• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan agama Islam sebagai upaya pengurangan terjadinya pengulangan tindak pidana bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan elas IIB Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembinaan agama Islam sebagai upaya pengurangan terjadinya pengulangan tindak pidana bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan elas IIB Cianjur"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK PIDANA BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS IIB CIANJUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S. Kom. I)

Oleh

HANDI SUPRIANDI NIM: 107052002677

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PEMBINAAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA

PENGURANGAN TERJADINYA PENGULANGAN

TINDAK PIDANA BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS IIB CIANJUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S. Kom. I)

Oleh

HANDI SUPRIANDI NIM 107052002677

Dibawah Bimbingan,

Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si

NIP. 19690607 199503 2 003

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 30 Juni 2014

(5)

Pengulangan Tindak Pidana bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur

Kejahatan di era modern ini sudah sangat komplek. Kasus demi kasus sudah sering kita dengar dan temukan dalam keseharian baik media cetak ataupun di pemberitaan media televisi. Sehingga penjahat keluar masuk LAPAS adalah hal yang biasa, ketika pencuri ayam tertangkap dan masuk LAPAS maka setelah bebas dan tertangkap lagi maka kasusnya bukan sebagai pencuri ayam lagi melainkan menjadi pencuri motor bahkan mobil. Tindak kejahatan atau narapidana perlulah pembinaan yang optimal dari Lembaga Pemasyarakatan sehingga napi tersebut setelah keluar dari LAPAS tidak mengulangi tindak kejahatannya, bahkan warna atau warga binaan bisa diterima oleh masyarakat seutuhnya setelah keluar dari LAPAS. Kegiatan pembinaan pada napi memerlukan pola-pola variatif dan mengena ke diri napi. Hal tersebut tidaklah mudah karena setiap napi berasal dari latar belakang yang berbeda, kondisi yang berbeda dan permasalahan yang berbeda. Maka di sini pembina harus mengetahui dan menggunakan cara yang tepat dan efektif dalam memberikan pembinaannya.

Menurut Pasal 2 UU No 12 Tahun 1995 tentang tujuan pembinaan warga binaan adalah membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Jenis Penelitian ini deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitiaannya adalah Pembina Agama Islam dan Objeknya adalah Pembinaan Agama Islam sebagai upaya pengurangan terjadi pengulangan tindak pidana bagi napi. Adapun metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi yang ditentukan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara pada 1 Pembina Agama Islam, 4 napi recidivis, dan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pembinaan agama islam di LAPAS Kelas IIB Cianjur dengan berbasis pesantren Terpadu At-Taubah, dengan bentuk ceramah, diskusi, pendekatan pribadi dengan materi Baca Tulis Al-Qur’an, Praktek Ibadah, Aqidah, Syariah, Akhlak, qira’at dan Istighosah. Materi yang disampaikan adalah nilai-nilai ajaran islam yang materinya disesuaikan dengan kebutuhan napi. Kegiatan pembinaan agama islam menunjukkan bahwa pembinaan agama islam di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Cianjur sudah baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan antusias para narapidana dalam pembinaan serta perilaku yang ditunjukkan dalam kesehariannya di dalam Lapas. Antusias para narapidana dan kerjasama antara pembina agama Islam, petugas Lapas Cianjur dan warga binaan menjadi faktor pendukung dalam pembinaan agama Islam di Lapas Cianjur. Sedangkan faktor yang menghambat diantaranya latar belakang narapidana yang berbeda. Sedangkan empat orang residivis dalam pernyataannya mengatakan bahwa faktor ekonomi dan khilaf yang mendorong mereka melakukan pengulangan tindak pidana.

(6)

i

KATA PENGANTAR









Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang

wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat menjadi bekal

hidup kita, baik di dunia dan di akherat kelak.

Suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan

sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi merupakan tugas yang tidak

ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses

penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri.

Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak

yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Untuk itu penulis menyampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuannya, khususnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si., Selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

(7)

3. Drs. Sugiharto, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, terimakasih atas dukungan dan bimbingannya selama

ini.

4. Dra. Musfirah Nurlaily, MA., selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan koreksinya dalam penulisan skripsi.

5. Abdul Rahman, S. Sos.I, M.Si., selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan koreksinya dalam penulisan skripsi.

6. Drs. M. Luthfi, MA. Selaku Dosen Penasehat Akademik, Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu, yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

dan ketawadhuan penulis.

8. Kedua Orang Tua dan Istri tercinta yang selalu senantiasa meberikan Do’a,

Ilmu dan dukungan materi maupun non materi, semoga Allah memberikan

kebahagiaan dunia dan akhirat. Adik-adik dan Kakak yang selalu

mensuffort hingga selesai penulisan skripsi ini.

9. Keluarga Besar LAPAS Kelas IIB Cianjur, Bpk Tri Saptono Sambudji,

Bc.IP, SH, M.AP selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang telah

mengijinkan untuk melakukan penelitian tentang Pembinaan Agama Islam

(8)

iii

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur dan telah

meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Pak Tahar, Pak Andika, Pak

Agus, Ustadz Totoy, Pak Heri Sukirman, Kang Heri yang telah

memberikan informasinya dari halyang terkecil sampai yang besar. Dan

Kepada Seluruh Petugas LAPAS Kelas IIB Cianjur dan Pengurus

Pesantren Terpadu At-Taubah yang telah membantu penulis.

10.Keluarga Besar IRMAFA (Ikatan Remaja Masjid Fathullah) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan FB Sahabat. Khusnya buat Kanda Rodianto, Ari

FR, Arya Agung, Abdul Basyir, Abdullah Nuri yang selalu mendukung

dan memberikan fasilitasnya selama penulis menulis skripsi..

11.Keluarga Besar BPI dan teman-teman BPI 2007, khususnya Sahabat

terakrab Dian Putra, Zulkarnain Fadli, M. Syahid Fudholli, Wiwit

Fatimah, Isbatul Haqqi, Dita Septefanny, Fina Hilmuniati, Nurhasanudin,

Muhammad Nuh yang telah lebih dulu memperoleh gelar S. SOS, I/ S.

KOM, I dan terspesial buat Ade Nurzaman, Melia Fitri, Hapsari Retno

Satuti yang terus sama-sama berjuang untuk gelarnya.

Terakhir ucapan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan dan penelitian

ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebanyak–banyaknya. Atas jasa-jasa mereka,

penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka diterima di sisi Allah

SWT. Dan mendapat balasan pahala yang lebih baik serta mendapatkan

(9)

bagi semua.

Jakarta, Juni 2014

(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS PEMBINAAN AGAMA ISLAM BAGI NARAPIDANA DAN PENGULANGAN TINDAK PIDANA A. Pembinaan Agama Islam Bagi Narapidana ... 11

1. Pengertian Pembinaan Agama Islam ... 11

2. Tujuan Pembinaan Agama Islam ... 13

3. Pembinaan Narapidana dan Tujuannya ... 15

B. Pengulangan Tindak Pidana ... 19

1. Perbuatan Pidana ... 19

2. Pengulangan Tindak Pidana ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 22

(11)

E. Sumber Data ... 25

F. Teknik Pengumpulan Data ... 26

G. Teknik Analisa Data ... 27

H. Teknik Keabsahan Data ... 29

I. Teknik Penulisan Data ... 31

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

B. Hasil Temuan dan Analisis ... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 65

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penghukuman sudah ada seiring dengan eksistensi manusia. Manusia

telah menciptakan aturan atau norma-norma perilaku yang akan dikategorikan

sebagai perilaku yang melanggar norma atau aturan tersebut. Penciptaan

aturan adalah sebagai upaya untuk membangun kehidupan bersama yang tertib

sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat itu sendiri.

Penghukuman dapat diartikan sebagai suatu bentuk tindakan yang

dikenakan terhadap seseorang atau sekelompok orang karena dianggap telah

melakukan perbuatan jahat. Beberapa ahli berpendapat bahwa penghukuan

adalah kondisi yang harus ada sebagai alat kontrol sosial. Van Den Haag

berpendapat bahwa penghukuman-jika bukan satu-satunya, atau pertama, atau

alat terbaik agar orang dapat mematuhi hukum-adalah sesuatu yang tak dapat

dihindari.1

Kata pembinaan berasal dari bahasa arab yaitu berasal dari kata “bina”

yang artinya bangunan. setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia , jika di

beri awalan “pe-” dan akhiran “-an” menjadi pembinaan yang berarti

pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan dan keggiatan yang

dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil

yang lebih baik.2.

1

Andi Wijaya Rivai, Pemasyarakatan dalam Dinamika Hukum dan Sosial, (Jakarta: Lembaga Kajian Pemasyarakatan, 2012). Cet. Ke-2, h.1

2

(13)

Arti kata “Pembinaan ” secara terminologis, yaitu:

Pembinaan adalah suatu upaya , usaha yang terus menerus untuk

mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan,

mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan

mampu menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pola kehidupan

sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial

masyarakat.3

Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis,

meletakan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi,

menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan kemampuan seseorang

untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan

dan menggunakan segala daya dan dana yang dimiliki.4

Sedangkan yang dimaksud pembinaan dalam undang-undang No 32

Tahun 1999 tentang syarat dan tatacara hak warga binaan adalah kegiatan

untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan yang maha esa

intelektual sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan ruhani

narapidana dan anak didik pemasyarakatan.5

Jadi, pebinaan dapat dipahami sebagai suatu kegiatan membangun

yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik

terhadap warga binaan pemasyarakatn yang bertujuan agar mereka (warga

binaan) menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi

3

Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada

Dharma Wanita, Penerbit DEPAG, 1984, h. 8

4

Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga Bahagia dan Sejahtera, (Jakarta: BP-4, 1994), h.3.

5

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, UU no.32 Tahun 1999, Syarat dan Tata Cara Hak

(14)

3

kesalahan tindak pidana yang sama sehingga di anggap berguna serta berperan

aktif bagi pembangunan bangsa, negara dan agama.

Pembinaan hampir sama juga dengan bimbingan dan penyuluhan.

Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan

atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di

masa kini dan masa mendatang.6 Dan juga dapat disebut sebagai suatu proses

membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kabahagiaan pribadi dan

kemanfaatan sosial.7 Sedangkan penyuluhan mengandung arti menerangi,

menasehati atau memberi kejelasan kepada orang lain, memahami atau

mengerti hal yang dialaminya.8 Jadi menurut penulis, Pembinaan hampir sama

dengan penyuluhan ataupun bimbingan yang sama-sama berusaha membentuk

manusia menjadi lebih baik dan istiqomah dalam kebaikan, dapat beradaptasi

dengan baik pula dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat melaksanakan

tugas dengan tanggung jawab dan sesuai dengan tuntunan agama.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa orang yang telahmelakukan

tindak pidana dan dijatuhi vonis oleh pengadilan akan menjalani hari-harinya

di dalam Rumah Tahanan atau Lembaga Pemasyarakatansebagai perwujudan

dalam menjalankan hukuman yang diterimanya. Di dalam Lembaga

Pemasyarakatan, orang tersebut akan menyandang status sebagai Narapidana

dan menjalani pembinaan yang telah diprogramkan. Pemasyarakatan sebagai

6

HM. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), Cet. Ke-4, h.18.

7

Abu Ahmad, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Semarang: Toha Putra, 1997), h.8.

8

(15)

tujuan pidana diartikan sebagai pemulihan kesatuan hubungan hidup,

kehidupan dan penghidupan yang hakiki, yang terjadi antara individu

pelanggar hukum dengan masyarakat serta lingkungannya. Dengan demikian,

Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas

pengayoman yang merupakan tempat untuk mencapai tujuan sistem

pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi9. Dengan

demikian tujuan diadakannya penjara sebagai tempat menampung para pelaku

tindak pidana dimaksudkan untuk membuat jera (regred) dan tidak lagi melakukan tindak pidana. Untuk itu peraturan-peraturan dibuat keras, bahkan

sering tidak manusiawi tapi perlu di ingat, saharjo mengungkapkan gagasan

mulianya di ulang tahun pemasyarakatan yang ke 50, “tiap orang adalah

manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun telah tersesat,

tidak boleh ditunjukan pada narapidana bahwa dia itu tersesat. Sebaliknya, ia

itu harus merasa bahwa ia dipandang dan diperlukan sebagai manusia.”10

Dengan banyaknya latar belakang tindak kejahatan para narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur, maka perlulah strategi dalam

pembinaan agama Islam dalam LAPAS tersebut. Sebagai upaya pengurangan

tindak pidana, Pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB

Cianjur memang mempunyai agenda yang terjadwal dan tersusun rapi.

Sehingga peneliti secara pribadi tertarik untuk mengkaji sejauh mana faktor

yang mendukung dan penghambat dalam pembinaan di lapas tersebut, dan

strategi yang digunakan pembinanya sehingga pengurangan terjadinya

9

Andi Wijaya Rivai, Pemasyarakatan dalam Dinamika Hukum dan Sosial, (Jakarta: Lembaga Kajian Pemasyarakatan, 2012). Cet. Ke-2, h.6

10

(16)

5

pengulangan tindak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur

dapat tercapai.

Dari uraian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan suatu

penelitian, maka peneliti mengambil judul penelitian dengan judul

“PEMBINAAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN

TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA BAGI

NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB

CIANJUR”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pembinaan agama Islam Sebagai Upaya

Pengurangan terjadinya pengulangan tindak pidana bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur?

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah

yaitu :

a. Bagaimanakah pembinaan agama Islam bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur?

b. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat

dalam pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIB Cianjur?

c. Strategi apakah yang digunakan dalam pembinaan agama Islam untuk

mengurangi terjadinya pengulangan tindak pidana bagi narapidana di

(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diutarakan di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Tujuan :

a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana pembinaan agama

Islam bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa apa yang menjadi faktor

pendukung dan faktor penghambat dalam pembinaan agama Islam di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa strategi apa yang digunakan

dalam pembinaan agama Islam untuk mengurangi terjadinya

pengulangan tindak pidana bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

2. Manfaat :

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi ilmu pembinaan agama Islam khususnya yang berhubungan

dengan Pembinaan Narapidana.

b. Secara praktis diharapkan bermanfaat dan membantu bagi semua

pihak, baik itu bagi Narapidana yang dilakukan pembinaan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur dan masyarakat pada

umumnya supaya dapat menerima para Narapidana yang telah

(18)

7

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang Pembinaan Agama Islam Lembaga Pemasyarakatan

telah banyak dilakukan. Berikut ini beberapa penelitian yang ada relevansinya

dengan judul skripsi peneliti antara lain:

Pertama: Metode Pembinaan Mental Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang” yang dilakukan oleh Warti Sasmiati pada tahun 2003. Penelitian ini menyebutkan bahwa:

1. Pelaksanaan Pembinaan mental Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Anak Wanita Tangerang sudah dapat dikategorikan baik dan berhasil.

Dengan indicator narapidana sudah mau mengikuti kegiatan pembinaan

mental yang diadakan oleh lembaga pemasyarakatan tersebut. Adapun

metode yang digunakan untuk memberikan Pembinaan Mental adalah

metode ceramah, pengajaran, pelatihan, Tanya jawab atau diskusi, praktek

dan metode individu.

2. Pelaksanaan Pembinaan Mental di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita

Tangerang dapat menumbuhkembangkan sikap sabar terhadap narapidana.

Karena dengan sikap sabar Napi di Lembaga Pemasyarakatan tersebut bisa

menerima keadaan mereka sekarang. Kecemasan dan ketakutan yang

mereka rasakan pada saat pertama kali berada di LPAWT lambat laun

memudar.

Kedua: Upaya Bimbingan Rohani Islam Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Rangkasbitung” yang

dilakukan oleh saudari Mariam pada tahun 2008. Bimbingan Rohani Islam

(19)

tinggi intensitas pelaksanaan bimbingan Rohani Islam di Rutan Kelas IIB

Rangkasbitung akan berdampak positif terhadap menurunnya rasa cemas dan

rasa tertekan narapidana. Atau sebaliknya, jika semakin rendah pelaksanaan

bimbingan Rohani Islam di Rutan Kelas IIB Rangkasbitung maka akan

semakin meningkatkan rasa cemas dan tertekan narapidana di Rutan tersebut.

Ketiga: Efektifitas Bimbingan Shalat Terhadap Perubahan perilaku Agresif Narapidana Napza Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Cirebon” yang dilakukan oleh saudari Laeli Amaliyah pada tahun 2013. Dalam penelitian ini hasil temuan yang ditemukan yaitu:

1. Pelaksanaan bimbingan shalat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Cirebon sudah cukup baik. Karena dengan adanya bimbingan shalat

tersebut ternyata hanya sedikit narapidana yang masih berperilaku agresif

saat mengikuti bimbingan shalat .

2. Efektifitas bimbingan shalat terhadap perubahan perilaku agresif

narapidana dapat dilihat dari perubahan perilaku narapidana dari sebelum

mendapatkan bimbingan shalat dan setelah mengikuti kegiatan tersebut.

Karena setelah mendapatkan bimbingan shalat tersebut para narapidana

merasa lebih tenang, jiwa mereka tentram, emosinya lebih terkontrol, serta

mempunyai perilaku yang lebih baik. Perilaku buruk lalunya yang sering

meninggalkan sholat sedikit demi sedikit telah banyak berubah menuju

perilaku yang sesuai agama. Jadi dari uraian tersebut, bimbingan shalat

membawa pengaruh positif bagi narapidana.

Dalam skripsi di atas nampak suatu persamaan dengan penelitian yang

(20)

9

skripsi ini adalah upaya mengurangi pengulangan tindak pidana. Sehingga

fokus tersebut menunjukkan perbedaan yang mendasar antara penelitian ini

dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat rancangan

penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan teoritis tentang pembinaan agama islam bagi narapidana, pengertian pembinaan agama islam, tujuan pembinaan agama

islam, pembinaan narapidana dan tujuannya, perbuatan pidana

dan pengulangan tindak pidan

BAB III : Metodologi penelitian, bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian, jenis penelitian, instrument penelitian, tempat dan

waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik analisa data teknik keabsahan data dan

teknik penulisan data.

BAB IV : Temuan hasil penelitian, dalam bab ini membahas gambaran umum lokasi penelitian, analisa hasil penelitian mengenai

pembinaan agama islam sebagai upaya pengurangan terjadinya

pengulangan tindak pidana bagi narapidana di lembaga

(21)

BAB V : Penutup, bab ini memuat scara singkat mengenai kesimpulan berdasarkan hasil penelitian serta saran-saran yang menjadi

(22)

11

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

PEMBINAAN AGAMA ISLAM BAGI NARAPIDANA DAN PENGULANGAN TINDAK PIDANA

A. Pembinaan Agama Islam bagi Narapidana 1. Pengertian Pembinaan Agama Islam

Pengertian pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah usaha atau tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya

guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik.1 Maksud

pembinaan disini untuk membentuk pribadi muslim yang ideal, yang

sesuai dengan tuntunan Al-Quran perlu diadakan suatu usaha pembinaan

yang maksimal agar tujuannya tercapai, yaitu bahagia dunia dan akhirat.

Sedangkan pengertian agama islam menurut Abu Ahmadi dalam bukunya

Pembinaan Agama Islam, Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk diteruskan kepada seluruh

umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan ibadah mua’malah

(syariah), yang menentukan proses berfikir, merasa, berbuat, dan proses

terbentuknya kata hati.

Agama Islam adalah risalah yang disampaikan kepada Nabi

sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk

dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang

nyata serta mengatur hubungan dan tanggung jawab kepada Allah. Agama

1

Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

(23)

merupakan ketentuan-ketentuan Tuhan Yang Maha Esa mengandung

nilai-nilai luhur, mulia dan suci yang dihayati dan diamalkan oleh para

pemeluknya masing- masing.2

Agama diartikan pula dengan kata Din dari bahasa arab yang mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan,

kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yang

merupakan hukum, yang harus dipatuhi orang. Agama selanjutnya

memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh

dengan Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama3. Tujuan agama

memanglah membina manusia baik-baik, manusia yang jauh dari

kejahatan.4 Dari segi lain, agama merupakan motivator, dinamisator dan

stabilisator terhadap manusia untuk berbuat. Melalui agama manusia

dengan kebesaran jiwanya sanggup berbuat kebaikan bahkan

menguntungkan pihak lain dengan tanpa mendatangkan keuntungan dunia

bagi dirinya sendiri. Hanya agama Islam-lah yang mampu membimbing

manusia secara langsung dan tidak langsung untuk mencapai kebahagiaan

dunia dan akhirat, bukan hanya kebahagiaan dunia saja. Karena dalam

Islam tidak ada pemisahan antara kepentingan dunia dan kepentingan

akhirat, antara urusan dunia dengan urusan akhirat. Tetapi segala sesuatu

apa saja di dunia ini, baik itu moral maupun material, adalah tidak ada

yang terlepas dari norma-norma agama.

2

DEPAG, Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Jakarta: Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Depag, 1983.h.1

3

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985). h.9 4

(24)

13

2. Tujuan Pembinaan

Pemasyarakatan merupakan institusi yang menjalankan peran untuk

melaksanakan pembinaan narapidana. Pelaksanaan pembinaan narapidana

berdasarkan system pamasyarakatan bertujuan untuk mengintegrasikan

kembali narapidana dalam kehidupan masyarakat.

Pelaksanaan pembinaan dalam Lapas dilaksanakan sejak penerimaan

seseorang narapidana di dalam lapas hingga masa pembebasannya menjadi

anggota masyarakat. Termasuk di dalam proses ini adalah pelaksaan

program-program pembinaan yang harus dijalankan selama menjalani pidana.

Program pembinaan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan

kualitas ketakwaan Kepada Alloh SWT, intelektual, sikap dan perilaku,

professional dan kesehatan jasmani. Yang meliputi program kemandirian dan

kepribadian.

Pembinaan kepribadian meliputi pembinaan kesadaran beragama,

kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan kemampuan intelektual,

pembinaan kesadaran hokum serta pembinaan mengintegrasikan diri dengan

masyarakat. Sedangkan pembinaan kemandirian meliputi kegiatan latihan

keterampilan, pertanian dan industry dan kegiatan yang dikembangkan

berdasarkan bakat yang dimiliki masing-masing.

Sebagaimana maksud yang di atas, dalam pelaksanaan yaitu melalui

suatu metode pembinaan yang mengedepankan interaksi langsung yang

bersifat kekeluargaan, terencana dan sistematis, dan bersifat persuasive

edukatif.5

5

(25)

Apabila di hubungkan dengan tujuannya maka pembinaan kepribadian

sangat terkait erat dengan upaya pemulihan hubungan hidup dan kehidupan

narapidana dengan masyarakatnya sedangkan pembinaan kemandirian sangat

erat dengan upaya pemulihan hubungan penghidupan narapidana (hubungan

narapidana dengan pekerjaannya). Jadi bisa dikatakan, pembinaan ini adalah

bekal untuk narapidana kembali untuk diterimanya sebagai anggota

masyarakat seutuhnya oleh masyarakat.

Dengan begitu pembinaan agama Islam ialah Suatu proses yang

bertujuan membantu orang mengenal agama Islam, untuk membetulkan dan

mengembangkan pengetahuan keagamaan yang sudah ada serta mendapatkan

pengetahuan baru untuk mencapai tujuan hidup yang benar, yang sedang

dijalani dalam kesehariannya. Pembinaan membantu orang mengenal

hambatan-hambatan, baik yang ada di luar maupun di dalam situasi hidup dan

kerjanya, melihat segi-segi positif dan negatifnya serta menemukan

pemecahan-pemecahan yang mungkin. Akan tetapi, pembinaan hanya mampu

memberi bekal. Dalam situasi hidup dan kerja nyata, orang yang menjalani

pembinaan harus bersedia mempraktekkan hasil pembinaannya. Karena

disamping kehendak dan tekad dari pihaknya, masih banyak faktor lain yang

ikut mempengaruhi seperti penerimaan, dukungan, kerjasama dari orang-orang

yang hidup dan bekerja bersamanya.6

6

(26)

15

3. Pembinaan Narapidana dan Tujuannya

Narapidana adalah orang hukuman7.Drs. Yusfar Lubis dkk memberi

pengertian narapidana adalah seorang terhukum yang dikenakan pidana

dengan menghilangkan kemerdekaannya ditengah-tengah masyarakat yang

telah mendapat keputusan pengadilan (Hakim)8. Lebih luas lagi, narapidana

adalah orang yang dijatuhi putusan pidana penjara oleh pengadilan karena

melanggar hukum yang telah ditetapkan dan ditempatkan di Lembaga

Pemasyarakatan atau rumah tahanan.

Dari segi definisinya, maka dapat diketahui bahwa ciri-ciri narapidana

adalah

a. Ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) atau Rumah Tahanan

(Rutan) negara.

b. Dibatasi kemerdekaannya dalam hal-hal tertentu. Misalnya kebebasan

bergaul dengan masyarakat, kebebasan bergerak atau melakukan aktifitas

di masyarakat.

Selain hal tersebut, seseorang yang dijatuhi pidana penjara dapat juga

dibebani dengan pencabutan hak-hak tertentu sebagaimana diatur dalam pasal

35 (1) KUHP yaitu :

a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu.

b. Hak memasuki angkatan bersenjata.

c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan

aturan-aturan umum.

7

Soedarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, 1992, hlm, 293 8

(27)

d. Hak menjadi penasehat atau pengurus menurut hukum, hak menjadi wali,

wali pengawas pengampu, atau pengampu pengawas atas orang yang

bukan anak sendiri.

e. Hak menjalankan kekuasaan Bapak, menjalankan perwalian atau

pengampuan atas anak sendiri.

f. Hak menjalankan pencahariaan tertentu9.

Pembinaan narapidana adalah penyampaian materi atau kegiatan yang

efektif dan efesien yang diterima oleh narapidana yang dapat menghasilkan

perubahan dari diri narapidana ke arah yang lebih baik dalam perubahan

berfikir, bertindak atau dalam bertingkah laku.

Secara umum narapidana adalah manusia biasa, seperti kita semua,

tetapi tidak dapat menyamakan begitu saja, karena menurut hukum ada

karakteristik tertentu yang menyebabkan seseorang disebut narapidana. Maka

dalam membina narapidana tidak dapat disamakan dengan kebanyakan orang

atau antara narapidana yang satu dengan yang lain. Pembinaan narapidana

harus menggunakan empat komponen prinsip-prinsip pembinaan narapidana,

yaitu sebagai berikut:

a. Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri. Narapidana sendiri yang harus

melakukan proses pembinaan bagi diri sendiri, agar mampu untuk

merubah diri ke arah perubahan yang positif.

b. Keluarga, yaitu keluarga harus aktif dalam membina narapidana. Biasanya

keluarga yang harmonis besrperan aktif dalam pembinaan narapidana dan

9

(28)

17

sebaliknya narapidana yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis

kurang berhasil dalam pembinaan.

c. Masyarakat, yaitu selain dukungan dari narapidana sendiri dan keluarga,

masyarakat dimana narapidana tinggal mempunyai peran dalam membina

narapidana. Masyarakat tidak mengasingkan bekas narapidana dalam

kehidupan sehari-hari

d. Petugas pemerintah dan kelompok masyarakat, yaitu komponen keempat

yang ikut serta dalam membina narapidana sangat dominan sekali dalam

menentukan keberhasilan pembinaan narapidana. Dengan dipakainya

sistem pemasyarakatan sebagai metode pembinaan narapidana, jelas

terjadi perubahan fungsi Lembaga Pemasyarakatan yang tadinya sebagai

tempat pembalasan berganti sebagai tempat pembinaan. 10

Bentuk pembinaan bagi narapidana menurut Pola Pembinaan

Narapidana/ tahanan meliputi:

a. Pembinaan berupa interaksi langsung sifatnya kekeluargaan antara

pembina dengan yang dibina

b. Pembinaan yang bersifat persuasif yaitu berusaha merubah tingkah laku

melalui keteladanan

c. Pembinaan berencana, terus menerus dan sistematis

d. Pembinaan keperibadian yang meliputi kesadaran beragama, berbangsa

dan bernegara, intelektual, kecerdasan, kasadaran hukum, ketrampilan,

mental spiritual. Sehubungan dengan pengertian pembinaan Sahardjo yang

dikutip oleh Petrus dan Pandapotan (1995:50) melontarkan pendapatnya

10

(29)

sebagai berikut: “Narapidana bukan orang hukuman melainkan orang

tersesat yang mempunyai waktu dan kesempatan untuk bertobat. Tobat

tidak dapat dicapai dengan penyiksaan melainkan dengan bimbingan.”

Sistem Pemasyarakatan (narapidana) itu sendiri dilaksanakan berdasarkan

asas:

1) Pengayoman

2) Persamaan perlakuan dan pelayanan

3) Pendidikan

4) Pembimbingan

5) Penghormatan harkat dan martabat manusia

6) Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan

7) Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan

orang-orang tertentu11.

Sistem Pemasyarakatan di samping bertujuan untuk mengembalikan

Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik, juga bertujuan untuk

melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh

Warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan bagian yang

tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Menurut Pasal 2 UU No 12 Tahun 1995 tentang tujuan pembinaan

warga binaan adalah membentuk warga binaan Pemasyarakatan agar menjadi

manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak

mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara

11

(30)

19

wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab12. Islam sebagai

Agama yang Rahmatan lil ‘alamin telah memberikan banyak petunjuk untuk

umat manusia sebagai hamba Allah untuk selalu berada pada jalan-Nya

melalui Al-Qur’an. Oleh Karena itu, tindak pidana kriminalitas yang

dilakukan seseorang sebagai implikasi dari krisis moralitas yang melanda

masyarakat harus ada yang mencegah dan mengajaknya kembali ke jalan

ma’ruf. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT,















dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf13 dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imron: 104)

Selain pembinaan keahlian yang diberikan kepada warga binaan,

pembinaan agama juga perlu sebagai pembentuk kepribadian warga binaan

yang diharapkan mampu mendekatkan diri pada Tuhan sehingga dapat

memperoleh keselamatan baik di dunia maupun akhirat.

B. Pengulangan Tindak Pidana 1. Perbuatan Pidana

Pidana menurut prof. Sudarto, SH adalah penderitaan yang sengaja

dibebankan kepada ornag yang melakukan perbuatan yang memenuhi

syara-syarat teretntu. Menurut Prof. Roeslan Saleh Pidana diartikan

sebagai reaksi atas delik, dan berwujud suatu nestapa yang sengaja

12

Andi Wijaya Rivai, Pemasyarakatan dalam Dinamika Hukum dan Sosial, (Jakarta: Lembaga Kajian Pemasyarakatan, 2012). Cet. Ke-2, h.35

13

(31)

ditimpakan negara pada pembuat delik tersebut. Dari definisi tersebut

maka bisa di simpulkan bahwa pidana mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pidana itu pada hakikatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan

atau nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan.

b. Pidana tersebut diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang

mempunyai kekuasaan (oleh yang berwenang)

c. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak

pidana menurut undang-undang.14

Sedangkan Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh

suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sangsi) yang berupa

pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larang tersebut. Adapun

istilah yang biasa digunakan adalah kata “tindak pidana”15

. Apapun

kalimat yang dugunakan, kata-kata tersebut adalah salinan dari istilah

Belanda “strafbaar feit”, bahwa strafbaar feit adalah kelakuan (handeling)

yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang

berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang

mampu bertanggungjawab. Dapat juga dikatakan perbuatan pidana adalah

perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja

diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan

atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman

pidananya ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejahatan itu.

perbuatan dalam perbuatan pidana mempunyai arti yang abstrak yaitu

suatu pengertian yang merujuk pada dua kejadian yang kongkrit yaitu:

14

Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. (Bandung: PT Alumni, 2010) Cet. Ke- 4. h.2-4

15

(32)

21

a. adanya kejadian yang tertentu,

b. adanya orang yang berbuat yang menimbulkan kejadian tersebut.16

2. Pengulangan Tindak Pidana

Recidivist atau pengulangan tindak pidana mengandung pengertian bahwa orang yang mengulangi delik dalam jangka waktu yang ditentukan

undang-undang; misalnya, perbuatan melakukan delik lagi dalam jangka

waktu 12 tahun sejak putusan hakim yang berkekeuatan hokum yang tetap

atau sejak pidana dijalani seluruhnya, atau sebagainya. 17 dengan kata lain

tindak pidana tersebut melakukan suatu tindak pidana lagi. Pengertian dari

recidivis hampir sama dengan seseorang yang melakukan lebih dari satu tindak pidana, tetapi perbedaannya ada pada ditetapkannya Putusan Hakim yang bersifat tetap yang berupa pemidanaan terhadap tindak pidana yang

dilakukan terdahulu atau sebelumnya.

Recidive terbagi menjadi dua jenis yaitu recidive umum (general recidive) dan Recidive khusus (special recidive). Recidive umum adalah pengulangan terhadap setiap tindak pidana yang dilakukan dalam waktukapan

saja, merupakan alasan untuk pemberatan pidana. Residive khusus adalah sistem pemberatan pidana dimana tidak semua tindak pidana yang diulangi

masuk kategori sebagai recidive. Pemberatanpidana hanya dilakukan terhadap pengulangan tindak pidana tertentudan yang dilakukan dalam tenggang waktu

tertentu pula.18

16

Wirjono Prodjodikoro. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2003), h. 60-61

17

Andi Hamzah, jur. Terminology Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. Ke-2. h.25.

18

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang di pakai dalam

pengumpulan data analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan

yang diselidiki. Penggunaan metodelogi ini di maksudkan untuk menentukan data

akurat dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan untuk

mengungkapkan permasalahan yang diteliti.

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode untuk

memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya1.

2. Pendekatan Penelitian

Sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah

keunggulan, juga memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah

sesuatu hal yang wajar dan universal. Meskipun demikian, tidak berarti

sebuah pendekatan menjadi tidak sah atau tidak penting untuk digunakan.

Sebab, persoalannya tidak terletak pada bagaimana menggunakan dan

menempatkan sebuah pendekatan (dengan keunggulan dan kelemahan

1

(34)

23

yang melekat padanya) dalam suatu studi dengan masalah yang relevan

ditelaah menurut logika pendekatan tersebut.2

Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengungkapkan makna

aksi-aksi individu dan interaksi- interaksi antar-individu. Oleh karena

hendak mengkaji aksi-aksi atau hal-hal yang dilakukan individu sehingga

penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, dengan hasil akhir

berupa kata-kata tertulis. Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa

metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data diskriptif berupa kata-kata tertulis.3 Obyek kajian dalam penelitian ini

adalah konsep pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIB Cianjur untuk mengurangi pengulangan tindak pidana.

B. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengggunakan metode observasi, maka

instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi

segalanya dalam keseluruhan proses penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan kelas IIB Cianjur, Jl. Aria Cikondang No.75 Cianjur 43213.

Di mulai pada tanggal 30 Maret 2014 sampai 30 Juni 2014.

Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini

adalah:

2

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), hal 3.

3

(35)

1. Lokasi penelitian mudah di jangkau oleh peneliti.

2. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur adalah salah satu unit

pelaksana teknis di kementerian Hak Asasi Manusia yang memberikan

Pembinaan, Pengayoman dan Pembimbingan narapidana4.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek Penelitian ini sebanyak tujuh orang yang terdiri dari Pembina

Agama Islam, Kepala Lapas, Ketua Rohis Lapas dan Napi Recidivis Lapas

kelas IIB Cianjur. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah Pembinaan

Agama Islam sebagai upaya pengurangan terjadinya pengulangan tindak

pidana bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Cianjur.

Adapun teknik pengambilan informan dengan menggunakan teknik

bola salju. Dalam teknik ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa orang

yang memenuhi criteria untuk dijadikan informan. Mereka kemudian menjadi

sumber informasitentang orang-orang lain yang dapat juga dijadikan

informan. Orang-orang yang ditunjukan ini kemudian dijadikan anggota

informan dan selanjutnya diminta untuk menunjuk orang lain lagi yang

memenuhi criteria menjadi anggota informan. Prosedur ini dilanjutkan sampai

jumlah anggota informan yang diinginkan terpenuhi.5

Dengan demikian baerdasarkan pemilihan informan di atas, penetapan

subjek pertama di mulai dari Pembina Agama Islam yaitu yang memeberikan

pembinaan agama di pesantern terpadu At-Taubah LAPAS Kelas IIB Cianjur.

Pembina Agama memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti

kemudian menganalisis dan mengembangkan informasi yang diberikan oleh

4Profil Lapas kelas IIB Cianju

r. h.2 5

(36)

25

informan pertama. Kemudian informan pertama memeberikan petunjuk atau

saran siapa yang layak menjadi informan selanjutnya berkenaan dengan data

yang diinginkan peneliti.

E. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. 6 Sumber

data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan7. Sehingga sumber data dalam penelitian ini

terdiri dari 2 (dua) sumber yang keduanya masing-masing menghasilkan

data-data. Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:

1. Data Primer.

Data primer diperoleh dari penelitian di lapangan, yaitu dari para

pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber diantaranya Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur, Petugas Pembinaan

Agama di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur serta beberapa

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

2. Data Sekunder.

Dalam penelitian ini data sekunder yang peneliti gunakan adalah

sejumlah kepustakaan yang relevan dengan penelitian yang hendak

disusun namun sifatnya hanya pendukung, diantaranya buku yang

membahas tentang masalah sosial, pembinaan agama, dan sumber

pendukung lainnya yaitu internet, jurnal-jurnal, surat kabar dan lain

sebagainya

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h.107. 7

(37)

Menurut Waluyo Pengumpulan data akan dapat dilakukan

dengan baik, jika tahap sebelumnya sudah dilakukan persiapan secara

matang. Sebelum melakukan pengumpulan data ke lapangan, maka hal-hal

yang perlu dipersiapkan atau disediakan adalah surat izin penelitian,

pedoman wawancara, alat tulis menulis dan lain-lain yang dianggap

penting. Berdasarkan sumber data diatas, maka pengumpulan data pada

penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai

berikut:

a. Studi Lapangan (field research).

Studi lapangan ini dilakukan untuk memperoleh data primer

yang akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini.

Data primer tersebut diperoleh dari para pihak yang telah ditentukan

sebagai informan atau narasumber diantaranya Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur dan Petugas Pembinaan Agama di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

b. Studi Kepustakaan (library research).

Studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau

mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil

pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

F. Asumsi Penelitian

Peneliti dalam hal ini mengasumsikan bahwa pembinaan agama islam

narapidana adalah cara-cara, pendekatan dan metode yang digunakan oleh

(38)

27

pengamatan awal peneliti datang ketempat lokasi yang kebetulan waktu itu

sedang berlangsungnya pembinaan narapidana.

Peneliti menduaga bahwa pelaksanaan pembinaan tersebut sangatlah

memerlukan metode yang tepat atau strategi yang relevan dikarenakan

narapidana tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda, sehingga

seorang Pembina harus bisa memahami kondisi psikologis dari napi tersebut.

Sehingga pembinaan agama islam yang dilakukan dapat berjalan dengan

efektif dan mengena pada napi dan akan membantu napi tersebut dalam

pemulihan ahklak dan ketika bebas dan kembali ke masyarakat maka

masyarakat akan menerima napi tersebut seutuhnya.

Berdasarkan pengamatan seorang peneliti bahwa tempat tinggal

mereka cukup kondusif, walaupun satu kamar hampir terisi oleh 6 atau 7

napi.mereka tinggal dalam kamar tersebut ada napi yang sudah ditokohkan

sehingga bisa jadi contoh buat napi yang lainnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik pengambilan data yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Wawancara.

Wawancara adalah metode pengumpulan data atau informasi

dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab

dengan lisan pula sehingga percakapan tersebut mengandung maksud

tertentu seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 266), antara lain;

(39)

tuntutan, kepeduliaan dan lain-lain.8. Peneliti terlebih dahulu membuat

sejumlah daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan tujuan penelitian,

yaitu menyangkut pembinaan agama Islam. Sedang dalam pelaksanaan

wawancara peneliti tidak hanya terpaku pada daftar yang telah disusun,

sebab nanti dimungkinkan ada tambahan pertanyaan kepada informan.

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari

pihak-pihak yang mengetahui tentang Pola Pembinaan Narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur yang dilakukan, antara lain:

a. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

Dari hasil wawancara diharapkan dapat memperoleh data-data

tentang kondisi, lingkungan, kegiatan, serta latar belakang para

narapidana dan data-data secara umum seputar Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

b. Kepala Seksi Bimbingan Napi/ Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIB Cianjur.

Dari hasil wawancara yang dilakukan, diharapkan memperoleh

data-data kegiatan, jadwal, metode, strategi, target, dan hasil

peningkatan para warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB

Cianjur.

c. Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

Dari hasil wawancara diharapkan mendapat jawaban-jawaban

tentang perasaan, kondisi sebelum dan sesudah, untuk mengetahui

ketercapaian pembinaan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIB Cianjur.

8

(40)

29

2. Observasi

Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data yang akurat

mengenai model pembinaan yang digunakan dalam membina para

narapidana, dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap obyek

dengan menggunakan seluruh panca indera.9 Pada metode ini peneliti

mengamati kegiatan yang dilakukan para narapidana, baik dalam kegiatan

pembinaan maupun kegiatan individu seperti sholat dan lain sebagainya.

Diharapkan dari pengamatan ini dapat memberi gambaran nyata tentang

pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh petugas pembinaan dan

dampak yang ditunjukkan oleh para narapidana.

3. Studi Dokumen

Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record

yang dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti sedangkan

record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau

lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa dan lain-lain.10

Sehingga studi tersebut memudahkan peneliti dalam mencari data-data

mengenai hal-hal atau variabel berupa arsip-arsip, dokumen-dokumen

maupun rekaman kegiatan/ aktivitas pembinaan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

H. Analisis Data

Setelah data terkumpul secara lengkap, maka tahap selanjutnya adalah

analisis data. Seluruh data yang terkumpul diolah sedemikian rupa sehingga

9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 145.

10

(41)

tercapai suatu kesimpulan. Mengingat data yang ada sifatnya beragam, maka

teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.

Analisis data kualitatif ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data

yang telah diperoleh, kemudian dihubungkan dengan literatur-literatur yang

ada atau teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Kemudian

dicari pemecahannya dengan cara menganalisa, yang pada akhirnya akan

dicapai kesimpulan untuk menentukan hasilnya. Model analisis data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data interaktif.

Menurut HB Sutopo, analisis data model ini memerlukan tiga komponen yaitu

reduksi data, sajian data serta penarikan data atau verifikasi. Dalam model

analisis data intreraktif, peneliti tetap bergerak di antara ketiga komponen tadi

dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data

berlangsung. Setelah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak diantara

tiga komponen utama analisa untuk menarik kesimpulan dengan verifikasi

berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data..

Teknik analisis ini mempunyai tiga komponen dasar, yaitu:

1. Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ada

dalam catatan yang diperoleh di lapangan. Data yang diperoleh selama

penelitian baik melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan

petugas Lembaga Pemasyarakatan dan narapidana ditulis dalam catatan

yang sistematis.

2. Penyajian Data, berupa sekumpulan informasi yang telah tersusun yang

(42)

31

tindakan. Data yang sudah diperoleh selama penelitian kemudian disajikan

dalam bentuk informasi-informasi yang sudah dipilih menurut kebutuhan

dalam penelitian. Setelah peneliti mendapatkan data-data yang

berhubungan dengan pelaksanaan model pembinaan narapidana, kemudian

data tersebut diuraikan dalam bentuk pembahasan model pembinaan

narapidana.

3. Penarikan kesimpulan, merupakan langkah terakhir dalam analisis data.

Penarikan kesimpulan didasarkan pada reduksi data.11

I. Teknik Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki

criteria, yaitu sebagai berikut:

1. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu

dapat dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain , dalam hal ini penulis

membandingkan jawaban yang diberikan oleh pembina dengan

narapidana mengenai pembinaan agama islam yang dilaksanakan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

b. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen dan hasil

observasi (kegiatan sehari hari) yang berkaitan.

11

(43)

2. Ketekunan dan Keajegan Pengamatan

Ketekunan pengamatan yakni, menemukan ciri-ciri dan unsure

dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang

dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,

maksudnya penulis hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai

dengan rumusan masalah saja.

J. Teknik Penulisan Data

Untuk lebiih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan teknik

penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan

Disertasi yang di susun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan diterbitkan

oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif

(44)

33

BAB IV

HASIL ANALISIS PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur.

1. Profil Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur

IDENTITAS UPT

Nama UPT : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur

Alamat Kantor : Jl. Aria Cikondang No.75 Cianjur 43213

No. Telepon Kantor : ( 0263 ) 261601

No. Fax kantor : ( 0263 ) 2289536

E-Mail Kantor : lapascjr@yahoo.co.id

/lapasklasiibcianjur@yahoo.com

DasarPembentukan : Kepmen Kehakiman Republik Indonesia No. M.05.PR.07.03 Tahun 2003

SejarahSingkat : Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur berdiri sejak 1951 yang semula beralamat di Jalan Siliwangi Cianjur. Kemudian pada Tahun 1958 pindah ke Jalan Aria Cikondang No. 75 yang mulai dibangun Tahun 1954 dan baru ditempati pada Tahun 1958.

Sebelum menjadi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur, adalah Rumah Tahanan Negara Kelas II B Cianjur.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.05.PR.07.03 Tahun 2003 Tentang Perubahan Status Rumah Tahanan Negara Menjadi Lembaga Pemasyarakatan.

Maka terhitung tanggal 16 April 2003 beralih Status dari Rumah Tahanan Negara Kelas II B Cianjur Menjadi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur.

Letak Geografis : Letak Gegografis Lapas Kelas IIB Cianjur di tengah – tengah kota Kabupaten Cianjur Yang menghadap kebagian utara tepat Jl. Aria Cikondang dan sebelah barat Jl. Siliwangi

(45)

Tugas Pokok dan Fungsi : a. Melakukan pembinaan narapidana/anakdidik. b. Memberikan Bimbingan Mempersiapkan

sarana dan mengelola Hasil Kerja.

c. Melakukan Bimbingan Sosial / Kerokhanian Narapidana / Anak Didik

d. Melakukan Pemeliharaan Keamanan dan Tata Tertib LAPAS

e. Melakukan Tata Usaha dan Rumah Tangga.

Menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar dapat Berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan Bertanggung jawab. ( Pasal 3 UUD No.12 Th.1995 tentang Pemasyarakatan

Visi : Memberikan Pelayanan Yang Akuntabel dan Transparan Serta Membentuk WARNA (Warga Binaan) Yang Berakhlaqul Karimah.

Misi : 1. Memberi Kemudahan Pelayanan, Menghilangkan Komersialisasi dan Diskriminasi Serta Menyediakan Hak-Hak Warga Binaan (WARNA);

2. Meningkatkan Aspek-Aspek Mental Rohani dan Kemampuan Serta Keterampilan Yang Berbasis Kebutuhan di Masyarakat;

3. Mengepankan Profesionalisme dan Keterbukaan Kepada Masyarakat.

Motto : BERBUNGA (Bersih, Berbudaya, Mengayomi, Agamis)

INVENTARISASI BMN

Luas Tanah : 15.500 M2

Luas Bangunan : 2.560,64 M2

Rumah Dinas : 11 Unit

Jumlah Kendaraan Roda 2 :1. Honda Supra Nomor Polisi F 4193 W 2. Honda WIN Nomor Polisi F 3761 W

(46)

35

SUMBER DAYA MANUSIA

Kepala UPT Masa Ke Masa :

1. ZAINAL RADINAS, Bc.IP 1970 s/d 1974

2. MUJAHID ARIFIN, Bc.IP 1978 s/d 1986

3. URIF SUPARNO, Bc.IP, SH 1986 s/d 1983

4. WAWAN HENDRAWAN, BC.IP, SH 1993 s/d 1997

5. Drs. SUPRIYADI, Bc.IP, SH, MH 1997 s/d 2000

6. SUDIANTO, Bc.IP, SH 2000 s/d 2002

7. ARIEF HIDAYAT, Bc.IP, SH 2002 s/d 2005

8. Drs. DARDIANSYAH, Bc.IP, MH 2005 s/d Desember 2007

9. N. MULIA, Bc.IP, S.Sos Jan 2008 s/d 2009

10.H. AHMAD HIDAYAT, Bc.IP, SH, M.Si 2009 s/d 2010 11.SAHAT PHILIPS PARAPAT Bc.IP, SH, MH 2010 s/d 2012 12.TRI SAPTONO SAMBUDJI Bc.IP, SH, M.AP 2012 s/d Sekarang

Jumlah Pegawai

No. Kepegawaian Laki-lakiPerempuan

1 Jumlah Pegawai Seluruhnya 62 5

2 Jumlah dokter umum -

-3 Jumlah dokter gigi -

-4 Jumlah perawat - 2

5 Jumlah bidan -

-6 Jumlah konselor -

-Psikologi -

-Umum -

-7 Jumlah tenaga Manajemen Kasus -

-8 Jumlah tenaga Laboratorium/ Analis Kesehatan -

-9 Jumlah tenaga Bintal dan Rohani -

-PRESTASI

Program Unggulan : 1. Pesantran Terpadu At – Taubah 2. Penjahitan Kaos dan Training 4. Pembuatan Kandang Ayam Pelung 5. Peternakan Ayam Pelung

Penghargaan :

1. Penghargaan dari Menteri Hukum dan HAM RI sebagai Lapas Unggulan Berbasis Pesantren Terpadu At-Taubah

2. Piagam Penghargaan dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Direktorat Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan dengan Nomor Piagam : PAS7.PK.01.05.09-933 atas upaya peningkatan pembinaan dalam bidang

(47)

pemasyarakatan tertanggal 28 Agustus 2012. Direktorat Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan, Rachmat Pri Sutardjo di cap dan ditandatangani. 3. Penghargaan Bimker Bamkit tentang Pembuatan Kandang Ayam Pelung

dan Penjahitan Kaos Training1

2. Profil Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur

a. Latar Belakang Terbentuknya Pesantren Terpadu

Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB

Cianjur tercetus pada saat acara peringatan Maulid Nabi Muhammad

SAW, hari senin tanggal 13 Februari 2012 di Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIB Cianjur yang dihadiri oleh Bupati Kab. Cianjur, Ketua DPRD

Kab. Cianjur dan Ketua MUI Kab. Cianjur serta undangan lainnya. Pada

saat acara tersebut dari wakil WBP menyampaikan permohonan kepada

ketua MUI untuk membantu pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas

IIB Cianjur tentang pembinaan keagamaan, permohonan ini ditegaskan

lagi oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cianjur kepada ketua

MUI Kab. Cianjur dan terbesit bahwa di Lembaga Pemasyarakatan

dibentuk Pesantren mengingat dari segi bangunan sudah ada, santri sudah

ada, tinggal ustad dan program pembinaan yang belum ada.

Pembuatan SK bersama antara Kepala Lembaga Pemasyarakatan

dengan MUI Kab. Cianjur. Menindak lanjuti permohonan Kepala

Lembaga Pemasyarakatan tentang Pembinaan Agama oleh MUI Kab.

Cianjur di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cianjur, MUI Kab. Cianjur

mengundang rapat kerja pada tanggal 16 april 2012 yang dihadiri oleh

1

(48)

37

Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Kasi Binadik dan giatja, Ka KPLP,

Kasubsi Registrasi dan Bimkemas, Kasubsi Perawatan dan Staf KPLP

sedangkan dari pihak MUI Kab. Cianjur dihadiri oleh Ketua Umum MUI,

Sekretaris Umum, Seksi Pembinaan dan Para Pimpinan Pondok Pesantren

se Kabupaten Cianjur. Hasil Rapat Kerja tersebut disepakati adanya

kegiatan pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB

Cianjur oleh MUI Kab. Cianjur berupa Pesantren Terpadu serta

pembentukan tim pelaksana kegiatan yang terdiri dari unsur MUI Kab.

Cianjur dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cianjur.

Menindak lanjuti hasil rapat kerja, Tim segera menyusun rencana

kerja kegiatan Pesantren Terpadu dan untuk keabsahan kegiatan tersebut

dibuatlah Surat Keputusan Bersama antara Kepala Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Cianjur dengan Ketua MUI Kab. Cianjur sebagai

landasan dalam melaksanakan Pesantren Terpadu di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Cianjur, termasuk didalamnya penetapan Tim

Pelaksana Kegiatan.

Surat Keputusan Bersama antara KaLembaga Pemasyarakatan dan

Ketua MUI Kab. Cianjur ditandatangani pada tanggal 1 Mei 2012 sekitar

pukul 09.00 wib diruang Kepala Lembaga Pemasyarakatan Cianjur dan

sekaligus merencanakan tanggal peresmian Pesantren Terpadu yang

disepakati hari Rabu tanggal 9 Mei 2012 sekitar pukul 10.00 wib serta

pembuatan proposal kegiatan untuk mendapat dukungan dari Bupati Kab.

Cianjur, SK Bersama tersebut mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu

(49)

b. Tujuan Pembentukan Pesantren Terpadu

Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB

Cianjur dibentuk dan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

1) Tujuan Jangka Panjang

a) Menjadikan Lapas Cianjur sebagai Lapas Pusat Pendidikan Islam

bagi WBP baik intern maupun ekstern WBP di luar Lapas Cianjur.

b) Menghasilkan Ex-WBP yang mempunyai pengetahuan tentang

Agama Islam dan menjadi Pelopor Deradikalisasi di masyarakat.

c) Membangun stigma positif terhadap Lembaga Pemasyarakatan,

WBP dan Ex-WBP.

d) Ex-WBP mudah diterima masyarakat karena terjadi transformasi

jiwa, WBP bisa menjadi panutan masyarakat (contoh :

Ex-WBP memiliki sertifikat dengan kompetensi mampu membaca

Al-Qur’an, memahami Fiqih, Na

Referensi

Dokumen terkait

Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas

Terminal Tanjungpandan Kabupaten Belitung adapun persoalan terkait dengan konektivitas yaitu tidak adanya angkutan kota (angkot) yang melayani penumpang menuju

Dari ketiga jenis formulasi tepung terigu dan daun singkong bubuk pada pembuatan nugget vegetarian jamur merang ini, formulasi TT:DSB 75:25 lebih direkomendasikan untuk

Berdasarkan analisis di atas, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi “Penerapan konseling kelompok realita teknik WDEP

Dalam beberapa kejadian gempa bumi di kota besar di Indonesia, seperti di Aceh, Jogja dan Padang, telah dijumpai bahwa kerusakan bangunan dan besarnya korban jiwa yang terjadi

Berdasarkan desain lintasan belajar yang telah dirancang dan dilakukan oleh peneliti, lintasan belajar untuk memahami operasi hitung campuran didesain dalam 4 aktivitas

Kaji terap yang dilaksanakan adalah perbaikan mutu pakan dengan penambahan UMB pada sapi Limousin sedangkan perubahan yang diamati adalah laju pertambahan bobot

Kandou Manado sebagian besar menunjukan tidak cemas dan tidak hilang kendali, serta terdapat hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan stres hospitalisasi pada anak usia