• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI MANGGIS DI DESA KARACAK DAN DESA BARENGKOK KECAMATAN

LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

NOVRIKA RISMA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)
(3)

Abstract

Bogor district is known as a central of developing of mangosteen commodity in Indonesia. This is supported not only by potential of agricultural in Bogor district but also the condition of agroecosistem which is very good for mangosteen commodity. Karacak and Barengkok villages in Leuwiliang sub-district are known as a central of mangosteen. The number of crops in this villages have fluctuating in every year cause of some factor, such as the width of area to plant on, the age of mangosteen tree and human resources. Based on these, the goal of research is (1) to identify the that can be influence the mangosteen crops in Karacak and Barengkok villages as sub district of Leuwiliang, Bogor district and (2) to compare the mangosteen crops in these two villages.

(4)

RINGKASAN

NOVRIKA RISMA. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NOVINDRA.

Usaha hortikultura telah menjadi sumber pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani di skala kecil, menengah, dan besar. Apabila usaha hortikultura dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di perdesaan (Kementerian Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011). Salah satu komoditas hortikultura yang saat ini yang mulai dilakukan secara monokultur dan dikelola dengan pola agribisnis adalah buah-buahan (Zulkarnain, 2009). Ekspor buah manggis pada tahun 2010 menjadi penyumbang devisa terbesar dari buah-buahan dengan jumlah berat bersih 11.387,70 ton (Kementerian Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011).

Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra pengembangan komoditas manggis di Indonesia. Kabupaten Bogor memproduksi manggis sebanyak 3.766 ton pada tahun 2010. Salah satu kecamatan sentra penghasil manggis di Kabupaten Bogor adalah Kecamatan Leuwiliang. Kecamatan Leuwiliang memberikan kontribusi produksi manggis sebesar 17,18 % pada tahun 2011. Produksi manggis terbesar di Kecamatan Leuwiliang adalah Desa Karacak dan Desa Barengkok. Desa Karacak merupakan kawasan agropolitan dengan komoditas unggulan manggis.

Produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang mengalami fluktuatif selama 5 tahun terakhir. Rata-rata laju pertumbuhan produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang sebesar 179,25%. Hasil tersebut menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan manggis yang bernilai positif, namun terjadi penurunan produksi pada tahun 2010-2011. Fluktuasi produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang dipengaruhi oleh produksi manggis di setiap desa penghasil manggis. Oleh karena itu, jika terjadi fluktuasi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok maka akan menyebabkan fluktuasi produksi di Kecamatan Leuwiliang. Hal tersebut menyebabkan perlu adanya identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di kedua desa.

Hasil identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi manggis di kedua desa adalah jumlah pohon per luas lahan, umur pohon, dan penggunaan jam tenaga kerja. Berdasarkan hasil estimasi, jumlah pohon berpengaruh signifikan terhadap produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok. Hal tersebut dilihat berdasarkan hasil P-value uji-t pada taraf α = 10%. Penggunaan faktor produksi dalam memproduksi manggis di kedua desa adalah sama. Pada umumnya proses budidaya manggis di kedua desa juga menggunakan teknik yang sama. Budidaya manggis dilakukan secara tradisional dan merupakan warisan turun temurun. Secara statistik menggunakan uji beda beda dua sampel produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok tidak berbeda secara signifikan.

(5)

ii  

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok

Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum pernah digunakan dalam bentuk apapun pada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

Novrika Risma

(6)
(7)
(8)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI MANGGIS DI DESA KARACAK DAN DESA BARENGKOK KECAMATAN

LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

NOVRIKA RISMA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(9)
(10)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

Nama : Novrika Risma

NIM : H44080027

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Novindra, S.P., M.Si NIP. 19811102 200701 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. NIP. 19660717 1992031 1 003

(11)
(12)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

kemudahan dan kelancaran bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis di Desa

Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor”. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi. Untuk itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Mama Hesry Limbong (Alm.) dan Bapak Mariden

Sinaga untuk segenap kasih sayang dan doa bagi penulis agar selalu dalam

lindunganNya serta memperoleh hasil yang terbaik.

2. Bapak Novindra, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan ilmu, bimbingan, dan

pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen penguji utama dan Ibu

Nia Kurniawati H. S.P., M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen.

4. Namboru dan Amangboru Silitonga (Alm.) untuk segenap perhatian dan

pengorbanan bagi penulis.

5. Kedua adikku terkasih, Pronika (TIN 46) dan Tiffani yang selalu memberikan

dorongan, semangat, dan doa.

6. Bapak Bakri, Bapak Marwa, Bapak Nana Kusmana serta seluruh petani

responden di Desa Karacak dan Teh Lina serta seluruh petani responden di

Desa Barengkok yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan

informasi, bantuan, dan pengarahan selama penulis melakukan kegiatan turun

(13)

vii  

7. Johan Tulus Pardemean Nababan yang telah memberikan banyak motivasi dan

doa bagi penulis.

8. Teman-teman PMK IPB terkhusus Sella, Liber, dan Ka Bibi. Komisi

Pelayanan Siswa (KPS) terkhusus Samuel, Erti, Christian Halawa, GPC, Echa,

Ryna, Nehemia dan teman-teman KPS 45 lainnya.

9. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Pebri, Sandra, Sari, Diani, Dian, Kiki

serta teman-teman ESL 45 terkhusus: Imam, Husen, Anggi Presti, Aziz serta

Keluarga KKP Cimaskara (Erna, Nina, Sandy, Adel, Budi).

10.Rekan-rekan Guru Sekolah Minggu HKBP Bogor terkhusus Abang Glory,

Nia, Bina, Meita, Ola, Ochi, Ka Astrid, Ka Eva Simanjuntak, Ka Astrydt dan

Ka Herda.

Bogor, Januari 2013

Penulis

(14)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas karunia-Nya dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang

Kabupaten Bogor”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini ditulis dengan harapan dapat memberikan informasi tentang

faktor yang berpengaruh dalam memproduksi manggis di Desa Karacak dan Desa

Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor sehingga dapat membantu

petani dalam pengambilan keputusan. Penulis menyadari bahwa penyusunan

skripsi ini masih belum sempurna. Penulis mengharapkan adanya penelitian

lanjutan yang berusaha mengakomodir kekurangan penelitian ini. Semoga skripsi

(15)
(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1.Tinjauan Teoritis Manggis ... 10

2.1.1. Manfaat manggis ... 11

2.1.2. Pembudidayaan Manggis... 12

2.1.2.1. Pemeliharaan Tanaman ... 12

2.1.2.2. Pemanenan ... 14

2.2.Faktor-Faktor Produksi Usahatani……….. .. 15

2.2.1.Tanah ... 15

2.2.2.Modal ... 16

2.2.3.Tenaga Kerja ... 16

2.3.Penelitian Terdahulu ... 17

2.4.Kebaruan Penelitian... 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1.Konsep Usahatani ... 20

3.1.2.Konsep Pendapatan Usahatani ... 20

3.1.3.Konsep Produksi ... 21

3.1.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Manggis .... 21

3.1.4.1. Jumlah Pohon ... 21

3.1.4.2. Umur Pohon ... 22

3.1.4.3. Tenaga Kerja ... 22

3.2.Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2.Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3.Metode Pengambilan Sampel ... 25

4.4.Metode Analisis Data ... 26

(17)

 

4.4.1.1.Metode Pengujian Model………..…... 27

4.4.1.1.1. Uji Ekonomi………..………. 27

4.4.1.1.2. Uji Statistik………..……... 28

4.4.1.1.3. Uji Ekonometrika………..……….. 30

4.4.2.Analisis Ada Tidaknya Perbedaan Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok ... 32

4.5.Definisi Operasional ... 34

V. GAMBARAN UMUM ... 36

5.1.Gambaran Umum Desa Karacak ... 35

5.1.1.Sebaran Penduduk Desa Karacak Menurut Mata Pencaharian ... 35

5.2.Gambaran Umum Desa Barengkok ... 36

5.2.1.Sebaran Penduduk Desa Karacak Menurut Mata Pencaharian ... 36

5.2.2.Sebaran Penduduk Desa Karacak Menurut Tingkat Pendidikan ... 37

5.3.Gambaran Umum Usahatani di Desa Karacak dan Desa Barengkok ... 37

5.4.Karakteristik Petani Responden ... 38

5.4.1.Umur Petani………... 39

5.4.2.Pendidikan Petani ... 39

5.4.3.Pengalaman Bertani ... 40

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

6.1.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok ... 41

6.1.1. Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model ... 41

6.1.2. Analisis Faktor Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok ... 44

6.1.2.1. Jumlah Pohon Per Luas Lahan ... 44

6.1.2.2. Umur Pohon ... 45

6.1.2.3. Jam Tenaga Kerja (HOK) ... 47

6.2.Analisis Ada Tidaknya Perbedaan Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok ... 48

VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 50

7.1.Simpulan ... 50

7.2.Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 54

(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Volume dan Ekspor Buah di Indonesia

Tahun 2010 ... 2

2. Luas Tanah Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat Tahun 2010 ... 3

3. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Bogor Tahun 2011. ... 4

4. Produksi Manggis di Propinsi Jawa Barat Tahun 2010 ... 4

5. Produksi Manggis di Kabupaten Bogor Tahun 2011. ... 5

6. Produksi Manggis di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor Tahun 2010 ... 5

7. Produksi Manggis di Kecamatan Leuwiliang Pada Tahun 2007-2011 ... 6

8. Sebaran Penduduk Desa Barengkok Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011. ... 37

9. Sebaran Penduduk Desa Barengkok Menurut Pendidikan Tahun 2011 ... 37

10. Sebaran Petani Responden Menurut Umur Pada Usahatani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Tahun 2012 ... 39

11. Sebaran Petani Responden Menurut Pendidikan Pada Usahatani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Tahun 2012 ... 39

12. Sebaran Petani Responden Menurut Pengalaman Bertani Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok Tahun 2012 ... 40

13. Hasil Estimsi Model Produksi di Desa Karacak Tahun 2012 ... 42

14. Hasil Estimsi Model Produksi di Desa Barengkok Tahun 2012 .... 42

15. Penggolongan Petani Manggis di Desa Karacak dan Desa

(19)
(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram Alur Kerangka Pemikiran ... 24

(21)
(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Produksi Usahatani Manggis Desa Karacak, Kecamatan

Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2012 ... 55

2. Data Produksi Usahatani Manggis Desa Barengkok, Kecamatan

Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2012 ... 56

3. Hasil Estimasi Model Produksi Usahatani Manggis di Desa

Karacak Tahun 2012. ... 57

4. Hasil Estimasi Model Produksi Usahatani Manggis di Desa

Barengkok Tahun 2012. ... 57

5. Hasil Uji Multikolinearitas Desa Karacak. ... 58

6. Hasil Uji Multikolinearitas Desa Barengkok ... 58

7. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White Desa Karacak ... 59

8. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White Desa Barengkok .. 60

9. Hasil Uji Normalitas Desa Karacak. ... 61

10. Hasil Uji Normalitas Desa Barengkok ... 61

11. Hasil Estimasi Model Produksi Usahatani Manggis Pembanding

di Desa Karacak Tahun 2012. ... 62

12. Hasil Estimasi Model Produksi Usahatani Manggis Pembanding

di Desa Barengkok Tahun 2012. ... 62

(23)
(24)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama (prime

mover) perekonomian nasional dan perekonomian daerah. Hal ini dapat dilihat

melalui peranannya dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB), perolehan

devisa, penyedia lapangan kerja dan bahan baku industri, pengentas kemiskinan,

dan peningkatan pendapatan masyarakat. Secara tidak langsung sektor pertanian

mempunyai efek penggandaan (multiplier effect) kedepan dan kebelakang yang

cukup besar ke sektor-sektor lainnya seperti; sektor industri, konsumsi, dan

investasi (Subari, 2009).

Dewasa ini, komoditas pertanian yang sedang mendapat perhatian khusus

adalah komoditas hortikultura (Shifa, 2010). Pembangunan hortikultura telah

memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian

nasional. Pada tingkat nasional, komoditas hortikultura menyumbang Produk

Domestik Bruto (PDB) sekitar 16,37 % terhadap PDB pertanian pada tahun 2010

dan mengalami kenaikan sebesar 2,47 % dari tahun sebelumnya (Rangkuman

Hasil Rakor Pangan Nasional, 2011).

Usaha hortikultura (buah-buahan, sayuran, florikultura, dan tanaman obat)

telah menjadi sumber pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani di skala kecil,

menengah, dan besar. Adapun daya tarik usaha hortikultura bagi masyarakat dan

petani antara lain: nilai jualnya yang tinggi, jenisnya beragam, tersedianya

sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan

internasional yang terus meningkat. Seiring dengan pengembangan yang telah

(25)

 

kebutuhan konsumen dalam negeri melalui pasar tradisional dan pasar modern,

tetapi juga telah memasok kebutuhan pasar di luar negeri. Apabila usaha

hortikultura dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi

yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan

kerja di perdesaan (Kementerian Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011).

Salah satu produk hortikultura yang saat ini yang mulai dilakukan secara

monokultur dan dikelola dengan pola agribisnis adalah buah-buahan

(Zulkarnain,2009). Pengelolaan tersebut dilakukan untuk memenuhi permintaan

pasar. Menurut Yusran (2006), besarnya permintaan pasar luar negeri terhadap

buah-buahan Indonesia masih belum dapat terpenuhi oleh produksi buah dalam

negeri. Peluang ekspor ke pasar internasional untuk komoditas buah-buahan

cukup besar. Tahun 2010 Indonesia mengekspor buah sebanyak 13.824,75 ton.

Ekspor buah manggis pada tahun 2010 menjadi penyumbang devisa terbesar dari

buah-buahan dengan jumlah berat bersih 11.387,70 ton (Kementerian Direktorat

Jenderal Hortikultura, 2011). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Buah di Indonesia Tahun 2010

No. Buah Volume Ekspor (Ton) Nilai Ekspor (US$)

1. Manggis 11.387,70 8.754.427

2. Jeruk 1.400,06 2.087.685

3. Mangga 998,55 1.065.259

4. Durian 24,87 14.849

5. Pisang 13,58 48.305

TOTAL 13.824,76 11.970.525

Sumber: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura (diolah), 2011

Dari segi pemasaran, pasar manggis pada saat ini menunjukkan

permintaan yang relatif besar daripada penawarannya, hal ini berlaku untuk pasar

(26)

yang jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan harga buah-buahan lainnya.

Ekspor manggis Indonesia pada saat musim hujan cukup besar antara 200-350 ton

per bulan, dengan nilai 250-350 ribu dollar Amerika. Adapun pada musim

kemarau hanya mencapai 40-90 ton per bulan (Departemen Pertanian, 2005 dalam

Kastaman, 2007).

Salah satu daerah di Indonesia yang cukup memiliki potensi ekspor dan

pengembangan produk hortikultura adalah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Luas lahan bukan sawah di Kabupaten Bogor menempati urutan kelima

dibandingkan kabupaten lainnnya di Jawa Barat. Kabupaten Bogor memiliki luas

lahan bukan sawah sebesar 124.039 Ha. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Tanah Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat Tahun 2010

No. Kabupaten

Luas Lahan Pertanian (Ha) Luas Lahan Bukan Pertanian (Ha) Jumlah Luas Lahan Per Kabupaten (Ha) Luas Lahan Sawah Luas Lahan Bukan Sawah

1. Sukabumi 64.077 232.023 113.282 409.382

2. Cianjur 65.540 173.218 111.390 350.148

3. Tasikmalaya 49.556 170.489 51.207 271.252

4. Garut 50.270 153.594 102.655 306.519

5. Bogor 48.484 124.039 97.024 269.547

6. Ciamis 51.853 118.269 74.357 244.479

7. Lainnya 926.944 1.501.553 1.022.362 3.450.859

TOTAL 1.256.724 2.473.185 1.572.277 5.302.186

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (diolah), 2011

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

memiliki potensi pengembangan komoditas manggis yang cukup besar. Hal ini

didukung oleh potensi pertanian Kabupaten Bogor yang cukup besar dan kondisi

agroekosistem Kabupaten Bogor yang cocok untuk budidaya komoditas manggis.

Pada tahun 2003, Departemen Pertanian telah menetapkan bahwa komoditas

(27)

 

(Departemen Pertanian, 2007). Produksi buah-buahan di Kabupaten Bogor dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Bogor Tahun 2011 No. Buah

Jumlah Pohon yang Menghasilkan (Pohon/Rumpun)

Kontribusi (%)

1. Nenas 824.223 36,96

2. Pisang 684.609 30,70

3. Rambutan 137.986 6,19

4. Pepaya 115.546 5,18

5. Jambu Biji 96.772 4,34

6. Manggis 79.221 3,55

7. Durian 70.367 3,16

8 Nangka 67.883 3,04

9. Jambu Air 28.239 1,27

10. Mangga 26.837 1,20

11. Lainnya 98.524 4,42

TOTAL 2.230.207 100,00

Sumber: Dinas Pertanian (diolah), 2012

Manggis telah menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan di Propinsi

Jawa Barat. Kabupaten Bogor menempati urutan kedua setelah Tasikmalaya

dalam memproduksi manggis. Tahun 2010, produksi manggis di Kabupaten

Bogor memberikan kontribusi sebesar 13,46 %. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi Manggis di Propinsi Jawa Barat Tahun 2010

No. Kabupaten Produksi (ton) Kontribusi (%)

1. Tasikmalaya 13.487 48,20

2. Bogor 3.766 13,46

3. Subang 3.458 12,36

4. Purwakarta 3.210 11,47

5. Sukabumi 1.707 6,10

6. Lainnya 2.355 8,42

TOTAL 27.983 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (diolah), 2011

Daerah Kabupaten Bogor terutama di Kecamatan Leuwiliang merupakan

salah satu sentra produksi manggis yang terkenal. Hal ini karena Kecamatan

(28)

manggis di Kecamatan Leuwiliang menempati urutan ketiga setelah Kecamatan

Jasinga. Jumlah produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang memberikan

kontribusi sebesar 17,18 % terhadap total produksi manggis di Kabupaten Bogor.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Produksi Manggis di Kabupaten Bogor Tahun 2011 No. Kecamatan Produksi

(Kuintal)

Jumlah Tanaman

Akhir (Pohon) Kontribusi (%)

1. Leuwisadeng 7.550 46.200 28,89

2. Jasinga 5.232 31.750 20,02

3. Leuwiliang 4.491 31.756 17,18

4. Cigudeg 4.008 11.760 15,33

5. Nanggung 1.465 20.820 5,61

6. Lainnya 3.391 42.390 12,97

TOTAL 26.137 184.676 100,00

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (diolah), 2012

1.2. Perumusan Masalah

Desa yang memiliki produksi manggis terbesar di Kecamatan Leuwiliang

adalah Desa Karacak dan Desa Barengkok. Desa Karacak merupakan kawasan

agropolitan dengan komoditas unggulan manggis. Produksi manggis di Desa

Karacak lebih besar dibandingkan produksi manggis di Desa Barengkok. Pada

tahun 2010, kontribusi yang dihasilkan dari produksi manggis di Desa Karacak

sebesar 31,78% sedangkan kontribusi produksi manggis di Desa Barengkok

sebesar 26,53%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Produksi Manggis di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor Tahun 2010

No. Desa Produksi (Kuintal) Kontribusi (%)

1. Karacak 6.425 31,78

2. Barengkok 5.365 26,53

3. Pabangbon 4.210 20,82

4. Cibeber II 3.100 15,33

5. Karyasari 1.120 5,54

6. Lainnya 0 0

TOTAL 20.220 100,00

(29)

 

Hampir seluruh manggis yang dihasilkan oleh petani di Desa Karacak dan

Barengkok dikonsumsi dalam bentuk segar. Produksi manggis di Kecamatan

Leuwiliang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Produksi manggis di Kecamatan

Leuwiliang selama 5 tahun terakhir dalam dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Produksi Manggis di Kecamatan Leuwiliang Pada Tahun 2007-2011 Tahun Produksi (Kuintal) Laju Pertumbuhan (%)

2007 2.550 -

2008 1.842 -27,76 2009 2.245 21,88 2010 20.220 800,67 2011 4.491 -77,79

Rata-rata Laju Pertumbuhan 179,25

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (diolah), 2012

Tabel 7 menunjukkan produksi manggis yang fluktuatif selama 5 tahun

terakhir. Rata-rata laju pertumbuhan produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang

sebesar 179,25%. Hasil tersebut menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan manggis

yang bernilai positif, namun terjadi penurunan produksi pada tahun 2010-2011.

Desa Karacak dan Desa Barengkok merupakan dua desa sentra penghasil

manggis di Kecamatan Leuwiliang. Fluktuasi produksi manggis di Kecamatan

Leuwiliang dipengaruhi oleh produksi manggis di setiap desa penghasil manggis.

Oleh karena itu, jika terjadi fluktuasi produksi manggis di Desa Karacak dan Desa

Barengkok maka akan menyebabkan fluktuasi produksi di Kecamatan

Leuwiliang.

Tanaman manggis secara umum masih dibudidayakan secara tradisional,

turun temurun, dan belum banyak sentuhan teknologi modern. Hal ini

mengakibatkan jumlah produksi manggis di kedua desa masih belum maksimal

sehingga masih bisa ditingkatkan. Perubahan jumlah produksi manggis di kedua

(30)

perubahan tersebut diantaranya luas lahan yang digunakan untuk menanam

manggis. Lahan manggis masih ada yang digunakan untuk menanam tanaman

yang lain (tumpang sari) meskipun telah diadakan pendampingan yang dilakukan

oleh Pusat Kajian Buah Tropika IPB (PKBT-IPB). Lahan yang semakin luas dapat

menghasilkan pohon manggis yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan lahan

sangat penting untuk penanaman pohon manggis. Semakin banyak pohon manggis

yang dapat ditanam pada lahan yang luas, maka produksi manggis yang dihasilkan

juga akan semakin banyak.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi produksi manggis yaitu umur

pohon. Pohon manggis dapat tumbuh hingga ratusan tahun dan menghasilkan

buah yang terus meningkat. Selain itu terdapat faktor lain yang diduga

mempengaruhi produksi manggis yaitu jam tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja

digunakan untuk pemeliharaan, penanganan gulma, dan proses pemanenan.

Tenaga kerja yang digunakan untuk pemeliharaan manggis dan penanganan

manggis dari gulma akan menyebabkan pohon manggis tumbuh dengan baik

sehingga akan meningkatkan jumlah produksi manggis.

Sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan, maka pertanyaan yang

dapat diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan

Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana perbedaan produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok

(31)

 

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian secara umum

adalah menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa

Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang. Adapun tujuan penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa

Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor;

2. Membandingkan produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok

Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian perbandingan produksi manggis diharapkan memberikan banyak

manfaat. Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk meningkatkan dan menambah

pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang tertulis diatas;

2. Petani mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis

sehingga petani dapat memaksimalkan faktor produksi yang dapat

meningkatkan produksi manggis;

3. Bagi pemerintah daerah dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

program-program terkait peningkatan produksi manggis dengan memberikan

arahan berproduksi secara efektif dan efisien. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi serta membantu para pembuat

(32)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah batasan-batasan dalam penelitian. Ruang

lingkup penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis

adalah:

1. Komoditas yang diteliti dalam penelitian ini adalah manggis;

2. Penelitian dilakukan di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor;

3. Penelitian dilakukan berdasarkan data musim panen manggis Januari-Maret

2012;

(33)
(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan komoditas buah

Indonesia.Di luar negeri manggis dijuluki dengan sebutan “Queen of The Tropical

Fruits”.Buah manggis memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek

yang baik untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Hal ini didukung

dengan pesaing yang relatif sedikit seperti Malaysia, Thailand dan Negara-negara

Amerika Latin (Setyo, 2009). Tanaman ini relatih mudah untuk dibudidayakan.

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan

tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau

Indonesia.Tanaman ini menyebar dari Asia Tenggara ke daerah Amerika Tengah

dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan

Australia Utara. Manggis di Indonesis disebut dengan berbagai macam nama lokal

seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara),

dan di Sumatera Barat disebut manggista. Klasifikasi botani pohon manggis

adalah sebagai berikut (Prihatman, 2000):

Divisi : Spermatophyta

Sub divis : Angiospermae

Kelas : Dicotylrdonae

Keluarga : Guttiferae

Genus : Garcinia

(35)

11

 

Buah yang dikenal sebagai “Queen of Tropical Fruits” ini memiliki bentuk

bulat. Sewaktu muda warna buah ini hijau muda dan setelah tua berwarna ungu

merah kehitaman. Buah yang berwarna hijau dengan bercak ungu sudah dapat

dipanen. Buah masak beratnya berkisar antara 30-140 gram, tebal kulit sekitar 5

mm, getah berwarna kuning, warna petal merah dan stigma halus dengan diameter

8-12 mm.

Daging buah manggis berwarna putih, bertekstur halus, dan setiap segmen

daging mengandung biji yang berukuran besar. Daging buah manggis

bersegmen-segmen yang jumlahnya berkisar antara lima hingga delapan bersegmen-segmen. Masyarakat

luas menggemari buah manggis untuk dikonsumsi sebagai “buah segar” karena

buah yang telah matang memiliki cita rasa yang khas yaitu manis, asam, dan

menyegarkan.

2.1.1. Manfaat Manggis

Menurut PKBT IPB dalam Kastaman (2007), buah manggis dapat disajikan

dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara

tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah

dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya

dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan

bangunan, kayu bakar/ kerajinan.

Menurut Setyo (2009) Kandungan lain yang terdapat pada buah manggis

adalah alpha-mangostin dan gamma-mangostin yang bersifat sebagai anti bakteri.

Alpha-mangostin juga diketahui mempunyai efektivitas yang sama baiknya

(36)

Selain itu, kandungan stilbenes pada buah manggis juga sangat bermanfaat

sebagai antifungi.

Buah manggis tidak hanya dapat dimanfaatkan daging buahnya saja, tetapi

juga kulit buahnya memiliki manfaat yang cukup besar. Daging kulit buah

manggis (pericarp) mengandung senyawa biologis aktif yang diidentifikasi

sebagai xanthones, yang memiliki sifat menyembuhkan berbagai penyakit.

Kemampuannya sebagai anti-oksidan dihitung 100 kali lebih kuat daripada

vitamin A, C dan E. Hasil penelitian menunjukan bahwa buah ini mengandung

komponen anti inflamatory yang potensial, inhibitor cox-2 dan sejumlah vitamin,

mineral serta anti-oksidan yang dapat mencegah pembekuan darah, menurunkan

kadar kolesterol darah dan membantu fungsi jantung.

2.1.2. Pembudidayaan Manggis

Teknik pemeliharaan dan pemanenan manggis memiliki hal-hal yang perlu

diperhatikan. Menurut Prihatman (2000), teknik pemeliharaan dan pemanenan manggis adalah sebagai berikut:

2.1.2.1.Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan bersamaan

dengan pemupukan dan penggemburanyaitu dua kali dalam setahun.

2) Perempalan/Pemangkasan

Ranting-ranting yang tumbuh kembar dan sudah tidak berbuah perlu

dipangkas untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Gunakan gunting

pangkas yang bersih dan tajam untuk menghindari infeksi dan lapisi bekas

(37)

13

 

3) Pemupukan

Jenis dan dosis pemupukan anjuran adalah:

a) Pohon berumur 6 bulan dipupuk campuran urea, SP-36 dan KCl (3:2:1)

sebanyak 200-250 gram/pohon.

b) Pohon berumur 1-3 tahun dipupuk campuran 400-500 gram Urea, 650-700

gram SP-36 dan 900-1000 gram KCl (3:1:2) yang diberikan dalam dua

sampai tiga kali.

c) Pohon berumur 4 tahun dan seterusnya dipupuk campuran urea, SP-36, dan

KCl (1:4:3) sebanyak 3-6 kg/pohon ditambah 40 kg/pohon pupuk kandang.

Pupuk ditaburkan di dalam larikan/di dalam lubang-lubang di sekeliling batang

dengan diameter sejauh ukuran tajuk pohon. Dalam larikan dan lubang

sekitar10-20 cm sedangkan jarak antar lubang sekitar 100-150 cm.

4) Pengairan dan Penyiraman

Tanaman yang berumur di bawah lima tahun memerlukan ketersediaan air

yang cukup dan terus menerus sehingga harus disiram satu sampai dua hari

sekali. Pohon manggis yang berumur lebih dari lima tahun, frekuensi

penyiraman berangsur-angsur dapat dikurangi. Penyiraman dilakukan pagi hari

dengan cara menggenangi saluran irigasi atau disiram.

5) Pemberian Mulsa

Mulsa jerami dihamparkan setebal 3-5 cm menutupi tanah di sekeliling

batang yang masih kecil untuk menekan gulma, menjaga kelembaban dan

(38)

2.1.2.2. Pemanenan

Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan

manggis. Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar

(SBM).Untuk konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 SBM sedangkan untuk

ekspor pada umur 104-108 SBM. Umur panen danciri fisik manggis siap panen

dapat dilihat berikut ini :

a) Panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu; berat 80-130 gram; diameter

55-60 mm.

b) Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%; berat 80-130 gram; diameter

55-60 mm.

c) Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50%; berat 80-130 gram; diameter

55-60 mm.

d) Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75%; berat 80-130 gram; diameter

55-60 mm.

e) Panen 114 hari: warna kulit ungu merah; berat 80-130 gram; diameter 55-65

mm.

Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memotong pangkal

tangkai buah dengan alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang

tinggi dapat digunakan tangga bertingkat dari kayu atau galah yang dilengkapi

pisau dan keranjang di ujungnya. Pemanjatan seringkali diperlukan karena

manggis adalah pohon hutan yang umurnya dapat lebih dari 25 tahun. Umumnya

pohon manggis di Indonesia dipanen pada bulan November sampai Maret tahun

(39)

15

 

Produksi panen pertama hanya 5-10 buah/pohon, kedua rata-rata 30

buah/pohon selanjutnya 600-1.000 buah/pohon sesuai dengan umur pohon. Pada

puncak produksi, tanaman yang dipelihara intensif dapat menghasilkan 3.000

buah/pohon dengan rata-rata 2.000 buah/pohon. Produksi satu hektar (100

tanaman) dapat mencapai 200.000 butir atau sekitar 20 ton buah.

Proses pemananenan, buah dikumpulkan dalam wadah dan disimpan pada

tempat yang teduh dan pisahkan buah yang rusak atau busuk pada tempat yang

berbeda. Buah yang disimpan pada ruangan dengan temperatur 4-6 derajat Celcius

dapat tetap segar selama 40 hari sedangkan pada 9-12 derajat Celcius tahan

sampai 33 hari.

2.2. Faktor-Faktor Produksi Usahatani

Menurut Soekartawi (1991), yang dimaksud dengan faktor produksi

adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut

mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi memang sangat

menentukan besar atau kecilnya produksi yang diperoleh. Menurut Mubyarto

(1989), faktor produksi dalam pertanian adalah tanah, modal, dan tenaga kerja.

2.2.1. Tanah

Tanah adalah salah satu faktor produksi yang tahan lama sehingga

biasanya tidak diadakan depresiasi atau penyusutan. Tanah sebagai salah satu

faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana

produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar.

Sebagai faktor produksi, tanah mendapat bagian dari hasil pruduksi karena

(40)

(rent). Tinggi rendahnya sewa tanah disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah.

Semakin subur tanah maka semakin tinggi sewa tanah, begitu pula sebaliknya.

2.2.2. Modal

Modal dapat dibagi menjadi dua yaitu modal sendiri (equity capital) dan

modal pinjaman (credit). Pemberian atau warisan sebenarnya berkedudukan di

antara modal sendiri dan modal pinjaman karena ditambahkan dari luar tetapi

tidak menimbulkan kewajiban-kewajiban tertentu bagi yang menerimanya.

Dalam proses produksi tidak ada perbedaan apapun antara modal sendiri

dan modal pinjaman, masing-masing menyumbang langsung pada produksi.

Bunga modal yang dipinjamkan harus dibayar pada kreditor untuk modal

pinjaman. Pemimpin usahatani yang bijaksana juga harus menghitung bunga

modal yang dimilikinya sendiri, walaupun tidak perlu dibayarkan. Modal yang

produktif adalah modal yang menyumbang hasil total sebanyak biayanya.

2.2.3. Tenaga Kerja

Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani

sendiri.Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan

keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai

dalam uang.

Sebagian besar pengetahuan dan keterampilan petani dalam bekerja

diperoleh dari orang tuanya. Namun terkadang teknologi baru untuk peningkatan

produksi di bidang pertanian berasal dari tempat yang jauh dari petani.

Produktivitas tenaga kerja pertanian dapat ditingkatkan melalui berbagai cara

antara lain dengan cara pendidikan dan latihan untuk meningkatkan mutu dan

(41)

17

  2.3. Penelitian Terdahulu

Studi yang terkait mengenai analisis usahatani sudah banyak dilakukan.

Adapun beberapa penelitian terdahulu membahas analisis yang sama dengan

komoditas yang berbeda dan membahas komoditi yang sama namun dengan

analisis yang sedikit berbeda.

Setyo (2009) melakukan penelitian mengenai produksi perdagangan

manggis. Tujuan yang dicapai dalam penelitian tersebut adalah memberikan

gambaran mengenai karakteristik negara tujuan utama ekspor manggis Indonesia

dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan manggis

Indonesia serta faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan

volume ekspor ke negara tujuan. Hasil analisis regresi menggambarkan kinerja

variabel dalam model sehingga diperoleh faktor apa saja yang signifikan

mempengaruhi volume ekspor manggis Indonesia ke negara tujuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor manggis Indonesia

adalah GDP negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak negara tujuan dengan

Indonesia, penggunaan manggis sebagai sesaji di negara tujuan, dan pelaksanaan

kebijakan karantina oleh negara tujuan. Faktor yang memberikan pengaruh

signifikan pada selang kepercayaan 10 % adalah dummy penggunaan manggis

sebagai sesaji di negara tujuan dan dummy pelaksanaan karantina oleh negara

tujuan. Variabel jarak berpengaruh signifikan pada selang kepercayaan 30 %.

Variabel pelaksanaan karantina di negara tujuan merupakan variabel paling

signifikan yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 93 %. Hal tersebut

(42)

menyebabkan manggis Indonesia belum bisa diterima di beberapa negara dengan

alasan teknologi produksi yang masih buruk.

Berdasarkan hasil analisis regresi Setyo diperoleh nilai koefisien

determinasi R² sebesar 53,6 %. Artinya menunjukkan bahwa variabel-variabel

independen dalam model yang dibangun mampu menjelaskan sebanyak 53,6 %

perubahan yang terjadi pada volume ekspor manggis Indonesia ke negara tujuan.

Sebesar 46,4 % diterangkan oleh faktor lain di luar model.

Penelitian lainnya oleh Timor (2008) yang menganalisis Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia. Tujuan dari

penelitian ini (1) mengkaji perkembangan produksi, konsumsi, dan impor jagung

di Indonesia, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung

di Indonesia, dan (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor

jagung di Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan produksi jagung di

Indonesia disebabkan oleh peningkatan luas areal dan produktivitas jagung.Luas

areal mengalami peningkatan secara fluktuatif dan terkonsentrasi di Pulau Jawa,

disamping itu terjadi pergeseran dari lahan kering ke lahan sawah beririgasi pada

musim kemarau. Produktivitas jagung di Indonesia masih relatif rendah karena

sistem usaha tani belum optimal, yaitu sebagian besar petani masih menggunakan

benih varietas jagung lokal, penggunaan pupuk yang belum berimbang, dan masih

terbatasnya penggunaan pestisida untuk pengendalian hama.

Hasil estimasi diperoleh pada taraf nyata 5%. Untuk persamaan luas areal

panen, variabel yang berpengaruh nyata adalah harga riil jagung di tingkat

(43)

19

 

sebelumnya. Hasil estimasi untuk produktivitas jagung hanya variabel

produktivitas tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata.

2.4. Kebaruan Penelitian

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Persamaan penelitian-penelitian ini dengan Setyo (2009) adalah

komoditas penelitian yang dibahas dalam penelitian. Perbedaan penelitian ini

adalah analisis yang dilakukan dalam penelitian. Penelitian Setyo (2009)

membahas analisis regresi. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor

manggis Indonesia adalah GDP negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak

negara tujuan dengan Indonesia, penggunaan manggis sebagai sesaji di negara

tujuan, dan pelaksanaan kebijakan karantina oleh negara tujuan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Timor (2008) adalah komoditas

dan beberapa tujuan penelitian yang akan di bahas. Penelitian Timor (2008)

mengkaji perkembangan produksi, konsumsi, dan impor jagung di Indonesia dan

faktor-faktor yang mempengaruhi impor jagung.Penelitian ini dilakukan secara

time series. Persamaan penelitian adalah pada analisis faktor-faktor yang

memproduksi komoditas.

Penelitian ini menitikberatkan pada analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang pada dua desa sentra

manggis. Penelitian ini akan melihat perbandingan dua desa yang memiliki

(44)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam

menjalankan penelitian. Penelitian ini meliputi konsep produksi, faktor-faktor dan

perbandingan produksi usahatani manggis.

3.1.1. Konsep Usahatani

Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang

ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi

pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat

mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya

dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan

keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

3.1.2. Konsep Pendapatan Usahatani

Menurut Hernanto (1996), kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai

produksi di bidang pertanian. Pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang

diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikuarangi atau memperhitungkan biaya

yang telah dikeluarkan. Penerimaan usahatani atau pendapatannya akan

mendorong petani untuk dapat mengalokasikannya dalam berbagai kegiatan

seperti untuk biaya produksi periode selanjutnya, tabungan, dan pengeluaran lain

untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menurut Soekartawi (2002), pendapatan

usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi secara

(45)

21

  π = TR – TC

Keterangan:

π = pendapatan usahatani

TR = total penerimaan

TC = total biaya

3.1.3. Konsep Produksi

Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Menurut

Mubyarto (1989), suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasi produksi

fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input) disebut dengan fungsi

produksi. Dalam matematika sederhana fungsi produksi ini adalah:

Y = f ( , ……… )

Keterangan:

Y = hasil produksi fisik

…… = faktor-faktor produksi

3.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Manggis

Hubungan antar faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya

disebut dengan fungsi produksi atau juga disebut dengan factor relationship

(Soekartawi, 1991). Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jumlah pohon per luas lahan, umur pohon manggis, dan jam tenaga kerja (HOK).

3.1.4.1. Jumlah Pohon

Menurut Hernanto (1996), dengan lahan usahatani yang sempit akan

membatasi petani berbuat pada rencana yang lebih lapang. Keadaan yang

(46)

keputusasaan. Tanah yang sempit dengan kualitas tanah yang kurang baik

merupakan beban bagi petani pengelola usahatani.

Lahan yang semakin luas dapat ditumbuhi pohon lebih banyak. Semakin

banyak pohon manggis yang dapat ditanami maka buah yang dapat dihasilkan

semakin banyak.

3.1.4.2. Umur Pohon

Tanaman manggis memiliki satu kelemahan dalam proses pembudidayaan.

Kelemahan tersebut adalah waktu pertumbuhan tanaman yang sangat lambat.

Tanaman manggis diperbanyak melalui benih dan akan mulai berbuah pada umur

3 - 8 tahun.1

3.1.4.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam penelitian ini adalah berdasarkan jam penggunaan

tenaga kerja (HOK). Menurut Rahmawati (2007), terdapat tiga jenis tenaga kerja

yang digunakan dalam usahatani yaitu manusia, ternak, dan mekanik. Tenaga

kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga itu sendiri atau dari luar

keluarga. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan

anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan

usahatani berdasarkan tingkat kemampuanya.

Kegiatan usahatani memerlukan tenaga kerja yang meliputi hampir seluruh

proses produksi berlangsung. Kebutuhan kerja setiap cabang usaha akan berbeda

berdasarkan jenis kegiatan, jenis kegiatan, jenis komoditi, tingkat teknologi,

intensitas kombinasi dari faktor produksi, dan skala usahanya serta waktu

(Hernanto, 1996).

      

1

(47)

23

  3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Manggis (Garcinia mangostana L.) yang sering dijuluki “Queen of The

Tropical Fruits” merupakan komoditas buah Indonesia. Manggis merupakan

tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan

Asia Tenggara.

Desa Karacak dan Desa Barengkok merupakan desa yang memiliki potensi

yang baik dalam memproduksi manggis. Selain itu Desa Karacak dan Desa

Barengkok merupakan desa produksi manggis terbesar di Kecamatan Leuwiliang.

Desa Karacak merupakan kawasan agropolitan dengan komoditas unggulan

manggis. Hampir seluruh manggis yang dihasilkan oleh petani di Desa Karacak

dan Barengkok dikonsumsi dalam bentuk segar.

Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani manggis diantaranya

jumlah pohon manggis per luas lahan, jarak tanam pohon manggis per luas lahan,

dan jam tenaga kerja. Analisis yang dilakukan meliputi analisis regresi untuk

mengetahui faktor yang berpengaruh dalam memproduksi manggis. Selanjutnya

dilakukan pengujian terhadap model yang telah diperoleh. Analisis dilakukan

untuk mengetahui perbedaan produksi manggis di Desa Karacak dan Desa

Barengkok. Analisis menggunakan uji t dua sampel.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi usahatani manggis dan membandingkan produksi petani manggis

di Desa Karacak dan Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten

Bogor.Adapun alur pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada

(48)
[image:48.595.112.484.85.752.2]

Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Pemikiran

Tidak ada perbedaan produksi manggis dikedua desa disebabkan oleh teknik pembudidayaan yang sama

Potensi Pengembangan Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis

Identifikasi faktor yang mempengaruhi produksi manggis di Desa Karacak dan

Desa Barengkok

Perbandingan perbedaan produksi usahatani manggis di Desa Karacak

(49)
(50)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan Oktober-November 2012 di Desa

Karacak dan Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor,

Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive).

Alasan pemilihan lokasi karena desa ini memiliki komoditas unggulan, yaitu

manggis. Desa Karacak dan Desa Barengkok merupakan daerah penghasil

manggis terbesar di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dengan kontribusi

masing-masing 31,78% dan 26,53% (BPS Kabupaten Bogor, 2011). Sementara

Kecamatan Leuwiliang merupakan penghasil manggis ketiga terbesar di

Kabupaten Bogor.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara langsung

menggunakan kuisioner yang telah disiapkan kepada petani manggis di Desa

Karacak dan Desa Barengkok. Data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur

penunjang seperti buku, jurnal, artikel dari internet, makalah, dan literatur lain

dari instansi terkait. Data sekunder diperlukan untuk melengkapi hasil wawancara

meliputi data statistik instansi terkait.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini mengunakan beberapa petani manggis sebagai sampel yang

terdapat di Desa Karacak dan Desa Barengkok. Pengambilan data primer

(51)

26 

 

informan yang diketahui. Sebelum wawancara dilakukan dipersiapkan panduan

pertanyaan agar wawancara terarah dan sesuai tujuan penelitian. Metode

pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Metode ini

diartikan pengambilan sampel berdasarkan kesengajaan (Soekartawi, 1995).

Peneliti melakukan wawancara pertama ke Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa

Karacak lalu sampel ini diminta untuk memilih sampel lain untuk dijadikan

sampel lagi hingga berjumlah 29 orang. Begitu juga pengambilan sampel di Desa

Barengkok mula-mula dengan mewawancarai Ketua Kelompok Tani 89 lalu

responden ini diminta untuk memilih responden lain hingga berjumlah 20 orang.

Jumlah sampel sebanyak 49 orang dianggap dapat merepresentasikan keseluruhan

petani manggis di kedua desa.

4.4. Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif.

Analisis kuantitatif dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi manggis dengan menggunakan model regresi linear

berganda dan menganalisis ada atau tidaknya perbedaan produksi manggis di

Desa Karacak dan Desa Barengkok dengan menggunakan uji beda dua sampel

bebas. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan Software Eviews, SPSS,

dan Minitab.

4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis

Guna menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi manggis di

Desa Karacak dan Desa Barengkok digunakan model regresi linear berganda.

Model regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh jumlah

(52)

manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok. Model regresi linear berganda

dalam penelitian ini adalah:

= + + + +

Keterangan :

Y = Jumlah produksi manggis (Kg)

h = 1 : Desa Karacak

h = 2 : Desa Barengkok

= Jumlah pohon milik petani ke-i pada desa h (Pohon)

= Umur pohon milik petani ke-i pada desa h (Tahun)

= Jam kerja petani ke-i pada desa h (HOK)

i = Jumlah sampel 1-29 (Desa Karacak), 1-20 (Desa Barengkok)

= Intersep

, , = Koefisien masing-masing faktor produksi

ε = Error

4.4.1.1. Metode Pengujian Model

Metode pengujian model yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji

ekonomi, uji statistik, dan uji asumsi. Uji secara ekonomi dilakukan berdasarkan

tanda pada setiap variabel bebas dalam model pendugaan. Uji statistik terdiri dari

uji-t, uji-F, dan R2. Uji ekonometrika terdiri dari uji normalitas, uji

heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas. Pengujian model pada penelitian ini

menggunakan taraf α sebesar 10 %.

4.4.1.1.1. Uji Ekonomi

Uji secara ekonomi dilakukan berdasarkan tanda yang ada pada setiap

(53)

28 

 

bernilai positif. Nilai positif dalam hasil estimasi model pendugaan artinya

penambahan penggunaan input yang digunakan setiap satu unit hingga mencapai

kondisi optimal akan meningkatkan produksi manggis per satuan unit.

4.4.1.1.2. Uji Statistik

Hipotesis dalam uji statistik dapat dilihat melalui hasil model yang terlihat

berpengaruh nyata atau tidak. Hipotesis ini diuji dengan menggunakan uji-t dan

uji-F dari faktor-faktor jumlah pohon, umur pohon, dan jam tenaga kerja.

Menurut Juanda (2009), Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya.

Secara matematis, hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : b1 = b2 = ... = bi = 0 ; artinya tidak ada satu pun variabel bebas

yang berpengaruh nyata

H1 : minimal ada 1 bi≠ 0 ; artinya ada minimal satu variabel bebas

yang berpengaruh nyata

Rumus untuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut:

= ⁄

Keterangan:

n = jumlah pengamatan

k = jumlah variabel termasuk intersep

= jumlah kuadrat regresi jumlah kuadrat total

Jika nilai hitung F tidak lebih besar daripada nilai F kritis, maka tidak

(54)

terhadap variabel tak bebas (Gujarati, 2007). Selain itu, uji-F juga dapat dilakukan

dengan :

P-value uji-F > α, maka terima H0. Artinya variabel bebas dalam model secara

bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

manggis.

P-value uji-F < α, maka tolak H0. Artinya variabel bebas dalam model secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi manggis.

Kemudian, uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen

secara terpisah mempengaruhi variabel dependennya. Secara matematis adalah

sebagai berikut:

H0 : bi = 0 ; artinya variabel bebas tidak memiliki

pengaruh yang nyata terhadap produksi

manggis

H1 : bi> 0 ; i = 1,2,3, ... n ;artinya variabel bebas memiliki pengaruh

positif yang bersifat nyata terhadap

produksi manggis

Rumus untuk menghitung t-hitung adalah sebagai berikut:

b sb

Keterangan:

= Koefisien variabel bebas ke-i yang diduga

= Standar deviasi koefisien variabel bebas ke-i yang diduga

Jika nilai t-hitung tidak lebih besar daripada nilai t-kritis, maka tidak tolak

hipotesis nol bahwa variabel-variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh

(55)

30 

 

P-value uji-t < α, maka tolak H0. Artinya variabel bebas berpengaruh nyata

terhadap produksi manggis.

P-value uji-t > α, maka terima H0. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi manggis.

Adapun koefisien determinasi disesuaikan (R2adjusted) adalah koefisien

determinasi yang mempertimbangkan (disesuaikan dengan) derajat bebas. Derajat

bebas besarnya tergantung dengan banyaknya variabel penjelas. Secara

matematis, rumus R2adjusted adalah sebagai berikut (Gujarati, 2007):

= 1-(1-R2)

Keterangan:

= Koefisien determinasi

= R2adjusted

n = Jumlah observasi

k = Jumlah parameter

4.4.1.1.3. Uji Ekonometrika

Uji ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga

jenis pengujian. Pengujian meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas,

dan uji normalitas.

Uji Multikolinearitas

Dalam praktek, sering dihadapkan dengan masalah yang lebih sulit dengan

peubah-peubah bebas yang tingkat multikolinearitas (kolineritas ganda) tidak

sempurna tapi tinggi. Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah (atau

kombinasi peubah) bebas berkolerasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang

(56)

Pengujian multikolinear dapat dilihat melalui pengujian Variance Inflation

Factor (VIF). Persamaan dalam model regresi yang tidak mengalami masalah

multikolineritas serius memiliki nilai VIF di bawah 10. Nilai VIF yang lebih besar

dari 10 menunjukkan terjadinya multikolinearitas serius. Rumus VIF adalah

sebagai berikut:

VIF =

Keterangan :

Rj2 = Koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j dengan variabel

bebas lainnya.

Uji Heteroskedastisitas

Menurut Juanda (2009), salah satu asumsi dari model regresi linear adalah

bahwa ragam sisaan ( ) sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama untuk

tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka kita

katakan ada masalah heteroskedastisitas.

Pengujian masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan

uji White (White Test). Uji ini tidak harus mengasumsikan bahwa komponen

sisaan menyebar normal. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian

heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat heteroskedastisitas (homoskedastisitas)

H1 : terdapat heteroskedastisitas

Kriteria Pengujian:

Jika P-value uji White < α, maka tolak H0; artinya terdapat

(57)

32 

 

Jika P-value uji White > α, maka terima H0; artinya tidak terdapat

heteroskedastisitas (homoskedastisitas).

Uji Normalitas

Menurut Gujarati (2007) uji normalitas yang kini menjadi populer dan

termasuk di dalam beberapa paket komputer statistik adalah uji Jarque-Bera (JB).

Uji ini merupakan uji asimtotis atau sampel besar dan didasarkan atas residu OLS.

Secara matematis uji Jarque-Bera (JB) adalah sebagai berikut:

JB =

Keterangan:

n = Jumlah pengamatan

S = Koefisien Skewness

K = Koefisien Kurtosis

Hipotesis pada uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : Error menyebar normal

H1 : Error tidak menyebar normal

Kriteria Pengujian:

Jika P-Value uji normalitas > α maka terima H0; error menyebar normal.

Jika P-Value uji normalitas < α maka tolak H0; error tidak menyebar

normal.

4.4.2. Analisis Ada Tidaknya Perbedaan Produksi Manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok

Guna mengetahui ada atau tidaknya perbedaan produksi manggis di Desa

Karacak dan Desa Barengkok digunakan analisis uji beda dua sampel (T-Test).

Uji-t dua sampel ini tergolong uji perbandingan (uji komparatif) untuk

(58)

berbeda. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari t-hitung adalah (Riduwan,

2003):

thitung =

Keterangan:

= Rata-rata sampel ke-1 = Rata-rata produksi manggis di Desa Karacak

= Rata-rata sampel ke-2 = Rata-rata produksi manggis di Desa Barengkok

= Standar deviasi sampel ke-1 = Standar deviasi produksi manggis di Desa

Karacak

= Standar deviasi sampel ke-2 = Standar deviasi produksi manggis di Desa

Barengkok

= Varians sampel ke-1 = Varian produksi manggis di Desa Karacak

= Varian sampel ke-2 = Varian produksi manggis di Desa Barengkok

= Jumlah sampel ke-1 = Jumlah sampel di Desa Karacak ( = 29)

= Jumlah sampel ke-2 = Jumlah sampel di Desa Barengkok ( = 20)

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

H0 : Produksi manggis di Desa Karacak tidak berbeda dengan produksi

manggis di Desa Barengkok.

H1 : Produksi manggis di Desa Karacak lebih besar daripada produksi

manggis di Desa Barengkok.

Kriteria Pengujian:

Jika P-Value uji beda dua sampel bebas > α maka terima H0; produksi

manggis dikedua desa tidak

(59)

34 

 

Jika P-Value uji beda dua sampel bebas < α maka tolak H0; produksi

manggis Desa Karacak lebih

besar daripada produksi

manggis di Desa Barengkok.

4.5. Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki beberapa definisi istilah yang dipakai, antara lain:

1. Petani manggis adalah petani yang melakukan usahatani manggis dan

memiliki pohon manggis.

2. Luas lahan adalah luas lahan yang digunakan usahatani manggis dalam satuan

m2.

3. Faktor produksi manggis berupa jumlah pohon manggis, jarak tanam, dan jam

tenaga kerja (HOK).

4. Pohon manggis adalah jumlah pohon manggis persatuan luas lahan.

5. Umur pohon adalah lamanya waktu hidup pohon manggis yang terhitung

sejak tanaman mulai ditanam.

6. Jam tenaga kerja adalah penggunaan waktu yang digunakan dalam proses

pemanenan manggis. Tenaga kerja tidak dibedakan berdasarkan apapun baik

jenis kelamin, status dalam keluarga, dan lainnya. Penggunaan tenaga kerja

dinyatakan dengan satuan HOK dengan lama kerja 8 jam per hari.

7. Jumlah produksi adalah hasil manggis yang didapat dari luas lahan tertentu

(60)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Desa Karacak

Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terdapat di wilayah

Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.Luas wilayah Desa Karacak adalah

710,023 Ha. Desa Karacak terdiri dari lima dusun dan 17 kampung, yang terdiri

dari 10 RW dan 43 RT. Batas wilayah Desa Karacak adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Barengkok

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulan

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karyasari

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pabangbon dan Desa Cibeber II

Desa Karacak memiliki ketinggian 5.000 mdl dari permukaan laut. Curah

hujan rata-rata tahunan sebesar 4.683 mm. Luas areal tanah meliputi pemukiman

penduduk, pembangunan, pertanian sawah, perkebunan, sarana rekreasi dan olah

raga, dan perikanan darat/air tawar.

5.1.1. Sebaran Penduduk Desa Karacak Menurut Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Desa Karacak pada Desember 2011, terdapat 10.862

orang.Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.549 orang dan jumlah penduduk

perempuan sebanyak 5.313 orang dengan jumlah keluarga sebanyak 2.855

KK.Mata pencaharian penduduk Desa Karacak berbeda-beda. Sebaran penduduk

(61)

36    5.2. Leuw yang wilay a. S b. S c. S d. S berco pema 5.2.1 sebag peda Bare Gambar Desa B wiliang, Ka

g terdiri dar

yah Desa B

Sebelah Uta Sebelah Tim Sebelah Sela Sebelah Bar Sebagian ocok tanam anfaatan lah

1. Sebaran

Sebagian

gai petani y

agang seban

[image:61.595.197.360.98.253.2]

ngkok men

Gambar 2.

ran Umum

arengkok m

abupaten B

ri 12 Ruku

arengkok ad

ara berbatasa

mur berbatas

atan berbata

rat berbatasa

n besar pe

m. Pemanfa

han untuk sa

n Penduduk

n besar m

yaitu seban

nyak 1.250 j

nurut mata p

Mata Pencaha

m Desa Bare

merupakan

ogor.Luas

un Warga (R

dalah sebag

an dengan D

san dengan

asan dengan

an dengan D

emanfaatan

faatan lahan

awah adalah

k Menurut

mata pencah

nyak 1.300 j

jiwa atau s

pencaharian

arian Masyara

engkok

salah satu

wilayah D

RW) dan 4

gai berikut:

Desa Leuwi

Desa Situ I

n Desa Kara

Desa Cibebe

lahan Des

n untuk la

h 220 Ha.

Mata Penc

harian pend

jiwa atau s

sekitar 33,24 dapat diliha Pedagang 8.12 % B 7. Pe 5. Lain‐lain 79.79 %

akat Desa Kar

u desa di

esa Bareng

49 Rukun T

imekar lir, Kecama acak er II sa Barengk adang adal caharian duduk Des ekitar 34,57

4 %. Komp

at pada Tab

uruh .03 %

etani 16 %

racak

wilayah K

gkok adalah Tetangga (R atan Cibung kok digunak ah 160,648 a Barengk

7 %. Adapu

posisi pendu

bel 8.

Kecamatan

h 450 Ha,

RT). Batas

gbulan

kan untuk

8 Ha dan

kok adalah

un sebagai

(62)
[image:62.595.124.504.112.256.2]

Tabel 8. Sebaran Penduduk Desa Barengkok Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011

Mata pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Petani 1.300 34,57

Pedagang 1.250 33,24

Buruh Bangunan 640 17,02

Buruh Pabrik 500 13,30

Tukang Ojeg 35 0,93

TNI/POLRI 15 0,40

Penjahit 4 0,11

Bengkel 16 0,43

TOTAL 3.760 100,00

Sumber : Profil Desa Barengkok, 2012

5.2.2. Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Sebagian besar penduduk Desa Barengkok berpendidikan SMA/sederajat

sebanyak 3.918 jiwa atau sebesar 37,65 %. Sebaran terkecil penduduk

bependidikan perguruan tinggi sebesar 92 jiwa atau sekitar 0,88 %. Sebaran

penduduk Desa Barengkok menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran Penduduk Desa Barengkok Menurut Pendidikan Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tamat SD/sederajat 3.587 34,47

Tamat SLTP/sederajat 2.639 25,36

Tamat SMA/sederajat 3.918 37,65

Tamat Akademik 169 1,62

Tamat Peguruan Tinggi 92 0,88

TOTAL 10.405 100,00

Sumber : Profil Desa Barengkok, 2012

5.3. Gambaran Umum Usahatani Manggis di Desa Karacak dan Barengkok

Budidaya manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok sebagian besar

dilakukan dengan menggunakan sistem polikultur/monokultur dengan jarak tanam

yang bervariasi. Hanya sedikit yang menggunakan sistem monokultur dengan

jarak tanam yang teratur. Pada umumnya kebun manggis merupakan warisan dan

(63)

38 

 

pemupukan, pengendalian hama, sanitasi kebun, pemangkasan cabang/ranting

maupun pembungkusan buah, serta mengabaikan cara pemanenan sesuai yang

dianjurkan (Departemen Pertanian, 2007).

Penanaman manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok pada

umumnya tersebar di kelompok-kelompok hamparan yang relatif tidak luas dan

jarak tanamnya pun belum teratur. Hal ini mengakibatkan data keragaan kebun

manggis termasuk populasi tanaman per hektar juga sulit ditentukan secara akurat.

Manggis yang dibudidayakan di Desa Karacak dan Desa Barengkok

diperbanyak secara generatif atau dengan biji dan bukan secara vegetaif

(cangkokan/okulasi/sambung pucuk). Hal ini menyebabkan manggis dapat

dipanen setelah berumur delapan tahun atau lebih.

Sebagian besar hasil panen manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok

dijual dalam bentuk segar. Pemanenan buah manggis dilakukan secara manual.

Pemetikan buah dilakukan dengan memanjat pohon hingga ke ujung-ujung

cabang. Buah yang telah dipetik dimasukkan kedalam karung atau keranjang

tanpa dilakukan sortasi, grading buah maupun pencucian. Buah manggis

dipasarkan ke tengkulak/pengumpul yang datang langsung ke lokasi/kebun

manggis.

5.4. Karakteristik Petani

Petani responden dalam penelitian ini berjumlah 49 orang, yakni 29 petani

manggis di Desa Karacak dan 20 petani manggis di Desa Barengkok.

Karakteristik petani responden antara lain: umur, pendidikan, dan pengalaman

(64)

5.4.1. Umur Petani

Petani yang mengusahakan manggis di Desa Karcak dan Desa Barengkok

berada

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Buah di Indonesia Tahun
Tabel 2. Luas Tanah Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat
Tabel 3. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Bogor Tahun 2011
Tabel 7. Produksi Manggis di Kecamatan Leuwiliang Pada Tahun 2007-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Pekandangan Sangrah Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi cabe jamu maka

Chrisman B.H.Siregar:Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan nila, 2000 USU e-Repository © 2008... Chrisman B.H.Siregar:Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI WORTEL DI KABUPATEN TEGAL (KASUS DESA

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Gunistiyo (2009) , “ Identifikasi Faktor-Faktor Utama yang Berpengaruh Pada Efisiensi Usahatani Bawang Merah Di Desa Sisalem Kecamatan Wanasari

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam rakyat yaitu luas lahan, bibit garam dan tenaga kerja di Desa Matang Tunong

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR - FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHA TANI JERUK PAMELO MADU BAGENG ( Kasus Kelompok Tani di Desa

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes.. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Tujuan penelitian ini adalah melakukan estimasi terhadap faktor-faktot apa saja yang mempengaruhi produksi usaha tani kopi di Desa Burni Bius Baru Kecamatan Silih Nara Kabupaten Aceh