• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlakuan Pembebasan Berdasarkan Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlakuan Pembebasan Berdasarkan Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PERLAKUAN PEMBEBASAN BERDASARKAN HUBUNGAN

DIAMETER BATANG DAN JARAK POHON PESAING DALAM

SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR

MUHAMAD RIZKY JAMALUDIN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perlakuan Pembebasan berdasarkan Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUHAMAD RIZKY JAMALUDIN. Perlakuan Pembebasan Berdasarkan Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur. Dibimbing oleh PRIJANTO PAMOENGKAS.

Pemeliharaan tanaman jalur pada sistem tebang pilih tanam jalur (TPTJ) secara intensif dapat meningkatkan produktivitas kayu. Pelebaran jalur tanam dilakukan untuk meningkatkan cahaya masuk, sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara diameter batang dan jarak pohon, serta diameter batang dan diameter tajuk sebagai dasar dalam perlakuan pembebasan tanaman pesaing pada sistem TPTJ. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pendekatan diameter dan jarak pohon pesaing dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pembebasan vertikal. Persamaan korelasi antara kedua variabel tersebut adalah “X = 3.567 – 0.797 Dbh + 0.121 Dbh2 – 0.004 Dbh3”. Pendekatan diameter batang dan diameter tajuk tidak dapat dijadikan sebagai teknik pembebasan vertikal. Persamaan korelasi antara kedua variabel tersebut adalah “Cda = 2.535 – 0.031 Dbh + 0.050 Dbh2 – 0.002 Dbh3”. Berdasarkan hasil penelitian, pancang yang diukur dengan dbh 5–9 cm yang terletak 1–2.5 m dari pusat subplot dilakukan penebangan. Pada tingkat tiang dengan dbh ≥10 cm yang terletak 3–5 m dari titik pusat dilakukan peneresan.

Kata kunci: pembebasan vertikal, pemeliharaan tanaman, TPTJ

ABSTRACT

MUHAMAD RIZKY JAMALUDIN. The Plant Liberation Based on The Correlation Between Stem Diameter and Distance of Trees Competitor in Selective Cutting Line Planting System. Supervised by PRIJANTO PAMOENGKAS.

Tending of line planting in the selective cutting and line planting system must be managed intensively to improve productivity. The widening of planting line is aimed to increase the light intensity to increase plant growth. The objectives of the research are to determine the correlation between stem diameter and trees distance, as well the correlation between stem and crown diameter as the basic of the plant liberation. The result of regression analysis showed that the approach of stem diameter and distance of competitor trees is one of the vertical technique for widening line planting. The equation result between stem diameter and distance among the trees is “X = 3.567 – 0.797 dbh + 0.121 dbh2– 0.004 dbh3”, this equation can be used as a basic for silvicultural treatment. The equation between stem diameter and crown diameter is “Cda = 2.535 – 0.031 dbh + 0.0498 dbh2 – 0.002 dbh3”, this equation can’t be used as a basic for silvicultural treatment. Based on the research, the growth level of saplings which have diameter 5–9 cm dbh and located 1–2.5 m from the center of subplots would be felt. At the level of pole or trees which have diameter ≥10 cm and located 3–5 m from the center would be girdling.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PERLAKUAN PEMBEBASAN BERDASARKAN HUBUNGAN

DIAMETER BATANG DAN JARAK POHON PESAING DALAM

SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR

MUHAMAD RIZKY JAMALUDIN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Perlakuan Pembebasan Berdasarkan Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur

Nama : Muhamad Rizky Jamaludin NIM : E44090086

Disetujui oleh

Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MScF Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah perlakuan pembebasan, dengan judul: Perlakuan Pembebasan Berdasarkan Hubungan Diameter dan jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Prijanto Pamoengkas MScF selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Edi selaku staf LITBANG Kehutanan Bogor atas masukan dan pelajaran hidup yang diberikan, Bapak Dadi Kristandi Yodha Shut, Bapak Sofwan Nadi Amd, Bapak Purnomosidi Amd, Bapak Ade Taufik Rahman Amd, Bapak Harry Suseno Amd, bang Melek, bang Albi, bang Idir dan bang Yono beserta seluruh staf PT. Suka jaya Makmur dan sahabat tercinta Akbar Hidayat, Lilla Mutia, Gusti Dianda Sari, yang telah membantu selama pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak (alm), umi, serta seluruh keluarga, teman-teman Fakultas Kehutanan IPB pada umumnya dan sahabat Silvikultur 46 IPB pada khusunya atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan 2

Alat 2

Metode Pengumpulan Data 3

Penentuan Peletakkan Plot Sampling 3

Luas Bidang Dasar 4

Pengukuran Penutupan Tajuk 4

Pengukuran Diameter Tajuk 5

Analisis Data 5

Prosedur Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Penelitian 5

Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon 9

Hubungan Diameter Batang dan Diameter Tajuk 10

Luas Bidang Dasar 11

Persentase Tutupan Tajuk 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 15

(10)

DAFTAR TABEL

1 Pedoman interprestasi terhadap koefisien korelasi 5 2 Kondisi penutupan vegetasi dan fungsi hutan areal IUPHHK PT. Suka

Jaya Makmur 7

3 Luas PT. Suka Jaya makmur berdasakan kelerengan 7 4 Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di Areal IUPHHK PT.

Suka Jaya Makmur 8

5 Luas bidang dasar (LBDS) pada tingkat pohon 11

DAFTAR GAMBAR

1 Petak pengamatan 3

2 Sebaran data hubungan diameter pohon dan jarak pohon 9 3 Sebaran data pengamatan hubungan diameter pohon dan diameter tajuk 10

4 Tutupan tajuk sebelum dan setelah penebangan 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perlakuan silvikultur berdasarkan hubungan diameter pohon dan jarak

pohon 15

2 Hasil analisis kecocokan model (Sequential Analysis of Variance) berdasarkan hubungan diameter batang dan jarak pohon 18 3 Hasil analisis kecocokan model (Sequential Analysis of Variance)

(11)

1 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan memiliki peranan yang sangat penting untuk kehidupan manusia, yaitu sebagai penghasil barang maupun jasa. Dalam perkembangannya, dinamika hutan dan kehutanan di Indonesia masih jauh dari harapan. Laju deforestasi yang masih tinggi mengakibatkan penurunan jumlah luasan hutan di negara ini secara signifikan dan angka tersebut akan terus meningkat jika tidak ada langkah pencegahan maupun pertahanan fungsi hutan. Menurut Pamoengkas (2010) dalam Parindra (2011), kondisi tersebut menyebabkan arah pembangunan kehutanan terfokus pada rehabilitasi hutan, yaitu pengelolaan hutan bekas tebangan dan pembangunan hutan tanaman dengan tetap mengedepankan asas-asas kelestarian hutan.

Pelaksanaan rehabilitasi hutan membutuhkan input yang ekstra, karena penekanan output dari hasil hutan berupa kayu sangat tinggi seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertambahan penduduk. Peningkatan permintaan akan kayu dapat diimbangi dengan upaya peningkatan produktivitas kayu yang dihasilkan dengan pengelolaan hutan secara lestari. Departemen Kehutanan mengeluarkan kebijakan dalam kegiatan pengusahaan yang harus dilakukan oleh para pengusaha pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) yaitu adanya sistem silvikultur dalam kegiatan pembalakan hutan untuk mendapatkan hasil yang lestari.

Sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) merupakan salah satu pilihan dalam pengelolaan hutan yang diperkirakan dapat meningkatkan produktivitas hutan melalui penanaman dengan sistem jalur (Pamoengkas 2006). Pemeliharaan tanaman jalur pada sistem tebang pilih tanam jalur secara intensif dapat meningkatkan produktivitas kayu, maka dari itu diperlukan pelebaran jalur tanam dalam rangka meningkatkan cahaya masuk guna mendukung pertumbuhan tanaman.

Pelebaran jalur tanam yang biasa dilakukan dalam penerapan sistem silvikultur TPTJ adalah pelebaran jalur tanam secara gradual hingga mencapai 6– 7 meter pada akhir tahun ke-3. Tindakan tersebut sudah terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jalur secara signifikan, namun terdapat kelemahan dari pelebaran jalur tanam tersebut yaitu memerlukan sumberdaya manusia yang handal dan penerapan di lapangan kurang sistematis.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara diameter batang dan jarak pohon pesaing, serta diameter batang dan diameter tajuk sebagai dasar dalam perlakuan pembebasan tanaman pesaing pada sistem tebang pilih tanam jalur.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu diperolehnya informasi mengenai hubungan antara diameter batang dan jarak pohon pesaing serta diameter pohon dan diameter tajuk sebagai dasar dalam perlakuan pembebasan tanaman pesaing dalam sistem TPTJ. Informasi ini diharapkan dapat membantu pihak pengelola hutan dalam merencanakan dan mengembangkan sistem TPTJ di areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Selain itu informasi ini dapat mendukung upaya pemeliharaan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pokok dan menjaga keseimbangan ekosistem hutan.

METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan Penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada Bulan April 2013. Lokasi penelitian dilakukan pada areal hutan produksi perusahaan pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat.

Bahan

Bahan atau objek penelitian ini adalah areal hutan setelah penebangan dengan sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dari berbagai umur tanam. Umur tanam yang diamati pada penelitian ini yaitu umur 6 tahun (RKT 2006), umur 5 tahun (RKT 2007), umur 4 tahun (RKT 2008), umur 3 tahun (RKT 2009) dan umur 2 tahun (RKT 2010).

Alat

(13)

3 Metode Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer melalui pengukuran langsung di lapangan, seperti jenis pohon, pengukuran diameter tajuk, pengukuran penutupan tajuk, pengukuran diameter pohon dan pengukuran jarak pohon dalam jalur dengan pohon pesaing yang berada di dalam plot pengamatan. Data sekunder yang digunakan meliputi Standar Operating Procedure sistem silvikultur TPTJ dan luas bidang dasar (LBDS).

Penentuan Peletakan Plot Sampling

Pada lokasi penelitian dibuat suatu petak pengamatan dengan ukuran petak 100 x 100 m2 pada umur 6 tahun (RKT 2006), umur 5 tahun (RKT 2007), umur 4 tahun (RKT 2008), umur 3 tahun (RKT 2009) dan umur 2 tahun (RKT 2010). Pada masing-masing petak pengamatan tersebut dibuat sub-plot contoh berukuran 20 x 20 m2 dan di dalam sub-plot contoh dibuat circular area (r = 5 m) dan inner circle (r = 2.5 m). Desain petak pengamatan dilapangan dimodifikasi dari penelitian yang dikembangkan oleh (Romell et al. 2009) adalah sebagai berikut: Lebar jalur antara = 17 meter Lebar jalur tanam = 3 meter

(14)

4

Keterangan:

A = inner circle untuk tingkat tiang dan pohon (r = 2.5 meter) B = circular area untuk tingkat pancang (r= 5 meter)

Pada inner circle dilakukan pengukuran terhadap pancang yang memiliki diameter 5–9 cm dengan jari-jari 2.5 meter. Pada circular area pengukuran terhadap tiang dengan diameter 10–19 cm dan pohon dengan diameter ≥ 20 cm dengan jari-jari 5 meter. Pengukuran jarak datar antara tanaman pokok dengan tanaman pesaing dalam plot dilakukan dengan menggunakan pita meter, sedangkan diameter pohon diukur pada ketinggian 1.3 m di atas permukaan tanah.

Luas bidang dasar (LBDS)

Luas bidang dasar (LBDS) adalah rasio antara luas penampang diameter tegakan dari sejumlah pohon per satuan luas. Diameter pohon digunakan sebagai pertumbuhan luas bidang dasar (basal area) yang berguna untuk mengetahui pertumbuhan pohon dan diukur pada subplot (Cline 1995). Pertumbuhan luas bidang dasar (LBDS) per hektar diperhitungkan sebagai hasil dari perubahan seluruh LBDS pohon-pohon yang hidup dalam suatu plot. Perumusan yang digunakan untuk menghitung nilai luas bidang dasar per hektar adalah:

B = ¼ x π x d2 Keterangan :

B = nilai luas bidang dasar per hektar d = diameter pohon setinggi dada (dbh)

Pengukuran Penutupan Tajuk

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan densiometer pada jarak 30–45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar lengan. Masing-masing kotak dihitung persentase bayangan langit yang dapat tertangkap pada cermin dengan pembobotan. Terbuka penuh memiliki bobot 4 (100%), bobot 3 (75%), bobot 2 (50%), bobot 1 (25%), bobot 0 (tidak ada bayangan langit yang bisa dilihat)

Data pengukuran masing-masing titik selanjutnya dijumlahkan dan merupakan nilai pada titik. Bobot rata-rata pada masing-masing plot dihitung dengan rumus:

Ti = t1 + t2 + t3 + ... Tn N

Ti : Keterbukaan tajuk

Tn : Bobot pada masing-masing titik pengukuran N : Jumlah titik pengukuran

(15)

5 Pengukuran Diameter Tajuk

Diameter tajuk merupakan nilai rata-rata dari pengukuran panjang dan lebar tajuk pohon yang bersangkutan. Diameter tajuk terdiri atas dua pengukuran yaitu panjang tajuk (CdWd – Crown Diameter Width) dan lebar tajuk (CD90 – Crown Diameter at 90º). Pengukuran panjang tajuk (Crown diameter width) dilakukan dengan cara mengukur jarak terlebar tajuk beserta azimuth, pengukuran lebar tajuk pohon (Crown diameter at 900) dilakukan dengan cara mengukur jarak terpendek tajuk beserta azimuth dengan back azimuth 900 dari Crown diameter width. Diameter tajuk diperhitungkan hingga ketelitian 10 cm (Cline 1995).

Prosedur Analisis Data

Analisis Regresi

Analisis regresi dilakukan dengan menggunakan program minitab 16. Persamaan regresi yang digunakan untuk menggambarkan hubungan jarak pohon dan diameter batang adalah sebagai berikut (Romell et al. 2009):

X = α0+ α1 Dbh + α2 Dbh 2 + α3 Dbh 3 ... (1)

Persamaan regresi yang digunakan untuk menggambarkan hubungan diameter tajuk dan diameter batang adalah sebagai berikut (Sumadi dan Siahaan 2011):

Tingkat keeretan hubungan menggunakan klasifikasi dari Sugiyono (2011) yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pedoman interprestasi terhadap koefisien korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Letak, Luas dan Keadaan Wilayah

Berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan No. 106/KPTS-II/2000 tanggal 29 Desember 2000, PT Suka Jaya Makmur diberi kepercayaan untuk mengusahakan areal hutan seluas 171 340 ha yang terletak di Kelompok Hutan S. Pesaguan, S. Tayap dan S. Biya Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan SK IUPHHK No. 106/KTSP-II/2000 maka luas Hutan Produksi Terbatas seluas 158 340 ha dan Hutan Produksi Tetap seluas 13 000 ha. Menurut pembagian wilayah administrasi pemerintahan, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur meliputi Kecamatan Tumbang Titi, Nanga Tayap, Sandai, Matan Hilir Selatan dan Sokan, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan pembagian administrasi kehutanan, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk kedalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Ketapang dan Sintang Selatan, Dinas kehutanan Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan pembagian kesatuan wilayah daerah aliran sungai (DAS) areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk kedalam wilayah DAS Pawan sub DAS Pesaguan (sub-sub DAS Pending, (sub-sub-(sub-sub DAS Burung), (sub-sub DAS Kerabai, (sub-sub DAS Tayap dan sub DAS Pinoh. Secara geografis, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur merupakan areal kompak yang terletak diantara 110˚20’ BT – 111˚20’ BT dan 01˚20’ LS – 01˚55’ LS. Selain batas geografis, terdapat juga batas-batas persekutuan yaitu sebelah utara berbatasan dengan HPH PT. Wanasokan Hasilindo, sebelah timur berbatasan dengan hutan lindung dan hutan negara, sebelah selatan berbatasan dengan HPH PT. Wanakayu Batuputih dan Sebelah Barat berbatasan dengan HPH PT. Tri Eka Sari dan PT. Kawedar Mukti.

Geologi dan Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Geografi Provinsi Kalimantan Barat, diketahui bahwa batuan yang terdapat pada areal unit hutan produksi PT. Suka Jaya makmur adalah Basal Bunga, batuan gunung api Kerabai, Granit Laur, Granit Sangiyang dan Granit Sukadana. Formasi-formasi tersebut mengandung sedikit kadar magnetik yang merupakan peleburan dari sisa-sisa letusan gunung api. Pada areal hutan produksi ini tidak terdapat tambang. Sesuai dengan peta tanah Provinsi Kalimantan Barat, jenis tanah yang terdapat pada areal pengusahaan hutan PT. Suka Jaya Makmur hampir seluruhnya terdiri atas tanah podsolik merah kuning. Kondisi Vegetasi Hutan

(17)

7 planimetris pada foto Citra Landsat liputan tahun 2009 skala 1:100 000 luas areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur 171 340 ha, dengan kondisi penutupan lahan (vegetasi) yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kondisi penutupan vegetasi dan fungsi hutan areal IUPHHK PT. Suka Sumber: PT. Suka Jaya Makmur tahun 2009.

Topografi

Topografi areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur umumnya bergelombang, datar dan landai hingga agak curam dengan persentase kemiringan lapangan yang dapat dilihat pada Tabel 3. Areal tersebut memiliki ketinggian minimum 300 m dpl dan maksimum 700 m dpl, dengan rata-rata ketinggian 500 m dpl.

Tabel 3 Luas PT. Suka Jaya Makmur berdasakan kelerengan

Klasifikasi Kelerengan Luas (ha) Persentase (%)

Datar 0-8 35 726.02 20.85

Landai 8-15 26 883.34 15.69

Bergelombang 15-25 65 744.38 38.72

Curam 25-40 35 529.57 20.74

Sangat Curam >40 7 456.69 4.00

Jumlah 171 340.00 100.00

Sumber: Peta topografi PT. Suka Jaya Makmur.

Iklim

(18)

8

Tabel 4 Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur

Sumber: Badan meteorologi Kabupaten Ketapang tahun 2007.

Aksesibilitas

Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur memiliki tingkat aksesibilitas yang cukup tinggi. Untuk menuju base camp IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur secara umum melalui Ketapang. Dari ketapang ke base camp, dapat melalui 2 macam jalan:

1. Jalan darat yang melalui ruas jalan Ketapang-Siduk (60 km), Siduk-desa Sei Kelly (61 km) dan desa Sei Kelly-Base Camp (37 km),

2. Jalan air melalui Sungai Pawan antara Ketapang- Log Pond di desa Sel Kelly (± 3 jam) dan jalan darat antara Log Pond-Base Camp (38 km). Perjalanan kesetiap blok tebangan dapat melalui jalan darat yang berupa jalan pengerasan yang keadaannya baik, sedangkan didalam blok banyak terdapat jalan tanah yang dalam rencana akan dikembangkan menjadi jalan cabang maupun jalan induk.

Lapangan udara Rahadi Oesman di Ketapang adalah lapangan udara yang terdekat dengan areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur. Lapangan udara tersebut untuk pendaratan pesawat jenis twin Otter dari Pontianak maupun Jakarta. Hubungan antara Ketapang dan Pontianak dilaksanakan oleh Perusahaan Penerbangan merpati air line (MNA) dan dirgantara air service (DAS) dengan frekuensi 3 kali sehari, sedangkan dari Jakarta hanya dilayani oleh MNA dengan frekuensi 3 kali seminggu. Pelabuhan laut juga terdapat di Ketapang yang dapat disinggahi oleh jenis kapal untuk pelayaran Samudra Nusantara, lokal rakyat dan khusus.

(19)

9

Diameter batang (cm)

Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon

Sebaran data pengamatan hubungan diameter batang dan jarak pohon pesaing dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Sebaran data hubungan diameter batang dan jarak pohon Persamaan (1) “X = 3.567 – 0.797 dbh + 0.121 dbh2 – 0.004 dbh3” merupakan persamaan cubic yang menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 63.4% artinya varians yang terjadi pada variabel jarak pohon pesaing sebesar 63.4% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel diameter batang, atau jarak pohon pesaing 63.04% ditentukan oleh besarnya diameter batang, dan sisanya sebesar 36.6% varian diameter batang diterangkan oleh variabel lain. Berdasarkan Tabel 1, persamaan cubic yang menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 63.4% memiliki tingkat hubungan yang kuat, artinya variabel diameter batang memiliki tingkat hubungan yang kuat terhadap variabel jarak pohon pesaing. Berdasarkan uji kecocokan model (Sequential Analysis of Variance) persamaan (1) “X = 3.567 – 0.797 dbh + 0.121 dbh2 – 0.004 dbh3” dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan perlakuan pembebasan vertikal, karena model tersebut memiliki p-value (0.000) < 5% (Lampiran 2).

Gambar 2 menjelaskan sebaran data hasil pengamatan hubungan diameter batang dan jarak pohon pesaing. Pohon-pohon yang memiliki koordinat (x,y) di bawah kurva dilakukan pembebasan vertikal (Romell et al. 2009). Berdasarkan hasil penelitian pembebasan vertikal berupa penebangan dilakukan pada pancang yang memiliki dbh 5–9 cm dan terletak 1–2.5 m dari pusat subplot, tetapi tidak dilakukan pembebasan vertikal berupa penebangan jika terletak >2.5 m dari pusat subplot. Pada tingkat tiang yang terletak 3–5 m dari titik pusat dilakukan pembebasan vertikal berupa peneresan jika diameternya 10–19 cm.

Pada tingkat pancang yang memiliki diameter 5–9 cm terdapat 68 individu yang perlu dilakukan pembebasan vertikal berupa penebangan dari total pancang 106 individu, hal ini berarti sebesar 38 individu tidak perlu dilakukan pembebasan vertikal berupa penebangan. Pada tingkat tiang berdiameter 10–19 cm, terdapat 10

(20)

10

individu yang perlu dilakukan pembebasan vertikal berupa peneresan dan 22 individu yang dibiarkan atau tanpa perlakuan (Lampiran 1).

Hubungan Diameter Batang dan Diameter Tajuk

Sebaran data pengamatan hubungan diameter batang dan diameter tajuk dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Sebaran data pengamatan hubungan diameter batang dan diameter tajuk

Persamaan (2) “Cda = 2.54 – 0.031 dbh + 0.050 dbh2 – 0.002 dbh3” merupakan persamaan cubic yang menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 39.6% artinya varian yang terjadi pada variabel Diameter tajuk sebesar 39.6% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel diameter batang atau diameter tajuk 39.6% ditentukan oleh besarnya diameter batang, dan sisanya sebesar 60.4% varians diameter batang diterangkan oleh variabel lain. Berdasarkan tabel 1, persamaan cubic yang menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 39.6% memiliki tingkat hubungan yang rendah, artinya variabel diameter batang memiliki tingkat hubungan yang rendah terhadap variabel diameter tajuk. Setelah dilakukan analisis lebih lanjut mengenai kecocokan model (Sequential Analysis of Variance), persamaan (2) “Cda = 2.54 – 0.031 dbh + 0.050 dbh2 – 0.002 dbh3” tidak bisa dijadikan sebagai dasar dalam penentuan perlakuan pembebasan vertikal. Hal ini dikarenakan nilai p-value (0.222) > 5% (Lampiran 3).

Luas Bidang Dasar

(21)

11

Tabel 5 Luas bidang dasar (LBDS) pada tingkat pohon

No RKT (tahun) Petak Jumlah individu pohon LBDS (m2/ha)

Berdasarkan Tabel 5 di atas, nilai luas bidang dasar (LBDS) pada tiap RKT berbeda atau mengalami fluktuasi. Nilai LBDS tertinggi yaitu pada RKT 2007 sebesar 20.51 m2/ha, sedangkan nilai LBDS terendah yaitu pada RKT 2010 sebesar 4.78 m2/ha. Pada RKT 2010 data yang diperoleh hanya pada 1 jenis tanaman yaitu bengkirai sehingga memiliki nilai LBDS yang lebih kecil di antara RKT lainnya dan kondisi awal sebelum penebangan serta besarnya intensitas penebangan merupakan faktor yang menentukan besarnya jumlah luas bidang dasar tegakan tinggal, selain itu hal ini diduga karena tingkat kerusakan vegetasi akibat penebangan pada kelas diameter ≥20 cm relatif besar yang disebabkan oleh intensitas penebangan yang relatif tinggi dan terkait juga dengan tahun setelah penebangan di tiap-tiap tegakan berbeda serta jumlah pohon berdiameter (≥20 cm) relatif sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Theodore (1987) dalam Prayogi (2010) menyatakan bahwa tegakan hutan dapat dibedakan oleh umur, komposisi, struktur, dan tempat tumbuh atau geografi. Berdasarkan hasil tersebut, perlakuan pembebasan berupa peneresan pada tingkat pohon perlu dikurangi intensitasnya karena nilai LBDS pada tiap RKT memiliki nilai yang kecil dan belum mewakili nilai LBDS hutan tropis pada hutan primer. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerusakan dan penurunan LBDS yang lebih besar.

Persentase Tutupan Tajuk

(22)

12

pembatas bagi pertumbuhannya. Hasil pengamatan persentase tutupan tajuk sebelum dan setelah penebangan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Tutupan tajuk sebelum dan setelah penebangan

(23)

13 Menurut Pamoengkas (2006), kegiatan pemeliharan dalam sistem TPTJ seperti pemangkasan tanaman meranti dan penebasan tanaman di pinggir jalur tanam yang dilakukan secara intensif terus-menerus mulai tanaman berumur 1 tahun menyebabkan adanya penambahan bahan organik yang berasal dari residu tanaman secara terus menerus sehingga terjadi peningkatan akumulasi bahan organik pada areal TPTJ dan kondisi ini turut membantu proses perbaikan atau pemulihan bahan organik tanah. Selain itu melalui tindakan pembebasan terhadap tanaman lain yang menaungi tanaman meranti akan meningkatkan masuknya cahaya yang sangat penting bagi pertumbuhannya.

Pertumbuhan tanaman kebanyakan sangat tergantung kepada jumlah air yang tersedia di dalam tanah. Air dibutuhkan tanaman untuk membuat karbohidrat di daun, untuk menjaga hidrasi protoplasma dan sebagai pengangkut dalam mentranslokasikan makanan-makanan dan unsur-unsur mineral (Nyakpa 1998). Oleh karena itu, pelebaran jalur tanam serta pemeliharaan berupa pembebasan baik vertikal maupun horisontal tetap perlu dilakukan karena akan membantu mengurangi persaingan terhadap kebutuhan air antara tanaman dalam jalur dengan tanaman gulma dalam jalur atau dengan tanaman yang terdapat dalam jalur antara. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Adjer et al. (1995) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman meranti merah (Shorea leprosula) yang ditanam pada jalur terbuka dengan perolehan sinar matahari yang cukup di areal bekas tebangan, pertumbuhan tanamannya lebih baik dibandingkan dengan pada jalur yang tertutup atau ternaungi kuat dengan perolehan sinar matahari yang kurang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa persamaan “X = 3.567 – 0.797 Dbh + 0.121 Dbh2– 0.004 Dbh3” dapat dijadikan sebagai dasar dalam penentuan perlakuan pembebasan dalam sistem TPTJ. Penebangan dilakukan jika pancang yang memiliki dbh 5–9 cm terletak 1–2.5 m dari pusat subplot, tetapi tidak dilakukan penebangan jika terletak >2.5 m dari pusat subplot. Pada tingkat tiang atau pohon yang terletak 3–5 m dari titik pusat dilakukan peneresan.

Saran

(24)

14

DAFTAR PUSTAKA

Adjers G, Handengganan S, Kuuspalo J, Nuryanto K, Vesa L. 1995. Enrichment planting of dipterocarp in logged over secondary forest: effect of width, direction and maintenance method of planing line on selected Shorea sp. Forest Ecology and Management 73:259-270.

Cline SP. 1995. Environmental monitoring and assessment program: Forest Health Monitoring. Cline SP, editor. Quality Assurance Project Plan for Detection Monitoring Project. EPA 620/R-95/002. Washington DC (US): US Environmental Protection Agency, Office of Research and Development. Kramer PJ, Kozlowski T. 1960. Physiology of Trees. New york (US):

McGraw-Hill Book company.

Nyakpa. 1998. Kesuburan Tanah. Lampung (ID): Universitas Lampung Pr.

Pamoengkas P. 2006. Kajian aspek vegetasi dan kualitas tanah sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur [disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Parinda S. 2011. Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ). [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Prayogi J. 2010. Pertumbuhan meranti merah (Shorea leprosula miq) dalam sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

PT. Suka Jaya Makmur. 2013. Rencana Kerja Tahunan. Ketapang (ID): PT. Suka Makmur.

Romell E, Hallsby G, Karlsson A. 2009. Forest floor light conditions in a secondary tropical rain forest after artificial gap creation in northern Borneo. Agricultural and Forest Meteorology 149:929-937.

Schmidt FH, Ferguson JHA. 1951. Rainfall Type Based on Wet and Dry Period Ratio for Indonesia with Western New Gurinea. Jakarta(ID): Jawatan Meteorologi dan Geofisika.

Sumadi A, Siahaan H. 2011. Pengaturan kerapatan tegakan bambang berdasarkan hubungan antara diameter batang dan tajuk. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 8(5):259-265.

(25)

15 Lampiran 1 Perlakuan silvikultur berdasarkan hubungan diameter batang dan

jarak pohon pesaing

No Diameter batang (cm) Jarak pohon pesaing (m) Perlakuan silvikultur

(26)

16

Lanjutan Lampiran 1

No Diameter batang (cm) Jarak pohon pesaing (m) Perlakuan silvikultur

(27)

17 Lanjutan Lampiran 1

No Diameter batang (cm) Jarak pohon pesaing (m) Perlakuan silvikultur

(28)

18

Lanjutan Lampiran 1

No Diameter batang (cm) Jarak pohon pesaing (m) Perlakuan silvikultur

126 13.20 4.10 Diteres

127 13.40 5.00 Tanpa perlakuan/Dibiarkan

128 10.30 4.50 Diteres

129 8.20 2.45 Ditebang

130 7.00 2.25 Ditebang

131 6.00 2.38 Tanpa perlakuan/Dibiarkan

132 14.30 4.32 Diteres

133 6.90 1.90 Ditebang

134 4.80 2.35 Tanpa perlakuan/Dibiarkan

135 8.40 2.17 Ditebang

136 6.20 2.26 Tanpa perlakuan/Dibiarkan

137 5.50 2.20 Tanpa perlakuan/Dibiarkan

138 6.40 2.15 Ditebang

Lampiran 2 Hasil analisis kecocokan model (Sequential Analysis of Variance) berdasarkan hubungan diameter batang dan jarak pohon

Source DF SS F P

Linear 1 67.0295 170.11 0.000

Quadratic 1 4.9370 13.70 0.000

Cubic 1 4.4994 13.66 0.000

Df=degree of freedom (derajat kebebasan), SS=Sum square (jumlah kuadrat), F=nilai F, P=Probability.

Lampiran 3 Hasil analisis kecocokan model (Sequential Analysis of Variance) berdasarkan hubungan diameter batang dan diameter tajuk

Source DF SS F P

Linear 1 136.632 86.80 0.000

Quadratic 1 1.534 0.97 0.325

Cubic 1 0.823 0.52 0.472

(29)

1 1

Lampiran 4 Peta administrasi dan areal kerja PT. SJM Kalimantan Barat

(30)

20 20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 24 Januari 1991 dari ayah Sohib (alm) dan ibu Siti Maryanih. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada berbagai organisasi mahasiswa dan kegiatan yang berlangsung di fakultas maupun departemen. Penulis bergabung menjadi anggota UKM futsal IPB tahun 2009-2011, anggota futsal Fakultas Kehutanan IPB tahun 2010-2013, anggota Bussiness development himpunan profesi Tree grower community periode 2011/2012 dan anggota Project division himpunan profesi Tree grower community periode 2012/2013.

Selain organisasi di atas, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitian di fakultas maupun departemen, diantaranya anggota divisi logistik dan transportasi Save mangrove for our earth 2010, anggota divisi Acara kegiatan Forester Cup 2011, anggota divisi logistik dan transportasi Seminar Nasional Jabon 2011, anggota divisi logistik dan transportasi kegiatan BELANTARA 2011, anggota divisi konsumsi Tree Grower Community In Action 2011 dan 2012, ketua pelaksana Penanaman Hutan Rakyat Sengon 2011. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Silvikultur tahun ajaran 2012.

Gambar

Gambar 1 Petak pengamatan
Tabel  2    Kondisi  penutupan  vegetasi  dan  fungsi  hutan  areal  IUPHHK  PT.  Suka  Jaya Makmur   No  Penutupan  Lahan  Fungsi Hutan (ha)  Buffer  Zone HL  Jumlah  Persen (%)  HPT  HP  1  Hutan Primer  2 474  25 320  3 180  31 174  18.19  2  Hutan Beka
Tabel 4  Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di Areal IUPHHK PT. Suka    Jaya Makmur
Gambar 2  Sebaran data hubungan diameter batang dan jarak pohon
+2

Referensi

Dokumen terkait

Metode ELISA kompetitif langsung yang dikembangkan pada penelitian ini dengan menggunakan antibodi monoklonal menunjukkan performan yang baik ketika diaplikasikan untuk

WIDODO SUDIYONO,

Softball merupakan olahraga bola beregu yang terdiri atas dua tim. Permainan ini berasal dari Amerika Serikat, diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun 1887.

Penggunaan Bahan Bakar Alternatif pengganti BBM Pengembangan Teknologi Kendaraan Pemeriksaan dan Perawatan Kendaraan Change Mitigation (2009) dari Tanaman penghasil gula,

Selain itu, adanya pelaksanaan Riset Kesehatan Nasional menjadi peluang dan momentum untuk pengembangan jejaring. Momentum ini diperkuat dengan restrukturisasi baik

Tujuan penyusunan laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu perusahaan

Jenis polimer yang digunakan dalam pembuatan membran seperti PES, sangat sulit untuk menjadi larutan homogen jika dicampur dengan bahan aditif lainya, oleh sebab itu DMAc

Deria rasa (sense of taste) adalah salah satu yang dapat mengesan rangsangan yang dihasilkan oleh bahan kimia berperisa (flavoured chemicals).. Lidah (tongue) merupakan organ