tersebut berasal dari buku-buku pegangan maupun publikasi hasil penelitian, artikel, situs internet serta sumber informasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.2.2.Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui: a) Observasi.

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan atau peninjauan langsung terhadap obyek penelitian, yaitu mengumpulkan, menelaah, dan mengamati setiap aktivitas beserta data administrasi sekolah yang berkaitan dengan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan.

b) Wawancara.

Metode wawancara bertujuan untuk mengumpulkan informasi, metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai pihak-pihak terkait yaitu: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana Prasarana, Staf Administrasi, Pendidik, dan Peserta didik. Mengenai kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi oleh pihak sekolah serta aplikasi seperti apa yang diinginkan oleh sekolah agar Standar Nasional Pendidikan dapat terpenuhi sesuai dengan ketetapan Diknas.

3.2.3 Analisa dan perancangan Sistem Informasi

(41)

28

menetapkan kemampuan dari arsitektur yang akan dirancang dan dikembangkan (Harrison dan Varveris, 2006). Dari diagram alir pada Gambar 8, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Fase preliminary : framework and priciples

Fase ini merupakan tahap persiapan dan permulaan untuk mendefinisikan kerangka dan prinsip yangbertujuan untuk mengkonfirmasi komitmen dari

stakeholder, penentuan framework dan metodologi detail yang akan digunakan

pada pengembangan arsitektur enterprise. Dalam penelitian ini framework yang dipakai adalah The Open Group Architecture Framework (TOGAF) dengan metodologi Architecture Development Method (ADM) untuk membuat blueprint

Sistem Informasi yang menunjang keterlaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan di SMA Plus PGRI Cibinong.

Fase requirements management

Pada fase ini dilakukan penggalian kebutuhan (requirements) organisasi serta mendokumentasikan kebutuhan user. Tujuan fase ini menyediakan proses pengelolaan kebutuhan arsitektur sepanjang fase pada siklus ADM, mengidentifikasikebutuhan enterprise, menyimpan lalu memberikannya kepada fase yang relevan. Requirements yang diperlukan pada fase ini diantaranya administrasi akademik, anggaran keuangan, Standard Operasional Procedure

(SOP), Standar Nasional Pendidikan.dan kebijakan sekolah. Pengembangan Sistem Informasi harus sesuai dengan requirement management untuk mencapai tujuan organisasi. Proses ini dilakukan untuk setiap fase, dari fase A sampai dengan fase H. Siklus dilakukan satu kali iterasi dari fase A sampai dengan fase H. Detail requirement management ADM dijelaskan sebagai berikut:

a. Fase A : Architecture Vision

(42)

29

dirumuskan dalam bentuk strategi serta menentukan lingkup dari arsitektur yang akan dikembangkan. Pada tahapan ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan arsitektur yang ideal.

b. Fase B : Bussiness Architecture

Mendeskripsikan arsitektur bisnis saat ini, sasaran, dan menentukan celah

(gap) diantara arsitektur bisnis. Pada fase ini dilakukan pendefinisian kondisi awal

arsitektur bisnis. Pada fase ini juga dilakukan pemodelan bisnis dengan memilih

tool yang tepat untuk menggambarkan arsitektur bisnis. Pemodelan arsitektur bisnis dilakukan dengan mengidentifikasikan area fungsional utama, menetapkan fungsi bisnis, dan mengidentifikasi tugas dan tanggung jawab pada penerapan SNP.

c. Fase C : Information System Architecture

Menekankan pada bagaimana arsitektur sistem informasi dibangun yang meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. Pada arsitektur data, dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh komponen data yang akan digunakan oleh aplikasi untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan organisasi berdasarkan kebutuhan area fungsional bisnis yang telah ditetapkan. Indentifikasi yang dilakukan adalah menentukan kandidat entitas data, mendefinisikan entitas data, dan membuat relasi antara fungsi bisnis dan entitas data.Teknik yang bisa digunakan adalah ER-Diagram, Class Diagram, dan

Object Diagram. Pada arsitektur aplikasi, dilakukan dengan mengidentifikasi

kandidat aplikasi, menentukan jenis aplikasi yang dibutuhkan untuk memproses data dan mendukung bisnis, serta membuat pemodelan arsitektur aplikasi.

d. Fase D :Technology Architecture

(43)

30

Secara umum arsitektur teknologi akan membandingkan perencanaan dan pembangunan teknologi yang lama dan baru. Analisis gap ini akan menempatkan infrastruktur teknologi baru yang akan dibutuhkan dalam penerapan kedepannya. Teknik yang bisa digunakan adalah Environment and Location Diagram, dan

Network Computing Diagram.

e. Fase E : Opportunities and Solutions

Pada fase ini menekankan pada manfaat yang diperoleh dari arsitektur enterprise. Dilakukan evaluasi gap dari arsitektur enterprise yang meliputi arsitektur bisnis, data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi untuk selanjutnya membuat strategi untuk solusi. Evaluasi dan strategi untuk solusi ini dapat dijadikan dasar bagi stakeholder untuk memilih dan menentukan arsitektur yang akan di penerapan kan.

f. Fase F : Migration Planning

Pada fase ini dilakukan penilaian dalam menentukan rencana migrasi dari suatu sistem informasi. Hasil penilaian tersebut lalu diurutkan berdasarkan prioritas selanjutnya akan menjadi dasar rencana untuk penerapan dan migrasi. Pemodelannya menggunakan matrik penilaian dan keputusan terhadap kebutuhan utama dan pendukung dalam organisasi terhadap penerapan sistem informasi. g. Fase G : Implementation Governance

Menyusun rekomendasi untuk pelaksanaan tata kelola penerapan yang sudah dilakukan, tata kelola yang dilakukan meliputi tata kelola organisasi, tata kelola teknologi informasi, dan tata kelola arsitektur.

h. Fase H : Architecture Change Management

(44)

31

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan perencanaan Sistem Informasi. Informasi diperoleh dari buku, laporan penelitian, tesis, peraturan pemerintah, ketetapan-ketetapan, Standard Operating

Procedure (SOP) dan internet. Dengan studi pustaka dapat ditemukan teori-teori

yang mendasari masalah dan penelitian sehingga diperoleh pemahaman terhadap konsep dan tahapan perancangan sistem informasi untuk penerapan Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Menengah Atas khususnya SMA Plus PGRI Cibinong yang merupakan studi kasus dari penelitian ini.

4.1.1 Profil Organisasi

SMA Plus PGRI Cibinong adalah lembaga pendidikan yang berdiri atau mulai menerima siswa baru pada tahun pelajaran 1978 dengan nama SMA PGRI Cibinong. Sekolah ini didirikan atas instruksi Kepala Kantor Depdikbud Kabupaten Bogor, untuk menampung lulusan SMP yang tidak tertampung oleh SMA Negeri Cibinong. Selama kurun waktu delapan tahun antara 1978 sampai 1986 kegiatan belajar mengajar (KBM) menumpang di SMA Negeri Cibinong kemudian SD Inpres Cibinong.

Sejak awal berdirinya, sekolah ini telah mengalami 3 (tiga) kali pergantian Kepala Sekolah yaitu 1979, 1982 dan 1983 sampai sekarang. Langkah pertama yang dilakukan pada periode kepala sekolah ketiga adalah pencanangan program jangka panjang 25 tahun yaitu menuju SMA PGRI Cibinong sebagai salah satu sekolah terkemuka di kabupaten Bogor. Pada tahun 1983 sampai 1985 dilakukan pengadaan tanah untuk pembangunan gedung pembelajaran dan baru pada tahun 1985 sampai 1991 dilakukan pembangunan gedung pembelajaran.

(45)

32

tahun 2005 sampai sekarang status akreditasi SMA Plus PGRI Cibinong adalah "A" (amat baik).

Tabel 2 Perkembangan Akreditasi Sekolah

No Tahun Status Akreditasi

1 1978 - 1983 Terdaftar

2 1983 - 1988 Diakui

3 1988 - 2004 Disamakan

4 2004 - sekarang Terakreditasi "A"

Untuk menghadapi era teknologi informasi dan komunikasi pada tahun 2005 didirikan Departemen Teknologi Informasi (TI) dengan tujuan mengembangkan teknologi informasi yang mendukung pembelajaran, pabrikasi komputer dan aspek bisnis dari teknologi informasi.

Selain pembelajaran reguler sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diselenggarakan dari hari senin-jumat, SMA Plus PGRI Cibinong juga memiliki beberapa program - program unggulan, antara lain:

a. Program Student Day

Program yang dilakukan pada hari sabtu, dimana disiapkan banyak pendidikan keterampilan hidup untuk menampung bakat atau kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Ada 15 pendidikan keterampilan hidup yang dibuka, yaitu: tata boga, tata busana, tata rias, teknologi Informasi, otomotif, elektro, seni lukis, seni musik, seni tari, karawitan, cinematografi, teater, jurnalistik, modeling dan kesekretarisan.

b. Kelas Unggulan Berwawasan internasional

(46)

33

c. Pusat Riset Teknologi Informasi (Research Centre of Information Technology)

Departemen ini merupakan wujud keseriusan sekolah mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi yang mendukung pendidikan.Peresmian Departemen TI ini dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang ketika itu dijabat oleh Dr. Sofyan Djalil, SH, MA, MALD. Saat ini Departemen TI telah mampu mandiri dengan memiliki 11 orang pendidik berlatar belakang teknisi dan akademis yang bertugas mengembangkan pusat riset TI. Para pendidik ini didukung oleh sekitar 200 orang anggota kelompok siswa pembinaan khusus (KOPASUS) TI, yang dibagi menjadi 4 (empat) divisi, yaitu: divisi rekayasa perangkat lunak (RPL), divisi teknik komputer jaringan (TKJ), divisi multimedia broadcasting (MMB) dan divisi multimedia animasi (MMA). Untuk melakuk an eksplorasi, kopasus TI ini didukung oleh 2 (dua) laboratorium komputer, plaza TI dan warung belajar serba ada (WARBELSERA).

d. Quantum Learning School

Proses pembelajaran tradisional berpusat pada guru dan siswa pasif, sedangkan proses pembelajaran moderen berpusat pada siswa dan guru hanya fasilitator. Suasana pembelajaran adalah menyenangkan, sehingga belajar tidak menjadi beban tetapi mengasyikkan. Untuk menjaga mutu proses pembelajaran, SMA Plus PGRI Cibinong memiliki Quantum Learning Centre yang personalnya adalah para instruktur Quantum Learning Centre yang bertugas mengadakan pelatihan, membina, mengontrol proses pembelajaran dengan rutin serta meningkatkan kompetensi pedagogik guru.

e. Pusat Bahasa Inggris

Untuk mendukung visi globalnya, SMA Plus PGRI Cibinong menggalakan program peningkatan kemampuan berbahasa inggris seluruh warga sekolah terutama pendidik dan peserta didik. Tugas pusat bahasa inggris ini meliputi penyelenggaraan kursus bahasa inggris bagi, pendidik, peserta didik dan staff, baik diselenggarakan sendiri maupun kerjasama dengan pihak luar.

f. Bimbingan Baca Quran (BBQ)

(47)

34

Untuk jumlah peserta didik di SMA Plus PGRI Cibinong, sejak tahun 1978 sampai sekarang selalu mengalami peningkatan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada tahun 1978 jumlah peserta didik 36 orang dan untuk tahun 2011 jumlah siswa mencapai 1810 orang. Saat ini lokasi SMA Plus PGRI Cibinong berada di Cibinong kabupaten Bogor.

Tabel 3 Perkembangan Jumlah Siswa

No Tahun Jumlah Kelas Jumlah peserta didik

1 1978 sampai 1979 1 36

2 1982 sampai 1983 5 200

3 1987 sampai 1988 14 628

4 1992 sampai 1993 18 757

5 1997 sampai 1998 28 1320

6 2002 sampai 2003 31 1400

7 2003 sampai 2004 30 1415

8 2005 sampai 2006 31 1470

9 2006 sampai 2007 32 1519

10 2008 sampai 2009 35 1590

11 2010 sampai 2011 40 1698

12 2011 sampai 2012 43 1810

4.1.2 Peraturan tentang Standar Nasional Pendidikan

Dalam memahami proses bisnis dan permasalahan yang terdapat pada penerapan Standar Nasional Pendidikan, maka diperlukan pembelajaran terhadap literatur dan aturan-aturan yang ada. Peraturan yang digunakan dalam penerapan SNP di SMA Plus PGRI Cibinong mengacu pada peraturan pemerintah (PP) Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan, Undang-Undang Dasar, Peraturan Presiden dan Keputusan Kepala Sekolah SMA Plus PGRI Cibinong. Adapun peraturan yang terkait dengan penelitian ini adalah:

1. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 t entang Sistem Pendidikan Nasional.

(48)

35

5. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. 6. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Prasarana. 7. Permendiknas Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan.

8. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan. 9. Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 Tentang Standar Pembiayaan.

10. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. 11. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Penjaminan Mutu Pendidikan. 12. Rencana Strategis Kemendiknas Tahun 2010 - 2014.

13. Pedoman ringkas SMA Model (SKM - PBKL - PSB) Tahun 2007.

4.2 Pengumpulan data

Untuk memperoleh gambaran proses bisnis, data, aplikasi dan teknologi informasi yang digunakan maka perlu dilakukan pengumpulan data dengan cara metode observasi dan wawancara.

(49)

36

Standar Pengelolaan, Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan dan Standar Kompetensi Lulusan (Tabel 4).

Tabel 4 Hasil analisis SNP yang belum tercapai

No SNP Indikator Penilaian

1 Standar sarana prasarana Rombongan belajar maksimum 27 orang 0.00 • Jumlah minimum ruang kelas dengan jumlah

peserta didik

3.00

• Ruang kelas terpasang perangkat TIK 2.00 • Ruang laboratorium menampung 1 rombongan

belajar

0.00

Hotspot di lingkungan sekolah 2.00

• Komputer sumber belajar untuk peserta didik dan pendidik

2.00

• Seluruh jaringan komputer sekolah sudah terhubung internet

2.00

2 Standar pengelolaan Struktur organisasi belum disertai uraian tugas 2.00 • Memiliki program kerja sekolah namun tidak

memenuhi pengembangan PBKL

2.00

• Pelacakan alumni 0.00

3 Standar pendidik dan tenaga kependidikan •

Kualifikasi pendidik 3.00

• Kesesuaian pendidikan pendidik dengan mata pelajaran yang diajarkan

3.00

• Pendidik bersertifikat guru 1.00 4 Standar kompetensi

lulusan

• Presentasi lulusan yang diterima di perguruan tinggi

3.00

• Kelengkapan dokumen penetapan KKM 3.00 • KKM sekolah per mata pelajaran 3.00

Nilai maksimal dari tiap indikator 4.00, dari Tabel 4 terlihat bahwa Standar sarana prasarana memiliki nilai yang paling kurang terutama dalam kebutuhan ruang dan jaringan internet didalam sekolah.

4.3 Analisa dan perancangan Sistem Informasi

(50)

37

informasi menjadi tidak efisien dan tidak efektif. Untuk itu perlu dirancang suatu sistem infomasi yang dinamis, cepat, efisien dan terkoneksi dalam satu jaringan.Untuk merancang sistem informasi ini diperlukan suatu framework untuk pemodelan arsitektur enterprise. Pemodelan ini akan menghasilkan blueprint yang dapat dijadikan acuan dalam perancangan sistem informasi.

Dalam pembuatan blueprint Sistem Informasi penerapan SNP mengacu pada TOGAF yang melihat arsitektur enterprise dalam 4 (empat) kategori yaitu: arsitektur bisnis, data, aplikasi, dan teknologi. Tahapan perencanaan arsitektur

enterprise mengacu pada tahapan TOGAF ADM yang terdiri dari 8 (delapan) fase

kegiatan yang dibutuhkan dalam membangun arsitekur sistem informasi, antara lain: architecture vision, business architecture, information system architecture, technology architecture, opportunities and solution, migration planning,

implementation governance, dan change management. Sebelum masuk kedalam

siklus TOGAF ADM terlebih dahulu dilakukan persiapan. Persiapan ini dilakukan pada fase preliminary : Framework and principles. Pada 8 (delapan) fase pada siklus ADM perlu memperhatikan requirement management pada fase terkait. Penjelasan lebih lanjut dari setiap fase TOGAF ADM adalah sebagai berikut:

4.3.1 Fase Preliminary : Framework and Principles

Fase preliminary merupakan tahap awal yang merupakan tahap persiapan perencanaan arsitektur enterprise. Tahapan ini dilakukan agar proses pemodelan arsitektur dapat terarah dengan baik. Pada tahap ini didefinisikan bagaimana arsitektur enterprise akan dibuat. Tujuan dari fase preliminary adalah untuk mengko nfirmasi komitmen dari manajemen, penentuan framework dan metodologi yang akan digunakan dalam pengembangan arsitektur enterprise.

4.3.1.1 Menentukan framework dan metodologi

Framework yang digunakan dalam perancangan arsitektur enterprise

Gambar

Gambar 1 Hasil survei pemakaian framework (IFEAD 2005).
Gambar 3 Matriks arsitektur FEAF (CIO Council 2001).
Gambar 4 Kerangka Kerja Zachman untuk Arsitektur Enterprise (Spewak 1992).
Gambar 5 TOGAF Architecture Development Method (Land et al. 2009).
+7

Referensi

Dokumen terkait