• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR UNTUK TERWUJUDNYA MENTAL SEHAT. Djasadi Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR UNTUK TERWUJUDNYA MENTAL SEHAT. Djasadi Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 40 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR UNTUK TERWUJUDNYA

MENTAL SEHAT Djasadi

Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara Abstrak

Pembelajaran Pendidikan Agama Islamdi SD yang dilaksanakan selama ini hanya mementingkan pengajaran Pendidikan Agama Islam agar para siswa dapat berdoa, sholat dan membaca al-Quran. Pembelajaran PAI yang memadai adalah pembelajaran yang membentuk pribadi beriman, taat menjalankan ibadah dan berakhakul karimah. Materi yang disampaikan meliputi: aqidah akhlak, Al Quran Hadits, Fiqh, Tarikh Islam yang dapat menciptakan standar kompetensi-standar kompetensi lintas kurikulum PAI SD, rumpun pelajaran, mata pelajaran dan persatuan jenjang pendidikan. Metode yang digunakan: ceramah, tanya jawab, diskusi, keteladanan, pembiasaan, nasehat, memberi perhatian, hukuman dan hadiah yang dapat mengantarkan dan membentuk siswa yang sedang mengalami perkembangan intelektual / matang bersekolah. Pendidik yang tepat melaksanakan pembelajaran PAI adalah pendidik yang memenuhi standar kualifikasi akademik dan standar kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional sesuai bidang tugas dan pekerjaannya. Kata kunci: pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Sekolah Dasar, mental sehat. Abstract

The teaching of Islamic Religious Education in elementary schools which has been carried out so far is only concerned with teaching Islamic Religious Education so that students can pray, pray and read the Koran. Adequate PAI learning is learning that shapes a person of faith, is obedient in carrying out worship and has good character. The material presented includes: aqidah akhlak, Al Quran Hadith, Fiqh, Islamic dates which can create competency standards across the SD PAI curriculum, subject clusters, subjects and educational unions. The method used: lectures, question and answer, discussion, exemplary, habituation, advice, giving attention, punishment and gifts that can deliver and shape students who are experiencing intellectual / mature development in school. Educators who are right to carry out PAI learning are educators who meet the standards of academic qualifications and standards of pedagogical, personal, social and professional competencies according to their field of work and work.

Keywords: A. Pendahuluan

Selama dua tahun terakhir ini terjadi di masyarakat kota kasus-kasus yang menunjukkan gejala rendahnya mental masyarakat. Hal tersebut terjadi hampir di segala lapisan masyarakat kita dari lapisan bawah (akar rumput) sampai ke tingkat elit, dari tingkat anak-anak usia Sekolah Dasar sampai ke usia dewasa/ tua, dari kasus pelecehan seksual, penipuan, tindakan korupsi, pemilikan senjata ilegal sampai mengonsumsi narkoba dan lain sebagainya.

1. Kasus Kenakalan Anak Usia Sekolah Dasar, Oktober 2015

Rimanews 2015 menjelaskan bahwa seorang pelajar Sekolah Dasar (SD) di nagari (desa adat) Situjuh Gadang kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat meninggal dunia usai berkelahi dengan teman satu kelas. Dijelaskan korban tewas bernama RivoNafitraAriska murid kelas V SD 07 Situjuh Gadang kecamatan Situjuh Limo Nagari karena dipukul pada kepala bagian belakang. Korban

(2)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 41 sempat dibawa ke RSUD dr. Adnan

WDpukul 11.19 Wib setelah mengalami perawatan secara intensif selama dua jam akhirnya korban meninggal dunia.

2. Kasus pencabulan dan pembunuhan yang dilakukan oleh siswa usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), April 2016

Menurut liputan6.com, Bengkulu, dijelaskan bahwa Yuyun pada hari Sabtu tanggal 2 April 2016 pulang dari sekolah sekitar pukul 13.30 WIB berjalan kaki dengan membawa alas meja dan bendera merah putih untuk dicuci sebagai persiapan upacara bendera hari Senin. Jarak antara sekolah dengan rumah Yuyun sejauh 1,5 kilometer melewati kebun karet milik warga. Saat berjalan ia berpapasan dengan 14 pemuda bernama Dedi Indra Muda (10), Tomi Wijaya (19), DA (17), Suket (19), Bobi (20), Faesol Edo (19), Zaenal (23), Febriansyah Syah Putra (18), Sulaiman (18), AI (18), EK (16) dan Sul (16), BE dan CH, EK dan SU adalah kakak kelas Yuyun di SMP Negeri 5 Padang Ulak Tanding, namun terakhir didapat data bahwa E sudah keluar dan tidak bersekolah di SMPNtersebut. Para pemuda tersebut mencegat dan menyekap Yuyun, kepala Yuyun dipukuli dengan kayu, kaki dan tangan diikat, leher dicekik kemudian dicabuli secara bergiliran, bahkan ada pula yang mengulangi sampai 2 atau 3 kali. 3. Tawuran antar Pelajar SMA di Bogor,

Maret 2016

Awal masuk sekolah setelah libur panjang terjadilah tawuran antar pelajar SMK Tri Dharma dan SMK Yapes di Jalan Raya Bogor Jakarta Km

48 kelurahan Nanglawer Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Dalam tawuran ini seorang pelajar bernama Herdiansyah (19) tewas setelah terkena sabetan benda tajam di bagian kepala. Diduga tawuran ini terjadi akibat dari adanya provokasi atau adu domba dari seorang atau sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab dan menghendaki agar kedua kelompok siswa dari kedua SMK seperti tersebut di atas bentrok dan tawuran.

4. Tawuran antar warga masyarakat Pondok Bambu Juli 2016

Liputan6.com di Jakarta Selasa 2 Agustus 2016 menjelaskan bahwa belum lama (dua hari yang lalu) tepatnya tanggal 31 Juli 2016 terjadi tawuran / bentrok kawanan pemuda dengan geng motor di Jalan Revolusi Pondok Bambu Jakarta. Tawuran ini terjadi dengan saling melempar batu, benda tajam dan lain-lain. Namun demikian untungnya dapat segera diatasi karena petugas keamanan segera datang ke lokasi untuk melerai sehingga tidak terjadi korban meninggal dunia.

5. Korupsi kalangan legislatif

Rakyatku.com Jakarta 18 September 2016 menjelaskan bahwa KPK menyatakan ketua DPD RI, IrmanGusman sebagai tersangka dalam kasus suap kuota impor gula. Pada OTT (Operasi Tangkap Tangan) tanggal 16 September 2016 sekitar pukul 22.15 IrmanGusman didatangi XXS sebagai pimpinan CV SB dan MMI adalah istrinya serta seorang bernama JS. Dalam pemeriksaan oleh KPK tersebut IrmanGusman didakwa menerima uang suap sebesar Rp 100 juta guna memuluskan permintaan

(3)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 42 impor gula yang bersangkutan dengan

Bulog di Sumatera Barat 6. Di Kalangan Eksekutif; 2016

Jakarta, Kompas.com

(19/10/2016) menyatakan bahwa mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, Sugiharto dengan Irman pimpinan proyek pengadaan e-KTP dinyatakan sebagai tersangka dalam penyalahgunaan wewenang untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain: yakni dengan menggelembungkan anggaran proyek pengadaan KTP elektronik. Menurut KPK proyek pengadaan KTP elektronik tersebut senilai Rp 6 triliun, adapun kerugian negara yang ditimbulkan kedua tersangka tersebut sekitar Rp 2 triliun. 7. Kasus Ketua Umum PARFI Gatot

Brajamusti, 2016

Tribunnews 30 Agustus 2016 menyatakan bahwa Gatot Brajamusti bersama istrinya yang waktu itu berada di dalam kamar Hotel Golden Tulip Jenderal Sudirman No. 4 Selaparan Mataram NTB tertangkap oleh aparat keamanan dan setelah diperiksa secara intensif oleh Polres Mataram yaitu urine, mereka dinyatakan positif mengkonsumsi narkoba. Di samping itu setelah dilakukan pemeriksaan secara intensif di rumahnya ternyata didapat juga 30 jarum suntik, 9 bong alat hisap sabu, 30 korek api dan satu bungkus sabu seberat 10 gram. Di samping sebagaimana tersebut di atas Gatot Brajamusti juga dinyatakan melakukan pidana menyimpan amunisi; pemilikan ilegal senjata api; kepemilikan satu ekor harimau yang sudah di offset dan satu ekor burung

Elang Jawa; yang dikenal sebagai guru spiritual, bahkan akhir penyelidikan menunjukkan pula bahwa Gatot Brajamusti diduga melakukan tindak pidana pelecehan seksual.

8. Kasus penipuan dan pembunuhan oleh tokoh spiritual Dimas Kanjeng Taat Pribadi (46)

Surabaya (Antaranews) April 2016 memberitakan bahwa tokoh spiritual Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang mendirikan padepokan sebagai perguruan bagi para santri / pengikutnya. Para santri tersebut tinggal di padepokan, sebagian menyewa rumah penduduk sekitar dan sebagian lagi membuat tenda di tanah pekarangan Dimas Kanjeng sebagai tempat tinggal mereka. Hal tersebut mereka lakukan untuk dapat mengikuti kegiatan spiritual yang dipimpin Dimas Kanjeng. Semuanya itu mereka lakukan untuk dapat mematuhi perintah dan aturan yang ditetapkan Dimas Kanjeng di padepokan tersebut. Mereka berkeyakinan bahwa sang tokoh spiritual dapat melipatgandakan uang, batangan emas dan jenis perhiasan yang lain.

Namun akhirnya perilaku dan tindakan Dimas Kanjeng tersebut terbongkar sebagai tindakan penipuan, bahkan memerintahkan kepada beberapa anak buahnya untuk membunuh pengikutnya yang dinilai membongkar tindakan kepalsuan ataupun penipuan tersebut. Di antara pengikutnya yang dibunuh Abdul Gani pada tanggal 13 April 2016; yang kedua Ismail Hidayat dibunuh 2 Februari 2015. Menurut pengakuan para pelaku, Abdul Gani dibunuh dalam perjalanan dari Probolinggo ke Jawa Tengah dan mayatnya dibuang ke

(4)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 43 Waduk Gajah MungkurWonogiriJawa

Tengah.

Dari kasus-kasus yang telah dipaparkan tersebut di atas para pelaku kejahatan, pembunuhan, pencabulan, penipuan, penyalahgunaan narkoba, korupsi, tawuran, perkelahian dan lain sebagainya, mereka sebelumnya telah atau sedang mengikuti pendidikan di tingkat dasar (SD) dan juga telah menerima pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sekolah Dasar (SD) merupakan lembaga pendidikan formal paling dasar yang diikuti oleh anak usia 7 tahun sampai dengan 12 / 13 tahun. Lembaga pendidikan ini dibentuk dan disusun sedemikian rupa sehingga benar-benar dapat membentuk dasar-dasar kepribadian anak. Di samping itu, mereka juga diberi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengajarkan mata pelajaran al-Quran, hadits, fiqh, akidah, akhlak dan tarikh Islam. Pembelajaran tersebut dinilai memiliki fungsi strategis dalam pembinaan jiwa / mental anak, karena menyajikan materi-materi yang sangat diperlukan anak yang sedang dalam pertumbuhan, perkembangan dan pembentukan pribadinya. Namun ternyata terdapat

penyimpangan-penyimpangan sebagaimana

diungkapkan di depan. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat beralasan jika Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo beberapa waktu lalu menyatakan pentingnya bangsa Indonesia untuk melaksanakan Revolusi Mental. Terkait dengan hal tersebut pula, maka pembahasan dengan judul: “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar untuk terwujudnya Mental

Sehat”, memiliki arti penting dalam kesempatan kali ini.

B. Mental Sehat

Menurut Depdiknas (2008: 646) mental berarti bersangkutan dengan batin dan watak manusia. Secara singkat mental adalah batin atau jiwa. Sedangkan sehat menurut Depdiknas (2008: 890) adalah baik dan dalam keadaan normal (tentang pikiran). Dengan demikian mental sehat yaitu batin atau jiwa yang baik atau dalam keadaan normal artinya mampu melaksanakan fungsi pikir / nalar yang normal, memahami dan mencintai yang baik dan positif, membenci dan menjauhi yang buruk.

Menurut Warga (1983) ciri-ciri tingkat individu sehat pada umumnya adalah sebagai berikut: (1) bertingkat laku menurut norma-norma sosial yang diakui; (2) mampu mengelola emosi; (3) mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki; (4) dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan social; (5) dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya; (6) mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang; (7) mampu belajar dari pengalaman; (8) biasanya gembira.

Harder dan Runyon (1984) menyatakan tentang ciri individu normal adalah sebagai berikut: (1) mampu memahami keadaan diri sendiri, memiliki identitas yang jelas, mengerti kelebihan dan kekurangan diri sendiri secara realistis; (2) persepsi terhadap realita. Pandangan yang realistis terhadap diri sendiri dan dunia sekitar yang meliputi orang lain maupun segala sesuatunya, (3) Integrasi, kepribadian yang menyatu dan harmonis bebas dari konflik-konflik batin

(5)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 44 yang mengakibatkan ketidakmampuan

dan memiliki toleransi yang baik terhadap stress, (4) kompetensi, mengembangkan keterampilan mendasar berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, emosional dan sosial untuk dapat melakukan koping terhadap masalah-masalah kehidupan, (5) otonomi, memiliki ketetapan diri yang kuat, bertanggung jawab dan penentuan diri dan memiliki kebebasan yang cukup terhadap pengaruh social, (6) pertumbuhan dan aktualisasi diri. Mengembangkan kecenderungan ke arah peningkatan kematangan, pengembangan potensi dan penemuan diri sebagai seorang pribadi, (7) relasi interpersonal. Kemampuan untuk membantu dan memelihara relasi interpersonal yang intim, (8) tujuan hidup. Tidak terlalu kaku untuk mencapai kesempurnaan, tetapi membuat tujuan yang realistis dan masih di dalam kemampuan individu.

Demikianlah ciri-ciri tingkah laku sehat atau normal manusia pada umumnya dan ciri-ciri khusus tentang aspek-aspek kejiwaan dan tujuan hidup seseorang.

Mengenai sikap keberagaman orang yang berjiwa / mental sehat menurut Jalaluddin (2012: 109-109) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) menerima kebenaran agama didasarkan pada pertimbangan pemikiran yang matang, (2) cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku, (3) bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan, (4) tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri sehingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup, (5) bersikap lebih terbuka dan wawasan yang

lebih luas, (6) bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani, (7) siap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya, (8) terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan juga berkembang.

Di samping sebagaimana tersebut di atas menurut Jalaluddin (2012:107) didapati kenyataan adanya sikap / ketaatan beragama bagi manusia yang berjiwa / bermental sehat memiliki sikap berlebihan, hal ini terjadi jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup, maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap keberagamaan ini akan dipertahankan sebagai identitas dan kepribadian mereka. Sikap keberagamaan ini nampak lebih mantap terutama ketika mereka melaksanakan ajaran agama mereka. Dampak selanjutnya adalah mereka dalam menjalankan ketaatan keberagamaan menjurus ke sikap fanatisme yang tinggi.

Menurut Asmaran As (1992: 183-203) menyatakan bahwa manusia normal / berjiwa sehat senantiasa menjauhi sikap dan kelakuan tercela dan melaksanakan budi pekerti mulia; di antara sikap dan kelakuan tercela itu adalah berkait maksiat lahir dan maksiat batin:

1. Maksiat lisan yaitu: (a) berkata-kata yang tidak bermanfaat untuk dirinya maupun orang lain, (b)

(6)

berlebih-Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 45 lebihan dalam percakapan, sekalipun

yang dipercakapkan itu sesuatu yang berguna, (c) berbicara yang batil, (d) berdebat dan berbantah-bantahan hanya mencari menangnya sendiri tanpa menghormati orang lain, (e) berkata kotor, mencaci maki, mengucapkan kata laknat kepada manusia, binatang maupun benda-benda lainnya, (f) menghina, mentertawakan atau merendahkan orang lain, (g) berkata dusta.

2. Maksiat telinga

3. Maksiat mata; melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah.

4. Maksiat tangan ialah menggunakan tangan untuk hal-hal yang haram seperti mencuri, merampok, merampas termasuk mengurangi timbangan, takaran dan sebagainya.

Maksiat-maksiat batin antara lain yaitu: (1) Marah (ghadab), menurut Depdiknas (2008: 630) sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya. (2) Rasa mendongkol ialah perasaan mangkel dalam hati. (3) Sombong adalah suatu perasaan yang terdapat dalam hati bahwa dirinya hebat, mempunyai kelebihan dari orang lain misalnya lebih dalam ilmu pengetahuan, (4) Dengki (hasad). Menurut Depdiknas (2008: 222) menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.

Adapun budi pekerti mulia adalah lawan sifat tercela antara lain yaitu: berkait dengan ketaatan lahir: (1) tobat adalah meninggalkan sifat dan kelakuan yang tidak baik, salah, dosa dengan penyesalan dan niat untuk tidak mengulangi lagi kesalahannya (2) Maaf adalah menghapuskan kesalahan terhadap orang lain yang berbuat jahat kepadanya. (3) Syukur adalah merasa senang dan

berterima kasih atas nikmat yang Allah berikan. Hal tersebut tercermin dalam aktivitas beribadah kepada Allah, imannya bertambah tegun dan lidahnya semakin banyak berzikir kepada-Nya. Mengenai taat-taat batin meliputi (1) tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan, (2) sabar berarti teguh hati tanpa mengeluh ditimpa bencana, tahan menderita sesuatu yang tidak disenangi dengan ridha dan ikhlas serta berserah diri kepada Tuhan. Sabar ada beberapa macam: sabar dalam beribadah; ketika ditimpa malapetaka; terhadap tipu daya dunia; menjauhi maksiat; melaksanakan perjuangan (3) Merasa cukup dengan yang ada.

Secara singkat mental sehat adalah mental yang memiliki ciri-ciri perilaku normal / wajar berdasarkan nalar, hati nurani, mentaati norma yang berlaku di dalam masyarakat, menerima kebenaran agama dan menjalaninya dengan baik, menjauhi maksiat-maksiat lahir, batin dan bergairah menjalankan ketaatan lahir dan batin, memiliki dan memanifestasikan sifat-sifat terpuji dan senantiasa menjauhi sifat-sifat dan perilaku tercela.

C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

1. Pengertian Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Menurut Zaenuddin,

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimami, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan hadits melalui

(7)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 46 kegiatan bimbingan, pengajaran,

latihan serta penggunaan pengalaman. Kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang menurut Depdiknas (2008: 14) berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Kata ajar tersebut kemudian berkembang menjadi belajar yang memiliki beberapa arti, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Kata belajar tersebut berkembang menjadi pembelajaran yang berarti proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Menurut Basri (2015: 21) pembelajaran adalah sesuatu yang diambil manfaatnya dari setiap obyek yang dipelajari: hikmah pada setiap aktivitas belajar yang dilakukan terhadap semua obyek yang diamati secara langsung atau indrawi atau tidak langsung berupa pengayaan informasi tertentu. Dengan demikian, makna pembelajaran lebih bersifat terbuka dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, strategi belajar mengajar dan transfer ilmu pengetahuan kepada siswa.

Pembelajaran berbeda dengan pengajaran yang dilaksanakan pendidik kepada siswa sebab dalam pengajaran pendidik bersifat aktif, peserta didik pasif. Sedangkan di dalam pembelajaran peserta didik bersifat aktif, pendidik berlaku sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Di samping itu menurut Depdiknas (2008: 147) bahwa proses pembelajaran itu lebih menekankan kepada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami bahan ajar secara ilmiah. Pendidikan diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penyampaian Pendidikan Agama Islam dengan cara seperti tersebut di atas dimaksudkan agar peserta didik lebih aktif, kreatif serta lebih menekankan kepada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mempelajari dan lebih memahami bahan ajar secara ilmiah, apalagi penyampaiannya dengan inkuiri dan berbuat, hal ini dapat menjadikan peserta didik lebih memahami bahan ajar serta lebih menguasai lagi penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Pembelajaran PAI di SD Menurut Zaenuddin tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui

pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan,

pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi

(Lectureuin- malang.ac.id/2013/11/13-agama-islam-sd/-).

Lebih lanjut Zaenuddin menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar berfungsi

(8)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 47 untuk: (a) penanaman nilai ajaran

Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhir, (b) pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia secara spiritual yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga (c) penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial (d) perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan dalam keyakinan, pengamalan sehari-hari, (e) pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari, (f) pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan

secara umum, sistem dan

fungsionalnya (g) penyaluran peserta didik untuk mendalami pendidikan agama di lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam tujuan pembelajaran PAI tersebut di atas terdapat poin: (1) pengembangan ketakwaan kepada Allah, (2) berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara, (3) melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

Fungsi pembelajaran PAI terdapat poin-poin: (1) pengembangan ketakwaan kepada Allah SWT, (2) pengembangan akhlak secara optimal, (3) penyesuaian mental terhadap lingkungan fisik dan sosial, (4) perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan dalam keyakinan, pengamalan sehari-hari, (5) pencegahan peserta didik dari hal-hal yang negatif, budaya yang dihadapi sehari-hari, (6) pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan

secara umum, sistem dan

fungsionalnya, (7) pengajaran peserta didik untuk mendalami pendidikan agama di lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

Secara teoritik baik tujuan pembelajaran PAI maupun fungsi pembelajaran PAI memuat esensi pengembangan takwa, akhlak mulia dan menciptakan peserta didik dengan takwa dan akhlak mulia tersebut, dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Takwa menurut Azra; 5 (2002: 48) adalah menjaga diri dari azab Allah SWT dengan menjauhi tindakan maksiat dan melaksanakan tata aturan yang digariskan Allah SWT. Dengan kata lain takwa berarti melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Sedangkan akhlak menurut Azra; 1 (2002: 102) adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’ (hukum Islam) disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk.

Dari uraian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran PAI berkeinginan untuk terwujudnya lulusan menjadi pembelajar yang senantiasa bertakwa kepada Allah SWT, melaksanakan perintah Allah mengenai amaliah yang baik dan menjauhi amal yang buruk dan senantiasa melaksanakan akhlak /perilaku yang terpuji dan menjauhi akhlak tercela. Seorang takwa kepada

(9)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 48 Allah dan berakhlak mulia ia tidak

menipu, menyakiti orang lain,

membunuh, berbuat cabul,

mengonsumsi narkoba, membuat onar, meminum miras, melakukan tindak korupsi dan perbuatan negatif yang lain, sebaliknya ia akan selalu menjaga diri dan berbuat baik kepada orang lain, menyayangi binatang, tumbuh-tumbuhan dan rajin beribadah kepada Tuhan. Sikap dan kepribadian ini akan dipertahankan sampai kapan dan di manapun sebab hal tersebut merupakan panggilan hati nurani dan guna meraih ridho Allah.

3. Materi Pembelajaran PAI di Sekolah Dasar

Secara garis besar materi pembelajaran PAI di Sekolah Dasar ada 6 macam yaitu: ilmu tauhid (keimanan), ilmu fiqh, al-Quran, al hadits, akhlak dan tarikh Islam (Majid dan Dian Andayani, 2004: 77): (a) Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas keesaan Allah. Ia adalah Tuhan pencipta, pengatur, pemelihara dan Maha kuasa atas segala yang ada di dalam alam ini, (b) Ilmu fiqh adalah ilmu yang membicarakan tentang amal ibadah lahir manusia dengan Tuhan seperti bersuci, shalat, puasa, zakat, ibadah haji, bersadaqah, nikah, pengurusan jenazah, muamalat, pinjam meminjam, perdagangan, pemerintah, hukuman bagi yang melakukan pelanggaran dan lain-lain, (c) Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan Allah SWT lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang berisi keimanan, syariah, akhlak, janji dan ancaman, sejarah kehidupan orang-orang terdahulu maupun keyakinan di hari kemudian. Kesemuanya sebagai petunjuk dan pedoman manusia hidup

di dunia, (d) Al hadits yaitu sabda rasulullah SAW, perbuatan beliau atau ketetapan beliau, di samping itu hadits Nabi juga merupakan penjelas terhadap al-Quran, memberikan ketentuan hukum tertentu dan perilaku Nabi untuk menjadi suri tauladan dalam ibadah, muamalah, hukum, akhlak, pergaulan, pemerintahan dan aspek-aspek kehidupan yang lain, (e) Akhlak sebagaimana telah dijelaskan di depan yaitu keadaan jiwa yang mendorong terwujudnya perbuatan baik atau buruk, di mana terwujudnya perbuatan tersebut mudah tanpa proses pemikiran atau pertimbangan, penilaian terlebih dahulu, (f) Tarikh Islam yaitu uraian yang membahas sejarah kehidupan Nabi dalam menyebarluaskan ajaran Islam kepada umatnya, termasuk juga

pemerintahan Islam para

KhulafaurRasyidin, bani Umayyah, Bani Abbasiyah, sejarah penyebaran Islam di Indonesia, termasuk di dalamnya sejarah Walisongo dan lain-lain.

Berkenaan dengan materi pembelajaran PAI seperti tersebut di atas di dalam kurikulum 2013. Peserta didik dituntut untuk memenuhi standar kompetensi PAI antara lain menurut Arifin blogspot.wordpress.2016/html a. Standar Kompetensi Lintas

Kurikulum PAI SD / MI terkait dengan mental sehat adalah (1) memiliki keyakinan, mempunyai hak, menjalankan kewajiban dan berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya serta menyadari bahwa setiap orang perlu saling menghargai merasa aman, (2) menunjukkan kemampuan berpikir konsekuen, berpikir lateral, berpikir realis, memperhitungkan peluang

(10)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 49 dan potensi serta siap untuk

menghadapi berbagai kemungkinan, (3) menunjukkan motivasi dan percaya diri dalam belajar, mampu bekerja mandiri dan mampu bekerjasama dengan orang lain. b. Standar Kompetensi Rumpun

Pelajaran (1) Standar kompetensi pendidikan agama, siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) berakhlak mulia yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (2) Standar kompetensi spesifik PAI, dengan landasan al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad saw, siswa beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, alam sekitar. c. Standar Kompetensi Mata

Pelajaran: (1) beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal, (2) dapat meneladani sifat, sikap dan kepribadian Rasulullah Saw serta khulafaurrasyidin.

d. Kompetensi Persatuan Jenjang Pendidikan: (1) beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan qadha dan qadar, (2) terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela dan bertata krama dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengenal

rukun Islam dan mampu

melaksanakan ibadah shalat, puasa,

zakat fitrah dan dzikir serta doa setelah shalat.

Bahwa dengan terpenuhinya standar kompetensi lintas kurikulum PAI SD / MI, Standar Kompetensi rumpun pelajaran, standar kompetensi mata pelajaran dan standar kompetensi persatuan jenjang pelajaran maka akan terwujud insan yang berpribadi mulia yang senantiasa menyadari hakikat diri terdiri dari jasmani dan rohani sebagai individu dan juga makhluk sosial serta sebagai makhluk yang sekarang hidup di alam fana dan kelak akan hidup di alam baka. Karena itu ia akan selalu melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan buruk.

4. Metode Pembelajaran PAI di SD Ada beberapa metode yang dapat digunakan pendidik dalam Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Dasar untuk terwujudnya mental sehat. a. Ceramah

Pendidik menjelaskan bahan / materi pembelajaran kepada peserta didik tentang: ilmu tauhid, ilmu fiqh, al-Quran hadits, akhlak atau tarikh Islam.

b. Tanya Jawab

Pendidik memberikan pertanyaan tentang sesuatu yang telah dijelaskan sedangkan peserta didik menjawab atau peserta didik bertanya tentang sesuatu yang telah dijelaskan oleh pendidik misalnya contoh ataupun pendapat lain berkait ilmu pengetahuan yang telah dijelaskan.

c. Diskusi

Pendidik menunjuk beberapa orang siswa untuk berlaku sebagai penyaji

(11)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 50 sesuatu topik pengetahuan agama

tertentu untuk dibahas seluruh siswa di kelas tersebut.

Menurut Muchtar (2005: 18-21) ada 5 macam metode guna membentuk mental sehat peserta didik: (a) Metode Keteladanan, pendidik memberi contoh atau teladan kepada peserta didik tentang bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu, melakukan ibadah yang baik / memadai. (b) Metode Pembiasaan, pendidik menuntun peserta didik untuk mau berbuat dan membiasakannya dalam kehidupan misalnya belajar secara rutin pada jam-jam tertentu, membantu pekerjaan rumah, mengucapkan salam sewaktu bertemu dengan teman, menghormati orang tua, mencium tangan orang tua, guru ketika datang atau pulang sekolah. (c) Metode Nasehat, memberikan nasehat kepada peserta didik untuk melaksanakan ibadah, perbuatan baik. (d) Metode Memberi Perhatian, pendidik memberi perhatian kepada peserta didik, terutama pada waktu mereka melakukan tugas-tugas tertentu. (e) Metode Hukuman, metode ini dilakukan kepada peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Metode ini harus berkait dengan pendidikan dan tidak boleh berupa hukuman badan. Di samping itu tentunya perlu metode pujian / hadiah yaitu bagi peserta didik yang memperoleh prestasi atau melakukan sesuatu terpuji dan bermanfaat bagi lembaga pendidikan.

5. Peserta Didik

Anak usia Sekolah Dasar adalah anak-anak yang berumur 6/7

tahun – 12/13 tahun. Menurut Suryobroto (1975: 98-99) usia tersebut sering disebut dengan sebutan masa intelektual, atau masa keserasian sekolah. Masa ini dibagi menjadi dua macam yaitu:

a. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar 6.0/7.0 – 9.0/10.0 dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) ada koreksi yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah, (2) sikap tunduk kepada peraturan permainan tradisional, (3) berkecenderungan memuji diri sendiri, (4) suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak kalau hal itu menguntungkan, tetapi

juga ada kecenderungan

meremehkan anak-anak lain, (5) kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka dianggap soal itu tidak penting, (6) pada umur 6.0 sampai 8.0 tahun anak tanpa mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik atau tidak. b. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah

Dasar (9.0/10.0 – 13.0 tahun) beberapa sifat khas pada saat ini adalah: (a) sangat realistis, ingin tahu, ingin belajar; (b) adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (c) menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran-mata pelajaran khusus; (d) sampai kira-kira umur 11.00 anak membutuhkan bantuan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya. Setelah kira-kira umur 11.0 tahun anak menghadapi tugas-tugas dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri; (e) pada masa ini anak memandang nilai / angka rapor

(12)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 51 adalah ukuran yang tepat mengenai

prestasi sekolah. (f) pada masa ini anak gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya biasanya untuk bermain bersama.

Secara singkat

perkembangan kejiwaan anak usia sekolah sudah sedemikian maju terutama dibandingkan masa sebelumnya. Piaget menyebutkan

masa ini dengan masa

konkretoprorasional 7.0-11.0 tahun. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan berbagai tugas konkret. Ia mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir yaitu identifikasi (mengenali sesuatu), negasi (mengingkari sesuatu) dan reprokasi (mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal) (Sarwono, 1991:81).

Paimun, Noor Suparyanti dan Etty Kartikawati (1991: 140) menyatakan bahwa pendidikan agama di Sekolah Dasar bukan hanya sekedar mengajar untuk dapat sembahyang, berdoa, membaca al-Quran dan beberapa prinsip pokok agama yang lain, tetapi yang lebih penting adalah pembentukan sikap, pembinaan kepercayaan agama dan pembinaan akhlak atau dengan ringkas dikatakan pembinaan kepribadian. Dari karakteristik jiwa peserta didik di Sekolah Dasar seperti tersebut di atas jika mereka dibina dan dikembangkan segi kognitif, kecerdasan emosional,

kecerdasan spiritual /

keberagamaan, psikososial dengan materi-materi ajaran Islam dan dengan metode pembelajaran yang tepat maka akan terbina jiwa / mental yang sehat.

6. Pendidik

Pendidik merupakan ujung tombak bagi sukses atau tidaknya pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini, sehubungan dengan hal tersebut maka dalam Permendiknas No. 16/2006 tanggal 17 April 207 ditetapkan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas dapatlah dijelaskan di sini Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru untuk Pendidik Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar adalah harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD (D-IV / SI PGSD) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

Sedangkan standar kompetensi guru kelas SD ia harus memiliki (1) kompetensi pedagogik antara lain menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dan lain sebagainya; (2) kompetensi kepribadian antara lain yaitu: bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia; menampilkan diri sebagai pribadi jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (3) kompetensi sosial antara lain yaitu bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan

(13)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 52 sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orang tua dan masyarakat, (4) kompetensi profesional antara lain yaitu: menguasai materi, struktur, konsep, pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran / bidang pengembangan yang diampu.

Dengan standar kualifikasi akademik dan standar kompetensi guru seperti tersebut di atas, kiranya pendidik akan dapat melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam kepada peserta didik untuk terwujudnya jiwa / mental sehat dan kelak setelah lulus akan memiliki pribadi mulia yang mencintai perbuatan atau akhlak mulia dan menjauhi bahkan membenci perbuatan buruk ataupun akhlak tercela.

Hasil pembelajaran PAI yang dilaksanakan selama ini belum melahirkan sosok-sosok lulusan bermental sehat dan berakhlak mulia, karena adanya berbagai hambatan antara lain yaitu (1) Pembelajaran PAI belum dilaksanakan secara fungsional komprehensif dari seluruh aspek-spek pembelajaran, (2) Pembelajaran PAI lebih mementingkan penguasaan materi daripada pembentukan nilai, sikap, dan kepribadian, (3) Disisi lain beberapa perbuatan, akhlak, yang buruk jahat belum atau tidak mendapatkan sangsi yang membuat pelaku jera ataupun pihak lain takut untuk melakukan pelanggaran kejahatan seperti koruptor, pelaku cabul dan ataupun pelecehan seksual hanya dihukum beberapa tahun saja dan lain-lain.

D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

1. Pengertian Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Menurut Zaenuddin,

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimami, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.

Kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang menurut Depdiknas (2008: 14) berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Kata ajar tersebut kemudian berkembang menjadi belajar yang memiliki beberapa arti, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Kata belajar tersebut berkembang menjadi pembelajaran yang berarti proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Menurut Basri (2015: 21) pembelajaran adalah sesuatu yang diambil manfaatnya dari setiap obyek yang dipelajari: hikmah pada setiap aktivitas belajar yang dilakukan terhadap semua obyek yang diamati secara langsung atau indrawi atau tidak langsung berupa pengayaan informasi tertentu. Dengan demikian, makna pembelajaran lebih bersifat terbuka dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, strategi belajar mengajar dan transfer ilmu pengetahuan kepada siswa.

(14)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 53 Pembelajaran berbeda dengan

pengajaran yang dilaksanakan pendidik kepada siswa sebab dalam pengajaran pendidik bersifat aktif, peserta didik pasif. Sedangkan di dalam pembelajaran peserta didik bersifat aktif, pendidik berlaku sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Di samping itu menurut Depdiknas (2008: 147) bahwa proses pembelajaran itu lebih menekankan kepada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami bahan ajar secara ilmiah. Pendidikan diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penyampaian Pendidikan Agama Islam dengan cara seperti tersebut di atas dimaksudkan agar peserta didik lebih aktif, kreatif serta lebih menekankan kepada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mempelajari dan lebih memahami bahan ajar secara ilmiah, apalagi penyampaiannya dengan inkuiri dan berbuat, hal ini dapat menjadikan peserta didik lebih memahami bahan ajar serta lebih menguasai lagi penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Pembelajaran PAI di SD Menurut Zaenuddin tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui

pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan,

pengamalan serta pengalaman peserta

didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi

(Lectureuin- malang.ac.id/2013/11/13-agama-islam-sd/-).

Lebih lanjut Zaenuddin menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar berfungsi untuk: (a) penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhir, (b) pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia secara spiritual yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga (c) penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial (d) perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan dalam keyakinan, pengamalan sehari-hari, (e) pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari, (f) pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan

secara umum, sistem dan

fungsionalnya (g) penyaluran peserta didik untuk mendalami pendidikan agama di lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam tujuan pembelajaran PAI tersebut di atas terdapat poin: (1) pengembangan ketakwaan kepada Allah, (2) berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara, (3) melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

(15)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 54 Fungsi pembelajaran PAI

terdapat poin-poin: (1) pengembangan ketakwaan kepada Allah SWT, (2) pengembangan akhlak secara optimal, (3) penyesuaian mental terhadap lingkungan fisik dan sosial, (4) perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan dalam keyakinan, pengamalan sehari-hari, (5) pencegahan peserta didik dari hal-hal yang negatif, budaya yang dihadapi sehari-hari, (6) pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan

secara umum, sistem dan

fungsionalnya, (7) pengajaran peserta didik untuk mendalami pendidikan agama di lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

Secara teoritik baik tujuan pembelajaran PAI maupun fungsi pembelajaran PAI memuat esensi pengembangan takwa, akhlak mulia dan menciptakan peserta didik dengan takwa dan akhlak mulia tersebut, dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Takwa menurut Azra; 5 (2002: 48) adalah menjaga diri dari azab Allah SWT dengan menjauhi tindakan maksiat dan melaksanakan tata aturan yang digariskan Allah SWT. Dengan kata lain takwa berarti melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Sedangkan akhlak menurut Azra; 1 (2002: 102) adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’ (hukum Islam) disebut akhlak yang

baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk.

Dari uraian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran PAI berkeinginan untuk terwujudnya lulusan menjadi pembelajar yang senantiasa bertakwa kepada Allah SWT, melaksanakan perintah Allah mengenai amaliah yang baik dan menjauhi amal yang buruk dan senantiasa melaksanakan akhlak /perilaku yang terpuji dan menjauhi akhlak tercela. Seorang takwa kepada Allah dan berakhlak mulia ia tidak menipu, menyakiti orang lain,

membunuh, berbuat cabul,

mengonsumsi narkoba, membuat onar, meminum miras, melakukan tindak korupsi dan perbuatan negatif yang lain, sebaliknya ia akan selalu menjaga diri dan berbuat baik kepada orang lain, menyayangi binatang, tumbuh-tumbuhan dan rajin beribadah kepada Tuhan. Sikap dan kepribadian ini akan dipertahankan sampai kapan dan di manapun sebab hal tersebut merupakan panggilan hati nurani dan guna meraih ridho Allah.

3. Materi Pembelajaran PAI di Sekolah Dasar

Secara garis besar materi pembelajaran PAI di Sekolah Dasar ada 6 macam yaitu: ilmu tauhid (keimanan), ilmu fiqh, al-Quran, al hadits, akhlak dan tarikh Islam (Majid dan Dian Andayani, 2004: 77): (a) Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas keesaan Allah. Ia adalah Tuhan pencipta, pengatur, pemelihara dan Maha kuasa atas segala yang ada di dalam alam ini, (b) Ilmu fiqh adalah ilmu yang membicarakan tentang amal ibadah lahir manusia dengan Tuhan

(16)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 55 seperti bersuci, shalat, puasa, zakat,

ibadah haji, bersadaqah, nikah, pengurusan jenazah, muamalat, pinjam meminjam, perdagangan, pemerintah, hukuman bagi yang melakukan pelanggaran dan lain-lain, (c) Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan Allah SWT lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang berisi keimanan, syariah, akhlak, janji dan ancaman, sejarah kehidupan orang-orang terdahulu maupun keyakinan di hari kemudian. Kesemuanya sebagai petunjuk dan pedoman manusia hidup di dunia, (d) Al hadits yaitu sabda rasulullah SAW, perbuatan beliau atau ketetapan beliau, di samping itu hadits Nabi juga merupakan penjelas terhadap al-Quran, memberikan ketentuan hukum tertentu dan perilaku Nabi untuk menjadi suri tauladan dalam ibadah, muamalah, hukum, akhlak, pergaulan, pemerintahan dan aspek-aspek kehidupan yang lain, (e) Akhlak sebagaimana telah dijelaskan di depan yaitu keadaan jiwa yang mendorong terwujudnya perbuatan baik atau buruk, di mana terwujudnya perbuatan tersebut mudah tanpa proses pemikiran atau pertimbangan, penilaian terlebih dahulu, (f) Tarikh Islam yaitu uraian yang membahas sejarah kehidupan Nabi dalam menyebarluaskan ajaran Islam kepada umatnya, termasuk juga

pemerintahan Islam para

KhulafaurRasyidin, bani Umayyah, Bani Abbasiyah, sejarah penyebaran Islam di Indonesia, termasuk di dalamnya sejarah Walisongo dan lain-lain.

Berkenaan dengan materi pembelajaran PAI seperti tersebut di atas di dalam kurikulum 2013. Peserta didik dituntut untuk memenuhi standar

kompetensi PAI antara lain menurut Arifin blogspot.wordpress.2016/html a. Standar Kompetensi Lintas

Kurikulum PAI SD / MI terkait dengan mental sehat adalah (1) memiliki keyakinan, mempunyai hak, menjalankan kewajiban dan berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya serta menyadari bahwa setiap orang perlu saling menghargai merasa aman, (2) menunjukkan kemampuan berpikir konsekuen, berpikir lateral, berpikir realis, memperhitungkan peluang dan potensi serta siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan, (3) menunjukkan motivasi dan percaya diri dalam belajar, mampu bekerja mandiri dan mampu bekerjasama dengan orang lain. b. Standar Kompetensi Rumpun

Pelajaran (1) Standar kompetensi pendidikan agama, siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) berakhlak mulia yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (2) Standar kompetensi spesifik PAI, dengan landasan al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad saw, siswa beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, alam sekitar. c. Standar Kompetensi Mata

Pelajaran: (1) beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal, (2) dapat meneladani sifat, sikap dan

(17)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 56 kepribadian Rasulullah Saw serta

khulafaurrasyidin.

d. Kompetensi Persatuan Jenjang Pendidikan: (1) beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan qadha dan qadar, (2) terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela dan bertata krama dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengenal

rukun Islam dan mampu

melaksanakan ibadah shalat, puasa, zakat fitrah dan dzikir serta doa setelah shalat.

Bahwa dengan terpenuhinya standar kompetensi lintas kurikulum PAI SD / MI, Standar Kompetensi rumpun pelajaran, standar kompetensi mata pelajaran dan standar kompetensi persatuan jenjang pelajaran maka akan terwujud insan yang berpribadi mulia yang senantiasa menyadari hakikat diri terdiri dari jasmani dan rohani sebagai individu dan juga makhluk sosial serta sebagai makhluk yang sekarang hidup di alam fana dan kelak akan hidup di alam baka. Karena itu ia akan selalu melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan buruk.

4. Metode Pembelajaran PAI di SD Ada beberapa metode yang dapat digunakan pendidik dalam Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Dasar untuk terwujudnya mental sehat. a. Ceramah

Pendidik menjelaskan bahan / materi pembelajaran kepada peserta didik tentang: ilmu tauhid, ilmu fiqh, al-Quran hadits, akhlak atau tarikh Islam.

b. Tanya Jawab

Pendidik memberikan pertanyaan tentang sesuatu yang telah dijelaskan sedangkan peserta didik menjawab atau peserta didik bertanya tentang sesuatu yang telah dijelaskan oleh pendidik misalnya contoh ataupun pendapat lain berkait ilmu pengetahuan yang telah dijelaskan.

c. Diskusi

Pendidik menunjuk beberapa orang siswa untuk berlaku sebagai penyaji sesuatu topik pengetahuan agama tertentu untuk dibahas seluruh siswa di kelas tersebut.

Menurut Muchtar (2005: 18-21) ada 5 macam metode guna membentuk mental sehat peserta didik: (a) Metode Keteladanan, pendidik memberi contoh atau teladan kepada peserta didik tentang bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu, melakukan ibadah yang baik / memadai. (b) Metode Pembiasaan, pendidik menuntun peserta didik untuk mau berbuat dan membiasakannya dalam kehidupan misalnya belajar secara rutin pada jam-jam tertentu, membantu pekerjaan rumah, mengucapkan salam sewaktu bertemu dengan teman, menghormati orang tua, mencium tangan orang tua, guru ketika datang atau pulang sekolah. (c) Metode Nasehat, memberikan nasehat kepada peserta didik untuk melaksanakan ibadah, perbuatan baik. (d) Metode Memberi Perhatian, pendidik memberi perhatian kepada peserta didik, terutama pada waktu mereka melakukan tugas-tugas tertentu. (e) Metode Hukuman, metode ini dilakukan kepada peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib

(18)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 57 sekolah. Metode ini harus berkait

dengan pendidikan dan tidak boleh berupa hukuman badan. Di samping itu tentunya perlu metode pujian / hadiah yaitu bagi peserta didik yang memperoleh prestasi atau melakukan sesuatu terpuji dan bermanfaat bagi lembaga pendidikan.

5. Peserta Didik

Anak usia Sekolah Dasar adalah anak-anak yang berumur 6/7 tahun – 12/13 tahun. Menurut Suryobroto (1975: 98-99) usia tersebut sering disebut dengan sebutan masa intelektual, atau masa keserasian sekolah. Masa ini dibagi menjadi dua macam yaitu:

a. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar 6.0/7.0 – 9.0/10.0 dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) ada koreksi yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah, (2) sikap tunduk kepada peraturan permainan tradisional, (3) berkecenderungan memuji diri sendiri, (4) suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak kalau hal itu menguntungkan, tetapi

juga ada kecenderungan

meremehkan anak-anak lain, (5) kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka dianggap soal itu tidak penting, (6) pada umur 6.0 sampai 8.0 tahun anak tanpa mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik atau tidak. b. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah

Dasar (9.0/10.0 – 13.0 tahun) beberapa sifat khas pada saat ini adalah: (a) sangat realistis, ingin tahu, ingin belajar; (b) adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (c) menjelang akhir masa ini telah ada

minat kepada hal-hal dan mata pelajaran-mata pelajaran khusus; (d) sampai kira-kira umur 11.00 anak membutuhkan bantuan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya. Setelah kira-kira umur 11.0 tahun anak menghadapi tugas-tugas dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri; (e) pada masa ini anak memandang nilai / angka rapor adalah ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah. (f) pada masa ini anak gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya biasanya untuk bermain bersama.

Secara singkat

perkembangan kejiwaan anak usia sekolah sudah sedemikian maju terutama dibandingkan masa sebelumnya. Piaget menyebutkan

masa ini dengan masa

konkretoprorasional 7.0-11.0 tahun. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan berbagai tugas konkret. Ia mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir yaitu identifikasi (mengenali sesuatu), negasi (mengingkari sesuatu) dan reprokasi (mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal) (Sarwono, 1991:81).

Paimun, Noor Suparyanti dan Etty Kartikawati (1991: 140) menyatakan bahwa pendidikan agama di Sekolah Dasar bukan hanya sekedar mengajar untuk dapat sembahyang, berdoa, membaca al-Quran dan beberapa prinsip pokok agama yang lain, tetapi yang lebih penting adalah pembentukan sikap, pembinaan kepercayaan agama dan pembinaan akhlak atau dengan ringkas dikatakan pembinaan

(19)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 58 kepribadian. Dari karakteristik jiwa

peserta didik di Sekolah Dasar seperti tersebut di atas jika mereka dibina dan dikembangkan segi kognitif, kecerdasan emosional,

kecerdasan spiritual /

keberagamaan, psikososial dengan materi-materi ajaran Islam dan dengan metode pembelajaran yang tepat maka akan terbina jiwa / mental yang sehat.

6. Pendidik

Pendidik merupakan ujung tombak bagi sukses atau tidaknya pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini, sehubungan dengan hal tersebut maka dalam Permendiknas No. 16/2006 tanggal 17 April 207 ditetapkan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas dapatlah dijelaskan di sini Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru untuk Pendidik Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar adalah harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD (D-IV / SI PGSD) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

Sedangkan standar kompetensi guru kelas SD ia harus memiliki (1) kompetensi pedagogik antara lain menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dan lain sebagainya; (2) kompetensi kepribadian antara lain yaitu: bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia; menampilkan diri sebagai

pribadi jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (3) kompetensi sosial antara lain yaitu bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat, (4) kompetensi profesional antara lain yaitu: menguasai materi, struktur, konsep, pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran / bidang pengembangan yang diampu.

Dengan standar kualifikasi akademik dan standar kompetensi guru seperti tersebut di atas, kiranya pendidik akan dapat melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam kepada peserta didik untuk terwujudnya jiwa / mental sehat dan kelak setelah lulus akan memiliki pribadi mulia yang mencintai perbuatan atau akhlak mulia dan menjauhi bahkan membenci perbuatan buruk ataupun akhlak tercela.

Hasil pembelajaran PAI yang dilaksanakan selama ini belum melahirkan sosok-sosok lulusan bermental sehat dan berakhlak mulia, karena adanya berbagai hambatan antara lain yaitu (1) Pembelajaran PAI belum dilaksanakan secara fungsional komprehensif dari seluruh aspek-spek pembelajaran, (2) Pembelajaran PAI lebih mementingkan penguasaan materi daripada pembentukan nilai, sikap, dan kepribadian, (3) Disisi lain beberapa perbuatan, akhlak, yang

(20)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 59 buruk jahat belum atau tidak

mendapatkan sangsi yang membuat pelaku jera ataupun pihak lain takut untuk melakukan pelanggaran kejahatan seperti koruptor, pelaku cabul dan ataupun pelecehan seksual hanya dihukum beberapa tahun saja dan lain-lain.

E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

a. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar yang ideal adalah belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik, di mana proses belajar mengajar itu dapat menumbuhkan aktif dan kreatif peserta didik, lebih menekankan pemberian pengalaman langsung peserta didik, mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik, menjelajahi dan memahami bahan ajar secara ilmiah dan penyampaiannyapun dengan model inkuiri dan berbuat sehingga

dapat menjadikan siswa

memperoleh pemahaman lebih dalam tentang ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran tersebut akan mengena sasaran apabila aspek-aspek pembelajaran tersebut memenuhi tuntutan proses pembelajaran yaitu: (1) tujuan pembelajaran yaitu terwujudnya lulusan yang senantiasa takwa kepada Allah, memiliki akhlak mulia, mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, senantiasa menjauhi akhlak tercela, (2) materi yang diajarkan kepada siswa meliputi: akidah, akhlak, ibadah / fiqh, Al-Quran, hadits Nabi serta tarikh Islam dan dikelola untuk

dapat membentuk standar kompetensi-standar kompetensi lintas kurikulum PAI SD, rumpun pelajaran, mata pelajaran dan persatuan jenjang pendidikan, (3) metode yang digunakan ceramah, tanya jawab, diskusi, keteladanan, pembiasaan, nasehat, memberi perhatian, hukuman dan hadiah yang dapat mengantarkan peserta didik bermental sehat, (4) peserta didik yang sedang dalam perkembangan jiwa / mental untuk dibentuk menjadi mental sehat (5) pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini dilaksanakan oleh pendidik yang benar-benar memiliki standar kompetensi kualifikasi akademik dan standar kompetensi guru di bidang tugas dan pekerjaannya yaitu: pedagogik, personal, sosial dan profesional. b. Pelanggaran PAI di SD belum

menghasilkan sosok pribadi yang diidolakan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa hambatan fungsional, teoritis dan praktis dan para pelaksana PAI ataupun faktor lain di luar PAI khususnya sangsi pelaku kejahatan / akhlak buruk belum mendapatkan sangsi yang membuat pelaku jera terhadap pelanggaran.

2. Saran

a. Pelaksanaan pembelajaran PAI di SD dilaksanakan secara sistematik komprehensif dan fungsional terhadap seluruh aspek-aspek pembelajaran sehingga kelak dapat melahirkan sosok lulusan berpribadi muslim dan berakhlak mulia.

b. Pihak lembaga yang berwenang menangani perilaku jahat / pidana

(21)

Jurnal Intelegensia – Vol.02 No.02 Juli-Desember 2014 | 60 memberikan sangsi hukum yang

dapat menjadikan pelaku kejahatan / pidana jera melakukan kejahatan dan orang lain takut melakukan pelanggaran karena adanya sangsi yang kuat tersebut.

Daftar Buku Bacaan

Arifin.www.arifin.blopspot.wordpress.2016/ html

Asmaran As, 1992, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Press

Azra, Azyumardi, 2002, Ensiklopedi Islam I, Jakarta: PT. Ictiar Baru van Hoeve. _________, 2002, Ensiklopedi Islam 5,

Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve Basri, Hasan, 2015, Paradigma Baru Sistem

Pembelajaran, Bandung: Pustaka Setia.

Depdiknas, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, Jakarta.

Haber, A & Runyon R, 1984, Psychology of Adjustment, Homewood, Illionis: The Dorsey Press.

Jalaluddin, 2012, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Majid, Abdul dan Dian Andayani, 2006, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muchtar, Heri Jauhari, 2005, Fikih Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Paimun, Noor Suparyanti; EttyKartikawati, 1991, Materi Pokok Psikologi Perkembangan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, Jakarta.

Sarwono, SarlitoWirawan, 1991, Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Press. Suryobroto, Sumadi, 1975, Pengantar

Psikologi Perkembangan Suatu Penyajian Secara Historis dan Sistematis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Warga, R.G, Personal Awareness; a Psychology Adjustment, 3th, ed; Boston; Houghton Muffin Company.

Zaenuddin,

Lecturer.uin- malang.ac.id/2013/11/13/agama-islam-sd/

Permendiknas No. 15/2007 tanggal 4 Mei 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian model regresi linier berganda yang menguji pengaruh harga batubara dan harga minyak dunia terhadap return saham disajikan pada tabel 4.7 diatas dapat

Oleh karena nilai OR (4,500) lebih besar dari pada 1 maka dapat disimpulkan bahwa tindakan pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang tidak baik adalah

Penerapan model role playing dengan media gambar seri adalah suatu cara yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan imajinasi dan menemukan jati diri

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zelmiyanti dan Anita (2015) yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi dan Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan

Allen : Organisasi adalah suatu proses identifikasi, pembentukkan dan pengelompokkan kerja, mendefinsikan dan mendelegasikan wewenang maupun tanggung jawab dan

Pemberian ransum dengan ekstrak daun murbei yang difermentasi dengan cairan rumen (0,06% dan 0,12%) mampu mengurangi pengaruh negatif senyawa DNJ dalam menghambat

Hari ini kita hidup dalam keadaan global, di mana banyak sumber daya alam, seperti area pemancingan dalam perumpamaan di atas, digunakan secara kolektif.Citra bumi seperti yang

Confirmation and classification of carbapenemases according to Ambler can be done with combination of phenotypic methods, i.e., Modified Hodge Test (MHT), Sodium