EKSISTENSI PEREMPUAN MENUJU PARLEMEN DALAM PEMENUHAN
KUOTA (Studi Kasus Kegagalan Caleg Perempuan dalam Pemilu 2009
diKabupaten Bulungan Kalimantan Timur)
Oleh: GINA WAHYUNI ( 05230051 ) Goverment Science
Dibuat: 2011-03-04 , dengan 7 file(s).
Keywords: Eksistensi Perempuan, Kegagalan Caleg Perempuan.
ABSTRAKSI
Pemilihan umum menentukan proses keterwakilan pemerintah. Kesamaan politik dan keadilan demokrasi adanya argumentasi kunci, untuk meningkatkan keterwakilan perempuan. Perempuan adalah mayoritas penduduk Indonesia yang juga mayoritas pemilih (voters) dalam Pemilu, hal ini dapat dilihat dari data yg ada di KPUD Bulungan pemilih perempuan sebanyak 664.335 atau sekitar 50,88%. Akan tetapi dapat dilihat di setiap institusi politik perempuan selalu minoritas atau marginal dan keterwakilanya lebih rendah, dampak dari ketidakterwakilan perempuan di pusat-pusat pengambilan keputusan adalah absennya isu-isu yang menjadi perhatian perempuan dalam perdebatan politik yang ada.
Pemberian batas minimal jumlah perempuan dalam legislatif memang harus dilakukan, tanpa kuota 30 %, parpol tidak akan serius menangani masalah keterwakilan perempuan. Padahal, keberadaan mereka di lembaga legislatif mampu membawa aspirasi perempuan lebih penting daripada kuantitasnya. Munculnya kuota 30 % di dalam UU Pemilu akibat dari keinginan perempuan Indonesia akan persamaan hak dan keadilan jender dalam seluruh aspek kehidupan, baik dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat, dan Negara. Serta keinginan perempuan untuk bisa menjadi bagian dalam pengambilan kebijakan publik.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini tertarik untuk mengkaji seberapa besar eksistensi perempuan menuju parlemen dalam pemenuhan kuota. Untuk mendapatkan
pengetahuan dan hasil yang lengkap maka studi ini dilakukan pada kasus kegagalan caleg perempuan dalam pemilu 2009 di kabupaten Bulungan Kalimantan Timur. Dari latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar tingkat kegagalan di kabupaten Bulungan dalam pemenuhan kuota yang telah ditetapkan UU No 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan penggambaran dan menguraikan keadaan yang sebenarnya terjadi berdasarkan fakta dan berusaha mencari jalan pemecahannya. Tujuannya adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungannya dengan fenomena yang berlaku. Dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
tersebut menjadi sangat rendah dengan perolehan suara yang sangat minim dibandingkan dengan caleg laki-laki.
ABSTRACT
General Election decided the government representation process. The same politic and
democracy justice by key argument, to increase woman representation. Female is the majority of Indonesia citizens who also majority voters in General election, it could be seen from Bulungan Regional General Election Committee where female voters were 664.335 or 50.88%. But there could be seen that in all political institution, woman always became minority or marginal and their representation as low. The effect of low representation in decision making center was no issue which most concerned by female in political debate.
Minimum limit of woman amount in legislative should be done, without 30% quota, political
party wouldn’t be serious in handling woman representation. In this case, their existence in
legislative institution able to bring woman aspiration more important than their quantity. 30% quota existence in General Election Law came from Indonesian woman will to get rights and gender fairness in all aspects of life, whether in family, society, and country. Also woman expectation to be part of public policy taking.
According to above background, the research has interest to discuss how large woman existence into parliament in quota fulfillment. To get knowledge from complete result, the study would be done in woman legislative candidate failure in 2009 General Election at Bulungan Residence East Kalimantan Province. From background and problems stated above, the research aimed to find out how large failure level in Bulungan Residence in quota fulfillment applied by Rule No.10 / 2008 about General Election, Member of House of Representative, Regional Representative, and Regional House of Representative.
The research used qualitative approach by doing description and reveal conditions which happened according to facts and tried to find way out. The purpose was making description or systematical figure about facts, character and relation with phenomena existed. Data collection was done through observation, interview, and documentation.
According to research done, there found conclusion that woman representative electability in
Bulungan Residence East Kalimantan didn’t able to fulfill 30% quota just as stated in Rule
No.10 / 2008 about General Election, Member of House of Representative, Regional
Representative, and Regional House of Representative. Electability of woman representative in the residence was so low, there was only four people as representative of Bulungan residence to get through into regional representative or House of Representative. Lack of optimiziion of woman representative candidate, the voter distrust and society culture made the electability was low with minimum vote compared than male representative candidate.