• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Hubungan Desain Front Yard dan Aktivitas (Studi Kasus: Front Yard Fakultas di Universitas Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Hubungan Desain Front Yard dan Aktivitas (Studi Kasus: Front Yard Fakultas di Universitas Sumatera Utara)"

Copied!
238
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI HUBUNGAN DESAIN FRONT YARD DAN AKTIVITAS

(STUDI KASUS: FRONT YARD FAKULTAS DI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)

SKRIPSI

OLEH

BOBBY RIANDY

110406089

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STUDI HUBUNGAN DESAIN FRONT YARD DAN AKTIVITAS

(STUDI KASUS: FRONT YARD FAKULTAS DI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)

SKRIPSI

OLEH

BOBBY RIANDY

110406089

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

STUDI HUBUNGAN DESAIN FRONT YARD DAN AKTIVITAS

(STUDI KASUS: FRONT YARD FAKULTAS DI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

BOBBY RIANDY

110406089

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

PERNYATAAN

STUDI HUBUNGAN DESAIN FRONT YARD DAN AKTIVITAS (STUDI KASUS: FRONT YARD FAKULTAS DI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 10 Juli 2015

(5)

Judul Skripsi : STUDI HUBUNGAN DESAIN FRONT YARD

DAN AKTIVITAS (STUDI KASUS: FRONT

YARD FAKULTAS DI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA)

Nama Mahasiswa : BOBBY RIANDY

Nomor Pokok : 110406089

Program Studi : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing,

(Yulesta Putra, S.T., M.Sc.)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc.) (Ir. N. Vinky Rachman, M.T.)

(6)

Telah diuji pada

Tanggal: 08 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Basaria Talarosha, M.T.

Anggota Komisi Penguji : 1. Yulesta Putra, S.T., M.Sc.

(7)

ABSTRAK

Ruang, pada dasarnya terjadi oleh adanya hubungan antara sebuah obyek dan manusia yang melihatnya. Hubungan itu mula-mula ditentukan oleh penglihatan, tetapi bila ditinjau dari pengertian ruang secara arsitektur, maka hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh penciuman, pendengaran dan perabaan (Ashihara,1974). Hasil penelitian Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis (1998) menyatakan sebuah perbedaan di antara ruang dalam dan

ruang terbuka, di mana ruang dalam identik dengan perasaan “tertutup”, “membosankan”, “frustasi”, “gugup”, sedangkan ruang terbuka lebih identik dengan perasaan “tenang”, “hening”, “rileks”, “penuh kedamaian”, “hijau”, “nyaman”, “tentram”. Perbedaan pengalaman semacam ini mungkin bagi sebagian

kita terjadi karena bangunan “mengharapkan” sesuatu dari kita (belajar, bekerja,

mengajar, menjawab panggilan, rapat), sedangkan ruang terbuka tidak mengharapkan apa-apa dan karenanya bisa menjadi obat penenang dari bekerja dan belajar yang menyebabkan stress. Untuk alasan-alasan tersebut, konsep front yard menjadi penting. Untuk beberapa orang, ide dari kegiatan berjemur atau relaksasi pada ruang publik mungkin terlarang, tetapi beristirahat, bermeditasi, atau melamun di tempat yang akrab yang terasa seperti home base, disekitar orang-orang yang dikenal, mungkin lebih dapat diterima. Konsep dari front yard mungkin paling penting untuk mahasiswa pascasarjana dan staf pengajar, yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka di kampus di dalam ataupun disekitar bangunan tunggal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana perancangan front yard dari setiap Fakultas di Universitas Sumatera Utara dan bagaimana aktivitas yang terbentuk pada ruang-ruang front yard tersebut.

(8)

ABSTRACT

Space, basically occurs by the relationship between an object and a man who saw it. The relationship is initially determined by sight, but when viewed from the sense of space in architecture, then the relationship may be influenced by olfactory, auditory and tactile (Ashihara, 1974). Marcus research results and Wischemann (1983) in Marcus and Francis (1998) states a distinction between interior and open space, where the space inside is identical with a feeling of "closed", "boring", "frustration", "nervous", while open space more synonymous with the feeling of "calm", "silence", "relax", "peaceful", "green", "comfortable", "peaceful". Such differences may experience for some of us happen because the building "expect" anything from us (study, work, teach, answer calls, meetings), while the open space was not expecting anything and therefore can be a sedative of working and learning that lead stress. For these reasons, the concept of front yard becomes important. For some people, the idea of sunbathing or relaxing activities in the public space may be restricted, but the rest, meditate or daydream in a familiar place that feels like home base, around people who are known, may be more acceptable. The concept of the front yard may be the most important for graduate students and faculty, who spend most of their time on campus in or around a single building. Therefore, we need a study to know how to design the front yard of each Faculty at the University of North Sumatra and how the activity that forms on the spaces of the front yard.

(9)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak Yulesta Putra, S.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah

membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Ir. Basaria Talarosha M.T. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Devin

Defriza, S.T., M.T. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan

saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rachman, M.T. selaku Ketua Program Studi Sarjana

Teknik Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus M.L.A. selaku Sekretaris

Program Studi Sarjana Teknik Arsitektur.

4. Kedua orangtua serta saudara - saudara penulis yang tercinta, yang telah

memberikan semangat dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Rekan - rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan

hingga selesainya skripsi ini.

6. Jessica Fiona selaku rekan terbaik yang selalu menyemangati dan

memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna

sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, 10 Juli 2015

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Batasan Masalah ... 4

1.6. Kerangka Berpikir ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Ruang Luar ... 6

2.1.1 Pengertian Ruang dan Ruang Luar ... 6

2.1.2 Ruang dan Waktu dan Kaitannya Dengan Landscape Design ... 9

2.1.3 Elemen Ruang Luar ... 10

2.1.4 Ruang Terbuka ... 10

2.2 Campus Outdoor Space (Ruang Terbuka Kampus) ... 19

2.2.1 Karakteristik Ruang Sosial di Kampus ... 21

(11)

2.2.3 Front Yard (Halaman Depan) ... 24

2.2.4 Outdoor Study Areas ... 26

2.2.5 Spatial Attributes ... 28

2.2.6 Karakteristik Front Yard ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Pendekatan Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5 Metode Analisis Data ... 35

3.6 Kawasan Penelitian ... 36

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 37

4.1 Universitas Sumatera Utara ... 39

4.2 Fakultas Kedokteran ... 39

4.3 Fakultas Hukum ... 40

4.4 Fakultas Pertanian ... 41

4.5 Fakultas Teknik ... 42

4.6 Fakultas Kedokteran Gigi ... 43

4.7 Fakultas Ekonomi ... 44

4.8 Fakultas Sastra ... 45

4.9 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ... 46

4.10 Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 47

4.11 Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 48

4.12 Fakultas Farmasi ... 49

(12)

4.14 Fakultas Keperawatan ... 51

4.15 Fakultas Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi ... 52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

5.1 Fakultas Kedokteran ... 54

5.2 Fakultas Hukum ... 69

5.3 Fakultas Pertanian ... 83

5.4 Fakultas Teknik ... 97

5.5 Fakultas Kedokteran Gigi ... 109

5.6 Fakultas Ekonomi ... 121

5.7 Fakultas Sastra ... 131

5.8 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ... 141

5.9 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu-ilmu Politik ... 153

5.10 Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 166

5.11 Fakultas Farmasi ... 176

5.12 Fakultas Psikologi ... 186

5.13 Fakultas Keperawatan ... 196

5.14 Fakultas Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi ... 205

5.15 Hasil dan Temuan ... 214

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 216

6.1 Kesimpulan ... 216

6.2 Saran ... 216

(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

2.1 Karakteristik Front Yard ... 31

3.1 Aktivitas Dan Elemen Ruang Terbuka... 33

5.1 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Kedokteran ... 66

5.2 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Kedokteran ... 68

5.3 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Hukum ... 79

5.4 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Hukum ... 81

5.5 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Pertanian ... 93

5.6 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Pertanian ... 95

5.7 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Teknik ... 107

5.8 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Teknik... 108

5.9 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Kedokteran Gigi118 5.10 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Kedokteran Gigi ... 119

5.11 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Ekonomi ... 129

5.12 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Ekonomi ... 130

5.13 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Sastra ... 139

5.14 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Sastra ... 140

5.15 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas MatematikaDan Ilmu Pengetahuan Alam ... 150

(14)

5.17 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu-ilmu Politik ... 163

5.18 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu-ilmu Politik ... 164

5.19 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 174

5.20 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 175

5.21 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Farmasi ... 184

5.22 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Farmasi ... 185

5.23 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Psikologi ... 194

5.24 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Psikologi ... 195

5.25 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Keperawatan ... 203

5.26 Analisis Aktivitas Front Yard Fakultas Keperawatan ... 204

5.27 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi ... 212

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

2.1 Konsep Home Base Oleh Marcus dan Wischemann (1983)

dalam Marcus dan Francis (1998). ... 23

3.1 Lokasi Penelitian ... 36

4.1 Lokasi Penelitian ... 37

4.2 Peta Universitas Sumatera Utara ... 38

4.3 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 39

4.4 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ... 40

4.5 Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ... 41

4.6 Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ... 42

4.7 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ... 43

4.8 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara ... 44

4.9 Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara ... 45

4.10 Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ... 46

4.11 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu-ilmu Politik Universitas Sumatera Utara ... 47

4.12 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ... 48

4.13 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara ... 49

4.14 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ... 50

(16)

4.16 Fakultas Imu Komputer Dan Teknologi Informasi

Universitas Sumatera Utara ... 52

5.1 Desain Front Yard Fakultas Kedokteran ... 55

5.2 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Kedokteran ... 58

5.3 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 60

5.4 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 61

5.5 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 63

5.6 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 65

5.7 Desain Front Yard Fakultas Hukum ... 70

5.8 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Hukum ... 72

5.9 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 74

5.10 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 75

5.11 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 77

5.12 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 79

5.13 Desain Front Yard Fakultas Pertanian ... 84

5.14 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Pertanian ... 86

5.15 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 88

5.16 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 90

5.17 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 91

5.18 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 93

5.19 Desain Front Yard Fakultas Teknik ... 98

5.20 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Teknik ... 100

5.21 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 102

(17)

5.23 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 105

5.24 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 107

5.25 Desain Front Yard Fakultas Kedokteran Gigi ... 110

5.26 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Kedokteran Gigi... 112

5.27 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 114

5.28 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 115

5.29 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 116

5.30 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 118

5.31 Desain Front Yard Fakultas Ekonomi ... 122

5.32 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Ekonomi ... 123

5.33 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 125

5.34 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 126

5.35 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 128

5.36 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 129

5.37 Desain Front Yard Fakultas Sastra ... 132

5.38 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Sastra ... 134

5.39 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 135

5.40 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 137

5.41 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 138

5.42 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 139

5.43 Desain Front Yard Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam ... 142

(18)

5.45 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 146

5.46 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 147

5.47 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 148

5.48 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 150

5.49 Desain Front Yard Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu-ilmu Politik ... 154

5.50 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu-ilmu Politik ... 156

5.51 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 158

5.52 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 160

5.53 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 161

5.54 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 163

5.55 Desain Front Yard Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 166

5.56 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 168

5.57 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 170

5.58 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 171

5.59 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 173

5.60 Desain Front Yard Fakultas Farmasi ... 176

5.61 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Farmasi ... 178

5.62 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 179

5.63 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 180

5.64 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 182

5.65 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Duduk ... 183

5.66 Desain Front Yard Fakultas Psikologi ... 186

5.67 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Psikologi ... 188

(19)

5.69 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 190

5.70 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 192

5.71 Desain Front Yard Fakultas Keperawatan ... 196

5.72 Elemen Pendukung Aktivitas Front Yard Fakultas Keperawatan ... 197

5.73 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 199

5.74 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 200

5.75 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Relaksasi ... 201

5.76 Desain Front Yard Fakultas Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi ... 205

5.77 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Belajar... 207

5.78 Analisis Ketidakadaan Aktivitas Makan ... 209

(20)

ABSTRAK

Ruang, pada dasarnya terjadi oleh adanya hubungan antara sebuah obyek dan manusia yang melihatnya. Hubungan itu mula-mula ditentukan oleh penglihatan, tetapi bila ditinjau dari pengertian ruang secara arsitektur, maka hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh penciuman, pendengaran dan perabaan (Ashihara,1974). Hasil penelitian Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis (1998) menyatakan sebuah perbedaan di antara ruang dalam dan

ruang terbuka, di mana ruang dalam identik dengan perasaan “tertutup”, “membosankan”, “frustasi”, “gugup”, sedangkan ruang terbuka lebih identik dengan perasaan “tenang”, “hening”, “rileks”, “penuh kedamaian”, “hijau”, “nyaman”, “tentram”. Perbedaan pengalaman semacam ini mungkin bagi sebagian

kita terjadi karena bangunan “mengharapkan” sesuatu dari kita (belajar, bekerja,

mengajar, menjawab panggilan, rapat), sedangkan ruang terbuka tidak mengharapkan apa-apa dan karenanya bisa menjadi obat penenang dari bekerja dan belajar yang menyebabkan stress. Untuk alasan-alasan tersebut, konsep front yard menjadi penting. Untuk beberapa orang, ide dari kegiatan berjemur atau relaksasi pada ruang publik mungkin terlarang, tetapi beristirahat, bermeditasi, atau melamun di tempat yang akrab yang terasa seperti home base, disekitar orang-orang yang dikenal, mungkin lebih dapat diterima. Konsep dari front yard mungkin paling penting untuk mahasiswa pascasarjana dan staf pengajar, yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka di kampus di dalam ataupun disekitar bangunan tunggal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana perancangan front yard dari setiap Fakultas di Universitas Sumatera Utara dan bagaimana aktivitas yang terbentuk pada ruang-ruang front yard tersebut.

(21)

ABSTRACT

Space, basically occurs by the relationship between an object and a man who saw it. The relationship is initially determined by sight, but when viewed from the sense of space in architecture, then the relationship may be influenced by olfactory, auditory and tactile (Ashihara, 1974). Marcus research results and Wischemann (1983) in Marcus and Francis (1998) states a distinction between interior and open space, where the space inside is identical with a feeling of "closed", "boring", "frustration", "nervous", while open space more synonymous with the feeling of "calm", "silence", "relax", "peaceful", "green", "comfortable", "peaceful". Such differences may experience for some of us happen because the building "expect" anything from us (study, work, teach, answer calls, meetings), while the open space was not expecting anything and therefore can be a sedative of working and learning that lead stress. For these reasons, the concept of front yard becomes important. For some people, the idea of sunbathing or relaxing activities in the public space may be restricted, but the rest, meditate or daydream in a familiar place that feels like home base, around people who are known, may be more acceptable. The concept of the front yard may be the most important for graduate students and faculty, who spend most of their time on campus in or around a single building. Therefore, we need a study to know how to design the front yard of each Faculty at the University of North Sumatra and how the activity that forms on the spaces of the front yard.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ruang, pada dasarnya terjadi oleh adanya hubungan antara sebuah obyek

dan manusia yang melihatnya. Hubungan itu mula-mula ditentukan oleh

penglihatan, tetapi bila ditinjau dari pengertian ruang secara arsitektur, maka

hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh penciuman, pendengaran dan perabaan

(Ashihara,1974).

Pada hakekatnya, ruang dibagi menjadi dua bagian yang mendasar, yaitu:

ruang luar dan ruang dalam. Masing-masing dari dua bagian tersebut mempunyai

elemen-elemen pencipta arsitektur yang sama, yaitu: lantai, dinding dan atap.

Ruang luar merupakan definisi umum, termasuk di dalamnya ruang terbuka.

Ruang terbuka merupakan bagian ruang luar yang mempunyai batas-batas tertentu

juga terdapat fungsi, maksud dan kehendak manusia (Ashihara,1974). Dan contoh

ruang terbuka menurut Shirvani (1985) adalah landscape, jalan, sidewalk, taman,

tempat parkir dan area rekreasi.

Universitas Sumatera Utara merupakan universitas yang terletak di Medan

dan juga merupakan salah satu universitas terbaik di Sumatera saat ini.

Universitas Sumatera Utara saat ini telah memiliki 13 fakultas. Pada

perkembangannya, hal yang paling dipengaruhi dengan perkembangan tersebut

adalah kebutuhan akan ruang-ruang pada kampus Universitas Sumatera Utara

karena banyaknya aktivitas yang terjadi dengan variasi kegiatan yang

(23)

Keast (1967) berpendapat bahwa efisiensi dari sebuah perancangan kampus

tidak hanya pada ketersediaan lingkungan fisik di mana aktivitas fomal dari

universitas tersebut terjadi. Kebanyakan dari pembelajaran terjadi di luar dan

terpisah dari perkuliahan formal di mana seseorang itu terdaftar, dan hanya jika

perancangan kampus tersebut memiliki bermacam-macam kualitas yang mana

akan menstimulasi rasa keingintahuan, pertemuan yang bersifat santai dan

perbincangan.... maka dengan begitu baru akan menciptakan suasana yang

benar-benar menghasilkan pendidikan dalam arti luas.

Marcus dan Francis (1998) mengusulkan konsep desain "home base", yaitu

bahwa setiap mahasiswa, dosen dan karyawan memiliki pekerjaan atau home base

di sekitar sirkulasi kegiatan kampus sehari-harinya. Untuk mahasiswa, home base

biasanya merupakan departemen utama mahasiswa tersebut. Setiap bangunan

dapat dilihat sebagai sebuah rumah, dan tempat lanskap yang berdekatan sebagai

"beranda depan" dan "halaman depan dan belakang".

Hasil penelitian Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis

(1998) menyatakan sebuah perbedaan di antara ruang dalam dan ruang terbuka, di

mana ruang dalam identik dengan perasaan “tertutup”, “membosankan”,

“frustasi”, “gugup”, sedangkan ruang terbuka lebih identik dengan perasaan

“tenang”, “hening”, “rileks”, “penuh kedamaian”, “hijau”, “nyaman”, “tentram”.

Perbedaan pengalaman semacam ini mungkin bagi sebagian kita terjadi karena

bangunan “mengharapkan” sesuatu dari kita (belajar, bekerja, mengajar,

(24)

apa-apa dan karenanya bisa menjadi obat penenang dari bekerja dan belajar yang

menyebabkan stress.

Untuk alasan-alasan tersebut, konsep front yard menjadi penting. Untuk

beberapa orang, ide dari kegiatan berjemur atau relaksasi pada ruang publik

mungkin terlarang, tetapi beristirahat, bermeditasi, atau melamun di tempat yang

akrab yang terasa seperti home base, disekitar orang-orang yang dikenal, mungkin

lebih dapat diterima. Konsep dari front yard mungkin paling penting untuk

mahasiswa pascasarjana dan staf pengajar, yang menghabiskan sebagian besar

waktu mereka di kampus di dalam ataupun disekitar bangunan tunggal.

Melihat kepada teori di atas, maka dapat dikatakan bahwa ruang terbuka

khususnya front yard (halaman depan) menjadi hal yang penting untuk

diperhatikan karena merupakan salah satu sarana penunjang aktivitas di dalam

kampus saat ini dan perancangannnya perlu diperhatikan dengan baik.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana

perancangan front yard dari setiap Fakultas di Universitas Sumatera Utara dan

bagaimana aktivitas yang terbentuk pada ruang-ruang front yard tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan diteliti di dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah keadaan front yard pada setiap Fakultas Universitas Sumatera

Utara saat ini?

2. Bagaimana aktivitas yang terbentuk dikarenakan desain front yard setiap

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mengetahui keadaan front yard pada setiap Fakultas di Universitas Sumatera

Utara saat ini.

2. Mengetahui aktivitas pengguna yang terbentuk yang disebabkan oleh desain

front yard pada setiap Fakultas di Universtias Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai rujukan dalam

penelitian sejenis. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan

kontribusi terhadap perancangan front yard yang lebih baik dalam memenuhi

kebutuhan pengguna front yard pada setiap Fakultas di Universitas Sumatera

Utara.

1.5. Batasan Penelitian

Adapun batasan-batasan penelitian ini, yaitu:

1. Objek penelitian, yaitu front yard pada setiap Fakultas di Universitas Sumatera

Utara.

(26)

1.6 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

 Perkembangan Universitas Sumatera Utara yang pesat menyebabkan peningkatan kebutuhan Ruang Terbuka.

 Konsep Ruang Terbuka kampus adalah konsep home base.

 Ruang Terbuka dapat mempengaruhi aktivitas pengguna ruang terbuka Universitas Sumatera Utara.

Studi Hubungan Desain Front Yard Dan Aktivitas (Studi Kasus: Fakultas

di Universitas Sumatera Utara)

 Analisis Data yang dikumpulkan dari lapangan

 Pembahasan berupa deskripsi data yang ditemukan di Lapangan Perumusan Masalah

 Bagaimanakah keadaan front yard pada setiap Fakultas Universitas Sumatera

Utara saat ini?

 Bagaimana aktivitas yang terbentuk dikarenakan desain front yard setiap

Fakultas di Universitas Sumatera Utara saat ini?

Kesimpulan dan Saran Kajian Pustaka

 Ruang Luar (Ashihara, 1974; Hakim, 1987)  Pengertian Ruang dan Ruang Luar  Ruang Terbuka

 Ruang Terbuka Kampus (Marcus dan Francis, 1998)  Konsep ruang terbuka kampus

 Front Yard (Halaman Depan)  Outdoor study areas Data Primer : Observasi,

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ruang Luar

2.1.1. Pengertian Ruang dan Ruang Luar

Ruang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Ruang tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologis, emosional

(persepsi), maupun dimensional (Hakim,1987).

Pengertian “ruang“ (space) sangatlah luas dan beragam. Ruang atau space

dan berdasarkan terminologinya berasal dari istilah latin yaitu spatium. Sedangkan

dari istilah space itu sendiri berarti suatu bentuk tiga demensi, permukaan luas

yang menerus memanjang ke segala arah dan berisikan segala sesuatu: dengan

berbagai cara dipikirkan sebagai sesuatu yang tak terbatasi. Atau juga dapat

berarti berjarak, bidang yang luas, atau area di antara, di atas atau didalamnya

(Webster’s New World College Dictionary. NY: Macmillan. 1996:1284).

Sedangkan dalam Undang-undang RI no. 4 tahun 1992 tentang penatan

ruang, dikatakan bahwa konsep mengenai ruang didefinisikan sebagai: wujud fisik

lingkungan yang mempunyai dimensi geometris dan geografis terdiri dari ruang

daratan, lautan, dan udara, serta Sumber: daya yang ada didalamnya.

Secara visual (Ching, Francis D.K. Architecture: Form, Space and Order.

Van Nostrand Reinhold Co. 1979) ruang dimulai dari titik kemudian dari titik

tersebut membentuk garis dan dari garis membentuk bidang. Dari bidang ini

kemudian dikembangkan menjadi bentuk ruang. Dengan demikian pengertian

(28)

Imanuel Kant, berpendapat bahwa ruang bukanlah sesuatu yang obyektif

atau nyata, tetapi merupakan sesuatu yang subyektif sebagai hasil pikiran dan

perasaan manusia. Sedangkan Plato berpendapat bahwa ruang adalah suatu

kerangka atau wadah dimana obyek dan kejadian tertentu berada (Hakim, 1987).

Pengertian ruang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur adalah sebagai

suatu area yang secara fisik dibatasi oleh tiga elemen pembatas yaitu lantai,

dinding dan langit-langit. Pengertian tersebut tentunya tidak secara langsung

menjadi pengertian melalui pembatasan yang jelas secara fisik yang berpengaruh

pada pembatasan secara visual. Elemen pembatas tersebut tidak selalu bersifat

nyata dan utuh akan tetapi dapat bersifat partial dan simbolik (Ashihara,1974).

Ruang, pada dasarnya terjadi oleh adanya hubungan antara sebuah obyek

dan manusia yang melihatnya. Hubungan itu mula-mula ditentukan oleh

penglihatan, tetapi bila ditinjau dari pengertian ruang secara arsitektur, maka

hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh penciuman, pendengaran dan perabaan.

Sering terjadi bahwa ruang yang sama mempunyai kesan atau suasana yang

berbeda karena dipengaruhi oleh adanya hujan, angin, atau terik matahari. Hal ini

menyatakan bahwa suatu ruang dipengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya

(Ashihara,1974).

Pada hakekatnya, ruang dibagi menjadi dua bagian yang mendasar, yaitu:

ruang luar dan ruang dalam. Masing-masing dari dua bagian tersebut mempunyai

elemen-elemen pencipta arsitektur yang sama, yaitu: lantai, dinding dan atap.

(29)

sangat jelas, sedangkan ruang luar dapat bersifat meluas atau menyempit

(Ashihara,1974; Ardiansyah).

Yoshinobu Ashihara (1974) dalam buku Dyan Surya Merancang Ruang

Luar (terjemahan) menyatakan ruang luar ialah ruang yang terjadi dengan

membatasi alam. Ruang luar dipisahkan dari alam dengan memberi frame, atau

batasan tertentu, bukanlah alam itu sendiri yang meluas sampai tak terhingga.

Ruang luar juga berarti sebagai lingkungan luar buatan manusia dengan maksud

tertentu. Pada ruang luar elemen atap dianggap tidak ada, karena mempunyai

batas yang tak terhingga, maka perencanaan dan perancangan ruang luar biasa

disebut dengan arsitektur tanpa atap.

Prabawasari dan Suparman dalam bukunya Tata Ruang Luar 1

menyatakan ruang luar adalah:

 Ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada bidang alas dan

dindingnya, sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak terbatas.

 Sebagai lingkungan luar buatan manusia, yang mempunyai arti dan

maksud tertentu dan sebagai bagian dari alam.

 Arsitektur tanpa atap, tetapi dibatasi oleh dua bidang: lantai dan dinding

atau ruang yang terjadi dengan menggunakan dua elemen pembatas.

Hal ini menyebabkan bahwa lantai dan dinding menjadi elemen penting

(30)

2.1.2. Ruang dan waktu dan kaitannya dengan landscape design

Menurut Imanuel Kant, ruang bukanlah sesuatu yang obyektif atau nyata,

tetapi merupakan sesuatu yang subyektif sebagai hasil pikiran dan perasaan

manusia. Perasaan persepsi masing-masing individu melalui penglihatan,

penciuman, pendengaran dan penafsirannya (Hakim, 1987).

Menurut Aristoteles dan the Phythagoreans, waktu merupakan realitas

yang terus berlangsung, tidak terganggu dari obyek-obyek lain dan tanpa

hubungan langsung dengan fenomena lain. Waktu secara subyektif sebagai

sesuatu yang tidak punya keadaan terpisah dari pengamat (Hakim, 1987).

Sedangkan menurut Van Doesburg, bentuk dasar Sejarah Arsitektur, yaitu

garis, permukaan, isi, ruang dan waktu kenyataannya tidak mungkin diceraikan

atau dipisahkan begitu saja (Hakim, 1987).

Ruang dalam Landscape Design adalah hasil daripada landscape design

yang berupa tiga dimensi, yang cara mendefinisikannya memberi tingkatan pada

nilai ruang itu sendiri. Ruang secara keseluruhan dapat berupa elemen-elemen

alam dan bentuk tanah dan tanaman (Hakim, 1987).

Sedangkan pengertian landscape design itu sendiri merupakan perluasan

dari site planning, meliputi proses perencanaan tapak, berhubungan dengan

pemilihan dari elemen-elemen perancangan atau design, dimana suatu desain

lansekap ini memungkinkan ruangan dibuat dari kombinasi elemen alam dan

struktur-struktur buatan manusia (Hakim, 1987).

Secara singkat, design atau perancangan adalah suatu cara kerja yang

(31)

menonjolkan suatu hubungan terhadap apapun disekitarnya, baik masa lalu, masa

yang akan dating secara nyata. Hal ini dapat dilihat antara lain mengenai sirkulasi

atau pergerakan, pembentukan permukaan, bentuk dan ruang untuk beberapa

kebutuhan, lokasi serta bentuk bangunan (Hakim, 1987).

2.1.3. Elemen Ruang Luar

Untuk mendapatkan suatu perencanaan yang lengkap, maka umumnya

seorang arsitek haruslah mengingat atau memperhatikan elemen-elemen desain di

dalamnya. Hal ini bertujuan memberikan suatu kesan komposisi yang paling ideal

di dalam suatu perancangan yang diinginkan (Hakim, 1987).

Elemen-elemen perancangan secara visual yang menonjol untuk

mendukung perancangan ruang luar atau desain lansekap dapat dikategorikan

menjadi 4 bagian, yaitu : skala, tekstur, bentuk, dan warna. Sedangkan

elemen-elemen lingkungan yang harus dipertimbangkan dalam perancangan ruang luar

atau desain lansekap, diantaranya adalah pembatas ruang, sirkulasi, tata hijau

(Hakim, 1987).

2.1.4. Ruang Terbuka

Yoshinobu Ashihara (1974) dalam bukunya menyatakan Ruang luar

merupakan definisi umum, termasuk di dalamnya ruang terbuka. Ruang terbuka

merupakan bagian ruang luar yang mempunyai batas-batas tertentu juga terdapat

fungsi, maksud dan kehendak manusia. Batas-batas itu ditandai oleh frame yang

disebut di atas. Yoshinobu Ashihara (1974) juga menyebutkan bahwa pandangan

kita ke dalam frame menjadi ruang positif. Dan ruang di luar frame tersebut

(32)

Yoshinobu Ashihara (1974) dalam Ardiansyah juga mengartikan ruang

terbuka atau open space sebagai lahan tanpa atau dengan sedikit bangunan atau

dengan jarak bangunan yang saling berjauhan; ruang terbuka ini dapat berupa

pertamanan, tempat olah raga, tempat bermain anak-anak atau playground,

perkuburan dan daerah hijau pada umunya yang biasa disebut dengan ruang

terbuka hijau.

Sedangkan Rustam Hakim (1987) dalam buku Unsur Perancangan dalam

Arsitektur Lansekap menyatakan ruang terbuka pada dasarnya merupakan suatu

wadah yang dapat menampung kegiatan aktivitas tertentu dari warga lingkungan

tersebut baik secara individu atau secara berkelompok. Bentuk dari ruang terbuka

ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Batasan pola ruang

umum terbuka adalah:

a. Bentuk dasar daripada ruang terbuka di luar bangunan

b. Dapat digunakan oleh publik

c. Memberi kesempatan untuk macam-macam kegiatan

Contoh ruang terbuka adalah jalan, pedestrian, taman, plaza, lapangan

terbang dan lapangan olah raga.

Dalam buku Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Rustam

Hakim (1987) menuliskan 4 jenis ruang terbuka, yaitu:

1. Ruang terbuka dalam lingkungan hidup

Menurut Ian C. Laurit, ruang-ruang terbuka dalam lingkungan hidup, yaitu

(33)

a. Ruang terbuka sebagai Sumber: produksi, antara lain berupa hutan,

perkebunan, pertanian, produksi mineral, peternakan, perairan,

perikanan dan sebagainya.

b. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan

manusia, misalnya cagar alam berupa hutan, kehidupan laut/air,

daerah budaya dan bersejarah.

c. Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan, yaitu

antara lain:

1) Untuk melindungi kualitas air tanah

2) Pengaturan, pembuangan air, sampah dan lain-lain

3) Memperbaiki dan mempertahankan kualitas udara

4) Rekreasi, taman lingkungan, taman kota dan seterusnya.

2. Ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya

Dibagi 2 jenis ruang terbuka yaitu:

a. Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka yang mengundang

unsur-unsur kegiatan di dalamnya, antara lain: bermain, olahraga, upacara,

berkomunikasi dan berjalan-jalan. Ruang ini dapat berupa: plaza,

lapangan olah raga, tempat bermain, penghijauan di tepi sungai

sebagai tempat rekreasi dan lain-lain.

b. Ruang terbuka pasif adalah ruang terbuka yang didalamnya tidak

mengandung kegiatan manusia, antara lain berupa penghijauan atau

taman sebagai Sumber: pengudaraan lingkungan, penghijauan sebagai

(34)

3. Ruang terbuka ditinjau dari bentuknya.

Menurut Rob Meyer, ruang terbuka (urban space) secara garis besar dapat

dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Berbentuk memanjang. Umumnya hanya mempunyai batas-batas pada

sisi-sisinya, misalnya : jalanan, sungai dan lain-lain.

b. Berbentuk mencuat. Yang dimaksud dengan bentuk mencuat adalah

ruang terbuka ini mempunyai batas-batas disekelilingnya, misalnya:

lapangan, bundaran dan lain-lain.

4. Ruang terbuka ditinjau dari sifatnya

Berdasarkan sifatnya ada 2 jenis ruang terbuka, yaitu:

a. Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka yang terdapat pada

suatu lingkungan dan sifatnya umum. Adapun tata penyusunan

ruang-ruang terbuka dan ruang-ruang-ruang-ruang tertutupnya akan mempengaruhi

keserasian lingkungan.

b. Ruang terbuka bangunan adalah ruang terbuka oleh dinding bangunan

dan lantai halaman bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum atau

pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya.

Alun-alun kota abad pertengahan, atau piazza, sering merupakan jantung

dari sebuah kota, ini adalah tempat tinggal luar dan tempat bertemu; sebuah lahan

untuk berjualan, perayaan, dan eksekusi; dan tempat dimana seseorang

mendengarkan berita, membeli makanan, mengumpulkan air, membicarakan

(35)

pertengahan diragukan dapat berfungsi tanpa piazza atau alun-alun kotanya.

Namun saat ini, alun-alun kota abad pertengahan atau piazza Itali tidak lagi dapat

menyediakan model dari fungsi untuk ditiru, meskipun mungkin menawarkan

pelajaran penting dalam bentuk, rasio tinggi dan lebar, sense of enclosure, dan

perabotan untuk meningkatkan penggunaan (Marcus dan Francis, 1998).

Di Amerika Utara, beberapa peneliti telah berargumentasi bahwa

privatisasi kehidupan kontemporer telah membuat ruang publik tidak lagi

berfungsi. (Chidister, 1988). Yang tersisa dari ruang terbuka perkotaan adalah

ruang terbuka yang terpisah dan tidak terhubung dan digunakan umumnya oleh

satu segmen populasi (pegawai kantor), dan hanya saat hari kerja selama jam

makan (Marcus dan Francis, 1998).

Kebanyakan orang tidak lagi pergi ke pasar terbuka untuk membeli

makanan, ke pompa air umum, atau ke ruang publik untuk mendengarkan berita.

Mereka bersosialisasi didalam rumah mereka, dimana semua hal dari air dan

listrik untuk berita-berita, surat, dan iklan telah tersedia didalam (Marcus dan

Francis, 1998).

Seperti kebanyakan aktivitas-aktivitas yang biasanya dilakukan didalam

rumah (bekerja, belajar, pernikahan, kelahiran dan ritual kematian) telah

dipindahkan ke tempat dengan fungsi spesial, begitu juga dengan

aktivitas-aktivitas publik dari piazza utama (jual-beli, pertunjukan-pertunjukan, olahraga,

dan pertemuan) juga telah dipindahkan ke tempat dengan fungsi spesial (pusat

perbelanjaan, stadium, hotel dan pusat konferensi, taman perumahan, dan

(36)

Pentingnya lingkungan pejalan kaki seperti di kota jauh lebih besar dari

sekedar estetikanya, atau bahkan kesempatan untuk menghabiskan waktu di luar

rumah. Menurut psikoterapis Joanna Poppink, menghabiskan waktu di sebuah

kafe outdoor atau belanja di jalan yang ramai lebih dari sekedar pengalih

perhatian yang menyenangkan, itu adalah elemen penting dari kehidupan

perkotaan yang sehat. Dia percaya bahwa banyak ketakutan dan ketidakpercayaan

yang dialami oleh orang perkotaan secara langsung berhubungan dengan

kurangnya ruang terbuka publik di mana kelompok-kelompok yang berbeda dapat

berinteraksi. “Jika kita tidak dapat meninggalkan rumah, kita mengisi diri kita

dengan fantasi-fantasi yang diciptakan oleh televisi dan ketakutan diri kita

sendiri.” Sebaliknya, ketika kita “keluar kedunia, kita dapat melihat orang-orang

seperti mereka benar-benar terdiri dari umur yang berbeda, ras yang berbeda,

hubungan yang berbeda yang bisa kita observasi secara langsung” (Morgan 1996,

59; Marcus dan Francis, 1998).

Seperti zaman dulu, taman publik digunakan sebagai ruang yang bebas

ditinggali oleh mereka yang tidak mempunyai rumah atau mereka yang tinggal

sendiri dalam keadaan penghematan. Beberapa taman yang terletak di tempat

yang kurang menonjol sekarang menawarkan pelayanan kepada tuna wisma yang

sebelumnya mungkin telah disukai di taman publik. Walaupun untuk beberapa

orang, taman masih merupakan sebuah tempat untuk olahraga, rekreasi, bermain,

dan perenungan, untuk yang lain itu telah menjadi tempat pertemuan penting dan

tempat sosial; untuk yang lapar dan miskin, taman merupakan tempat untuk

(37)

Walaupun tingkat penggunaan ruang terbuka kota sebagai tempat aktivitas

sosial dan ekonomi lebih dibatasi daripada saat abad pertengahan, tetapi tingkat

penggunaannya dianggap lebih besar saat ini daripada saat tahun 1950. Pada saat

yang sama, muncul bentuk baru dari ruang terbuka, disponsori baik oleh sektor

publik ataupun sektor swasta. Inilah yang mungkin dapat kita katakan sebagai

ruang komunal atau ruang yang digunakan oleh kelompok tertentu yang

menggunakan sebuah bangunan dengan fungsi tertentu: sebagai contoh, ruang

terbuka untuk berjalan, duduk dan bermain di sekitar perumahan untuk orang tua;

halaman dan taman yang digunakan oleh pengunjung rumah sakit, pasien dan

pegawai; area untuk permainan outdoor, belajar dan berlatih di pusat penitipan

anak; dan ruang-ruang diantara bangunan yang digunakan untuk berelaksasi,

bersosialisasi, dan belajar di kampus (Marcus dan Francis, 1998).

Berikut adalah 7 jenis ruang terbuka perkotaan (Marcus dan Francis,

1998):

1. Neighborhood park

Didominasi oleh elemen lansekap lunak berupa rumput, pohon dan area

tanaman, biasanya terletak di sebuah perumahan dan detail dan diberikan

perabotan untuk beberapa jenis aktivitas (olahraga, bermain, berjalan) dan

aktivitas pasif (duduk, berjemur, beristirahat).

2. Minipark

Taman kecil dengan ukuran satu hingga tiga rumah, secara prinsip

digunakan oleh pejalan kaki lokal. Digunakan terutama oleh anak-anak dan

(38)

3. Urban plaza

Dominan berupa ruang terbuka dengan permukaan keras di daerah

perkotaan, umumnya didirikan sebagai bagian dari bangunan tinggi yang baru.

Plaza sejenis ini biasanya bersifat privat tetapi umumnya dapat diakses oleh

publik.

4. Campus outdoor space

Elemen keras dan lunak dari lansekap kampus yang bisa digunakan untuk

berjalan atau untuk belajar, relaksasi dan pertemuan sosial.

5. Elderly housing outdoor space

Ruang terbuka untuk berjalan, duduk, melihat-lihat, berkebun, dan

sejenisnya, terhubung dengan – dan untuk penggunaan ekslusif dari – perumahan

untuk orang tua.

6. Child care open space

Area bermain luar dari pusat penitipan anak, biasanya termasuk

didalamnya area dengan permukaan keras dan lunak dan beberapa perlengkapan

bermain yang tetap dan dapat dipindahkan. Fokus utamanya adalah sekolah anak

usia dini (tiga hingga lima tahun).

7. Hospital outdoor space

Sebuah halaman, kebun, atau taman yang merupakan bagian dari rumah

sakit. Ruang sejenis ini biasanya disediakan untuk digunakan oleh pasien,

pengunjung, staff, dan masyarakat umum. Mereka mempunyai fungsi terapis dan

sosial. Mereka dapat didominasi oleh permukaan keras atau lunak atau kombinasi,

(39)

Tidak ada satupun dari ruang tersebut secara teknis merupakan ruang

publik, namun ruang tersebut berkontribusi untuk sebuah perasaan dari kehidupan

publik, memungkinkan pertemuan dengan orang lain, pemandangan, dan

berkomunikasi dengan orang-orang yang bukan berasal dari keluarga mereka

sendiri. Ruang publik pada dasarnya harus bersifat responsif – adalah dirancang

dan dikelola untuk melayani kebutuhan dari penggunanya; demokratis – dapat

diakses oleh semua kelompok dan menyediakan kebebasan dalam berkegiatan;

dan bermakna – memungkinkan orang untuk membuat koneksi yang kuat antara

tempat, kehidupan pribadinya, dan dunia yang lebih besar (Carr et al. 1992, 19-20;

Marcus dan Francis, 1998).

Berdasarkan hal yang disebutkan diatas, Marcus dan Francis (1998) dalam

bukunya People Places mengasumsikan:

1. Kehidupan publik berkembang di kota industri kontemporer

2. Ukuran penting dari keberhasilan ruang terbuka publik adalah penggunaannya

3. Penggunaan dan popularitas dari sebuah ruang paling besar tergantung pada

lokasi dan detail dari perancangannya.

4. Kita harus bisa mengkomunikasikan pada pengguna apa yang saat ini diketahui

tentang hubungan antara desain, lokasi dan penggunaan.

Sedangkan untuk kriteria ruang terbuka oleh Marcus dan Francis (1998),

antara lain:

1. Berlokasi ditempat yang mudah diakses dan bisa terlihat oleh pengguna.

2. Menyampaikan secara jelas pesan bahwa tempat tersebut dapat digunakan

(40)

3. Cantik dan menarik baik bagian dalam maupun luarnya.

4. Memiliki perabot untuk mendukung aktivitas yang paling banyak disukai dan

diinginkan.

5. Menciptakan perasaan aman kepada calon pengguna.

6. Menciptakan kelegaan dari stress dan meningkatkan kesehatan mental dan

jasmani dari penggunanya.

7. Disesuaikan dengan kebutuhan dari kelompok pengguna yang paling

mungkin untuk menggunakan ruang.

8. Mendorong penggunaan oleh subkelompok yang berbeda dari populasi

pengguna, tanpa kegiatan salah satu kelompok mengganggu yang lain.

9. Menciptakan lingkungan yang secara psikologis nyaman pada saat

penggunaan, dalam hal matahari dan bayangan, angin dan sejenisnya.

10. Dapat diakses oleh anak-anak dan orang berkebutuhan khusus.

11. Menggabungkan komponen yang dapat dimanipulasi atau diubah oleh

pengguna.

12. Mudah dan ekonomis dipelihara dalam batas-batas apa yang biasanya

diharapkan dari jenis tertentu ruang.

2.2. Campus Outdoor Space (Ruang Terbuka Kampus)

Menurut Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis

(1998), bagaimanapun model yang dipilih dan bagaimana pun tapak, lokasi, atau

daerah, sebuah rencana kampus akan hampir selalu berupa beberapa susunan dari

bangunan-bangunan dengan ruang-ruang yang terbentuk di antaranya.

(41)

ruang-ruang terbuka ini – fungsinya sebagai sirkulasi, tempat belajar, relaksasi,

dan fungsi estetika – perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar daripada yang

saat ini diterima. Observasi pada banyak kampus mengindikasikan bahwa banyak

kegiatan relaksasi, pertemuan-pertemuan, hiburan, dan kegiatan belajar disela-sela

waktu menunggu kelas dilakukan di ruang terbuka, ketika cuaca mendukung.

Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis (1998) juga

berpendapat bahwa hampir semua kampus mempunyai sejenis plaza atau tempat

berkumpul. Seperti semua kampung tradisional atau kota kecil mempunyai ruang

hijau publiknya atau alun-alun, begitu juga setiap komunitas kampus tampaknya

memerlukan sebuah tempat di mana mereka dapat bertemu dengan

teman-temanya dan orang-orang datang untuk melihat orang lain atau hanya untuk

berelaksasi sambil menunggu kelas. Bentuk ruang terbuka ini bervariasi, dari

ruang terbuka yang terdiri dari sejumlah besar rumput dan pohon-pohon seperti di

Universitas Illinois, sampai ke Plaza Smith di Universitas New Mexico yang

terdiri dari batu-bata.

Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis (1998)

berpendapat bahwa kebutuhan yang dianggap paling penting oleh sebagian besar

pengguna ruang terbuka kampus adalah kealamian, pepohonan, dan tanaman

hijau; kedamaian dan ketenangan; tempat yang teduh dan mendapatkan sinar

matahari; orang-orang dan orang-orang yang dapat ditonton; dekat dengan air

(42)

2.2.1. Karakteristik Ruang Sosial di Kampus

Menurut C.M. Deasy (1985), pelajar pada semua tingkat pendidikan

mempunyai tendensi untuk memisahkan dirinya dalam satu kelompok, dan

mengidentifikasikan dengan tempat-tempat yang spesifik. Hal ini tidak

memerlukan identifikasi wilayah, tapi merupakan suatu tempat yang tepat/sesuai

untuk menemukan teman-teman mereka. Tempat tersebut merupakan pusat sosial

mahasiswa, baik disedikan tempat-tempat khusus ataupun tidak. Pusat-pusat sosial

tidaklah memerlukan suatu tempat berbentuk ruang besar. Pusat sosial lebih

merupakan atau menyerupai suatu area pada hall tangga, pohon-pohon di halaman

rumput atau pada anak tangga di pintu masuk.

Karakteristik umum dari ruang sosial di kampus adalah (C.M.Deasy, 1985;

Wijayanti, 2000) :

1. Berbatasan/berdekatan dengan rute sirkulasi utama kampus. Memindahkan

ruang sosial ke tempat-tempat yang jauh umunya tidak akan berhasil, kecuali

jika dipaksakan atraksi tambahan untuk menarik mahasiswa menjauh dari rute

normal mereka.

2. Sebagian besar lebih berhasil pada perempatan jalan, pada tempat-tempat

tujuan utama atau bersama dengan pelayanan makanan.

3. Menyediakan beberapa fasilitas tempat duduk.

4. Menyediakan beberapa fasilitas untuk berteduh.

2.2.2. Konsep Ruang Terbuka Kampus

Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis (1998)

(43)

dan karyawan memiliki pekerjaan atau home base di sekitar sirkulasi kegiatan

kampus sehari-harinya. Untuk mahasiswa, home base biasanya merupakan

departemen utama mahasiswa tersebut. Setiap bangunan dapat dilihat sebagai

sebuah rumah, dan tempat lansekap yang berdekatan sebagai "beranda depan" dan

"halaman depan dan belakang".

1. Front Porch (Beranda Depan)

Beranda depan sebuah rumah menawarkan sebuah transisi fisik dan

psikologi yang penting dari kehidupan publik komunitas ke kehidupan yang

lebih privat dari sebuah kelompok sosial yang lebih kecil. Beranda depan dari

sebuah bangunan kampus juga dapat menawarkan transisi semacam itu, dari

kampus sebagai sebuah kesatuan yang besar menuju ke sebuah departemen

atau fakultas.

2. Front Yard (Halaman Depan)

Ketika jalur dan beranda depan dari sebuah rumah pada umumnya

berupa permukaan keras, front yard biasanya menyediakan sebuah transisi

yang lembut dan hijau atau buffer antara ruang privat dan publik. Beberapa

bangunan-bangunan kampus juga memiliki front yard – ruang-ruang hijau di

mana pengguna dapat berelaksasi dengan cara yang relatif berbeda dengan

(44)

3. Back Yard (Halaman Belakang)

Seperti setiap rumah memiliki front yard yang secara umum terbuka

kepada pandangan dari orang yang lalu lalang dan bersifat semipublik,

kebanyakan rumah juga memiliki sebuah halaman belakang yang secara

keseluruhan atau sebagian tertutup dan digunakan baik untuk relaksasi yang

bersifat privat dan fungsi utilitas. Marcus dan Francispercaya bahwa beberapa

bangunan kampus juga harus memiliki halaman belakang – ruang-ruang yang

terhubung ataupun sebagian tertutup oleh bangunan-bangunan, di mana

pengguna merasakan perasaan teritory yang besar daripada di front yard dan

di mana kegiatan semiprivat departemen bisa diadakan.

Gambar 2.1 Konsep Home Base Oleh Marcus dan Wischemann (1983)

(45)

2.2.3. Front Yard (Halaman Depan)

Halaman depan memiliki area serta aktivitas yang dilakukan lebih privat

dibandingkan beranda depan. Disini pengguna dapat berbincang secara privat

dengan teman, menikmati cahaya matahari atau tidur, makan, belajar, atau

mengadakan pertemuan kelas yang dekat dengan home base-nya. Jelas sekali,

perubahan lingkungan sangat penting bagi kesehatan mental serta tingkat stress

pengguna (Marcus dan Wischemann, 1983 dalam Marcus dan Francis, 1998).

Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis (1998)

menyatakan sebuah perbedaan di antara ruang dalam dan ruang terbuka, di mana

ruang dalam identik dengan perasaan “tertutup”, “membosankan”, “frustasi”,

“gugup”, sedangkan ruang terbuka lebih identik dengan perasaan “tenang”,

“hening”, “rileks”, “penuh kedamaian”, “hijau”, “nyaman”, “tentram”. Perbedaan

pengalaman semacam ini mungkin bagi sebagian kita terjadi karena bangunan

“mengharapkan” sesuatu dari kita (belajar, bekerja, mengajar, menjawab

panggilan, rapat), sedangkan ruang terbuka tidak mengharapkan apa-apa dan

karenanya bisa menjadi obat penenang dari bekerja dan belajar yang

menyebabkan stress.

Untuk alasan-alasan tersebut, konsep front yard menjadi penting. Untuk

beberapa orang, ide dari kegiatan berjemur atau relaksasi pada ruang publik

mungkin terlarang, tetapi beristirahat, bermeditasi, atau melamun di tempat yang

akrab yang terasa seperti home base, disekitar orang-orang yang dikenal, mungkin

lebih dapat diterima. Konsep dari front yard mungkin paling penting untuk

(46)

waktu mereka di kampus di dalam ataupun disekitar bangunan tunggal (Marcus

dan Wischemann, 1983 dalam Marcus dan Francis, 1998).

Orientasi pejalan kaki di sebuah kampus memiliki banyak hubungan

dengan persepsi dari halaman rumah. Dimana sebagian besar pengguna kampus

berjalan diantara bangunan-bangunan, dan dimana iklim kondusif untuk makan

siang/ belajar/ relaksasi di ruang luar pada sebagian besar waktu, keakraban harian

bertahap dengan tempat berkembang menjadi rasa memiliki wilayah rumah

(Marcus dan Wischemann, 1983 dalam Marcus dan Francis, 1998).

Dalam penelitiannya, Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan

Francis (1998) menyatakan bahwa sama dengan orang-orang pada sebuah

perumahaan, mahasiswa dan staf pengajar juga merasa nyaman di wilayah rumah

mereka karena mereka melihat orang-orang yang mereka kenal disana. Tetapi

mereka merasa, bahkan lebih penting daripada di daerah perumahaan, orang-orang

menjadi terhubung dengan sebuah area dari kampus karena mereka menggunakan

ruang terbuka sebagai sebuah tempat beristirahat maupun ruang untuk berjalan –

yang artinya, mereka menjadi akrab dengan tanda-tanda, suara-suara,

sensasi-sensasi, dan gambaran visual ketika duduk, berelaksasi, makan, ataupun

berbincang-bincang.

Menurut Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis

(1998), manusia memiliki kebutuhan tertentu akan ruang-ruang terbuka di mana

mereka merasa seperti di rumah dan yang mana mereka dapat kembali dengan

(47)

Dalam merancang halaman depan, Marcus dan Wischemann (1983) dalam

Marcus dan Francis (1998) menyatakan beberapa hal yang perlu diperhatikan,

antara lain:

 Penyusun rumput-rumputan, tanaman, dan jalan setapak harus menyarankan

sebuah gagasan dari halaman depan. Harus ada cukup petunjuk visual yang

pengguna-pengguna dari sebuah bangunan tertentu dapat secara mudah

mengklaim dan merasa nyaman di ruang ini.

 Menyediakan area rumput yang mendapatkan cahaya matahari total, ditambah

area rumput lainnya yang secara penuh atau sebagian terlindungi dari cahaya

matahari.

 Menyediakan kursi dan tempat duduk bersandaran dinding di setiap

kesempatan di sekitar batas-batas dari ruang ini, atau disekitar basis dari

pohon-pohon besar tertentu.

2.2.4. Outdoor Study Areas

Dalam penelitiannya, Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan

Francis (1998) menemukan beberapa lokasi yang merupakan lokasi yang paling di

sukai oleh mahasiswa untuk belajar di luar ruangan, antara lain:

 Pintu masuk utama bangunan, di mana di antara jam bebas kelas atau waktu

makan siang mahasiswa dapat belajar dekat dengan home base atau dalam

wilayah yang familiar.

 Area yang dekat dengan Sumber: dari makanan yang murah atau cemilan,

(48)

 Area terbuka berumput untuk pengguna yang lebih memilih untuk belajar dekat

dengan home base mereka atau pada tempat yang lebih publik dengan banyak

ruang-ruang disekitar mereka.

 Terpencil, ruang-ruang kecil untuk pengguna yang berharap dapat melakukan

pekerjaan privat atau lebih kontemplatif (merenung).

 Tempat yang jauh dari area yang digunakan sebagai tempat parkir, karena

suara bisa mengganggu

 Daerah dibawah pohon-pohon besar yang menciptakan sebuah subspace.

Tempat duduk melingkar dapat menciptakan tempat duduk yang memiliki

kenyamanan sosial di mana sejumlah orang pengguna yang tidak ingin

berbincang dapat duduk dan belajar.

Menurut Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis

(1998), ketika mendesain ruang yang bisa digunakan untuk aktivitas belajar di

ruang terbuka, ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan:

 Memberikan ruang penghalang dari sirkulasi pejalan kaki utama dengan cara

memberi jarak, tanaman, perubahan level, dan lain-lain, sehingga

pandangan-pandangan dan suara-suara sejumlah besar orang-orang yang lewat tidak

mengganggu.

 Menutup sebagian ruang belajar dengan batas yang jelas sehingga pengguna

akan merasa terlindungi dari gangguan yang mungkin terjadi. Hindari isolasi

visual dari ruang ini atau membuat jalan buntu dengan tidak adanya jalan

(49)

 Menyediakan tempat duduk yang nyaman. Duduk di tempat duduk yang keras,

dingin, atau tanpa sandaran tidak kondusif untuk aktivitas belajar.

 Menyediakan beberapa meja untuk kegiatan membaca atau menulis. Meskipun

beberapa orang cukup nyaman duduk untuk membaca atau berbicara, yang lain

lebih memilih untuk meletakkan buku mereka di permukaan yang keras dan

menyandarkan tangan di meja pada saat menulis.

2.2.5. Spatial Attributes

Dalam buku People Places, Marcus dan Francis (1998) menyatakan

beberapa spatial attributes pada ruang terbuka kampus, yaitu:

 Sebuah plaza utama di sebuah kampus besar berfungsi sebagai sebuah

panggung di mana beberapa pengguna datang untuk “melakukan pertunjukan”

(sambil lalu, bermain musik, memberikan pidato, mendistribusikan literatur)

dan yang lain datang untuk menonton dan mungkin ditonton. Dengan begitu

dapat dikatakan, sebuah plaza yang sukses mengakomodasi dua aktivitas dasar

: berjalan dan berdiam diri (duduk, belajar, menunggu, makan, menonton).

 Sama seperti di tempat publik yang lain, pengguna merasa lebih nyaman duduk

di pinggir dari sebuah ruang dengan sesuatu berada di belakangnya. Dengan

begitu, sebuah plaza utama kampus harus menyediakan tempat untuk

beraktivitas sepinggir mungkin dan menyediakan banyak anchor spots.

 Area tempat duduk informal dan formal harus bisa mengakomodasi kebutuhan

yang sangat bervariasi, dimulai dari kegiatan belajar yang tenang hingga

menonton orang secara diam-diam ataupun menunggu teman di tempat yang

(50)

 Karena pengguna sangat berbeda-beda, bentuk dari tempat duduk di plaza

utama juga harus berbeda-beda, dari tempat duduk dengan atau tanpa sandaran

dan lain-lain.

 Sebuah kafeteria atau restoran dengan tempat duduk di luar (di mana iklim

mengizinkan) harus berada dalam jarak pandang plaza, dengan kios atau

gerobak yang menjual makanan di mana mahasiswa dapat membeli makanan

yang tidak mahal di dalam atau berada dekat dengan plaza.

 Di mana iklim mendukung, air mancur yang indah dan menarik perhatian

dapat menjadi tambahan yang luar biasa untuk ruang plaza utama. Ini dapat

menjadi titik fokus yang indah, simbol dari suatu tempat, dan jika pengguna

dapat duduk pada pinggirannya, memasukkan tangan atau kaki mereka

kedalamnya, berjalan melewatinya melalui tangga baru, atau berinteraksi

dengan airnya, ini dapat menjadi tempat bermain yang menarik bagi orang

dewasa.

2.2.6. Karakteristik Front Yard

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dibuat beberapa

karakteristik dari ruang front yard kampus atau front yard. Karakteristik tersebut

antara lain, yaitu :

1. Merupakan transisi atau buffer antara ruang privat dan publik.

2. Di front yard (halaman depan), seseorang dapat melakukan perbincangan

pribadi, berjemur atau tidur, makan, belajar, melakukan pertemuan kelas.

3. Menciptakan suasana yang tenang, tentram, rileks, damai, dan nyaman bagi

(51)

4. Merupakan area yang familiar bagi para penggunanya dan dapat menciptakan

sense of territory.

5. Orientasi pejalan kaki sangat mempengaruhi persepsi dari para pengguna

terhadap front yard dari sebuah kampus. Oleh karena itu, front yard atau front

yard harus berada disirkulasi utama.

6. Para pengguna merasa seperti berada dirumah dan mereka dapat kembali

dengan mudah setiap harinya. Dengan begitu, front yard adalah suatu area yang

mudah untuk diakses oleh pengguna.

7. Penyusun rumput-rumputan, tanaman, dan jalan setapak harus menyarankan

sebuah gagasan dari halaman depan. Harus ada cukup petunjuk visual untuk

pengguna-pengguna dari sebuah bangunan tertentu agar dapat secara mudah

diklaim dan para pengguna merasa nyaman di ruang ini.

8. Area rumput yang mendapatkan cahaya matahari total, ditambah area rumput

lainnya yang secara penuh atau sebagian terlindungi dari cahaya matahari.

9. Terdapat bangku dan tempat duduk bersandaran dinding di setiap kesempatan

di sekitar batas-batas dari ruang ini, atau disekitar basis dari pohon-pohon besar

tertentu.

Fisik

transisi atau buffer antara ruang privat dan

publik

front yard atau front yard harus berada

disirkulasi utama

halaman depan adalah suatu area yang

(52)

harus ada cukup petunjuk visual untuk

pengguna-pengguna

area rumput yang mendapatkan cahaya

matahari

terdapat elemen ruang terbuka berupa kursi,

tempat duduk bersandaran, meja, dan lampu

Non-fisik

area yang familiar bagi para penggunanya

dan dapat menciptakan sense of territory

menciptakan suasana yang tenang, tentram,

rileks, damai, dan nyaman bagi para

penggunanya

melakukan kegiatan yang lebih pribadi

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

Creswell (2007), penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang – oleh sejumlah individu atau

sekelompok orang – dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.

Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data

yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari

tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data.

Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel.

Siapapun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara

pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual,

dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.

Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data-data

pada penelitian kualitatif yang dikumpulkan oleh peneliti selama penelitian akan

dideskripsikan berdasarkan fakta yang ada dilapangan serta dihubungkan dengan

landasan teori yang dijadikan sebagai arahan awal untuk mendapatkan suatu

kesimpulan atas fenomena yang diteliti.

3.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah pendekatan

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Home Base Oleh Marcus dan Wischemann (1983)
Tabel 2.1 Karakteristik Front Yard
Tabel 3.1 Aktivitas Dan Elemen Ruang Terbuka
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Target in this research is identifying the existing spaces and the spatial transformation space in houses of Balinese settlement in Basarang Jaya village that

Pada permasalahan diatas maka dirancanglah sebuah penyimpanan data terpusat menggunakan layanan nextcloud yang dapat melakukan olah file dokumen secara synchronizing

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR MERKURI DALAM URINE PADA PEKERJA TAMBANG EMAS DI DESA RENGAS TUJUH KECAMATAN TUMBANG TITI KABUPATEN KETAPANG TAHUN 2007. Pertambangan

Pentingnya dilakukan penelitian ini untuk memberikan masukan kepada guru dan memotivasi siswa karena kreativitas itu adalah milik siapa saja dan bisa dikembangkan

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1, tujuan perkawinan adalah “Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Ketun Zulmrstalash %lii!bagrt di fledan.. PEMER1KTA.H WCFATI7'J DAERkH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan persepsi wanita infertil tentang stigma masyarakat pada wanita infertil dengan adaptasi sosial

Hasil FTIR membuktikan bahwa CMC-g-PAM berhasil dilakukan dengan menggunakan metode kopolimerisasi cangkok dengan inisiator Amonium Persulfat dan Cerium Sulfat yang