PENGARUH STRANGULASI
SINGLE
DAN
DOUBLE
TERHADAP PERBAIKAN KERAGAAN
BIBIT JERUK PAMELO (
Citrus grandis
(L.) Osbeck)
WAHYU FIKRINDA
A24070019
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
(Effect of Single and Double Strangulation on the Improvement of Young Pummelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) Seedling Performance)
Wahyu Fikrinda1 , Slamet Susanto2 1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Abstract
The purpose of this research was to study the influence of single and double strangulation for stimulated vegetatif growth in order to improved canopy architecture of young pummelo seedling (Citrus grandis (L.) Osbeck). This research was conducted from March to September 2011 in green house of Cikabayan Experimental Station IPB, Darmaga. Biochemical analysis was done in Laboratory of Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor and Post-Harvest Laboratory, IPB. The experiment was conducted in Completely Randomized Block Design one factor consist of 5 treatment there were control (T0), single strangulation (T1), double strangulation with distance between wire:5 cm (T2), 10 cm (T3) and 15 cm (T4). The experiment consisted of 5 replicates then there were 25 experimental units. Each experimental unit contained 2 plants and total crop are 50 plants. Strangulation treatment was done in May 19th and wires removed in August 10th 2011. The result of this research showed that single and double strangulation had significant response increase vegetatif growth to the numbers of scion diameter, numbers of leaf, volume of canopies, numbers of branch, total strarch in leaf than control. Double strangulation with distance between 2 wires 15 cm (T4) was the highest number of branch (5 branch), number of leaf (87.4 leaves) and had significant response increase starch of leaf.
RINGKASAN
WAHYU FIKRINDA. Pengaruh Strangulasi Single dan Double terhadap Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck). (Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO).
Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh strangulasi single dan double dalam merangsang pertumbuhan vegetatif untuk perbaikan keragaan bibit
jeruk pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2011 di greenhouse Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Dramaga, Bogor. Analisis yang dilakukan adalah analisis karbohidrat dan nitrogen daun di Laboratorium BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik),
Cimanggu Bogor dan analisis brangkasan dilakukan di Laboratorium
Pasca Panen, IPB.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor sebanyak lima perlakuan yaitu tanpa strangulasi (T0), strangulasi single dengan
ketinggian 5 cm dari mata tempel (T1), strangulasi double dengan jarak antar
kawat 5 cm (T2), 10 cm (T3) dan 15 cm (T4) serta ketinggian 5 cm dari mata tempel. Percobaan terdiri dari lima ulangan, sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Setiap satu satuan percobaan terdiri dari dua tanaman sehingga total
tanaman yang digunakan 50 tanaman.
Tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman jeruk pamelo kultivar Nambangan umur 6 bulan hasil grafting dengan batang bawah jeruk Japansche Citroen. Perlakuan strangulasi menggunakan kawat berdiameter 1 mm
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan strangulasi single dan double berpengaruh nyata memperbaiki keragaan bibit jeruk pamelo Nambangan
yang ditunjukkan dari peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman pada peubah diameter batang, jumlah daun, ukuran tajuk, jumlah cabang serta kandungan
karbohidrat daun. Perlakuan strangulasi single dan double mampu membentuk
tajuk terbuka dengan arsitektur kanopi yang baik sehingga tanaman tidak terlalu rimbun dan cahaya dapat masuk ke bagian dalam tajuk tanaman. Hal ini berdampak pada kandungan karbohidrat dan rasio C/N yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol. Pembentukan cabang pada perlakuan
strangulasi double 15 cm (T4) lebih terarah dan nyata meningkatkan jumlah
PENGARUH STRANGULASI
SINGLE
DAN
DOUBLE
TERHADAP PERBAIKAN KERAGAAN
BIBIT JERUK PAMELO (
Citrus grandis
(L.) Osbeck)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
WAHYU FIKRINDA
A24070019
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
Judul : PENGARUH STRANGULASI SINGLE DAN DOUBLE TERHADAP PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck)
Nama : WAHYU FIKRINDA NIM : A24070019
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M. Sc. NIP. 19610202 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, M. Sc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 11 Januari 1989. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Ir. Budi Purnomo dan Ibu Dra. Ana Julifa.
Riwayat pendidikan penulis, dimulai pada tahun 1993-1995 di TK Sabilillah, Malang. Tahun 2001 penulis lulus SD Negeri Tunjung Sekar I,
kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan di SMPN 3 Malang. Selanjutnya penulis melanjutkan studi di SMAN 4 Malang dan lulus tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dengan program mayor-minor. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis
diterima sebagai mahasiswi mayor Agronomi dan Hortikultura dengan minor Kewirausahaan Agribisnis.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Strangulasi Single dan Double terhadap
Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck)” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW pembawa cahaya seluruh alam, beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini merupakan bagian dari tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Semua hasil ini tak lepas dari sentuhan orang-orang istimewa yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil kepada penulis. Penulis ingin menyampaikan rangkaian terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M. Sc., selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, bantuan moral dan materil, saran, kesempatan untuk berkembang selama penulis memulai penelitian sampai penulisan skripsi terselesaikan.
2. Dr. Sintho W. Ardie, SP, M.Si. dan Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si., selaku dosen
penguji yang telah bersedia menguji pada ujian skripsi dan telah memberikan
banyak masukan yang bersifat membangun atas perbaikan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Eny Widajati, MS., sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dan dorongan serta motivasi kepada penulis selama tiga tahun.
4. Ayah dan Ibu atas semua motivasi yang inspiratif, pengorbanan, bantuan dan
dukungan moril maupun materil, kasih sayang serta doa yang selalu ada untuk penulis.
5. Kakung, Uti, Mas Yuyud, Mbak Fevi, keluarga besar ayah dan ibu atas semua
doa, motivasi, bantuan dan dukungan moril untuk penulis.
6. Keluarga besar BALITJESTRO, Tlekung. Ibu Nurul, Pak Haryono, Pak
7. Ibu Mardjani dan Ibu Arifah yang memberikan dukungan, pelajaran hidup
dan kasih sayangnya yang sangat besar kepada penulis.
8. Pak Mamat yang telah memberikan banyak nasehat, petuah, bantuan, doa,
dan dukungan selama penelitian.
9. Nandya Imanda, Ima Fajar Ayu, Erik Mulyana, Aria Muslim, Andra
Mastaufan, Ita Utami Aidid, Hesti Paramita Sari, Purwito Djoko, Rahmat Hadi Wibowo, Febriani untuk bantuan selama penelitian, inspirasi, semangat, doa, pelajaran hidup dan dorongan untuk terus berkarya.
10. Nugroho Besar, Yenny F, Prima T, Ira F, Halimah R, Trisnani Y, Bunga yang
memberikan semangat, dukungan serta bantuan selama penelitian.
11. AGH- 44 Bersatu, atas persahabatan dan kekeluargaan yang indah.
12. Keluarga baru LOaDED Unit, Pak Ari, Pak Dody, Bu Enung, Mbak Mirza,
Teh Lina, Bi Cacih atas semua semangat, dorongan dan doa untuk menyelesaikan skripsi.
13. Teman sekamar Asrama-TPB ; Dewi Askanovi dan Novika, serta teman
Istana 200, Dimas Tiara dan Meutya yang telah banyak memberikan inspirasi, dorongan, semangat dan doa untuk penulis.
Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama ini. Penulis berharap hasil penelitian ini berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Januari 2012
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang... 1
Tujuan ... 3
Hipotesis ... 3
TINJAUAN PUSTAKA... 4
Jeruk Besar ... 4
Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan ... 5
Ekologi ... 6
Pembibitan Jeruk Pamelo ... 6
Pemeliharaan ... 7
Peran Karbohidrat dalam pembentukan Tunas ... 8
Strangulasi ... 9
BAHAN DAN METODE ... 11
Waktu dan Tempat ... 11
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 12
Pelaksanaan Penelitian ... 13
Pengamatan ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
Kondisi Umum Penelitian ... 18
Diameter Batang ... 19
Waktu Munculnya Cabang Baru (HSP) ... 20
Jumlah Tunas ... 20
Panjang Tunas Rata-rata per Tanaman ... 22
Jumlah Daun ... 22
Luas Daun ... 23
Ukuran Tajuk ... 24
Karbohidrat Daun ... 25
Bobot Basah dan Kering Akar dan Tajuk ... 26
KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
Kesimpulan... 28
Saran . ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Deskripsi Jeruk Pamelo Nambangan ... 05
2. Kandungan Karbohidrat, Nitrogen, C/N Daun pada Saat
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Letak Pertanaman pada 1 MSP di Greenhouse Cikabayan, IPB ... 11
2. Aplikasi Strangulasi Tiap Perlakuan ... 12
3. Proses Transplanting Bibit Jeruk Pamelo Nambangan ... 14
4. Kondisi Tanaman Saat Pemasangan dan Pelepasan Kawat ... 14
5. Grafik Diameter Batang pada 1-19 MSP ... 19
6. Diagram Batang Waktu Munculnya Cabang Baru ... 20
7. Grafik Jumlah Tunas Vegetatif pada 1-19 MSP ... 21
8. Grafik Panjang Rata-rata Tunas Vegetatif pada 1-19 MSP ... 22
9. Grafik Jumlah Daun pada 1-19 MSP ... 23
10. Grafik Ukuran Tajuk pada 1-19 MSP ... 24
11. Akar Tiap Perlakuan pada 19 MSP ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Layout Penelitian ... 33
2. Penetapan Kadar Nitrogen (N) dengan Metode Kjeldahl ... 35
3. Penetapan Karbohidrat Total Daun Metode Nelson Somogy ... 36
4. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Diameter Batang Bibit Jeruk Pamelo ... 38
5. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Jumlah Daun Bibit Jeruk Pamelo ... 39
6. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Ukuran Tajuk Bibit Jeruk Pamelo ... 40
7. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Jumlah Cabang Bibit Jeruk Pamelo ... 41
8. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Panjang Rata-rata Cabang Bibit Jeruk Pamelo ... 42
9. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Luas Daun Bibit Jeruk Pamelo ... 43
10. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Waktu Muncul Tunas Bibit Jeruk Pamelo ... 43
11. Bobot Basah Akar ... 44
12. Bobot Kering Akar ... 44
13. Bobot Basah Tajuk ... 44
14. Bobot Kering Tajuk ... 45
15. Karbohidrat Daun ... 45
16. Nitrogen Daun ... 45
17. Kandungan Pupuk Organik Granul ... 46
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jeruk merupakan salah satu komoditas buah unggulan yang memiliki prospek bagus untuk dikembangkan di Indonesia. Pemerintah menetapkan jeruk sebagai komoditas buah andalan nasional Indonesia dari sepuluh tanaman hortikultura lainnya. Pertimbangan pemerintah tersebut didasarkan dari potensi
keanekaragaman varietas jeruk yang tinggi di Indonesia. Namun pada kenyataannya, masih banyak kendala yang ditemui di Indonesia dalam perkembangan komoditas ini. Kendala tersebut antara lain adanya serangan penyakit CVPD, keterbatasan pengetahuan petani tentang bercocok tanam jeruk
yang benar serta penanganan pasca panen jeruk yang kurang baik (Aak, 2011) Jeruk pamelo merupakan tanaman buah asli Indonesia yang banyak dibudidayakan masyarakat karena buahnya enak dan penampilannya menarik. Kultivar jeruk pamelo yang berkembang pesat adalah jeruk Nambangan. Menurut Setiawan (1993) jeruk ini memiliki banyak keunggulan dibanding jeruk pamelo lainya yaitu memiliki rasa lebih manis, kulit buahnya lebih tipis dan mudah dipisahkan daging buahnya serta memiliki daya simpan lebih lama (2-3 bulan).
Berdasarkan data BPS tahun 2011 produksi jeruk pamelo masih berfluktuasi dari tahun 2004 sampai tahun 2009 dengan produksinya masing-masing sebesar 76 324 ton, 63 801 ton, 85 691 ton, 74 249 ton, 76 621 ton dan 105 928 ton. Terjadinya fluktuasi ini terkait dengan sifat jeruk pamelo yang berbuah musiman, dimana berbuah banyak pada suatu musim dan akan berbuah sedikit pada musim berikutnya.
Pertumbuhan dan pembentukan cabang yang terkontrol akan
meningkatkan kekokohan tajuk tanaman. Menurut Gilman dan Black (2011) sistem tajuk yang terbentuk dengan baik akan memaksimalkan penyerapan sinar matahari dalam berfotosintesis sehingga pohon menjadi kokoh dan dapat
berproduksi tinggi.
terbuka adalah dengan pemangkasan batang utama, penjarangan dan perundukan
cabang (Munandar, 2001). Meskipun kegiatan tersebut sudah dilakukan, kendala yang dihadapi dalam budidaya jeruk pamelo terutama pada bagian tajuk tanaman masih belum teratasi. Kendala yang dihadapi pada tajuk jeruk pamelo yaitu bentuk tidak beraturan, cenderung lurus ke atas, bercabang sedikit dan daunnya
lebar (Aak, 2011). Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dicoba cara baru untuk memanipulasi keragaan tanaman muda sehingga diperoleh tajuk yang kokoh dan terbuka mulai awal tanam.
Hingga kini belum ada penelitian strangulasi pada tanaman muda untuk memanipulasi keragaan tanaman jeruk pamelo. Adanya pembentukan tunas vegetatif akibat perlakuan strangulasi pada tanaman muda dapat memudahkan pembentukan arsitektur tanaman sejak awal. Pembentukan tunas mulai awal tanam akan mendukung terbentuknya cabang primer yang kokoh dan terbuka lebih cepat. Menurut Susanto dan Supriyanto (2005) produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh luas permukaan dan bukan volume tajuk. Hal ini berarti semakin luas bagian tajuk yang terkena sinar matahari maka semakin tinggi produktivitasnya.
Strangulasi merupakan pengikatan batang dengan menggunakan kawat pada jangka waktu tertentu untuk menghambat translokasi fotosintat dari tajuk ke akar. Terhambatnya translokasi karbohidrat ke akar menurut Susanto et al. (2002) menyebabkan akar kekurangan fotosintat dan respirasi akar menurun sehingga aktivitas akar dalam mengabsorpsi hara dan mineral terganggu. Penurunan
aktivitas akar menurut Putra (2002) akan berdampak pada peningkatan rasio C/N tajuk. Menurut Ryugo (1988) akumulasi karbohidrat di bagian tajuk akibat dari perlakuan strangulasi dapat memunculkan tunas baru, pembentukan buah dan perkembangan buah. Hal ini berarti dengan strangulasi maka pembentukan cabang
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh strangulasi single dan double dalam merangsang pertumbuhan vegetatif untuk perbaikan keragaan bibit
jeruk pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck).
Hipotesis
1. Perbedaan strangulasi single (T1) dan double pada ketinggian 5 cm dari
mata tempel dengan jarak antar kawat 5 cm (T2), 10 cm (T3) dan 15 cm
(T4) memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan pertumbuhan vegetatif untuk perbaikan keragaan bibit jeruk pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck).
2. Perlakuan strangulasi double memberikan pengaruh peningkatan
TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk Besar
Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida, Australia Utara serta Kaledonia (Sunarjono, 2005). Selain di Indonesia, jeruk besar juga ditanam di Malaysia, Vietnam dan Thailand (Setiawan,1993). Secara sistematis klasifikasi jeruk besar dapat dilihat sebagai berikut :
Famili : Rutaceae
Sub famili : Aurantioidae
Tribe : Citriae
Sub-tribe : Citriniae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus maxima Meer atau (Citrus grandis (L.) Osbeck)
Menurut Verheij dan Coronel (1997) tanaman jeruk pamelo mempunyai pohon berkayu dengan tinggi tanaman antara 5-15 m, sesuai dengan varietas, umur tanaman dan cara perbanyakan. Batang kayu sangat kokoh dengan tajuk yang tidak terlalu tinggi. Cabangnya banyak dan tidak beraturan. Tanaman yang telah tua dan tinggi bentuk tajuknya semakin tinggi dan melebar, sehingga tercipta ruangan teduh yang cukup luas dibawahnya. Letak daun pada batang terpencar-pencar sehingga daun masih bisa menerima sinar matahari. Daun berbentuk bulat telur dan lebih besar dari jenis jeruk lain. Tepi daunnya agak rata, sedangkan di dekat ujungnya agak berombak dan ujungnya tumpul. Daun muda berwarna hijau muda kekuningan dan akan berubah menjadi hijau tua. Daun tua berbulu halus, sedang yang muda tidak. Antara daun dan batang dihubungkan dengan tangkai daun yang bersayap lebar.
Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan
Menurut Sutopo et al.(2005) jeruk Nambangan termasuk jeruk pamelo yang paling banyak ditanam oleh petani dan memiliki daya simpan lebih baik dibandingkan dengan kultivar lain. Berdasarkan Ditjen Hortikultura (2006) jeruk Nambangan ini dikembangan di sentra produksinya di Kabupaten Magetan yang tersebar di Bendo, Takeran, Sukomoro dan Kawedanan. Menurut Pangestuti et al. (2004) jeruk Nambangan adalah salah satu varietas pamelo unggul Indonesia yang dilepas pada tahun 2000 dan sampai saat ini paling banyak diminta pasar. Hal ini berkaitan dengan karakteristik buah yang memenuhi selera konsumen yaitu warna daging kemerahan, rasa manis asam dengan sedikit rasa getir dan jumlah bijinya tidak banyak atau bahkan tidak ada sama sekali. Daya simpannya cukup lama yaitu antara 2-3 bulan. Deskripsi jeruk pamelo kultivar Nambangan ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Jeruk Pamelo Nambangan
Batang Daun Bunga Buah
-Bentuk pohon seperti payung -Percabangan
jorong ke atas -Tinggi tanaman
4-5 m
-Diameter batang atas 44.5 - 56.8 cm -Warna tunas hijau
muda
-Permukaan pucuk berbulu
-Keadaan daun evergreen
-Tipe daun tunggal -Warna bagian atas hijau tua, bagian bawah hijau muda -Bentuk daun brevi
petiolata -Panjang daun
11.6-13.1 cm dan lebar daun 2.2-3.4 cm
-Tepi daun dentata -Pada ketiak tidak
ada duri
-Tipe bunga tunggal -Posisi bunga
axilliary -Aroma bunga
harum
-Panjang tangkai bunga 1.2-1.6 cm -Warna mahkota
bunga putih berbintik hijau -Warna kelopak
bunga hijau muda berbintik putih -Jumlah bunga per
tunas 6-7 buah
-Warna kulit buah hijau kekuningan -Warna daging
buah merah muda-merah
-Jumlah juring 13-14 buah
-Tekstur buah agak lunak
-Aroma kuat dan rasa buah manis segar
-Produksi jeruk pamelo 200-230 buah/pohon -Bentuk bundar,
sedikit pipih, kurang simetris dengan dasar agak tegak
Ekologi
Hampir seluruh wilayah Indonesia dapat ditanami jeruk pamelo namun yang terbaik penanaman pada ketinggian dibawah 400 m dpl. Penanaman di atas 400 m dpl menyebabkan jeruk menjadi asam, getir dan berkulit tebal.
Jeruk pamelo memerlukan jenis tanah yang ringan sampai sedang, gembur, subur, banyak mengandung oksigen dan memiliki kisaran pH antara 5-6. Jika pH di bawah 5, daun jeruk akan menguning dan buah tidak berkembang dengan baik. Jika pH di atas 5-6, tanaman jeruk seperti kekurangan unsur borium pada pucuk daun. Selain itu jeruk pamelo tidak tahan dengan genangan air sehingga drainase harus diperhatikan. Oleh sebab itu, sebaiknya tanah banyak mengandung pasir dan jika lahan kurang subur harus dilakukan pemupukan.
Semua jenis jeruk terutama pamelo tidak menyukai tempat yang terlindung atau ternaungi. Cahaya matahari yang cukup akan mendorong terbentuknya tunas-tunas dan buah serta membuat batang jeruk menjadi lebih
kuat. Menurut Ryugo (1988) intensitas cahaya yang cukup memperbaiki kualitas buah apel dan menurut Krajewski dan Rabe dalam Mataa (1998) intensitas cahaya juga memperbaiki kualitas buah jeruk. Intensitas cahaya yang diperlukan jeruk pamelo pada saat bibit, dewasa (di dataran rendah), dewasa (di dataran 100-300 dpl), dewasa (di dataran 300-500 dpl) dan dewasa (di dataran tinggi)
masing-masing sebesar 30-50 %, 50-75 %, 75-85 %, 85-90 % dan 90-95 %.
Kelembaban dan suhu juga berpengaruh pada pertumbuhan pohon jeruk. Kelembaban udara rata-rata yang cocok untuk ditanami jeruk adalah 70-80 %. Menurut Soelarso (1996) suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk antara
(25-30)oC. Aktivitas pertumbuhan jeruk sangat terganggu bila suhu kurang dari
13oC namun masih dapat bertahan pada suhu 38oC.
Pembibitan Jeruk Pamelo
Bibit yang baik merupakan langkah awal keberhasilan budidaya jeruk
bibit yang diperoleh dari biji. Sedangkan bibit vegetatif adalah bibit yang
diperoleh dengan memperbanyak bagian tanaman yang somaklonal.
Menurut Saptarini et al. (2002) terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar tanaman dapat berbuah sesuai dengan yang diharapkan. Syarat tersebut antara lain menggunakan bibit unggul, lingkungan tempat tumbuh
tanaman sesuai, lingkungan tanah memenuhi syarat dan keadaan tanaman sehat dan sudah dewasa. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bibit jeruk pamelo adalah pertumbuhan batang, cabang dan daunnya. Penampakan luar seperti gejala serangan hama dan penyakit juga penting untuk diketahui. Ciri-ciri bibit jeruk pamelo yang baik menurut Ditjen Hortikultura (2006) antara lain berumur 6 bulan ke atas, diameter batang-bawah 1.0-1.5 cm, tinggi minimal sambungan dari pangkal akar ± 20 cm, tinggi bibit minimal 70 cm dari pangkal akar, bibit lurus dan vigor, perakaran lurus dan sehat serta daunnya hijau cerah dan subur.
Pemeliharaan
Pemeliharaan disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah dan kondisi tanaman. Beberapa pemeliharaan yang penting dilakukan adalah pemupukan, pengairan, pemangkasan dan pengendalian OPT.
Menurut Setiawan (1993) tanaman jeruk pamelo memerlukan pupuk alami (kandang) dan pupuk buatan. Walaupun pupuk kandang tidak sebesar pupuk buatan, tetapi pupuk ini mampu memperbaki struktur tanah. Pupuk kandang
membuat tanah lebih subur, gembur, dan lebih mudah diolah dan fungsi ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan. Kedua jenis pemupukan ini harus dilakukan secara teratur dan terus menerus dalam jumlah yang cukup. Pemupukan buatan harus diberikan karena kandungan unsur hara dalam pupuk kandang belum
mencukupi.
Menurut Setiawan (1993) kebutuhan air pada tanaman dewasa sebesar
50 L/m2 dengan penguapan di daerah tropis sebesar 90 L/m2 per bulannya. Pada
tanaman muda, kebutuhan air lebih kecil dari angka tersebut. Apabila pada
tanaman dewasa paling tidak dibutuhkan ± 140 L/m2 tiap bulannya atau
4.67 L/m2 tiap harinya sehingga kebutuhan air tanaman muda kurang dari
4.67 L/hari.
Menurut Ryugo (1988) dan Verheij dan Coronel (1992) pemangkasan dapat meningkatkan efisien pemanenan energi matahari serta mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemangkasan terbagi menjadi dua, yaitu pemangkasan bentuk dan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanaman yang belum mempunyai bentuk yang baik. Pemangkasan ini dilakukan pada tanaman yang belum produksi (umur 0-3 tahun). Menurut Susanto (2005) tujuan pemangkasan ini adalah membentuk kerangka atau struktur percabangan atau membentuk arsitektur pohon yang diinginkan. Sedangkan pemangkasan pemeliharaan memiliki tujuan merangsang pertumbuhan tunas baru, mencegah serangan penyakit, merangsang pertumbuhan tunas baru, mengurangi kerimbunan, dan membentuk tajuk agar lebih bagus.
Peran Karbohidrat dalam Pembentukan Tunas
Selama masa perkembangan, tanaman muda akan mengalami
pertumbuhan cabang utama, sistem perakaran dan kegiatan bagian atas seperti pucuk, cabang primer dan cabang sekunder. Semua karbohidrat pada saat bibit digunakan untuk pertumbuhan vegetatif. Menurut Verheij dan Coronel (1986) banyaknya buah yang dihasilkan berhubungan dengan pertumbuhan tajuk untuk mencapai ukuran yang kokoh dahulu sebelum bunga pertama muncul. Lebatnya buah berkaitan erat dengan percabangan. Tingkat hasil panen yang rendah berhubungan dengan pertumbuhan tajuk yang kurang maksimal.
pada pohon apel dan cabang tanaman pear menunjukkan hasil yang sama yaitu
mengalami peningkatan pembentukan bunga.
Menzel et al. (1995) menyatakan bahwa kandungan pati maksimum terjadi pada cabang-cabang kecil sebelum pembungaan dan rendah saat tanaman aktif memunculkan tunas-tunas baru, pembentukan buah dan perkembangan buah pada
tanaman leci. Kandungan pati juga berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pati umumnya rendah saat tanaman mengalami pertumbuhan vegetatif dan tinggi menjelang tanaman berbunga pada tanaman dewasa.
Strangulasi
Saat ini untuk mempertahankan produktivitas tanaman, terutama tanaman yang berbuah musiman diperlukan suatu teknik khusus untuk mengatur pembungaan tanaman. Teknik ini menurut Poerwanto (2003) dapat dilakukan secara kimia maupun fisik. Teknik pengaturan pembungaan dengan cara fisik
adalah strangulasi dan girdling. Strangulasi merupakan pengikatan batang pada
tanaman dengan menggunakan kawat berdiameter 1-3 mm (tergantung umur tanaman) pada waktu 3-20 bulan tanpa menghilangkan kulit kayu batang tanaman. Aplikasi strangulasi berbeda dengan girdling yang aplikasinya harus menghilangkan kulit kayu batang tanaman terlebih dahulu. Menurut Tjitrosomo
(1984) daun-daun di atas bagian yang digirdling tidak akan layu karena suplai air di daerah ini tidak terputus. Kondisi ini juga sama dengan aplikasi strangulasi, akan tetapi jika melewati jaringan xilem, maka pohon akan segera mati karena kekurangan air.
Kandungan karbohidrat pada daun jeruk pamelo yang diberi perlakuan strangulasi selama 3 dan 20 bulan meningkat dibandingkan dengan kontrol
(Yamanishi et al., 1993). Hal ini terjadi karena adanya penumpukan karbohidrat
di atas bagian tanaman. Kerat batang dapat menekan gerakan fotosintesis dari daun ke akar, sehingga terjadi penumpukan karbohidrat yang dapat digunakan untuk pembungaan (Ryugo, 1988).
Jeruk pamelo merupakan tanaman dikotil (berkeping dua) dan berkambium, dan memiliki jaringan kayu (xylem) yang terletak di bagian dalam
pada batang sebatas kambium dimungkinkan untuk menekan hasil fotosintesis
dari daun ke akar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat pada daun, yang selanjutnya digunakan untuk pembungaan dan pembuahan. Menurut Putra (2002) perlakuan strangulasi meningkatkan kandungan gula dan karbohidrat serta nisbah C/N pada daun. Penelitian Yamanishi dan Hasegawa (1995) menunjukkan bahwa
kandungan karbohidrat yang tinggi pada daun tanaman dewasa akan merangsang tanaman untuk pembungaan dan pembentukan buah. Menurut Ryugo (1988) akumulasi karbohidrat di bagian tajuk tersebut akan memunculkan tunas baru, pembentukan buah dan perkembangan buah.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2011 di greenhouse Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor
(Gambar 1). Aplikasi strangulasi (pengikatan kawat) dilakukan secara serentak pada 18 Mei 2011 dan pelepasan kawat dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2011.
Analisis hara dilakukan di Laboratorium BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik), Cimanggu Bogor. Analisis brangkasan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen, IPB.
Gambar 1. Letak Pertanaman pada 1 MSP di Greenhouse Cikabayan, IPB
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50 pohon bibit jeruk pamelo hasil okulasi kultivar Nambangan berumur 6 bulan yang merupakan
hasil seleksi (bibit jeruk unggul bermutu bebas penyakit dan memiliki pertumbuhan yang baik). Bahan yang digunakan untuk perlakuan adalah kawat putih diameter 1 mm. Bahan media tumbuh yang digunakan adalah pasir, tanah,
pupuk kandang (2:1:1) (V:V:V) menggunakan polybag ukuran 35 cm x 30 cm.
(15 g/L air), pupuk ZA (15 g/L air), pupuk gandasil daun, insektisida Decis 2.5 EC
(5 cc/L air) dan paranet 40 %.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media adalah sekop, cangkul dan timbangan. Peralatan untuk strangulasi yaitu tang untuk mengikat dan melepas kawat, gunting kawat untuk memotong kawat dan cutter untuk
menghilangkan kalus saat pelepasan kawat. Alat untuk pemeliharaan antara lain, sprayer, knapsack 15 L untuk penyemprotan insektisida, gelas ukur dan gunting
pangkas. Alat untuk pengamatan terdiri dari meteran, jangka sorong dan peralatan analisis laboratorium bobot brangkasan.
Metode Penelitian
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor. Percobaan terdiri dari lima perlakuan (Gambar 2), yaitu :
T0 : tanpa strangulasi
T1 : aplikasi single dengan ketinggian 5 cm dari mata tempel
T2 : aplikasi double dengan jarak 5 cm antar kawat dan ketinggian 5 cm dari mata tempel
T3 : aplikasi double dengan jarak 10 cm antar kawat dan ketinggian 5 cm dari mata tempel
T4 : aplikasi double dengan jarak 15 cm antar kawat dan ketinggian 5 cm dari mata tempel
Gambar 2. (a). Aplikasi T1, (b). Aplikasi T2, (c). Aplikasi T3, (d). Aplikasi T4
Model aditif linier yang digunakan adalah :
Yij = µ + τ i + ε ij Dengan i = 1, 2, 3, 4, 5
j = 1, 2, 3, 4, 5
Yij : Nilai pengamatan pengaruh perlakuan strangulasi ke-i dan ulangan ke-j
µ : Nilai tengah umum
τi : Pengaruh perlakuan strangulasi ke-i
εij : Pengaruh galat percobaan pengaruh perlakuan strangulasi ke-i dan
ulangan ke-j
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam dan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Seluruh proses analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft® Office Excel 2007 dan SAS System for Windows versi 9.13.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Bahan Tanam
Tahap awal dari penelitian ini adalah persiapan media tanaman dan pemilihan bibit. Bibit yang digunakan merupakan hasil seleksi perbanyakan okulasi yang memiliki pertumbuhan seragam dan sehat.
a. Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan terdiri dari campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan (2:1:1) (V:V:V). Media tanam disiapkan dengan memasukkan campuran media ke dalam polybag ukuran 30 cm x 35 cm.
b. Transplanting
Gambar 3. Proses Transplanting Bibit Jeruk Pamelo Nambangan
Aplikasi Strangulasi
Strangulasi dilaksanakan dengan melilitkan kawat berdiameter 1 mm pada batang dengan menekan kawat ke batang sedalam diameter kawat tersebut (Gambar 4a). Pelepasan kawat dilakukan setelah batang distrangulasi selama tiga bulan dengan menghilangkan kalus terlebih dahulu (Gambar 4b).
Gambar 4. (a). Pemasangan Kawat Berdiameter 1 mm, (b). Kondisi Tanaman Saat Setelah Pelepasan Kawat
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemupukan, penyiraman,
pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan dan pemberian naungan.
1. Pemupukan
a. Pemupukan NPK mutiara (15-15-15) dan ZA
Pemupukan ini dilakukan tiap dua minggu sekali. Konsentrasi yang digunakan tiap pupuk (NPK mutiara dan ZA) adalah 15 g/L. Setelah dilarutkan dalam air, tiap tanaman memperoleh 100 mL pupuk cair.
b. Pemupukan organik granul
Pemupukan dilakukan pada saat satu minggu setelah pindah tanam media dan setelah pelepasan kawat strangulasi. Setiap tanaman memperoleh 500 g. Pupuk disebar di atas media tanam. Kandungan pupuk terdapat pada Lampiran 17.
2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, tiap pagi dan sore hari. Volume penyiraman untuk tiap tanaman adalah 1 L.
3. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan beberapa kali. Pertama, pemangkasan sebelum aplikasi strangulasi, dilakukan pada tunas adventif dan tunas samping. Kedua, pemangkasan setelah pelaksanaan strangulasi, dilakukan serentak pada tunas pucuk untuk menyeragamkan semua tanaman.
4. Pengendalian OPT
Pengamatan
Pengamatan dilakukan satu minggu setelah perlakuan strangulasi dan dilanjutkan sampai dua bulan setelah strangulasi dilepas. Pengamatan dilakukan tiap dua minggu sekali dengan peubah yang diamati meliputi :
1. Diameter batang
Diameter batang yang diukur adalah bagian batang atas yang berada di bawah perlakuan strangulasi di atas pangkal batang.
2. Waktu munculnya cabang baru (HSP)
Waktu munculnya cabang baru dihitung berdasarkan keluarnya cabang primer pertama setelah aplikasi strangulasi.
3. Jumlah tunas dan panjang rata-rata tunas per tanaman
Jumlah tunas dihitung berdasarkan banyaknya tunas yang membentuk cabang. Panjang rata-rata tunas per tanaman, dihitung dengan cara membagi panjang total tunas dengan jumlah tunas yang terdapat pada satu tanaman.
4. Jumlah dan luas daun
Daun yang diukur adalah daun yang berkembang penuh dengan warna daun yang masih hijau. Luas daun diukur tiap bulan dengan menggunakan
metode gravimetri (perbandingan berat). Contoh daun yang diamati
sebanyak lima daun per tanaman. Daun terlebih dahulu digambar di kertas, yang menghasilkan tiruan (replika) daun. Selanjutnya dari kertas yang sama dibuat potongan dengan ukuran tertentu kemudian digunting dan
ditimbang, sehingga diperoleh luas daun dengan perhitungan :
Luas daun = Bobot kertas replika daun x luas kertas standar Bobot kertas
5. Ukuran tajuk
Pengukuran tajuk dilakukan dengan mengukur diameter tajuk (panjang dan lebar) serta tinggi dari pangkal batangnya.
6. Kandungan karbohidrat dan nitrogen daun
Analisis kandungan karbohidrat dalam bentuk gula total pada daun
menggunakan metode Semogyi Nelson sedangkan kandungan nitrogen
menggunakan metode semi-mikro Kjedahl (Yoshida et al., 1972). Metode
analisis terlampir (Lampiran 2 dan 3).
7. Bobot basah dan kering akar dan tajuk
Pengamatan bobot basah dan kering akar dan tajuk dilakukan secara destruktif pada akhir penelitian. Pengamatan tersebut dilakukan terhadap 10 tanaman contoh. Pengukuran bobot kering akar dan tajuk dilakukan dengan menimbang bobot basah, kemudian dikeringkan dalam oven pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Selama masa persiapan bahan tanam yaitu pemindahan ke media pasir, pupuk kandang dan tanah (2:1:1) (V:V:V) dan periode awal penanaman sampai 4 MST, tanaman ditempatkan di greenhouse Leuwikopo, IPB. Tanaman jeruk pamelo pada tahap awal mengalami gejala stres yang terlihat dari banyaknya daun
yang menggulung. Upaya yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan bibit jeruk pamelo ini adalah memberikan pupuk cair NPK mutiara dan ZA masing-masing (15 g/L air) tiap minggu. Pemulihan stres dilakukan selama sebulan dimana setelahnya daun nampak lebih segar, berwarna lebih hijau dan tidak
menggulung. Aplikasi strangulasi dilakukan setelah tanaman pulih dari stres. Selama pemulihan tanaman dari stres, tanaman jeruk pamelo mengalami serangan hama berupa belalang (Phyllium fulchrifolium) dan tungau merah (Panonychus citri). Serangan hama masih dapat dikendalikan secara manual dan pengendalian kimia tetap dilakukan sebulan sekali untuk pencegahan OPT. Pengendalian tungau merah secara manual dilakukan dengan mencuci daun terutama bagian bawahnya menggunakan air.
Setelah tanaman segar dan pertumbuhan sudah cukup baik, tanaman dipindahkan ke greenhouse Cikabayan, IPB. Penyesuaian dengan lingkungan dilakukan selama dua minggu, selanjutnya aplikasi strangulasi dilakukan. Selama distrangulasi, tanaman tumbuh dengan baik.
Pengaruh strangulasi tidak berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman yang ditandai dengan kondisi tanaman pasca strangulasi yang cukup baik. Selama penelitian, tanaman tidak mengalami gangguan abiotik (cekaman air dan cekaman hara) dan gangguan biotik (serangan hama/penyakit) yang menyebabkan kematian tanaman. Pemasangan naungan dilakukan untuk mencegah adanya stres tanaman yang diakibatkan oleh intensitas cahaya dan suhu yang ekstrim di dalam rumah
kaca. Suhu di dalam rumah kaca berkisar antara (21.8- 36)oC pada pagi sampai
sore hari. Davies dan Albrigo (1994) menyatakan bahwa pada saat suhu antara
25oC sampai dengan 30oC memungkinkan terjadinya pertumbuhan pucuk dan
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
D iame te r b atan g (c m) MSP
Kontrol Strangulasi single Strangulasi double 5 cm
Strangulasi double 10 cm Strangulasi double 15 cm
a b a b b b a ab bc c ab bc c a Diameter Batang
Perlakuan strangulasi memberikan pengaruh sangat nyata dalam memperbesar diameter batang atas tanaman mulai 3 MSP (Minggu Setelah Perlakuan) sampai dengan 19 MSP dibandingkan kontrol. Perlakuan strangulasi single (T1), strangulasi double jarak 5 cm (T2) dan strangulasi double jarak 10 cm
[image:32.595.101.506.85.816.2](T3) memiliki hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (T0) namun berbeda sangat nyata dengan perlakuan strangulasi double dengan jarak 15 cm (T4). Hasil uji lanjut DMRT pada 19 MSP menunjukkan perlakuan strangulasi double dengan jarak 15 cm (T4) menghasilkan diameter batang paling besar (1.331 cm) dan tidak berbeda nyata dengan kontrol (T0) (1.107 cm) namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Gambar 5).
Gambar 5. Grafik Diameter Batang pada 1-19 MSP
Diameter tanaman kontrol (T0) dari minggu ke minggu mengalami kenaikan yang cukup drastis karena mengalami pembentukan cabang samping yang sedikit sehingga asimilat difokuskan untuk pembesaran diameter cabang.
Hal ini berbeda dengan perlakuan strangulasi single, double dengan jarak 5 cm
Waktu Munculnya Cabang Baru
Perlakuan strangulasi single maupun double tidak memberikan pengaruh
nyata pada waktu munculnya cabang baru. Strangulasi single (T1) dan strangulasi double dengan jarak 10 cm (T3) membentuk cabang pada 5.5 HSP dan 5.5 HSP
[image:33.595.103.503.120.488.2]dan tidak berbeda dengan strangulasi double 5 cm (T2), strangulasi double 15 cm (T4) dan kontrol (T0) yang membentuk cabang pada 6.1 HSP, 6.6 HSP dan 6.8 HSP (Gambar 6).
Gambar 6. Diagram Batang Waktu Muncul Cabang Baru
Jumlah Tunas
Perlakuan strangulasi memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan
jumlah tunas vegetatif pada 9 sampai 15 MSP. Perlakuan strangulasi double dengan jarak 10 cm (T3) pada 13 sampai 19 MSP memiliki jumlah tunas yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (T0) tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan strangulasi single dan perlakuan strangulasi double dengan jarak 5 cm (T2) dan 15 cm (T4) (Gambar 7).
Gambar 7. Grafik Jumlah Tunas Vegetatif pada 1-19 MSP
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan pembentukan cabang samping
pada strangulasi single dan double banyak terbentuk di bagian bawah perlakuan
strangulasi. Menurut Harjadi (1996) pembentukan cabang samping terkait adanya penghentian dominansi pucuk sehingga hormon auksin yang dibentuk pada jaringan meristematik aktif (tunas, daun muda dan buah) akan bergarak ke bagian lain dari tanaman dengan distribusi yang tidak seragam. Gardner et al. (1991) menambahkan transport auksin berlangsung secara basipetal yaitu dari ujung ke basal. Transport auksin tersebut terkait dengan pembentukan cabang di bagian bawah yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan cabang yang terbentuk di bagian tengah dan atas strangulasi.
0 1 2 3 4 5 6
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
Ju mlah tu n as v eg etatif ( b u ah ) MSP
Kontrol Strangulasi single Strangulasi double 5 cm
Strangulasi double 10 cm Strangulasi double 15 cm
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
P an ja n g r at a-ra ta ca b an g ( cm ) MSP
Kontrol Strangulasi single Strangulasi double 5 cm
Strangulasi double 10 cm Strangulasi double 15 cm
Panjang Rata-rata Tunas per Tanaman
[image:35.595.111.500.210.459.2]Perlakuan strangulasi memberikan pengaruh terhadap parameter panjang tunas rata-rata pada 11, 13, 17 dan 19 MSP (Gambar 8). Pada 11-19 MSP perlakuan kontrol memiliki panjang tunas rata-rata tertinggi dan berbeda dengan perlakuan strangulasi single maupun double.
Gambar 8. Grafik Panjang Rata-rata Cabang per Tanaman pada 1-19 MSP
Menurut Gardner et al. (1991) perlakuan apa saja yang menghilangkan ujung batang akan merusakkan dominansi ujung dan meningkatkan percabangan. Pada tanaman kontrol dominansi ujung tetap berjalan dan berdampak pada jumlah tunas yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan strangulasi sehingga menyebabkan nilai panjang rata-rata tunasnya tinggi.
Jumlah Daun
Perlakuan strangulasi memberikan pengaruh nyata pada jumlah daun total per tanaman pada 3 sampai 15 MSP (Gambar 9). Perlakuan strangulasi double dengan jarak 15 cm (T4) memberikan jumlah daun tertinggi mulai dari 3 sampai 19 MSP dan berbeda nyata dengan kontrol namun tidak berbeda nyata dengan
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
Jum la h D aun (b ua h ) MSP
Kontrol Strangulasi single
Strangulasi double 5 cm Strangulasi double 10 cm
Strangulasi double 15 cm a ab b a ab bc c a a a
Perlakuan dengan strangulasi double dengan jarak 15 cm (T4) memiliki jumlah
daun yang nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan strangulasi single
dan kontrol.
Gambar 9. Grafik Jumlah Daun pada 1-19 MSP
Banyaknya jumlah daun dan luas daun akan berpengaruh terhadap fotosintat yang dihasilkan. Menurut Sitompul (1995) faktor-faktor yang menentukan produksi biomassa adalah lumbung substrat karbohidrat dalam tubuh tanaman dan proses pertumbuhan yang dikendalikan oleh efisiensi pertumbuhan seperti temperatur, cahaya dan efisiensi fotosintesis serta laju fase perkembangan tanaman (temperatur). Salisbury dan Ross (1995) menyatakan semakin banyak daun yang dihasilkan dengan luas daun yang besar maka fotosintat yang
dihasilkanpun juga tinggi. Strangulasi double dengan tiga jarak yang berbeda
memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan dengan strangulasi single dan kontrol.
Luas Daun
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
U kur an ta juk (c m 3) MSP
Kontrol Strangulasi single
Strangulasi double 5 cm Strangulasi double 10 cm
Strangulasi double 15 cm
a
a a
b
luas daun mulai dari 5 MSP sampai 17 MSP. Menurut Sitompul (1995)
kemampuan daun untuk menghasilkan produk fotosintat ditentukan oleh produktivitas per satuan luas daun dan luas total daun. Sehingga pada penelitian besarnya produktivitas fotosintat bibit jeruk tidak dipengaruhi oleh luasan daun tiap pohon namun dipengaruhi oleh jumlah daun dalam suatu pohon.
Ukuran Tajuk
Perlakuan strangulasi memberikan pengaruh sangat nyata pada 1 MSP sampai 17 MSP, kecuali pada 5 MSP (Gambar 10). Perlakuan yang memiliki ukuran tajuk yang tertinggi terdapat pada perlakuan strangulasi double dengan
jarak 15 cm (223 239 cm3) yang berbeda sangat nyata dengan kontrol
(104 831 cm3) (Lampiran 18).
Berdasarkan data ukuran tajuk, perlakuan strangulasi baik single maupun
double mampu membentuk tajuk terbuka dimana perlakuan strangulasi double
dengan jarak 15 cm (T4) memiliki ukuran tajuk terbesar. Perlakuan T4 membentuk tajuk terbuka dengan arsitektur kanopi yang baik sehingga tanaman tidak terlalu rimbun dan cahaya dapat masuk ke bagian dalam tajuk bibit jeruk. Menurut Ryugo (1988) dan Verheij dan Coronel (1992) pembentukan arsitektur kanopi yang baik dapat meningkatkan efisiensi pemanenan energi matahari,
[image:37.595.106.499.536.723.2]mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ukuran tajuk berhubungan dengan cahaya yang dapat diserap oleh
tanaman. Menurut Sitompul (1995) dan Salisbury dan Ross (1995) jumlah radiasi yang diintersepsi tanaman tergantung pada luas daun total dan jumlah cahaya yang diterima setiap luasan daun atau individu daun. Hal ini berarti distribusi cahaya dalam tajuk berhubungan dengan karakteristik daun (tingkat absorbsi,
bentuk, kedudukan daun) dan arsitektur kanopi.
Karbohidrat Daun
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan strangulasi berpengaruh meningkatkan kandungan karbohidrat daun dan kandungan C/N. Strangulasi single (T1) memiliki persentase karbohidrat tertinggi (13.460 %) dan tidak
berbeda nyata dengan perlakuan strangulasi double dengan jarak 5 cm (T2) (11.940 %), 10 cm (T3) (9.865 %) dan 15 cm (T4) (12.160 %), namun berbeda nyata dengan kontrol (T0) (6.220 %). Berdasarkan hasil rasio C/N daun, perlakuan strangulasi single memiliki rasio C/N tertinggi yaitu sebesar 4.965 dan tidak berbeda nyata dengan strangulasi double dengan jarak 15 cm (T4) (4.165), strangulasi double dengan jarak 10 cm (T3) (3.605) dan strangulasi double dengan jarak 5 cm (T2) (3.855) namun berbeda nyata dengan kontrol (1.920).
Tabel 2. Kandungan Karbohidrat, Nitrogen, C/N Daun pada Saat Pelepasan Kawat (13 MSP)
Keterangan: Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %
Menurut Harjadi (1996) tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknya dalam suatu fase vegetatif perkembangan tanaman. Akumulasi karbohidrat daun di bagian tajuk yang diikuti dengan berkurangnya
absorpsi hara mineral terutama nitrogen yang akan meningkatkan nisbah C/N
Perlakuan Karbohidrat
(%)
Nitrogen
(%) C/N
Kontrol 6.220c 3.255a 1.920c
Strangulasi Single 13.460a 2.710a 4.965a
Strangulasi Double 5 cm 11.940ab 3.100a 3.855b
Strangulasi Double 10 cm 9.865b 2.740a 3.605b
tajuk. Peningkatan nisbah C/N ini menyebabkan bibit jeruk lebih banyak
membentuk tunas terutama untuk perlakuan yang memiliki hasil nisbah C/N tinggi.
Bobot Basah dan Bobot Kering Akar dan Tajuk
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan strangulasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah dan kering akar. Apabila dilihat secara visual (Gambar 11), perlakuan kontrol (T0) dan perlakuan strangulasi single (T1)
memiliki akar yang lebih lebat dibandingkan strangulasi double dengan jarak
antar kawat 5 cm (T2), 10 cm (T3) dan 15 cm (T4).
Tabel 3. Bobot Basah dan Kering Akar pada 19 MSP
Perlakuan Bobot Basah Akar
(g)
Bobot Kering Akar (g)
Kontrol 36.66a 17.19ab
Strangulasi Single 35.27ab 20.88a
Strangulasi Double jarak 5 cm 31.70ab 17.35ab
Strangulasi Double jarak 10 cm 23.04b 13.69b
Strangulasi Double jarak 15 cm 29.99ab 16.47ab
[image:39.595.115.512.486.633.2]Keterangan: Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %
Gambar 11. Akar Tiap Perlakuan pada 19 MSP
tinggi tajuk lebih tinggi, bercabang sedikit dan daun di bagian atasnya lebar
dibandingkan dengan bibit jeruk dengan aplikasi strangulasi. Perlakuan strangulasi double memiliki tajuk yang rimbun dengan bentuk tajuk terbuka.
Tabel 4. Bobot Basah dan Kering Tajuk pada 19 MSP
Perlakuan Bobot basah tajuk
(g)
Bobot kering tajuk (g)
T0 Kontrol 108.23ab 54.220ab
T1 Strangulasi Single 103.65ab 57.885ab
T2 Strangulasi Double jarak 5 cm 123.58ab 62.010ab
T3 Strangulasi Double jarak 10 cm 79.03b 47.015b
T4 Strangulasi Double jarak 15 cm 158.34a 70.015a
[image:40.595.114.513.343.485.2]Keterangan: Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %
Gambar 12. Tajuk Tiap Perlakuan pada 19 MSP
Biomassa merupakan indikator pertumbuhan yang paling baik untuk mendapatkan penampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman atau organ. Menurut Sitompul (1995) bobot segar digunakan untuk menggambarkan biomassa tanaman apabila hubungan bobot segar dengan bobot kering bersifat linier. Semakin tinggi bobot kering maka semakin tinggi tanaman menggunakan energi matahari yang ditangkap untuk dipergunakan oleh jaringan fotosintetik (klorofil-kloroplas-daun).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan strangulasi single dan double berpengaruh nyata memperbaiki keragaan bibit jeruk pamelo Nambangan
yang ditunjukkan dari peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman pada peubah diameter batang, jumlah daun, ukuran tajuk, jumlah cabang, panjang cabang total
serta kandungan karbohidrat daun.
Perlakuan strangulasi single dan double mampu membentuk tajuk terbuka
dengan arsitektur kanopi yang baik sehingga tanaman tidak terlalu rimbun dan cahaya dapat masuk. Hal ini berdampak pada kandungan karbohidrat dan rasio
C/N yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol.
Pembentukan cabang pada perlakuan strangulasi double 15 cm (T4) lebih terarah dan nyata meningkatkan jumlah cabang, panjang total cabang, jumlah daun dan secara nyata meningkatkan kandungan karbohidrat daun lebih cepat dibandingkan dengan kontrol pada 19 MSP. Peningkatan kandungan karbohidrat ini berbanding lurus dengan peningkatan bobot basah dan kering tajuk dan berbanding terbalik terhadap bobot basah dan kering akar.
Strangulasi tidak memberikan efek merusak secara permanen pada jaringan tanaman dan hanya membutuhkan waktu dua bulan untuk pulih kembali. Selain itu, strangulasi tidak mempengaruhi penampilan fisik bibit jeruk pamelo.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2011. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius. Jakarta. 206 hal.
Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi Buah-buahan di Indonesia. http://bps.go.id. [25 November 2011].
Davies, F. S. and l. G. Albrigo. 1994. Citrus: Crop Production Science In Horticulture 2. Redwood Books. Trowbridge. Wiltshine. 254 p.
Ditjen Hortikultura. 2006. Standar Prosedur Operasional Pamelo Betasuka. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Ditjen Hortikultura. Jakarta. 33 hal.
Fisher, N. M. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 874 hal.
Gilman, E. F., R. J. Black. 2011. Pruning landscape trees and shrubs. University of Florida. 863:1-13.
Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal.
Mataa, M., S. Tominaga, I. Kozaki. 1998. The effect of time of girdling on carbohydrate contents and fruiting in ponkan mandarin. Hort Sci 73:203-211.
Menzel, C. M., T. S. Rasmussen, and D. R. Simpson. 1999. Carbohydrate reserves in lychee tree. Hort Sci 70(2):245-255.
Munandar, A. 2001. Studi Arsitektur Pohon dalam Hubungannya dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Durian. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 90 hal.
Nafiati, F. 2007. Pengaruh Strangulasi Ganda dan Tunggal terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jeruk Freemont (Citrus reticulata Var. Freemont). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 45 hal.
Pangestuti, R., A. Supriyanto, A. Sugiyatno, Sakur, D. A. Susanto. 2004. Penyiapan Protokol Standar Nasional Mutu Buah Pamelo Nambangan dari Kabupaten Magetan. Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional. Batu. Vol 1:424-431.
Putra, G.A. 2002. Pengaruh Strangulasi terhadap Pembungaan Jeruk Besar ‘Nambangan’. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rosawani, F. O. 2004. Pengaruh Ukuran Kawat Strangulasi pada Cabang Sekunder terhadap Pembungaan Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ryugo, K. 1988. Fruit Culture. It Science and Art. United State of America.
Salisbury, F. B., dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid I. ITB Press. Bandung. 241 hal.
Saptarini, N., E. Widayati, L. Sari, B. Sarwono. 2002. Membuat Tanaman Cepat Berbuah. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal.
Sari, H. R 2006. Pengaruh Waktu Strangulasi yang Berbeda terhadap Pembungaan Jeruk Besar (Citrus grandis (L) Osbeck) Kultivar Nambangan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setiawan, I. 1993. Usaha Pembudidayaan Jeruk Besar. Penebar Swadaya. Jakarta. 56 hal.
Sitompul, S. M., B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Malang.
Soelarso, R. B. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius. Jakarta. 97 hal.
Sunarjono, H. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. 176 hal.
Susanto, S. 2000. Studi tentang Penyediaan dan Perbaikan Penampilan Pertumbuhan Bibit Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Cikoneng dan Nambangan Bebas Penyakit Sistemik. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. 120 hal.
Susanto, S., S. Minten., A. Mursyada. 2002. Pengaruh strangulasi terhadap pembungaan jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan. J. Agrotropika 7(1):57-63.
Susanto, D. A. 2005. Teknik pemangkasan pemeliharaan tanaman jeruk. Citrusindo 1:1-2.
Thamrin, M. 2008. Peningkatan Pembungaan Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘Cikoneng’ Melalui Strangulasi. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.73 hal.
Tjitrosomo, S. S. 1984. Botani Umum 1. Angkasa Bandung. Bandung. hal.
Verheij, E. W. M., R. E. Coronel. 1992. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yoshida, S., D.A. Forno, J.H. Cock, K.A. Gomes. 1972. Laboratory Manual Physiological Studies of Rice. Second Edition. IRRI, Los Banos,
Philippines.
Yamanishi, O. K., Y. And Hasegawa, K. 1993. Effect of branch strangulation in late season on reproductive phase of young pummelo tress grown in a plastic house. J. Jpn. Trop. Agr., 37(4):290-297.
Keterangan :
0A : Perlakuan tanpa strangulasi tanaman A
0B : Perlakuan tanpa strangulasi tanaman B
1A : Perlakuan strangulasi single tanaman A
1B : Perlakuan strangulasi single tanaman B
2A : Perlakuan strangulasi double dengan jarak 5 cm tanaman A
2B : Perlakuan strangulasi double dengan jarak 5 cm tanaman B
3A : Perlakuan strangulasi double dengan jarak 10 cm tanaman A
3B : Perlakuan strangulasi double dengan jarak 10 cm tanaman B
4A : Perlakuan strangulasi double dengan jarak 15 cm tanaman A
Lampiran 2. Penetapan Kadar Nitrogen (N) dengan Metode Kjeldahl
1. Contoh tanaman kering giling lolos ditimbang sebesar 200 mg kemudian
disaring pada saringan 40 mesh dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl.
2. Contoh tanaman pada labu kjeldahl ditambahkan satu canting kecil campuran
SeCuSO4 dan Na2SO4.
3. Larutan H2SO4 pekat sebesar 5 mL ditambahkan ke dalam labu kemudian
digoyang perlahan-lahan agar semua sampel terbasahi oleh H2SO4.
4. Parafin cair ditambahkan sebesar 5 mL ke dalam labu.
5. Labu dipanaskan di dalam kamar asap dengan api kecil, kemudian
perlahan-lahan api diperbesar hingga diperoleh suatu ciaran yang berwarna terang (hijau-biru), pemanasan masih dilakukan 15 menit lagi.
6. Aquades sebesar ± 50 mL ditambahkan pada labu kjeldahl, digoyang sebentar
dan isi labu kjeldahl dipindahkan ke dalam labu destilasi.
7. Ke dalam labu destilasi ditambahkan 5 mL NaOH 50 %.
8. Destilasi dimulai, destilasi ditampung dengan erlenmeyer 125 mL yang telah
diisi campuran 10 ml H3BO3 4 % dan 5 tetes indikator Conway (isi destilat
kira-kira 100 mL).
9. Destilat dititrasi dengan HCl yang telah dibakukan, titik titrasi dicapai apabila
terjasi perubahan warna dari hijau ke merah muda.
10.Penetapan blanko juga dilakukan seperti cara kerja di atas, tetapi tanpa
menggunakan sampel tanaman.
Perhitungan :
% N = (mL titrasi contoh – mL titrasi blanko) x N HCl x 14 x 100 % 200 mg contoh
Keterangan :
N = Normalitas
Lampiran 3. Penetapan Karbohidrat Total Daun Metode Nelson Somogy
Sampel halus 0.3 g (bobot kering) dimasukkan ke dalam labu karbohidrat
Ditambahkan HCl 0.7 N 20 mL dan dihidrolisis di atas waterbath selama 2.5 jam
Larutan disaring ke dalam labu ukur 100 mL dan dibilas 3 kali sehingga diperoleh volume 50-60 mL
Ditambahkan indikator Phenol Red 2 tetes (warna larutan merah muda kecoklatan)
Dinetralkan dengan penambahan NaOH 1 N 14 mL hingga warna berubah menjadi kuning dan kembali berubah merah ungu (lembayung)
Ditambahkan ZnSO4 5 % sebanyak 5 mL sehingga warna kembali menjadi
merah muda
Ditambah Ba(OH)2 5 % sebanyak 5 mL warna merah ungu dan diimpitkan sampai
100 mL
Larutan disaring ke dalam botol plastik 100 mL
Lalu dipipet ke dalam tabung reaksi 20 mL, dibuat juga deret standar (0,5,10,15,20,25 ppm) dari standar karbohidrat 250 ppm
Ditambahkan pereaksi Cu 2 mL dan dipanaskan 10 menit dalam air panas (warna merah bata)
Didinginkan lalu ditambahkan pereaksi Nelson * 2 mL menjadi berwarna biru tua
Diimpitkan ke 20 mL dan dikocok secukupnya serta ditunggu 20-30 menit
* Pereaksi Nelson :
a. Ditambahkan 24 g (NH4)6MO7O24H2O dalam 450 mL aquades. Ditambahkan
21 mL H2SO4 pekat sambil diaduk.
b. Dilarutkan 3 g Na2HAsO47H2O dalam 25 mL aquades. Dicampurkan antara a
dan b sampai dihangatkan (37oC) selama 1-2 hari kemudian disimpan dalam
Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Diameter Batang Bibit Jeruk Pamelo
MSP Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F %KK
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
1 Perlakuan 4 0.00318 0.00080 1.37 0.2798 tn 3.31536
Galat 20 0.01162 0.00058
Umum 24 0.01480
3 Perlakuan 4 0.10252 0.02563 12.39 <.0001 ** 5.93931
Galat 20 0.04138 0.00207
Umum 24 0.14390
5 Perlakuan 4 0.11773 0.02943 13.64 <.0001 ** 5.96927
Galat 20 0.04314 0.00216
Umum 24 0.16087
7 Perlakuan 4 0.15554 0.03889 12.27 <.0001 ** 6.99916
Galat 20 0.06338 0.00317
Umum 24 0.21892
9 Perlakuan 4 0.16930 0.04233 8.19 0.0004 ** 8.30085
Galat 20 0.10335 0.00517
Umum 24 0.27265
11 Perlakuan 4 0.20852 0.05213 8.05 0.0005 ** 8.97176
Galat 20 0.12953 0.00648
Umum 24 0.33805
13 Perlakuan 4 0.22506 0.05627 6.82 0.0012 ** 9.46112
Galat 20 0.16499 0.00825
Umum 24 0.39005
15 Perlakuan 4 0.24282 0.06070 6.04 0.0023 ** 10.0205
Galat 20 0.20098 0.01005
Umum 24 0,44380
17 Perlakuan 4 0.30760 0.07690 6.64 0.0014 ** 10.3409
Galat 20 0.23150 0.01158
Umum 24 0.53910
19 Perlakuan 4 0.43918 0.10979 5.61 0.0034 ** 12.4804
Galat 20 0.39175 0.01959
Umum 24 0.83093
Keterangan : MSP : Minggu Setelah Perlakuan;
tn : Tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Jumlah Daun Bibit Jeruk Pamelo
MSP Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F %KK
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
1 Perlakuan 4 49.86 12.465 4.34 0.0110 * 10.7044
Galat 20 57.50 2.875
Umum 24 107.36
3 Perlakuan 4 512.20 128.050 3.18 0.0357 * 15.8735
Galat 20 806.30 40.315
Umum 24 1318.50
5 Perlakuan 4 668.26 167.065 3.55 0.0241 * 16.5081
Galat 20 941.40 47.070
Umum 24 1609.66
7 Perlakuan 4 687.80 171.950 5.00 0.0058 ** 13.8249
Galat 20 687.20 34.360
Umum 24 1375.00
9 Perlakuan 4 3056.40 764.100 7.8 0.0006 ** 15.9416
Galat 20 1960.10 98.005
Umum 24 5016.50
11 Perlakuan 4 1297.54 324.385 3.99 0.0155 * 13.7261
Galat 20 1627.50 81.375
Umum 24 2925.04
13 Perlakuan 4 1130.54 282.635 4.56 0.0088 ** 12.0799
Galat 20 1239.90 61.995
Umum 24 2370.44
15 Perlakuan 4 2276.64 569.160 7.71 0.0006 ** 11.9777
Galat 20 1475.90 73.795
Umum 24 3752.54
17 Perlakuan 4 843.74 210.935 0.97 0.4458 tn 18.1673
Galat 20 4350.20 217.510
Umum 24 5193.94
19 Perlakuan 4 172.90 43.225 0.3 0.8733 tn 14.1284
Galat 20 2864.10 143.205
Umum 24 3037.00
Keterangan : MSP : Minggu Setelah Perlakuan;
tn : Tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
** : Berbeda sangat nyata pada taraf 1 %;
Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Ukuran Tajuk Bibit Jeruk Pamelo
MSP Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hit Pr > F %KK
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
1 Perlakuan 4 1126592204 281648051 6.37 0.00180 ** 20.54394
Galat 20 883903077 44195154
Umum 24 2010495281
3 Perlakuan 4 863847288 215961822 3.31 0.03110 * 19.96188
Galat 20 1306432931 65321647
Umum 24 2170280219
5 Perlakuan 4 1368215329 342053832 2.49 0.07580 tn 24.16201
Galat 20 2744790019 137239501
Umum 24 4113005348
7 Perlakuan 4 2524867904 631216976 4.99 0.00590 ** 19.49886
Galat 20 2527626059 126381303
Umum 24 5052493963
9 Perlakuan 4 8296233465 2074058366 7.98 0.00050 ** 20.81172
Galat 20 5196349728 259817486
Umum 24 13492583192
11 Perlakuan 4 17582679038 4395669760 9.33 0.00020 ** 22.17822
Galat 20 9427246455 471362323
Umum 24 27009925493
13 Perlakuan 4 23389816908 5847454227 11.37 <.0001 ** 18.25355
Galat 20 10284882571 514244129
Umum 24 33674699479
15 Perlakuan 4 27536869121 6884217280 14.26 <.0001 ** 15.46451
Galat 20 9655395749 482769787
Umum 24 37192264870
17 Perlakuan 4 38952519119 9738129780 5.73 0.00310 * 23.92858
Galat 20 33986407981 1699320399
Umum 24 72938927100
19 Perlakuan 4 36965486333 9241371583 5.03 0.00570 tn 20.11867
Galat 20 36727671246 1836383562
Umum 24 73693157580
Keterangan : MSP : Minggu Setelah Perlakuan;
tn : Tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
** : Berbeda sangat nyata pada taraf 1 %;
Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Jumlah Cabang Bibit Jeruk Pamelo
MSP Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hit Pr > F %KK
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
1 Perlakuan 4 1.24 0.31 1.07 0.3978 tn 31.3091
Galat 20 5.80 0.29
Umum 24 7.04
3 Perlakuan 4 9.84 2.460 2.46 0.0786 tn 34.2466
Galat 20 20.00 1.000
Umum 24 29.84
5 Perlakuan 4 7.74 1.935 1.98 0.1358 tn 33.1349
Galat 20 19.50 0.975
Umum 24 27.24
7 Perlakuan 4 15.94 3.985 2.67 0.0618 tn 34.6777
Galat 20 29.80 1.490
Umum 24 45.74
9 Perlakuan 4 22.30 5.575 4.03 0.0149 * 28.7039
Galat 20 27.70 1.385
Umum 24 50.00
11 Perlakuan 4 24.46 6.115 4.16 0.0130 * 29.1451
Galat 20 29.40 1.470
Umum 24 53.86
13 Perlakuan 4 23.30 5.830 3.92 0.0165 * 29.0144
Galat 20 29.70 1.490
Umum 24 53.00
15 Perlakuan 4 26.34 6.590 3.92 0.0165 * 30.0034
Galat 20 33.60 1.680
Umum 24 59.94
17 Perlakuan 4 14.54 3.640 2.19 0.1070 tn 28.7592
Galat 20 33.20 1.660
Umum 24 47.74
19 Perlakuan 4 15.06 3.765 2.46 0.0786 tn 27.1257
Galat 20 30.60 1.530
Umum 24 45.66
Keterangan : MSP : Minggu Setelah Perlakuan;
tn : Tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Panjang Rata-rata Cabang Bibit Jeruk Pamelo
MSP Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Pr > F %KK
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
1 Perlakuan 4 0.60462 0.15115 0.90 0.4851tn 40.2984
Galat 20 3.37648 0.16882
Umum 24 3.98110
3 Perlakuan 4 77.28662 19.32166 2.20 0.1054tn 26.3142
Galat 20 175.37332 8.76867
Umum 24 252.65994
5 Perlakuan 4 38.61746 9.65436 0.91 0.4795tn 25.7522
Galat 20 213.24124 10.66206
Umum 24 251.85870
7 Perlakuan 4 123.38862 30.84716 2.24 0.1006tn 29.0574
Galat 20 274.99584 13.74979
Umum 24 398.38446
9 Perlakuan 4 85.81416 21.45354 1.94 0.143tn 18.3644
Galat 20 221.16804 11.05840
Umum 24 306.98220
11 Perlakuan 4 433.41786 108.35446 7.64 0.0007** 18.5892
Galat 20 283.69284 14.18464
Umum 24 717.11070
13 Perlakuan 4 356.87258 89.21814 4.34 0.0109* 21.6209
Galat 20 411.26580 20.56329
Umum 24 768.13838
15 Perlakuan 4 379.15350 94.78837 2.56 0.07tn 26.8287
Galat 20 739.80420 36.99021
Umum 24 1118.95770
17 Perlakuan 4 410.83854 102.70964 3.57 0.0236* 20.9681
Galat 20 575.50056 28.77503
Umum 24 986.33910
19 Perlakuan 4 564.42614 141.10653 4.28 0.0116* 20.9692
Galat 20 659.57164 32.97858
Umum 24 1223.99778
Keterangan : MSP : Minggu Setelah Perlakuan;
tn : Tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
** : Berbeda sangat nyata pada taraf 1 %;
Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Luas Daun Bibit Jeruk Pamelo
MSP Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hit Pr > F %KK
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
1 Perlakuan 4 211773.766 52943.442 1.08 0.3940 tn 32.2284
Galat 20 982970.677 49148.534
Umum 24 1194744.443
5 Perlakuan 4 878343.314 219585.828 1.86 0.1567 tn 24.8556
Galat 20 2358584.790 117929.239
Umum 24 3236928.104
9 Perlakuan 4 1854752.983 463688.246 2.12 0.1158 tn 22.7100
Galat 20 4371313.146 218565.657
Umum 24 6226066.129
13 Perlakuan 4 3529335.374 882333.844 2.82 0.0524 tn 20.1227
Galat 20 6248176.618 312408.831
Umum 24 9777511.992
17 Perlakuan 4 12622089.29 3155522.320 1.79 0.1704 tn 26.2330
Galat 20 35248955.24 1762447.760
Umum 24 47871044.52
Keterangan : MSP : Minggu Setelah Perlakuan;
tn : Tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double terhadap Waktu Muncul Tunas Bibit Jeruk Pamelo
MSP Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hit Pr > F %KK
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
5 Perlakuan 4 7.9400 1.9850 0.6 0.6684 tn 29.9685
Galat 20 66.4000 3.3200
Umum 24 74.3400
Keterangan : MSP : Minggu Setelah Perlakuan;
Lampiran 11. Bobot Basah Akar
MSP Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hit Pr > F %KK
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
19 Perlakuan 4 229.1856 57.29639 2.71 0.1521 tn 14.6894
Galat 5 105.8878 21.17756
Umum 9 335.0734
Keterangan : MSP : Minggu Setelah Perlakuan;
tn : Tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 12. Bobot Kering Akar
MSP Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hit