• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DAN TIPE STAD DI KELAS VIII SMP NEGERI 35 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DAN TIPE STAD DI KELAS VIII SMP NEGERI 35 MEDAN."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT DAN TIPE STAD DI KELAS VIII SMP NEGERI 35 MEDAN

Oleh : Rukiah Harahap Nim. 4113111069

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan sesuai waktu yang direncanakan.

Skripsi Yang Berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Tipe STAD di Kelas VIII SMP Negeri 35 Medan” ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Mulyono, S.Si, M.Si, Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S., Dr. M. Manullang, M.Pd selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukannya kepada penulis demi perbaikan penyelesaian penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan FMIPA Unimed, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika. Serta Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris jurusan dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Prodi Jurusan Matematika FMIPA Unimed yang telah membantu penulis.

(4)

v

juga selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman terbaikku, teman-teman seangkatan 2011 khususnya buat kelas C Reguler, Khairun Nisak Nasution, Intan Kurniati, Layla Fadhilah, Eka Rezki Nopianty dan semua temen-teman Dik C 2011 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih juga buat teman seperjuangan Nurul ‘Ilmi 2011 Medan, Nuril Islami Nasution, Afni Indah Pertiwi Rambe, Sukma Rahmadhani Siregar, Yasser Pardamean Lubis, Dedi Satriawan Siregar, M. Azan Zuhri Daulay, Ali Nasri Harahap, dan semua teman-teman Nurul ‘Ilmi 2011 Medan yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, adik-adik junior dan kakak-kakak senior di jurusan Matematika Unimed yang selalu memberi doa, mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka. Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(5)

iii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT DAN TIPE STAD DI KELAS VIII SMP NEGERI 35 MEDAN

Rukiah Harahap (NIM : 4113111069) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan tipe Students Team Achievement Division (STAD) di kelas VIII SMP N 35 Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi seluruh siswa SMP N 35 Medan Tahun Ajaran 2014/2015, sebagai sampel diambil dua kelas secara acak yaitu satu sebagai kelas eksperimen I dan satu sebagai kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I diberikan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar (posttes) siswa di kelas eksperimen I sebesar 71,23, dan di kelas eksperimen II sebesar 60,17. Hasil perhitungan uji dua arah statistik-t diperoleh nilai thitung = 2,3592 dan

ttabel = 1,994, thitung tidak berada dalam interval 1,994thitung1,994 yang berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Selanjutnya berdasarkan perhitungan uji

satu arah statistik-t diperoleh nilai thitung = 2,3592 dan ttabel = 1,6674, thitung > ttabel

yang berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 6

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 9

2.1.1.1 Pengertian Belajar 9

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika 11

2.1.2 Hasil Belajar 14

(7)

vii

2.1.4.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT 28

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 29 2.1.5.1 Komponen Utama Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 29 2.1.5.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 32 2.1.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD 33

2.1.6 Materi Kubus dan Balok 34

2.2 Kerangka Konseptual 43

2.3 Hipotesis Tindakan 45

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu penelitian 46

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 46

3.3 Variabel Penelitian 46

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 47

3.4.1 Jenis Penelitian 47

3.4.2 Desain Penelitian 48

3.5 Prosedur Kegiatan Penelitian 48

3.6 Instrumen Pengumpulan Data 50

3.6.1 Tes 50

3.6.2 Validitas Tes 51

3.6.3 Reliabilitas Tes 51

3.6.4 Tingkat Kesukaran Soal 52

3.6.5 Daya Pembeda Soal 53

3.7 Teknik Analisis Data 54

3.7.1 Menghitung Rata-Rata Skor 54

3.7.2 Menghitung Standard Deviasi 54

3.7.3 Uji Normalitas 55

3.7.4 Uji Homogenitas 55

(8)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 58

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 58 4.1.1.1Penilaian Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen

1 dan 2 58

4.1.2 Analisis Hasil Penelitian 59

4.2.2.1 Uji Normalitas 59

4.2.2.2 Uji Homogenitas 59

4.2.2.3 Uji Hipotesis 60

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 64

5.2 Saran 64

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif 20 Tabel 2.2 Lembar Skor Permainan 26 Tabel 2.3 Pedoman Menghitung Poin Turnamen untuk

Empat Pemain 26

Tabel 2.4 Pedoman Menghitung Poin Turnamen untuk

Tiga Pemain 27

Tabel 2.5 Pedoman Menghitung Poin Turnamen untuk

Dua Pemain 27

Tabel 2.6 Penghargaan kelompok 28

Tabel 2.7 Perhitungan Skor Perkembangan 31 Tabel 2.8 Tingkat Penghargaan Kelompok 31 Tabel 2.9 Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD 32 Tabel 3.1 Matriks Desain Penelitian 48 Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal 52 Tabel 4.1 Data hasil belajar kelas eksperimen 1 (TGT)

dan eksperimen 2 (STAD) 58

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Penempatan pada Meja Turnamen 24

Gambar 2.2 Sisi/ Bidang Kubus 34

Gambar 2.3 Diagonal Bidang Kubus 35

Gambar 2.4 Diagonal Ruang Kubus 35

Gambar 2.5 Bidang Diagonal Kubus 36

Gambar 2.6 Sifat-sifat Kubus 36

Gambar 2.7 Jaring-jaring Kubus 37

Gambar 2.8 Sisi/ Bidang Balok 38

Gambar 2.9 Diagonal Bidang Balok 39

Gambar 2.10 Diagonal Ruang Balok 39

Gambar 2.11 Bidang Diagonal Balok 40

Gambar 2.12 Jaring-jaring Balok 41

Gambar 2.13 Luas Permukaan Balok 41

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan sekarang ini sangat pesat. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kehidupan warga negaranya. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab. Trianto (2009:1) mengemukakan bahwa:

Pendidikan adalah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Oleh karena itu, maka pendidikan adalah hal yang wajib dimiliki setiap orang, sejak usia belia sampai usia dewasa sebagai bekal dimasa depan untuk kehidupan yang layak.

Pendidikan dapat berlangsung secara informal maupun formal. Dalam pendidikan formal, pembelajaran berlangsung secara teratur dan terarah dan mendapat kontrol dari negara. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Indonesia adalah adalah matematika. Matematika mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan bahwa:

(12)

2

luas dalam berbagai aspek kehidupan manusia, telah menyebabkan bergesernya pandangan dari matematika sebagai ilmu statik ke matematika sebagai ilmu yang bersifat dinamik generatif. Perubahan pandangan ini telah berimplikasi pada berubahnya aspek pedagogis dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada matematika sebagai pemecahan masalah dan pengembangan kemampuan berfikir matematik.

Begitu pula dengan Cockroft (dalam Abdurrahman 2012:204) mengemukakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa matematika sangat penting untuk diajarkankan kepada semua siswa karena kontribusinya sangat luas dan berguna dalam segala segi kehidupan manusia.

Tetapi pada kenyataannya, banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran matematika. Seperti yang dipaparkan oleh Abdurrahman (2012:202) bahwa “Matematika merupakan bidang studi yang paling dianggap sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang

berkesulitan belajar.” Sehingga karena merasa tidak mampu dalam mata pelajaran

matematika, maka tak jarang dari para siswa enggan untuk mempelajarinya. Oleh karena itu bukan tidak mungkin hasil belajar matematika siswa cenderung kurang maksimal.

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar.

(13)

3

bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, Ulangan Akhir semester dan sebagainya.

Hasil wawancara peneliti pada tanggal 03 Februari 2015 dengan salah seorang guru matematika kelas VIII di SMP N 35, mengatakan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII di SMP N 35 Medan tahun sebelumnya pada materi Kubus dan Balok masih sangat rendah. Dari semua siswa, yang mencapai ketuntasan hasil belajar hanya 25%, berarti ada 75% lagi yang belum tuntas. Hal ini diakibatkan oleh siswa malas belajar karena menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit. Apabila guru sedang menjelaskan materi, masih banyak siswa yang berbicara atau main-main dengan teman sebangkunya. Apabila guru bertanya kepada siswa tentang materi yang baru saja diajarkan, kebanyakan siswa diam saja dan tidak merespon pertanyaan dari guru. Sebagian besar siswa tidak berani bertanya kepada guru jika mereka belum memahami materi yang diajarkan. Siswa juga susah untuk menumbuhkan motivasi dalam diri mereka untuk belajar matematika. Pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada pola pembelajaran yang didominasi oleh guru. Keterlibatan siswa selama ini masih belum optimal. Dan guru juga harus memantau siswa setiap saat agar siswa tersebut mau belajar dan mengerjakan apa yang dikatakan guru.

Hal yang sama juga terjadi sewaktu peneliti menjalani program PPLT di SMP S Harapan Bangsa Kuala, 80% siswa mempunyai hasil belajar yang rendah pada pelajaran matematika karena siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit.

(14)

4

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.

Menurut Joyce dalam Trianto (2009:22) mengemukakan bahwa:

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya, Joyce mengatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.”

Salah satu dari model pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Adapun model pembelajaran kooperatif yang ingin diterapkan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa di SMP N 35 Medan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Tipe mana yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

(15)

5

sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.”

Slavin (2005), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yaitu para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional, meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonverbal, kompetisi yang lebih sedikit). Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi matematika khususnya Kubus dan Balok dan membuat siswa lebih aktif, mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Slavin (2005:143) mengemukakan bahwa:

(16)

6

menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir mata pelajaran, sementara TGT menggunakan game-game akademik.

Kedua model pembelajaran ini, baik TGT maupun STAD, merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan aktifitas serta hasil belajar siswa. Namun, untuk mengetahui penerapan model manakah yang lebih baik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga kedepannya dapat diterapkan untuk pembelajaran matematika, diperlukan penerapan kedua model tersebut kemudian melakukan perbandingan hasil belajar siswa.

Dengan dipilihnya kedua model pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan dapat melihat perbedaan hasil belajar matematika siswa pada materi yang ditentukan, yaitu materi Kubus dan Balok. Tipe manakah yang paling unggul dalam proses pembelajaran khususnya pada materi Kubus dan Balok.

Dari uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian eksperimen untuk melihat metode pembelajaran yang lebih cocok digunakan pada materi Kubus dan Balokpada kelas VIII SMP Negeri 35 Medan. Adapun judul penelitian yang akan dilakukan adalah “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Tipe STAD di Kelas VIII SMP Negeri 35 Medan.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu:

1. Siswa di SMP Negeri 35 Medan menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit.

2. Hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 35 Medan masih rendah. 3. Penggunaan metode/model pembelajaran yang dipilih guru tidak bervariasi

(17)

7

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe STAD pada materi Kubus dan Balok kelas VIII SMP Negeri 35 Medan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe STAD pada materi Kubus dan Balok di kelas VIII SMP Negeri 35 Medan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tipe STAD di kelas VIII SMP Negeri 35 Medan.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tipe STAD ini dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan Kubus dan Balok.

2. Bagi pendidik, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

(18)

8

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

(19)

64 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan yaitu rata-rata hasil belajar kelas TGT adalah 71.23 dan rata-rata hasil belajar kelas STAD adalah 60.17. pada uji dua arah thitung = 2.35921 tidak berada

di antara interval yaitu 1.994thitung1.994 sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima yaitu terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe STAD pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 35 Medan T.A 2014/2015.

Sedangkan pada uji 1satu arah thitung = 2.35921 tidak berada di antara

interval yaitu 1,6674thitung1,6674 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima

yaitu hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada tipe STAD di kelas VIII SMP N 35 Medan T.A 2014/2015.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka sran yang dapat peneliti berikan adalah: 1. Kepada guru khususnya guru matematika agar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan mengaktifkan siswa dalam pemahaman materi yang lebih baik.

(20)

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., 2012, Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., 2009, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Depdiknas, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3, Balai Pustaka, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, S.B., Aswan Z., 2006, Stategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Gulo, W., 2008, Strategi Belajar Mengajar, Grasindo, Jakarta.

Hamalik, O., 2010, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Ngalimun, 2014, Strategi dan Model Pembelajaran, Aswaja Pressindo, Yogyakarta.

Purwanto, 2011, Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sagala, S., 2009, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.

Slameto, 2010, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Slavin, R.E., 2005, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, Nusa Media, Bandung.

Sudjana, 2009, Metode Statistik, Tarsito, Bandung.

Sumiati & Asra, 2013, Metode Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung.

(21)

66

Trianto, 2009, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep, Landasan, Implementasinya pada Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), Prenada Media, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Kepala BAPETEN ini bertujuan untuk memberikan ketentuan keselamatan yang harus dipenuhi PI dalam menyusun, menetapkan dan melaksanakan program Perawatan INNR

Selain paket satu, kami juga ada paket menengah, yaitu paket 3, Anda hanya butuh mengeluarkan Rp 1.350.000 dengan jumlah sate 60 porsi, gulai 70 porsi dan tengkleng solo 40

Dengan demikian hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel Kompensasi (X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai

INTERVENTIONS Downstream Upstream Disease Prevention Communication strategies Health Education & empowerment Community & Health Development Infrastructure & system

Untuk siklus ini, kegiatan belajar mengajar dengan metode Jigsaw sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana, meski peran guru masih cukup dominan untuk memberikan

● Artikel dalam Buku dengan urutan penulisan: Penulis artikel, tahun, judul artikel (harus ditulis miring) , nama editor, judul buku (harus ditulis miring) , volume (jika

Alm Ayah dan Ibu yang tercinta, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, pengorbanan, semangat, dan dukungan kalian kepadaku sehingga aku dapat menempuh perkuliahan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb) fermentasi pada ternak babi lokal lepas sapih sampai dengan