DAN HUKUM PIDANA POSITIF
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh: Puti Ramadhani NIM: 104045101563
KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAY AH SIY ASAH FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
DAN HUKUM PIDANA POSITIF
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana 1-lukum Islam (SHI)
Oleh:
Puti Ramadhani NIM: 104045101563
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
セセセセM
Dedy Nursamsi, SH, M.Hum
KONSENTRASI PIDANA ISLAM PROGRAM STUD I JINA Y AH SIY ASAR
FAKULT AS SY ARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TUANYA DITINJAU DARI HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITlF telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Unversitas Islam Negeri (UIN) Syarif i-lidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat mcmperolah gelar Sarjana Hukum !slam (SHI) pada Program Studi Pidana Islam.
PANITIA UJIAN
Jakarta, 23 Juni 2008 Mengesahkan,
s Syari'ah dan Hukum
Prof.D .H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
I. Ketua : Asmawi, M.Ag NIP. i50 282 394 2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag
NIP. 150 282 403 3. Pembimbing I : Asmawi, M.Ag
4. Pembimbing II
5. Penguji I
6. Penguji 11
NIP. 150 282 394
: DedyNursamsi, SH, M.Hum
Hセ@
..セNMNセ@
NIP.150264001 . ( _
セ[Oセ@
セ@
-
..
{/'")
GセM
:Prof. Dr.H.M. Abduh Malik _ . . Mセ@ _
NIP. 150 094 391
: Drs. Abu Tamrin, SH, M.Hum NIP. 150 274 761
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur yang tiada hentinya kepada kehadirat Allah SWT,
yang telah memberi penulis kemudahan dari setiap kesulitan yang datang dan
kekuatan yang tidak terduga dari setiap kelemahan yang menerpa. Atas rahmat dan
karunia dari-Mu, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan diwarnai dengan
ujian, emosi, kesabaran dan kekuatan dan juga shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai nabi yang membawa rahmat bagi seluruh umat.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan semangat dari berbagai pihak dan untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :
I. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM, Dekan Fakultas Syari'ah
dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Asmawi M.Ag, Ketua Program Studi Jinayah Siayasah dan Sri Hidayati, M.Ag,
Sekretaris Program Studi Jinayah Siayasah atas kesabaran dan waktunya dalam
menghadapi semua pertanyaan penulis. Kepada para dosen yang telah
memberikan ilmu, tenaga dan waktu yang luar biasa kepada penulis selama ini,
terutama untuk Bapak Sudirman Abbas dan Bapak Ayang Utriza yang selalu
memberikan motivasi, Bapak Prof.Dr.H.M. Abduh Malik dan Bapak M. Nurul
Rozi, Husni, Agus, Hilmi, Jrna, Novi, Zulfah dan Reva.
8. Kepada seluruh guru-guru yang pernah mengajar penulis. Skripsi ini merupakan
bentuk terima kasih dan penghargaan tertinggi penulis atas jasa-jasa para guru
selama ini.
Demikian ucapan terima kasih dari penulis dan penulis beharap scmoga segala
kebaikan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis juga berharap, semoga skripsi
ini bermanfaat bagi orang lain dan dapat menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.
Jakarta, 11 Juni 2008 M 07 Jumadil Akhir 1429 H
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISL ... .iv
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... I B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Tinjauan Pustaka ... 7
E. Metode Penelitian ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II KONSEP TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF A. Pengertian Tindak Pidana ... 14
B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana ... 16
C. Tujuan dan Sanksi Pidana ... 25
BAB III TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF A. Pengertian Pembunuhan ... .34
C. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan ... .45
BAB IV TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TU ANY A
MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA
POSITIF SERTA ANALISIS PERBANDINGAN
A. Anak dan Kedudukannya
I. Pengertian Anak dan Hubungan Orang Tua dengan Anak ... 53
2. Perlindungan Anak ... 57
B. Pengertian Pembunuhan Anak oleh Orang Tuan ya ... 61
C. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya .. 65
D. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya ... 74
E. Analisis Perbandingan ... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran-saran ... 87
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah harta yang tidak ternilai. Anak adalah karunia dan amanat
yang Allah titipkari kepada para orang tua untuk dijaga agar dapat menjadi
manusia-manusia yang berkualitas. Keberadaan anak yang merupakan
amanat itulah yang menjadikan anak sangat istimewa dan rumit dalam
menghadapinya dan Dia memberikannya kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Allah S.W.T berfirman:
Artinya "Dia memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, a/au Dia menganugerahkan kedua jenis lelaki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia merifadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. ". (Q.S Asy-Syuraa : 49-50)
Hubungan antara orang tua dan anak dianggap sangat penting karena
dari hubungan inilah tercipta manusia-manusia yang peduli sesama dan saling
menghormati. Hubungan yang tidak akan pemah terputus oleh kondisi
manusia. Hubungan dimana ada pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah baik bagi orang tua maupun bagi anak karena Allah tidak hanya menekankan pentingnya bersikap baik kepada orang tua tetapi juga menekankan pentingnya orang tua memperlakukan anaknya dengan baik, seperti pada firman Allah :
( I" ' : i.)"''il)
Artinya: "Danjanganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami !ah yang memberi rizki kepada mereka dan kepadamu.
Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar." (Q.S
Al-Israa: 31)
Negara juga mengaturnya hal tersebut dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 13, ayat 1 yang berbunyi :
" Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlidungan dari perlakuan :
(I). Diskriminasi
(2). Eksploitasi baik ekonomi maupun seksual. (3). Penelantaran
(4). Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan ( 5). Ketidakadilan, dan
(6). Perlakuan salah lainnya."
tindakan tcrsebut sudah dapat dikatakan sebagai sebuah tindak pidana yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya mulai dari memukul sampai kepada penganiayaan yang berakibatnya nyawa anak tersebut melayang. Sangat sulit dipercaya ketika seorang anak meninggal ditangan orang yang sangat diharapkan untuk dapat melindungi dan menjaga dirinya. Padahal anak tersebut adalah darah daging mercka scndiri, pcncrus gencrasi kcluarga, penjaga kehormatan keluarga dan kalau dipikirkan lebih jauh lagi, anak merupakan aset negara yang sangat mahal dan penting sehingga mereka perlu dilindungi terutama oleh kedua orang tua mereka. Oleh karena itu banyak harapan dan cita-cita dipanjatkan untuk anak-anak agar dapat menjalani kehidupan dengan jauh lebih baik daripada keadaan kedua orang tua mereka.
Salah satu kasus yang dapat dijadikan bukti tentang tindak pidana ini adalah kasus yang cukup menggemparkan adalah kasus pembunuhan yang terjadi pada tahun 2006 di Bandung yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap kctiga anaknya yang karena alasan kckhawatiran yang berlebihan atas nasib ketiga anaknya1• Kasus Iain terjadi pada tahun 2008 adalah seorang ayah membunuh anak kandungnya yang masih berumur empat bulan karena tertekan akan kebutuhan sehari-hari2• Kasus-kasus seperti ini akan terus
bertambah pada tiap tahunnya jika permasalahan ini tidak ditanggapi secara serius oleh seluruh komponen masyarakat.
1
Tempointeraktif, "!bu Pembunuh Tiga Anak Diduga Mengidap Paranoid". Diakses pada tanggal 22 F ebruari 2008, http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2006/06/15/brk,20060615-78943,id.html
2
Melihat dari contoh kasus di atas, pada dasarnya tindak pidana pembunuhan di Indonesia sendiri sudah diatur di dalam KJJHP, BAB XIX Kejahatan Terhadap Nyawa, pasal 338 :
"Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun".
Kemudian diperkuat dengan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan diperkuat lagi dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 lcntang l'cnghapusan Kekernsan Dalam Rumah Tangga.
Di dalam Islam sendiri, ada sebuah konsep yang dapat membantu memahami dan juga merupakan tujuan dari agama is lam yang disebut dengan Maqasidu Syari'ah) yang terdiri dari :
I. Memelihara Agama 2. Memclihara Jiwa 3. Memelihara Akal 4. Memelihara Keturunan 5. Memelihara Harta
Kelima tujuan di atas saling berhubungan karena pemeliharaan diri kita dari salah satu tindak pidana berarti memelihara agama, jiwa, aka!, keturunan dan harta.
I. Banyaknya tindak pidana pembunuhan anak olch orang luanya scndiri di Indonesia.
2. Belum ada pembahasan mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya scnuiri ditinjau dari hukum pi.Jana positif Jan hukum pidana Islam.
Dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas maka penulis akan membahasnya dengan judul " Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau Dari llukum Pidana Islam dan llukum Pidtma
Positif ".
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Membicarakan tindak pidana pembunuhan anak berarti membicarakan banyak hal yang ada di masyarakat. Dari mulai peranan orang tua ·sampai kepada peranan media. Pembatasan masalah sangat diperlukan agar apa yang akan dibahas oleh penulis tidak melebar dan tetap fokus pada inti masalah, yaitu :
I. Penulis membicarakan mengenai tindak pidana pembunuhan yang terjadi terhadap anak-anak dan dilakukan oleh orang tuanya yang pada zaman sekarang ini sering terjadi.
diharapkan peneliti sudah dapat menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, penulis telah merumuskan masalah yang akan dibahas dalam pembahasan ini, yaitu:
I. Apakah yang dimaksud dengan tindak pidana pembt:nuhan anak oleh orang tuanya menurut hukum pidana islam dan hukum pidana positil'? 2. Bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana pembunuhan anak oleh orang
tuanya menurut hukum pidana is lam dan hukum pidana positif?
3. Bagaimana perbandingan antara hukum pidana islam dan hukum pidana positif mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Penulis meneliti ha! ini tidak lepas dari beberapa tujuan. Tujuan tersebut adalah :
I. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya sendiri.
2. Untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya.
Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah : I. Secara Akademis
Dilihat dari akademis, manfaat dari penulisan ini adalah dapat memberikan tambahan keilmuan dalam bidang hukum pidana positif dan juga hukum pidana islam pada umumnya dan tentang pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri pada khususnya.
2. Secara Praktis
Dilihat dari segi praktis, penulisan skripsi ini dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat luas tentang dampak atau akibat tindak pidana pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelumnya penulis sudah membuat tinjauan pustaka dengan tujuan untuk mengkaji materi-materi yang terdahulu yang memiliki tema yang sama dengan tema yang dipilih oleh penulis dan materi/karya-karya tersebut adalah karya Ors. Adami Chazawi, S.H dengan judul "Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa". Hal yang paling utama yang dikajinya adalah bentuk-bentuk kejahatan, penjelasan mengenai unsur-unsur kejahatan serta perbedaan unsur objcktif dan subjektif. Temuan penting pada karya ini adalah bahwa semua tindak kejahatan akan mendapatkan sanksi tennasuk pembunuhan.
dalam hukum islam. Di dalam karya ini dijelaskan bahwa adanya pembagian dari jenis-jenis pembunuhan yang terdiri dari pembunuhan sengaja, pembunuhan sengaja yang diancam dengan hukuman qisas dan pembunuhan tidak sengaja yang diancam dengan hukuman diyat Pada dasarnya, tindak pidana pembunuhan yang dibahas di dalam karya ini adalah tindak pidana pada umumnya terlepas dari faktor pelaku ataupun korbannya apakah ada hubungan keluarga atau tidak.
Karya ketiga adalah sebuah buku yang berjudul "Pidana Islam di Indonesia, Peluang, Prospek dan Tantangan. Buku ini merupakan kumpulan tulisan yang dibuat oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya Salah satunya adalah H.M Abduh Malik, tulisannya mengenai "Kejahatan Terhadap Jiwa dalam Perspektif llukum Pidana Islam". Di dalam tulisannya ini dijelaskan bahwa ada perbedaan pendapat ulama dalam pembunuhan anak oleh orang tuanya. Pada intinya, karya ini tidak membahas secara detail mengenai apa yang dimaksud dengan anak dan orang tua serta bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana pembunuhan anak itu sendiri.
Karya keempat merupakan skripsi yang berjudul "Pembunuhan Massa! Menurut Hukum Islam dan 1-lukum Positif' oleh Dodi Wahyudi Jurusan Jinayah Siyasah Unversitas Islam Negeri Jakarta pada tahun 2004. Di dalam skripsi ini, menjelaskan mengenai tinjauan hukum islam dan hukum positif tentang pembunuhan terutama pembunuhan secara massal.
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif' oleh Ahmad Uluwan pada tahun 2004. Karya di atas juga membahas mengenai pembunuhan, akan tetapi lebih menitikberatkan kepada pembunuhan yang subjek hukumnya adalah anak.
Karya terakhir adalah skripsi dengan judul "Analisa Hukum Islam Tentang Hukuman Seumur Hidup Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan" oleh Yuliati Roswita pada tahun 2005. Di dalam karya ini, membahas mengenai bagaimana pandangan hukum islam terhadap hukuman yang berbentuk seumur hidup dalam tindak pidana pembunuhan.
Oil ihat dari karya-karya di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa belum ada karya yang membahas mengenai tindak pidana pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana positif dan hukum pidana islam
E. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan oleh penulis adalah deskripif analisis yang berusaha memberikan pemecahan masalah dengan pengumpulan data, menyusun, mengklasifikasikannya dan menganalisa data sehingga dapat diambil jawaban atas pertanyaan dan ditariklah suatu kesimpulan.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang data-datanya diungkapkan melalui kata-kata, norma atau aturan-aturan atau data kualitatif Data-data yang diambil merupakan pendapat atau doktrin para ahli hukum atau normatif dengan tujuan agar dapat menggambarkan masalah dengan baik berdasarkan keberadaan data-data tersebut sehingga dapat diambil kesimpulannya atau dapat juga disebut dengan 、・ウォイゥーエゥエセN@
2. Sumber Data Penelitian ·
Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian m1 adalah Sumber Data Sekunder, yang terdiri dari :
a. Bahan Primer yang digunakan, yaitu : karya, literature, norma atau aturan yang membahas langsung masalah ini yang dibahas judul skripsi ini. Seperti KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana), Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan norma-norma lainnya.
b. Bahan Sekunder yang digunakan, yaitu : buku-buku mnum, karya atau literatur lain yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Seperti Undang-Undang Nomor I tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan lain-lain.
3
c. Bahan Tertier yang digunakan, yaitu : bahan-bahan yang merupakan pelengkap dari bahan primer dan bahan sekunder, yaitu buku-buku tafsir, terjemahan dan lain-lain4•
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah rise! kepustakaan, yaitu dengan melihat atau membaca, meneliti dan mempelajari dokumen dan data-data yang diperoleh dari karya - karya atau literatur dan referensi yang berhubungan denganjudul skripsi ini5•
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan seluruhnya adalah metode kualitatif, yaitu menganalisis masalah berdasarkan data-data yang didapat dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang didapat dari buku-buku, karya-karya, literatur atau norma-norma dengan bersifat Penelitian deskriptif, yaitu dengan menggambarkan perrnasalahan yang ada, mencari data-data yang reievan, menyeleksinya dan mengambil kesirnpulan dari data-data tersebut.
Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Teknik Analisis Kornparatif secara Kualitatif. Alasan penulis rnenggunakan teknik ini adalah penulis ingin mernbandingkan tinjauan hukum pidana positif dan hukum pidana islarn terhadap permasalahan pada penelitian ini6•
4
Sunggono, Ban1bang, loc.cil
5
Sunggono, Bambang, foe.cit,
6
5. Teknik Penulisan
Adapun mengenai teknik penulisan karya tulis ini, penulis mengacu kepada buku Pedoma11 Penulisan Skripsi yang disusun oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun 2007.
F. Sistematilrn Penulisan
Untuk mempermudah proses dalam penulisan penelitian ini, rnaka penulis membuat kerangka yang sistematik untuk membentuk pola dasar pembahasan skripsi dalam bentuk bab-bab yang terdiri dari :
BAB I
BAB II
BAB lII
pendahuluan, diawali dengan latar belakang masalah berisi penjelasan, data-data yang dijadikan alasan bagi penulis dalarn memilih pembahasan ini., pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
berisi tinjauan umum hukum pidana islam dan hukum pidana positif mengenai konsep tindak pidana, jenis-jenis tindak pidana dan lain-lain.
BABIV
BABY
: bab ini merupakan pembahasan ularna dalarn penelitian ini berisi Pengertian Anak dan kedudukannya di dalam tinjauan kedua hukurn tersebut. Pengertian, Bentuk-bentuk serta Sanksi bagi Tindak Pidana Pembunuhan serta Analisis Perbandingan. : merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan atau
MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF
A. Pengertian Tindak Pidana
Jstilah tindak pidana, di dalam hukum pidana Islam sendiri ada dua
kata yang cukup mewakili kata tersebut, yaitu jinaynh dan jarimah.
Jinayah 4-:i !4merupakan bentuk mashdar dari kata " 4-:i
14 -
セ@-
セLLNN@".
Menurut istilah adalah hasil perbuatan seseorang yang terbatas pada perbuatan
yang dilarang dan pada umumnya, para fuqaha menggunakan istilah tersebut
hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa seperti
pemukulan dan pembunuhan. Selain itu, para fuqaha memakai istilah tersebut
pada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan
qishash.7
Sedangkan jarimah, menurut Al-Mawardi adalah :
Artinya: "Segala larangan syara' (melakukan hal-hal yang dilarang dan atau meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan
hukum had a tau takzir ".
Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan
yang dilarang atau meninggalkan suatu perbuatan yang telah diperintahkan.
Dengan melihat kedua pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan
7
bahwa pada dasarnya pemakaian istilah tindak pidana dalam hukum pidana
islam dengan menggunakan kata jinayah atau jarimah adalah sama.
Di dalam hukum pidana positif, " Tindak Pidana" terdiri dari dua kata,
yaitu kata "tindak" dan kata "pidana". Kata "tindak" berasal dari bahasa Jawa
yang berarti perbuatan, tingkah laku, kelakuan, sepak terjang sedangkan kata
"pidana" artinya adalah kejahatan, kriminal dan pelanggaran.8
lstilah tindak pidana sendiri merupakan hasil terjemahan dari kata
Strajbaar feit yang berasal dari bahasa Belanda yang merupakan istilah yang
dipakai dalam wetbvek van strafrecht atau kitab undang-undang hukum
pidana (KUHP). Ada banyak pendapat mengenai pengertian dari tindak
pidana atau Strajbaar feit ini, diantaranya adalah :
I. 1-Jazcwinkel-Suringa telah membuat teori yang menyatakan bahwa
rumusan umum dari "Strajbaar feit" adalah "suatu perilaku manusia yang
pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam sesuatu pergaulan hidup
tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum
pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang
terdapat di dalamnya".9
2. Profesor Simmons merumuskan "Strajbaar feit" sebagai berikut "suatu
tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun
tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan
'W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 1074
9
atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum".10
3. Prof. Moeljatno mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sangsi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. 11
Dilihat dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli saijana hukum maka dapat disimpulkan bahwa Strajbaar feit atau tindak pidana adalah perbuatan yang bertentangan atau melawan hukum dan diancam dengan pidana yang dilakukan oleh orang yang mampu hcrtanggungjawab atas perbuatannya.
B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana
Menurut Ahmad Hanafi, M.A, di dalam hukum pidana !slam, bentuk-bentuk tindak pidana atau jarimahnya Ginayah) dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
I. Dilihat dari berat atau ringannya hukuman dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Jarimah Hudud adalah jarimah yang diancamkan dengan hukuman had, yaitu hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya serta merupakan hak Tuhan. Jarimah hudud ini ada tujuh macam, yaitu zina,
qadzaf (tuduhan palsu zina), mengkonsumsi minuman keras (syurh
al-IO Ibid, h. 181
khamr), mencun, pembegalan I perampokkan (hirabah), murtad dan
pemberontakkan.
b. Jarimah Qisas-Diyat adalah jarimah yang diancam dengan
hukuman-hukuman yang telah ditentukan batasnya dan tidak mempunyai batas
terendah atau tertinggi tapi telah menjadi hak perseorangan. Jarimah
qisas-diyat mt ada lima macam. yaitu pembunuhan sengaja.
pembunuhan semi sengaja, pembunuhan karena kesalahan.
penganiayaan sengaja dan penganiayaan tidak sengaja.
c. Jarimah Ta'zir adalah jarimah yang ancaman hukumannya bertujuan
untuk memberikan pengajaran dan yang berwenang menetapkan dan
menjatuhkan hukuman tersebut adalah para penguasa.
2. Dilihat dari niat si pelaku, dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Jarimah Sengaja adalah si pelaku dengan sengaja melakukan
perbuatannya sedangkan dia tahu bahwa perbuatannya itu di larang
(salah).
IJ. Jarimah Tidak Sengaja adalah si pelaku tidak sengaja melakukan
perbuatan yang dilarang tetapi perbuatan itu terjadi sebagai akibat dari
kekeliruan.
3. Dilihat dari cara menge1jakannya, dibagi menjadi dua:
a. Jarimah Positif adalah jarimah yang terjadi karena mengerjakan suatu
perbuatan yang dilarang seperti mencuri, zina dan sebagainya.
b. Jarimah Negatif adalah jarimah yang terjadi karena tidak melakukan
4. Dilihat dari orang yang menjadi korban, dibagi menjadi :
a. Jarimah Perseorangan adalah jarimah yang penjatuhan hukumannya bertujuan untuk melindungi kepentingan perseorangan. Seperti pencurian.
b. Jarimah Masyarakat adalah jarimah yang penjatuhan hukumannya bertujuan untuk menjaga ketentraman masyarakat. Seperti pembegalan atau perampokkan.
5. Dilihat dari sifat kekhususannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu jarimah biasa dan jarimah politik. Pembedaan dari kedua jarimah ini terletak pada motif yang mengikuti perbuatan tersebut. Pembedaan jarimah ini pun di latar belakangi dari peristiwa sejarah, tentang adanya jarimah-jarimah yang dilakukan dengan motif politis.12
Di dalam hukum pidana positif, pada hakekatnya, tindak pidana dibedakan menjadi dua yaitu keja:1atan dan pelanggaran. Pembagian ini muncul di dalam KUHP Belanda pada tahun 1886 yang kemudian tetap ada pada K UHP Indonesia pada tahun 1918. Dasar pembedaan ini, menurut para sarjana karena sejak semula dapat dirasakan mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum sebelum para pembuat undang-undang menyatakannya di dalam undang-undang atau disebut dengan delik hukum dan mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum setelah dinyatakan di dalam undang-undang atau disebut juga dcngan delik undang-undang. Pembeda lainnya adalah pada berat atau ringannya pidana yang diancamkan.
12
Dalam tindak kejahatan, diancamkan pidana yang berat seperti mati
sedangkan untuk tindak pelanggaran maka diancam dengan sanksi yang
ringan. Namun, dalam perkembangannya telah terjadi kesulitan dalam
pembedaannya antara kejahatan dan pelanggaran karena baik kejahatan
maupun pelanggaran dapat diancam dengan pidana penjara atau pun denda. 13
Kriteria pembagian tindak pidana yaitu kejahatan dan pelanggaran
pada akhirnya tidak menghasilkan kesepakatan diantara para ahli sarjana
hukum sehingga muncullah pembagian-pembagian tindak pidana berdasarkan
jenis-jenis tertentu, yaitu :
a. Cara perumusannya
Yaitu delik formal dan delik materiil. Delik formal adalah tindakan yang
dilarang tanpa mempersoalkan akibat dari tindakan itu. Contohnya dalam
tindakan pencurian, selama unsur-unsur pada pasal 362 KUHP sudah
terpenuhi maka tidak dipersoalkan lagi apakah tindakannya sudah selesai
atau belum atau apakah korban merasa rugi atau tidak.
Delik materiil adalah tindakan yang selain dilarang juga harus ada akibat
yang timbul dari tindakan tersebut sehingga dapat dikatakn telah terjadi
tindak pidana sepenuhnya. Contohnya dalam hal pembunuhan.
b. Cara melakukan tindak pidana
13
S.R Sianturi, Asas-asas llukum Pidana /Ji Indonesia dan J>enerapannya, (Jakarta, Alumni
Dibagi menjadi tiga, yaitu delik komisi (delicta commissionis), delik omisi
(delicta ommissionis) dan delik campuran (delicta commissionis per
ommissionem commissa).
Delik komisi adalah tindakan aktif (active handeling) yang dilarang dan untuk pelanggarannya diancam pidana. Contoh : dilarang membunuh (Pasal 338), dilarang mencuri (Pasal 362) dan lain-lain.
Delik omisi adalah tindakan yang pasif (passive handeling). Tindakan yang diharuskan untuk dilakukan dan j ika tidak dilakukan akan di an cam dengan pidana. Contoh: Wajib melaporkan kejahatan tertentu (Pasal 164), memberikan pertolongan kepada orang yang berada dalam bahaya (Pasal 531).
Delik campuran adalah tindakan yang terdiri dari tindakan komisi dan omisi sekaligus. Contoh : membiarkan orang yang masih wajib ada di dalam pemeliharaannya sehingga mengakibatkan kematian orang tersebut (Pasal 306).
c. Dilihat dari ada atau tidaknya pengulangan atau kelanjutannya
Delik Mandiri adalah jika tindakannya hanya dilakukan satu kali saja sedangkan delik berlanjut atau sama yang berulang adalah jika tindakan yang sama dilakukan berulang seperti pemegang kas yang tiap hari menggelapkan uang sedikit demi sedikit sampai akhirnya dia tertangkap. d. Dilihat dari berakhir atau berkesinambungan suatu delik
berkesinambungan adalah delik yang terjadi karena meneruskan sesuatu
yang dilarang.
e. Dilihat dari tindakan itu merupakan kebiasaan atau tidak
Delik yang merupakan kebiasaan adalah delik yang dilakukan secara terus
menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan sedangkan yang dimaksud
dengan delik yang bukan kebiasaan adalah delik sebagai pekerjaan artinya
satu perbuatan saja sudah cukup. Contoh : seorang dokter yang membuka
praktek tanpa izin.
f. Dilihat dari hal-hal yang dapat memberatkan atau meringankan pidana
Hal-ha! yang dapat memberatkan pidana seperti pencurian dengan
penganiayaan sehingga ancaman hukumannya dapat diperberat sedangkan
hal-hal yang meringankan seperti pelaku langsung menyerahkan diri dan
mengakui kesalahannya. Hal-ha! seperti ini dapat dijadikan pertimbangan
bagi seorang hakim dalam memutuskan perkara.
g. Dilihat dari bentuk kesalahan dari pelaku. Dibagi sebagai delik sengaja
dan delik alpa.
h. Dilihat dari tindakan tersebut mengenai hak hidup negara, ketatanegaraan
atau pemerintahan. Yang dimaksud dalam delik ini adalah adanya
pembedaan antara delik umum dengan delik yang berkaitan dengan
politik atau pemerintahan.
1. Dilhat dari perbedaan subjek.
Dibagi menjadi delik khusus (delict propria) dan delik umum (commune
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kualitas tertentu seprti delik
jabatan, delik militer dan lain-lain sedangkan delik umum (commune
delicten) adalah delik yang dapat dilakukan oleh semua orang tanpa
mensyaratkan adanya kualitas tertentu.
j. Dilihat dari cara penuntutan.
Dibagi menjadi dua, yaitu delik aduan (klacht delicten) dan delik tanpa
aduan (gewone delicten). Yang dimaksud dengan delik aduan adalah delik
yang hanya dapat dituntut jika adanya pengaduan dari orang yang merasa
dirugikan. Misalnya delik pers tentang pencemaran nama baik sedangkan
delik tanpa aduan adalah delik yang dapat dituntut tanpa perlu menunggu
adanya aduan dari pihak yang dirugikan. Misalnya delik pembunuhan.
Dengan melihat penjabaran dari bentuk-bentuk tindak pidana ditinjau
dari hukum pidana islam dan hukum pidana positif, dapat disimpulkan bahwa
pembagian bentuk tindak pidana pada tinjauan kedua hukum tersebut
mempunyai persamaan, akan tetapi pembagian bentuk tindak pidana pada
hukum pidana islam terlihat lebih ringkas dan lebih jelas dalam
memahaminya dibandingkan pada hukum pidana positif.
Di dalam suatu tindakan ataupun perbuatan pasti ada unsur-unsur yang
menyertainya. Keberadaan unsur-unsur ini sangat penting agar kita dapat
menentukan apakah suatu perbuatan itu dapat disebut sebagai tindak pidana
atau tidak. Menurut Ahmad hanafi dalam bukunya "Azas-Azas Hukum
Pidana" menjelaskan bahwa unsur-unsur umum pada tindak pidana di dalam
I. Adanya nash yang mclarang pcrbuatan dan mcngancamkan hukuman
terhadapnya atau disebut dengan unsur formal atau "Rukun Syar'i".
2. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa
perbuatan-perbuatan nyata atau pun sikap tidak berbuat dan unsur ini disebut dengan
unsur materiil atau "Rukun Maddi".
3. Pembuat adalah orang mukallaf, yaitu orang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban terhadap jarimah yang diperbuatnya dan unsur ini
disebut dengan unsur moril atau "Rukun Adabi".
Ketiga unsur di atas harus ada di dalam suatu jarimab, akan tetapi akan
ada juga penambaban unsur-unsur dalam tiap jarimab secara khusus sehingga
unsur-unsur khusus ini berbeda-beda pada bilangan dan macamnya.
Menurut Simmons, unsur-unsur dari tindak pidana di dalam hukum
pidana positif itu adalah :
l. diancam dengan pidana oleh hukum
2. bertentangan dengan hukum
3. dilakukan oleh orang yang bersalab
4. orang itu dipandang bertanggungjawab atas perbuatannya. 14
Sedangkan menurut Prof. Moljatno unsur-unsur yang lahir dari suatu
perbuatan adalah :
a. Kelakuan dan akibat
11
negara maka tidak ada pula kejahatan pejabat negara.
c. Unsur-unsur yang memberatkan pidana. Contohnya seperti penganiayaan.
Menurut Pasal 351 ayat (2) KUHP diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan tapi jika penganiayaan tersebut
menimbulkan Iuka-Iuka berat maka akan diancam pidana penjara lima
tahun.
d. Sifat melawan hukum dilihat dari perbuatannya atau objektif artinya
perbuataannya sendiri sudah mencerminkan perbuatan melawan hukum
tanpa harus dijelaskan lagi atau dibuat unsur-unsur lagi. Contohnya dalan
ha! pemberontakan. Dalam ha! ini, pemberontakkan sendiri sudah sangat
jelas melawan hukum sehingga tidak perlu dijelaskan lagi dengan
kata-kata bahwa perbuatan ini melawan hukum.
e. Sifat melawan hukum dilihat dari pelakunya atau subjektif. Dalam ha! ini
yang dimaksud adalah niat atau maksud dari si pelaku. Misalnya pada
tindak pidana pencurian, di dalam rumusan Pasal 362 KUHP unsur-unsur
yang merujuk kepada niat dari si pelaku yang mencuri untuk bisa
menguasai sebagian atau seluruhnya dari harta milik orang lain.
Jadi, dengan demikian bahwa unsur-unsur yang harus terdapat dalam suatu
tindak pidana antara hukum pidana Islam dan hukum pidana positif, pada
hukuman dan si pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya di
hadapan hukum.
C. Tujuan dan Sanksi Pidana
Pada setiap aturan hukum yang dilanggar pasti ada ancaman hukuman
yang mengiringinya. Pada hukum pidana Islam, hukuman dimaksudkan untuk
memelihara, menciptakan kemaslahatan manusia dan ditetapkan untuk
memperbaiki tiap-tiap orang agar dapat menjaga masyarakatnya.
Ttijuan pokok penjatuhan hukuman di dalam hukum pidana Islam ada
tiga macam, yaitu sebagai berikut :
I. Pencegahan
(-?-
jll .J to.JI) artinya menahan pembuat agar tidakmengulangi perbuatan jarimahnya atau agar ia tidak terns menerus
melakukannya karena dia mengetahui hukuman terhadap jarimah tersebut.
2. Pengaj aran serta pendidikan ( c,.y J セャNj@ )l..:i'il) artinya memberikan
pelajaran bagi pelaku dan orang lain tentang suatu jarimah sehingga dapat
menahan orang lain untuk tidak melakukannya. 15
Menurut Ahmad Hanafi dalam "Azas-Azas Hukum Pidana Islam"
hukuman itu sendiri dapat dibagi menjadi beberapa penggolongan dilihat dari
segi tinjauannya, yaitu :
I. Ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman dengan hukuman lain :
15
a. hukurnan pokok (uqubah asliyah), yaitu hukurnan asal bagi satu jarirnah. Seperti hukurnan potong tangan untuk pencurian.
b. hukurnan pengganti ('uqubah badaliyah), yaitu rnenggantikan hukurnan pokok apabila hukurnan pokoknya tidak dapat dilaksanakan karena alasan yang sah. Seperti hukurnan diyat sebagai pengganti hukurnan qisas.
c. hukurnan tarnbahan ('uqubah taba 'iyah), yaitu hukurnan yang mengikuti hukurnan pokok tanpa rnernerlukan keputusan secara tersendiri seperti Jarangan rnenerirna warisan bagi orang yang rnelakukan pernbunuhan terhadap keluarganya.
d. hukuman pelengkap ('uqubah takmiliyah ), yaitu hukuman yang rnengikuti hukurnan pokok dengan syarat ada keputusan tersendiri dari hakim dan syarat inilah yang rnembedakan antara hukurnan tarnbahan da1 hukurnan pelengkap. Seperti rnengalungkan tangan pencuri yang telah dipotong di lehernya.
2. Ditinjau dari segi kekuasaan hakirn dalarn penentuan berat rmgannya hukuman:
a. hukuman yang hanya mempunyai satu batas artinya tidak ada batas tertinggi atau terendahnya, seperti hukuman jilid sebaga hukuman had. b. hukuman yang mempunyai batas tertinggi dan terendah, dimana hakim diberikan kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai antara kedua batas tersebut.
a. hukuman yang telah ditentukan macam dan besarnya dan hakim harus
melaksanakannya tanpa dikurangi ataupun ditambah atau bahkan
diganti dengan hukuman yang lain. Hukuman ini dapat disebut dengan
"hukuman keharusan" ('uqubah lazimah ).
b. Hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk memilih sekumpulan
hukuman yang telah ditetapkan oleh syara' agar bisa disesuaikan
dengan keadaan pembuat dan perbuatannya atau dapat disebut dengan
"hukuman pilihan" ('uqubah mukhayyarah).
4. Ditinjau dari segi sasaran/tempat dilaksanakannya hukuman :
a. hukuman badan artinya hukuman yang dijatuhkan atas badan seperti
hukuman mati, dera, penjara dan lain-lain.
b. hukuman jiwa, yaitu hukuman yang dikenakan atas jiwa seseorang
bukan badannya seperti menegur, ancaman.
c. Hukuman harta, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada harta
seseorang seperti diyat, denda dan perampasan harta.
5. Ditinjau dari macamnyajarimah yang diancamkan hukuman :
a. hukuman hudud yaitu hukuman yang telah ditetapkan untuk jarimah
atau tindak pidana hudud.
b. hukuman qisas-diyat, yaitu hukuman yang telah ditetapkan untuk
jarimah qisas-diyat.
c. hukuman kifarat yaitu hukuman yang ditetapkan untuk sebagian
d. hukuman ta'z!r yaitu hukuman yang ditetapkan untuk jarimah atau tindak pidana ta'zlr. Hukuman takzir ini dapat berupa hukuman kurungan, mati atau denda dan lain-lain serta merupakan kewenangan dari hakim dalam menentukannya.
Di dalam hukum pidana positif, terdapat beberapa fase yang terjadi sebelum munculnya teori mengenai tujuan hukuman. Fase-fase tersebut adalah :
!. Fase balasan perseorangan atau individu, pada fase ini penuntutan hukuman terletak pada keluarga korban atau walinya atas dasar naluri membalas terhadap orang yang telah menyerang mereka. Pada fase ini tidak terdapat batasan sehingga terkadang pembalasannya melebihi dari perbuatan yang telah dilakukan.
2. Fase balasan Tuhan, yang dimaksud adalah bahwa pelaku harus menebus kesalahannya dengan tujuan agar pelaku merasa kapok dan orang lain tidak meniru perbuatannya, akan tetapi fase ini menyebabkan terlalu mudahnya menetapkan hukuman mati atas orang lain sehingga unsur keadilannya tidak terjaga.
3. Fase kemanusiaan, pada fase ini sudah mulai diterapkan prinsip-prinsip keadilan dan kasih sayang dalam mendidik dan memperbaiki diri pelaku. Selain itu, juga muncul teori dari sarjana italia, Beccaria yang mengatakan bahwa suatu hukuman harus dibatasi dengan keadilan dan kepentingan dan merupakan suatu kedzaliman jika suatu hukuman memlebihi apa yang diperlukan untuk melindungi masyarakat.
a. Hukuman mempunyai tugas dan tujuan ilmiah, yaitu melindungi masyarakat dari perbuatan jarimah dan mencegah seseorang untuk tidak mengulangi perbuatannya serla mencegah orang lain untuk meniru perbuatannya.
b. Penjatuhan hukuman harus berdasarkan pengamatan ilmiah dan praktis serta kenyataan yang terjadi, seperti faktor-faktor yang membuat pelaku melakukan jarimah.
e. Kegiatan masyarakat dalam menanggulangi jarimah selain kepada pelakunya juga kepada kondisi-kondisi yang menimbulkan jarimah terseb<1t.
5. Teori gabungan adalah teori yang muncul sesudah fase keilmuan dan teori inilah yang dipakai pada masa sekarang dalam penjatuhan hukuman. Teori gabungan ini adalah menyatukan teori tradisional yang berasaskan pikiran tentang keadilan dan kebebasan seseoamg dengan teori baru yang mendasarkan hukuman atas pembelaan masyarakat akibat jarimah-jarimah tersebut. Menurut teori tersebut, hukuman itu mempunyai dua tugas :
b. Membela masyarakat dengan cara mendasarkan hukuman pada
kecondongan pelaku melakukan jarimah serta keadaannya yang
membahayakan.16
Adanya sanksi merupakan wujud dari norma hukum. Keberadaan sanksi
adalah sebagai alat pemaksa agar seseorang mentaati norma-norma yang
berlaku.17 Tujuan dari adanya sanksi adalah :
I). Alat pemaksa, pendorong atau jaminan agar norma hukum ditaati oleh
semua orang.
2). Merupakan akibat hukum bagi orang yang melanggar norma hukum. 18
Keberadaan sanksi merupakan senjata pamungkas dalam menjaga
ketertiban di dalam masyarakat. Adanya suatu pelanggaran atau kejahatan
maka penentuan sanksi akan disesuaikan dengan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan tersebut. Penentuan ini diserahkan kepada negara dan dalam hal ini
adalab hakim. Sanksi dalam pidana menurut Pasal I 0 KUHP dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Pidana Pokok
I. pidana mati, pidana ini adalah pidana terberat diantara semua pidana.
Pidana ini diancamkan atas kejahatan yang sangat berat, seperti
pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP) dan pencurian dengan
kekerasan (pasal 365 ayat (4)).
16
Ahmad Hanafi, M.A, op.cit, h. 192
17
S.R Sianturi, Ibid, h. 28
18
2. pidana penjara, adalah hukuman yang membatasi kemerdekaan atau
kebebasan seseorang. Hukuman penjara ini lebih berat daripada
hukuman kurungan karena diancamkan atas berbagai kejahatan.
Hukuman penjara minimum satu hari dan maksimum penjara seumur
hidup. Hal ini diatur dalam pasal 12 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:
"(!). Pidana penjara adalah seumur hidup atau selama waktu tertentu
(2). Pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek adalah satu hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut.
(3). Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan untuk dua puluh tahun berturut-turul dalam hal kejahalan yang pidananya hakim boleh memilih antara pidana. mati, pidana seumur hidup dan pidana penjara selama waktu tertentu; begitu juga dalam hal batas lima belas tahun dapat dilampaui karena perbarengan (concursus), pengulangan (residivie) atau karena yang ditentukan dalam pasal 52 dan 52 a (L.N.
1958 no. 127)
(4). Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak bo!eh lebih dari dua puluh tahun".
3. pidana kurungan adalah hukuman yang lebih ringan daripada hukuman
penjara karena merupakan ancaman untuk pelanggaran atau kejahatan
karena kelalaian. Lamanya hukuman kurungan dibatasi paling sedikit
satu hari dan paling lama satu tahun.
4. denda, hukuman denda ini dapat diancamkan selain pada pelaku
pelanggaran juga diancamkan pada pelaku kejahatan yang adakalanya
sebagai alternatif atau kumulatif. Jumlah yang dapat dikenakan
minimum dua puluh lima sen dan jumlah maksimumnya tidak ada
ketentuannya. H ukuman denda ini dapat dilunasi oleh siapa pun, baik
dari pihak keluarga ataupun kenalan.
Pidana tambahan adalah hukuman yang hanya dapat dijatuhkan bersamaan dengan hukuman pokok dan hakim tidak mempunyai kewajiban untuk menjatuhkannya.
1. pencabutan hak-hak lertenlu, hal ini diatur dalam pasal 35 KUHP yang berbunyi:
"(l ). Hak-hak lerpidana yang dengan putusan hakim dapal dicabul dalam hal-hal yang ditentukan dalam Kilab Undang-undang ini, alau dalam aturan umum lainnya ialah :
I. Hak memegangjabalan pada umumnya alau jabatan tertenlu 2. Hak memasuki angkalan bersenjata
3. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aluran umum.
4. Hak menjadi penasehal (raadsman) atau pengurus menurut hukum (gerechelelijk bewindvoerder), hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu alau pengampu pengawas alas orang yang bukan anak sendiri;
5. I-lak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian alau pengampuan atas anak sendiri;
6. Hak menjalankan pencaharian (beroep) yang tertentu.
(2). Hakim tidak wenang memecat seorang pejabat dari jabalannya,
.i
ika dalam aturan-aluran khusus ditcntukan pcnguasa lain untuk pemecatan itu".Laman ya pencabutan hak tersebut diserahkan kepada keputusan hakim. 2. perampasan barang-barang lertentu adalah perampasan barang hasil
kejahalan atau barang milik terpidana yang digunakan untuk melaksanakan kejahatannya. Hal ini dialur dalam pasal 39 KUHP :
DAN HUKUM PIDANA POSITIF
A. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan
Pembunuhan lermasuk ke dalam dosa besar karena pembunuhan berarti tindakan yang membuat orang lain kehilangan nyawanya. Di dalam sejarah kehidupan umat manusia, pembunuhan pertama dilakukan oleh Qabil terhadap Habil. Keduanya adalah anak dari Nabi Adam a.s. Peristiwa tersebut dijelaskan oleh Allah di dalam Q.S Al··Maidah ayat 27-31 :
a;.;.::,
N⦅ウセセNMNZ\Z@
LセjANGZヲBZZゥ|jイ@
jセ@
41)>
:.tr.•
[Zセ@
0
J,,,,"';.:u
セ@
c;.:;.u
セ@
(::;.U .. J::fa;Y:,
Zs/jt
<;.J1)JI
LセLN[[@
セ@
0§i0f
」Lセヲ@
セセ@
Jli
セセヲ@
Artinya : "(27). Cerilakanlah kepada mereka klsah kedua putera Adam (flab ti
dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan
menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.(29). Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Jtulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.(30). Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.(31). kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara
orang-orang yang menyesal". (Q.S Al-Maidah: 27-31)
Allah S.W.T melarang tindakan pembunuhan dan ini terlihat dalam
beberapa firman Allah. Seperti :
Artinya : "Jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali denganhak... ". (Q.S.Al-An'am: 151)
Dan juga firman Allah lainnya :
( H · • . L....ili) ••• ゥセ「NHN@ NZ|QセL@ Qセケ@セ@ <' セ@ |AG[Lセ@ U · '1 セセMNNNNNZNjd@ ; ' I __,., v1' lA_,
,
Sebagai tindakan pidana yang dilakukan pertama kali antar umat manusia, Allah menetapkan hukuman yang sangat tegas, seperti yang dijelaskan pada ayat berikut:
Artinya : "Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan
gigi dan Iuka-Iuka pun ada qishash .... ". (Q.S Al-Maidah : 45)
Dilihat dari ayat di atas, selain menjelaskan tentang bagaimana tegasnya Allah menetapkan hukuman dalam tindakan pidana ini juga secara tidak langsung juga menjelaskan bahwa hukuman yang setimpal dalam tindak pidana pembunuhan tidak hanya terdapat di dalam Al-Qur'an tetapi juga terdapat pada kitab suci lainnya bahkan mungkin didalam seluruh agama di dunia ini dan hal ini juga menyiratkan bahwa hukuman yang ditetapkan dalam tindak pidana ini yaitu qishash dianggap paling adil untuk menghargai jiwa manusia yang sudah diambil atau dihilangkan nyawanya oleh orang lain.
Dalam bahasa arab, pembunuhan disebut J:iill dari kata '\):i§" yang bersinonim ...::.,\,,\ yang artinya mematikan.
Artinya : "Pembunuhan adalah perbualan manusia yang menghilangkan kehidupan yakni pembunuhan ilu dalah menghilangkan nyawa
. d b b b . l . " 19
manusza engan se a per uatan manusza yang am .
Pengertian pembunuhan menurut Zainuddin Ali adalah suatu aktivitas
yang dilakukan oleh seseorang dan/atau beberapa orang yang mengakibatkan
seseorang dan/atau beberapa orang meninggal dunia.20
Tindak pidana pembunuhan, di dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana termnasuk ke dalam kejahatan terhadap nyawa. Kejahatan terhadap
nyawa (misdrijven tegen het !even) adalah berupa penyerangan terhadap
nyawa orang lain.21 Pembunuhan sendiri berasal dari kata bunuh yang berarti
mematikan, menghilangkan nyawa. Membunuh artinya membuat supaya mati.
Pembunuh artinya orang atau alat yang membunuh dan pembunuhan berarti
perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh. Suatu perbuatan dapat
dikatakan sebagai pembunuhan adalah perbuatan oleh siapa saja yang dengan
sengaja merampas nyawa orang lain. 22
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian pembunuhan pada dasarnya adalah suatu perbuatan seseorang yang
dapat mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain, terlepas dari unsur
kesengajaan atau tidak.
19
Audah, Abd Al-Qadir, At-Tasyri' Al-Jinaiy Al-Jslamiy, (Beirut: Dar Al-Kitab Al-Arabi, tanpa tahun), h. 6
20
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2007), h. 24
21
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tuhuh dan Nyawa,( Jakarta, P.T RajaGraftndo Pcrsada, 2002), h. 55.
22
B. Bentnk-bentuk Tindak Pidana Pembunuhan
Suatu perbuatan tindak pidana tidak hanya mengenai satu tindakan
tetapi dapat menjdi berbagai macam jenis tergantung dari unsur-unsur yang
terdapat di dalam perbuatan tersebut.
Tindak pidana pembunuhan di dalam hukum pidana islam dapat dibagi
ke dalam tiga jenis, yaitu :
I. Pembunuhan sengaja yaitu suatu perbuatan penganiayaan terhadap
seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawanya. Pembunuhan
sengaja ini merupakan perbuatan yang haram dan Allah berfirman :
Artinya : "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dzalim maka sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan ". (Q.S Al-Isra' : 33)
Dan bahkan Allah pun menyatakan bahwa seseorang yang membunuh
orang lain sama dengan dia membunuh seluruh manusia dalam salah satu
セMMZMセNBGi@
.-lil · -nt•1,l;,; ':'
HL\セQ@·t ....
セZMャlQ\QGNG@·'=;t;..
セNNNNNZNNNNjセセ\NNヲNjL@ セ@ .. Nセ@ v.>::->
u,_...;.. .,_. "
.J....+' .(l'Y:•.i.iWI)
Artinya : "Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa barangsiapa membunuh seorang manusia bukan karena bukan karena orang itu (membunuh) yang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa memelihara kehidupan seseorang, maka seakan-akan dia telah
memelihara kehidupan manusia seluruhnya ". (Q.S Al-Maidah
: 32)
Nabi Muhammad S.A. W dalam haditsnya menyatakan sebagai berikut :
.iii :\...:.._! 04 U":ll セ@ 0:/-! '-!j& .iii セ@ セ@ ..b セ@ セ@ セ@ yl J:;§ セ@ 0 \,;I 04
(->"" LJil ,-p セQ@ •l,u) Artinya "Barangsiapa menolong alas pembunuhan terhadap seorang
muslim dengan sepatah kata, maka (di akhirat) bertemu Allah dengan dahi bertuliskan 'Orang yang putus asa dari rahmat
Allah"'. (H.R Baihaqi dari lbn Umar).
Unsur-unsur yang terdapat pada pembunuhan sengaja adalah :
a. Korban adalah orang yang hidup, artinya adalah bahwa korban itu adalah manusia yang hidup ketika terjadi pembunuhan walaupun dia sedang sakit parah. Menurut Ors. H. Ahmad Wardi Muslich di dalam buku "Hukum Pidana Islam", selain syarat bahwa korban itu hidup juga ditambahkan bahwa korban adalah orang yang mendapatkan jaminan keselamatan oleh negara artinya korban merupakan seorang warga negara yang dilindungi.
kematian. Hubungan antara kematian dan perbuatan seseorang ini
juga harus jelas menerangkan bahwa akibat dari perbuatan seseorang
tersebut adalah kematian bagi orang lain begitu juga sebaliknya dan
jika kaitan diantaranya terputus maka pelaku dapat dianggap tidak
dengan sengaja menbunuh dan menyebabkan penjatuhan hukuman
yang berbeda.
Selain itu juga berhubungan dengan alat yang digunakan. Yang
dimaksud dengan alat disini adalah alat yang pada umumnya dapat
mematikan sedangkan menurut Imam Malik, setiap cara atau alat yang
mengakibatkan kematian dianggap sebagai pembunuhan jika
dilakukan dengan sengaja.
c. Ada niat dari si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban. Menurut
para ulama niat memegang peranan yang sangat penting dalam
pembunuhan sengaja dan karena niat itu tidak terlihat maka dapat
diperkirakan niat dari si pelaku melalui alat yang digunakan.
2. Pembunuhan semi sengaja yaitu perbuatan penganiayaan terhadap
seseorang tidak dengan maksud membunuhnya tetapi malah
mengakibatkan kematian. Ada tiga unsur dalam tindak pidana
pembunuhan jenis ini adalah :
a. Pelaku melakukan sesuatu dalam bentuk apa pun yang mengakibatkan
kematian korban.
b. Ada maksud penganiayaan atau permusuhan, artinya pada dasarnya
c. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan pelaku dengan kematian
si korban, yaitu penganiayaan yang dilakukan si pelaku telah
menyebabkan kematian korban secara langsung atau merupakan sebab
yang membawa kematiannya.
3. Pembunuhan karena kesalahan. Pada dasarnya, unsur-unsur yang terdapat
di dalamnya adalah :
a. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian
b. Terjadinya perbuatan karena kesalahan. Ukuran kesalahan di <lalam
hukum pidana Islam adalah kelalaian atau kurang hati-hati atau merasa
tidak akan terjadi apa-apa.
c. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan
kematian korban. Harns dapat dicari hubungan yang dapat
menerangkan bahwa kematian korban akibat dari kesalahan pelaku.
Dalam tindak pidana jenis ini ada tiga kemungkinan, yaitu :
i. Bila si pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu perbuatan
dengan tanpa maksud melakukan suatu kejahatan tetapi
mengakibatkan kematian seseorang. Kesalahan seperti ini disebut
salah dalam perbuatan (error in concrito).
ii. Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat
membunuh seseorang yang dalam persangkaannya boleh dibunuh
namun ternyata orang tersebut tidak boleh dibunuh, misalnya
peperangan tetapi ternyata adalah kawan sendiri. Kesalahan m1
disebut salah dalam maksud (error in objecto ).
iii. Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan tetapi akibat
kelalaiannya dapat menimbulkan kematian, seperti seseorang
terjatuh dan menimpa bayi yang berada di bawahnya hingga mati. 23
Di dalam hukum pidana positif, tindak pidana pembunuhan atau kejahatan
terhadap nyawa ini dikelompokkan atas 2 dasar, yaitu : atas dasar
kesalahannya dan atas dasar objeknya (nyawa). Atas dasar kesalahannya,
dapat dibagi menjadi :
l. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan scngaja (do/us
misdrijven) .
pembununan dalam bentuk sengaja ini dapat dibagi lagi menjadi 7 jenis,
yaitu :
a. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok {Pasal 338) dengan ancaman
hukuman 15 tahun penjara. Unsur-unsurnya terdiri dari:
I). Unsur objektif : perbuatannya adalah menghilangkan nyawa dan
objeknya adalah nyawa orang lain
2). Unsur subjektif : dengan sengaja
b. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana
lain (pasal 339) dengan ancaman penjara seumur hidup atau penjara 20
tahun. Unsur-unsur yang terdapat pada pembunuhan jenis ini adalah :
23
I). Semua unsur yang ada pada pembunuhan biasa dalam bentuk pokok.
2). Yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain
3). Pembunuhan dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan, mempermudah pelaksanaan tindak pidana lain dan jika tertangkap tangan bertujuan untuk menghindarkan diri sendiri ataupun orang lain yang ikut terl ibat atau untuk memastikan penguasaan benda yang didapatkannya dengan cara melawan hukum.
c. Pembunuhan Berencana (pasal 340) diancam dengan pidana penjara seumur hid up atau selama 20 tahun. Unsur-unsurnya adalah :
1 ). Unsur objektif : perbuatannya adalah menghilangkan nyawa dan objeknya adalah nyawa orang !ain
2). Unsur subjektif dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
d. Pembunuhan bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan oleh ibunya.
maka adanya suatu keputusan yang telah diambil sebelumnya yaitu
membunuh bayi itu.
e. Pembunuhan atas permintaan korban (pasal 344) diancam dengan
pidana penjara 12 tahun. Unsur-unsurnya adalah :
I). Perbuatannya adalah menghilangkan nyawa
2). Objeknya adalah nyawa orang lain
3). Atas permintaan dari korban itu sendiri
4). Yang jelas dinyatakan dengan sungguh-sungguh
f. Pembunuhan berupa penganjuran atau pertolongan pada bunuh diri
(pasal 345), diancam dengan pidana penjara 4 tahun kalau orang
tersebut jadi bunuh diri. Unsur-unsurnya adalah :
I). Unsur objektif : perbuatannya adalah mendorong, menolong atau
memberikan sarana kepada orang untuk bunuh
diri dan kemudian orang tersebut jadi bun uh diri.
2). Unsur subjektif : dengan sengaja
g. Pembunuhan kandungan atau pengguguran (pasal 346-349). Dilihat
dari subjek hukumnya maka pembunuhan jenis ini dapat dibedakan
menjadi:
I). Yang dilakukan sendiri (pasal 346) diancam penjara 4 tahun
2). Yang dilakukan oleh orang lain atas persetujuannya (pasal 347)
3). Yang dilakukan oleh orang lain yang mempunyai kualitas tertentu
seperti dokter, bidan dan juru obat baik atas persetujuannya
ataupun tidak.
2. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan tidak sengaja (cu/pose
misdrijven) terdapat pada pasal 359 dengan unsur-unsur sebagai berikut:
a. adanya unsur kelalaian atau culpa dalam bentuk kekurang hati-hatian.
b. adanya wujud perbuatan tertentu
c. adanya kematian orang lain
d. adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dan akibat kematian
1 . 24 orang am.
Sedangkan atas dasar objeknya, dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
I. kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, dimuat pada pasal
338-340 dan pasal 344-345.
2. kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah
dilahirkan, dimuat pada pasal 341-34 3.
3. kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada di dalam kandungan lbu
ataujanin, dimuat pada pasal 346-349.
C. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan
Sanksi dari tindak pidana pembunuhan di dalam hukum pidana islam
ada beberapa jenis. Garis besarnya adalah hukuman itu terdiri dari hukuman
24
pokok, hukuman pengganti dan hukuman tambahan. Hukuman pokok pada tindak pidana pembunuhan adalah qisas. Apabila dimaafkan oleh keluarga korban, maka hukuman penggantinya adalah diyat dan jika sanksi qishash atau diyat itu dimaafkan maka akan ada hukuman takzir dan hukuman tambahan yang dimaksud adalah seperti pencabutan hak waris.
Hukuman yang dijatuhkan untuk masing-masing jenis pembunuhan juga berbeda, yaitu sebagai berikut :
1. Hukuman Pembunuhan Sengaja
Hukuman pokoknya adalah q1sas atau balasan setimpal. Yang dimaksud dengan balasan setimpal adalah perbuatan yang mengakibatkan kematian maka balasannya juga kematian. Hal ini berdasarkan firman Allah S. W.T pada Q.S Al-Baqarah ayat 178-179:
Artinya
セェ@
セ⦅GANjヲ@
y11"
LュNゥNエAᄋセ@
セ@ ・^GQ[」|セ@
..
セセNZ[ェ@
セNjN[L@
,. ,.. > セ@ ,.. .,.t: ... { .JJ
( I VA-\ V セ@ :
•fa.
GゥゥIセ@;)_,a!;
r
f-..(;J NLNNN[jセi@ ェL[セ@oj?-: "Hai orang-orang yang beriman ditetapkan atasmu qishash
qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hari
orang-orang yang berakal supaya kamu bertakwa. (179) ". (Q.S
Al-Baqarah : 178-179)
Apabila qisas tidak dilaksanakan baik karena tidak memenuhi syarat-syarat pelaksanaannya maupun mendapatkan maaf dari keluarga korban maka hukuman penggantinya adalah dengan membayar diyat berupa I 00 (seratus) ekor unta kepada keluarga korban. hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad S.A.W kepada penduduk Yaman:
"t\ o ·\
J
\セNi|@ Lil I · Gᄋ|G}|セLッNu|jTNNゥオ@ · '.lti§U..· セiᄋᄋGᄋ|@u=-- ( S ' <..J .J .,,... セ@ - .J セケ@ <..J .:r -·UC. Y' . <.>" <..J
( .i..:..l .Ju l.p. c).11 LTNNTNャセ@ c).11
,ts
t...l.11 ,j.Jj..9il olJJ) •••• {..),']\ LJ-" :i,,; l.. 4_;.l.11Artinya : "Sesungguhnya barangsiapa yang membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang sah dan ada saksi, ia harus diqishash kecuali
apabila keluarga korban merelakan (memaajkannya) dan
sesungguhnya dalam menghilangkan nyawa harus membayar diyat
berupa seratus ekor unta ". (H.R Abu Daud, Al-Nasa'i, lbnu
Khuzaimah, lbnu Hibban dan Ahmad )
Walaupun sudah ada hukuman pengganti yang berbentuk diyat namun dalam pelaksanaannya diserahkan kembali kepada keluarga korban, apakah akan menuntut hukuman diyat itu atau tidak namun pelaku akan tetap dikenai hukuman tambahan atau kifarat yang merupakan hak dari Allah.
kehilangan hak mewarisi dari yang dibunuhnya. Sesuai dengan hadits
Nabi:
Artinya : "Si pembunuh tidak boleh mewarisi harta orang yang dibunuhnya ". (H.R An-Nasa'I dan Daruquthni)
2. Hukuman Pembunuhan Semi Sengaja
Hukuman pokoknya adalah diyat mughalladzah artinya diyat yang
diperberat. Dasar dari hukuman diyat mughalladzah ini adalah :
Artinya : "Jngatlah, sesungguhnya diyat kekeliruan dan menyerupai sengaja yaitu pembunuhan dengan cambuk dan tongkat adalah seratus ekor unta, diantaranya empat puluh ekor yang di dalam
perutnya ada anaknya (sedang bunting) ". (H.R Abu Daud,
Nasa'i, lbnu Majah dan dishahihkan oleh lbnu Hibban).
Perbedaan antara diyat pembunuhan sengaja dengan pembunuhan semi
sengaja terletak pada pembebanan dan waktu pembayaran. Pada
pembunuhan sengaja, diyat dipikul oleh pelaku sendiri dan
pembayarannya tunai sedangkan pada pembunuhan semi sengaja, diyat
dibebankan kepada keluarga pelaku atau aqilah dan pembayarannya dapat
diangsur selama tiga tahun.
Hukuman kifarat terhadap pembunuhan semi sengaja adalah
memerdekakan hamba sahaya dan dapat diganti dengan berpuasa selama
pengampunan maka pelaku akan dikenakan hukuman takzir yang
diserahkan kepada hakim yang berwenang sesuai dengan perbuatan si
pelaku. Hukuman tambahan pada pembunuhan semi sengaja sama dengan
hukuman tambahan pada pembunuhan sengaja, yaitu tidak dapat mewarisi
dari orang yang telah dibunuhnya.
3. Hukuman Pembunuhan karena Kesalahan
Hukuman pokok yang dijatuhkan adalah diyat mukhaffafah, yaitu diyat
yang diperingan. Keringanan tersebut dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :
a. Kewajiban pembayaran dibebankan kepada aqilah (keluarga).
b. Pembayaran dapat diangsur selama tiga tahun
c. Komposisi diyat dibagi menjadi lima kelompok :
20 ekor anak sapi betina, berusia 1-2 tahun
20 ekor sapi betina yang sudah besar
20 ekor sapi jantan yang sudah besar
20 ekor unta yang masih kecil, berusia 3-4 tahun
20 ekor unta yang sudah besar, berusia 4-5 tahun
Hukuman pokok lainnya adalah dengan memerdekakan hamba sahaya
atau diganti dengan berpuasa dua bulan berturut-turut dan hukuman
tambahan adalah tidak dapat mewarisi harta dari orang yang telah
dibunuhnya walaupun pembunuhannya karena kesalahan.
Sanksi dalam pembunuhan pada hukum pidana positif adalah sebagai berikut :
I. Pembunuhan Sengaja, dalam bentuk umum atau pokok diatur dalam
"Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang Iain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun".
2. Pembunuhan Berencana, diatur dalam pasal 340 KUHP :
"Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana
(moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun".
3. Pembunuhan Tidak dengan Sengaja. Diatur dalam pasal 359 KUHP:
"Barangsiapa karena kealpaannya menyeba