TINDAK PIDANA BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KELAS IIB CIANJUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S. Kom. I)
Oleh
HANDI SUPRIANDI NIM: 107052002677
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PEMBINAAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA
PENGURANGAN TERJADINYA PENGULANGAN
TINDAK PIDANA BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KELAS IIB CIANJUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S. Kom. I)
Oleh
HANDI SUPRIANDI NIM 107052002677
Dibawah Bimbingan,
Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si
NIP. 19690607 199503 2 003
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 30 Juni 2014
Pengulangan Tindak Pidana bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur
Kejahatan di era modern ini sudah sangat komplek. Kasus demi kasus sudah sering kita dengar dan temukan dalam keseharian baik media cetak ataupun di pemberitaan media televisi. Sehingga penjahat keluar masuk LAPAS adalah hal yang biasa, ketika pencuri ayam tertangkap dan masuk LAPAS maka setelah bebas dan tertangkap lagi maka kasusnya bukan sebagai pencuri ayam lagi melainkan menjadi pencuri motor bahkan mobil. Tindak kejahatan atau narapidana perlulah pembinaan yang optimal dari Lembaga Pemasyarakatan sehingga napi tersebut setelah keluar dari LAPAS tidak mengulangi tindak kejahatannya, bahkan warna atau warga binaan bisa diterima oleh masyarakat seutuhnya setelah keluar dari LAPAS. Kegiatan pembinaan pada napi memerlukan pola-pola variatif dan mengena ke diri napi. Hal tersebut tidaklah mudah karena setiap napi berasal dari latar belakang yang berbeda, kondisi yang berbeda dan permasalahan yang berbeda. Maka di sini pembina harus mengetahui dan menggunakan cara yang tepat dan efektif dalam memberikan pembinaannya.
Menurut Pasal 2 UU No 12 Tahun 1995 tentang tujuan pembinaan warga binaan adalah membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Jenis Penelitian ini deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitiaannya adalah Pembina Agama Islam dan Objeknya adalah Pembinaan Agama Islam sebagai upaya pengurangan terjadi pengulangan tindak pidana bagi napi. Adapun metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi yang ditentukan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara pada 1 Pembina Agama Islam, 4 napi recidivis, dan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pembinaan agama islam di LAPAS Kelas IIB Cianjur dengan berbasis pesantren Terpadu At-Taubah, dengan bentuk ceramah, diskusi, pendekatan pribadi dengan materi Baca Tulis Al-Qur’an, Praktek Ibadah, Aqidah, Syariah, Akhlak, qira’at dan Istighosah. Materi yang disampaikan adalah nilai-nilai ajaran islam yang materinya disesuaikan dengan kebutuhan napi. Kegiatan pembinaan agama islam menunjukkan bahwa pembinaan agama islam di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Cianjur sudah baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan antusias para narapidana dalam pembinaan serta perilaku yang ditunjukkan dalam kesehariannya di dalam Lapas. Antusias para narapidana dan kerjasama antara pembina agama Islam, petugas Lapas Cianjur dan warga binaan menjadi faktor pendukung dalam pembinaan agama Islam di Lapas Cianjur. Sedangkan faktor yang menghambat diantaranya latar belakang narapidana yang berbeda. Sedangkan empat orang residivis dalam pernyataannya mengatakan bahwa faktor ekonomi dan khilaf yang mendorong mereka melakukan pengulangan tindak pidana.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang
wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita, baik di dunia dan di akherat kelak.
Suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi merupakan tugas yang tidak
ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses
penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri.
Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak
yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Untuk itu penulis menyampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya, khususnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si., Selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
3. Drs. Sugiharto, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, terimakasih atas dukungan dan bimbingannya selama
ini.
4. Dra. Musfirah Nurlaily, MA., selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan koreksinya dalam penulisan skripsi.
5. Abdul Rahman, S. Sos.I, M.Si., selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan koreksinya dalam penulisan skripsi.
6. Drs. M. Luthfi, MA. Selaku Dosen Penasehat Akademik, Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
dan ketawadhuan penulis.
8. Kedua Orang Tua dan Istri tercinta yang selalu senantiasa meberikan Do’a,
Ilmu dan dukungan materi maupun non materi, semoga Allah memberikan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Adik-adik dan Kakak yang selalu
mensuffort hingga selesai penulisan skripsi ini.
9. Keluarga Besar LAPAS Kelas IIB Cianjur, Bpk Tri Saptono Sambudji,
Bc.IP, SH, M.AP selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang telah
mengijinkan untuk melakukan penelitian tentang Pembinaan Agama Islam
iii
Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur dan telah
meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Pak Tahar, Pak Andika, Pak
Agus, Ustadz Totoy, Pak Heri Sukirman, Kang Heri yang telah
memberikan informasinya dari halyang terkecil sampai yang besar. Dan
Kepada Seluruh Petugas LAPAS Kelas IIB Cianjur dan Pengurus
Pesantren Terpadu At-Taubah yang telah membantu penulis.
10.Keluarga Besar IRMAFA (Ikatan Remaja Masjid Fathullah) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan FB Sahabat. Khusnya buat Kanda Rodianto, Ari
FR, Arya Agung, Abdul Basyir, Abdullah Nuri yang selalu mendukung
dan memberikan fasilitasnya selama penulis menulis skripsi..
11.Keluarga Besar BPI dan teman-teman BPI 2007, khususnya Sahabat
terakrab Dian Putra, Zulkarnain Fadli, M. Syahid Fudholli, Wiwit
Fatimah, Isbatul Haqqi, Dita Septefanny, Fina Hilmuniati, Nurhasanudin,
Muhammad Nuh yang telah lebih dulu memperoleh gelar S. SOS, I/ S.
KOM, I dan terspesial buat Ade Nurzaman, Melia Fitri, Hapsari Retno
Satuti yang terus sama-sama berjuang untuk gelarnya.
Terakhir ucapan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan dan penelitian
ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebanyak–banyaknya. Atas jasa-jasa mereka,
penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka diterima di sisi Allah
SWT. Dan mendapat balasan pahala yang lebih baik serta mendapatkan
bagi semua.
Jakarta, Juni 2014
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Tinjauan Pustaka ... 7
E. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS PEMBINAAN AGAMA ISLAM BAGI NARAPIDANA DAN PENGULANGAN TINDAK PIDANA A. Pembinaan Agama Islam Bagi Narapidana ... 11
1. Pengertian Pembinaan Agama Islam ... 11
2. Tujuan Pembinaan Agama Islam ... 13
3. Pembinaan Narapidana dan Tujuannya ... 15
B. Pengulangan Tindak Pidana ... 19
1. Perbuatan Pidana ... 19
2. Pengulangan Tindak Pidana ... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 22
E. Sumber Data ... 25
F. Teknik Pengumpulan Data ... 26
G. Teknik Analisa Data ... 27
H. Teknik Keabsahan Data ... 29
I. Teknik Penulisan Data ... 31
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33
B. Hasil Temuan dan Analisis ... 47
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 65
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penghukuman sudah ada seiring dengan eksistensi manusia. Manusia
telah menciptakan aturan atau norma-norma perilaku yang akan dikategorikan
sebagai perilaku yang melanggar norma atau aturan tersebut. Penciptaan
aturan adalah sebagai upaya untuk membangun kehidupan bersama yang tertib
sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat itu sendiri.
Penghukuman dapat diartikan sebagai suatu bentuk tindakan yang
dikenakan terhadap seseorang atau sekelompok orang karena dianggap telah
melakukan perbuatan jahat. Beberapa ahli berpendapat bahwa penghukuan
adalah kondisi yang harus ada sebagai alat kontrol sosial. Van Den Haag
berpendapat bahwa penghukuman-jika bukan satu-satunya, atau pertama, atau
alat terbaik agar orang dapat mematuhi hukum-adalah sesuatu yang tak dapat
dihindari.1
Kata pembinaan berasal dari bahasa arab yaitu berasal dari kata “bina”
yang artinya bangunan. setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia , jika di
beri awalan “pe-” dan akhiran “-an” menjadi pembinaan yang berarti
pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan dan keggiatan yang
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.2.
1
Andi Wijaya Rivai, Pemasyarakatan dalam Dinamika Hukum dan Sosial, (Jakarta: Lembaga Kajian Pemasyarakatan, 2012). Cet. Ke-2, h.1
2
Arti kata “Pembinaan ” secara terminologis, yaitu:
Pembinaan adalah suatu upaya , usaha yang terus menerus untuk
mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan,
mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan
mampu menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pola kehidupan
sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial
masyarakat.3
Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis,
meletakan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi,
menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan
dan menggunakan segala daya dan dana yang dimiliki.4
Sedangkan yang dimaksud pembinaan dalam undang-undang No 32
Tahun 1999 tentang syarat dan tatacara hak warga binaan adalah kegiatan
untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan yang maha esa
intelektual sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan ruhani
narapidana dan anak didik pemasyarakatan.5
Jadi, pebinaan dapat dipahami sebagai suatu kegiatan membangun
yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik
terhadap warga binaan pemasyarakatn yang bertujuan agar mereka (warga
binaan) menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi
3
Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada
Dharma Wanita, Penerbit DEPAG, 1984, h. 8
4
Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga Bahagia dan Sejahtera, (Jakarta: BP-4, 1994), h.3.
5
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, UU no.32 Tahun 1999, Syarat dan Tata Cara Hak
3
kesalahan tindak pidana yang sama sehingga di anggap berguna serta berperan
aktif bagi pembangunan bangsa, negara dan agama.
Pembinaan hampir sama juga dengan bimbingan dan penyuluhan.
Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan
atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di
masa kini dan masa mendatang.6 Dan juga dapat disebut sebagai suatu proses
membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kabahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.7 Sedangkan penyuluhan mengandung arti menerangi,
menasehati atau memberi kejelasan kepada orang lain, memahami atau
mengerti hal yang dialaminya.8 Jadi menurut penulis, Pembinaan hampir sama
dengan penyuluhan ataupun bimbingan yang sama-sama berusaha membentuk
manusia menjadi lebih baik dan istiqomah dalam kebaikan, dapat beradaptasi
dengan baik pula dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat melaksanakan
tugas dengan tanggung jawab dan sesuai dengan tuntunan agama.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa orang yang telahmelakukan
tindak pidana dan dijatuhi vonis oleh pengadilan akan menjalani hari-harinya
di dalam Rumah Tahanan atau Lembaga Pemasyarakatansebagai perwujudan
dalam menjalankan hukuman yang diterimanya. Di dalam Lembaga
Pemasyarakatan, orang tersebut akan menyandang status sebagai Narapidana
dan menjalani pembinaan yang telah diprogramkan. Pemasyarakatan sebagai
6
HM. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), Cet. Ke-4, h.18.
7
Abu Ahmad, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Semarang: Toha Putra, 1997), h.8.
8
tujuan pidana diartikan sebagai pemulihan kesatuan hubungan hidup,
kehidupan dan penghidupan yang hakiki, yang terjadi antara individu
pelanggar hukum dengan masyarakat serta lingkungannya. Dengan demikian,
Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas
pengayoman yang merupakan tempat untuk mencapai tujuan sistem
pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi9. Dengan
demikian tujuan diadakannya penjara sebagai tempat menampung para pelaku
tindak pidana dimaksudkan untuk membuat jera (regred) dan tidak lagi melakukan tindak pidana. Untuk itu peraturan-peraturan dibuat keras, bahkan
sering tidak manusiawi tapi perlu di ingat, saharjo mengungkapkan gagasan
mulianya di ulang tahun pemasyarakatan yang ke 50, “tiap orang adalah
manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun telah tersesat,
tidak boleh ditunjukan pada narapidana bahwa dia itu tersesat. Sebaliknya, ia
itu harus merasa bahwa ia dipandang dan diperlukan sebagai manusia.”10
Dengan banyaknya latar belakang tindak kejahatan para narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur, maka perlulah strategi dalam
pembinaan agama Islam dalam LAPAS tersebut. Sebagai upaya pengurangan
tindak pidana, Pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
Cianjur memang mempunyai agenda yang terjadwal dan tersusun rapi.
Sehingga peneliti secara pribadi tertarik untuk mengkaji sejauh mana faktor
yang mendukung dan penghambat dalam pembinaan di lapas tersebut, dan
strategi yang digunakan pembinanya sehingga pengurangan terjadinya
9
Andi Wijaya Rivai, Pemasyarakatan dalam Dinamika Hukum dan Sosial, (Jakarta: Lembaga Kajian Pemasyarakatan, 2012). Cet. Ke-2, h.6
10
5
pengulangan tindak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur
dapat tercapai.
Dari uraian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan suatu
penelitian, maka peneliti mengambil judul penelitian dengan judul
“PEMBINAAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN
TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA BAGI
NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB
CIANJUR”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pembinaan agama Islam Sebagai Upaya
Pengurangan terjadinya pengulangan tindak pidana bagi narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur?
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah
yaitu :
a. Bagaimanakah pembinaan agama Islam bagi narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur?
b. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat
dalam pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIB Cianjur?
c. Strategi apakah yang digunakan dalam pembinaan agama Islam untuk
mengurangi terjadinya pengulangan tindak pidana bagi narapidana di
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diutarakan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan :
a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana pembinaan agama
Islam bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa apa yang menjadi faktor
pendukung dan faktor penghambat dalam pembinaan agama Islam di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa strategi apa yang digunakan
dalam pembinaan agama Islam untuk mengurangi terjadinya
pengulangan tindak pidana bagi narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
2. Manfaat :
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi ilmu pembinaan agama Islam khususnya yang berhubungan
dengan Pembinaan Narapidana.
b. Secara praktis diharapkan bermanfaat dan membantu bagi semua
pihak, baik itu bagi Narapidana yang dilakukan pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur dan masyarakat pada
umumnya supaya dapat menerima para Narapidana yang telah
7
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang Pembinaan Agama Islam Lembaga Pemasyarakatan
telah banyak dilakukan. Berikut ini beberapa penelitian yang ada relevansinya
dengan judul skripsi peneliti antara lain:
Pertama: “Metode Pembinaan Mental Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang” yang dilakukan oleh Warti Sasmiati pada tahun 2003. Penelitian ini menyebutkan bahwa:
1. Pelaksanaan Pembinaan mental Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Anak Wanita Tangerang sudah dapat dikategorikan baik dan berhasil.
Dengan indicator narapidana sudah mau mengikuti kegiatan pembinaan
mental yang diadakan oleh lembaga pemasyarakatan tersebut. Adapun
metode yang digunakan untuk memberikan Pembinaan Mental adalah
metode ceramah, pengajaran, pelatihan, Tanya jawab atau diskusi, praktek
dan metode individu.
2. Pelaksanaan Pembinaan Mental di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita
Tangerang dapat menumbuhkembangkan sikap sabar terhadap narapidana.
Karena dengan sikap sabar Napi di Lembaga Pemasyarakatan tersebut bisa
menerima keadaan mereka sekarang. Kecemasan dan ketakutan yang
mereka rasakan pada saat pertama kali berada di LPAWT lambat laun
memudar.
Kedua: “Upaya Bimbingan Rohani Islam Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Rangkasbitung” yang
dilakukan oleh saudari Mariam pada tahun 2008. Bimbingan Rohani Islam
tinggi intensitas pelaksanaan bimbingan Rohani Islam di Rutan Kelas IIB
Rangkasbitung akan berdampak positif terhadap menurunnya rasa cemas dan
rasa tertekan narapidana. Atau sebaliknya, jika semakin rendah pelaksanaan
bimbingan Rohani Islam di Rutan Kelas IIB Rangkasbitung maka akan
semakin meningkatkan rasa cemas dan tertekan narapidana di Rutan tersebut.
Ketiga: “Efektifitas Bimbingan Shalat Terhadap Perubahan perilaku Agresif Narapidana Napza Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Cirebon” yang dilakukan oleh saudari Laeli Amaliyah pada tahun 2013. Dalam penelitian ini hasil temuan yang ditemukan yaitu:
1. Pelaksanaan bimbingan shalat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Cirebon sudah cukup baik. Karena dengan adanya bimbingan shalat
tersebut ternyata hanya sedikit narapidana yang masih berperilaku agresif
saat mengikuti bimbingan shalat .
2. Efektifitas bimbingan shalat terhadap perubahan perilaku agresif
narapidana dapat dilihat dari perubahan perilaku narapidana dari sebelum
mendapatkan bimbingan shalat dan setelah mengikuti kegiatan tersebut.
Karena setelah mendapatkan bimbingan shalat tersebut para narapidana
merasa lebih tenang, jiwa mereka tentram, emosinya lebih terkontrol, serta
mempunyai perilaku yang lebih baik. Perilaku buruk lalunya yang sering
meninggalkan sholat sedikit demi sedikit telah banyak berubah menuju
perilaku yang sesuai agama. Jadi dari uraian tersebut, bimbingan shalat
membawa pengaruh positif bagi narapidana.
Dalam skripsi di atas nampak suatu persamaan dengan penelitian yang
9
skripsi ini adalah upaya mengurangi pengulangan tindak pidana. Sehingga
fokus tersebut menunjukkan perbedaan yang mendasar antara penelitian ini
dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat rancangan
penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis tentang pembinaan agama islam bagi narapidana, pengertian pembinaan agama islam, tujuan pembinaan agama
islam, pembinaan narapidana dan tujuannya, perbuatan pidana
dan pengulangan tindak pidan
BAB III : Metodologi penelitian, bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian, jenis penelitian, instrument penelitian, tempat dan
waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik analisa data teknik keabsahan data dan
teknik penulisan data.
BAB IV : Temuan hasil penelitian, dalam bab ini membahas gambaran umum lokasi penelitian, analisa hasil penelitian mengenai
pembinaan agama islam sebagai upaya pengurangan terjadinya
pengulangan tindak pidana bagi narapidana di lembaga
BAB V : Penutup, bab ini memuat scara singkat mengenai kesimpulan berdasarkan hasil penelitian serta saran-saran yang menjadi
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PEMBINAAN AGAMA ISLAM BAGI NARAPIDANA DAN PENGULANGAN TINDAK PIDANA
A. Pembinaan Agama Islam bagi Narapidana 1. Pengertian Pembinaan Agama Islam
Pengertian pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah usaha atau tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik.1 Maksud
pembinaan disini untuk membentuk pribadi muslim yang ideal, yang
sesuai dengan tuntunan Al-Quran perlu diadakan suatu usaha pembinaan
yang maksimal agar tujuannya tercapai, yaitu bahagia dunia dan akhirat.
Sedangkan pengertian agama islam menurut Abu Ahmadi dalam bukunya
Pembinaan Agama Islam, Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk diteruskan kepada seluruh
umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan ibadah mua’malah
(syariah), yang menentukan proses berfikir, merasa, berbuat, dan proses
terbentuknya kata hati.
Agama Islam adalah risalah yang disampaikan kepada Nabi
sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk
dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang
nyata serta mengatur hubungan dan tanggung jawab kepada Allah. Agama
1
Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
merupakan ketentuan-ketentuan Tuhan Yang Maha Esa mengandung
nilai-nilai luhur, mulia dan suci yang dihayati dan diamalkan oleh para
pemeluknya masing- masing.2
Agama diartikan pula dengan kata Din dari bahasa arab yang mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan,
kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yang
merupakan hukum, yang harus dipatuhi orang. Agama selanjutnya
memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh
dengan Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama3. Tujuan agama
memanglah membina manusia baik-baik, manusia yang jauh dari
kejahatan.4 Dari segi lain, agama merupakan motivator, dinamisator dan
stabilisator terhadap manusia untuk berbuat. Melalui agama manusia
dengan kebesaran jiwanya sanggup berbuat kebaikan bahkan
menguntungkan pihak lain dengan tanpa mendatangkan keuntungan dunia
bagi dirinya sendiri. Hanya agama Islam-lah yang mampu membimbing
manusia secara langsung dan tidak langsung untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat, bukan hanya kebahagiaan dunia saja. Karena dalam
Islam tidak ada pemisahan antara kepentingan dunia dan kepentingan
akhirat, antara urusan dunia dengan urusan akhirat. Tetapi segala sesuatu
apa saja di dunia ini, baik itu moral maupun material, adalah tidak ada
yang terlepas dari norma-norma agama.
2
DEPAG, Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Jakarta: Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Depag, 1983.h.1
3
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985). h.9 4
13
2. Tujuan Pembinaan
Pemasyarakatan merupakan institusi yang menjalankan peran untuk
melaksanakan pembinaan narapidana. Pelaksanaan pembinaan narapidana
berdasarkan system pamasyarakatan bertujuan untuk mengintegrasikan
kembali narapidana dalam kehidupan masyarakat.
Pelaksanaan pembinaan dalam Lapas dilaksanakan sejak penerimaan
seseorang narapidana di dalam lapas hingga masa pembebasannya menjadi
anggota masyarakat. Termasuk di dalam proses ini adalah pelaksaan
program-program pembinaan yang harus dijalankan selama menjalani pidana.
Program pembinaan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
kualitas ketakwaan Kepada Alloh SWT, intelektual, sikap dan perilaku,
professional dan kesehatan jasmani. Yang meliputi program kemandirian dan
kepribadian.
Pembinaan kepribadian meliputi pembinaan kesadaran beragama,
kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan kemampuan intelektual,
pembinaan kesadaran hokum serta pembinaan mengintegrasikan diri dengan
masyarakat. Sedangkan pembinaan kemandirian meliputi kegiatan latihan
keterampilan, pertanian dan industry dan kegiatan yang dikembangkan
berdasarkan bakat yang dimiliki masing-masing.
Sebagaimana maksud yang di atas, dalam pelaksanaan yaitu melalui
suatu metode pembinaan yang mengedepankan interaksi langsung yang
bersifat kekeluargaan, terencana dan sistematis, dan bersifat persuasive
edukatif.5
5
Apabila di hubungkan dengan tujuannya maka pembinaan kepribadian
sangat terkait erat dengan upaya pemulihan hubungan hidup dan kehidupan
narapidana dengan masyarakatnya sedangkan pembinaan kemandirian sangat
erat dengan upaya pemulihan hubungan penghidupan narapidana (hubungan
narapidana dengan pekerjaannya). Jadi bisa dikatakan, pembinaan ini adalah
bekal untuk narapidana kembali untuk diterimanya sebagai anggota
masyarakat seutuhnya oleh masyarakat.
Dengan begitu pembinaan agama Islam ialah Suatu proses yang
bertujuan membantu orang mengenal agama Islam, untuk membetulkan dan
mengembangkan pengetahuan keagamaan yang sudah ada serta mendapatkan
pengetahuan baru untuk mencapai tujuan hidup yang benar, yang sedang
dijalani dalam kesehariannya. Pembinaan membantu orang mengenal
hambatan-hambatan, baik yang ada di luar maupun di dalam situasi hidup dan
kerjanya, melihat segi-segi positif dan negatifnya serta menemukan
pemecahan-pemecahan yang mungkin. Akan tetapi, pembinaan hanya mampu
memberi bekal. Dalam situasi hidup dan kerja nyata, orang yang menjalani
pembinaan harus bersedia mempraktekkan hasil pembinaannya. Karena
disamping kehendak dan tekad dari pihaknya, masih banyak faktor lain yang
ikut mempengaruhi seperti penerimaan, dukungan, kerjasama dari orang-orang
yang hidup dan bekerja bersamanya.6
6
15
3. Pembinaan Narapidana dan Tujuannya
Narapidana adalah orang hukuman7.Drs. Yusfar Lubis dkk memberi
pengertian narapidana adalah seorang terhukum yang dikenakan pidana
dengan menghilangkan kemerdekaannya ditengah-tengah masyarakat yang
telah mendapat keputusan pengadilan (Hakim)8. Lebih luas lagi, narapidana
adalah orang yang dijatuhi putusan pidana penjara oleh pengadilan karena
melanggar hukum yang telah ditetapkan dan ditempatkan di Lembaga
Pemasyarakatan atau rumah tahanan.
Dari segi definisinya, maka dapat diketahui bahwa ciri-ciri narapidana
adalah
a. Ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) atau Rumah Tahanan
(Rutan) negara.
b. Dibatasi kemerdekaannya dalam hal-hal tertentu. Misalnya kebebasan
bergaul dengan masyarakat, kebebasan bergerak atau melakukan aktifitas
di masyarakat.
Selain hal tersebut, seseorang yang dijatuhi pidana penjara dapat juga
dibebani dengan pencabutan hak-hak tertentu sebagaimana diatur dalam pasal
35 (1) KUHP yaitu :
a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu.
b. Hak memasuki angkatan bersenjata.
c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan
aturan-aturan umum.
7
Soedarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, 1992, hlm, 293 8
d. Hak menjadi penasehat atau pengurus menurut hukum, hak menjadi wali,
wali pengawas pengampu, atau pengampu pengawas atas orang yang
bukan anak sendiri.
e. Hak menjalankan kekuasaan Bapak, menjalankan perwalian atau
pengampuan atas anak sendiri.
f. Hak menjalankan pencahariaan tertentu9.
Pembinaan narapidana adalah penyampaian materi atau kegiatan yang
efektif dan efesien yang diterima oleh narapidana yang dapat menghasilkan
perubahan dari diri narapidana ke arah yang lebih baik dalam perubahan
berfikir, bertindak atau dalam bertingkah laku.
Secara umum narapidana adalah manusia biasa, seperti kita semua,
tetapi tidak dapat menyamakan begitu saja, karena menurut hukum ada
karakteristik tertentu yang menyebabkan seseorang disebut narapidana. Maka
dalam membina narapidana tidak dapat disamakan dengan kebanyakan orang
atau antara narapidana yang satu dengan yang lain. Pembinaan narapidana
harus menggunakan empat komponen prinsip-prinsip pembinaan narapidana,
yaitu sebagai berikut:
a. Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri. Narapidana sendiri yang harus
melakukan proses pembinaan bagi diri sendiri, agar mampu untuk
merubah diri ke arah perubahan yang positif.
b. Keluarga, yaitu keluarga harus aktif dalam membina narapidana. Biasanya
keluarga yang harmonis besrperan aktif dalam pembinaan narapidana dan
9
17
sebaliknya narapidana yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis
kurang berhasil dalam pembinaan.
c. Masyarakat, yaitu selain dukungan dari narapidana sendiri dan keluarga,
masyarakat dimana narapidana tinggal mempunyai peran dalam membina
narapidana. Masyarakat tidak mengasingkan bekas narapidana dalam
kehidupan sehari-hari
d. Petugas pemerintah dan kelompok masyarakat, yaitu komponen keempat
yang ikut serta dalam membina narapidana sangat dominan sekali dalam
menentukan keberhasilan pembinaan narapidana. Dengan dipakainya
sistem pemasyarakatan sebagai metode pembinaan narapidana, jelas
terjadi perubahan fungsi Lembaga Pemasyarakatan yang tadinya sebagai
tempat pembalasan berganti sebagai tempat pembinaan. 10
Bentuk pembinaan bagi narapidana menurut Pola Pembinaan
Narapidana/ tahanan meliputi:
a. Pembinaan berupa interaksi langsung sifatnya kekeluargaan antara
pembina dengan yang dibina
b. Pembinaan yang bersifat persuasif yaitu berusaha merubah tingkah laku
melalui keteladanan
c. Pembinaan berencana, terus menerus dan sistematis
d. Pembinaan keperibadian yang meliputi kesadaran beragama, berbangsa
dan bernegara, intelektual, kecerdasan, kasadaran hukum, ketrampilan,
mental spiritual. Sehubungan dengan pengertian pembinaan Sahardjo yang
dikutip oleh Petrus dan Pandapotan (1995:50) melontarkan pendapatnya
10
sebagai berikut: “Narapidana bukan orang hukuman melainkan orang
tersesat yang mempunyai waktu dan kesempatan untuk bertobat. Tobat
tidak dapat dicapai dengan penyiksaan melainkan dengan bimbingan.”
Sistem Pemasyarakatan (narapidana) itu sendiri dilaksanakan berdasarkan
asas:
1) Pengayoman
2) Persamaan perlakuan dan pelayanan
3) Pendidikan
4) Pembimbingan
5) Penghormatan harkat dan martabat manusia
6) Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
7) Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
orang-orang tertentu11.
Sistem Pemasyarakatan di samping bertujuan untuk mengembalikan
Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik, juga bertujuan untuk
melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh
Warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan bagian yang
tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Menurut Pasal 2 UU No 12 Tahun 1995 tentang tujuan pembinaan
warga binaan adalah membentuk warga binaan Pemasyarakatan agar menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara
11
19
wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab12. Islam sebagai
Agama yang Rahmatan lil ‘alamin telah memberikan banyak petunjuk untuk
umat manusia sebagai hamba Allah untuk selalu berada pada jalan-Nya
melalui Al-Qur’an. Oleh Karena itu, tindak pidana kriminalitas yang
dilakukan seseorang sebagai implikasi dari krisis moralitas yang melanda
masyarakat harus ada yang mencegah dan mengajaknya kembali ke jalan
ma’ruf. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT,
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf13 dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imron: 104)
Selain pembinaan keahlian yang diberikan kepada warga binaan,
pembinaan agama juga perlu sebagai pembentuk kepribadian warga binaan
yang diharapkan mampu mendekatkan diri pada Tuhan sehingga dapat
memperoleh keselamatan baik di dunia maupun akhirat.
B. Pengulangan Tindak Pidana 1. Perbuatan Pidana
Pidana menurut prof. Sudarto, SH adalah penderitaan yang sengaja
dibebankan kepada ornag yang melakukan perbuatan yang memenuhi
syara-syarat teretntu. Menurut Prof. Roeslan Saleh Pidana diartikan
sebagai reaksi atas delik, dan berwujud suatu nestapa yang sengaja
12
Andi Wijaya Rivai, Pemasyarakatan dalam Dinamika Hukum dan Sosial, (Jakarta: Lembaga Kajian Pemasyarakatan, 2012). Cet. Ke-2, h.35
13
ditimpakan negara pada pembuat delik tersebut. Dari definisi tersebut
maka bisa di simpulkan bahwa pidana mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pidana itu pada hakikatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan
atau nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan.
b. Pidana tersebut diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang
mempunyai kekuasaan (oleh yang berwenang)
c. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak
pidana menurut undang-undang.14
Sedangkan Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh
suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sangsi) yang berupa
pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larang tersebut. Adapun
istilah yang biasa digunakan adalah kata “tindak pidana”15
. Apapun
kalimat yang dugunakan, kata-kata tersebut adalah salinan dari istilah
Belanda “strafbaar feit”, bahwa strafbaar feit adalah kelakuan (handeling)
yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang
berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang
mampu bertanggungjawab. Dapat juga dikatakan perbuatan pidana adalah
perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja
diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan
atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman
pidananya ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejahatan itu.
perbuatan dalam perbuatan pidana mempunyai arti yang abstrak yaitu
suatu pengertian yang merujuk pada dua kejadian yang kongkrit yaitu:
14
Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. (Bandung: PT Alumni, 2010) Cet. Ke- 4. h.2-4
15
21
a. adanya kejadian yang tertentu,
b. adanya orang yang berbuat yang menimbulkan kejadian tersebut.16
2. Pengulangan Tindak Pidana
Recidivist atau pengulangan tindak pidana mengandung pengertian bahwa orang yang mengulangi delik dalam jangka waktu yang ditentukan
undang-undang; misalnya, perbuatan melakukan delik lagi dalam jangka
waktu 12 tahun sejak putusan hakim yang berkekeuatan hokum yang tetap
atau sejak pidana dijalani seluruhnya, atau sebagainya. 17 dengan kata lain
tindak pidana tersebut melakukan suatu tindak pidana lagi. Pengertian dari
recidivis hampir sama dengan seseorang yang melakukan lebih dari satu tindak pidana, tetapi perbedaannya ada pada ditetapkannya Putusan Hakim yang bersifat tetap yang berupa pemidanaan terhadap tindak pidana yang
dilakukan terdahulu atau sebelumnya.
Recidive terbagi menjadi dua jenis yaitu recidive umum (general recidive) dan Recidive khusus (special recidive). Recidive umum adalah pengulangan terhadap setiap tindak pidana yang dilakukan dalam waktukapan
saja, merupakan alasan untuk pemberatan pidana. Residive khusus adalah sistem pemberatan pidana dimana tidak semua tindak pidana yang diulangi
masuk kategori sebagai recidive. Pemberatanpidana hanya dilakukan terhadap pengulangan tindak pidana tertentudan yang dilakukan dalam tenggang waktu
tertentu pula.18
16
Wirjono Prodjodikoro. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2003), h. 60-61
17
Andi Hamzah, jur. Terminology Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. Ke-2. h.25.
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang di pakai dalam
pengumpulan data analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan
yang diselidiki. Penggunaan metodelogi ini di maksudkan untuk menentukan data
akurat dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan untuk
mengungkapkan permasalahan yang diteliti.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode untuk
memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya1.
2. Pendekatan Penelitian
Sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah
keunggulan, juga memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah
sesuatu hal yang wajar dan universal. Meskipun demikian, tidak berarti
sebuah pendekatan menjadi tidak sah atau tidak penting untuk digunakan.
Sebab, persoalannya tidak terletak pada bagaimana menggunakan dan
menempatkan sebuah pendekatan (dengan keunggulan dan kelemahan
1
23
yang melekat padanya) dalam suatu studi dengan masalah yang relevan
ditelaah menurut logika pendekatan tersebut.2
Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengungkapkan makna
aksi-aksi individu dan interaksi- interaksi antar-individu. Oleh karena
hendak mengkaji aksi-aksi atau hal-hal yang dilakukan individu sehingga
penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, dengan hasil akhir
berupa kata-kata tertulis. Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data diskriptif berupa kata-kata tertulis.3 Obyek kajian dalam penelitian ini
adalah konsep pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIB Cianjur untuk mengurangi pengulangan tindak pidana.
B. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengggunakan metode observasi, maka
instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi
segalanya dalam keseluruhan proses penelitian.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan kelas IIB Cianjur, Jl. Aria Cikondang No.75 Cianjur 43213.
Di mulai pada tanggal 30 Maret 2014 sampai 30 Juni 2014.
Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini
adalah:
2
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), hal 3.
3
1. Lokasi penelitian mudah di jangkau oleh peneliti.
2. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur adalah salah satu unit
pelaksana teknis di kementerian Hak Asasi Manusia yang memberikan
Pembinaan, Pengayoman dan Pembimbingan narapidana4.
D. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek Penelitian ini sebanyak tujuh orang yang terdiri dari Pembina
Agama Islam, Kepala Lapas, Ketua Rohis Lapas dan Napi Recidivis Lapas
kelas IIB Cianjur. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah Pembinaan
Agama Islam sebagai upaya pengurangan terjadinya pengulangan tindak
pidana bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Cianjur.
Adapun teknik pengambilan informan dengan menggunakan teknik
bola salju. Dalam teknik ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa orang
yang memenuhi criteria untuk dijadikan informan. Mereka kemudian menjadi
sumber informasitentang orang-orang lain yang dapat juga dijadikan
informan. Orang-orang yang ditunjukan ini kemudian dijadikan anggota
informan dan selanjutnya diminta untuk menunjuk orang lain lagi yang
memenuhi criteria menjadi anggota informan. Prosedur ini dilanjutkan sampai
jumlah anggota informan yang diinginkan terpenuhi.5
Dengan demikian baerdasarkan pemilihan informan di atas, penetapan
subjek pertama di mulai dari Pembina Agama Islam yaitu yang memeberikan
pembinaan agama di pesantern terpadu At-Taubah LAPAS Kelas IIB Cianjur.
Pembina Agama memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti
kemudian menganalisis dan mengembangkan informasi yang diberikan oleh
4Profil Lapas kelas IIB Cianju
r. h.2 5
25
informan pertama. Kemudian informan pertama memeberikan petunjuk atau
saran siapa yang layak menjadi informan selanjutnya berkenaan dengan data
yang diinginkan peneliti.
E. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. 6 Sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan7. Sehingga sumber data dalam penelitian ini
terdiri dari 2 (dua) sumber yang keduanya masing-masing menghasilkan
data-data. Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:
1. Data Primer.
Data primer diperoleh dari penelitian di lapangan, yaitu dari para
pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber diantaranya Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur, Petugas Pembinaan
Agama di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur serta beberapa
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
2. Data Sekunder.
Dalam penelitian ini data sekunder yang peneliti gunakan adalah
sejumlah kepustakaan yang relevan dengan penelitian yang hendak
disusun namun sifatnya hanya pendukung, diantaranya buku yang
membahas tentang masalah sosial, pembinaan agama, dan sumber
pendukung lainnya yaitu internet, jurnal-jurnal, surat kabar dan lain
sebagainya
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h.107. 7
Menurut Waluyo Pengumpulan data akan dapat dilakukan
dengan baik, jika tahap sebelumnya sudah dilakukan persiapan secara
matang. Sebelum melakukan pengumpulan data ke lapangan, maka hal-hal
yang perlu dipersiapkan atau disediakan adalah surat izin penelitian,
pedoman wawancara, alat tulis menulis dan lain-lain yang dianggap
penting. Berdasarkan sumber data diatas, maka pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai
berikut:
a. Studi Lapangan (field research).
Studi lapangan ini dilakukan untuk memperoleh data primer
yang akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini.
Data primer tersebut diperoleh dari para pihak yang telah ditentukan
sebagai informan atau narasumber diantaranya Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur dan Petugas Pembinaan Agama di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
b. Studi Kepustakaan (library research).
Studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau
mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil
pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.
F. Asumsi Penelitian
Peneliti dalam hal ini mengasumsikan bahwa pembinaan agama islam
narapidana adalah cara-cara, pendekatan dan metode yang digunakan oleh
27
pengamatan awal peneliti datang ketempat lokasi yang kebetulan waktu itu
sedang berlangsungnya pembinaan narapidana.
Peneliti menduaga bahwa pelaksanaan pembinaan tersebut sangatlah
memerlukan metode yang tepat atau strategi yang relevan dikarenakan
narapidana tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda, sehingga
seorang Pembina harus bisa memahami kondisi psikologis dari napi tersebut.
Sehingga pembinaan agama islam yang dilakukan dapat berjalan dengan
efektif dan mengena pada napi dan akan membantu napi tersebut dalam
pemulihan ahklak dan ketika bebas dan kembali ke masyarakat maka
masyarakat akan menerima napi tersebut seutuhnya.
Berdasarkan pengamatan seorang peneliti bahwa tempat tinggal
mereka cukup kondusif, walaupun satu kamar hampir terisi oleh 6 atau 7
napi.mereka tinggal dalam kamar tersebut ada napi yang sudah ditokohkan
sehingga bisa jadi contoh buat napi yang lainnya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun Teknik pengambilan data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah:
1. Wawancara.
Wawancara adalah metode pengumpulan data atau informasi
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab
dengan lisan pula sehingga percakapan tersebut mengandung maksud
tertentu seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 266), antara lain;
tuntutan, kepeduliaan dan lain-lain.8. Peneliti terlebih dahulu membuat
sejumlah daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan tujuan penelitian,
yaitu menyangkut pembinaan agama Islam. Sedang dalam pelaksanaan
wawancara peneliti tidak hanya terpaku pada daftar yang telah disusun,
sebab nanti dimungkinkan ada tambahan pertanyaan kepada informan.
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari
pihak-pihak yang mengetahui tentang Pola Pembinaan Narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur yang dilakukan, antara lain:
a. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
Dari hasil wawancara diharapkan dapat memperoleh data-data
tentang kondisi, lingkungan, kegiatan, serta latar belakang para
narapidana dan data-data secara umum seputar Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
b. Kepala Seksi Bimbingan Napi/ Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIB Cianjur.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, diharapkan memperoleh
data-data kegiatan, jadwal, metode, strategi, target, dan hasil
peningkatan para warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
Cianjur.
c. Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
Dari hasil wawancara diharapkan mendapat jawaban-jawaban
tentang perasaan, kondisi sebelum dan sesudah, untuk mengetahui
ketercapaian pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIB Cianjur.
8
29
2. Observasi
Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data yang akurat
mengenai model pembinaan yang digunakan dalam membina para
narapidana, dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap obyek
dengan menggunakan seluruh panca indera.9 Pada metode ini peneliti
mengamati kegiatan yang dilakukan para narapidana, baik dalam kegiatan
pembinaan maupun kegiatan individu seperti sholat dan lain sebagainya.
Diharapkan dari pengamatan ini dapat memberi gambaran nyata tentang
pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh petugas pembinaan dan
dampak yang ditunjukkan oleh para narapidana.
3. Studi Dokumen
Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record
yang dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti sedangkan
record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau
lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa dan lain-lain.10
Sehingga studi tersebut memudahkan peneliti dalam mencari data-data
mengenai hal-hal atau variabel berupa arsip-arsip, dokumen-dokumen
maupun rekaman kegiatan/ aktivitas pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
H. Analisis Data
Setelah data terkumpul secara lengkap, maka tahap selanjutnya adalah
analisis data. Seluruh data yang terkumpul diolah sedemikian rupa sehingga
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 145.
10
tercapai suatu kesimpulan. Mengingat data yang ada sifatnya beragam, maka
teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.
Analisis data kualitatif ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data
yang telah diperoleh, kemudian dihubungkan dengan literatur-literatur yang
ada atau teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Kemudian
dicari pemecahannya dengan cara menganalisa, yang pada akhirnya akan
dicapai kesimpulan untuk menentukan hasilnya. Model analisis data yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data interaktif.
Menurut HB Sutopo, analisis data model ini memerlukan tiga komponen yaitu
reduksi data, sajian data serta penarikan data atau verifikasi. Dalam model
analisis data intreraktif, peneliti tetap bergerak di antara ketiga komponen tadi
dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data
berlangsung. Setelah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak diantara
tiga komponen utama analisa untuk menarik kesimpulan dengan verifikasi
berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data..
Teknik analisis ini mempunyai tiga komponen dasar, yaitu:
1. Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ada
dalam catatan yang diperoleh di lapangan. Data yang diperoleh selama
penelitian baik melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan
petugas Lembaga Pemasyarakatan dan narapidana ditulis dalam catatan
yang sistematis.
2. Penyajian Data, berupa sekumpulan informasi yang telah tersusun yang
31
tindakan. Data yang sudah diperoleh selama penelitian kemudian disajikan
dalam bentuk informasi-informasi yang sudah dipilih menurut kebutuhan
dalam penelitian. Setelah peneliti mendapatkan data-data yang
berhubungan dengan pelaksanaan model pembinaan narapidana, kemudian
data tersebut diuraikan dalam bentuk pembahasan model pembinaan
narapidana.
3. Penarikan kesimpulan, merupakan langkah terakhir dalam analisis data.
Penarikan kesimpulan didasarkan pada reduksi data.11
I. Teknik Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki
criteria, yaitu sebagai berikut:
1. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu
dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain , dalam hal ini penulis
membandingkan jawaban yang diberikan oleh pembina dengan
narapidana mengenai pembinaan agama islam yang dilaksanakan di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen dan hasil
observasi (kegiatan sehari hari) yang berkaitan.
11
2. Ketekunan dan Keajegan Pengamatan
Ketekunan pengamatan yakni, menemukan ciri-ciri dan unsure
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,
maksudnya penulis hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai
dengan rumusan masalah saja.
J. Teknik Penulisan Data
Untuk lebiih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan teknik
penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan
Disertasi yang di susun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
33
BAB IV
HASIL ANALISIS PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.
1. Profil Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur
IDENTITAS UPT
Nama UPT : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur
Alamat Kantor : Jl. Aria Cikondang No.75 Cianjur 43213
No. Telepon Kantor : ( 0263 ) 261601
No. Fax kantor : ( 0263 ) 2289536
E-Mail Kantor : lapascjr@yahoo.co.id
/lapasklasiibcianjur@yahoo.com
DasarPembentukan : Kepmen Kehakiman Republik Indonesia No. M.05.PR.07.03 Tahun 2003
SejarahSingkat : Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur berdiri sejak 1951 yang semula beralamat di Jalan Siliwangi Cianjur. Kemudian pada Tahun 1958 pindah ke Jalan Aria Cikondang No. 75 yang mulai dibangun Tahun 1954 dan baru ditempati pada Tahun 1958.
Sebelum menjadi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur, adalah Rumah Tahanan Negara Kelas II B Cianjur.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.05.PR.07.03 Tahun 2003 Tentang Perubahan Status Rumah Tahanan Negara Menjadi Lembaga Pemasyarakatan.
Maka terhitung tanggal 16 April 2003 beralih Status dari Rumah Tahanan Negara Kelas II B Cianjur Menjadi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur.
Letak Geografis : Letak Gegografis Lapas Kelas IIB Cianjur di tengah – tengah kota Kabupaten Cianjur Yang menghadap kebagian utara tepat Jl. Aria Cikondang dan sebelah barat Jl. Siliwangi
Tugas Pokok dan Fungsi : a. Melakukan pembinaan narapidana/anakdidik. b. Memberikan Bimbingan Mempersiapkan
sarana dan mengelola Hasil Kerja.
c. Melakukan Bimbingan Sosial / Kerokhanian Narapidana / Anak Didik
d. Melakukan Pemeliharaan Keamanan dan Tata Tertib LAPAS
e. Melakukan Tata Usaha dan Rumah Tangga.
Menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar dapat Berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan Bertanggung jawab. ( Pasal 3 UUD No.12 Th.1995 tentang Pemasyarakatan
Visi : Memberikan Pelayanan Yang Akuntabel dan Transparan Serta Membentuk WARNA (Warga Binaan) Yang Berakhlaqul Karimah.
Misi : 1. Memberi Kemudahan Pelayanan, Menghilangkan Komersialisasi dan Diskriminasi Serta Menyediakan Hak-Hak Warga Binaan (WARNA);
2. Meningkatkan Aspek-Aspek Mental Rohani dan Kemampuan Serta Keterampilan Yang Berbasis Kebutuhan di Masyarakat;
3. Mengepankan Profesionalisme dan Keterbukaan Kepada Masyarakat.
Motto : BERBUNGA (Bersih, Berbudaya, Mengayomi, Agamis)
INVENTARISASI BMN
Luas Tanah : 15.500 M2
Luas Bangunan : 2.560,64 M2
Rumah Dinas : 11 Unit
Jumlah Kendaraan Roda 2 :1. Honda Supra Nomor Polisi F 4193 W 2. Honda WIN Nomor Polisi F 3761 W
35
SUMBER DAYA MANUSIA
Kepala UPT Masa Ke Masa :
1. ZAINAL RADINAS, Bc.IP 1970 s/d 1974
2. MUJAHID ARIFIN, Bc.IP 1978 s/d 1986
3. URIF SUPARNO, Bc.IP, SH 1986 s/d 1983
4. WAWAN HENDRAWAN, BC.IP, SH 1993 s/d 1997
5. Drs. SUPRIYADI, Bc.IP, SH, MH 1997 s/d 2000
6. SUDIANTO, Bc.IP, SH 2000 s/d 2002
7. ARIEF HIDAYAT, Bc.IP, SH 2002 s/d 2005
8. Drs. DARDIANSYAH, Bc.IP, MH 2005 s/d Desember 2007
9. N. MULIA, Bc.IP, S.Sos Jan 2008 s/d 2009
10.H. AHMAD HIDAYAT, Bc.IP, SH, M.Si 2009 s/d 2010 11.SAHAT PHILIPS PARAPAT Bc.IP, SH, MH 2010 s/d 2012 12.TRI SAPTONO SAMBUDJI Bc.IP, SH, M.AP 2012 s/d Sekarang
Jumlah Pegawai
No. Kepegawaian Laki-lakiPerempuan
1 Jumlah Pegawai Seluruhnya 62 5
2 Jumlah dokter umum -
-3 Jumlah dokter gigi -
-4 Jumlah perawat - 2
5 Jumlah bidan -
-6 Jumlah konselor -
-Psikologi -
-Umum -
-7 Jumlah tenaga Manajemen Kasus -
-8 Jumlah tenaga Laboratorium/ Analis Kesehatan -
-9 Jumlah tenaga Bintal dan Rohani -
-PRESTASI
Program Unggulan : 1. Pesantran Terpadu At – Taubah 2. Penjahitan Kaos dan Training 4. Pembuatan Kandang Ayam Pelung 5. Peternakan Ayam Pelung
Penghargaan :
1. Penghargaan dari Menteri Hukum dan HAM RI sebagai Lapas Unggulan Berbasis Pesantren Terpadu At-Taubah
2. Piagam Penghargaan dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Direktorat Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan dengan Nomor Piagam : PAS7.PK.01.05.09-933 atas upaya peningkatan pembinaan dalam bidang
pemasyarakatan tertanggal 28 Agustus 2012. Direktorat Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan, Rachmat Pri Sutardjo di cap dan ditandatangani. 3. Penghargaan Bimker Bamkit tentang Pembuatan Kandang Ayam Pelung
dan Penjahitan Kaos Training1
2. Profil Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur
a. Latar Belakang Terbentuknya Pesantren Terpadu
Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB
Cianjur tercetus pada saat acara peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW, hari senin tanggal 13 Februari 2012 di Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIB Cianjur yang dihadiri oleh Bupati Kab. Cianjur, Ketua DPRD
Kab. Cianjur dan Ketua MUI Kab. Cianjur serta undangan lainnya. Pada
saat acara tersebut dari wakil WBP menyampaikan permohonan kepada
ketua MUI untuk membantu pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas
IIB Cianjur tentang pembinaan keagamaan, permohonan ini ditegaskan
lagi oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cianjur kepada ketua
MUI Kab. Cianjur dan terbesit bahwa di Lembaga Pemasyarakatan
dibentuk Pesantren mengingat dari segi bangunan sudah ada, santri sudah
ada, tinggal ustad dan program pembinaan yang belum ada.
Pembuatan SK bersama antara Kepala Lembaga Pemasyarakatan
dengan MUI Kab. Cianjur. Menindak lanjuti permohonan Kepala
Lembaga Pemasyarakatan tentang Pembinaan Agama oleh MUI Kab.
Cianjur di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cianjur, MUI Kab. Cianjur
mengundang rapat kerja pada tanggal 16 april 2012 yang dihadiri oleh
1
37
Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Kasi Binadik dan giatja, Ka KPLP,
Kasubsi Registrasi dan Bimkemas, Kasubsi Perawatan dan Staf KPLP
sedangkan dari pihak MUI Kab. Cianjur dihadiri oleh Ketua Umum MUI,
Sekretaris Umum, Seksi Pembinaan dan Para Pimpinan Pondok Pesantren
se Kabupaten Cianjur. Hasil Rapat Kerja tersebut disepakati adanya
kegiatan pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB
Cianjur oleh MUI Kab. Cianjur berupa Pesantren Terpadu serta
pembentukan tim pelaksana kegiatan yang terdiri dari unsur MUI Kab.
Cianjur dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cianjur.
Menindak lanjuti hasil rapat kerja, Tim segera menyusun rencana
kerja kegiatan Pesantren Terpadu dan untuk keabsahan kegiatan tersebut
dibuatlah Surat Keputusan Bersama antara Kepala Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cianjur dengan Ketua MUI Kab. Cianjur sebagai
landasan dalam melaksanakan Pesantren Terpadu di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cianjur, termasuk didalamnya penetapan Tim
Pelaksana Kegiatan.
Surat Keputusan Bersama antara KaLembaga Pemasyarakatan dan
Ketua MUI Kab. Cianjur ditandatangani pada tanggal 1 Mei 2012 sekitar
pukul 09.00 wib diruang Kepala Lembaga Pemasyarakatan Cianjur dan
sekaligus merencanakan tanggal peresmian Pesantren Terpadu yang
disepakati hari Rabu tanggal 9 Mei 2012 sekitar pukul 10.00 wib serta
pembuatan proposal kegiatan untuk mendapat dukungan dari Bupati Kab.
Cianjur, SK Bersama tersebut mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu
b. Tujuan Pembentukan Pesantren Terpadu
Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB
Cianjur dibentuk dan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
1) Tujuan Jangka Panjang
a) Menjadikan Lapas Cianjur sebagai Lapas Pusat Pendidikan Islam
bagi WBP baik intern maupun ekstern WBP di luar Lapas Cianjur.
b) Menghasilkan Ex-WBP yang mempunyai pengetahuan tentang
Agama Islam dan menjadi Pelopor Deradikalisasi di masyarakat.
c) Membangun stigma positif terhadap Lembaga Pemasyarakatan,
WBP dan Ex-WBP.
d) Ex-WBP mudah diterima masyarakat karena terjadi transformasi
jiwa, WBP bisa menjadi panutan masyarakat (contoh :
Ex-WBP memiliki sertifikat dengan kompetensi mampu membaca
Al-Qur’an, memahami Fiqih, Na