• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kecepatan Mobilitas Terhadap Kinerja Video Streaming pada Jaringan Wireless Ad Hoc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Kecepatan Mobilitas Terhadap Kinerja Video Streaming pada Jaringan Wireless Ad Hoc"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KECEPATAN MOBILITAS

TERHADAP KINERJA VIDEO STREAMING

PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC

HUSWANTORO ANGGIT PRESTA MUHAMMAD

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Kecepatan Mobilitas Terhadap Kinerja Video Streaming pada Jaringan Wireless Ad Hoc adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 2 September 2013

Huswantoro Anggit PM

(4)

ABSTRAK

HUSWANTORO ANGGIT PM. Analisis Pengaruh Kecepatan Mobilitas

Terhadap Kinerja Video Streaming pada Jaringan Wireless Ad Hoc. Dibimbing

oleh HENDRA RAHMAWAN.

Teknologi wireless sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat di

banyak negara. Meskipun jaringan wireless lebih fleksibel dibandingkan dengan

jaringan kabel, jaringan wireless memiliki kehandalan dan kecepatan transfer data

yang lebih rendah. Perkembangan teknologi streaming juga meningkat sejalan

dengan kualitas layanan streaming. Teknologi streaming menjadi semakin penting

sejalan dengan pertumbuhan internet karena sebagian besar pengguna tidak

memiliki koneksi cukup cepat untuk mengunduh file multimedia berukuran besar

dengan cepat. Penelitian ini menyajikan perhitungan data hasil eksperimen

mengenai kinerja video streaming pada jaringan wireless ad hoc dengan format

bit rate video dari 256 Kbps, 512 Kbps, dan 768 Kbps. Ekperimen pengambilan data dibagi menjadi empat skenario: klien melakukan mobilitas dan klien tidak

melakukan mobilitas, satu klien melakukan streaming video dan dua klien

melakukan streaming video secara bersamaan. Kecepatan klien dalam melakukan

mobilitas terbatas hanya kecepatan berjalan, dengan kecepatan dari 0.6 m/s, 1.2

m/s dan 1.6 m/s. Perhitungan kualitas video berdasarkan Quality of Service (QoS)

video streaming, yaitu packet loss, throughput, delta dan Jitter.

Kata kunci: mobilitas, quality of service, video streaming, wireless ad hoc.

ABSTRACT

HUSWANTORO ANGGIT PM. Analysis of Mobility Speed Effects Toward Video Streaming Performance on Ad Hoc Wireless Network. Supervised by

HENDRA RAHMAWAN.

Wireless technology has become a lifestyle in many countries. Though wireless networks provide more flexibility than wired networks, it has lower reliability and data transfer speed than wired networks. The development of streaming technology is analogous with the quality of the streaming services. Streaming technology becomes increasingly important with the growth of the internet because most users do not have fast enough connection to download large multimedia files quickly. This research presents calculations of data from experiments of video streaming performances in wireless ad hoc networks with bit rate format of video 256 Kbps, 512 Kbps, and 768 Kbps. Data captured from the experiments is divided into four scenarios: client performs mobility and client does not perform mobility, with one client perform video streaming and two

clients perform video streaming concurrently. Client’s mobility speed is limited

only by walking speed, which are 0.6 m/s, 1.2 m/s and 1.6 m/s. The video quality calculations are based on the Quality of Service (QoS) of video streaming, which include packet loss, throughput, delta and jitter.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komputer

pada

Departemen Ilmu Komputer

ANALISIS PENGARUH KECEPATAN MOBILITAS

TERHADAP KINERJA VIDEO STREAMING

PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC

HUSWANTORO ANGGIT PRESTA MUHAMMAD

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Penguji:

1. Dr. Eng. Heru Sukoco, S.Si, M.T.

(7)
(8)

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kecepatan Mobilitas Terhadap Kinerja

Video Streaming pada Jaringan WirelessAd Hoc

Nama : Huswantoro Anggit Presta Muhammad

NIM : G64070126

Disetujui oleh

Hendra Rahmawan, S.Kom, M.T. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Bouno, M.Si, M.Kom Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

karena atas berkat dan kasih sayang-Nya penulis bisa menyelesaikan penelitian ini

dengan baik. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada keluarganya, sahabatnya,

dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Pada pengerjaan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada

1 Kedua orang tua penulis, yaitu H.Fajar Widiatmo dan Hj.Hartuti. Terima

Kasih atas segala dukungan, motivasi, dan doa yang tidak pernah putus sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini,

2 Hendra Rahmawan S.Kom, M.T sebagai pembimbing bagi penulis dalam

penyusunan skripsi. Terima kasih atas bimibingan serta saran yang diberikan kepada penulis selama mengerjakan penelitian ini,

3 Kakak dan adik penulis, terima kasih atas kasih sayang, doa dan dukungan

yang telah diberikan,

4 Sulma Mardiah Setiani. Terima kasih atas semangat, dukungan, bantuan

serta doa yang diberikan selama penulis mengerjakan penelitian ini,

5 Remarchtito H, Teguh Cipta P, Abi Panca G, Arizal N, Herdi Bintang,

Muhammad Akbar M dan Teman-teman ilkomerz 44 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, 2 September 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Video Streaming 2

Protokol Streaming 3

Quality of Services (QoS) video streaming 4

Video Encoding 6

Video Bit rate 6

Video Frame rate 6

Hint Track 6

METODE PENELITIAN 6

Praproses 7

Perancangan 8

Implementasi 9

Analisis Hasil 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Skenario 1 10

Skenario 2 12

Skenario 3 14

Skenario 4 17

KESIMPULAN DAN SARAN 20

Kesimpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

(11)

DAFTAR TABEL

1 Skenario pengambilan data video streaming 8

2 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 1 10

3 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 2 12

4 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 3 kecepatan

mobilitas = 0.6 m/s 14

5 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 3 kecepatan

mobilitas = 1.2 m/s 15

6 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 3 kecepatan

mobilitas = 1.6 m/s 15

7 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 4 kecepatan

mobilitas = 0.6 m/s 17

8 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 4 kecepatan

mobilitas = 1.2 m/s 17

9 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 4 kecepatan

mobilitas = 1.6 m/s 17

DAFTAR GAMBAR

1 Mekanisme protokol RTSP 3

2 Mekanisme protokol RTP dan RTCP 4

3 Ilustrasi perbedaan delay dan delta 5

4 Metologi penelitian 7

5 Topologi jaringan 9

6 Grafik Packetloss skenario 1 10

7 Grafik throughput skenario 1 11

8 Grafik delta skenario 1 11

9 Grafik jitter skenario 1 12

10 Grafik packetloss skenario 2 13

11 Grafik throughput skenario 2 13

12 Grafik delta skenario 2 14

13 Grafik jitter skenario 2 14

14 Grafik packetloss skenario 3 15

15 Grafik throughput skenario 3 16

16 Grafik delta skenario 3 16

17 Grafik jitter skenario 3 16

18 Grafik packetloss skenario 4 18

19 Grafik throughput skenario 4 18

20 Grafik delta skenario 4 19

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil perhitungan skenario 1 22

2 Hasil perhitungan skenario 2 23

3 Hasil perhitungan skenario 3 25

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komunikasi data dewasa ini sudah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Teknologi yang menyediakan layanan untuk berkomunikasi pun sudah banyak

dikembangkan seperti teknologi wireless. Teknologi wireless sekarang sudah

menjadi primadona dalam hal komunikasi antar perangkat karena teknologi ini memberikan fleksibilitas dalam komunikasi jaringan dibandingkan komunikasi

berbasis kabel. Penggunaan teknologi wireless saat ini sudah menjadi bagian

dalam gaya hidup sebagian besar masyarakat di negara-negara maju maupun

negara berkembang. Wireless dapat digunakan dan banyak dimanfaatkan dalam

berbagai bidang kehidupan, seperti bisnis, kesehatan, pendidikan, dan hiburan.

Pada dasarnya teknologi wireless dapat berjalan dalam dua mode, yaitu

mode infrastruktur dan mode ad hoc. Pada mode infrastruktur, komunikasi antar

perangkat komputer dapat dilakukan jika ada satu atau lebih access point sebagai

media komunikasi antar perangkat yang ada pada jaringan. Mode ad hoc dalam

jaringan wireless adalah mode paling sederhana dalam melakukan komunikasi

antar perangkat komputer, karena tidak memerlukan access point ataupun router

wireless broadband untuk dapat saling berkomunikasi. Flesksibelitas yang

diberikan jaringan adhoc dalam memberikan ketersedian jaringan menjadi alasan

mengapa jaringan wireless ad hoc sering kali dijadikan solusi untuk tetap dapat

berkomunikasi meskipun tidak tersedianya jaringan infrastruktur karena hal-hal tertentu seperti pada saat bencana alam, keadaan perang dan situasi dimana tidak memungkinkan untuk terpasangnya jaringan infrastruktur.

Penelitian yang diakukan Dihartika (2009), dilakukan analisis pengaruh

mobilitas pada jaringan Wireless LAN (WLAN) berbasis infrastruktur dalam

menjalankan video streaming. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa server tidak

dapat memberikan layanan streaming yang memenuhi standar QoS (Quality of

Service) jika terdapat lebih dari satu klien melakukan mobilitas dengan mengakses

video streaming secara bersamaan. Lebih lanjut pada penelitian yang dilakukan

oleh Persada (2010), dilakukan pengukuran beban maksimum klien yang dapat

ditangani oleh jaringan wireless berbasis ad hoc dalam menjalan aplikasi video

streaming dalam beberapa ukuran bit rate. Penelitian ini menyimpulkan,

banyaknya klien yang dapat ditampung pada jaringan wireless ad hoc dalam

melakukan video streaming adalah sebanyak 8 klien dengan kualitas video masih

dalam cakupan QoS video streaming. Lebih dari 8 klien, kualitas video tidak

dapat memenuhi standar QoS video streaming. Pada penelitian yang dilakukan

oleh Persada (2010), klien tidak melakukan mobilitas atau dalam keadaan statis. Sehingga dalam penelitian ini akan ditambahkan parameter mobilitas dengan beberapa kecepatan. Pada penelitian ini, kecepatan mobilitas yang dipakai ialah

kecepatan rata-rata orang berjalan (pedestrian) yaitu 1.2 m/s (LaPlante dan Kaeser

(15)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kecepatan

mobilitas terhadap kinerja aplikasi video streaming pada beberapa ukuran video

bit rate dalam jaringan wireless ad hoc.

Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1 Video streaming dilakukan secara unicast Video-on-Demand (VoD) dari klien

ke server.

2 Format video yang digunakan adalah MPEG-4 H.256 dan encoding hanya

dilakukan hanya pada video.

3 Video yang digunakan adalah video dengan bit rate 256 Kbps, 512 Kbps, dan

768 Kbps.

4 Analisis dilakukan berdasarkan parameter throughput, packet loss, delta dan

jitter.

5 Kecepatan yang digunakan ialah kecepatan rata-rata orang berjalan, yaitu 0.6

m/s, 1.2 m/s dan 1.6 m/s.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang kinerja

video streaming untuk video dengan kualitas bit rate yang berbeda dalam jaringan

wireless ad hoc dan dalam klien yang bergerak dengan kecepatan yang berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA

Video Streaming

Media streaming adalah teknologi pengiriman konten kepada klien yang

dapat dijalankan langsung setelah diterima. Konten dikirimkan secara real-time,

satu bagian dalam satu waktu, yang dapat dijalankan walaupun belum semua

bagian diterima oleh klien. Proses ini membutuhkan sebuah server khusus yang

disebut sebagai streaming server. Media streaming melibatkan proses dari mulai

menciptakan konten, memasangnya dalam server dan mengirimkannya kepada

klien(Sosinsky 2009).

Media streaming biasanya mengacu pada transfer data video dan audio.

Mayoritas sistem media streaming beroperasi pada model client-server. Klien

melakukan permintaan data dari server di jaringan komputer dan server memberikan data yang ditafsirkan oleh klien (Follansbee 2004).

Dalam media streaming, data video dan audio dikodekan (encoded) dalam

format khusus. Setelah server mengirimkan data, klien me-render data dan

(16)

3

Encoder menerapkan rumus matematika pada file asli dan dan menghapus

bagian data tertentu dengan tetap menjaga integritas visual dan aural dari file asli.

Teknologi streaming saat ini dapat mengirimkan video dan audio berkualitas

tinggi melalui internet dengan lebih efisien dan reliable (Follansbee 2004).

Protokol Streaming

Protokol streaming bertujuan sebagai standardisasi komunikasi antara

streaming server dan komputer klien. Spesifikasi protokol streaming dibedakan menurut fungsinya yaitu:

1 Real-Time Streaming Protocol (RTSP)

RTSP adalah protokol level aplikasi yang berfungsi sebagai mekanisme

kontrol pengiriman data audio atau video secara real-time. Protokol ini

mempermudah klien ketika ingin melakukan proses pause atau mencari posisi

random ketika memutar kembali data. Dengan kata lain, RTSP berlaku sebagai

network remote control”. RTSP memiliki empat buah perintah. Perintah ini

dikirim dari klien kepada server streaming (Schulzrinne et al. 1998). Keempat

perintah tersebut adalah:

setup, servermengalokasikan sumber daya kepada klien

play, server mengirim sebuah stream ke sisi klien yang telah dibangun dari

perintah setup sebelumnya

pause, server menunda pengiriman stream namun tetap menjaga sumber daya yang telah dialokasikan

teardown, server memutuskan koneksi dan membebas-tugaskan sumber daya yang sebelumnya telah digunakan.

Empat perintah RTSP dapat dilakukan setelah klien dan server sudah berada

dalam session yang disepakati. Klien melakukan proses DESCRIBE dan server

merespon dengan Session Description Protokol (SDP). Untuk lebih jelasnya

mekanisme protokol RTSP dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Mekanisme protokol RTSP 2 Real-time Transport Protocol (RTP)

Protokol yang didesain untuk memberikan layanan pengiriman end-to-end

untuk data dengan karakteristik real-time seperti audio dan video interaktif secara

unicast atau multicast dalam sebuah jaringan komputer (Schulzrinne et al. 2003).

Protokol RTP berjalan pada User Datagram Protocol (UDP) sebagai media

(17)

4

media server sehingga proses stream dilayani dengan benar untuk ditampilkan

secara real-time. Sequence number digunakan oleh player untuk mendeteksi

packet loss dan mengurutkan paket ke dalam urutan yang benar (Austerberry 2005).

3 Real-time Control Protocol (RTCP)

Untuk menjamin Quality of Service (QoS), RTP memerlukan mekanisme

kontrol paket. Mekanisme ini disebut sebagai Real-time Control Protocol

(RTCP). RTCP memberikan feedback dari kualitas pendistribusian data. RTCP

menggunakan aturan port number yaitu (RTP_port + 1) (Schulzrinne et al. 2003).

Paket-paket proses RTCP sebagai berikut:

 RTCP SDES : mendeskripsikan atau identifikasi source.

 RTCP SR : sender report, dikirim oleh active sender mengenai laporan statistik

dari proses transmisi.

 RTCP RR : dikirim oleh receiver mengenai laporan statistik dari proses

transmisi.

 RTCP BYE : paket indikasi akhir dari proses streaming.

 RTCP APP : fungsi spesifik dari suatu aplikasi tertentu.

Untuk lebih jelasnya mekanisme protocol RTP dan RTCP dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Mekanisme protokol RTP dan RTCP

Quality of Services (QoS) video streaming

Menurut Szigeti dan Hattingh (2004) QoS didefinisikan sebagai ukuran ketersediaan layanan sistem dan kualitas transmisi. Ketersediaan layanan adalah elemen dasar yang penting dari QoS. Kualitas transmisi dari suatu jaringan ditentukan oleh packetloss, delay, dan jitter.

Packet loss adalah satu atau lebih paket data yang berhasil dikirim dari

sumber namun tidak berhasil mencapai tujuannya (Kurose & Ross 2010). Paket

Loss Ratio (PLR) adalah jumlah paket yang hilang (Ph) dibagi dengan jumlah paket yang hilang ditambah dengan jumlah paket yang diterima (Pt). Hasil perhitungan PLR tidak boleh diatas 5%.(Szigeti & Hattingh 2004).

...(1) Throughput adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran waktu

(18)

5

dalam meneruskan data dalam rentang waktu tertentu. Nilai throughput

berbanding terbalik dengan packet loss. Semakin banyak paket yang drop

menyebabkan nilai throughput menurun. Nilai throughput dihitung dari total

ukuran dari paket yang sampai pada sisi klien dibagi dengan rentang waktu kedatangan paket pertama dan paket terakhir di sisi klien (Sosinsky 2009).

Th ou hpu ∑ukuran paket ang diterima aktu ... (2) Delay merupakan waktu yang dibutuhkan sebuah paket untuk sampai ke

titik akhir (klien) setelah ditransmisikan dari titik akhir pengiriman (server)

(Szigeti dan Hattingh 2004). Delta adalah delay untuk paket yang sejenis pada sisi

klien. Nilai delta dihitung dari selisih kedatangan paket sejenis berurutan pada sisi

klien. Nilai delay tidak boleh diatas 4 detik (Szigeti dan Hattingh 2004). Sebagai

ilustrasi perbedaan antara delay dan delta dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Ilustrasi perbedaan delay dan delta

Jitter adalah variasi dari delay atau delta. Variasi dari delay dihitung dengan

menghitung rata-rata dari selisih setiap nilai delay yang didapatkan, sedangkan

variasi dari delta dihitung menggunakan informasi sequence dan timestamp dari

paket data. Perhitungan jitter menggunakan rumus sebagai berikut:

J i J i-1 i-1 i 1 - J i-1 ... (3)

dengan nilai D(i,j) adalah:

i j Rj-Ri - Sj-Si Rj-Sj - Ri-Si ... (4)

Si adalah RTP timestamp dari paket i

Sj adalah RTP timestamp dari paket j

Ri adalah waktu kedatangan paket i

(19)

6

Nilai Si dan Sj dihitung berdasarkan informasi timestamp dari paket RTP.

Nilai Si dan Sj dihitung dari timestamp dibagi dengan frame rate dari paket video

atau sampling rate dari paket audio. Jika tidak ada paket yang drop, untuk jenis

paket yang sama akan memiliki nilai sequence yang berurutan.

Video Encoding

Video encoding adalah proses mempersiapkan sebuah video untuk dijadikan

output dimana video digital dikodekan (encoded) agar mendapatkan format yang

sesuai dan spesifikasi untuk merekam dan memutar melalui aplikasi encoder.

Video encoding juga dinamakan dengan istilah video conversion (Wootton 2005).

Video Bit rate

Video bit rate merupakan ukuran kapasitas data video ketika dimainkan

dalam satuan detik (Salkintzis dan Passas 2005). Kualitas video diatur dalam

proses encoding videonya. Semakin tinggi nilai bit rate, semakin banyak

informasi data videonya. Oleh karena itu, gambar akan menjadi semakin baik kedalaman warnanya.

Video Frame rate

Video frame rate merupakan ukuran frekuensi (rate) pada sebuah alat

penghasil citra yang menghasilkan gambar unik secara berturut-turut yang

dinamakan frames (Wootton 2005). Di Indonesia besarnya frame rate video yang

digunakan ialah 25 fps, karena di Indonesia menggunakan format video PAL

dalam sistem broadcast televisinya.

Hint Track

Prinsip streaming media adalah media dikirimkan kepada klien secepat

mungkin tanpa adanya waktu keterlambatan. Hint track bertujuan

menginformasikan server tentang informasi paket RTP. Informasi ini yang akan

memberikan keterangan kepada server untuk mengirimkan sequence video dan

rate video dengan benar (Austerberry 2005). Masing-masing track audio dan

video dikirimkan secara terpisah dan instruksi pemaketan untuk tiap stream

berada dalam bentuk hint track.

Masing-masing hint track akan memberitahukan info kepada server cara

mengoptimalisasikan pemaketan jumlah data media yang spesifik. Masing-masing

media track yang akan dikirimkan, minimal harus mempunyai satu hint track.

Hint track berisi informasi transport data format, RTP payload dan Maximum Transfer Unit (MTU).

METODE PENELITIAN

(20)

7

Gambar 4 Metologi penelitian

Praproses

Pada tahap ini dilakukan proses encoding video dari video aslinya. Proses

encoding bertujuan untuk mendapatkan format video sesuai dengan parameter

yang ditetapkan. Format video hasil encoding sebagai berikut:

 Video format: MPEG-4 H.264.

Frame rate: 25 fps.

encoding dan audio encoding. Pada penelitian ini hanya dilakukan video encoding

dengan tujuan mendapatkan format yang diinginkan. Hint video dilakukan dengan

mp4creator. Perintah mp4creator dengan option –l digunakan untuk melihat list

track dari file video. Perintah mp4creator dengan option –h digunakan untuk hint

dari list track tertentu. Setelah hint dilakukan, video bisa dijalankan oleh klien.

Tipe jaringan wireless yang digunakan adalah wireless standard 802.11g.

tipe jaringan ini sudah menjadi standar di berbagai perangkat komputer yang

terpasang wirelesscard seperti laptop, PDA, smartphone dan lainnya.

Kofigurasi jaringan dilakukan dengan spesifikasi jaringan sebagai berikut.:

 Server:

IP Address: 192.168.1.1 Subnet Mask: 255.255.255.0 Default Gateway: 0.0.0.0

 Klien:

IP Address: 192.168.1.2 - 192.168.1.3 Subnet Mask: 255.255.255.0

Default Gateway: 0.0.0.0

Pada tahap praproses juga dilakukan persiapan perangkat dan instalasi aplikasi yang akan digunakan dalam pengambilan data penelitian, meliputi:

(21)

8

Streaming server dalam percobaan ini menggunakan sebuah laptop dengan spesifikasi sebagai berikut:

 Perangkat keras :

- Intel® Core™ i3-2330M CPU @ 2.20GHz dengan RAM 2.00 GB

- Atheros AR9002WB-1NG Wireless Network Adapter

 Perangkat lunak :

- Sistem operasi Ubuntu 11.10 Desktop i386 Oneiric Ocelot.

- Darwin Streaming Server (DSS) 6.0

- Wireshark Network Protocol Analyzer ver. 1.6.2

2 Klien Streaming

Klien yang digunakan dalam pengambilan data streaming adalah 2 buah

laptop dengan spesifikasi:

 Perangkat keras:

- Klien 1: Intel® Core™ i3-2310M CPU @ 2.10GHz dengan RAM 2.00 GB.

- Klien 2: Intel® Core™ uo CPU T 00 @ 2.20GHz dengan RAM 2.00

GB.

 Perangkat lunak:

- Sistem operasi Ubuntu 11.10 Desktop i386 Oneiric Ocelot.

- Wireshark Network Protocol Analyzer ver. 1.6.2.

- VideoLAN Client (VLC) 1.1.12 the Luggage.

Perancangan

Pada tahap ini dilakukan perancangan yang meliputi perancangan skenario

pengambilan data video streaming dan perancangan topologi jaringan. Skenario

pengambilan data video streaming terbagi menjadi empat skenario (Dihartika

2009). Skenario pengambilan data video streaming dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Skenario pengambilan data video streaming

Komponen Skenario*

1 2 3 4

*Setiap Skenario dilakukan lima kali percobaan.

Pada awal perancangan topologi akan dilakukan pembuatan streaming

server. Aplikasi yang digunakan adalah Darwin Streaming Server 6.0. Setelah streaming server dijalankan, dilakukan hint pada video. Video streaming akan

dijalankan pada sisi klien dengan menggunakan aplikasi player VLC 1.1.12.

Setelah streaming server disiapkan, dilakukan perancangan topologi jaringan.

(22)

9

Gambar 5 Topologi jaringan.

Implementasi

Implementasi penelitian ini dilakukan di asrama SAS putra, Dramaga.

Untuk melakukan video streaming dibutuhkan sebuah server yang memberikan

layanan streaming. Pada penelitian ini streaming server menggunakan aplikasi

Darwin Streaming Server (DSS). Pada sistem operasi Linux Ubuntu,

implementasi DSS dijalankan dalam mode superuser, kemudian mengetikkan

perintah dalam jendela terminal sebagai berikut:

“/usr/local/sbin/DarwinStreamingServer”

“/usr/local/sbin/streamingserver.pl”

Pada sisi klien, VLC dijalankan dengan mode network stream dari server

dengan menggunakan RTSP sebagai jalur koneksi dengan format alamat sebagai berikut:

“rstp://localhost/nama_file”.

Skenario pengambilan data dilakukan satu persatu dengan lima kali percobaan untuk tiap skenario. Perulangan sebanyak lima kali bertujuan untuk

menghitung rata-rata dari hasil data capture dari video streaming. Mobilitas pada

pada saat pengambilan data dilakukan dengan cara berjalan mendekati dan

menjauhi sumber sinyal dengan jalur mobilitas yang sama. Hasil dari data capture

pada klien akan memberikan nilai rata-rata dari parameter uji yang digunakan

yaitu packet loss, throughput, delta dan jitter.

Analisis Hasil

Pada proses ini, data yang diperoleh dari hasil capture Wireshark difilter

untuk mendapatkan data paket RTP. Terdapat dua jenis paket RTP, yaitu

RTPType=96 yang merupakan paket dari video dan RTPType=97 yang

merupakan paket dari audio. Hasil filter dari Wireshark akan diubah menjadi

format CSV untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan Microsoft Office Excel. Analisis hasil perhitungan pada penelitian ini dilakukan

berdasarkan parameter QoS untuk video streaming, yaitu packet loss, throughput,

delta dan jitter.

Nilai packet loss dihitung berdasarkan rumus 1, yaitu jumlah paket yang

hilang dibagi dengan jumlah paket yang hilang ditambah dengan jumlah paket

yang diterima. Nilai throughput dihitung berdasarkan rumus 2, dimana total

ukuran dari paket yang sampai pada sisi klien dibagi dengan rentang waktu

(23)

10

menggunakan perhitungan dengan rumus 3 dan 4. Nilai jitter diambil berdasarkan

nilai dari variasi delta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Skenario 1

Dari hasil capture data RTP yang dilakukan pada sisi klien, diperoleh data

hasil video streaming. Nilai masing-masing parameter merupakan nilai rataan dari

lima kali pengambilan data streaming. Hasil perhitungan skenario 1 dapat dilihat

pada Tabel 2. Dari setiap parameter yang dihitung, yaitu packet loss, throughput,

delta dan jitter didapatkan bestcase untuk penelitian ini, dimana hanya satu klien

yang melakukan streaming pada jaringan wireless ad hoc. Untuk lebih

lengkapnya hasil perhitungan skenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 2 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 1

Video

Perhitungan packetloss bertujuan untuk menilai kemampuan jaringan dalam

meneruskan data dari server ke klien. Data perhitungan pada Tabel 2

menunjukkan semakin besar ukuran bit rate suatu video, semakin besar nilai

packet loss yang didapatkan, ini disebabkan karena nilai bit rate suatu video

berpengaruh pada banyaknya paket data video yang akan dikirim ke klien dan

kemungkinan semakin banyak paket data yang tidak sampai akan semakin meningkat. Ini dibuktikan dengan jumlah paket data video (RTPP_type=96) untuk

video dengan bit rate 256 Kbps sebanyak 8659 paket, video dengan bit rate 512

Kbps sebanyak 15507 paket dan video dengan bit rate 768 Kbps sebanyak 20644

paket. Kualitas video streaming pada skenario 1 pada masing-masing video bit

rate menunjukan kualitas yang baik, karena nilai rata-rata packet loss data video

yang didapatkan masih di bawah 1% yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Grafik Packetloss skenario 1

Pengukuran throughput bertujuan untuk mengetahui kehandalan jaringan

dalam meneruskan data dalam rentang waktu tertentu. Tabel 2 menunjukan

(24)

11

jumlah paket data yang akan dikirimkan yang memperngaruhi jumlah ukuran data

yang akan dikirimkan dan mempengaruhi throughput yang dihasilkan dalam

menjalankan video streaming. Untuk video dengan bitrate 256 Kbps, throughput

yang dihasilkan sebesar 33.711 Kbps dan untuk video dengan bit rate 768 Kbps,

mengalami peningkatan dengan throughput sebesar 97.300 Kbps. Grafik

peningkatan throughput dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Grafik throughput skenario 1

Pada penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap data video hasil capture

wireshark yang memberikan data secara consequtive packet atau data yang

berurutan. Hasil perhitungan rataan delta pada skenario 1 dapat dilihat pada Tabel

1. Untuk video dengan bit rate 256 Kbps mengalami rata-rata delta sebesar

0.030898 ms, sedangkan video dengan bitrate 512 Kbps mengalami delta sebesar

0.017276 ms dan video dengan bit rate 768 Kbps mengalami delta sebesar

0.012992 ms. Dalam bentuk grafik, perhitungan delta dapat dilihat pada Gambar

8.

Gambar 8 Grafik delta skenario 1

Semakin tinggi nilai bit rate suatu video, semakin kecil nilai delta yang

diperoleh. Hal ini disebabkan karena rataan delta didapat dari total delta dibagi

total paket RTP yang diterima. Semakin tinggi nilai bit rate semakin besar total

paket RTP. Nilai pembagi untuk perhitungan rataan akan semakin besar sehingga hasil yang didapatkan semakin kecil.

(25)

12

Gambar 9 Grafik jitter skenario 1.

Kualitas jaringan yang baik mampu menjaga kestabilan jitter. Semakin

stabil nilai jitter, semakin baik kualitas jaringan. Tabel 2 menunjukkan rata-rata

jitter untuk video dengan beberapa bitrate yang berbeda. Untuk video dengan bit

rate 256 Kbps memiliki jitter sebesar 111.0160 ms, sedangkan untuk video

dengan bit rate 768 Kbps memiliki jitter sebesar 46.7604 ms. Dalam grafik, hasil

perhitungan jiiter dapat dilihat pada Gambar 10. Penurunan nilai jitter pada

skenario 1 dikarenakan jumlah paket video(RTPP_type=96) untuk tiap video bit

rate berbeda, tetapi panjang video tetap sama.

Skenario 2

Pada skenario 2 ditambahkan satu klien untuk menambahkan traffic pada

jaringan. Hasil perhitungan pada skenario 2 merupakan hasil rataan data dari klien 1 dan klien 2 yang dapat dilihat pada Tabel 3. Dibandingkan dengan skenario 1, perhitungan untuk setiap parameter terjadi peningkatan, karena terjadi

peningkatan traffic pada jaringan dari hanya satu klien yang melakukan video

streaming menjadi dua klien yang melakukan video streaming secara bersamaan. Perhitungan pada skenario 2 untuk tiap klien dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil

perhitungan pada Tabel 3 menunjukan bahwa penambahan klien pada jaringan ad

hoc akan berpengaruh pada kualitas video streaming dilihat dari parameter yang

dihitung pada penelitian ini.

Tabel 3 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 2

Video

Dibandingkan dengan skenario 1, parameter Packet loss mengalami

peningkatan hanya 0.01% pada video dengan bit-rate 256 kpbs. Untuk video

dengan bit rate 512 Kbps mengalami kenaikan sebesar 0.1% dan untuk video

dengan bit rate 768 Kbps mengalami kenaikan sebesar 0.3%. Ini disebabkan

karena bertambahnya jumlah klien pada jaringan yang berpengaruh pada

kepadatan jaringan untuk menyediakan layanan streaming video. Grafik

(26)

13

Gambar 10 Grafik packetloss skenario 2

Gambar 11 Grafik throughput skenario 2

Pada Gambar 11 dapat dilihat hasil perhitungan throughput. Nilai

throughput berbanding terbalik dengan packet loss. Semakin banyak paket yang

drop semakin rendah nilai throughput yang dihasilkan karena semakin kecil

jumlah ukuran data yang dikirimkan karena berkurangnya jumlah paket data yang

berhasil dikirimkan. Jika dibandingkan dengan skenario 1, nilai throughput pada

masing-masing video bit rate menurun seiring meningkatnya nilai packet loss.

Video dengan bitrate 256 Kbps throughput yang dihasilkan sebesar 33.678 Kbps

dan untuk video dengan bit rate 512 Kbps throughput yang diperoleh 69.285

Kbps dan video dengan bit rate 768 Kbps diperoleh throughput sebesar 97.011

Kbps.

Delta pada skenario 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan

perhitungan delta pada skenario 1. Untuk video dengan bit rate 256 Kbps

mengalami delta sebesar 0.030925 ms, naik 0.000027 ms dibandingkan dengan

delta untuk video dengan bit rate yang sama pada skenario 1. Begitu juga video

dengan bitrate 512 Kbps dan 768 Kbps. Grafik hasil perhitungan delta skenario 2

(27)

14

Gambar 12 Grafik delta skenario 2

Peningkatan nilai perhitungan delta berpengaruh pada perhitungan untuk

jitter. Semakin meningkatnya nilai delta, semakin meningkat juga nilai jitter.

Hasil perhitungan jitter dapat dilihat pada Tabel 3 dan grafik nilai jitter pada

skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Grafik jitter skenario 2

Skenario 3

Pada skenario 3, diimplementasikan mobilitas pada sisi klien dengan klien

yang melakukan streaming sebanyak 1 klien. Dengan adanya mobilitas dengan

kecepatan berbeda, hasil perhitungan data video streaming mengalami perubahan

di tiap parameter uji dibanding dengan hasil perhitungan pada skenario 1. Hasil perhitungan untuk lima kali percobaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil perhitungan untuk paket video (RTPP_type=96) dengan kecepatan 0.6 m/s dapat dilihat pada Tabel 4, untuk mobilitas dengan kecepatan 1.2 m/s dapat dilihat pada Tabel 5 dan untuk mobilitas dengan kecepatan 1.6 m/s dapat dilihat pada Tabel 6. Mobilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan klien bergerak menjauh dan mendekati sumber sinyal dengan jalur yang sama.

(28)

15

Tabel 6 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 3 kecepatan

mobilitas = 1.6 m/s

Pada kecepatan 0.6 m/s, packetloss untuk video dengan bit rate 256 Kbps

yang dihasilkan sebesar 0.69% dan pada kecepatan 1.2 m/s packet loss yang

dihasilkan mengalami penurunan menjadi 0.61% dan pada kecepatan 1.6 m/s

packet loss sebesar 0.54%. Untuk video dengan bit rate 512 Kbps dan 768 Kbps

terjadi penurunan seiring bertambahnya kecepatan mobilitas. Perhitungan packet

loss dalam bentuk grafik ditunjukan pada Gambar 14.

Gambar 14 Grafik packetloss skenario 3

Nilai throughput pada tiap video dengan bit rate yang berbeda mengalami

penurunan seiring peningkatan packetloss. Untuk video dengan bit rate 256 Kbps,

pada kecepatan 0,6 m/s throughput yang didapatkan sebesar 33.55 Kbps, pada

kecepatan 1.2 m/s sebesar 33.558 Kbps dan pada kecepatan 1,6 m/s sebesar 33.595 Kbps. Pada bit rate 512 Kbps, untuk kecepatan 0.6 m/s delta yang didapatkan sebesar 0.017321 ms sedangkan untuk kecepatan 1.2 m/s sebear 0.017311 ms dan untuk kecepatan 1.6 m/s sebesar 0.017297 ms. Grafik hasil

perhitungan throughput dapat dilihat pada Gambar 15.

0

Kecepatan mobilitas (m/s)

(29)

16

Gambar 15 Grafik throughput skenario 3

Delta pada skenario 3 untuk tiap video pada kecepatan yang berbeda mengalami penurunan ketika kecepatan semakin meningkat, dikarenakan mobilitas klien hanya mendekati dan menjauhi sumber sinyal. Semakin cepat klien bergerak, maka semakin cepat klien mendapatkan kualitas sinyal yang baik.

Grafik perhitungan delta dapat dilihat pada Gambar 16. Untuk video dengan bit

rate 256 Kbps delta yang diperoleh sebesar 0.031044 ms pada kecepatan 0.6 m/s,

dan pada kecepatan 1.6 m/s delta yang diperoleh menurun menjadi sebesar

0.030997 ms. Penurunan juga terjadi pada video dengan bit rate 512 dan 768 Kbps.

Gambar 16 Grafik delta skenario 3

Dari Gambar 17, hasil perhitungan jitter untuk tiap kecepatan tidak begitu

berbeda untuk tiap video. Untuk perhitungan jitter pada skenario 3 mengalami

peningkatan pada tiap video untuk kecepatan yang lebih besar. Peningkatan jitter

tidak begitu signifikan dapat dilihat pada Tabel 4, Tabel 5 dan Tabel 6.

Gambar 17 Grafik jitter skenario 3

0

Kecepatan mobilitas (m/s)

256

Kecepatan mobilitas (m/s)

256

Kecepatan mobilitas (m/s)

(30)

17

Dengan adanya mobilitas pada saat melakukan video streaming, kualitas

video menurun pada saat klien berada pada posisi sinyal yang lemah. Jika dilihat

dari kualitas visual terjadi lag atau patah-patah meskipun dari perhitungan data

yang diperoleh menunjukan data streaming masih memenuhi standardisasi QoS

untuk video streaming karena packet loss yang diperoleh masih di bawah 1 %.

Dari hasil perhitungan pada skenario 3 menunjukan bahwa kecepatan mobilitas

berpengaruh pada kualitas video streaming. Semakin cepat klien bergerak, maka

semakin bagus kualitas dari video streaming. Hal ini disebabkan karena semakin

cepat klien bergerak, semakin cepat ia mendapatkan sinyal yang baik. Saat klien jauh dari sumber sinyal maka kemungkinan akan terjadi gangguan sinyal yang dapat disebabkan oleh benda seperti tembok dan benda padat lainnya.

Skenario 4

Skenario 4 merupakan perbandingan dari hasil perhitungan pada skenario 2 karena klien yang digunakan berjumlah sama yaitu dua klien. Pada skenario 4,

klien melakukan mobilitas pada saat melakukan video streaming. Kecepatan

mobilitas yang digunakan sama dengan kecepatan mobilitas klien pada skenario 3. Hasil perhitungan skenario 4 dapat dilihat pada Tabel 7 untuk mobilitas klien dengan kecepatan 0.6 m/s, Tabel 8 untuk mobilitas dengan kecepatan 1.2 m/s dan Tabel 9 untuk mobilitas klien dengan kecepatan 1.6 m/s. Hasil perhitungan untuk tiap perulangan pada skenario 4 dapat dilihat pada Lampiran 4.

(31)

18

Packet loss yang diperoleh pada skenario 4 mengalami peningkatan dibandingkan dengan packet loss pada skenario 2. Peningkatan terjadi karena

adanya mobilitas pada klien saat menjalanakan video streaming. Nilai packet loss

untuk skenario 4 dapat dilihat pada Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8. Dalam bentuk

grafik hasil perhitungan packetloss dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Grafik packetloss skenario 4

Nilai throughput untuk skenario 4 mengalami penurunan dibandingkan

dengan nilai throughput pada skenario 2, Ini disebabkan karena meningkatnya

packet loss pada skenario 4 menyebabkan ukuran data yang dikirimkan semakin

kecil. Pada skenario 2, untuk video dengan bit rate 256 Kbps throughput yang

diperoleh sebesar 33.678 Kbps dengan packet loss sebesar 0.23%. Sedangkan

pada skenario 4 video dengan bit rate 256 Kbps dengan kecepatan 0.6 m/s

diperoleh throughput sebesar 33.487 Kbps dengan packet loss sebesar 0.82%,

pada kecepatan 1.2 m/s diperoleh throughput sebesar 33.586 Kbps dengan packet

loss sebesar 0.56% dan untuk kecepatan 1.6 m/s diperoleh throughput sebesar

33.614 Kbps dengan packet loss sebesar 0.5%. begitu juga dengan video dengan

bit rate 512 dan 768 Kbps yang mengalami penurunan throughput. Hasil

perhitungan throughput pada skenario 4 dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19 Grafik throughput skenario 4

Nilai delta mengalami penurunan pada tiap penambahan kecepatan

mobilitas. Pada kecepatan 0.6 m/s, pada video dengan bitrate 256 Kbps diperoleh

delta sebesar 0.031094 ms dan menurun pada kecepatan 1.2 m/s dan 1.6 m/s

menjadi 0.031003 ms dan 0.030985 ms. Untuk video dengan bit rate 512 dan 768

Kbps juga mengalami hal yang sama, perhitungan delta menunjukan jika hasil

yang diperoleh menurun pada tiap penambahan kecepatan. Perbandingan hasil

perhitungan delta untuk tiap kecepatan dapat dilihat pada Gambar 20.

0

Kecepatan mobilitas (m/s)

(32)

19

Gambar 20 Grafik delta skenario 4

Perhitungan jitter pada skenario 4 yang diperoleh, menunjukan bahwa nilai

jitter menurun ketika kecepatan mobilitas yang digunakan semakin besar. Jika

dilihat pada video dengan bit rate 256 Kbps, pada kecepatan 0.6 m/s jitter yang

diperoleh sebesar 111.6803 ms, turun nilainya menjadi 111.3429 ms pada kecepatan 1.2 m/s dan pada kecepatan 1.6 m/s turun kembali menjadi 111.3312

ms. Hal ini disebabkan karena nilai delta yang juga menurun pada tiap kenaikan

kecepatan. Pada video dengan bit rate 512 dan 768 Kbps juga mengalami

penurunan nilai jitter pada tiap kenaikan kecepatan. Perbandingan nilai jitter pada

tiap kecepatan dapat dilihat pada Gambar 21.

Adanya mobilitas berpengaruh pada kualitas video streaming yang semakin

menurun dibandingkan dengan kualitas video streaming pada skenario 2. Karena

perpindahan klien menyebabkan klien mendapatkan kualitas sinyal yang berbeda, saat klien berada jauh dari sumber sinyal maka akan terjadi gangguan sinyal yang sudah dijelaskan pada skenario 3. Kecepatan perpindahan klien pun menjadi

pengaruh dalam video streaming. Saat klien bergerak lambat dan berada pada titik

terjauh dari sinyal, maka klien akan mendapatkan kualitas sinyal yang tidak bagus lebih lama dibandingkan jika klien bergerak dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Gambar 21 Grafik jitter skenario 4

0,01

Kecepatan mobilitas (m/s)

256

Kecepatan mobilitas (m/s)

(33)

20

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh kecepatan mobilitas terhadap

kinerja video streaming pada jaringan wirelessad hoc. Kinerja jaringan dianalisis

berdasarkan parameter packetloss, throughput, delta dan jitter.

Hasil dari penelitian ini menunjukan jika jaringan WLAN ad hoc dapat

memberikan kualitas video streaming yang baik dengan 1 klien (skenario 1) pada

tiap video yang dijalankan, dengan video bit rate 256 Kbps, 512 Kbps, dan 768

Kbps. Penambahan klien (skenario 2) tidak banyak mempengaruhi kualitas video streaming. Dimana di kedua skenario, jaringan WLAN ad hoc memberikan

kualitas video yang baik yang dilihat dari parameter QoS, yaitu untuk packetloss

pada kedua skenario menunjukkan dibawah 5% dan delta tidak lebih dari 4 detik.

Untuk skenario yang menunjukkan adanya mobilitas (skenario 3 dan skenario 4), kecepatan mobilitas pada klien mempengaruhi kualitas video streaming. Semakin cepat klien bergerak, maka semakin baik kualitas video streaming. Ini dikarenakan mobilitas klien hanya menjauhi dan mendekati sumber sinyal. Jika klien bergerak dengan lambat, saat klien berada pada titik terjauh maka klien mendapatkan sinyal dengen kualitas yang buruk lebih lama dibandingkan dengan klien dengan moblitas yang lebih cepat.

Saran

Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, penulis memberikan saran antara lain:

1. Penerapan multihop ad hoc network untuk implementasi jarak jangkauan

mobile ad hoc network yang lebih luas.

2. Penerapan teknologi video streaming lainnya pada jaringan wireless ad hoc

seperti livestreaming.

3. Penambahan jumlah klien dan mobilitas klien yang tidak terbatas pada

kecepatan orang berjalan, seperti kecepatan kendaraan agar dapat terlihat jelas perbedaan kecepatan.

4. Fomat video diatur dengan frame rate yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

[IETF] Schulzrinne H, Rao A, Lanphier R. 1998. Real Time Streaming Protocol

(RTSP).http://www.ietf.org/rfc/rfc2326.txt. [terhubung berkala].

[IETF] Schulzrinne H, Casner S, Frederick R, Jacobson V. 2003. RTP: A

Transport Protocol for Real-Time Applications. http://www.ietf.org/rfc/rfc3550.txt. [terhubung berkala].

Austerberry D. 2005. The Technology Video and Audio Streaming. Burlington

(US): Focal Press.

Dihartika NT. 2009. Pengaruh Mobilitas Terhadap Kinerja Video Streaming

(34)

21

Follansbee J. 2004. Get Streaming! Quick Steps to Delivering Audio and Video

Online. Oxford (UK): Elsevier.

Kurose J, Ross K. 2003. Computer Networking A Top Down Approach Featuring

the Internet. San Fransisco (US): Addison Wesley.

LaPlante J, Kaeser TP. 2007. A History of Pedestrian Signal Walking Speed

Assumptions. 3:2-8.

Persada OI. 2010. Analisis Kinerja Video Streaming Pada Jaringan IEEE 802.11b

Berbasis Ad hoc [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

Prasetiya BA. 2008. Pengaruh Video Bit-rate dan Background Traffic Terhadap

Kinerja Video Streaming pada Jaringan Wireless LAN [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

Salkintzis A, Passas N. 2005. Emerging Wireless Multimedia Services and

Technologies. Chichester (UK): John Willey & Son.

Sosinsky B. 2009. Networking Bible. Indianapolis (US): Wiley Publishing.

Szigeti T, Hattingh C. 2004. End-to-End QoS Network Design: Quality of Service

in LANs, WANs, and VPNs. Indianapolis (US): Cisco Press.

Wootton C. 2005. A Practical Guide to Video and Audio Compression from

(35)

22

Lampiran 1 Hasil perhitungan skenario 1 Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.030898344 111.0159880 0.22% 33.711

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017276238 62.12738280 0.35% 69.354

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(36)

23

Lampiran 2 Hasil perhitungan skenario 2 Klien 1

Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.030920499 111.0031046 0.21% 33.683

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017291291 62.18137780 0.44% 69.289

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(37)

24

Klien 2

Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.030929104 111.0365157 0.24% 33.673

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017293682 62.19186970 0.45% 69.282

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(38)

25

Lampiran 3 Hasil perhitungan skenario 3 Kecepatan mobilitas = 0.6 m/s

Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.031044097 111.5404954 0.69% 33.550

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017321101 62.28908020 0.61% 69.187

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(39)

26

Kecepatan mobilitas = 1.2 m/s Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.031020515 111.4549539 0.61% 33.558

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017310964 62.25277990 0.55% 69.247

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(40)

27

Kecepatan mobilitas = 1.6 m/s Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.030997413 111.3717422 0.54% 33.595

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017297264 62.20385730 0.47% 69.251

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(41)

28

Lampiran 4 Hasil perhitungan skenario 4 Klien 1

Kecepatan mobilitas = 0.6 m/s Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.031093790 111.7174846 0.85% 33.479

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017482079 62.8687962 1.51% 68.540

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(42)

29

Kecepatan mobilitas = 1.2 m/s Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.031005782 111.4011672 0.56% 33.581

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017399704 62.47909630 0.91% 68.857

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(43)

30

Kecepatan mobilitas = 1.6 m/s Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.030996793 111.3724251 0.54% 33.604

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017361971 62.4365715 0.84% 68.985

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(44)

31

Klien 2

Kecepatan mobilitas = 0.6 m/s Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss

(%)

Rataan 0.031071337 111.6431764 0.78% 33.496

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss

(%)

Rataan 0.017443402 62.72823040 1.30% 68.695

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet Loss

(%)

(45)

32

Kecepatan mobilitas = 1.2 m/s Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.031000494 111.3845993 0.55% 33.590

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017426223 62.6147556 1.13% 68.722

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(46)

33

Kecepatan mobilitas = 1.6 m/s Video 256 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.030972834 111.2898806 0.46% 33.623

Video 512 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

Rataan 0.017347923 62.38960670 0.76% 69.045

Video 768 Kbps

Percobaan Delta (ms) Jitter (ms) Packet

Loss (%)

(47)

34

RIWAYAT HIDUP

Huswantoro Anggit Presta Muhammad dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Agustus 1989 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dengan ayah bernama Fajar Widiatmo dan ibu bernama Hartuti.

Gambar

Gambar 3 Ilustrasi perbedaan delay dan delta
Tabel 2 Hasil rataan data video streaming RTPP_type=96 skenario 1  Video
Gambar 7 Grafik throughput skenario 1
Gambar 9 Grafik jitter skenario 1.
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Atas dasar hal tersebut, penulis mengembangkan sebuah aplikasi sistem informasi penjualan toko anime ini dengan menggunakan J2SDK supaya dapat dijalankan di berbagai platform

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas usaha yang dilakukan Penjual dalam meningkatkan Sistem Informasi Penjualan Tanaman pada Toko Family Florist yang

Keterlibatan Institusi terkait dalam Proses Pemidanaan Anak sebagai terdakwa tindak pidana pencurian di Pengadilan Negeri Denpasar Lembaga yang terkait dalam sistem

”Proses Emosi pada Manusia: Pengertian Emosi, Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Emosi, Jenis-Jenis Emosi, Dampak Hubungan Emosi.. terhadap Otak Manusia”

[r]

Mikrokontroler adalah sebuah perangkat komputasi mini atau dapat kita katakan sebuah komputer kecil yang dapat kita program untuk melakukan hal-hal seperti menerima input