• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Gejala Pernafasan Pada Pekerja Bagian Quality Control Pabrik Pengolahan Crude Palm Oil (Cpo) Pt.Smart,Tbk Di Belawan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Gejala Pernafasan Pada Pekerja Bagian Quality Control Pabrik Pengolahan Crude Palm Oil (Cpo) Pt.Smart,Tbk Di Belawan Tahun 2013"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH: RIZKA WITA NIM : 091000098

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PT.SMART,TBK DI BELAWAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

RIZKA WITA NIM : 091000098

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PEKERJA BAGIAN QUALITY CONTROL PABRIK

PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO)

PT.SMART,TBK DI BELAWAN TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Rizka Wita

Nomor Induk Mahasiswa : 091000098

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tanggal Lulus : 20 April 2013

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dra. Lina Tarigan, Apt, MS dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK

NIP. 195908061988112001 NIP. 196506151996012001

Medan, 20 April 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

Penyakit akibat kerja dapat menurunkan derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, dan salah satu faktor penyebabnya adalah bahan kimia. Penyebab kematian akibat pekerjaan terbesar adalah kanker, kecelakaan, dan gangguan pernafasan. Ada lebih dari 80% bahan berbahaya masuk kedalam tubuh melalui sistem pernafasan. Pekerja bagian Quality Control yang menangani uji mutu kualitas

crude palm oil (CPO) selalu menggunakan bahan kimia yang bersifat korosif dan

iritan terhadap sistem pernafasan. Selama bekerja 8 jam sehari, banyak pekerja yang tidak menggunakan APD pernafasan berupa masker yang disediakan oleh perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) PT.Smart Tbk di Belawan tahun 2013.

Metode penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian quality control yang berjumlah 36 orang. Sampel yang digunakan adalah keseluruhan populasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 pekerja (83,4%) yang berumur ≤ 31 tahun, terdapat 24 pekerja (66,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 6 pekerja (16,6%) yang berumur > 31 tahun, sebanyak 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan berat. Dari 31 pekerja (86,1%) yang memiliki masa kerja ≤ 10 tahun, sebanyak 25 pekerja (69,4%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 5 pekerja (13,9%) yang memiliki masa kerja > 10 tahun, sebanyak 2 pekerja (5,6%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat. Dari 20 pekerja (55,6%) yang selalu menggunakan masker saat bekerja, sebanyak 15 pekerja (41,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 16 pekerja (44,4%) yang jarang menggunakan masker saat bekerja, ada 12 pekerja (33,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat.

Pihak perusahaan sebaiknya menyediakan APD pernafasan yang sesuai dengan penggunaannya terhadap bahan kimia, dan pekerja sebaiknya selalu menggunakan APD pernafasan yang telah disediakan sebagai upaya pencegahan timbulnya penyakit-penyakit pernafasan.

(5)

one of causes factor is chemical. The three most causes of mortality caused of job are cancer, accident, and respiratory disorder. More than 80% hazardous materials into the body through the respiratory system. Workers of Quality Control who handle the quality test of crude palm oil always use chemical which corrosive and irritant to the respiratory system. While works on 8 hours a day, there are many workers do not use the respiratory personal protective equipment like mask which provide by company. Therefore, this research is done to describe the respiratory symptom of Quality Control workers in crude palm oil processing plant PT. Smart Tbk Belawan on 2013.

The method of this research is descriptive survey research. Population is all of quality control workers totaling 36 person. Sample used is the total population.

The result of this research showed that a total of 30 workers (83,4%) aged ≤

31 years, there were 24 workers (66,7%) had a mild respiratory symptom. In 6 workers aged > 31 years, there were 3 workers (8,3%) had a mild and severe

respiratory symptom. In 31 workers (86,1%) have worked for ≤ 10 years, there were

25 workers (69,4%) had a mild respiratory symptom. In 5 workers (13,9%) have worked for > 10 years, there were 2 workers (5,6%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom. In 20 workers (55,6%) who always used mask while working, there were 15 workers (41,7%) had a mild respiratory symptom. In 16 workers (44,4%) who rarely used a mask while working, there were 12 workers (33,3%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom.

The company should provide the respiratory personal protective equipment which appropriate for using chemical, and the workers should always use the respiratory personal protective equipment provide from the company as prevention of respiratory diseases.

(6)

Nama : Rizka Wita

Tempat/tanggal lahir : Lhokseumawe, 2 November 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 5 (lima) orang

Alamat Rumah : Jl. Gunung Kidul Gg. Inhil Blok B no.2 Bukit Barisan,

Pekanbaru

Riwayat Pendidikan Formal :

1. SD GLOBAL ANDALAN Pangkalan Kerinci, 1997-2003

2. SLTP GLOBAL ANDALAN Pangkalan Kerinci 2003-2006

3. SMAN 5 Pekanbaru 2006-2009

4. FKM USU 2009-2013

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Bidang Advokasi dan Pengabdian Masyarakat Pemerintahan

Mahasiswa FKM USU Periode 2010-2011

2. Kepala Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi HMI Komisariat

(7)

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Gejala Pernafasan Pada Pekerja Bagian Quality Control Pabrik Pengolahan Crude

Palm Oil (Cpo) Pt.Smart,Tbk Di Belawan Tahun 2013”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat

berbagai kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran yang dapat membangun demi kelancaran terselesaikannya skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik. 3. Bapak Dr. Gerry Silaban, MKes selaku Ketua Departemen Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja FKM USU.

4. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, ilmu dan pengarahan sehinga skripsi ini

dapat diselesaikan.

5. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

7. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku Dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan-masukan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Sumatera

(8)

melakukan penelitian di Laboratorium PT.Smart Tbk.

10.Teristimewa kepada Ayahanda Agussalim Sinambela dan Ibunda Armawaty Siregar serta adik-adikku Winda Yani dan Yoni Heriawan untuk cinta, doa, kasih sayang dan dukungan yang tak tergantikan yang diberikan kepada

penulis.

11.Syukri F Hardi untuk semangat, do’a, dan dukungan yang tak henti-hentinya serta sahabat-sahabat seperjuangan Jehan, Vina, Mayan, Nabila, Ayu, Fandi, Jufri, Imey, kak Nadia, kak Najah, Flo, Alin, Debi, Ozi dan teman-teman peminatan K3 lainnya yang selalu membantu dan memberikan

dukungan moril serta waktu kepada penulis.

12.Teman-teman dan adik-adik HMI dan PEMA.

13.Buat semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu

persatu penulis mengucapkan terimakasih banyak atas dukungan, kerja sama,

dan doanya.

Akhir kata semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada

kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 20 April 2013

(9)

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pernafasan ... 8

2.1.1. Definisi Pernafasan ... 8

2.1.2. Fungsi Pernafasan ... 8

2.1.3. Gambar Anatomi Sistem Pernafasan ... 9

2.1.4. Anatomi Sistem Pernafasan ... 9

2.1.5. Fisiologi Pernafasan ... 11

2.2. Gejala-Gejala Pernafasan ... 12

2.2.1. Bentuk-Bentuk Gejala Pernafasan ... 12

2.2.2. Agen-Agen Penyebab Timbulnya Gejala Gangguan Pernafasan ... 14

2.3. Pernafasan Sebagai Jalan Masuk Bahan Kimia ... 15

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gejala-Gejala Pernafasan ... 16

2.4.1. Umur ... 16

2.4.2. Masa Kerja ... 17

2.4.3. Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 17

2.5. Bahan Kimia Industri ... 19

2.5.1. Pengaruh Buruk Bahan Kimia Terhadap Tubuh ... 19

2.5.2. Pengelompokan Bahan Kimia Berdasarkan Perbedaan Bentuk Fisik... 20

2.5.2.1. Kelompok Bukan Partikel ... 20

2.5.2.2. Kelompok Partikel ... 22

2.6. Quality Control ... 23

2.7. Crude Palm Oil dan Proses Uji Mutunya ... 23

2.8. Bahan Kimia Yang Digunakan Pada Proses Uji Mutu Minyak CPO ... 25

(10)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 29

3.2.2. Waktu Penelitian... 29

3.3. Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1. Populasi ... 29

3.3.2. Sampel ... 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1. Data Primer ... 30

3.4.2. Data Sekunder... 30

3.5. Definisi Operasional... 30

3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 31

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL 4.1. Profil Perusahaan ... 33

4.1.1. Sejarah Perusahaan... 33

4.1.2. Ruang Lingkup Perusahaan... 34

4.2. Deskripsi Lingkungan Kerja Bagian Quality Control ... 35

4.3. Karakteristik Responden ... 36

4.3.1. Umur ... 36

4.3.2. Masa Kerja ... 36

4.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan... 37

4.5. Status Kesehatan ... 37

4.6. Responden Yang Sering Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium ... 38

4.7. Responden Yang Sering Mengalami Pusing Saat Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium ... 38

4.8. Gejala Pernafasan ... 39

4.9. Tabulasi Silang ... 41

4.9.1. Tabulasi Silang Antara Umur Responden Dengan Gejala Pernafasan ... 42

4.9.2. Tabulasi Silang Antara Masa Kerja Responden Dengan Gejala Pernafasan ... 42

4.9.3. Tabulasi Silang Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan Responden Dengan Gejala Pernafasan... 43

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gejala Pernafasan ... 45

5.2. Gejala Pernafasan Berdasarkan Umur ... 50

5.3. Gejala Pernafasan Berdasarkan Masa Kerja ... 52

(11)
(12)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa kerja ... 36 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung

Diri Pernafasan ... 37 Tabel 4.4 Distribusi Status Kesehatan Responden ... 37 Tabel 4.5 Distribusi Responden Yang Sering Mencium Aroma Khas Bahan

Kimia Laboratorium ... 37 Tabel 4.6 Distribusi Responden Yang Sering Mengalami Pusing Saat

Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium ... 38 Tabel 4.7 Distribusi Gejala Pernafasan Yang Dialami Responden ... 38 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Pernafasan ... 41 Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara Umur Responden Dengan Gejala

Pernafasan ... 41 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja Responden Dengan

Gejala Pernafasan ... 42 Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri

(13)

Lampiran 1 Kuesioner

(14)

Penyakit akibat kerja dapat menurunkan derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, dan salah satu faktor penyebabnya adalah bahan kimia. Penyebab kematian akibat pekerjaan terbesar adalah kanker, kecelakaan, dan gangguan pernafasan. Ada lebih dari 80% bahan berbahaya masuk kedalam tubuh melalui sistem pernafasan. Pekerja bagian Quality Control yang menangani uji mutu kualitas

crude palm oil (CPO) selalu menggunakan bahan kimia yang bersifat korosif dan

iritan terhadap sistem pernafasan. Selama bekerja 8 jam sehari, banyak pekerja yang tidak menggunakan APD pernafasan berupa masker yang disediakan oleh perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) PT.Smart Tbk di Belawan tahun 2013.

Metode penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian quality control yang berjumlah 36 orang. Sampel yang digunakan adalah keseluruhan populasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 pekerja (83,4%) yang berumur ≤ 31 tahun, terdapat 24 pekerja (66,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 6 pekerja (16,6%) yang berumur > 31 tahun, sebanyak 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan berat. Dari 31 pekerja (86,1%) yang memiliki masa kerja ≤ 10 tahun, sebanyak 25 pekerja (69,4%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 5 pekerja (13,9%) yang memiliki masa kerja > 10 tahun, sebanyak 2 pekerja (5,6%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat. Dari 20 pekerja (55,6%) yang selalu menggunakan masker saat bekerja, sebanyak 15 pekerja (41,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 16 pekerja (44,4%) yang jarang menggunakan masker saat bekerja, ada 12 pekerja (33,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat.

Pihak perusahaan sebaiknya menyediakan APD pernafasan yang sesuai dengan penggunaannya terhadap bahan kimia, dan pekerja sebaiknya selalu menggunakan APD pernafasan yang telah disediakan sebagai upaya pencegahan timbulnya penyakit-penyakit pernafasan.

(15)

one of causes factor is chemical. The three most causes of mortality caused of job are cancer, accident, and respiratory disorder. More than 80% hazardous materials into the body through the respiratory system. Workers of Quality Control who handle the quality test of crude palm oil always use chemical which corrosive and irritant to the respiratory system. While works on 8 hours a day, there are many workers do not use the respiratory personal protective equipment like mask which provide by company. Therefore, this research is done to describe the respiratory symptom of Quality Control workers in crude palm oil processing plant PT. Smart Tbk Belawan on 2013.

The method of this research is descriptive survey research. Population is all of quality control workers totaling 36 person. Sample used is the total population.

The result of this research showed that a total of 30 workers (83,4%) aged ≤

31 years, there were 24 workers (66,7%) had a mild respiratory symptom. In 6 workers aged > 31 years, there were 3 workers (8,3%) had a mild and severe

respiratory symptom. In 31 workers (86,1%) have worked for ≤ 10 years, there were

25 workers (69,4%) had a mild respiratory symptom. In 5 workers (13,9%) have worked for > 10 years, there were 2 workers (5,6%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom. In 20 workers (55,6%) who always used mask while working, there were 15 workers (41,7%) had a mild respiratory symptom. In 16 workers (44,4%) who rarely used a mask while working, there were 12 workers (33,3%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom.

The company should provide the respiratory personal protective equipment which appropriate for using chemical, and the workers should always use the respiratory personal protective equipment provide from the company as prevention of respiratory diseases.

(16)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal guna mancapai

masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan nasional juga mencakup

peningkatan taraf ekonomi dan sosial masyarakat, sehingga memacu perkembangan

industri di suatu negara. Indonesia merupakan satu dari banyak negara yang sedang

berkembang menjadi negara industri. Perkembangan itu juga diiringi dengan semakin

tingginya standar kualitas barang atau produk yang dihasilkan. Untuk itu, Quality

Control sebagai tempat uji mutu standar sangat diperlukan sebagai upaya

meningkatkan kualitas hasil produksi.

Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 1a,

yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan ini merupakan

tugas pokok pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan

terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja, yang diatur dalam

Permenakertrans Nomor 03/Men/1982. Hal yang sama juga dituangkan dalam

Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pada pasal 164-166 tentang

Kesehatan Kerja ayat 1 yang berbunyi “Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk

melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta

(17)

perlindungan atas kesehatan pekerja oleh perusahaan seharusnya tidak boleh

diabaikan.

Menurut Barthos (1999), penyakit akibat kerja dapat menurunkan derajat

kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Faktor utama dari teknologi yang menjadi

penyebab penyakit akibat kerja adalah bahan kimia, radiasi dan sebagainya. Untuk itu

setiap perusahaan sejak dini harus mempunyai kebijaksanaan aktif dibidang

pencegahan kecelakaan kerja dan manajemen harus merumuskan dan melaksanakan

kebijakan tersebut bersama dengan wakil-wakil pekerja.

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu

perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang

sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut bermaksud

agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaan sehari-hari untuk meningkatkan

produksi dan produktifitas nasional. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan

dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan

mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya (Suma’mur, 1987).

Di Amerika Serikat diperkirakan ada 125.000 sampai 350.000 kasus pertahun

penyakit akibat kerja yang baru terjadi dan terjadi 5,3 juta kecelakaan kerja pertahun.

Biaya yang dikeluarkan lebih dari 60 triliun pertahun (Wahyuningsih, 2007).

Menurut Wilson (2006), gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab

utama moorbiditas dan mortalitas. Hal tersebut diperkuat dengan data ILO (dalam

Wahyuningsih (2007)) yang menyatakan bahwa penyebab kematian akibat pekerjaan

(18)

pernafasan akibat kerja misalnya asbestosis, silicosis, pneumoconiosis, kanker paru

dan asma kerja.

Lebih dari 80% bahan berbahaya ditempat kerja masuk melalui sistem

pernafasan. Efek pemajanan seperti itu juga dapat dirasakan pada sistem organ

lainnya, tetapi kerusakannya sering kali terletak pada saluran udara dan paru

(Harrington, 2005).

Rebeca Ghosh, seorang peneliti dari Inggris mengatakan bahwa

perkembangan asma pada orang dewasa meningkat karena pekerjaannya, terutama

pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia. Dalam penelitiannya yang

melibatkan 7.500 orang dewasa, sebagian besar menderita asma pada usia 42 tahun

keatas akibat pekerjaan yang terpapar bahan kimia seperti petani, dan tukang

fotocopy (Mayasari, 2013).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Betiandriyan (2012) tentang

hubungan faktor-faktor resiko terhadap kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja

painting, 30% dari jumlah total 15 orang sering mengalami batuk. Dalam penelitian

Fariz (2005) tentang paparan amoniak pada pekerja pengeleman sepatu, sebanyak 24

orang (53,3%) dari jumlah pekerja 45 orang mengalami gangguan pernafasan yang

ditandai dengan adanya gejala-gejala gangguan pernafasan seperti batuk, pengeluaran

reak/sputum, nyeri dada dan sesak nafas.

Dalam penelitian Budiono (2007) terhadap pekerja pengecatan mobil di

Semarang, peluang pekerja untuk mengalami gangguan fungsi paru adalah 99%.

(19)

mengalami gangguan fungsi paru akibat terpapar bahan kimia pada proses mengecat

tersebut.

PT.Smart,tbk merupakan anak perusahaan Sinar Mas Group yang bergerak di

bidang pengolahan crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit, dimana hasil

produksinya berupa minyak goreng dan margarin. Salah satu cabangnya berada di

kawasan industri di Belawan, Medan. Untuk meningkatkan kualitas hasil

produksinya, setiap cabang perusahaan memiliki bagian Quality Control (QC)

dibawah departemen laboratorium. Adapun pekerjanya terdiri dari 36 orang laboran

yang terbagi menjadi 4 grup shift, dimana masing-masing shift terdiri dari 9 orang

pekerja. Dalam satu hari ada 3 grup shift yang bekerja, sementara grup yang lain

mengalami day off atau libur. Pergantian shift terjadi setiap hari, oleh karena itu

pekerja akan mengalami masa day off setelah 3 hari bekerja.

Quality control merupakan bagian dari departemen Laboratorium yang

menangani proses uji mutu suatu bahan mentah menjadi barang produksi untuk

menghasilkan tingkat kualitas yang diinginkan, memiliki sejumlah bahan-bahan

kimia dari yang aman digunakan sampai dengan tingkat berbahaya yang selayaknya

memiliki pengendalian yang baik terhadap penggunaan bahan-bahan kimia tersebut

untuk melindungi para pekerja terhadap paparannya. Beberapa uji mutu yang

dilakukan untuk mencapai standar kualitas minyak yang diinginkan adalah uji DOBI

(Determinasi of Bleeching Index), FFA (Free Fatty Acid), IV (Iodine Value), PV

(Peroxide Value), dan uji colour (warna). Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan

sebagian besar merupakan bahan kimia dengan jenis cairan, yang digunakan sebagai

(20)

yang merupakan golongan alkohol, asam, alkana, metana, dan bersifat korosif yang

dapat merusak jaringan hidup antara lain Isopropil alkohol, Natrium hidroksida,

Asam asetat, Heksana, Sikloheksana, Wijs, dan Kloroform.

Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja dalam posisi berdiri didepan meja,

dan mengambil bahan kimia yang ada didalam gelas ukur yang terbuka sesuai dengan

takarannya. Begitu juga dengan penggunaan lemari asam, pekerja mengambil bahan

kimia dengan pipet tetes dan mencampurnya dengan sampel diluar lemari asam

sehingga pada keadaan tertentu bahan kimia tersebut dapat menguap dan terhirup

oleh pekerja.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sebagian besar pekerja yang

sedang bekerja pada bagian QC tidak menggunakan alat pelindung diri pernafasan

sewaktu bekerja, dan bahan kimia yang digunakan dalam laboratorium sehari-hari

mengganggu pernafasan mereka sehingga beberapa pekerja memiliki

keluhan-keluhan gejala pernafasan seperti batuk, sesak nafas, dan nyeri dada pada pekerja.

Apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama, akan menimbulkan

penyakit-penyakit pernafasan seperti kerusakan jaringan pada sistem pernafasan dan kanker.

Selain itu, pihak perusahaan juga tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala

kepada pekerja bagian QC khususnya, sehingga penyakit akibat kerja sulit untuk

diketahui.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan

(21)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran gejala pernafasan

pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO)

PT.Smart,tbk di Belawan tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran gejala pernafasan pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan Crude

Palm Oil (CPO) PT.Smart,tbk di Belawan tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan umur pekerja.

2. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan masa kerja

pekerja.

3. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan penggunan alat

pelindung diri (APD) pernafasan pekerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak perusahaan dalam mengelola APD

pernafasan khususnya dalam hal perlindungan tenaga kerja.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari

(22)

3. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti dalam hal memahami

potensial bahaya terhadap penggunaan bahan kimia pada laboratorium

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pernafasan

2.1.1. Definisi Pernafasan

Pernafasan secara harfiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer

menuju ke sel dan keluarannya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas

(Wilson, 2006). Sedangkan menurut Soemantri (2008), pernafasan (respirasi) adalah

gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh

tubuh dan pembuangan karbondioksida atau hasil dari pembakaran sel.

2.1.2. Fungsi Pernafasan

Fungsi utama paru adalah menyediakan oksigen agar diambil melalui kapiler

paru dan menyediakan sarana pembuangan karbondioksida melalui proses difusi

dengan arah sebaliknya. Keberhasilan pertukaran gas ini memerlukan tiga sistem

fungsi, yaitu ventilasi, transfer gas, dan transpor gas-darah (Harrington, 2005).

Tujuan dari pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan

membuang karbondioksida (Guyton & Hall, 1997).

Pertukaran karbondioksida dan oksigen antara darah dan udara berlangsung di

alveolus paru-paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan dalamnya aliran

udara timbal-balik (pernafasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli

kedalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap

yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahan-bahan

(24)

2.1.3. Gambar Anatomi Sistem Pernafasan

Gambar 2.1. Sistem Pernafasan

(Sumber: Ridley, 2003)

2.1.4. Anatomi Sistem Pernafasan

Pada dasarnya, sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara

yang menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli,

yaitu pemisah antara sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Saluran

penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung, faring, laring,

trakea, bronkus, dan bronkiolus. Ketika masuk rongga hidung, udara disaring,

dihangatkan, dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut

yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat

dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam

rongga hidung, dan superior di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke

(25)

Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring terdiri dari

rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita

suara. Ruang berbentuk segitiga diantara pita suara (glotis) bermuara ke dalam trakea

dan membentuk bagian antara saluran pernafasan atas dan bawah. Glotis merupakan

pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah.

Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang

panjangnya kurang lebih 12,5 cm (5 inci). Struktur trakea dan bronkus dianalogkan

dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Trakea

bercabang pada sisi kiri dan kanannya, menjadi bronkus. Tempat percabangan

menjadi bronkus utama tersebut dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak

saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk berat jika diransang.

Bronkus utama yang terbagi atas bronkus kiri dan kanan tidak simetris.

Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar. Sebaliknya, bronkus utama kiri

lebih panjang dan lebih sempit. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi

menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini

berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya

menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung

alveoli (kantong udara).

Alveolus merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan

kapiler sehingga batas antara cairan dan gas membentuk tegangan permukaan yang

cenderung mencegah pengembangan saat inspirasi dan cenderung kolaps saat

(26)

Namun secara fungsional, saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian

(Alsagaff & Mukty, 2005):

1. Zona Konduksi yang terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, serta bronkioli

terminalis.

2. Zona Respiratorik yang terdiri dari bronkioli respiratorik, sakus alveoli serta

alveoli.

2.1.5. Fisiologi Pernafasan

Proses fisiologi pernafasan yaitu proses O2 dipindahkan dari udara ke dalam

jaringan-jaringan, dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi yang dapat dibagi menjadi

tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke

dalam dan keluar paru. Stadium kedua, yaitu transportasi harus ditinjau dari beberapa

aspek:

1. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara

darah sistemik dan sel-sel jaringan.

2. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi

udara dalam alveolus-alveolus.

3. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah.

Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir respirasi, yaitu

saat zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah

(27)

2.2. Gejala-Gejala Pernafasan

2.2.1. Bentuk-Bentuk Gejala Pernafasan

Penyakit paru dapat menimbulkan tanda-tanda dan gejala umum maupun

tanda dan gejala pernafasan. Adapun tanda dan gejala pernafasan mencakup batuk,

sputum yang berlebihan atau abnormal, hemoptisis, dispnea, dan nyeri dada (Wilson,

2006).

1. Batuk

Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan.

Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan

saluran nafas bagian bawah. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit

pernafasan. Namun batuk bukan merupakan gejala yang spesifik, dan batuk di pagi

hari merupakan keluhan yang sering ditemukan (Ringel,2012). Selain itu menurut

WHO (1995), paparan jangka panjang terhadap berbagai bahan kimia iritan dapat

menyebabkan gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan atau tanpa sputum atau

mengi.

2. Sputum

Sputum adalah mukus yang dibatukkan keluar karena tertimbun dalam faring.

Timbunan tersebut dapat terjadi karena mukus yang dihasilkan berlebihan, sehingga

proses normal pembersihan pada saluran pernafasan tidak efektif lagi. Pembentukan

mukus yang berlebihan dapat disebabkan karena gangguan fisik, kimiawi, atau

infeksi pada membrane mukosa.

Pembentukan sputum pada seseorang perlu dievaluasi sumber, warna,

(28)

tenggorokan kemungkinan besar berasal dari sinus atau saluran hidung, dan bukan

dari saluran nafas bagian bawah. Sputum yang berwarna kekuningan menunjukkan

adanya infeksi. Sputum yang berwarna hijau merupakan petunjuk adanya

penimbunan nanah. Banyak penderita infeksi pada saluran nafas bagian bawah

mengeluarkan sputum berwarna hijau pada pagi hari, tetapi makin siang menjadi

kuning. Dalam hal sifat dan konsistensi sputum juga perlu diperhatikan. Sputum yang

berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru akut. Sputu yang

berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau putih merupakan tanda bronkitis kronik.

Sedangkan sputum yang berbau busuk merupakan tanda asbes paru atau

bronkiektasis.

3. Hemoptisis

Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah, atau

sputum yang berdarah. Setiap proses yang mengganggu kesinambungan pembuluh

darah paru dapat mengakibatkan perdarahan. Penyebab hemoptisis lain yang sering

adalah karsinoma bronkogenik, infark paru, bronkiektasis, dan abses paru.

4. Dispnea

Dispnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala

utama dan merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar. Seseorang yang

mengalami dispnea sering mengeluh nafasnya menjadi pendek atau merasa tercekik.

Sesak nafas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit, sebab orang normal juga

akan mengalami hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam

(29)

5. Nyeri Dada

Nyeri yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah menyatakan secara

tidak langsung iritasi dinding dada dan/atau pleura. Nyeri dada terutama berkaitan

dengan pernafasan. Dan nyeri dada ini dapat digolongkan dengan menggunakan

templat nyeri umum; di mana, berapa lama, seberapa berat, sifat, apa yang membuat

lebih baik, dan apa yang memperburuk (Ringel, 2012).

2.2.2. Agen-Agen Penyebab Timbulnya Gejala Gangguan Pernafasan 1. Debu inert

Debu yang relatif inert dapat menimbulkan beberapa efek:

a. Peningkatan beban pembersihan bronkopulmonar. Hal ini menyebabkan

meningkatnya sekresi mukus, transport bronkial melalui ekspektorasi, dan

akhirnya batuk dengan dahak.

b. Perubahan-perubahan obstruktif pada fungsi paru. Perubahan-perubahan

ini berupa sediit penurunan volume ekspirasi paksa dalam satu detik

(FEV1.0), sedikit penurunan kapasitas vital (VC), dan peningkatan volume

gas intratoraks.

2. Debu fibrogenik

Debu yang mengandung kuarsa menyebabkan silikosis. Dan debu

yang mengandung asbes secara khas menyebabkan ganguan fungsi paru

restriktif (yaitu, penurunan VC dan volume gas intratoraks serta compliance

(30)

3. Iritan kimia

Paparan jangka panjang terhadap berbgai bahan kimia iritan dapat

menyebabkan gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan atau tanpa sputum

atau mengi. Gejala dapat atau tidak disertai dengan peningkatan reaktifitas

bronkus. Paparan kadar tinggi (tidak disengaja) dapat menyebabkan bronkitis

akut berat (sering hemoragik) dengan obstruksi saluran nafas dan/atau edema

paru.

4. Alergen

Golongan ini meliputi bahan-bahan yang berasal dari binatang atau

tumbuhan (mis, spora jamur) dan mungkin bahan-bahan kimia tertentu (mis,

garam-garam platinum).

5. Karsinogen

Debu asbes dan uranium adalah contoh terbaik dari agen penyebab

kanker paru akibat kerja. Peranan merokok baik sebagai faktor penyebab

maupun sinergistik sudah dipastikan. Sifat-sifat karsinogenik agen-agen yang

ditemukan di tempat kerja dapat dideteksi dengan penelitian epidemiologis

(WHO, 1995).

2.3. Pernafasan Sebagai Jalan Masuk Bahan Kimia

Jalan masuk yang paling penting terhadap pemajanan bahan kimia di

lingkungan kerja suatu industri adalah saluran pernafasan. Sebab, hampir semua

bahan yang merupakan pencemar udara dapat dihisap dan masuk melalui saluran

pernafasan. Namun, jumlah seluruh senyawa beracun yang diabsorbsi melalui saluran

(31)

voume aliran udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap beban kerja menjadi lebih

besar. Apabila bahan beracun yang ada berbentuk aerosol, maka pengendapan dan

penyerapan dapat terjadi di dalam saluran pernafasan. Hal tersebut yang akan

menyebabkan penyakit-penyakit pernafasan (Moeljosoedarmo, 2008).

Pemajanan dengan zat kimia yang berada di udara yang terjadi melalui

penghirupan zat tersebut tidak dapat dihindari, kecuali jika kita memakai

perlengkapan yang dapat membersihkan kontaminan. Meskipun demikian, untuk

dapat mencapai alveoli paru kontaminan itu harus berupa gas atau bahan yang

memiliki ukuran sedemikian rupa, sehingga ketika berada di saluran udara ke aru

tidak dapat dibersihkan. Bahaya yang sebenarnya dan yang potensial, yang bekaitan

dengan pemajanan zat kimia melalui saluran pernafasan, terutama terlihat jelas pada

lingkungan kerja industry,dan pencemaran di daerah perkotaan yang penduduknya

sangat padat (Loomis, 1978).

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gejala-Gejala Pernafasan 2.4.1. Umur

Umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam

penyelidikan-penelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua

keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.

Faal paru tenaga kerja sangat dipengaruhi oeh usia tenaga kerja itu sendiri.

Meningkatnya umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah,

khususnya gangguan saluran pernafasan pada tenaga kerja (Notoatmodjo, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Afdhal (2012) pada pekerja pembuat dodol di

(32)

berumur ≤ 30 tahun sebanyak 24 pekerja (41,4%); 10 pekerja (17,2%) diantaranya

mengalami keluhan pernafasan. Sedangkan pekerja yang berumur ≥ 30 tahun sebanyak 34 pekerja (58,6%); 13 pekerja (22,5%) diantaranya mengalami keluhan

pernafasan. Hal ini menunjukkan lebih banyak pekerja yang berumur ≥ 30 tahun

yang mengalami keluhan pernafasan.

2.4.2. Masa Kerja

Masa kerja atau lamanya seseorang kerja pada sebuah industri berbanding

lurus dengan lamanya paparan terhadap bahan bahan-bahan beresiko yang dapat

merusak kesehatan pekerja. Dari hasil penelitian Mengkidi (2006) pada karyawan PT.

Semen Tonasa Pangker Sulawesi Selatan menunjukkan, responden dengan masa kerja

≥ 15 tahun mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 33 orang (63,5%) dan tidak

mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 19 orang (36,5%). Responden dengan

masa kerja < 15 tahun mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 14 orang (35,9%)

dan tidak mengalami gangguan fungsi paru 25 orang (64,1%). Hal ini menunjukkan

juga bahwa lamanya masa kerja juga menyebabkan penurunan fungsi paru dan

meningkatnya gangguan-gangguan pernafasan.

2.4.3. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Dalam kegiatan industri, paparan terhadap resiko yang dapat mengganggu

kesehatan pekerja memang tidak dapat dihindari. Upaya-upaya dalam pencegahan

harus selalu dilakukan baik dari pihak perusahaan maupun pekerja. Ada beberapa

pengendalian baik secara teknis maupun administratif yang dapat dilakukan, namun

yang paling sering dilakukan adalah melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung

(33)

pemberian alat pelindung diri merupakan jenis pengendalian yang terakhir, namun

efek yang didapatkan pekerja dengan memakai alat pelindung diri juga cukup

dirasakan.

Pemilihan alat pelindung diri pernafasan berbeda-beda sesuai dengan

kebutuhannya dan jenis bahaya paparannya. Alat pelindung saluran pernafasan dapat

digambarkan atas dasar kemampuan dan keterbatasannya dan dibagi dalam 3

kelompok besar (Moeljosoedarmo, 2008):

1. Alat pembersih udara

Alat pembersih udara membersihkan (memurnikan) udara yang

terkontaminasi. Udara di lingkungan kerja yang dialirkan melewati suatu elemen

pembersih udara akan dapat menghilangkan gas-gas dan uap bahan kimia yang

khusus, aerosol atau suatu campuran dari pencemar-pencemar tersebut. Ada 2 jenis

respirator pembersih udara:

a. Respirator Pembersih Aerosol

b. Respirator Pembersih Gas atau Uap Bahan Kimia

2. Alat penyalur udara

Alat penyalur udara adalah kelompok respirator yang menyediakan udara

yang dapat dihisap oleh pemakai, ini tergantung kepada udara di luar gedung. Ada 2

jenis alat penyalur udara:

a. Topeng Berpipa Saluran Udara

b. Respirator yang terdiri dari sebuah topeng yang menutup seluruh muka

atau menutup separuh muka atau penutup kepala yang dihubungkan

(34)

baik dari suatu kompresor, dan harus dilengkapi dengan alat pengaman

khusus sesuai yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang (di Amerika

oleh OSHA)

3. Gabungan antara alat pembersih udara dan alat penyalur udara

Respirator jenis ini adalah gabungan dari respirator dengan pipa aliran udara

dan suatu alat pembantu untuk memurnikan udara sebagai pembantu yang

memberikan perlindungan apabila penyediaan udara gagal atau macet.

2.5. Bahan Kimia Industri

2.5.1. Pengaruh Buruk Bahan Kimia Terhadap Tubuh

Reaksi tubuh terhadap bahan-bahan kimia dapat terjadi baik secara akut

maupun secara kronis (Moeljosoedarmo, 2008).

1. Pengaruh akut

Pengaruh akut atau pemajanan akut umumnya termasuk pemajanan terhadap

konsentrasi tinggi dalam jangka waktu yang pendek dan segera menghasilkan

beberapa akibat seperti penyakit, iritasi, dan kematian. Pemajanan kerja akut sering

dihubungkan dengan terjadinya kecelakaan. Ciri-ciri khusus pada pemajanan akut

adalah mendadak dan berat dan digolongkan dengan absorbsi cepat dari bahan-bahan

yang mengganggu.

2. Pengaruh kronis

Berlawanan dengan pengaruh akut, pengaruh kronis atau sakit digolongkan

dengan gejala-gejala atau penyakit yang berlangsung lama atau sering kambuh.

Pengaruh kronis sering berkembang lama. Istilah pemajanan kronis adalah

(35)

lama, umumnya bertahun-tahun. Keracunan kronis berarti bahwa suatu tingkat bahan

secara berkelanjutanada di dalam jaringan. Tanda-tanda dari keracunan kronis

umumnya berbeda dengan yang sering terlihat dari keracunan akut oleh bahan

beracun yang sama, dan karena kadar tingkat atau kontaminan relatif rendah, tenaga

kerja sering tidak menyadari terhadap pemajanan seperti yang mereka alami.

2.5.2. Pengelompokan Bahan Kimia Berdasarkan Perbedaan Bentuk Fisik Bentuk-bentuk fisik bahan kimia yang dapat ditemukan di udara lingkungan tempat

kerja dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu (Moeljosoedarmo, 2008):

2.5.2.1. Kelompok bukan partikel a. Gas

Gas adalah suatu cairan yang tidak memiliki wujud sendiri dan

mengisi suatu ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal.

b. Uap

Uap adalah bentuk gas dari bahan-bahan yang umumnya berbentuk

padat atau cair dan dapat dikembalikan kepada bentuk semula, baik hanya

dengan mengubah tekanannya ataupun hanya mengubah suhunya.

c. Cairan

Cairan merupakan zat yang tidak terbentuk, mengalir mengikuti

hokum grafitasi. Cairan oleh NFPA (National Fire Protection Association)

dibagi menjadi 2, yaitu cairan yang dengan mudah dapat terbakar (cairan yang

memiliki titik nyala dibawah 100°F atau 37,8°C) dan cairan mudah terbakar

(36)

d. Pelarut

Bahan kimia pelarut adalah masalah khusus. Meskipun pelarut

sebenarnya termasuk kedalam kelompok cairan, pelarut cenderung digunakan

secara luas di dalam industri. Pelarut adalah cairan/bahan yang digunakan

untuk melarutkan bahan lain termasuk air dan sistem bukan air. Larutan

adalah campuran dari 2 bahan atau lebih. Pada pelarut organik, dapat

menyebabkan gangguan kesehatan karena pelarut dapat menguap dengan

cepat di udara dan menghasilkan kadar uap yang tinggi pada keadaan tertentu.

Secara umum pelarut organik dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.

Bentuk pemajanan yang utama adalah inhalasi uap melalui pernafasan, namun

banyak juga yang terserap melalui kulit.

Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara

lingkungan kerja, bahan-bahan kimia tersebut mempunyai pengaruh yang

sama terhadap salah satu organ tubuh, maka dikatakan bahwa bahan kimia

tersebut memiliki sifat additive (pengaruh saling menambah/mendukung).

Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara

lingkungan kerja, masing-masing memiliki pengaruh buruk terhadap organ

tubuh yang berbeda, maka dikatakan bahwa kedua bahan kimia tersebut

memiliki sifat independen.

Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara

lingkungan kerja, dimana salah satu dari bahan tersebut memiliki sifat yang

(37)

dikatakan bahwa bahan kimia itu memilii sifat sinergis terhadap bahan kimia

yang lain.

Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara

lingkungan kerja, masing-masing bahan kimia tersebut memiliki pengaruh

yang berlawanan terhadap organ tubuh tenaga kerja, maka dikatakan bahwa

kedua bahan kimia tersebut memiliki sifat antagonis (menghambat efek salah

satu bahan kimia).

2.5.2.2. Kelompok Partikel a. Debu

Debu adalah partikel padat yang dipancarkan oleh prose salami atau

proses mekanis seperti pemecahan, penghalusan, penggilingan, pukulan

ataupun peledakan, pemotongan serta penghancuran bahan. Debu yang

terhirup melalui pernafasan sebagian akan ditahan atau tinggal didalam

paru-paru.

b. Fume

Fume atau uap logam sebenarnya adalah partikel benda padat, yang

terbentuk sebagai hasil kondensasi uap logam di udara.

c. Kabut

Kabut adalah partikel-partikel yang sangat halus, tidak lain adalah

titik-titik air yang mengambang di udara yang terbentuk oleh proses

pemecahan suatu cairan menjadi butir-butir kecil, seperti proses splashing,

(38)

d. Serat

Serat merupakan bahan yang tipis dan panjang, misalnya serat asbes.

Serat yang menyerupai benang ini dipisahkan dari batu aslinya selama

pemecahan, pemotongan dan penambangan.

2.6. Quality Control

Quality Control merupakan adalah suatu pengawasan dan pengendalian mutu

yang dilakukan pada setiap tahap atau stasiun proses produksi dalam sebuah industri.

Dari tahap bahan baku yang datang dari supplier, sampai produk jadi yang siap

dikonsumsi. Tujuan dilaksanakannya Quality Control adalah untuk mengawasi dan

mengendalikan proses produksi dalam sebuah industri sehingga dihasilkan produk

jadi yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan yang telah ditetapkan

(Ajisetiawan,2010).

2.7. Crude Palm Oil dan proses uji mutunya

Crude palm oil adalah minyak kelapa sawit yang diolah oleh industri-industri

kelapa sawit di Indonesia untuk dijadikan bahan pokok rumah tangga seperti minyak

goreng dan margarin. CPO yang telah mengalami pemurnian akan menjadi RBDPO

(Refinery Bleeching Deodorasi Palm Oil). Setelah mengalami fraksinasi, RBDPO

akan diproses menjadi ROlein (minyak goreng) dan RStearin (margarin). Untuk

setiap tahap,uji mutu yang dilakukan adalah sama. Sedangkan Lebih lengkap

tahapnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

(39)
[image:39.612.153.446.128.287.2]

Fraksinasi

Gambar 2.2. Tahap-tahap produksi minyak goreng dan margarin

Adapun proses uji mutunya adalah:

1. uji DOBI (Determinasi of Bleeching Index)

Uji DOBI merupakan proses yang dilakukan pada saat sampel datang pertama

kali ke laboratorium dan masih dalam bentuk CPO dan diuji setiap 4 jam. Pada proses

yang pertama ini, sampel hanya diberi larutan hexane dan ditentukan penyerapannya

dengan menggunakan spectrophotometer.

2. Uji FFA (Free Fatty Acid)

Uji FFA merupakan uji asam lemak bebas yang dipantau dan terus diuji setiap

jam sampai mendapatkan tingkat asam lemak bebas yang serendah-rendahnya.

Semakin rendah nilainya, maka semakin bagus kualitasnya. Nilai FFA sendiri

ditentukan oleh customer sesuai dengan permintaannya. Untuk minyak goreng yang

dijual di Indonesia, nilai FFA harus dibawah 5%. Sedangkan untuk minyak goreng

eksport, kualitas FFA harus dibawah 3%. Adapun proses ujinya adalah:

Sampel CPO + isopropyl alcohol + NaOH

CPO (Crude Palm Oil)

RBDPO (Refinery Bleeching Deodorasi Palm Oil)

(40)

3. Uji IV (Iodine Value)

Uji IV merupakan uji tingkat iodine yang juga diuji setiap jam. Tetapi nilai IV

berbanding terbalik dengan FFA. Semakin tinggi tingkat nilai IV, maka semakn baik

kualitasnya. Adapun proses uji mutunya:

(Sampel + pelarut x + wijs) diperam selama 15 menit di ruang gelap

+ KI 15% + aquades

Pelarut x merupakan campuran siklohexana dan asam asetat dengan perbandingan

1 : 1

4. Uji PV (Peroxide Value)

Uji PV merupakan uji untuk melihat bilangan peroxide atau tingkat

ketengikan minyak. PV diuji setiap 4 jam sekali, dan tingkat PV dengan kualitas yang

bagus adalah tingkat yang rendah. Artinya, semakin rendah nilai PV maka semakin

bagus kualitas minyak tersebut. Adapun proses ujinya:

Sampel 5 gram + pelarut x

Pelarut x merupakan campuran asam asetat dan klroform dengan

perbandingan 3 : 2. Sampel dan pelarut tersebut diaduk selama 1 menit + aquades +

indicator amilum dan dititrasi dengan Na2S2O3.

5. Uji Warna

Untuk uji warna, yang dilihat adalah moisture dengan menggunakan alat

Lovibond Tintometer model F.

2.8. Bahan Kimia Yang Digunakan Pada Proses Uji Mutu Minyak CPO Dari keseluruhan proses uji mutu pada laboratorium tersebut, maka bahan

(41)

1. Isopropil Alkohol

Isopropyl alcohol atau isopropanol adalah nama lain dari senyawa kimia

C3H8O dan merupakan turunan dari alkohol. Tidak berwarna, mudah terbakar, dan

memiliki bau yang kuat, serta sangat larut dalam air. Efek akut yang dapat terjadi

adalah iritasi pada mata, ganguan pada saraf dan pernafasan. Iritasi pada kulit juga

dapat terjadi akibat kontak dengan kulit. Sedangkan efek kronisnya dapat

menyebabkan kerusakan pada ginjal, sistem reproduksi, hati, kulit, sistem saraf pusat,

bahkan kanker pada bagian-bagian yang dilaluinya (OHSA,2012).

2. NaOH

NaOH atau natrium hidroksida merupakan larutan yang bersifat

korosif/merusak jaringan hidup. Dari segi fisik, NaOH tidak berwarna, tidak berbau,

larut dalam air, Apabila terpapar dapat menyebabkan mata dan kulit terbakar, dan

iritasi pada saluran pernafasan. Efek jangka panjang jika terhirup dapat menyebabkan

pneumonitis dan edema paru. Penyebab parah iritasi saluran pernafasan bagian atas

adalah batuk, luka bakar pada saluran pernafasan, kesulitan bernafas, dan koma

(International Programme on Chemical Safety, 2012).

3. Asam Asetat

Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal

sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Memiliki rumus empiris

C2H4O2. Asam asetat murni adalah adalah cairan higroskopis tidak berwarna dan

merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industry yang penting. Umumnya, asam

asetat digunakan dalam produksi polimer maupun berbagai macam serat dan kain.

(42)

bercampur dengan mudah dengan pelarut seperti kloroform dan heksana. Efek pada

kesehatan akibat paparan asam asetat adalah luka bakar,kerusakan mata permanen,

dan iritasi pada membran mukosa (NIOSH, 2011).

4. Heksana

Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia

C6H14. Seluruh isomer heksana amat tidak rektif, dan sering digunakan sebagai

pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu,

kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar, senyawa ini merupakan cairan tak berwarna

yang tidak larut dalam air. Pada keadaan akut, heksana dapat menyebabkan iritasi

pada saluran pernafasan. Sedangkan pada keadaan kronik dapat menyebabkan

kerusakan jaringan paru (NIOSH, 2011).

5. Sikloheksana

Sikloheksana digunakan sebagai pelarut nonpolar pada industri kimia, dan

juga merupakan bahan mentah dalam pembuatan asam adipat dan kaprolaktam,

keduanya juga merupakan bahan produksi nilon. Sikloheksana memiliki bau seperti

detergen (NIOSH, 2011).

6. Wijs

Wijs adalah pelarut Acetic acid dengan konsentrasi ≥ 90% yang mengandung

iodine, berwarna cokelat dan berbau pedih. Wijs dapat menyebabkan efek pada

kesehatan yang cukup parah seperti luka bakar yang parah. Menyebabkan gejala

iritasi pada saluran pernafasan, uapnya bisa membentuk odema paru dan merusak

mata. Untuk itu, penyimpanan dan penggunaan larutan wijs harus menggunakan

(43)

7. Kloroform

Kloroform atau triklorometana dikenal karena sering digunakan sebagai

bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di

laboratorium dan industri. Wujdnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah

menguap. Kloroform bersifat penekan pada sistem saraf pusat, toksik terhadap hati

dan ginjal, embriotoksik dan terbukti bersifat karsinogen pada hewan. Kloroform juga

berpotensi menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan (NIOSH, 2011).

Berdasarkan data MSDS (Material Safety Data Sheet), maka keseluruhan

bahan kimia tersebut berpotensi menyebabkan gejala-gejala pernafasan sebelum pada

akhirnya menyebabkan gangguan dan iritasi saluran pernafasan, baik saluran

pernafasan atas maupun bawah. Selain itu berpotensi menyebabkan kerusakan

jaringan pada saluran pernafasan.

2.9. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori-teori yang telah dijabarkan, maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

Pekerja Quality Control

- Umur

- Masa kerja

- Penggunaan APD Pernafasan Gejala-gejala

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality

Control pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) PT.Smart,tbk di Belawan tahun

2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia PT.Smart,tbk Belawan.

Adapun alasan pemilihan lokasi karena belum pernah dilakukan penelitian tentang

gejala pernafasan sebelumnya pada pekerja. Selain itu, melihat potensi bahaya pada

pernafasan yang ada di laboratorium kimia tersebut menjadikan peneliti memilih

lokasi ini.

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja pada bagian Quality

(45)

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan populasi yang berjumlah 36

orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan diperoleh dari pekerja bagian Quality Control

dengan menggunakan kuesioner dari WHO yang telah dimodifikasi berdasarkan

ketentuan-ketentuan dalam Material Safety Data Sheet (MSDS) Isopropyl alcohol,

Natrium hidroksida, asam asetat, wijs, kloroform, heksana, dan sikloheksana.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari bagian manajemen

laboratorium, yaitu data-data jumlah pekerja, profil perusahaan, bahan kimia yang

digunakan serta data lain yang mendukung.

3.5. Defenisi Operasional

1. Umur adalah ulangtahun terakhir responden.

2. Masa kerja adalah waktu yang telah ditempuh oleh responden mulai

pertama kali bekerja di bagian Quality Control sampai saat ini.

4. Penggunaan APD Pernafasan adalah masker yang digunakan pekerja pada

saat bekerja di laboratorium.

3. Gejala pernafasan adalah keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja terhadap

pernafasan yang ditandai dengan adanya tanda-tanda gangguan pernafasan

seperti batuk, perih tenggorokan maupun hidung, sesak nafas, dan nyeri

(46)

3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden

terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan kuesioner yang

ada. Kuesioner diawali dengan pertanyaan umum untuk menggambarkan bahwa

responden sedang dalam keadaan sehat dan sering mencium aroma khas bahan kimia

yang digunakan dalam proses uji mutu. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan

tentang gejala pernafasan responden.

Alat yang dipakai untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala pernafasan seperti batuk,perih pada

tenggorokan dan hidung, sesak nafas, nyeri dada, dan tentang riwayat pekerjaan yang

ditanyakan kepada responden.

Cara pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala

Guttman, dengan memberikan skor 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”. Jumlah skor total adalah 20. Dengan rumus umum:

 Range (R) = skor tertinggi – skor terendah = 20 – 0 = 20

 Kategori (K) = 2 adalah banyaknya criteria yang disusun pada criteria objektif

suatu variable. Kategori yaitu ringan dan berat.

 Interval (I) = Range / Kategori

 Interval (I) = 20/2 = 10

 kriteria penilaian = skor tertinggi – interval = 20 – 10 = 10, sehingga:

a. Ada gejala pernafasan ringan bila skor yang terkumpul ≤ 10

(47)

Sumber : Anonim,2012

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Data diolah dan dianalisis secara deskriptif melalui program SPSS versi 15.0

untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control,

dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

(48)

BAB IV HASIL 4.1. Profil Perusahaan

4.1.1. Sejarah Perusahaan

PT. SMART Tbk (Sinar Mas Agro Resourches & Technology) termasuk

dalam Sinar Mas Group yang berlokasi dijalan Balmera Baru III Kelurahan Belawan

I Kecamatan Medan Belawan Sumatera Utara. Dalam melaksanakan operasional

usaha PT.SMART Tbk mempunyai pabrik beserta kelengkapan fasilitas produksi

utama dan pendukung yang berada dikawasan berikat Belawan dengan status hak

milik yang dikeluarkan pejabat pembuat akta tanah kota Medan nomor 65 dan oleh

kantor Agraria Kota Medan nomor A 1424361 dan A 1424362 dengan total luas

64.970 m² dan dukungan instalasi tangki timbun (bulking installation) yang berada

dijalan Ujung Baru Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan, Medan.

PT. SMART Tbk Medan adalah perusahaan public yang bergerak dibidang

palm oil industry. Pertama kali berdiri ada tahun 1984 dengan nama Ivo Mas Tunggal

hanya untuk pengolahan minyak goreng dari bahan baku CPO dan stearin. Dilokasi

yang sama pada tahun 1986 didirikan PT. SMART Corporation yang mengolah palm

kernel (PK) menjadi crude palm kernel oil (CPKO) dan palm kernel expeller (PKE).

Sejalan dengan perkembangan usaha maka pada tahun 2000 kedua perusahaan ini

bergabung menjadi satu dan berganti nama menjadi PT. SMART Tbk. Terdaftar pada

Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan nomor 02.12.1.15.06479

Tahun 2006 PT.SMART Tbk melakukan penambahan kegiatan proyek berupa

(49)

shortening yang dibutuhkan dipasaran lokal (cocoa butter substitute = CBS)

pengganti fat coklat dengan kapasitas 100 ton/hari dan telah beroperasi pada tahun

2007. Tahun 2012 PT. SMART Tbk menambah kapasitas produksi KCP menjadi 750

ton/hari dan Refinery serta Fractionation sebesar 2000 ton/hari yang nantinya total

menjadi 3400 ton/hari.

Saat ini kegiatan refinery, expeller plant dan CBS plant PT. SMART Tbk

didukung oleh ± 700 orang pekerja yang bekerja baik non shift maupun shift.

Kapasitas rata-rata produksi pertahun produk utama yaitu refined bleached

deodorized stearin (RBD Sterarin) dan refined bleached dodorized olein (RBD Olein)

pada industri pengolahan minyak sawit menjadi minyak goreng masing-masing

adalah 270.000 ton/tahun dan 90.000 ton/tahun, sedangkan untuk fatty acid distillate

(pfad) dengan kapasitas produksi sekitar 16.320 ton/tahun.

4.1.2. Ruang Lingkup Perusahaan

PT. SMART Tbk adalah pabrik pengolahan CPO (crude palm oil) yang akan

diolah menjadi olein (minyak goreng) dan stearin (margarine). Produk yang

dihasilkan adalah minyak goreng dengan merk Filma, Kunci Mas dan Mitra

sedangkan margarine dengan merk Simas dan Mitra. PT. SMART Tbk memiliki

beberapa divisi seperti refinery plant, fractionation plant, margarine plant, dan filling

plant yang menghasilkan branded product dan non branded product yang merupakan

produk perusahaan. Adapun jenis bahan baku dan produk yang mendapat sertifikat

halal adalah bahan baku industry dengan nomor 07491297, shortening atau lemak

nabati dengan nomor 07481297, margarine dengan nomor 07471297 dan minyak

(50)

Adapun penghargaan yang telah diperoleh PT. SMART Tbk antara lain:

1. Sertifikat GMP/HACCP dari Schutter Malaysia

2. Sertifikat HACCP finish good (refinery, fractionation, margarine,

filling/bottling) dari SGS

3. Sertifikat ISO 9001-2005, ISO 22000, ISCC, GMP B+

4.2. Deskripsi Lingkungan Kerja Bagian Quality Control

Quality Control merupakan bagian dalam departemen Laboratorium yang

berada di dalam lingkungan pabrik, tepatnya dibagian belakang pabrik dekat dengan

bagian produksi. Ruangan laboratorium yang digunakan untuk quality control

merupakan ruangan yang tertutup, dimana terdapat lemari-lemari penyimpanan bahan

kimia termasuk lemari asam, peralatan uji mutu seperti Lovibond Tintometer model F

untuk melihat tingkat warna dan alat untuk melihat tingkat kabut, meja, ruangan

penyelamatan jika terjadi kebakaran, dll.

Bahan kimia yang digunakan pekerja untuk uji mutu ditempatkan pada

beberapa tempat. Untuk bahan kimia yang bersifat asam seperti wijs dan asam asetat

disimpan didalam lemari asam. Sedangkan bahan kimia lainnya diletakkan diatas

meja tempat pekerja melakukan uji mutu, yang disimpan didalam tabung yang

tertutup dan terbuka. Seharusnya, semua tabung yang berisi bahan kimia harus dalam

keadaan tertutup terutama saat tidak digunakan karena pada keadaan tertentu

(misalnya suhu atau tekanan yang meningkat) bahan kimia dalam tabung terbuka

(51)

Posisi pekerja saat melakukan uji mutu adalah berdiri didepan meja,

mengambil bahan kimia yang berada didalam tabung dngan menggunakan pipet tetes

dan memasukkannya kedalam tabung Erlenmeyer yang berisi sampel yang akan diuji.

Hasil pengujian akan dicatat pada form yang selalu dipantau setiap proses uji mutu

dilakukan. Pada pekerja yang tidak menggunakan APD pernafasan saat melakukan uji

mutu, bahan kimia yang menguap langsung terhirup oleh pekerja sehingga beresiko

mengalami gejala-gejala pernafasan.

[image:51.612.109.531.339.405.2]

4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Umur

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur (tahun) Jumlah (jiwa) %

1 ≤ 31 30 83,3

2 > 31 6 16,7

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui umur responden sebagian besar berada

pada kelompok umur ≤ 31 tahun yaitu berjumlah 30 orang (83,3%), sedangkan

responden yang berumur > 31 tahun berjumlah 6 orang (16,7%). Adapun umur

terendah pekerja adalah 20 tahun, dan umur tertinggi adalah 44 tahun. Teknik

kategori umur diambil berdasarkan nilai median umur pekerja.

4.3.2. Masa Kerja

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa kerja

No Masa Kerja (tahun) Jumlah (jiwa) %

1 ≤ 10 31 86,1

2 > 10 5 13,9

[image:51.612.107.538.586.655.2]
(52)

Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar responden memiliki masa kerja ≤ 10

tahun yaitu berjumlah 31 orang (86,1%), dan responden yang memiliki masa kerja >

10 tahun berjumlah 5 orang (13,9%). Adapun masa kerja terendah pekerja adalah 1

tahun, dan masa kerja tertinggi adalah 20 tahun. Teknik kategori masa kerja diambil

berdasarkan nilai median masa kerja pekerja.

4.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan

No Penggunaan APD Pernafasan Jumlah (jiwa) %

1 Selalu 20 55,6

2 Jarang 16 44,4

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa

Gambar

Gambar 2.1. Sistem Pernafasan
Gambar 2.2. Tahap-tahap produksi minyak goreng dan margarin
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung Diri
+5

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum tujuan perancangan taman bermain anak adalah menyediakan fasilitas permainan yang aman, nyaman, dan dapat digunakan bagi semua anak termasuk anak

Berkaitan dengan konsep risiko, contoh physical hazard dalam asuransi kendaraan bermotor adalah sebagai berikut, kecuali

Seluruh pihak independen anggota komite pemantau risiko tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan atau hubungan keluarga dengan dewan

APLIKASI EKOWISATA BAHARI TERHADAP PERKEMBANGAN TERUMBU KARANG DlSlSl BARAT PTJLAU SUMATERA (Studi Kasus di Kabupaten Pesisir.. Barat);Ahmad

Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia masa orde baru ditata kembali oleh Soeharto sesuai dengan politik luar negeri yang bebas aktif hal itu dibuktikan dengan hal berikut ini

Pelaksanaan proses siklus II telah dilaksanakan sesuai rencana. Dari data hasil belajar menunjukan bahwa terdapat 7 siswa yang tuntas dan 9 siswa yang belum tuntas. Setelah

Sibawaihi, Lc mengenai Manajemen kelas VIII di MTs Muallimin Univa Medan sebagai berikut “Manajemen kelas menurut saya adalah usaha yang dilakukan bagaimana kami seorang

Hal ini menunjukkan bahwa economic value added (EVA) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Berdasarkan nilai signifikansi yang jauh lebih