PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP NASABAH ATAS PENYIMPANAN BARANG DI SAFE DEPOSIT BOX
(STUDI PADA PT. BANK PANIN CABANG PEMBANTU TEBING TINGGI)
TESIS
WAHYU SIMON TAMPUBOLON 127005032/HK
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP NASABAH ATAS PENYIMPANAN BARANG DI SAFE DEPOSIT BOX
( STUDI PADA PT. BANK PANIN CABANG PEMBANTU TEBING TINGGI)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
WAHYU SIMON TAMPUBOLON 127005032/HK
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
Judul Tesis : PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP NASABAH ATAS PENYIMPANAN BARANG DI SAFE DEPOSIT BOX (STUDI PADA PT. BANK PANIN CABANGPEMBANTU TEBING TINGGI)
Nama Mahasiswa : WAHYU SIMON TAMPUBOLON Nomor Pokok : 127005032
Peogram Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum Ketua
)
(Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum) (Dr. Utary Maharany Barus, SH, M.Hum)
Ketua Program Ilmu Hukum D e k a n
Telah diuji pada
Tanggal 21 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum Anggota : 1. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum
2. Dr. Utary Maharany, SH., M.Hum 3. Dr. Dedi Harianto, SH., M.Hum
ABSTRAK
Layanan Safe Deposit Box adalah jasa penyewaan kotak penyimpanan harta atau surat-surat berharga yang dirancang secara khusus dari bahan baja dan ditempatkan dalam ruang yang kokoh dan tahan api untuk menjaga keamanan barang yang disimpan dan memberikan rasa aman bagi penggunanya. Pada umumnya, barang-barang yang disimpan dalam safe deposit box memiliki nilai materiil yang tinggi dan dianggap penting bagi para nasabah penyewa safe deposit box. Dengan tingginya minat masyarakat akan fasilitas ini diperlukan suatu aturan yang melindungi pengguna fasilitas safe deposit box terhadap suatu kerugian yang dialami jika terjadi kehilangan atau kerusakan barang yang disimpan pada safe deposit box.
Penelitian ini dilatarbelakangi untuk menjawa 1) bagaimana tanggungjawab pihak bank terhadap kerugian yang dialami nasabah jika terjadi kehilangan atau kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi? 2) bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah apabila terjadi kehilangan dan kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi? Dan 3) bagaimana upaya hukum apabila terjadi sengketa antara pihak bank dan nasabah terkait hilangan atau kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian normatif dengan menggunakan yuridis normatif dan bersifat deskriptif analitis. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kepustakaan yang didukung penelitian lapangan. Sumber data yang digunakan menitikberatkan pada data sekunder berdasarkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder didukung dengan bahan hukum tertier berupa wawancara. Data-data yang didapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif, dan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat deduktif sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak bank harus memberikan pertanggungjawaban terkait kehilangan atau kerusakan barang yang terjadi dalam fasilitas safe deposit box yang pihak bank tawarkan, dan juga perlu ada suatu aturan khusus yang mengatur tentang fasilitas safe deposit box dan juga penyelesaian sengketa terkait dengan penggunaan fasilitas safe deposit box sehingga ada bentuk perlindungan hukum yang dapat menjadi payung hukum bagi nasabah maupun bank karena kedua belah pihak yang terkait memiliki kedudukan yang seimbang. Agar jangan sampai ada pihak yang dirugikan terkait perjanjian penyimpanan safe deposit box.
ABSTRACT
Safe Deposit Box Service is a kind of services of lending a storage box for property orsecurities which is specifically designed from the materials steel and placed in a space that is sturdy and fireproof for maintaining the security of the things and providing a sense of security for its users. Generally, the items that are stored in a safe deposit box has a high material value and very important for the customers of safe deposit box. Since the interest of people to use the safe deposit boxis high, it is a need to have any rules that protects the customers of safe deposit boxagainst the losses in case of lost or destruction of things stored in the safe deposit box.
This study was triggered to answer (1) how far is the responsibility of the bank against losses experienced by the customers, in case of lost or destruction of things stored in the safe deposit box by PT. Bank Panin sub branch of Tebing Tinggi? (2) how is the legal protection to customersin case of lost or destruction of things stored in the safe deposit box by PT. Bank Panin sub branch of Tebing Tinggi? and (3) how is the legal remedy if there is any disputes between the bank and the customer related to the lost or destruction of things stored in the safe deposit box by PT. Bank Panin sub branch of Tebing Tinggi?
The research methods used in the study are normative research by using the juridical normative and descriptive analytical. The data instrument that used through this study is, literature supported by field research. The source of data focused on secondary data based on primary legal materials and secondary legal materials which are supported by legal tertier in the form of an interview. The data obtained were analyzed by using qualitative methods of analysis, and the conclusions drawn for the deductive as the answers to the object of research.
The results showed that the bank must provide liability related to the lost or destructions of the thingsstored in the safe deposit box offered by the bank, and also it is a needed to have a special ruleswhich regulating the safe deposit box facilities as well as the resolving disputes related to the used of safe deposit box facilities, so there is a legal form of protection which can be a legal umbrella for the customer and the bank since both parties have a balanced position. Therefore there will be no aggrieved parties associated to the storage agreement of safe deposit box.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
dan rahmatNya sehingga dapat diselesaikan tesis yang berjudul “PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS PENYIMPANAN BARANG DI SAFE DEPOSIT BOX (STUDI PADA PT. BANK PANIN CABANG PEMBANTU TEBING TINGGI”.
Penulisan tesis merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Hukum pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara .
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Doritz Bidould Tampubolon, SH/Rumina
br. Manurung, buat bimbingan yang diberikan kepada penulis, semua perhatian, doa,
kasih sayang dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Terima kasih kepada
abang saya Iman Samuel Tampubolon dan adik-adik ku Rahmat Daniel Tampubolon,
SH Rutz Gloria Tampubolon, Kristiani Debora Tampubolon, dan Yunita yang selalu
memberi segala dukungan dan doanya.
Tesis ini dapat selesai atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
terutama bimbingan dan arahan dari para dosen pembimbing dan dosen penguji. Pada
kesempatan ini disampaikan penghargaan dan terimakasih kepada yang terhormat Ibu
Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum. Bapak Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum dan Ibu Dr.
Dedi Harianto, SH., M.Hum. dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi Anwar, SH., CN, M.Hum
selaku dosen-dosen penguji atas bimbingan dan arahan mulai proposal penelitian
sampai selesainya penulisan tesis ini. Selanjutnya terimakasih diucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.H. dan Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH.,
M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
3. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan
kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu dalam membimbing penyusunan
tesis ini.
4. Bapak Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak saran dan masukan bagi kesempurnaan tesis ini.
5. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, SH., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang
dengan kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu dalam membimbing
penyusunan tesis ini.
6. Bapak Dr. Dedi Harianto, SH., M.Hum. selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak saran dan masukan bagi kesempurnaan tesis ini
7. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Anwar, SH., CN, M.Hum. selaku dosen penguji yang
8. Bapak/Ibu para Dosen dan seluruh staf pegawai administrasi di Program Studi
Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara dimana penulis menimba ilmu
selama ini.
9. Kepada Pimpinan dan Pegawai PT. Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi.
10.Kepada rekan-rekan Paralel B 2012 dan kepada semua rekan-rekan di Program
Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2012.
11.Kepada Regina Yosephine Pardede yang memberi semangat dan perhatiannya
selama penulisan tesis ini.
Akhir kata kepada smua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
atas dukungan kepada penulis, demikianlah tesis ini penulis buat agar dapat memberi
manfaat dan semoga tesis ini dapat menambah wawasan bagi kita smua.
Medan, Agustus 2014 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Nama : Wahyu Simon Tampubolon
Tempat/ tgl. Lahir : Kisaran, 16 Agustus 1989
Alamat : Jl. Air Bersih gg. Pelukis No. 12 Medan
Agama : Kristen Protestan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : 1. SD Negeri 112139 Rantauprapat
2. SMP Negeri 3 Rantauprapat
3. SMA Negeri 2 Rantau Utara
4. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Medan, Agustus 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ……….. i
ABSTRACT ……… ii
KATA PENGANTAR ……… iii
RIWAYAT HIDUP………. ix
DAFTAR ISI………..………. i
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... 17
C. Tujuan Penelitian... 17
D. Manfaat Penelitian... 18
E. Keaslian Penulisan………... 19
F. Kerangka Teori dan Konsep... 20
BAB II TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI NASABAH JIKA TERJADI KEHILANGAN ATAU KERUSAKAN BARANG YANG DISIMPAN DALAM SAFE DEPOSIT BOX DI PT. BANK PANIN CABANG PEMBANTU
TEBING TINGGI ……….. 28
A. Prinsip Kehati-Hatian Bank dalam Melaksanakan Fasilitas Safe Deposit Box …… 28
B. Perjanjian Penyimpanan Barang Safe Deposit Box Di PT. Bank Panin Cabang
Pembantu Tebing Tinggi……… 35
C. Tanggung Jawab Pihak Bank Atas Kerugian yang Dialami Nasabah Jika Terjadi
Kehilangan Atau Kerusakan Barang yang Disimpan dalam Safe Deposit Box Di
PT. Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi……….……… 51
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH JIKA TERJADI KEHILANGAN ATAU KERUSAKAN BARANG YANG DISIMPAN DALAM SAFE DEPOSIT BOX DI PT. BANK PANIN CABANG PEMBANTU TEBING TINGGI DALAM UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN ……….. 62
A. Faktor Penyebab Kehilangan dan Kerusakan Barang yang Disimpan Dalam Safe
Deposit Box ……… 62
B. Jenis Kehilangan dan Kerusakan Barang yang Disimpan Dalam Safe Deposit Box 66
C. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen ……… 69
D. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Jika Terjadi Kehilangan atau Kerusakan
Barang yang Disimpan dalam Safe Deposit Box di PT. Bank Panin Cabang
BAB IV UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PIHAK BANK DAN NASABAH APABILA TERJADI KEHILANGAN ATAU KERUSAKAN BARANG YANG DISIMPAN DALAM SAFE DEPOSIT BOX DI PT. BANK PANIN CABANG
PEMBANTU TEBING TINGGI... 80
A. Penyelesaian Sengketa Antara Pihak Bank Dan Nasabah ……… 80
1. Penyelesaian Sengketa secara Litigasi ……….. 84
2. Penyelesaian Sengketa secara Nonlitigasi ……….. 91
B. Penyelesaian Sengketa pada PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi Antara Pihak Bank Dan Nasabah Terkait dengan Kehilangan atau Kerusakan Barang Yang Disimpan dalam Safe Deposit Box ……… 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 107
B. Saran ………. 109
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Layanan Safe Deposit Box adalah jasa penyewaan kotak penyimpanan harta atau surat-surat berharga yang dirancang secara khusus dari bahan baja dan ditempatkan dalam ruang yang kokoh dan tahan api untuk menjaga keamanan barang yang disimpan dan memberikan rasa aman bagi penggunanya. Pada umumnya, barang-barang yang disimpan dalam safe deposit box memiliki nilai materiil yang tinggi dan dianggap penting bagi para nasabah penyewa safe deposit box. Dengan tingginya minat masyarakat akan fasilitas ini diperlukan suatu aturan yang melindungi pengguna fasilitas safe deposit box terhadap suatu kerugian yang dialami jika terjadi kehilangan atau kerusakan barang yang disimpan pada safe deposit box.
Penelitian ini dilatarbelakangi untuk menjawa 1) bagaimana tanggungjawab pihak bank terhadap kerugian yang dialami nasabah jika terjadi kehilangan atau kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi? 2) bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah apabila terjadi kehilangan dan kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi? Dan 3) bagaimana upaya hukum apabila terjadi sengketa antara pihak bank dan nasabah terkait hilangan atau kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian normatif dengan menggunakan yuridis normatif dan bersifat deskriptif analitis. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kepustakaan yang didukung penelitian lapangan. Sumber data yang digunakan menitikberatkan pada data sekunder berdasarkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder didukung dengan bahan hukum tertier berupa wawancara. Data-data yang didapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif, dan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat deduktif sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak bank harus memberikan pertanggungjawaban terkait kehilangan atau kerusakan barang yang terjadi dalam fasilitas safe deposit box yang pihak bank tawarkan, dan juga perlu ada suatu aturan khusus yang mengatur tentang fasilitas safe deposit box dan juga penyelesaian sengketa terkait dengan penggunaan fasilitas safe deposit box sehingga ada bentuk perlindungan hukum yang dapat menjadi payung hukum bagi nasabah maupun bank karena kedua belah pihak yang terkait memiliki kedudukan yang seimbang. Agar jangan sampai ada pihak yang dirugikan terkait perjanjian penyimpanan safe deposit box.
ABSTRACT
Safe Deposit Box Service is a kind of services of lending a storage box for property orsecurities which is specifically designed from the materials steel and placed in a space that is sturdy and fireproof for maintaining the security of the things and providing a sense of security for its users. Generally, the items that are stored in a safe deposit box has a high material value and very important for the customers of safe deposit box. Since the interest of people to use the safe deposit boxis high, it is a need to have any rules that protects the customers of safe deposit boxagainst the losses in case of lost or destruction of things stored in the safe deposit box.
This study was triggered to answer (1) how far is the responsibility of the bank against losses experienced by the customers, in case of lost or destruction of things stored in the safe deposit box by PT. Bank Panin sub branch of Tebing Tinggi? (2) how is the legal protection to customersin case of lost or destruction of things stored in the safe deposit box by PT. Bank Panin sub branch of Tebing Tinggi? and (3) how is the legal remedy if there is any disputes between the bank and the customer related to the lost or destruction of things stored in the safe deposit box by PT. Bank Panin sub branch of Tebing Tinggi?
The research methods used in the study are normative research by using the juridical normative and descriptive analytical. The data instrument that used through this study is, literature supported by field research. The source of data focused on secondary data based on primary legal materials and secondary legal materials which are supported by legal tertier in the form of an interview. The data obtained were analyzed by using qualitative methods of analysis, and the conclusions drawn for the deductive as the answers to the object of research.
The results showed that the bank must provide liability related to the lost or destructions of the thingsstored in the safe deposit box offered by the bank, and also it is a needed to have a special ruleswhich regulating the safe deposit box facilities as well as the resolving disputes related to the used of safe deposit box facilities, so there is a legal form of protection which can be a legal umbrella for the customer and the bank since both parties have a balanced position. Therefore there will be no aggrieved parties associated to the storage agreement of safe deposit box.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu produk jasa bank dan peranan bank adalah penyimpanan
barang-barang berharga. Dalam hal ini masyarakat dapat menyimpan barang-barang-barang-barang berharga
yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja
disediakan oleh bank untuk disewa. Melihat perkembangan ekonomi yang semakin
pesat membuat bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau
surat-surat berharga.1
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya ditulis
Undang-Undang Perbankan). Pasal 1 angka 2 disebutkan “Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Fungsi-fungsi bank umum yang diuraikan
di bawah ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan bank umum dalam
perekonomian modern, yaitu:2
1
Ismail, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm.3.
2
1. Penciptaan uang.
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran
lewat mekanisme pemindah bukuan (kliring). Di
menciptakan uang giral adalah bank umum sela umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral. 2. Mendukung kelancaran mekanisme pembayaran.
Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.
3. Menghimpun dana simpanan masyarakat.
Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan yang terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.
4. Menyalurkan Dana (Lending)
Sebelum kredit dikucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi : kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit profesi, dan lain-lain.3
5. Mendukung kelancaran transaksi nasional.
Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.4
6. Menyimpan barang-barang berharga.
3
Ibid., hlm. 5. 4
Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat berharga.5
7. Pemberian jasa-jasa lainnya.
Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank. Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak yang menggunakannya.
Melihat fungsi bank itu sendiri maka bank sering disebut sebagai lembaga
kepecayaan masyarakat. Kebutuhan masyarakat dalam rangka keamanan
barang-barang berharga menjadi salah satu bentuk kepercayaan yang diperlihatkan
masyarakat terhadap lembaga ini adalah dengan adanya jasa penyimpanan
barang-barang berharga dan surat berharga didalam kotak yang biasa disebut Safe Deposit
Box. Berdasarkan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Perbankan, bahwa “ Penitipan
adalah penyimpanan harta berdasarkan perjanjian atau kontrak antara Bank Umum
dan penitip, dengan ketentuan Bank Umum yang bersangkutan tidak mempunyai hak
kepemilikan atas harta tersebut”.
Safe Deposit Box mulai hadir di Indonesia ketika situasi politik Indonesia
mulai tidak stabil yang tentunya akan berujung pada situasi keamanan yang tidak
kondusif. Kekhawatiran tersebut membuat banyak masyarakat merasa penting untuk
memiliki tempat meletakan barang berharga mereka dengan aman, tanpa terbebani
dengan ketakutan akan hilangnya barang tersebut. Melihat hal ini bank
5
memanfaatkannya dengan menyediakan sarana berupa kotak penyimpanan yang
dapat digunakan oleh nasabah untuk menyimpan barang berharga milik mereka.
Kotak penyimpanan tersebut diberi nama Safe Deposit Box. Sebagai timbal balik dari
penyediaan kotak Safe Deposit Box tersebut, bank mendapatkan imbalan (fee) berupa
biaya sewa yang dapat digunakan untuk menunjang pendapatan bank, selain dari
bunga kredit.6
Layanan Safe Deposit Box muncul karena adanya permintaan dari masyarakat
yang menginginkan tempat khusus untuk menyimpan harta benda mereka yang
berharga. Layanan Safe Deposit Box ini terinspirasi dari kegiatan serupa yang
dilakukan oleh tukang perhiasan emas dimasa lampau, yaitu menerima dan menjaga
keamanan logam berharga dan benda-benda beharga lainnya yang dipercayakan
kepada mereka.7
Adanya Safe Deposit Box ini akan membantu masyarakat dalam melindungi
barang, perhiasan, dokumen surat berharga, logam mulia, dan barang-barang berharga
lainya. Melihat begitu banyak tindak kejahatan yang terjadi maka penyimpanan
barang-barang berharga dan surat berharga akan lebih aman jika ditempatkan dalam
Safe Deposit Box.
6
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, cetakan 3, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2000), hlm. 319. 7
Thomas Suryanto, et al, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
Pihak perbankan maupun nasabah dalam membuat perjanjian penyimpanan
dengan Safe Deposit Box harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:8
1. Adanya biaya yang dibebankan kepada penyewa, antara lain uang sewa, uang jaminan kunci dan denda keterlambatan pembayaran sewa.
2. Tidak menyimpan barang-barang yang dilarang dalam Safe Deposit Box.
3. Menjaga agar kunci yang disimpan nasabah tidak hilang atau disalah gunakan pihak lain.
4. Memperhatikan barang yang disimpan bila sewaktu-waktu diperlukan oleh bank.
5. Jika kunci yang dipegang penyewa hilang, maka uang jaminan kunci akan digunakan sebagai biaya penggantian kunci dan pembongkaran Safe Deposit Box yang wajib disaksikan sendiri oleh penyewa.
6. Memiliki daftar isi dari Safe Deposit Box dan menyimpan fotocopy
(salinan) dokumen tersebut di rumah untuk refrensi.
7. Penyewa bertanggungjawab apabila barang yang disimpan menyebabkan kerugian secara langsung maupun tidak terhadap bank dan penyewa lainnya.
Selanjutnya secara tegas dinyatakan dalam situs Bank Indonesia tersebut,
bahwa bank tidak bertanggungjawab atas:9
1. Perubahan kuantitas dan kualitas, hilang, atau rusaknya barang yang bukan
merupakan kesalahan bank.
2. Kerusakan barang akibat force majeur seperti gempa bumi, banjir, perang, huru
Benda yang dilarang atau sebaliknya tidak disimpan dalam Safe Deposit Box yaitu:10
1. Senjata api/ bahan peledak
2. Macam barang yang diduga dapat membahayakan atau merusak Safe Deposit Box
yang bersangkutan dan tempat sekitarnya.
3. Barang-barang yang sangat diperlukan saat keadaan darurat seperti surat kuasa, catatan kesehatan dan petunjuk bila penyewa sakit, petunjuk bila penyewa meninggal dunia (wasiat).
4. Barang lainnya yang dilarang oleh bank atau ketentuan yang berlaku.
Safe Deposit Box merupakan suatu sistem pelayanan bank kepada masyarakat
dimana bank menyewakan box dengan ukuran dan jangka waktu tertentu dan nasabah
menyimpan sendiri kunci kotak pengamanan tersebut. Kotak pengaman (Safe Deposit
Box) adalah simpanan dalam bentuk tertutup, dalam arti pejabat bank tidak boleh
memeriksa/menyaksikan wujud/bentuk barang yang disimpan.11
Sehingga dalam kenyataan seharusnya, sulit bagi pihak yang tidak
berkepentingan melakukan suatu tindakan tertentu terhadap kotak ini. Pengertian Safe
Deposit Box menurut Lukman Dendawijaya Safe Deposit Box adalah jasa penyewaan
kotak penyimpanan harta atau surat-surat berharga yang dirancang secara khusus dari
bahan baja dan ditempatkan dalam ruang khasanah yang kokoh, tahan bongkar dan
tahan api untuk memberikan rasa aman bagi penggunanya.
12
10
Ibid., hlm. 1.
11
Effendy Simanjuntak, Tinjauan Yuridis Atas Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box
Pada PT.BNI (persero) TBK Tanjung Balai Asahan, Thesis, Ilmu Hukum, Program Studi Magister
Kenotariatan, USU, 2011, hlm. 17. 12
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1999), hlm.
Kenyataan bahwa Safe Deposit Box dapat membantu masyarakat dalam
melindungi barang-barang berharga ataupun surat-surat berharga sudah mulai pudar.
terjadinya kasus hukum yang berhubungan dengan hilangnya benda-benda nasabah
penyewa Safe Deposit Box dalam perbankan. Pembongkaran Safe Deposit Box telah
banyak terjadi. Contoh kasus pada 10 November 2008, seorang nasabah Bank
Internasional Indonesia (BII) yang bernama Ivonne menyimpan perhiasanya di Safe
Deposit Box bank BII, namun ternyata Ivonne kehilangan perhiasan sejumlah Rp.
5.000.000.000,- (lima milyar rupiah). Selain Ivonne hal serupa dialami Ishwar
Manwani yang kehilangan barang berharga dengan total kerugian mencapai 1,2
Milyar rupiah.13
Kejadian yang menimbulkan kerugian bagi nasabah ini tentunya harus ada
penanggungjawabnya. Namun baik nasabah ataupun perbankan menolak untuk
bertanggungjawab atas peristiwa-peristiwa tersebut. Hal ini tentunya sangat tidak
menguntungkan bagi nasabah. Nasabah telah membayar biaya penggunaan jasa
penyewaan, tetapi tidak mendapatkan pertanggungjawaban dari pelaku usaha.
Keadaan ini semakin sulit melihat tidak adanya peraturan perundang-undangan yang
dengan tegas memberikan bentuk perlindungan yang khusus mengenai nasabah yang
menyimpan barang-barang berharganya di Safe Deposit Box. Bentuk peraturan
perbankan yang berhubungan dengan Safe Deposit Box hanya ada di dalam Pasal 9
ayat (1) Undang-Undang Perbankan yang menyebutkan “Bank Umum yang
13
Irma Rachmadianty, Bambang Winarno, dkk “Perlindungan Hukum dan Prepektif
Ketidakadilan (Unconscionabilitiy) Pada Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box”,
menyelenggarakan kegiatan penitipan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf I
bertanggungjawab untuk menyimpan harta milik penitip dan memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan kontra”. Melihat isi Pasal ini, tentu saja bahwa bank adalah pihak
yang bertanggungjawab dalam kerugian yang terjadi yang disebabkan di luar force
majeure.
Menurut Satjipto Rahardjo, “bahwa hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang seperti itu yang disebut sebagai hak. Dengan demikian, tidak setiap kekuasaan dalam masyarakat itu dapat disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan oleh hukum kepada seseorang.”14
Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah ini, Marulak Pardede mengemukakan bahwa dalam sistem perbankan Indonesia, mengenai perlindungan terhadap nasabah penyimpanan dilakukan melalui 2 (dua) cara, yakni:15
1. Perlindungan secara implisit (Implicit Deposit Protection); yaitu perlindungan yang diperoleh melalui pengawasan dan pembinaan bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan yang dapat mencegah terjadinya kesulitan yang membahayakan oprasional bank yang diawasi;
2. Perlindungan secara eksplisit (Eksplicit Deposit Protection), yaitu perlindungan diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut akan menggantikan dana nasabah yang telah disimpan pada bank yang gagal tersebut.
14
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum cetakan kelima, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000),
hlm. 53. 15
Marulak Pardede, Likuidasi Bank Dan Perlindungan Nasabah, (Jakarta: Pustaka Sinar
Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam website Bank Indonesia, yang
disebarkan sebagai bagian dari Progaram Edukasi Masyarakat dalam rangka
Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia, disebutkan keuntungan penyimpanan
dengan Safe Deposit Box adalah:16
1. Aman. Ini memaksudkan bahwa tempat penyimpanan Safe Deposit Box ini sangat kokoh yang dilengkapi dengan sistem keamanan secara terus menerus selama 24 (dua puluh empat) jam. Sehingga untuk dapat membukanya dibutuhkan kunci dari para penyewa dan kunci dari pihak bank.
2. Fleksibel. Adanya berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan penyewa baik bagi
penyewa perorangan maupun badan.
3. Mudah. Melihat bahwa Safe Deposit Box ini digunakan setelah adanya perjanjian sewa menyewa, maka persyaratan sewa cukup dengan membuka tabungan di bank ia menyewa Safe Deposit Box tersebut.
Ketentuan hukum yang mengatur mengenai Safe Deposit Box ditentukan
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Didalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, menyatakan bahwa penitipan harta berdasarkan perjanjian atau
kontrak antara Bank Umum dan penitip, dengan ketentuan Bank Umum yang
bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut.
Sedangkan dalam Pasal 6 huruf h dan huruf I Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, disebutkan bahwa “bank menyediakan tempat untuk menyimpan barang
16
Safe Deposit Box
dan surat berharga, dan melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak.”
Selanjutnya, dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan “bank umum yang menyelenggarakan kegiatan penitipan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf I bertanggugjawab untuk menyimpan harta milik penitip dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak. Harta yang dititip dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak. Harta yang dititipkan wajib dibukukan dan dicatat secara tersendiri. Dalam hal bank mengalami kepailitan, semua harta yang dititipkan bank tersebut tidak dimasukkan dalam harta kepailitan dan wajib dikembalikan kepada penitip yang bersangkutan.”17
Melihat tidak adanya spesifikasi bentuk perlindungan yang diberikan didalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengenai nasabah yang menyewa Safe Deposit
Box, maka bentuk perlindungan dapat mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Perlindungan Konsumen. Sebab nasabah atau penyewa Safe Deposit Box
dapat disamakan sebagai konsumen. Hal ini berdasarkan Pasal 1 butir 2
Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa konsumen adalah “setiap
orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak
untuk diperdagangkan.”18
Dalam penyimpanan barang di Safe Deposit Box dilakukan dengan adanya
perjanjian/kontrak antara nasabah dengan pihak bank maka hukum yang berlaku bagi
17
http://bi.go.id terakhir diakses pada 26 Maret 2014.
18
kedua belah pihak adalah perjanjian/kontrak tersebut. Hal ini sesuai dengan asas
kebebasan berkontrak yang dapat dianalisa dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata, yang berbunyi : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Sehingga segala sesuatu
yang terjadi terhadap Safe Deposit Box tersebut tentu diatur sesuai dengan
perjanjian/kontrak yang telah disepakati oleh para pihak.
Perjanjian sewa menyewa termasuk perjanjian timbal balik, yang artinya
masing-masing pihak harus berprestasi. Dengan demikian kewajiban yang satu
merupakan hak bagi pihak yang lainya. Kewajiban yang menyewa berdasarkan Pasal
1560 KUHPerdata adalah:
1. Memakai barang yang disewa sebagai seorang bapak yang baik, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut persetujuan sewanya, atau jika tidak persetujuan mengenai itu, menurut persetujuan yang dipersangkakan berhubungan dengan keadaan;
2. Membayar harga sewa pada waktu yang ditentukan.
Hal ini juga dapat dikaitkan dengan perjanjian penitipan barang, berdasarkan
Pasal 1694 KUHPerdata perjanjian penitipan barang adalah suatu perjanjian dimana
satu menerima sesuatu barang dari pihak lain dengan janji untuk menyimpannya dan
mengembalikannya dalam wujud aslinya. Dalam hal ini dapat dikatakan nasabah
menitipkan suatu barang berharga miliknya didalam safe deposit box dan pihak bank
harus menjaga dan mengembalikan barang yg disimpan oleh nasabah sesuai dengan
Didalam KUHPerdata Pasal 1695 terdapat dua jenis penitipan barang, yaitu19
1. Penitipan barang Murni
Penitipan barang murni diatur dalam Pasal 1696 KUHPerdata , yaitu penitipan yang dilakukan dengan cuma-cuma jika tidak diperjanjikan sebaliknya penitipan ini hanya mengenal barang-barang bergerak. Pada perjanjian penitipan barang murni, perjanjian penitipan belum terlaksana sebelum barang yang bersangkutan diserahkan betul-betul atau dianggap sudah diserahkan (Pasal 1697 KUHPerdata). Penitipan barang secara murni dibagi menjadi dua yaitu
a. Penitipan barang dapat terjadi dengan sukarela
Berdasarkan Pasal 1699 KUHPerdata Penitipan barang dengan sukarela terjadi karena ada perjanjian timbale balik antara pemberi titipan dan penerima titipan. Perjanjian penitipan barang dengan sukarela hanya dpat dilakukan dengan orang-orang yang cakap untuk mengadakan perjanjian, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun berdasarkan Pasal 1702 KUHPerdata, Jika penitipan barang dilakukan oleh seorang yang berhak kepada seorang yang belum cakap untuk membuat perjanjian, maka pemberi titipan, selama barang itu masih ditangan penerima titipan, dapat menuntut pengembalian barang itu, tetapi jika barang itu tidak ada lagi di tangan penerima titipan maka pemberi titipan dapat menuntut ganti rugi sejauh penerima titipan mendapat manfaat dan barang titipan tersebut. b. Penitipan barang dapat terjadi dengan terpaksa.
Berdasarkan Pasal 1703 KUHPerdata menjelaskan bahwa Penitipan karena terpaksa ialah penitipan yang terpaksa dilakukan oleh karena terjadinya suatu malapetaka, seperti kebakaran, runtuhnya bangunan, perampokican, karamnya kapal, banjir atau peristiwa lain yang tak terduga datangnya. Dalam melakukan penitipan barang dengan terpaksa ini harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi penitipan dengan sekarela. Sebab Penerima titipan wajib memelihara barang titipan itu dengan sebaik-baiknya seperti memelihara barang-barang kepunyaan sendiri, berdasarkan Pasal 1706 KUHperdata.
Hubungan perjanjian safe deposit box dengan perjanjian pentipan barang
mempunyai kesamaan. Hal ini terlihat, dimana didalam perjanjian safe deposit box
barang disimpan didalam sebuah peti besi yang terkunci dan disegel yang sesuai
19
dangan prosedur dari perjanjian tersebut. Sedangkan perjanjian penitipan barang
dalam Pasal 1713 KUHperdata, menyatakan bahwa bila barang yang dititipkan itu
tersimpan dalam sebuah peti terkunci atau terbungkus dengan segel, penerima titipan
tidak boleh menyelidiki isinya. Sehingga kewajiban dan hak dari si penerima titipan
barang atau bank yang menyewakan safe deposit box tersebut dapat diatur dalam
pasal-pasal didalam KUHPerdata yang berhubungan dengan pentitipan barang,
yaitu:20
1. Si penerima titipan barang diwajibkan menjaga dan merawat barang yang dititipkan sebagai barangnya sendiri Pasal 1706 KUHPerdata.
2. Si penerima titipan barang tidak diperbolehkan mempergunakan barang yang dititipkan untuk keperluan sendiri, tanpa izin orang yang menitipkan barang Pasal 1712 KUHPerdata.
3. Si penerima titipan barang tidak diperbolehkan menyelidiki barang yang dititipkan jika barang tersebut dalam peti tertutup atau disegel Pasal 1713 KUHPerdata.
4. Si penerima titipan hanya wajib mengembalikan barang titipan dalam keadaannya pada saat pengembalian itu Pasal 1715 KUHPerdata.
5. Barang yang dititipkan harus dikembalikan kepada orang yang menitipkan barang atau kepada orang yang ditunjuk untuk menerima kembali barangnya Pasal 1719 KUHPerdata.
6. Si penerima titipan tidak berhak minta bukti bahwa orang yang menitipkan barang tersebut adalah pemilik dari barang yang akan dititipkan Pasal 1720 KUHPerdata.
Adapun kewajiban pihak yang menyewakan berdasarkan Pasal 1550 KUHPerdata
adalah:
1. Menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa;
2. Memelihara barang yang disewakan sedemikan barang itu dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan;
20
P.N.H. Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Penerbit Djambatan,
3. Memberikan si penyewa kenikmatan yang tentram dari barang yang disewakan selama berlangsungnya sewa”
Apabila diterapkan dalam praktek penyelenggaraan Safe Deposit Box oleh
perbankan, maka yang terjadi adalah bahwa pihak yang menyewakan (bank), tetap
menguasai barang yang disewakan. Dengan perkataan lain, bank sebagai pihak yang
menyewakan tidak menyerahkan barang yang disewakan tersebut kepada penyewa,
sebagaimana diwajibkan oleh Pasal 1550 KUHPerdata.
Melihat bahwa didalam pasal 1550 KUHPerdata menyingung bahwa adanya
suatu perbuatan penyerahan barang yang dilakukan oleh penyewa dengan pemberi
sewa, maka hal tersebut juga dapat dikaitkan dengan sistem perjanjian penitipan
barang. Penitipan adalah perjanjian yang nyata yang terjadi ketika ada dilakukanya
perbuatan nyata dalam penyerahan barang yang dititipkan, jadi tidak seperti
perjanjian-perjankjian lainnya pada umumnya yang biasanya konsensual yaitu sudah
dilahirkan pada saat tercapainya kata sepakat tentang hal-hal yang pokok dari
perjanjian itu.21
Mencermati bahwa banyak isi dari perjanjian sewa menyewa Safe Deposit
Box melimpahkan tanggungjawab dari pelaku usaha kepada nasabah yang tentunya
tidak akan menguntungkan nasabah. Melihat dari kacamata perlindungan hukumnya,
tentu hal ini sangat bertentangan dengan prinsip yang tercantum dalam Pasal
1243-21
Subur Wijono, “Ganti Kerugian Kehilangan Sepeda Motor Yang Dititipkan”, Tesis,
1252 KUHPerdata yang menyimpulkan bahwa ganti rugi adalah sanksi yang
dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi prestasi dalam suatu perikatan
untuk memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga. Biaya adalah segala
pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata dikeluarkan oleh kreditur. rugi
adalah segala kerugian karena musnahnya atau rusaknya barang-barang milik
kreditur.22
Pelaksanaan perjanjian safe deposit box antara bank dengan nasabah, dapat
dikatakan bahwa nasabah melakukan dua kegiatan yaitu di satu sisi nasabah
melakukan perjanjian sewa-menyewa dalam hal ini menyewa kotak penyimpanan
barang berharga milik bank namun ada kejanggalan tanpa adanya penyerahan barang
yang disewakan, di sisi lain nasabah melakukan perjanjian penitipan barang dalam
hal ini ternyata barang yang disewakan dititipkan ke dalam kotak penyimpanan milik
bank. Berdasarkan Pasal 1694 KUHPerdata perjanjian penitipan barang adalah suatu
perjanjian dimana satu menerima sesuatu barang dari pihak lain dengan janji untuk
menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud aslinya.
Melihat dari pelaksanaannya berbeda maka perlindungan hukum yang
diberikan juga berbeda antara perjanjian sewa-menyewa dengan perjanjian penitipan
barang. Perjanjian penitipan barang adalah suatu perjanjian “riil”, yang punya arti
bahwa perjanjian ini baru terjadi, apabila dilakukannya dengan suatu perbuatan yang
22
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: PT. Alumni,
nyata, yaitu berupa penyerahan barang yang dititipkannya.23
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan
judul “Perlindungan Konsumen Terhadap Nasabah Atas Penyimpanan Barang Di
Safe Deposit Box (Studi pada PT. Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi)”.
PT.Bank Panin Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi merupakan salah satu bank
umum yang selain menghimpun dana masyarakat juga melakukan penyewan Safe
Deposit Box terhadap nasabah yang menginginkan. Didalam penyewaan Safe Deposit
Box di PT. Bank Panin Tbk cabang pembantu Tebing Tinggi terdapat bentuk
perjanjian sewa-menyewa yang mengikat antara PT. Bank Panin Tbk cabang
pembantu Tebing Tinggi dengan Nasabah yang hendak melakukan pemakaian Safe
Deposit Box.
Penitipan barang juga
termasuk suatu perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata.
Pasal 1694 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata “penitipan barang terjadi apabila
seseorang menerima barang dari orang lain dengan syarat bahwa ia akan
menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud asalnya”.
23
B. Perumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
di bahas dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggungjawab pihak bank terhadap kerugian yang dialami
nasabah jika terjadi kehilangan atau kerusakan barang yang disimpan dalam
safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi?
2. Bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah apabila terjadi kehilangan dan
kerusakan barang yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin
cabang pembantu Tebing Tinggi?
3. Bagaimana upaya hukum apabila terjadi sengketa antara pihak bank dan
nasabah terkait dengan kehilangan atau kerusakan barang yang disimpan
dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggungjawab pihak bank terhadap
kerugian yang dialami nasabah jika terjadi kehilangan atau kerusakan barang
yang disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu
2. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum bagi nasabah
apabila terjadi kehilangan dan kerusakan barang yang disimpan dalam safe
deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya hukum apabila terjadi sengketa
antara pihak bank dan nasabah terkait hilangan atau kerusakan barang yang
disimpan dalam safe deposit box di PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing
Tinggi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis.
a. Memberikan sumbangan kearah pengembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan pada umumnya.
b. Memperbanyak wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan
perbankan, khususnya dalam Undang-Undang 10 Tahun 1998 mengenai
Perbankan.
2. Secara Praktis.
a. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, wawasan dan
menambah ilmu bagi masyarakat yang menggunakan jasa pemakaian Safe
Deposit Box pada PT.Bank Panin Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang hukum perdata pada
khususnya hukum perbankan pada Pasca Sarjana Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dan bagi kalangan akademik pada umumnya
sehingga dapat dijadikan bahan acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya terutama dalam lingkup hukum perbankan mengenai Safe
Deposit Box.
c. Bagi Pihak Bank
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak
bank dalam meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada
umumnya yang menyewa Safe Deposit Box.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi
dan penelusuran kepustakan di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya
pada Perpustakaan Pasca Sarjana USU, bahwa penelitian dengan judul “Perlindungan
Konsumen Terhadap Nasabah Atas Penyimpanan Barang Di Safe Deposit Box (Studi
Pada PT. Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi)” belum pernah dilakukan.
Tetapi ada tesis terdahulu yang membahas mengenai Safe Deposit Box yaitu :
1. Nama : Effendy Simanjuntak
NIM : 087011156/MKn
Judul : Tinjauan Yuridis Atas Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box
Adapun rumusan masalah dari judul tesis tersebut adalah :
1. Bagaimana ketentuan hukum perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box ada
Bank?
2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box pada PT.
BNI (Persero) Tbk Tanjung Balai Asahan?
3. Bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah dalam perjanjian sewa
menyewa Safe Deposit Box pada PT. BNI (Persero) Tbk Tanjung Balai
Asahan?
F. Kerangka Teori Dan Konsep 1. Kerangka Teori
Teori adalah sesuatu hal untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa
gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,24 dan satu teori harus dapat diuji dengan
menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukan ketidakbenarannya.25
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis
mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan,
pegangan teoretis.26
Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori
perlindungan hukum, Indonesia mengukuhkan dirinya sebagai negara hukum yang
tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi:
24
J.J.J. M.Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-Asas,(Jakarta: FE
UI, 1996), hlm. 203. 25
Ibid., hlm. 16.
26
Indonesia adalah negara hukum, Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
hukum, dengan sendirinya perlindungan hukum menjadi unsur esensial serta menjadi
konsekuensi dalam negara hukum. Negara wajib menjamin hak-hak hukum warga
negaranya. Perlindungan hukum merupakan pengakuan terhadap harkat dan martabat
warga negaranya sebagai manusia. Karena itu Teori Perlindungan Hukum ini menjadi
sangat penting.
Dalam merumuskan prinsi-prinsip perlindungan hukum di Indonesia,
landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi
perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep Rechtstaat
dan ”Rule of The Law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka
berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia
adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia
yang bersumber pada Pancasila.27
Prinsip perlindungan hukum terhadap tindak pemerintah bertumpu dalam
setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan pengaturan maupun dalam
lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan atau
berdasarkan pada legalitas. Artinya pemerintah tidak dapat melakukan tindakan
pemerintahan tanapa dasar kewenangan dan bersumber dari konsep tentang
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut
sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan
27
Philipus M. Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. (Surabaya: Bina Ilmu,
terhadap hak-hak asasi menusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan
peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.28
Industri perbankan merupakan salah satu cabang industri yang paling banyak
diatur oleh pemerintah. Stabilitas sistem perbankan dan keuangan adalah persyaratan
mutlak bagi pertumbuhan dan stabilitas perekonomian secara keseluruhan.29
Berdasarkan pengertian dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa penyewa Safe Deposit Box merupakan konsumen
yang dilindungi oleh Undang-Undang Konsumen. Hal ini dikarenakan bahwa para
penyewa merupakan konsumen yang menggunakan jasa yang disediakan oleh
perbankan yaitu Safe Deposit Box, yang digunakan untuk kepentingan nasabah itu
sendiri yaitu untuk menyimpan surat dan barang-barang berharga. Melihat bahwa
penyewa Safe Deposit Box tidak akan dapat menjual hak penggunaan Safe Deposit
Box kepada pihak lain maka tidak akan mungkin adanya bentuk perdagangan hak Sehingga penting adanya hukum dalam masyarakat untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang dapat bertentangan satu sama lain.
Berkaitan dengan ini, sehingga hal-hal yang berbenturan dengan kepentingan dapat
ditekan sekecil-kecilnya. Adanya pengorganisasian kepentingan ini dilakukan dengan
membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut. Walaupun dalam
keadaan tertentu kepentingan perlindungan terkadang dilakukan dengan membatasi
kepentingan pihak lain.
28
Ibid.
29
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank (Jakarta: Program Pascasarjana
sewa kepada pihak ketiga, hal ini didasarkan bahwa penyewa atau dengan kata lain
konsumen telah mengikatkan diri dalam suatu bentuk perjanjian/kontrak dengan
pihak bank.30
2. Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan
sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang
disebut dengan oprational definition. Definisi oprasional dibutuhkan untuk
menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran medua (debius) dari suatu
istilah yang dipakai.31
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakt dalam bentuk kredit dan/atau
bentukbentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Maka dengan itu dalam menjawab permasalahan didalam
penelitian ini penting adanya pendefinisian dari beberapa konsep dasar, agar secara
oprasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
sebagai berikut:
32
b. Safe Deposit Box adalah jasa penyewaan yang diberikan oleh bank dalam bentuk
kotak penyimpanan barang-barang atau surat-surat berharga yang memiliki sistem
30
Ronald Honarto, “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, Analisis Klausula Baku Pada
Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box Milik Bank Mega Dan Bank Rakyat Indonesia”, Skripsi,
Universitas Indonesia, 2012, hlm. 75. 31
Tan Kamelo, “Perkembangan Lembaga Jaminan Fidusia: Suatu Tinjauan Pustaka
Pengadilan dan Perijinan di Sumatera Utara”, (Medan: Disertasi, PPs-USU, 2002), hlm 35.
32
keamanan yang akurat sehingga memberikan rasa aman bagi pengguna dan
pemakaiannya didasari oleh perjanjian antara penyewa dan bank.33
c. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank.34
d. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.35
e. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak
maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang
dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh
konsumen.36
f. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang
disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.37
g. Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syaratsyarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan
wajib dipenuhi oleh konsumen.38
33
Thomas Suyatno, et al, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm. 66.
34
Pasal 1 angaka 16 Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
35
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 36
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 37
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 38
h. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberikan perlindungan hukum kepada konsumen.39
i. Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi
manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan
kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum.40
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, maksudnya suatu penelitian yang
menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis hukum baik dalam bentuk
teori maupun praktek dari hasik penelitian di lapangan41 perlindungan hukum
terhadap nasabah atas penyimpanan barang di safe deposit box pada PT. Bank Panin
cabang pembantu Tebing Tinggi. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan
peraturan perundang-undangan. Jadi, sifat penelitian ini adalah Juridis normatif, yaitu
penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya
kepada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain.42
39
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 40
Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 54.
41
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 63.
42
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumulan data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung penelitian
lapangan. Penelitian kepustakan (library research) yaitu menghimpun data dengan
melakukan penelahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.43
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni:
1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tenang Perlindungan Konsumen.
4) Peraturan Bank Indonesia yang terkait dengan Safe Deposit Box
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah
dari kalangan hukum, yang terkait dengan masalah penelitian.
c. Bahan hukum tertier adalah bahan pendukung di luar bidang hukum seperti
kamus esiklopedia atau majalah yang terkait dengan masalah penelitian.
43
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
3. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Studi Dokumen yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan
kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tertier, berupa dokumen-dokumen maupun peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang terkait dengan pelaksanaan perjanjian
sewa menyewa Safe Deposit Box.
b. Wawancara yaitu menghimpun data dengan melakukan wawancara yang
menggunakan pedoman wawancara (interview guide) untuk mendapatkan data
primer dari narasumber yang telah ditentukan, yaitu: Pegawai PT. Bank Panin
Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi yang terkait dengan pelaksanaan Safe
Deposit Box, masing-masing 1 Costumer Service dan 1 orang Pemimpin Bidang
Pelayanan/ Wakil Pimpinan Cabang dan nasabah pengguna fasilitas safe deposit
box.
4. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah analisis data
kualitatif, yaitu analisis data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi
berdasarkan atas peraturan perundang-undangan, pandangan-pandangan narasumber
Semua data yang diperoleh disusun secara sistematis, diolah dan diteliti serta
dievaluasi. Kemudian data dikelompakan atas data yang sejenis, untuk kepentingan
analisis, sedangkan evaluasi dan penafsiran dilakukan secara kualitatif yang dicatat
sutu persatu untuk dinilai kemungkinan persamaan jawaban. Oleh karena itu data
yang telah dikumpulkan kemudian diolah, dianalisis secara kualitatif dan
diterjemahkan secara logis sistimatis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan
menggunakan metode pendekatan deduktif. Kesimpulan adalah merupakan jawaban
khusus atas permasalahan yang diteliti, sehingga diharapkan akan memberikan solusi
BAB II
TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI NASABAH JIKA TERJADI KEHILANGAN ATAU KERUSAKAN
BARANG YANG DISIMPAN DALAM SAFE DEPOSIT BOX DI PT. BANK PANIN CABANG PEMBANTU TEBING TINGGI
A.
Prinsip kehati-hatian bank dalam melaksanakan fasilitas Safe Deposit Box.Pasal 2 UU No 7 tahun 1992 menetapkan bahwa Perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian. Melihat banyaknya terjadi pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian
didalam perbankan nasional memperlihatkan bahwa pelaksanaan prinsip ini sangat
diperlukan dalam menjalankan usaha perbankan itu sendiri. Pelanggaran-pelanggaran
yang terjadi bukan hanya menyangkut mengenai pemberian kredit, tetapi terdapat
juga pelanggaran lain yang terjadi namun tidak mendapat perhatian khusus oleh
pemerintah atau pengawas perbankan yaitu dalam pemberian jasa Safe Deposit Box
kepada para nasabah.
Dalam penjelasan umum dan penjelasan Pasal 2 berbunyi : yang dimaksud
dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Demokrasi ekonomi ini tersimpul dalam Pasal 33 UUD
1945, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan. Dari penjelasaan ini ditegaskan kembali bahwa Perbankan Indonesia
didalam menjalankan usahanya. Menurut Rochmat Soemitro “pembangunan di
bidang ekonomi yang didasarkan pada demokrasi ekonomi menentukan masyarakat
harus memegang peran aktif dalam kegiatan pembangunan, memberikan pengarahan
dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat
bagi perkembangan dunia usaha”. Salah satu bentuk wujud demokrasi ekonomi yang
dimaksud adalah dengan adanya beberapa prinsip yang hadir didunia perbankan.
Dalam hukum perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu prinsip
kepercayaan (fiduciary relation principle), prinsip kehati-hatian (prudential
principle), prinsip kerahasiaan (secrecy principle), dan prinsip mengenal nasabah
(know how costumer principle).44
1. Prinsip Kepercayaan (fiduciary relation principle)
Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
2. Prinsip Kehati-hatian (prudential principle)
Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama dalam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
44
Hukum Perbankan: Asas dan Prinsip Perbankan
diakses
3. Prinsip Kerahasiaan (secrecy principle)
Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40 bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Namun dalam ketentuan tersebut kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban merahasiakan itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan Urusan Piutang dan Lelang/Panitia Urusan Piutang Negara (UPLN/PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar informasi antar bank.
4. Prinsip Mengenal Nasabah (know how costumer principle)
Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan. Prinsip mengenal nasabah nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah. Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas
illegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga
keuangan.
Kehati-hatian yang berasal dari kata “hati-hati” (prudent) jika dikaitakan
dengan fungsi pengawasan bank dan manajemen bank mempunyai kaitan yang erat.
Prudent dapat juga diterjemahkan dengan bijaksana, namun dalam dunia perbankan
istilah itu dapat juga digunakan dengan hati-hati atau kehati-hatian (prudential).45
45
Permadi Grandapraja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004), hlm. 21.
Jadi prinsip kehati-hatian (Prudential Principle) adalah suatu asas atau prinsip yang
menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib
padanya.46
Selain didalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 atas
perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, penegasan
dalam menggunakan prinsip kehati-hatian ini juga diatur didalam Pasal 29 ayat (2),
(3), (4) Nomor 10 Tahun 1998 atas perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan yaitu:
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 atas
perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa perbankan
Indonesia dalam melakukan usahanya berasas demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Maka berdasarkan hal ini, jelas bahwa dalam
menjalankan usahanya, perbankan wajib memperhatikan prinsip kehati-hatian.
47
(2) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
(3) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha launnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan danannya kepada bank.
(4) Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.
46
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2001), hlm. 29. 47