• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina 90

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina 90"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI MODEL

PONDOK PESANTREN AGRIBISNIS MINA 90

NUR NUDHAR AZIZAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina 90 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

NUR NUDHAR AZIZAH. Rancang Bangun Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina 90. Dibimbing oleh BURHANUDDIN.

Pondok Pesantren Mina 90 merupakan salah satu pondok pesantren yang berencana menggabungkan kurikulum pendidikan umum dan agama dengan kurikulum muatan lokal di bidang agribisnis. Untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan 2 kegiatan pendidikan tersebut dibutuhkan sebuah sistem informasi model pondok pesantren agribisnis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem informasi dan merancang sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90. Metode pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara dengan stakeholder yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Mina 90. Perancangan sistem menggunakan metode system development life cycle (SDLC) dengan pemodelan proses menggunakan data flow diagram (DFD). Penelitian ini menghasilkan sebuah rancangan sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90 dengan 2 proses utama, pendidikan pondok pesantren dan usaha pembenihan lele. Sistem informasi ini diharapkan mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Mina 90.

Kata kunci: DFD, pondok pesantren, sistem informasi

ABSTRACT

NUR NUDHAR AZIZAH. Design of Information Systems Model Mina 90 Agribusiness Boarding School. Supervised by BURHANUDDIN.

Mina 90 Boarding School is one of the boarding school which planning to merge general and religious education curriculum with local curriculum in agribusiness. To balance and harmonize the educational activities is required an information system model of agribusiness boarding school. This study aims to identify the components of information systems and design of information systems model of Mina 90 agribusiness boarding school. Used data collection methods was stakeholder interviews related to the Pondok Pesantren Mina 90. System design methods used system development life cycle (SDLC) methods with process modeling using data flow diagram (DFD). The study produced adesign model of information system of Mina 90 agribusiness boarding school with 2 major processes, boarding school educational, and catfish hatchery operations. This information system is expected to improve the effectiveness and efficiency of all activities carried out in Pondok Pesantren Mina 90.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI MODEL

PONDOK PESANTREN AGRIBISNIS MINA 90

NUR NUDHAR AZIZAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Rancang Bangun Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina 90

Nama : Nur Nudhar Azizah

NIM : H34090095

Disetujui oleh

Ir Burhanuddin, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Rancang bangun sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan suri teladan terbaik bagi umat manusia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Burhanuddin, MM sebagai pembimbing yang telah memberikan banyak ide dalam pembuatan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc yang senantiasa mengarahkan dan membantu dalam menjalani masa-masa perkuliahan sebagai wali akademik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, bapak, dan seluruh keluarga atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Tidak lupa, penghargaan penulis sampaikan kepada keluarga besar Pondok Pesantren Mina 90 dan petani pembenihan lele yang sudah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kementerian Agama yang telah memberikan beasiswa full studi melalui jalur PBSB. Penulis mengucapkan terima kasih dan sukses untuk teman-teman Agribisnis 46 khususnya teman sebimbingan, keluarga besar KMNU IPB serta penghuni setia Wisma Ash-Shohwah atas dukungan motivasinya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

KERANGKA PEMIKIRAN 7

Kerangka Pemikiran Teoritis 7

Pondok Pesantren 7

Sistem Informasi 8

Analisis dan Perancangan Sistem 9

System Development Life Cycle (SDLC) 9

Data Flow Diagram (DFD) 10

Kerangka Pemikiran Operasional 11

METODE PENELITIAN 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Jenis dan Sumber Data 13

Metode Pengumpulan Data 13

Pengolahan dan Analisis Data 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Gambaran Umum Pondok Pesantren Mina 90 16

Letak, Luas, dan Kondisi Geografis 16

Visi dan Misi Pondok Pesantren 16

Program Utama Pondok Pesantren 16

Sejarah Pondok Pesantren 17

Investigasi dan Analisis Sistem 18

Potensi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Pondok

Pesantren Mina 90 18

Sistem Pondok Pesantren Mina 90 19

Komponen Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina

90 19 Rancang Bangun Sistem Informasi Model Agribisnis Pondok Pesantren

Mina 90 25

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren 27

Sistem Usaha Pembenihan Lele 31

SIMPULAN DAN SARAN 39

Simpulan 39 Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 39

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional 12 

2 Hierarki diagram DFD 15 

3 Peta lokasi Pondok Pesantren Mina 90 17 

4 Data pribadi santri 20 

5 Data pribadi pengajar 21 

6 Daftar inventaris barang Pondok Pesantren Mina 90 21 

7 Daftar mata pelajaran Mts Mina 90 22

8 Jadwal pelajaran Mts Mina 90 22 

9 Buku harian divisi keuangan 23 

10 Buku kas harian 23 

11 Laporan arus kas 24 

12 Laporan laba/rugi 24 

13 Daftar kebutuhan bahan baku 25 

14 Buku harian divisi produksi 25

15 Jadwal produksi 25

16 Buku harian divisi pemasaran 26

17 Daftar pemesanan benih lele 26

18 Daftar organisasi usaha pembenihan lele 26  19 Diagram konteks sistem informasi model pondok pesantren agribisnis

Mina 90 29

20 Diagram level 1 sistem informasi model pondok pesantren agribisnis

Mina 90 30

21 Diagram level 2 sistem informasi model pondok pesantren agribisnis

Mina 90 33

22 Diagram level 3 dari sistem pendidikan Pondok Pesantren Mina 90 34 23 Diagram level 3 dari sistem usaha pembenihan lele 38  

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang telah lama berdiri di Indonesia. Peranan pondok pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, melainkan juga sebagai lembaga sosial dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Pada hakikatnya pesantren memiliki akar budaya yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Islam. Pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, terutama dalam kedudukannya sebagai lembaga pendidikan agama yang berfungsi sebagai wahana sosial nilai-nilai ajaran agama Islam, tetapi juga dalam makna keaslian Indonesia yakni sebagai lembaga sosial.

Ketersediaan sumberdaya manusia adalah potensi utama yang dimiliki oleh pondok pesantren. Data Kementerian Agama tahun 2011 tercatat bahwa jumlah pondok pesantren di Indonesia 27 218 pesantren. Berdasarkan tipologi pesantren terdapat sebanyak 13 446 (49.4%) pesantren salafiyah, 3 064 (11.3%) khalafiyah, dan 10 708 (39.3%) pesantren kombinasi. Jumlah santri secara keseluruhan adalah 3 642 738 orang santri, terdiri dari 1 985 580 orang (52%) santri laki-laki dan 1 747 158 orang (48%) santri perempuan. Berdasarkan sebaran geografisnya, sebanyak 22 092 (81.17%) pondok pesantren yang terletak di pedesaan, 3 168 (11.64%) pondok pesantren terletak di perkotaan, dan 1 957 (7.19%) pondok pesantren terletak di daerah transisi pedesaan-perkotaan1. Selain potensi sumberdaya manusia (santri), pesantren memiliki potensi sumberdaya alam yang mendukung kegiatan pertanian karena sebagian besar pondok pesantren terletak di pedesaan. Jika kedua potensi sumberdaya tersebut dikembangkan dan diberdayakan dengan baik melalui kegiatan yang produktif maka mampu meningkatkan kesejahteraan bagi santri dan lingkungan pondok pesantren serta kemandirian ekonomi pondok pesantren tersebut.

Saat ini, pesantren kurang mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan. Paradigma masyarakat tentang pesantren masih sangat sempit yaitu pesantren hanya sebagai lembaga pendidikan Islam yang dipergunakan sebagai tempat untuk menyebarkan agama Islam dan mendalami ajaran-ajarannya dengan menggunakan sistem asrama. Murtadho (tahun tidak diketahui) mengatakan paradigma yang menghinggapi pandangan kalangan keluarga pesantren yaitu pondok pesantren sebagai lembaga keulamaan. Pondok pesantren dipahami hanya sebagai tempat pengajaran dan pembelajaran agama untuk mencetak para calon ulama yang nantinya diterjunkan ke tengah masyarakat. Oleh karena itu, dipandang naif mengembangkan pesantren untuk keperluan di luar kerangka pendidikan agama dan keulamaan seperti pondok pesantren untuk pendidikan usaha pertanian, peternakan, dan lain sebagainya2. Adanya paradigma tersebut, menyebabkan pesantren jarang sekali hadir dalam pembahasan peningkatan ekonomi, misalnya untuk menciptakan kemandirian ekonomi pesantren itu sendiri. Selama ini kemandirian pondok pesantren masih terbatas pada sikap sosial, politik, dan

1

http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2-bukustat20102011 [diakses 2013 Feb 6]

2

(12)

budaya, namun belum mandiri di bidang ekonomi (Zain 2007). Selain itu, santri masih minim dalam keterampilan dan keahlian khusus. Bekal dan kemampuan yang dimiliki santri hanya terbatas pada pemahaman agama dengan sedikit bekal praktis dalam keahlian dan keterampilan khusus. Pondok pesantren mendapatkan tantangan besar dalam pemberdayaan sumberdaya manusia dan perekonomian pesantren.

Salah satu cara pemanfaatan sumberdaya alam dan pemberdayaan sumberdaya manusia yang dimiliki pondok pesantren yaitu dengan mengadakan kegiatan kewirausahan. Kewirausahaan merupakan sebuah kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan di masa yang akan datang (Hendro 2011). Keberadaan pendidikan kewirausahan dalam kurikulum pendidikan sangat diperlukan dalam proses pengembangan sumberdaya manusia pondok pesantren sesuai dengan potensi, bakat, dan minat yang dimiliki. Kuswantoro (2012) menyebutkan bahwa pendidikan kewirausahaan mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah, mencoba keterampilan-keterampilan baru, dan menemukan gagasan-gagasan baru. Selain itu, pendidikan kewirausahaan dapat meningkatkan softskill peserta didik seperti percaya diri, kerjasama, toleransi, dan kepemimpinan.

Sektor agribisnis merupakan salah satu bidang kewirausahaan yang potensi untuk dikembangkan. Sektor agribisnis memiliki peranan penting dalam perekonomian negara. Peranan sektor agribisnis dalam ekonomi Indonesia dapat digambarkan dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, perolehan devisa, penyediaan bahan pangan, mewujudkan pemerataan hasil pembangunan, dan pelestarian lingkungan (Saragih 2000). Data Departemen Pertanian tahun 2012 tercatat bahwa nilai ekspor komoditas pertanian mencapai US$ 34.3 miliar yang didapatkan dari subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan3, sedangkan nilai ekspor pada subsektor perikanan tahun 2012 mencapai US$ 4.2 miliar4.

Kegiatan kewirausahaan di sektor agribisnis sudah mulai digalakkan di pondok pesantren. Salah satu contoh pondok pesantren yang menjalankan kegiatan agribisnis yaitu Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga yang terletak di Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga menjadikan pendidikan agribisnis sebagai salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang diberikan kepada santri. Kegiatan agribisnis yang dilakukan meliputi budidaya itik, tanaman sayuran, budidaya ikan air tawar, perkebunan karet, jati, kelapa sawit, dan pengolahan pupuk organik yang berasal dari limbah perkebunan dan dapur. Kegiatan agribisnis tersebut mampu menyediakan pendanaan bagi Pondok Pesantren Raudhatul Ulum sehingga dapat menggerakkan seluruh aktivitas pondok pesantren dan menyediakan bahan pangan bagi pondok pesantren5.

Selain itu, kegiatan dan pendidikan agribisnis dapat meningkatkan hardskill dan softskill santri sehingga dapat tercipta santri yang mandiri, modern, dan kompetitif. Hal tersebut yang telah dilakukan oleh Pondok Pesantren Baitun Nur,

3

http://aplikasi.deptan.go.id/eksim2012/hasileksporSubsek.asp[diakses 2013 Jul 04]

4

http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/8497/2013-KKP-TARGETKAN-EKSPOR-TUMBUH-19-PERSEN/[diakses 2013 Jul 04]

5

(13)

Lampung, kegiatan dan pendidikan agribisnis telah menciptakan petani-petani yang terampil dan progresif dalam pengembangan sistem teknologi dan kelembagaan usaha. Tidak hanya untuk kemajuan pertanian pondok pesantrennya saja, Pondok Pesantren Baitun Nur berperan dalam pengembangan pertanian di Provinsi Lampung dengan mengadakan pelatihan-pelatihan pertanian di masyarakat, baik yang disponsori oleh Kementerian Pertanian maupun pemerintahan daerah6. Penjabaran tersebut menggambarkan bahwa kegiatan kewirausahaan salah satunya di bidang agribisnis memiliki peranan yang penting dalam menciptakan sumberdaya manusia (santri) yang mandiri dan kompetitif serta kemandirian pondok pesatren dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu, kegiatan dan pendidikan kewirausahaan di sektor agribisnis merupakan kegiatan yang layak untuk dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan pondok pesantren.

Pondok Pesantren Mina 90 merupakan salah satu pondok pesantren di daerah Bogor yang berencana memasukkan kegiatan kewirausahaan di bidang agribisnis sebagai kurikulum pendidikan pondok pesantren. Kegiatan agribisnis yang akan dilaksankaan didukung dengan tersedianya sumberdaya alam berupa lahan pertanian dan kolam perikanan. Selain itu, Pondok Pesantren Mina 90 pun memiliki potensi sumberdaya manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai pengelola kegiatan agribisnisnya kelak.

Sebagai lembaga pendidikan, pendidikan agama dan pengetahuan umum yang dilaksanakan Pondok Pesantren Mina 90 merupakan kegiatan utama pondok pesantren sehingga pondok pesantren harus mampu menyeimbangkan dan menyelaraskan, bahkan mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi seluruh kegiatan yang dilaksanakan. Salah satu upaya untuk menyeimbangkan, menyelaraskan, dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi seluruh kegiatan Pondok Pesantren Mina 90 yaitu dengan membuat sebuah rancangan sistem informasi mengenai kegiatan-kegiatan pondok pesantren. Supriyanto (2004) mengatakan bahwa pendayagunaan teknologi informasi mampu meningkat dayasaing dari sebuah kegiatan usaha. Sistem informasi tidak hanya berperan dalam kegiatan usaha saja, menurut Seminar (tahun tidak diketahui) bahwa cepat atau lambat sistem informasi akan mempengaruhi setiap entreprise dalam memenangkan kompetisi di era global saat ini7. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai rancang bangun sistem informasi Pondok Pesantren Mina 90.

Perumusan Masalah

Lembaga pendidikan yang terbelakang dan kuno merupakan image yang melekat pada pondok pesantren. Sistem pendidikan yang digunakan masih tradisional, sistem pendidikan salafiyah, yakni metode sorongan dan bandongan atau watonan dalam proses belajar mengajar (Tuanaya 2007). Keterbelakangan pondok pesantren disebabkan karena pondok pesantren tidak mampu mengimbangi perubahan dan perkembangan sistem pendidikan yang terjadi. Tuanaya (2007) menyatakan bahwa salah satu faktor pondok pesantren tetap menggunakan sistem pendidikan tradisonal yaitu belum memiliki tenaga sesuai

6

http://lm3.bppsdmp.deptan.go.id/pdf/27_nur.pdf [diakses 2013 Jul 01]

7

(14)

dengan tuntutan perubahan. Besarnya tantangan pondok pesantren dalam menghadapi perubahan tersebut, maka dibutuhkan sebuah rancangan sistem pendidikan pondok pesantren yang mampu meningkatkan dayasaing dan kompetitif pondok pesantren di dunia pendidikan.

Pondok Pesantren Mina 90 merupakan pondok pesantren khalafiyah, sistem pendidikan telah menggunakan sistem madrasah dan berjenjang. Pondok Pesantren Mina 90 sudah mulai melakukan perubahan dalam sistem pendidikan yang diterapkannya. Kurikulum pendidikan yang ada sudah menggabungkan antara kurikulum pendidikan agama dan umum dengan pendidikan kewirausahaan. Namun, dalam pelaksanaan masih terdapat beberapa kendala sehingga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan masih bersifat kondisional. Proses belajar mengajar dan mata pelajaran dilaksanakan sangat tergantung dengan adanya tenaga pengajar pada saat itu. Tenaga pengajar di Pondok Pesantren Mina 90 mayoritas memiliki basic di pendidikan agama sehingga terkadang kegiatan belajar mengajar masih terpusat di pendidikan agama saja. Selain itu, kegiatan belajar mengajar masih menyesuaikan dengan kegiatan isidental pondok pesantren.

Pendidikan kewirausahaan di bidang agribisnis dilaksanakan sebagai upaya dalam pemanfaatan lahan pertanian yang dimiliki. Kegiatan bercocok tanam sayuran dan budidaya ikan air tawar adalah kegiatan agribisnis di Pondok Pesantren Mina 90. Kegiatan agribisnis yang dilakukan masih dilaksankan secara uji coba, belum ada SOP baku yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Mina 90. Selain itu, kegiatan agribisnis masih pada taraf pemenuhan pangan pondok pesantren dan masih terdapat lahan pertanian yang belum diolah.

Berdasarkan uraian hasil studi pendahuluan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen pondok pesantren masih belum tertata sehingga diperlukan sebuah rancangan sistem informasi yang mampu mengintegrasikan dan memanajemen seluruh kegiatan di Pondok Pesantren Mina 90. Untuk menunjang perancangan sistem informasi di Pondok Pesantren Mina 90 terlebih dahulu harus mengetahui komponen-komponen sistem informasi yang dibutuhkan oleh sistem. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi awal terhadap komponen-komponen sistem informasi Pondok Pesantren Mina 90.

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1) Apa sajakah komponen-komponen sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90?

2) Bagaimana rancang bangun sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian adalah: 1) Mengidentifikasi komponen-komponen sistem informasi model pondok

pesantren agribisnis Mina 90.

(15)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman Pondok Pesantren Mina 90 dalam pengembangan pondok pesantren agribisnis. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi penelitian-penelitian tentang sistem informasi pada masa yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian

Pengkajian penelitian ini meliputi pengamatan terhadap komponen-komponen sistem informasi dan merancang sistem informasi model pondok pesantren agribisnis. Kegiatan agribisnis yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu agribisnis on-farm aspek pembenihan ikan lele. Komponen sistem informasi yang digunakan penelitian ini yaitu 3 komponen utama dalam sistem informasi yaitu data, orang, dan prosedur. Perancangan sistem informasi yang dilakukan hanya sampai pada tahap rancang sistem informasi dengan desain konseptual (proses atau kegiatan) yang digambarkan oleh data flow diagram. Rancangan sistem yang dibuat pada penelitian ini belum menggunakan komponen penunjang dalam sistem informasi, yaitu komponen hardware dan software.

TINJAUAN PUSTAKA

Di era kemajuan teknologi saat ini, sistem informasi sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi kegiatan usaha. Sistem informasi memiliki peranan yang penting dalam kegiatan usaha antara lain dapat mendukung operasi bisnis, pengambilan keputusan manajerial, dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari kegiatan usaha yang dijalankan. Namun, tidak sedikit perusahaan-perusahaan yang belum menyadari peran sistem informasi untuk mendukung proses bisnis yang dijalani. Salah satu penelitian sistem informasi yang digunakan untuk aktivitas bisnis, seperti yang terdapat dalam Wijayanto et al. (2011) yang dilakukan di U.D. Aneka Jaya Surabaya. Wijayanto et al. (2011) menyatakan bahwa U.D. Aneka Jaya Surabaya memiliki kendala dalam proses pencarian data pada divisi gudang, pemesanan, dan penjualan. Proses pencarian daya yang dilakukan membutuhan waktu yang lama sehingga kegiatan usahanya menjadi tidak efisien. Selain itu, ketiga divisi tersebut melakukan aktivitas yang penting dalam kegiata usaha U.D Aneka Jaya Surabaya. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah rancangan sistem informasi pemesanan dan penjualan yang mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari aktivitas yang dijalankan oleh 3 divisi tersebut.

(16)

persediaan bahan baku yang ditunjang oleh sebuah sistem informasi. Menurut hasil penelitian Yuliani dan Oktavia (2001) yang dilakukan di PT KPL menjelaskan bahwa sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi PT KPL mampu menyajikan informasi yang relevan, akurat, cepat, dan lengkap sehingga memudahkan kepala bagian produksi untuk merencanakan dan mengendalikan persediaan bahan baku.

Penelitian serupa mengenai sistem informasi bisnis juga dilakukan oleh Hadinata (tahun tidak diketahui) pada Rudi Agency mengenai sistem informasi pembelian, penjualan, dan persediaan. Rancangan sistem informasi yang dibuat dapat membantu pemilik Rudi Agency dalam menentukan jumlah persediaan yang harus dibeli dan yang dapat dijual, serta mengontrol dan mengawasi aset persediaan.

Selain digunakan dalam membantu pengambilan keputusan di kegiatan bisnis. Sistem informasi dapat digunakan dalam membantu pemesahan masalah yang ada di masyarakat, seperti penelitian yang dilakukan oleh Aziz et al. (2011). Aziz et al. (2011) melakukan penelitian mengenai perancangan sistem informasi pendukung keputusan dalam menentukan pilihan program studi pada seleksi nasional masuk perguruan tinggi. Sistem pendukung keputusan dalam menetukan program studi mampu memecahkan masalah yang saat ini sering dihadapi oleh siswa SMA yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi. Sistem informasi ini akan menghasilkan saran berupa 2 pilihan program studi bagi siswa berdasarkan analisis bakat, akademis, dan ekonomi.

Rancangan awal sistem informasi merupakan faktor penting dari keberhasilan sebuah sistem. Fatta (2007) menjelaskan bahwa kesuksesan suatu sistem tergantung pada analisis dan perancangan sistem yang baik. Selain itu, tahap rancangan sistem akan menentukan fungsi dari sistem tersebut. Kesalahan dalam merancang sistem akan mengakibatkan kegagalan dalam penyelesaian masalah yang ada di lapangan.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam perancangan sistem informasi. Metode perancangan sistem yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan sistem yang akan dirancang. System Development Life Cycle (SDLC) merupakan salah satu metode dalam perancangan sistem informasi yang sering digunakan, seperti penelitian Arief (2004) tentang pembangunan sistem informasi akademik dengan menggunakan borland delphi. Tahap perancangan sistem pada metode SDLC terdiri atas 5 tahap, yaitu: perencanaan (dilakukan observasi dan investigasi sistem), analisis sistem (kebutuhan pengguna), perancangan sistem (pemodelan logis maupun fisik), uji coba sistem, dan implementasi sistem.

(17)

dari use case diagram, activity diagram, class diagram, sequence diagram, dan deployment diagram. Diagram UML digunakan untuk memudahakan pengembang sistem memahami kebutuhan pengguna. Tahap akhir dari metode berorientasi objek ini yaitu evaluasi rancangan dengan pembuatan prototype sistem informasi rawat jalan pada Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wijayanto et al. (2011) dalam perancangan sistem informasi pemesanan dan penjualan barang di U.D Aneka Jaya. Namun, diagram UML yang digunakan pada tahap ketiga dalam metode berorientasi objek ini terdapat perbedaan dengan diagram UML yang digunakan oleh Vidia et al. (2011). UML yang digunakan tersebut disesuaikan kebutuhan pengguna sistem. Wijayanto et al. (2011) menggunakan diagram component diagram untuk menggambarkan pemetaan kelas-kelas sistem menjadi komponen-komponen implementasi.

Metode perancangan sistem yang lainnya yaitu metode protyping, seperti penelitian yang dilakukan Iriani et al. (2010) untuk merancang sistem informasi kepuasan pelanggang terhadap tabungan mutiara pada PT Bank Maluku. Pengembang sistem menggunakan metode ini karena metode prototyping mampu menggambarkan kebutuhan input, proses, atau output pelanggan tabungan mutiara. Terdapat 5 tahap perancangan sistem informasi dalam metode prototyping, yaitu tahap requirments gathering, quick design, evaluated and refinements, dan engineer product. Tahapan yang ada dalam metode prototyping ini tidak jauh berbeda dengan metode rancang sistem lainnya, namum pada tahap pengumpulan data (requirments gathering) metode pengumpulannya dilakukan dengan berdiskusi antar pengembang sistem dan pengguna sistem.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pondok Pesantren

Menurut Mastuhu (1994), pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Pesantren merupakan tempat atau pemondokan para santri yang menimba ilmu pengetahuan agama kepada para kiai dan mengamalkan dalam bentuk ritual sehari-hari (Departemen Agama 2009). Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi masyarakat. Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama (Mastuhu 1994).

Berdasarkan proses dan substansi yang diajarkan, pesantren dapat dikategorikan ke dalam 2 kategori yaitu:

1) Pesantren Salafiyah

(18)

khas pondok pesantren, baik kurikulum maupun metode pendidikannya. Metode yang digunakan adalah bandongan dan sorogan. Bahan ajaran meliputi ilmu-ilmu agama Islam dengan menggunakan kitab-kitab klasik (kuning) berbahasa arab, sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing santri.

2) Pesantren Khalafiyah

Pesantren khalafiyah sering disebut sebagai pesantren modern. Pesantren khalafiyah adalah pesantren yang telah mengadopsi sistem madrasah atau sekolah, dengan kurikulum yang telah disesuaikan dengan pemerintah, baik dengan Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan pembelajaran pada pesantren khalafiyah ini memiliki kurikulum pesantren yang klasikal dan berjenjang. Bahan ajarannya tidak hanya ilmu-ilmu agama Islam dengan menggunakan kitab-kitab klasik (kuning), melainkan juga memasukkan mata pelajaran umum dalam kurikulumnya.

Sistem Informasi

Pemahaman akan sistem terlebih dahulu harus dilakukan sebelum pembahasan tentang perancangan sistem informasi. Menurut Fatta (2007), sistem merupakan sekumpulan objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar objek bisa dilihat sebagai satu kesatuan yang dirancang untuk mencapai satu tujuan. Sementara McLeod (1995) dalam Fatta (2007) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sumberdaya mengalir dari elemen output dan untuk menjamin prosesnya berjalan dengan baik maka dihubungkan dengan mekanisme kontrol.

Sistem informasi dibangun dan dibentuk oleh beberapa unsur. Fatta (2007) membagi karakteristik sistem menjadi 4 yaitu batasan, lingkungan, masukan, dan keluaran. Batasan merupakan penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk di dalam sistem dan mana yang di luar sistem. Lingkungan merupakan segala sesuatu di luar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendala, dan input terhadap suatu sistem. Masukan merupakan sumberdaya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem. Keluaran merupakan sumberdaya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan layer komputer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan oleh kegiatan dalam suatu sistem. Empat karakteristik tersebut yang menjadi pembeda antara sistem yang satu dengan sistem yang lainnya.

Sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi, dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan (Kadir 2003). Data dan informasi yang saling berkaitan merupakan entitas penting dalam pembentuk sistem informasi. Data merupakan nilai, keadaan, atau sifat yang berdiri sendiri lepas dari konteks apapun, sedangkan informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang (Fatta 2007).

(19)

yaitu: peralatan input, pengolah (prosesor), pengingat (memori), peralatan output, dan peralatan komunikasi. Software merupakan kumpulan program-program yang digunakan untuk menjalankan komputer. Brainware (SDM) merupakan sumberdaya manusia yang terlibat dalam pembuatan sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan data, dan pendistribusian dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan. Prosedur merupakan rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Jaringan telekomunikasi berfungsi untuk mengirim dan menerima data dari 1 lokasi ke lokasi yang lainnya. Namun, sistem informasi yang dibangun minimal terdiri atas 3 elemen, yaitu: orang, data, dan prosedur (Kroenke 1992).

Analisis dan Perancangan Sistem

Analisis sistem didefinisikan sebagai sebuah istilah yang secara kolektif mendeskripsikan fase-fase awal pengembangan sistem. Analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah yang menguraikan bagian-bagian komponen dalam sistem informasi dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Analisis sistem merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem yang menjadi fondasi dalam menentukan keberhasilan sistem informasi yang akan dihasilkan.

Sementara sistem desain diartikan sebagai penjelasan detail bagaimana bagian-bagian dari sistem informasi diimplementasikan. Urutan tahap dalam analisis dan perancangan sistem menjadi hal yang sangat penting dalam perancangan sistem informasi. Ada beberapa alasan spesifik, yaitu kesuksesan suatu sistem informasi tergantung pada analisis dan perencanaan yang baik. Tahapan analisis akan menentukan masalah apa yang harus diselesaikan pada organisasi atau perusahaan, sedangkan tahapan desain akan menentukan fungsi dari sistem informasi tersebut (Fatta 2007).

Tahap desain atau perancangan dapat dilaksanakan setelah seluruh analisis kebutuhan telah selesai dilaksanakan. Namun, tidak seluruh kebutuhan sistem yang didefinisikan pada tahap analisis sistem layak untuk dikembangkan pada sistem informasi. Oleh karena itu, dalam perancangan sistem informasi dibutuhkan tahapan studi kelayakan untuk mengetahui apakah kebutuhan sistem layak untuk dilanjutkan menjadi sistem atau tidak. Fatta (2007) menjelaskan bahwa kelayakan suatu kebutuhan sistem terbagi ke dalam 4 aspek yaitu kelayakan teknis, operasional, ekonomi, dan hukum.

System Development Life Cycle (SDLC)

(20)

1. Melakukan survei dan menilai kelayakan proyek pengembangan sistem informasi

2. Mempelajari dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan 3. Menentukan permintaan pemakai sistem informasi

4. Memilih solusi (sistem) yang paling baik

5. Menentukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer

6. Merancang sistem baru

7. Membangun sistem informasi baru

8. Mengkomunikasikan dan mengimplementasikan sistem informasi baru

Diagram Arus Data (DFD)

Pemodelan sistem merupakan langkah awal dalam merancang bangun sistem informasi. Model digunakan untuk menyederhanakan cara mengomunikasikan proses-proses kegiatan yang harus dilakukan dalam sistem informasi. Pemodelan yang dilakukan biasanya mencakup 2 hal, yaitu pemodelan proses dan pemodelan data.

Pemodelan proses adalah cara formal untuk menggambarkan bagaimana kegiatan akan berjalan. Mengilustrasikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan bagaimana data berpindah di antara aktivitas-aktivitas itu. Ada banyak cara untuk merepresentasikan proses model, salah satunya menggunakan data flow diagram (DFD). Data flow diagram adalah representasi grafik dari sebuah sistem yang menggambarkan komponen-komponen sebuah sistem dan aliran-aliran data di antara komponen-komponen tersebut (Sidharta 1995).

Fatta (2007) menjelaskan bahwa simbol-simbol yang digunakan di DFD adalah kesatuan luar (external entity), arus data (data flow), proses (process), dan simpanan data (datastore). Kesatuan luar (eksternal entity) merupakan kesatuan di lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi atau sistem lainnya yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan input atau menerima output dari sistem. Arus data (data flow) menunjukkan arus dari data yang dapat berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem. Proses (process) adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses. Simpanan data (datastore) merupakan simpanan dari data. Masing-masing elemen akan diberikan lambang tertentu sebagai pembeda. Elemen DFD dan lambangnya dapat dilihat pada Tebel 1.

(21)

Tabel 1 Elemen-elemen DFD dan lambangnya (Fatta 2007) Elemen Data Flow

Diagram

Field Tipikal yang biasa digunakan

Pondok pesantren merupakan lembaga yang strategis dalam pengembangan sumberdaya manusia, khususnya sumberdaya manusia yang ada di internal pondok dan umumnya sumberdaya manusia di sekitar lingkungannya. Kegiatan kewirausahaan di bidang agribisnis merupakan salah satu upaya pemberdayaan sumberdaya manusia yang ada. Selain itu, kegiatan kewirausahaan ini dapat meningkatkan keterampilan santri, kesejahteraan pondok pesantren dan santri, serta masyarakat sekitar pondok pesantren. Namun, pondok pesantren juga tidak boleh terlena dengan kegiatan kewirausahaan yang dilaksankan hingga melupakan peran utama sebagai lembaga pendidikan. Hal tersebut yang sedang dijalankan

Nama Nama

Nama No

ProsesNama Proses

(22)

oleh Pondok Pesantren Mina 90 dan kegiatan pendidikan dan kewirausahaan masih terlaksana secara kondisional. Perancangan sistem informasi model Pondok Pesantren Mina 90 menjadi relevan dan menarik untuk dilakukan sehingga dapat memberikan saran sistem informasi kepada pondok pesantren.

Sistem informasi model pondok pesantren agribisnis ini dirancang dengan menggunakan system development life cycle (SDLC). Tahapan perancangan sistem informasi ini terbagi ke dalam 5 tahap, yaitu: tahapan investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi, dan pemeliharaan. Namun, pada penelitian ini rancang bangun sistem informasi hanya sampai tahap desain sistem informasi. Pada tahapan investigasi dimulai dengan mengidentifikasi komponen-komponen sistem informasi model pondok pesantren agribisnis ini baik di internal dan eksternal pesantren. Tahapan kedua yaitu tahap analisis sistem untuk mengetahui kebutuhan dari sistem yang digambarkan melalui 3 komponen sistem informasi yang membangun sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90. Hasil analisis sistem ini merupakan input untuk merancang bangun sistem informasi model agribisnis Pondok Pesantren Mina 90.

Desain konseptual dari proses atau aktivitas sistem informasi model pondok pesantren agribisnis ini menggunakan alat analisis merekayasa sistem, yaitu data flow diagram (DFD). Elemen penting yang digambarkan oleh DFD ini yaitu proses atau aktivitas dari sistem, alur data dan informasi yang ada pada sistem, dan datastore yang menjadi tempat penyimpanan informasi. Gambar 1 menunjukkan alur pemikiran dari penelitian sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90.

METODE PENELITIAN

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

Pondok pesantren memiliki potensi SDA dan SDM untuk menciptakan kesejahteraan santri dan lingkungan sekitarnya serta kemandirian ekonomi

Potensi Pondok Pesantren Mina 90 sebagai pondok pesantren pertanian

Investigasi sistem

(keadaan sumberdaya alam dan manusia)

Analisis sistem

(kebutuhan sistem dilihat dari 3 komponen sistem informasi, yaitu orang, data, prosedur)

(23)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai rancang bangun sistem informasi model pondok pesantren agribisnis dilakukan di Pondok Pesantren Mina 90, Mulyaharja, Kota Bogor. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Pondok Pesantren Mina 90 merupakan salah satu pondok pesantren yang telah melakukan perubahan kurikulum pendidikannya. Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Mina 90 merupakan gabungan dari kurikulum pendidikan agama dan umum dengan kurikulum kewirausahan di bidang petanian. Namun, pelaksanaan 2 kegiatan tersebut masih kondisional dan belum ada sistem baku yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Mina 90. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada kegiatan di lapangan dan melalui wawancara dengan pengasuh pondok pesantren, pembudidaya ikan air tawar, dan perwakilan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bogor. Data sekunder merupakan jenis data yang sudah diterbitkan tidak untuk tujuan penelitian peneliti. Data sekunder diantaranya diperoleh dalam bentuk data historis dari instansi-instansi terkait seperti data jumlah pondok pesantren dan jumlah santri dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Agama Republik Indonesia, data terkait komoditi unggulan perikanan air tawar Kota Bogor dari Dinas Perikanan Kota Bogor, dan literatur penelitian terdahulu yang terkait.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis dan perancangan sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Wawancara

(24)

2. Observasi

Observasi atau pengamatan terhadap objek penelitian dilakukan untuk mendapatkan data tentang situasi dan kondisi secara umum dari objek penelitian. Selain itu, observasi dapat memperjelas data dan informasi yang diperolah pada tahap wawancara.

MetodePengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara bersamaan ketika proses pengumpulan data dan informasi berlangsung dengan menggunakan metodologi kualitatif deskriptif. Analisis data yang dilakukan terdiri atas 3 tahap, yaitu:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan data yang diperoleh dengan tujuan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengumpulan data. Proses reduksi data dapat dilakukan dengan cara mengurangi data yang tidak berhubungan dengan penelitian dan mengelompokkan data ke dalam beberapa kategori, yaitu orang, data, dan prosedur.

2. Penyajian data merupakan proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat naratif, tabel, dan grafik. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan grafik yang digambarkan oleh data flow diagram. Data akan disajikan dalam 3 level data flow diagram. Penggambaran data flow diagram menggunakan software Edraw.

3. Verifikasi data merupakan tahap akhir dari analisis data yaitu menyimpulkan hasil yang telah diperoleh.

Metode yang digunakan dalam merancang sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90 yaitu metode SDLC modern. Tahapan yang dilakukan terdiri atas 3 tahapan.

Investigasi Sistem

Tahapan investigasi sistem dilakukan untuk melihat potensi dan peluang dari sistem informasi model pondok pesantren agribisnis yang akan dijalankan. Potensi dan peluang dilihat dari keadaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia Pondok Pesantren Mina 90 serta lingkungan eksternal pondok pesantren, seperti ketersediaan bahan baku, dukungan pemerintah (program-program pengembangan usaha, penyuluhan, dan pelatihan), dan lembaga perhimpunan pembudidaya lele sangkuriang.

Analisis Sistem

(25)

Desain Sistem

Tahap desain sistem adalah tahapan mengubah kebutuhan yang masih berupa konsep menjadi spesifikasi sistem yang riil. Penelitian ini merancang sistem informasi hanya sampai desain logis atau konseptual. Alat pemodelan sistem menggunakan data flow diagram. Data flow diagram menggambarkan aliran data, proses atau aktivitas, dan datastore yang terdapat dalam sistem informasi. Perancangan sistem informasi menggunakan DFD dilakukan secara dekomposisi. Dekomposisi adalah proses untuk menggambarkan sistem dalam hierarki dari diagram DFD. Gambar 2 adalah hierarki dari diagram DFD.

Gambar 2 Hierarki diagram DFD

Diagram konteks merupakan diagram pertama dalam rancangan sistem informasi. Diagram konteks menunjukkan seluruh proses sistem dalam 1 proses tunggal. Diagram konteks juga menunjukkan seluruh entitas eksternal yang terlibat dalam sistem informasi.

(26)

menggunakan data flow. Selain itu, level ini menggambarkan proses-proses utama yang terhubung dengan entitas eksternal dan dilakukan penambahan datastore.

Diagram level 2 dibentuk dari setiap proses utama dari level 1. Level 2 menunjukkan proses-proses internal yang menyusun setiap proses-proses utama dalam level 1 dan menunjukkan perpindahan informasi dari satu proses ke proses yang lainnya.

Level 3 menunjukkan semua proses yang menyusun sebuah proses pada level 2. Proses dekomposisi dari DFD tidak berhenti sampai pada level 3. Jika rancangan sistem informasi dirasakan masih belum rinci dan jelas, maka pemodelan DFD dapat dilanjutkan ke level berikutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Pondok Pesantren Mina 90

Letak, Luas, dan Kondisi Geografis

Pondok Pesantren Mina 90 terletak di Jalan Raya Cibeureum, Mulyaharja. Letak pesantren secara administratif pemerintahan termasuk ke dalam wilayah Desa Mulyaharja, Kecamatan Mulyaharja, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi pesantren dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum selama 60 menit dari pusat Kota Bogor. Gambar 3 adalah peta lokasi Pondok Pesantren Mina 90.

Pesantren Mina 90 dibangun di atas lahan seluas 10 000 m2 dengan sebagian besar lahan berbentuk petakan kolam. Letak geografis pesantren yang ada di Kecamatan Mulyaharja terletak pada ketinggian 1 500 m dari permukaan laut dengan suhu berkisar 25 0C sampai 37 0C dan curah hujan sebesar 4 000 mm per tahun.

Visi dan Misi Pondok Pesantren

Visi Pondok Pesantren Mina 90 sebagai pusat gerakan perubahan dan perkembangan peradaban yang gemilang. Misi Pondok Pesantren Mina 90 yaitu: 1. Mendidik santri sebagai kader ulama dan juru dakwah

2. Mendidik dan memberdayakan masyarakat secara multi dimensi 3. Membangun jaringan dakwah berdimensi ilmiah dan pemberdayaan Program Utama Pondok Pesantren

Pesantren Mina 90 memiliki 3 program utama yaitu pendidikan terpadu, pemberdayaan umat, dan jaringan dakwah. Pendidikan terpadu yaitu pendidikan kepesantrenan yang memberikan pengayoman pada fitrah manusia sehingga memiliki softskill, lifeskill, dan knowledge dengan landasan iman dan dalam bingkai ketaqwaan. Pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren adalah pendidikan yang memadukan dengan kepesantrenan sehingga seluruh kurikulum keagamaannya bersumber langsung pada kitab kuning.

(27)

Gambar 3 Peta lokasi Pondok Pesantren Mina 90

umat yang sedang dilaksanakan yaitu pengajian ibu-ibu dan madrasah diniyah. Jaringan dakwah merupakan program terakhir pesantren yang bertujuan menjalin kerjasama antara individu dan komunitas, pribadi maupun instansi atau organisasi. Jaringan dakwah berfungsi sebagai jejaring gerakan memelihara yang baik dan mengupayakan hal yang baru yang lebih baik dalam menjalankan program-program pesantren.

Sejarah Pondok Pesantren Mina 90

Pondok Pesantren Mina 90 berada dalam Yayasan Mina 90. Mina 90 memiliki makna bahwa yayasan dan pondok pesantren didirikan atas inisiatif dari sebagian jamaah haji pada tahun 1990. Tujuan didirikannya Yayasan dan Pondok Pesantren Mina 90 sebagai tempat silaturrahmi antarjemaah haji tahun 1990 dan wadah kemaslahatan umat.

Inisiator sekaligus donatur Yayasan Mina 90 adalah Bapak Iwan Ridwan Prawiranata. Yayasan Mina 90 didirikan pada tahun 1990 dengan kegiatan utamanya difokuskan pada kegiatan pengembangan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan saat itu adalah pengembangan perikanan air tawar. Awal tahun 2000, Yayasan Mina memfokuskan kegiatannya dalam bidang pendidikan dengan mendirikan sebuah pondok pesantren. Pimpinan pondok pesantren saat itu adalah Ustadz Dadang. Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan meliputi pendidikan anak usia dini (PAUD) dan SMK Pariwisata.

(28)

Investigasi dan Analisis Sistem

Potensi SDA dan SDM Pondok Pesantren Mina 90

Pondok Pesantren Mina 90 memiliki sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian secara luas yaitu kegiatan di bidang perikanan dan pertanian. Luas lahan pertanian yang dimiliki adalah 6 000 m2, yang terbagi ke dalam 2 wilayah (dalam dan luar lingkungan pondok pesantren). Lahan seluas 3 000 m2 berada di lingkungan pondok pesantren dan sisanya seluas 3 000 m2 berada di luar lingkungan pondok pesantren. Lahan pertanian di lingkungan pesantren terbagi menjadi 2 jenis lahan, yaitu lahan pertanian secara khusus dan lahan perikanan berupa kolam semen. Perbandingan luas lahan pertanian dan perikanan di Pondok Pesantren Mina 90 yaitu sebesar 3:1.

Lahan perikanan terbagi ke dalam 6 kolam besar dengan ukuran (19 x 25 m) sebanyak 4 buah kolam, (21 x 25 m) sebanyak 1 buah kolam, dan (15 x 25 m) sebanyak 1 buah kolam, dan 3 kolam kecil dengan ukuran (1.5 x 5 m). Kolam perikanan tersebut memiliki sistem terasering sehingga sistem drainase berjalan dengan baik. Sumber air berasal dari mata air di sekitar pondok pesantren. Oleh karena itu jika dilihat dari sumberdaya alamnya, kegiatan agribisnis yang berpotensi untuk dikembangankan oleh pesantren yaitu kegiatan budidaya ikan air tawar. Kolam semen yang dimiliki pondok pesantren termasuk ke dalam jenis kolam air tenang dan air deras. Enam kolam merupakan jenis kolam air tenang dan 3 kolam termasuk ke dalam jenis kolam air deras.

Saat ini, Pondok Pesantren Mina 90 sedang mencoba membudidayakan beberapa jenis ikan air tawar, antara lain: ikan lele, mujair, bawal, dan patin. Kegiatan budidaya ikan ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian lahan perikanan tersebut. Kegiatan budidaya perikanan yang sedang dilakukan yaitu pembesaran ikan bawal, mujair, dan lele dan pendederan ikan patin. Kegiatan budidaya ini belum memanfaatkan seluruh lahan perikanan yang ada karena keterbatasan modal dan sumberdaya manusia yang berkompetensi di bidang perikanan. Lahan yang baru termanfaatkan untuk kegiatan percobaan budidaya ini hanya setengah lahan perikanan yang tersedia.

Kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Mina 90 baru dimulai kembali sejak Juni 2012 setelah Yayasan Mina 90 membentuk kepengurusan baru. Saat ini, jumlah santri pada angkatan pertama sebanyak 18 orang santri. Mayoritas santri berusia 13 tahun, Namun, ada beberapa santri yang telah berusia 16 tahun. Pada tahun ajaran 2013/2014, Pondok Pesantren Mina 90 akan membuka pendaftaran santri baru dengan sistem seleksi. Santri yang akan diterima setiap tahunnya hanya berjumlah 20 orang santri. Pondok Pesantren Mina 90 merupakan pondok pesantren khusus santri laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan fasilitas asrama santri.

(29)

Sistem Pondok Pesantren Mina 90

Konsep pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren yaitu sekolah kepesantrenan, memadukan seluruh kegiatan belajar mengajar berbasiskan pesantren. Perbedaan konsep sekolah kepesantrenan dengan sekolah biasa yaitu seluruh mata pelajaran yang ada bersumber langsung dari kitab klasik, seperti mata pelajaran bahasa arab terbagi 2 yaitu nahwu dan shorof yang bersumber ke kitab yaqulu dan jurumiah. Selain itu, konsep sekolah kepesantrenan memiliki pengertian bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan baik secara formal maupun nonformal merupakan sebuah proses pembelajaran.

Kegiatan utama yang dilakukan santri yaitu kegiatan akademik dan nonakademik. Kegiatan akademik santri merupakan kegiatan yang diselenggarakan di dalam kelas sesuai dengan mata pelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan kurikulum sekolah kepesantrenan ini dilakukan oleh yayasan dan pengelola pesantren yang bekerjasama dengan lembaga swasta yaitu pusat pengkajian dan perkembangan pondok pesantren (Pukajibangtren).

Kegiatan nonakademik yang diselenggarakan oleh pondok pesantren yaitu kegiatan di bidang pertanian. Kegiatan pertanian yang diselenggarakan meliputi kegiatan budidaya sayuran dan perikanan air tawar. Tujuan diselenggarakannya kegiatan pertanian ini yaitu memberikan keterampilan dan keahlian tambahan bagi santri agar menjadi insan yang mandiri di masa yang akan datang. Ketersediaan lahan pertanian dan perikanan ini mampu menunjang kegiatan pertanian yang diselenggarakan. Selain untuk menciptakan insan yang mandiri, kegiatan pertanian yang dilakukan untuk memanfaatkan potensi yang ada sebagai pemenuhan kebutuhan pangan dari pondok pesantren. Kegiatan pertanian yang diselenggarakan masih dilakukan dengan cara uji coba, belum ada mata pelajaran khusus pertanian.

Namun, pondok Mina 90 masih memerlukan beberapa perbaikan, terutama dalam aspek manajemen. Saat ini, pengelola pondok pesantren sedang melakukan perbaikan-perbaikan sistem yang sedang dilakukan selama tahun pertama sehingga perencanaan sistem informasi yang diusulkan ini sangat relevan dengan kebutuhan Pondok Pesantren Mina 90. Pengasuh pondok pesantren dan Yayasan Mina 90 mengharapkan Pondok Pesantren Mina 90 kelak menjadi pondok pesantren yang mandiri secara finansial. Upaya yang sedang dilakukan oleh pondok pesantren untuk menciptakan kemandirian finansial yaitu mendirikan warung. Agenda jangka panjang Pondok Pesantren Mina 90 adalah melaksanakan kegiatan budidaya lele yang bergerak di bidang pembenihan.

Komponen Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina 90 Rancang sistem informasi model agribisnis Pondok Pesantren Mina 90 terdiri atas 3 komponen utama sistem informasi, yaitu orang, data, dan prosedur. Hasil wawancara dan observasi pada tahap analisis sistem didapatkan informasi mengenai:

1) Pihak-pihak yang terlibat dalam sistem informasi model agribisnis Pondok Pesantren Mina 90, antara lain:

a. Pengelola pesantren adalah seluruh pihak pesantren yang terlibat dalam kegiatan pesantren

(30)

c. Yayasan adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pesantren

d. Mahasantri adalah kumpulan mahasiswa alumni pondok pesantren yang sedang melakukan pengabdian

e. Puskajibangtren adalah lembaga yang membantu dalam penyusunan kurikulum pendidikan agama di Pondok Pesantren Mina 90

f. Pemerintah merupakan lembaga pemerintahan yang terkait dengan pondok pesantren dan kegiatan pertanian, seperti Dinas Pertanian kota Bogor dan Kementrian Agama

g. Lembaga keuangan merupakan lembaga yang siap menyalurkan pendaaan untuk usaha pembenihan lele

h. Pemasok adalah penyedia bahan baku dalam usaha pembenihan lele i. Gapokdakan merupakan gabungan kelompok pembudidaya lele

sangkuriang se-kota dan kabupaten Bogor

j. Konsumen merupakan calon pembeli potensial (petani pembesaran lele)

2) Data dan prosedur yang terdapat di dalam sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90, yaitu:

a. Data pribadi santri

Data diri santri diperoleh pada saat penerimaan santri baru. Santri mengisi form data santri yang disediakan oleh pengelola pesantren. Data tersebut kemudian dikumpulkan dan dikolektifkan dalam 1 folder kemudian disimpan di datastore akademik. Gambar 4 adalah form data pribadi santri.

Gambar 4 Data pribadi santri b. Data pribadi pengelola pesantren

(31)

c. Data fasilitas pondok pesantren

Pengelola pesantren melakukan pencatatan terhadap fasilitas yang dimiliki di buku inventarisasi, kemudian disimpan pada datastore pesantren. Gambar 6 adalah daftar inventaris barang Pondok Pesantren Mina 90.

d. Data kurikulum pendidikan pesantren

Pengelola pesantren mengajukan surat permohonan pembuatan kurikulum pendidikan agama ke Puskajibangtren. Kurikulum yang direkomendasikan Puskajibangtren dimusyawarahkan oleh pengelola pesantren kemudian ditetapkan mata pelajaran apa yang akan menjadi kurikulum Pondok Pesantren Mina 90. Pengelola pesantren membagi mata pelajaran ke beberapa bab dan menempatkannya di setiap jenjang pendidikan madrasah tsanawiyah. Penetapan kurikulum kewirausahaan dilakukan prosedur yang sama. Namun, perekomendasi kurikulum pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh mahasantri yang berkompetensi di bidang pertanian.

Gambar 5 Data pribadi pengajar

Gambar 6 Daftar inventaris barang Pondok Pesantren Mina 90

(32)

jadwal pelajaran Mts Mina 90 (Gambar 8). Kedua data yang dihasilkan dapat menyeimbangkan antara pendidikan agama, umum, dan kewirausahaan sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan seimbang.

Gambar 7 Daftar mata pelajaran Mts Mina 90

(33)

e. Data usaha pembenihan lele

Manajer setiap divisi melakukan pencatatan seluruh aktivitas yang laksanakan. Data yang ada dikumpulkan menjadi 1 dan dipisahkan dan ditempatkan ke dalam folder sesuai dengan jenisnya kemudian disimpan di datastore usaha pembenihan lele.

Data yang terdapat di sub-subsistem keuangan yaitu data harian divisi keuangan, data harian kas, data laporan arus kas, dan laporan laba/rugi. Data harian divisi keuangan merupakan catatan harian aktivitas divisi keuangan (Gambar 9). Data kas harian merupakan catatan kas dari usaha pembenihan lele (Gambar 10). Laporan arus kas adalah aktivitas keuangan yang mempengaruhi kondisi kas pada periode tertentu (Gambar 11). Laporan arus kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu (Gambar 12).

Gambar 9 Buku harian divisi keuangan

Gambar 10 Buku kas harian

(34)

tanam yang meliputi aktivitas pemijahan, penyortiran I, dan penyortiran II (Gambar 15).

Data yang terdapat pada sub-subsistem pemasaran yaitu data harian divisi pemasaran dan data pemesanan benih lele. Data harian divisi pemasaran merupakan pencatatan seluruh aktivitas yang dilakukan divisi pemasaran (Gambar 16). Data pemesanan adalah pencatatan dari aktivitas penjualan benih lele (Gambar 17). Sub-subsistem manajemen personalia terdapat data organisasi usaha pembenihan lele (Gambar 18). Data tersebut menunjukkan tanggung jawab dari jabatan dan spesifikasi yang dibutuhkan.

Gambar 11 Laporan arus kas

(35)

Gambar 13 Daftar kebutuhan bahan baku

Gambar 14 Buku harian divisi produksi

(36)

Gambar 16 Buku harian divisi pemasaran

Gambar 17 Daftar pemesanan benih lele

Gambar 18 Daftar organisasi usaha pembenihan lele

Rancang Bangun Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina 90

(37)

Pemodelan sistem informasi model agribisnis pondok pesantren menggunakan data flow diagram (DFD) dibuat secara bertahap untuk memudahkan penggambaran seluruh aktivitas Pondok Pesantren Mina 90. Pemodelan menggunakan DFD akan memperlihatkan 3 komponen utama dalam desain konseptual ini yaitu eksternal entity (pelaku dalam sistem informasi), aliran data, dan datastore (tempat penyimpanan data dan informasi).

Perancangan sistem informasi disesuaikan dengan kebutuhan pengguna sistem informasi. Dalam penelitian ini pengguna utama sistem informasi model agribisnis pondok pesantren yaitu masyarakat pondok pesantren yang terdiri atas pengelola pondok pesantren dan santri. Hasil investigasi dan analisis sistem, sistem informasi model agribisnis Pondok Pesantren Mina 90 dirancang dengan melibatkan 10 elemen lingkungan. Rancangan sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90 dimodelkan secara umum oleh diagram konteks. Diagram konteks merupakan diagram tingkat 0 yang menggambarkan keseluruhan sistem dengan 1 proses (Gambar 19).

Makna pondok pesantren agribisnis dalam rancangan sistem informasi ini yaitu pondok pesantren memiliki 2 pilar utama, kegiatan belajar mengajar sebagai kegiatan pengembangan sumberdaya manusia (santri) dan kegiatan kewirausahaan di bidang pertanian sebagai pilar perekonomian pondok pesantren. Maka itu, padadiagram level 1 dari sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90 dibangun oleh 2 proses, yaitu pengembangan SDM dan usaha pembenihan lele, seperti ditunjukkan pada Gambar 20. Setiap proses atau aktivitas pada setiap level sistem informasi akan diberikan penomoran sebagai identitas dari subsistem atau sub-subsistem pada sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90. Subsistem pendidikan pondok pesantren diberi nomor 1 dan subsistem usaha pembenihan lele diberi nomor 2. Penomoran akan memudahkan dalam merancang subsubsistem pada level-level berikutnya.

Keterkaitan antara subsistem yang satu dengan subsistem yang lainnya merupakan kunci utama dalam membangun sebuah sistem, terlihat pada subsistem pengembangan SDM dan usaha pembenihan lele ada aliran pengetahuan dan pendanaan. Subsistem pendidikan pondok pesantren akan menunjang kegiatan usaha pembenihan dalam pemahaman teknik budidaya pembenihan lele, sedangkan usaha pembenihan lele akan menjadi sumber pendanaan pondok pesantren dalam menjalankan kegiatan pendidikannya.

Usaha pembenihan ikan lele di Pondok Pesantren Mina 90 merupakan pembelajaran kewirausahaan bagi santri dalam upaya meningkatkan keterampilan santri dan menjadi bekal setelah menyelesaikan pendidikan di pondok pesantren. Selain itu, usaha pembenihan ikan lele akan mampu memberikan pemasukan bagi kegiatan operasional Pondok Pesantren Mina 90. Lele dijadikan komoditas utama dalam budidaya di bidang perikanan karena lele merupakan komoditas unggulan di Desa Mulyaharja yang dilihat dari banyaknya pembudidaya lele serta dibenak masyarakat Desa Mulyaharja lele menjadi sebuah kebanggaan dan icon Desa Mulyaharja.

Sistem Pendidikan Pondok (1)

(38)

diajarkan kepada santri sehingga proses pendidikan pondok pesantren pada sistem informasi model agribisnis ini dibangun oleh 3 proses utama, yaitu:

1) Pengembangan SDM (1.1) 2) Fasilitas pondok pesantren (1.2) 3) Kurikulum dan administrasi (1.3)

Gambar 21 merupakan diagram alir data level 2 dari sistem informasi model Pondok Pesantren Mina 90 yang menggambarkan proses pendidikan di Pondok Pesantren Mina 90. Aktivitas atau proses pada subsistem pendidikan pondok pesantren lebih jelasnya digambarkan oleh diagram level 3 (Gambar 22) dari subsistem pendidikan pondok pesantren. Diagram level 3 menyajikan proses atau aktivitas dari subsistem pengembangan SDM dan kurikulum dan administrasi pesantren secara rinci. Selain itu, pada level 3 ini terlihat proses yang saling berinteraksi menjadi lebih spesifik yaitu proses pembuatan kurikulum pada subsistem kurikulum dan administrasi berinteraksi dengan proses pendidikan formal.

1) Pengembangan SDM (1.1)

Pengembangan merupakan tujuan dari kegiatan pendidikan di Pondok Pesantren Mina 90. Proses pengembangan SDM yang dilakukan terdiri dari 2 sistem, yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal dengan menggunakan sistem penilaian yang komprehensif.

a. Pendidikan Formal (1.1.1)

Pendidikan formal dilaksanakan di Mts Mina 90. Kurikulum pendidikan yang dilaksankan merupakan kurikulum gabungan antara kurikulum nasional dengan kurikulum keagamaan pesantren serta tambahan mata pelajaran keterampilan atau keahlian kewirausahaan. Bidang kewirausahaan yang diajarkan yaitu keterampilan dan keahlian di bidang pertanian, khususnya perikana pembenihan lele.

Pembelajaran kewirausahaan akan dilakukan secara berjenjang. Pada tahun pertama akan diajarkan konsep budidaya lele yang baik dan benar. Pemahaman teknik produksi (budidaya lele) merupakan salah satu bagian penting dalam mengelola sebuah usaha. Pemahaman memanajemen usaha akan dilakukan pada tahun kedua dan ketiga setelah santri paham proses produksi yang dilakukan.

b. Pendidikan Nonformal (1.1.2)

Pelatihan dan penyuluhan merupakan salah satu kegiatan pendidikan nonformal yang diikuti. Selain itu, santri dan pengelola pesantren dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan melalui kegiatan studi banding dengan pesantren agribisnis yang telah sukses maupun kegiatan seminar yang berkaiatn dengan kewirausahaan pertanian. c. Evaluasi KBM (1.1.3)

(39)
(40)
(41)

2) Fasilitas Pesantren (1.2)

Fasilitas pondok pesantren berperan sebagai sistem pengadaan kebutuhan sarana dalam kegiatan pengembangan SDM dan fasilitas penunjang lainnya seperti asrama, perpustakaan, gudang, dan sebagainya. Maka itu, seluruh kebutuhan sarana dalam kegiatan belajar mengajar dikoordinasikan kepada bagian fasilitas pondok pesantren. Kegiatan lain yang dilakukan yaitu pencatatan fasilitas yang dimiliki atau inventarisasi fasilitas pondok pesantren.

3) Kurikulum dan Administrasi (1.3)

Sistem kurikulum dan administrasi berkaitan dengan penentuan kurikulum dan administrasi pesantren (kesekretariatan dan keuangan) sehingga pada rancangan sistem kurikulum dan administrasi terdapat 3 proses utama.

a. Kurikulum pesantren (1.3.1)

Pondok Pesantren Mina 90 akan dikembangkan menjadi pondok pesantren agribisnis yang berbasiskan budidaya lele sehingga kurikulum yang digunakan merupakan kurikulum gabungan antara kurikulum nasional (pengetahuan umum), kurikulum keagamaan (kepesantrenan), dan kurikulum pertanian.

b. Administrasi pesantren (1.3.2)

Administrasi pesantren berfungsi sebagai kesekretariatan pesantren yang bertugas dalam penentuan jadwal pelajaran dan pengajar, pendataan seluruh masyarakat Pondok Pesantren Mina 90, dan pengelola keuangan pondok pesantren. Sumber keuangan pesantren berasal dari Yayasan Mina dan pendapatan usaha pembenihan lele.

Sistem Usaha Pembenihan Lele

Mendirikan dan menjalankan usaha merupakan sebuah proses yang tidak mudah dilakukan. Diperlukan pengelolaan usaha yang efektif dan efisien sehingga mampu memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan yaitu menghasilkan keuntungan. Wibowo (2002) menyebutkan bahwa terdapat 4 fungsi manajemen dalam pengelolaan usaha kecil, yakni keuangan, produksi, pemasaran, dan personalia. Oleh karena itu, pada rancangan sistem usaha pembenihan lele Pondok Pesantren Mina 90 terdapat 4 subsistem, yaitu:

1) Manajemen keuangan (2.1) 2) Manajemen produksi (2.2) 3) Manajemen pemasaran (2.3) 4) Manajemen personalia (2.4)

Subsistem usaha pembenihan lele ditunjukan oleh diagram level 2 dari sistem informasi model pondok pesantren agrbisnis Mina 90 (Gambar 21). Proses atau aktivitas dari subsistem usaha pembenihan lele dijelaskan secara rinci pada Gambar 23, yaitu diagram level 3 dari subsistem usaha pembenihan lele. Setiap sub-subsistem yang ada dalam subsistem usaha pembenihan lele saling terkoneksi dengan sub-subsistem yang lain sehingga kegiatan usaha pembenihan lele akan berjalan efektif dan efisien jika seluruh sub-subsistem berjalan dengan baik.

1) Manajemen Keuangan (2.1)

Keuangan dan uang merupakan bagian penting dalam berwirausaha. Terkadang dalam pengelolaan usaha kecil, pelaku usaha sering mengabaikan manajemen keuangan seperti pencatatan dan pembukuan yang sederhana sehingga keberhasilan usaha yang dijalankan menjadi bias. Hendro (2011) menyatakan bahwa:

“Perputaran uang dalam usaha layaknya seperti aliran darah yang mengalir di dalam tubuh. Sistem kerja dari organ tubuh tidak akan berfungsi, bergerak, beroperasi, dan tetap sehat bila tidak ada darah yang mengalir ke seluruh tubuh. Kegagalan sebuah bisnis berawal dari gagalnya menciptakan perputaran uang yang masuk dan melakukan efisiensi dari uang yang keluar untuk mendanai kegiatan organisasi.”

a. Anggaran usaha (2.1.1)

Pengelola pesantren bagian keuangan merancang anggaran keuangan usaha pembenihan lele yang akan dilakukan. Anggaran keuangan merupakan proses mengalokasikan modal yang ada untuk kegiatan usaha. Anggaran keuangan usaha disusun secara rinci setiap bulannya. Rancangan keuangan menyangkut biaya produksi, biaya penjualan dan promosi, dan biaya tenaga kerja. Setelah rancangan anggaran keuangan usaha disepakati, disimpan di datastore keuangan.

Rancangan anggaran usaha ini akan menjadi pedoman pengelola pesantren sebagai pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usaha pembenihan ikan lele. Selain itu, anggaran keuangan dapat dijadikan sebagai pengendali keuangan usaha. b. Administrasi keuangan (2.1.2)

Administrasi adalah sebuah sistem pencatatan dari seluruh kegiatan bisnis yang dijalankan oleh masyarakat Pondok Pesantren Mina 90. Pencatatan kegiatan usaha yang dilakukan antara lain: catatan perjanjian dagang, catatan pemesanan dan pengiriman, catatan proses produksi, catatan personalia, dan catatan surat menyurat. Catatan tersebut dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatannya.

c. Pembukuan (2.1.3)

Pembukuan merupakan pencatatan kegiatan usaha yang berhubungan dengan keuangan usaha seperti penjualan, pembelian bahan baku, dan pembayaran. Catatan-catatan tersebut sebelumnya sudah dikelompokkan di datastore sehingga pada proses pembukuan hanya dilakukan pencatatan mengenai keuangan usaha saja. Pembukuan dilakukan untuk mengetahui keadaan keuangan usaha. Dokumen keuangan tersebut kemudian disimpan di datastore keuangan. d. Laporan keuangan (2.1.4)

(42)
(43)
(44)
(45)

2) Manajemen Produksi (2.2)

Memahami proses dan aktivitas produksi merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pengelola usaha. Seorang wirausaha harus mengetahui dan memahami proses produksi karena proses produksi adalah dapur dari bisnisnya yang menghasilkan, memengaruhi, dan melandasi proses sebuah bisnis dalam menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas (Hendro 2011).

a. Penganggaran dana produksi (2.2.1)

Penganggaran dana produksi dilakukan sebagai perencanaan kegiatan produksi yang akan dilakukan. Pengganggaran dana produksi dilakukan pengelola pesantren yang kemudian akan diajukan ke bagian keuangan pusat. Anggaran dana yang telah disetujui menjadi pedoman dalam pengadaan bahan baku dan persiapan kolam pembenihan dan disimpan di datastore produksi.

b. Persiapan kolam dan bahan baku (2.2.2)

Persiapan kolam pembenihan lele dilakukan oleh santri dengan pengontrolan dan panduan dari pengelola pesantren sedangkan pengadaan bahan baku dilakukan oleh pengelola pesantren. Bahan baku yang dibutuhkan usaha pembenihan lele yaitu indukan lele, kakaban (tempat menempelnya telur yang terbuat dari injuk), dan pakan benih lele. Pengadaan bahan baku dilakukan kerjasama dengan pemasok agar jumah dan kualitasnya dapat terjamin. Selain itu, kerjasama dalam pengadaan bahan baku dapat meminimalkan biaya produksi.

c. Pemijahan (2.2.3)

Proses awal produksi yang dilakukan dalam usaha pembenihan lele yaitu pemijahan. Satu kolam pemijahan (2 x 4 m) berisi indukan betina sebanyak 3 ekor dan indukan jantan sebanyak 2 ekor. Proses pemijahan dilakukan selama 12 jam. Kakaban yang digunakan sebanyak 16 buah. Setelah 12 jam pemijahan dilakukan pemindahan kakaban sebanyak 2 buah pada setiap kolam pemeliharaan (2 x 4 m). d. Pemeliharaan dan perawatan (2.2.4)

Kegiatan pemeliharan dan perawatan yang dilakukan yaitu pemberian pakan benih lele dan pengontrolan, dan pergantian air. Pemberian pakan lele dilakukan sebanyak 3 kali pada pukul 08.00, 14.00, dan 20.00 WIB. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan ukuran benih lele. Pergantian air dilakukan apabila air di dalam kolam sudah mengeluarkan bau yang tidak sedap. Perubahan bau air kolam disebabkan adanya endapan pakan yang tidak termakan.

e. Penyortiran

(46)

pemeliharaan. Benih yang siap dipasarkan akan diserahkan kepada bagian pemasaran, sedangkan benih yang belum siap dipasarkan akan dikembalikan ke kolam pemeliharaan dan perawatan.

3) Manajemen Pemasaran (2.3)

Pemasaran dalam arti sempit merupakan kegiatan atau aktivitas yang hanya menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Namun, pada kenyataannya kegiatan pemasaran sudah dilaksanakan sebelum barang atau jasa diproduksi dan siap untuk didistribusikan (Longenecker et al. 2001). Mengacu pada penjelasan tersebut, subsistem manajemen pemasaran terbagi ke dalam 4 proses.

a. Anggaran dana pemasaran (2.3.1)

Anggaran dana pemasaran berkaitan dengan pengalokasian dana untuk kegiatan meneliti pasar dan promosi. Pembuatan anggaran dana pemasaran dilakukan sebagai upaya dalam pengendalian penggunaan modal usaha.

b. Meneliti pasar (2.3.2)

Pengelola melakukan survei pasar mengenai kebutuhan dan minat konsumen. Meneliti pasar perlu dilakukan agar produk yang akan diproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen dan dapat diserap oleh pasar. Hasil survei pasar ini akan dikoordinasikan kepada bagian produksi. Responden dalam meneliti pasar ini difokuskan kepada petani pembesaran atau pendederan lele.

c. Promosi (2.3.3)

Promosi merupakan salah satu upaya perusahaan dalam pengenalan produk kepada konsumen. Promosi yang dilakukan antara lain penyebaran brosur dan leaflet serta pegelolaan media sosial. Selain itu, promosi yang dilakukan adalah pemberian potongan harga bagi konsumen yang membeli benih dalam jumlah besar.

d. Penjualan (2.3.4)

Penjualan merupakan proses terakhir pada sistem manajemen pemasaran. Kegiatan yang dilakukan pada proses ini yaitu penjualan langsung kepada konsumen dan pengiriman produk yang sebelumnya telah dipesan pada proses promosi. Jumlah benih yang dibutuhkan untuk kegiatan penjualan berhubungan dengan manajemen produksi di bagian pernyotiran benih. Informasi ketersediaan benih dan jumlah pemesanaan merupakan bagian penting dalam usaha sehingga jumlah yang diproduksi sesuai dengan jumlah penawaran di pasar.

4) Manajemen Personalia (2.4)

Gambar

Tabel 1 Elemen-elemen DFD dan lambangnya (Fatta 2007)
Gambar 1  Kerangka pemikiran operasional
Gambar 2  Hierarki diagram DFD
Gambar 3  Peta lokasi Pondok Pesantren Mina 90
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari

Diinformasikan kepada seluruh jemaat bahwa penyampaian persembahan dapat melalui transfer bank atau melalui scan QR dengan menginformasikan peruntukan dari persembahan kepada

Tiga puluh pasang saraf tepi yang keluar dari sumsum tulang belakang merupakan campuran serabut saraf sensoris dan serabut saraf motoris. Serabut saraf

Pada dasarnya kinerja guru dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri guru itu sendiri yaitu bagaimana guru bersikap dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pendidik

2) Modal Keuangan (Financial Capital), dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi kesuksesan karena dapat dipastikan bahwa suatu usaha jika akan mejalankan usahanya akan

Selain itu, masyarakat di perbatasan itu memiliki bahasa yang sama, yaitu bahasa Dawan walaupun ada mayarakat Napan yang berakomodasi terhadap bahasa Tetun Portu atau

Dari pendasaran di atas, keyakinan atas apa yang terjadi pada karamah wali seperti misalnya pada Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani atau pada cerita-cerita Sunan

1) Analisa PeraturanMetode ini penulis gunakan dalam mengumpulkan bahan hukum primer yang dilakukan dengan menganalisa ketentuan ketentuan yang dirumuskan dalam