SKRIPSI
OLEH: RIZKA WITA NIM : 091000098
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PT.SMART,TBK DI BELAWAN TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH:
RIZKA WITA NIM : 091000098
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEKERJA BAGIAN QUALITY CONTROL PABRIK
PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO)
PT.SMART,TBK DI BELAWAN TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Rizka Wita
Nomor Induk Mahasiswa : 091000098
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tanggal Lulus : 20 April 2013
Disahkan Oleh Komisi Pembimbing
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Dra. Lina Tarigan, Apt, MS dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK
NIP. 195908061988112001 NIP. 196506151996012001
Medan, 20 April 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Penyakit akibat kerja dapat menurunkan derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, dan salah satu faktor penyebabnya adalah bahan kimia. Penyebab kematian akibat pekerjaan terbesar adalah kanker, kecelakaan, dan gangguan pernafasan. Ada lebih dari 80% bahan berbahaya masuk kedalam tubuh melalui sistem pernafasan. Pekerja bagian Quality Control yang menangani uji mutu kualitas
crude palm oil (CPO) selalu menggunakan bahan kimia yang bersifat korosif dan
iritan terhadap sistem pernafasan. Selama bekerja 8 jam sehari, banyak pekerja yang tidak menggunakan APD pernafasan berupa masker yang disediakan oleh perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) PT.Smart Tbk di Belawan tahun 2013.
Metode penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian quality control yang berjumlah 36 orang. Sampel yang digunakan adalah keseluruhan populasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 pekerja (83,4%) yang berumur ≤ 31 tahun, terdapat 24 pekerja (66,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 6 pekerja (16,6%) yang berumur > 31 tahun, sebanyak 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan berat. Dari 31 pekerja (86,1%) yang memiliki masa kerja ≤ 10 tahun, sebanyak 25 pekerja (69,4%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 5 pekerja (13,9%) yang memiliki masa kerja > 10 tahun, sebanyak 2 pekerja (5,6%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat. Dari 20 pekerja (55,6%) yang selalu menggunakan masker saat bekerja, sebanyak 15 pekerja (41,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 16 pekerja (44,4%) yang jarang menggunakan masker saat bekerja, ada 12 pekerja (33,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat.
Pihak perusahaan sebaiknya menyediakan APD pernafasan yang sesuai dengan penggunaannya terhadap bahan kimia, dan pekerja sebaiknya selalu menggunakan APD pernafasan yang telah disediakan sebagai upaya pencegahan timbulnya penyakit-penyakit pernafasan.
one of causes factor is chemical. The three most causes of mortality caused of job are cancer, accident, and respiratory disorder. More than 80% hazardous materials into the body through the respiratory system. Workers of Quality Control who handle the quality test of crude palm oil always use chemical which corrosive and irritant to the respiratory system. While works on 8 hours a day, there are many workers do not use the respiratory personal protective equipment like mask which provide by company. Therefore, this research is done to describe the respiratory symptom of Quality Control workers in crude palm oil processing plant PT. Smart Tbk Belawan on 2013.
The method of this research is descriptive survey research. Population is all of quality control workers totaling 36 person. Sample used is the total population.
The result of this research showed that a total of 30 workers (83,4%) aged ≤
31 years, there were 24 workers (66,7%) had a mild respiratory symptom. In 6 workers aged > 31 years, there were 3 workers (8,3%) had a mild and severe
respiratory symptom. In 31 workers (86,1%) have worked for ≤ 10 years, there were
25 workers (69,4%) had a mild respiratory symptom. In 5 workers (13,9%) have worked for > 10 years, there were 2 workers (5,6%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom. In 20 workers (55,6%) who always used mask while working, there were 15 workers (41,7%) had a mild respiratory symptom. In 16 workers (44,4%) who rarely used a mask while working, there were 12 workers (33,3%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom.
The company should provide the respiratory personal protective equipment which appropriate for using chemical, and the workers should always use the respiratory personal protective equipment provide from the company as prevention of respiratory diseases.
Nama : Rizka Wita
Tempat/tanggal lahir : Lhokseumawe, 2 November 1990
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Anggota Keluarga : 5 (lima) orang
Alamat Rumah : Jl. Gunung Kidul Gg. Inhil Blok B no.2 Bukit Barisan,
Pekanbaru
Riwayat Pendidikan Formal :
1. SD GLOBAL ANDALAN Pangkalan Kerinci, 1997-2003
2. SLTP GLOBAL ANDALAN Pangkalan Kerinci 2003-2006
3. SMAN 5 Pekanbaru 2006-2009
4. FKM USU 2009-2013
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Bidang Advokasi dan Pengabdian Masyarakat Pemerintahan
Mahasiswa FKM USU Periode 2010-2011
2. Kepala Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi HMI Komisariat
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Gejala Pernafasan Pada Pekerja Bagian Quality Control Pabrik Pengolahan Crude
Palm Oil (Cpo) Pt.Smart,Tbk Di Belawan Tahun 2013”.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat
berbagai kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun demi kelancaran terselesaikannya skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik. 3. Bapak Dr. Gerry Silaban, MKes selaku Ketua Departemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja FKM USU.
4. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, ilmu dan pengarahan sehinga skripsi ini
dapat diselesaikan.
5. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.
7. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku Dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan-masukan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Sumatera
melakukan penelitian di Laboratorium PT.Smart Tbk.
10.Teristimewa kepada Ayahanda Agussalim Sinambela dan Ibunda Armawaty Siregar serta adik-adikku Winda Yani dan Yoni Heriawan untuk cinta, doa, kasih sayang dan dukungan yang tak tergantikan yang diberikan kepada
penulis.
11.Syukri F Hardi untuk semangat, do’a, dan dukungan yang tak henti-hentinya serta sahabat-sahabat seperjuangan Jehan, Vina, Mayan, Nabila, Ayu, Fandi, Jufri, Imey, kak Nadia, kak Najah, Flo, Alin, Debi, Ozi dan teman-teman peminatan K3 lainnya yang selalu membantu dan memberikan
dukungan moril serta waktu kepada penulis.
12.Teman-teman dan adik-adik HMI dan PEMA.
13.Buat semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu penulis mengucapkan terimakasih banyak atas dukungan, kerja sama,
dan doanya.
Akhir kata semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada
kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, 20 April 2013
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1. Tujuan Umum ... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pernafasan ... 8
2.1.1. Definisi Pernafasan ... 8
2.1.2. Fungsi Pernafasan ... 8
2.1.3. Gambar Anatomi Sistem Pernafasan ... 9
2.1.4. Anatomi Sistem Pernafasan ... 9
2.1.5. Fisiologi Pernafasan ... 11
2.2. Gejala-Gejala Pernafasan ... 12
2.2.1. Bentuk-Bentuk Gejala Pernafasan ... 12
2.2.2. Agen-Agen Penyebab Timbulnya Gejala Gangguan Pernafasan ... 14
2.3. Pernafasan Sebagai Jalan Masuk Bahan Kimia ... 15
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gejala-Gejala Pernafasan ... 16
2.4.1. Umur ... 16
2.4.2. Masa Kerja ... 17
2.4.3. Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 17
2.5. Bahan Kimia Industri ... 19
2.5.1. Pengaruh Buruk Bahan Kimia Terhadap Tubuh ... 19
2.5.2. Pengelompokan Bahan Kimia Berdasarkan Perbedaan Bentuk Fisik... 20
2.5.2.1. Kelompok Bukan Partikel ... 20
2.5.2.2. Kelompok Partikel ... 22
2.6. Quality Control ... 23
2.7. Crude Palm Oil dan Proses Uji Mutunya ... 23
2.8. Bahan Kimia Yang Digunakan Pada Proses Uji Mutu Minyak CPO ... 25
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 29
3.2.2. Waktu Penelitian... 29
3.3. Populasi dan Sampel ... 29
3.3.1. Populasi ... 29
3.3.2. Sampel ... 30
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 30
3.4.1. Data Primer ... 30
3.4.2. Data Sekunder... 30
3.5. Definisi Operasional... 30
3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 31
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 32
BAB IV HASIL 4.1. Profil Perusahaan ... 33
4.1.1. Sejarah Perusahaan... 33
4.1.2. Ruang Lingkup Perusahaan... 34
4.2. Deskripsi Lingkungan Kerja Bagian Quality Control ... 35
4.3. Karakteristik Responden ... 36
4.3.1. Umur ... 36
4.3.2. Masa Kerja ... 36
4.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan... 37
4.5. Status Kesehatan ... 37
4.6. Responden Yang Sering Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium ... 38
4.7. Responden Yang Sering Mengalami Pusing Saat Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium ... 38
4.8. Gejala Pernafasan ... 39
4.9. Tabulasi Silang ... 41
4.9.1. Tabulasi Silang Antara Umur Responden Dengan Gejala Pernafasan ... 42
4.9.2. Tabulasi Silang Antara Masa Kerja Responden Dengan Gejala Pernafasan ... 42
4.9.3. Tabulasi Silang Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan Responden Dengan Gejala Pernafasan... 43
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gejala Pernafasan ... 45
5.2. Gejala Pernafasan Berdasarkan Umur ... 50
5.3. Gejala Pernafasan Berdasarkan Masa Kerja ... 52
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa kerja ... 36 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung
Diri Pernafasan ... 37 Tabel 4.4 Distribusi Status Kesehatan Responden ... 37 Tabel 4.5 Distribusi Responden Yang Sering Mencium Aroma Khas Bahan
Kimia Laboratorium ... 37 Tabel 4.6 Distribusi Responden Yang Sering Mengalami Pusing Saat
Mencium Aroma Khas Bahan Kimia Laboratorium ... 38 Tabel 4.7 Distribusi Gejala Pernafasan Yang Dialami Responden ... 38 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Pernafasan ... 41 Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara Umur Responden Dengan Gejala
Pernafasan ... 41 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja Responden Dengan
Gejala Pernafasan ... 42 Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri
Lampiran 1 Kuesioner
Penyakit akibat kerja dapat menurunkan derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, dan salah satu faktor penyebabnya adalah bahan kimia. Penyebab kematian akibat pekerjaan terbesar adalah kanker, kecelakaan, dan gangguan pernafasan. Ada lebih dari 80% bahan berbahaya masuk kedalam tubuh melalui sistem pernafasan. Pekerja bagian Quality Control yang menangani uji mutu kualitas
crude palm oil (CPO) selalu menggunakan bahan kimia yang bersifat korosif dan
iritan terhadap sistem pernafasan. Selama bekerja 8 jam sehari, banyak pekerja yang tidak menggunakan APD pernafasan berupa masker yang disediakan oleh perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) PT.Smart Tbk di Belawan tahun 2013.
Metode penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian quality control yang berjumlah 36 orang. Sampel yang digunakan adalah keseluruhan populasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 pekerja (83,4%) yang berumur ≤ 31 tahun, terdapat 24 pekerja (66,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 6 pekerja (16,6%) yang berumur > 31 tahun, sebanyak 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan berat. Dari 31 pekerja (86,1%) yang memiliki masa kerja ≤ 10 tahun, sebanyak 25 pekerja (69,4%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 5 pekerja (13,9%) yang memiliki masa kerja > 10 tahun, sebanyak 2 pekerja (5,6%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat. Dari 20 pekerja (55,6%) yang selalu menggunakan masker saat bekerja, sebanyak 15 pekerja (41,7%) mengalami gejala pernafasan ringan. Dari 16 pekerja (44,4%) yang jarang menggunakan masker saat bekerja, ada 12 pekerja (33,3%) mengalami gejala pernafasan ringan dan 3 pekerja (8,3%) mengalami gejala pernafasan berat.
Pihak perusahaan sebaiknya menyediakan APD pernafasan yang sesuai dengan penggunaannya terhadap bahan kimia, dan pekerja sebaiknya selalu menggunakan APD pernafasan yang telah disediakan sebagai upaya pencegahan timbulnya penyakit-penyakit pernafasan.
one of causes factor is chemical. The three most causes of mortality caused of job are cancer, accident, and respiratory disorder. More than 80% hazardous materials into the body through the respiratory system. Workers of Quality Control who handle the quality test of crude palm oil always use chemical which corrosive and irritant to the respiratory system. While works on 8 hours a day, there are many workers do not use the respiratory personal protective equipment like mask which provide by company. Therefore, this research is done to describe the respiratory symptom of Quality Control workers in crude palm oil processing plant PT. Smart Tbk Belawan on 2013.
The method of this research is descriptive survey research. Population is all of quality control workers totaling 36 person. Sample used is the total population.
The result of this research showed that a total of 30 workers (83,4%) aged ≤
31 years, there were 24 workers (66,7%) had a mild respiratory symptom. In 6 workers aged > 31 years, there were 3 workers (8,3%) had a mild and severe
respiratory symptom. In 31 workers (86,1%) have worked for ≤ 10 years, there were
25 workers (69,4%) had a mild respiratory symptom. In 5 workers (13,9%) have worked for > 10 years, there were 2 workers (5,6%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom. In 20 workers (55,6%) who always used mask while working, there were 15 workers (41,7%) had a mild respiratory symptom. In 16 workers (44,4%) who rarely used a mask while working, there were 12 workers (33,3%) had a mild respiratory symptom and 3 workers (8,3%) had a severe respiratory symptom.
The company should provide the respiratory personal protective equipment which appropriate for using chemical, and the workers should always use the respiratory personal protective equipment provide from the company as prevention of respiratory diseases.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal guna mancapai
masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan nasional juga mencakup
peningkatan taraf ekonomi dan sosial masyarakat, sehingga memacu perkembangan
industri di suatu negara. Indonesia merupakan satu dari banyak negara yang sedang
berkembang menjadi negara industri. Perkembangan itu juga diiringi dengan semakin
tingginya standar kualitas barang atau produk yang dihasilkan. Untuk itu, Quality
Control sebagai tempat uji mutu standar sangat diperlukan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil produksi.
Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 1a,
yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan ini merupakan
tugas pokok pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja, yang diatur dalam
Permenakertrans Nomor 03/Men/1982. Hal yang sama juga dituangkan dalam
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pada pasal 164-166 tentang
Kesehatan Kerja ayat 1 yang berbunyi “Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk
melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
perlindungan atas kesehatan pekerja oleh perusahaan seharusnya tidak boleh
diabaikan.
Menurut Barthos (1999), penyakit akibat kerja dapat menurunkan derajat
kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Faktor utama dari teknologi yang menjadi
penyebab penyakit akibat kerja adalah bahan kimia, radiasi dan sebagainya. Untuk itu
setiap perusahaan sejak dini harus mempunyai kebijaksanaan aktif dibidang
pencegahan kecelakaan kerja dan manajemen harus merumuskan dan melaksanakan
kebijakan tersebut bersama dengan wakil-wakil pekerja.
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut bermaksud
agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaan sehari-hari untuk meningkatkan
produksi dan produktifitas nasional. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan
dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan
mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya (Suma’mur, 1987).
Di Amerika Serikat diperkirakan ada 125.000 sampai 350.000 kasus pertahun
penyakit akibat kerja yang baru terjadi dan terjadi 5,3 juta kecelakaan kerja pertahun.
Biaya yang dikeluarkan lebih dari 60 triliun pertahun (Wahyuningsih, 2007).
Menurut Wilson (2006), gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab
utama moorbiditas dan mortalitas. Hal tersebut diperkuat dengan data ILO (dalam
Wahyuningsih (2007)) yang menyatakan bahwa penyebab kematian akibat pekerjaan
pernafasan akibat kerja misalnya asbestosis, silicosis, pneumoconiosis, kanker paru
dan asma kerja.
Lebih dari 80% bahan berbahaya ditempat kerja masuk melalui sistem
pernafasan. Efek pemajanan seperti itu juga dapat dirasakan pada sistem organ
lainnya, tetapi kerusakannya sering kali terletak pada saluran udara dan paru
(Harrington, 2005).
Rebeca Ghosh, seorang peneliti dari Inggris mengatakan bahwa
perkembangan asma pada orang dewasa meningkat karena pekerjaannya, terutama
pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia. Dalam penelitiannya yang
melibatkan 7.500 orang dewasa, sebagian besar menderita asma pada usia 42 tahun
keatas akibat pekerjaan yang terpapar bahan kimia seperti petani, dan tukang
fotocopy (Mayasari, 2013).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Betiandriyan (2012) tentang
hubungan faktor-faktor resiko terhadap kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja
painting, 30% dari jumlah total 15 orang sering mengalami batuk. Dalam penelitian
Fariz (2005) tentang paparan amoniak pada pekerja pengeleman sepatu, sebanyak 24
orang (53,3%) dari jumlah pekerja 45 orang mengalami gangguan pernafasan yang
ditandai dengan adanya gejala-gejala gangguan pernafasan seperti batuk, pengeluaran
reak/sputum, nyeri dada dan sesak nafas.
Dalam penelitian Budiono (2007) terhadap pekerja pengecatan mobil di
Semarang, peluang pekerja untuk mengalami gangguan fungsi paru adalah 99%.
mengalami gangguan fungsi paru akibat terpapar bahan kimia pada proses mengecat
tersebut.
PT.Smart,tbk merupakan anak perusahaan Sinar Mas Group yang bergerak di
bidang pengolahan crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit, dimana hasil
produksinya berupa minyak goreng dan margarin. Salah satu cabangnya berada di
kawasan industri di Belawan, Medan. Untuk meningkatkan kualitas hasil
produksinya, setiap cabang perusahaan memiliki bagian Quality Control (QC)
dibawah departemen laboratorium. Adapun pekerjanya terdiri dari 36 orang laboran
yang terbagi menjadi 4 grup shift, dimana masing-masing shift terdiri dari 9 orang
pekerja. Dalam satu hari ada 3 grup shift yang bekerja, sementara grup yang lain
mengalami day off atau libur. Pergantian shift terjadi setiap hari, oleh karena itu
pekerja akan mengalami masa day off setelah 3 hari bekerja.
Quality control merupakan bagian dari departemen Laboratorium yang
menangani proses uji mutu suatu bahan mentah menjadi barang produksi untuk
menghasilkan tingkat kualitas yang diinginkan, memiliki sejumlah bahan-bahan
kimia dari yang aman digunakan sampai dengan tingkat berbahaya yang selayaknya
memiliki pengendalian yang baik terhadap penggunaan bahan-bahan kimia tersebut
untuk melindungi para pekerja terhadap paparannya. Beberapa uji mutu yang
dilakukan untuk mencapai standar kualitas minyak yang diinginkan adalah uji DOBI
(Determinasi of Bleeching Index), FFA (Free Fatty Acid), IV (Iodine Value), PV
(Peroxide Value), dan uji colour (warna). Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan
sebagian besar merupakan bahan kimia dengan jenis cairan, yang digunakan sebagai
yang merupakan golongan alkohol, asam, alkana, metana, dan bersifat korosif yang
dapat merusak jaringan hidup antara lain Isopropil alkohol, Natrium hidroksida,
Asam asetat, Heksana, Sikloheksana, Wijs, dan Kloroform.
Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja dalam posisi berdiri didepan meja,
dan mengambil bahan kimia yang ada didalam gelas ukur yang terbuka sesuai dengan
takarannya. Begitu juga dengan penggunaan lemari asam, pekerja mengambil bahan
kimia dengan pipet tetes dan mencampurnya dengan sampel diluar lemari asam
sehingga pada keadaan tertentu bahan kimia tersebut dapat menguap dan terhirup
oleh pekerja.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sebagian besar pekerja yang
sedang bekerja pada bagian QC tidak menggunakan alat pelindung diri pernafasan
sewaktu bekerja, dan bahan kimia yang digunakan dalam laboratorium sehari-hari
mengganggu pernafasan mereka sehingga beberapa pekerja memiliki
keluhan-keluhan gejala pernafasan seperti batuk, sesak nafas, dan nyeri dada pada pekerja.
Apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama, akan menimbulkan
penyakit-penyakit pernafasan seperti kerusakan jaringan pada sistem pernafasan dan kanker.
Selain itu, pihak perusahaan juga tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
kepada pekerja bagian QC khususnya, sehingga penyakit akibat kerja sulit untuk
diketahui.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran gejala pernafasan
pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO)
PT.Smart,tbk di Belawan tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran gejala pernafasan pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan Crude
Palm Oil (CPO) PT.Smart,tbk di Belawan tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan umur pekerja.
2. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan masa kerja
pekerja.
3. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan penggunan alat
pelindung diri (APD) pernafasan pekerja.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan kepada pihak perusahaan dalam mengelola APD
pernafasan khususnya dalam hal perlindungan tenaga kerja.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari
3. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti dalam hal memahami
potensial bahaya terhadap penggunaan bahan kimia pada laboratorium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pernafasan
2.1.1. Definisi Pernafasan
Pernafasan secara harfiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer
menuju ke sel dan keluarannya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas
(Wilson, 2006). Sedangkan menurut Soemantri (2008), pernafasan (respirasi) adalah
gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh
tubuh dan pembuangan karbondioksida atau hasil dari pembakaran sel.
2.1.2. Fungsi Pernafasan
Fungsi utama paru adalah menyediakan oksigen agar diambil melalui kapiler
paru dan menyediakan sarana pembuangan karbondioksida melalui proses difusi
dengan arah sebaliknya. Keberhasilan pertukaran gas ini memerlukan tiga sistem
fungsi, yaitu ventilasi, transfer gas, dan transpor gas-darah (Harrington, 2005).
Tujuan dari pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
membuang karbondioksida (Guyton & Hall, 1997).
Pertukaran karbondioksida dan oksigen antara darah dan udara berlangsung di
alveolus paru-paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan dalamnya aliran
udara timbal-balik (pernafasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli
kedalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap
yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahan-bahan
2.1.3. Gambar Anatomi Sistem Pernafasan
Gambar 2.1. Sistem Pernafasan
(Sumber: Ridley, 2003)
2.1.4. Anatomi Sistem Pernafasan
Pada dasarnya, sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara
yang menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli,
yaitu pemisah antara sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Saluran
penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, dan bronkiolus. Ketika masuk rongga hidung, udara disaring,
dihangatkan, dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut
yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat
dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam
rongga hidung, dan superior di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring terdiri dari
rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita
suara. Ruang berbentuk segitiga diantara pita suara (glotis) bermuara ke dalam trakea
dan membentuk bagian antara saluran pernafasan atas dan bawah. Glotis merupakan
pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah.
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 12,5 cm (5 inci). Struktur trakea dan bronkus dianalogkan
dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Trakea
bercabang pada sisi kiri dan kanannya, menjadi bronkus. Tempat percabangan
menjadi bronkus utama tersebut dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak
saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk berat jika diransang.
Bronkus utama yang terbagi atas bronkus kiri dan kanan tidak simetris.
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar. Sebaliknya, bronkus utama kiri
lebih panjang dan lebih sempit. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini
berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya
menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara).
Alveolus merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan
kapiler sehingga batas antara cairan dan gas membentuk tegangan permukaan yang
cenderung mencegah pengembangan saat inspirasi dan cenderung kolaps saat
Namun secara fungsional, saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian
(Alsagaff & Mukty, 2005):
1. Zona Konduksi yang terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, serta bronkioli
terminalis.
2. Zona Respiratorik yang terdiri dari bronkioli respiratorik, sakus alveoli serta
alveoli.
2.1.5. Fisiologi Pernafasan
Proses fisiologi pernafasan yaitu proses O2 dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan-jaringan, dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi yang dapat dibagi menjadi
tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan keluar paru. Stadium kedua, yaitu transportasi harus ditinjau dari beberapa
aspek:
1. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara
darah sistemik dan sel-sel jaringan.
2. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi
udara dalam alveolus-alveolus.
3. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah.
Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir respirasi, yaitu
saat zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah
2.2. Gejala-Gejala Pernafasan
2.2.1. Bentuk-Bentuk Gejala Pernafasan
Penyakit paru dapat menimbulkan tanda-tanda dan gejala umum maupun
tanda dan gejala pernafasan. Adapun tanda dan gejala pernafasan mencakup batuk,
sputum yang berlebihan atau abnormal, hemoptisis, dispnea, dan nyeri dada (Wilson,
2006).
1. Batuk
Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan.
Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan
saluran nafas bagian bawah. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit
pernafasan. Namun batuk bukan merupakan gejala yang spesifik, dan batuk di pagi
hari merupakan keluhan yang sering ditemukan (Ringel,2012). Selain itu menurut
WHO (1995), paparan jangka panjang terhadap berbagai bahan kimia iritan dapat
menyebabkan gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan atau tanpa sputum atau
mengi.
2. Sputum
Sputum adalah mukus yang dibatukkan keluar karena tertimbun dalam faring.
Timbunan tersebut dapat terjadi karena mukus yang dihasilkan berlebihan, sehingga
proses normal pembersihan pada saluran pernafasan tidak efektif lagi. Pembentukan
mukus yang berlebihan dapat disebabkan karena gangguan fisik, kimiawi, atau
infeksi pada membrane mukosa.
Pembentukan sputum pada seseorang perlu dievaluasi sumber, warna,
tenggorokan kemungkinan besar berasal dari sinus atau saluran hidung, dan bukan
dari saluran nafas bagian bawah. Sputum yang berwarna kekuningan menunjukkan
adanya infeksi. Sputum yang berwarna hijau merupakan petunjuk adanya
penimbunan nanah. Banyak penderita infeksi pada saluran nafas bagian bawah
mengeluarkan sputum berwarna hijau pada pagi hari, tetapi makin siang menjadi
kuning. Dalam hal sifat dan konsistensi sputum juga perlu diperhatikan. Sputum yang
berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru akut. Sputu yang
berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau putih merupakan tanda bronkitis kronik.
Sedangkan sputum yang berbau busuk merupakan tanda asbes paru atau
bronkiektasis.
3. Hemoptisis
Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah, atau
sputum yang berdarah. Setiap proses yang mengganggu kesinambungan pembuluh
darah paru dapat mengakibatkan perdarahan. Penyebab hemoptisis lain yang sering
adalah karsinoma bronkogenik, infark paru, bronkiektasis, dan abses paru.
4. Dispnea
Dispnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala
utama dan merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar. Seseorang yang
mengalami dispnea sering mengeluh nafasnya menjadi pendek atau merasa tercekik.
Sesak nafas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit, sebab orang normal juga
akan mengalami hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam
5. Nyeri Dada
Nyeri yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah menyatakan secara
tidak langsung iritasi dinding dada dan/atau pleura. Nyeri dada terutama berkaitan
dengan pernafasan. Dan nyeri dada ini dapat digolongkan dengan menggunakan
templat nyeri umum; di mana, berapa lama, seberapa berat, sifat, apa yang membuat
lebih baik, dan apa yang memperburuk (Ringel, 2012).
2.2.2. Agen-Agen Penyebab Timbulnya Gejala Gangguan Pernafasan 1. Debu inert
Debu yang relatif inert dapat menimbulkan beberapa efek:
a. Peningkatan beban pembersihan bronkopulmonar. Hal ini menyebabkan
meningkatnya sekresi mukus, transport bronkial melalui ekspektorasi, dan
akhirnya batuk dengan dahak.
b. Perubahan-perubahan obstruktif pada fungsi paru. Perubahan-perubahan
ini berupa sediit penurunan volume ekspirasi paksa dalam satu detik
(FEV1.0), sedikit penurunan kapasitas vital (VC), dan peningkatan volume
gas intratoraks.
2. Debu fibrogenik
Debu yang mengandung kuarsa menyebabkan silikosis. Dan debu
yang mengandung asbes secara khas menyebabkan ganguan fungsi paru
restriktif (yaitu, penurunan VC dan volume gas intratoraks serta compliance
3. Iritan kimia
Paparan jangka panjang terhadap berbgai bahan kimia iritan dapat
menyebabkan gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan atau tanpa sputum
atau mengi. Gejala dapat atau tidak disertai dengan peningkatan reaktifitas
bronkus. Paparan kadar tinggi (tidak disengaja) dapat menyebabkan bronkitis
akut berat (sering hemoragik) dengan obstruksi saluran nafas dan/atau edema
paru.
4. Alergen
Golongan ini meliputi bahan-bahan yang berasal dari binatang atau
tumbuhan (mis, spora jamur) dan mungkin bahan-bahan kimia tertentu (mis,
garam-garam platinum).
5. Karsinogen
Debu asbes dan uranium adalah contoh terbaik dari agen penyebab
kanker paru akibat kerja. Peranan merokok baik sebagai faktor penyebab
maupun sinergistik sudah dipastikan. Sifat-sifat karsinogenik agen-agen yang
ditemukan di tempat kerja dapat dideteksi dengan penelitian epidemiologis
(WHO, 1995).
2.3. Pernafasan Sebagai Jalan Masuk Bahan Kimia
Jalan masuk yang paling penting terhadap pemajanan bahan kimia di
lingkungan kerja suatu industri adalah saluran pernafasan. Sebab, hampir semua
bahan yang merupakan pencemar udara dapat dihisap dan masuk melalui saluran
pernafasan. Namun, jumlah seluruh senyawa beracun yang diabsorbsi melalui saluran
voume aliran udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap beban kerja menjadi lebih
besar. Apabila bahan beracun yang ada berbentuk aerosol, maka pengendapan dan
penyerapan dapat terjadi di dalam saluran pernafasan. Hal tersebut yang akan
menyebabkan penyakit-penyakit pernafasan (Moeljosoedarmo, 2008).
Pemajanan dengan zat kimia yang berada di udara yang terjadi melalui
penghirupan zat tersebut tidak dapat dihindari, kecuali jika kita memakai
perlengkapan yang dapat membersihkan kontaminan. Meskipun demikian, untuk
dapat mencapai alveoli paru kontaminan itu harus berupa gas atau bahan yang
memiliki ukuran sedemikian rupa, sehingga ketika berada di saluran udara ke aru
tidak dapat dibersihkan. Bahaya yang sebenarnya dan yang potensial, yang bekaitan
dengan pemajanan zat kimia melalui saluran pernafasan, terutama terlihat jelas pada
lingkungan kerja industry,dan pencemaran di daerah perkotaan yang penduduknya
sangat padat (Loomis, 1978).
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gejala-Gejala Pernafasan 2.4.1. Umur
Umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam
penyelidikan-penelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua
keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Faal paru tenaga kerja sangat dipengaruhi oeh usia tenaga kerja itu sendiri.
Meningkatnya umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah,
khususnya gangguan saluran pernafasan pada tenaga kerja (Notoatmodjo, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Afdhal (2012) pada pekerja pembuat dodol di
berumur ≤ 30 tahun sebanyak 24 pekerja (41,4%); 10 pekerja (17,2%) diantaranya
mengalami keluhan pernafasan. Sedangkan pekerja yang berumur ≥ 30 tahun sebanyak 34 pekerja (58,6%); 13 pekerja (22,5%) diantaranya mengalami keluhan
pernafasan. Hal ini menunjukkan lebih banyak pekerja yang berumur ≥ 30 tahun
yang mengalami keluhan pernafasan.
2.4.2. Masa Kerja
Masa kerja atau lamanya seseorang kerja pada sebuah industri berbanding
lurus dengan lamanya paparan terhadap bahan bahan-bahan beresiko yang dapat
merusak kesehatan pekerja. Dari hasil penelitian Mengkidi (2006) pada karyawan PT.
Semen Tonasa Pangker Sulawesi Selatan menunjukkan, responden dengan masa kerja
≥ 15 tahun mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 33 orang (63,5%) dan tidak
mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 19 orang (36,5%). Responden dengan
masa kerja < 15 tahun mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 14 orang (35,9%)
dan tidak mengalami gangguan fungsi paru 25 orang (64,1%). Hal ini menunjukkan
juga bahwa lamanya masa kerja juga menyebabkan penurunan fungsi paru dan
meningkatnya gangguan-gangguan pernafasan.
2.4.3. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Dalam kegiatan industri, paparan terhadap resiko yang dapat mengganggu
kesehatan pekerja memang tidak dapat dihindari. Upaya-upaya dalam pencegahan
harus selalu dilakukan baik dari pihak perusahaan maupun pekerja. Ada beberapa
pengendalian baik secara teknis maupun administratif yang dapat dilakukan, namun
yang paling sering dilakukan adalah melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung
pemberian alat pelindung diri merupakan jenis pengendalian yang terakhir, namun
efek yang didapatkan pekerja dengan memakai alat pelindung diri juga cukup
dirasakan.
Pemilihan alat pelindung diri pernafasan berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhannya dan jenis bahaya paparannya. Alat pelindung saluran pernafasan dapat
digambarkan atas dasar kemampuan dan keterbatasannya dan dibagi dalam 3
kelompok besar (Moeljosoedarmo, 2008):
1. Alat pembersih udara
Alat pembersih udara membersihkan (memurnikan) udara yang
terkontaminasi. Udara di lingkungan kerja yang dialirkan melewati suatu elemen
pembersih udara akan dapat menghilangkan gas-gas dan uap bahan kimia yang
khusus, aerosol atau suatu campuran dari pencemar-pencemar tersebut. Ada 2 jenis
respirator pembersih udara:
a. Respirator Pembersih Aerosol
b. Respirator Pembersih Gas atau Uap Bahan Kimia
2. Alat penyalur udara
Alat penyalur udara adalah kelompok respirator yang menyediakan udara
yang dapat dihisap oleh pemakai, ini tergantung kepada udara di luar gedung. Ada 2
jenis alat penyalur udara:
a. Topeng Berpipa Saluran Udara
b. Respirator yang terdiri dari sebuah topeng yang menutup seluruh muka
atau menutup separuh muka atau penutup kepala yang dihubungkan
baik dari suatu kompresor, dan harus dilengkapi dengan alat pengaman
khusus sesuai yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang (di Amerika
oleh OSHA)
3. Gabungan antara alat pembersih udara dan alat penyalur udara
Respirator jenis ini adalah gabungan dari respirator dengan pipa aliran udara
dan suatu alat pembantu untuk memurnikan udara sebagai pembantu yang
memberikan perlindungan apabila penyediaan udara gagal atau macet.
2.5. Bahan Kimia Industri
2.5.1. Pengaruh Buruk Bahan Kimia Terhadap Tubuh
Reaksi tubuh terhadap bahan-bahan kimia dapat terjadi baik secara akut
maupun secara kronis (Moeljosoedarmo, 2008).
1. Pengaruh akut
Pengaruh akut atau pemajanan akut umumnya termasuk pemajanan terhadap
konsentrasi tinggi dalam jangka waktu yang pendek dan segera menghasilkan
beberapa akibat seperti penyakit, iritasi, dan kematian. Pemajanan kerja akut sering
dihubungkan dengan terjadinya kecelakaan. Ciri-ciri khusus pada pemajanan akut
adalah mendadak dan berat dan digolongkan dengan absorbsi cepat dari bahan-bahan
yang mengganggu.
2. Pengaruh kronis
Berlawanan dengan pengaruh akut, pengaruh kronis atau sakit digolongkan
dengan gejala-gejala atau penyakit yang berlangsung lama atau sering kambuh.
Pengaruh kronis sering berkembang lama. Istilah pemajanan kronis adalah
lama, umumnya bertahun-tahun. Keracunan kronis berarti bahwa suatu tingkat bahan
secara berkelanjutanada di dalam jaringan. Tanda-tanda dari keracunan kronis
umumnya berbeda dengan yang sering terlihat dari keracunan akut oleh bahan
beracun yang sama, dan karena kadar tingkat atau kontaminan relatif rendah, tenaga
kerja sering tidak menyadari terhadap pemajanan seperti yang mereka alami.
2.5.2. Pengelompokan Bahan Kimia Berdasarkan Perbedaan Bentuk Fisik Bentuk-bentuk fisik bahan kimia yang dapat ditemukan di udara lingkungan tempat
kerja dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu (Moeljosoedarmo, 2008):
2.5.2.1. Kelompok bukan partikel a. Gas
Gas adalah suatu cairan yang tidak memiliki wujud sendiri dan
mengisi suatu ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal.
b. Uap
Uap adalah bentuk gas dari bahan-bahan yang umumnya berbentuk
padat atau cair dan dapat dikembalikan kepada bentuk semula, baik hanya
dengan mengubah tekanannya ataupun hanya mengubah suhunya.
c. Cairan
Cairan merupakan zat yang tidak terbentuk, mengalir mengikuti
hokum grafitasi. Cairan oleh NFPA (National Fire Protection Association)
dibagi menjadi 2, yaitu cairan yang dengan mudah dapat terbakar (cairan yang
memiliki titik nyala dibawah 100°F atau 37,8°C) dan cairan mudah terbakar
d. Pelarut
Bahan kimia pelarut adalah masalah khusus. Meskipun pelarut
sebenarnya termasuk kedalam kelompok cairan, pelarut cenderung digunakan
secara luas di dalam industri. Pelarut adalah cairan/bahan yang digunakan
untuk melarutkan bahan lain termasuk air dan sistem bukan air. Larutan
adalah campuran dari 2 bahan atau lebih. Pada pelarut organik, dapat
menyebabkan gangguan kesehatan karena pelarut dapat menguap dengan
cepat di udara dan menghasilkan kadar uap yang tinggi pada keadaan tertentu.
Secara umum pelarut organik dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
Bentuk pemajanan yang utama adalah inhalasi uap melalui pernafasan, namun
banyak juga yang terserap melalui kulit.
Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara
lingkungan kerja, bahan-bahan kimia tersebut mempunyai pengaruh yang
sama terhadap salah satu organ tubuh, maka dikatakan bahwa bahan kimia
tersebut memiliki sifat additive (pengaruh saling menambah/mendukung).
Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara
lingkungan kerja, masing-masing memiliki pengaruh buruk terhadap organ
tubuh yang berbeda, maka dikatakan bahwa kedua bahan kimia tersebut
memiliki sifat independen.
Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara
lingkungan kerja, dimana salah satu dari bahan tersebut memiliki sifat yang
dikatakan bahwa bahan kimia itu memilii sifat sinergis terhadap bahan kimia
yang lain.
Apabila dua atau lebih bahan kimia berbahaya terdapat di udara
lingkungan kerja, masing-masing bahan kimia tersebut memiliki pengaruh
yang berlawanan terhadap organ tubuh tenaga kerja, maka dikatakan bahwa
kedua bahan kimia tersebut memiliki sifat antagonis (menghambat efek salah
satu bahan kimia).
2.5.2.2. Kelompok Partikel a. Debu
Debu adalah partikel padat yang dipancarkan oleh prose salami atau
proses mekanis seperti pemecahan, penghalusan, penggilingan, pukulan
ataupun peledakan, pemotongan serta penghancuran bahan. Debu yang
terhirup melalui pernafasan sebagian akan ditahan atau tinggal didalam
paru-paru.
b. Fume
Fume atau uap logam sebenarnya adalah partikel benda padat, yang
terbentuk sebagai hasil kondensasi uap logam di udara.
c. Kabut
Kabut adalah partikel-partikel yang sangat halus, tidak lain adalah
titik-titik air yang mengambang di udara yang terbentuk oleh proses
pemecahan suatu cairan menjadi butir-butir kecil, seperti proses splashing,
d. Serat
Serat merupakan bahan yang tipis dan panjang, misalnya serat asbes.
Serat yang menyerupai benang ini dipisahkan dari batu aslinya selama
pemecahan, pemotongan dan penambangan.
2.6. Quality Control
Quality Control merupakan adalah suatu pengawasan dan pengendalian mutu
yang dilakukan pada setiap tahap atau stasiun proses produksi dalam sebuah industri.
Dari tahap bahan baku yang datang dari supplier, sampai produk jadi yang siap
dikonsumsi. Tujuan dilaksanakannya Quality Control adalah untuk mengawasi dan
mengendalikan proses produksi dalam sebuah industri sehingga dihasilkan produk
jadi yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan yang telah ditetapkan
(Ajisetiawan,2010).
2.7. Crude Palm Oil dan proses uji mutunya
Crude palm oil adalah minyak kelapa sawit yang diolah oleh industri-industri
kelapa sawit di Indonesia untuk dijadikan bahan pokok rumah tangga seperti minyak
goreng dan margarin. CPO yang telah mengalami pemurnian akan menjadi RBDPO
(Refinery Bleeching Deodorasi Palm Oil). Setelah mengalami fraksinasi, RBDPO
akan diproses menjadi ROlein (minyak goreng) dan RStearin (margarin). Untuk
setiap tahap,uji mutu yang dilakukan adalah sama. Sedangkan Lebih lengkap
tahapnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
Fraksinasi
Gambar 2.2. Tahap-tahap produksi minyak goreng dan margarin
Adapun proses uji mutunya adalah:
1. uji DOBI (Determinasi of Bleeching Index)
Uji DOBI merupakan proses yang dilakukan pada saat sampel datang pertama
kali ke laboratorium dan masih dalam bentuk CPO dan diuji setiap 4 jam. Pada proses
yang pertama ini, sampel hanya diberi larutan hexane dan ditentukan penyerapannya
dengan menggunakan spectrophotometer.
2. Uji FFA (Free Fatty Acid)
Uji FFA merupakan uji asam lemak bebas yang dipantau dan terus diuji setiap
jam sampai mendapatkan tingkat asam lemak bebas yang serendah-rendahnya.
Semakin rendah nilainya, maka semakin bagus kualitasnya. Nilai FFA sendiri
ditentukan oleh customer sesuai dengan permintaannya. Untuk minyak goreng yang
dijual di Indonesia, nilai FFA harus dibawah 5%. Sedangkan untuk minyak goreng
eksport, kualitas FFA harus dibawah 3%. Adapun proses ujinya adalah:
Sampel CPO + isopropyl alcohol + NaOH
CPO (Crude Palm Oil)
RBDPO (Refinery Bleeching Deodorasi Palm Oil)
3. Uji IV (Iodine Value)
Uji IV merupakan uji tingkat iodine yang juga diuji setiap jam. Tetapi nilai IV
berbanding terbalik dengan FFA. Semakin tinggi tingkat nilai IV, maka semakn baik
kualitasnya. Adapun proses uji mutunya:
(Sampel + pelarut x + wijs) diperam selama 15 menit di ruang gelap
+ KI 15% + aquades
Pelarut x merupakan campuran siklohexana dan asam asetat dengan perbandingan
1 : 1
4. Uji PV (Peroxide Value)
Uji PV merupakan uji untuk melihat bilangan peroxide atau tingkat
ketengikan minyak. PV diuji setiap 4 jam sekali, dan tingkat PV dengan kualitas yang
bagus adalah tingkat yang rendah. Artinya, semakin rendah nilai PV maka semakin
bagus kualitas minyak tersebut. Adapun proses ujinya:
Sampel 5 gram + pelarut x
Pelarut x merupakan campuran asam asetat dan klroform dengan
perbandingan 3 : 2. Sampel dan pelarut tersebut diaduk selama 1 menit + aquades +
indicator amilum dan dititrasi dengan Na2S2O3.
5. Uji Warna
Untuk uji warna, yang dilihat adalah moisture dengan menggunakan alat
Lovibond Tintometer model F.
2.8. Bahan Kimia Yang Digunakan Pada Proses Uji Mutu Minyak CPO Dari keseluruhan proses uji mutu pada laboratorium tersebut, maka bahan
1. Isopropil Alkohol
Isopropyl alcohol atau isopropanol adalah nama lain dari senyawa kimia
C3H8O dan merupakan turunan dari alkohol. Tidak berwarna, mudah terbakar, dan
memiliki bau yang kuat, serta sangat larut dalam air. Efek akut yang dapat terjadi
adalah iritasi pada mata, ganguan pada saraf dan pernafasan. Iritasi pada kulit juga
dapat terjadi akibat kontak dengan kulit. Sedangkan efek kronisnya dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal, sistem reproduksi, hati, kulit, sistem saraf pusat,
bahkan kanker pada bagian-bagian yang dilaluinya (OHSA,2012).
2. NaOH
NaOH atau natrium hidroksida merupakan larutan yang bersifat
korosif/merusak jaringan hidup. Dari segi fisik, NaOH tidak berwarna, tidak berbau,
larut dalam air, Apabila terpapar dapat menyebabkan mata dan kulit terbakar, dan
iritasi pada saluran pernafasan. Efek jangka panjang jika terhirup dapat menyebabkan
pneumonitis dan edema paru. Penyebab parah iritasi saluran pernafasan bagian atas
adalah batuk, luka bakar pada saluran pernafasan, kesulitan bernafas, dan koma
(International Programme on Chemical Safety, 2012).
3. Asam Asetat
Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Memiliki rumus empiris
C2H4O2. Asam asetat murni adalah adalah cairan higroskopis tidak berwarna dan
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industry yang penting. Umumnya, asam
asetat digunakan dalam produksi polimer maupun berbagai macam serat dan kain.
bercampur dengan mudah dengan pelarut seperti kloroform dan heksana. Efek pada
kesehatan akibat paparan asam asetat adalah luka bakar,kerusakan mata permanen,
dan iritasi pada membran mukosa (NIOSH, 2011).
4. Heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia
C6H14. Seluruh isomer heksana amat tidak rektif, dan sering digunakan sebagai
pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu,
kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar, senyawa ini merupakan cairan tak berwarna
yang tidak larut dalam air. Pada keadaan akut, heksana dapat menyebabkan iritasi
pada saluran pernafasan. Sedangkan pada keadaan kronik dapat menyebabkan
kerusakan jaringan paru (NIOSH, 2011).
5. Sikloheksana
Sikloheksana digunakan sebagai pelarut nonpolar pada industri kimia, dan
juga merupakan bahan mentah dalam pembuatan asam adipat dan kaprolaktam,
keduanya juga merupakan bahan produksi nilon. Sikloheksana memiliki bau seperti
detergen (NIOSH, 2011).
6. Wijs
Wijs adalah pelarut Acetic acid dengan konsentrasi ≥ 90% yang mengandung
iodine, berwarna cokelat dan berbau pedih. Wijs dapat menyebabkan efek pada
kesehatan yang cukup parah seperti luka bakar yang parah. Menyebabkan gejala
iritasi pada saluran pernafasan, uapnya bisa membentuk odema paru dan merusak
mata. Untuk itu, penyimpanan dan penggunaan larutan wijs harus menggunakan
7. Kloroform
Kloroform atau triklorometana dikenal karena sering digunakan sebagai
bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di
laboratorium dan industri. Wujdnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah
menguap. Kloroform bersifat penekan pada sistem saraf pusat, toksik terhadap hati
dan ginjal, embriotoksik dan terbukti bersifat karsinogen pada hewan. Kloroform juga
berpotensi menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan (NIOSH, 2011).
Berdasarkan data MSDS (Material Safety Data Sheet), maka keseluruhan
bahan kimia tersebut berpotensi menyebabkan gejala-gejala pernafasan sebelum pada
akhirnya menyebabkan gangguan dan iritasi saluran pernafasan, baik saluran
pernafasan atas maupun bawah. Selain itu berpotensi menyebabkan kerusakan
jaringan pada saluran pernafasan.
2.9. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori-teori yang telah dijabarkan, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Pekerja Quality Control
- Umur
- Masa kerja
- Penggunaan APD Pernafasan Gejala-gejala
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality
Control pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) PT.Smart,tbk di Belawan tahun
2013.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia PT.Smart,tbk Belawan.
Adapun alasan pemilihan lokasi karena belum pernah dilakukan penelitian tentang
gejala pernafasan sebelumnya pada pekerja. Selain itu, melihat potensi bahaya pada
pernafasan yang ada di laboratorium kimia tersebut menjadikan peneliti memilih
lokasi ini.
3.2.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2013.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja pada bagian Quality
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan populasi yang berjumlah 36
orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer yang dibutuhkan diperoleh dari pekerja bagian Quality Control
dengan menggunakan kuesioner dari WHO yang telah dimodifikasi berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam Material Safety Data Sheet (MSDS) Isopropyl alcohol,
Natrium hidroksida, asam asetat, wijs, kloroform, heksana, dan sikloheksana.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari bagian manajemen
laboratorium, yaitu data-data jumlah pekerja, profil perusahaan, bahan kimia yang
digunakan serta data lain yang mendukung.
3.5. Defenisi Operasional
1. Umur adalah ulangtahun terakhir responden.
2. Masa kerja adalah waktu yang telah ditempuh oleh responden mulai
pertama kali bekerja di bagian Quality Control sampai saat ini.
4. Penggunaan APD Pernafasan adalah masker yang digunakan pekerja pada
saat bekerja di laboratorium.
3. Gejala pernafasan adalah keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja terhadap
pernafasan yang ditandai dengan adanya tanda-tanda gangguan pernafasan
seperti batuk, perih tenggorokan maupun hidung, sesak nafas, dan nyeri
3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen
Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden
terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan kuesioner yang
ada. Kuesioner diawali dengan pertanyaan umum untuk menggambarkan bahwa
responden sedang dalam keadaan sehat dan sering mencium aroma khas bahan kimia
yang digunakan dalam proses uji mutu. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan
tentang gejala pernafasan responden.
Alat yang dipakai untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala pernafasan seperti batuk,perih pada
tenggorokan dan hidung, sesak nafas, nyeri dada, dan tentang riwayat pekerjaan yang
ditanyakan kepada responden.
Cara pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala
Guttman, dengan memberikan skor 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”. Jumlah skor total adalah 20. Dengan rumus umum:
Range (R) = skor tertinggi – skor terendah = 20 – 0 = 20
Kategori (K) = 2 adalah banyaknya criteria yang disusun pada criteria objektif
suatu variable. Kategori yaitu ringan dan berat.
Interval (I) = Range / Kategori
Interval (I) = 20/2 = 10
kriteria penilaian = skor tertinggi – interval = 20 – 10 = 10, sehingga:
a. Ada gejala pernafasan ringan bila skor yang terkumpul ≤ 10
Sumber : Anonim,2012
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Data diolah dan dianalisis secara deskriptif melalui program SPSS versi 15.0
untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pada pekerja bagian Quality Control,
dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
BAB IV HASIL 4.1. Profil Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. SMART Tbk (Sinar Mas Agro Resourches & Technology) termasuk
dalam Sinar Mas Group yang berlokasi dijalan Balmera Baru III Kelurahan Belawan
I Kecamatan Medan Belawan Sumatera Utara. Dalam melaksanakan operasional
usaha PT.SMART Tbk mempunyai pabrik beserta kelengkapan fasilitas produksi
utama dan pendukung yang berada dikawasan berikat Belawan dengan status hak
milik yang dikeluarkan pejabat pembuat akta tanah kota Medan nomor 65 dan oleh
kantor Agraria Kota Medan nomor A 1424361 dan A 1424362 dengan total luas
64.970 m² dan dukungan instalasi tangki timbun (bulking installation) yang berada
dijalan Ujung Baru Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan, Medan.
PT. SMART Tbk Medan adalah perusahaan public yang bergerak dibidang
palm oil industry. Pertama kali berdiri ada tahun 1984 dengan nama Ivo Mas Tunggal
hanya untuk pengolahan minyak goreng dari bahan baku CPO dan stearin. Dilokasi
yang sama pada tahun 1986 didirikan PT. SMART Corporation yang mengolah palm
kernel (PK) menjadi crude palm kernel oil (CPKO) dan palm kernel expeller (PKE).
Sejalan dengan perkembangan usaha maka pada tahun 2000 kedua perusahaan ini
bergabung menjadi satu dan berganti nama menjadi PT. SMART Tbk. Terdaftar pada
Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan nomor 02.12.1.15.06479
Tahun 2006 PT.SMART Tbk melakukan penambahan kegiatan proyek berupa
shortening yang dibutuhkan dipasaran lokal (cocoa butter substitute = CBS)
pengganti fat coklat dengan kapasitas 100 ton/hari dan telah beroperasi pada tahun
2007. Tahun 2012 PT. SMART Tbk menambah kapasitas produksi KCP menjadi 750
ton/hari dan Refinery serta Fractionation sebesar 2000 ton/hari yang nantinya total
menjadi 3400 ton/hari.
Saat ini kegiatan refinery, expeller plant dan CBS plant PT. SMART Tbk
didukung oleh ± 700 orang pekerja yang bekerja baik non shift maupun shift.
Kapasitas rata-rata produksi pertahun produk utama yaitu refined bleached
deodorized stearin (RBD Sterarin) dan refined bleached dodorized olein (RBD Olein)
pada industri pengolahan minyak sawit menjadi minyak goreng masing-masing
adalah 270.000 ton/tahun dan 90.000 ton/tahun, sedangkan untuk fatty acid distillate
(pfad) dengan kapasitas produksi sekitar 16.320 ton/tahun.
4.1.2. Ruang Lingkup Perusahaan
PT. SMART Tbk adalah pabrik pengolahan CPO (crude palm oil) yang akan
diolah menjadi olein (minyak goreng) dan stearin (margarine). Produk yang
dihasilkan adalah minyak goreng dengan merk Filma, Kunci Mas dan Mitra
sedangkan margarine dengan merk Simas dan Mitra. PT. SMART Tbk memiliki
beberapa divisi seperti refinery plant, fractionation plant, margarine plant, dan filling
plant yang menghasilkan branded product dan non branded product yang merupakan
produk perusahaan. Adapun jenis bahan baku dan produk yang mendapat sertifikat
halal adalah bahan baku industry dengan nomor 07491297, shortening atau lemak
nabati dengan nomor 07481297, margarine dengan nomor 07471297 dan minyak
Adapun penghargaan yang telah diperoleh PT. SMART Tbk antara lain:
1. Sertifikat GMP/HACCP dari Schutter Malaysia
2. Sertifikat HACCP finish good (refinery, fractionation, margarine,
filling/bottling) dari SGS
3. Sertifikat ISO 9001-2005, ISO 22000, ISCC, GMP B+
4.2. Deskripsi Lingkungan Kerja Bagian Quality Control
Quality Control merupakan bagian dalam departemen Laboratorium yang
berada di dalam lingkungan pabrik, tepatnya dibagian belakang pabrik dekat dengan
bagian produksi. Ruangan laboratorium yang digunakan untuk quality control
merupakan ruangan yang tertutup, dimana terdapat lemari-lemari penyimpanan bahan
kimia termasuk lemari asam, peralatan uji mutu seperti Lovibond Tintometer model F
untuk melihat tingkat warna dan alat untuk melihat tingkat kabut, meja, ruangan
penyelamatan jika terjadi kebakaran, dll.
Bahan kimia yang digunakan pekerja untuk uji mutu ditempatkan pada
beberapa tempat. Untuk bahan kimia yang bersifat asam seperti wijs dan asam asetat
disimpan didalam lemari asam. Sedangkan bahan kimia lainnya diletakkan diatas
meja tempat pekerja melakukan uji mutu, yang disimpan didalam tabung yang
tertutup dan terbuka. Seharusnya, semua tabung yang berisi bahan kimia harus dalam
keadaan tertutup terutama saat tidak digunakan karena pada keadaan tertentu
(misalnya suhu atau tekanan yang meningkat) bahan kimia dalam tabung terbuka
Posisi pekerja saat melakukan uji mutu adalah berdiri didepan meja,
mengambil bahan kimia yang berada didalam tabung dngan menggunakan pipet tetes
dan memasukkannya kedalam tabung Erlenmeyer yang berisi sampel yang akan diuji.
Hasil pengujian akan dicatat pada form yang selalu dipantau setiap proses uji mutu
dilakukan. Pada pekerja yang tidak menggunakan APD pernafasan saat melakukan uji
mutu, bahan kimia yang menguap langsung terhirup oleh pekerja sehingga beresiko
mengalami gejala-gejala pernafasan.
[image:51.612.109.531.339.405.2]4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Umur
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No Umur (tahun) Jumlah (jiwa) %
1 ≤ 31 30 83,3
2 > 31 6 16,7
Jumlah 36 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui umur responden sebagian besar berada
pada kelompok umur ≤ 31 tahun yaitu berjumlah 30 orang (83,3%), sedangkan
responden yang berumur > 31 tahun berjumlah 6 orang (16,7%). Adapun umur
terendah pekerja adalah 20 tahun, dan umur tertinggi adalah 44 tahun. Teknik
kategori umur diambil berdasarkan nilai median umur pekerja.
4.3.2. Masa Kerja
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa kerja
No Masa Kerja (tahun) Jumlah (jiwa) %
1 ≤ 10 31 86,1
2 > 10 5 13,9
[image:51.612.107.538.586.655.2]Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar responden memiliki masa kerja ≤ 10
tahun yaitu berjumlah 31 orang (86,1%), dan responden yang memiliki masa kerja >
10 tahun berjumlah 5 orang (13,9%). Adapun masa kerja terendah pekerja adalah 1
tahun, dan masa kerja tertinggi adalah 20 tahun. Teknik kategori masa kerja diambil
berdasarkan nilai median masa kerja pekerja.
4.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pernafasan
No Penggunaan APD Pernafasan Jumlah (jiwa) %
1 Selalu 20 55,6
2 Jarang 16 44,4
Jumlah 36 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa