• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Kesatria Di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Kesatria Di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN

PELAYANAN PUSKESMAS KESATRIA

DI KECAMATAN SIANTAR TIMUR

KOTA PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

OLEH:

TIORENA HASRA MEHIDA 111121022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah memberikan kesehatan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan

penelitian ini yang berjudul “Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan

Puskesmas Kesatria Di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar”.

Selama proses pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapat dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin berterima

kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, Mkes selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan

kepada penulis dengan penuh kesabaran dalam melaksanakan penelitian

ini.

4. Bapak Iwan Rusdi, SKp, MNS serta Bapak Ismayadi, Skep, Ns, selaku

dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan sumbangan

pemikiran mulai dari proposal hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Mula Tarigan, SKp, MKes selaku Dosen penasehat akademik atas

(4)

6. Bapak dr. Ronald Saragih selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota

Pematangsiantar yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian

ini.

7. Kepala Puskesmas Kesatria dan staf yang telah memberikan izin dalam

melakukan penelitian ini.

8. Kepada suami saya (Hasudungan P. Siboro) dan anak-anak saya (Icha dan

Iosya) yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun

materil.

9. Kepada Kakak (Rimbun Sitindaon) yang telah memberikan dukungan dan

saran-saran kepada penulis.

10.Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Keperawatan Ekstensi Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, agar menjadi lebih baik

dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pihak yang membaca.

Medan, Februari 2013

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi ... 5

2.1.1 Pengertian Motivasi ... 5

2.1.2 Aspek-Aspek Motivasi ... 6

2.1.3 Teori-Teori Motivasi ... 6

2.2 Puskesmas ... 12

2.2.1 Pengertian Puskesmas ... 12

2.2.2 Fungsi Puskesmas ... 12

2.2.3 Upaya dan Azas Penyelengaraan ... 14

2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 19

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 22

3.2 Definisi Konseptual dan Operasional ... 23

(6)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ... 31 5.1.1 Karakteristik Responden ... 31 5.1.2 Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan

Pelayanan Puskesmas ... 33 5.2 Pembahasan ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 40 6.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrument Penelitian

3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden 4. Hasil Reliabilitas

5. Hasil Analisa SPSS

6. Jadwal Defenitif Penelitian 7. Lembar Bukti bimbingan 8. Biaya Penelitian

(7)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Di Puskesmas Kesatria...32

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Motivasi Intrinsik dan

Motivasi Ekstrinsik Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan

Puskesmas Kesatria...34

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Motivasi Masyarakat

(9)

Judul : Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas

Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dari dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Kesatria pada tahun 2007 sebanyak 28516 jiwa, tahun 2008 sebanyak 27903 jiwa, tahun 2009 sebanyak 28427 jiwa, tahun 2010 sebanyak 28548 jiwa serta tahun 2011 sebanyak 27169 jiwa. Dari data tersebut terjadi naik turunnya jumlah kunjungan masyarakat yang mungkin dipengaruhi oleh keterbatasan informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tentang fasilitas pelayanan kesehatan apa saja yang disediakan oleh puskesmas sehingga peneliti ingin mengidentifikasi motivasi masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan Puskesmas Kesatria Kota Pematangsiantar. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Kesatria Kota Pematangsiantar pada bulan September sampai dengan November tahun 2011 yaitu sebanyak 6792 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan convenient sampling, dengan jumlah sampel 99 responden. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 dengan menggunakan alat ukur kuesioner, terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa motivasi intrinsik yang paling besar pada kategori sedang (81,8%) dan motivasi ekstrinsik pada kategori sedang (77,8%). Dari hasil penelitian disarankan agar puskesmas lebih melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk menginformasikan berbagai layanan dan fasilitas di puskesmas sehingga masyarakat mau memanfaatkan pelayanan di puskesmas.

(10)

Title : Motivation of The Society in Using Kesatria’s Public Health

Motivation refers to process of a movement which includes an encouraging

situation that would draw out from a certain behavior within an individual,

where it reflect is the purpose or end process of that movement action. The

number of people that has visited. The public health center Kesatria in 2007,

2008, 2009, 2010 and 2011 is 28516, 27903, 28427, 28548 and 27169,

respectively. From this data, the fluctuation happened in the number of people

visited to the health center was, possibly, caused or influenced by the limited

information given by the health government staff about the facilities of the health

services that is provided by public health service center. Due to the reason, the

researcher is urged identify the society’s motivation in using the health facilities

of the Kesatria’s public health service in Pematangsiantar City. The design of this

research used a descriptive approach in which the population was taken from the

6792 visitor or the patient of Kesatria’s public health service in Pematangsiantar

City from September up to November 2011. Convenient sampling is used in this

study; having 99 respondents as the samples. The research was carried out in

October 2012 using a questioner as an implement measurement which consists of

intrinsic motivation and extrinsic motivation. Based on the research the largest

amounth of percentage according to came from the medium category (81,8%)

and the extrinsic motivation was from the fair category as well (77,8%). As in a

result, it is recommended that heatlh staff government or the public health service

center should be more active in approaching and socializing health facilities and

services to the society.

(11)

Judul : Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas

Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dari dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Kesatria pada tahun 2007 sebanyak 28516 jiwa, tahun 2008 sebanyak 27903 jiwa, tahun 2009 sebanyak 28427 jiwa, tahun 2010 sebanyak 28548 jiwa serta tahun 2011 sebanyak 27169 jiwa. Dari data tersebut terjadi naik turunnya jumlah kunjungan masyarakat yang mungkin dipengaruhi oleh keterbatasan informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tentang fasilitas pelayanan kesehatan apa saja yang disediakan oleh puskesmas sehingga peneliti ingin mengidentifikasi motivasi masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan Puskesmas Kesatria Kota Pematangsiantar. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Kesatria Kota Pematangsiantar pada bulan September sampai dengan November tahun 2011 yaitu sebanyak 6792 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan convenient sampling, dengan jumlah sampel 99 responden. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 dengan menggunakan alat ukur kuesioner, terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa motivasi intrinsik yang paling besar pada kategori sedang (81,8%) dan motivasi ekstrinsik pada kategori sedang (77,8%). Dari hasil penelitian disarankan agar puskesmas lebih melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk menginformasikan berbagai layanan dan fasilitas di puskesmas sehingga masyarakat mau memanfaatkan pelayanan di puskesmas.

(12)

Title : Motivation of The Society in Using Kesatria’s Public Health

Motivation refers to process of a movement which includes an encouraging

situation that would draw out from a certain behavior within an individual,

where it reflect is the purpose or end process of that movement action. The

number of people that has visited. The public health center Kesatria in 2007,

2008, 2009, 2010 and 2011 is 28516, 27903, 28427, 28548 and 27169,

respectively. From this data, the fluctuation happened in the number of people

visited to the health center was, possibly, caused or influenced by the limited

information given by the health government staff about the facilities of the health

services that is provided by public health service center. Due to the reason, the

researcher is urged identify the society’s motivation in using the health facilities

of the Kesatria’s public health service in Pematangsiantar City. The design of this

research used a descriptive approach in which the population was taken from the

6792 visitor or the patient of Kesatria’s public health service in Pematangsiantar

City from September up to November 2011. Convenient sampling is used in this

study; having 99 respondents as the samples. The research was carried out in

October 2012 using a questioner as an implement measurement which consists of

intrinsic motivation and extrinsic motivation. Based on the research the largest

amounth of percentage according to came from the medium category (81,8%)

and the extrinsic motivation was from the fair category as well (77,8%). As in a

result, it is recommended that heatlh staff government or the public health service

center should be more active in approaching and socializing health facilities and

services to the society.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan yang ingin dicapai masyarakat Indonesia di masa

yang akan datang adalah masyarakat, bangsa dan negara yang sehat, ditandai oleh

penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat dan dengan perilaku hidup

sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Masyarakat mampu menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat

ekonomi maupun non ekonomi. Pelayanan kesehatan yang bermutu yang

dimaksud adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan pengguna jasa,

serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi (Mubarak &

Chayatin, 2009).

Di Indonesia puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan

tingkat pertama. Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu organisasi

fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada

masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha

kesehatan pokok (Azwar,1980 dalam Effendy, 1998). Puskesmas adalah unit

pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (KepMenKes

(14)

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada

masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas menjalankan upaya kesehatan yang

dibagi dalam dua kelompok yaitu: upaya kesehatan wajib (basic six) dan upaya

kesehatan pengembangan.

Jangkauan pelayanan kesehatan disesuaikan dengan letak geografis, luas

wilayah, sarana perhubungan dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja suatu

puskesmas. Tidak semua penduduk dapat dengan mudah mengakses pelayanan

puskesmas, agar lebih merata dan meluas, puskesmas perlu ditunjang dengan

Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Bidan Desa. Selain itu

peningkatan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina

dasawisma juga dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan (Mubarak,

2009).

Pematangsiantar adalah salah satu kota yang ada di Propinsi Sumatera

Utara, mempunyai 19 puskesmas yang tersebar di 8 kecamatan. Puskesmas

Kesatria merupakan salah satu puskesmas di Kecamatan Siantar Timur dengan

wilayah kerja meliputi 4 kelurahan dan mempunyai 1 Puskesmas Pembantu

(Pustu). Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kesatria adalah 20722 jiwa

dalam 4477 kepala keluarga.

Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Kesatria pada tahun 2007

sebanyak 28516 jiwa, tahun 2008 sebanyak 27903 jiwa, tahun 2009 sebanyak

28427 jiwa, tahun 2010 sebanyak 28548 jiwa serta tahun 2011 sebanyak 27169

jiwa. Dari data tersebut terjadi naik turunnya jumlah kunjungan masyarakat dalam

(15)

wawancara yang peneliti lakukan pada 10 orang masyarakat yang datang

berkunjung ke Puskesmas Kesatria pada tanggal 13 April 2012 bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan

Puskesmas Kesatria adalah tingkat sosial ekonomi, umur dan jarak puskesmas

dari rumah.

Pemanfaatan pelayanan puskesmas oleh masyarakat yang telah ada karena

alasan biaya berobat yang dikenakan oleh puskesmas dapat dijangkau oleh

masyarakat. Letak Puskesmas yang mudah dicapai dan tersedianya alat

transportasi yang memadai menuju puskesmas merupakan faktor yang menotivasi

masyarakat untuk memanfaatkan puskesmas.

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan, peneliti ingin mengetahui apa

motivasi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Kesatria Kota Pematangsiantar dan juga karena belum pernah ada penelitian

sebelumnya yang dilakukan di Puskesmas Kesatria.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah “Apakah Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan

Puskesmas Kesatria di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar?”.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi motivasi masyarakat dalam pemanfaatan

pelayanan Puskesmas Kesatria di Kecamatan Siantar Timur Kota

(16)

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengidentifikasi motivasi intrinsik masyarakat dalam

pemanfaatan pelayanan Puskesmas Kesatria di Kecamatan Siantar

Timur Kota Pematangsiantar.

b) Untuk mengidentifikasi motivasi ekstrinsik masyarakat dalam

pemanfaatan pelayanan Puskesmas Kesatria di Kecamatan Siantar

Timur Kota Pematangsiantar.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan informasi tentang motivasi masyarakat dalam

pemanfaatan pelayanan Puskesmas.

1.4.2. Tenaga Kesehatan (perawat)

Sebagai informasi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

kesehatan masyarakat di puskesmas dalam meningkatkan status kesehatan

masyarakat.

1.4.3. Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan masukan bagi peneliti

berikutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik dan

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Motivasi

2.1.1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “MOREVE” yang berarti dorongan atau

daya penggerak. Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau

beraksi. Menurut Sarwono (2002) “Motivasi menunjuk pada proses gerakan,

termasuk situasi yang mendorong yang timbul dari dalam diri individu, tingkah

laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan

atau perbuatan” (Sunaryo, 2002).

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang

menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam

arah tekad tertentu (Stoner & Freeman, 1995 dalam Suarli & Bahtiar, 2002).

Motivasi menurut Purwanto (2002), adalah segala sesuatu yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu (Suarli & Bahtiar, 2002).

Menurut Suarli dan Bahtiar (2002), motivasi menurut bentuknya terdiri

atas (1) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri

individu,misalnya tingkat pendidikan, harapan/keinginan dan pengalaman (2)

Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri individu, misalnya

lingkungan, dorongan/bimbingan dari orang lain dan jarak tempat tinggal ke

puskesmas. Motivasilah yang merangsang, memberikan arah dan mendorong

(18)

mengelilingi, yang pencapaiannya membawa kepada pemuasan motivasi tertentu

(Langgulung, 1986).

2.1.2. Aspek-Aspek Motivasi

Ada dua aspek yang dikenal yaitu aspek aktif atau dinamis dan aspek

pasif atau statis (Hasibuan, 1996). Aspek aktif/dinamis yaitu motivasi tampak

sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya

manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Aspek

pasif/statis yaitu motivasi tampak sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan

dan menggerakkan potensi sumber daya manusia itu kearah tujuan yang

diinginkan.

Keinginan dan kegairahan kerja ini dapat ditingkatkan berdasarkan

pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi yang bersifat statis, yaitu:

a) Aspek motivasi statis tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok manusia

yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya

tujuan organisasi.

b) Aspek motivasi statis adalah berupa alat perangsangan/insentif yang

diharapkan akan dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan

pokok yang diharapkannya tersebut.

2.1.3. Teori-Teori Motivasi

a) Teori Abraham Maslow

Abraham Maslow memandang bahwa kebutuhan manusia tersusun atas

(19)

mendasar (kebutuhan fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi

diri), yaitu:

1) Fisiologi: kebutuhan yang berkaitan langsung dengan fisik manusia,

seperti makan, minum, tempat tinggal, kesehatan badan, dan

lain-lain.

2) Keamanan dan keselamatan (safety & security): kebutuhan akan

kebebasan dari ancaman, baik berupa ancaman kejadian atau

ancaman dari lingkungan. Misalnya adalah gaji tetap sehingga bisa

melakukan perencanaan reguler.

3) Rasa memiliki (belongingness), sosial dan cinta: kebutuhan untuk

mengadakan hubungan dengan orang lain, seperti pertemanan,

afiliasi, interaksi, pernikahan, kerja sama dalam tim, dan lain-lain.

4) Harga diri (esteem): kebutuhan untuk menghargai diri sendiri

maupun mendapat penghargaan dari orang lain. Misalnya adalah

pencapaian posisi atau jabatan tertentu.

5) Aktualisasi diri (self actualization): kebutuhan untuk bisa

memaksimumkan kemampuan, keahlian dan potensi diri. Misalnya

dalam menghadapi tantangan kerja.

Konsep Maslow menyebutkan bila pada suatu saat semua kebutuhan

ada, maka kebutuhan biologislah akan terasa paling kuat tuntutan

pemenuhannya. Sehingga kebutuhan-kebutuhan yang lain belum akan

terasa tuntutannya. Manusia merupakan mahluk sosial yang mempunyai

(20)

berbagai kebutuhan. Bila kebutuhan tidak terpuaskan akan

mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut. Namun bila sudah

terpenuhi, maka kebutuhan tersebut tidak lagi menjadi motivator.

b) Teori Herzberg

Herzberg meninjau motivasi dalam hubungannya dengan kepuasan

kerja. Ia membedakan kebutuhan yang mendorong orang bertingkah

laku menjadi dua kelompok yaitu:

1) Faktor Higienik (faktor ekstrinsik)

Disebut juga faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja atau

faktor yang dapat mencegah terjadinya ketidakpuasaan kerja, seperti

jabatan, gaji, status, kondisi lingkungan kerja, kebijakan, peraturan

ruang perawatan dan rumah sakit, kualitas hubungan interpersonal,

hubungan dalam kelompok, hubungan bawahan-atasan, jaminan

keamanan dalam bekerja.

2) Faktor Motivasional (faktor intrinsik)

Faktor motivasional adalah seperangkat kondisi kerja yang

membantu membangun suatu motivasi. Faktor-faktor tersebut adalah

prestasi, peningkatan status pekerjaan itu sendiri, tanggung-jawab

dan pengembangan pribadi. Masalah motivasi sangat berkaitan

dengan pekerjaan dan cara mempertinggi motivasi tersebut dengan

cara mengubah design tugas sehingga menimbulkan kegairahan

(21)

c) Teori X-Y Mc Gregor

Mengatakan bahwa terdapat dua sikap dasar pada manusia. Sikap

seseorang akan mempengaruhi produktivitasnya. Sikap dasar tersebut

adalah:

1) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori X

Asumsi dari teori ini bahwa pada hakekatnya manusia kebanyakan

lebih suku diawasi daripada diberi kebebasan, tidak senang

menerima tanggung jawab, malas dan selalu ingin aman saja.

Motivasi kerjanya yang utama adalah uang dan keuntungan finansial.

Kelompok ini mau bekerja karena adanya imbalan atau hadiah.

2) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y

Asumsi dari teori ini adalah bahwa hakekatnya kebanyakan manusia

suka bekerja. Bekerja merupakan kegiatan alami seperti halnya

bermain dan kontrol terhadap diri sendiri merupakan suatu hal yang

esensial.

d) Teori Mc.Clelland

Mc.Clelland mengembangkan teori prestasi dan menyimpulkan

bahwa motivasi yang terdapat dalam diri seseorang dipengaruhi oleh

tiga kebutuhan:

1) Kebutuhan akan keberhasilan

Seseorang selalu ingin tampil lebih baik dari sebelumnya. Dorongan

untuk menjadi yang terbaik, mencapai keberhasilan sesuai dengan

(22)

2) Kebutuhan akan afiliasi

Seseorang memiliki keinginan untuk membentuk persahabatan, cinta

dan rasa memiliki dalam hubungan antara manusia secara dekat.

3) Kebutuhan akan kekuasaan

Seseorang memiliki keinginan untuk mengontrol dan mempengaruhi

orang lain untuk berperilaku seperti yang dia kehendaki.

e) Proses theoris of motivation

Teori ini berfokus pada cara mengontrol atau mempengaruhi perilaku

seseorang, yang terdiri dari empat teori proses motivasi, yaitu:

1) Penguatan (Reinforcement)

Perilaku yang memuaskan harus dikuatkan dan dipuji untuk

meningkatkan dorongan mengulang kembali perilaku tersebut agar

menjadi sebuah motivasi dikemudian hari.

2) Penghargaan (Expectasy)

Penghargaan adalah tingkat penampilan tertentu terwujud melalui

usaha tertentu, yang meyakini bahwa individu termotivasi oleh

harapan yang akan datang sehingga melakukan pekerjaannya dengan

baik.

3) Keadilan (Equity)

Keadilan adalah usaha atau kontribusi yang diberikan, dihargai sama

dengan penghargaan yang telah diberikan pada orang lain. Dengan

perlakuan yang adil tidak akan merubah perilaku tetapi sebaliknya

(23)

telah memiliki motivasi yang tinggi tidak mendapat keadilan sesuai

dengan kontribusi yang telah diberikan maka perilakunya akan

berubah dan motivasinya akan turun.

4) Penetapan tujuan (Goal Setting)

Seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja jika

tugas dan tanggungjawabnya ditetapkan dengan jelas yang meliputi

lima komponen, yaitu: SMART (Spesifik, Measurable, Achievable,

Realistic, Tim bound).

f) Teori Isi (Content theory)

Teori isi sering disebut juga teori kebutuhan dan teori kepuasan yang

terdiri dari:

1) Teori Motivasi Konvensional (Taylor)

Teori ini disebut juga teori motivasi tradisional atau klasik dimana

dalam pendekatannya menggunakan pendekatan faktor ekonomi.

Semakin besar imbalan yang diberikan, maka diharapkan semakin

tinggi motivasi sehingga menghasilkan gairah kerja yang tinggi,

prestasi yang meningkat dan akhirnya diharapkan produktifitasnya

tinggi.

2) Teori Motivasi ERG (Aldefer)

Teori motivasi ERG (Existence, Relatedness, Growth) merupakan

modifikasi dari teori kebutuhan Maslow guna memperbaiki beberapa

kelemahan. Teori ini menempatkan kebutuhan manusia kedalam tiga

(24)

kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman dan nyaman yang

bersifat sangat mendasar sehingga harus terpenuhi. Kekerabatan

(Relatedness), merupakan kebutuhan kebersamaan dengan cara

saling berhubungan diantara sesama. Dengan terciptanya hubungan

yang baik akan menstimulus motivasi. Pertumbuhan dan

Perkembangan (Growth), terdiri dari kebutuhan harga diri dan

aktualisasi. Dengan adanya kesempatan tumbuh dan berkembang,

maka akan menumbuhkan motivasi bagi seseorang.

2.2. Puskesmas

2.2.1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota

yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja (KepMenKes No.128 Thn 2004). Tujuan pembangunan kesehatan

yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan masyarakat yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja

puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2.2.2. Fungsi Puskesmas

a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh

(25)

berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu

puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan

puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan.

b) Pusat pemberdayaan masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki

kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan

kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut

menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya

sosial budaya masyarakat setempat.

c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab

(26)

1) Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat

pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan

penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan

perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas

tertentu ditambah dengan rawat inap.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat

publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi

kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,

perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga

berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan

masyarakat lainnya.

2.2.3. Upaya dan Azas Penyelenggaraan

Upaya untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalu puskesmas,

yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas

bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional

merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut

(27)

a) Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai

daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya

kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di

wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi

kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai

kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah perilakunya

menjadi perilaku sehat. Sasaran penyuluhan adalah kelompok-kelompok

masyarakat yang berisiko tertular penyakit maupun masyarakat umum.

Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

tiap-tiap program puskesmas (Muninjaya, 2002).

Upaya kesehatan lingkungan adalah bertujuan menanggulangi dan

menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan

yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit menular di

masyarakat. Sasarannya adalah tempat-tempat umum (seperti pasar, restoran,

tempat ibadah, sumber air minum penduduk dan tempat pembuangan air

limbah dan sebagainya). Upaya selanjutnya adalah upaya kesehatan ibu dan

anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan menurunkan angka

kematian dan kejadian sakit dikalangan ibu pada saat kehamilan, bersalin dan

saat menyusui. Meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan

status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang

(28)

berkembang secara optimal. Sasaran program KIA adalah Ibu hamil, ibu

menyusui dan anak-anak sampai dengan umur 5 tahun. Sementara tujuan

program KB adalah menurunkan angkakelahiran dan meningkatkan kesehatan

ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang norma keluarga kecil

bahagia dan sejahtera yang sasarannya adalah pasangan usia subur (Muninjaya,

2002).

Upaya perbaikan gizi adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan

status gizi masyarakat melalui pemantauan status gizi kelompok-kelompok

masyarakat yang mempunyai resiko tinggi (ibu hamil dan balita), pemberian

makanan tambahan (PMT) baik yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.

Sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak yang berumur di

bawah lima tahun (Muninjaya, 2002).

Kegiatan yang dilaksanakan pada upaya pemberantasan penyakit menular

bertujuan menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin dan mengurangi

berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya

penyebaran penyakit menular di suatu wilayah, memberikan proteksi khusus

kepada kelompok masyarakat tertentu agar terhindar dari penularan penyakit

(Muninjaya, 2002). Pemberian immunisasi, pemberantasan vektor dan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat adalah beberapa kegiatan yang

dilakukan.

Upaya pengobatan meliputi diagnosa sedini mungkin melalui riwayat

(29)

melaksanakan tindakan pengobatan, melakukan upaya rujukan diagnostik dan

pengobatan/rehabilitasi (Effendy, 1998)

b) Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan

dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:

1) Upaya Kesehatan Sekolah

2) Upaya Kesehatan Olah Raga

3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

4) Upaya Kesehatan Kerja

5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

6) Upaya Kesehatan Jiwa

7) Upaya Kesehatan Mata

8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut

9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta

upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini

merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya

pengembangan puskesmas. Perawatan kesehatan masyarakat merupakan

pelayanan penunjang, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan

(30)

permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah

satu upaya kesehatan pengembangan.

Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah (1) Azas

pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas bertanggungjawab

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah

kerjanya. (2) Azas pemberdayaan masyarakat, yaitu puskesmas wajib

memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam

penyelenggaraan setiap upaya puskesmas.(3) Azas keterpaduan, untuk mengatasi

keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan

setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak

dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan, yakni: keterpaduan lintas

program dan keterpaduan lintas sektor. (4) Azas rujukan, yaitu sebagai sarana

pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas

terbatas utuk itu dilimpahkanlah wewenang dan tanggungjawab atas kasus

penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik

secara vertikal dalam arti satuuk, strata sarana pelayanan kesehatan ke strata

sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar

pelayanan kesehatan yang sama (DepKes, 2004).

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis dan keadaan

infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah

(31)

2.3. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan adalah suatu aktivitas atau rangkaian alat yang bersifat tidak

kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat interaksi antara konsumen

dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan perusahaan pemberi pelayanan

yang dimaksudkan untu memecahkan persoalan konsumen (Gronroos, 1990

dalam Ratminto & Winarsi, 2005). Dalam hal ini pelayanan yang diberikan adalah

pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan secara sendiri

atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan ditandai dengan

cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi

yang memiliki tujuan utama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah penyakit dengan sasaran utama masyarakat (Hodgetts & Cascio, 1983

dalam Mubarak, 2009).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan

yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh

tenaga kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan

tersebut (Azwar, 1999).

Menurut Mubarak (2009) suatu pelayanan kesehatan harus memiliki

berbagai persyaratan pokok yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam

menentukan pilihannya terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan dalam hal

(32)

2.3.1. Tersedia dan berkesinambungan

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyara

kat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah

pada setiap saat dibutuhkan.

2.3.2. Dapat diterima dan bersifat wajar

Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan

keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan

kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu

pelayanan kesehatan yang baik.

2.3.3. Mudah dicapai

Ketercapaian yang dimaksud yaitu lokasi, pengaturan distribusi sarana

kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu

terkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan sementara itu tidak ditemukan

di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

2.3.4. Mudah dijangkau

Terutama dari sudut biaya, harus dapat diupayakan biaya kesehatan sesuai

dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Biaya yang mahal hanya

mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja bukanlah

pelayanan kesehatan yang baik.

2.3.5. Bermutu

Mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan

(33)

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah

(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

motivasi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan puskesmas. Motivasi menurut

Purwanto (2002), adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu (Suarli & Bahtiar, 2002). Motivasi menurut bentuknya terdiri

atas (1) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu,

misalnya tingkat pendidikan, harapan/keinginan dan pengalaman (2) Motivasi

ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri individu, misalnya

lingkungan, dorongan/bimbingan dari orang lain dan jarak tempat tinggal ke

puskesmas. Motivasilah yang merangsang, memberikan arah dan mendorong

aktivitas individu kearah tujuan-tujuannya yang terdapat pada lingkungan yang

mengelilingi, yang pencapaiannya membawa kepada pemuasan motivasi tertentu

(Langgulung, 1986).

Berdasarkan tujuan penelitian serta tinjauan kepustakaan, maka

penelitian ini mengidentifikasi bagaimana motivasi masyarakat dalam

pemanfaatan pelayanan puskesmas yang dikategorikan atas motivasi intrinsik,

motivasi ekstrinsik. Kerangka konsep penelitian ini dapat di gambarkan sebagai

(35)

Tinggi Sedang Rendah

3.2. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

3.2.1. Definisi Konseptual

Motivasi menurut Purwanto (2002), adalah segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Suarli & Bahtiar, 2002).

Pemanfaatan puskesmas adalah penggunaan fasilitas pelayanan puskesmas yang

disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh

tenaga kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan

tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan,

penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai (accesible) oleh

masyarakat, terjangkau dan mutu (Mubarak, 2009).

Tinggi 3. Jarak tempat tinggal

ke puskesmas

(36)
(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif yang

dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi motivasi masyarakat dalam

pemanfaatan pelayanan Puskesmas Kesatria di Kecamatan Siantar Timur Kota

Pematangsiantar.

4.2. Populasi dan Sampel

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat yang

berkunjung ke Puskesmas Kesatria Kota Pematangsiantar pada bulan September

sampai dengan November tahun 2011 yaitu sebanyak 6792 orang.

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

convenient sampling dimana objek dijadikan sampel yang kebetulan dijumpai

ditempat dan waktu penelitian secara bersamaan (Nursalam, 2009) yaitu

masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Kesatria dengan kriteria bersedia

menjadi responden, dapat membaca, menulis dan menggunakan bahasa Indonesia

dengan baik. Penentuan jumlah sampel berdasarkan rumus di bawah ini:

n = � 1+�(�2)

n = Jumlah sampel

(38)

Jumlah total sampling pada penelitian ini dari jumlah populasi yang didapat yaitu

masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Kesatria pada bulan September

sampai dengan November tahun 2011 sebanyak 6792 orang adalah:

n = 6792 1+6792(0,12)

n = 98.54

Maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 99 responden.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kesatria Kecamatan Siantar Timur

Kota Pematangsiantar, pada bulan Oktober 2012. Adapun alasan pemilihan lokasi

karena belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya di lokasi tersebut.

4.4. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu peneliti

memperkenalkan diri kepada responden dan menjelaskan tentang tujuan dan

prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka

responden dipersilahkan menandatangani informed consent. Tetapi jika calon

responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan

mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan

catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menulis nama

responden pada instrumen penelitian. Data-data yang diperoleh dari responden

(39)

4.5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpul data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan

berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner ini dibagi

menjadi dua bagian, bagian pertama yaitu data demografi responden yang terdiri

dari umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan perbulan.

Bagian kedua yaitu kuesioner mengenai motivasi yang terdiri dari motivasi

intrinsik (10 pernyataan) dan motivasi ekstrinsik (10 pernyataan).

Kuesioner motivasi ini menggunakan skala likert, untuk pengukuran

kategori pada motivasi digunakan rumus yang dikutip dari (Wahyuni, 2007) yaitu:

Panjang kelas = Rentang : Banyak kelas

Rentang adalah selisih nilai tertinggi dan terendah. Untuk motivasi intrinsik nilai

tertinggi adalah 40 dan nilai terendah adalah 10. Maka rentang untuk motivasi

intrinsik adalah 30, dengan banyak kelas tiga kategori, yaitu motivasi tinggi,

sedang dan rendah. Panjang kelasnya adalah 10. Dan rentang untuk motivasi

ekstrinsik adalah 30, dengan banyak kelas tiga kategori, yaitu motivasi tinggi,

sedang dan rendah. Panjang kelasnya adalah 10. Maka motivasi intrinsik

masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan puskesmas dikategorikan dengan

rendah 10-20, sedang 21-30 dan tinggi 31-40 sedangkan motovasi ekstrinsik

dikategorikan dengan rendah 10-20, sedang 21-30 dan tinggi 31-40.

Keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner ini merupakan pernyataan

tertutup dengan pilihan jawaban tidak pernah dilakukan (TP), kadang-kadang

(40)

kuesioner ini terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan

positif terdiri dari 17 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif yaitu

pernyataan no 6 dan 7 (motivasi intrinsik) dan no 3 (motivasi ekstrinsik).

Pernyataan positif dengan jawaban tidak pernah dilakukan diberi nilai 1,

kadang-kadang dilakukan diberi nilai 2, sering dilakukan diberi nilai 3, dan sangat sering

dilakukan diberi nilai 4. Pernyataan negatif dengan jawaban tidak pernah

dilakukan diberi nilai 4, kadang-kadang dilakukan diberi nilai 3, sering dilakukan

diberi nilai 2, dan sangat sering dilakukan diberi nilai 1. Skala ukur yang

digunakan dalam pengukuran variabel ini adalah skala ordinal yaitu membagi

menjadi 3 kategori (tinggi,sedang, rendah).

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang susun

tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji

validitas konstrak (Construct Validity) yaitu dengan menggunakan pendapat dari

ahli. Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan

diukur dengan berlandaskan teori-teori tertentu maka selanjutnya dikonsultasikan

dengan ahli. Ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun

(Sugiyono, 2007). Pada penelitian ini kuesioner telah diujikan oleh Staf pengajar

komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Beberapa

(41)

4.6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh

mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoadmojo, 2010). Kuesioner sebagai alat ukur harus mempunyai reliabilitas

yang tinggi. Data akan dianalisis dengan uji Alpha Cronbach dan diolah dengan

menggunakan bantuan program komputerisasi untuk mencari koefisien reliabilitas

Alpha Cronbach. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien

reliabilitas atau alpha sebesar 0,7 atau lebih (Pollit dan Hungler, 1995).

Hasil uji reliabilitas yang didapat pada penelitian ini adalah alpha sebesar

0.9 dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 10 responden di

Puskesmas Tomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar.

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran kuesioner.

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan

penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu dari Dinas Kesehatan Kota

Pematangsiantar, lalu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

kepada Kepala Puskesmas Kesatria.

Pengambilan sampel berdasarkan tehnik convenient sampling dan telah

(42)

pengumpulan data, peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat dan prosedur

pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi

diminta untuk menandatangani informed consent dan kemudian mengisi

kuesioner. Pengumpulan data dilakukan pada saat responden sedang berada di

ruang tunggu. Selesai mengisi kuesioner peneliti memeriksa kelengkapan data dan

jika data ada yang kurang, dapat langsung dilengkapi, selanjutnya data yang telah

terkumpul dianalisis.

4.8.Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data. Analisis

data yang dilakukan melalui beberapa tahapan yang dimulai dengan editing untuk

memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa

semua jawaban telah di isi, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka

tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan

analisa, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam

program komputer, tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek

kembali data yang telah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Analisa data pada penelitian ini adalah analisa statistik deskriptif. Data yang

ditampilkan berupa tabel distribusi frekuensi dan persentase (%) yaitu data

demografi dan data motivasi masyarakat (intrinsik dan ekstrinsik) dalam

memanfaatkan pelayanan Puskesmas Kesatria di Kecamatan Siantar Timur Kota

(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian serta pembahasan yang

diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 99 responden di Puskesmas

Kesatria Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar pada bulan Oktober

2012. Hasil penelitian ini menguraikan bagaimana motivasi masyarakat dalam

pemanfaatan pelayanan puskesmas.

5.1. Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini

menggambarkan motivasi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan Puskesmas

Kesatria Pematangsiantar.

5.1.1. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah masyarakat yang berkunjung ke

Puskesmas Kesatria dengan jumlah 99 responden. Dari penelitian yang telah

dilakukan, didapatkan hasil tentang karakteristik responden yaitu sebagian besar

pada usia 40-47 tahun (44,4%). Berdasarkan agama sebagian besar beragama

protestan 67 responden (67,7%). Berdasarkan pendidikan sebagian besar

berpendidikan terakhir SLTA/sederajat sebanyak 45 responden (45,5%) dan

perguruan tinggi 40 responden (40,4%), pekerjaan terbanyak Pegawai Negeri

Sipil sebanyak 40 responden (40,4%), penghasilan perbulan sebagian besar

(44)

Tabel 1.Distribusi Frekuensi dan persentase karakteristik responden di

SLTA/sederajat 45 45,5

(45)

Tabel 1. Lanjutan

Penghasilan perbulan

Rp 500.000-Rp 800.000 9 9,1

Rp 800.000-Rp 1.000.000 15 15,2

>Rp 1.000.000 69 69,7

Tidak ada penghasilan 6 6,1

Total 99 100

5.1.2. Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas

Penilaian motivasi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan puskesmas

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk

skala likert dengan pilihan jawaban: sangat sering, sering, kadang-kadang dan

tidak pernah. Hasilnya akan dibagi menjadi tiga kategori tingkatan yaitu: rendah,

sedang dan tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik

masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan Puskesmas Kesatria Pematangsiantar.

Motivasi intrinsik kategori tinggi sebanyak 14 orang (14,1%), kategori sedang

sebanyak 81 orang (81,8%) dan kategori rendah 4 orang (4%). Motivasi ekstrinsik

kategori tinggi sebanyak 20 orang (20,2%), kategori sedang sebanyak 77 orang

(77,8%) dan kategori rendah sebanyak 2 orang (2%). Gambaran ini dapat dilihat

(46)

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan Puskesmas Kesatria Pematangsiantar (n=99)

No Jenis Motivasi Frekuensi % 1. Motivasi Intrinsik

a. Tinggi 14 14,2

Jadi didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki motivasi sedang

yaitu sebanyak 80,8%. Gambar dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3: Distribusi frekuensi dan persentase motivasi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan Puskesmas Kesatria Pematangsiantar (n=99)

Berdasarkan jawaban dasar kuesioner diperoleh paling banyak responden

yang menyatakan “Tidak Pernah” pada pernyataan yang menyatakan bahwa

mereka tidak mendapatkan kesembuhan jika berobat ke puskesmas yaitu sebanyak

63 orang (63,6%). Pernyataan yang menyatakan “Kadang-kadang” paling banyak

(47)

terjangkau/murah sebanyak 54 orang (54,5%). Pernyataan yang menyatakan

“Sering” paling banyak pada pernyataan yang menyatakan bahwa mereka

berkunjung ke puskesmas karena tempatnya bersih dan asri yaitu sebanyak 68

orang (68,7%). Pernyataan yang menyatakan “Sangat Sering” paling banyak pada

pernyataan bahwa mereka mudah mendapatkan alat transportasi menuju ke

puskesmas yaitu sebanyak 38 orang (38,4%).

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini, tentang motivasi masyarakat dalam

pemanfaatan pelayanan Puskesmas Kesatria sebagian besar responden memiliki

motivasi intrinsik dan ekstrinsik pada kategori “sedang”, yaitu motivasi intrinsik

sebanyak 81 orang (81,8%) dan motivasi ekstrinsik sebanyak 77 orang (77,8%).

Motivasi intrinsik responden untuk memanfaatkan pelayanan puskesmas

pada penelitian ini sangat beragam sesuai dengan kebutuhan masing-masing

responden. Menurut Suarli dan Bahtiar (2002) , motivasi intrinsik yaitu motivasi

yang berasal dari dalam diri individu misalnya tingkat pendidikan,

harapan/keinginan dan pengalaman. Faktor intrinsik akan mendorong individu

melakukan penginderaan terhadap suatu objek melalui panca inderanya sehingga

individu akhirnya tahu. Dari hasil tahu dan pemahaman dari suatu objek, individu

akhirnya akan berusaha untuk mengekspresikan kedalam dorongan dari dalam diri

untuk mencapai tujuan.

Dari hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden memiliki

motivasi intrinsik “sedang” yaitu sebanyak 81 orang (81,8%). Hal ini dipengaruhi

(48)

memiliki motivasi yang berasal dari dalam diri tetapi tidak dalam segera dicapai

atau tidak langsung dilaksanakan.

Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SLTA/sederajat

(45,5%) dan perguruan tinggi (40,4%) sehingga pengetahuannya sudah cukup

mengenai pemanfaatan pelayanan yang ada di puskesmas. Karena tingkat

pengetahuan seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

seseorang untuk berperilaku dan bertindak. Pengetahuan individu tentang

pentingnya mempertahankan kesehatan juga diperlukan agar individu tersebut

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dengan optimal (Efendy, 1998).

Menurut penelitian Kristian (2007) yang berjudul Identifikasi Motivasi

Masyarakat Dalam Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Mojalangu Malang didapat hasil bahwa motivasi intrinsik terbesar yang

mempengaruhi adalah dari faktor pendidikan (94%). Sedangkan motivasi

ekstrinsik terbesar dipengaruhi oleh faktor informasi (93,3%).

Harapan untuk mendapatkan kesembuhan atas penyakit yang dialami

merupakan salah satu motivasi intrinsik dari responden pada penelitian ini

(63,6%), karena ketika seseorang sakit dia akan berusaha untuk mendapatkan

kesembuhan dan kembali sehat karena kesehatan dianggap sebagai suatu

kebutuhan yang mendasar sesuai dengan Teori Abraham Maslow bahwa

kesehatan merupakan kebutuhan yang mendasar (kebutuhan fisiologis).

Sebagian besar responden berusia 40-47 tahun (44,4%) yang mana pada

usia tersebut termasuk pada masa usia madya dini (Hurlock, 2006), mulai

(49)

produktif atau usia bekerja, menjadikannya salah satu motivasi untuk

mendapatkan kesembuhan atas masalah kesehatan yang dialaminya dengan

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas sehingga mereka

dapat kembali beraktifitas atau bekerja.

Manusia merupakan mahluk sosial yang mempunyai keinginan atau

motivasi untuk memuaskan berbagai kebutuhannya, bila tidak terpuaskan akan

mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut yaitu yang berkaitan juga dengan

pengalaman responden yang mempunyai harapan bahwa puskesmas dapat

mengatasi masalah kesehatannya tetapi mereka kadang-kadang tidak

mendapatkannya (50,5%). Mungkin disebabkan oleh ada kalanya tidak adanya

dokter untuk mengobati pada saat mereka datang berobat ke puskesmas sehingga

tidak sesuai dengan harapan mereka. Karena ketersediaan dan

berkesinambungannya pada saat masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan

dapat mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihan terhadap penggunaan

jasa pelayanan kesehatan di puskesmas (Mubarak, 2009).

Sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki pekerjaan sebagai

PNS yang mempunyai asuransi kesehatan yang telah menyediakan fasilitas

pelayanan kesehatan yaitu di puskesmas sehingga memotivasi mereka untuk tetap

memanfaatkan pelayanan puskesmas tersebut. Dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Susanti ( 2007) tentang Motivasi Pemulung Untuk Menggunakan

Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas, yang dilakukan di TPA Winong Kecamatan

Bawang Kabupaten Banjarnegara, yaitu dipengaruhi oleh fasilitas jaminan

(50)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa motivasi ekstrinsik

responden berada pada kategori sedang (77,8%). Motivasi ekstrinsik (berasal

dari luar individu) yang dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan/bimbingan dari

orang lain dan jarak. Jadi apapun tindakan yang dilakukan oleh seseorang selalu

ada motivasi tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakan itu. Motivasi

ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal karena adanya rangsangan dari luar akan

berpengaruh terhadap pengetahuan dan perilaku seseorang.

Kemudahan mencapai lokasi puskesmas merupakan salah satu motivasi

responden untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan puskesmas dilihat dari hasil

jawaban pernyataan mudah mencapai lokasi puskesmas yaitu sebesar 73,7%

(sangat sering dan sering) serta mudah mendapatkan alat transportasi menuju

puskesmas sebesar 82,8% (sangat sering dan sering). Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Fuadi (2009) tentang Studi Fenomenologi Motivasi Lansia Dalam

Memanfaatkan Posyandu Lansia Di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Matesih

Kabupaten Karang Anyer yaitu bahwa dari beberapa faktor yang menyebabkan

kesulitan atau hambatan lansia untuk mengikuti posyandu lansia yaitu tidak

tersedianya sarana transportasi bagi lansia.

Kebersihan dan keasrian puskesmas juga mempengaruhi motivasi

masyarakat untuk kembali mendapatkan pelayanan di puskesmas terlihat dari

penilaian hasil penelitian sebesar 78,8% (sangat sering dan sering), hal ini sesuai

dengan Teori Motivasi ERG (Aldefer) yang salah satunya adalah kebutuhan

fisiologis dan kebutuhan rasa aman dan nyaman yang bersifat sangat mendasar

(51)

Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ada keinginan didalam

dirinya yang secara sadar atau tidak sadar membuat orang tersebut berperilaku

untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhannya. Jadi yang dimaksud

dorongan tadi pada hakekatnya adalah kebutuhan yang muncul dari dalam diri

orang itu sehingga motivasi sering disebut juga sebagai kebutuhan (Need).

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat rata-rata

memiliki motivasi sedang (80,8%), hal itu menggambarkan bahwa pendidikan,

harapan/keinginan dan pengalaman individu serta lingkungan dan jarak cukup

berpengaruh terhadap motivasi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan

Puskesmas Kesatria. Ini menggambarkan bahwa motivasi yang dimiliki oleh

masyarakat tidak dengan segera menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan

pelayanan yang ada di Puskesmas Kesatria.

(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai motivasi masyarakat

dalam memanfaatkan pelayanan Puskesmas Kesatria Di Kecamatan Siantar Timur

Kota Pematangsiantar maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Oktober

2012 di Puskesmas Kesatria dan hasil pembahasannya maka, dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar gambaran masyarakat memiliki motivasi sedang (80,8%)

yang terdiri dari motivasi intriksik berada pada kategori sedang (81,8%) dan

motivasi ekstrinsik pada kategori sedang juga (77,8%). Dengan memiliki motivasi

sedang masyarakat berharap dengan memanfaatkan pelayanan puskesmas maka

mereka mendapatkan kesembuhan terhadap penyakit atau masalah kesehatan yang

sedang dihadapi dengan biaya terjangkau atau murah, petugas kesehatan yang

profesional, puskesmas yang bersih dan asri serta transportasi menuju puskesmas

yang mudah juga sangat mempengaruhi motivasi masyarakat untuk

memanfaatkan pelayanan puskesmas.

6.2. Saran

6.2.1. Untuk Pendidikan

Dengan adanya hasil penelitian ini, untuk instansi pendidikan agar bisa

kiranya memasukkan mata kuliah tentang motivasi yang dapat menjadi informasi

(53)

petugas kesehatan yang profesional bagi masyarakat dan bagi pengembangan

kesehatan selanjutnya. Dan menjadikan penelitian ini sebagai bahan pembelajaran

bagi mahasiswa.

6.2.2. Untuk Tenaga Kesehatan

Dalam praktek keperawatan komunitas perlu memberikan informasi yang

lengkap tentang kesehatan serta pemanfaatan pelayanan di puskesmas. Informasi

yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat.

6.2.3. Untuk Penelitian Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dengan metode yang berbeda serta

menjadikan penelitian ini sebagai bahan perbandingan.

6.2.3. Untuk Pelayanan Kesehatan

Agar lebih aktif memberikan informasi kepada masyarakat tentang

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi 6, Jakarta: PT. Rineka Cipta

DinKes Kota Pematangsiantar, (2011). Laporan SP2TP Puskesmas Kesatria Tahun 2011. Pematangsiantar: DinKes Pemerintah Kota Pematangsiantar

DepKes RI, (2004). Lampiran KepMenKes No.128 Tahun 2004 Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas. Diunduh pada tanggal 27 April 2012.www.4shared.com/get/KUjTSp2/Lampiran_KepMenKes_No_128.

Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas, Edisi 2, Jakarta: ECG

Fuadi, H. (2009). Studi Fenomenologi Motivasi Lansia Dalam Memanfaatkan Posyandu Lansia Di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Matesih Kabupaten Karang Anyer. Diunduh pada tanggal 7 Januari 2013. www.eprints.undip.ac.id

Hasibuan, M. (1996). Organisasi Dan Motivasi.Jakarta: Bimu Aksara .

Hidayat, A, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Hutauruk, H. (2007). Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dan Pengaruhnya Terhadap Pemanfaatan Puskesmas Di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar (Skripsi). Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Hurlock, E, B. (2006). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Kristian, E. (2007). Identifikasi Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Mojalangu Malang. Diunduh pada tanggal 7 Januari 2013. www.digilib.umm.ac.id

Langgulung, H. (1996). Teori-Teori Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka Al Husna .

Mubarak, W. (2009). Sosiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Mubarak & Chayatin. (2009). Ilmu Keperawatan komunitas, Pengantar Dan Teori. Jakarta: Salemba Medika

Muninjaya, A. A. Gde. (2004). Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC

Nursalam, (2009). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta

(5th ed). Philadelphia: J.B. Lippinicott Company

(55)

Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suarli & Bahtiar, (2002). Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis.

Jakarta: Erlangga

Suyanto, (2009). Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Sunaryo, (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: ECG

Susanti, E. (2007). Motivasi Pemulung Untuk Menggunakan Pelayanan

Puskesmas Di Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara. Diunduh

pada tanggal 7 Januari 2013.

(56)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Bapak/ibu/saudara responden

Di Puskesmas Kesatria

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa S1 Keperawatan Universitas

Sumatera utara, saya akan melakukan penelitian tentang “Motivasi Masyarakat

Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Kesatria di Kecamatan Siantar Timur

Kota Pematangsiantar”. Salah satu manfaat dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui motivasi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan puskesmas.

Untuk itu saya mohon bapak/ibu/saudara bersedia untuk menjadi responden

dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon bapak/ibu/saudara untuk mengisi

kuesioner yang disediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban saudara

dijamin kerahasiaannya.

Demikian lembar persetujuan ini saya buat. Atas bantuan dan

partisipasinya disampaikan Terimakasih.

Pematangsiantar,...2012

(57)

INSTRUMEN PENELITIAN

Petunjuk Pengisian : No. Responden

1. Isilah data anda dengan benar.

2. Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda checklist (√) pada

kotak jawaban yang sesuai dengan kondisi anda.

3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

4. Setelah selesai, kembalikan kuesioner ini kepada peneliti atau petugas yang

memberikan pada anda.

A. Kuesioner Data Demografi

1. Umur : ... tahun

2. Agama :

( ) Islam ( ) Protestan ( ) Katholik ( ) Hindu ( ) Budha

3. Pendidikan terakhir :

( ) Tidak sekolah ( ) SD ( ) SLTP/Sederajat

( ) SLTA/Sederajat ( ) Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan :

( ) PNS ( ) Pegawai Swasta ( ) Wiraswasta

( ) Petani/buruh ( ) Tidak bekerja/ibu rumah tangga

( ) Lainnya, sebutkan ...

5. Penghasilan :

( ) Rp 500.000 – Rp 800.000

(58)

B. Kuesioner Motivasi Intrinsik Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas

Petunjuk pengisian : Seluruh pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan hal-hal

yang memotivasi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan puskesmas. Pilihlah

salah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) pada

kolom yang tersedia.

Tidak Pernah : TP

Kadang-kadang : KD

Sering : SR

Sangat Sering : SS

No Pernyataan Jawaban

SS SR KD TP

1. Saya menggunakan jasa pelayanan kesehatan di

puskesmas

2. Saya memanfaatkan pelayanan puskesmas

secara terus menerus

3. Saya memilih puskesmas sebagai tempat

berobat karena pelayanan yang saya butuhkan

selalu tersedia seperti selalu ada dokter yang

mengobati

4. Saya memilih puskesmas sebagai tempat

berobat karena dapat mengatasi masalah

kesehatan anda

5. Biaya berobat di puskesmas bagi saya

terjangkau/murah

6. Saya tidak mendapatkan kesembuhan jika

Gambar

Tabel 1.Distribusi Frekuensi dan persentase karakteristik responden di Puskesmas Kesatria (n=99)
Tabel 1. Lanjutan
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase motivasi intrinsik dan motivasi

Referensi

Dokumen terkait

According to Ismail Hakki Buisavi like what has been quoted by Kara Musthafa, among Üftade’s influences in Sufism are two great Ottoman scholars i.e., Aziz Mahmud Hudayı

(pembaca yang diasumsikan oleh teks asli) menanggung beberapa keterbatasan: pertama , mereka tak berdaya di hadapan apa yang disebut “ intentional fallacy” , yakni bahwa

Setelah melihat dan mendengar langsung dari para pihak yang berperkara dengan menggunakan jasa Advokat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peranan Advokat di

Sedangkan dari segi promosi, promosi adalah arus informasi atau persuasi searah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan

Pokok- pokok pembahasan yang disajikan dalam tulisan ini meliputi kajian teknis pengaruh parameter panjang pukulan terhadap recovery pencucian bijih timah menggunakan

Selanjutnya, butir soal dijadikan instrument untuk mengukur variable perilaku keagamaan orang tua, 16 butir soal tersebut mempunyai nilai r hitung ( Pearson Correlation) lebih

ISI: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh derajat desentralisasi fiskal terhadap belanja kesehatan, persentase persalinan oleh tenaga kesehatan, persentase

Dua obat tersebut antara lain furosemide dan hydrochlorothiazide, sedangkan untuk 5 obat lainnya yaitu captopril, ciprofloxacin, ranitidin, digoksin, dan metformin,