• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI POTENSI LANSKAP DESA CIHIDEUNG

UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA

R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA. Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI.

Alih fungsi lahan terus terjadi sehingga mengancam keberlanjutan sistem pertanian di Indonesia. Peningkatan nilai fungsi lahan perlu dikembangkan di antaranya, melalui pengembangan agrowisata di perdesaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan sistem pertanian. Penelitian ini bertujuan 1) mengidentifikasi potensi lanskap, 2) menilai keberlanjutan masyarakat, 3) mengetahui persepsi dan preferensi masyarakat dan pengunjung tentang agrowisata, dan 4) memberikan rekomendasi untuk pengembangan agrowisata. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat dari bulan Maret sampai Agustus 2013. Metode yang digunakan adalah metode dari Smith (1989), penilaian keberlanjutan masyarakat dengan pendekatan GEN (Global Ecovillage Network), dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Cihideung memiliki potensi lanskap pertanian sebagai obyek agrowisata, yaitu budi daya tanaman hias, sayuran, buah, dan perternakan sapi perah. Masyarakat dan pengunjung menilai potensi agrowisata terutama tanaman hias sangat baik dan pengunjung menginginkan penambahan sarana dan prasarana wisata. Penilaian keberlanjutan masyarakat menyatakan bahwa Desa Cihideung menunjukkan awal yang baik ke arah keberlanjutan pada aspek sosial dan spiritual, tetapi memerlukan tindakan perbaikan pada aspek ekologis. Berdasarkan analisis SWOT Desa Cihideung berada pada posisi V (Hold and Maintain), strategi yang dapat dilakukan adalah mempertahankan dan mengembangkan potensi yang ada dan alternatif mengatasi permasalahan.

Kata kunci: agrowisata, keberlanjutan, lanskap pertanian

ABSTRACT

R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA. Study Of Landscape Potential Cihideung Village For Agri-Tourism Development. Supervised by TATI BUDIARTI.

(5)

agri-tourism, which is cultivation of ornamental plants, vegetables, fruits, and dairy farming. Community and visitors assess the potential of agri-tourism is very good especially ornamental plants and visitors wants additional tourist facilities and infrastructure. Community sustainability assessment shows that the Village Cihideung has a good start towards sustainability in social and spiritual aspects, but require corrective action on the ecological aspects. Based on the SWOT analysis Village Cihideung is in a position fifth quadrant (Hold and maintain), a strategy that can be done is to keep growing and developing existing and potential alternatives to resolve it.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

STUDI POTENSI LANSKAP DESA CIHIDEUNG

UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA

R ANISAH WIJAYANTI J MULYANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata

Nama : R Anisah Wijayanti J Mulyana NIM : A44090007

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Ketua Departemen

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Potensi Lanskap Desa Cihideung untuk Pengembangan Agrowisata. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan gelar Sarjana Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberi saran dalam menyelesaikan skripsi ini;

2. Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran selama penulis menjalani masa perkuliahan di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor;

3. Ir. Qodarian Pramukanto, Msi., Dr. Syartinilia Wijaya, SP., Msi., Dr. Ir. Nizar Narsullah, Magr., dan Prof. Dr. Ir Wahju Qamara atas saran dan kritik untuk kemajuan skripsi ini:

4. Aparat desa Bapak Adang, Bapak Danu, dan Bapak Asep yang telah membantu dalam memberikan arahan selama di lapangan;

5. Ketua Gabungan Kelompok Tani Bapak Adil Hendra, Mantri Sapi Bapak Jajang, dan Pengusaha Tanaman Hias Bapak Asep Marlina, dan Bapak Ganda yang telah memberikan informasi di lapangan, serta para petani lainnya;

6. Teman-teman seperjuangan (Ina Winiastuti, Istiqomah Vista, Siti Novianti, Azka Lathifa, Miftahul Jannah, Mariska, Eka, Lucyana, Yasyirah, Firdha, Azis, Aero, Asny, Renny, Yaomi, Gaby, dan teman-teman ARL 46 lainnya atas doa dan dukungannya;

7. Mahasiswa Pasca Sarjana (M. Zaini Dahlan, Arkham, dan Roosna); 8. Adik dan kakak kelas Arsitektur Lanskap atas doa dan dukungannya.

9. Ir. Endang Muljana, MSc dan Siti Maryani Wijaya selaku orang tua penulis, R Eviana Octavianie M selaku kakak penulis, serta seluruh keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk dijadikan rekomendasi bagi pengembangan Desa Cihideung menjadi desa yang lestari dan sejahtera bagi penduduknya.

(12)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Lanskap Perdesaan 3

Pembangunan Desa Berkelanjutan (Ecovillage) 4

Agrowisata 6

METODE 8

Tempat Lokasi dan Waktu Penelitian 8

Batasan Penelitian 9

Metode Penelitian 9

Jenis Data 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Hasil 17

Kondisi Umum 17

Identifikasi Karakter Lanskap Perdesaan 20

Aspek Fisik 20

Iklim 20

Tanah 22

Topografi 23

Penutupan Lahan 26

Hidrologi 27

Aspek Biofisik 28

Vegetasi dan Satwa 28

Identifikasi Karakter Sosial Budaya Masyarakat 30

(13)

Demografi 31

Persepsi Penduduk Desa Cihideung 32

Persepsi Pengunjung Desa Cihideung 33

Preferensi Pengunjung Desa Cihideung 34

Penilaian Keberlanjutan Masyarakat 40

Kelembagaan 41

Kelembagaan Pemerintah 41

Kelembagaan Masyarakat 41

Kelembagaan Ekonomi 42

Potensi Agrowisata 42

Aksesibilitas 42

Akomodasi 44

Fasilitas Kesehatan dan Keamanan 46

Program Wisata yang sudah Berkembang 46

Pembahasan 52

Analisis Karakter Lanskap Perdesaan 52

Aspek Fisik 52

Iklim 52

Tanah 53

Topografi 53

Penutupan Lahan 53

Hidrologi 53

Aspek Biofisik 53

Vegetasi dan Satwa 53

Aspek Sosial Budaya 54

Preferensi Masyarakat 54

Preferensi Pengunjung 54

Kelembagaan 55

Penilaian Keberlanjutan Masyarakat 55

Potensi Agrowisata 57

Potensi Lanskap Pertanian 57

(14)

Potensi Agrowisata di Desa Cihideung 58

Wisata Pendukung 61

Analisis SWOT 62

Sintesis 69

Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata 69

SIMPULAN DAN SARAN 78

Simpulan 78

Saran 79

DAFTAR PUSTAKA 79

Kuesioner Pengunjung 81

(15)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria penilaian dalam CSA/PKM 12

2 Data fisik dan biofisik 16

3 Data sosial 16

4 Jenis kelembagaan 16

5 Data potensi agrowisata 17

6 Luas wilayah menurut penggunaan 18

7 Jumlah curah hujan (mm) 20

8 Suhu rata-rata (0C) 21

9 Kelembaban rata-rata (0C) 22

10 Tanaman sayuran ddan palawija 28

11 Tanaman buah 28

12 Tanaman hias 29

13 Jenis satwa ternak dan satwa peliharaan 30

14 Tingkat pendidikan penduduk 31

15 Mata pencaharian penduduk 31

16 Total perhitungan nilai keberlanjutan masyarakat Desa Cihideung 40 17 Total perhitungan Nilai PKM pada aspek sosial 40 18 Total perhitungan nilai PKM pada aspek ekologis 41 19 Total perhitungan Nilai PKM pada aspek spiritual 41

20 Lembaga keamanan di Desa Cihideung 46

21 Lembaga pendidikan di Desa Cihideung 46

22 Kelayakan kawasan agrowisata di Desa Cihideung 58

23 Tingkat kepentingan faktor internal 64

24 Tingkat kepentingan faktor eksternal 65 25 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) 65

26 Penilaian bobot strategis internal 66

27 Penilaian bobot strategi eksternal 66

28 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 66

29 Matriks SWOT 68

30 Perangkingan alternatif strategi 69

31 Kegiatan agrowisata Desa Cihideung 76

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir 3

2 Peta Lokasi Penelitian Desa Cihideung, Kec Prongpong, 8

3 Tahapan penelitian 9

4 Matriks internal eksternal 14

5 Matriks SWOT 15

6 Peta Desa Cihideung 19

7 Rata-rata jumlah curah hujan 20

8 Grafik rata-rata suhu udara 21

(16)

10 Peta topografi Desa Cihideung 24

11 Peta kemiringan lahan Desa Cihideung 25

12 Peta penutupan lahan Desa Cihideung 26

13 Saluran Irigasi 27

14 Saluran air yang kurang tertata 27

15 Persepsi pengunjung tentang keindahan Desa Cihideung 33 16 Persepsi pengunjung tentang kebersihan Desa Cihideung 33 17 Persepsi pengunjung tentang kenyamanan Desa Cihideung 33 18 Persepsi pengunjung tentang agrowisata desa saat ini 34 19 Persepsi pengunjung tentang sikap penduduk Desa Cihideung 34 20 Biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk berwisata 35

21 Tujuan pengunjung ke Desa Cihideung 35

22 Kegiatan yang dilakukan pengunjung di Desa Cihideung 35 23 Preferensi pengunjung tentang pengembangan agrowisata di Desa

Cihideung 36

24 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata pertanian 36 25 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perkebunan 36 26 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perikanan 36 27 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata perternakan 37 28 Preferensi pengunjung tentang atraksi wisata kehutanan 37 29 Preferensi pengunjung tentang wisata umum 37 30 Preferensi pengunjung tentang tempat parkir 38 31 Preferensi pengunjung tentang tempat makan 38 32 Preferensi pengunjung tentang kios cindera mata 38 33 Preferensi pengunjung tentang toilet 39 34 Preferensi pengunjung tentang tempat ibadah 39 35 Preferensi pengunjung tentang tempat sampah 39 36 Preferensi pengunjung tentang papan informasi 39 37 Preferensi pengunjung tentang penginapan 39 38 Preferensi pengunjung tentang kendaraan transportasi di desa 40 39 Alat transportasi desa (a) angkutan umum dan (b) ojeg 43

40 Peta jalur akses Desa Cihideung 44

41 Sarana dan prasarana Desa Cihideung 45

42 Kebun tanaman lanskap: (a) dan (b) dalam rumah kaca, (c) dan (d) bunga

potong, 47

43 Display tanaman (a) tanaman penutup tanah, (b) pohon, (c) tanaman hias

48

44 Pengepakan tanaman hias yang akan dikirim ke luar daerah 49 45 Atraksi wisata (horse riding) di Kampung Gajah 49 46 Fasilitas wisata di Kampung Gajah (a) papan informasi, (b) tempat 50 47 (a) Suasana Kampung Daun dengan saung-saung dan (b) suasana tropis

51

48 Ritual Irung-Irung 52

49 Matriks internal eksternal (IE) 67

50 Potensi agrowisata Desa Cihideung 70

51 Potensi area pertanian Desa Cihideung 72 52 Peta zonasi potensi ruang Desa Cihideung 75

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner pengunjung 81

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia dan sebagai sumber perekonomian bagi masyarakat perdesaan. Beberapa permasalahan dalam pembangunan pertanian adalah penurunan luas areal pertanian karena alih fungsi lahan, harga jual produk pertanian yang berfluktuasi, dan degradasi lahan pertanian. Dengan demikian, diperlukan upaya untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian, diantaranya melalui pengembangan agrowisata sehingga terdapat nilai tambah melalui jasa wisata dan pemasaran produk pertanian dapat lebih baik.

Untuk pengembangan agrowisata diperlukan identifikasi potensi-potensi lanskap untuk mendukung agrowisata yang sesuai dengan potensi sumber daya alam dan kondisi sosial budaya masyarakatnya agar tercapainya kemantapan pengembangan objek agrowisata. Menurut Sutjipta (2001) agrowisata dapat berkembang dengan baik jika terjadi tri mitra dan tri karya pembangunan agrowisata yang meliputi, pemerintah sebagai pembuat aturan, rakyat/petani sebagai subyek, dan dunia usaha pariwisata sebagai penggerak perekonomian rakyat. Menurut Spillane (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada 5 unsur yang harus dipenuhi, seperti: atraksi, fasilitas, infrastruktur, transportasi, dan penerimaan masyarakat.

Sebagai dasar pengembangan agrowisata diperlukan penilaian keberlanjutan masyarakat untuk melandasi rekomendasi pengembangan agrowisata. Dalam mengevaluasi keberlanjutan masyarakat dilakukan dengan metode Community Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM). Metode CSA/PKM merupakan metode yang diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network yang meliputi aspek ekologis, aspek sosial, dan aspek spiritual.

Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat berada di dataran tinggi yang memiliki suhu yang sejuk dan memilki potensi lanskap yang menarik dalam bidang pertanian, seperti lahan budidaya sayuran dataran tinggi, industri tanaman hias dan tanaman bunga potong, serta peternakan sapi perah. Hal tersebut dapat dikembangkan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa dalam bidang perekonomian, kualitas lingkungan hidup, dan dapat mengembangkan kebudayaan masyarakat setempat.

(19)

2

diperlukan kajian potensi lanskap di perdesaan untuk pengembangan kawasan agrowisata di Desa Cihideung ini yang saling terintegrasi.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian studi potensi lanskap Desa Cihideung untuk pengembangan agrowisata adalah

1. mengidentifikasi karakter lanskap yang berpotensi untuk agrowisata berdasarkan aspek fisik, biofisik, serta sosial budaya sebagai dasar pengembangan agrowisata di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat,

2. mendapatkan informasi persepsi dan preferensi masyarakat dan pengunjung dalam pengembangan agrowisata,

3. mendapatkan informasi keberlanjutan masyarakat melalui metode Community Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM), dan

4. memberikan rekomendasi untuk pengembangan agrowisata.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian studi potensi lanskap Desa Cihideung untuk pengembangan agrowisata adalah

1 dapat mengetahui potensi lanskap di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, dan

2 dapat menjadi dasar rekomendasi bagi pemerintah daerah dan pihak terkait dalam melakukan pengembangan agrowisata di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Kerangka Pikir Penelitian

Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat merupakan desa yang masih memilki lanskap alami dengan suasana yang sejuk, memilki potensi dalam bidang pertanian, seperti terdapat lahan budidaya sayuran dataran tinggi, industri tanaman hias dan tanaman bunga potong, serta peternakan sapi perah. Namun, saat ini kegiatan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun terus terjadi. Oleh karena itu, perlu adanya optimalisasi lahan pertanian agar dapat mencegah alih fungsi lahan pertanian dan perlu adanya suatu kegiatan yang dapat memperkenalkan tentang pertanian kepada generasi muda malalui kegiatan agrowisata.

(20)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Perdesaan

Simonds (1983) mengungkapkan lanskap adalah bentangan alam yang memiliki karakteristik tertentu yang beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur mayor dan minor. Unsur mayor adalah unsur yang tidak dapat diubah, sedangkan unsur minor adalah unsur yang relatif mudah diubah. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan secara harmonis membentuk karakter khas pada sebuah lanskap memberikan kesan alami dan keindahan.

Simonds (1983) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada lanskap perdesaan, yaitu: 1) Lahan tersedia luas; 2) Suasana bebas, pandangan terbuka menuju halaman, pepohonan dan langit, merupakan kualitas lanskap penting; 3) Pemilihan tapak perdesaan menunjukkan keinginan menyatu dengan

Gambar 1 Kerangka pikir Karakter lanskap

• Analisis persepsi dan preferensi masyarakat

• Analisis kelembagaan masyarakat

• Analisis keberlanjutan masyarakat

Karakter sosial budaya masyarakat

• Analisis fisik dan biofisik

• Analisis potensi obyek agrowisata

Rekomendasi pengembangan agrowisata berkelanjutan

Potensi lanskap untuk agrowisata

Nilai keberlanjutan masyarakat Desa Cihideung

Lanskap

(21)

4

alam; 4) Corak lanskap mayor dapat dibentuk; 5) Karakter dan suasana lanskap alami dominan; 6) Tanah dan permukaan lahan merupakan elemen visual yang kuat; 7) Lanskap yang menyenangkan merupakan salah satu bentuk transisi; 8) Struktur merupakan elemen yang timbul di tengah lanskap; 9) Lanskap perdesaan bersifat lembut dari bayangan daun, warna langit dan bayangan awan; 10) Tapak perdesaan berimplikasi area yang luas dan pergerakan: pola jalur kendaraan dan pedestrian menyatu dengan batas-batas kepemilikan; 11) Indigenous materials dari tapak perdesaan (macam-macam batuan, kerikil, hingga mineral) membentuk karakter lanskap, penggunaan material ini menciptakan keterkaitan dengan sumberdaya setempat.

Lanskap perdesaan dapat dimanfaatkan sebagai lanskap agrowisata, yaitu lanskap pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas pertanian, dan pengolahan hasil pertanian yang telah dimodifikasi untuk meningkatkan perekonomian dan rekreasi serta memanfaatkan pemandangan lanskap alami dengan meminimalkan perusakan lingkungan. Pemandangan lanskap alami yang dapat menjadi obyek lanskap agrowisata, antara lain: sawah, perkebunan, palawija, taman bunga, taman koleksi, pembibitan, pekarangan, peternakan, perikanan, dan lain-lain.

Prinsip pengembangan wisata perdesaan sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan perdesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1) memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) melibatkan masyarakat setempat, (5) menerapkan pengembangan produk wisata perdesaan, dan beberapa kriteria yang mendasarinya antara lain:

1. penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata,

2. mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata, dan

3. mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.

Pembangunan Desa Berkelanjutan (Ecovillage)

Ecovillage adalah pemukiman berskala manusia dengan fitur yang lengkap untuk kegiatan manusia yang berkaitan dengan alam tidaklah destruktif dalam rangka mendukung pembangunan manusia yang sehat serta berhasil tetap lestari di masa depan dalam waktu yang tidak terbatas (GEN 2007). Ecovillage diwujudkan dalam bentuk cara hidup yang didasarkan pada pemahaman mendalam bahwa makhluk hidup dengan segala sesuatu akan saling berhubungan. Ecovillage dibagi ke dalam 3 konsep yaitu ekologi, sosial, dan spiritual. Konsep ecovillage pada aspek ekologi adalah

1. mengadakan perbaikan dan pelestarian lingkungan alam,

(22)

5 3. memaksimalkan produksi pangan lokal organik untuk pemenuhan kebutuhan

hidup masyarakat,

4. melakukan kegiatan daur ulang barang konsumsi,

5. memaksimalkan efisiensi utilitas sumber daya energi yang dapat diperbaharui, 6. mengolah limbah dan meminimalkan polusi.

Konsep ecovillage pada aspek sosial adalah

1. bersikap terbuka serta menimbulkan rasa percaya dan keamanan dalam lingkungan masyarakat,

2. mengutamakan kebebasan dalam menerima dan menyampaikan gagasan, 3. menciptakan jaringan komunikasi yang efektif,

4. saling membantu dan berbagi barang kebutuhan hidup dan sumber daya,

5. menekankan pelayanan kesehatan pada kegiatan pencegahan, baik kesehatan fisik, mental, dan spiritual,

6. mengutamakan toleransi dalam keragaman,

7. mengandalkan musyawarah dan diskusi dalam membuat penyelesaian konflik, 8. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan kelompok marjinal,

9. pemusatan kegiatan pendidikan secara menyeluruh, dan

10. menciptakan perekonomian lokal yang mampu bersaing dan berdampak minimal terhadap lingkungan.

Konsep ecovillage pada aspek spiritual adalah

1. warisan seni dan budaya masyarakat terus dipertahankan sebagai jati diri masyarakat,

2. ungkapan kreativitas, nilai seni, budaya, keagaman, dan nilai kepercayaan dihargai sebagai bagian dari masyarakat,

3. perasaan bersatu dan saling mendukung dalam kesenangan dan kesulitan, 4. rasa hormat dan dukungan kespiritualan yang dinyatakan dalam banyak cara, 5. kesepakatan dan visi bersama menyatakan komitmen terhadap warisan budaya,

perdamaian dunia, serta pembangunan manusia yang sehat,

6. kemampuan untuk bertahan dan bereaksi positif dalam menghadapi ancaman dari dalam maupun luar masyarakat, dan

7. pemahaman akan adanya ikatan dan saling ketergantungan antara manusia dan sesamanya serta semua unsur kehidupan di bumi.

World Summit on Social Development menjelaskan definisi pembangunan berkelanjutan adalah suatu kerangka kerja dalam upaya memperoleh kualitas hidup seluruh umat manusia yang lebih tinggi di mana pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan alam saling ketergantungan sebagai komponen yang saling memperkuat satu sama lain. Keberlanjutan merupakan upaya menyediakan keluaran atau hasil terbaik bagi manusia maupun lingkungan pada masa sekarang dan masa yang akan datang tanpa batas waktu yang ditentukan. Keberlanjutan berhubungan dengan kontinuitas dari aspek sosial, ekonomi, institusi, dan lingkungan dalam masyarakat, demikian pula dengan lingkungan non-manusia.

(23)

6

Lanskap berkelanjutan (sustainable landscape) menurut Nurisjah (2008) merupakan suatu lanskap yang tidak hanya produktif, fungsional, dan dapat dimanfaatkan oleh penggunanya di saat ini tetapi juga tetap dijaga produktifitas dan fungsinya sehingga terus dapat dimanfaatkan oleh para penggunanya pada masa yang akan datang. Rencana perubahan dan pemanfaatan yang dilakukan pada sumberdaya lanskap seharusnya tetap menjaga dan mempertahankan keberlangsungan produksi dan fungsi lanskap ini sehingga kesejahteraan yang potensial dimiliki oleh sumberdaya tersebut dapat tetap dimiliki dan dikendalikan. Untuk mendukung konsep keberlanjutan ini maka pada setiap rencana perubahan dan penataan lanskap, tidak hanya bentuk dan karakternya tetapi juga key factors dan key elements pembentuk lanskap tersebut (baik lanskap alami maupun binaan) perlu untuk diketahui sehingga keberlanjutannya secara fisik dan konsepsional dapat diwujudkan.

Pembangunan desa yang berkelanjutan merupakan pembangunan desa yang tidak merusak lingkungan. Pembangunan desa yang berkelanjutan bukan berpijak kepada konsep model produksi kapitalis dengan desa hanya sebagai pasarnya alat-alat pertanian yang diproduksi oleh industri alat pertanian yang membebani masyarakat.

Agrowisata

Menurut Bahar (1989) agrowisata merupakan suatu rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan obyek di sektor pertanian, antara lain: perkebunan, ladang pembibitan, palawija, dan lain-lain untuk meningkatkan produktivitas di sektor pertanian. Menurut Arifin (2001) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan sehingga dapat dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh. Sutjipta (2001) mendefinisikan, agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat petani.

Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Kementan 2005). Keuntungan dari pengembangan agrowisata bagi petani lokal adalah sebagai berikut (Lobo dkk 1999):

1. Agrowisata dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta kelangsungan operasi mereka;

2. Menjadi sarana yang baik untuk mendidik orang banyak/masyarakat tentang pentingnya pertanian dan kontribusinya untuk perekonomian secara luas dan meningkatkan mutu hidup;

3. Mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat telah mampu mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di desa (agri-tourism); 4. Agritourism dapat menjadi media promosi untuk produk lokal, dan membantu

(24)

7 tambah dan “direct marking” merangsang kegiatan ekonomi dan memberikan manfaat kepada masyarakat di daerah di mana agrotourism dikembangkan.

Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menyatakan bahwa manfat agrowisata, antara lain: meningkatkan konservasi lingkungan, meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, memberikan nilai rekreasi, meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, mendapatkan keuntungan ekonomi terutama untuk masyarakat sekitar. Manfaat agrowisata bagi pengunjung menurut Rilla (1999) adalah menjalin hubungan kekeluargaan dengan petani atau masyarakat lokal, meningkatkan kesehatan dan kesegaran tubuh, beristirahat dan menghilangkan kejenuhan, mendapatkan petualangan yang mengagumkan, mendapatkan makanan yang benar-benar alami (organic food), mendapatkan suasana yang benar-benar berbeda, biaya yang murah karena agrowisata relatif lebih murah dari wisata yang lainnya. Peran serta masyarakat dalam kegiatan agrowisata dapat melalui:

1. Masyarakat desa yang memiliki lahan di dalam kawasan dapat mengolah lahannya sehingga menunjang peningkatan hasil produk pertanian yang menjadi daya tarik agrowisata dan di sisi lain akan mendorong rasa memiliki dan tanggung jawab di dalam pengelolaan kawasan secara keseluruhan.

2. Melibatkan masyarakat desa setempat di dalam kegiatan perusahaan investor secara langsung sebagai tenaga kerja, baik untuk pertanian maupun untuk pelayanan wisata, pemandu, dan lain-lain. Oleh karena itu, pihak pengelola perlu melakukan langkah-langkah dan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja khusus yang berasal dari masyarakat.

3. Menyediakan fasilitas dan tempat penjualan hasil pertanian, kerajinan dan cendera mata bagi masyarakat desa di sekitar kawasan, sehingga dapat memperkenalkan khas setempat sekaligus untuk meningkatkan penghasilan. Selain itu, dapat pula diikutsertakan di dalam penampilan atraksi seni dan budaya setempat untuk disajikan kepada wisatawan.

Menurut Spillane (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) terdapat 5 unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini:

a) Attractions

Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian.

b) Facilities

Fasilitas yang diperlukan seperti penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata, antara lain: akses menuju lokasi, pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, sirkulasi jalan dalam kawasan, shelter, toilet, tempat ibadah.

c) Infrastructure

(25)

8

energi, sistem pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya, dan sistem keamanan.

d) Transportation

Transportasi umum, terminal bus, sistem keamanan penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota/objek wisata. e) Hospitality

Adanya budaya/sikap ramah dan keterbukaan penduduk sekitar area wisata yang dapat dijadikan daya tarik pengunjung sehingga dapat membuat pengunjung merasa nyaman mengunjungi tempat wisata tersebut.

METODE

Tempat Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (Gambar 2). Desa ini terletak sekitar 20 km dari Kota Bandung. Dari arah Bandung, desa ini dapat dicapai melalui Jalan Sersan Bajuri di depan Terminal Ledeng Jalan Setiabudi, sebelah utara kampus UPI. Dari arah Lembang, Desa Cihideung dapat dicapai melalui Jalan Kolonel Masturi. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari bulan Maret sampai Agustus 2013.

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian Desa Cihideung, Kec Prongpong,

(26)

9

Batasan Penelitian

Kegiatan penelitian ini terbatas pada identifikasi lanskap di Desa Cihideung yang berpotensi dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Dalam penelitian ini juga dilakukan kajian keberlanjutan masyarakat sebagai dasar pengembangan agrowisata. Dari proses tersebut dapat dihasilkan rekomendasi yang dapat dijadikan dasar pengembangan agrowisata di Desa Cihideung.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu data dikumpulkan dengan teknik survei dan wawancara. Pada pelaksanaanya penelitian ini meliputi tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan hasil akhir (Gambar 3).

Gambar 3 Tahapan penelitian Inventarisasi

Analisis

Data primer dan sekunder

Rekomendasi pengembangan agrowisata berkelanjutan di Desa Cihideung

Analisis karakter lanskap

aspek fisik dan aspek biofisik Analisis karakter sosial budaya masyarakat

• persepsi dan preferensi masyarakat • penilaian keberlanjutan masyarakat

Sintesis Potensi lanskap sebagai agrowisata

Nilai keberlanjutan masyarakat di Desa Cihideung

Hasil Akhir

Analisis SWOT Persiapan • Penyusunan proposal penelitian Perizinan

(27)

10

1) Persiapan

Pada tahapan ini dilakukan penyusunan proposal penelitian, pengurusan izin kepada pihak-pihak terkait, dan studi pustaka untuk mencari informasi awal mengenai penelitian ini.

2) Inventarisasi

Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan kondisi eksisting tapak. Data meliputi data primer dan sekunder. Produk dari tahapan ini berupa tabel data, peta dasar (peta topografi, peta kemiringan lahan, dan peta tata guna lahan), dan foto dokumentasi.

Data primer diperoleh melalui hasil survei lapang, berupa pengamatan, dokumentasi, dan groundcheck untuk mendapatkan data fisik dan biofisik tapak yang berupa kondisi eksisting tapak. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data awal untuk membantu dalam melengkapi informasi tempat penelitian.

Data mengenai aspek sosial budaya yang berupa persepsi dan preferensi masyarakat dan pengunjung diperoleh melalui proses wawancara dengan tokoh masyarakat, kepala desa, dan staff instansi terkait. Kuesioner disusun menggunakan pertanyaan terstruktur. Penentuan responden wawancara dilakukan secara terpilih pada pihak-pihak yang terpercaya. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan jumlah responden pengunjung 30 secara acak dan responden warga Desa Cihideung secara purposive sampling.

3) Analisis Sintesis

Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisis terhadap

(1) Sumber daya daya alam yang berpotensi dikembangkan sebagai kawasan agrowisata dan kendala yang terdapat pada tapak

Dilakukan melalui analisis deskriptif dengan menguraikan potensi yang dapat dikembangkan dan kendala yang dapat diminimalkan di Desa Cihideung serta analisis melalui pembobotan yang dilakukan pada tiap dusun di Desa Cihideung untuk mengetahui kelayakan area yang berpotensi dikembangkan menjadi agrowisata. Kelayakan area yang berpotensi diperoleh berdasarkan hasil penilaian dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria kelayakan daerah agrowisata antara lain obyek dan atraksi berbasis pertanian, obyek dan atraksi alami, obyek dan atraksi budaya/sosial obyek dan atraksi sejarah, sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan, akses, dan letak dari jalan utama (Smith 1989). Menurut Smith (1989) dengan dimodifikasi, penilaian kriteria agrowisata sebagai berikut:

1. Obyek dan atraksi berbasis pertanian (bobot 40%) Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian

a. beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan pertanian sekitarnya (4)

b. cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya (3)

c. cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang keindahan pemandangan sekitarnya (2)

(28)

11 2. Obyek dan atraksi alami (bobot 15%)

Keindahan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, sinar matahari yang cukup)

a. beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (4) b. cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami

(3)

c. beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) (2)

d. kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa) (1)

3. Obyek dan atraksi sosial/budaya (bobot 10%)

Perdesaan, perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival seni budaya, atraksi budaya lokal

a. bernilai tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan (4)

b. bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang diperhatikan (3) c. bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan (2)

d. tidak memiliki aset budaya lokal (1) 4. Obyek dan atraksi sejarah (bobot 5%)

Peninggalan kuno, upacara keagamaan, lokasi historikal yang penting a. bersejarah, dijaga kelestariannya (4)

b. bersejarah, kurang diperhatikan (3) c. bersejarah, tidak dilestarikan (2) d. tidak bernilai sejarah (1)

5. Sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan (bobot 10%)

Ketersediaan tempat olahraga, tempat piknik, tempat belanja, taman, museum, galeri seni/budaya

a. tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat (4) b. ada beberapa, cukup terawat (3)

c. ada beberapa, kurang terawat (2) d. tidak tersedia (1)

6. Akses (bobot 10%)

Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan

a. jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum beragam (4)

b. jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas (3) c. jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum (2) d. tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum (1)

7. Letak dari jalan utama (bobot 5%) Kedekatan dengan jalur jalan utama desa a. dekat (<1km) (4)

b. sedang (1-3 km) (3) c. cukup jauh (3-5 km) (2) d. sangat jauh (>5 km) (1) 8. Sarana wisata (bobot 5%)

Utilitas, sarana kesehatan, air bersih, fasilitas makan, dan penginapan a. tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat (4)

(29)

12

c. ada beberapa, kurang terawat (2) d. tidak tersedia (1)

Kelayakan Kawasan Agrowisata: ΣKKA= Σ Sij x Aij Keterangan

KKA = Kelayakan Kawasan Agrowisata Sij = kriteria agrowisata tiap area Aij = bobot kriteria agrowisata

(2) Aspek sosial ekonomi meliputi persepsi dan preferensi pengunjung, serta kelembagaan yang terkait yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan kawasan agrowisata di Desa Cihideung.

(3) Mengevaluasi keberlanjutan masyarakat

Dilakukan dengan metode Community Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM). Metode CSA merupakan suatu cara mengevaluasi tingkat keberlanjutan masyarakat di suatu lokasi dalam kerangka pikir ecovillage (suatu ekosistem di mana masyarakat perdesaan atau kota yang ada di dalamnya berusaha mengintegrasikan kelestarian lingkungan sosial dengan cara hidup yang berdampak rendah). Kriteria penilaian CSA dapat dilihat pada Tabel 1. Acuan dalam metode CSA berdasarkan metode yang diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network yang meliputi aspek ekologis, aspek ekonomi, dan sosial/budaya/spiritual.

Tabel 1 Kriteria penilaian dalam CSA/PKM

No Parameter Bobot

Aspek ekologis

1 Perasaan terhadap tempat *

2 Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan * 3 Infrastruktur, bangunan, dan transportasi * 4 Pola konsumsi dan pengolahan limbah padat *

5 Sumber air, mutu, dan pola penggunaan *

6 Limbah cair dan pengelolaan polusi air *

7 Sumber dan penggunaan energi *

Total nilai aspek ekologis **

Aspek sosial

1 Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan, ruang bersama * 2 Aliran komunikasi, gagasan, dan informasi *

3 Jaringan pencapaian dan jasa *

4 Keberlanjutan sosial *

5 Pendidikan *

6 Pelayanan kesehatan *

7 Keberlanjutan ekonomi yang sehat *

Total nilai aspek sosial **

Aspek spiritual

1 Keberlanjutan budaya *

2 Seni dan kesenian *

3 Keberlanjutan spiritual *

4 Keterikatan masyarakat *

5 Gaya pegas masyarakat *

6 Holographic baru dan pandangan dunia *

7 Perdamaian dan kesadaran global *

Total nilai aspek spiritual **

Total nilai keseluruhan ***

(30)

13 Keterangan:

∗ 50+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan 25-49 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-24 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai

keberlanjutan

** 333+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan 166-332 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-165 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai

keberlanjutan

*** 999+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan 500-998 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-449 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai

keberlanjutan

Metode analisis SWOT merupakan metode untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti 1997). Analisis SWOT ini digunakan untuk mengetahui atau melihat keadaan Desa Cihideung saat ini dengan membandingkan faktor internal dari kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) dengan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Tahapan kerja dengan menggunakan analisis SWOT adalah

a. Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal

Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui pengaruh kekuatan dan kelemahan yang dimilki dengan cara mendaftarkan semua faktor kekuatan dan kelemahan tersebut, serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar faktor tersebut. Penilaian faktor eksternal adalah untuk mengetahui pengaruh peluang dan ancaman yang dimiliki dengan mendaftarkan semua faktor peluang dan ancaman yang ada (David, 2008). Identifikasi berbagai faktor tersebut secara sistematis digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata.

b. Penentuan Bobot setiap Variabel

Setelah faktor internal dan eksternal diketahui, dilakukan penentuan tingkat kepentingan dengan memberikan nilai tingkat kepentingan kepada setiap faktor dengan kisaran nilai:

4=sangat penting 3=penting 2=cukup penting 1=tidak penting

Semakin besar tingkat kepentingan faktor kekuatan dan peluang maka nilainya akan semakin besar dan semakin kecil nilai tingkat kepentingan faktor kelemahan dan ancaman maka nilai akan bernilai semakin kecil. Selanjutnya dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comparison (perbandingan berpasangan). Pembobotan setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 dengan penjelasan sebagai berikut (David 2008):

(31)

14

2. Bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

3. Bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

4. Bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan pembagian nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel (Kinnear dan Taylor, 1991).

c. Penentuan Peringkat (Rating)

Nilai pembobotan setiap variabel dikalikan dengan peringkat berdasarkan nilai tingkat kepentingannya untuk mendapatkan skor pembobotan. Total skor pembobotan didapatkan dari hasil penjumlahan skor pembobotan dari semua faktor strategis. Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2.5. Jika total skor pembobotan IFE di bawah 2.5 maka dinyatakan faktor internal lemah, sedangkan jika total skor pembobotan IFE di atas 2.5 maka dinyatakan faktor internal kuat. Hal tersebut juga berlaku pada total skor pembobotan EFE (David 2008).

Nilai total skor pembobotan IFE dan EFE selanjutnya dipetakan dalam matriks Internal-Eksternal (IE). Pemetaan ke matriks IE bertujuan untuk mengetahui kondisi Desa Cihideung saat ini berdasarkan faktor internal dan eksternal.matriks IE terbagi menjadi 9 kolom dengan pemberian kolom I, II, dan IV untuk strategi yang tumbuh dan membangun (Growth and Build); kolom III, V, dan VII untuk strategi yang mempertahankan dan memelihara (Hold and Maintain); serta kolom VI, VIII, dan IX untuk strategi pemanenan dan divestasi (Harvest and Divest) (David 2008).

Nilai total skor pembobotan dipetakan pada matriks IE untuk mengetahui posisi keadaan Desa Cihideung saat ini pada kolom yang ada. Posisi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dan menyusun strategi yang tepat untuk pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata. Matriks internal eksternal dapat dilihat pada Gambar 4.

(32)

15 d. Penyusunan Alternatif Strategi

Alat bantu untuk menyusun potensi lanskap untuk pengembangan kawasan agrowisata di Desa Cihideung adalah matriks SWOT yang berisi kemungkinan strategi alternatif. Terdapat 4 jenis strategi yang dihasilkan, yaitu:

1. Strategi SO adalah dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk mengambil peluang sevesar-besarnya.

2. Strategi ST adalah dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO adalah dengan mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan.

4. Strategi WT adalah dengan meminimalisir kelemahan untuk menghindari ancaman.

Matriks SWOT tersebut dapat menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata sehingga kekuatan dan peluang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diminimalisir dan diatasi. Matriks SWOT tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

e. Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi

Penentuan ranking prioritas strategi yang telah dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor yang saling terkait dan berpengaruh dalam strategi tersebut. Kemudian dilakukan penjumlahan skor pembobotan dari masing-masing faktor tersebut. Hasil perhitungan tersebut menjadi nilai bagi strategi yang ada. Penentuan ranking prioritas dilakukan berdasarkan urutan nilai strategi yang terbesar hingga yang terkecil. Perangkingan ini dilakukan secara subyektif dengan memaksimumkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) serta meminimumkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat).

Hasil sintesis berupa bentuk zonasi ruang di Desa Cihideung dan strategi dalam melakukan pengembangan kawasan agrowisata berdasarkan hasil penilaian keberlanjutan masyarakat serta analisis SWOT. Zona yang terbentuk berdasarkan sensitivitas aspek fisik, biofisik yang menjadi potensi dan kendala dalam pengembangan kawasan agrowisata, kesesuaian aspek sosial ekonomi, kelembagaan yang terkait, dan area agrowisata bagi pengunjung.

4) Hasil Akhir

Pada tahap ini akan dihasilkan informasi potensi lanskap yang dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan agrowisata yang berkelanjutan . selain

Eksternal

Weakness Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan

Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada

(33)

16

itu, dihasilkan juga rekomendasi strategi untuk pengembangan agrowisata di Desa Cihideung. Informasi dan rekomendasi tersebut dapat disajikan secara spasial dan deskriptif.

Jenis Data

Data yang akan diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer tersebut diperoleh dari wawancara dengan tokoh masyarakat, kepala desa, dan pihak terkait. Data-data primer tersebut adalah data mengenai mata pencaharian penduduk, potensi daerah desa, keadaan warga secara umum.. Sedangkan, data sekunder yang diperoleh dari studi literatur adalah letak geografis, iklim, tanah, hidrologi, peta rupa bumi, demografi, dan lain-lain. Jenis data yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.

Tabel 2 Data fisik dan biofisik

No Jenis data Spesifikasi Cara perolehan data

Sumber data

Fisik 1 Tapak Lokasi, batas wilayah,

dan luas wilayah

Studi pustaka BMKG

3 Tanah Jenis Studi pustaka Bakosurtanal 4 Topografi Kemiringan lahan Studi pustaka Bakosurtanal 5 Tata guna lahan Peta land use Studi pustaka Bakosurtanal 6 Hidrologi Drainase Studi pustaka Bakosurtanal

Biofisik 1 Vegetasi dan

satwa

Jenis Studi pustaka,

groundcheck

Lapang, Distanbunhut Tabel 3 Data sosial

No Jenis Data Spesifikasi Cara perolehan data Sumber data 1 Persepsi dan

preferensi pengunjung

Keinginan dalam wisata

Wawancara Pengunjung

2 Persepsi dan

3 Demografi Jumlah penduduk, mata pencaharian,

Tabel 4 Jenis kelembagaan

No Jenis Data Spesifikasi Cara perolehan data Sumber data 1 Kelembagaan

Perangkat desa Wawancara dan studi pustaka

Pemerintah setempat 3 Kelembagaan

ekonomi

Bank, koperasi, pasar Wawancara Pemerintah dan

(34)

17

Keterangan:

Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Bakosurtanal : Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional BMKG : Badan Meteorologi dan Geofisika

Pemda : Pemerintah Daerah TK : Taman Kanak-kanak SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA/K : Sekolah Menengah Atas/Kejuruan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Desa Cihideung merupakan desa yang berada di Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Bandung Barat ini memilki visi “Terwujudnya sistem politik yang demokratis, pemerintahan yang desentralistik, pembangunan daerah yang berkelanjutan, serta keberdayaan masyarakat yang partisipatif dengan didukung sumber daya aparatur yang profesional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Salah satu kata kunci dari Visi Kementerian Dalam Negeri tersebut adalah Pembangunan Daerah yang merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai yaitu terwujudnya pembangunan daerah yang berkesinambungan melalui peningkatan kemandirian daerah dalam pengelolaan pembangunan yang berbasis wilayah, ekonomi, dan berdaya saing, secara profesional dan berkelanjutan. Untuk mewijudkan visi Pembangunan Daerah tersebut pemerintah Kabupaten Bandung Barat berupaya mewujudkannya melalui misi untuk memperkuat otonomi desa

Tabel 5 Data potensi agrowisata

No Jenis Data Spesifikasi Cara perolehan data Sumber data 1 Program wisata

Survey lapang Lapang

3 Akomodasi Homestay, villa Survey lapang, wawancara

Lapang

(35)

18

dan meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi, sosial, dan budaya.

Untuk mewujudkan visi dan misi pemerintah Kabupaten Bandung Barat mulai dikembangkan desa wisata, salah satunya Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong. Kecamatan Parongpong memilki luas wilayah 433938 km2 dan terletak berbatasan dengan Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta di sebelah utara, Kecamatan Cisarua di sebelah barat, Kecamatan Lembang di sebelah timur, dan Kota Bandung di sebelah selatan. Kecamatan ini memiliki topografi dengan kemiringan lahan dominan 6-13%. Kecamatan Parongpong berada pada ketinggian 1100-1700 mdpl. Kecamatan ini memiliki potensi pertanian dalam berbagai komoditas, diantaranya tanaman sayuran, tanaman hias, dan peternakan sapi. Secara administrasi Desa Cihideung berada di Kecamatan Parongpong. Desa Cihideung ini berada pada ketinggian 1000-1500 mdpl. Luas wilayah Desa Cihideung sebesar 445.410 ha dengan penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 6.

Desa Cihideung berbatasan dengan Desa Karyawangi di sebelah utara, Desa Isola di sebelah selatan, Desa Sukajaya di sebelah timur, serta Desa Karyawangi dan Desa Cigugur Girang di sebelah barat. Batas wilayah desa sebelah utara dan selatan ditandai dengan gapura desa, sedangkan sebelah barat dan timur dibatasi oleh lahan hijau, pemukiman, dan pembatas pagar beton. Desa Cihideung terdiri dari 17 RT dengan 4 dusun, yaitu dusun Nyingkir, Panyairan, Cihideung, dan Kancah.

Tabel 6 Luas wilayah menurut penggunaan

Penggunaan Luas

Pemukiman 201, 000 ha

Kuburan 2, 000 ha

Pekarangan 40, 249 ha

Perkantoran 0, 155 ha

Tegal/ladang 175,887 ha

Fasilitas umum Prasarana umum lainnya 11, 243 ha

Area kosong 182, 471 ha

Total 445,410 ha

(36)

19 Desa Cihideung ini ditetapkan sebagai desa wisata sebagai upaya dalam mewujudkan visi dan misi pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Desa Cihideung ini juga didukung oleh keadaan lingkungan yang nyaman yaitu berada pada suhu rata-rata 17-240C sehingga Desa Cihideung ini berpotensi dikembangkan menjadi destinasi wisata. Wilayah Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: Bakosurtanal (2013)

(37)

20

Identifikasi Karakter Lanskap

Lanskap yang terbentuk di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat ini terbentuk dari aspek fisik dan biofisik dengan bercirikan lanskap pertanian.

Aspek Fisik

Iklim

Berdasarkan data dari Stasiun BMKG Lembang diketahui bahwa rata-rata curah hujan tertinggi di Desa Cihideung terjadi pada bulan Desember dan rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Jumlah curah hujan Desa Cihideung berdasarkan pengukuran Stasiun Lembang dapat dilihat pada Tabel 7. Grafik rata-rata jumlah curah hujan di Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 7.

Tabel 7 Jumlah curah hujan (mm)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Rata-Rata

2002 386 124 236 167 26.0 29.0 155 25.0 0.00 27.0 192 323 141

2003 100 319 180 72.0 82.0 24.0 19.0 13.0 18.0 267 124 289 126

2004 193 270 194 203 229 36.0 53.0 0.00 14.0 13.0 148 315 139

2005 198 450 315 172 155 106 42.0 35.0 109 159 198 245 182

2006 291 219 42.0 143 131 19.0 5.00 0.00 0.00 20.0 61.0 445 115

2007 82.0 338 137 409 72.0 97.0 2.00 4.00 16.0 139 456 361 176

2008 230 129 310 278 79.0 25.0 0.00 54.0 24.0 173 257 221 148

2009 208 205 418 196 169 55.0 31.0 0.00 11.0 154 301 202 162

2010 307 436 552 90.0 332 103 176 145 299 286 402 292 285

2011 55.0 64.0 81.0 174 183 22.0 37.0 1.00 8.00 143 505 321 133

Rata-Rata 205 255 246 190 146 52.0 52.0 28.0 50.0 138 264 301 161

Sumber: BMKG (2012)

Sumber: BMKG (2012)

(38)

21 Berdasarkan data jumlah curah hujan di atas, jumlah bulan basah (>60 mm) pada 10 tahun terakhir (2002-2011) adalah 8 bulan dan jumlah bulan kering (<60 mm) adalah 4 bulan. Maka, dapat diperoleh nilai ratio bulan kering terhadap bulan basah (Q) untuk menentukan jenis iklim mikro Desa Cihideung. Rumus yang dapat digunakan adalah

Q = Jumlah Bulan Kering Jumlah Bulan Basah

Nilai yang diperoleh adalah Q = 4/8 X 100% = 50 %. Berdasarkan klasifikasi Schmidth dan Ferguson (1951), iklim di Desa Cihideung termasuk ke dalam tipe iklim C, yaitu daerah agak basah (Koesmaryono dan Handoko 1995)

x 100%

Suhu rata-rata di desa ini adalah 20,040C (BMKG, 2012). Suhu rata-rata Desa Cihideung berdasarkan pengukuran Stasiun Lembang dapat dilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan hasil survey lapang diperoleh suhu sesaat di desa ini adalah 180-210C dan kelembaban udara sebesar 71-100 %. Grafik rata-rata suhu udara di Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 8.

Sumber: BMKG (2013)

Gambar 8 Grafik rata-rata suhu udara Tabel 8 Suhu rata-rata (0C)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Rata-Rata 2002 20.1 19.7 20.4 20.4 20.5 19.8 19.7 19.1 20.1 21.8 21.2 20.7 20.3

2003 20.8 20.0 20.1 20.6 20.7 19.9 19.5 19.8 20.4 20.5 20.9 20.0 20.3

2004 20.7 20.0 20.6 20.7 20.4 19.7 19.2 19.1 20.3 21.5 21.1 20.2 20.3 2005 20.3 20.1 20.4 20.5 20.3 20.1 19.5 19.4 20.0 20.4 20.7 20.0 20.1

2006 19.9 20.3 20.3 20.2 18.5 17.4 17.6 16.5 20.1 21.3 21.5 20.5 19.5 2007 19.7 19.7 19.8 20.1 20.4 19.9 19.6 19.5 20.3 20.7 20.4 20.0 20.0

2008 20.4 19.2 19.6 19.8 19.8 19.4 19.3 19.5 20.4 20.7 20.4 20.1 19.9

2009 19.7 19.4 19.6 20.2 20.3 19.8 19.3 19.5 20.3 20.4 20.3 20.4 19.9 2010 19.9 20.2 20.4 21.0 21.1 20.2 19.6 19.9 19.7 20.1 20.2 19.7 20.2

2011 19.8 19.8 19.8 19.9 20.1 19.6 19.1 19.2 20.1 20.8 20.0 20.6 19.9

Rata-Rata

20.1 19.8 20.1 20.3 20.2 19.6 19.2 19,6 20.2 20.8 20.7 20.2 20.0

(39)

22

Kelembaban udara di Desa Cihideung sebesar 84,63 % (BMKG, 2012). Kelembaban udara Desa Cihideung berdasarkan pengukuran Stasiun Lembang dapat dilihat pada Tabel 9. Grafik rata-rata kelembaban udara di Desa Cihideung dapat dilihat pada Gambar 9.

Tanah

Jenis tanah di Desa Cihideung adalah tanah Andosol Cokelat dan Latosol Cokelat. Tanah Andosol Cokelat berasal dari bahan induk abu vulkan yang telah

mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur. Penyebaran tanah

tersebut di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2 500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Tanah jenis ini banyak ditemukan di dataran tinggi bersuhu

Tabel 9 Kelembaban rata-rata (0C)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Rata-Rata

2002 90 89 88 87 85 85 86 82 80 71 83 88 85

2003 83 90 90 87 84 81 79 82 81 85 85 88 85

2004 89 88 86 87 88 83 86 80 80 74 83 88 84

2005 87 89 88 85 87 87 84 84 85 83 82 92 86

2006 90 88 86 89 85 81 84 77 74 72 79 89 83

2007 84 91 88 92 86 87 82 74 73 82 91 92 85

2008 86 89 89 88 83 83 79 84 80 84 89 89 85

2009 86 89 86 87 85 85 79 80 76 80 85 86 84

2010 88 90 89 83 86 86 87 86 88 86 88 85 87

2011 84 81 84 86 88 83 83 78 77 80 88 84 83

Rata-Rata

87 88 87 87 86 84 83 81 79 80 85 88 85

Sumber: BMKG (2012)

Sumber: BMKG (2012)

(40)

23

sedang hingga dingin. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan

pada ketinggian di atas 800 mdpl. Tanah Andosol Cokelat ini tersebar di pulau-pulau yang memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara. Tanah ini banyak dikembangkan untuk tanaman perkebunan dan hortikultura. Tanah Latosol Cokelat memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air, memiliki pH 6–7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, namun kadar humusnya mudah menurun. Jenis tanah ini pada dasarnya

merupakan bentuk pelapukan dari batuan vulkanis. Tanah Latosol Cokelat

tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah Latosol Cokelat memiliki ketersediaan air yang cukup, kadar nitrogen, pospor, dan kalium yang cukup, dan untuk peningkatan produksi dapat dilakukan dengan pemupukan.

Berdasarkan karakteristik tanah, Desa Cihideung didominansi oleh tanah Andosol Cokelat. Tanah Andosol Cokelat ini sangat penting bagi bidang pertanian. Namun, produktivitas tanah yang rendah akibat sifat kimia yang khas seperti retensi P yang tinggi, pencucian unsur basa dari tanah. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kesuburan tanah Andosol Cokelat perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah tersebut agar produktivitas lahan meningkat sehingga produksi hasil pertanian pun meningkat.

Topografi

(41)

24

Sumber: Bakosurtanal (2013)

(42)

25

Sumber: Bakosurtanal (2013)

(43)

26

Penutupan Lahan

Penutupan lahan di Desa Cihideung, terdiri atas: lahan budidaya, hutan, padang rumput, semak belukar/alang-alang, perkebunan, persawahan, tegalan/ladang, danau/situ, dan perumahan. Peta Penutupan lahan ini dapat dilihat pada Gambar 12.

Sumber: Bakosurtanal (2013)

(44)

27

Hidrologi

Bentuk badan air yang ada di Desa Cihideung merupakan badan air alami berupa mata air dan sungai. Mata air tersebut berjumlah 8 unit. Sungai yang terdapat di desa ini merupakan sungai kecil. Kondisi badan air tersebut relatif baik. Hal tersebut dikarenakan area di sekitar badan air masih ditumbuhi pepohonan. Kualitas air tersebut tergolong ke dalam air jernih yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama sebagai sumber irigasi budidaya tanaman hias, tanaman sayur, dan buah serta tanaman bunga potong.

Saluran drainase di Desa Cihideung ini terbagi menjadi dua, yaitu saluran drainase alami dan buatan. Saluran drainase alami merupakan saluran air yang mengikuti keadaan topografi pada tapak. Air mengalir dari puncak bukit menuju tegalan-tegalan di daerah bagian bawah. Saluran drainase buatan merupakan saluran drainase yang sengaja dibuat di sepanjang koridor jalan, pemukiman penduduk dan di sekitar lahan budidaya tanaman. Saluran drainase yang berupa sumber irigasi dapat dilihat pada Gambar 13.

Secara umum kondisi saluran drainase tersebut relatif baik. Namun, kondisi saluran drainase buatan terlihat kurang baik. Hal tersebut dikarenakan masyarakat membuang limbah padat rumah tangga ke dalam saluran air sehingga mengakibatkan ketika turun hujan air meluapkan limbah tersebut ke jalan.

Keadaan hidrologi di Desa Cihideung sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber air saluran irigasi untuk lahan budidaya tanaman hortikultura. Kebutuhan air di Desa Cihideung selalu tercukupi walaupun pada musim kemarau. Namun, penataan saluran yang kurang tertata terutama di tepi jalan akan membuat bad view sehingga diperlukan penataan saluran drainase agar dapat terlihat lebih baik. Keadaan saluran air yang kurang tertata dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 13 Saluran irigasi

(45)

28

Aspek Biofisik

Vegetasi dan Satwa

Berdasarkan hasil survey lapang dan studi literatur vegetasi yang terdapat di Desa Cihideung, yaitu vegetasi budidaya. vegetasi pelindung, vegetasi konservasi, dan vegetasi perkebunan. Vegetasi budidaya antara lain tanaman hias, tanaman sayuran, dan tanaman buah. Vegetasi pelindung antara lain pinus (Pinus merkusii), cemara, kecrutan (Spathodea campanulata), dan lainnya. Vegetasi konservasi antara lain rerumputan, alang-alang (Imperata cylindrical), bambu (Bamboosa vulgaris), orok-orok, palem merah (Cyrtostachis renda). Vegetasi perkebunan adalah teh. Selain itu, terdapat juga vegetasi estetik, seperti rumput paetan (Axonopus compressus), teh-tehan (Acalypha macrophylla), euphorbia (Euphorbia milii), palem botol (Mascarena lagenicaulis), palem raja (Roystonea regia), bugenvil (Bougainvillea sp.), petai cina (Leucaena leucocephala).

Sebagian besar vegetasi yang terdapat di Desa Cihdeung merupakan vegetasi budidaya. Hal tersebut terlihat dari pemanfatan pekarangan rumah penduduk untuk mendisplay tanaman lanskap yang siap di jual dan pembudidayaan tanaman. Tanaman lanskap yang dijual mulai dari tanaman penutup tanah hingga pohon. Selain itu, terdapat usaha pembudidayaan bunga potong yang dapat digunakan untuk dekorasi. Beberapa jenis tanaman pertanian yang dibudidayakan di Desa Cihideung dapat dilihat pada Tabel 10, Tabel 11, dan Tabel 12.

Tabel 10 Tanaman sayuran ddan palawija No Nama lokal Nama ilmiah

1 Jagung Zea mays

2 Ubi kayu Manihot esculenta

3 Ubi jalar Ipomoea batatas

4 Petsai/sawi/sosin Brassica rapa

5 Kubis Brassica oleracea

6 Buncis Phaseolus vulgaris

7 Cabai merah Capsicum annum

8 Cabai rawit Capsicum frutescens

9 Tomat Solanum lycopersicum

10 Brocoli Brassica oleracea

11 Selada Lactuca sativa

12 Labu siam Sechium edule

Tabel 11 Tanaman buah

No Nama lokal Nama Ilmiah 1 Alpukat Persea americana

2 Sawo Manilkara zapota

3 Mangga Mangifera indica

4 Durian Durio zibethinus

5 Jambu biji Psidium guajava

6 Jambu air Eugenia aquea

7 Jeruk siam/keprok Citrus nobilis

8 Pepaya Carica papaya

(46)

29 Tabel 12 Tanaman hias

No Nama lokal Nama ilmiah Spesies

1 Anggrek bulan Phalaenopsis amabilis Phalaenopsis amabilis

2 Anthurium bunga Anthurium sp. Anthurium andraeanum

3 Anyelir Dianthus caryophyllus Dianthus caryophyllus

4 Simbang darah Iresine herbstii Iresine herbstii

5 Gladiol Galdiolus sp. Galdiolus communis

6 Pisang-pisangan Heliconia sp.

7 Krisan Chrysanthemum sp.

9 Sedap malam Polyanthes tuberosa Polyanthes tuberose

10 Dracaena Dracaena godseffiana Dracaena godseffiana

11 Melati Jasminum sambac Jasminum sambac

12 Palem merah Cyrtostachis renda Cyrtostachis renda

13 Aglaonema Aglaonema sp.

14 Kamboja jepang Adenium obesum. Adenium obesum

15 Euporbia Euphorbia milii Euphorbia milii

16 Pilodendron Philodendron sp. Philodendron

17 Pakis Cycas rumphii Cycas rumphii

18 Monstera Monstera sp. Monstera acuminata

19 Wijaya kusuma Epiphyllum oxypetalum Epiphyllum oxypetalum

20 Hanjuang Cordyline terminalis Cordyline terminalis

21 Daun bahagia Dieffenbachia sp. Dieffenbachia amoena, Dieffenbachia bowmanii, Dieffenbachia maculata,

22 Lidah mertua Sansevieria sp.

23 Keladi hias Caladium bicolor Caladium bicolor

24 Sutra Bombay Portulaca sp. Portulaca grandiflora

25 Kana Canna sp. Canna generalis, Canna indica

26 Dahlia Dahlia variabilis Dahlia variabilis

27 Kaktus Eriosyce imitans Eriosyce imitans

28 Spider lily Hymenocallis speciosa Hymenocallis speciosa

29 Soka Ixora sp.

30 Dusty miller Senecio cineraria Senecio cineraria

31 Zodia Eulovia suaveolens Eulovia suaveolens

32 Hortensia Hydrangea macrophylla Hydrangea macrophylla

33 Nipple fruit Solanum mammosum Solanum mammosum

(47)

30

No Nama lokal Nama ilmiah Spesies

35 Bunga matahari Helianthus annuus Helianthus annuus

36 Teratai Nymphaea lotus Nymphaea lotus

37 Alang-alang air Typa angustifolia Typa angustifolia

38 Bugenvil Bougainvillea sp.

39 Amarylis Hippeastrum hybrida Hippeastrum hybrida

40 Futoi/bambu air Equisetum hyemale Equisetum hyemale

Satwa yang terdapat di Desa Cihideung sebagian besar merupakan satwa yang dibudidayakan atau satwa ternak. Jenis-jenis satwa ternak tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

Populasi satwa ternak yang terbesar adalah sapi perah. Hal tersebut dikarenakan produksi yang dihasilkan dari sapi dilakukan secara rutin dan dilakukan pemasaran ke luar Desa Cihideung. Sedangkan, satwa ternak dan satwa peliharaan yang lainnya hanya dikembangkan dalam skala rumah tangga sebagai hewan peliharaan. Daerah pengembangan sapi perah tersebut berada di RT 16 dan 17. Hal tersebut didukung oleh adanya lahan yang relatif luas untuk peternakan sapi, adanya tenaga peternak, tersedianya bahan pakan ternak yang cukup.

Identifikasi Karakter Sosial Budaya Masyarakat

Untuk mengetahui karakter budaya masyarakat dapat diketahui melalui persepsi dan preferensi pengunjung dan penduduk Desa Cihideung, kelembagaan masyarakat yang berkembang di desa, dan penilaian keberlanjutan masyarakat.

Tabel 13 Jenis satwa ternak dan satwa peliharaan No Nama lokal Nama ilmiah

1 Sapi perah Bos primigenius

2 Ayam kampung Gallus domesticus

3 Ayam broiler Gallus gallus

4 Bebek Cairina moschata

5 Kuda Equus caballus

6 Domba Ovis aries

7 Kelinci Oryctolagus cuniculus

8 Anjing Canis Lupus

9 Kucing Felis Domesticus

Sumber: Profil Desa (2010)

(48)

31

Aspek Sosial dan Ekonomi

Demografi

Jumlah penduduk Desa Cihideung sebesar 12 996 jiwa dengan rincian 6 259 orang laki-laki, 6 667 orang perempuan, 4 041 KK. Tingkat pendidikan penduduk Desa Cihideung sangat beragam. Tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk yang beragam mengakibatkan mata pencaharian penduduk pun bervariasi. Mata pencaharian penduduk Desa Cihideung dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 14 Tingkat pendidikan penduduk Tingkat

Sumber: Profil Desa (2010)

Tabel 15 Mata pencaharian penduduk Mata Pencaharian Laki-laki

(orang)

(49)

32

Berdasarkan data tersebut 41.25% penduduk laki-laki dan 16.22% penduduk perempuan bermata pencaharian sebagai petani terutama petani tanaman lanskap dan pedagang. Hal tersebut sangat mendukung keberlanjutan pengembangan agrowisata.

Mayoritas penduduk Desa Cihideung beragama Islam yaitu sebesar 12 636 orang dan minoritas beragama Kristen yaitu sebesar 290 orang. Kehidupan beragama penduduk di Desa Cihideung dapat dilihat dari tersedianya sarana peribadatan di setiap RT di Desa Cihideung, serta adanya kegiatan peribadatan (pengajian) rutin ibu-ibu Desa Cihideung.

Penduduk Desa Cihideung juga memilki kebudayaan tradisional berupa kesenian sasapian dan tradisi ritual Irung-Irung. Sasapian merupakan salah satu bentuk syukur penduduk Desa Cihideng atas segala nikmat yang telah diberikan Allah selama ini. Bentuk rasa syukur tersebut disajikan dalam bentuk pertunjukan sasapian yang menggambarkan adanya peperangan melawan penjajah pada masa dahulu yang diibaratkan oleh sapi. Tradisi ritual Irung-Irung merupakan ritual membersihkan mata air irung-irung yang merupakan sumber mata air yang mengairi lahan pertanian penduduk Desa Cihideung. Penduduk selalu berperan aktif dalam kegiatan tersebut yang merupakan salah satu bentuk kegiatan keagaamaan yang rutin dilakukan setiap tahun.

Persepsi Penduduk Desa Cihideung

(50)

33

Persepsi Pengunjung Desa Cihideung

Untuk mengetahui persepsi pengunjung Desa Cihideung dilakukan penyebaran kuisioner kepada 30 responden. Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diberikan pengunjung Desa Cihideung secara umum memilki kesan yang baik terhadap Desa Cihideung. Hal tersebut dapat terlihat dari suasana desa yang nyaman, indah, bersih, serta penduduk yang ramah. Namun, fasilitas wisata yang masih kurang membuat pengunjung kurang merasa puas saat berkunjung ke desa. Berdasarkan persepsi pengunjung pemandangan Desa Cihideung sebesar 80% indah dan 20% sangat indah (Gambar 15); kebersihan Desa Cihideung 93% menyatakan bersih dan 7% menyatakan kotor (Gambar 16); dan sikap penduduk Desa Cihideung sebesar 93% menyatakan ramah serta 7% menyatakan terbuka (Gambar 17).

Gambar 15 Persepsi pengunjung tentang keindahan Desa Cihideung

Gambar 16 Persepsi pengunjung tentang kebersihan Desa Cihideung

Gambar

Tabel 6 Luas wilayah menurut penggunaan
Tabel 7 Jumlah curah hujan  (mm)
Gambar 8 Grafik rata-rata suhu udara
Gambar 9 Rata-rata kelembaban udara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Desain pembelajaran berbasis masalah ini dapat dijadikan guru sebagai alternatif desain pembelajaran yang membuat proses pembelajaran lebih bermakna dan membangun cara

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

Lampiran F.10 Surat Keterangan Penyebaran dari SDN Sindangpalay

Kc'nrne i.n Negid Pcpub'ir ndonr ia (bagannr relab bcbenpa kali ditrhh reGkhn dergan leratunn pre{den Nomor 9l lentum Presid€n Rl Nonor 9rt Tahun 2006 renrang leNbalran Keriga al6

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap sistem informasi akuntansi..

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari berbagai sumber saat pengumpulan data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Man 2 Kota Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

1) Kurangnya hubungan suatu masyarakat dengan masyarakat lain, sehingga keterasingan hidup anggota masyarakat yang demikian sering kali tidak mengetahui perkembangan