• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kualitatif Residu Melengesterol Asetat (MGA) pada Daging Sapi Beku Impor dengan Metode ELISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kualitatif Residu Melengesterol Asetat (MGA) pada Daging Sapi Beku Impor dengan Metode ELISA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KUALITATIF RESIDU MELENGESTEROL ASETAT

(MGA) PADA DAGING SAPI BEKU IMPOR DENGAN

METODE ELISA

AJENG HERPIANTI UTARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Kualitatif Residu Melengesterol Asetat (MGA) pada Daging Sapi Beku Impor dengan Metode ELISA adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skipsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

AJENG HERPIANTI UTARI. Kajian Kualitatif Residu Melengesterol Asetat (MGA) pada Daging Sapi Beku Impor dengan Metode ELISA. Dibimbing oleh RAHMAT HIDAYAT dan ARUM KUSNILA DEWI.

Melengesterol Asetat (MGA) merupakan hormon steroid anabolik sintetik yang digunakan sebagai pemacu pertumbuhan dan menekan estrus pada penggemukan sapi dara di beberapa peternakan pengekspor daging. Sebagian besar steroid anabolik sintetik memiliki metabolisme yang kurang baik sehingga dapat tersimpan dalam keadaan tidak berubah dalam hati, ginjal, otot, dan lemak hewan. Residu MGA dalam daging sapi dapat menyebabkan resiko gangguan kesehatan pada manusia seperti keracunan, hipersensitivitas, karsinogenik hingga gangguan teratogenik, oleh karena itu keberadaan residu MGA dalam daging sapi telah menjadi perhatian pemerintah dan dunia dalam menjamin keamanan pangan asal hewan. Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA) merupakan metode serologis yang dapat mendeteksi keberadaan dan konsentrasi residu MGA dalam daging sapi. Hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan metode ELISA pada penelitian ini menunjukkan bahwa 83,72 % sampel memiliki konsentrasi residu MGA yang berada di bawah batas maksimum residu yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia.

Kata kunci: daging sapi impor, ELISA, Melengesterol Asetat (MGA), residu.

ABSTRACT

AJENG HERPIANTI UTARI. Qualitative Study of Melengesterol Acetate (MGA) Residue in Imported Beef with ELISA Method. Supervised by RAHMAT HIDAYAT dan ARUM KUSNILA DEWI.

Melengesterol Acetate (MGA) is a synthetic anabolic steroid hormone used as growth promoter and suppress estrus in some feedlot exporter. Most of the synthetic anabolic steroids have a poor metabolism so it can be stored in an unchanging state in the liver, kidney, muscle, and fat of animals. MGA residues in beef can lead the risk of health problems in humans if it is high accumulates in the body such as toxicity, hypersensitivity, carcinogenic to teratogenic disorders, therefore the presence of MGA residues in beef have become the government and the world concern in the safety of foods from animal origin. Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA) is a serological method that can detect the presence and concentration of MGA residues in beef. Results obtained by using the ELISA method in this study shows that 83,72 % samples have concentration of MGA residues in imported beef is below the maximum residue limits established by Standar Nasional Indonesia (SNI 2000)

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

KAJIAN KUALITATIF RESIDU MELENGESTEROL ASETAT

(MGA) PADA DAGING SAPI BEKU IMPOR DENGAN

METODE ELISA

AJENG HERPIANTI UTARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Kajian Kualitatif Residu Melengesterol Asetat (MGA) pada Daging Sapi Beku Impor dengan Metode ELISA

Nama : Ajeng Herpianti Utari NIM : B04090163

Disetujui oleh

drh Rahmat Hidayat, MSi Pembimbing I

drh Arum Kusnila Dewi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan, dengan judul Kajian Kualitatif Residu Melengesterol (MGA) pada Daging Sapi Beku Impor dengan Metode ELISA.

Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Bapak drh Rahmat Hidayat, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, dan Ibu Dr drh Sus Derthi Widhyari, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberi bimbingan dan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pembimbing skripsi kedua, Ibu drh Arum Kusnila Dewi, MSi. dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok beserta staf Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok Jakarta Utara, yang telah membantu dan memfasilitasi selama pelaksanaan penelitian dan proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibunda beserta seluruh keluarga besar, sahabat-sahabat terdekat, serta teman-teman satu tim penelitian, dan angkatan 46 FKH Geochelone atas segala dukungan dan doa.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis Penelitian 2

Tinjauan Pustaka 2

Daging Sapi 2

Melengesterol asetat 3

Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) 4

METODE 5

Prosedur analisis data 5

Pengumpulan sampel (sampling) 5

Preparasi sampel 5

Prosedur ELISA 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

(11)

DAFTAR TABEL

1 Konsentrasi dari hasil analisa sampel dengan metode ELISA 6 2 Rataan akumulasi konsentrasi beserta jumlah sampel 7

DAFTAR GAMBAR

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan jumlah kebutuhan pangan di Indonesia mengalami kenaikan, tidak terkecuali kebutuhan pangan asal hewan, termasuk daging sapi. Persediaan daging sapi tahun 2011 sebesar 449,31 ribu ton, yang terdiri dari 292,45 ribu ton produksi lokal dan 156,85 ribu ton berasal dari impor (Kementerian Pertanian 2011). Produksi daging sapi dalam negeri tidak dapat memenuhi jumlah permintaan pasar, hal ini menyebabkan pemerintah akhirnya mengambil keputusan untuk mengimpor daging sapi dari negara-negara yang memiliki jumlah produksi sapi tertinggi di dunia. Meskipun demikian, pemerintah Indonesia tetap mengawasi secara ketat keamanannya untuk memastikan daging sapi beku impor aman dikonsumsi masyarakat.

Keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan bahan lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004. Aman untuk dikonsumsi dapat diartikan, bahwa produk pangan tidak mengandung bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia, yaitu menimbulkan penyakit atau keracunan (Bintoro 2009).

(13)

2

Perumusan Masalah

Melengesterol asetat (MGA) adalah hormon sintetik yang dapat menghambat siklus estrus dan meningkatkan laju pertumbuhan sapi potong. Hormon tersebut dimetabolisme di hati dan dapat terakumulasi dalam jaringan lemak, ginjal dan mempengaruhi pertumbuhan otot rangka. Residu MGA dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan kesehatan pada manusia yang mengkonsumsinya seperti keracunan, hipersensitivitas, kanker, hingga gangguan teratogenik apabila kadar residu melebihi batas ambang maksimal residu yang ditentukan.

Tujuan Penelitian

Menganalisis kadar residu Melengesterol Asetat (MGA) secara kualitatif pada daging sapi beku impor dengan uji ELISA.

Hipotesis Penelitian

Hipotesa penelitian ini adalah

H0 : Daging sapi beku impor yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok tidak mengandung residu Melengesterol Asetat (MGA).

H1 : Daging sapi beku impor yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok mengandung residu Melengesterol Asetat (MGA).

TINJAUAN PUSTAKA

Daging Sapi

Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya (Soeparno 2005). Daging sebagai pemenuh kebutuhan gizi setiap hari tercatat memiliki nilai gizi yang tinggi. Dalam pengertian luas komposisi daging dapat diperkirakan terdiri dari 75 persen air, 19 persen protein, 3,5 persen subtansi nonprotein yang larut, dan 2,5 persen lemak (Lawrie 2003). Menurut Departemen Kesehatan 1981, setiap 100 gram daging sapi mengandung kalori 207 kkcl, protein 18,8 gram, lemak 14,0 gram, kalcium 11 mg, phosphor 170 mg dan besi 2,8 mg (Soeparno 2005).

(14)

3 daging beku adalah daging segar yang sudah mengalami proses pembekuan di dalam blast freezer dengan temperatur internal minimum -18 ºC (BSN 2008). Daging sapi beku impor dalam sampel yang diteliti merupakan daging beku.

Melengesterol Asetat

Melengestrol asetat (17α -asetoksi-6-metil-16-methylenepregna-4,6-diena-3,20-dion asetat, MGA) adalah progestogen yang digunakan sebagai aditif pakan ternak untuk meningkatkan efisiensi pakan, meningkatkan laju pertambahan berat badan, dan menekan estrus pada penggemukan sapi betina. MGA diumpankan pada dosis harian 0.25 - 0.50 mg per sapi selama 90 sampai 150 hari sebelum penyembelihan (JECFA 2000). Standar residu minimal MGA dalam daging sapi dengan metode ELISA adalah 1 μg/kg = 1 ppb (CODEX 2009) dan standar MGA = 25 μg/kg = 25 ppb (BSN 2000).

Gambar 1 Melengesterol asetat (17α-asetoksi-6-metil-16-

methylenepregna-4,6-diena-3,20-dion asetat, MGA) Pemberian MGA awalnya merupakan salah satu terapi kontrasepsi. Afinitas reseptor progesteron lebih besar pada MGA, MGA bahkan mampu menghambat ovulasi pada konsentrasi rendah dan pada konsentrasi tinggi mampu menunjukkan aktivitas estrogen (Perry et al. 2005). Setelah diketahui bahwa sapi potong betina memiliki tingkat pertumbuhan dan efisiensi pakan yang rendah dibandingkan dengan pejantan, maka pemberian MGA tidak lagi untuk kepentingan terapi. Berdasarkan analisis yang dilakukan Ducket dan Andre tahun 2000 efek penggunaan MGA dapat menyebabkan penambahan jaringan otot pada sapi potong (Widiyani 2012). WHO pada tahun 2009 menyatakan bahwa mekanisme MGA belum diketahui secara jelas, namun MGA dapat merangsang sintesis ovarium dari anabolik steroid estradiol. Sebagai sintetik progesteron, MGA memiliki kemampuan untuk dapat menstimulasi anabolik steroid lain seperti estradiol dan meningkatkan efisisensi produksi hewan. Jika diberikan secara peroral, potensi bioaktivasi meningkat 10-100 kali lebih tinggi pada MGA jika dibandingkan sintetik progesteron lain, sedangkan pemberian parenteral memberikan aktivitas hormon 125 kali lebih tinggi dibandingkan progesteron.

(15)

4

studi tersebut menunjukkan bahwa dapat ditemukan residu MGA dalam hati dan lemak sebesar 80 % dan di otot sebesar 45 %. MGA memiliki sifat sangat lipofilik sehingga dapat terakumulasi 200 kali lipat dalam lemak dibandingkan di dalam plasma darah. MGA juga dimetabolisme hampir seluruhnya secara cepat di dalam hati (Peng et al. 2008).

Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah pengujian wet-lab yang menggunakan antibodi dan perubahan warna untuk mengidentifikasi suatu substansi. ELISA digunakan untuk analisis assay biokimia yang menggunakan immunoassay enzim dan fase solid untuk mendeteksi keberadaan suatu substansi dalam sebuah sampel cairan. Substansi yang biasanya dideteksi adalah antigen, namun dapat juga digunakan untuk mendeteksi antibodi. Antigen dari suatu sampel terikat pada permukaan, kemudian antibodi spesifik dituangkan ke atasnya sehingga dapat berikatan dengan antigen.

Antibodi tersebut terikat dengan sebuah enzim dan pada langkah akhir, substansi yang mengandung substrat enzim tersebut akan ditambahkan. Enzim yang paling banyak digunakan adalah Horseradish peroxidase dan Alkaline phosphatase. Enzim ini dapat dilabel baik pada antibodi maupun antigen yang akan membentuk warna dengan penambahan suatu substrat. Pengujian secara kuantitatif dapat dilakukan dengan mengamati intensitas warna yang terbentuk (Burgess 1988).

Uji ELISA, membutuhkan minimal satu antibodi dengan spesifitas terhadap antigen tertentu. Sampel dengan sejumlah antigen dimobilisasi, kemudian ditambahkan deteksi antibodi sehingga membentuk kompleks dengan antigen. Dalam setiap langkah pengerjaan, plate dicuci dengan solusi deterjen ringan untuk membilas protein atau antibodi yang tidak terikat secara spesifik. Setelah pencucian terakhir, ditambahkan substrat enzim ke dalam plate untuk menghasilkan sebuah sinyal yang tampak jelas dan mengindikasikan kuantitas antigen dalam sampel.

(16)

5 Teknik pengujian dengan metode ELISA dapat dilakukan dalam beberapa format tergantung dari besar molekul yang akan dideteksi serta tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang dikehendaki. Terdapat dua format dalam metode ELISA yaitu Competitive ELISA dan Non Competitive ELISA. Competitive ELISA merupakan format yang banyak dipakai untuk pengujian antigen, toksin serta senyawa dengan molekul kecil. Competitive ELISA dapat dibedakan menjadi Direct Competitive dan Indirect Competitive. Non Competitive Sandwich ELISA terutama digunakan untuk mendeteksi makromolekul. Tetapi format ini kurang sensitif untuk mendeteksi senyawa dengan berat molekul kecil seperti antigen dan toksin (Burgess 1988).

METODE

Prosedur Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan membandingkan dengan standar batas maksimum residu di Indonesia yang terdapat pada Standar Nasional Indonesia.

Pengumpulan sampel (sampling)

Pengambilan sampel pada monitoring Pangan Segar Asal Hewan (PSAH) dilakukan secara acak sederhana terhadap daging sapi beku impor yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara berdasarkan SNI 19-0428-1998.

Preparasi Sampel

(17)

6

kembali pada suhu -15 oC selama 5 menit dengan kecepatan 2000 - 3000 rpm, maka akan dihasilkan supernatan.

Supernatan dimasukkan ke dalam tabung baru dan dilarutkan dengan 5 mL aquades. Selanjutnya dimasukan ke kolom rida C18 dengan kecepatan 1 tetes per detik, yang sebelumnya telah dicuci dengan 1 mL campuran larutan 20/80 v/v metanol/20 mM Tris-HCl pH 8.5. Kolom dicuci dua kali dengan 1 mL campuran larutan 20/80 v/v metanol/20 mM Tris-HCl pH 8.5. Dilakukan pencucian kolom dua kali dengan 1 mL 40/60 metanol/aquades, kemudian dibuang dan dikeringkan. Kolom dicuci lagi dengan 1 mL campuran larutan 80/20 metanol/aquades lalu ditampung ke dalam tabung sampai kolom kering. Dilakukan pengencerkan eluate 1 : 1 dengan aquades untuk mendapatkan larutan 40/60 metanol/aquades. Hasil pengenceran

tersebut digunakan untuk tes ELISA sebanyak 20 μL.

Prosedur ELISA

Reagen Ridascreen MGA ELISA Kit didiamkan terlebih dahulu pada suhu kamar 20-25 ºC selama 1 jam. Enzim konjugat diencerkan menggunakan buffer dengan perbandingan 1:11. Total larutan enzim konjugat yang digunakan didapatkan dari perhitungan :

Jumlah sumur yang dipakai x volume enzim konjugat per sumur (50µl) Anti-MGA antibodi juga diencerkan menggunakan buffer dengan perbandingan 1:11. Total larutan Anti-MGA antibodi yang digunakan didapatkan dari perhitungan :

Jumlah sumur yang dipakai x volume enzim konjugat per sumur (50µl) Untuk melakukan kalibrasi standar diperlukan satu lubang sumur untuk blanko (tanpa penambahan sampel, berisi pelarut), satu lubang sumur untuk kontrol berisi enzim konjugat, dan 5 lubang sumur untuk larutan standar yang berlainan konsentrasi (0.15; 0.45; 1.35; 4.05 dan 12.15 ppb) serta 43 lubang sumur lainnya untuk sampel.

Setelah semua reagen disisapkan, dilakukan uji ELISA dengan cara tiap larutan standar (diluted antibodi solution) sebanyak 20 μL dimasukan ke dalam mikrotiter plate ELISA (0 ; 0.15; 0.45; 1.35; 4.05 dan 12.15 ppb) duplo dan begitu juga 20 μL sampel untuk setiap sampel yang akan

dianalisis, 20 μLmetanol 70% untuk kontrol, dan 20 μl metanol 70% untuk

blanko.

Kemudian ditambahkan 50 μL enzim konjugat (peroxidase conjugated melengesterol asetat) ke setiap lubang sumur kecuali lubang sumur yang berisi blanko. Larutan diaduk dengan pipet multichanel dengan melakukan pemipetan dan mengeluarkannya kembali, sampai tiga kali.

(18)

7 ºC. Selanjutnya, cairan dalam sumur dibuang dan dicuci dengan larutan pencuci (wash solution) 2 kali, kemudian dikeringkan dengan membalikkan lubang sumur tersebut di atas kertas peresap air. Kemudian ditambahkan 50

μL substrat dan 50 μL Chromogen, dihomogenkan perlahan dan diinkubasi

30 menit pada suhu ruang dan dalam keadaan gelap.

Langkah selanjutnya ditambahkan 100 μL stop solution, dibaca dengan panjang gelombang 450 nm. Pembacaan nilai absorbansi atau optical density (OD) dilakukan kurang dari 30 menit setelah penambahan stop solution dengan menggunakan ELISA reader Thermoscientific skanit software 2.5.1 pada panjang gelombang 450 nm, dan hasil konsentrasi MGA dinyatakan dalam part per billion (ppb).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mengunakan metode ELISA untuk mendeteksi residu MGA secara kualitatif pada Daging sapi beku impor. Metode ini merupakan pengujian serologis yang sederhana, sensitif, spesifik, efektif dan cepat (Peng et al. 2008), sehingga cocok digunakan untuk pendeteksian rutin residu hormon dalam daging. Prinsip pengujian ELISA adalah untuk mendeteksi keberadaan antibodi atau antigen spesifik. Pada penelitian ini, residu hormon MGA merupakan antigen, maka metode yang digunakan adalah ELISA Sandwich atau ELISA antibodi ganda. Jika antigen dalam sampel semakin banyak, maka semakin sedikit antigen yang dapat terikat antibodi spesifik yang menempel pada permukaan well. Karena antigen dalam sampel bersaing dengan antigen terkonjugasi atau antigen spesifik tertaut enzim signal untuk dapat berpasangan dan berikatan dengan antibodi spesifik yang menempel pada permukaan well (Burgess 1995)

Ikatan antara antigen dan antibodi yang berpasangan akan dikenali dengan penambahan substrat yang terlihat melalui perubahan warna. Semakin biru warna yang dihasilkan, semakin kecil kadar residu yang terdapat dalam sampel yang dianalisis, hal ini menunjukkan bahwa yang menang bersaing menempel pada antibodi spesifik adalah antigen spesifik tertaut enzim signal lalu bereaksi dengan substrat dan chromogen sehingga menimbulkan sinyal warna biru. Jadi, jika hasil menunjukkan kandungan residu hormon banyak dalam sampel maka ditandai oleh sinyal yang ditimbulkan tidak ada atau semakin sedikit warna biru yang dihasilkan, yang berarti bahwa antigen yang diinginkan dalam sampel telah menang berkompetisi dengan antigen tertaut enzim signal dan berikatan dengan antibodi spesifik, sehingga substrat tidak bereaksi menimbulkan sinyal warna karena tidak ada enzim signal yang ikut terikat. Hasil analisis ditentukan dengan membaca optical density (OD) pada ELISA reader dengan panjang gelombang 450 nm (Widiyani 2012).

(19)

8

ini merupakan tingkat konsentrasi terendah dalam suatu substansi yang dapat dideteksi oleh kit ELISA.

Hasil pengujian kandungan residu MGA dalam sampel daging sapi beku impor dengan menggunakan metode ELISA, menunjukkan bahwa sebanyak 36 dari 43 sampel berada di atas limit deteksi ELISA atau mengandung residu MGA dengan nilai rataan konsentrasi residu sebesar 0.2058±0.1082 ppb (tabel 1) pada rentang nilai konsentrasi 0.075-0.444 ppb. Jika kandungan residu MGA dalam sampel tersebut dibandingkan dengan nilai batas maksimum residu (BMR) yang dalam ketetapan SNI No. 01-6366-2000, maka kandungan residu MGA semua sampel daging impor yang dianalisis masih berada di bawah nilai BMR yaitu < 25 ppb (BSN 2000). Sebanyak 83.72 % sampel daging sapi beku impor yang diperiksa dapat dinyatakan positif mengandung residu MGA, meskipun kadarnya masih di bawah nilai BMR. Nilai kandungan residu MGA yang diperoleh pada penelitian ini juga berada di bawah ketetapan Codex Alimentarius Commission (CAC 2006) yaitu sebesar 5 ppb pada daging atau jeroan sapi. Kandungan residu MGA pada 22 sampel berada pada rentang nilai konsentrasi tertinggi yaitu 0.150-0.450 ppb dengan rata-rata nilai konsentrasi 0.275±0.076 ppb.

Angka batas maksimum residu (BMR) yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional (BSN) lebih tinggi bila dibandingkan BMR yang ditetapkan Codex Alimentarius Commission (CAC), disebabkan BMR masih mengacu pada Join Expert Committee on Food Authority (JECFA 2000) sebagai pedoman penentuan BMR dalam bahan pangan asal hewan. Beberapa negara memiliki beberapa ketetapan BMR berbeda-beda, bergantung pada faktor resiko yang timbul pada setiap warga negara dan berhubungan dengan faktor kebiasaan mengkonsumsi daging, berat badan dan umur (Zahid et al. 2000).

(20)

9

Berdasarkan analisis residu MGA pada daging sapi menggunakan metode ELISA diperoleh 7 sampel dari 43 sampel Daging sapi beku impor dengan konsentrasi residu MGA di bawah limit deteksi ELISA atau tidak terdeteksi residu MGA, dan dapat dinyatakan bahwa sebanyak 16.28 % sampel Daging sapi beku impor negatif mengandung residu MGA.

Tabel 2 Rataan akumulasi konsentrasi beserta jumlah sampel

(21)

10

Keberadaan residu pada beberapa sampel menunjukkan bahwa kemungkinan bahwa daging yang positif mengandung residu ELISA berasal dari sapi-sapi yang telah diberikan perlakuan penambahan preparat hormon MGA sebagai terapi hormon progesteron dalam bentuk sediaan kontrasepsi progesteron komersial atau bahan imbuhan pakan untuk penggemukan sapi. Hasil positif menunjukkan bahwa kandungan residu MGA masih di bawah batas maksimum residu MGA mengindikasikan bahwa penggunaan hormon MGA di negara asal daging sapi beku impor telah mengikuti protokol withdrawal time (masa henti obat) yang telah ditetapkan Food and Drug Administration (FDA) yaitu 48 jam setelah pemberian terakhir atau 48 jam sebelum pemotongan dengan dosis yang diperbolehkan 0.25-0.50 mg/ekor per hari pada penggemukan sapi (WHO 2009). Dosis MGA tunggal yang diberikan untuk kontrasepsi secara implan, baik subkutan maupun intramuskular adalah sebesar 3-40 mg/kg berat badan (Muson 2006). Berdasarkan analisa residu MGA yang dilakukan Hoffman dan Evers tahun 1986, pada 258 ekor sapi yang diberikan MGA tanpa withdrawal time menunjukkan hasil konsentrasi residu sebesar < 10 ppb pada 216 ekor, 10-25 ppb pada 35 ekor dan 7 ekor sapi mengandung lebih dari 10-25 ppb.

Senyawa MGA memiliki kemiripan bentuk rantai dengan progesteron. Progesteron berperan dalam peningkatan jumlah dan proliferasi sel. Progesteron sebagai hormon steroid dapat memicu terjadinya mutasi gen yang dapat menyebabkan terjadinya perkembangan sel abnormal hingga membentuk sel kanker, terutama pada kelenjar mamae, ovarium, endometrium, prostat hingga hati. Konsentrasi MGA dalam plasma darah setelah mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung MGA sebanyak 0.03 ppb sebesar 0.5-1 pg/mL atau setara dengan 4000 kali dosis yang dapat merangsang proliferasi sel MCF-7 yang dapat memicu kanker payudara (WHO 2009). Berdasarkan studi oleh Doyle tahun 2000 konsumsi yang terus-menerus juga dapat menyebabkan asma dan kanker prostat pada pria (WHO 2009).

Dampak negatif residu hormon anabolik lainnya dapat mengakibatkan reaksi keracunan, hipersensitivitas pada kulit, urtikaria, hingga menyebabkan efek teratogenik. Berdasarkan hasil studi literatur, hormon sintetik yang terkandung dalam produk makanan dapat menembus plasenta dan dapat dideteksi pada jaringan fetal kelinci (WHO 2009).

(22)

11 nomor 7 tahun 1996 (RI 1996) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan (RI 2004). Pendeteksian residu MGA dalam daging impor merupakan salah satu upaya penjaminan keamanan pangan bagi konsumen.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil analisis konsentrasi residu Melengesterol asetat (MGA) dalam daging sapi beku impor dengan metode ELISA pada penelitian ini, sejumlah 16.27% sampel tidak mengandung residu MGA. Sisanya, sebanyak 83.72 % sampel mengandung residu MGA dengan konsentrasi rata-rata sebesar 0.2058±0.1082 ppb. Residu MGAl asetat dalam sampel berada dalam jumlah yang tidak melebihi batas maksimal residu MGA yang ditetapkan oleh Bandan Standar Nasional yaitu < 25 ppb (BSN 2000).

Saran

Hasil positif dalam penelitian yang menggunakan metode ELISA dapat dikonfirmasi lanjut dengan menggunakan metode Liquid Chromatography – Mass Spectrometri (LC-MS) maupun Gas Liquid Chromatography – Mass Spectrometri (GC-MS).

DAFTAR PUSTAKA

Bintoro VP. 2009. Peranan Ilmu Dan Teknologi Dalam Peningkatan keamanan Pangan Asal Ternak. Pidato Pengukuhan Diucapkan Pada Peresmian Jabatan Guru Besar Dalam Teknologi Hasil Ternak Pada Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang (ID): Penerbit Universitas Diponegoro.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 19-0428-1998 tentang Petunjuk Pengambilan Contoh Padatan. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasonal.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2000. Standar residu Hormon pada Daging Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasonal.

[BSN] Badan Standar Nasional. 2008. SNI No. 3932:2008 tentang Mutu Karkas dan Daging. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasonal.

(23)

12

[CAC] Codex Alimentarius Commission. 2006. Compendium of methods of analysis identified as suitable to support codec MRLs developed by the codex committee on residues of veterinary drugs in foods. http://www.codexalimentarius.net

Crowther JR. 1995. ELISA Theory and Practice Methods in Molecular Biology. New Jersey: Singapore Humana Press

Doyle E. 2000. Human Savety of Hormone Implants Used to Promote Growth in Cattle-A Review of the Scientific Literature.Food Research Institute. United States of America. University of Wisconsin.

Gardner IA, Cullor JS, Galey FD, Sischo W, Salman M, Slenning B, Erb HN, Tyler JW. 1996. Alternatives for the validation of diagnostic assay used to detect antibiotic residues in milk. Jornal Animal Veterinary Medicine. Vol 209: 46-52.

[JECFA] Join Expert Committee on Food Authority. 2000. Residues of some veterinary drugs in animals and foods. FAO Food and Nutrition Paper 41/13

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2011. Laporan Kinerja Kementerian Pertanian 2011. Jakarta: Kemenerian Pertanian

Hoffman B, Evers P. 1986. Anabolic Agents with Sex Hormones-Like Activities : Problems of Residues. Drug Residues in Animal. Florida, Academic Pr. Hlm: 111-144.

Lawrie R. A. 2003. Ilmu Daging Edisi Kelima; penerjemah, Aminuddin Parakkasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Muson L. 2006. Contraception in felids. Theriogenology, 66:126-134

Peng CF, Chen YW, Chen W, Xu CL, Kim JM, Jin ZY. 2008a. Development of a sensitive heterologous ELISA method for analysis of acetylgestagen residues in animal fat. Food and Chemistry, 109:647-653.

Peng CF, Chen YW, Chen HQ, Xu CL, Jin YZ. 2008b. A rapidand sensitive enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)method and validationfor progestogen multi-residues in feed.Journal Animal and Feed Science, 17:434-441.

Perry GA, Welshons WV, Bott RC, Smith MF. 2005.Basic of Melengesterol acetate action as a progestin. Domestic Animal Endocrinology, 28:147-161.

[RI] Republik Indonesia. 1996. Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996. Pangan. Jakarta.

[RI] Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004. Keamanan, mutu, dan gizi pangan. Jakarta. Santoso EB. 2001. Analisis Residu dalam Makanan Asal Hewan.

Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Hewan

Schieffer B, Daxenberger A, Meyer K, Meyer HM. 2001. The fate of TBA and MGA after application as growthpromoters in cattle : environmental studies. Environmenta Health Perspective, 109:1145-1151.

(24)

13 Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

[WHO] World Health Organization.2009. Toxicology Evaluation of Certain Veterinary Drug Residues in Food. WHO food additive seies:61. International Programme on Chemical Safety. Hlm:70-89.

Widiyani Platika. 2012. Analisis Residu Hormon Melengesterol Asetat dalam Daging Sapi yang Diimpor dari Australia dan Selandia Baru Melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

(25)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 18 November 1991, merupakan putri pertama dari dua bersaudara Bapak drh Herbono dan Ibunda Tuti Supiati.

Penulis menghabiskan masa sekolahnya di kota Madiun, Jawa Timur. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar di SDN 06 Kartoharjo, kemudian penulis menuntaskan pendidikan di SMPN 01 Madiun pada tahun 2006. Penulis telah dinyatakan lulus dari SMAN 02 Madiun pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan oleh Institut Pertanian Bogor melalui seleksi masuk Ujian Talenta Mandiri (UTM).

Gambar

Gambar 1  Melengesterol asetat (17α-asetoksi-6-metil-16-
Tabel 1 Konsentrasi dari hasil analisis sampel dengan menggunakan metode  ELISA
Tabel 2 Rataan akumulasi konsentrasi beserta jumlah sampel

Referensi

Dokumen terkait

1) Memperluas upaya dengan memasukkan kelompok-kelompok lokal sebagai community-based groups yang mengerti mengenai permsalahan yang sedang dihadapi. 2) Melakukan

Asymmetric information , fenomena ini mengarah pada kondisi di mana terjadi perbedaan sumber dan jumlah informasi antara pengelola kawasan dalam hal ini BBKSDA PB yang mendapat

larangan pengembangan sains tertentu Anggapan ini muncul karena ada ayat yang berbeda dengan teori sains Sains dikembangkan dalam kerangka. etika islam (islam mengharamkan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang cara menggosok gigi dengan menggunakan video pembelajaran pada

Berdasarkan wawancara yang saya lakukan terhadap 10 orang, didapati dari 7 mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai investasi pasar modal, 4 orang memiliki minat

Katika lengo la pili ambalo ni kujadili asili za majina ya mahali ya Kaskazini Unguja jinsi yanavyoakisi utamaduni wa watu wa Unguja, halkadhalika lengo hili limefikiwa kwani

Kondisi itu dapat menggerakkan perempuan untuk turut mencari penghasilan keluarganya (Suman, 2007). Program Secercah Hati dirancang untuk dilaksanakan selama tiga tahun, mulai