BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Lada
Lada (Piper ningrum L) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Ghat Barat, India kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia termasuk
indonesia. Penyebaran lada di indonesia pertama kali dilakukan oleh koloni
Hindu yang sedang melakukan perjalanan dalam misi penyebaran agama,
setelah itu lada di indonesia menyebar keberbagai pulau. Provinsi di
Indonesia yang memproduksi lada selain Lampung dan Bangka diantaranya
yaitu Sumatra Utara, Sumara Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
Aceh, Sumatra Barat dan Jawa Barat yang umumya merupakan usaha petani
rakyat (Widiyastuti,2005).
Tanaman Lada Perdu menurut Cronquist (1981) diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper ningrum L
Lada perdu merupakan tumbuh-tumbuhan memanjat. Batang panjang
yang cepat rontok, dan meninggalkan bekas yang berbentuk cincin. Helaian
daun bulat telur sampai memanjang dengan ujung meruncing 8 – 20 kali, 5 –
15 cm, bagian bawah terisi dengan kelenjar kecil, tenggelam dan rapat. Bulir
berdiri sendiri, diujung, berhadapan dengan daun menggantung, Daun
pelindung memanjang, panjang 4 – 5 mm.; tangkai 1 – 3,5 cm ; sumbu 3,5 –
22 cm. Tangkai sari panjang 1k 1 mm, kepala putik 2 – 5, kebanyakan 3 – 4.
Buah buni 1k betuk bola.(Van Steenis, 1987).
2.2 Syarat Tumbuh
Terdapat tiga komponen syarat tumbuh tanaman lada yang saling
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, diantaranya yaitu :
2.2.1 Kondisi tanah
Tanah sebagai media tumbuh tanaman memiliki sifat dan karakteristik
yang dapat dilihat dari sifat fisik, kimiawi, maupun biologisnya. Dimana
ketiganya berintegrasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam
pertumbuhan suatu tanaman. Berikut ini penjabaran masing – masing sifat
dan karakterstik tanah baik dari sifat fisika, kimia, maupun biologi nya.
a. Sifat fisika
Secara fisik, tanah tersusun atas partikel mineral dan organik dalam
berbagai ukuran. Partikel mineral dan organik menyusun kurang lebih 50
% dari voleme tanah, sisanya adalah berupa pori yang terisi oleh air dan
udara. Tanah dikatakan basah jika hampir seluruh pori terisi oleh air, dan
Menurut Sartohadi dkk.(2012) tekstur tanah merupakan gambaran
deskriptif komposisi ukuran butir partikel-partikel penyusun tanah yang
digolongkan ke dalam tiga ukuran utama. Ukuran partikel tanah yang
kasar adalah pasir, dengan diameter 2 – 0,05 mm. Ukuran partikel tanah
yang halus adalah lempung, dengan diameter lebih kecil dari 0,002mm.
Partikel tanah dengan ukuran diantara pasir dan lempung disebut debu.
Berikut merupakan tabel klasifikasi partikel tanah menurut sistem USDA
dan Sistem Internasional yang dipakai di Indonesia, khususnya untuk
Tabel 2.1 Klasifikasi ukuran butir fraksi tanah
warna. Warna tanah secara langsung mempengaruhi penyerapan sinar
matahari dan merupakan salah satu penentu suhu tanah. Warna tanah di
alam tidak selalu dalam kondisi seragam pada setiap horizon yang ada
pada profil tanah. Ketidakseragaman warna tanah disebabkan karena
adanya bercak yang mempunyai warna berbeda dengan warna matriks.
Warna bercak tidak selalu dalam dalam kondisi berbeda tegas dengan
warna matrik. Warna bercak dapat berupa lebih merah atau lebih hitam
kelam dari warna matriksnya tergantung dari komposisi kimia bercak.
Bercak di dalam profil tanah dideskripsi menurut kejelasan, jumlah, dan
ukuran (sartohadi, dkk.2012).
b. Sifat kimia
Senyawa – senyawa kimia di dalam tanah merupakan hasil dari
Pelapukan bahan induk tanah menghasilkan mineral-mineral primer dan
sekunder (Sartohadi, 2012).
Menurut hanafiah (2005) Reaksi tanah meunjukan sifat kemasaman
atau alakinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH
menunjukan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam tanah.
Semakin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semkin masam tanah
tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan ion OH- di dalam tanah. Pada
tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak dari H+. Bila kandungan ion H+
sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH 7.
pH tanah penting untuk menentukan mudah tidaknya unsur – unsur
hara diserap oleh tanaman, menunjukan adanya unsur – unsur beracun, dan
mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Tanah juga memiliki
unsur – unsur hara esensialyang diperlukan oleh tanaman dan fungsinya
pada tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak
terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat
tumbuh dengan optimal. Unsur – unsur hara ini berasal dari udara, air, atau
tanah. Jumalh unsur hara esensial ada 17 diantaranya yaitu : 1) unsur
makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. 2) unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo,
Cu, Zn, Cl, dan Co. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan
dalam jumlah banyak, sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang
c. Sifat biologi
Masa tanah tersusun atas fase padat, cair, dan gas. Fase padat terdiri
atas partikel – partikel mineral dan bahan organik serta jazad hidup atau
organisme tanah. Organisme tanah dapat dibagi menjadi dua golongan
besar yaitu golongan tumbuhan dan golongan hewan, dan berdasarkan
ukurannya dikelompokan ke dalam jasad makro (kasat mata) dan jasad
mikro. (Sartohadi, dkk. 2012)
2.2.2 Ketinggian
Tinggi rendahnya tempat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman lada. Untuk mencapai produktivitas optimal jika lada
dibudidayakan didataran rendah, yaitu diwilayah dengan ketinggian 3 –
1.000 m dari permukaan laut (m.d.p.l). lada yang ditanam didataran
menegah atau tinggi (lebih dari 1.000 m.d.p.l), pertumbuhan vegetatif dari
tanaman tersebut yang berupa akar, batang dan daun lebih dominan
dibandingkan degan kemampuannya menghasilkan buah (Sutarno dan
Andoko, 2005). Tingkat kemiringan lahan yang digunakan untuk tanaman
lada yaitu 15%. Berdasarka pemantauan dilapanan, tempat paling dominan
untuk menanam lada yaitu di daerah dataran rendah dengan ketinggian
kurang dari 200 mdpl. Lada yang ditanamn ditempat ini akan menghasilkan
pertumbuhan vegetatif yang tebaik dan dapat berbuah dengan sangat lebat.
2.2.3 Iklim
Untuk mencapai pertumbuhan yang baik dan hasil produksi yang
curah hujan rata-rata 1000-3000 mm per tahun. Sinar matahari 10 jam/hr,
suhu udara 20 - 340C, dan kelembapan udara optimal 60 – 80 %. (Artanti,
2007).
2.3 Stek Lada
Dalam usaha dan pengembangan tanaman, bibit merupakan salah satu
faktor penentu bagi keberhasilan pertanian. Bibit yang unggul dan berkualitas
baik, akan lebih menjamin usaha yang dilakukan. Tetapi perlu didukung juga
oleh penguasaan dan penerapan tekhnik budidaya yang tepat, untuk
mendapatkan hasil yang sescara kuantitas dan kualitas dapat
dipertanggungjawabkan (Lawani,1995). Perkembangbiakan secara vegetativ
(Stek) bertujuan untuk mendapatkan bibit secara cepat tanpa adanya
perubahan sifat atau tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan
induknya. Macam – macam stek yang biasa digunakan berupa stek batang,
daun, akar, dan tunas. Stek batang yaitu stek yang didapatkan dari batang
tanaman. Bila batang terlalu pendek kan cepat kering, cadangan makanan
kurang sehingga peluang hidup kecil. Jika batang terlalu panjang
pertumbuhan tunas dan akar lambat dan boros. Stek batang yang baik
mempunyai mata tunas minimal 3 buah (Heddy, Nugroho, dan Kurniati 1994)
Stek adalah perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari
tanaman (akar, batang dan tunas) dengan tujuan agar bagian – bagian tersebut
membentuk akar. Pada irisan miring, stek akan mempunai permukaan yang
lebih luas bila dibandingkan dengan berpangkal datar sehingga jumlah akar
tumbuh (Artanti,2007). Perbanyakan tanaman lada dengan mengunakan stek
dapat dilakukan dengan cara yaitu : mengguakan stek panjang (5-7 buku)
yang akan ditumbuhkan terlebih dahulu, kemudian dapat langsung ditanam
dikebun dan stek satu buku berdaun tunggal yang harus disemai terlebih
dahulu dipersemaian.
Perbanyakan tanaman dengan stek pada lada dipengaruhi oleh
beberapa faktor penentu keberhasilan perumbuhan stek. Adapun faktor –
faktor terebut terdiri dari faktor lingkunggan dan faktor dari dalam tanaman.
2.3.1 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan
stek yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartman,
2002).
Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama
pembentukan akar, memberi kelembapan pada stek dan memudahkan
penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik adalah yang
dapat memberikan aerasi dan kelembapan yang cukup, berdrainase baik,
serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek
yang biasa dipergunakan adalah tanah dan pasir.
Perakaran stek dapat tumbuh dengan optimal apabila suhunya
berkisar antara 21oC samapi dengan 27oC pada pagi dan siang hari, serta
15oC pada malam hari. Suhu yang terlampaui tinggi dapat mendorong
perkembangan perakaan dan dapat meningkatkan laju transpirasi (Hartman,
2.3.2 Faktor dari dalam tanaman
Kondisi fisiologis tanaman yang mempengaruhi penyetekan adalah
umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek,
persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh (Huik, 2004 ).
1. Umur bahan stek
Menurut Hartman (2002), stek yang berasal dari tanaman muda
akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini
disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan
produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik
yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar
pada stek.
2. Jenis tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek.
Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis
tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit.
Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang
kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis sulit berakar,
dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif (Kramer, 1960
3. Adanya tunas dan daun pada stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi
perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak
terjadi (Boulenne dan Went, 1933 dalam Hartman, 2002). 4. Persediaan bahan makanan
5. Zat pengatur tumbuh
2.4 Rootone-F
Rootone-f merupakan zat pengatur tumbuh (ZPT), dimana ZPT
berfungsi sebagai pemacu dan penghambat pertumbuhan tanaman.
Penggunaan ZPT yang tepat akan berpengaruh baik terhadap perumbuhn
tanaman namun apabila dalam jumlah terlalu banyak justru akan merugikan
tanaman karena akan meracuni tanaman tersebut. Sebaliknya, jika dalam
jumlah yang sedikit maka akan kurang berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman tersebut (Ardana 2009).
ZPT pada tanaman merupakan sebuah senyawa organik yang bukan
hara dimana dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat
mengubah proses fisisologis. Auksin adalah salah satu hormon tumbuhan yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Auksin mempunyai beberapa peranan dalam mendukung kehidupan
tanaman diantaranya adalah menstimulasi terjadinya perpanjangan sel pada
pucuk dan mendorong primodial akar (Artanti, 2007). Tanaman memerlukan
konsentrasi auksin yang sesuai untuk pertumbuhannya. Konsentrasi yang tidak
pengaruh penyerapan auksin tidak hanya dilihat dari konsentrasi auksin tetapi
dari kepekaan jaringan penerima protein tanaman
Menurut Artanti (2007), penelitian tentang aspek fisiologis auksin
telah banyak dilakukan sejak tahun 1930-an. Banyak bukti menyatakan bahwa
auksin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan batang, formasi akar,
menghambat pertumbuhan cabang lateral serta mengaktifkan kerja lapisan
kambium. Auksin mempengaruhi perkembangan dinding sel dan
mengakibatkan tekanan dinding sel terhadap protoplas berkurang. Peran
auksin sebagai zat perangsang perakaran tersebut saat ini telah diketahui oleh
masyarakat dengan produk yang dijual dengan nama Biooton atau Rootone F.
Dari penelitian Rinekasane (2005) menyatakan bahwa auksin tidak
mampu meningkatkan luas daun. Namun penggunaan Rootone F (auksin)
berperan dalam meningkatkan jumlah akar. Auksin berperan mendorong
pertumbuhan akar, karena auksin merupakan hormon yang berperan dalam
merangsang pertumbuhan akar.
Pertumbuhan dan perkembangan (morfogenesis) tanaman yang diberi
perlakuan ZPT dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi dari ZPT
endogen dan eksogen. Auksin berperan mengaktifkan enzim-enzim yang
berperan dalam pembuatan komponen sel sehingga begitu mulai terjadi
pembelahan sel, maka auksin akan merangsang pembentukan sel-sel dengan
cepat (Marlin, 2005)
Rootone-F sebagai salah satu hormon tumbuh akar yang banyak
akar. Rootone F mengandung bahan aktif berupa campuran beberapa hormon
tumbuh yaitu IBA, NAA, dan IAA. Penggunaan sebagai hasil kombinasi dari
ketiga jenis hormon tumbuh diatas lebih efektif merangsang perakaran dari
pada penggunaan hanya satu jenis hormon secara tunggal pada konsentrasi
sama. Cara pemberian hormon secara tunggal pada konsentrasi sama. Cara
pemberian hormon pada stek batang dapat dilakukan dengan cara perendaman,
pencelupan dan pengolesan (Huik,2004)
Hormon tumbuh akar Rootone F mengandung bahan aktif sebagai
berikut :
a. 1 – Naphthaleneacematide (0,6%)
b. 2 – Methyl – 1 – Naphthaleneacetid Acid (0,033%)
c. 3 – Methyl – 1 – Naphthaleneaematide (0,013%)
d. Indole – 3 – Butiryc Acid
e. Thiram (Tetramethyl thiuram disulfida) (4,000%) (Huik, 2004).
2.5 Media Tanam
Media tanam merupakan salah satu komponen penting dalam
bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan jenis tanaman yang ingin ditanam sehinga tanaman bisa tumbuh
dengan baik. Secara umum media tanam harus bisa menjaga kelembaban
daerah sekitar akar tanaman serta menyediakan cukup udara dan unsur hara.
Ardana (2009) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh subur apabila nutrisi
Media penyetekan yang baik adalah media yang mempunyai porositas
cukup, airase baik, drainase baik, kapasitas mengikat air tinggi dan bebas
patogen. Media dalam penyetekan ini berfungi sebagai penahan stek selama
masa pertumbuhan akar, menjaga kelembapan dan memudahkan penetrasi
udara. (Wuryaningsih, 1998). Pada tahap pembibitan media tumbuh
diutamakan untuk mendapatkan tanaman muda yang sehat, dan mampu
tumbuh baik setelah ditanam pada media produksi.
Terdapat bebrapa jenis media tanam yang biasa digunakan dalam
penelitian diantaranya :
2.5.1 Tanah
Sebagai media tanam, tanah menyediakan faktor-faktor utama untuk
pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara, air, dan udara dengan fungsinya
sebagai media tunjangan mekanik akar dan suhu tanah. Semua faktor
tersebut haruslah seimbang agar pertumbahan tanaman baik dan
berkelanjutan. Unsur hara tanah yang diperlukan terdiri dari unsur makro
(yang diperlukan dalam jumlah banyak) meliputi N, P, K, Ca, Mg, dan S,
dan unsur mikro (yang diperlukan dalam jumlah sedikit) meliputi Fe, Mn,
B, Mo, Cu, Zn, dan Cl. Selain kandungan unsur makro dan mikro, tanah
juga harus mengandung air. Daya simpan air pada jenis tanah tertentu akan
berbeda, hal ini tergantung dari struktur tanahnya. Yang diperlukan dari
media yang baik adalah jenis tanah yang dapat menyimpan air tetapi tidak
berlebih, sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan kondisi musim apapun.
air berpengaruh terhadap tingkat keasaman tanah. Kisaran pH tanah untuk
daerah basah adalah 5-7 dan kisaran untuk daerah kering adalah 7-9. Hal ini
berpengaruh juga terhadap pemilihan jenis tanaman. Untuk daerah basah
(ph 5-7) pilihlah tanaman yang dapat tumbuh subur dikisaran pH seperti itu.
Begitu juga halnya dengan pH yang lainnya. Hal yang juga penting adalah
kandungan udara. Keberadaan udara pada tanah akan mempengaruhi
kerapatan dan kepadatan struktur tanah. Perkembangan akar yang sehat
serta proses pernafasan udara oleh akar menjadi tolak ukur dari baik atau
tidaknya aerasi udara pada struktur tanah tertentu.
2.5.2 Pasir
Menurut Dole dan Gibson (2006), pasir dianggap memadai dan sesuai
digunakan sebagai media penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman,
dan perakaran setek batang tanaman. Pasir yang bersifat cepat kering
memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah
cukup umur untuk dipindahkan ke media lain serta bobot pasir yang cukup
berat mempermudah tegaknya setek batang. Keunggulan media pengakaran
dengan pasir adalah kemudahan penggunaannya serta dapat meningkatkan
sistem aerasi dan drainase media tanam. Kelemahan penggunaan media
pengakaran dengan pasir adalah adanya kadar garam, sehingga sebelum
penggunaannya sebaiknya pasir tersebut dicuci terlebih dahulu untuk
2.5.3 Arang Sekam
Arang sekam atau sekam bakar banyak dimanfaatkan sebagai media tanam
murni (tanpa campuran). Arang sekam digunakan sebagai media tanam
hidroponik dan campuran media tanam berbasis tanah. Arang sekam
merupakan media tanam yang baik karena memiliki kandungan SiO2 52 %
dan unsur C 31 % serta komposisi lainya seperti Fe, K2O, CaO, MnO dan
Cu dalam jumlah yang sangat sedikit. Unsur hara pada arang sekam antara
lain nitrogen (N) 0,32 %, phpsphat (P) 0,15 %, kalium (K) 0,31 %, calsium
(Ca) 0,96 %, Fe 180 ppm, Mn 80.4 ppm, Zn 14.10 ppm dan pH 8,5 – 9,0.
Arang sekam atau sekam bakar memiliki karakteristik yang ringan (berat
jenis 0,2 kh/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kemampuan menahan
air tinggi, berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi unsur matahari
dengan baik. pH arang sekam cukup tinggi, yaitu antara 8,5 sampai 9,0
sehingga sangat baik digunakan untuk meningkatkan pH pada tanah asam.
Sekam bakar atau arang sekam juga memiliki sifat porosits yang baik dan
kemampuan menyerap air rendah.
Arang sekam mengadung silica (Si) yang cukup tinggi yakni sebesar 16,98
%. Silica (Si) merupakan unsur yang tidak penting untuk tanaman dan
bukan unsur hara. Akan tetapi, keberadaan unsur silica (Si) diketahui dapat
memperbaiki sifat fisik tanaman dan berpengaruh terhadap kelarutan P
dalam tanah. Jika unsur silica (Si) dalam tanah kurang dari 5 %, maka tegak
tanaman tidak kokoh (kuat) dan mudah roboh. Unsur silica (si) diperkirakan
itu, arang sekam memiliki kemampuan mempertahankan kelembapan dan
tidak mudah rusak atau terurai (busuk).
Manfaat dan kegunaan arang sekam sebagai media tanam diantaranya yaitu:
1. Menjaga kondisi tanah tetap gembur, karena memiliki porositas tinggi
dan ringan
2. Memacu pertumbuhan (prolifeation) mikroorganisme yang berguna
bagi tanaman.(Anonim)
2.5.4 Abu sekam
Menurut Darmawijaya (1990), abu sekam padi memiliki fungsi mengikat
logam. Selain itu, abu sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah,
sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara.
2.6 Penelitian yang Relevan
Arinasa (2013) melakukan percobaan pengaruh konsentrasi
Rootone-F dan panjang setek pada pertumbuhan Beonia tuberosa Lmk. Pada penelitian ini menggunakan beberapa konsentrasi Rootone-F yaitu (0,150,300 dan 450
mg/ml air) dan panjang stek pucuk (5, 7,5 dan 10 cm) Hasil penelitian
menunjukan bahwa Konsentrasi Rootone-F optimum untuk pertumbuhan stek
pucuk. B. tuberosa Lmk yaitu 300 mg/ml.
Ulfa,Maria dkk (2017) melakukan percobaan dengan Respon
Pertumbuhan Stek Lada (Piper nigrum L.) akibat pemberian hormon auksin. Hasil penelitan menunjukan bahwa hormon auksin (ZPT Atonik) berpengaruh
nyata terhadap panjang tunas dan jumlah daun pada umur 20 hari setelah
daun, jumlah akar dan panjang akar stek tanaman lada pada umur 40 dan 60
hari setelah tanam. Rata-rata perlakuan terbaik dijumpai pada pemberian
hormon auksin dengan konsentrasi 1,5 ml/liter air (A3) dan 2ml/Liter air (A4)
dan perlakuan terendah dijumpai pada tanpa pemberian hormon