• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian sistem irigasi kendi lapindo pada tanaman lada perdu (Piper Ningrum L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengujian sistem irigasi kendi lapindo pada tanaman lada perdu (Piper Ningrum L)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

iii

PENGUJIAN SISTEM IRIGASI KENDI LAPINDO PADA TANAMAN

LADA PERDU (

Piper Ningrum

L)

SKRIPSI

RISKIYAH AGUSTINA

F14060689

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERFORMANCE TEST OF LAPINDO PITCHER IRRIGATION SYSTEM ON

PAPPER PLANT (Piper Ningrum L)

Riskiyah Agustina and Budi I Setiawan

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University,Wageningen laboratory, Jln. Tanjung 21B, IPB Darmaga,

PO Box 16680, Bogor, West Java, Indonesia e-mail : budindra@yahoo.com

ABSTRACT

Nowadays, water crisis has been threathening agricultural activities in fulfilling sustainable food production expecially in dryland area. On the other side, there are a potentiality of using Lapindo mud for making irrigation pitcher which can be used for irrigate dryland agricultures effeciently. This study aims at testing the performance of the Lapindo pitcher irrigation system used to irrigate papper plant in a greenhouse. Two types of irrigation pitchers were used for the experiment. One has higher permeability 6.715 x 10-7 cm/s than the other 5.256 x 10-7 cm/s. After one month experiment, papper plants growed well but faster when using the higher permeable pitcher. From this study, Lapindo mud is very potential to be used as row material to make irrigation pitcher. It is hoped that this study will ease to handle Lapindo mudflow problem by utilizing it into a useful material.

(3)

RISKIAH AGUSTINA. F14060689

. Pengujian Sistem Irigasi Kendi Lapindo

pada Tanaman Lada Perdu (

Piper Ningrum

L).

Di bawah bimbingan : Prof . Dr.

Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr. 2011.

RINGKASAN

Kini ancaman krisis air bersih sudah semakin nyata melanda dunia, Indonesia juga tidak luput dari krisis ini terutama Jawa dan sepanjang pantai utara. Bagi Indonesia masalah krisis air bersih disebabkan oleh kurang optimalnya dalam pengelolaan sumber daya air. Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya antara kebutuhan akan air yang terus berkembang dengan ketersediaan sumber daya air yang cenderung tetap. Belum lagi kebutuhan air untuk pertanian sebagai kegiatan dalam pemenuh kebutuhan pangan masyarakat yang harus dilakukan baik di daerah yang cukup air maupun daerah yang berlahan kering. Keadaan iklim yang cepat berubah,cenderung memperparah keadaan ini. Disisi lain bencana luapan lumpur Lapindo Sidoarjo yang terjadi beberapa tahun belakangan belum dapat tertangani dengan baik dan bijak. Melihat kondisi-kondisi tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah bagaimana memanfaatkan sesuatu yang berlimpah dan belum termanfaatkan menjadi sesuatu yang bergguna,terutama dalam bidang pertanian. Inilah sistem irigasi kendi Lapindo untuk lahan kering yang merupakan teknologi tepat guna hemat air yang dikembangkan,dimana kendi yang digunakan untuk sistem irigasi ini berbahan dasar dari lumpur bencana Lapindo sebagai pengganti dari tanah liat, yang menjadi salah satu alternatif dalam pemanfaatan lumpur bencana lapindo, serta cara yang digunakan dalam rangka menghijaukan lahan-lahan kering untuk pertanian di berbagai daerah di Indonesia. Namun pemanfaatan sistem irigasi kendi Lapindo ini membutuhkan pengujian dan penelitian lebih lanjut.

Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji pemanfaatan lumpur lapindo sebagai bahan pengganti tanah liat untuk bahan dasar kendi pada sistem irigasi kendi serta melakukan pengujian kendi lapindo untuk sistem irigasi kendi pada tanaman lada perdu (piper ningrum L),sedangkan secara khusus melakukan pengujian nilai konduktivitas hidrolika kendi Lapindo pada media air dan tanah, laju perembesan dan pola kelembaban.

(4)

iv

PENGUJIAN SISTEM IRIGASI KENDI LAPINDO PADA TANAMAN

LADA PERDU (

Piper Ningrum

L)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

RISKIYAH AGUSTINA

F14060689

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

v

Judul Skripsi : PENGUJIAN SISTEM IRIGASI KENDI LAPINDO PADA

TANAMAN LADA PERDU (

Piper Ningrum

L)

Nama

: Riskiyah Agustina

NIM

: F14060689

Menyetujui

Pembimbing Akademik

(Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr.)

NIP : 19600628 198503 1 002

Mengetahui :

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Desrial, M.Eng)

NIP : 19661201 199103 1 004

(6)

vi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya baha skripsi dengan judul

PENGUJIAN SISTEM IRIGASI KENDI LAPINDO PADA TANAMAN LADA

PERDU (

Piper Ningrum L

)

adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen

Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Yang membuat pernyataan

Riskiyah Agustina

(7)

vii

© Hak cipta milik Riskiyah Agustina, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

(8)

viii

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Pekalongan, 11 Agustus 1988 dari

pasangan Bapak H.Shaleh H.Noer dan Ibu Hj. Cholifah. Penulis

melaksanakan pendidikannya dari TK Aisyah Bustanul Atfal Krapyak

Lor Pekalongan dilanjutkan ke SD Ma`had Islam VI dilanjutkan ke

SLTP Islam Pekalongan dan SMA Negeri 2 Pekalongan. Penulis

diterima di IPB melalui jalur USMI tahun 2006 dan masuk ke

Departemen Teknik Pertanian (Agriculture Engineering) IPB angkatan

43 dibagian Laboratorium Tanah dan Air. Selama menjadi mahasiswi IPB, penulis telah

mengikuti organisasi kampus dan fakultas serta berbagai kepanitiaan untuk menambah

pengalaman, baik yang menunjang pendidikan dan keprofesian maupun yang memperkaya

pengalaman terutama

softskill

yang tidak didapatkan di bangku perkuliahan. Diataranya

adalah Staf PPSDM BKIM IPB 2006, Kepala biro Humas Keputrian BKIM IPB 2007,

Kepala keputrian DKM AL FATH FATETA 2008-2009, Staf Departemen Politik dan Kajian

Strategis BEM FATETA 2009. Dan beberapa kepanitiaan, diantaranya Ketua Panitia Bedah

Buku

Personality Plus

Al Fath Management 2010, Koordinator Acara Talk Show

Muslimah BKIM (Badan Kerohanian Islam Mahasiswa) 2010, Bendahara Event Organiser

PT. Penerbit IPB Press 2009, Koordinator Acara Seminar Politik BEM FATETA 2009,

Koordinator Acara Musyawarah Wilayah I IMTPI (Ikatan Mahasiswa Teknologi Pertanian

Indonesia) 2008. Koordinator Humas Bedah Buku

“Saatnya Dunia Berubah, Tangan Tuhan

Dibalik Virus H5N1” Menteri Kesehatan RI BKIM

2008, Staf Humas MPF (Masa

Pengenalan Fakultas) FATETA 2008. Penulis juga berhasil memperoleh prestasi selama

menjadi mahasiswi IPB baik akademik dan non akademik, diantaranya penerima hibah

Pekan Kreatifitas Mahasiswa yang didanai oleh DIKTI tahun 2009 bidang Kewirausahaan,

Peserta Workshop Wirausaha Muda Mandiri Bank Mandiri Jakarta 2008. Moderator dan

Host dalam Talk Show Muslimah BKIM 2010, Bedah Buku “Personality Plus”

Al Fath

Management 2010 dan Seminar Politik BEM FATETA 2009. Pembaca puisi dalam

musikalisasi puisi Kampanye Tutup Aurat BKIM dan KOGASE (Koalisi Gaul Sehat) 2010

serta menjadi Pengajar Bidang Fisika dan Matematika di Bimbingan Belajar Primagama

Bogor 2010. Penulis melaksanakan Praktek Lapangan di Balai Besar Pengembangan

Budidaya Air Tawar Sukabumi dan berhasil menyelesaikan laporan praktik lapangannya

(9)

ix

BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI”

dan

pada tahap terakhir pendidikan srata 1, penulis dapat menyelesaikan tugas akhirnya

dengan judul

“ PENGUJIAN SISTEM IRIGASI KENDI

LAPINDO PADA TANAMAN

LADA PERDU (Piper Ningrum)

.

Tugas akhir ini juga masuk dalam program tv

INOVATOR yang ditayangkan pada 24 November 2010 pukul 13.00 WIB di stasiun Metro

(10)

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim, Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih dan

Penyayang. Puji syukur hanya kepada Allah SWT semata, Tidak ada Rabb Selain Dia.

Selaku Rabbil alamin, pencipta alam semesta. Rabb penguasa langit dan bumi. Satu-satunya

Rabb yang layak disembah, diangungkan dan sebagai tempat bergantung. Tidak ada

kekuatan yang melebihi-Nya. Atas rahmat dan hidayah-Nya penelitian dan penulisan skripsi

yang berjudul

“PENGUJIA

N SISTEM IRIGASI KENDI LAPINDO PADA TANAMAN

LADA PERDU (Piper Ningrum L)

dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam semoga Allah SWT limpahkan kepada panutan kita, Rasulullah

Muhammad SAW. Yang membawa syariat Islam, sebagai rahmat seluruh alam. Kepada

keluarga beliau, sahabat beliau dan para pengikutnya, para pembela Islam yang istiqomah

memegang teguh Islam sampai akhir zaman nanti.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian saya pada akhir masa studi saya pada jenjang

Srata 1, Teknik Pertanian IPB yang membuat saya lebih matang dalam pengalaman hidup

dan semoga skripsi ini dapat menambah data literatur dan karya ilmiah untuk pertanian

Indonesia yang lebih baik, khususnya dibidang teknologi. Hasil dari penelitian ini berupa

informasi tentang pengujian teknologi irigasi kendi dengan berbahan lumpur lapindo yang

sudah diketahui bersama merupakan hasil dari bencana yang terjadi di Sidoarjo dan

diharapkan informasi terbaru dan data yang ada pada skripsi ini dapat digunakan oleh semua

kalangan baik akademisi maupun praktisi di dalam usaha khususnya untuk penanggulangan

bencana dan pengembangan pertanian untuk lahan kering. Penelitian dalam skripsi ini baru

berupa pengujian irigasi kendi dari kendi yang terbuat dari lumpur lapindo sehingga perlu

pengembangan baik itu dalam bentuk pemgembangan pabrikasi sehingga dapat diaplikasikan

lebih luas untuk menjadi irigasi rujukan khususnya untuk daerah-daerah yang mempunyai

tanah yang kering sehingga sektor pertanian tetap dapat hidup dengan lahan yang tidak

berlimpah air.

Kiranya skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga penulis tetap membuka diri atas

kritik, saran dan koreksi untuk memperkaya penelitian ini.

Penulis juga tidak lupa ingin mengucapkan terima kasih dan pengahargaan

sebesar-besarnyakepada banyak pihak yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung

ataupun tidak langsung dalam usaha menyelesaikan tugas akhir :

1.

Allah Azza Wajalla atas segela kepercayaan dan kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk menghadapi semuanya dengan sabar dan ikhlas dan keluar menjadi juara

bersama Nya.

2.

Bapak atas segala bimbingan serta dukungannya selama ini. Ibu yang sampai saat ini

masih tidak dapat ku temukan rangkaian kata yang dapat mewakili ucapanku. Terima

kasih atas segala do`a dan perjuangannya. Ya Robb senantiasa jagalah keduanya dalam

lindungan Mu.

3.

Bapak Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr selaku dosen Pembimbing Akademik

(11)

xi

4.

Bapak Dr. Satyanto K. Saptomo, S.Tp, M.Si selaku dosen penguji I. Terima kasih atas

saran,koreksian dan masukannya yang sangat membantu.

5.

Bapak Ir. Mad Yamin, M.T selaku dosen penguji II. Terima kasih atas pembelajaran

yang banyak didapatkan.

6.

Bapak Dr. Ir. I wayan Astika, M.Si selaku dosen Koordinator Mayor yang memotivasi

penulis.

7.

keluarga Mba Ati dan Mas Nanang yang senantiasa memotivasi dan memberikan tempat

singgah untuk melepas rindu akan suasana rumah tiap saat dengan segala canda

tawanya. Keluarga Mba Wie dan Mas Yusuf yang banyak menginspirasi dan

memberikan banyak informasi yang membuat penulis untuk terus terpacu dalam

menuntut ilmu serta menggali potensi diri yang lebih baik untuk ummat. Furqon dan

Syafiq yang selalu membanggakan, juga Kakak dan Labib yang meski tinggal jauh di

Enscheda Belanda. Te` Na doakan semoga menjadi anak-anak yang sholeh jadi

kebanggaan ummi dan abi serta kakak dan adik yang selalu saling menyanyangi. Terima

kasih atas segala keceriaannya.

8.

Seluruh Bapak dan Ibu Staf Pengajar di IPB atas ilmu yang pernah diberikan.

9.

Semua yang mambantu penelitian saya : Izhris sebagai teman kerja dan diskusi yang

sabar dan banyak membantu, teman satu bimbingan Tony yang doyan nge-Down Load

apa aja di Lab dan Septian yang selalu sibuk entah kemana. Warga wageningen : Pak

Chusnul yang meminjamkan alatnya (Field Server) terima kasih atas bantuannya meski

akhirnya alatnya tidak jadi digunakan

serta Andi, Ka Aiep, Mba Gusti, Ka Hadi dan Ka Rifqi yang memberi banyak

informasi, Mas Mul yang senantiasa meminjamkan ruang kerjanya menjadi

Base Camp

temen-temen selama penelitian di Lab. Wageningen.

10.

Teman-teman seperjuangan di TEP, Azzah, Yeni, Henry. Terima kasih atas

persahabatannya semoga hati-hati kita selalu didekatkan oleh Nya meski dalam kedaan

jauh nanti.

11.

Teman-temanku selama praktek lapangan (PL) di Balai Besar Pengembangan Budidaya

Air Tawar (BBPBAT)

Sukabumi, Andy DC, Rully, Shally, Vivi.

12.

Teman-teman di BKIM IPB,AL-FATH Management, Magic 43. Yakinlah selalu akan

datangnya pertolongan dari Allah SWT untuk sebuah keistiqomahan dalam perjuangan

Islam ideologis di kampus hijau ini.

13.

Temen-temen Bem FATETA Departemen Polkastrat (2009-2010) atas segala

pembelajarannya.

14.

Guru ngajiku yang selalu memdukung Mba Aldina Safitri dan Dedenya kaka Asma,

Mba Cicin, Teh Enchi, Mba Merry. Terima kasih atas bimbingan dan motivasinya

selama ini. Serta temen-temen sengaji ku Maulida Mulya Rahmawati (Lia) yang pinter

nulis dan sosok yang sangat lembut, Zhanazha bla bla bla (Sasa) S.Pi yang meski

namanya teramat panjang dan susah tapi tetep gaul kalau berbicara.

15.

Teman-teman satu kost Pondok Al Jamilah (2007-2010) yang menjadi tempat

(12)

xii

menjadi

Leader dan

Teh Herly

yang baik.

Semua keceriaan dan kehangatan Jamilah

yang terekam untuk terus dikenang dengan baik.

16.

Mba Sukma yang selalu jadi tempat curhat juga kakak, teman yang baik dan sering

ngopyak-ngopyak

untuk terus maju dan bersemangat. Tak ada yang bisa diberikan

selain do`a yang ku panjatkan agar kelurga mba senantiasa barokah dan senantiasa

dalam lindunganNya.

17.

Sahabat-sahabat di Teknik Pertanian angkatan 43, yang selalu kompak juga gokil

diantara angkatan dan jurusan lainnya di FATETA. Semoga pertemuan kita disini

mempererat tali persaudaraan kita selalu sampai nanti.

Bogor, Januari 2011

(13)

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ...

Halaman

ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN... ... 1

1.1 LATAR BELAKANG... 1

1.2 TUJUAN... ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1 HIDROLOGI... 3

2.2 GEOGRAPHICC INFORMATION SISTEM... 5

2.3 SOIL AND WATER ASSESMENT TOOL(SWAT)... 6

2.4 SEUENCIAL UNCERTAINT FITTING VERSION 2. SOIL AND WATER ASSESMENT TOOL- CALIBRATION AND UNCERTAINTY PROGRAMS... 7

III METODOLOGI... 9

3.1 WAKTU DAN TEMPAT... 9

3.2 ALAT DAN BAHAN... 9

3.3 METODE PENELITIAN... 9

IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 17

4.1 KONDISI SUB DAS CISADANE HULU... 17

4.2 SIMULASI SWAT... 22

4.2.1 Step 1 (Pembentukan Batas dan Pembagian Sub DAS) ... 22

4.2.2 Step 2(Pembenttukan hidrogical Respone Unit (HRU)... 24

4.2.3 Step 3 (pengolahan Data Input dan Simulasi)... ... 29

4.2.4.Step 4 (Visualisasi)... 32

4.3 ANALISIS SWAT PLOT AND GRAPH... 33

4.4 KALIBRASI DAN VALIDASI... 35

4.4.1 Kalibrasi Menggunakan Software SUFI2.SWAT-CUP... 35

4.4.1.1 Calibration Inputs pada SUFI2.SWAT-CUP ... 36

4.4.1.2 Exutable file pada SUFI2.SWAT-CUP... 40

4.4.1.3 Calibration Output pada SUFI2.SWAT-CUP... 41

4.4.2 Validasi menggunakan software SUFI2.SWAT-CUP... 45

4.5 ANALISIS VALIDASI DAN KALIBRASI... 45

V. PENUTUP... 47

5.1 KESIMPULAN ... 47

5.2 SARAN... 47

DAFTAR PUSTAKA... 48

(14)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi bahan campuran kendi dan konduktivitas hidrolika kendi... 6

Tabel 2. Batas kesesuaian lingkungan untuk tanaman lada di Indonesia... 10

Tabel 3. Dimensi kendi lapindo... 18

Tabel 4. Hasil analisis contoh fiska tanah... 20

(15)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kendi yang digunakan dalam sistem

irigasi kendi di Indonesia (Setiawan 1997)... 3

Gambar 2 Luapan Lumpur Lapindo Sidoarjo... 7

Gambar 3. Tanaman lada perdu... 8

Gambar 4. Kendi Lapindo... 13

Gambar 5. Pengujian konduktifitas kendi lapindo media air... 13

Gambar 6. Alat Pengukur Kelembapan Tanah... 14

Gambar 7. Kendi dalam drum yang telah terpasang mariot... 15

Gambar 8. Kendi yang telah di tanam untuk irigasi... 15

Gambar 9. Pola Pembasahan yang dilakukan kendi lapindo... 16

Gambar 10. Pengukuran kelembapan tanah tiap baris... 16

Gambar 11. Greenhouse yang dipakai dalam pengujian sistem irigasi kendi lapindo... 17

Gambar 12. Transpor air kendi lapindo media air... 19

Gambar 13. Hubungan antar Laju Rembesan Air kendi Lapindo media tanah terhadap waktu... 21

Gambar 14. Pola Pembasahan Tanah... 22

Gambar 15. Hasil stek tanaman lada perdu... 23

Gambar 16. Pengujian sistem irigasi kendi lapindo pada tanaman lada perdu... 24

Gambar 17. Laju rembesan air yang keluar dari kendi dalam pengujian tanaman lada perdu... 24

Gambar 18. Perkembangan tinggi rata-rata tanaman lada perdu dalam pengujian sistem irigasi kendi lapindo... 25

Gambar 19. Perkembangan lebar daun rata-rata tanaman lada perdu dalam pengujian irigasi kendi lapindo. ... 26

(16)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kendi 1: Data Hasil Pengukuran Konduktivitas kendi Pada Media Tanah...

33

Lampiran 2. Kendi 2: Data Hasil Pengukuran Konduktivitas kendi Pada Media Tanah...

38

Lampiran 3a. Data Konduktivitas Kendi No.1 Pada Media Air...

44

Lampiran 3b. Data Konduktivitas Kendi no.2 Pada Media Air...

44

Lampiran 4. Laju Perembessan Kendi 1 dan 2...

45

Lampiran 5. Lama Pola Pembasahan Tanah...

46

Lampiran 6. Analisis Fisika Tanah...

47

Lampiran 7. Laju Rembesan Kendi Lapindo 1 Pengujian Tanaman Lada Perdu...

48

Lampiran 8. Laju Rembesan Kendi 2 Pengujian Tanaman Lada Perdu...

50

Lampiran 9.a. Perkembangan Tanaman Lada Perdu Kendi 1...

52

Lampiran 9.b. Perkembangan Tanaman Lada Perdu Kendi 2...

52

Lampiran 10. Laju Rembesan Kendi Pengujian Pada Tanaman Lada Perdu...

53

Lampiran 11a. Gambar Derigen Yang Digunakan...

55

Lampiran 11b. Gambar Derigen Mariot Pada Kendi...

55

Lampiran 12a. Gambar sistem Pada Pengukuran Laju Perembesan...

56

Lampiran 12b. Gambar Peletakan Kendi Yang Diuji di Dalam Greenhouse...

56

Lampiran 13a. Penggukuran Lebar Daun Tanaman Lada Perdu...

57

Lampiran 13b. Pengukuran Tinggi Daun Tanaman Lada Perdu...

57

Lampiran 14a. Gambar Penambahan Jerami Dalam Uji Kendi Untuk Mengurangi Penguapan...

58

(17)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Peringatan hari air dunia 2010 pada Maret lalu, diwarnai kabar tidak menyenangkan tentang ancaman krisis air bersih. Krisis yang terus berlangsung di berbagai belahan dunia ini bahkan makin mengkhawatirkan. Sebab, jumlah manusia terus bertambah. Kebutuhan akan air pun terus meningkat. Namun, jumlah persediaan air tidak bertambah. Kini ancaman krisis air bersih melanda dunia. Masyarakat dunia tak hanya terancam kelaparan, namun juga kehausan. Indonesia tentu tidak luput dari ancaman ini. menurut data Kementrian Lingkungan Hidup, kelangkaan air dunia paling parah terjadi di kawasan Afrika. Sedangkan untuk Asia Tengah adalah Indonesia, khususnya di Jawa dan sepanjang pantai utara. Bagi Indonesia masalah krisis air bersih terutama disebabkan oleh kegagalan dalam mengelola sumber daya air. Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya antara kebutuhan akan air yang terus berkembang dengan ketersediaan sumber daya air yang cenderung tetap. Krisis air semakin diperparah oleh perubahan iklim, dengan kecenderungan kerusakan yang demikian besar, maka kemungkinan terjadinya konflik air pun bisa terjadi semakin luas. Ancaman konflik regional dan internasional karena krisis air bukanlah sekedar wacana, tapi hal itu benar-benar ancaman yang semakin nyata. Selama 50 tahun terakhir, pemanfaatan air dari sungai, danau dan air tanah sudah 3 kali lipat, untuk memenuhi kebutuhan pertambahan penduduk. Secara rata-rata 70 persen air tersebut dimanfaatkan untuk pertanian. Di negara-negara berkembang kebutuhan air untuk pertanian bahkan bisa mencapai 90 persen. Lantas bagaimana dengan daerah yang mempunyai lahan-lahan kering.

Untuk mencegah atau setidaknya mengurangi, kemungkinan terjadinya bencana air dunia. Diperkirakan perlu investasi yang luar biasa besar untuk perbaikan pengelolaan air, pengelolaan sanitasi dan irigasi. Dimana setiap tahunnya dibutuhkan kurang lebih 100-150 Miliar US Dollar investasi untuk mencegah krisis air yang semakin parah di 2050. Jumlah ini bisa semakin lebih besar bila upaya nyata untuk mengatasi krisis terlambat dilakukan. Realita ini harus mendorong kita bersiap mengatasinya secara individu, swadaya maupun kelompok. Cara cukup efektifnya nya tentu menjaga lingkungan hidup dan menghijaukan lahan yang makin kering dengan mengubah pola hidup dalam pemanfaatan air serta mengembangkan teknologi tepat guna dalam penghematan air khususnya di lahan-lahan kering tanpa mengurangi produksi pertanian sebagai sumber utama pangan masyarakat. Salah satu teknologi tepat guna hemat air yang dikembangkan adalah sistem irigasi kendi untuk lahan kering. Teknologi ini telah banyak dipakai di berbagai negara, yang pada prinsipnya sama. Namun yang membedakan adalah bentuk dan ukurannya saja.

(18)

2

sampai sekarang. Serta sebagai cara yang digunakan dalam rangka menghijaukan lahan-lahan kering untuk pertanian di berbagai daerah di Indonesia.

1.2

PERUMUSAN MASALAH

Ketersediaan air saat ini terutama untuk pertanian semakin sedikit, hal ini menjadi semakin sulit untuk daerah-daerah yang kering dan sulit air untuk melakukan kegiatan pertanian. Penggunaan sistem irigasi kendi diharapkan dapat mengaplikasikan konsep pertanian hemat air terutama untuk daerah-daerah yang kering dan sulit air tersebut.

Lumpur lapindo yang berlimpah dan sampai saat ini belum termanfaatkan, digunakan sebagai bahan pengganti tanah liat untuk pembuatan kendi yang kemudian diujikan untuk sistem irigasi kendi yang merupakan irigasi hemat air, untuk itu diperlukan penelitian terlebih dahulu.

1.3

TUJUAN

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji pemanfaatan lumpur lapindo sebagai bahan pengganti tanah liat untuk bahan dasar kendi pada sistem irigasi kendi serta melakukan pengujian kendi lapindo untuk sistem irigasi kendi pada tanaman lada perdu ( piper ningrum L).

Sedangkan tujuan secara khusus adalah :

1. Pengujian nilai konduktivitas hidrolika kendi lapindo (K kendi) jenuh dan laju rembesan pada media air.

2. Pengujian nilai konduktivitas hidrolika kendi lapindo pada media tanah dengan karakteristik lempung berpasir.

3. Pengujian laju rembesan dan pola kelembaban tanah sistem irigasi kendi lapindo

4.

Pengujian sistem irigasi kendi lapindo pada tanaman lada perdu

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Sebagai cara yang digunakan dalam rangka menghijaukan lahan-lahan kering untuk pertanian di berbagai daerah di Indonesia, dengan konsep sistem irigasi kendi lapindo yang merupakan sistem irigasi hemat air. Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah pemanfaatan lumpur lapindo untuk bahan dasar pembuatan kendi dalam sistem irigasi kendi.

(19)

3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

SISTEM IRIGASI KENDI

Sistem Irigasi Kendi merupakan salah satu bentuk pemberian air pada tanaman melalui zona perakaran tanaman. Irigasi kendi ini dapat menghemat penggunaan air dengan cara mengatur melalui sifat porositas kendi. Secara operasional, kendi ditanam di bawah tanah dekat dengan zona perakaran tanaman. Jumlah kendi yang ditanam tergantung pada jenis tanaman, kebutuhan air tanaman, suplai air serta porositas tanah dan kendi. Sistem irigasi ini dapat menghemat pemakaian air untuk tanaman di daerah kering dari hasil penelitian menunjukkan distribusi kelembaban tanah dan profil kelembaban tanah selama irigasi dimana jarak horizontal pembasahan mencapai 20 cm dari dinding kendi dan 60 cm secara vertikal setelah terjadi kondisi seimbang. Sehingga mencapai kondisi setimbang dibutuhkan waktu 24 jam setelah irigasi.

Sistem irigasi kendi (pitcher irrigation), telah banyak dikembangkan sebagai upaya meningkatkan effisiensi penggunaan air irigasi. Penggunaan sistem irigasi kendi antara lain sudah dilakukan pada tanaman melon di India (Mondal, 1974), irigasi di Pakistan (Soomoro, 2002) dan irigasi kendi untuk tanaman hortikultura lahan kering di Indonesia (Setiawan, et al, 1998; Saleh dan Setiawan, 2002; Setiawan, 2000).

Gambar 1. Kendi yang digunakan dalam sistem irigasi kendi di Indonesia (Setiawan 1997)

(20)

4

dikembangkan oleh Jurusan Teknik Pertanian IPB dan telah diuji coba di beberapa lokasi untuk tanaman tomat, cabe dan tanaman hortikultular lainnya.

Irigasi kendi di Indonesia sudah dikembangkan sejak tahun 1996. Penelitian irigasi kendi ini dengan membenamkan kendi dalam tanah pasir berlempung untuk melihat rembesannya. Kendi

yang digunakan mempunyai konduktivitas hidrolik jenuh K kendi 3.935x10-10 cm/detik dan hasil

rembesan pada saat awal irigasi 1.25 L /hari dan menurun hingga menjadi konstan antara 0.5-0.6 L/ hari.

Sedangkan penelitiaan irigasi kendi oleh Budi Indra Setiawan (1996) dengan simulasi distribusi kelembaban tanah menggunakan kelembaban numerik metode beda hingga. Hasilnya menunjukkan bahwa distribusi kelembaban tanah ke arah radial dan vertikal berkolerelasi positip dengan K kendi apabila K kendi dilakukan dirumah tanaman dengan mengamati laju pembasahan tanah disekitar kendi. Distribusi kelembaban tanah hasil simulasi dan percobaannya penelitiaan dibatasi pada kajian distribusi dan profil kelembaban tanah. Kandungan air tanah dinyatakan sebagai kelembaban tanah dalam bentuk hisapan (h). Model simulasi gerakan air dalam dinding kendi dan tanah dianalisis dengan pendekatan sistem koordinat silender dan simetris putar. Metode numerik elemen hingga digunakan untuk solusi dari model simulasi yang tujuannya untuk mendapatkan distribusi kelembaban tanah dan profilnya untuk menentukan zone penanamn tanaman.

Osmosis adalah peristiwa perpindahan molekul-molekul zat dari larutan berkonsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi melalui suatu membran semipermeabel tanpa menggunakan energi (transpor pasif). Sedangkan Difusi adalah peristiwa perpindahan molekul-molekul suatu zat dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah tanpa menggunakan energi (transporpasif).

2.2

PENGUJIAN KENDI

2.2.1

Karakteristik Kendi Terhadap Transpor Larutan

Pada irigasi kendi terdapat dua media porus yang menjadi aliran air atau larutan, yakni dinding kendi dan tanah. Keadaan pori-pori dinding kendi dan tanah sebenarnya tidak seragam dan bahkan tidak beraturan, hal tersebut menyebabkan aliran air dari titik ke titik juga tidak beraturan. Oleh sebab itu sesungguhnya geometri dan pola aliran nya sangat sulit untuk dijelaskan secara rinci.

Aliran air pada sistem irigasi kendi dipengaruhi oleh konduktivitas hidrolika kendi, konduktivitas hidrolika tanah, luas permukaan dinding kendi, tekanan hidrostatik dan hisapan tanah. Dalam kaitannya dengan transpor larutan pada sistem vertigasi kendi, karakteristik kendi dan tanah laiinnya yang penting adalah koefisien difusi larutan melalui dinding kendi dan koefisien dispersi hidrodinamika larutan dalam tanah.

(21)

5

2.2.2

Konduktivitas Hidrolika Kendi

Konduktivitas hidrolika tanah adalah sifat yang mengatakan kemampuan tanah untuk melewatkan air atau sering disebut sebagai permeabilitas tanah (Syarief, 1989). Konduktivitas hidrolika jenuh tanah-tanah pertanian di Amerika (US Soil Survey) berkisar antara < 0.13 cm/jam sampai dengan > 25.40 cm/jam (Syarief, 1989).

Pengukuran konduktivitas hidrolika kendi telah dilakukan oleh Stein (1994) dengan hasil pengukuran mempunyai konduktivitas hidrolika kendi berkisar antara 6.94x10-9 sampai 6.17x10-6 cm/dtk.

(22)

6

Tabel. 1 Komposisi bahan campuran kendi dan konduktivitas hidrolika kendi

No

Komposisi bahan campuran

K kendi (cm/det)

Liat Pasir Serbuk gergaji

1 100 0 0 7.8 x 10-8

2 95 2.5 2.5 8.64 x 10-8

3 90 5 5 1.14 x 10-7

4 85 7.5 7.5 7.43 x 10-7

5 80 10 10 1.94 x 10-7

6 75 12.5 12.5 2.10 x 10-6

7 70 15 15 2.28 x 10-6

8 65 17.5 17.5 3.73 x 10-6

9 60 20 20 6.28 x 10-6

10 55 22.5 22.5 8.78 x 10-6

Sumber : Setiawan dan Saleh, 1997

Dari tabel. 1 terlihat bahwa penambahan bahan pasir dan serbuk gergaji dapat meningkatkan porositas kendi. Penambahan pasir maupun serbuk gergaji masing-masing dapat dilakukan maksimum sampai dengan 22,5 % dari bahan pembuatan kendi. Konduktifitas kendi didapatkan dengan perhitungan seperti dibawah ini :

Kkendi =

���

��∆� (1)

Ket :

K = nilai konduktivitas (cm/detik) Q = debit terukur (cm3)

∆x = tebal kendi rata-rata (cm)

(23)

7

2.3

LUMPUR LAPINDO

Semburan lumpur panas Lapindo sejak Mei 2006 sampai saat ini belum juga berhenti, hingga sekarang volume yang dikeluarkan mencapai 50.000 m3/hari dan luas genangan mencapai 110,84 ha. Lumpur hasil eksplorasi ini merupakan salah satu jenis material lempung yang memiliki kandungan kadar oksida SiO2 dan Al2O3 yang tinggi, selain itu terdapat kandungan logam

berat Hg (raksa), ditemukan hasil 2,5 ppm senyawa phenol, kadmium (Cd), kromium (Cr), timbal (Pb), serta bakteri patogen Coliform, Salmonella, dan Stapylococcus yang dinyatakan dalam pemeriksaan oleh Pekerjaan Umum Jawa Timur.

Gambar 2. Luapan lumpur Lapindo Sidoarjo \

Kandungan lumpur yang menyembur di kawasan Porong-Sidoarjo itu juga sudah di atas ambang batas. Ir. Lily Pudjiastutik,MT mengatakan bahwa hasil dari laboratorium ITS menyimpulkan, nilai BOD dan COD serta kandungan minyak dan lemak dalam lumpur dan cairan lumpur di lokasi cukup tinggi, sehingga dapat menggangu ekologi perairan jika langsung dibuang ke perairan tanpa diolah, sementara untuk formasi padatan, relatif tidak toksik. Meski demikian tidak boleh masuk saluran irigasi, karena recovery-nya sulit dan lama. Selain itu, tingkat hidrokarbon di udaranya telah mencapai 55.000 ppm, dari ambang batas normal yang hanya 0,24 ppm. Artinya, terjadi peningkatan hingga lebih 220 ribu kali lipat. Data ini berdasarkan surat rekomendasi Gubernur Jawa Timur tanggal 24 Maret 2008. Kandungan hidrokarbon yang sedemikian tinggi dapat mengakibatkan sesak nafas pada manusia. Pada kandungan 1000 ppm saja, paling lama 8 jam waktu yang aman bagi manusia terpapar gas ini.

(24)

8

2.4

TANAMAN LADA PERDU

Lada perdu merupakan tanaman yang diperbanyak secara vegetatif dari cabang buah (cabang primer, sekunder) dari tanaman lada sehingga tumbuh mendatar berbentuk perdu. Pengambilan stek pada kondisi yang cocok untuk akumulasi fotosintat akan menghasilkan stek dengan perakaran yang baik. Hasil penelitian Syakir et al. (1994) menun-jukkan bahwa pengambilan stek antara pukul 11.00-12.00 merupakan waktu yang paling baik untuk pertumbuhan akar dan tunas stek lada perdu mengingat pada saat kandungan karbohidrat tanaman paling tinggi. Bahan tanaman yang dipilih tersebut sebaiknya tidak terlalu tua. Dimana stek cabang buah dianjurkan untuk diperbanyak dengan 2-4 daun serta pemberian perlakuan awal agar laju pertumbuhan akar, tunas dan lama waktu dipembibitan lebih cepat. Tanaman lada memiliki struktur akar yang dangkal dengan perakaran 63,8% ter-konsentrasi pada kedalaman 0-50 cm dari permukaan tanah (Ippor et al., 1993). Ini merupakan Salah satu alternatif pembudidayaan dan pengembangan tanaman lada dengan biaya produksinya lebih rendah sebab tidak memerlukan penegak, pemeliharaan dan panen yang lebih mudah. Keuntungan lain adalah populasi persatuan luas lebih banyak, berproduksi lebih awal.

Gambar 3. Tanaman lada perdu

(25)

9

Secara morfologi lada tergolong tanaman dimorfik yang memiliki dua macam sulur, yaitu sulur panjat (orthotropic climbing shoot) dan sulur buah (axillary plagiotropic fruiting branches). Berdasarkan morfologinya perbedaan yang jelas antara sulur panjat dan sulur buah yaitu sulur panjat memiliki akar lekat (hold fast), sedangkan sulur buah tidak memilikinya. Sementara itu secara fisiologi sulur panjat memiliki sifat negatif fototrof, sedangkan sulur buah bersifat positif fototrof.

Lada perdu memiliki tajuk tanaman yang berbentuk perdu dengan diameter 100 – 150 cm dan tinggi tanaman 90 – 120 cm. Berbeda halnya dengan lada tiang panjat yang memiliki dua macam akar (di bawah permukaan tanah dan akar lekat), lada perdu hanya memiliki satu macam akar, yaitu akar yang berada di bawah permukaan tanah. Jumlah akar utama dari pembibitan tidak bertambah setelah dipindah ke kebun dan selanjutnya yang berkembang hanyalah cabang-cabang akar. Perakaran lada perdu lebih banyak terkonsentrasi di sekitar permukaan tanah dan tidak menghujam lebih dalam. Perakaran efektif hanya mencapai kedalaman 30 cm, sedangkan penetrasi akar dapat mencapai 60 cm.

Berdasarkan karakter fisiologinya lada tergolong tanaman yang adaptif terhadap naungan karena mempunyai lintasan fotosintesis C3. Oleh karena itu lada perdu pun termasuk dalam kelompok tanaman lindung (scyophit), yaitu tanaman yang dapat tumbuh baik dalam keadaan ternaungi. Dengan karakter morfologi dan fisiologi tersebut di atas, lada perdu di samping dapat dikembangkan secara monokultur, juga sangat berpotensi untuk dikembangkan di bawah tegakan tanaman tahunan, seperti kelapa, sengon, dan lainnya dalam berbagai bentuk pola tanam.

2.4.1 Lingkungan Tumbuh

Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor biotik dan abiotik. Lingkungan tumbuh merupakan salah satu faktor abiotik yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi lada perdu. Di antara faktor lingkungan tumbuh yang paling dominan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi lada perdu adalah iklim, elevasi, dan tanah

.

2.4.2 Iklim dan Elevasi

.

(26)

10

Tabel 2. Batas kesesuaian lingkungan untuk tanaman lada di Indonesia

Sumber: Wahid et al. (1988).

Walaupun tanaman lada tergolong adaptif terhadap naungan, namun untuk mendukung pertumbuhan dan produksinya memerlukan kisaran radiasi surya yang optimal.

Menurut Wahid (1989) tanaman lada membutuhkan 50-70 % intensitas sinar matahari. Pada intensitas sinar yang rendah laju fotosintesisnya akan rendah dan serapan unsur-unsur hara juga lambat, yang berakibat poduksi tanaman rendah. Sedangkan untuk s uhu dan kelembaban udara juga turut mempengaruhi pertumbuhan dan produksi lada. Suhu yang dikehendaki tanaman lada yaitu antara 20oC (minimum) – 34oC (maksimum) dengan kisaran terbaik antara 21-27 oC pada pagi hari, 26-32 oC siang hari, dan 24-30 oC sore hari. Kelembaban nisbi udara yang dikehendaki antara 50-100%, dengan kisaran optimal 60-80% (Wahid, 1988).

2.4.3 Tanah

Lada perdu dapat ditanam di hampir seluruh ilayah Indonesia, kecuali kepulauan Nusa Tenggara yang cenderung kering, dapat dikatakan baha tanaman ini bisa tumbuh di jenis tanah apapun. Meskipun demikian, secara umum untuk pertumbuhan yang optimal lada menghendaki tanah yang subur dan

Curah hujan (mm/tahun) Bulan kering (<90 mm/bulan) Elevasi (m dpl) Hari hujan

Kendala Kesesuaian

2.000-2.500 <2 <500 110-150 Tidak ada Amat sangat

sesuai

2.500-3.000 <2 <500 115-160 Tidak ada Sangat sesuai

2.000-3.000 3 <500 110-160 Tidak ada Sesuai

3.000-4.000 <2 <500 145-190 Curah hujan agak

tinggi

Agak sesuai

1.500-2.000 <3 <500 90-135 Kekeringan Agak sesuai

1.500-4.000 4-5 <500 90-175 Kekeringan

periodik

Kurang sesuai

- - >500 - Suhu rendah Tidak dianjurkan

<1.500 - - - Kurang air Tidak dianjurkan

>4.000 - - - Terlalu basah,

cahaya kurang

Tidak dianjurkan

(27)
(28)

12

III. METODOLOGI

3.1

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November 2010 di Greenhouse dan Laboraturium Wageningen IPB.

3.2

ALAT DAN BAHAN

Pada penelitian ini ada beberapa alat dan bahan yang akan digunakan yaitu : 1. Pengukuran Konduktivitas Hidrolika Kendi Untuk Media Air

Kendi, tabung mariot, selang plastik, sumbat, wadah air, stopwatch, mistar, gelas ukur dan pressure transducer untuk mengukur perubahan kelembaban tanah selama irigasi. 2. Kalibrasi Alat Kelembaban Tanah (Digital Soil Tester)

Ring samplers sebanyak 5 (diameter 5 cm dan tinggi 5 cm), semprotan air ukuran kecil, wadah tempak pengayak, selotip.

3. Pola Pembasahan Tanah, Nilai Konduktivitas Hidrolika dan Laju Rembesan Kendi Pada Media Tanah dengan Karakteristik Lempung Berpasir.

2 buah Drum (D dalam 57 cm dan tinggi 41 cm), 2 buah kendi, selang plastik, dirigen sebagai tabung mariot (volume 8 liter), tanah dengan karakteristik lempung berpasir, pupuk kandang, alat kelembaban tanah (Digital soil tester), kawar, tali kasur, mistar 15 cm, serta

greenhouse ukuran 4 x 3 m yang berada di laboraturium wageningen IPB. 4. Pengujian Sistem Irigasi Kendi Pada Tanaman Lada Perdu.

Polibag 5 x 5 cm, campuran tanah dengan kompos, potongan daun tanaman lada perdu.

3.3

TAHAPAN PENELITIAN

1.

Pengukuran Nilai Konduktivitas Hidrolika Kendi Lapindo Pada Media Air

(29)

13

(b)

(b)

Gambar 4. (a) Kendi Lapindo 1 dan (b) Kendi Lapindo 2

b. Setelah kendi jenuh, masukkan ke dalam wadah air tempat pengukuran, dihubungkan dengan selang plastik ke tabung mariot.

c. Setelah laju aliran air mantap, lakukan pengukuran volume setiap interval waktu tertentu (Q/t).

d.

Hitung nilai K kendi dengan persamaan (1)
(30)

14

2.

Kalibrasi Alat Kelembaban Tanah (

Digital Soil Tester

)

Spesifikasi alat yang digunakan yaitu pH range 3.5 – 9 dengan ketelitian ± 0.5. Suhu -9°C hingga 50°C dengan ketelitian ± 1°C. Pencahayaan 9 tingkat (Low-, Low, Low+, Nor-, Nor, Nor+, High-, High, High+). Tingkat kelembaban mempunyai 5 tingkat diantaranya (Dry +, Dry, Nor, Wet, Wet +) dengan Dry + < 5 %, Dry 5 – 10 %, Nor 10 – 20 %, Wet 20 – 30%, Wet + > 30 %.

(a) (b)

Gambar 6. (a) dan (b) Alat pengukur kelembaban tanah

.

Sedangkan metode yang digunakan yaitu :

a. Ambil tanah yang sudah disiapkan dalam drum kemudian semprotkan air ke tanah tersebut. b. Ratakan dengan menggoyang – goyangkannya.

c. Buat contoh tanah diatas sebanyak 5 sampel dari mulai yang kering sampai yang basah (Dry +, Dry, Nor, Wet, Wet +)

d. Masukkan sample tadi masing-masing kedalam ring sampler kemudian berikan seloip agar air yang meresap dalam tanah tidak menguap.

(31)

15

3.4

Pengujian Laju Rembesan Kendi dan Nilai Konduktivitas Hidrolika

Media Tanah Lempung Berpasir serta Pola Pembasahan Tanah.

1. Tanah dan pupuk kandang yang telah diayak kemudan dicampur kemudian dimasukkan kedalam drum hingga 5 cm dari batas atas drum.

Gambar 7. Kendi dalam drum yang telah terpasang mariot

2. Tanam kendi dalam tanah dengan kedalaman hingga badan kendi sehingga yang terlihat hanyalah lehernya saja.

Gambar 8. Kendi yang telah di tanam untuk irigasi

(32)

16

4.

Sekeliling kendi dibuat garis untuk mengetahui pola perembesan dan kelembaban dengan benang kasur dan kawat. Pembuatan garis-garis ini dimulai 5 cm pertama dari dinding kendi kemudian

10 cm dan 15 cm dari dinding kendi

.

Gambar 9. Pola pembasahan yang dilakukan kendi lapindo

5. Isi penuh tabung mariot dengan air kemudian masukkan selangnya ke dalam kendi hingga air berhenti bergelembung (tanda keluarnya air) atau hingga air dalam kendi setinggi leher kendi. 6. Ukur kelembaban tanah pada titik yang sama pada garis 5 cm pertama dari dinding kendi

[image:32.612.244.485.148.356.2]

dengan menggunakan alat ukur kelembaban tanah (Digital Soil Tester) setiap 3 jam sekali tiap harinya yaitu pada pukul 08.00, 11.00, 14.00 dan 17.00.

(33)
[image:33.612.214.506.146.361.2]

17

7. Ukur juga penurunan air dalam tabung mariot untuk mengetahui laju perembesan tanah serta nilai konduktivitasnya. Penelitian ini dilakukan di dalam Greenhouse (rumah tanaman) Wageningen IPB.

Gambar 11. Greenhouse (rumah tanaman)yang digunakan dalam pengujian sistem irigasi kendi Lapindo

3.5

Pengujian Sistem Irigasi Kendi Lapindo Pada Tanaman Lada Perdu.

1. Tanaman lada yang akan ditanam dalam sistem irigasi kendi adalah tanaman lada perdu yang diperoleh dari proses stek. Sehingga sebelum diujikan ke sistem irigasi kendi terlebih dahulu dilakukan proses stek lada perdu.

2. Bagian pucuk-pucuk daun dari tanaman lada perdu dipotong melebihi ruas tunas nya sebagai calon tanaman baru.

3. Bagian ujung ruas tunasnya masing-masing diberikan gumpalan tanah yang dipadatkan.

4. Tancapkan tiap calon tanaman lada perdu ke polibag yang sudah diisi campuran tanah dan kompos kemudian siram tanaman dengan menggunakan spray sehingga semprotan air dapat meresap ke daun dan tanah. Siram tiap pagi dan sore.

5. Setelah hasil stek lada perdu terlihat tumbuh dan sedikit mengeluarkan akar, setelah itu pindahkan hasil stek nya ke pot sebagai tempat pengujian sistem irigasi kendi lapindo.

(34)

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Pengukuran Nilai Konduktivitas Hidrolika Kendi Lapindo Media Air.

Sebelum dilakukan pengukuran nilai konduktivitas hidrolika, terlebih dahulu kendi Lapindo diukur dimensinya, hal ini untuk mempermudah dalam mendapatkan nilai konduktivitas hidrolika yang sangat terkait dengan dimensi kendi terutama tebal kendi dan luas permukaan kendi. Dari 2 kendi Lapindo yang dilakukan pengujian didapatkan dimensinya pada tabel dibawah :

Tabel 3. Dimensi kendi Lapindo.

No. Tebal (cm) Diameter atas

(cm)

Diameter bawah (cm)

Badan kendi (cm)

Leher-kepala

(cm)

Kendi 1 0.5 6 16.5 14 9

Kendi 2 0.5 5.5 16 13 9

(35)

19

Gambar 12. Transpor air kendi Lapindo media air

Dari hasil pengukuran ini didapatkan nilai konduktivitas hidrolika, dimana kendi Lapindo 1 sebesar 5.046x10-7 cm/detik sedangkan kendi Lapindo 2 sebesar 1.768x10-7 cm/detik. Perbedaan nilai konduktivitas hidrolika antara kendi Lapindo 1 dan kendi Lapindo 2 memang cukup berjarak atau lima kali dari kendi Lapindo 1. Namun hasil keseluruhan nilai kondutivitas hidrolika untuk kendi Lapindo ini tidak berbeda jauh dari pengukuran yang dilakukan oleh Setiawan dan Saleh (1997) antara 1.14x10-7 sampai 7.43x10-7 cm/detik pada kendi yang terbuat dari tanah liat dan beberapa kendi dari campuran bahan lainnya. Bila dibandingkan dengan kelas konduktivitas hidrolika jenuh tanah dari US Soil Survey, kendi lapindo ini termasuk dalam kelas sangat lambat dalam kemampuan merembeskan air dari dindingnya dimana kurang dari 3.61x10-05 cm/detik. Hal ini dikarenakan bahan utama dalam membuat kendi bukan dari tanah liat dengan campuran bahan lainnya seperti yang digunakan untuk membuat kendi pada sistem irigasi kendi pada umumnya sehingga laju rembesan air melalui dinding kendi lebih kecil. Sedang untuk laju rembesan yang didapatkan sebesar 0.49 liter/hari untuk kendi Lapindo 1 dan kendi Lapindo 2 sebesar 0.13 liter/hari.

4.2

Kalibrasi Alat Kelembaban Tanah (

Digital Soil Tester

).

(36)
[image:36.612.109.550.126.338.2]

20

Tabel 4. Hasil analisis contoh fiska tanah

No Kode

Contoh

Kadar Air

(% Vol)

Permeabilit as (Cm/jam)

Tekstur (%) Pori Drainase

(% Vol)

Pasir Debu Liat Cepat Lambat

1. G-5/1 34.7 10.22 15 59 26 23.3 7.4

2. H-2/2 36 8.25 13 60 27 21.6 9.6

3. E-4/3 38.3 6.15 9 48 43 20.2 6.6

4. E-13/4 37.5 5.92 7 51 42 19.7 6.0

5. B-5/5 39.1 9.36 14 62 24 24.9 7.3

Dari hasil pengujian sifat fisik tanah yang didapatkan bahwa untuk nama sampel G-5/1 dengan kondisi dry+ mempunyai kadar air sebesar 34.7%, H-2/2 dengan kondisi dry mempunyai kadar air sebesar 36 %, E-4/3 dengan kondisi normal mempunyai kadar air sebesar 38.3%, E-13/4 dengan kondisi wet

(37)
[image:37.612.104.518.498.680.2]

21

Tabel 5. Nilai pF dari analisis fisika tanah

No Kode contoh Kadar Air (% Vol)

pF 1 pF 2 pF 2.54 pF 4.2

1 G-5/1 51.3 41.7 34.3 21.4

2 H-2/2 52.3 43.8 34.2 19.9

3 E-4/3 49.5 43.4 36.8 26.9

4 E-13/4 46.8 43.3 37.3 26.8

5 B-5/5 50.2 42.1 34.8 23.4

Dilihat dari tabel bahwa masing-masing sampel yang mewakili tiap jenis kelembaban mempunyai kadar air yang semakin mengecil dari kadar air pF 1-4.2. sehingga bila dibandingkan dengan nilai kadar air yang diperoleh dari data sebelumnya dari tiap jenis kelembaban, hasilnya tidak jauh berbeda dengan kadar air pF 2.54 atau kadar air tersedia. Sehngga dari hal ini dapat dinyatakan bahwa tanah yang digunakan dalam pengujian sistem irigasi kendi, baik untuk media tanam tanaman lada perdu karena mempunyai ketersediaan air yang baik yang akan dimanfaatkan dalam pertumbuhan tanaman lada perdu.

4.3

Pengujian Laju Rembesan Kendi dan Nilai Konduktivitas Hidrolika Pada Media

Tanah Lempung Berpasir serta Pola Pembasahan Tanah.

Dari hasil pengukuran laju rembesan kendi yang diujikan pada media tanah didapatkan hasilnya seperti grafik dibawah ini :

Gambar 13. Hubungan antar Laju Rembesan Air kendi Lapindo media tanah terhadap waktu

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

1 6 11 16 21 26 31 36

(38)

22

Dilihat dari hasil grafik yang diperoleh, bahwa kendi Lapindo 2 memberikan perembesan air yang lebih cepat dibanding dengan kendi Lapindo 1. Terlihat pada hari ke 1-6 laju rembesan nya 0.27-0.8 liter/hari pada kendi Lapindo 2 sedangkan kendi Lapindo 1 sebesar 0.2-0.4 liter/hari. Sedangkan rata-rata laju rembesan untuk kendi Lapindo 1 sebesar 0.2 liter/hari sedangkan kendi Lapindo 2 sebesar 0.3 liter/hari. Sehingga pada awal-awal pengujian pada media tanah, kendi Lapindo mempunyai kemampuan yang lebih cepat dalam merembeskan air dari dinding kendi sehingga proses pelembaban tanah pada kendi Lapindo 2 lebih cepat dibandingkan dengan kendi Lapindo 1.

Nilai konduktivitas hidrolika rata-rata yang didapatkan untuk masing-masing kendi Lapindo pada media tanah sebesar 5.256x10-7 cm/detik untuk kendi Lapindo 1 dan 6.715x10-7 cm/detik untuk kendi Lapindo 2. Dilihat dari hasil tersebut nilai konduktivitas hidrolika yang diperoleh antara kendi Lapindo 1 dan 2 tidak terlalu jauh, namun kendi Lapindo 2 mempunyai nilai konduktivitas hidrolika yang lebih tinggi dibanding dengan kendi Lapindo 1.

Pola pembasahan tanah diukur dengan alat kelembaban tanah digital soil tester dengan membuat garis-garis disekitar kendi, untuk memudahkan dibuat tiga titik disekitar kendi yaitu titik pertama yang berjarak 5 cm dari dinding kendi, kemudian titik kedua berjarak 10 cm dan 15 cm sebagai titik ketiga dari dinding kendi. Pengukuran tiap titiknya dilakukan dari mulai kondisi tanahnya dry+ hingga wet+

selama beberapa hari, setelah itu baru kemudian pindah ke titik berikutnya. Hasil pengukuran pola pembasahan tanah ditunjukkan pada grafik dibawah.

[image:38.612.127.534.358.539.2]

Gambar 14. Pola Pembasahan Tanah.

Dari grafik yang diperoleh bahwa pada titik pertama, kendi lapindo 1 membutuhkan waktu 6 hari dan 13 hari untuk kendi lapindo 2. Sedangan pada titik kedua kendi lapindo 1 jenuh selama 9 hari dan 14 hari untuk kendi lapindo 2. Pada titi terakhir kendi lapindo 1 jenuh setelah 21 hari dan kendi lapindo 2 selama 13 hari. Terlihat perbedaan antara pola pembasahan tanah kendi lapindo 1 dan 2, dimana kendi lapido 1 berpola linier yang berarti bahwa semakin bertambah jarak dari dinding kendi dan luasan yang harus dijenuhkan, membuat semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk menjenuhkannya. Sedang kendi lapindo 2 pola pembasahannya cenderung naik dilihat dari grafik pada titik ke 2 atau 10 cm, setelah itu turun dengan waktu yang sama ketika waktu yang dibutuhkan pada titik pertama hingga jenuh di titik ke tiga.

0 5 10 15 20 25

0 5 10 15 20

Waktu

(h

ar

i)

Titik pengukuran (cm)

Kendi Lapindo 1

(39)

23

4.4

Pengujian Sistem Irigasi Kendi pada Tanaman Lada Perdu.

Setelah sebelumnya sistem irigasi kendi lapindo diujikan pada media air dan tanah yang bertujuan untuk mengetahui nilai konduktivitas kendi lapindo, pola pembasahan dan laju rembesan yang dapat dilakukan oleh dinding kendi lapindo ini, barulah kemudian sistem irigasi kendi lapindo diujikan bersama tanaman sebagai penyuplai air dalam pertumbuhan tanaman yang akan diujikan. Tanaman yang diujikan dalam penelitian ini menggunakan tanaman lada perdu mengikuti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang pengujian sistem irigasi kendi non lapindo dengan tanaman yang sama.

Penanaman dilakukan dengan terlebih dahulu membuat tanaman baru dengan usia tanaman yang lebih muda dengan cara melakukan stek tanaman lada perdu dari tanaman induknya, dengan memotong pucuk-pucuk daun hingga melebihi ruas-ruas tangkainya. Setelah itu ujung tangkai yang akan ditanam diberikan tanah yang dipadat-padatkan, hal ini bertujuan agar akar muda yang tumbuh dapat kuat menempel pada tanah yang padat. Setelah itu tanam dalam polybag yang berisi kompos dan disiram tiap pagi sore dengan spray agar air dapat meresap lewat semprotan halusnya. Dibutuhkan waktu selama 30 hari untuk membuat hasil stek lada perdu itu tumbuh akar meski masih kecil dan pendek. Dapat dilihat pada gambar berikut,

Gambar 15. Hasil stek tanaman lada perdu

Setelah tumbuh akar, stek tanaman lada perdu siap untuk ditanam dengan sistem irigasi kendi Lapindo. Pengujian tanaman lada perdu dengan sistem irigasi kendi Lapindo ini dilakukan didalam

[image:39.612.196.458.337.530.2]
(40)

24

Gambar 16. Pengujian sistem irigasi kendi Lapindo pada

tanaman lada perdu

Setelah lada perdu ditanam, kemudian dilakukan pengamatan dan pengambilan data tiap harinya antara lain data yang diambil adalah : laju rembesan kendi yang diukur tiap hari serta perkembangan rata-rata tinggi tanaman dan lebar daun tiap seminggu sekali. Seperti terlihat dalam grafik dibawah ini :

[image:40.612.200.457.83.276.2]

Gambar 17. Laju rembesan air yang keluar dari kendi dalam pengujian tanaman

lada perdu

Dilihat dari pola grafik yang didapatkan menunjukkan bahwa kendi Lapindo 2 mempunyai laju perembesan yang lebih cepat dibanding dengan kendi Lapindo 1. Pada awal-awal tanam kendi Lapindo 2 lebih cepat merembeskan air hingga tanah menjadi lembab terlihat pada hari ke 5-10, setelah tanah lembab air yang merembes dari kendi Lapindo 2 mulai melambat hingga mengalami peningkatan ketika

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

0 10 20 30 40

(41)

25

tanah mulai kering. Sedangkan pola grafik yang didapatkan untuk kendi Lapindo 1 berkebalikan dengan kendi Lapindo 2, dimana pada awal tanam rembesan air yang keluar dari kendi cenderung lambat namun kemudian cepat pada hari ke 17-22, setelah tanah lembab kemudian kendi kembali melambat hingga meningkat lagi ketika kondisi tanahnya sudah mulai kering.

Dari hasil pengukuran laju rembesan air selama diuji dengan tanaman lada perdu didapatkan hasil debit rata-rata pada kendi Lapindo 1 sebesar 0.19 liter/hari dengan penurunan rata-rata tinggi air dalam tabung mariot sebesar 0.6 ml/hari, sedangkan pada kendi lapindo 2 debit rata-rata sebesar 0.24 liter/hari dan penurunan rata-rata tinggi air dalam tabung mariot 0.5 ml/hari. Hal ini menunjukkan bahwa rembesan air yang dikeluarkan masing-masing kendi sangat besar dan dilakukan pengukuran kelembaban tanah setiap harinya dengan hasil tanah selalu dalam kondisi lembab (wet+) baik pada titik 5-15 cm dari dinding kendi serta disekitar tanaman. Sehingga pola rembesan yang terjadi pada masing-masing kendi Lapindo akan mempengaruhi pertumbuhan yang baik bagi tanaman lada perdu, karena kondisi tanah yang lembab membuat tanaman tidak akan kekurangan suplai air untuk hidup. Namun melihat proses rembesan yang cepat dari masing-masing kendi Lapindo mengkhawatirkan air yang masuk ke tanah tidak dipakai secara optimal oleh tanaman, mengingat tanaman yang diujikan juga masih sangat muda. Sehingga kemungkinan air yang masuk ke tanah dari rembesan kendi juga hilang karena penguapan. Hal ini yang kemudian akhirnya membuat permukaan tanah disekitar kendi dan tanaman ditutupi dengan jerami padi yang kering, yang bertujuan untuk mengurangi penguapan yang terjadi selama pengujian berlangsung.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, grafik pola rembesan yang didapatkan dari kedua kendi Lapindo sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman lada perdu, dimana tanaman lada perdu yang ditanam dengan sistem irigasi kendi 2 lebih cepat mengalami pertumbuhan dibanding pada kendi 2 meskipun kedua tanaman lada perdu tersebut belum mengalami pertumbuhan yang signifikan atau boleh dikatakan lambat dari tanaman hasil stek pada umumnya. Dapat dilihat dari grafik dibawah ini :

Gambar 18. Perkembangan tinggi rata-rata lada perdu dalam pengujian sistem irigasi kendi Lapindo. 12.2 12.4 12.6 12.8 13 13.2 13.4 13.6 13.8 14

0 1 2 3 4 5 6

(42)
[image:42.612.127.518.180.372.2]

26

Dapat dilihat bahwa grafik pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman lada perdu sangat dipengaruhi oleh kecepatan masing-masing kendi Lapindo dalam merembeskan air untuk melembabkan tanah sehingga rata-rata tinggi tanaman juga lebih cepat tumbuh dengan suplai air yang lebih cepat didapat oleh tanaman. Kondisi ini juga sama dalam pertumbuhan lebar tanaman sehingga tanaman dalam kendi Lapindo 2 lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan pada kendi Lapindo 1. Seperti yang terlihat dalam grafik dibawah ini,

Gambar 19. Perkembangan lebar daun rata-rata lada perdu dalam pengujian

irigasi kendi Lapindo.

Dari hasil grafik yang didapatkan bahwa pertumbuhan rata-rata lebar daun tanaman lada perdu pada kendi 2 juga lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata lebar daun kendi Lapindo 1. Hal ini disebabkan karena rembesan kendi Lapindo 2 lebih cepat dibanding dengan kendi Lapindo 1 sehingga laju pertumbuhan tanaman pada kendi Lapindo 2 lebih baik. Selama pengujian sistem irigasi kendi dalam greenhouse yang berlangsung selama 4 bulan. Pengamatan dilakukan setiap hari, hal ini untuk mengontrol tabung mariot sebagai tempat penyimpan air sebelum masuk ke kendi untuk dirembeskan ke tanah dan bila sudah mulai habis maka tabung mariot harus segera diisi dengan air secara manual hingga hal-hal yang muncul selama proses pengujian sistem irigasi kendi Lapindo dalam

greeenhouse seperti : selang yang menghubungkan antara tabung mariot dan kendi berlumut, bagian leher masing-masing kendi lapindo yang dekat dengan tanah juga berlumut dan munculnya jamur disekitar kendi namun ketika siang hari jamur tersebut telah kering dan mati sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kendi lapindo dalam hal ini memang mampu meresapkan air dari dindingnya hingga dapat melembabkan tanah yang ada disekitarnya, yang selanjutnya layak untuk dijadikan tempat hidup untuk tanaman termasuk juga jamur yang hanya hidup dalam kondisi lingkungan yang lembab sehingga dijadikan sebagai indikator kelembaban.

Dalam pegujian sistem irigasi kendi Lapindo dengan tanaman lada perdu ini juga dilakukan pemeliharaan tanaman lada perdu dengan cara permukaan tanahnya ditutup dengan mulsa yang berupa jerami. Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan gulma karena tidak ada lagi tempat lagi bagi tanaman pengganggu itu tumbuh, mulsa yang lapuk dan terurai oleh waktu juga bisa menjadi

6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8

0 1 2 3 4 5 6

(43)
[image:43.612.239.459.152.325.2]

27

pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi tanaman lada perdu, selain itu pemberian mulsa juga akan menekan laju penguapan yang berlebihan karena terik matahari langsung tepat mengenai permukaan tanah sehingga air yang ada didalam tanah tidak banyak hilang menguap dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal. Seperti yang terlihat pada gambar berikut,

Gambar 20. Pemberian mulsa di permukaan tanah

(44)

28

V. PENUTUP

4.1 . KESIMPULAN

1. Nilai konduktivitas hidrolika kendi Lapindo pada media air didapatkan sebesar 5.046x10-7 cm/detik untuk kendi Lapindo 1 sedangkan kendi Lapindo 2 sebesar 1.7680x10-7 cm/detik dengan laju rembesan yang didapatkan sebesar 0.49 liter/hari untuk kendi lapindo 1 dan kendi lapindo 2 sebesar 0.13 liter/hari.

2. Nilai konduktivitas hidrolika kendi Lapindo media tanah didapatkan setelah 4 bulan pengujian didalam greenhouse dan didapatkan nilainya sebesar 5.256x10-7 cm/detik untuk kendi Lapindo 1 dan kendi Lapindo 2 sebesar 6.715x10-7 cm/detik. Kendi Lapindo 2 bekerja lebih cepat dalam merembeskan air dari dinding kendinya sehingga proses pelembaban tanah yang ada disekitar kendi lebih cepat dibanding kendi Lapindo 1.

3. Laju rembesan yang didapatkan dari pengujian media tanah sebesar 0.4 liter/hari untuk kendi Lapindo 1 dan kendi Lapindo 2 sebesar 0.5 liter/hari. Sedangkan pola pembasahan tanah yang dilakukan kendi Lapindo digunakan 3 titik sebagai acuan yaitu pada titik pertama sejauh 5 cm dari dinding kendi, titik kedua sejauh 10 cm, dan titik ketiga 15 cm dari dinding kendi. Kendi Lapindo 1 membutuhkan waktu selama 6 hari untuk melembabkan tanah pada titik pertama, kemudian di titik ke dua membutuhkan waktu 9 hari dan 21 hari untuk titik ke tiga. Pada kendi Lapindo 2 dibutuhkan waktu selama 13 hari untuk melembabkan di titik pertama, kemudian 14 hari dititik ke dua dan titik ketiga selama 13 hari. Lama pelembaban tanah disekitar kendi Lapindo diperoleh dengan mengukur tiap titiknya dengan alat pengukur kelembaban tanah (Digital soil tester) yang dimulai dari kondisinya dry+ hingga wet+ dalam tiap titiknya setelah itu pindah ke titik berikutnya.

4. Dalam pengujian dengan tanaman lada perdu dengan sistem irigasi kendi Lapindo dilakukan selama 29 hari, laju rembesan air yang dirembeskan lewat dinding kendi Lapindo 1 sebesar 0.19 liter/hari dengan penurunan rata-rata tinggi air dalam tabung mariot sebesar 0.575 ml/hari, sedangkan pada kendi Lapindo 2 debit rata-rata sebesar 0.24 liter/hari dan penurunan rata-rata tinggi air dalam tabung mariot 0.469 ml/hari. Sehingga laju perembesan ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman lada perdu.

5. Pemberian mulsa pada permukaan tanahnya ditutup dengan mulsa yang berupa jerami yang dilakukan untuk menekan laju penguapan yang berlebihan karena terik matahari langsung tepat mengenai permukaan tanah sehingga air yang ada didalam tanah tidak banyak hilang menguap dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal.

(45)

29

6.2

SARAN

Irigasi kendi Lapindo yang merupakan alternartif untuk memanfaatkan lumpur Lapindo dalam pengujiannya masih perlu ditingkatkan kembali, penggunaan alat yang memadai akan memudahkan dalam pelaksaan pengujian. Derigen mariot yang digunakan sebagai pengisi air kendi sebaiknya diganti dengan drum mariot dengan pipa kecil sebagai pengisi kendi, ini akan mencegah terjadinya lumut yang akan menghambat penyaluran air menuju kendi serta pengisian yang tidak terlalu sering. Tanaman yang di uji sebaiknya lebih beraneka kembali, seperti tanaman hortikultura lainnya, untuk membuktikan bahwa irigasi kendi lumpur lapindo ini cocok pada setiap jenis tanaman. Pengendalian penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada perdu yang disebabkan oleh serangan jamur Phytophthora capsici dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida, misalnya Delsene MX-200 atau Dithane dengan dosis sesuai dengan anjuran. Pengujian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan di lahan untuk dapat diaplikasikan langsung dalam bidang pertanian untuk lahan kering.

Pada pengujian kendi keadaan lingkungan luar turut mempengaruhi kinerja irigasi kendi.
(46)

30

DAFTAR PUSTAKA

Hartati Dwi. 1998. Analisis Kelayakan Sistem Irigasi Kendi Pada Usaha Tani Cabai (Capsium

frustesces) Di Lahan Kering Di Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat [skripsi]. Bogor :

Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hermantoro. 2003. Efektivitas Sistem Fertigasi Kendi Kasus Pada Tanaman Lada Perdu

[disertasi]. Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Huda Nurul. 2002. Penerapan Sistem Irigasi Kendi Pada Tanaman Hortikultura untuk Daerah

Kering Di BPTTG-LIPI Subang Jawa Barat [LP]. Program Diploma, Institut Pertanian Bogor.

Ippor, I.B., A.S. Siti Hajijah dan K. Ahmad, 1993. Preliminary studies of root architecture of

pepper (Pipper nigrum L.) dalam The Pepper Industry Problems and Prospect. Centre for Applied Sciences. University Agricultura Malaysia. Bintul.

Muhidin. 1998. Analisis Proses Kendi untuk Irigasi dan Kelayakan Usahanya Di Kecamatan

Musbagik Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat [skripsi]. Bogor : Program Sarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Saleh E. 2000. Kinerja Sistem Irigasi Kendi untuk Tanaman di Daerah Kering [disertasi]. Bogor.

Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Syakir, M. dan R. Zaubin, 1994. Pengadaan bahan tanaman lada perdu. Prosiding Simposium II

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Puslitbang Tanaman Industri. Bogor 21 – 23 Nopember

1994 : 161 - 171.

Wahid, P dan U. Daras, 1988. Pengaruh pemangkasan tajar dan tanaman lada terhadap

pertumbuh-an dan produksinya. Makalah di-sampaikan pada seminar bulanan Balitro, 2 Januari 1988. 10h.

Wahid, P. dan P. Yufdi, 1989. Masalah tiang panjat dalam pembudidayaan tanaman lada. Prosiding Simposium Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri di Caringin–Bogor, 25-27 Juli 1989. hal. 560-568

.

(47)

31

Wakaf amazing.2010. Ancaman Krisis Air Dunia, edisi Maret [Majalah].Jakarta.

Abdul R. 2010. Lumpur lapindo meluber, raya porong terancam. http//: www.okezone news.com.

(48)
(49)

44

Lampiran 3a. Data Konduktivitas Kendi No.1 Pada Media Air

No Tanggal Waktu Jam Detik

Volum (ml) Debit (ml/detk) Luas kendi (A)(cm²) Beda tinggi muka air

(Δh)(cm) (Δx)(cm)Tebal

Nilai Konduktifitas (K) (cm/detk)

1 06/05/2010 13.00-17.30 4,5 16200 62 0,00382716 703,36 8 0,5 3,401 X 10

2 07/05/2010 17.45-08.25 9,3 33480 119 0,00355436 703,36 8 0,5 3,158 X 10

3 08.30-17.00 8,5 30600 104 0,00339869 703,36 8 0,5 3,02 X 10

4 08/05/2010 17.15-09.00 15,5 55800 203 0,00363799 703,36 8 0,5 3,233 X 10

5 09.10-14.10 5 18000 125 0,00694444 703,36 8 0,5 6,171 X 10

6 14.10-16.30 2,3 8280 74 0,0089372 703,36 8 0,5 7,942 X 10

7 09/05/2010 16.30-08.27 16,1 57780 418 0,00723434 703,36 8 0,5 6,428 X 10

8 08.30-12.30 4 14400 55 0,00381944 703,36 8 0,5 3,394 X 10

9 12.30-14.40 2,16 7776 75 0,00964506 703,36 8 0,5 8,571 X 10

10 14.40-16.30 2,16 7776 45 0,00578704 703,36 8 0,5 5,142 X 10

rata-rata

[image:49.612.67.572.47.752.2]

18,4252195 0,00567857 5,046 X 10

Tabel 3b. Data Konduktivitas Kendi no.2 Pada Media Air

No Tanggal Waktu Jam Detik

Volume (ml) Debit (ml/detk) Luas Kendi (A) (cm²) Beda Tinggi Muka Air (Δh) (cm) Tebal Kendi (cm) Nilai Konduktifitas (cm/detk)

1 18/05/10 10.00-15.00 5 18000 18 0,001 628 7 0,5 1,137 X 10

2 19/05/10 15.00-10.00 19 68400 75 0,00109649 628 7 0,5 1,247 X 10

3 10.00-15.00 5 18000 42 0,00233333 628 7 0,5 2,654 X 10

4 20/05/10 15.00-10.00 19 68400 103 0,00150585 628 7 0,5 1,713 X 10

5 10.00-15.00 5 18000 19 0,00105556 628 7 0,5 1,201 X 10

6 21/05/10 15.00-10.00 19 68400 113 0,00165205 628 7 0,5 1,879 X 10

7 10.00-15.00 5 18000 61 0,00338889 628 7 0,5 3,855 X 10

8 22/05/10 15.00-10.00 19 68400 90 0,00131579 628 7 0,5 1,497 X 10

9 10.00-15.00 5 18000 17 0,00094444 628 7 0,5 1,074 X 10

10 23/05/10 15.00-10.00 19 68400 135 0,00197368 628 7 0,5 2,245 X 10

10.00-15.00 5 18000 15 0,00083333 628 7 0,5 9,478E-08

rata-rata

(50)

<

Gambar

Tabel 1. Komposisi bahan campuran kendi dan konduktivitas  hidrolika kendi................
Gambar 1. Kendi yang digunakan dalam sistem irigasi kendi di Indonesia (Setiawan 1997)
Gambar 2. Luapan lumpur Lapindo Sidoarjo
Tabel 2.  Batas kesesuaian lingkungan untuk tanaman lada di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

penetes/ emitter sehingga menyebabkan distribusi aliran air dan pola pembasahan tanah yang tidak seragam pada lahan juga biaya investasi yang cukup besar.. Penelitian ini akan

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem kontrol irigasi otomatis dengan sensor resistif yang berbasis kadar air tanah yang dapat melakukan irigasi secara otomatis

Hal ini dikarenakan pada irigasi manual pemberian air dilakukan setiap hari sesuai dengan kebutuhan air tanaman sedangkan pada irigasi otomatis pemberian air berdasarkan

Tahapan selanjutnya setelah dilakukan perhitungan evapotranspirasi potensial, curah hujan efektif, jadwal tanam dan jenis tanah adalah ditentukan kebutuhan air

Hal ini dikarenakan pada irigasi manual pemberian air dilakukan setiap hari sesuai dengan kebutuhan air tanaman sedangkan pada irigasi otomatis pemberian air berdasarkan

Wn = Kadar air yang dibutuhkan tanah sebelum pemberian air irigasi (kadar air kapasitas lapang - kadar

hingga masa pertumbuhan vegetatif (hingga 45 hari setelah tanam) jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem irigasi hemat air, sebaliknya pada masa produktif memiliki nilai

Komponen pengendalian lain yang kompatibel antara lain penggunaan pathogen serangga di antaranya 1 Beauveria bassiana, untuk membantu mengendalikan hama utama, 2 tanaman penutup tanah,