Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh
TRISNA LAILA YUNITA 104044101416
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUD I AHW AL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Mencapai Gelar Sarjana hukum Islam (SFl.I)
Oleh:
TRISNA LAILA YUNITA
104044101416
Di Bawah Bimbingan
-セセ@
Sri Hidayati, M .Ag.
NIP. 150 282 403
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUD I AHWAL AL-SYAKHSIY AH
FAKULTAS SY ARI' AH DAN HUKUM
UNNERSITAS ISLAM NEGERI
SY ARIF HIDAY ATULLAH
JAKARTA
diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Strata Satu (SI) pada Jurusan Al-Ahwal
Al-Syakshiyyah, program studi Peradilan Agama.
Jakarta, 27 Juni 2008
NIP. 150 210 422
Panitia Sidang Muuaqasyah
Ke tu a : Drs. H.A. Basiq Djalil, SH., MA. NIP. 150 169 102
Sekretaris : Kamarnsdiana, S.Ag.,MH. (
...
Mセ@...
)NIP. 150 285 927
Oセ@
(.::
...
)Pembimbing : Sri Hidayati, M.Ag.
NIP. 150 282 403
Penguji I : Zoebir Laini, SH. (
...
セNLLl@
)melimpahkan nikmat, hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan
judul "Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAJ) Terhadap
Perlindungan Hak Asuh Anak Akibat Perceraian", dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasululllah SAW.
Beserta keluarga dan sahabatnya.
Munculnya berbagai hambatan dan kesulitan seakan terasa ringan berkat
bantuan dan dorongan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis berkenan
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak tertentui, tanpa mengurangi
penghormatan penulis bagi pihak-pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu
dalam prngantar yang singkat ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaau yang setinggi-tiugginya, penulis
sampaikan kepada:
I. Bapak Prof. Dr. H. Muhanunad Amin Suma, SH, MA, MM, se!aku Dekau
fakultas Syari'ah dan Hukun1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.beserta para
pembantu Dekan.
2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA selaku Ketua Jurusan Ahwal
Al-Syakhsiyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta ..
3. Bapak Kamarusdiana, S.Ag., MH selaku Sekretaris Jurusan Ahwal Al-Syalchsiyah
5. Seluruh Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum Syarif Hidayatullah, pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 6. Kepada Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ibu Masnah Sari.
Beserta staf-stafuya yang telah memberikan waktu luangnyrn kepada pennlis. 7. Kepada Bapak Sander Diki Zulkamaen selaku sekretaris ketua Komisi
Perlindungan Anak Indonesia yang telah memberikan data dan waktu luang untuk wawancara, serta bimbingan bagi penulis.
8. Kepada Pak Very, Pak Santani atas nasehat serta motivasinya, Pak Suroyo, mbak Nanda, mbak Yuli atas sambutan hangatnya kepada penulis,
9. Ayah, Bunda tercinta serta adik-adikku ( Lilis dan Pindo ) yang telah berusaha memberikan dorongan, nasehat, do'a, dan restunya.
IO. Kepada Keluarga besar bapak Dr. H. M. Arfah Shiddik M.A, Man1a, Kakak Niar, Kakak Ami, Kakak Eli, Serta Jabal Arfah Shiddik dan kakak Yandie yang telah memberikan motivasi yang sangat berharga imtuk penulis.
11. Rekan-rekan mahasiswa Peradilan Agama 2004. Ani, Eka, Tya, Lya, Uci, Lela , Ipul, Maman, Hiton, Aris, Fajar, Ambia, dan kawan-kawan.
tentunya.
15. Teman-temanku Hendra dan Uci, mas Said dan kakak Rina atas bimbingam1ya. Ipeh dan Cici, Jibhan dan Amel, Yoga dan soulmate, Ari, Yanie dan Omen, Ozi, Ucil, Erna dan teman-teman semua yang secara langsung, maupun tidak langsung ikut andil dalam memacu, memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan skripsi
Ill.
Mudah-mudal1an jasa dan amal baik tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Sebagai amal saleh dan senantiasa berada dalam maghfirah-Nya.
Akhimya, semoga skripsi yang sederhana ini dapat memenuhi harapan dalam ikut serta membantu ke arah kemajuan pendidikan, khususnya masalah hak asuh anak akibat perceraian. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi orang banyak dan membawa keberkahan di dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan mencurahkan taufik serta hidayah-Nya kepada kita sekalian. Amin.
Jakarta, 18 Juni 2008
DAFTAR ISi ... v
Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. . . I B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... .. . . .. ... ... . .. ... ... ... ... ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. . . . .. 6
D. Metode Penelitian.... .. . . . ... . . .. .. . . .. . . ... . . .. . .. ... . . ... 7
E. Sistematika Penulisan... 8
Bab II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Komisi Perlindungan Anak Indonesia... 10
B. Pengertian Pengasuhan Anak.... .. . . .. . . .. 22
C. Hak-hak Anak. .. . . .. . . . ... . . ... . . .. . . .. .. . .. . ... . . . 27
Bab III GAMBARAN UMUM KOMISI PERLJN][)UNGAN ANAK INDONESIA A. Sejarah Singkat Berdirinya .. Komisi Perlindungan Anak Indonesia.. 42
B. Tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia... . .. . . .. 4 7 C. Visi dan Misi Komisi Perlindungan Anak Indonesia... 48
Dalam Menyelesaikan Masalah Hak Asuh Anak Akibat Perceraian.. 65
D. Upaya-upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia Dalam Pemenuhan
Hak-hak Anak akibat perceraian... 67
E. Hambatan dan Tantangan Komisi Perlindungan Anak Indonesia... 71 F. Analisis Penulis ... 74
Bab V PENUTUP
A. Kesimpulan... .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. ... 77
B. Saran-saran... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMP IRAN-LAMP IRAN
Lampiran I : Tentang Surat Keterangan Wawancara Dan Mencari Data Di
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KP AI) ... 82
Lampiran I : Tentang Susunan Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) Periode 2007-2010 ... 83
Lampiran II : Tentang Hasil Wawancara Langsung dengan Sekretaris Ketua
Komisi Perlindungan Anak Indonesia ... 84
Lampiran III : Tentang Kasus Penerimaan Pengaduan Perlindungan Anak KPAI
Allah menciptakan segala sesuatu pasangan. Hidup
berpasang-pasangan adalah naluri segala makhluk Allah temiasuk manusia. Maka setiap diri
akan cenderung untuk mencari pasangan hidup dari lawan jenisnya untuk menikah
dan melahirkan generasi baru yang akan memakmurkan kehidupan di muka bumi ini.
Langgengnya kehidupan perkawinan merupakan suatu tujuan yang sangat
diharapkan oleh Islam. Akad nikah diadakan adalah untuk selamanya dan seterusnya
hingga meninggal dunia. Agar suami istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah
tangga tempat berlindung, menikmati naungan kasih sayang dan dapat memelihara
anaknya dalam pertumbuhan anaknya yang baik. Karena itu. maka dikatakan bahwa
ikatan antara suami istri adalah ilcatan paling suci dan paling kokoh. Dan tidak ada
sesuatu dalil yang lebih jelas menwljukkan tentang sifat kesuciannya yang demikian
agungnya itu. Selain dari pada Allah sendiri yang menaniakan ikatan perja:iljian
antara suami istri dengan mitsaqan ghalidzan (Perja:i1jian yang kokoh). 1
Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi petunjuk Allah dalam
rangka mendirikan keluarga yang ha:imonis sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam
menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera. Artinya terciptanya
ketenanga:i1 lahir dan batinnya, sehingga timbu!lah kebahagiaan, kasih sayang m1tara
anggota keluarga.
1
Namun tidak setiap pasangan yang terikat dalam sebuah perjanjian sesuai
tersebut dapat menyelesaikan misinya dengan sempurna. Kadang-kadang bahtera
rumah tangga yang mereka bangun bersama karam ditengah samudera kehidupan
yang mereka arungi dengan berbagai macam faktor penyebabnya, sehingga terjadilah
perceraiaan. Perceraiaan ini menimbulkan berbagai konsekwensi logis yang harus
diterima masing-masing pihak termasuk anak basil perkawinan mereka sebagai pihak:
yang dirugikan.
Salah satu hal penting yang mungkin kurang dipertimbangkan ketika terjadi
perceraian adalah tanggung jawab pemeliharaan anak. Pemel.iharaan anak merupakan
tanggung jawab kedua orang tua, baik ketika orang tuanya masih hidup rukun dalam satu ikatan perkawinan maupun ketika mereka gaga! karerna terjadi perceraian.
Pemeliharaan ini meliputi berbagai ha!, diantaranya masalah ekonomi,pendidikan,
dan masalah-masalah lain yang meajadi kebutuhan pokok anak.
Dalam konteks kehidupan moderen yang ditandai dengan adanya globalisasi di
semua aspeK kehidupan manusia, terminologi pemeliharaan anak perlu di pahami
lebih luas dan menyeluruh agar orang tua tidak hanya mempriori1taskan kewajibannya
pada terpenuhinya kebutuhan material anak saja tetapi lebih dari itu kebutuhan
mereka akan cinta dan kasih sayang turut menjadi faktor penentu pembentukan
kepribadian anak2, sehingga kualitas komunikasi antara anak dengan orang tua
mutlak perlu mendapatkan perhatian. Bila ha! ini tidak terpenuhi maka pada akhirnya
2
anak akan mencari kompensasi di luar, yang besar kemungkinan akan mendatangkan
pengaruh negatif dari pergaulan mereka.
Sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA)
sejak talmn 1990, negara Indonesia mempunyai kewajiban melaksanakan kesepakatan-kesepakatan tindak Ianjut dan memenuhi hak anak sesuai butir-butir
konvensi. Dengan telah diratifikasinya KHA, negara mempimyai tangg1mg jawab
untuk mengimplementasikan KHA kedalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun, terjadinya perceraian,percekcokan dan bentroknya kedua orang tua anak
telah menyebabkan kondisi sebagai anak Indonesia secara kualitas mengalami
penurunan, sehingga situasi anak Indonesia pun menjadi buram dan semakin
memprihatikan,di tambah lagi terjadinya krisis multidimensi yang melanda Indonesia
sejak pertengahan tahun 1997, karena korban terbesarnya adalah anak-anak.
Untuk mencapai tujuan penyelenggaraan perlindungan anak sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak diperlukan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat secara melembaga
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, disingkat KP AI, adalah lembaga
independen Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak dalam rangka meningkatkan efektifitas penyelenggaraan perlindungan anak. Keputusan Presiden Nomor 36/1990, 77/2003
dan 95/M/2004 merupakan dasar hukum pembentukan lembaga ini.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KP AI) didesak menunjukkan
anak-anak, namun selama ini Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang dibentuk
tahun 2004 nyaris tidak dikenal publik dan kurang memutjukkan kinerjanya yang
baik.
Persepsi di publik, kalau sudab menyangkut persoalan anak, maka yang dikenal
hanya Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) yang dipimpin Kak Seto. Padabal
selain Komnas PA, kita juga punya Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Lemabnya kinerja Komisi Perlindungan Anak Indonesia itu antara lain
ditunjukan dali minimnya minat publik untuk menjadikan lembaga ini sebagai sarana
untuk menyelesaikan persoalan anak.
Artinya, popularitas Komisi Perlindungan Anak Indonesia san1a sekali tidak
dikenal publik. Semestinya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia mempopulerkan
dilinya dan memberi perhatian serius kepada kasus-kasus yang menimpa anak agar
keberadaannya dikenal publik. Jika sudab dikenal, maka publik akan memberi respon
terhadap keberadaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Dengan demikian, Komisi Perlindungan Anak Indonesia akan bisa diharapkan
perannya dalam mendorong penyelesaian persoalan anak-a.nak di Indonesia yang
semakin beragam.
Semestinya Komisi Perlindungan Anak Indonesia bisa lebih berperan
melakukan tugas-tugasnya, termasuk melakukan advokasi dalam kasus anak-anak.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia harns proaktif melakukan tugasnya dengan
Selain kurang pro-aktif, Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga kurang
berperan dan tidak muncul pada kasus-kasus anak. Masyarakat kurang mengenal
Komisi Perlindungan Anak Indonesia karena memang kurang populer sehingga
masyarakat pun tidak merasakan kehadiranya.
Hal senada disampaikan anggota Komisi VIII Anwar Saleh. Menurutnya,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia harus hadir di tengah kasus-kasus yag menimpa
anak. Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia harus aktif ke Iapangan untuk
menelusuri kasus-kasus anak dan menjalin hubungan baik dengm1 media massa3•
Dengan demikian, kinerjanya diharapkan bisa meningkat dan perannya semakin
dibutulikan masyarakat. Masyarakat juga akm1 bisa berharap banyak dari kehadiran
Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Keberadaan lembaga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) harus
dirasakan manfaatnya dalam menyelesaikan permasalahan kejahatan kekerasan
kepada anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia tidak boleh hanya menjadi
aksesoris kelembagaan negara
Atas dasar pemikiran di atas, penulis mencoba mengm1gkat pembahasan yang
terangkum dalam skripsi yang berjudul: "PERANAN KOMISI PERLINDUNGAN
ANAK INDONESIA (KPAI) TERHADAP HAK ASUH ANAK AKIBAT
PERCERAIAAN".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Supaya pembahasan tentang masalah ini tidak terlalu luas penulis membatasi hanya pada bagaimana peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terhadap hak asub anak akibat perceraiaan.
Adapun rumusan masalah yang akan dipaparkan adalah :
I. Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terhadap hak asub anak akibat perceraian.
2. Faktor-faktor yang menghambat Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam menyelesaikan masalah hak asuh anak akibat perceraian anak.
3. Upaya-upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam pemenuhan hak-hak anak akibat perceraian.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalal1 :
I. Mengetahui peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terhadap hak asuh anak akibat perceraian.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalan1 menyelesaikan masalah hak asub anak akibat perceraian.
3. Mengetahui upaya-upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam pemenuhan hak-hak anak akibat perceraian.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
2. Memberi informasi mengenai usaha-usaha yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia demi penyelamatan anak bangsa.
3. Memberikan masukan kepada para pihak yang berkaitan dengan ini serta bagi yang ingin mengkaji lebih dalam masalah ini.
D. Metode Penclitian 1. Lokasi Penelitian
Objek penelitian ini adala11 Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang berlokasi di JI. Teuku Umar No. 10-12 Menteng, Jakarta Pusat 10011 Telp : +6221 31901446 Fax: +6221 3900833.
2. Objek dan Subjek Penelitian
Adapun yang meajadi obyek dalam penelitian ini adalah Komisi Perlindugan Anak Indonesia, sedangkan yang menjadi subjeknya adalah bagaimana Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Terhadap Pemeliharaan Anak Akibat Perceraiaan.
3. Tehnik Pengumpulau Data
Ada pun telmik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini adalah:
a. Observasi atau pengamatan langsung, yakni penulis mengadakan penelitian secara langsung terhadap objek yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
perceraian, peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terhadap hak asuh anak akibat perceraian, factor-faktor yang menghambat Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam menyelesaikan masalah hak asuh anak akibat perceraian, upaya-upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam pemenuhan hak-hak anak akibat perceraian,hambatan dan tantangan Komisi Perlindungan Anak Indonesia serta analisis penulis.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia di bentuk berdasarkan amanat UU No 23
tahun 2002 tentang Perlindung Anak. Undang-undang tersebut disahkan oleh sidang
paripurna DPR pada tanggal 22 September 2002 dan ditandatangani Presiden
Megawati Soekarno Putri pada tanggal 20 Oktober 2002. Setahun kemudian sesuai
ketentuan Pasal 75 dari Undang-undang tersebut, presiden menerbitkan KEPPRES
nomor 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Analc Indonesia. Diperlukan
waktu sekitar 8 bulan untulc memilih dan mengangkat anggota Komisi Perlindungan
Anak Indonesia seperti yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan tersebut.1
Nama Komisi Perlindungan Anak Indonesia dipilih karena nama Komnas
Perlindungan Anak yang setara dengan nama Komnas HAM dan Komnas Perempuan
karena sama-sama dibentulc berdasarkan Undang-undang atau Keputusan Presiden,
telah lebih dahulu dipakai oleh LSM yang pembetukannya dilakukan melalui akta
notaris. Ketika dalam pembahasan RUU perlindungan anak, a11tara PANSUS DPR
dan Wakil Pemerintah disepakati untuk mencari dan menggunakan nama Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KP AI), karena LSM tersebut tidak bersedia mengganti
nama itu dengan nama lain. Pada saat itu sudah diperkirakan bahwa untulc
memperkenalkan nama barn itu perlu pemikiran, waktu, strategi, usaha, tenaga dan
1
biaya, ekstra agar dapat di kenal dan dipahami perbedaannya oleh masyarakat, yaitu
mana yang komisi Negara dan mana yang LSM.2
Komisi Perlindungan Anak Indonesia adalah Komisi Negara yang di bentuk
berdasarkan amanat Pasal 74, 75 dan 76 dari UU No. 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, yang disahkan pada tanggal 20 Oktober 2002. Pembentukan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, di lakukan melalui KEPPRES No. 77 Tahun
2003, dan pengangkatan anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia dengan
Keppres No. 95/M Tahun 2004. Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia
berjumlah 9 orang dan tidak boleh lebih dan tidak bofoh kurang, yang dipilih
mewakili unsur yang tercantum dalam UU yang dipilih dan diangkat berdasarkan
persyaratan serta prosedur yang di atur dalam ketentuan Peraturan
perudang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka status Komisi Perlindungan Anak
Indonesia sejajar dengan komisi-komisi Negara Iainnya, seperti Komisi Pemilhan
Umum (KPU), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisii Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM), Komisi Penyiara11 Indonesia (KPI), Komisi Yudisial dan
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU). Ada sedikit perbedaan antara Komisi
Perlindungan Anak Indonesia dengan Komisi Ombusdmen dan Komisi Nasional
Perlindungan Perempuan (Komnas Perempuan). Komisi-komisi tersebnt hanya di
bentuk berdasarkan Keputusan Presiden atas tuntutan keadaan, tetapi belum
diamanatkan oleh suatu Undang-undang. Namun demikian, Komisi-komisi itupun
adalah Komisi Negara bukan LSM.
Sebagai komisi Negara, Komisi Perlindungan Anak Indonesia bertugas untuk
memberikan perlindungan anak dan bersifat independen agar terbebas dari pengaruh
atau intervensi kepentingan lain di luar kepentingan terbaik bagi anak. Ketentuan
dimaksud tercantum dengan jelas pada Pasal 74 dari UU perlindungan analc. Komisi
Perlindungan Anak Indonesia hanya berpikir, bekerja, dan bertindak dengan
mengntamakan pelaksanaan prinsip "kepentingan terbaik bagi anak" sejalan dengan
kesepakatan dalam CRC, 1989. Karena itu, dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia dapat tidak seiring dan sejalan dengan berbagai
pihak termasuk kebijakan eksekutif, legislatif, atau yudikatif dalam membela
kepentingan dan melindungi hak-hak anak .
. Status sebagai komisi Negara yang independen, hams bebas dari intervensi
kekuasaan dalam rangka pemenuhan hak dasar dan perlindungan anak secara nasional
atau daerah. Dengan demikian setiap anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia
baik secara pribadi maupun kelompok memiliki resiko dalam melindungi hak-hak
anak. Apalagi dalam budaya masyarakat Indonesia yang masih beranggapan bahwa
urusan anak adalah bagian dari "pripasi" keluarga yang tidak perlu melibatkan orang
lain apalagi Komisi Perlindungan Anak Indonesia, namun UU Perlindungan Anak
menolak pendapat tersebut sehingga Komisi Perlindungan Anak Indonesia memiliki
kewenangan untuk melakukan perlindungan terhadap hak-·hak anak baik dalan1
tugas tersebut, Komisi Perlinduugan Anak Indonesia hams intensif melakukan sosialisasi, advokasi, dan penyadaran mesyarakat akan hak dan kewajiban anak yang harus dipenuhi dan dilinduugi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara. Apabila di pandang perlu dalam menuujang pelaksanaan tugasnya, Komisi Perlinduugan Anak Indonesia dapat membentuk pe1wakilan di daerah_.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, maka Komisi Perlinduugan Anak Indonesia dapat membentuk kelengkapan organisasi di pusat dan daerah. Kelengkapan di tingkat pusat melalni pembentukan kelompok kerja (POKJA) dan di daerah berupa Komisi Perlinduugan Anak Daerah (KP AID). Memperhatikan begitu penting dan kompleksitas masalah anak dalam masyarakat, maka Komisi Perlinduugan Anak Daerah diperlukan disetiap tingkat provinsi terutama di tingkat kabupaten atau kota dalam system otonomi daerah sesuai UU No 32 Tahun 2002.
Untuk menangani berbagai kasus secara teknis lebih banyak dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Daerah (KP AID) terutama di tingkat kabupaten atau kota sebagai wilayah terendah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Oleh sebab itu, pembentukan Komisi Perlindungan Anak Daerah kabupaten atau kota menjadi sangat strategis dalam peningkatan penyelenggaraan perlindungan anak yang langsung berhubungan dengan masyarakat sesuai jiwa UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Komisi Perlindungan Anak Indonesia telah memberikan arahan bahwa:
1) Komisi Perlindungan Anak Indonesia lebih banyak bergeirak di tataran konsep islam, kebijakan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Komisi Perlindungan Anak Daerah provinsi bergerak seimbang antara tataran konsep kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan pelayanan teknis operasional.
3) Komisi Perlindungan Anak Daerah kabupaten atau kota lebih banyak bergerak di tataran pelayanan masyarakat dan perlindungan anak secara langsung.
1. Hubungan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Dengan Komisi Pcrlindungan Anak Dacrah
Komisi Perlindungan Anak Indonesia telah menerbitkan SK No. 02/KPAI/IX/2004
tentang pedoman pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia di daerah
dengan mempertimbangkan NN No. 22 Tahun 1999 jo. UU No. 32 Tahun 2004.
Kedudukan, tugas, dan fungsi Komisi Perlindungan Anak Daerah sama (identik)
dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia hanya ruang !ingkup wilayah kerjanya
terbatas pada daerahnya masing-masing. Agar Komisi Pedindungan Anak Daerah
tetap bisa memelihara sifat independensinya, maka hubungan organisatoris antara
Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Komisi Perlindungan Anak Daerah bersifat
fungsional, koordinatif, dan konsultatifbukan hierarkis struktural.
2. Hubungan Kerja Dalam Wadah Organisasi Komisi Perlindungan Anak
Indonesia
Pemilihan anggota Komisi Perlindungan Anak Indonenia, sejak awal telah
diatur dalam pasal 75, ayat(2) dari UU No. 23 Tahun 2002 bahwa keanggotaan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia berdasarkan wakil dari berbagai unsur dalam
masyarakat agar dapat menggambarkan sifat independensinya. Karena itu tidak ada
wakil unsur yang dominan (memiliki wakil lebih dari 1 orang). Status kesetaraan itu
di formulasikan secara tegas dalam KEPPRES No 95/M Tahun 2004 tentang
pengangkatan anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia dengan menyebutkan
nama clan wakil unsur, tanpa disebutkan posisi atau jabatannya sebagai ketua, wakil
ketua atau sekretaris. Setiap orang hanya di sebutkan sebagai anggota.
Karena itu siapapun yang terpilih atau dipercaya oleh anggota sebagai ketua,
otoritas lebih tinggi tetapi lebih berfungsi sebagai koordinator pengaturan pembagian tugas di antara anggota. Dengan demikian jabatan atau posis:i tersebut tidak bersifat struktural seperti dalam organisasi profesi yang dikenal selama ini. Kepemimpinan di Komisi Perlindungan Anak Indonesia lebih bersifat kolektif kolegial bukan hierarkis struktural dengan sistem organisasi disebut "flats organization model". Dalam ketentuan tata tertib Komisi Perlindungan Anak Indonesia dikatakan bahwa setiap anggota memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan atau mengirim surat dan lain sebagainya dalam memberikan perlindungan demi kepentingan terbaik bagi anak, dengan tetap memberikan laporan dan infmmasi kepada anggota lain sesegera mungkin.
3. Organisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia
a. Keanggotaan
Dalam Pasal 4 disebutkan bahwa: "Susunan keanggotaan Komisi Perlindungan Anak terdiri dari: 1) 1 (satu) orang Ketua; 2) 2 (dua) orang Wakil
Ketua; 3) 1 (satu) orang Sekretaris; 4) 5 (Zima) orang Anggota;. 3
Adapun unsur-unsur yang mewakili keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia disebutkan dalam Pasal 5: "Keanggotaan Komisi Perlindung Anak Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 terdiri dart unsur : 1) Pemerintah;
2) Tokoh agama; 3) Tokoh masyarakat; 4) Organisasi sosial; 5) Organisasi
3
kemasyarakatan; 6) Organisasi profesi; 7) Lembaga swadaya masyarakat; 8) Dunia
usaha; dan 9) Kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak. 4
Tentang Pengisian jabatan dalam susunan keanggotaan diatur dalam Pasal 6 :
ayat I dan 2 : "Pengisianjabatan dalam susunan keanggotaan Komisi Perlindungan
Anak Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dipilih dan dilaksanakan
sendiri oleh para anggota Komisi Perlindungan Anak lndonesia. Ketentuan
mengenai tata cara pengisian jabatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
dalam Peraturan Tata Tertib Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 5
b. Kesekretariatan
Kesekretariatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia diatur dalam PasaI 7 ayat 1,2, dan 3 sebagai berikut: Ayat I:" Dal am melaksanakan tugasnya, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia dibantu oleh Sekretariatan. Sekretariat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (I) dipimpin oleh Kepala Sekretariat, yang dalam
melaksanakan tugasnya secara fungsional bertanggungjawab kepada Komisi
Perlindungan Anak Indonesia. Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) dilaksanakan oleh satu unit kerja yang berada di lingkungan Kantor
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, yang ditetapkan oleh Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan setelah mendapat persetujuan dari Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara. 6
c. Kelompok Kerja
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Dipandang dalarn sisi tugas-tugas yang diamanatkan kepada Komisi
Perlindungan Anak Indonesia. Maka diperlukan adanya kelompok kerja agar dapat
menurtjang pelaksanaan tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang telah diatur
dalarn Pasal 8 ayat 1 dan 2 : "Untuk menU1ifang pelaksanaan tugas, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia dapat membentuk kelompok kerja. Ketentuan lebih
lanjul mengenai keanggotaan, tugas, dan tata kerja Kelompok Kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (I) ditetapkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 7
d. Perwakilan
Perwakilan disini diartikan apabila memang dipandang perlu dalam menunjang
pelaksanaan tugas-tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Perwakilan tersebut telah
diatur dalam Pasal 9 ayat I dan 2 : "Apabila dipandang perlu dalam menunjang
pelaksanaan tugasnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia dapat membentuk
Perwakilan di Daerah. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Perwakilan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) ditetapkan oleh Komisi Perlindungan Anak
Indonesia. 8
e. Pengangkatan Dan Pcmbcrhcntian
Mengenai pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan Komisi
Perlindungan Anak Indonesia telah di atur pada Pasal 10 ayat 1 : "Keanggotaan
7
Ibid.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik lndonesia.9
Adapun mengenai masa jabatan keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia di atur pada Pasal 11 ayat 2 : "Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia diangkat untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) kali masajabatan.10
Tata cara pengangkatan keanggotaan Komisi p・イャゥョ、オョエセ。ョ@ Anak Indonesia di jelaskan pada Pasal 12 ayat 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 sebagai berikut: Ayat 1: "Untuk
pertama kali, keanggotaan Komisi Per/indungan Anak Indonesia diusulkan kepada
Presiden oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Sosial; Ayat
2: "Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Sosial dalam memilih
keanggotaan yang diusulkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dibantu oleh Tim
Seleksi; Ayat 3: "Pengusulan keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia
kepada Presiden untuk se/anjutnya dilaksanakan oleh Komisi Perlindungan Anak
Indonesia; Ayat 4: "Ketentuan mengenai tata cara pemilihan calon keanggotaan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang diusulkan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) diatur dalam Peraturan Tata Tertib Komisi Perlindungan Anak Indonesia
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Ayat 5: Jumlah calon keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang
diusulkan sebanyak 18 (delapan belas) orang; Ayat 6: Presiden dapat menolak
9
Ibid.
keanggotaan yang diusulkan apabila tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. I I
Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang berasal dari Pegawai
Negeri Sipil di atur pada Pasal 13 ayat I, 2, dan 3 sebagai be:rikut: Ayat I: "Dalam
ha/ Pegawai Negeri Sipil duduk da/am keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia sebagai unsur Pemerintah, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
diberhentikan dari jabatan organiknya tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai
Negeri Sipil; Ayat 2: "Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (I}
dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat /ebih tinggi tanpa terikat jerifang
pangkat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Ayat 3 : "Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil apabila telah mencapai batas usia
pensiun dan diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. I2
Pemberhentian keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia seblum
waktunya di atur pada Pasal 14 ayat 1 : Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia yang berhenti sebelum berakhirnya masa jabatan diatur dalam Peraturan
Tata Tertib Komisi Per/indungan Anak Indonesia. IJ
f. Mekanisme Kerja
II Ibid. 12
lbid.
13
Mekanisme kerja Komisi Perlindungan Anak Indonesia di atur pada Pasal 15 ayat 1 dan 2 : "Pelaksanaan tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat . Laporan, saran, masukan, dan
pertimbangan kepada Presiden disampaikan atas dasar kesepakatan anggota Komisi
Perlindungan Anak Indonesia. 14
Komisi Perli:ndungan A:nak Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan instansi lai:nnya sebagaimana yang di atur dalam Pasal 16 ayat ll: "Apabila dipandang perlu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia dapat melakukan kerjasama dengan
instansi Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, organisasi masyarakat, para ahli,
dan pihak-pihak lain yang dipandang perlu.15
Adapun pri:nsif mekanisme kerja Komisi Perli:ndungan Anak Indonesia di atur pada Pasal 17 ayat 1 : "Mekanisme ke1ja Komisi Perlindungan Anak Indonesia didasarkan pada prinsip pemberdayaan, kemitraan, akuntabilitas, kredibilitas,
efektifitas, dan efisiensi.16
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kerja Komisi Perlindungan A:nak Indonesia di atur dalam peraturan Tata Tertib Komisi Perlindungan Anak Jdonesia sebagaimana di jelaskan pada Pasal 18 ayat I sebagai berikut : "Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kerja Komisi Perlindungan Anak Indonesia diatur dalam
Peraturan Tata Tertib Komisi Perlindungan Anak Indonesia.17
14 Ibid. 15
Ibid.
16
Ibid.
17
g. Pembiayaan
Guna menunjang terlaksananya seluruh program kerja Komisi Perlindungan
Anak Indonesia sehingga di perlnkan adanya pembiayaan yang diatur dalam Pasal 19
ayat I : "Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komisi Perlindungan
Anak Indonesia dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 18
B. Pengertian Pengasuhan Anak
1. Pengertian Dan Kedudukan Auak
Anak adalah seorang yang berusia 18 tahun, termasuk anak yang dalan1
kandungan. Hakekat kedudukan anak adalah tidak saja sebagai rahmat, tetapi juga
sebagai amanah dari allah SWT.
Dikatakan rahmat karena anak adalah pemberian allah S'WT yang tidak semua
orangtua mendapatkannya. Allah menganugrahi anak hanya bagi keluarga yang
dikehendakinya. Di sekelilng kita terkadang terlihat aa yang begitu ingin memiliki
anak sampai menghabiskan biaya banyak unhik mengupayakannya akan tetapi karena
allah beltllll berkehendak ia tetap belum dikaruniai anak. Sebagai amanah berart1 ada
kewajiban semua pihak untuk memberikan perlindungan pada anak, khususnya
pemerintah pada level komunal dan orang tua pada level individual.
Sebagai bagian tak terpisalikan dari rahmat itu, allah menananlkan perasaan
kasih sayang orang tua pada anaknya. Setiap orang tua didalam hatinya tertanam
perasaan mengasihi dan menyayangi anaknya. Perasaan tersebut allah tananlkan
dalam hati para orang tua sebagai bekal dan dorongan dalam mendidik, memelihara,
18
melindungi dan memperhatikan kemaslahatan anak-anak mereka sehingga semua hak
anak dapat terpenuhi dengan baik serta terhindar dari setiap tindak kekerasan dan
diskriminasi.
Bertitik tolak dari posisi anak sebagai rahmat dan amanah allah, maka anak
memiliki kedudukan, fungsi dan peran strategis bagi masa depan bangsa, yaitu bukan
saja sebagai penerus tetapi juga sebagai pemilik masa depan. Anak sebagai penerus
memiliki dua kemungkinan, yaitu meneruskan hal-hal yang positif dan meninggalkan
hal-hal yang negatif dari bangsa yang bersangkutan, atau Bebaliknya tergantung
sejauh mana generasi tua mempersiapkan masa depan anaknya. Anak sebagai pemilik
masa depan memiliki hak menentukan nasibnya sendiri berdasarkan bimbingan dan
pendidikan dan fasilitas yang dipersiapkan oleh orang 1ua, masyarakat dan
pemerintah.
Hakekat perlindungan anak dalam islam adalah penampakan kasih sayang, yang
di wujudkan kedalam pemenuhan hak dasar, dan pemberian perlindungan dari
tindakan kekerasan dan perbuatan diskriminasi. Jika demikian halnya, perlindungan
anak dalam islam berarti menampakkan apa yang di anugerahkan oleh allah SWT
didalan1 hati kedua orang tua yaitu berupa sentuhan cinta dan kasih sayang terhadap
anak dengan memenuhi semua kebutuhan hak-hak dsarnya sehingga anak dapat
hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal serta melindungi anak
dari setiap tindakan kekerasan dan ketidakadilan atas dasar menghormati dan
Dalam diri orang tua, allah menanamkan perasaan cinta dan kasih sayang
terhadap anaknya. Perasaan cinta dan kasih sayang yang diwujudkan dalam bebtuk
pemenuban kebutuban anak baik jasmani maupun rohani, serta melindungi anak dari
setiap tindak kekerasan dan diskriminasi akan berpeugaruh baik pada tumbub
kembang anak sehingga anak memiliki mental yang kuat dan tanggub, dan modal
untuk meraih keberhasilan dan kesuksesan kelak dikemudian hari. Betapa pentingnya
peran kasih sayang orang tua pada tumbub kembang anak.
Perasaan cinta dan kasih sayang terhadap anak disamping sebagai kewajiban
ilahi bagi kepentingan anak, juga merupakan modal utama bagi para penyelenggara
perlindungan anak. Bagaimana orang dapat memberikan perlindungan terhadap anak
jika di dalam hati mereka tidak pernah ada perasaan mencintai dan menyayangi anak.
Kasih sayang terhadap anak tidak boleh disimpan saja di dalam hati, tetapi hams di
komunikasikan.
Penampakan kasih sayang dan pemenuhan hak dasar anak bisa tercapai apabila
anak berada dalam situasi normal. Namun ketika anak berada dalam situasi tidak
normal, misalnya menjadi anak yatim, anak terlantar karena kemiskinan, bencana
alan1, krisis politik, ekonomi dan sebagainya, maka anak tetap harus memperoleh
perlindungan. Itulah yang disebut hak perlindungan khusus bagi anak.
2. Pcngasuhan Anak Dalam Perspektif Hulmm Islam
Pemeliharaan anak dalam ihnu fiqih dikenal dengan istilal1 hadhanah dalam
istilah ilmu fiqih hadhanah adalah istilah bagi pemeliharaan anak diwaktu kecil baik
dan belum dapat bemsaha sendiri. Pemeliharaan anak ini mempakan kewajiban orang tua baik dikala suami istri itu masih utuh atau telal1 bercerai. Termasuk dalan hadhanali ini masalali pendidikan anak demi kebaikan serta. menjaganya dari sesuatu yang menyakiti dan memsak moril maupun materil. Hadhanali penting pelaksanaanya mengingat ia menyangkut kelangsungan generasi manusia dimasa mendatang karena yang demikian itu hukumnya wajib. Dalam Islam, pemeliharaan anak dilakukan sejak anak diraliim ibunya. Hadhanali yang konotasinya memelihara anak yang belum dewasa ( dibawali usia 20 taliun) atau tidak mampu adalali salali satu dari hak dan kewajiban orang tua terhadap anak meskipun perkawinan orang tua itu telali terputus (bercerai).
Adapun Syarat-syarat hadhanali : - Berakal
Baligh
- Pandai mendidik
- Dipercaya dan berakhlak mulia - Islam
Tujuan utama perkawinan adalali memperoleh anak guna mempertalianlrnn keturunan agar dunia tidak kosong dari jenis manusia. Ana.k adalah hiasan kehidupan dan penerus keturunan yang akan meramaikan dunia dalam misinya sebagai khalifali di bumi Allali SWT.19
19
Upaya memperoleh anak meliputi 4 aspek,yaitu :
- Mencari keridhoan Allah SWT dengan memperoleh anak demi mempertahankan kelangsungan jenis manusia.
- Mencari keridhoan rasulullah dengan memperbanyak umat beliau yang kelak hari kiamat akan menjadi kebanggaan di antara umat-umat yang lain.
- Mengharapkan berkah dari doa-doa anak-anaknya yang soleh sepeninggalnya. - Mengharapkan syafaat dari anaknya apabila meninggal dmria sebelumnya yakni
ketika belum mencapai usia dewasa.
3. Menurut Undaug-undang Perlindungan Anak
Pengasuhan anak menurut Undangundang anak diatur dalam Pasal 37 ayat l, 2, 3, 4, 5, dan 6 sebagai berikut : Ayat 1: "Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar,
baikfisik, mental, spiritual, maupun social; Ayat 2: "Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh lembaga yang rnempunyai kewenangan
untuk itu; Ayat 3: "Dalam ha! lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlandaskan agama, anak yang diasuh harus yang seagama dengan agama yang
menjadi landasan lembaga yang bersangkutan; Ayat 4: "Dalam ha! pengasuhan anak dilakukan oleh lembaga yang tidak berlandaskan agama, maka pelaksanaan
pengasuhan anak harus memperhatikan agama yang dianul anak yang bersangkutan;
Sosial; Ayat 6: "Perseorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
Adapun ketentuan lanjutan mengenai pengasuhan anak d:ijelaskan pada Pasal 38 ayat 1, dan 2: "Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, dilaksanakan tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik
danlatau mental. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
diselenggarakan melalui kegiatan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, dan
pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan memberikan bantuan biaya
danlatau fasilitas lain, untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik
fisik, mental, spiritual maupun sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut
anak.20
C. Hak-Hak Anak
1. Rak Anak Dalam Islam
Islam telah menetapkan hak asasi anak jauh ketika <mak masih di dalam sulbi ayahnya dan rahim ibunya. Yang memiliki hak wujud (keberadaan) dalil atas ha! itu kita bisa dapatkan dari bahwa ajaran-ajaran islam mendorong mnatnya untuk memiliki keturunan (lewat perkawinan resmi) dan islam sebagai mana dikenal menganjurkan agar memperbanayak keturunan dan memakrubocan pembatasarmya. BahOCan kita temukan bahwa al-Qur' an menilai anak itu sebagai hiasan hidup did uni a.
Allah berfinnan yang artinya "harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidnpan
dunia21•
Anak juga akan menjadi penolong orang tua di saat bntuh dan keperluaan
mendesak. Imam Ali Zainal abidin as salah satu kebahagiaan bagi seorang pria ialah
disaat memiliki anak yang membantu mereka.
Anak akan mewarisi sifat-sifat alami kedna orang tuanya, melalni anak orang
tua menurunkan sifat, pemikiran dan moral mereka dalam proses berlangsung
pewarisan aspek spiritual bagi eksistensi mereka.
Berdasarkan pembahasan diatas kita mendapatkan sebnah kesimpulan nmUill
bahwa islam sebagaimana dalam al-Qur' an dan Sunah dengan arti yang lebih UillUill yaitu ncapan dan prilaku serta sikap para imam menckankan dan menyinggung
dengan tegas tentang pentingnya mendidik anak. Dengan memperhatikan anjuran ini
termnat hak wujnd bagi mereka dalam arti bahwa mereka (Orang tua) memuncnlkan
anak-anak dari ketiadaan (Potensi) menuju keberadaan (Aktual) hingga kehidupan
terus berlangsung dari generasi kegenerasi sampai Allah mewariskan kepada
penghuninya.
a. Dipilihkan (calon) Ibunya
Seorang anak sebelun1 lahir kednnia memiliki hak lain d'ari ayahnya yaitn dia
harus memilihkan seorang ibn yang saleh bagi anaknya karena nnthfah akan
dititipkan kepadanya. Sains menegaskan bahwa sifat-sifat bawaan (kromosom) secara
fisik dan spiritual akan berpindah melalni proses reproduksi. Termaksnd ha! yang
21
penting hendaklah seorang calon ayah memilih calon istriny.a yang memiliki nasab yang baik, supaya anak dapat mengambil kua!itas fisik dan spi1ritual yang tinggi yang membentuk sebuah perisai yang menjaganya dari penyimpimgan dan kezoliman dibawah tekanan yang rendah. Islam juga mewasiatkan seorang ayah agar memilih ibu anak-anaknya dari golongan orang beragama dan beriman sebagai filter yang aman mencegah munculnya tendensi anak (keluar) dari jalur kebenaran dan kemuliaan22•
b. Hak Anak Setelah Dilahirkan 1) HakHidup
Seorang anak baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak hidup. Oleh karena itu syariat sama sekali tidak membolehkan kedua orang tua untuk memadamkan permata hatinya, baik dengan dikubur atau dibunuh atau lewat aborsi. Islam telah mengecam keras kebiasaan mengubur anak hldup-hidup yang sempat menyebar dizaman jahiliyah. al-Qur'an menanyakam1ya dengan penentangan dan ancaman dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya karena dosa apakah mereka dibunuh? a!-Qur'an menganggab bahwa hal-itu adalah kejahatan terbesar yang tidak mungkin di tolerir dalam kondisi apapun meskipun dalam keadaan terpaksa seperti tertimpa kelaparan.
Perin kita sebutkan disini bahwa imam Ja'far telah membalikkan pandangan diskriminatif yang mengunggulkan kaum lelaki dari pada perempuan selaras dengan pandangan religius yang luas yaitu ba11wa anak laki-laki itu adalah nikrnat dan anak
perempuan itu sebagai kebaikan. Dimana Allah akan menar1yakan nikmat tersebut
dan memberikan pahala terhadap kebaikan tersebut.
Berdasarkan bukti yang ada kita akan menentukan bahwa ajaran ahlul bait as
telah meajalankan proses dekonstruksi (Al-ikhlas) dan Rekonstruksi (Al-imla)
pengosongan rasio dari endapan pemikiran jahiliyab dan efek destruktifuya terhadap
hak eksistensi seorang anak.
Dan rekonstruksi rasio dengan pemikiran islam yang beradap yang
menjalankan posisi manusia dalam alam melindungi kehidupan, menjamin kebebasan
dan kemuliaannya dan meajaga haknya sejak kecil. Terlebih haknya dalam wujud
(eksistensi) khususnyahak anak perempuan untuk hidup.
2) Hak Anak Untuk Memperoleh Nama Baik.
Sebagian orang memiliki nama yang indah yang mengandung ketinggian
makna dan melahirkan perasaan-perasaan indab. Nama-nama akan menarik kita
terhadap seseorang yang memiliki uama tersebut laksana aroma bebungaan menarik
kedatangan lebab. Dan sebagian Iain malab memilih nama yang jelek yang tidak
bermakna sama sekali, ketika anda mendengamya akan merasa jengkel dan muak.
Alangkab besamya pengaruh psikologis dan sosial dari nan1a yang kita
berikan pada anak-anak kita. Berapa banyak dari mereka dengan narna yang jelek
membuatnya tidak bisa tidur malam dan menggelisahkan istirahatnya di sebabkan
ejekan dan cemoohan yang diterima dari masyarakatnya.
Islam sebagai agama yang menuntun proses perubahan peradaban terbesar
dan nabi Muhammad SAW melakukan perubahan nama-narna yang jelek atau
nania-nama yang bertolak belakang dengan aqidah tauhid. Islam menganggab bahwa hak
seorang anak terhadap ayahnya memilihkan untuknya nama yang bisa diterirna.
Ajaran kenabian yang menekankan hak seorang anak dalarn hal nama yang
baik tidak bertolak dari kesia-siaan atau tidak pula karena kemewahan tetapi bertolak
dari pandangan berperadaban. Belian melihat adanya dampak-dampak yang akan
timbul karena mengingkari hak ini akan meremehkannya.
Dan ajaran kenabian ini ternyata sesuai dengan riset ilmiah moderen dengan
alasan bahwa akhir-akhir ini bahwa ilmu psikologi telah menemukan adanya
hubungan kuat antara seseorang dengan namanya. Sebuah nama bagaimana yang
telah dijelaskan bukanlah sekedar kata-kata yang ditulis dengan pena dalam akte
kelahiran tetapi itu adalah hak alamiah seorang anak yang akan menentukan
identitasnya dan akan menentukan kata hatinya serta akan merekahkan jiwanya ibarat
merekahnya bunga-bunga di musim semi.
3) Hak Pendidikan Dan Pengajaran
Tidak diragukan lagi bal1wa masa-masa awal anak merupakan masa
penentuan dalam kehidupan selaajutnya. Atas dasar ulama menekankan pentingnya
pendidikan dimasa ini khususnya mendidik mereka dengan sopan santun dan adab
yang baik.
4) Hak Keadilan Dan Persamaan
Merupakan karakter khusus anak-anak baik laki-laki maupun perempuan
mendalam dan merenggangkan persaudaraan di antara mereka. Anak-anak memilki
perasaan yang sensitif dan indra yang tajam maka ketika mereka merasakan bahwa
orang tuanya lebih mengutamakan saudaranya yang lain akar1 timbul rasa iri dalam
hatinya. Oleh karena itu seyogyanyalah orang tua berbuat adil dan menyamakan
mereka untuk menghindari permusuhan diantara mereka. Adil dan perlakuan sama
akan menguatkan tali persaudaraan di antara saudara antar keluarga, kalau tidak maka
permusuhan, pertengkaran dan iri hati akan selalu menghiasi kehidupan mereka.
Dalam Islam hak yang berkenaan dengan orang tua hanyalah kaedah ihsan
(berbuat baik) bukannya keadilan. Maka tidaklah layak seorang anak mengatakan
ayah tidak memberiku, maka akupun tidak akan menghormatinya. Karena seorang
ayah ialah yang menyebabkan keberadaan dan rnerupakan asal usulnya. Orang tuapun
hendaknya mengikuti metode "adalah wamusaawah (keadilan dan persamaan)" dalam memperakukan anak-anaknya. Dan hanya dalam masalah maknawi saja,
misalkan dalam memberikan kasih sayang, cinta, atau pun ciuman akan tetapi dalam
masalah material juga. Misalnya dalam pemberian harta sebagaimana yang
diwasiatkan Rasulullah SAW sama ratakanlah pemberian kalian terhadap anak-anak
kalian tapi kalau kalian ingin melebihkan salah satunya hendaklah melebihkan anak
perempuan.
5) Hak Mendapatkan Harta
Tidak disangsikan lagi bahwa orng tua memiliki kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan (harta) anak-anaknya yaitu kewajiban untuk memberikan segala ha! yang
Menurut KHI disebutkan hak asuh anak dibawah umur dalam Pasal I 05
apabila terjadi perceraian sebagai berikut: "Pemeliharaan anak yang be/um
mumayyiz atau be/um berumur 12 tahun adalah hak ibunya. Pemeliharaan anak
yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memiUh diantara ayah atau
ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya. Biaya pemeliharaan ditanggung
oleh ayahnya. 24
Anak merupakan anugerah terindah yang di berikan Allah kepada hambanya,
sehingga pemeliharaan anak di mulai dari semenjak anak dalam kandungan ibunya.
Karena anak memerlukan seseorang untuk mengatur selumh kebutuhannya di
sebabkan si anak belum bisa mengaturnya sendiri. Mengasuh artinya mendidik.
Menurut istilah syara artinya mendidik dan mengasuh anak yang belum mumayiz
(belum dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk), belum pandai
mengenakan pakaian dan bersuci sendiri dan sebagainya25•
Pemeliharaan anak pada dasarnya menjadi tanggung jawab kedua orang
tuanya pemeliharaan dalam ha! ini meliputi berbagai hal, masalah ekonomi
pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak. Dalam konsep
isl am, tanggung jawab ekonomi berada dipundak suami sebagai kepala rumah tangga.
Meskipun dalam ha! ini tidak menutup kemungkinan bahwa istri dapat membantu
suami dalam menanggung kewajiban ekonomi tersebut. Karena itu ha! yang
terpenting adalah adanya ke1jasama dan tolong menolong Mtar suami istri dalam
24
H.A. Basiq Djalil, S.H., MA. Pemikahan Limas Agama, Jakarta: Qalbun Salim, 2005.
25
memelihara anak, dan mengantarkannya hingga anak itu dewasa. undang-undang
perkawinan dan kompilasi tidak secara rinci mengatur masalah tersebut. karena tugas
dan kewajiban memelihara anak, inheren dengan tugas dan ;tanggung jawab suami
sekaligus sebagai bapak bagi anak-anaknya26•
Dalam kompilasi Bab XIV pasal 98 dijelaskan sebagai berikut:
- Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun,
sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun menital atau belum pemah
melangsungkan perkawinan.
- Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam
dan di luar pengadilan.
- Pengadilan agama dapat menuajuk salah seorang kerabat !terdekat yang mampu
menunaikan kewajiban apabila kedua orang tuanya meninggal. sebagaimana
firman Allah:
IS ,,. _,. 11 .» .1- ...- _, fJ,. .,.,. .> ,,... 1".. > r1 "' .J. セセ@ ,... C.. _,.,,, "'_.. セ@ JI セセ[MijyL@ ,:J
.:i_,Jy
':13
l.A.;-\JY,
ᄋセGj@.)1..,;:.:; ':1
セェ@':lj
セ@u.ix•
':1
セj[NZエセ@ セセS@セNZNI@
0µ
Bセ@
(:4-
;;ii
1.JGj3
|セセ[@
y15
ゥヲMGZスセ@
151)
0}!
Gセᄋセ@
セ@ セセQIQ@
J$-3
ZFャセヲゥMGQNZQMZFャゥ@
0'T<J_,:1t.
ZᄋZQ[QNZセセZiᄋ@
111·<·1;
't.S.
セセᄋ\NZエjᄋヲゥMG@
·
ᄋセN[@
.f
0 _,...,... j
>"-'
j , セ@ , (":>-' , セ@c . _,.,
j .J-""'9 セ@ 0{ 233 : t.:Jiill }
セ@
PIセセ@
Ls
Artinya :"Para Ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempumakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan earn yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
26
kesengsaraan karena anaknya, dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelnm dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan maka tidak ada dosa atas keduanya dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah malia melihat apa yang kamu kerjakan." (al-Baqarah,2:233)
Meskipun ayat tersebut tidak secara eksplisit menegaskan tanggung jawab
pemeliharaan anak menjadi beban yang hams dipenuhi suami sebagai ayah, namtm
pembebanan ayah untuk memberi makan dan pakaian kepada para ibu melekat
didalanmya, tanggung jawab pemeliharaan anak. hal ini diperkuat lagi dengan
ilustrasi, apabila anak tersebut disusukan oleh wanita Iain yang bukan ibunya sendiri,
maka ayah bertanggung jawab untuk mambayar perempuan yang menyusui secara
makruf.
2. Hak Anak Menurnt Undang-Undaug
a. Dalam Konvensi Hak-Hak Anak.
1) Hak untuk mendapat standar hidup yang la yak.
2) Hak untuk mendapatkan standar kesehatan yang paling iinggi.
3) Hak untuk mendapatkan perlindungan klmsus dalam konflik bersenjata
4) Hak untuk mendapatkan perlindungan klmsus jika mengalami konflik hulann.
5) Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi
sebagai pekerja anak.
6) Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi dalam
7) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika mengalami eksploitasi seksual dan penyalah guanaan sexual.
8) Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dari penculikan penjualan dan perdagangan anak-anak.
9) Hak untuk mendapatkan perlindungan khususjika mengalami eksploitasi sebagai anggota masyarakat minoritas atau masyarakat adapt.
I 0) Hak untuk hidup dengan orang tuanya.
11) Hak untuk tetap behubungan dengan orang tua bila dipisallkan dengan salah satu orang tua.
12) Hak untuk mendapatkan pelatihan ketrampilan. 13) Hak untuk berekreasi.
14) Hak untuk bermain.
15) Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan seni dan budaya ..
16) Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam situasi yang genting. 17) Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus sebagai pengungsi.
18) Hak untuk bebas beragama. 19) Hak untuk bebas berserikat.
20) Hak untuk bebas berkumpul secara damai.
21) Hak untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber. 22) Hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi.
24) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan kejam hukuman dan
perlakuan tidak manusiawi.
25) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penangkapan yang
sewenang-wenang.
26) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari kebebasan.
27) Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma.27
b. Dalam Undang-undang Perlindungan Anak
Anak berhak mendapatkan kehidupan yang layak diatur pada Pasal 4: "Setiap
anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak berhak memperoleh identitas ynga telah diatur pada Pasal 5: "Setiap anak
berhak alas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.
Hak anak w1tuk beribadah diatur pada Pasal 6: "Setiap anak berhak untuk
beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat
kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.
Anak berhak mengetahui orang tuanya diatm pada Pasal 7 ayat I dan 2: "Setiap
anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang
tuanya sendiri. Dalam ha! karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin
tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut
27 Konvensi tentang Hak-Hak Anak. Disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak anak untuk mendapatkan kesehatan diatur pada Pasal 8 : "Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan jisik, mental, spiritual, dan sosial.
Hak anak untuk mendapatkan pendidikan diatur pada Pasal 9 ayat 1 dan 2 :
"Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya. Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak
yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan
bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Anak berhak untuk didengar pendapatnya yang telah diatur pada Pasal 10
"Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari,
dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Anak berhak untuk mendapatkan istirahat diatur pada Pasal 11 : "Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang
sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
kecerdasannya demi pengembangan diri.
Hak anak yang cacat diatur pada Pasal 12 : "Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf
Hak anak selama dalam pengasuhan orang tua atauptm yang Iainya dijelaskan pada Pasal 13 ayat I dan ayat 2: "Setiap anak selama dalam pengasuhan orang lua, wali, a/au pihak lain mana pun yang berlanggung jawab alas pengasuhan, berhak
mendapal perlindungan dari perlakuan: 1) Diskriminasi; 2) Eksploitasi, baik
ekonomi maupun seksual; 3) Penelan/aran; 4) Kekejaman, Kekerasan, dan
Penganiayaan; 5) Ketidalmdilan; dan 6) Perla/man salah lainnya. Dalam ha! orang
tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenalmn pembera/an hukuman.
Anak berhak mendapatkan asuhan dari orang tuanya ytmg diatur pada Pasal 14:
"Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan
dan!atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
Hak anak dalam memperoleh perlindungan diatur pada Pasal 15: "Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari : 1) Penyalahgunaan dalam kegiatan
politik; 2) Pelibatan dalam sengketa bersenjata; 3) Pelibatan dalam kerusuhan
sosial; 4) Pe/ibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; 5)
Pelibatan dalam peperangan.
Kemudian Pasal 15 diatur lebih lanjut pada Pasal 16 ayat I, 2, dan 3 : Ayat 1:
"Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,
penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabi/a sesuai dengan
hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.
Hak anak yang dirampas kebebasannya telah diatur dalmn Pasal 17 ayat l dan
2: "Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk : 1) Mendapatkan
perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa; 2)
Memperoleh bantuan hukum atau bantuan /ainnya secara efektif dalam setiap
tahapan upaya hukum yang berlaku; dan 3) Membela diri dan memperoleh keadilan
di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak da/am sidang tertutup
untuk umum. Setiap anak yang menjadi karban atau pelaku kekerasan seksual atau
yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
Anak berhak mendapatkan perlindungan hukum yang diatur dalam pasal 18 :
"Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan
bantuan hukum dan bantuan lainnya.
Adapun kewajiban anak diatur dalam Pasal 19 : "Setiap anak berkewajiban
untuk : 1) Menghormati orang tua, wali, dan guru; 2) Mencintai keluarga,
masyarakat, dan menyayangi teman; 3) lv!encintai tanah air, bangsa, dan negara; 4)
Menunaikan ibadah sesuai dengan qjaran agamanya; dan 5) Melaksanakan etika
A. Sejarah singkat berdirinya Komisi Perlindnngan Anak Indonesia
Dalam rangkaian sidang umum PBB (1989), tepatnya pada tanggal 20
november 1989,majelis umum PBB telab menyetujui dan mensabkan rumusan
Konvensi Hak-hak Anak (KHA) yang di kenal dengan sebutan the Convention On
The Rights Of The Child (CRC) termasuk di ikuti oleh wakil delegasi pemerintah Indonesia yang telab ikut serta secara aktif merumuskan dan membabas naskab serta
menandatangani kesepakatan tersebut.dalam dokumen Konvensi Hak-hak Anak
(KHA)secara garis besar di bagi atas tiga bagian dengan 54 Pasal (Articles).karena
itu,KHA adalab merupakan bagian yang tidak terpisabkan clari. Deklarasi Hak Asasi
Manusia (Declaration Of Human Right PBB -1948). Dengan demikian dapat di
katakan bahwa Upaya Perlindungan terhadap Hak-hak Anak aclalab merupakan
pe-lindungan terhadap Hak Asasi Manusia, sebaliknya setiap pelanggaran terhadap
Hak-hak Anak berarti pelanggaran pula terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).1
1. Landasan hukum pembentukan Komisi Perlindungan :mak Indonesia
Dengan demikian Komisi Perlindungan Anak Indonesia di bentuk
sekurang-kurangnya berlandaskan pada:
- UUD 1945, Pasal 27 dan 28 (basil amanclemen)
1
[image:49.534.30.453.134.485.2]- UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
- Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang ratifikasi KHA PBB.
- Keputusan Presiden No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak
Indonesia.
- Keputusan Presiden No. 95/M Tahun 2004 tentang pengangkatan anggota Komisi
Perlindungan Anak Indonesia.
Dalam bah XI, Pasal 74, 75 dan 76 UU nomor Tahun 23 tahun 2002
meng-amanatkan agar Presiden dapat segera membentuk Komis.i Perlindungan Anak
Indonesia (KP AI) paling lambat l tahun setelah Undang-undang disahkan. Artinya,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia sudah harns terbentuk sebelum tanggal 20
oktober 2003. Namun dalam kenyataannya, kembali mengalami keterlambatan karena
berbagai faktor baik administratif, finansial maupun non teknis lainnya yang perlu
melibatkan berbagai pihak terkait sebagai stakeholders.
2. Pembentukan tim seleksi
Langkah pertama yang di lakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Depsos setelah UU PA di sahkan adalah menyelenggarakan kegiatan lokakarya
nasional penyusunan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, pada Tanggal 2-4 Juni
2003, di Cisarna, Bogor. panitia lokakarya bekerja berdasarkan dari mandat menteri
koordinator bidang kesejahteraan rakyat sesuai dengan surat nomor B-38/ MENKO/
KESRN III/2003, tertanggal 23 maret 2003 kepada kedua pimpinan instansi tersebut.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Peserta lokakarya terdiri dari berbagai unsur
pemerintah, pengusaha, pakar dan organisasi sosial kemasyarakatan yang
merekomendasikan sebanyak 50 nama kepada menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Menteri Sosial untuk dipilih dan ditetapkan sebanyak 13 orang diantaranya sebagai
anggota tim seleksi nasional. Selanjutnya kedua instansi tersebut sepakat untuk
mengukuhkan Tim Seleksi Calon Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia
dengan surat keputusan bersama menteri pemberdayaan peirempuan dan menteri
sosial dengan nomor B.81/ Men.PP/VII/ 2003, tertanggal 21 juli 2003. 52/ HUK/
2003.
Tim seleksi calon anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia dimaksud
adalah:
a. DPR RI melalui surat No. Kd.02/2794/DPR RI/2004, berdasarkan surat
keputusan pimpinan DPR RI no. 97/Pimp/IV/2003-2004 kepada Presiden. dari
pelaksanaan uji kelayakan tersebut di tetapkan urutan calon anggota Komisi
Perlindungan Anak Indonesia dengan suara terbanyak sebagai berikut:
I) Kusumo Priyono (tokoh masyarakat)
2) Drs. Andarus Darahim (unsur masyarakat)
3) Dr. Zarpiel Tafal (kelompok masyarakat peduli anak)
4) Prof.dr.Lily Riantono ( organisasi sosial)
5) Hj. Enny Rasyidah Badawi ( organisasi kemasyarakatan)
6) Drs. Ibnu Anshori (tokoh agama)
8) Dra. Ir. Sri Wuryaningsih (dunia usaha)
9) Drs. H.m. Sudar Siandes ( organisasi kemasyarakatan) 10) Dra. Magdalena Sitorus (lembaga swadaya masuarakat)
3. Pengangkatan dan pengukuban auggota Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KP AI)