• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe STAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe STAD"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SITI CHODIJAH NIM 809018300714

PEROGRAM DUAL MODE SISTEM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

N a m a : SITI CHODIJAH Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Mei 1980

NIM : 809018300714

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada

Konsep Sumber Daya Alam Melalui Penerapan Model Pembelajaran STAD

Dosen Pembimbing : Baiq Hana Susanti, M.Sc.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis

Jakarta, Agustus 2012

Yang menyatakan,

Siti Chodijah

(5)

i

Siti Khodijah. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Sumber Daya Alam Melalui Penerapan Model Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas IV MI Rabiah Al-Adawiyah Jakarta, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah btidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syaraif Hidayatullah Jakarta 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sumber daya alam di kelas IV MI Rabiah Al-Adawiyah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Rabiah Al-Adawiyah Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti, guru kelas, dan kepala sekolah. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA materi sumber daya alam melalui penerapan model pembelajaran STAD pada siswa kelas IV MI Rabiah Al-Adawiyah Jakarta. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar IPA dari siklus I sampai dengan siklus II yaitu sebesar 76% disiklus I kemudian meningkat sebesar 92% disiklus II. Oleh karena itu model penerapan pembelajaran ini mempunyai peranan yang cukup penting karena dapat membantu meminimalkan permasalahan yang dihadapi pada saat pembelajaran.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sumber daya alam pada siswa kelas IV MI Rabiah Al-Adawiyah Jakarta.

(6)

ii

KATA PENGANTAR





Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Sumber Daya Alam Melalui Penerapan Model Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas IV MI Rabi’ah Al-Adawiyah Jakarta.

Adapun penyusunan Skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi jenis PTK ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan hati yang tulus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kementerian Agama Republik Indonesia yang memberikan kesempatan mengikuti kualifikasi S1 untuk guru-guru Madrasah Ibtidaiyah.

2. Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Fauzan, MA. Ketua Program Studi PGMI, Jurusan Kependidikan Islam dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang selalu membantu dengan penuh kesabaran kepada peneliti dalam penyusunan skripsi hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak terhingga banyaknya dan berguna bagi penulis.

(7)

iii

8. Kepala MI Rabi’ah Al-Adawiyah Jakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian..

9. Pendididik dan Tenaga Pendidik MI. Rabi’ah Al-Adawiyah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian di madrasah tersebut.

10.Siswa-siswi MI Rabiah Al-Adawiyah Jakarta khususnya kelas IV yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar.

11.Suami dan anak – anakku tercinta yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil hingga selesai skripsi ini.

12.Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasinya kepeda peneliti dalam melakukan penelitian.

13.Kepada kakak dan adik-adik yang tercinta yang telah memotivasi peneliti dalam menyelesaikan studi S1.

14.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, namun telah memberikan saran dan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga apapun yang telah disumbangkan kepada penulis, sekecil apapun

wujudnya tercatat sebagai amal yang diterima oleh Allah SWT.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan, mengingat kurangnya kemampuan penulis. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun

Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita semua, Amiin.

Jakarta, Agustus 2012

Penulis

(8)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 4

D. PerumusanMasalah Penelitian ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 8

1. Metode Pembelajaran Kooperatif ... 8

2. Model Pembelajaran Student Achievement Division (STAD) 10 3. Pembelajaran IPA dengan Model Pembelajaran STAD ... 12

4. Tinjauan Bahan Sumber Daya Alam... 12

5. Belajar ... 13

6. Hasil Belajar ... 16

7. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 17

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

C. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

(9)

v

1. Metode Penelitian... 24

2. Rancangan SikluS Penelitian ... 25

C. Subyek Penelitian ... 25

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 25

E. Teknik Intervensi Tindakan ... 26

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 27

G. Data dan Sumber Data ... 27

1. Data Penelitian ... 27

2. Sumber Data ... 28

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 28

I. Teknik Pengumpulan Data ... 29

J. Teknik Pemeriksaan Keabsahan ... 29

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 29

1. Analisis Data ... 29

2. Interprestasi Data ... 31

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 31

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 33

1. Siklus I ... 33

2. Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 36

3. Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 37

B. Analisis Data ... 47

C. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran-saran ... 53

(10)

vi

[image:10.595.111.524.160.591.2]

DAFTAR TABEL

Tabel. 3.1 Interval Kategori dan Keaktivan Siswa ... 31

Tabel. 4.1 Data Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 36

Tabel. 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I ... 36

Tabel. 4.3 Data Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 37

Tabel. 4.4 Data Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 44

Tabel. 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 44

Tabel. 4.6 Data Observasi kegiatan Guru Pada Siklus II ... 45

Tabel. 4.7 Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ... 47

(11)
[image:11.595.111.521.190.592.2]

vii

(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 2. Lembar Soal Uji Kompetensi Siklus I

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 Tugas Kelompok Lampiran 4. Kisi- Kisi Soal Siklus 1

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 6. Lembar Soal Uji Kompetensi Siklus II Lampiran 7. Kisi- Kisi Soal Siklus 11

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 Tugas Kelompok Lampiran 9. Data Hasil Uji Kompetensi Siklus I

Lampiran 10. Data Hasil Uji Kompetensi Siklus I

Lampiran 11. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Lampiran 12. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Lampiran 13. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Lampiran 14. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II

Lampiran 15. Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif STAD Siklus I

Lampiran 17. Lembar Pengamatan Hasil Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif STAD Siklus I

Lampiran 18. Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif STAD Siklus II

Lampiran 19. Lembar Pengamatan Hasil Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif STAD Siklus II

(13)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu keharusan dalam kebutuhan yang sangat penting bagi setiap individu. Di dalam pendidikan proses belajar mengajar dan proses pembelajaran merupakan inti pendidikan yang di dalamnya melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Di sini terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lain. Melalui proses belajar ini akan tercapai tujuan pendidikan, yaitu terjadi perubahan tingkah laku dan tercapainya hasil pembelajaran yang optimal. Disini guru berperan sangat penting dalam proses belajar mengajar. Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif1. Pandangan umum yang masih dianut guru dalam proses belajar mengajar sampai sekarang ialah bahwa dalam proses belajar mengajar, pengetahuan dialihkan dari guru ke siswa.

Pola pembelajaran ini menyebabkan aktivitas siswa dalam proses belajar menjadi pasif. Oleh karena itu,guru harus memperbaiki kualitas mengajar. Tugas seorang guru tidak hanya sekedar mengajar tetapi lebih ditekankakan pada pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Kecenderungan guru otoriter dan instruktif menjadi komunikasi satu arah,disini guru yang berperan aktif sementara siswa pasif hanya menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru,ini berarti guru kurang memberi peluang dan kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya sehhingga siswa menjadi pasif dan situasi ini bertentangan dengan siswa belajar aktif. Seharusnya siswa sebagai subjek pendidikan, di tuntut supaya aktif dalam belajar mencari informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing

1

(14)

2

ke arah pengoptimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari. Diharapkan dalam proses pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru apabila ada kesulitan.

Namun kenyataannya dilapangan juga menunjukkan aktivitas siswa pada pembelajaran masih rendah, seperti pada saat siswa belajar kelompok. Pelaksanaan pembelajaran di lapangan melalui belajar kelompok masih jarang, jika ada dilaksanakan hasil yang di capai masih rendah. Pada umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan. Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab. Jika ada,itu hanya 4-5 orang siswa saja. Jika ada kendala siswa tidak berani bertanya. Nilai yang di peroleh siswa masih di bawah standar ketuntasan belajar, terutama mata pelajaran IPA, dimana standar yang di gunakan adalah 65. Namun masih terdapat 60 % dari siswa dalam pembelajaran IPA mendapat nilai di bawah standar ketutasan minimal dikarenakan guru dalam memberikan materi pelajaran masih didominasi oleh metode konvensional,

Berdasarkan permasalahan di atas maka upaya peningkatan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA di MI Robi’ah Al-Adawiyah Jakarta merupakan masalah yang harus di tanggulangi. Salah satu model pembelajaran diduga dapat mengatasi yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisons) suatu model pembelajaran kreatif dan inovatif merupakan salah satu solusi yang efektif, dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses belajar sehingga memberi dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi antar siswa.

(15)

sosial seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment Division) cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA dimana proses pembelajaran ini biasanya banyak menuntut siswa untuk melakukan pembelajaran eksperimen dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dituntut melakukan belajar dengan kelompok, ini dapat mendorong siswa untuk mengaktualisasikan potensi dirinya secara optimal.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sesungguhnya bukanlah hal yang baru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para guru telah menerapkannya selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok tugas, kelompok diskusi, dan sebagainya. Namun model ini senantiasa mengalami perkembangan. Strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebuah pendekatan pendidikan yang tepat untuk membantu seluruh siswa mencapai standar isi dan membangun keterampilan-keterampilan perseorangan yang diinginkan untuk keberhasilan dalam segala bidang.

Pada pembelajaran model kooperatif tipe STAD siswa selalu diberi motivasi untuk saling membantu dan membelajarkan teman sekelompoknya dalam memahami materi pelajaran dan selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang sulit, serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kreatif, dan mengembangkan sikap sosial siswa, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah belajarnya. Dengan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam, penelitian ini diberi judul“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Sumber

Daya Alam Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

(16)

4

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru IPA belum banyak yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD di MI Robi’ah Al-Adawiyah Pulo Gebang Cakung Jakarta.

2. Pengaruh penggunaan adanya model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam meningkatkan hasil belajar IPA di MI Robi’ah AI-Adawiyah Pulo Gebang Cakung Jakarta belum diketahui.

3. Pengaruh besarnya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam meningkatkan hasil belajar IPA di MI Robi’ah Al-Adawiyah Pulo Gebang Cakung Jakarta belum diketahui.

4. Metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional.

5. Kolaborasi antara guru IPA dengan siswa MI Robi’ah Al-Adawiyah Pulo Gebang Cakung Jakarta belum ada.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran dimana menekankan siswa untuk bekerjasama tetapi pengelompokannya berdasarkan tingkat prestasi yang berbeda, penilaian dilakukan penilaian individu dan penilaian kelompok.

2. Konsep bahasan dalam pembelajaran IPA adalah sumber daya alam

(17)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimanakah proses penerapan model pembelajar kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan

hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam?”

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajar kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep

bahasan sumber daya alam di Kelas IV MI Robi’ah Al- Adawiyah Pulo Gebang Cakung Jakarta.

2. Manfaat Hasil Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat disumbangkan bagi guru, siswa serta pihak yang berkepentingan, antara lain sebagai berikut:

a. Bagi siswa

Untuk melatih siswa agar lebih aktif, kreatif, percaya diri, dan mandiri dalam belajar menyelesaikan masalah-masalah berkaitan dengan materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan sikap positif pada siswa untuk berfikir kritis, inovatif dan sistematis. Selain itu, merangsang otak siswa menyusun kata-kata yang ilmiah dalam memberikan pendapatnya dan melatih siswa untuk dapat menerima perbedaan-perbedaan pendapat dalam menyelesaikan masalah dengan orang lain.

b. Bagi guru

(18)

6 BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Metode Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dala belajar1.

Cooperatitive learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran2.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (1994) sebagaimana dikutip Mohammad Jauhar adalah sebagai berikut:

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama.”

1

Ijoni. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. (Yogyakarta: Alfabeta, 2011), Cet. 5, h. 15

2

(19)

2) Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki

tujuan yang sama.

4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif3.

Menurut Thompson, et al. (1995) sebagaiman dikutip Mohammad Jauhar, bahwa pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya4.

Menurut Slavin (1995) yang dikutip Mohamad Jauhar bahwa pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi

3

Mohamad Jauhar. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Kontruktivistik.(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 52

4

(20)

8

pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan5.

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman- teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan- keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan6.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) yang dikutip Ijoni,yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

1) Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untukmemperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

2) Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes

5

Ibid, h. 53

6

(21)

dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya7.

Pembelajaran kooperatif menggunakan system pengelompokkan / tim kecil, yitu antara empat sampai enam orang yang memnpunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)8. Pada proses pembelajarannya siswa diberikan kesempatan bekerja dalam kelompok kecil untuk mediskusikan dan memecahkan masalah.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif menurut Slavin yang dikutip Mohammad Jauhar adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai stidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim dan dikutip Jauhar, yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis

7

Ibid, h. 21-22

8

(22)

10

penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan- keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial9.

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan.

9

(23)

2. Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Pengajaran adalah suatu proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempemudah belajar10. Dalam proses tersebut, terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau pendekatan untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

Salah satu pendekatan pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokkan / tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)11.

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi teks. Siswa dalam suatu kelas tertenti dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dai laki-laki dan perempuan.12

Proses pembelajaran STAD melalui lima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap penghitungan skor perkembangan indivisu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok. Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa

10

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 34

11

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 240

12

(24)

12

mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep biologi secara benar.

Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran mata pelajaran IPA yang disajikan dengan model pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan ” belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”13

. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar. Namun, apa sebenarnya belajar itu, rasanya masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sejak manusia ada, sebenarnya ia telah melaksanakan aktivitas belajar. Banyak para ahli yang memberikan batasan belajar. Belajar mempunyai sejumlah ciri yang dapat dibedakan dengan kegiatan-kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar.

Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.

Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses “balidasi” atau

pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi -materi yang telah ia pelajari. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.

13

(25)

Adapun pengertian belajar secara kualitatif ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah- masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa14.

Sebagai landasan ada beberapa definisi belajar yang dikemukakan para ahli sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikan, diantaranya:

a. Hilgard dan Brower dalam buku Theories of Learning (1975)

mengemukakan, “Belajar” berhubungan dengan perubahantingkah

laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, ata kadang-kadang sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan seterusnya b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan

bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan

isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. c. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978)

mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relative

menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari

latihan atau pengalaman.”

d. Witherington, dalam buku Educational Psychology, mengatakan:

“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pola reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian15.”

14

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 90

15

(26)

14

Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.

Menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru. Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah: kematangan, penyesuaiandari/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan16.

Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan- pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terus-menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

3. Hasil Belajar

Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dikatakan bila mana telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar setiap guru selalu berusaha melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat membawa hasil atau berhasil guna, dan kegiatan pembelajaran secara

16

(27)

efisien dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat berdaya guna atau tepat guna baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik17. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, baik segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Tercapainya hasil belajar dapat dilihat melalui tes, mengamati perilaku siswa dan lain-lain.

Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru).

Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran biologi di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu.

4. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin,

17

(28)

16

tetapi yang sampai sekarang banyak dinela adalah Kemmis dan Mc Taggart18.

Menurut Kunandar Penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi19.

Kemmis mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inquiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan)20.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat PTK.

Menurut Elliot dikutip Ekawarna bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian dari sebuah situasi sosial kemungkinan tindakan untukmemperbaiki kualitas situasi soeial tertentu21. Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional.

Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis yang dikutip Ekawarna, mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial

18

Ekawama. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Gaung Persada, 2011), Cet. 2, h. 4

19

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Sutau Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006), h. 91

20

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 42.

21

(29)

untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut22.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup profesional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.

Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan- kekurangan dan kelebihannya. Apabila di

dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan

bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagaipeneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang

22

(30)

18

dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.

b. Model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.

1) Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan ( planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi : (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996).

Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

(31)
[image:31.595.109.514.98.643.2]

(tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.

Gambar 2.2: Riset Aksi Model John Elliot 3) Design PTK Model Kemmis & McTaggart

(32)

20

[image:32.595.110.518.210.667.2]

kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk designnya.

Gambar 2.3 Model PTK Kemmis & McTaggart

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu ; perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Pada gambar di atas, tmapak bahwa didalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan. Apabila permasalahan terkait dengan mata pelajaran tidak hanya terdiri dari dua siklus.

c. Jenis Penelitian Tindakan Kelas

(33)

eksperimen survei,analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus

Menurut Richart Winter dikutip oleh Ekawarna bahwa ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.

1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.

(34)

22

yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.

3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.

(35)

penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.

5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar- mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.

6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama23.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun paradigma kualitatif.

23

(36)

24

Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungj awabkan taraf ke i 1 m iahannya.

Secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting)24.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni yang ditulis oleh Agus Muji Widodo (2004) dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri Pilangsari 1, Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen Tahun 2004.

Dalam penelitian tersebut didapat suatu kesimpulan bahwa dengan pembelajaran kooperatif model STAD hasil belajar siswa meningkat dibanding dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, dan guru dalam proses pembelajaran dikatagorikan baik dilihat dari hasil persentase pengamatan penampilan guru.

Agus Muji Widodo (2005) dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas III SD N Pilangsari 1, Ngrampal, Sragen.

Dari hasil penelitian tersebut didapat bahwa penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada siswa kelas III dari hasil antar siklus meningkat dengan cukup signifikan. Siswa dapat mengungkapkan suatu hasil pikirannya dengan kalimat yang cukup panjang dibanding sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif. Peningkatan tersebut disebabkan dengan Pembelajaran Kooperatif selain terbangun peer teaching, masyarakat belajar juga siswa merasa senang karena karakteristik dari Pembelajaran Kooperatif model STAD belajar dengan nuansa diskusi kelompok.

24

(37)

Khoadijah Arsyad dengan judul skripsi “Upaya meningkatkan hasil belajar PKn melalui model pembelajaran STAD di SMP Kesatuan Jakarta Barat. Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan Kusuma Negara Jakarta 2011.

Hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa strategi pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran PKn materi hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat pada siswa kelas VII SMP Kesatuan Jakarta Barat 2011.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang ingin diajukan dalam penelitian ini adalah

(38)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV MI Robiah Al-Adawiyah Pulo Gebang Cakung Jakarta. Tempat ini di pilih dengan alasan lokasi mudah dijangkau oleh kendaraan umum atau pribadi sehingga memudahkan penulis berinteraksi dengan pihak sekolah.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang di butuhkan untuk penelitian ini selama 3 bulan yaitu dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan berdasarkan model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari empat langkah sebagai berikut:

a. Mengembangkan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki situasi yang terjadi.

b. Melakukan tindakan untuk menjelaskan rencana.

c. Mengamati dampak dari situasi yang disampaikan dalam konteks kejadian.

d. Merefleksikan dampak tersebut sebagai dasar perencanaan dan seterusnya hingga terbentuk sebuah siklus.

(39)
[image:39.595.109.517.110.612.2]

Gambar. 3.1

Model PTK Kemmis & McTaggart

2. Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini didesain menjadi dua siklus yang setiap siklusnya dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini peneliti memilih model gambar penelitian Arikunto, menurut Arikunto pelaksanaan penelitian tindakan kelas mencakup empat langkah, yaitu: a). Perencanaan, b). Tindakan, c). Pengamatan, dan d). Refleksi.1

C. Subyek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV MI Robiah Al-Adawiyah Pulo Gebang Cakung Jakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 36 siswa, banyaknya siswa laki-laki 16 siswa dan banyaknya siswa perempuan 20 siswa

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran dan posisi peneliti dalam penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai guru dan peneliti yang berkolaborasi dengan guru mata pelajaran IPA kelas IV MI Robiah Al-Adawiyah Pulo Gebang Cakung Jakarta.

1Ibid

(40)

28

Dalam penelitian ini peneliti juga berusaha membuat rancangan penelitian dari mulai rencana penelitian yaitu membuat skenario pembelajaran berupa RPP dan menyiapkan perangkat penelitian seperti lembar observasi, lembar catatan lapangan dan alat dokumentasi seperti handycam/kamera digital. Tahap persiapan pelaksanaan kegiatan penelitian yaitu meliputi kegiatan izin penelitian terhadap sekolah dan guru kelas dalam penelitian serta melihat ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran. Mengontrol pelaksanaan kegiatan penelitian yaitu bagaimana peneliti bekerjasama dengan kolaborator melaksanakan kegiatan penelitian untuk mendapatkan informasi data yang akurat sesuai dengan fokus penelitian, hingga tahap refleksi penelitian dimana peneliti berperan sebagai pencatat informasi dan data penelitan.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :

1. Perencanaan

Tahap perencanaan dalam penelitian ini meliputi : a. Menentukan pokok bahasan.

b. Menentukan media yang tepat untuk pokok bahasan c. Mengembangkan skenario pembelajaran.

d. Menyiapkan instrument tes (tes essay, lembar observasi dan kuesioner)

e. Membentuk kelompok siswaf f. Menyimpulkan materi. 2. Tindakan

(41)

3. Pengamatan

Tahap pengamatan atau observasi terhadap penerapan model pembelajaran STAD pada saat proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan

b. Membahas hasil evaluasi mengenai RPP, skenario, dan lain-lain c. Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada hasil evaluasi,

dandigunakan untuk tahap berikutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian tindakan kelas ini adalah setelah siswa mengalami pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran STAD ini dapat meningkatkan hasil belajar, baik dari ranah kognitif. Model pembelajaran STAD adalah suatu model yang menitik beratkan siswa untuk lebih dapat berpikir kritis dan analitis pada setiap jawaban atau masalah-masalah IPA yang ada, sehingga siswa termotivasi untuk inovatif dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

G. Data dan Sumber Data 1. Data penelitian

Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, catatan lapangan dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan pembelajaran sumber daya alam dengan model pembelajaran STAD pada siswa kelas IV MI Robiah Al-Adawiyah Pulo Gebang Cakung Jakartayang di teliti.

Data tersebut tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar yang berupa informasi sebagai berikut : a. Perencanaan pembelajaran yang berhubungan dengan Rencana

(42)

30

b. Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku guru dan siswa, siswa dengan siswa, dalam pembelajaran..

c. Evaluasi pembelajaran sumber daya alamyang berupa penilaian proses dan hasil.

d. Hasil tes siswa baik sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran sumber daya alam.

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran sumber daya alam dengan model pembelajaran STAD yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran. Data di peroleh dari subjek yang diteliti yakni siswa kelas IV MI Robiah Al-Adawiyah Pulo Gebang Cakung Jakarta.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dan hasil tindakan yang telah dilaksanakan akan menggunakan beberapa instrumen, yaitu:

1. Tes penguasan konsep

Untuk mengetahui penguasan konsep siswa tentang sumber daya alam, maka instrumen yang digunakan adalah tes.

2. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui kemampuansiswa dalam memberikan jawaban dan argumen tentang materi yangdiajarkan.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab baik langsung maupun tidak langsung,pada pedoman ini dibuat untuk menyaring konsepsi awal berkaitan dengan pokok bahasan secara mendalam.

I. Teknik Pengumpulan Data

(43)

1. Observasi

Observasi sebagai pengamatan atau pencatatan secara sitematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.2

lenbar observasi digunakan untuk mengetahui nilai kerjasama siswa dalam kelompok pada proses pembelajaran berlangsung.

2. Tes

Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.3

Tes yang digunakan berbentuk essay. Test ini digunakan setelah siswa mendapatkan materi pelajaran.

3. Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab baik langsung maupun tudak langsung, pedoman ini dibuat untuk menyaring konsepsi awal berkaitan dengan pokok bahasan secara mendalam.

J. Teknik Pemeriksaan Keabsahan

Untuk menunjukkan adanya kesahihan data digunakan teknik pemeriksaan keterpercayaan studi dengan mengacu pada kriteria yang disampaikan Mills, yaitu kredibilitas, tranferbilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.Kalibrasi instrumen dalam penelitian ini menggunakan krebilitas.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data 1. Analisis Data

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA setelah menggunakan model pembelajaran STAD digunakan analisis deskriptif. Komponen yang dianalisis adalah :

2

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta PT. Asdi Mahasatya, 2003), h. 158

3

(44)

32

a. Keaktifan belajar siswa

Untuk mengukur keaktifan siswa digunakan lembaran observasi keaktifan siswa. Adapun aktifitas siswa yang diamati adalah :

1) Mempersiapkan kegiatan belajar mengajar 2) Membaca materi pelajaran.

3) Bertanya

4) Mendengarkan keterangan dari guru atau dari sesama siswa dengan serius dan penuh perhatian.

5) Merumuskan kesimpulan materi pelajaran. 6) Presentasi hasil kerja kelompok

7) Menanggapi hasil presentasi

8) Minat dan perhatian terhadap kegiatan pembelajaran.

Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus:

p = x100%

N f

Keterangan:

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of Cases (junlah frekuensi/banyaknya individu) P = angka presentase.4

b. Hasil Belajar Siswa.

Penilaian hasil belajar siswa diperoleh dari nilai ulangan harian siswa yang diadakan setelah selesai satu standar kompetensi.

Hasil yang diperoleh siswa melalui ulangan harian. Hasil belajar siswa ini dijadikan data pendukung atau data sekunder.

2. Interpretasi Data

Interpretasi data diberi nilai sesuai dengan kategori seperti tabel berikut :

4

(45)
[image:45.595.109.515.98.770.2]

Tabel. 3.1

Interval kategori dan Keaktivan Siswa

Interval Kategori

75 % - 100 % 65 % - 74 % 55 % - 64 %

≤ 54 %

Baik sekali Baik Cukup Kurang L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Perbaikan kekurangan hasil penelitian pada siklus I,maka dilanjutkan ke siklus II.

1. Perencanaan

Tahap perencanaan pada penelitian ini adalah : a. Menentukan pokok bahasan

b. Menentukan media yang tepat untuk pokok bahasan. c. Mengembangkan skenario pembelajaran.

d. Menyiapkan instrument tes (tes essay, lembar observasi dan kuesioner).

e. Membentuk kelompok siswa. f. Menyimpulkan materi. 2. Tindakan

Tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu menerapkanmodel STAD yang mengacu pada RPP danskenario pembelajaran tentang materi yang akan diajarkan

3. Pengamatan

Pengamatan atau observasi terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan.

b. Membahas hasil evaluasi mengenai RPP, skenario, dan lain-lain c. Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada hasil evaluasi,

(46)

34 BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data 1. Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus I dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di sekolah. Pada penelitian pendahuluan didapatkan kesimpulan bahwa pada sekolah yang akan diteliti mengalami permasalahan pada rendahnya hasil belajar siswa dan kurangnya keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Dan permasalahan tersebut, peneliti merancang desain pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan melatih siswa agar telibat aktif dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif tipe STAD.

Desain pembelajaran yang disiapkan meliputi rencana pembelajaran yang menerapkan menerapkan metode STAD,Lembar Kerja Siswa( LKS),pedoman observasi kegiatan siswa,pedoman observasi guru,alat dan gambar- gambar,instumen tes soal pilihan ganda untuk pretest dan posttest serta membentuk kelompok belajar siswa. Pembelajaran siklus I dilakukan sekali pertemuan, pertemuan siklus I ini berlangsung selama 2 x35 menit. Indikator pembelajaran dari konsep sumber daya malam yang ditetapkan pada siklus I ini diantaranya:(1) Menjelaskan pengertian sumber daya alam,(2) Menyebutkan jenis - jenis sumber daya alam,(3) Menyebutkan sifat - sifat sumber daya alam,(4) Menyebutkan contoh - contoh sumber daya alam,(5) Menjelaskan hubungan antar sumber daya alamdengan lingkungan.

b. Tindakan

(47)

1) Pertemuan Pertama

Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode STAD di siklus I pada pertemuan pertamaini adalah sebagai berikut:

a. Pemberian Pretest kepada siswa untuk melihat kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan berupa penerapan metode STAD untuk meningkatkan hasil belajar,

b. Pembelajaran dimulai dengan menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan apersepsi dan motivasi kepada siswa. Kemudian mengaitkannya dengan konsep sumber daya alam yang akan dibahas pada pertemuan ini.

c. Membagikan LKS dan mengintruksikan siswa untuk duduk dalam kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang tertera dalam LKS.

e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi dalam kelompoknya untuk menyimpulkan hasil diskusinya. Kemudian perwakilan masing - masing kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan kelas.

f. Menutup pembelajaran dengan meluruskan kesimpulan yang di paparkan oleh masing - masing kelompok dan menjelaskan konsep ilmiah yang sedang dipelajari.

2) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi yang akan dibahas pada pertemuan kedua ini.

b. Menjelaskan materi mengenai hubungan antar sumber daya alam dengan lingkungan.

(48)

36

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi dalam kelompoknya untuk menyimpulkan hasil diskusinya, Kemudian perwakilan masing - masing kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan kelas.

e. Pemberian posttest dengan soal yang sama pada saat tes awal pretest. Tes berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal. Tes ini dilaksanakan untuk melihat kemampuan siswa setelah diberikan tindakan berupa penerapan metode STAD.

c. Pengamatan

Pada tahapan ini peneliti dapat melihat sejauh mana keberhasilan metode STAD yang diterapkan melalui tes hasil belajar siswa,pedoman observasi kegiatan siswa,pedoman observasi untuk aktivitas guru. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui ketercapaian pada setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Sedangkan tes hasil belajar siswa di gunakan untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum dan sesudah tindakan dengan menerapkan metode STAD. Adapun hasil pengamatan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

(49)

Tabel 4.1 Data Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Siklus 1

No Data Hasil Tes Hasil Belajar Pretest Postest

1 Nilai Rata-rata 60.8 72.00

2 Nilai Tertinggi 80 95

3 Nialai Terendah 30 45

4 Sudah memenuhi KKM 13 (52%) 19 (76%)

5 Belum memenuhi KKM 12 (48%) 6 (24%)

Tabel 4.1 diatas menunjukan peningkatan hasil tes sebelum dan sesudah diberikan tindakan pada siklus 1. Sebelum tindakan diberikan, hasil tes siswa hanya mencapai nilai rata - rata sebesar 60.8,sedangkan setelah diberikan tindakan meningkat sebesar 72.00. Peningkatan juga terlihat pada jumlah siswa yang telah memenuhi KKM. Sebanyak 19 siswa sudah memenuhi KKM di siklus 1. Hal ini berarti hanya sebanyak 6 siswa yang belum memenuhi KKM.

2. Hasil Observasi Kegiatan Siswa

Hasil observasi yang dilakukan pada siklus I dapat dirinci sebagai berikut:

1) Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa pada siklus I. Tabel 4.2Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I

No Aspek yang diamati Dilakukan Penilaian

Ya Tidak 1 2 3 4 1 Siswa melakukan kegiatan yang

terkaitdengan pembelajaran IPA, menjawab pertanyaan, mengerjakan LKS, membuat kesimpulan

√ √

2 Siswa berinteraksi satu sama lain √ √

Saling bertanya √ √

Saling menjelaskan √ √

Bekerjasama dan berdiskusi √ √

[image:49.595.109.519.129.770.2]
(50)

38

Menyampaikan idea tau gagasan √ √

Memberikan tanggapan √ √

3 Siswa mempresentasikan hasil diskusi √ √

Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan jelas

√ √

Siswa memberi tanggapan, pertanyaan dan sanggahan kepada

Kelompok lain 30 8 18 4

Jumlah Skor 44

Persentase 68.18%

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa persentaseaktivitas siswa dalam pembelajaran koopartif tipe STAD pada materi sumber daya alam memperoleh skor 30 atau 68.18%.Berdasarkan kriteria skor yang ditetapkan skor tersebut berada pada kisaran 65%- 74%. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa pada siklus I aktivitas siswa dikategorikan Baik.

3. Hasil Obervasi Kegiatan Guru

Tahap ini adalah tahap dimana seorang observer melakukan pengamatan terhadap guru pada saat yang bersangkutan mengajar di kelas. Dan hasil lembar pengamatan dengan indikatornya telah ditetapkan diperoleh hasil berikut:

Tabel 4.3 Data Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus 1

No Aspek yang diamati Penilaian

I PENDAHULUAN 1 2 3 4

a. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya √

b. Meriviu tujuan pembelajaran √

c. Memotivasi siswa √

II KEGIATAN INTI

a. Mempresentasikan materi pelajaran √

[image:50.595.105.519.104.762.2]
(51)

c. Membagi kelompok √ d. Mengawasi dan membimbing setiap kelompok secara

bergiliran

c. Mendorong siswa agar meminta bantuan kepada teman sebelum meminta bantuan kepada guru

III PENUTUP

a. Memimbing dalam menyimpulkan materi pelajaran √ b. Memberikan penghargaan terhadap peningkatan skor

kelompok

Jumlah 4 24

Total Skor 28

Sumber data: lampiran 13 Skor Maksimum = 10 x 4 = 40 Pencapaian = 28/40 x 100% = 70%

Berdasarkan tabel tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran IPA di kel

Gambar

Tabel. 3.1   Interval Kategori dan Keaktivan Siswa  ...........................................
Gambar. 2.1   Model PTK Kurt Lewin  ...............................................................
Gambar 2.2: Riset Aksi Model John Elliot
Gambar 2.3 Model PTK Kemmis & McTaggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

ditambah oleum citri diaduk hingga homogen Vitamin E Massa I Xanthan Gum Massa II Massa III Massa IV. essence masker

PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN PENYALUR BAHAN BAKAR PERTAMAX DARI BALONGAN SAMPAI JAKARTA.

Pada jaringan ini, komunikasi antara satu perangkat komputer satu dengan yang lain dilakukan secara spontan/ langsung tanpa melalui konfigurasi tertentu selama sinyal dari Access

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa p-value sebesar 0,52 yang berarti tidak terdapat perbedaanlama in- volusio uteri pada ibu nifas yang mengguna- kan IUD post placenta

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode