• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan tepung sari kelapa sawit sekarang. Spesies-spesies liar yang ada di Amerika diasumsikan keluar dari Afrika mengikuti perjalanan manusia pada zaman prasejarah (Pahan, 2006).

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Taksonomi kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut :

Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae Famili : Areraceae

Sub Famili : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : E. gueneensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit termasuk ordo monokotil. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Akar keluar dari pangkal batang sangat banyak jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan bertambahnya umur tanaman. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dan berbentuk slindris. Perakaran kelapa sawit terbagi menjadi akar primer, akar sekunder, akar tersier, dan akar kuartener. Secara alamiah (pertumbuhan di hutan), tinggi batang dapat mencapai 30 m, tetapi secara komersial (dalam budidaya perkebunan) jarang sekali tinggi tanaman kelapa sawit melebihi 15 - 18 m. Hal ini berhubungan dengan kemudahan pelaksanaan pemanenan buah dan pemeliharaan lainnya. Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Pada satu pohon kelapa sawit yang normal dan sehat umumnya terdapat 40 – 50 pelepah daun (Setyamidjaja, 2006).

(2)

Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada areal yang memiliki curah hujan di atas 2 000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari.

Penelitian menunjukkan pada bulan-bulan yang penyinaran mataharinya lebih panjang mempunyai kolerasi positif dengan produksi kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang pada musim hujan (drainase baik).

Tanah-tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit banyak terdapat di daerah tropis seperti latosol dan alluvial (Sastrosayono, 2003).

Pemupukan

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Selain itu untuk mencapai kondisi tanah yang subur maka perlu kombinasi pemakaian pupuk organik dan an organik. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannnya (Sutarta et al., 2003).

Pengambilan contoh daun dan tanah bertujuan untuk memperoleh data tentang kandungan unsur-unsur hara dalam daun dan tanah melalui analisis laboratorium. Pengambilan contoh daun harus mewakili kondisi hara tanaman dalam satu leaf sampling unit (LSU). Menurut Sutarta et al. (2003) pohon-pohon yang akan digunakan sebagai pohon contoh harus memiliki berbagai persyaratan antara lain :

1. Pohon-pohon contoh adalah pohon-pohon normal, pohon sakit dihindarkan dan sebagai gantinya dipilih pohon berikutnya,

2. Pohon-pohon yang tumbuh di pinggir jalan dan parit dihindarkan, sebagai gantinya pilih 3 pohon berikutnya,

3. Tidak berdekatan dengan areal terbuka, dan

(3)

4. Pohon contoh terpilih diberi tanda dengan menggunakan cat pada batangnya

Sebaran pohon contoh harus disesuaikan dengan luas satu LSU. Penentuan pohon contoh dengan sistem tersebar dapat disusun dengan interval pemilihan pohon yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan Cara Penentuan Pohon Contoh pada Sistem Tersebar Luas

(ha)

Jumlah Pohon

Jumlah Pohon Contoh Cara penentuan pohon

Pohon %

5 7 15 28 4 setiap 5 pohon selang 5 baris

10 1 430 29 2 setiap 5 pohon selang 10 baris 15 2 135 30 1.43 setiap 5 pohon selang 10 baris 20 2 860 28 1 setiap 10 pohon selang 10 baris 25 3 575 29 0.83 setiap 10 pohon selang 12 baris 30 5 290 30 0.59 setiap 10 pohon selang 15 baris 35 6 000 31 0.5 setiap 10 pohon selang 16 baris Sumber : Buku Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit (Sutarta, 2003)

Pengambilan contoh daun harus menggambarkan keadaan unsur hara pohon sawit. Menurut hasil penelitian ternyata daun ke 17 adalah yang paling sesuai. Jika karena suatu keadaan daun ke 17 rusak pada suatu tanaman maka diambil daun ke 9 pada seluruh pohon contoh dalam LSU tersebut. Dari daun contoh diambil sebanyak 8 sampai 12 helai anak daun (4 atau 6 helai dari sebelah kiri dan 4 atau 6 buah dari sebelah kanan). Anak daun yang diambil adalah bagian tengah 10-20 cm lalu dibersihkan dengan kapas atau kain yang sudah dicelupkan ke dalam aquadest. Tulang anak daun/lidi dibuang (Sutarta et al., 2003).

Pengambilan contoh tanah kesuburan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan hara dalam tanah pada lapis olah (berkisar 0-20 cm) untuk mendukung penyusunan rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit. Contoh tanah untuk kesuburan tersebut diambil dari dalam dan luar piringan tanaman kelapa sawit.

Pengambilan contoh tanah dilakukan di sekitar pohon Leaf Sampling Unit (LSU).

Jumlah contoh tanah mencakup sekitar 25-50% dari jumlah LSU. Menurut Sutarta et al. (2003) contoh tanah diambil dari setiap tahun yang sama, jika tahun sama :

a. Diambil satu contoh tanah untuk setiap tahun tanam

b. Satu contoh tanah diambil gabungan beberapa tahun tanam yang umurnya tidak jauh berbeda.

(4)

Konsep Empat Tepat

Pemupukan yang efektif dan efisien selalu mengacu pada konsep empat tepat (4 T) yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu aplikasi (Poeloengan et al., 2003). Sedangkan untuk memperbaiki kondisi lahan dapat dilakukan melalui aplikasi bahan organik seperti limbah pabrik kelapa sawit (PKS).

Pemilihan jenis pupuk harus mempertimbangkan dari segi teknis dan ekonomis. Menurut Poeloengan et al. (2003), beberapa dasar pertimbangan dalam penentuan jenis pupuk antara lain umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan, dan harga pupuk. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan sifat tanah serta dimana pupuk akan diaplikasikan akan sangat menentukan efisiensi pemupukan.

Dosis didapat dari hasil analisis daun dan tanah. Pengambilan sampel daun biasanya pada daun ke-17 karena daun ke-17 merupakan daun paling peka yang menunjukkan perbedaan paling besar dalam tingkat hara N, P, dan K (Chapman dan Gray, 1949). Kebutuhan tanaman terhadap pupuk berbeda-beda tiap umur tanaman. Tanaman muda umumnya lebih responsif terhadap pemupukan bila dibandingkan tanaman tua. Menurut Lubis (1992), kebutuhan tanaman akan pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) lebih besar dibandingkan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) karena sebagian besar energi pada TM digunakan untuk generatif sedangkan pada TBM digunakan untuk pertumbuhan.

Hakim (2007) menyatakan bahwa ada beberapa cara pemupukan yang biasa digunakan:

a) Suface application (Top dressing; broadcast atau disebar di atas tanah langsung)

b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam)

d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan) e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang/ kambium sedikit demi sedikit)

f) Nutritional spray (follar spray/melalui daun)

(5)

Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim terutama curah hujan. Selain itu juga ditentukan oleh sifat fisik tanah, pengadaan pupuk, serta sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara. Pemupukan akan efektif dilaksanakan jika tanah mengandung air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan ke sungai. Pagi sampai siang hari merupakan waktu yang optimal untuk aplikasi pemupukan di lapangan.

Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar dalam kondisi baik, artinya tanah dalam keadaan lembab atau basah. Pada musim yang kemaraunya di bawah 1 bulan, pemupukan dapat dilaksanakan kapan saja dengan frekuensi di atas 2 kali per tahun. Pada daerah dengan musim kemarau di atas 3 bulan, aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa sawit (Hakim, 2007).

Gambar

Tabel 1. Jumlah dan Cara Penentuan Pohon Contoh pada Sistem Tersebar  Luas

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan Dinding Penahan Gabion Sebagai Alternatif Perkuatan Badan Jalan Ruas Cantilan – Subang STA 0 + 400 sampai STA 0 + 425, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Tugas Akhir

(2) Pengaruh larangan pemerintah melakukan ibadah di masjid pada masyarakat Luwu Raya akibat mewabahnya Corona Virus Disease dapat di tarik kesimpulan bahwa adanya aturan

1 Saya berpikir bahwa saya akan sering mengakses website ini tidak sering sering 2 Saya berpikir website ini terlalu kompleks tidak setuju setuju 3 Saya berfikir

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nornor 23 Tahun 2011 ten tang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nornor 2 Tahun 2008 tentang

Soal No Soal 3.3 Menganalisis ketergantungan antarruang dilihat dari konsep ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, harga, pasar) dan pengaruhnya terhadap migrasi

UPRAVA DRUŠTVA Djelatnost linijskog (redovnog) pomorskog prijevoza putnika i tereta poslovno područje linijskog (redovnog) prijevoza putnika i tereta ugostiteljstvo i ostale

DKI dan putusan kasasi Nomor 1134 K/ Pid/ 2014 serta putusan peninjauan kembali Nomor 37 K / Pid/ 2016, dengan tidak terbukti adanya perbuatan membuat surat palsu

Hubungan polimorfisme Pro12Ala gen PPAR- γ2 dengan parameter klinik penderita DM tipe 2 etnis Minangkabau diperoleh dengan mengamati beberapa parameter klinik