• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Ph, Laju Aliran Dan Kadar Ion Kalsium Saliva Pada Perokok Kretek Dan Bukan Perokok Di Kelurahan Padang Bulan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Ph, Laju Aliran Dan Kadar Ion Kalsium Saliva Pada Perokok Kretek Dan Bukan Perokok Di Kelurahan Padang Bulan Medan"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Skema Alur Pikir

1. Kebiasaan merokok merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 1 milyar orang penduduk dunia adalah perokok. (WHO, 2013)

2. Indonesia dengan lebih dari 200 juta penduduk merupakan salah satu negara yang memiliki populasi perokok tertinggi dengan rerata proporsi perokok aktif saat ini adalah 29,3%. Di Sumatera Utara, proporsi perokok aktif yang merokok setiap hari sebesar 24,2%. (Statistik,2014; RISKESDAS, 2013) 3. Merokok merupakan masalah kesehatan karena dapat menyebabkan berbagai

jenis penyakit dan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya beberapa kelainan rongga mulut. (Kurniawati dkk., 2010)

4. Saliva merupakan cairan biologis yang pertama kali terpapar asap pada saat merokok, yang mana cairan tersebut berperan penting dalam fisiologis rongga mulut dan berperan utama dalam proses pemeliharaan kesehatan umum dan gigi. (Krasteva dkk., 2011; Rad dkk., 2010)

5. Pada perokok jangka panjang ditemukan penurunan laju aliran saliva yang signifikan yang berhubungan dengan mulut kering, terutama karies servikal, gingivitis, gigi mobiliti, kalkulus, dan halitosis. Khan menyatakan bahwa terdapat penurunan laju aliran saliva sebagai efek jangka panjang merokok terhadap produksi saliva oleh kelenjar saliva. (Rad dkk., 2010; Khan dkk., 2010)

6. Laju aliran saliva dapat memengaruhi pH saliva. Penelitian Kanwar dkk (2013) menyatakan bahwa laju aliran saliva yang menurun menyebabkan pH saliva menjadi asam. (Kanwar dkk., 2013)

7. Laju aliran saliva normal yang distimulasi yaitu 1-3 ml/min, sedangkan yang tidak distimulasi yaitu 0,25-0,35 ml/min. pH normal saliva adalah 6,7-7,3 dan dapat bervariasi sesuai dengan laju aliran saliva, yaitu 5,3-7,8. (Handajani dkk., 2010; Shaila dkk., 2013)

(2)

8. Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor yang terdiri atas kelenjar parotis, submandibula dan sublingual serta beberapa kelenjar saliva minor. Komposisi saliva yaitu terdiri dari sekitar 99% air dan berbagai elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, dan fosfat), protein dalam bentuk enzim, imunoglobulin, glikoprotein mukosa, albumin dan beberapa jenis polipeptida serta oligopeptida. (Ekstrom dkk., 2012; Berkovitz dkk., 2011)

9. Kalsium merupakan salah satu komponen elektrolit dalam saliva yang terdapat dalam bentuk ion. Konsentrasi normal kalsium dalam saliva adalah 1-2 mmol/l. (Berkovitz dkk., 1-2011; Godoy dkk., 1-2008)

10.Sekresi ion kalsium pada saliva tergantung pada banyak faktor fisiologis seperti laju aliran saliva dan pH lingkungan rongga mulut. (Abed dkk., 2012) 11.Kadar ion kalsium saliva pada perokok lebih tinggi dibandingkan bukan

perokok. Hal ini dibuktikan dalam hasil penelitian Abed dkk yaitu terdapat peningkatan signifikan terhadap kadar ion kalsium saliva perokok jika dibandingkan dengan bukan perokok. Hal ini disebabkan karena merokok dapat menurunkan pH rongga mulut yang mana dalam keadaan pH asam ini dapat mempercepat pelepasan ion kalsium dari gigi dan melepaskannya ke saliva. (Khan dkk., 2005; Abed dkk., 2012)

12.Peningkatan variasi konsentrasi ion kalsium saliva dapat berperan dalam patogenesis periodontitis. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Kiss dkk., yang menemukan bahwa penderita periodontitis yang merokok menampilkan kadar ion kalsium saliva yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. Kadar ion kalsium dalam saliva yang tinggi berkaitan dengan cepatnya mineralisasi plak sehingga menyebabkan pembentukan kalkulus dan meningkatkan kerentanan periodontitis. (Kiss dkk., 2010)

(3)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat perbedaan pH, laju aliran dan kadar ion kalsium saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.

Rumusan Masalah

1. Berapakah pH saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.

2. Berapakah laju aliran saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.

3. Berapakah kadar ion kalsium saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.

4. Apakah terdapat perbedaan pH, laju aliran dan kadar ion kalsium saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.

(4)

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan pH, laju aliran dan kadar ion kalsium saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pH saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan berdasarkan usia, lama kebiasaan dan frekuensi merokok.

2. Untuk mengetahui laju aliran saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan berdasarkan usia, lama kebiasaan dan frekuensi merokok.

3. Untuk mengetahui kadar ion kalsium saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan berdasarkan usia, lama kebiasaan dan frekuensi merokok.

4. Untuk mengetahui perbedaan pH, laju aliran dan kadar ion kalsium saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan berdasarkan usia, lama kebiasaan dan frekuensi merokok.

(5)

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai data dan informasi dalam penelitian selanjutnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kondisi saliva pada perokok.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang kondisi saliva perokok yang dapat menyebabkan kemungkinan timbulnya penyakit di rongga mulut seperti karies dan periodontitis.

Manfaat Praktis

1. Sebagai informasi kepada penyelenggara kesehatan untuk program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat mengenai dampak dari merokok sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi

kepada tenaga medis mengenai masalah yang bisa timbul akibat merokok pada rongga mulut agar dapat memberikan edukasi, instruksi dan perawatan yang tepat.

(6)

Lampiran 2

BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nomor:

Tanggal:

PERBEDAAN pH, LAJU ALIRAN DAN KADAR ION KALSIUM

SALIVA PADA PEROKOK KRETEK DAN BUKAN PEROKOK

DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

KUESIONER

IDENTITAS SAMPEL

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Alamat :

No Telp/HP :

Kelompok : Perokok Non Perokok

I. Data Responden

1. Apakah anda merokok setiap hari ? a. Ya

b. Tidak

(7)

2. Apakah jenis rokok yang anda konsumsi ? a. Rokok Kretek

b. Rokok Non Kretek

3. Sudah berapa lama anda merokok ? a. < 10 tahun

b. > 10 tahun

4. Berapakah jumlah rokok yang anda konsumsi per hari? a. < 10 batang/hari

b. 10-20 batang/hari c. > 20 batang/hari

5. Apakah anda memiliki penyakit sistemik (mis: gula, darah tinggi)? a. Tidak

b. Ya, sebutkan: ...

6. Apakah anda mengkonsumsi obat secara rutin? a. Ya

b. Tidak

7. Jika mengkonsumsi obat, obat apa yang dikonsumsi? a. Obat gula

b. Obat darah tinggi c. Lainnya

8. Apakah anda pernah menjalani perawatan orthodonti? a. Ya

b. Tidak

(8)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Usia :

Alamat : Telepon/HP :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai subjek pada penelitian yang berjudul :

Perbedaan pH, laju aliran dan kadar ion kalsium saliva pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan

Mahasiswa Peneliti Medan, ...2015 Subjek penelitian

(Agnes Tresnawati) ...

(9)

Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth: Saudara ……….

Bersama ini saya, Agnes Tresnawati, yang sedang menjalani program pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan Saudara untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya

dengan judul “Perbedaan pH, Laju Aliran dan Kadar Ion Kalsium Saliva Pada

Perokok Kretek dan Bukan Perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pH, laju aliran dan kadar ion kalsium air liur pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan dengan melakukan pengambilan air liur.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberi informasi tentang perbedaan pH, laju aliran dan kadar ion kalsium air liur pada perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.

Saudara sekalian, merokok dapat menimbulkan dampak pada rongga mulut, salah satunya dapat memengaruhi kondisi air liur sehingga memerlukan pemeliharaan kesehatan rongga mulut yang lebih baik. Penelitian yang akan saya lakukan menggunakan kuesioner dan pengambilan air liur dari rongga mulut. Dalam penelitian ini, saya akan meminta Saudara untuk mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang disediakan. Setelah pengisian kuesioner selesai, kuesioner dikembalikan kepada saya. Setelah itu saya akan melakukan pengambilan air liur dengan menggunakan tempat air liur yang telah disediakan dan melakukan pengukuran air liur tersebut di Laboratorium Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU. Pemeriksaan ini tidak akan menimbulkan rasa sakit pada rongga mulut Saudara.

Jika Saudara sudah mengerti isi dari lembar persetujuan ini dan bersedia menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya Saudara untuk mengisi dan menandatangani surat pernyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang terlampir pada lembar berikutnya. Perlu untuk Saudara ketahui, bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian bila Saudara merasa keberatan.

(10)

Pada penelitian ini, identitas Saudara akan disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat datanya. Kerahasiaan data Saudara akan dijamin sepenuhnya. Bila data Saudara dipublikasikan, maka kerahasiaan data Saudara akan tetap dijaga. Jika selama menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada Saudara silahkan menghubungi saya di nomor yang telah tertera.

Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Agnes Tresnawati

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp: 082160129421

Peneliti,

Agnes Tresnawati

(11)
(12)

Lampiran 6. Prosedur penelitian

\

Pengisian informed consent dan

kuesioner

Pengumpulan saliva

Pengukuran laju aliran saliva Pengukuran pH saliva

(13)

Pemipetan 1 ml saliva ke labu

ukur 25ml

Pengenceran saliva

Larutan disaring Pengukuran kadar ion kalsium

saliva

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

Lampiran 9. Hasil pengolahan data dan analisis statistik Descriptives

(32)

Kurtosis -1.165 .902 Kadar Kalsium Non Perokok Mean 1.6944 .08845

(33)

Tests of Normality

*. This is a lower bound of the true significance.

Mann-Whitney Test

pH Laju Aliran Kadar Kalsium Mann-Whitney U 8.000 .000 46.000 Wilcoxon W 333.000 325.000 371.000 Z -5.923 -6.093 -5.172 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

(34)

Ranks

pH Laju Aliran Kadar Kalsium Mann-Whitney U 8.000 .000 46.000 Wilcoxon W 333.000 325.000 371.000 Z -5.923 -6.093 -5.172 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 a. Grouping Variable: sampel

(35)

47

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization 2013. Tobacco. http://www.who.int/mediacentre/ fact-Sheets/fs339/ (21 April 2015).

2. Statistik. Jumlah penduduk di seluruh dunia (2014-2015). http://statistik.ptkpt. net/_a.php?_a=area&info1=6 (21 April 2015).

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Desember 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/materipertemuan/launchriskesdas /Riskesdas%20Launching.pdf (21 April 2015).

4. Kurniawati M, Chusida A, Sumaryono B. Penurunan kapasitas dan aktivitas antioksidan saliva akibat merokok. Media Oral Biology Dent J 2010; 2(1): 1-10. 5. Padmavathi P, Reddy VD, Varadacharyulu N. Influence of chronic cigarette

smoking on serum biochemical profile in male human volunteers. J of Health Science 2009; 55(2): 265-70.

6. Kusuma ARP. Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut. Majalah Sultan Agung 2011: 1-6.

7. Krasteva A, Kisselova A. Salivary acute phase proteins as biomarker in oral and systemic disease. In: Veas F.eds. Acute phase proteins as early non-specific biomarkers of human and veterinary disease. Croatia: InTech, 2011: 69-71.

8. Rad M, Kakole S, Brojeni FN, Pourdamghan N. Effect of long-term smoking on whole-mouth salivary flow rate and oral health. J Dent Res Dent Clin Dent Prospects 2010; 4(4): 110-4.

9. Khan GJ, Javed M, Ishaq M. Effect of smoking on salivary flow rate. Gomal J of Med Sci 2010; 8(2): 221-4.

10.Kanwar A, Sah K, Grover N, Chandra S, Singh RR. Long-term effect of tobacco on resting whole mouth salivary flow rate and pH: an institutional based comparative study. European J of General Dent 2013; 2(3): 296-9.

(36)

48

11.Singh M, Ingle E. Effect of long-term smoking on salivary flow rate and salivary pH. J Indian Assoc Public Health Dent 2015; 13(1): 11-13.

12.Berkovitz B, Moxham B, Linden R, Sloan A. Master Dentistry. Volume Three. Oral Biology. Toronto: Elsevier, 2011: 79-81.

13.Abed HH, Al-fatah JA, Mohana MH, Husseen AAA. Evaluation of calcium concentration in saliva of iraqi male smokers. Al-Mustansiriyah J for Pharmaceutical Science 2012; 11(1): 18-24.

14.Ekstrom J, Khosravani N, Castagnola M, Messana I. Saliva and the control of its secretions. Springer Berlin Heidelberg 2012: 19-25.

15.Almeida PDV, Gregio AMT, Machado MAN, de Lima AAS, Azvedo LR. Saliva composition and functions: a comprehensive review. J Contemp Dent Pract 2008; 9(3): 1-9.

16.Theobald HE. Dietary calcium and health. British Nutrition Foundation 2005; 30: 237-42.

17.Godoy FG, Hicks MD. Maintaining the integrity of the enamel surface. J Am Dent Assoc 2008; 139 (Suppl): 255-262.

18.Khan GJ, Mehmood R, Din SU, Marwat FM, Haq IU, Rehman JU. Secretion of calcium in the saliva of long-term tobacco users. J Ayub Med Col Abbottabad 2005; 17(4): 1-3.

19.Hassan AS, Al-sandook TA. Salivary calcium consentration in patients with high insidence of calculus formation. Al-Rafidain Dent J 2005; 5(1): 88-90.

20.Kiss E, Sewon L, Gorzo I, Nagy K. Salivary calcium consentration in relation to periodontal health of female tobacco smokers: a pilot study. Quintessence Int 2010; 41(9); 779-85.

21.Zabakova BE, Stefanovska E, Ivanovski K. Correlation between dental health status and saliva. Original Scientific Article 2013; 2(2): 100-4.

22.Walsh LJ. Clinical aspects of salivary biology for the dental clinician. J of Minim Interv Dent 2008; 1(1): 7-15.

23.Handajani J, Puspita RM, Amelia R. Pemakaian kontrasepsi pil dan suntik menaikkan pH dan volume saliva. Dentika Dent J 2010; 15(1): 1-5.

(37)

49

24.Manson JD, Eley BM. Periodontics.5 th ed., London: Elsevier, 2004: 21.

25.Motamayel A, Davoodi F, Dalband P, Hendi SS. Saliva as a mirror of the body health. Avicenna Journal of Dental Research 2010; 1(2): 1-5.

26.Lima DP, Diniz DG, Moimaz SAS, Sumida DH, Okamoto AC. Saliva: reflection of the body. Int J of Infec Dis 2010; 14(3): 184-8.

27.Edgar M, Dawes C, O’Mullane D. Saliva and oral health. 4 th ed., United Kingdom: Stephen Hancocks Limited, 2012: 2.

28.C Scully. Effects on salivary glands: dry mouth. Article in Oral Disease 2003; 9(10): 165-7.

29.Ferreira JN, Hoffman MP. Interactions between developing nerves and salivary glands. Organogenesis 2013: 9(3); 199-202. Arizona Cooperative Extension: AZ 1042: 1-4.

33.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003. Pengamanan rokok bagi kesehatan. http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsC89- Hrsg/pp192003.pdf. (30 April 2015).

34.Wismanto YB, Sarwo YB. Strategi penghentian perilaku merokok. Semarang: Unika Soegijapranata 2007: 7-15.

35.Fikriyah S, Febrijanto Y. Faktor-faktor yang memengaruhi merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra. Jurnal STIKES 2012; 5(1): 99-101.

36.Bernhard D. Cigarette smoke toxicity. Austria: Wiley-VCH, 2011: 67-73.

37.Ramdhani M, Penerapan teknik kontrol diri untuk mengurangi konsumsi rokok pada kategori perokok ringan. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi 2013; 1(3): 240-4.

(38)

50

38.Geiss O, Kotzias D. Tobacco, cigarettes and cigarette smoke. Institute for Health and Consumer Protection 2007: 45-52.

39.Fitria, Triandhini RR, Mangimbulude JC., Karwur FF. Merokok dan oksidasi dna. Sains Medika 2013; 5(2): 120-2.

40.Levin L, Baruch OK. Cigarette smoking and the alveolar bone around teeth and dental implants. The New York State Dent J 2013; 79(5): 53-7.

41.Pejcic A, Obradovic R, Kesic L, Kojovic D. Smoking and periodontal disease a review. Medicine and biology 2007; 14(2): 53-6.

42.Kapoor D, Jain R, Kapoor P, Jain M. Smoking and its effect on periodontium: a review. Indian J of Dent Sci 2013; 5(2): 136-9.

43.Sham A et al. The effects of tobacco use on oral health. Hong Kong Medical Journal 2003; 9: 271-7.

44.Vellappally S, Fiala Z, Smejkalova J, Jacob V. Shriharsha. Influence of tobacco use in dental caries development. Cent Eur J Public Health 2007; 15(3): 115-7. 45.Bonda PLF, Migliario M, Rocchetti V, Pattarino F, Bonda AF. Daily and

annually variation of unstimulated whole saliva flow rate and pH and their relation with body profile in healthy young adults. European Review for Med and Pharmalogical Sci 2013; 17: 2538-9.

46.Asmin LO. Spektrofotometer serapan atom. http://wardahankbjm.blogspot.co-m/2013/04/makalah-ssa.html (25April 2015).

47.Dokumentasi Penelitian.

48.Noormaniah FD, Hidayatullah TA. Manifestasi penyakit sistemik pada rongga mulut. www.academia.edu/12902310/MANIFESTASI_PENYAKIT_SISTEM- IK_PADA_RONGGA_MULUT. (24 Januari 2016).

49.Mata AD, Marques D, Rocha S, Francisco H, Santos C, Mesquita MF, dkk. Effects of diabetes mellitus on salivary secretion and its composition in the human. Mol Cell Biochem 2004; 261 (1-2): 137-42.

50.Miranda-Rius J, Brunet-Llobet L, Lahor-Soler E, Farre M. Salivary secretory disorders, inducing drugs, and clinical management. Int J Med Sci 2015; 12 (10): 811-6.

(39)

51

51.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes luncurkan hasil survei tembakau. www.depkes.go.id/article/print/2048/kemenkes-luncurkan-hasil-survei -tembakau.html. (24 Januari 2016).

52.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Masalah merokok di Indonesia. www.promkes.depkes.go.id/dl/factsheet1cov.pdf. (24 Januari 2016).

53.Kidd MAE, Bechal JS. Dasar-dasar karies: penyakit dan penanggulangan. Alih bahasa. Narlan sumawinata, Lilian Yuwona. Jakarta: EGC, 2012: 1-5,56-73. 54.Gondodiputro S. Bahaya tembakau dan bentuk-bentuk sediaan tembakau. Bagian

Ilmu Kesehatan Masyarakat 2007; 8-12.

55.Syifa N. Peran rokok terhadap derajat keasaman (pH) saliva. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/29530 (10 maret 2016). 56.Petrusic N, Posavac M, Sabol I, Stipetic MM. The effect of tobacco smoking on

salivation. Original Sci Paper 2015; 49(4): 309-15.

57.Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditinjau dari faktor penyebab, manifestasi dan penanggulangannya. USU digital library 2002; 1-4.

58.Alharbi WDM. Electrolyte changes in cigarette smoking male students. Pakistan J of Pharmacology 2012; 29 (1): 33-8.

59.Homann V, Saffran EK, Arnold WH, Gaegler P, Kinne RKH. Calcium transport in human salivary glands: a proposed model of calcium secretion into saliva. Histochem Cell Bio 2006; 125: 583.

60.Wong DT. Salivary diagnostics. USA: Wiley-Blackwell, 2008: 27.

(40)

24

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

 Jenis Penelitian : Analitik Observasional  Desain Penelitian : Cross-sectional

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara (Medan).

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Desember 2015 s/d Januari 2016. Dimulai dari pengumpulan sampel, kemudian dilakukan penelitian, analisis data dan penulisan hasil, serta pembahasan penelitian ini.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah laki-laki perokok dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian diperoleh menggunakan purposive sampling yaitu laki-laki perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

(41)

25

3.3.2.1 Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini adalah 50 orang yang terdiri dari 25 orang perokok kretek dan 25 orang bukan perokok. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus, yaitu:

α = level of significant, penelitian ini menggunakan α = 10%, sehingga Zα = 1,64

β = power of test, penelitian ini menggunakan β = 20%, sehingga Zβ = 0,842 σ2

= varian rata-rata antar kelompok

µ0 - µa = selisih rerata penelitian sebelumnya dengan yang diinginkan peneliti, pada penelitian ini µ0 - µa=17%

3.4 Kriteria Sampel

3.4.1 Kriteria inklusi

1. Laki-laki

2. Perokok dan bukan perokok usia 18-34 tahun 2 . σ2 . (Zα + Zβ )2 n =

(µ0 - µa)2

(42)

26

3. Frekuensi merokok lebih dari 10 batang per hari 4. Lama merokok lebih dari 10 tahun

5. Subjek bersedia untuk berpartisipasi

3.4.2 Kriteria eksklusi

Perokok dan bukan perokok: 1. Menderita penyakit sistemik

2. Pernah menjalani perawatan ortodonti

3. Mengonsumsi obat yang dapat memengaruhi pH, laju aliran serta kadar ion kalsium saliva

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini, yaitu: 1. Perokok kretek

2. Bukan perokok

3.5.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah saliva perokok, yaitu: 1. pH saliva

2. Laju aliran saliva

3. Kadar ion kalsium saliva

3.5.3 Variabel Terkendali

1. Perokok dan bukan perokok usia 18-34 tahun 2. Waktu pengumpulan saliva jam 09.00–12.00 WIB

3. Pengambilan saliva dengan metode Spitting dan Stimulated Saliva 4. Kemampuan operator

(43)

27

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Diet

2. Merek rokok kretek

Variabel Terkendali

1. Perokok dan bukan perokok usia 18-34 tahun 2. Waktu pengumpulan saliva jam 09.00–12.00 WIB 3. Pengambilan saliva dengan metode Spitting dan

Stimulated Saliva 4. Kemampuan operator

3.6 Definisi Operasional

Perokok kretek adalah orang yang telah memiliki kebiasaan merokok lebih dari 10 tahun dan merokok lebih dari 10 batang per hari dan masih merokok saat penelitian dilakukan dengan menggunakan rokok yang komposisinya tembakau dicampur dengan cengkeh rajangan.

(44)

28

Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap asap tembakau dari rokok yang dihisapnya.

Rokok kretek adalah rokok dengan atau tanpa filter yang komposisinya adalah tembakau dicampur dengan cengkeh rajangan kurang lebih 30 persen dari komposisi setiap batang rokok kretek.

Waktu pengumpulan saliva adalah waktu pengumpulan sampel dilakukan, yaitu pada jam 09.00–12.00 WIB.

Metode Spitting adalah metode pengambilan saliva dimana subjek membiarkan saliva tergenang dalam mulut tanpa ditelan kemudian meludahkannya ke dalam wadah penampungan.

Stimulated Saliva adalah mengumpulkan saliva yang distimulasi menggunakan paraffin wax.

pH saliva adalah nilai derajat keasaman saliva yang diukur menggunakan pH meter digital.

Laju aliran saliva adalah jumlah saliva yang dikeluarkan dalam satuan volume (ml) dalam setiap satuan waktu (menit) yaitu ml/menit.

Kadar ion kalsium saliva adalah jumlah kadar ion kalsium yang terdapat pada saliva dan didapatkan menggunakan alat Spektrofotometri Serapan Atom dengan panjang gelombang 422,7 nm dalam satuan mmol/l.

Diet adalah faktor yang berhubungan dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

2. pH meter digital 3. Timbangan digital 4. Cooler box

5. Pot/wadah sampel

(45)

29

6. Label pot/wadah sampel 7. Labu ukur

8. Corong 9. Kertas saring 10. Spuit 5cc

11. Beaker glass 250ml dan 500ml 12. Pipet tetes

13. Handscoon 14. Masker

3.7.2 Bahan Penelitian:

1. Saliva sebagai bahan pemeriksaan 2. Paraffin wax

3. Dry ice

4. Larutan aquabidest 5. Larutan baku kalsium

Gambar 1.Spektrofotometri Serapan Gambar 2. pH meter Hanna47 Atom47

(46)

30

Gambar 3. Timbangan digital47

3.8Prosedur Penelitian 3.8.1 Pengisian Kuesioner

Penelitian dilakukan terhadap perokok dan bukan perokok. Pemilihan subjek penelitian dilakukan melalui wawancara langsung mengenai identitas subjek dengan bantuan kuesioner terhadap para perokok. Subjek yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian maka subjek diminta menandatangani lembar informed consent.

3.8.2 Pengumpulan Saliva

Pengumpulan saliva dilakukan menggunakan metode Spitting dengan Stimulated Saliva pada jam 09.00–12.00 WIB. Satu jam sebelum penelitian dilakukan subjek tidak diperkenankan untuk makan, minum dan merokok. Sebelum menampung saliva, subjek diminta untuk berkumur dengan air putih untuk menghilangkan debris. Setelah itu, subjek diinstruksikan duduk tenang dengan posisi tegak dan sedikit menundukkan kepala saat menampung saliva dan mengunyah paraffin wax total selama 5 menit, kemudian meludahkan semua saliva ke dalam pot saliva.

(47)

31

3.8.3 Persiapan Sampel Saliva

Pot yang berisi sampel saliva dan telah diberi label harus ditutup rapat kemudian disusun ke dalam cooler box yang berisi dry ice dan dibawa ke Laboratorium Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU untuk melakukan pengukuran kadar ion kalsium saliva.

3.8.4 Pengukuran pH Saliva

Pengukuran pH saliva dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter digital. Sebelum digunakan, pH meter dibersihkan dengan mencuci sensor elektroda di bawah air mengalir lalu dikeringkan. Kemudian pH meter dikalibrasi dengan mencelupkan elektroda ke dalam larutan buffer. pH meter dicelupkan ke dalam pot saliva kemudian catat hasil pH saliva yang tertera pada alat. Pengukuran pH dilakukan segera setelah sampel saliva ditampung.

3.8.5 Pengukuran Laju Aliran Saliva

Pengukuran laju aliran saliva dimulai dengan pengukuran volume saliva. Pengukuran volume dilakukan dengan cara menyalakan timbangan digital dan timbangan menunjukkan angka nol. Berat pot saliva ditimbang terlebih dahulu. Saliva yang telah dikumpulkan kemudian ditimbang dan dikurangkan dengan hasil timbangan pot saliva kemudian hasil yang diperoleh dinyatakan dalam ml karena berat jenis untuk saliva adalah 1 maka 1 gr saliva sama dengan 1 ml saliva. Kemudian nilai volume saliva dibagi dengan lama waktu stimulasi untuk mendapatkan nilai laju aliran saliva. Nilai laju aliran saliva dinyatakan dalam ml/menit.

3.8.6 Pengukuran Kadar Ion Kalsium Saliva

3.8.6.1 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium

Larutan baku kalsium (1000 µg/ml) diambil menggunakan pipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan aquabidest hingga garis tanda. Dari larutan tersebut (100 µg/ml) dipipet masing-masing 0,25 ml, 0,5 ml, 0,75 ml, 1,0 ml, 1,25 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar

(48)

32

25 ml kemudian dilakukan pengenceran dengan larutan aquabidest sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan berkonsentrasi 1; 2; 3; 4; 5 µg/ml. Lakukan pengukuran larutan tersebut dengan SSA pada panjang gelombang 422,7 nm dan dibuat kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.

3.8.6.2 Pengukuran Kadar Ion Kalsium Sampel

Sampel saliva sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dengan menggunakan spuit kemudian diencerkan dengan larutan aquabidest sampai garis tanda dan dihomogenkan. Larutan sampel disaring dengan kertas saring ke dalam labu takar 10 ml dan dihomogenkan kembali. Lakukan pengukuran kadar ion kalsium pada larutan sampel dengan menggunaan SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum 422,7 nm.

Perhitungan kadar ion kalsium saliva pada penelitian ini menggunakan rumus molaritas agar hasil yang didapatkan dalam satuan mmol/l, yaitu:

c . ʋ ml

ml = volume saliva yang dipipetkan dengan satuan ml Ar = massa atom relatif kalsium

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi. Gambaran statistik meliputi pH saliva, laju aliran saliva dan kadar ion kalsium saliva pada perokok dan bukan perokok. Uji normalitas terlebih dahulu dilakukan terhadap

(49)

33

data-data yang diperoleh kemudian dilakukan uji Mann-Whitney karena data yang diperoleh tidak terdistribusi normal (tidak homogen).

(50)

34

3.10 Alur Penelitian

Penentuan subjek sesuai kriteria inklusi dan pengisian kuesioner

Subjek mengisi lembaran informed consent

Pengumpulan saliva dilakukan antara jam 09.00 sampai 12.00 WIB

Saliva dikumpulkan dengan metode Spitting dan Stimulated whole saliva. Subjek diinstruksikan untuk duduk tenang dikursi dengan

meludahkan saliva ke dalam dalam pot saliva.

Pengukuran pH dan laju aliran saliva

Analisis ion kalsium saliva dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Pengumpulan data

Analisis data

Kesimpulan

(51)

35

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai perbedaan pH, laju aliran dan kadar ion kalsium saliva yang dilakukan pada laki-laki perokok kretek dan bukan perokok. Tempat dilakukan penelitian yaitu di Kelurahan Padang Bulan Medan dengan jumlah sampel 50 orang yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, terdiri dari 25 orang perokok dan 25 orang bukan perokok dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2015 sampai Januari 2016.

4.1 Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data karakteristik umum perokok kretek (tabel 1) menunjukkan subjek perokok yang diteliti telah merokok lebih dari 10 tahun dengan rata-rata lama merokok 13 tahun. Frekuensi jumlah rokok yang dikonsumsi terbesar adalah 10-20 batang rokok per hari yaitu sebanyak 23 orang (92%) sedangkan frekuensi terkecil adalah >20 batang rokok per hari yaitu sebanyak 2 orang (8%).

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti

Karakteristik N %

4.2 Nilai Keasaman (pH) Saliva Pada Perokok dan Bukan Perokok

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh pengukuran pH saliva perokok dan bukan perokok (tabel 2) menunjukkan rerata pH saliva pada kelompok perokok memiliki pH saliva (stimulasi) yaitu rata-rata 5,93 ± 0,28 dibandingkan

(52)

36

kelompok bukan perokok yaitu rata-rata 6,86±0,33. pH saliva bukan perokok lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pH saliva perokok (p<0,05).

Tabel 2. Rata-rata pH saliva pada kelompok perokok dan bukan perokok

Kelompok N

4.3 Laju Aliran Saliva Pada Perokok dan Bukan Perokok

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan laju aliran saliva rata-rata kelompok perokok dan bukan perokok (tabel #) menunjukkan laju aliran saliva (stimulasi) pada kelompok perokok yaitu 0,23 ± 0,10 ml/menit dibandingkan kelompok bukan perokok yaitu rata-rata 2,18 ± 0,71 ml/menit. Laju aliran saliva bukan perokok lebih tinggi secara signifikan dibandingkan laju aliran saliva perokok (p<0,05).

Tabel 3. Rata-rata laju aliran saliva pada kelompok perokok dan bukan perokok

(53)

37

4.4 Kadar Ion Kalsium Saliva Pada Perokok dan Bukan Perokok

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh kadar ion kalsium saliva kelompok perokok dan bukan perokok (tabel 4) menunjukkan nilai kadar ion kalsium saliva (stimulasi) pada kelompok perokok yaitu rata-rata 2,64 ± 0,39 mmol/l dibandingkan kelompok bukan perokok memiliki kadar ion kalsium saliva yaitu rata-rata 1,69 ± 0,44 mmol/l. Kadar ion kalsium saliva bukan perokok lebih rendah secara signifikan dibandingkan saliva perokok (p<0,05).

Tabel 4. Hasil pengukuran sampel kadar ion kalsium saliva pada kelompok perokok dan bukan perokok

Kelompok N

Kadar Ion Kalsium

Saliva (mmol/L) P X± SD

Perokok 25 2,64 ± 0,39

0,001*

Bukan Perokok 25 1,69 ± 0,44

Uji Mann-Whitney, *signifikan p<0,05

(54)

38

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 50 orang laki-laki yang terdiri dari 25 orang perokok dan 25 orang bukan perokok. Setiap subjek yang diteliti diberikan pertanyaan sesuai dengan isi kuesioner terlebih dahulu. Subjek yang terpilih harus memenuhi kriteria inklusi, yaitu laki-laki berusia 18-34 tahun, menggunakan rokok jenis kretek, frekuensi merokok lebih dari 10 batang per hari dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian. Pada penelitian ini kelompok perokok akan dilihat perbedaannya dengan kelompok berusia bukan perokok.

Indonesia dengan lebih dari 200 juta penduduk merupakan salah satu negara yang memiliki populasi perokok tertinggi dengan rerata proporsi perokok aktif saat ini adalah 29,3%. Di Sumatera Utara, proporsi perokok aktif yang merokok setiap hari sebesar 24,2%. Dari seluruh laki-laki di Indonesia sebesar 47,5% merupakan perokok sedangkan dari seluruh jumlah perempuan di Indonesia sebesar 1,1% adalah perokok.2,3

Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan. Hubungan antara merokok dengan berbagai macam penyakit seperti kanker paru, penyakit kardiovaskular, risiko terjadinya neoplasma larynx, esophagus dan sebagainya telah banyak diteliti. Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik tetapi juga menimbulkan kondisi patologis di rongga mulut. Penyakit periodontal, karies, kehilangan gigi, resesi gingiva, lesi prekanker, kanker rongga mulut, serta kegagalan implan adalah kasus-kasus yang dapat timbul akibat kebiasaan merokok.6 Beberapa penyakit tersebut dapat terjadi karena kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan pada saliva. Saliva merupakan cairan biologis yang pertama kali terpapar asap pada saat merokok yang mana cairan tersebut berperan penting dalam fisiologis rongga mulut dan berperan utama dalam proses pemeliharaan kesehatan umum dan gigi.7,8 Fungsi saliva diantaranya adalah sebagai pelumas, reservoir ion, buffer, self cleansing, antimikroba, membantu proses

(55)

39

pencernaan dan pengecapan rasa.22,27 Berdasarkan hal diatas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan pH, laju aliran dan kadar ion kalsium saliva pada perokok dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan rancangan penelitian cross-sectional. Uji normalitas terlebih dahulu dilakukan terhadap data-data yang diperoleh. Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data yang diperoleh tidak terdistribusi normal (tidak homogen) sehingga dilakukan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan pH, laju aliran dan kadar ion kalsium saliva pada perokok kretek dan bukan perokok.

5.1 Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti

Subjek yang diteliti merupakan perokok dan bukan perokok yang berusia 18-34 tahun. Jenis kelamin perokok pada penelitian ini seluruhnya adalah laki-laki, hal ini sesuai dengan survey Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 bahwa perokok laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Dari seluruh laki-laki di Indonesia sebesar 47,5% merupakan perokok sedangkan dari seluruh jumlah perempuan di Indonesia sebesar 1,1% adalah perokok.3 Sebanyak 50 sampel dalam penelitian ini tidak ada yang memiliki penyakit sistemik. Penyakit sistemik akan memengaruhi keadaan saliva contohnya pada pasien diabetes melitus ataupun pada pasien yang menggunakan obat-obatan tertentu. Kebanyakan pasien diabetes melitus mempunyai keluhan xerostomia yang mana hal ini berkaitan dengan menurunnya laju aliran saliva dan meningkatnya glukosa saliva, selain itu ada penelitian yang membuktikan bahwa pasien diabetes melitus memperlihatkan adanya peningkatan ion kalsium saliva.48,49 Penggunaan obat antikolinergik, antimuskarinik, antidepresan, diuretik, dan antihipertensi dapat menyebabkan xerostomia sedangkan obat antipsikotik, sedatif dan antagonis adrenergik dapat menyebabkan sialorrhea.50 Sehingga sampel dengan diabetes melitus maupun penyakit sistemik lainnya dan penggunaan obat-obatan yang memengaruhi keadaan saliva tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.

(56)

40

Jenis rokok yang dikonsumsi oleh subjek penelitian seluruhnya adalah rokok kretek (100%). Hal ini sesuai dengan survey Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011 yang menemukan bahwa 60,9% pria menggunakan rokok kretek. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Indonesia merokok kretek.51 Seluruh subjek penelitian ini memiliki lama merokok lebih dari 10 tahun dengan sebesar 92% merokok 10-20 batang per hari dan sebesar 8% merokok lebih dari 20 batang per hari. Hal ini sesuai dengan survei terhadap penduduk Indonesia yang mendapatkan bahwa sekitar 2 dari 5 perokok saat ini rata-rata merokok sebanyak 11-20 batang per hari sedangkan prevalensi yang merokok rata-rata 21-30 batang per hari sebanyak 4,7%.52

5.2 Perbedaan Nilai Derajat Keasaman (pH) Saliva Pada Perokok dan

Bukan Perokok

Berdasarkan hasil pada penelitian ini (Tabel 2), nilai keasaman (pH) saliva pada kelompok perokok lebih rendah dibandingkan dengan kelompok bukan perokok (kontrol). Pada kelompok perokok pH saliva rata-rata 5,93 ± 0,28 sedangkan bukan perokok pH saliva rata-rata 6,86 ± 0,33. Uji statistik Mann-Whitney yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kedua kelompok tersebut. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan pH saliva (stimulasi) antara perokok dan bukan perokok. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Singh (2015) di India terhadap 35 sampel perokok yang menunjukkan bahwa rata-rata pH perokok berada dibawah pH netral yaitu 6,30 ± 0,36.11 Demikian juga dengan penelitian Arta (2014) di Denpasar terhadap 20 sampel perokok kretek dimana perokok kretek memiliki pH 6,30.31

Tembakau yang merupakan bahan pembuat rokok mengandung senyawa karbohidrat. Beberapa jenis karbohidrat yang dapat ditemukan yaitu glukosa, fruktosa dan sukrosa. Jenis karbohidrat seperti gula pada tembakau dapat diragikan oleh bakteri yang terdapat pada rongga mulut seseorang sehingga akan membentuk asam dan dapat menurunkan pH saliva.44 Penurunan pH yang berulang dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies dapat terjadi.53 Selain karena pengaruh tembakau, penurunan laju aliran saliva

(57)

41

juga dapat memengaruhi pH dengan mengakibatkan terjadinya penurunan sekresi ion bikarbonat dan hal ini juga menyebabkan penurunan pH saliva.11

Sekresi kelenjar saliva dikontrol oleh saraf otonom. Rangsangan saraf simpatis dan parasimpatis merangsang sekresi saliva dalam jumlah, karakteristik dan mekanisme yang berbeda.14,29 Beberapa komposisi tembakau yang memengaruhi saliva yaitu nikotin dan karbonmonoksida (CO). Nikotin dapat menstimulasi saraf simpatis untuk memproduksi neurotransmiter termasuk katekolamin. Hal ini menimbulkan efek pada reseptor alpha di pembuluh darah yaitu berupa vasokontriksi. Akibat dari vasokontriksi yaitu penurunan fungsi kelenjar saliva sehingga terjadi penurunan sekresi saliva yang menyebabkan penurunan komposisi saliva, salah satunya adalah ion bikarbonat sehingga terjadi penurunan pH pada perokok.41,54

Karbonmonoksida (CO) yang terdapat dalam rokok dapat menyebabkan berkurangnya oksigen dalam tubuh, hal ini mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga suplai darah ke kelenjar menurun dan fungsi saliva menjadi menurun kemudian terjadi penurunan aliran saliva yang menyebabkan penurunan komposisi saliva, salah satunya ion bikarbonat yang mengakibatkan penurunan pH saliva.55 Penurunan pH saliva yang terjadi pada perokok dapat menyebabkan keadaan rongga mulut yang asam sehingga terjadi demineralisasi pada gigi geligi. Hal ini membuat perokok lebih rentan terhadap terjadinya karies.

Nilai derajat keasaman (pH) saliva pada kelompok bukan perokok termasuk dalam kategori pH normal yaitu antara 6,7-7,3.12 Saliva dalam rongga mulut memiliki pH yang berubah setiap saat. Pada pH saliva yang normal, ion bikarbonat yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam dan basa dalam rongga mulut bekerja secara maksimal sehingga menghambat proses demineralisasi.23

5.3 Perbedaan Nilai Laju Aliran Saliva Pada Perokok dan Bukan

Perokok

Berdasarkan hasil pada penelitian ini (Tabel 3), laju aliran saliva pada perokok lebih rendah dibandingkan dengan kelompok bukan perokok. Pada kelompok perokok laju aliran saliva rata-rata 0,23 ± 0,10 ml/menit sedangkan pada bukan

(58)

42

perokok rata-rata laju aliran saliva 2,18 ± 0,71 ml/menit. Uji statistik Mann-Whitney yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kedua kelompok tersebut. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan laju aliran saliva (stimulasi) antara perokok dan bukan perokok. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rad dkk (2010) di Iran terhadap 100 sampel perokok yang mendapatkan laju aliran saliva pada perokok sebesar 0,38 ml/menit yang mana lebih rendah dibandingkan laju aliran saliva normal.8 Begitu pula dengan hasil penelitian Singh dkk (2015) di India terhadap 35 sampel perokok mendapatkan rata-rata laju aliran saliva pada perokok yaitu 0,2 ml/menit.11

Penelitian Kanwar dkk (2013) di India terhadap 20 sampel perokok mendapatkan bahwa terjadi penurunan laju aliran saliva pada perokok yang dapat disebabkan oleh karena efek nikotin pada saraf pengecapan.10 Hal ini sesuai dengan pendapat Singh dkk (2015) yang menyatakan bahwa pada orang yang telah lama merokok, reseptor rasa yang merupakan tempat utama sekresi saliva berulang kali terpapar oleh tembakau dalam jangka waktu yang lama sehingga memengaruhi reflex saliva.11 Penelitian Rad dkk (2010) menyatakan bahwa pada perokok jangka panjang mengalami penurunan laju aliran saliva yang signifikan. Hal ini mengakibatkan meningkatnya gangguan kesehatan pada gigi dan mulut yang berhubungan dengan mulut kering terutama karies servikal, gingivitis, mobiliti gigi, kalkulus dan halitosis.8 Ketika zat-zat berbahaya dari rokok dihisap dan memengaruhi kelenjar saliva, kelenjar yang pertama kali terkena yaitu kelenjar parotid dimana kelenjar tersebut berperan mensekresi saliva yang serous (encer). Ketika kerja kelenjar parotid tersebut terganggu fungsinya, kelenjar submandibula dan sublingual lebih banyak bekerja untuk menghasilkan saliva yang mana kedua kelenjar saliva tersebut mensekresi saliva yang mucous (kental).56 Hal ini berarti saraf yang lebih banyak bekerja saat adanya rangsangan dari rokok ke rongga mulut yaitu saraf simpatis. Rangsangan simpatis yang menstimuli reseptor adrenergik menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada kelenjar saliva yang membuat volume saliva lebih sedikit dengan konsentrasi kental.14,29

(59)

43

Penurunan laju aliran saliva ini dapat juga disebabkan oleh asap panas rokok yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut. Rangsangan panas ini menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi sekresi saliva. Hal ini juga yang mengakibatkan rongga mulut menjadi kering.4 Stres akut juga merupakan salah satu alasan seseorang untuk merokok. Hal ini mengakibatkan perangsangan efek simpatis sehingga menghalangi kinerja saraf parasimpatis. Karena saraf simpatis lebih banyak bekerja maka menyebabkan laju aliran saliva menurun dan mulut menjadi kering.57

Sekresi kelenjar saliva dikontrol oleh saraf otonom. Rangsangan saraf simpatis dan parasimpatis merangsang sekresi saliva dalam jumlah, karakteristik dan mekanisme yang berbeda.14,29 Beberapa komposisi tembakau yang memengaruhi saliva yaitu nikotin dan karbonmonoksida (CO). Nikotin dapat menstimulasi saraf simpatis untuk memproduksi neurotransmiter termasuk katekolamin. Hal ini menimbulkan efek pada reseptor alpha di pembuluh darah yaitu berupa vasokontriksi. Akibat dari vasokontriksi yaitu penurunan fungsi kelenjar saliva sehingga terjadi penurunan laju aliran saliva pada perokok.41,54 Karbonmonoksida (CO) yang terdapat dalam rokok juga dapat menyebabkan berkurangnya oksigen dalam tubuh, hal ini mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga suplai darah ke kelenjar menurun dan fungsi saliva menjadi menurun kemudian terjadi penurunan aliran saliva pada perokok.55

Laju aliran saliva pada kelompok bukan perokok termasuk dalam kategori laju aliran saliva normal yaitu antara 1-3 ml/menit pada saliva yang distimulasi.12 Laju aliran saliva merupakan faktor utama yang memengaruhi komposisi saliva. Apabila aliran saliva meningkat, maka konsentrasi protein total, sodium, klor, bikarbonat dan pH saliva juga akan meningkat.15 Sekresi saliva yang normal dapat memaksimalkan fungsi saliva, antara lain sebagai pelumas, reservoir ion, buffer, self cleansing, antimikroba, membantu proses pencernaan dan pengecapan rasa.22,27

(60)

44

5.4 Perbedaan Nilai Kadar Ion Kalsium Saliva Pada Perokok dan Bukan

Perokok

Berdasarkan hasil pada penelitian ini (Tabel 4), kadar ion kalsium saliva pada perokok lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok bukan perokok. Pada kelompok perokok kadar ion kalsium saliva rata-rata 2,64±0,39 mmol/L sedangkan pada bukan perokok rata-rata kadar ion kalsium saliva 1,69±0,44 mmol/L. Uji statistik Mann-Whitney yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kedua kelompok tersebut. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan antara kadar ion kalsium saliva (stimulasi) antara perokok dan bukan perokok. Penelitian ini sesuai dengam penelitian Alharbi dkk (2012) di Saudi Arabia terhadap 35 sampel perokok yang mendapatkan kadar ion kalsium pada perokok 2,29±0,11 mmol/L.58

Penelitian Khan dkk (2005) di Pakistan terhadap 20 sampel perokok mendapatkan kadar ion kalsium pada perokok yaitu 1,30±0,09 mmol/L lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok bukan perokok 1,07±0,07 mmol/L.18 Hasil penelitian Khan dkk mendapatkan kadar ion kalsium pada perokok maupun bukan perokok lebih rendah dibandingkan penelitian ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan, dimana lingkungan merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap saliva.

Penelitian Abed dkk (2012) di Irak terhadap 15 sampel perokok menemukan bahwa terdapat peningkatan kadar ion kalsium saliva pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Peningkatan kadar ion kalsium saliva ini dikaitkan dengan adanya penurunan pH saliva karena merokok yang menyebabkan pelepasan hidroksiapatit dari enamel gigi sehingga kalsium lepas ke dalam saliva. Adanya komposisi tembakau berupa nikotin dan karbonmonoksida (CO) dapat menstimulasi saraf simpatis dalam sekresi saliva. Hal inilah yang membuat kadar ion kalsium saliva meningkat.13

Kalsium terdapat pada kelenjar saliva submandibula dan parotid namun kadar kalsium lebih tinggi ditemukan pada sekresi kelenjar submandibula.59 Di dalam saliva yang dihasilkan kelenjar parotid lebih kaya akan ion bikarbonat dan amilase sementara pada saliva yang dihasilkan submandibula kaya akan musin dan kalsium.22

(61)

45

Ketika zat-zat berbahaya dari rokok dihisap, kelenjar parotid merupakan kelenjar yang pertama terpengaruh oleh zat-zat berbahaya tersebut. Saat kerja kelenjar parotid terganggu fungsinya, kelenjar submandibula dan sublingual menjadi lebih banyak bekerja. Disaat itulah kelenjar submandibula mensekresikan lebih banyak kalsium kedalam saliva.59 Mekanisme ini yang dapat menyebabkan kadar ion kalsium pada perokok menjadi lebih tinggi.

Kadar ion kalsium saliva pada kelompok bukan perokok termasuk dalam kategori kadar kalsium saliva normal yaitu antara 1-3 mmol/l.17 Saliva berperan penting dalam ketersediaan kalsium. Konsentrasi kalsium dan fosfat yang baik dalam saliva menyebabkan pertukaran ion yang cukup untuk menjaga permukaan gigi dari mulai gigi tumbuh sampai pada proses pematangan gigi. Proses ini terjadi selama remineralisasi enamel gigi. Fungsi lain dari kalsium yaitu membentuk ikatan yang kuat dengan α-amilase yang berperan sebagai co-factor yang penting dalam fungsinya sebagai enzim.15

Dampak buruk dari merokok salah satunya dapat bermanifestasi pada rongga mulut karena merupakan organ pertama yang terpapar oleh rokok. Penyakit rongga mulut yang sering terjadi pada perokok yaitu penyakit periodontal, karies, dan lain-lain.40,42 Salah satu penyebab terjadinya hal ini yaitu berkurangnya fungsi saliva di dalam rongga mulut. Saliva mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting untuk kesehatan mulut. Sekresi saliva yang adekuat dapat memaksimalkan fungsi saliva seperti proteksi, lubrikasi mukosa, buffer, antimikroba.22,27 Tanpa adanya saliva, tidak hanya gigi yang akan cepat rusak, tetapi juga mukosa oral akan menjadi mudah terserang bakteri, virus, dan infeksi jamur. Oleh sebab itu, pada seseorang dengan laju aliran saliva yang cenderung menurun dapat berkembang menjadi karies karena berkurangnya perlindungan dari saliva dan hal ini memudahkan perkembangan infeksi oral, dimana salah satu fungsi saliva yaitu sebagai antimikroba dengan adanya lisozim, laktoferin dan sialoperoksidase.60

(62)

46

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat penurunan pH saliva perokok dibandingkan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan dengan rerata 5,93±0,28 pada perokok dan 6,86±0,33 pada bukan perokok.

2. Terdapat penurunan laju aliran saliva perokok dibandingkan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan dengan rerata 0,23±0,10 ml/menit pada perokok dan 2,18±0,71 ml/menit pada bukan perokok.

3. Terdapat peningkatan kadar ion kalsium saliva perokok dibandingkan dengan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan dengan rerata 2,64±0,39 mmol/L pada perokok dan 1,69±0,44 mmol/L pada bukan perokok.

4. Penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara pH, laju aliran dan kadar ion kalsium saliva pada kelompok perokok dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh rokok terhadap bakteri rongga mulut dan kandungan saliva yang penting untuk remineralisasi seperti fosfat saliva dalam rongga mulut.

2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan menambah kriteria penelitian untuk lebih menghomogenkan sampel.

(63)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva

2.1.1 Fisiologis Saliva

Saliva mempunyai peran penting dalam menjaga integritas jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut, melindungi jaringan rongga mulut dari bakteri imunologi, jamur dan infeksi virus.21 Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor yang terdiri atas kelenjar parotid, submandibula dan sublingual, serta beberapa kelenjar saliva minor di mukosa mulut yaitu labial, bukal, lingual dan palatal. Setiap kelenjar saliva mensekresi saliva dengan tipe yang berbeda. Hasil sekresi kelenjar parotid bersifat serosa (encer), kelenjar submandibula bersifat seromukosa (10% mukosa, 90% serosa), sedangkan kelenjar sublingual dan beberapa kelenjar saliva minor bersifat mukosa.14 Di dalam saliva yang dihasilkan kelenjar parotid terdapat ion bikarbonat dan amilase yang tinggi, sementara pada saliva yang dihasilkan submandibula terdapat musin dan kalsium yang tinggi.22

Saliva mengandung 99% air dan sisanya berupa ion dan komponen organik.23 Substansi organik dalam saliva mengandung molekul besar dan kecil. Molekul yang besar umumnya berupa protein dalam bentuk glikoprotein, serum albumin dan enzim sedangkan yang termasuk dalam molekul kecil yaitu glukosa, urea dan kreatinin. Hampir seluruh substansi organik diproduksi oleh sel kelenjar saliva, sisanya ditransportasi ke saliva melalui darah. Substansi anorganik terdiri atas kalsium, fosfor, sodium, potasium, magnesium dan karbondioksida, oksigen serta nitrogren yang terlarut. Enzim saliva yang utama adalah enzim amilase namun apabila menderita suatu penyakit, banyak enzim yang terbentuk akibat aktivitas bakteri dan leukosit.2 Penurunan kuantitas sekresi saliva ataupun perubahan sifat dari saliva menyebabkan masalah gigi dan mulut yang akan berdampak terhadap kualitas hidup individu.22 Beberapa kondisi fisiologis dan patologis dapat mengubah produksi saliva

(64)

7

secara kuantitatif, misalnya bau, rasa, pengunyahan, status psikologis dan hormonal, obat-obatan, usia, kebersihan mulut, serta latihan fisik.25

2.1.2 Fungsi Saliva

Saliva adalah salah satu cairan tubuh paling kompleks yang menyediakan berbagai macam kebutuhan fisiologis. Pada saluran pencernaan, saliva mempunyai peran penting dalam fisiologis esofagus, proses pencernaan, serta perlindungan sel lambung sedangkan dalam rongga mulut keberadaan saliva sangat penting untuk menjaga kesehatan jaringan rongga mulut mengingat luasnya fungsi saliva.26 Fungsi saliva tersebut adalah:22,27

1. Sebagai pelumas

Saliva melapisi dan melindungi mukosa terhadap iritasi mekanis, kimiawi, termis, membantu proses bicara dan proses menelan makanan.

2. Reservoir ion

Sebagai reservoir ion seperti kalsium, fosfor dan fluoride untuk remineralisasi. 3. Buffer

Membantu menetralkan pH sesudah makan sehingga mengurangi waktu terjadinya demineralisasi. Peranan saliva sebagai kapasitas buffer terdiri dari ion bikarbonat, fosfat dan sistem protein. Konsentrasi bikarbonat dalam saliva sangat tergantung pada aliran saliva (flowrate). Konsentrasi bikarbonat meningkat disebabkan aliran saliva yang baik sehingga dapat menstabilkan pH rongga mulut. Bikarbonat mengambil peranan penting dalam fungsinya sebagai buffer sekitar 90% dari ion buffer lainnya. Derajat keasaman (pH) saliva, konsentrasi ion kalsium dan fosfat adalah faktor yang signifikan untuk menjaga keutuhan hidroksiapatit enamel gigi.

4. Self Cleansing

Aliran saliva yang baik menyediakan aksi pembersihan mekanis terhadap sisa residu makanan, debris, maupun plak bakteri.

(65)

8

5. Antimikroba

Saliva sebagai antimikroba dan juga mengontrol mikroorganisme rongga mulut secara spesifik misalnya dengan sIgA dan non spesifik misalnya dengan adanya lisozim, laktoferin dan sialoperoksidase.

6. Membantu proses pencernaan

Saliva membantu proses pencernaan karena di dalam saliva terdapat enzim amilase dan lipase.

7. Pengecapan rasa

Saliva berperan dalam pengecapan rasa karena terdapat kandungan protein yang berperan dalam interaksi antara makanan dengan taste bud pada sel indera pengecap rasa terutama pada dorsum lidah.

Fungsi saliva tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan yang berhubungan dengan komposisi maupun viskositas, derajat keasaman dan susunan ion serta protein saliva.23

2.1.3 Persarafan Kelenjar Saliva

Saliva terdiri dari dua komponen yang disekresi melalui mekanisme yang berbeda. Komponen pertama adalah cairan termasuk ion, terutama diproduksi oleh stimulasi parasimpatis dan komponen kedua adalah protein yang terutama dihasilkan oleh stimulasi simpatis. Sekresi kelenjar saliva umumnya dikontrol oleh saraf otonom. Sekresi tergantung pada beberapa pengaruh modulatori yang bertindak baik melalui siklus AMP maupun calcium pathway.29 Tidak seperti sistem saraf otonom di tempat lain, rangsangan simpatis dan parasimpatis di kelenjar saliva tidak saling bertentangan. Kedua rangsangan tersebut merangsang sekresi saliva dalam jumlah, karakteristik dan mekanisme yang berbeda.14,29

Stimulasi parasimpatis menghasilkan saliva dalam jumlah banyak dengan konsentrasi protein yang rendah, sementara stimulasi simpatis menghasilkan saliva dalam jumlah sedikit namun mempunyai konsentrasi protein yang tinggi, hal ini menyebabkan mulut terasa lebih kering daripada biasanya.28 Rangsangan parasimpatis menstimuli reseptor kolinergik menyebabkan vasodilatasi pembuluh

(66)

9

darah, hal ini yang membuat volume saliva lebih banyak dan kaya protein sedangkan rangsangan simpatis akan menstimuli reseptor adrenergik menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada kelenjar saliva, hal ini yang membuat volume saliva jauh lebih sedikit dengan konsentrasi kental dan kaya mukus. Pusat saliva parasimpatis terletak pada medula oblongata yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu superior nuklei (saraf fasialis) terhubung dengan kelenjar submandibula dan sublingual, sedangkan inferior nuklei (saraf glossopharyngeal) mempersarafi kelenjar parotid.14,29,0 Serabut saraf simpatis yang mempersarafi kelenjar saliva berasal dari ganglion servikalis superior dan berjalan bersama dengan arteri yang mensuplai kelenjar saliva. Serabut saraf simpatis berjalan bersama arteri karotis eksterna yang memberikan suplai darah pada kelenjar parotid dan bersama arteri lingualis memberikan suplai darah ke submandibula, serta bersama arteri fasialis yang mensuplai darah ke kelenjar sublingualis. Kedua pusat saliva ini mendapat input berupa stimulus atau inhibitor dari otak depan dan batang otak. Struktur persarafan batang otak berhubungan dengan stimulus sensor oral sedangkan otak depan berhubungan dengan regulasi mastikasi, minum dan suhu tubuh sehingga masing-masing stimulus tersebut memengaruhi proses sekresi saliva.30

2.1.4 pH, Laju Aliran dan Ion Kalsium Saliva

Saliva dalam rongga mulut mempunyai pH atau derajat keasaman yang dapat berubah setiap saat. Perubahan pH saliva dalam rongga mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain irama siang dan malam, diet, perangsangan kecepatan sekresi dan berubahnya polisakarida menjadi asam di rongga mulut. pH saliva yang rendah dan mencapai angka kritis dapat menyebabkan terjadinya karies, dimana penurunan pH yang berulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi.23

Derajat keasaman (pH) dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit dalam saliva, terutama oleh susunan bikarbonat karena susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva.31

(67)

10

Aliran saliva merupakan faktor utama yang memengaruhi komposisi saliva. Apabila aliran saliva meningkat, maka konsentrasi protein total, sodium, klor, bikarbonat dan pH saliva juga akan meningkat sedangkan apabila terjadi penurunan laju aliran saliva menyebabkan produk bakteri akan mudah melekat pada permukaan plak sehingga dapat meningkatkan frekuensi terjadinya karies.15 Laju aliran saliva total baik yang distimulasi maupun tidak distimulasi yaitu antara 500–1.500 ml/hari pada orang dewasa.25 Laju aliran saliva normal yang distimulasi yaitu 1-3 ml/menit, dikatakan laju aliran saliva rendah apabila berada sekitar 0,7–1,0 ml/menit, sedangkan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva kurang dari 0,7 ml/menit. Laju aliran saliva normal yang tidak distimulasi yaitu 0,25-0,35 ml/menit, dikatakan laju aliran saliva rendah apabila berada diantara 0,1–0,25 ml/menit sedangkan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit.15

Persentase kontribusi dari berbagai kelenjar saliva pada saliva yang tidak distimulasi, yaitu:12

 20% oleh kelenjar parotid  65% oleh kelenjar submandibula  7–8% oleh kelenjar sublingual  7-8% oleh kelenjar saliva minor

Sedangkan persentase kontribusi dari berbagai kelenjar saliva pada saliva yang distimulasi, yaitu:12

 50% oleh kelenjar parotid  30% oleh kelenjar submandibula  10% oleh kelenjar sublingual  10% oleh kelenjar saliva minor

Pada saliva yang distimulasi terdapat perubahan dalam persentase kontribusi masing-masing kelenjar dengan kontribusi parotid lebih dari 50% dari laju aliran saliva total. Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan pelepasan air dan ion, sedangkan saraf simpatis menyebabkan pelepasan protein dengan sel asinar. Mekanisme ini bekerja sama dalam mengontrol aliran saliva.22

(68)

11

Kalsium merupakan mineral esensial yang banyak ditemukan dalam tubuh. Sebanyak 99% dari kalsium yang ada di dalam tubuh ditemukan pada tulang dan gigi dan hanya sekitar 1% ditemukan di dalam darah.32 Kalsium saliva banyak terdapat dalam kelenjar submandibula yaitu dengan konsentrasi 3,7 mmol/l, dimana jauh lebih tinggi dibandingkan kadar kalsium yang terdapat dalam plasma yaitu 2,5 mmol/l ataupun pada saliva keseluruhan yaitu 1,35 mmol/l.22 Konsentrasi normal kalsium dalam saliva adalah 1-2 mmol/l.17 Saliva berperan penting dalam ketersediaan kalsium. Konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi dalam saliva menyebabkan pertukaran ion yang cukup untuk menjaga permukaan gigi dimulai dari gigi tumbuh sampai pada proses pematangan gigi. Proses ini terjadi selama remineralisasi enamel gigi. Fungsi lain dari kalsium yaitu membentuk ikatan yang kuat dengan α-amilase yang berperan sebagai co-factor yang penting dalam fungsinya sebagai enzim.15

2.2 Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.33 Rokok pada umumnya berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70-120 mm, hal ini bervariasi tergantung negara dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.34 Menurut lembaga survei WHO 2008, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai jumlah perokok terbesar di dunia. Perilaku merokok adalah suatu aktivitas yang dilakukan individu berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.35

Asap rokok merupakan suatu aerosol yang terdiri dari partikel padat yang tersuspensi dalam gas. Merokok menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang terdiri dari gas dan bahan yang diendapkan saat dihisap. Pada pembakaran, asap rokok dipecah menjadi dua komponen yaitu komponen partikel dan komponen gas 85%.4 Kandungan rokok membuat seseorang tidak mudah berhenti merokok karena dua alasan, yaitu faktor ketergantungan atau adiksi pada nikotin dan

(69)

12

faktor psikologis yang merasakan adanya kehilangan suatu kegiatan tertentu jika berhenti merokok.35

2.2.1 Klasifikasi Perokok

Menurut Conrad (2011), perokok dibagi atas tiga kelompok yaitu perokok aktif, perokok pasif (secondhand smoker) dan thirdhand smoker. Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap asap tembakau dari rokok yang dihisapnya bisa dalam bentuk rokok putih, cerutu, kretek dan sebagainya.36 Perokok aktif dapat diklasifikasikan menurut kemampuannya menghisap rokok, antara lain perokok ringan, perokok sedang dan perokok berat. Perokok ringan merupakan perokok yang merokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang adalah perokok yang menghisap 11-20 batang rokok per hari sedangkan perokok berat adalah perokok yang menghisap lebih dari 20 batang rokok per hari.37 Perokok pasif (secondhand smoker) adalah orang yang terpapar dan menghirup asap rokok yang dihembuskan langsung dari perokok aktif. Thirdhand smoker adalah orang yang terhirup residual dari asap rokok secara tidak langsung. Residu dari sisa pembakaran rokok dapat menempel di berbagai tempat seperti pakaian, rambut, karpet dan lainnya meskipun rokok tersebut telah dimatikan.36

Paparan akut dari perokok aktif dipengaruhi oleh banyaknya tembakau yang dikonsumsi, jenis produk yang menggunakan tembakau (rokok, cerutu, pipa, dll), cara merokok atau produk dari tembakau itu digunakan, serta tipe dan merek dari tembakau yang dikonsumsi.36

2.2.2 Jenis Rokok

Ada beberapa jenis rokok, yaitu:31,34 1. Rokok Kretek

Rokok yang berisikan daun tembakau dan cengkeh yang diberi zat perasa untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok kretek ini kebanyakan tidak menggunakan filter pada bagian yang akan dihisap.

Gambar

Gambar 1.Spektrofotometri Serapan                Gambar 2. pH meter Hanna47
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti
Tabel 2. Rata-rata pH saliva pada kelompok perokok dan bukan perokok
Tabel 4. Hasil pengukuran sampel kadar ion kalsium saliva pada kelompok perokok dan bukan perokok

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan lembar kerja peserta didik non eksperimen pada materi kesetimbangan kimia kelas XI IPA SMA N 8 Muaro Jambi yang layak menurut

Data yang diperoleh melalui lembar kegiatan atau lembar evaluasi yang merupakan hasil komunikasi guru dan anak setiap pertemuan pembelajaran dalam setiap siklus lalu

digunakan dalam penelitian merupakan subyek yang sesuai dengan.

Berikut ini ada beberapa parameter “ responsiveness ” dari suatu perencanaan, yang kelihatannya mengacu pada proses, sebagai berikut: (1) sejauh mana masyarakat di wilayah objek

The English teacher are suggested to apply peer response technique in teaching learning process, especially in teaching writing because it can help student

Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan hasil frekuensi kemampuan pengelolaan posyandu pada saat pretest berdasarkan pendidikan, berhubungan dengan pengetahuan terdapat

Dari uji analisis ragam diketahui terdapat interaksi antara jenis pohon fase semai dengan konsentrasi zat alelopati alang-alang yang memengaruhi pertumbuhan tinggi, jumlah daun,

Tesis Nilai Gizi Sifat Fisik ..... ADLN - Perpustakaan