• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum islam terhadap penggunaan serbuk emas dalam kosmetik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum islam terhadap penggunaan serbuk emas dalam kosmetik"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Fauziah Aulia

NIM: 1110043100054

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB DAN FIKIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

kecantikan, mencukur bulu alis seta mencukur bulu halus yang tumbuh di wajah. Semuanya itu lama kelamaan niscaya dapat menenggelamkan mereka ke dalam sikap berlebihan serta gaya hidup yang konsumtif.

Kosmetik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia, saat ini banyak beredar kosmetik yang mengandung bahan emas, Berdasarkan keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Badan POM merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang melaksanakan tugas pengawasan obat dan makanan serta komoditi lain seperti kosmetik, pengawasan dilakukan terhadap peredaran kosmetik yang mengandung bahan yang berbahaya di masyarakat untuk menjamin mutu , keamanan dan kemamfaatan produk untuk dikonsumsi serta menjamin hak-hak konsumen.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini yaitu apakah hukum penggunaan serbuk emas pada kosmetik serta bagaimana mekanisme Badan POM dalam melakukan pengawasan serta memberikan izin edar pada produk kosmetik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Tentu referensi yang digunakan memiliki keterkaitan dengan topik pembahasan yang akan penulis teliti dengan menggunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan hukum Islam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan Badan POM dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu Pre Market Control dan Post Market Control,

pemeriksaan sarana produksi, sarana distribusi, dan sarana penyerahan, termasuk sampling dan pengujian laboratorium, serta penegakan hukum. Pre Market Control adalah pengawasan yang dilakukan sebelum produk kosmetik diedarkan, antara lain standardisasi, pembinaan dan audit cara produksi kosmetik yang baik serta penilaian dan pengujian atas mutu keamanan sebelum kosmetik diedarkan. Post MarketControl adalah pengawasan yang dilakukan setelah produk kosmetik diedarkan di masyarakat, antara lain inspeksi sarana produksi dan distribusi, sampling dan uji laboraturium untuk kosmetik, penilaian dan pengawasan iklan kosmetik atau promosi, monitoring efek samping kosmetik serta penyebaran informasi melalui edukasi masyarakat dan public warning.

(6)

v

Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, semoga dengan sholawat dan salam tersebut kita semua mendapatkan syafa’at beliau pada hari kiamat nanti.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang dengan senantiasa membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Adapun ucapan terima kasih ini ditujukan kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.

2. Bapak Dr. Khamami, M.A, selaku Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab Fiqih, dan Ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag,Lc,MA selaku Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab Fiqih. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.

(7)

vi dengan penyelesaian skripsi.

5. Pimpinan dan staf Perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum maupun Perpustakaan Utama, yang telah membantu penulis dalam memberikan

fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

6. Ayahanda Adie Basyaruddin, S.Pdi dan ibunda Anie yang telah memberikan kasih sayang dan doanya dengan tulus, dukungan moril, dan material yang tak ternilai harganya. Kakak dan adik penulis yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Suami tersayang yang selalu setia setiap saat membantu dan memberikan motivasi tanpa henti, Rezky Syahdani, AMd

8. Sahabat seangkatan PMF 2010, Jubaedah, Dian Kamal Sari Ohorella, Widia Permatasari Supiandi, yang selalu memberikan semangat dan dukungannya dalam setiap proses penyelesaian skripsi ini.

(8)

vii

Jakarta, 04 Juni 2015

(9)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Kerangka Teori... 7

E. Review Studi Terdahulu ... 10

F. Metode Penelitian... 11

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KERANGKA TEORI MENGENAI BERHIAS DENGAN SERBUK EMAS A. Definisi Kecantikan, Kosmetik dan Berhias ... 14

B. Bahan Dasar Kosmetik ... 27

C. Hal-Hal Yang Dilarang Dalam Berhias Dan Kosmetik ... 32

(10)

ix

B. Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia setelah

Tahun Berdirinya ... 53

C. Tugas Pokok dan Fungsi Badan POM ... 56

D. Prinsip Dasar SISPOM ... 58

E. Kerangka Konsep SISPOM ... 60

F. Visi dan Misi Badan POM ... 61

G. Struktur Organisasi BPOM ... 62

BAB IV HUKUM KOSMETIK YANG MENGANDUNG EMAS A. Penggunaan Emas Untuk Kecantikan ... 73

B. Analisa Mengenai Hukum Penggunaan Serbuk Emas Pada Kosmetik ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran-saran ... 85

(11)

1

Allah menciptakan manusia dengan segala kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya, manusia diberi akal pikiran, perasaan, cinta, dan fisik yang lebih baik agar bisa membedakan dan mengetahui mana yang baik atau yang buruk dalam kehidupan ini. Ada tiga kata dalam al-Qur'an yang biasa diartikan sebagai manusia, yaitu al-basyar, an-nas, dan al-ins atau al-insan.1

Manusia dalam artian basyar adalah gambaran manusia secara materi, yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Manusia sebagai arti dari kata an-nas dalam al-Qur'an menjelaskan tentang jenis keturunan Nabi Adam AS. Dan manusia dalam kalimat ins atau al-insan dalam pengertian bahasa merupakan lawan dari "binatang liar", yaitu yang memiliki kekhususan dengan dikaruniai ilmu pengetahuan dapat menerima penjelasan, dikaruniai memiliki kesiapsiagaan untuk berfikir dan membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang demikian itu adalah kerena sifat kemanusiaannya. Kemudian manusia yang diibaratkan dengan kalimat al-insan itu dapat menerima wasiat, sanggup menderita kesusahan dan kepayahan. Manusiapun akan menerima cobaan dan godaan untuk menguji ketabahannya terhadap kesesatan.2

1

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensikopedi Islam, (Jakarta:PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1994), cet.3 , h.161.

2

Aisyah Abdurrahman Bintusy Syathi', Fi al-Insan, terjh. Ahmad Masruch Nasucha,

(12)

2

Allah telah menjadikan manusia makhluk ciptaan-Nya yang paling baik, badannya lurus keatas, cantik parasnya, mengambil dengan tangan apa yang dikehendakinya, bukan seperti kebanyakan binatang yang mengambil benda yang dikehendakinya dengan perantaraan mulut, kepada manusia diberikanNya akal dan persiapan untuk menerima bermacam-macam ilmu pengetahuan dan kepandaian, sehingga dapat berkreasi (berdaya cipta) dan sanggup menguasai alam dan binatang. Seperti dalam firman Allah yang berbunyi:

ميِوْقتِنسْحأيِفناسْنِإْلاانْقلخْدقل

Artinya :

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin : 4)

Tetapi manusia kadang-kadang lupa akan dasar perbedaannya dan mengira bahwa dia tidak berbeda dengan binatang lainnya, lalu ia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akal yang sehat dan tidak sesuai dengan fitrahnya. Dikumpulkannya perhiasan dunia dan apa saja yang sanggup dicapainya untuk memenuhi hawa nafsunya, dilupakan semua yang bermanfaat baginya untuk kebahagiaan hidup di hari kemudian dan tidak dihiraukannya apa yang dianjurkan oleh Tuhannya yang akan menyampaikannya kepada kebahagiaan yang kekal abadi.3

Akhir-akhir ini perkembangan dunia kecantikan semakin marak dibicarakan, masyarakat khususnya para wanita seakan-akan berlomba-lomba dalam

3

(13)

3

mempercantik diri. Akibat dari gaya hidup tersebut adalah menjamurnya gerai-gerai usaha kecantikan di segala penjuru dunia. Ilmu kecantikan yang semakin maju dan berkembang menghasilkan produk kosmetik dan peralatan modern.

Berbicara tentang kecantikan pada manusia, biasanya pembicaraan itu hanya dikaitkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan perempuan memiliki perhatian lebih besar dari pada lelaki. Ini adalah naluri yang dianugerahkan Allah buat mereka. Di sisi lain, lelaki lebih cenderung mencari kecantikan dan mengekspresikannya, sedangkan perempuan lebih cenderung menampakkannya pada diri mereka.

Islam memandang kecantikan berdasarkan keterampilan, kecerdasan, dan ketaqwaan terhadap aturan Allah SWT. Menurut Islam setiap wanita memiliki kecantikan dan keunikan masing-masing, bukan hanya memandang berdasarkan keindahan tubuh (fisik). Wanita adalah cantik, cantik adalah wanita, pada realitasnya kecantikan dengan tubuh proporsional adalah titik ukur dan menjadi impian semua wanita. Apa yang melekat pada diri seseorang itu, bisa diperindah dan dipercantik dengan melakukan penambahan-penambahan. Sejak dahulu orang mengenal pacar

untuk mewarnai bagian-bagian kuku tangan dan kaki, bedak untuk penyesuaian warna kulit, juga tatto. Semakin maju ilmu teknologi, semakin maju pula alat dan perlengkapan kecantikan baru, hingga kini, apa yang terlihat melekat pada diri boleh jadi bukan lagi yang asli, tetapi lahir sebagai hasil upaya make up.4

4

(14)

4

Namun, sekarang muncul satu lagi bentuk kecantikan wajah yang dikatakan semakin mendapat tempat dikalangan wanita khususnya. Produk kecantikan wajah yang menggunakan serbuk emas 24 karat sebagai salah satu dari unsur kandungannya. Menurut maklumat, produk ini juga dikatakan sesuai bukan saja untuk wanita tetapi juga bagi semua peringkat umur baik wanita dan lelaki, ia dipromosi sebagai berkesan untuk perawatan kulit dan dapat membantu menghilangkan jerawat, jeragat, mengurangkan kedut, mencerahkan kulit yang kusam serta menjadikan halus, mulus dan berseri. Ia datang dalam berbagai bentuk produk seperti sabun muka, tonik muka, pelembab, krim pelindung matahari ( sunblok ), dan krim malam yang berharga mulai dari Rp.75.000 hingga Rp.200.000 per produk.5

Emas tidak hanya menjadi ornamen penghias tubuh, tapi juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesehatan dan kecantikan. Itulah sebabnya sekarang ini banyak muncul produk kosmetik yang slogannya berisi serbuk emas, bahkan sejumlah salon serta klinik kecantikan menyediakan jasa facial emas yang harganya mencapai jutaan rupiah.

Penggunaan serbuk emas menimbulkan beberapa pertanyaan, misalnya seberapa besar manfaatnya apakah ada bahayanya apalagi bila dipandang dalam hukum Islam, apakah penggunaan serbuk emas tidak dianggap berlebihan. Karenanya penulis merasa tertarik untuk membahas dan menuliskannya dalam skripsi yang

5

Abd Zaharuddin Rahman,” perbincangan hukum kosmetik dengan serbuk emas”, artikel diakses pada 10 Februari 2014 pada jam 19.00 dari

(15)

5

berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Serbuk Emas Dalam Kosmetik”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari uraian di atas banyak yang penulis identifikasi sebagai permasalahan dengan membatasi masalah dan memfokuskan khusus untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan serbuk emas sebagai kosmetik kecantikan menurut pandangan medis dan hukum Islam.

1. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pemakaian kosmetik bagi wanita dan laki-laki?

2. Apakah penggunaan kosmetik dengan bahan serbuk emas termasuk dalam katagori mubazir?

3. Bagaimana mekanisme Badan POM dalam melakukan pengawasan serta memberikan izin edar pada produk kosmetik?

4. Apakah hukum penggunaan kosmetik yang mengandung serbuk emas? Karena keterbatasan waktu dan dana untuk kepenelitian fokus maka peneliti akan membatasi pada permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah Hukum penggunaan kosmetik yang mengandung serbuk emas.? 2. Bagaimana mekanisme BPOM dalam melakukan pengawasan serta

(16)

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apakah hukum penggunaan kosmetik yang mengandung serbuk emas?

b. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme BPOM dalam melakukan pengawasan serta memberikan izin edar pada produk kosmetik.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Bagi Pemakai

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang kosmetik agar si pemakai lebih berhati-hati lagi dalam pemilihan produk kosmetik yang akan digunakannya.

b. Manfaat Bagi Penulis

Adapun manfaat penelitian bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan khususnya dibidang hukum Islam mengenai kecantikan dan kosmetik.

c. Manfaat Bagi Peneliti lain

(17)

7

D. Kerangka Teori

Terdapat beberapa teori yang digunakan oleh penulis berkaitan dengan tema skripsi yang diangkat. Di antaranya pendapat para ulama seperti Yusuf Al-Qaradhawi

dalam bukunya yang berjudul “halal dan haram dalam islam”.6

Firman Allah :

                                                                                                                                                       

Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur : 31 )

6

(18)

8

Yang dimaksud dengan perhiasan perempuan ialah apa saja yang dipakai berhias dan untuk percantik tubuh, baik berbentuk ciptaan asli seperti wajah, rambut dan potongan tubuh, maupun buatan seperti pakaian, perhiasan, dan tata rias.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-A’raf:26 sebagai berikut:

                                   

“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. . . .”(QS. Al-A’raf:26)

Dalam surat al-A’raf ayat : 31 Allah juga berfirman :

                              

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan .Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(QS. Al-A’raf:31)

(19)

9

E. Review Studi Terdahulu

Pertama, Resma Nurtrianggi, Konsentrasi Perbandingan Hukum, Fakultas

Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. NIM : 0043219203, 2007.

Judul skripsi : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bedah Plastik Estetika (Kajian

Tentang Wanita Melakukan Bedah Plastik).” Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini yaitu Untuk mengetahui secara mendalam tentang permasalahan Bedah Plastik Estetika terutama dari sudut pandangan Islam, mengenai wanita yang melakukan bedah plastik estetika.

Kedua, Nurhasanah, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidatullah Jakarta. NIM : 103034027930, 2008. Judul Skripsi : ”Pengunaan Parfum bagi Wanita Dalam Perspektif Hadis”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu membahas beberapa masalah yang berkaitan dengan penggunaan parfum bagi wanita, dengan meneliti hadist-hadist yang ada.

Ketiga, Neily Surayya, Konsentrasi Perbankan Syari’ah, Fakultas Syari’ah

dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. NlM : 107046100417, 2012. Judul Skripsi : “Mekanisme Pengawasan BPOM Terhadap Label Halal pada Makanan”.

Permasalahan yang diangkat dalam peneliti yaitu membahas tentang sertifikasi halal suatu produk makanan.

Berbeda dengan skripsi-skripsi tersebut, dalam penulisan skripsi penulis “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Serbuk Emas Dalam

(20)

10

F. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan aktivitas dan metode berpikir untuk memecahkan atau menjawab sesuatu masalah. Pada umumnya penelitian dilakukan karena dorongan atau rasa ingin tahu, sehingga yang semula masih belum diketahui dan dipahami menjadi sebaliknya. Bila demikian halnya, dapat dikatakan bahwa yang disebut penelitian adalah aktivitas dan metode berpikir yang menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk memecahkan atau menemukan jawaban atas suatu masalah.7

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dari Bogdan dan Tailor yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data perspektif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.8

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penyusunan penelitian, penulis melakukan pendekatan terhadap permasalahan dengan “metode normatif”, yaitu penelitian hukum yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka. Tentu referensi yang digunakan memiliki

7

Sanapiah Faisal, Format-format penelitian sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.3-4.

8

(21)

11

keterkaitan dengan topik pembahasan yang akan penulis teliti dengan menggunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan hukum Islam.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam skripsi ini adalah serbuk emas untuk kecantikan. 4. Sumber Data

a. Sumber data primer, yaitu : Al-Qur’an, As-Sunnah, dan hasil ijtihad para ulama (klasik dan kontemporer).

b. Sumber data sekunder, yaitu : buku-buku yang tekait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini.

c. Sumber data tersier, yaitu : koran. Jurnal, artikel, ensiklopedia, dan situs-situs intenet yang dapat dipertanggung jawabkan. Tentu memiliki keterkaitan dengan masalah skripsi ini.

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, menggunakan analisis deskriptis yaitu suatu metode analisis data dimana menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini.9

9

(22)

12

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis membagi pembahasan kedalam (5) lima Bab, dimana masing-masing bab mempunyai sub bahasan, hal ini dimaksudkan untuk memberi penekanan pembahasan mengenai topik-topik tertentu dalam penulisan skripsi ini sehingga mendapatkan gambaran dan penjelasan yang utuh. Lebih jelasnya, gambaran sistematika pembahasan penulisan skripsi ini sebagi berikut:

Bab I merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, review studi terdahulu yang relevan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II kerangka teori mengenai berhias dengan serbuk emas, definisi kecantikan, kosmetik dan berhias, bahan dasar kosmetik dan hal-hal yang dilarang dalam kosmetik dan berhias, serta konsep maqasid syari’ah.

Bab III Pengawasan obat dan makanan di Indonesia, Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia Sebelum Tahun Berdirinya, Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia setelah Tahun Berdirinya, Tugas Pokok dan Fungsi Badan POM, Prinsip Dasar SISPOM, Kerangka Konsep SISPOM, Visi dan Misi Badan POM, Struktur Organisasi BPOM.

(23)

13

(24)

14

A. Definisi Kecantikan, Kosmetik dan Berhias

Menurut Ashad Kusuma Djaya, kecantikan adalah mencakup ukuran-ukuran tubuh (fisik), dan mental atau kepribadian (inner beauty) dengan ukuran standar pula, sehingga secara keseluruhan melahirkan kencantikan sejati. Kondisi ini sudah estetika yang mengandung unsur obyektif dan subyektif. Kecantikan juga merupakan bagian dari sistem budaya yang direpresentasikan melalui simbol. Simbol dalam tubuh adalah sesuatu yang disampaikan, sekaligus yang disembunyikan. Karena itu maka dikatakan bahwa tubuh manusia yang awalnya adalah tubuh alami (natural body), kemudian dibentuk menjadi tubuh sosial atau fakta sosial.

(25)

Konsep kecantikan perempuan, dari waktu kewaktu selalu mengalami perubahan, mulai dari yang bersifat seksual semata, sampai politis, sehingga disebut dengan istilah dialektika konstruksi kecantikan. Dialektika kontruksi kecantikan yang selalu berubah yang dapat dilihat dari definisi kecantikan yang berbeda dari masa ke masa. Misalnya, pada masa Yunani kuno, makna cantik itu adalah perempuan telanjang. Pada masa Renaisance (abad pertengahan) definisi cantik berhubungan dengan ketuhanan atau religiusitas, abad ke-19, yang dikatakan cantik adalah perempuan aristokrat, dan pada abad 20, konsepsi kecantikan perempuan didasarkan pada latar belakang etnis dan ras serta harus feminim. Sedangkan konstruksi kecantikan tubuh pada dekade ini mengacu pada referensi kesegaran, mengarah pada sesuatu yang halus, rapih, yang semuanya bergeser kearah segar.

Konsep kecantikan juga bisa dibedakan antara yang klasik, modern, dan postmodern. Kecantikan klasik lebih mengarah pada ukuran-ukuran tubuh yang proporsional sesuai dengan konsepsi ideal yang digariskan oleh budaya, dan perpaduan antara kecantikan fisik dan mental (inner beauty). serta menekankan pada keselarasan hubungan dengan alam. Konsep kecantikan tradisional pada dasarnya berpijak kepadaprinsip harmoni yang terkait secara struktural antar bagian tubuh sebagai efek alamiah dari anatomi dan fisiologis tubuh manusia.1

1

Ni Made Wiasti, “Redefinisi Kecantikan Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja

(26)

Kecantikan modern, lebih mengarah pada keseragaman atau universalitas, seperti kulit putih, dan ukuran-ukuran tubuh yang proporsional, dan semuanya mengarah pada hal-hal yang modern. Sedangkan kecantikan postmodern adalah kecantikan yang mengacu pada makna pluralitas, heterogenitas dan bersifat sangat subyektif. Kecantikan perempuan Bali yang dimaksud mencakup ketiga konsepsi tersebut yakni klasik, modern dan posmodern. Ketiganya masih memperlihatkan saling keterkaitan, yakni unsur-unsur atau ide-ide kecantikan klasik (tradisional) yang masih ada dan diacu dalam mengkonstruksi kecantikan tubuh perempuan, baik modern maupun posmodern.2

Kosmetika berasal dari kata cosmos yang berarti susunan alam semesta yang

teratur dan harmonis. Atas dasar itu, maka kosmetika didefinisikan sebagai “bahan

yang digunakan untuk mempercantik serta menyempurnakan penampilan si pemakai sehingga menimbulkan kesan rapih, cantik, menarik dan harmonis”.3

Menurut Well dan Jellinenk, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada berabad-abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya juga dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20.

Definisi kosmetik dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1995 adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk

2

Ibid., h. 5.

3

(27)

digunakan pada bagian luar badan (epidermidis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

1. Penggolongan Kosmetik

A. Penggolongan Kosmetik menurut sifat dan cara pembuatan sebagai berikut : 1. Kosmetik Modern, diramu oleh bahan-bahan kimia dan diolah secara modern. 2. Kosmetik Tradisional

a. Murni tradisional, misalnya manir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun menurun,

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama,

c. Hanya namanya yang tradisional tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional, B. Penggolongan Kosmetik menurut kegunaan bagi kulit sebagai berikut :

1. Kosmetik perawatan kulit (skin–care cosmetic)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit diantaranya : a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), sabun, cleansing cream,

cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener),

(28)

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sunblock cream dan lotion,

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengamplas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas (abrasiver),

2. Kosmetik Riasan (dekorativ atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menampilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek pisikologis yang baik, seperti percaya diri (self convidence), misalnya bedak, lipstick, pemerah pipi, eye shadow dan lain-lain.

3. Persyaratan Kosmetik

Kosmetik yang diproduksi dan diedarkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan,

b. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik, c. Terdaftar pada dan mendapat izin edar Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI (BPOMRI),4

4

(29)

Tabarruj artinya memperlihatkan dengan segaja apa yang seharusnya disembunyikan. Tabarruj dalam asal maknanya ialah ke luar dari istana. Kemudian kata tabarruj dipergunakan dengan arti keluarnya perempuan dari kesopanan, menampakkan bagian-bagian tubuh yang vital yang mengakibatkan fitnah atau dengan sengaja memperlihatkan perhiasan-perhiasan yang dipakainya untuk umum.

Dalam mengartikan tabarruj ini, Zamakhsyari menggunakan unsur baru, yaitu: takalluf (memaksa) dan qashad (sengaja) untuk mendapatkan sesuatu perhiasan yang seharusnya disembunyikan. Sesuatu yang harus disembunyikan itu ada kalanya suatu tempat di badan, gerakan anggota, cara berkata dan berjalan, atau perhiasan yang biasa dipakai berhias oleh orang-orang perempuan.5

Syaikh Az-Zamakhsyari berkata, “Hakikat tabarruj adalah sengaja menampakan apa yang seharusnya ditutup. Makna ini muncul dari kata-kata

“Safinatun barizun” (kapal yang tidak bertutup). Tetapi untuk wanita,yang dimaksud

tabarruj wanita adalah wanita yang menampakan perhiasan dan kecantikannya kepada laki-laki yang bukan mahram.”6

Menurut penulis, tabarruj itu berhias diri baik berhias lahir (rohani) maupun batin (jasmani). namun pada saat ini tabarruj yang dimaksud ialah berhias diri dengan

5

Yusuf Al-Qaradhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, Penerjemah Mu‟ammal Hamidy,

(Surabaya: PT Bina Ilmu, 2003), h.223.

6Amru Abdul Karim Sa‟dawi,

(30)

tujuan memperindah diri agar terlihat menarik di hadapan semua orang baik itu laki-laki maupun perempuan.

Berhias dapat dimaknai sebagai upaya setiap orang untuk memperindah diri dengan berbagai busana, aksesoris ataupun yang lainnya yang dapat memperindah diri bagi pemakainya, sehingga memunculkan kesan indah bagi yang menyaksikan serta menambah rasa percaya diri penampilan untuk suatu tujuan tertentu. Berhias tidak hanya sebatas memakai perhiasan akan tetapi juga termasuk berpakaian, memakai wewangian dan sebagainya. Berhias dapat dikategorikan akhlak terpuji, sebagai perbuatan yang dibolehkan bahkan dianjurkan, selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam. 7

Adapun salah satu ciri perempuan yang salehah adalah yang menjaga kehormatannya dengan cara menjaga aurat dan perhiasannya. Dengan ia menjaga aurat dan perhiasannya, maka ia akan terhindar dari beberapa godaan syetan yang mengganggu.

Perempuan selalu ingin terlihat cantik dan menawan dimanapun ia berada, maka apapun caranya akan dilakukan oleh perempuan untuk memperolehnya. Berpakaian dan berhias merupakan keindahan tersendiri bagi manusia.

Di dalam hadits disebutkan:

7

Badawi Mahmud Syaikh, Taman Wanita-wanita Salehah, Terj. Dari Riyadhu ash- Shalihat, oleh Yadi Indrayadi, (Jakarta: Qisthi Press, 2007), cet. Ke-1, h. 125.

(31)

( ا ) ج ا ح ج ٰ ا

“Sesungguhnya Allah itu maha indah dan mencintai keindahan.”

Oleh karena itu, Rasulullah SAW selalu menganjurkan umatnya untuk selalu berpakaian dan berhias dengan rapi dan serasi sehingga enak dipandang.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-A‟raf:26 sebagai berikut:

                                   

“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. . . .”(QS. Al-A‟raf:26)

Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari pakaian. Sebagaimana makan dan minum, pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia. Hanya saja, tidak sedikit manusia yang tidak menyadari tentang fungsi sebenarnya pakaian. Akibatnya, pakaian yang mereka kenakan tidak memenuhi fungsi tersebut. Islam memiliki pandangan khusus tentang pakaian. Ayat ini adalah di antara yang menjelaskan tentang fungsi pakaian. Dijelaskan pula tentang pakaian terbaik bagi manusia.

(32)

menggodanya.Kemudian ditegaskan, bumi menjadi tempat kediaman dan kesenangan bagi manusia hingga waktu yang ditetapkan. Di bumi itu pula, manusia hidup, mati, dan dibangkitkan (lihat ayat 24-25).

Setelah itu, dalam ayat ini diberitakan bahwa Allah SWT telah memberikan pakaian bagi manusia. Sebuah perangkat amat penting bagi manusia hidup di dunia, baik untuk keperluan agama maupun keperluan dunia.

Disebutkan: Ya Bani Adam (hai anak Adam). Yang dimaksudkan adalah seluruh manusia. Kepada mereka ditegaskan: anzalnâa „alaykum libâs[an] (sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian). Pengertian anzalnâ (Kami turunkan) di sini adalah khalaqnâ lakum (Kami ciptakan untuk kamu).Demikian dikatakan al-Syaukani. Bisa pula yang dimaksudkan adalah hujan.Dengan diturunkannya hujan, maka berbagai tumbuhan bisa tumbuh. Termasuk tumbuhan yang menjadi bahan untuk pakaian bagi manusia.

(33)

Kemudian dijelaskan tentang kegunaan pakaian: yuwârî sawtikum wa rîsy[an] (untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan). Menurut ayat ini, ada dua kegunaan pakaian bagi manusia. Pertama, yuwârî saw`âtikum, untuk menutupi auratmu. Kata saw`âta merupakan bentuk jamak dari kata saw`ah. Pengertian al-saw`ah adalah al-„awarah (aurat). Menurut al-Syaukani, ini merupakan perkataan para ulama salaf. Disebutnya al-„awrah dengan al-saw`ah karena membuat pelakunya menjadi buruk ketika terbuka. Sehingga, sebagaimana dijelaskan para mufassir, seperti Ibnu Jarir al-Thabari, al-Baghawi dan lain-lain, pengertian ayat ini adalah:

yastaru „awrâtikum (menutupi auratmu).

Dikatakan pula oleh Imam al-Qurthubi, sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat ini menjadi dalil atas wajibnya menutup aurat. Memang ada yang mengatakan, ayat ini hanya menunjukkan pemberian nikmat. Namun, menurut al-Qurthubi, pendapat yang pertama lebih shahih. Alasannya, termasuk dalam cakupan pemberian nikmat adalah menutup aurat. Maka Allah SWT menerangkan telah menjadikan bagi anak cucu Adam menutupi aurat mereka dan menunjukkan perintah untuk menutup aurat. Di samping itu juga tidak ada perbedaan di kalangan ulama mengenai wajibnya menutup aurat dari pandangan manusia.

(34)

Dalam surat al-A‟raf ayat : 31 Allah juga berfirman :                            “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)

mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(QS. Al-A‟raf:31)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa di zaman jahiliyah terdapat seorang wanita thawaf di Baitullah dengan telanjang bulat dan hanya bercawat secarik kain. Ia berteriak-teriak dengan mengatakan: ”pada hari ini aku halalkan sebagian atau seluruhnya, kecuali yang kututupi ini”. Maka turunlah ayat ini QS. Al-A‟raf:31 yang memerintahkan untuk berpakaian rapih apabila memasuki masjid.8

Berdasarkan surat al-A‟raf ayat 26 dan 31 tersebut, manusia dianjurkan untuk berpakaian dan berhias sebaik-baiknya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung dan tidak berlebih-lebihan. Namun tidak semua perbuatan

perempuan mempercantik diri itu sesuai dengan syari‟at Islam. Untuk itu perempuan

harus mengetahui ilmu-ilmu agama agar terlihat cantik tanpa melanggar aturan

syari‟at.

Di dalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam segi kehidupan yang memiliki aturan dan tata cara yang harus ditaati. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan yang tak bisa lepas dari kehidupan perempuan, begitu juga dengan berhias. Pengaruh dunia barat sangat besar bagi perempuan. Alat-alat semakin canggih, untuk

8

Qamaruddin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat

(35)

berhiaspun tak jadi hal yang susah bagi kita. Berpakaian dan berhias dianggap hal kecil bagi sebagian besar manusia untuk dipelajari. Kesadaran akan pentingnya aturan yang telah ada dalam al-Qur‟an terkadang terlupakan bagi perempuan. Mengabaikan hal-hal kecil yang ujungnya akan berakibat bagi kehidupan sehari-hari. Melewatkan hal-hal kecil secara terus-menerus membuat perempuan membentuk sebuah kebiasaan buruk sepanjang perempuan lupa akan aturan. Untuk itu, sebagian besar manusia melupakan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Berpakaian tidak sesuai dengan ajaran Islam dan berhias yang berlebihan serta merubah ciptaan Allah SWT. 9

Pakaian dan perhiasan merupakan petanda dari peradaban dan kemajuan, dan tidak mengindahkannya berarti kembali kealam hewanlah atau hidup masa purba atau primitive. Kehidupan terus berkembang maju sesuai dengan tabiatnya. Ia tidak akan mendapatkan surut kebelakang kecuali jika terjadi kemunduran pikiran dan perobahan akal tentang kehidupan serta surut kebelakang dari upaya peradaban dan kemajuan kemanusiaan yang dilakukannya karena lupa atau pura-pura lupa.

Jika berpakaian merupakan suatu keharusan bagi orang yang berkemajuan, maka bagi perempuan tentulah lebih menonjol. Karena pakaian dapat menjaga agamanya, kehormatannya, kemuliaanya, kepekaanya terhadap hal-hal yang kurang sopan dan rasa malunya.

Sifat-sifat ini lebih patut melekat pada perempuan dari pada laki-laki. Karena itu menjaga kesopanan adalah lebih utama dan berhak bagi perempuan. Kekayaan

9

(36)

paling tinggi bagi perempuan ialah keutamaan, rasa malu, dan peka terhadap hal-hal yang menyalahi kesopanan. Menjaga baik sifat-sifat agama ini berarti menjaga kemanusiaan perempuan seluhur-luhurnya.10

Adapun perhiasan perempuan yang boleh ditampakkan dan yang tidak boleh ditampakkan. Masalah ini ada hubungannya dengan masalah menundukkan pandangan yang oleh dua ayat disurah an-Nur: 30-31, Allah perintahkan pada laki-laki dan perempuan. Adapun yang khusus untuk orang perempuan dalam ayat kedua (ayat 31) yaitu:

Firman Allah :

                                                                                                                                                   

Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)

10

(37)

atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya

kamu beruntung.” (QS. An-Nuur : 31 )

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Asma‟ binti Murtsid pemilik kebun kurma, sering dikunjungi wanita-wanita yang bermain-main dikebunnya tanpa berkain panjang sehingga kelihatan gelang-gelang kakinya, demikian juga dada dan sanggul-sanggul mereka. Berkatalah Asma‟: “Alangkah buruknya (pemandangan)

ini”. Turunnya ayat ini QS. An-Nuur : 31 sampai “auratinnisa” berkenaan dengan

peristiwa tersebut yang memerintahkan kepada Kaum Mu‟minat untuk menutup aurat

mereka. Kemudian ada seorang wanita membuat dua kantong perak yang diisi untaian batu-batu mutu manikam sebagai perhiasan kakinya. Apabila ia di hadapan sekelompok orang-orang, ia memukul-mukulkan kakinya ke tanah sehingga dua gelang kakinya bersuara beradu. Maka turunlah kelanjutan ayat ini QS. An-Nuur : 31 dari “wala yadlribna bi arjulihinna” sampai akhir ayat yang melarang wanita menggerak-gerakkan anggota tubuhnya untuk mendapatkan perhatian laki-laki.11

Yang dimaksud dengan perhiasan perempuan ialah apa saja yang dipakai berhias dan untuk percantik tubuh, baik berbentuk ciptaan asli seperti wajah, rambut dan potongan tubuh, maupun buatan seperti pakaian, perhiasan, dan tata rias.

Dalam ayat diatas Allah memerintahkan kepada orang-orang perempuan supaya menyembunyikan perhiasan tersebut dan melarang untuk menampakannya. Allah tidak memberikan pengecualiaan, melainkan apa yang biasa tampak. Oleh

11

Qamaruddin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat

(38)

karena itu, para ulama kemudian berbeda pendapat tentang arti apa yang biasa tampak dan ukurannya. Apakah artinya apa yang biasa nampak karena terpaksa tanpa sengaja, misalnya terbuka karena ditiup angin ataukah apa yang biasa tampak dan memang masalahnya tampak? Kebanyakan ulama salaf berpendapat menurut arti kedua. Misalnya, Ibnu Abbas berkata dalam menafsirkan apa yang tampak itu ialah celak dan cincin. Sahabat yang lain yang berpendapat seperti itu ialah Anas. Karenanya yang boleh dilihat ialah celak dan cincin, berarti boleh dilihat kedua tempatnya, yaitu muka dan kedua telapak tangan. Demikianlah apa yang ditegaskan

oleh Said bin Jubair,‟Atha‟,Auza‟i dan lain-lain.

Disamping satu kelonggaran ini, ada juga yang mempersempit, misalnya

Abdullah bin Mas‟ud dan Nakha‟i. Keduanya menafsirkan perhiasan yang biasa

tampak, yaitu selendang dan pakaian yang biasa tampak, yang tidak mungkin disembunyikan. Tetapi, pendapat yang kami anggap lebih kuat (rajih) yaitu dibatasinya pengertian apa yang tampak itu pada wajah dan dua tapak tangan serta perhiasan yang biasa tampak dengan tidak ada maksud kesombongan dan berlebih-lebihan seperti celak di mata dan cincin pada tangan. Begitulah seperti yang

ditegaskan oleh sekelompok sahabat dan tabi‟in.

(39)

memakai itu semua diluar rumah, untuk menarik perhatian laki-laki. Jadi, jelaslah hukumnya adalah haram.12

B. Bahan Dasar Kosmetik

Bahan kosmetika terdiri atas bahan dasar (80-90%), bahan tambahan (5-10%) dan bahan aktif (5%). Bahan dasar yang banyak dipakai dalam pembuatan kosmetika adalah lemak atau minyak, air, alcohol dan pelarut organic lainnya. Sementara itu, bahan aktif yang biasa digunakan adalah vitamin, hormone, protein, enzim, ekstrak binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian, bahan-bahan kosmetik itu berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroba, manusia, dan sintetik kimia. Asal-usul bahan tersebut menentukan kehalalan kosmetik.

Bahan kosmetik yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan dan bahan kimia adalah boleh digunakan kecuali beracun dan bahaya kesehatan. Sementara itu, bahan kosmetik yang dibuat dari sumber hewan merupakan bahan yang perlu diwaspadai. Apabila berasal dari hewan yang halal maka titik kritis kehalalanya terletak pada proses penyembelihan. Apabila proses penyembelihan sesuai dengan syariat Islam, maka bahan tersebut boleh digunakan dan kosmetika yang dihasilkannya halal yakni boleh digunakan, Sementara itu, jika bahannya berasal dari hewan yang tidak halal, jelas kosmetika yang dihasilkannya menjadi tidak halal untuk digunakan.

12

Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, Terj. H. Mu‟ammal

(40)

Adapun bahan kosmetik yang diragukan kehalalannya adalah :

1. Sabun merupakan bahan pembersih tubuh yang banyak dipakai oleh manusia sejak bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai manula. Sabun terbuat dari minyak, lemak hewan, tumbuhan, dan basa KOH atau NaOH. Selain itu sering ditambah parfum, bahan pewarna, dan vitamin. Akibatnya, titik kritis kehalalanya tidak hanya terletak pada bahan baku, tetapi juga pada bahan tambahan.

2. Alantoin adalah bahan pengikat air sehingga sering digunakan untuk krim pelembab dan untuk pasta gigi salah satu sumbernya berasal dari produk metabolisme protein hewan yang tidak digunakan lagi oleh hewan tersebut. Kemudian, produk tersebut dikeluarkan oleh hewan dari tubuhnya sehingga bersifat najis.

3. Kolagen dan Elastin merupakan komponen jaringan ikat yang paling banyak sekitar (70%) dan meliputi 30% protein tubuh. Penggunakan untuk krim masih diperdebatkan, tetapi untuk lipstick kemungkinan terbawa masuk mulut. Adapun titik kritis kehalalanya terletak pada asal bahan pembuatannya. Bila kologennya berasal dari hewan yang halal, kosmetik tersebut hukumnya menjadi haram. Sementar itu, bila berasal dari hewan yang halal, maka cara

penyembelihannya harus sesuai dengan syari‟at Islam. Elastin merupakan

(41)

berpengaruh pada elastisitas kulit. Oleh karena itu, keduanya sering dipakai dalam perawatan kulit selain itu, elastin juga dipakai perawatan rambut. 4. Ektrak plasenta dan cairan ketuban dipakai untuk peremajaan kulit. Di

Indonesia saat ini banyak digunakan ektrak plasenta anak manusia dan ini merupakan titik kritis kehalalan kosmetika yang menggunakan bahan tersebut. Eksrak plasenta merupakan organ yang berfungsi sebagai media nutrisi untuk janin dalam kandungan atau sering disebut sebagai ari-ari.

5. Asam lemak : Asam linoleak, linolenak, arakhidonat, asam lemak omega-3, omega-6 banyak dipakai dalam industry kosmetik. Dahulu bahan-bahan tersebut digunakan dalam krim untuk kulit kering dan bersisik serta kuku yang rapuh. Kini bahan-bahan tersebut digunakan untuk memperbaiki keadaan kuluit dan kulit kepala yang sangat berminyak. Beberapa asam lemak tersebut tergolong asam lemak tak jenuh yang tidak stabil. Oleh karena itu perlu bahan penstabil yang mungkin saja haram.

(42)

7. Melatonin merupakan hormone yang diproduksi oleh kelenjar pineal yang terdapat di otak. Bahan tersebut berguna untuk menghambat penuaan. Raw Glandular adalah tablet yang berisi ekstrak jaringan kelenjar organ hewan yang digunakan untuk memperbaiki nutrisi lingkungan kelenjar endoktrin seperti thymus, ovarium, pituitary, dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut dicurigai kehalalannya.

8. Hormone estrogen dibutuhkan dalam rangka hormonal replacement theraphy pada wanita menaphouse melalui suntikan atau diminum. Hormone ini biasanya diisolasi dari organ hewan. Oleh karena itu, di sinilah letak titik kritis kehalalan hormone.13

C. Hal-Hal Yang Dilarang Dalam Berhias dan Kosmetik Hal-hal yang dilarang dalam berhias

1. Emas dan sutra asli

Emas dan sutra asli adalah dua macam perhiasan yang diharamkan pemakaiannya untuk laki-laki, sebaliknya dihalalkan bagi orang-orang perempuan. Umar ra. Pernah berkata :

ف ح ا :

ع ها ص ها

: ع ها ض ا ع

ا

. خ ا ف

( ع

)

Artinya: Dari Anas ra. Ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda:” Barang siapa yang memakai kain sutera di dunia, maka tidak akan memakainya kelak di akhirat. ( H.R. Bukhari dan Muslim).

13

(43)

Rasulullah saw pernah melihat seorang laki-laki memakai cincin emas ditangannya, kemudian oleh Nabi dicabutnya cincin itu dan dibuang ke tanah. Kemudian Beliau bersabda :

,

خ ع طصا ,

ع ها ص ها

ا . ع ها ض

ع ا ح

ك ط ف صف عج ف ,

ك

, ع ف

ا ع ج ا . ا خ

ا ع صف ,

"ا ا

اا ,ها " : .

ف " خا صف عجا

اا ا ك ا ": ف

(

ا ا ) . ا خ

اا ف

Artinya:

Ibnu Umar ra. Berkata: Rasulullah saw. Membuat cincin emas, dan ketika memakainya meletakkan matanya dibagian dalam tapak tangan, maka orang-orang juga membuat cincin emas itu, dan ketika Nabi saw duduk di atas mimbar tiba-tiba ia mencabut cincinnya sambil berkata: “sungguh aku telah memakai cincin ini dan aku

meletakkan matanya di dalam perut telapak tangan”. Kemudian melemparkan (membuang) cincin itu dan bersabda: “Demi Allah aku tidak akan memakainya lagi

untuk selamanya”. Maka orang-orang juga membuang cincin mereka.” (H.R.Bukhari)

Adapun seorang laki-laki memakai cincin perak, Rasulullah memperbolehkannya, sebagaimana yang tersebut dalam hadits riwayat Bukhory, bahwa Rasulullah sendiri memakai cincin perak, yang kemudian cincin itu pindah ke tangan Abu Bakar, kemudian pindah ke tangan Umar dan terakhir pindah ke tangan

Usman sehingga akhirnya jatuh ke sumur Aris (di Quba‟).14

Dalam berhias juga berkaitan dengan penggunaan emas dan sutera, baik laki maupun perempuan. adapun hikmah diharamkannya emas dan sutera bagi laki-laki adalah:

a. Diharamkannya kedua jenis barang ini bagi laki-laki karena Islam bermaksud memberikan pendidikan akhlak yang tinggi. Sebab Islam adalah agama jihad

14

(44)

dan kekuatan, ingin melindungi keperwiraan laki-laki dari simbol-simbol kelemahan, kejatuhan dan kemerosotan. Laki-laki yang telah diberi keistimewaan oleh Allah dengan susunan organik yang berbeda dengan perempuan, tidak layak kalau ia meniru perempuan dalam bermegah-megahan dengan perhiasan dan pakaian

b. Di balik pengharaman ini terdapat tujuan sosial, yaitu sebagai bagian dari program Islam di dalam memberantas pola hidup mewah. Hidup mewah menurut pandangan al-Qur‟an sama dengan kemerosotan yang akan menghancurkan umat (bangsa). Di samping itu, hidup bermewah-mewahan merupakan sikap permusuhan terhadap semua risalah kebenaran, kebaikan,

dan perdamaian. Allah berfirman: “jika Kami hendak membinasakan suatu

negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya belaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu.

(45)

tidak boleh berhias hingga dapat menarik kaum laki-laki dan membangkitkan syahwat.15

2. Pakaian wanita yang mempertajam bagian tubuh

Islam mengharamkan perempuan memakai pakaian yang membentuk dan tipis sehingga nampak kulitnya. Termasuk di antaranya ialah pakaian yang dapat mempertajam bagian-bagian tubuh khususnya tempat-tempat yang membawa fitnah.

Dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

ا ع

-ص ع ها

ذ

ع ا ص

ك ء ائ ا ع ك ء ا ا ك

ا ئ ا ا

خ

ا ك ا ك ج ح ح ج ا ج ا

د

Artinya: "Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallambersabda: "Dua golongan dari penghuni neraka yang belum aku temui; suatu kaum yang selalu membawa cemeti bagaikan ekor-ekor sapi, dengannya dia memukuli manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, cenderung tidak taat, berjalan melenggak-lenggok, rambut mereka seperti punuk onta, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau surga padahal bau surga tercium dari jarak sekian". HR. Muslim.

Mereka dikatakan berpakaian, karena memang mereka itu melilitkan pakaian ke tubuhnya, tetapi pada hakekatnya pakaiannya itu tidak berfungsi menutup aurat, karena itu mereka dikatakan telanjang, karena pakaiannya terlalu tipis sehingga dapat memperlihatkan kulit tubuh, seperti kebanyakan pakaian perempuan sekarang ini.

15

(46)

Bukhtun adalah salah satu macam daripada unta yang mempunyai punuk besar rambut orang-orang perempuan seperti punuk unta tersebut karena rambutnya ditarik ke atas.

3. Pakaian yang berlebih-lebihan dan untuk kesombongan

Rasulullah saw melarang orang berlebih-lebihan berpakaian dalam rangka supaya dapat menimbulkan rasa angkuh, menyombongkan diri kepada orang lain.

Berlebih-lebihan yaitu melewati batas ketentuan dalam menikmati yang halal. Dan yang disebut kesombongan ialah erat sekali hubungannya dengan masalah niat, dan hati manusia berkait dengan masalah yang zahir. Dengan demikian apa yang disebut kesombongan itu ialah bermaksud untuk bermegah-megahan dan menunjukan serta menyombongkan diri terhadap orang lain. Padahal Allah sama sekali tidak suka terhadap orang yang sombong.16

Firman Allah                          

“kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa

yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi

membanggakan diri”. (QR. Al-Hadid:23)

Rasulullah saw, juga bersabda :

ها ظ ءا خ

ج :

ع ها ص ا ا ع ها ض

ع ا ع

ع ها ض

ا ف . ا ا

ف , ع ا ااا خ

ا ا ا ها

(

ا ا ) .ءا خ ع

ك ا .

ع ها ص ها

Artinya: 16
(47)

Ibnu Umar ra berkata: bersabda Nabi saw: “ siapa yang menurunkan kainnya di bawah mata kaki karena sombong, Allah tidak melihat kepadanya dengan

pandangan rahmat pada hari kiamat”. Maka Abu Bakar bertanya: “ya Rasulullah, kain

saya selalu turun kebawah mata kaki kecuali jika saya jaga benar-benar”. Bersabda

Nabi: “Engkau tidak berbuat itu karena sombong”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

4. Tatto

Dari Ibnu Mas‟ud ia berkata Rasulullah bersabda:

ش ا شا ا ا ع : ع ا ع ع ا

ص ا ص ا

ا ع ع ا . ا خ ا غ ا ح ج ا

ع ها ص -

ك ف

(ا ف ع ك ف ا ك آ ) ا

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah ibn Mas‟ud radhiallahu anhu,

beliau berkata: Alloh Ta‟ala melaknat perempuan-perempuan yang mentato dan yang minta ditato, dan yang mencabut atau mencukur rambut dan yang mengikir gigi utk memperindah, Perempuan-perempuan yang mengubah ciptaan Allah Ta‟ala… Mengapa aku tidak melaknati orang yang dilaknati Rasulallah SAW sementara hal itu

juga ada dalam Kitabullah, “Dan apa-apa yang Rosul bawa untuk kalian maka maka terimalah dan apa-apa yang dilarang kepada kalian maka tinggalkanlah oleh kalian.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits ini terdapat kalimat ( شا ا) yang berarti perempuan yang membuatkan tato. Sedangkan objeknya dinamakan ( ش ا) yaitu wanita yang ditato. Pembuat tato dan yang ditato sama-sama dilaknat Allah Ta‟ala sebagaimana dalam hadits tersebut. Bahkan menurut Syaikh Muhammad al-Syarif, “Membuat tahi lalat pada wajah dengan celak atau tinta juga dinamakan tato.”

(48)

menimbulkan kerusakan, hilangnya salah satu anggota tubuh ataupun luka berat, maka tidak wajib menghilangkannya.17

Dr. Abdul Hadi Muhammad Abdul Ghaffar, seorang konsultan penyakit kulit dan kelamin, sebagaimana dikutip Khairul Amru Harahap, menyatakan bahwa:

“bahan-bahan yang digunakan untuk tato dapat menyebabkan alergi pada kulit. Jika

bahan tato tersebut mengandung zat minyak, maka dapat mengakibatkan kanker kulit. Selain itu, jarum yang digunakan untuk membuat tato juga dapat menularkan penyakit-penyakit menular seperti hepatitis, AIDS, dan lainnya.”18

5. Mencukur Alis Mata

Kaum wanita tidak boleh mengubah sesuatu dari penciptaannya yang telah Allah ciptakan untuknya baik menambah atau mengurangi, supaya tampak lebih baik dan lebih cantik, baik untuk suaminya atau untuk yang lain, seperti wanita yang memiliki alis yang berdekatan, lalu menghilangkan bulu-bulu yang ada di antara keduanya yang menghasilkan terpisahnya kedua alis atau sebaliknya. Atau rambut yang pendek atau rontok lalu disambung dengan rambut orang lain.Kesemuanya masuk ke dalam larangan yaitu: merubah ciptaan Allah.

Sebagian ulama bermazhab Hambali berkata,”Boleh bagi wanita merias wajahnya

dengan izin suaminya. Menghias yang dimaksud adalah mencabuti bulu-bulu berserak yang tumbuh di wajahnya, berbedak, bergincu dan pemerah wajah. Sebab itu

sebagian dari hiasan wanita.”

17

Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Muslimah, ....h. 105.

18

(49)

Ath-Thabari meriwayatkan dari istri Abu Ishaq, bahwa istrinya itu pergi

mengunjungi Aisyah. Dia berkata,”Bolehkah bagi wanita mencabut bulu-bulu yang

ada di keningnya untuk suaminya? Aisyah menjawab,”Hindarilah sakit semampu

anda.” Karena Rasulullah saw melaknat wanita yang mencukur alis dan yang

meminta dicukur alisnya. (HR. Bukhari dan Muslim)19 6. Wangi-wangian

Ketahuilah bahwa keluarnya seorang perempuan dalam keadaan berhias atau memakai minyak wangi dengan keadaan menutup aurat hukumnya makruh tanzih, tidak haram. Hal itu menjadi haram jika perempuan tersebut bertujuan untuk pamer (mendapatkan pandangan mata) dari kaum laki-laki; artinya bertujuan membuat fitnah terhadap mereka.

ْمل بيطب ّتأ اذإ مّسو هْيّع ها ىّص ّبّلا ناك " :لاق ،كلام نْب سنأ ْنع

Dari Anas bin Maalik, ia berkata : “Apabila Nabi shallallaahu „alaihi wa sallam

diberikan wewangian, maka beliau tidak pernah menolaknya” (Diriwayatkan oleh An-Nasaa‟iy no. 5258, Ahmad 3/118, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Al -Albaaniy dalam Shahiih Sunan An-Nasaa‟iy 3/399).

Dan bagi wanita minyak wangi merupakan perhiasan yang dianjurkan dipakai di hadapan suaminya.

، عا ح ف ، ط ع ع ء ج ، ح ع

ط :

ع ها ص ا ع ، ج ح

ع ح خ ا ا ح " :

" ا شع ش ع ج ع ف

Dari Ummu Habiibah bintu Abi Sufyaan : Ketika datang berita kematian ayahnya, ia meminta wangi-wangian. (Setelah didatangkan), ia pun mengusapkannya pada

kedua hastanya seraya berkata : “Sebenarnya aku tidak membutuhkan wangi -wangian ini seandainya aku tidak mendengar Nabi shallallaahu „alaihi wa sallam

bersabda : „Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari

19 Amru Abdul Karim Sa‟dawi, Wanita dalam fiqih Al

(50)

akhir berkabung pada seorang mayit lebih dari tiga hari, kecuali pada suaminya yaitu selama empat bulan sepuluh hari” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy)

Maksudnya, Ummu Habiibah sebenarnya masih sedih atas kematian ayahnya,

namun syari‟at melarangnya untuk berkabung lebih dari tiga hari. Oleh karena itu, pada hari ketiga ia meminta wangi-wangian untuk ia pakai berhias di hadapan suaminya (Rasulullah shallallaahu „alaihi wa sallam), karena masa berkabung telah habis.

Hal-hal yang dilarang dalam kosmetik 1. Berbahan Haram dan Najis

Bahan-bahan yang berpeluang berasal dari hewan merupakan jenis bahan yang harus diwaspadai dalam memilih kosmetika. Jika kosmetika yang mengandung bahan hewani yang tidak halal, maka penggunaan luar menyebabkan menjadi tergolong bahan najis, sedangkan jika penggunaan kosmetika ini secara oral maka bahan tersebut menjadi haram.

Bahan-bahan turunan lemak merupakan bahan yang sangat umum digunakan dalam kosmetika untuk berbagai tujuan. Asal usul lemak yang digunakan harus menjadi perhatian karena mungkin berasal dari tumbuhan dan berpeluang berasal dari hewan. Contoh bahan turunan lemak yang sering ditemukan adalah gliserin dan asam-asam lemak.

(51)

Bahan hewani yang saat ini sangat populer digunakan dalam kosmetika dengan tujuan mencegah keriput sehingga dapat mencegah penuaan dini adalah kolagen, elestin, dan plasenta. Ketiganya dapat ditemukan sebagai bahan kosmetika kuloit maupun yang dikonsumsi secara oral. Kolagen dan elestin merupakan jaringan ikat kulit, otot, dan tulang, yang tentunya berasal dari hewan. Sumbernya bisa berasal dari hewan apa saja, sehingga kehalalanya perlu dipertranyakan. Sedangkan plasenta merupakan organ yang mensuplai kebutuhan nutrisi bayi selama dalam kandungan. Plasenta akan keluar bersamaan dengan lahirnya sang bayi, saat ini plasenta banyak digunakan sebagai bahan kosmetika. Asalnya tentunya dari hewan, akan tetapi tidak tertutup kemungkian adanya produsen yang menggunakan plasenta manusia. Bahkan beberapa informasi terakhir menyebutkan bahawa penggunaan organ manusia unntuk obat kecantikan tidak hanya terbatas pada plasenta, melainkan ada produk yang secara ilegal sudah masuk ke Indonesia yang diproduksi dari embrio manusia. Obat ini disebut life essence of whole embryo yang dipercaya dapat membuat awer muda, mengobatik pemyakit-penyakit degeneratif dan memperbaiki fungsi seksual. Produk ini masuk secara ilegal dan dipasarkan secara tertutup pula. Rupanya keinginan untuk tetap cantik, sehat dan awet muda telah menutup rasa kemanusiaan dan mengiring manusia kearah kanibalisme. Bagaimana hukum penggunaan organ manusia dalam kosmetika? MUI melalui fatwa No. 2/MunasVI/MUI/2000 telah memutuskan bahwa penggunaaan kosmetika yang mengandung atau berasal dari bagian organ manusia hukumnya adalah Haram.20

20

(52)

2. Menggunakan bahan yang berbahaya

Kosmetik sejak dahulu sudah mendapat peran penting bagi wanita dalam merubah penampilannya agar terlihat lebih menarik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam kosmetik muncul dipasaran. Namun tidak semua kosmetik itu memenuhi kaidah farmasetika yaitu aman, berkhasiat, dan berkualitas.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan peringatan kepada masyarakat tentang kosmetik yang mengandung bahan dan zat warna yang dilarang.

Beberapa bahan berbahaya yang terkandung dalam kosmetik :

a. Merkuri merupakan logam berat yang berbahaya. Pemakaian merkuri dalam krim pemutih bisa menimbulkan berbagai dampak seperti perubahan warna kulit yang menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi dan iritasi kulit. Pemakaian merkuri dalam jumlah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin. Dalam jangka pendek bisa menyebabkan muntah-muntah, kerusakan paru-paru dan kanker, b. Hydroquinone adalah zat reduktor yang mudah larut dalam air dan lazim

digunakan dalam proses cuci cetak foto. Kemampuan hydroquinone untuk menghambat pembentukan melanin (zat pigmen kulit) menjadikannya sebagai bahan kosmetik yang populer yaitu untuk produk skin whitening (pemutih). Namun penggunaan hydroquinone dalam jangka panjang dan berddosis tinggi

(53)

dapat membuat kulit merah dan rasa terbakar serta kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel hati,

c. Sodium Lauril Sulfat (SLS) sering terdapat pada sabun, campuran shampo, pasta gigi, dan pembersih badan. Sodium Lauril Sulfat (SLS) juga mengandung formaldehid yang dapat memicu alergi, asma, sakit kepala, depresi, pusing dan nyeri sendi. SLS dapat menyebabkan iritasi kulit yang hebat dan menyebabkan gangguan pada mata atau katarak,

d. Zat warna Rhodamin adalah zat warna sintetis yang pada umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zar warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik. Rhodamin dalam penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati,

e. Bahan pewarna merah K.3 (CI 15585) Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (CI 12075) merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini merupakan zat karsinogenik. Rhodamin B dalam penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati,

f. Bahan Pengawet Paraben. Paraben pada umumnya digunakan untuk kosmetik, deodoran, dan beberapa produk perawatan kulit lainnya. Zat ini dapat menyebabkan kemerahan dan alergi pada kulit,

(54)

demantitis kontak. Studi terakhir juga menunjukan bahwa zat ini dapat merusak ginjal dan hati,

h. Isopropyl Alcohol. Alkohol digunakan sebagai pelarut pada beberapa produk perawatan kulit. Zat ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak lapisan asam kulit sehingga bakteri dapat tumbuh dengan subur. Disamping itu, alkohol juga dapat menyebabkan penuaan dini,

i. DEA (Diethanolamine), TEA (Triethanolamine) and MEA ( Monoethanolamine). Bahan ini banyak ditemukan pada kosmetik dan produk perawatan kulit. Bahan-bahan berbahaya ini dapat menyebabkan reaksi alergi dan penggunaan

Gambar

Gambar 1. Struktur organisasi Badan POM

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dike- tahui perbandingan pemakaian binder protein dan lak air serta besarnya suhu dan waktu plating yang optimal, untuk finishing

Pengaruh jenis dan taraf auksin terhadap regenerasi kalus embriogenik lengkeng Diamond River yang ditanam pada media yang mengandung sukrosa 1%, 2 bulan setelah tanam (The effect of

Yang menjadi permasalahan adalah, apakah dengan terserapnya dana tersebut, apa dampaknya bagi kualitas pendidikan terutama kualitas lulusan pada semua jenjang

Salah satu persoalan mendasar dalam aspek ketenagakerjaan adalah pengangguran Pengangguran terbuka (Open unemployment) adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 tahun

 Peng amat an  Unju kkerj a 3.10 Menerapka n manipulasi gambar raster dengan menggunak an fitur efek 4.10 Memanipul asi gambar raster dengan menggunak an fitur efek 3.10.1

Persiapan bagi Presbiter yang akan melayani pada Ibadah Hari Minggu, tanggal 14 Juni 2015 dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 09 Juni 2015 pukul 20.00 WIB bertempat

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka diperoleh simpulan bahwa terdapat pengaruh penerapan media macromedia flash terhadap hasil belajar