Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita www.umm.ac.id
Penegakan Hukum Perlu Harmonisasi Perundangan
Tanggal: 2012-12-12
hakim dari Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Dr. Harjono, SH., MCL dan Dr. Sulardi, SH., M.Si selaku Pakar Hukum Tata Negara FH UMM mengisi materi pada acara seminar Fakultas Hukum UMM
Lembaga Semi Otonom (LSO) Pusat Kajian Keilmuan dan Keislaman Mahasiswa Hukum (PUKASH) Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang mengadakan acara seminar nasional, Rabu (12/12) bertempat di Aula BAU. Seminar kali ini mengangkat tema “Efektifitas Peraturan Perundang-Undangan dalam Mengatur Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”.
Seminar kali ini diisi oleh dua pembicara yaitu Dr. Harjono, SH., MCL yang merupakan hakim dari Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan Dr. Sulardi, SH., M.Si selaku Pakar Hukum Tata Negara FH UMM. Hadir dalam acara tersebut dekan FH UMM, Sidik Sunaryo, SH, MSi, MHum serta dosen-dosen FH UMM dan sekitar 150 mahasiswa peserta seminar yang berasal dari seluruh fakultas di UMM serta undangan dari BEM, SEMFA dan SEMU UMM.
Dalam sambutannya, Sidik mengatakan bahwa reformasi yang terjadi di Indonesia memang memberikan kebebasan bagi rakyat Indonesia namun disayangkan tidak membawa perubahan yang lebih baik di segi hukum. “Hukum di Indonesia itu kiamat. Seakan-akan tidak ada hukum di negeri ini, walaupun banyak penegak hukum namun masih sulit untuk menemukan sesuatu yang bernama keadilan,” ujarnya.
Dekan juga menyampaikan bahwa seharusnya hukum itu dapat mengatasi dua sisi yang dimiliki manusia karena sejatinya manusia memiliki sisi terang (baik) dan gelap (senang mencari kenikmatan dan selalu ingin berkuasa). “Semoga dengan materi yang diberikan dua pemateri berkompeten ini mahasiswa dapat lebih mengetahui proses peraturan perundang-undangan, dapat membawa pemikiran mahasiswa kearah yang lebih baik dan menjadikan mahasiswa yang taat hukum,” harapnya.
Materi pertama oleh Sulardi mengangkat tema “Harmonisasi Perundangan-Undangan”. Menurutnya peraturan perundang-undangan di suatu negara merupakan suatu bagian integral atau sub-sistem dari suatu sistem hukum di negara tersebut yang pasti selalu dibuat. Di dalam peraturan perundang-undangan tersebut diperlukan harmonisasi agar terjadi peraturan perundangan yang selaras, cocok dan serasi, tidak ada pertentangan hukum dan konflik hokum, sehingga peraturan perundangan bisa dijalankan sesuai dengan tujuannya.
“Hukum itu bukan untuk manusia namun untuk kemanusiaan dan untuk menjalankan atau menghasilkan hukum itu bukan hanya pemimpin atau penguasa yang harus punya integritas dan nilai moral namun mahasiswa juga sudah harus memupuk integritas dan nilai moral tersebut sejak dini,” kata Sulardi.
Sedangkan Harjono merasakan bahwa ilmu hukum itu sendiri kental dengan pandangan-pandangan politik, sosiologi dan bidang lainnya sehingga seringkali
Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita www.umm.ac.id
permasalahan hukum menyerempet ke permasalahan di bidang-bidang itu. Dikhawatirkan Harjono jika porsi bidang-bidang lain semakin banyak di ilmu hukum tersebut maka tujuan ilmu hukum itu sendiri akan semakin tidak jelas nantinya.
“Saya mencoba menemukan satu versi sendiri bahwa tujuan mempelajari ilmu hukum itu pada intinya adalah menghasilkan kemampuan untuk melakukan normaisasi atau menemukan bentuk norma sesungguhnya,” ungkapnya.
Harjono menambahkan, proses normaisasi terbagi dua yaitu proses nyata dan abstrak. Proses normaisasi abstrak sendiri merupakan suatu proses ketika norma tersebut belum ada kemudian muncul sesuatu kejadian di masyarakat yang menuntut suatu norma harus dihasilkan oleh masyarakat tersebut. Proses normaisasi seperti ini diwadahi oleh peraturan perundangan dimana dihasilkan norma konkrit atas sesuatu yang abstrak.
“Saya mengapresiasi acara ini karena pengetahuan peraturan perundangan-undangan merupakan suatu kemampuan yang seharusnya ditransferkan ke mahasiswa hukum agar mereka bisa membuat undang-undang walaupun dari hal yang abstrak,” ujarnya sambil mengakhiri materinya.
Acara ini juga mendapat apresiasi yang baik dari peserta yang hadir. Terbukti dengan banyaknya peserta yang megajukan pertanyaan kepada dua pemateri yang hadir pada seminar sehari tersebut.
Ketua Panitia Yusuf Efendi mengaku senang acara berjalan sukses. ”Semoga setelah seminar ini berakhir kita semua mampu mengamalkan peraturan perundang-undangan di kehidupan sehari-hari sehingga bisa menjadi masyarakat yang taat hukum,” harap Husein yang juga Ketua Umum LSO PUKASH. (riz/nas)