• Tidak ada hasil yang ditemukan

:Penggunaan CurveExpert Dalam Menduga Volume Pohon Merbau (Instia spp) di IUPHHK-HA PTMamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ":Penggunaan CurveExpert Dalam Menduga Volume Pohon Merbau (Instia spp) di IUPHHK-HA PTMamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

CHRISTA SIMAREMARE, E14070010. The use of CurveExpert in estimating the volume of Merbau (Instia spp) in IUPHHKHA PT Mamberamo Alasmandiri, Papua Province. By Lecturers BUDI KUNCAHYO.

Merbau is one of the commercial timber which has a very high potential in PT Mamberamo Alasmandiri, Papua Province. The estimation of volume of merbau uses a local volume table as a tool with a variable amount of the diameter. There are many equations to estimate the volume of trees either linear or non-linear. In the past, because of the limitation of technology, non-linear equations must be transformed into a linear form, and only few of non-linear equations were easily transformed. CurveExpert software is a form of technological progress in developing models of tree volume equations estimators. Models of linear equations do not need to be transformed, thus allows more equation models in constructing the local volume table.

This research aims to construct the best equation model of estimating the volume of merbau (Instia spp) by using the software CurveExpert at PT Mamberamo Alasmandiri, Papua Province. The research was conducted in June and July 2011 in IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Papua Province by taking 165 samples of fallen trees (cut), that is purposive sampling in the Working Area IUPHHKHA PT Mamberamo Alasmandiri.

It is selected the 10 represented equation models from the models that CurveExpert resulted. The criteria in composing the equation model are the calculation of the coefficient of determination (R2) and standard deviation (S). Gompertz Relation equation model has the smallest standard deviation value (S) and the largest coefficient of determination (R2) compared to other equations.

In equation model validation test, it is carried out the calculation test of the average value, aggregate deviation, average deviation, RMSE (root mean square error), and bias. Ranking is done for equation model construction and equation model validation test. Criteria in selecting the best model is selected by the incorporation of the total amount of the preparation of model equations and test validation. Equation that has a good criterion is the equation with smallest number of total ranks than any other equation. Based on the criteria for ranking in the construction by merging model and model validation test, then the Gompertz Relation equation can be used to estimate the volume of merbau trees (Instia spp) in IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Papua Province.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Merbau merupakan salah satu jenis kayu komersil yang memiliki potensi yang sangat tinggi. Saat ini merbau lebih banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, seperti di Provinsi Papua. PT Mamberamo Alasmandiri merupakan perusahaan yang memiliki hak pengusahaan hutan di Provinsi Papua. Hampir keseluruhan potensi pohon di areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri didominasi oleh pohon merbau (Instia spp).

Secara umum, pendugaan volume pohon menggunakan alat bantu berupa tabel volume pohon. Tabel volume pohon terdiri atas dua tabel volume, salah satunya adalah tabel volume lokal. Tabel volume lokal adalah tabel yang memberikan nilai volume pohon hanya cukup dengan mengetahui satu besaran pohon saja. Besaran yang digunakan adalah diameter atau keliling pohon setinggi dada.

(3)

1.2 TujuanPenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model persamaan penduga volume pohon terbaik untuk jenis merbau (Instia spp) dengan menggunakan software CurveExpert di PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan alat bantu yang memudahkan dan memberikan informasi penduga volume pohon merbau (Instia spp) di PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Singkat Merbau

Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah sangat dikenal dalam perdagangan kayu di Indonesia maupun untuk keperluan eksport yang merupakan family dari Leguminosae (Caesalpiniaceae) (Mahfudz et al. 2004).

Distribusi alami dari family ini adalah Amerika Samoa, Australia, Birma, Kamboja, India, Indonesia, Madagaskar (pada dataran rendah di bagian barat), Malaysia, Myanmar, Pulau-pulau di Pasifik, Papua Nugini, Philipina, Seychelles, Tanzania, Thailand, dan Vietnam (UNEP-WCMC). Di Indonesia sebaran Instia spp cukup luas mulai dari Sumatera sampai Papua. Namun saat ini populasinya hanya tersisa di Papua dan sebagian Maluku dan itupun terus menurun kondisinya dari waktu ke waktu (Mahfduz et al. 2006).

2.1.1 Ciri Umum Merbau (Instia spp)

Menurut Mahfduz et al. (2006) Instia spp yang lebih dikenal dengan merbau, terdiri dari Instia bijuga dan Instia palembanica, tergolong pohon raksasa dengan tinggi mencapai 40 m dan tinggi bebas cabang 30 m, serta diameter mencapai 200 cm.

Kayu merbau merupakan kayu keras dan dicirikan dengan bentuk batang agak tegak, tidak silindris sempurna, berakar papan yang rata-rata mencapai 2 m dan tebal 10 cm. Bagian kulit batang yang mati setebal 0,5 mm–10 mm (Mahfduz et al. (2006). Anonim (2010) menyatakan kayu teras merbau berwarna kelabu coklat atau kuning coklat sampai coklat merah cerah atau hampir hitam. Sedangkan kayu gubal berwarnaa kuning pucat sampai kuning muda.

(5)

palembanica mempunyai kulit agak kasar dan sering mengelupas dengan warna coklat kemerahan. Bentuk Instia bijuga agak bulat dan ukurannya lebih kecil, sedangkan Instia palembanica agak lonjong dan lebih besar.

Instia bijuga umumnya banyak ditemui pada daerah dataran rendah dengan tempat tumbuh tanah endapan atau berpasir agak berbatu. Instia palembanica dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Bunga Instia spp merupakan bunga majemuk dalam bentuk malai, tangkai utama 5 cm-18 cm, dan panjang tajuk bunga 1,5 cm–2,5 cm. Buah berbentuk polong, bulat atau berbentuk agak panjang lebih kurang 8,5 cm–23 cm, lebar buah 4–8 cm, satu buah berisi 1–8 benih. Benih berbentuk bulat pipih berwarna coklat tua kemerah– merahan. Buah mekar pada bulan November–Januari dan buah tua pada bulan Mei–Agustus. Pada beberapa lokasi mempunyai waktu berbunga dan berbuah yang hampir sama (Anonimous 1976 diacu dalam Mahfduz et al. 2006).

2.1.2 Habitat Merbau

Pada umumnya Instia spp tumbuh pada tanah lembab yang kadang digenangi air dan dapat juga tumbuh pada tanah kering, tanah berpasir, tanah berbatu, baik pada tanah datar maupun tanah miring tinggi. Di Papua merbau tumbuh secara alami dengan kondisi iklim (A-D) pada dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian berkisar antara 0–1000 mdpl. Merbau berasosiasi dengan tumbuhan lainnya seperti Palaquium, Myristica, Pometia dan jenis lainnya (Anonimous 1976 diacu dalam Mahfduz et al. 2006).

2.2 Diameter Pohon

Menurut Simon (1996) diameter merupakan salah satu dimensi pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Dalam mengukur diameter, yang lazim dipilih adalah diameter setinggi dada (Dbh), karena pengukurannya paling mudah dan mempunyai korelasi yang kuat dengan parameter lain yang penting, seperti luas bidang dasar dan volume batang.

(6)

diameter (D), dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran, yakni D = K/π. Pada umumnya, diameter setinggi dada diukur pada ketinggian batang 1,3 m dari permukaan tanah. Diameter setinggi dada sebagai parameter yang penting, akan menjadi kurang berarti untuk pohon-pohon didaerah tropis, yang pada umumnya berbanir. Biasanya, diameter batang yang diukur pada 30 cm di atas ujung banir (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 1992).

2.3 Volume Pohon

Menurut Sutarahardja (2010), volume adalah merupakan suatu besaran tiga dimensi dari suatu benda. Besaran ini dinyatakan dalam satuan kubik yang diturunkan atau didapatkan dari setiap satuan dasar panjang. Bila panjang-panjang tersebut adalah tinggi, lebar dan ketebalan diketahui, maka volumenya dapat diketahui pula.

Secara umum, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang sering dipakai sebagai dasar penaksiran, adalah :

1. Volume tunggak, yaitu : volume yang terdiri atas akar dan pangkal pohon sampai ketinggian (tunggak) tertentu. Tinggi tunggak bervariasi dari 0,1-0,5 m tetapi sebagian besar diambil 0,3 m. Di daerah yang berbukit, tinggi tunggak dihitung sama dengan tinggi banir.

2. Volume kayu batang (Vst), yaitu : volume kayu diatas tunggak sampai permulaan tajuk. Bagian pohon yang menyusun volume kayu ini adalah batang pokok sampai percabangan pertama.

3. Volume kayu tebal (Vdk), yaitu : volume kayu diatas tunggak sampai diameter dengan kulit 7 cm. Disini tercakup batang pokok dan cabang-cabang besar.

4. Volume kayu pohon, yaitu : volume kayu yang terdapat di seluruh pohon, mulai dari volume tunggak sampai ujung pohon ranting (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 1992).

(7)

merupakan penjumlahan seluruh volume pohon yang menyusun tegakan tersebut. Rumus umum volume kayu individu pohon didasarkan pada rumus silinder. Tetapi, karena bentuk pohon tidak persis seperti silinder, maka rumus tersebut dikoreksi dengan menggunakan bilangan bentuk atau faktor reduksi. Faktor reduksi menggambarkan selisih antara volume silinder dengan volume kayu yang sebenarnya untuk diameter yang sama ( Departemen Kehutanan Republik Indonesia 1992).

Untuk menentukan volume dolok (sortimen kayu) sebagai bagian dari volume kayu/pohon, telah dikembangkan rumus-rumus matematik (Spurs 1952) sebagai berikut:

1. Rumus Smallian : V = 0.5 x (B + b) x L 2. Rumus Huber : V = B1/2 x L

3. Rumus Newton : V = {B + (B1/2 x 4) + b} x L x 1/6

Dimana :

V = Volume dolok (logs) atau batang pohon (m3) B = Luas bidang dasar pangkal batang (m2) B = Luas bidang dasar ujung batang pohon (m2)

B1/2 = Luas bidang dasar bagian tengah batang pohon (m2)

D = Diameter pangkal batang pohon (m) D = Diameter ujung batang pohon (m) L = Panjang batang pohon (m)

Sutarahardja (2010) mengatakan bahwa semakin pendek panjang batang dalam menentukan volume maka menghasilkan volume yang tepat dikarenakan rumus-rumus di atas merupakan perhitungan volume yang berdasarkan kepada bentuk teratur yakni silinder, sedangkan bentuk pohon yang tidak teratur dan lebih kearah bentuk neiloid. Volume pohon dapat diperoleh dengan cara penjumlahan volume sortimen-sortimen dari pohon yang bersangkutan.

(8)

2.4 Tabel Volume Pohon

Menurut Sutarahardja (2010), tabel volume pohon adalah tabel untuk menduga volume pohon apabila diameternya (diameter setinggi dada) diketahui, yang disusun berdasarkan persamaan hubungan antara volume dengan diameter yang terdiri atas tabel volume standard dan tabel volume lokal.

Tabel volume pohon lokal (local volume table) atau tarif volume adalah bentuk khusus dari tabel volume pohon, yaitu tabel yang memberikan nilai volume pohon dengan cukup mengetahui hanya satu besaran saja dari pohon yang bersangkutan. Besaran tersebut adalah yang paling mudah diukur, yaitu diameter pohon setinggi dada atau keliling pohon setinggi dada. Dengan tidak mengikut sertakan besaran tinggi pohon, maka tarif volume memiliki daerah berlaku yang terbatas (Sutarahardja 2010).

Menurut Sutarahardja (2010) pengukuran tinggi memerlukan waktu yang banyak dan juga merupakan sumber kesalahan yang penting. Sutarahardja (2010) menyatakan bahwa penyusunan tabel volume pohon dimaksudkan untuk memperoleh taksiran volume pohon melalui pengukuran satu atau beberapa peubah penentu volume pohon serta untuk mempermudah kegiatan inventarisasi hutan dalam menduga potensi tegakan. Meskipun demikian, untuk meningkatkan efisiensi dalam penaksiran volume tegakan dengan tidak mengurangi ketelitian yang diharapkan, diusahakan dalam penyusunan tabel volume pohon memperkecil jumlah peubah bebas penentu volume pohon dan diberlakukan pada daerah setempat.

(9)

2.5 CurveExpert

(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2011 di IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan antara lain : alat tulis, alat ukur diameter (phiband), kalkulator, pita ukur, tally sheet, perangkat keras PC (Personal Computer), MS Excel 2007, MS Word 2007, dan CurveExpert versi 1.4. Bahan yang digunakan adalah pohon merbau (Instia spp).

3.3 Metode Pengambilan Data

3.3.1 Penentuan Jumlah dan Pemilihan Pohon Contoh

Jumlah pohon ditentukan berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan pohon contoh. Pemilihan pohon contoh dilakukan dengan metode purposive sampling serta memperhatikan penyebaran tegakan dalam kelas diameter. Data pohon contoh digunakan untuk model persamaan penduga volume pohon dan validasi. Sebanyak 2/3 dari total pohon digunakan untuk model persamaan penduga volume pohon dan sisanya untuk uji validasi.

3.3.2 Pengukuran Pohon Contoh

Besaran yang diukur adalah diameter setinggi dada (Dbh) dan diameter per seksi dengan batas antar seksi 2 m terhadap pohon yang rebah (ditebang). Dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. 34/Menhut-II/2007 volume pohon contoh diperoleh dari penjumlahan volume per seksi. Volume per seksi dihitung dengan menggunakan persamaan Smallian :

V = 0.5 x (B + b) x L Dimana :

(11)

B = Luas bidang dasar pangkal batang (m2) b = Luas bidang dasar ujung batang pohon (m2) L = Panjang seksi (m)

Volume pohon aktual dihitung dengan persamaan berikut : Va =

Dimana :

Va = Volume aktual pohon (m3)

Vi = Volume seksi ke-I dari satu pohon (m3)

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Penyusunan Model Persaman Volume Pohon

Besaran diameter setinggi dada (Dbh) dan volume pohon dimasukkan dalam software sehingga dihasilkan beberapa persamaan, selanjutnya dipilih 10 persamaan dan diuji dengan menggunakan analisa keragaman (analysis of variance) untuk melihat signifikasi atau ketergantungan peubah penyusun persamaan.

Tabel 1 Analisa keragaman pengujian model persamaan (Sutarahardja 2010)

Sumber Keragaman (SK) Derajat bebas (Db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT)

F-hitung F

-tabel

Regresi Sisaan

k = p-1 n-k-1

JKregresi (JKR)

JKsisa (JKS)

KTR=JKR/k

KTS=JKS/(n-k-1) KTR/KTS

Total n-1 JKtotal (JKT)

Keterangan: p = banyaknya konstanta (koefisien regresi dan intersept) n = banyaknya pohon contoh yang digunakan

Kriteria pemilihan persamaan volume pohon dengan menghitung : a. Koefisien determinasi :

b. Simpangan baku (S) :

Dimana :

Jkregresi = Jumlah kuadrat regresi

Jktotal = Jumlah kuadrat total

Jksisa = Jumlah kuadrat sisa

n = Jumlah pohon contoh yang digunakan

(12)

3.4.2 Kriteria Uji Validasi Model Persamaan

Uji validasi model dilakukan dengan melihat uji beda nyata antara volume yang diduga dengan tabel terhadap volume nyatanya, nilai simpangan agregasi (agregative deviation), simpangan rata-rata (mean deviation), RMSE (root mean square error), dan angka bias. Kriteria uji validasi model persamaan dihitung dengan persamaan berikut :

1. Uji beda rata-rata khi-kuadrat (Chi-square test)

Pengujian validasi model persamaan penduga volume pohon, dapat pula dilakukan dengan menggunakan uji X2 (khi-kuadrat), adalah alat untuk menguji apakah volume yang diduga dengan tabel volume pohon (Vt) berbeda dengan volume pohon aktualnya (Va). Hipotesa yang diuji adalah sebagai berikut :

H0 : Vt = Va

H1 : Vt≠ Va

Kriteria uji :

Kaidah keputusan sebagai berikut :

X2hitung≤ X2tabel (α,n-1), maka terima H0

X2hitung > X2tabel (α,n-1), maka terima H1

2. Simpangan agregat (agregative deviation)

Simpangan agregat merupakan selisih antara jumlah volume aktual (Va) dan volume dugaan (Vt) yang diperoleh berdasarkan dari tabel volume pohon, sebagai persentase terhadap volume dugaan (Vt). Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat (SA) yang berkisar dari -1 sampai +1 (Spurr, 1952). Nilai SA dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut :

3. Simpangan rata-rata (mean deviation)

(13)

jumlah volume dugaan (Vt). Nilai simpangan rata-rata yang baik adalah tidak lebih dari 10% (Spurr, 1952). Simpangan rata-rata dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut :

4. RMSE (root mean square error)

RMSE merupakan akar dari rata-rata jumlah kuadrat nisbah antara selisih volume dugaan dari tabel volume pohon (Vt) dengan volume aktualnya (Va) terhadap volume aktual. Nilai RMSE yang lebih kecil, menunjukkan model persamaan penduga volume yang lebih baik. RMSE dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut :

5. Bias

Bias (e) adalah kesalahan sistematis yang dapat terjadi karena kesalahan dalam pengukuran, kesalahan teknis pengukuran maupun kesalahan karena alat ukur. Bias dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut :

(14)

3.4.3 Pemilihan Model Persamaan Volume Pohon Terbaik

Jadi model persamaan untuk penyusunan volume pohon yang terbaik dengan pemberian skor pada setiap model persamaan, sebagai berikut :

1. Nilai R2 yang besar dan simpangan baku yang rendah.

2. Simpangan Agregasi (SA) terkecil dan seterusnya sampai nilai SA terbesar 3. Simpangan Rata-rata (SR) terkecil dan seterusnya sampai nilai SR terbesar 4. Nilai RMSE yang relatif kecil

5. Bias yang relatif kecil

(15)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Pemanfaatan Hutan

PT Mamberamo Alasmandiri merupakan perusahaan PMDN yang tergabung dalam KODECO GROUP. Didirikan pada tanggal 5 Desember 1991 dengan akte pendirian No. 24 Notaris Rahmah Arie Sutardjo, SH dan memperoleh pengesahaan dari Menteri Kehakiman RI No. C2-2966-H. T. 01. 01. TH’92 tanggal 20 April 1992. Pendirian perusahaan adalah dalam rangka pemenuhan bahan baku industry Kodeco Group (PT Kodeco Batulicin Plywood) untuk memenuhi pangsa ekspor produk kayu olahan.

Izin Pemanfaatan Hutan IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri didasarkan pada keputusan Menteri Kehutanan No. 1071/Kpts-II/1992 tanggal 19 November 1992, seluas 691.700 hektar. Pada tahun 1999, luas areal IUPHHK menjadi 677.310 hektar (Addendum SK Menhutbun No.910/Kpts-II/1999). PT Mamberamo Alasmandiri membagi areal kerjanya menjadi dua unit kelestarian, yaitu Unit Aja dan Unit Gesa dimana keduanya melakukan kegiatan operasional secara terpisah (PT Mamberamo Alasmandiri 2011).

4.2 Letak Geografis dan Luas 4.2.1 Letak dan Luas IUPHHK

Areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri termasuk ke dalam kelompok hutan Sungai Mamberamo-Sungai Gesa. Berdasarkan status fungsi hutan, areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri terdiri atas Hutan Produksi (HPK) dengan luas masing-masing :

Hutan Produksi Bebas (HP) : ± 117.010 hektar (±17,30%) Hutan Produksi Terbatas (HPT) : ± 513.570 hektar (±75,80%) Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi : ± 46.730 hektar (± 6,90%)

(16)

Tabel 2 Batas areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri

Sumber : RKUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri 2011

4.2.2 Topografi dan Kelerengan

Menurut peta garis bentuk areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri skala 1:50.000 yang dibuat secara fotogrametris dari potret udara skala 1:50.000 hasil pemotretan tahun 1986 dan 1987, menginformasikan bahwa hamparan areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri bervariasi dari datar sampai bergelombang dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 100-648 mdpl.

Kelas lereng di areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri terdiri atas kelereng A (<8%) sampai kelas lereng E (>40%). Luas masing-masing kelas lereng disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kelerengan lahan areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri

Satuan Peta

Kelerengan LUAS

Hektar Persen

L.1 <8% (Datar) A 202.658 29,9

L.2 8-15% (Landai) B 185.784 27,4

L.3 15-25% (Agak curam) C 215.920 31,9

L.4 25-40% (Curam) D 60.106 8,9

L.5 >40% (Sangat Curam) E 12.843 1,9

Jumlah 677.310 100

Sumber : Peta garis bentuk areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri yang dibuat secara fotogrametris Potret udara skala 1:50.000 hasil pemotretan tahun 1986 dan 1987( PT Mamberamo Alasmandiri 2011)

4.3 Tanah dan Geologi

Jenis tanah di IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri didominasi jenis tanah yang antara lain : latosol, podsolik, dan alluvial. Sedangkan struktur geologi khususnya di Areal Kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri adalah sesar

No Arah Lokasi Batas Areal

1. Utara Batas buatan (belum ditata batas)

2. Timur S. Mamberamo, hutan Suaka Alam Wisata Pegunungan Foja, dan HL

3. Selatan Hutan Suaka Alam Wisata dan Habitat Buaya

(17)

(sesar naik dan geser) dan lipatan. Sesar naik utama pada bagian tersebut membatasi Cekungan Wapoga dan Cekungan Mamberamo. Struktur lipatan terdiri dari antikilin dan sinklin. Antikilin penting dikenal sebagai antiklin Gesa yang memotong aliran Sungai Gesa yang mengalir ke utara. Perkembangan struktur tersebut adalah dampak kompresi pemekaran lempeng Samudra Pasifik. Pergerakan tersebut merupakan penyebab utama poton, endapan campur aduk dan pengungkit satuan lebih muda, satuan fanglomerat.

4.4 Keadaan Hutan

Penutupan lahan areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri terdiri atas hutan primer, hutan bekas tebangan, non hutan, hutan rawa primer, hutan rawa bekas tebangan tebangan, non rawa hutan, tubuh air/danau, tertutup awan. Luasan areal hutan tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Penutupan vegetasi pada fungsi hutan IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri

Sumber : RKUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri 2011

4.5 Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Lokasi areal kerja PT Mamberamo Alasmandiri termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Mamberamo Raya yang meliputi tiga distrik, yaitu : Mamberamo Hulu, Mamberamo Atas, Mamberamo Tengah dan Waropen Atas. Mamberamo Raya merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Waropen Atas berdasarkan undang-undang No. 19 Tahun 2007 yang disahkan tanggal 15 Maret 2007.

Penutupan Lahan

Fungsi Hutan (Ha) BZ Jumlah Persen

HPT HP HPK

1. Hutan Primer 287.203 66.966 6.176 12.230 372.575 55,0%

2. Hutan Bekas Tebangan 105.825 40.100 30.651 1.948 178.524 26,4%

3. Non Hutan 6.209 5.169 592 127 12.097 1,8%

4. Hutan Rawa Primer - 1.890 10.951 - 12.841 1,9%

5. Hutan Rawa Bekas Tebangan 8.268 783 - - 9.051 1,3%

6. Non Hutan Rawa - 71 1.111 - 1.182 0,2%

7. Tubuh Air / Danau - 636 - 12 648 0,1%

8. Tertutup Awan 74.295 10.511 - 5.586 90.392 13,3%

(18)

Penduduk asli disekitar kelompok hutan S.Mamberamo–S.Gesa, yaitu : suku Baudi Bira, Kerema, Obagui Dai, Kapso Apawer, Birara Noso, Bodo dan suku Haya. Hubungan suku-suku yang berbeda wilayah masih bersifat tradisional dan masing-masing suku masih memegang kuat adat istiadatnya. Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh penduduk di sekitar kelompok hutan ini adalah bahasa sukunya masing-masing, sedangkan bahasa Indonesia hanya dimengerti oleh sebagian kecil saja dari mereka.

Budaya masyarakat di dalam dan di sekitar areal IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri merupakan gambaran kecil dari budaya Papua. Kebudayaan di Papua menunjukkan gejala aneka ekstrim, disebabkan oleh suku atau bangsa yang berdatangan dari berbagai daerah menduduki pulau-pulau yang ada secara terpisah satu dari yang lainnya (karena isolasi geografis).

Pola pemilikan tanah di kawasan areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri terdiri atas tanah negara, tanah adat dan tanah ulayat. Walaupun demikian masyarakat masih berpegangan pada hukum adat dimana pemilikan terhadap sebidang tanah didasarkan “pemilik pertama”, artinya jika pemilikan terhadap tanah yang digarap tersebut dan diwariskan turun temurun kepada keturunannya dan setiap anggota keluarga memiliki hak garap atas tanah keluarga tadi. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa hutan merupakan tempat mereka meramu (mencari sagu, umbi, dan berburu) untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

(19)

Tabel 5 Distribusi komoditas utama di sekitar IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri

No Sub Sektor Jenis Komoditi

1.

2. 3.

Pertanian

Peternakan Perikanan

Padi sawah, Padi lading, Jagung, Ubi kayu, Ubi jalur, Kacang Tanah, Kacang Kedelai, Kacang Ijo, Sayuran dan Buah-buahan serta Perkebunan Rakyat (Kelapa, Cengkeh, Coklat, Jambu, Mete, dan Kopi )

Babi, Ayam, Sapi, Kambing, dan Itik Ikan Tawar dan Ikan Air Laut

(20)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan pengukuran dimensi pohon, dilakukan pada lokasi areal pembukaan wilayah hutan dan pada lokasi pinggir sekitar jalan yang dilalui pada saat di lapangan. Pohon yang diukur adalah pohon yang sudah rebah (ditebang) yang terdapat di Areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri. Dimensi pohon yang diukur adalah diameter setinggi dada (Dbh), diameter per seksi dengan batas 2 m terhadap pohon contoh. Pohon contoh yang diambil sebanyak 165 pohon dimana perkelas diameter terdapat 15 pohon contoh dengan interval kelas 5 cm. Pengukuran pohon contoh dimulai dari diameter 10 cm hingga pohon yang berdiameter 60up cm. Pembagian perkelas diameter nampak proporsional karena pembagian pohon contohnya merata sehingga terwakili dari diameter kecil sampai diameter terbesar. Pembagian kelas diameter pohon contoh tersebut tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran jumlah pohon contoh per kelas diameter

Kelas Diameter (cm) Model Persamaan Uji Validasi Total

10-14,9 10 5 15

15-19,9 10 5 15

20-24,9 10 5 15

25- 29,9 10 5 15

30-34,9 10 5 15

35-39,9 10 5 15

40-44,9 10 5 15

45-49,9 10 5 15

50-54,9 10 5 15

55-59,9 10 5 15

60up 10 5 15

(21)

Pohon contoh yang terkumpul di lapangan kemudian dibagi sedemikian rupa atas dua bagian data, yaitu : data untuk penyusunan model dan data untuk uju validasi. Untuk penyusunan model persamaan sebanyak 110 pohon contoh (2/3 dari total pohon contoh yang diambil di lapangan) dan untuk uji validasi model persamaan sebanyak 55 pohon contoh (1/3 dari total pohon contoh). Data pembagian jumlah pohon tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1 untuk penyusunan model persamaan dan Lampiran 2 untuk uji validasi model persamaan.

5.2 Analisis Model Persamaan Volume Pohon

10 model yang terwakili yang dihasilkan dalam software CurveExpert antara lain : Gompert Relation, Hoerl Model, Sinusoidal Fit, Vapor Pressure Model, Modified Geometric Fit, Weibull Model, Quadratic Fit, Gaussian Model, Logistic Model, dan Power Fit. Masing–masing model memiliki bentuk model persamaan. Analisis model persamaan penyusunan volume pada satu peubah bebas yakni diameter setinggi dada (Dbh) dapat diketahui dengan penggunaan sofware CurveExpert yang memberikan hasil seperti yang tertera pada Tabel 7. Tabel 7 Proses penyusunan model persamaan volume menggunakan perangkat

lunak CurveExpert versi 1.4

Model Persamaan a b C d S R² (%) Fhitung

Gompertz Relation y=a*exp(-exp(b-cx)) 1,16E+ 01 1,94E+ 00 2,84E-02

0,265948 96,623 1530,747

Hoerl Model y=a*(b^x)*(x^c) 1,48E-05 9,81E-01 3,28E+ 00

0,265996 96,622 1530,177

Sinusoidal Fit y=a+b*cos(cx+d) 5,17E+ 00 5,08E+ 00 2,43E-02 2,86E+ 00

0,267431 96,617 1513,23

VaporPressure Model y=exp(a+b/x+cln(x)) -3,04E+ 00 -5,06E+ 01 1,23E+ 00

0,267825 96,575 1508,624

Modified Geometric Fit Y= a*x^(b/x) 4,98E+ 01 -4,00E+ 01

0,268186 96,534 3007,846

Weibull Model y=a-b*exp(-c*x^d) 8,00E+ 00 7,98E+ 00 4,74E-06 2,83E+ 00

0,270471 96,540 985,8018

Quadratic Fit y=a+bx+cx^2 -1,24E-01 -1,96E-03 9,33E-04

(22)

Tabel 7 Proses penyusunan model persamaan volume menggunakan perangkat lunak CurveExpert versi 1.4

Model Persamaan a b c D S R² (%) Fhitung

Gaussian Model y=a*exp((-(b-x)^2)/(2*c^2)) 6,68E+ 00 9,70E+ 01 3,08E+ 01

0,278855 96,287 1387,493

Logistic Model y=a/(1+b*exp(-cx)) 7,17E+ 00 9,70E+ 01 7,36E-02

0,281609 96,214 1359,446

Power Fit y=ax^b 4,76E-04 2,14E+ 00

0,282928 96,142 2691,59

Penyusunan model persamaan dengan menggunakan software CurveExpert dapat diketahui langsung dengan menggunakan 2 variabel data yang diantaranya : diameter sebagai peubah x dan volume sebagai peubah y. Model persamaan yang dihasilkan menggunakan software CurveExpert memberikan nilai simpangan baku, koefisien korelasi, bentuk persamaan model, dan konstanta seperti yang tertera pada Lampiran 4.

Pada proses penyusunan model persamaan dapat dilihat nilai Fhitung lebih besar dibandingkan nilai Ftabel pada tingkat selang kepercayaan 95%. Nilai Ftabel yang diperoleh dari masing-masing model persamaan sebesar 3,929. Hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara diameter sebagai peubah bebas dan volume sebagai peubah tidak bebas sangat nyata. Diameter mempunyai pengaruh dalam menduga volume pohon.

Salah satu kriteria dalam menentukan model persamaan mana yang lebih baik, yakni model persamaan yang memiliki nilai simpangan baku yang paling kecil. Dari penyusunan model persamaan volume yang disajikan pada Tabel 7 dapat dinyatakan model persamaan Gompertz Relation adalah persamaan yang lebih baik dikarenakan nilai simpangan bakunya lebih kecil dibandingkan dengan nilai simpangan baku dari model persamaan yang lain. Model persamaan Gompertz Relation memiliki nilai simpangan bakunya sebesar 0,265948.

(23)

diperoleh dari perhitungan pada analisis keragaman pengujian model persamaan. Menurut Mardiyanto (2005), nilai R2 antara 0 sampai dengan 1, bila R2 mendekati 1 maka model yang dipilih mendekati kebenaran dan menurut Nadiya (2008), semakin dekat nilai R2 ke nilai 1 maka kesempuranaan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikatnya semakin besar.

Model persamaan yang memiliki nilai koefisien determinasi yang tertinggi dari 10 model persamaan yang terwakili adalah model persamaan Gompertz Relation dengan nilai koefisien determinasinya sebesar 96,623%. Dari hasil penyusunan model persamaan yang terteta pada Tabel 7 untuk memperoleh pemilihan terbaik maka diberikan peringkat pada model persamaan. Peringkat model persamaan ditentukan dari kriteria nilai simpangan baku (S) dan nilai koefisien determinasi (R2) dari setiap model persamaan volume pohon. Penentuan peringkat penyusunan model persamaan volume pohon tersebut tercantum pada Tabel 8.

Tabel 8 Peringkat penyusunan model persamaan volume pohon

Model Persamaan Bentuk Persamaan

Peringkat

Total

S R2

Gompertz Relation y=a*exp(-exp(b-cx)) 1 1 2

Hoerl Model y=a*(bx)*(xc) 2 2 4

Sinusoidal Fit y=a+b*cos(cx+d) 3 3 6

Vapor Pressure Model y=exp(a+b/x+cln(x)) 4 4 8

Modified Geometric Fit y= a*x(b/x) 5 5 10

Weibull Model y=a-b*exp(-c*xd) 6 6 12

Quadratic Fit y=a+bx+cx2 7 7 14

Gaussian Model y=a*exp((-(b-x)2)/(2*c2)) 8 8 16

Logistic Model y=a/(1+b*exp(-cx)) 9 9 18

Power Fit y=axb 10 10 20

(24)

5.3 Validasi Model Persamaan Volume Pohon

Model persamaan-persamaan yang terwakili dari penggunaan software CurveExpert yang tercantumkan diatas perlu dilakukan uji validasi untuk melihat sejauh mana model persamaan-persamaan tersebut mencapai tingkat akurasi yang baik. Data pohon contoh yang dialokasikan adalah data yang dari awal untuk uji validasi. Jumlah pohon contoh yang digunakan sebanyak 55 pohon contoh. Kriteria yang digunakan dalam menguji validasi atau tingkat akurasi model persamaan dari 10 model persamaan yang terwakili, sebagai berikut :

1. Simpangan Agregasi (SA) : model diberi skor 1 apabila memiliki nilai SA terkecil sedemikian seterusnya sampai dengan SA terbesar.

2. Simpangan Rata-rata (SR) : model diberi skor 1 apabila memiliki nilai SR terkecil sedemikian seterusnya sampai SR terbesar.

3. Nilai RMSE : relatif kecil 4. Bias : relatif kecil

5. Nilai Uji beda nyata (X2) : nilai rata-rata yang diduga dengan tabel volume dengan nilai rata-rata nyata, tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata.

Hasil uji validasi pada model persamaan volume pohon yang terwakili dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil uji validasi model persamaan volume pohon

Model Persamaan X2hitung X2tabel SA SR(%) RMSE(%) Bias

Gompertz Relation 7,0919 72,153 -0,1018 28,1743 29,9437 -4,9129

Hoerl Model 7,2849 72,153 -0,1063 40,7314 34,9369 -13,0085

Sinusoidal Fit 7,2768 72,153 -0,1022 33,0890 36,9942 -3,1985

Vapor Pressure Model 7,6933 72,153 -0,1114 101,4238 31,5383 19,0857

Modified Geometric Fit 8,2333 72,153 -0,1207 119,4373 33,5301 21,3608

Weibull Model 7,2487 72,153 -0,1042 30,3206 17,6195 9,3809

Quadratic Fit 7,7742 72,153 -0,1038 35,7146 62,1123 38,5794

Gaussian Model 7,4682 72,153 -0,0877 28,9582 33,7117 11,3648

Logistic Model 8,0842 72,153 -0,0872 30,2999 63,9416 16,4750

(25)

Berdasarkan hasil uji validasi pada model persamaan dari perangkat lunak Curve Expert maka dilakukan penilaian peringkat pada semua persamaan-persamaan model untuk memilih persamaan-persamaan yang akurasinya lebih tinggi. Nilai X2hitung dari persamaan model menunjukkan bahwa volume dugaan dengan nilai volume aktualnya, tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Hipotesa yang diperoleh adalah H0 : Vt = Va (X2hitung ≤ X2tabel (α,n-1). Nilai

khi-kuadrat yang diperoleh dari semua persamaan menunjukkan bahwa semua model persamaan volume yang diuji tidak jauh berbeda dengan volume aktual. Kriteria uji yang digunakan pada model persamaan dalam hal ini persamaan yang dihasilkan menunjukkan akurasi yang lebih baik, dimana nilai volume model tidak berbeda nyata dengan volume aktual.

Nilai kriteria dari tabel diketahui bahwa nilai SA dan SR yang terkecil ada pada persamaan Power Fit. Nilai RMSE yag terkecil dari model persamaan yang terwakili adalah persamaa Weibull Model sedangkan bias terkecil adalah pada persamaan Sinusoidal Fit. Pada bias nilai positif diperoleh menunjukkan adanya overestimate dan nilai negatif adanya underestimate. Peringkat kriteria uji validasi model persamaan volume pohon yang terwakili dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Peringkat uji validasi pada model persamaan

Model Persamaan

Peringkat

Total

X2 SA SR RMSE Bias

Gompertz Relation 2 4 2 2 3 13

Hoerl Model 5 8 8 7 6 34

Sinusoidal Fit 4 5 6 8 1 24

Vapor Pressure Model 7 9 9 4 8 37

Modified Geometric Fit 10 10 10 5 9 44

Weibull Model 3 7 5 1 4 20

Quadratic Fit 8 6 7 9 10 40

Gaussian Model 6 3 3 6 5 23

Logistic Model 9 2 4 10 7 32

(26)

Hasil uji kriteria validasi dari model persamaan yang terwakili menunjukkan bahwa persamaan yang memiliki akurasi yang lebih baik adalah persamaan Power Fit. Hal ini dapat dilihat dari penjumlahan peringkat dari masing-masing kriteria uji validasi dari setiap model persamaan yang memiliki nilai total peringkat terkecil.

5.4 Pemilihan Model Persamaan Volume Pohon Terbaik

Total jumlah kriteria-kriteria dalam penyusunan persamaan model dan uji validasi model dapat dilihat pada Tabel 11. Persamaan terbaik yang nantinya akan digunakan dapat diperoleh dengan cara menggabungkan total jumlah kriteria penyusunan persamaan dan kriteria uji validasi. Persamaan yang memiliki kriteria yang baik adalah persamaan yang jumlah total peringkatnya terkecil dibandingkan persamaan lainnya.

Tabel 11 Penentuan model persamaan volume pohon terbaik

Model persamaan

Peringkat Jumlah

peringkat

Peringkat akhir

Penyusunan Model Uji validasi

Gompertz Relation 2 13 15 1

Hoerl Model 4 34 38 5

Sinusoidal Fit 6 24 30 3

Vapor Pressure Model 8 37 45 7

Modified Geometric Fit 10 44 54 9

Weibull Model 12 20 32 4

Quadratic Fit 14 40 54 10

Gaussian Model 16 23 39 6

Logistic Model 18 32 50 8

Power Fit 20 8 28 2

(27)

diurutkan berdasarkan total jumlah kriteria peringkat pada penyusunan model persamaan dan uji validasi model persamaan.

(28)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Model persamaan yang terpilih dari gabungan kriteria penyusunan persamaan dan uji validasi adalah persamaan Gompertz Relation dengan bentuk model persamaannya y=1,16E+01*exp(-exp(1,94E+00-2,84E-02x)) yang dapat digunakan dalam menduga volume pohon merbau (Instia spp) di areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam menduga volume pohon untuk jenis pohon yang lainnya dengan menggunakan software CurveExpert.

(29)

PENGGUNAAN

CURVEEXPERT

DALAM MENDUGA

VOLUME POHON MERBAU (

Instia

spp) DI IUPHHK-HA

PT MAMBERAMO ALASMANDIRI,

PROVINSI PAPUA

CHRISTA SIMAREMARE

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1976. Mengenal Beberapa Jenis Kayu Papua. Dinas Kehutanan Provinsi Dati I Irian Jaya.

Anonim. 2010. Merbau (Instia bijuga). http://matoa.org/merbau-intsia-bijuga/ [26 November 2010].

[Dephut] Departemen Kehutanan Pepublik Indonesia. 1992. Manual Kehutanan. Jakarta : Depertemen Kehutanan Republik Indonesia.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan menteri Kehutanan No. P.34/Menhut-II/2007, tentang Pedoman Inventarisasi menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemamfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi. Jakarta: Depertemen Kehutanan Republik Indonesia.

Hyams, DG. 2010. CurveExpert. http://www.curveexpert.net/. [20 Agustus 2011]. Mahfudz, Pudjiono S, Widyatmoko AYPBC, Yudohartono TP. 2004. Kumpulan

Abstrak Merbau. Yogyakarta: Departemen Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Mahfudz, Pudjiono S, Pudja TP, Batseba AS. 2006. Merbau (Instia spp) dan Upaya Konservasinya. Yogyakarta: Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Mardianto, A. 2005. Analisis Pengaruh Komunikasi Atasan Bawahan dan Motivasi Terhadap Kinerja di PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Cabang Surakarta.

http://eprints.ums.ac.id/838/1/6.Anang_Mardianto.pdf. [19 Oktober 2011]. Nadya S. 2008. Pengaruh Struktur Modal. Universitas Indonesia: FISIP UI.

http://www.lontar.ui.ac.id. [19 Oktober 2011].

[PT MAM] PT Mamberamo Alasmandiri. 2011. Rencana Kerja Usaha Pemamfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (RKUPHHK-HA) PT Mamberamo Alasmandiri. Jakarta.

Spurr, S. H. 1952. Forest Inventory. The Ronald Press Company, Inc. New York. Sutarahardja, S. 2010. Penyusunan Alat Bantu Dalam Inventarisasi Hutan. Bogor.

(31)

PENGGUNAAN

CURVEEXPERT

DALAM MENDUGA

VOLUME POHON MERBAU (

Instia

spp) DI IUPHHK-HA

PT MAMBERAMO ALASMANDIRI,

PROVINSI PAPUA

CHRISTA SIMAREMARE

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(32)

PENGGUNAAN

CURVEEXPERT

DALAM MENDUGA

VOLUME POHON MERBAU (

Instia

spp) DI IUPHHK-HA

PT MAMBERAMO ALASMANDIRI,

PROVINSI PAPUA

CHRISTA SIMAREMARE

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(33)

RINGKASAN

CHRISTA SIMAREMARE, E14070010. Penggunaan CurveExpert Dalam Menduga Volume Pohon Merbau (Instia spp) di IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua. Dibawah bimbingan BUDI KUNCAHYO.

Merbau merupakan salah satu kayu komersil yang memiliki potensi yang sangat tinggi di PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua. Dalam menduga volume pohon merbau menggunakan alat bantu berupa tabel volume lokal dengan satu besaran peubah yakni diameter. Persamaan untuk menduga volume pohon sangat banyak baik linier maupun non linier. Pada masa lalu karena keterbatasan teknologi, persamaan non linier harus ditransformasikan ke bentuk linier dan hanya sedikit persamaan non linier yang mudah ditransformasikan. Software CurveExpert merupakan bentuk kemajuan teknologi dalam menyusun model persamaan penduga volume pohon. Model persamaan linier tidak perlu ditransformasikan, sehingga memungkinkan semakin banyak model persamaan dalam penyusunan tabel volume lokal.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model persamaan penduga volume pohon yang terbaik untuk jenis merbau (Instia spp) dengan menggunakan software CurveExpert di PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2011 di IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua dengan mengambil 165 pohon contoh yang rebah (ditebang) secara purposive sampling di Areal Kerja IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri.

Dari model persamaan yang dihasilkan software CurveExpert dipilih 10 persamaan yang terwakili. Kriteria dalam penyusunan model persamaan adalah penghitungan koefisien determinasi (R2) dan simpangan baku (S). Model persamaan Gompertz Relation yang memiliki nilai simpangan baku terkecil (S) dan koefisien determinasi (R2) terbesar dibanding persamaan lainnya.

Pada uji validasi model persamaan dilakukan penghitungan uji nilai rata-rata, simpangan agregasi, simpangan rata-rata-rata, RMSE (root mean square error), dan bias. Penentuan peringkat dilakukan untuk penyusunan model persamaan dan uji validasi model persamaan. Kriteria dalam pemilihan model terbaik dipilih dengan penggabungan total jumlah pada penyusunan model persamaan dan uji validasi. Persamaan yang memiliki kriteria yang baik adalah persamaan yang jumlah total peringkatnya terkecil dibanding persamaan lainnya. Berdasarkan kriteria penggabungan peringkat pada penyusunan model dan uji validasi model maka dapat dinyatakan model persamaan Gompertz Relation yang terpilih yang dapat digunakan dalam menduga volume pohon merbau (Instia spp) di IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

(34)

ABSTRACT

CHRISTA SIMAREMARE, E14070010. The use of CurveExpert in estimating the volume of Merbau (Instia spp) in IUPHHKHA PT Mamberamo Alasmandiri, Papua Province. By Lecturers BUDI KUNCAHYO.

Merbau is one of the commercial timber which has a very high potential in PT Mamberamo Alasmandiri, Papua Province. The estimation of volume of merbau uses a local volume table as a tool with a variable amount of the diameter. There are many equations to estimate the volume of trees either linear or non-linear. In the past, because of the limitation of technology, non-linear equations must be transformed into a linear form, and only few of non-linear equations were easily transformed. CurveExpert software is a form of technological progress in developing models of tree volume equations estimators. Models of linear equations do not need to be transformed, thus allows more equation models in constructing the local volume table.

This research aims to construct the best equation model of estimating the volume of merbau (Instia spp) by using the software CurveExpert at PT Mamberamo Alasmandiri, Papua Province. The research was conducted in June and July 2011 in IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Papua Province by taking 165 samples of fallen trees (cut), that is purposive sampling in the Working Area IUPHHKHA PT Mamberamo Alasmandiri.

It is selected the 10 represented equation models from the models that CurveExpert resulted. The criteria in composing the equation model are the calculation of the coefficient of determination (R2) and standard deviation (S). Gompertz Relation equation model has the smallest standard deviation value (S) and the largest coefficient of determination (R2) compared to other equations.

In equation model validation test, it is carried out the calculation test of the average value, aggregate deviation, average deviation, RMSE (root mean square error), and bias. Ranking is done for equation model construction and equation model validation test. Criteria in selecting the best model is selected by the incorporation of the total amount of the preparation of model equations and test validation. Equation that has a good criterion is the equation with smallest number of total ranks than any other equation. Based on the criteria for ranking in the construction by merging model and model validation test, then the Gompertz Relation equation can be used to estimate the volume of merbau trees (Instia spp) in IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Papua Province.

(35)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penggunaan CurveExpert Dalam Menduga Volume Pohon Merbau (Instia spp) di IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga manapun. Saya juga menyatakan skripsi ini tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan kecuali sebagai bahan rujukan dan informasi yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, Oktober 2011

(36)

Judul Penelitian :Penggunaan CurveExpert Dalam Menduga Volume Pohon Merbau (Instia spp) di IUPHHK-HA

PTMamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua Nama : Christa Simaremare

NRP : E14070010

Progam Studi : Manajemen Hutan

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS NIP. 19610720 198601 1 002

Mengetahui

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001

(37)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2011 berjudul Penelitian Penggunaan CurveExpert dalam menduga volume pohon merbau (Instia spp) di IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan PT Mamberamo Alasmandiri yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian di Areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih, sebagai berikut :

1. Orang tua dan keluarga tercinta, yang memberikan dukungan baik berupa dukungan moril maupun materil kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penyelesaian skripsi penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS selaku dosen pembimbing memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. 3. Bapak Sulatko, Bapak Heri Binawan, Bapak Widodo, Bapak Roy Adam,

Bapak Maman, Bapak Guntur Wibowo atas waktu dan bimbingannya selama penulis melakukan penelitian dan kepada seluruh karyawan PT Mamberamo Alasmandiri.

4. Teman-teman seperjuangan Praktek Kerja Lapang dan Penelitian, yaitu : Andrie Rizki, Hikmah Nur Isnaini, Dwi Puji Lestari, Ari Ardelina, Rudi Eka Setiawan, Arnaldo Hendrik Sidarta, Qori Febrial yang tetap ada bersama penulis dalam mencari dan mengumpulkan data di lapangan.

5. Mas Sigit Adi Winoto atas waktu, kasih sayang, dan dukungannya. 6. Teman-teman Fakultas Kehutanan IPB atas dukungannya kepada penulis 7. Teman-teman Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB 8. Teman-teman Wisma Jenius, yaitu : Christin Debora, Dewi Asparini

(38)

9. Seluruh pihak yang terlibat dalam kelancaran pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai perbaikan dan evaluasi laporan yang dibuat. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.

Bogor, Oktober 2011

(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Laguboti, Kabupaten Toba Samosir pada tanggal 14 Maret 1989 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Timbul Simaremare dan Nurhayati Hutahaean. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis adalah SDN 173551 Laguboti, lulus pada tahun

2001 kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Laguboti, lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMA 1 Laguboti lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif mengikuti sejumlah organisasi kemahasiswaan sebagai anggota Paskibra IPB tahun (2007), Pengurus Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB tahun (2009-2010), Panitia Kebaktian Awal Tahun Ajaran (KATA) tahun 2008, Panitia Malam Pujian dan Penyembahan (MPP) PMK IPB tahun (2009). Panitia Natal Civitas Akademi (CIVA) IPB tahun 2009, Panitia Bina Corps Rimbawan (BCR) Fakultas Kehutanan IPB tahun 2009 dan 2010, Panitia Temu Manajer (TM) Manajemen Hutan tahun 2009. Selain itu juga penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang-Sancang Barat tahun 2009, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi tahun 2010, dan Praktek Kerja Lapang di Areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri Papua tahun 2011.

(40)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. ... i DAFTAR ISI. ...iv DAFTAR TABEL ...vi DAFTAR LAMPIRAN ...vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Tujuan Penelitian ...2 1.3 Manfaat Penelitian ...2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Singkat Merbau. ...3 2.1.1 Ciri Umum Merbau (Instia spp) ...3 2.1.2 Habitat Merbau ...4 2.2 Diameter Pohon ...4 2.3 Volume Pohon ...5 2.4 Tabel Volume Pohon ...7 2.5 CurveExpert ...8 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. ...9 3.2 Alat dan Bahan Penelitian. ...9 3.3 Metode Pengambilan Data ...9 3.3.1 Penentuan Jumlah dan Pemilihan Pohon Contoh. ...9 3.3.2 Pengukuran Pohon Contoh ...9 3.4 Metode Analisis Data ...10

3.4.1 Penyusunan Model Persamaan Volume Pohon ...10 3.4.2 Kriteria Uji Validasi Model Persamaan ...11 3.4.3 Pemilihan Model Persamaan Volume Pohon Terbaik ...13 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

(41)

4.2.1 Letak dan Luas IUPHHK ...14 4.2.2 Topografi dan Kelerengan ...15 4.3 Tanah dan Geologi ...15 4.4 Keadaan Hutan...16 4.5 Sosial, Ekonomi, dan Budaya masyarakat ...16 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengumpulan Data ...19 5.2 Analisis Model Persamaan Volume Pohon ...20 5.3 Validasi Model Persamaan Volume Pohon. ...23 5.4 Pemilihan Model Persamaan Volume Pohon Terbaik ...25 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ...27 6.2 Saran ...27 DAFTAR PUSTAKA

(42)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1 Analisa keragaman pengujian model persamaan ... 10 2 Batas areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri ... 15 3 Kelerengan lahan areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri ... 15 4 Penutupan vegetasi pada fungsi hutan IUPHHK-HA PT Mamberamo

Alasmandiri ... 16 5 Distribusi komoditas utama di sekitar IUPHHK-HA PT Mamberamo

Alasmandiri ... 18 6 Sebaran jumlah pohon contoh per kelas diameter... 19 7 Proses penyusunan model persamaan volume menggunakan perangkat

(43)

DAFTAR LAMPIRAN

(44)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Merbau merupakan salah satu jenis kayu komersil yang memiliki potensi yang sangat tinggi. Saat ini merbau lebih banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, seperti di Provinsi Papua. PT Mamberamo Alasmandiri merupakan perusahaan yang memiliki hak pengusahaan hutan di Provinsi Papua. Hampir keseluruhan potensi pohon di areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri didominasi oleh pohon merbau (Instia spp).

Secara umum, pendugaan volume pohon menggunakan alat bantu berupa tabel volume pohon. Tabel volume pohon terdiri atas dua tabel volume, salah satunya adalah tabel volume lokal. Tabel volume lokal adalah tabel yang memberikan nilai volume pohon hanya cukup dengan mengetahui satu besaran pohon saja. Besaran yang digunakan adalah diameter atau keliling pohon setinggi dada.

(45)

1.2 TujuanPenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model persamaan penduga volume pohon terbaik untuk jenis merbau (Instia spp) dengan menggunakan software CurveExpert di PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan alat bantu yang memudahkan dan memberikan informasi penduga volume pohon merbau (Instia spp) di PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

(46)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Singkat Merbau

Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah sangat dikenal dalam perdagangan kayu di Indonesia maupun untuk keperluan eksport yang merupakan family dari Leguminosae (Caesalpiniaceae) (Mahfudz et al. 2004).

Distribusi alami dari family ini adalah Amerika Samoa, Australia, Birma, Kamboja, India, Indonesia, Madagaskar (pada dataran rendah di bagian barat), Malaysia, Myanmar, Pulau-pulau di Pasifik, Papua Nugini, Philipina, Seychelles, Tanzania, Thailand, dan Vietnam (UNEP-WCMC). Di Indonesia sebaran Instia spp cukup luas mulai dari Sumatera sampai Papua. Namun saat ini populasinya hanya tersisa di Papua dan sebagian Maluku dan itupun terus menurun kondisinya dari waktu ke waktu (Mahfduz et al. 2006).

2.1.1 Ciri Umum Merbau (Instia spp)

Menurut Mahfduz et al. (2006) Instia spp yang lebih dikenal dengan merbau, terdiri dari Instia bijuga dan Instia palembanica, tergolong pohon raksasa dengan tinggi mencapai 40 m dan tinggi bebas cabang 30 m, serta diameter mencapai 200 cm.

Kayu merbau merupakan kayu keras dan dicirikan dengan bentuk batang agak tegak, tidak silindris sempurna, berakar papan yang rata-rata mencapai 2 m dan tebal 10 cm. Bagian kulit batang yang mati setebal 0,5 mm–10 mm (Mahfduz et al. (2006). Anonim (2010) menyatakan kayu teras merbau berwarna kelabu coklat atau kuning coklat sampai coklat merah cerah atau hampir hitam. Sedangkan kayu gubal berwarnaa kuning pucat sampai kuning muda.

(47)

palembanica mempunyai kulit agak kasar dan sering mengelupas dengan warna coklat kemerahan. Bentuk Instia bijuga agak bulat dan ukurannya lebih kecil, sedangkan Instia palembanica agak lonjong dan lebih besar.

Instia bijuga umumnya banyak ditemui pada daerah dataran rendah dengan tempat tumbuh tanah endapan atau berpasir agak berbatu. Instia palembanica dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Bunga Instia spp merupakan bunga majemuk dalam bentuk malai, tangkai utama 5 cm-18 cm, dan panjang tajuk bunga 1,5 cm–2,5 cm. Buah berbentuk polong, bulat atau berbentuk agak panjang lebih kurang 8,5 cm–23 cm, lebar buah 4–8 cm, satu buah berisi 1–8 benih. Benih berbentuk bulat pipih berwarna coklat tua kemerah– merahan. Buah mekar pada bulan November–Januari dan buah tua pada bulan Mei–Agustus. Pada beberapa lokasi mempunyai waktu berbunga dan berbuah yang hampir sama (Anonimous 1976 diacu dalam Mahfduz et al. 2006).

2.1.2 Habitat Merbau

Pada umumnya Instia spp tumbuh pada tanah lembab yang kadang digenangi air dan dapat juga tumbuh pada tanah kering, tanah berpasir, tanah berbatu, baik pada tanah datar maupun tanah miring tinggi. Di Papua merbau tumbuh secara alami dengan kondisi iklim (A-D) pada dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian berkisar antara 0–1000 mdpl. Merbau berasosiasi dengan tumbuhan lainnya seperti Palaquium, Myristica, Pometia dan jenis lainnya (Anonimous 1976 diacu dalam Mahfduz et al. 2006).

2.2 Diameter Pohon

Menurut Simon (1996) diameter merupakan salah satu dimensi pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Dalam mengukur diameter, yang lazim dipilih adalah diameter setinggi dada (Dbh), karena pengukurannya paling mudah dan mempunyai korelasi yang kuat dengan parameter lain yang penting, seperti luas bidang dasar dan volume batang.

(48)

diameter (D), dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran, yakni D = K/π. Pada umumnya, diameter setinggi dada diukur pada ketinggian batang 1,3 m dari permukaan tanah. Diameter setinggi dada sebagai parameter yang penting, akan menjadi kurang berarti untuk pohon-pohon didaerah tropis, yang pada umumnya berbanir. Biasanya, diameter batang yang diukur pada 30 cm di atas ujung banir (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 1992).

2.3 Volume Pohon

Menurut Sutarahardja (2010), volume adalah merupakan suatu besaran tiga dimensi dari suatu benda. Besaran ini dinyatakan dalam satuan kubik yang diturunkan atau didapatkan dari setiap satuan dasar panjang. Bila panjang-panjang tersebut adalah tinggi, lebar dan ketebalan diketahui, maka volumenya dapat diketahui pula.

Secara umum, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang sering dipakai sebagai dasar penaksiran, adalah :

1. Volume tunggak, yaitu : volume yang terdiri atas akar dan pangkal pohon sampai ketinggian (tunggak) tertentu. Tinggi tunggak bervariasi dari 0,1-0,5 m tetapi sebagian besar diambil 0,3 m. Di daerah yang berbukit, tinggi tunggak dihitung sama dengan tinggi banir.

2. Volume kayu batang (Vst), yaitu : volume kayu diatas tunggak sampai permulaan tajuk. Bagian pohon yang menyusun volume kayu ini adalah batang pokok sampai percabangan pertama.

3. Volume kayu tebal (Vdk), yaitu : volume kayu diatas tunggak sampai diameter dengan kulit 7 cm. Disini tercakup batang pokok dan cabang-cabang besar.

4. Volume kayu pohon, yaitu : volume kayu yang terdapat di seluruh pohon, mulai dari volume tunggak sampai ujung pohon ranting (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 1992).

(49)

merupakan penjumlahan seluruh volume pohon yang menyusun tegakan tersebut. Rumus umum volume kayu individu pohon didasarkan pada rumus silinder. Tetapi, karena bentuk pohon tidak persis seperti silinder, maka rumus tersebut dikoreksi dengan menggunakan bilangan bentuk atau faktor reduksi. Faktor reduksi menggambarkan selisih antara volume silinder dengan volume kayu yang sebenarnya untuk diameter yang sama ( Departemen Kehutanan Republik Indonesia 1992).

Untuk menentukan volume dolok (sortimen kayu) sebagai bagian dari volume kayu/pohon, telah dikembangkan rumus-rumus matematik (Spurs 1952) sebagai berikut:

1. Rumus Smallian : V = 0.5 x (B + b) x L 2. Rumus Huber : V = B1/2 x L

3. Rumus Newton : V = {B + (B1/2 x 4) + b} x L x 1/6

Dimana :

V = Volume dolok (logs) atau batang pohon (m3) B = Luas bidang dasar pangkal batang (m2) B = Luas bidang dasar ujung batang pohon (m2)

B1/2 = Luas bidang dasar bagian tengah batang pohon (m2)

D = Diameter pangkal batang pohon (m) D = Diameter ujung batang pohon (m) L = Panjang batang pohon (m)

Sutarahardja (2010) mengatakan bahwa semakin pendek panjang batang dalam menentukan volume maka menghasilkan volume yang tepat dikarenakan rumus-rumus di atas merupakan perhitungan volume yang berdasarkan kepada bentuk teratur yakni silinder, sedangkan bentuk pohon yang tidak teratur dan lebih kearah bentuk neiloid. Volume pohon dapat diperoleh dengan cara penjumlahan volume sortimen-sortimen dari pohon yang bersangkutan.

(50)

2.4 Tabel Volume Pohon

Menurut Sutarahardja (2010), tabel volume pohon adalah tabel untuk menduga volume pohon apabila diameternya (diameter setinggi dada) diketahui, yang disusun berdasarkan persamaan hubungan antara volume dengan diameter yang terdiri atas tabel volume standard dan tabel volume lokal.

Tabel volume pohon lokal (local volume table) atau tarif volume adalah bentuk khusus dari tabel volume pohon, yaitu tabel yang memberikan nilai volume pohon dengan cukup mengetahui hanya satu besaran saja dari pohon yang bersangkutan. Besaran tersebut adalah yang paling mudah diukur, yaitu diameter pohon setinggi dada atau keliling pohon setinggi dada. Dengan tidak mengikut sertakan besaran tinggi pohon, maka tarif volume memiliki daerah berlaku yang terbatas (Sutarahardja 2010).

Menurut Sutarahardja (2010) pengukuran tinggi memerlukan waktu yang banyak dan juga merupakan sumber kesalahan yang penting. Sutarahardja (2010) menyatakan bahwa penyusunan tabel volume pohon dimaksudkan untuk memperoleh taksiran volume pohon melalui pengukuran satu atau beberapa peubah penentu volume pohon serta untuk mempermudah kegiatan inventarisasi hutan dalam menduga potensi tegakan. Meskipun demikian, untuk meningkatkan efisiensi dalam penaksiran volume tegakan dengan tidak mengurangi ketelitian yang diharapkan, diusahakan dalam penyusunan tabel volume pohon memperkecil jumlah peubah bebas penentu volume pohon dan diberlakukan pada daerah setempat.

(51)

2.5 CurveExpert

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2011 di IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan antara lain : alat tulis, alat ukur diameter (phiband), kalkulator, pita ukur, tally sheet, perangkat keras PC (Personal Computer), MS Excel 2007, MS Word 2007, dan CurveExpert versi 1.4. Bahan yang digunakan adalah pohon merbau (Instia spp).

3.3 Metode Pengambilan Data

3.3.1 Penentuan Jumlah dan Pemilihan Pohon Contoh

Jumlah pohon ditentukan berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan pohon contoh. Pemilihan pohon contoh dilakukan dengan metode purposive sampling serta memperhatikan penyebaran tegakan dalam kelas diameter. Data pohon contoh digunakan untuk model persamaan penduga volume pohon dan validasi. Sebanyak 2/3 dari total pohon digunakan untuk model persamaan penduga volume pohon dan sisanya untuk uji validasi.

3.3.2 Pengukuran Pohon Contoh

Besaran yang diukur adalah diameter setinggi dada (Dbh) dan diameter per seksi dengan batas antar seksi 2 m terhadap pohon yang rebah (ditebang). Dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. 34/Menhut-II/2007 volume pohon contoh diperoleh dari penjumlahan volume per seksi. Volume per seksi dihitung dengan menggunakan persamaan Smallian :

V = 0.5 x (B + b) x L Dimana :

(53)

B = Luas bidang dasar pangkal batang (m2) b = Luas bidang dasar ujung batang pohon (m2) L = Panjang seksi (m)

Volume pohon aktual dihitung dengan persamaan berikut : Va =

Dimana :

Va = Volume aktual pohon (m3)

Vi = Volume seksi ke-I dari satu pohon (m3)

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Penyusunan Model Persaman Volume Pohon

[image:53.595.69.512.15.825.2]

Besaran diameter setinggi dada (Dbh) dan volume pohon dimasukkan dalam software sehingga dihasilkan beberapa persamaan, selanjutnya dipilih 10 persamaan dan diuji dengan menggunakan analisa keragaman (analysis of variance) untuk melihat signifikasi atau ketergantungan peubah penyusun persamaan.

Tabel 1 Analisa keragaman pengujian model persamaan (Sutarahardja 2010)

Sumber Keragaman (SK) Derajat bebas (Db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT)

F-hitung F

-tabel

Regresi Sisaan

k = p-1 n-k-1

JKregresi (JKR)

JKsisa (JKS)

KTR=JKR/k

KTS=JKS/(n-k-1) KTR/KTS

Total n-1 JKtotal (JKT)

Keterangan: p = banyaknya konstanta (koefisien regresi dan intersept) n = banyaknya pohon contoh yang digunakan

Kriteria pemilihan persamaan volume pohon dengan menghitung : a. Koefisien determinasi :

b. Simpangan baku (S) :

Dimana :

Jkregresi = Jumlah kuadrat regresi

Jktotal = Jumlah kuadrat total

Jksisa = Jumlah kuadrat sisa

n = Jumlah pohon contoh yang digunakan

(54)

3.4.2 Kriteria Uji Validasi Model Persamaan

Uji validasi model dilakukan dengan melihat uji beda nyata antara volume yang diduga dengan tabel terhadap volume nyatanya, nilai simpangan agregasi (agregative deviation), simpangan rata-rata (mean deviation), RMSE (root mean square error), dan angka bias. Kriteria uji validasi model persamaan dihitung dengan persamaan berikut :

1. Uji beda rata-rata khi-kuadrat (Chi-square test)

Pengujian validasi model persamaan penduga volume pohon, dapat pula dilakukan dengan menggunakan uji X2 (khi-kuadrat), adalah alat untuk menguji apakah volume yang diduga dengan tabel volume pohon (Vt) berbeda dengan volume pohon aktualnya (Va). Hipotesa yang diuji adalah sebagai berikut :

H0 : Vt = Va

H1 : Vt≠ Va

Kriteria uji :

Kaidah keputusan sebagai berikut :

X2hitung≤ X2tabel (α,n-1), maka terima H0

X2hitung > X2tabel (α,n-1), maka terima H1

2. Simpangan agregat (agregative deviation)

Simpangan agregat merupakan selisih antara jumlah volume aktual (Va) dan volume dugaan (Vt) yang diperoleh berdasarkan dari tabel volume pohon, sebagai persentase terhadap volume dugaan (Vt). Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat (SA) yang berkisar dari -1 sampai +1 (Spurr, 1952). Nilai SA dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut :

3. Simpangan rata-rata (mean deviation)

(55)

jumlah volume dugaan (Vt). Nilai simpangan rata-rata yang baik adalah tidak lebih dari 10% (Spurr, 1952). Simpangan rata-rata dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut :

4. RMSE (root mean square error)

RMSE merupakan akar dari rata-rata jumlah kuadrat nisbah antara selisih volume dugaan dari tabel volume pohon (Vt) dengan volume aktualnya (Va) terhadap volume aktual. Nilai RMSE yang lebih kecil, menunjukkan model persamaan penduga volume yang lebih baik. RMSE dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut :

5. Bias

Bias (e) adalah kesala

Gambar

Tabel 1  Analisa keragaman pengujian model persamaan (Sutarahardja 2010)
Tabel 2  Batas areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri
Tabel 4 Penutupan vegetasi pada fungsi hutan IUPHHK PT Mamberamo
Tabel 5 Distribusi komoditas utama di sekitar IUPHHK PT Mamberamo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Petugas kesehatan dan pengelola program penyakit tidak menular khususnya diabetes melitus dan penyakit metabolik di Puskesmas sebagai lini terdepan

NPL yang tidak berpengaruh dikarenakan pada hasil pengolahan data didapatkan hasil bahwa sebanyak 80 data yang diolah sebesar 100 % dari data termasuk dalam kriteria sehat (

Penentuan pertanyaan kritis menggunakan teknik PICO framework (P adalah semua pasien anak yang berisiko mengalami dekubitus; I adalah melakukan intervensi pencegahan

Biaya yang terjadi dalam suatu pusat biaya tidak selamanya merupakan keputusan yang diambil oleh manajer yang bersangkutan karena tidak semua biaya yang terjadi dalam

Kesimpulan dari data yang dianalisis, dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” yaitu bahwa musibah dan bencana yang terjadi didunia ini, bukan lain hanya untuk membuat kita sadar

siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK PL Tarcisius 2 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap kesiapan kerja siswa

1) Guru memperkenalkan media puzzle kepada siswa dan bagaimana cara penggunaannya. 2) Guru mengambil potongan puzzle (puzzle 1) dan menyusunnya menjadi sebuah aksara

Berdasarkan wujud badan nisan-nisan berhias kaligrafi di Aceh Darussalam dapat dikelompokkan atas tiga kelas utama dan 8 tipe, yaitu kelas pipih (diberi kode dengan A, melahirkan