• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Lada - PENGARUH PEMBERIAN ROOTONE-F DENGAN KONSENTRASI BERBEDA PADA JENIS MEDIA TANAM TERHADAP KEBERHASILAN STEK LADA PERDU (Piper nigrum L.) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Lada - PENGARUH PEMBERIAN ROOTONE-F DENGAN KONSENTRASI BERBEDA PADA JENIS MEDIA TANAM TERHADAP KEBERHASILAN STEK LADA PERDU (Piper nigrum L.) - repository perpustakaan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Lada

Lada (Piper ningrum L) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Ghat Barat, India kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia termasuk

indonesia. Penyebaran lada di indonesia pertama kali dilakukan oleh koloni

Hindu yang sedang melakukan perjalanan dalam misi penyebaran agama,

setelah itu lada di indonesia menyebar keberbagai pulau. Provinsi di

Indonesia yang memproduksi lada selain Lampung dan Bangka diantaranya

yaitu Sumatra Utara, Sumara Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,

Aceh, Sumatra Barat dan Jawa Barat yang umumya merupakan usaha petani

rakyat (Widiyastuti,2005).

Tanaman Lada Perdu menurut Cronquist (1981) diklasifikasikan

sebagai berikut:

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper ningrum L

Lada perdu merupakan tumbuh-tumbuhan memanjat. Batang panjang

(2)

yang cepat rontok, dan meninggalkan bekas yang berbentuk cincin. Helaian

daun bulat telur sampai memanjang dengan ujung meruncing 8 – 20 kali, 5 –

15 cm, bagian bawah terisi dengan kelenjar kecil, tenggelam dan rapat. Bulir

berdiri sendiri, diujung, berhadapan dengan daun menggantung, Daun

pelindung memanjang, panjang 4 – 5 mm.; tangkai 1 – 3,5 cm ; sumbu 3,5 –

22 cm. Tangkai sari panjang 1k 1 mm, kepala putik 2 – 5, kebanyakan 3 – 4.

Buah buni 1k betuk bola.(Van Steenis, 1987).

2.2 Syarat Tumbuh

Terdapat tiga komponen syarat tumbuh tanaman lada yang saling

berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, diantaranya yaitu :

2.2.1 Kondisi tanah

Tanah sebagai media tumbuh tanaman memiliki sifat dan karakteristik

yang dapat dilihat dari sifat fisik, kimiawi, maupun biologisnya. Dimana

ketiganya berintegrasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam

pertumbuhan suatu tanaman. Berikut ini penjabaran masing – masing sifat

dan karakterstik tanah baik dari sifat fisika, kimia, maupun biologi nya.

a. Sifat fisika

Secara fisik, tanah tersusun atas partikel mineral dan organik dalam

berbagai ukuran. Partikel mineral dan organik menyusun kurang lebih 50

% dari voleme tanah, sisanya adalah berupa pori yang terisi oleh air dan

udara. Tanah dikatakan basah jika hampir seluruh pori terisi oleh air, dan

(3)

Menurut Sartohadi dkk.(2012) tekstur tanah merupakan gambaran

deskriptif komposisi ukuran butir partikel-partikel penyusun tanah yang

digolongkan ke dalam tiga ukuran utama. Ukuran partikel tanah yang

kasar adalah pasir, dengan diameter 2 – 0,05 mm. Ukuran partikel tanah

yang halus adalah lempung, dengan diameter lebih kecil dari 0,002mm.

Partikel tanah dengan ukuran diantara pasir dan lempung disebut debu.

Berikut merupakan tabel klasifikasi partikel tanah menurut sistem USDA

dan Sistem Internasional yang dipakai di Indonesia, khususnya untuk

(4)

Tabel 2.1 Klasifikasi ukuran butir fraksi tanah

warna. Warna tanah secara langsung mempengaruhi penyerapan sinar

matahari dan merupakan salah satu penentu suhu tanah. Warna tanah di

alam tidak selalu dalam kondisi seragam pada setiap horizon yang ada

pada profil tanah. Ketidakseragaman warna tanah disebabkan karena

adanya bercak yang mempunyai warna berbeda dengan warna matriks.

Warna bercak tidak selalu dalam dalam kondisi berbeda tegas dengan

warna matrik. Warna bercak dapat berupa lebih merah atau lebih hitam

kelam dari warna matriksnya tergantung dari komposisi kimia bercak.

Bercak di dalam profil tanah dideskripsi menurut kejelasan, jumlah, dan

ukuran (sartohadi, dkk.2012).

b. Sifat kimia

Senyawa – senyawa kimia di dalam tanah merupakan hasil dari

(5)

Pelapukan bahan induk tanah menghasilkan mineral-mineral primer dan

sekunder (Sartohadi, 2012).

Menurut hanafiah (2005) Reaksi tanah meunjukan sifat kemasaman

atau alakinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH

menunjukan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam tanah.

Semakin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semkin masam tanah

tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan ion OH- di dalam tanah. Pada

tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak dari H+. Bila kandungan ion H+

sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH 7.

pH tanah penting untuk menentukan mudah tidaknya unsur – unsur

hara diserap oleh tanaman, menunjukan adanya unsur – unsur beracun, dan

mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Tanah juga memiliki

unsur – unsur hara esensialyang diperlukan oleh tanaman dan fungsinya

pada tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak

terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat

tumbuh dengan optimal. Unsur – unsur hara ini berasal dari udara, air, atau

tanah. Jumalh unsur hara esensial ada 17 diantaranya yaitu : 1) unsur

makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. 2) unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo,

Cu, Zn, Cl, dan Co. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan

dalam jumlah banyak, sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang

(6)

c. Sifat biologi

Masa tanah tersusun atas fase padat, cair, dan gas. Fase padat terdiri

atas partikel – partikel mineral dan bahan organik serta jazad hidup atau

organisme tanah. Organisme tanah dapat dibagi menjadi dua golongan

besar yaitu golongan tumbuhan dan golongan hewan, dan berdasarkan

ukurannya dikelompokan ke dalam jasad makro (kasat mata) dan jasad

mikro. (Sartohadi, dkk. 2012)

2.2.2 Ketinggian

Tinggi rendahnya tempat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

produktivitas tanaman lada. Untuk mencapai produktivitas optimal jika lada

dibudidayakan didataran rendah, yaitu diwilayah dengan ketinggian 3 –

1.000 m dari permukaan laut (m.d.p.l). lada yang ditanam didataran

menegah atau tinggi (lebih dari 1.000 m.d.p.l), pertumbuhan vegetatif dari

tanaman tersebut yang berupa akar, batang dan daun lebih dominan

dibandingkan degan kemampuannya menghasilkan buah (Sutarno dan

Andoko, 2005). Tingkat kemiringan lahan yang digunakan untuk tanaman

lada yaitu 15%. Berdasarka pemantauan dilapanan, tempat paling dominan

untuk menanam lada yaitu di daerah dataran rendah dengan ketinggian

kurang dari 200 mdpl. Lada yang ditanamn ditempat ini akan menghasilkan

pertumbuhan vegetatif yang tebaik dan dapat berbuah dengan sangat lebat.

2.2.3 Iklim

Untuk mencapai pertumbuhan yang baik dan hasil produksi yang

(7)

curah hujan rata-rata 1000-3000 mm per tahun. Sinar matahari 10 jam/hr,

suhu udara 20 - 340C, dan kelembapan udara optimal 60 – 80 %. (Artanti,

2007).

2.3 Stek Lada

Dalam usaha dan pengembangan tanaman, bibit merupakan salah satu

faktor penentu bagi keberhasilan pertanian. Bibit yang unggul dan berkualitas

baik, akan lebih menjamin usaha yang dilakukan. Tetapi perlu didukung juga

oleh penguasaan dan penerapan tekhnik budidaya yang tepat, untuk

mendapatkan hasil yang sescara kuantitas dan kualitas dapat

dipertanggungjawabkan (Lawani,1995). Perkembangbiakan secara vegetativ

(Stek) bertujuan untuk mendapatkan bibit secara cepat tanpa adanya

perubahan sifat atau tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan

induknya. Macam – macam stek yang biasa digunakan berupa stek batang,

daun, akar, dan tunas. Stek batang yaitu stek yang didapatkan dari batang

tanaman. Bila batang terlalu pendek kan cepat kering, cadangan makanan

kurang sehingga peluang hidup kecil. Jika batang terlalu panjang

pertumbuhan tunas dan akar lambat dan boros. Stek batang yang baik

mempunyai mata tunas minimal 3 buah (Heddy, Nugroho, dan Kurniati 1994)

Stek adalah perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari

tanaman (akar, batang dan tunas) dengan tujuan agar bagian – bagian tersebut

membentuk akar. Pada irisan miring, stek akan mempunai permukaan yang

lebih luas bila dibandingkan dengan berpangkal datar sehingga jumlah akar

(8)

tumbuh (Artanti,2007). Perbanyakan tanaman lada dengan mengunakan stek

dapat dilakukan dengan cara yaitu : mengguakan stek panjang (5-7 buku)

yang akan ditumbuhkan terlebih dahulu, kemudian dapat langsung ditanam

dikebun dan stek satu buku berdaun tunggal yang harus disemai terlebih

dahulu dipersemaian.

Perbanyakan tanaman dengan stek pada lada dipengaruhi oleh

beberapa faktor penentu keberhasilan perumbuhan stek. Adapun faktor –

faktor terebut terdiri dari faktor lingkunggan dan faktor dari dalam tanaman.

2.3.1 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan

stek yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartman,

2002).

Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama

pembentukan akar, memberi kelembapan pada stek dan memudahkan

penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik adalah yang

dapat memberikan aerasi dan kelembapan yang cukup, berdrainase baik,

serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek

yang biasa dipergunakan adalah tanah dan pasir.

Perakaran stek dapat tumbuh dengan optimal apabila suhunya

berkisar antara 21oC samapi dengan 27oC pada pagi dan siang hari, serta

15oC pada malam hari. Suhu yang terlampaui tinggi dapat mendorong

perkembangan perakaan dan dapat meningkatkan laju transpirasi (Hartman,

(9)

2.3.2 Faktor dari dalam tanaman

Kondisi fisiologis tanaman yang mempengaruhi penyetekan adalah

umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek,

persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh (Huik, 2004 ).

1. Umur bahan stek

Menurut Hartman (2002), stek yang berasal dari tanaman muda

akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini

disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan

produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik

yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar

pada stek.

2. Jenis tanaman

Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek.

Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis

tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit.

Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang

kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis sulit berakar,

dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif (Kramer, 1960

(10)

3. Adanya tunas dan daun pada stek

Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi

perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak

terjadi (Boulenne dan Went, 1933 dalam Hartman, 2002). 4. Persediaan bahan makanan

5. Zat pengatur tumbuh

2.4 Rootone-F

Rootone-f merupakan zat pengatur tumbuh (ZPT), dimana ZPT

berfungsi sebagai pemacu dan penghambat pertumbuhan tanaman.

Penggunaan ZPT yang tepat akan berpengaruh baik terhadap perumbuhn

tanaman namun apabila dalam jumlah terlalu banyak justru akan merugikan

tanaman karena akan meracuni tanaman tersebut. Sebaliknya, jika dalam

jumlah yang sedikit maka akan kurang berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman tersebut (Ardana 2009).

ZPT pada tanaman merupakan sebuah senyawa organik yang bukan

hara dimana dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat

mengubah proses fisisologis. Auksin adalah salah satu hormon tumbuhan yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Auksin mempunyai beberapa peranan dalam mendukung kehidupan

tanaman diantaranya adalah menstimulasi terjadinya perpanjangan sel pada

pucuk dan mendorong primodial akar (Artanti, 2007). Tanaman memerlukan

konsentrasi auksin yang sesuai untuk pertumbuhannya. Konsentrasi yang tidak

(11)

pengaruh penyerapan auksin tidak hanya dilihat dari konsentrasi auksin tetapi

dari kepekaan jaringan penerima protein tanaman

Menurut Artanti (2007), penelitian tentang aspek fisiologis auksin

telah banyak dilakukan sejak tahun 1930-an. Banyak bukti menyatakan bahwa

auksin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan batang, formasi akar,

menghambat pertumbuhan cabang lateral serta mengaktifkan kerja lapisan

kambium. Auksin mempengaruhi perkembangan dinding sel dan

mengakibatkan tekanan dinding sel terhadap protoplas berkurang. Peran

auksin sebagai zat perangsang perakaran tersebut saat ini telah diketahui oleh

masyarakat dengan produk yang dijual dengan nama Biooton atau Rootone F.

Dari penelitian Rinekasane (2005) menyatakan bahwa auksin tidak

mampu meningkatkan luas daun. Namun penggunaan Rootone F (auksin)

berperan dalam meningkatkan jumlah akar. Auksin berperan mendorong

pertumbuhan akar, karena auksin merupakan hormon yang berperan dalam

merangsang pertumbuhan akar.

Pertumbuhan dan perkembangan (morfogenesis) tanaman yang diberi

perlakuan ZPT dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi dari ZPT

endogen dan eksogen. Auksin berperan mengaktifkan enzim-enzim yang

berperan dalam pembuatan komponen sel sehingga begitu mulai terjadi

pembelahan sel, maka auksin akan merangsang pembentukan sel-sel dengan

cepat (Marlin, 2005)

Rootone-F sebagai salah satu hormon tumbuh akar yang banyak

(12)

akar. Rootone F mengandung bahan aktif berupa campuran beberapa hormon

tumbuh yaitu IBA, NAA, dan IAA. Penggunaan sebagai hasil kombinasi dari

ketiga jenis hormon tumbuh diatas lebih efektif merangsang perakaran dari

pada penggunaan hanya satu jenis hormon secara tunggal pada konsentrasi

sama. Cara pemberian hormon secara tunggal pada konsentrasi sama. Cara

pemberian hormon pada stek batang dapat dilakukan dengan cara perendaman,

pencelupan dan pengolesan (Huik,2004)

Hormon tumbuh akar Rootone F mengandung bahan aktif sebagai

berikut :

a. 1 – Naphthaleneacematide (0,6%)

b. 2 – Methyl – 1 – Naphthaleneacetid Acid (0,033%)

c. 3 – Methyl – 1 – Naphthaleneaematide (0,013%)

d. Indole – 3 – Butiryc Acid

e. Thiram (Tetramethyl thiuram disulfida) (4,000%) (Huik, 2004).

2.5 Media Tanam

Media tanam merupakan salah satu komponen penting dalam

bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan

dengan jenis tanaman yang ingin ditanam sehinga tanaman bisa tumbuh

dengan baik. Secara umum media tanam harus bisa menjaga kelembaban

daerah sekitar akar tanaman serta menyediakan cukup udara dan unsur hara.

Ardana (2009) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh subur apabila nutrisi

(13)

Media penyetekan yang baik adalah media yang mempunyai porositas

cukup, airase baik, drainase baik, kapasitas mengikat air tinggi dan bebas

patogen. Media dalam penyetekan ini berfungi sebagai penahan stek selama

masa pertumbuhan akar, menjaga kelembapan dan memudahkan penetrasi

udara. (Wuryaningsih, 1998). Pada tahap pembibitan media tumbuh

diutamakan untuk mendapatkan tanaman muda yang sehat, dan mampu

tumbuh baik setelah ditanam pada media produksi.

Terdapat bebrapa jenis media tanam yang biasa digunakan dalam

penelitian diantaranya :

2.5.1 Tanah

Sebagai media tanam, tanah menyediakan faktor-faktor utama untuk

pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara, air, dan udara dengan fungsinya

sebagai media tunjangan mekanik akar dan suhu tanah. Semua faktor

tersebut haruslah seimbang agar pertumbahan tanaman baik dan

berkelanjutan. Unsur hara tanah yang diperlukan terdiri dari unsur makro

(yang diperlukan dalam jumlah banyak) meliputi N, P, K, Ca, Mg, dan S,

dan unsur mikro (yang diperlukan dalam jumlah sedikit) meliputi Fe, Mn,

B, Mo, Cu, Zn, dan Cl. Selain kandungan unsur makro dan mikro, tanah

juga harus mengandung air. Daya simpan air pada jenis tanah tertentu akan

berbeda, hal ini tergantung dari struktur tanahnya. Yang diperlukan dari

media yang baik adalah jenis tanah yang dapat menyimpan air tetapi tidak

berlebih, sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan kondisi musim apapun.

(14)

air berpengaruh terhadap tingkat keasaman tanah. Kisaran pH tanah untuk

daerah basah adalah 5-7 dan kisaran untuk daerah kering adalah 7-9. Hal ini

berpengaruh juga terhadap pemilihan jenis tanaman. Untuk daerah basah

(ph 5-7) pilihlah tanaman yang dapat tumbuh subur dikisaran pH seperti itu.

Begitu juga halnya dengan pH yang lainnya. Hal yang juga penting adalah

kandungan udara. Keberadaan udara pada tanah akan mempengaruhi

kerapatan dan kepadatan struktur tanah. Perkembangan akar yang sehat

serta proses pernafasan udara oleh akar menjadi tolak ukur dari baik atau

tidaknya aerasi udara pada struktur tanah tertentu.

2.5.2 Pasir

Menurut Dole dan Gibson (2006), pasir dianggap memadai dan sesuai

digunakan sebagai media penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman,

dan perakaran setek batang tanaman. Pasir yang bersifat cepat kering

memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah

cukup umur untuk dipindahkan ke media lain serta bobot pasir yang cukup

berat mempermudah tegaknya setek batang. Keunggulan media pengakaran

dengan pasir adalah kemudahan penggunaannya serta dapat meningkatkan

sistem aerasi dan drainase media tanam. Kelemahan penggunaan media

pengakaran dengan pasir adalah adanya kadar garam, sehingga sebelum

penggunaannya sebaiknya pasir tersebut dicuci terlebih dahulu untuk

(15)

2.5.3 Arang Sekam

Arang sekam atau sekam bakar banyak dimanfaatkan sebagai media tanam

murni (tanpa campuran). Arang sekam digunakan sebagai media tanam

hidroponik dan campuran media tanam berbasis tanah. Arang sekam

merupakan media tanam yang baik karena memiliki kandungan SiO2 52 %

dan unsur C 31 % serta komposisi lainya seperti Fe, K2O, CaO, MnO dan

Cu dalam jumlah yang sangat sedikit. Unsur hara pada arang sekam antara

lain nitrogen (N) 0,32 %, phpsphat (P) 0,15 %, kalium (K) 0,31 %, calsium

(Ca) 0,96 %, Fe 180 ppm, Mn 80.4 ppm, Zn 14.10 ppm dan pH 8,5 – 9,0.

Arang sekam atau sekam bakar memiliki karakteristik yang ringan (berat

jenis 0,2 kh/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kemampuan menahan

air tinggi, berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi unsur matahari

dengan baik. pH arang sekam cukup tinggi, yaitu antara 8,5 sampai 9,0

sehingga sangat baik digunakan untuk meningkatkan pH pada tanah asam.

Sekam bakar atau arang sekam juga memiliki sifat porosits yang baik dan

kemampuan menyerap air rendah.

Arang sekam mengadung silica (Si) yang cukup tinggi yakni sebesar 16,98

%. Silica (Si) merupakan unsur yang tidak penting untuk tanaman dan

bukan unsur hara. Akan tetapi, keberadaan unsur silica (Si) diketahui dapat

memperbaiki sifat fisik tanaman dan berpengaruh terhadap kelarutan P

dalam tanah. Jika unsur silica (Si) dalam tanah kurang dari 5 %, maka tegak

tanaman tidak kokoh (kuat) dan mudah roboh. Unsur silica (si) diperkirakan

(16)

itu, arang sekam memiliki kemampuan mempertahankan kelembapan dan

tidak mudah rusak atau terurai (busuk).

Manfaat dan kegunaan arang sekam sebagai media tanam diantaranya yaitu:

1. Menjaga kondisi tanah tetap gembur, karena memiliki porositas tinggi

dan ringan

2. Memacu pertumbuhan (prolifeation) mikroorganisme yang berguna

bagi tanaman.(Anonim)

2.5.4 Abu sekam

Menurut Darmawijaya (1990), abu sekam padi memiliki fungsi mengikat

logam. Selain itu, abu sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah,

sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara.

2.6 Penelitian yang Relevan

Arinasa (2013) melakukan percobaan pengaruh konsentrasi

Rootone-F dan panjang setek pada pertumbuhan Beonia tuberosa Lmk. Pada penelitian ini menggunakan beberapa konsentrasi Rootone-F yaitu (0,150,300 dan 450

mg/ml air) dan panjang stek pucuk (5, 7,5 dan 10 cm) Hasil penelitian

menunjukan bahwa Konsentrasi Rootone-F optimum untuk pertumbuhan stek

pucuk. B. tuberosa Lmk yaitu 300 mg/ml.

Ulfa,Maria dkk (2017) melakukan percobaan dengan Respon

Pertumbuhan Stek Lada (Piper nigrum L.) akibat pemberian hormon auksin. Hasil penelitan menunjukan bahwa hormon auksin (ZPT Atonik) berpengaruh

nyata terhadap panjang tunas dan jumlah daun pada umur 20 hari setelah

(17)

daun, jumlah akar dan panjang akar stek tanaman lada pada umur 40 dan 60

hari setelah tanam. Rata-rata perlakuan terbaik dijumpai pada pemberian

hormon auksin dengan konsentrasi 1,5 ml/liter air (A3) dan 2ml/Liter air (A4)

dan perlakuan terendah dijumpai pada tanpa pemberian hormon

Gambar

Tabel 2.1  Klasifikasi ukuran butir fraksi tanah

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian plant growth promoting rizhobacteria dengan konsentrasi dan lama perendaman berbeda terhadap

Penelitian Mariana (2018) menyatakan bahwa pada stek tanaman lada dengan perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman terdapat interaksi yang sangat nyata antara

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang pada musim hujan (drainase baik)..

Pemberian konsentarasi ekstrak bawang merah menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap semua variabel pertumbuhan stek lada (Tinggi tanaman, Panjang akar, Jumlah akar

Tanaman mucuna dapat tumbuh baik hampir setiap jenis tanah, pertumbuhan akan lebih baik apabila tanah mengandung bahan organik yang cukup tinggi, gembur serta

Cara yang praktis dan efisien dalam perbanyakan tanaman lada adalah secara vegetatif dengan menggunakan stek batang atau sulur panjat karena dapat menghasilkan benih yang

Hasil penelitian Wiwik Indrawati dkk, 2015 menunjukan bahwa media tanam dari subsoil + pupuk + pasir dengan perbandingan 2:1:1 memberikan pertumbuhan yang baik pada stek lada..

Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang ayam terutama unsur hara makro yaitu N, P, dan K berguna bagi pertumbuhan tanaman, dimana unsur N dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif