• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Uraian setiap standar dimaksud ialah sebagai berikut:

a. Standar Isi

Mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi secara keseluruhan mencakup:

• Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.

• Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah.

• Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari Standar isi.

• Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

b. Standar proses

Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai

kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar Proses membantu terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Standar proses meliputi:

• Perencanaan proses pembelajaran.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

• Pelaksanaan proses pembelajaran.

Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran antara lain rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran antara lain kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

• Penilaian hasil pembelajaran.

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan ter-program dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

• Pengawasan proses pembelajaran.

Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, serta pelaporan dan tindak lanjut.

c. Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

d. Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan. Pendidik dan Tenaga Kependidikan disini antara lain pengawas, kepala sekolah, guru, tata usaha, staf perpustakaan, staf laboratorium dan konselor.

e. Standar Sarana dan Prasarana

Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana.Sebuah SMA sekurang-kurangnya memiliki prasarana ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga.

f. Standar Pengelolaan

Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

g. Standar Pembiayaan

Standar biaya operasi non personalia untuk SMA adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi non personalia selama 1 (satu) tahun untuk SMA sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.

h. Standar Penilaian Pendidikan

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Salah satu cara untuk menilai kriteria sekolah yang telah memenuhi/hampir memenuhi SNP adalah dengan melakukan analisis pencapaian SNP yaitu kegiatan untuk menguraikan, mengidentifikasi antara kondisi nyata sekolah dengan kondisi ideal yang merupakan kriteria minimal sebagaimana terdapat pada SNP. Analisis pencapaian SNP dapat dilakukan dengan menginventarisasi kondisi satuan pendidikan, yaitu proses pengumpulan, pencatatan data dan informasi pendukung tentang kondisi nyata sekolah.

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

2.3 Arsitektur Enterprise

Dalam mengkaji arsitektur enterprise, pertama yang harus diperhatikan adalah pembentuk kata. Kata arsitektur enterprise terbentuk dari kata arsitektur dan

enterprise. Arsitektur merupakan perancangan dari suatu benda atau

merepresentasikan suatu gambaran yang sesuai dengan suatu obyek sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan kebutuhan dan berkualitas (Zachman, 1997).

Menurut Surendro (2007) arsitektur menyiratkan suatu perencanaan yang diwujudkan dengan model dan gambar dari komponen dari sesuatu dengan

berbagai sudut pandang. Untuk definisi enterprise mengandung arti keseluruhan komponen pada suatu organisasi dibawah kepemilikan dan kontrol organisasi tunggal (Lankhorst et al. 2005).

Dari definisi tersebut, arsitektur enterprise merupakan kegiatan pengorganisasian data yang dihasilkan oleh organisasi yang kemudian dipergunakan untuk mencapai tujuan proses bisnis dari organisasi tersebut (Mutyarini & Sembiring, 2006). Sedangkan menurut CIO Council (2001) merupakan basis aset informasi strategis, yang menentukan misi, informasi dan teknologi yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi, dan proses transisi untuk mengpenerapan kan teknologi baru sebagai tanggapan terhadap perubahan kebutuhan misi. Dengan memahami pengertian arsitektur, enterprise, dan arsitektur enterprise, maka dapat disimpulkan bahwa arsitektur enterprise

mengandung arti perencanaan, pengklasifikasian, pendefinisian, dan rancangan konektifitas dari berbagai komponen yang menyusun suatu enterprise yang diwujudkan dalam bentuk model dan gambar serta memiliki komponen utama yaitu arsitektur bisnis, arsitektur informasi (data), arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi (Parizeu 2002).

Hasil dari arsitektur enterprise ini terdiri dari dokumen-dokumen seperti gambar, diagram, model, serta dokumen dalam bentuk teks yang akan menjelaskan seperti apa sistem informasi yang dibutuhkan suatu organisasi. Arsitektur

enterprise akan dijadikan sebagai acuan bagi pengembangan sistem informasi.

Pengembangan sistem tanpa memiliki arsitektur yang baik akan sulit untuk mencapai hasil yang maksimal (Lankhorst et al. 2005).

Latar belakang dibentuknya konsep architecture enterprise adalah adanya kebutuhan organisasi dalam membangun sistem informasi untuk memisahkan data, proses, infrastruktur teknologi, orang, waktu, dan motivasi dalam suatu kerangka kerja architecture enterprise (Zachman, 2003). Kebutuhan pemisahan komponen informasi yang berjalan dalam suatu perusahaan dimaksudkan untuk menghindari pengulangan data, proses, dan kesalahan identifikasi kebutuhan teknologi yang berjalan dalam suatu sistem informasi agar berjalan secara efektif dan efisien.

Mengapa harus memiliki arsitektur enterprise? Karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin kompleks, menuntut hadirnya

rancang bangun yang komprehensif. Ada beberapa manfaat dari arsitektur

enterprise (Katili, 2004), antara lain:

• Memperlancar proses bisnis

Keuntungan dasar dalam membangun sebuah arsitektur enterprise adalah untuk menemukan dan mengurangi pengulangan pada proses bisnis. Penyebab pengulangan ini dikarenakan pandangan organisasi yang berbeda-beda pada data atau proses bisnis. Pendekatan dasar untuk membangun arsitektur

enterprise adalah memfokuskan pada data dan proses.

• Mengurangi kerumitan Sistem Informasi

Suatu kerangka kerja mengurangi kerumitan sistem informasi. Hal itu dicapai melalui suatu proses identifikasi dan mengurangi pengulangan pada data dan perangkat lunak. Kesederhanaan pada aplikasi dan database juga mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu sistem informasi.

• Memungkinkan integrasi melalui data sharing

Arsitektur enterprise mengidentifikasikan standar data untuk digunakan bersama (share). Contoh kebanyakan perusahaan mempunyai data pelanggan dan data pasar, tetapi data tersebut tersimpan dalam basis data yang berbeda-beda. Arsitektur enterprise membentuk kompatibilitas dari data yang digunakan (share) tersebut. Kompabilitas data menyediakan suatu data standar disimpan pada data warehouse untuk riset dan analisis pasar. Suatu rancangan arsitektur yang baik tidak hanya memperlancar value chain perusahaan, tetapi juga dapat menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk menghubungkan

value chain antar perusahaan.

• Mempercepat evolusi teknologi baru

Teknologi client/server berkisar pada pemahaman data dan proses yang membentuk dan mengaksesnya. Selama arsitektur enterprise distrukturkan berdasarkan data dan proses serta tidak adanya pengulangan pada sesuatu yang sama, maka teknologi client/server dapat berjalan dengan baik dalam suatu sistem informasi di suatu perusahaan/institusi.

2.4 Kerangka Kerja Arsitektur Enterprise

Kerangka kerja bisa diartikan sebagai sejumlah pemikiran, konsep, ide atau asumsi yang digunakan untuk mengorganisasikan proses pemikiran tentang sesuatu atau situasi. Kerangka kerja ini juga dapat dianggap sebagai dasar berpikir untuk mengelompokkan dan mengorganisasikan representasi sebuah perusahaan yang penting bagi manajemen perusahaan dan pengembangan sistem selanjutnya (Zachman 1996).

Menurut CIO Council (2001) sebuah architecture framework adalah tool

yang bisa digunakan untuk mengembangkan cakupan luas dari arsitektur-arsitektur yang berbeda. Arsitektur enterprise harus mendeskripsikan sebuah metode untuk mendesain sistem informasi dalam term kumpulan building block

dan memperlihatkan bagaimana building block tersebut sesuai satu dengan lainnya. Penggunaan arsitektur enterprise framework akan mempercepat dan menyederhanakan pengembangan arsitektur, memastikan cakupan komplit dari solusi desain dan memastikan arsitektur yang terpilih akan memungkinkan pengembangan di masa depan sebagai respon terhadap kebutuhan bisnis (Setiawan, 2009a).

2.5 Survei terhadap Arsitektur Enterprise

Saat ini ada beragam jenis framework yang menunjukkan perkembangan konsep arsitektur enterprise, diantaranya adalah Zachman framework, Federal

Enterprise Architecture Framework (FEAF), DoD Architecture Framework

(DoDAF), Treasury Enterprise Architecture Framework (TEAF), serta The Open

Group Architectural Framework (TOGAF). Menurut hasil survei yang dilakukan

oleh Institute For Enterprise Architecture Development (IFEAD) tahun 2005,

framework yang paling banyak digunakan dalam dunia industri maupun

pemerintahan adalah Zachman (25%), TOGAF (11%), dan FEAF (9%). Hasil perbandingan penggunaan jenis framework terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Hasil survei pemakaian framework (IFEAD 2005).

2.6 Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF)

Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF) merupakan sebuah

framework yang diperkenalkan pada tahun 1999 oleh Federal CIO Council. FEAF

ini ditujukan untuk mengembangkan EA dalam Federal Agency atau sistem yang melewati batas multiple inter-agency. FEAF menyediakan standar untuk mengembangkan dan mendokumentasikan deskripsi arstitektur pada area yang menjadi prioritas utama. FEAF ini cocok untuk mendeskripsikan arsitektur bagi pemerintahan Federal. FEAF membagi arsitektur menjadi area bisnis, data, aplikasi dan teknologi, dimana sekarang FEAF juga mengadopsi tiga kolom pertama pada Zachman framework dan metodologi perencanaan arsitektur

Gambar 2 Struktur komponen FEAF (CIO Council 2001).

Pada FEAF arsitektur yang ada (Gambar 2) diperuntukkan sebagai

reference point untuk memfasilitasi koordinasi yang efektif dan efisien dari proses

bisnis yang umum, penyisipan teknologi, aliran informasi dan investasi pada

Federal Agencies. FEAF menyediakan sebuah struktur untuk mengembangkan,

memelihara dan mengpenerapan kan lingkungan operasional pada top-level dan mendukung penerapan dari sistem TI. Pada Gambar 3 menunjukkan gambaran matriks 5 x 3 FEAF dengan tipe-tipe arsitektur pada sumbu mendatar dan perspektif pada sumbu lainnya. Hubungan antara produk arsitektur enterprise

terdapat pada cells matriks.

Karakteristik dari FEAF:

a. Merupakan arsitektur enterprise Reference Model

b. Standar yang dipakai oleh pemerintahan Amerika Serikat c. Menampilkan perspektif view yang menyeluruh

d. Merupakan tool untuk perencanaan dan komunikasi

2.7 Zachman Framework

Zachman framework merupakan salah satu kerangka kerja yang digunakan untuk mengembangkan arsitektur enterprise yang diperkenalkan oleh John Zachman sejak tahun 1987. Ia menemukan bahwa dokumen-dokumen enterprise

itu bermacam-macam, ada yang berbentuk teks, diagram, gambar dan lain-lain. Dokumen-dokumen ini kadang menjelaskan hal yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda. Agar dokumen tersebut dapat mudah dipahami dan dikelola, maka Zachman mengusulkan agar dokumen tersebut dikelompok-kelompokkan. Kerangka kerja Zachman merupakan suatu alat bantu yang dikembangkan untuk memotret arsitektur organisasi dari berbagai sudut pandang dan aspek, sehingga didapatkan gambaran organisasi secara utuh (Setiawan, 2009a).

Pada dasarnya kerangka kerja Zachman sebagai alat bantu berpikir (Zachman 1996), yang dapat membantu arsitek dan manager dalam mengisolasi, memodulasi, dan memetakan masalah sehingga menjadi lebih sederhana, lebih mudah dipahami dan lebih fokus. Kerangka kerja Zachman tidak harus digunakan untuk keseluruhan enterprise secara seketika karena akan memakan terlalu banyak waktu dan biaya. Penggunakan kerangka kerja ini dapat dilakukan secara bertahap berbasis pada pendekatan “sepotong-sepotong”. Ini berarti memecah proyek arsitektur enterprise menjadi proyek berdasarkan skala prioritas.Kerangka kerja Zachman untuk arsitektur enterprise terdiri dari 6 (enam) kolom dan 6 (enam) baris dapat dilihat pada Gambar 4.

Zachman Framework merupakan skema untuk melakukan klasifikasi pengorganisasian artifak enterprise. Zachman framework terdiri dari 6 (enam) kolom dan 6 (enam) baris. Tiap baris menyajikan perspektif dari sudut pandang perencana (planner), pemilik (owner), perancang (designer), pengembang

(builder), subkontraktor (sub-contractor) dan functioning enterprise . Tiap kolom

merepresentasikan fokus, abstraksi, atau topik arsitektur enterprise, yaitu: data, fungsi, jaringan, manusia, waktu, dan motivasi.

Secara rinci, setiap baris dalam kerangka kerja Zachman merepresentasikan perspektif berikut:

• Perencana (planner): menetapkan konteks, latar belakang, dan tujuan.

• Pemilik (owner): menetapkan model konseptual dari enterprise.

• Perancang (designer): menetapkan model sistem informasi sekaligus menjembatani hal yang diinginkan pemilik dan hal yang dapat direalisasikan secara teknis dan fisik.

• Pengembang (builder): menetapkan model teknis dan fisik yang digunakan dalam mengawasi penerapan teknis dan fisik.

• Subkontraktor (sub-contractor): menetapkan peran dan rujukan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pembangunan sistem informasi.

Functioning enterprise: merepresentasikan perspektif pengguna dan wujud

nyata hasil penerapan .

Dan untuk tiap kolom dalam kerangka kerja Zachman merepresentasikan fokus, abstraksi atau topik arsitektur enterprise, yaitu:

What (data)

Menggambarkan kesatuan yang dianggap penting dalam bisnis. Kesatuan tersebut adalah hal-hal yang informasinya perlu dipelihara.

How (function)

Mendefinisikan fungsi atau aktivitas. Input dan output juga dipertimbangkan di kolom ini.

Where (networks)

Menunjukkan lokasi geografis dan hubungan antara aktivitas dalam organisasi, meliputi lokasi geografis bisnis yang utama.

Who (people)

Mewakili manusia dalam organisasi dan metric untuk mengukur kemampuan dan kinerjanya. Kolom ini juga berhubungan dengan antar muka pengguna dan hubungan antara manusia dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

When (time)

Mewakili waktu atau kegiatan yang menunjukkan kriteria kinerja. Kolom ini berguna untuk mendesain jadwal dan memproses arsitektur.

Why (motivation)

Menjelaskan motivasi dari organisasi dan pekerjanya. Disini terlihat tujuan, sasaran, rencana bisnis, arsitektur pengetahuan, alasan pikiran dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

Framework Zachman bukan suatu metodologi untuk membuat penerapan

dari suatu obyek, tapi merupakan ontologi untuk menggambarkan arsitektur

enterprise. Ontologi adalah suatu struktur sedangkan metodologi adalah suatu

proses.

2.8 The Open Group Architecture Enterprise (TOGAF)

TOGAF memberikan metode yang detil bagaimana membangun dan mengelola serta mengpenerapan kan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (Open Group, 2011b). ADM merupakan hasil dari kontribusi secara terus menerus dari banyak pelaksana arsitektur. ADM menggambarkan sebuah metoda untuk membangun sebuah arsitektur enterprise, dan membentuk inti dari TOGAF. Metode ini menggabungkan elemen dari TOGAF dengan kebutuhan bisnis dan TI organisasi (Open Group, 2011b). ADM juga bisa digunakan sebagai panduan atau alat untuk merencanakan, merancang, mengembangkan, dan mengpenerapan kan arsitektur sistem informasi untuk organisasi (Yunis & Surendro, 2008). TOGAF ADM seperti ditunjukkan pada Gambar 5, juga merupakan metode yang fleksibel yang dapat mengidentifikasi berbagai macam teknik pemodelan yang digunakan dalam perancangan, karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan selama perancangan dilakukan.

Gambar 5 TOGAF Architecture Development Method (Land et al. 2009).

TOGAF ADM juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan arsitektur enterprise, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan dari pengembangan arsitektur enterprise oleh organisasi (Open Group, 2011). Prinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Prinsip Enterprise

Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.

b. Prinsip Teknologi Informasi (TI)

Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan.

c. Prinsip Arsitektur

Merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan bagaimana mengpenerapan kannya.

TOGAF ADM terdiri dari 8 (delapan) fase yang berbentuk siklus (cycle) yaitu Architecture Vision, Business Architecture, Information System Architecture,

Technology Architecture, Opportunities and Solution, Migration Planning,

Implementation Governance,dan Architecture Change Management.

TOGAF ADM juga merupakan metode yang bersifat generik dan mudah di penerapan kan berdasarkan kebutuhan banyak organisasi, baik organisasi industri ataupun industri akademik seperti perguruan tinggi (Mutyarini & Sembiring, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka, bisa dimodelkan secara umum bagaimana tahapan-tahapan dari TOGAF ADM tersebut dilaksanakan dalam model perancangan arsitektur

enterprise, hal ini bisa dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Model perancangan arsitektur enterprise dengan TOGAF ADM

2.9 Pemilihan Architecture Enterprise Framework

Untuk memilih sebuah arsitektur enterprise framework terdapat kriteria yang berbeda yang bisa dijadikan sebagai acuan (Setiawan 2009b), yaitu:

• Tujuan dari arsitektur enterprise dengan melihat bagaimana definisi arsitektur dan pemahamannya, proses arsitektur yang telah ditentukan sehingga mudah untuk diikuti, serta dukungan terhadap evolusi arsitektur.

• Input untuk aktivitas arsitektur enterprise seperti pendorong bisnis dan input teknologi.

• Output dari aktivitas arsitektur enterprise seperti model bisnis dan desain transisional utnuk evolusi dan perubahan.

Framework merupakan sebuah bagian penting dalam pendesainan arsitektur

enterprise yang seharusnya memiliki kriteria:

a. Reasoned.

Framework yang masuk akal yang dapat memungkinkan pembuatan

arsitektur yang bersifat deterministik ketika terjadi perubahan batasan dan tetap menjaga integritasnya walaupun menghadapi perubahan bisnis dan teknologi serta demand yang tak terduga.

b. Cohesive.

Framework yang kohesif memiliki sekumpulan perilaku yang akan seimbang

dalam cara pandang dan ruang lingkupnya.

c. Adaptable.

Framework haruslah bisa beradaptasi terhadap perubahan yang mungkin

sangat sering terjadi dalam organisasi.

d. Vendor-independent.

Framework haruslah tidak tergantung pada vendor tertentu untuk

benar-benarmemaksimalkan benefit bagi organisasi.

e. Technology-independent.

Framework haruslah tidak tergantung pada teknologi yang ada saat ini, tapi

dapat menyesuaikan dengan teknologi baru.

f. Domain-neutral.

Adalah atribut penting bagi framework agar memiliki peranan dalam pemeliharaan tujuan organisasi.

g. Scalable.

Framework haruslah beroperasi secara efektif pada level departemen, unit

bisnis, pemerintahan dan level korporat tanpa kehilangan fokus dan kemampuan untuk dapat diaplikasikan.

Perbandingan ketiga framework yang banyak digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Dalam prakteknya EA Framework yang ada tidak ada yang sempurna, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahkan penggunaan EA

framework di masing-masing enterprise bisa menjadi berbeda. Hal ini tergantung

dengan karakteristik dari enterprise itu sendiri, fokus yang ingin dicapai dan lain-lain.

Tabel 1 Perbandingan EA Framework (Setiawan 2009b)

FEAF Zachman TOGAF

Definisi arsitektur dan

pemahamannya ada parsial Pada fase preliminary

Proses arsitektur yang

detail tidak ada

Delapan fase detail pada ADM

Support terhadap evolusi

arsitektur ada tidak

Pada fase migration planning

Standardisasi tidak tidak ada

Architecture Knowledge

Base ada Tidak ada

Pendorong bisnis ada parsial ada

Input teknologi ada tidak ada

Desain tradisional ada tidak Pada fase migration

planning

Model bisnis ada ada ada

Menyediakan prinsip arsitektur hanya untuk Karakteristik FEAF tidak ada

Dari hasil pemetaan kriteria tersebut dapat ditarik kesimpulan untuk studi kasus enterprise dimana masih belum terdapat arsitektur enterprise dan memiliki keperluan untuk pengembangan arsitektur enterprise yang mudah dan jelasserta sesuai maka arsitektur enterprise framework yang cocok digunakan adalah TOGAF.

3.10 Rantai Nilai (Value Chain)

Rantai nilai (value chain) Porter dapat dijadikan langkah awal dalam memodelkan bisnis dengan mendefinisikan area fungsional utama. Gambar 7 menunjukan rantai nilai Porter yang terdiri dari aktivitas utama (primary activities) dan aktivitas pendukung

(support activities) (Porter 1985).

Gambar 7 Value Chain Diagram (TOGAF 2009)

Aktivitas utama (primary activities) pada rantai nilai ini adalah sebagai berikut:

a. Inbound logistic : aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan penerimaan,

penyimpanan, dan penyebaran.

b. Operations : aktivitas yang mentransformasikan masukan jadi keluaran

c. Outbound logistic : aktivitas yang berhubungan dengan menyebarkan produk/jasa

kepada pelanggan

d. Marketing dan sales : kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran dan penjualan,

diantaranya penelitian pasar dan promosi.

e. Service : kegiatan yang berhubungan dengan penyedia layanan untuk meningkatkan

pemeliharaan produk seperti instalasi, pelatihan, perbaikan, suplai bahan, dan perawatan

Aktivitas pendukung (support activities) adalah kegiatan yang mendukung aktivitas utama, tidak terlibat langsung dalam produksi, namun memiliki potensi meningkatkan