• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya ditinjau dari hukum pidana islam dan hukum pidana positif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya ditinjau dari hukum pidana islam dan hukum pidana positif"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

DAN HUKUM PIDANA POSITIF

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh: Puti Ramadhani NIM: 104045101563

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAY AH SIY ASAH FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

(2)

DAN HUKUM PIDANA POSITIF

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana 1-lukum Islam (SHI)

Oleh:

Puti Ramadhani NIM: 104045101563

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing II

セセセセM

Dedy Nursamsi, SH, M.Hum

KONSENTRASI PIDANA ISLAM PROGRAM STUD I JINA Y AH SIY ASAR

FAKULT AS SY ARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

TUANYA DITINJAU DARI HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITlF telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Unversitas Islam Negeri (UIN) Syarif i-lidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat mcmperolah gelar Sarjana Hukum !slam (SHI) pada Program Studi Pidana Islam.

PANITIA UJIAN

Jakarta, 23 Juni 2008 Mengesahkan,

s Syari'ah dan Hukum

Prof.D .H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

I. Ketua : Asmawi, M.Ag NIP. i50 282 394 2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag

NIP. 150 282 403 3. Pembimbing I : Asmawi, M.Ag

4. Pembimbing II

5. Penguji I

6. Penguji 11

NIP. 150 282 394

: DedyNursamsi, SH, M.Hum

Hセ@

..

セNMNセ@

NIP.150264001 . ( _

セ[Oセ@

セ@

-

..

{/'")

GセM

:Prof. Dr.H.M. Abduh Malik _ . . Mセ@ _

NIP. 150 094 391

: Drs. Abu Tamrin, SH, M.Hum NIP. 150 274 761

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur yang tiada hentinya kepada kehadirat Allah SWT,

yang telah memberi penulis kemudahan dari setiap kesulitan yang datang dan

kekuatan yang tidak terduga dari setiap kelemahan yang menerpa. Atas rahmat dan

karunia dari-Mu, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan diwarnai dengan

ujian, emosi, kesabaran dan kekuatan dan juga shalawat dan salam kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai nabi yang membawa rahmat bagi seluruh umat.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dan semangat dari berbagai pihak dan untuk itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat :

I. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM, Dekan Fakultas Syari'ah

dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Asmawi M.Ag, Ketua Program Studi Jinayah Siayasah dan Sri Hidayati, M.Ag,

Sekretaris Program Studi Jinayah Siayasah atas kesabaran dan waktunya dalam

menghadapi semua pertanyaan penulis. Kepada para dosen yang telah

memberikan ilmu, tenaga dan waktu yang luar biasa kepada penulis selama ini,

terutama untuk Bapak Sudirman Abbas dan Bapak Ayang Utriza yang selalu

memberikan motivasi, Bapak Prof.Dr.H.M. Abduh Malik dan Bapak M. Nurul

(5)

Rozi, Husni, Agus, Hilmi, Jrna, Novi, Zulfah dan Reva.

8. Kepada seluruh guru-guru yang pernah mengajar penulis. Skripsi ini merupakan

bentuk terima kasih dan penghargaan tertinggi penulis atas jasa-jasa para guru

selama ini.

Demikian ucapan terima kasih dari penulis dan penulis beharap scmoga segala

kebaikan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis juga berharap, semoga skripsi

ini bermanfaat bagi orang lain dan dapat menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Jakarta, 11 Juni 2008 M 07 Jumadil Akhir 1429 H

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISL ... .iv

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... I B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metode Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KONSEP TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF A. Pengertian Tindak Pidana ... 14

B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana ... 16

C. Tujuan dan Sanksi Pidana ... 25

BAB III TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF A. Pengertian Pembunuhan ... .34

(7)

C. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan ... .45

BAB IV TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TU ANY A

MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA

POSITIF SERTA ANALISIS PERBANDINGAN

A. Anak dan Kedudukannya

I. Pengertian Anak dan Hubungan Orang Tua dengan Anak ... 53

2. Perlindungan Anak ... 57

B. Pengertian Pembunuhan Anak oleh Orang Tuan ya ... 61

C. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya .. 65

D. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya ... 74

E. Analisis Perbandingan ... 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran-saran ... 87

(8)

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah harta yang tidak ternilai. Anak adalah karunia dan amanat

yang Allah titipkari kepada para orang tua untuk dijaga agar dapat menjadi

manusia-manusia yang berkualitas. Keberadaan anak yang merupakan

amanat itulah yang menjadikan anak sangat istimewa dan rumit dalam

menghadapinya dan Dia memberikannya kepada siapa saja yang

dikehendaki-Nya. Allah S.W.T berfirman:

Artinya "Dia memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, a/au Dia menganugerahkan kedua jenis lelaki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia merifadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. ". (Q.S Asy-Syuraa : 49-50)

Hubungan antara orang tua dan anak dianggap sangat penting karena

dari hubungan inilah tercipta manusia-manusia yang peduli sesama dan saling

menghormati. Hubungan yang tidak akan pemah terputus oleh kondisi

(9)

manusia. Hubungan dimana ada pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah baik bagi orang tua maupun bagi anak karena Allah tidak hanya menekankan pentingnya bersikap baik kepada orang tua tetapi juga menekankan pentingnya orang tua memperlakukan anaknya dengan baik, seperti pada firman Allah :

( I" ' : i.)"''il)

Artinya: "Danjanganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami !ah yang memberi rizki kepada mereka dan kepadamu.

Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar." (Q.S

Al-Israa: 31)

Negara juga mengaturnya hal tersebut dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 13, ayat 1 yang berbunyi :

" Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlidungan dari perlakuan :

(I). Diskriminasi

(2). Eksploitasi baik ekonomi maupun seksual. (3). Penelantaran

(4). Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan ( 5). Ketidakadilan, dan

(6). Perlakuan salah lainnya."

(10)

tindakan tcrsebut sudah dapat dikatakan sebagai sebuah tindak pidana yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya mulai dari memukul sampai kepada penganiayaan yang berakibatnya nyawa anak tersebut melayang. Sangat sulit dipercaya ketika seorang anak meninggal ditangan orang yang sangat diharapkan untuk dapat melindungi dan menjaga dirinya. Padahal anak tersebut adalah darah daging mercka scndiri, pcncrus gencrasi kcluarga, penjaga kehormatan keluarga dan kalau dipikirkan lebih jauh lagi, anak merupakan aset negara yang sangat mahal dan penting sehingga mereka perlu dilindungi terutama oleh kedua orang tua mereka. Oleh karena itu banyak harapan dan cita-cita dipanjatkan untuk anak-anak agar dapat menjalani kehidupan dengan jauh lebih baik daripada keadaan kedua orang tua mereka.

Salah satu kasus yang dapat dijadikan bukti tentang tindak pidana ini adalah kasus yang cukup menggemparkan adalah kasus pembunuhan yang terjadi pada tahun 2006 di Bandung yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap kctiga anaknya yang karena alasan kckhawatiran yang berlebihan atas nasib ketiga anaknya1• Kasus Iain terjadi pada tahun 2008 adalah seorang ayah membunuh anak kandungnya yang masih berumur empat bulan karena tertekan akan kebutuhan sehari-hari2• Kasus-kasus seperti ini akan terus

bertambah pada tiap tahunnya jika permasalahan ini tidak ditanggapi secara serius oleh seluruh komponen masyarakat.

1

Tempointeraktif, "!bu Pembunuh Tiga Anak Diduga Mengidap Paranoid". Diakses pada tanggal 22 F ebruari 2008, http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2006/06/15/brk,20060615-78943,id.html

2

(11)

Melihat dari contoh kasus di atas, pada dasarnya tindak pidana pembunuhan di Indonesia sendiri sudah diatur di dalam KJJHP, BAB XIX Kejahatan Terhadap Nyawa, pasal 338 :

"Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun".

Kemudian diperkuat dengan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan diperkuat lagi dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 lcntang l'cnghapusan Kekernsan Dalam Rumah Tangga.

Di dalam Islam sendiri, ada sebuah konsep yang dapat membantu memahami dan juga merupakan tujuan dari agama is lam yang disebut dengan Maqasidu Syari'ah) yang terdiri dari :

I. Memelihara Agama 2. Memclihara Jiwa 3. Memelihara Akal 4. Memelihara Keturunan 5. Memelihara Harta

Kelima tujuan di atas saling berhubungan karena pemeliharaan diri kita dari salah satu tindak pidana berarti memelihara agama, jiwa, aka!, keturunan dan harta.

(12)

I. Banyaknya tindak pidana pembunuhan anak olch orang luanya scndiri di Indonesia.

2. Belum ada pembahasan mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya scnuiri ditinjau dari hukum pi.Jana positif Jan hukum pidana Islam.

Dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas maka penulis akan membahasnya dengan judul " Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau Dari llukum Pidana Islam dan llukum Pidtma

Positif ".

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Membicarakan tindak pidana pembunuhan anak berarti membicarakan banyak hal yang ada di masyarakat. Dari mulai peranan orang tua ·sampai kepada peranan media. Pembatasan masalah sangat diperlukan agar apa yang akan dibahas oleh penulis tidak melebar dan tetap fokus pada inti masalah, yaitu :

I. Penulis membicarakan mengenai tindak pidana pembunuhan yang terjadi terhadap anak-anak dan dilakukan oleh orang tuanya yang pada zaman sekarang ini sering terjadi.

(13)

diharapkan peneliti sudah dapat menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, penulis telah merumuskan masalah yang akan dibahas dalam pembahasan ini, yaitu:

I. Apakah yang dimaksud dengan tindak pidana pembt:nuhan anak oleh orang tuanya menurut hukum pidana islam dan hukum pidana positil'? 2. Bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana pembunuhan anak oleh orang

tuanya menurut hukum pidana is lam dan hukum pidana positif?

3. Bagaimana perbandingan antara hukum pidana islam dan hukum pidana positif mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penulis meneliti ha! ini tidak lepas dari beberapa tujuan. Tujuan tersebut adalah :

I. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya sendiri.

2. Untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya.

(14)

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah : I. Secara Akademis

Dilihat dari akademis, manfaat dari penulisan ini adalah dapat memberikan tambahan keilmuan dalam bidang hukum pidana positif dan juga hukum pidana islam pada umumnya dan tentang pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri pada khususnya.

2. Secara Praktis

Dilihat dari segi praktis, penulisan skripsi ini dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat luas tentang dampak atau akibat tindak pidana pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelumnya penulis sudah membuat tinjauan pustaka dengan tujuan untuk mengkaji materi-materi yang terdahulu yang memiliki tema yang sama dengan tema yang dipilih oleh penulis dan materi/karya-karya tersebut adalah karya Ors. Adami Chazawi, S.H dengan judul "Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa". Hal yang paling utama yang dikajinya adalah bentuk-bentuk kejahatan, penjelasan mengenai unsur-unsur kejahatan serta perbedaan unsur objcktif dan subjektif. Temuan penting pada karya ini adalah bahwa semua tindak kejahatan akan mendapatkan sanksi tennasuk pembunuhan.

(15)

dalam hukum islam. Di dalam karya ini dijelaskan bahwa adanya pembagian dari jenis-jenis pembunuhan yang terdiri dari pembunuhan sengaja, pembunuhan sengaja yang diancam dengan hukuman qisas dan pembunuhan tidak sengaja yang diancam dengan hukuman diyat Pada dasarnya, tindak pidana pembunuhan yang dibahas di dalam karya ini adalah tindak pidana pada umumnya terlepas dari faktor pelaku ataupun korbannya apakah ada hubungan keluarga atau tidak.

Karya ketiga adalah sebuah buku yang berjudul "Pidana Islam di Indonesia, Peluang, Prospek dan Tantangan. Buku ini merupakan kumpulan tulisan yang dibuat oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya Salah satunya adalah H.M Abduh Malik, tulisannya mengenai "Kejahatan Terhadap Jiwa dalam Perspektif llukum Pidana Islam". Di dalam tulisannya ini dijelaskan bahwa ada perbedaan pendapat ulama dalam pembunuhan anak oleh orang tuanya. Pada intinya, karya ini tidak membahas secara detail mengenai apa yang dimaksud dengan anak dan orang tua serta bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana pembunuhan anak itu sendiri.

Karya keempat merupakan skripsi yang berjudul "Pembunuhan Massa! Menurut Hukum Islam dan 1-lukum Positif' oleh Dodi Wahyudi Jurusan Jinayah Siyasah Unversitas Islam Negeri Jakarta pada tahun 2004. Di dalam skripsi ini, menjelaskan mengenai tinjauan hukum islam dan hukum positif tentang pembunuhan terutama pembunuhan secara massal.

(16)

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif' oleh Ahmad Uluwan pada tahun 2004. Karya di atas juga membahas mengenai pembunuhan, akan tetapi lebih menitikberatkan kepada pembunuhan yang subjek hukumnya adalah anak.

Karya terakhir adalah skripsi dengan judul "Analisa Hukum Islam Tentang Hukuman Seumur Hidup Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan" oleh Yuliati Roswita pada tahun 2005. Di dalam karya ini, membahas mengenai bagaimana pandangan hukum islam terhadap hukuman yang berbentuk seumur hidup dalam tindak pidana pembunuhan.

Oil ihat dari karya-karya di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa belum ada karya yang membahas mengenai tindak pidana pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana positif dan hukum pidana islam

E. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan oleh penulis adalah deskripif analisis yang berusaha memberikan pemecahan masalah dengan pengumpulan data, menyusun, mengklasifikasikannya dan menganalisa data sehingga dapat diambil jawaban atas pertanyaan dan ditariklah suatu kesimpulan.

(17)

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang data-datanya diungkapkan melalui kata-kata, norma atau aturan-aturan atau data kualitatif Data-data yang diambil merupakan pendapat atau doktrin para ahli hukum atau normatif dengan tujuan agar dapat menggambarkan masalah dengan baik berdasarkan keberadaan data-data tersebut sehingga dapat diambil kesimpulannya atau dapat juga disebut dengan 、・ウォイゥーエゥエセN@

2. Sumber Data Penelitian ·

Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian m1 adalah Sumber Data Sekunder, yang terdiri dari :

a. Bahan Primer yang digunakan, yaitu : karya, literature, norma atau aturan yang membahas langsung masalah ini yang dibahas judul skripsi ini. Seperti KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana), Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan norma-norma lainnya.

b. Bahan Sekunder yang digunakan, yaitu : buku-buku mnum, karya atau literatur lain yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Seperti Undang-Undang Nomor I tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan lain-lain.

3

(18)

c. Bahan Tertier yang digunakan, yaitu : bahan-bahan yang merupakan pelengkap dari bahan primer dan bahan sekunder, yaitu buku-buku tafsir, terjemahan dan lain-lain4•

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah rise! kepustakaan, yaitu dengan melihat atau membaca, meneliti dan mempelajari dokumen dan data-data yang diperoleh dari karya - karya atau literatur dan referensi yang berhubungan denganjudul skripsi ini5•

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan seluruhnya adalah metode kualitatif, yaitu menganalisis masalah berdasarkan data-data yang didapat dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang didapat dari buku-buku, karya-karya, literatur atau norma-norma dengan bersifat Penelitian deskriptif, yaitu dengan menggambarkan perrnasalahan yang ada, mencari data-data yang reievan, menyeleksinya dan mengambil kesirnpulan dari data-data tersebut.

Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Teknik Analisis Kornparatif secara Kualitatif. Alasan penulis rnenggunakan teknik ini adalah penulis ingin mernbandingkan tinjauan hukum pidana positif dan hukum pidana islarn terhadap permasalahan pada penelitian ini6•

4

Sunggono, Ban1bang, loc.cil

5

Sunggono, Bambang, foe.cit,

6

(19)

5. Teknik Penulisan

Adapun mengenai teknik penulisan karya tulis ini, penulis mengacu kepada buku Pedoma11 Penulisan Skripsi yang disusun oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun 2007.

F. Sistematilrn Penulisan

Untuk mempermudah proses dalam penulisan penelitian ini, rnaka penulis membuat kerangka yang sistematik untuk membentuk pola dasar pembahasan skripsi dalam bentuk bab-bab yang terdiri dari :

BAB I

BAB II

BAB lII

pendahuluan, diawali dengan latar belakang masalah berisi penjelasan, data-data yang dijadikan alasan bagi penulis dalarn memilih pembahasan ini., pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

berisi tinjauan umum hukum pidana islam dan hukum pidana positif mengenai konsep tindak pidana, jenis-jenis tindak pidana dan lain-lain.

(20)

BABIV

BABY

: bab ini merupakan pembahasan ularna dalarn penelitian ini berisi Pengertian Anak dan kedudukannya di dalam tinjauan kedua hukurn tersebut. Pengertian, Bentuk-bentuk serta Sanksi bagi Tindak Pidana Pembunuhan serta Analisis Perbandingan. : merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan atau

(21)

MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Pengertian Tindak Pidana

Jstilah tindak pidana, di dalam hukum pidana Islam sendiri ada dua

kata yang cukup mewakili kata tersebut, yaitu jinaynh dan jarimah.

Jinayah 4-:i !4merupakan bentuk mashdar dari kata " 4-:i

14 -

セ@

-

セLLNN@

".

Menurut istilah adalah hasil perbuatan seseorang yang terbatas pada perbuatan

yang dilarang dan pada umumnya, para fuqaha menggunakan istilah tersebut

hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa seperti

pemukulan dan pembunuhan. Selain itu, para fuqaha memakai istilah tersebut

pada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan

qishash.7

Sedangkan jarimah, menurut Al-Mawardi adalah :

Artinya: "Segala larangan syara' (melakukan hal-hal yang dilarang dan atau meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan

hukum had a tau takzir ".

Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan

yang dilarang atau meninggalkan suatu perbuatan yang telah diperintahkan.

Dengan melihat kedua pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan

7

(22)

bahwa pada dasarnya pemakaian istilah tindak pidana dalam hukum pidana

islam dengan menggunakan kata jinayah atau jarimah adalah sama.

Di dalam hukum pidana positif, " Tindak Pidana" terdiri dari dua kata,

yaitu kata "tindak" dan kata "pidana". Kata "tindak" berasal dari bahasa Jawa

yang berarti perbuatan, tingkah laku, kelakuan, sepak terjang sedangkan kata

"pidana" artinya adalah kejahatan, kriminal dan pelanggaran.8

lstilah tindak pidana sendiri merupakan hasil terjemahan dari kata

Strajbaar feit yang berasal dari bahasa Belanda yang merupakan istilah yang

dipakai dalam wetbvek van strafrecht atau kitab undang-undang hukum

pidana (KUHP). Ada banyak pendapat mengenai pengertian dari tindak

pidana atau Strajbaar feit ini, diantaranya adalah :

I. 1-Jazcwinkel-Suringa telah membuat teori yang menyatakan bahwa

rumusan umum dari "Strajbaar feit" adalah "suatu perilaku manusia yang

pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam sesuatu pergaulan hidup

tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum

pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang

terdapat di dalamnya".9

2. Profesor Simmons merumuskan "Strajbaar feit" sebagai berikut "suatu

tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun

tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan

'W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 1074

9

(23)

atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum".10

3. Prof. Moeljatno mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sangsi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. 11

Dilihat dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli saijana hukum maka dapat disimpulkan bahwa Strajbaar feit atau tindak pidana adalah perbuatan yang bertentangan atau melawan hukum dan diancam dengan pidana yang dilakukan oleh orang yang mampu hcrtanggungjawab atas perbuatannya.

B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana

Menurut Ahmad Hanafi, M.A, di dalam hukum pidana !slam, bentuk-bentuk tindak pidana atau jarimahnya Ginayah) dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

I. Dilihat dari berat atau ringannya hukuman dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Jarimah Hudud adalah jarimah yang diancamkan dengan hukuman had, yaitu hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya serta merupakan hak Tuhan. Jarimah hudud ini ada tujuh macam, yaitu zina,

qadzaf (tuduhan palsu zina), mengkonsumsi minuman keras (syurh

al-IO Ibid, h. 181

(24)

khamr), mencun, pembegalan I perampokkan (hirabah), murtad dan

pemberontakkan.

b. Jarimah Qisas-Diyat adalah jarimah yang diancam dengan

hukuman-hukuman yang telah ditentukan batasnya dan tidak mempunyai batas

terendah atau tertinggi tapi telah menjadi hak perseorangan. Jarimah

qisas-diyat mt ada lima macam. yaitu pembunuhan sengaja.

pembunuhan semi sengaja, pembunuhan karena kesalahan.

penganiayaan sengaja dan penganiayaan tidak sengaja.

c. Jarimah Ta'zir adalah jarimah yang ancaman hukumannya bertujuan

untuk memberikan pengajaran dan yang berwenang menetapkan dan

menjatuhkan hukuman tersebut adalah para penguasa.

2. Dilihat dari niat si pelaku, dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Jarimah Sengaja adalah si pelaku dengan sengaja melakukan

perbuatannya sedangkan dia tahu bahwa perbuatannya itu di larang

(salah).

IJ. Jarimah Tidak Sengaja adalah si pelaku tidak sengaja melakukan

perbuatan yang dilarang tetapi perbuatan itu terjadi sebagai akibat dari

kekeliruan.

3. Dilihat dari cara menge1jakannya, dibagi menjadi dua:

a. Jarimah Positif adalah jarimah yang terjadi karena mengerjakan suatu

perbuatan yang dilarang seperti mencuri, zina dan sebagainya.

b. Jarimah Negatif adalah jarimah yang terjadi karena tidak melakukan

(25)

4. Dilihat dari orang yang menjadi korban, dibagi menjadi :

a. Jarimah Perseorangan adalah jarimah yang penjatuhan hukumannya bertujuan untuk melindungi kepentingan perseorangan. Seperti pencurian.

b. Jarimah Masyarakat adalah jarimah yang penjatuhan hukumannya bertujuan untuk menjaga ketentraman masyarakat. Seperti pembegalan atau perampokkan.

5. Dilihat dari sifat kekhususannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu jarimah biasa dan jarimah politik. Pembedaan dari kedua jarimah ini terletak pada motif yang mengikuti perbuatan tersebut. Pembedaan jarimah ini pun di latar belakangi dari peristiwa sejarah, tentang adanya jarimah-jarimah yang dilakukan dengan motif politis.12

Di dalam hukum pidana positif, pada hakekatnya, tindak pidana dibedakan menjadi dua yaitu keja:1atan dan pelanggaran. Pembagian ini muncul di dalam KUHP Belanda pada tahun 1886 yang kemudian tetap ada pada K UHP Indonesia pada tahun 1918. Dasar pembedaan ini, menurut para sarjana karena sejak semula dapat dirasakan mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum sebelum para pembuat undang-undang menyatakannya di dalam undang-undang atau disebut dengan delik hukum dan mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum setelah dinyatakan di dalam undang-undang atau disebut juga dcngan delik undang-undang. Pembeda lainnya adalah pada berat atau ringannya pidana yang diancamkan.

12

(26)

Dalam tindak kejahatan, diancamkan pidana yang berat seperti mati

sedangkan untuk tindak pelanggaran maka diancam dengan sanksi yang

ringan. Namun, dalam perkembangannya telah terjadi kesulitan dalam

pembedaannya antara kejahatan dan pelanggaran karena baik kejahatan

maupun pelanggaran dapat diancam dengan pidana penjara atau pun denda. 13

Kriteria pembagian tindak pidana yaitu kejahatan dan pelanggaran

pada akhirnya tidak menghasilkan kesepakatan diantara para ahli sarjana

hukum sehingga muncullah pembagian-pembagian tindak pidana berdasarkan

jenis-jenis tertentu, yaitu :

a. Cara perumusannya

Yaitu delik formal dan delik materiil. Delik formal adalah tindakan yang

dilarang tanpa mempersoalkan akibat dari tindakan itu. Contohnya dalam

tindakan pencurian, selama unsur-unsur pada pasal 362 KUHP sudah

terpenuhi maka tidak dipersoalkan lagi apakah tindakannya sudah selesai

atau belum atau apakah korban merasa rugi atau tidak.

Delik materiil adalah tindakan yang selain dilarang juga harus ada akibat

yang timbul dari tindakan tersebut sehingga dapat dikatakn telah terjadi

tindak pidana sepenuhnya. Contohnya dalam hal pembunuhan.

b. Cara melakukan tindak pidana

13

S.R Sianturi, Asas-asas llukum Pidana /Ji Indonesia dan J>enerapannya, (Jakarta, Alumni

(27)

Dibagi menjadi tiga, yaitu delik komisi (delicta commissionis), delik omisi

(delicta ommissionis) dan delik campuran (delicta commissionis per

ommissionem commissa).

Delik komisi adalah tindakan aktif (active handeling) yang dilarang dan untuk pelanggarannya diancam pidana. Contoh : dilarang membunuh (Pasal 338), dilarang mencuri (Pasal 362) dan lain-lain.

Delik omisi adalah tindakan yang pasif (passive handeling). Tindakan yang diharuskan untuk dilakukan dan j ika tidak dilakukan akan di an cam dengan pidana. Contoh: Wajib melaporkan kejahatan tertentu (Pasal 164), memberikan pertolongan kepada orang yang berada dalam bahaya (Pasal 531).

Delik campuran adalah tindakan yang terdiri dari tindakan komisi dan omisi sekaligus. Contoh : membiarkan orang yang masih wajib ada di dalam pemeliharaannya sehingga mengakibatkan kematian orang tersebut (Pasal 306).

c. Dilihat dari ada atau tidaknya pengulangan atau kelanjutannya

Delik Mandiri adalah jika tindakannya hanya dilakukan satu kali saja sedangkan delik berlanjut atau sama yang berulang adalah jika tindakan yang sama dilakukan berulang seperti pemegang kas yang tiap hari menggelapkan uang sedikit demi sedikit sampai akhirnya dia tertangkap. d. Dilihat dari berakhir atau berkesinambungan suatu delik

(28)

berkesinambungan adalah delik yang terjadi karena meneruskan sesuatu

yang dilarang.

e. Dilihat dari tindakan itu merupakan kebiasaan atau tidak

Delik yang merupakan kebiasaan adalah delik yang dilakukan secara terus

menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan sedangkan yang dimaksud

dengan delik yang bukan kebiasaan adalah delik sebagai pekerjaan artinya

satu perbuatan saja sudah cukup. Contoh : seorang dokter yang membuka

praktek tanpa izin.

f. Dilihat dari hal-hal yang dapat memberatkan atau meringankan pidana

Hal-ha! yang dapat memberatkan pidana seperti pencurian dengan

penganiayaan sehingga ancaman hukumannya dapat diperberat sedangkan

hal-hal yang meringankan seperti pelaku langsung menyerahkan diri dan

mengakui kesalahannya. Hal-ha! seperti ini dapat dijadikan pertimbangan

bagi seorang hakim dalam memutuskan perkara.

g. Dilihat dari bentuk kesalahan dari pelaku. Dibagi sebagai delik sengaja

dan delik alpa.

h. Dilihat dari tindakan tersebut mengenai hak hidup negara, ketatanegaraan

atau pemerintahan. Yang dimaksud dalam delik ini adalah adanya

pembedaan antara delik umum dengan delik yang berkaitan dengan

politik atau pemerintahan.

1. Dilhat dari perbedaan subjek.

Dibagi menjadi delik khusus (delict propria) dan delik umum (commune

(29)

dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kualitas tertentu seprti delik

jabatan, delik militer dan lain-lain sedangkan delik umum (commune

delicten) adalah delik yang dapat dilakukan oleh semua orang tanpa

mensyaratkan adanya kualitas tertentu.

j. Dilihat dari cara penuntutan.

Dibagi menjadi dua, yaitu delik aduan (klacht delicten) dan delik tanpa

aduan (gewone delicten). Yang dimaksud dengan delik aduan adalah delik

yang hanya dapat dituntut jika adanya pengaduan dari orang yang merasa

dirugikan. Misalnya delik pers tentang pencemaran nama baik sedangkan

delik tanpa aduan adalah delik yang dapat dituntut tanpa perlu menunggu

adanya aduan dari pihak yang dirugikan. Misalnya delik pembunuhan.

Dengan melihat penjabaran dari bentuk-bentuk tindak pidana ditinjau

dari hukum pidana islam dan hukum pidana positif, dapat disimpulkan bahwa

pembagian bentuk tindak pidana pada tinjauan kedua hukum tersebut

mempunyai persamaan, akan tetapi pembagian bentuk tindak pidana pada

hukum pidana islam terlihat lebih ringkas dan lebih jelas dalam

memahaminya dibandingkan pada hukum pidana positif.

Di dalam suatu tindakan ataupun perbuatan pasti ada unsur-unsur yang

menyertainya. Keberadaan unsur-unsur ini sangat penting agar kita dapat

menentukan apakah suatu perbuatan itu dapat disebut sebagai tindak pidana

atau tidak. Menurut Ahmad hanafi dalam bukunya "Azas-Azas Hukum

Pidana" menjelaskan bahwa unsur-unsur umum pada tindak pidana di dalam

(30)

I. Adanya nash yang mclarang pcrbuatan dan mcngancamkan hukuman

terhadapnya atau disebut dengan unsur formal atau "Rukun Syar'i".

2. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa

perbuatan-perbuatan nyata atau pun sikap tidak berbuat dan unsur ini disebut dengan

unsur materiil atau "Rukun Maddi".

3. Pembuat adalah orang mukallaf, yaitu orang yang dapat dimintai

pertanggungjawaban terhadap jarimah yang diperbuatnya dan unsur ini

disebut dengan unsur moril atau "Rukun Adabi".

Ketiga unsur di atas harus ada di dalam suatu jarimab, akan tetapi akan

ada juga penambaban unsur-unsur dalam tiap jarimab secara khusus sehingga

unsur-unsur khusus ini berbeda-beda pada bilangan dan macamnya.

Menurut Simmons, unsur-unsur dari tindak pidana di dalam hukum

pidana positif itu adalah :

l. diancam dengan pidana oleh hukum

2. bertentangan dengan hukum

3. dilakukan oleh orang yang bersalab

4. orang itu dipandang bertanggungjawab atas perbuatannya. 14

Sedangkan menurut Prof. Moljatno unsur-unsur yang lahir dari suatu

perbuatan adalah :

a. Kelakuan dan akibat

11

(31)

negara maka tidak ada pula kejahatan pejabat negara.

c. Unsur-unsur yang memberatkan pidana. Contohnya seperti penganiayaan.

Menurut Pasal 351 ayat (2) KUHP diancam dengan pidana penjara paling

lama dua tahun delapan bulan tapi jika penganiayaan tersebut

menimbulkan Iuka-Iuka berat maka akan diancam pidana penjara lima

tahun.

d. Sifat melawan hukum dilihat dari perbuatannya atau objektif artinya

perbuataannya sendiri sudah mencerminkan perbuatan melawan hukum

tanpa harus dijelaskan lagi atau dibuat unsur-unsur lagi. Contohnya dalan

ha! pemberontakan. Dalam ha! ini, pemberontakkan sendiri sudah sangat

jelas melawan hukum sehingga tidak perlu dijelaskan lagi dengan

kata-kata bahwa perbuatan ini melawan hukum.

e. Sifat melawan hukum dilihat dari pelakunya atau subjektif. Dalam ha! ini

yang dimaksud adalah niat atau maksud dari si pelaku. Misalnya pada

tindak pidana pencurian, di dalam rumusan Pasal 362 KUHP unsur-unsur

yang merujuk kepada niat dari si pelaku yang mencuri untuk bisa

menguasai sebagian atau seluruhnya dari harta milik orang lain.

Jadi, dengan demikian bahwa unsur-unsur yang harus terdapat dalam suatu

tindak pidana antara hukum pidana Islam dan hukum pidana positif, pada

(32)

hukuman dan si pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya di

hadapan hukum.

C. Tujuan dan Sanksi Pidana

Pada setiap aturan hukum yang dilanggar pasti ada ancaman hukuman

yang mengiringinya. Pada hukum pidana Islam, hukuman dimaksudkan untuk

memelihara, menciptakan kemaslahatan manusia dan ditetapkan untuk

memperbaiki tiap-tiap orang agar dapat menjaga masyarakatnya.

Ttijuan pokok penjatuhan hukuman di dalam hukum pidana Islam ada

tiga macam, yaitu sebagai berikut :

I. Pencegahan

(-?-

jll .J to.JI) artinya menahan pembuat agar tidak

mengulangi perbuatan jarimahnya atau agar ia tidak terns menerus

melakukannya karena dia mengetahui hukuman terhadap jarimah tersebut.

2. Pengaj aran serta pendidikan ( c,.y J セャNj@ )l..:i'il) artinya memberikan

pelajaran bagi pelaku dan orang lain tentang suatu jarimah sehingga dapat

menahan orang lain untuk tidak melakukannya. 15

Menurut Ahmad Hanafi dalam "Azas-Azas Hukum Pidana Islam"

hukuman itu sendiri dapat dibagi menjadi beberapa penggolongan dilihat dari

segi tinjauannya, yaitu :

I. Ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman dengan hukuman lain :

15

(33)

a. hukurnan pokok (uqubah asliyah), yaitu hukurnan asal bagi satu jarirnah. Seperti hukurnan potong tangan untuk pencurian.

b. hukurnan pengganti ('uqubah badaliyah), yaitu rnenggantikan hukurnan pokok apabila hukurnan pokoknya tidak dapat dilaksanakan karena alasan yang sah. Seperti hukurnan diyat sebagai pengganti hukurnan qisas.

c. hukurnan tarnbahan ('uqubah taba 'iyah), yaitu hukurnan yang mengikuti hukurnan pokok tanpa rnernerlukan keputusan secara tersendiri seperti Jarangan rnenerirna warisan bagi orang yang rnelakukan pernbunuhan terhadap keluarganya.

d. hukuman pelengkap ('uqubah takmiliyah ), yaitu hukuman yang rnengikuti hukurnan pokok dengan syarat ada keputusan tersendiri dari hakim dan syarat inilah yang rnembedakan antara hukurnan tarnbahan da1 hukurnan pelengkap. Seperti rnengalungkan tangan pencuri yang telah dipotong di lehernya.

2. Ditinjau dari segi kekuasaan hakirn dalarn penentuan berat rmgannya hukuman:

a. hukuman yang hanya mempunyai satu batas artinya tidak ada batas tertinggi atau terendahnya, seperti hukuman jilid sebaga hukuman had. b. hukuman yang mempunyai batas tertinggi dan terendah, dimana hakim diberikan kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai antara kedua batas tersebut.

(34)

a. hukuman yang telah ditentukan macam dan besarnya dan hakim harus

melaksanakannya tanpa dikurangi ataupun ditambah atau bahkan

diganti dengan hukuman yang lain. Hukuman ini dapat disebut dengan

"hukuman keharusan" ('uqubah lazimah ).

b. Hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk memilih sekumpulan

hukuman yang telah ditetapkan oleh syara' agar bisa disesuaikan

dengan keadaan pembuat dan perbuatannya atau dapat disebut dengan

"hukuman pilihan" ('uqubah mukhayyarah).

4. Ditinjau dari segi sasaran/tempat dilaksanakannya hukuman :

a. hukuman badan artinya hukuman yang dijatuhkan atas badan seperti

hukuman mati, dera, penjara dan lain-lain.

b. hukuman jiwa, yaitu hukuman yang dikenakan atas jiwa seseorang

bukan badannya seperti menegur, ancaman.

c. Hukuman harta, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada harta

seseorang seperti diyat, denda dan perampasan harta.

5. Ditinjau dari macamnyajarimah yang diancamkan hukuman :

a. hukuman hudud yaitu hukuman yang telah ditetapkan untuk jarimah

atau tindak pidana hudud.

b. hukuman qisas-diyat, yaitu hukuman yang telah ditetapkan untuk

jarimah qisas-diyat.

c. hukuman kifarat yaitu hukuman yang ditetapkan untuk sebagian

(35)

d. hukuman ta'z!r yaitu hukuman yang ditetapkan untuk jarimah atau tindak pidana ta'zlr. Hukuman takzir ini dapat berupa hukuman kurungan, mati atau denda dan lain-lain serta merupakan kewenangan dari hakim dalam menentukannya.

Di dalam hukum pidana positif, terdapat beberapa fase yang terjadi sebelum munculnya teori mengenai tujuan hukuman. Fase-fase tersebut adalah :

!. Fase balasan perseorangan atau individu, pada fase ini penuntutan hukuman terletak pada keluarga korban atau walinya atas dasar naluri membalas terhadap orang yang telah menyerang mereka. Pada fase ini tidak terdapat batasan sehingga terkadang pembalasannya melebihi dari perbuatan yang telah dilakukan.

2. Fase balasan Tuhan, yang dimaksud adalah bahwa pelaku harus menebus kesalahannya dengan tujuan agar pelaku merasa kapok dan orang lain tidak meniru perbuatannya, akan tetapi fase ini menyebabkan terlalu mudahnya menetapkan hukuman mati atas orang lain sehingga unsur keadilannya tidak terjaga.

3. Fase kemanusiaan, pada fase ini sudah mulai diterapkan prinsip-prinsip keadilan dan kasih sayang dalam mendidik dan memperbaiki diri pelaku. Selain itu, juga muncul teori dari sarjana italia, Beccaria yang mengatakan bahwa suatu hukuman harus dibatasi dengan keadilan dan kepentingan dan merupakan suatu kedzaliman jika suatu hukuman memlebihi apa yang diperlukan untuk melindungi masyarakat.

(36)

a. Hukuman mempunyai tugas dan tujuan ilmiah, yaitu melindungi masyarakat dari perbuatan jarimah dan mencegah seseorang untuk tidak mengulangi perbuatannya serla mencegah orang lain untuk meniru perbuatannya.

b. Penjatuhan hukuman harus berdasarkan pengamatan ilmiah dan praktis serta kenyataan yang terjadi, seperti faktor-faktor yang membuat pelaku melakukan jarimah.

e. Kegiatan masyarakat dalam menanggulangi jarimah selain kepada pelakunya juga kepada kondisi-kondisi yang menimbulkan jarimah terseb<1t.

5. Teori gabungan adalah teori yang muncul sesudah fase keilmuan dan teori inilah yang dipakai pada masa sekarang dalam penjatuhan hukuman. Teori gabungan ini adalah menyatukan teori tradisional yang berasaskan pikiran tentang keadilan dan kebebasan seseoamg dengan teori baru yang mendasarkan hukuman atas pembelaan masyarakat akibat jarimah-jarimah tersebut. Menurut teori tersebut, hukuman itu mempunyai dua tugas :

(37)

b. Membela masyarakat dengan cara mendasarkan hukuman pada

kecondongan pelaku melakukan jarimah serta keadaannya yang

membahayakan.16

Adanya sanksi merupakan wujud dari norma hukum. Keberadaan sanksi

adalah sebagai alat pemaksa agar seseorang mentaati norma-norma yang

berlaku.17 Tujuan dari adanya sanksi adalah :

I). Alat pemaksa, pendorong atau jaminan agar norma hukum ditaati oleh

semua orang.

2). Merupakan akibat hukum bagi orang yang melanggar norma hukum. 18

Keberadaan sanksi merupakan senjata pamungkas dalam menjaga

ketertiban di dalam masyarakat. Adanya suatu pelanggaran atau kejahatan

maka penentuan sanksi akan disesuaikan dengan akibat yang ditimbulkan oleh

tindakan tersebut. Penentuan ini diserahkan kepada negara dan dalam hal ini

adalab hakim. Sanksi dalam pidana menurut Pasal I 0 KUHP dapat dibagi

menjadi dua, yaitu :

a. Pidana Pokok

I. pidana mati, pidana ini adalah pidana terberat diantara semua pidana.

Pidana ini diancamkan atas kejahatan yang sangat berat, seperti

pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP) dan pencurian dengan

kekerasan (pasal 365 ayat (4)).

16

Ahmad Hanafi, M.A, op.cit, h. 192

17

S.R Sianturi, Ibid, h. 28

18

(38)

2. pidana penjara, adalah hukuman yang membatasi kemerdekaan atau

kebebasan seseorang. Hukuman penjara ini lebih berat daripada

hukuman kurungan karena diancamkan atas berbagai kejahatan.

Hukuman penjara minimum satu hari dan maksimum penjara seumur

hidup. Hal ini diatur dalam pasal 12 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:

"(!). Pidana penjara adalah seumur hidup atau selama waktu tertentu

(2). Pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek adalah satu hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut.

(3). Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan untuk dua puluh tahun berturut-turul dalam hal kejahalan yang pidananya hakim boleh memilih antara pidana. mati, pidana seumur hidup dan pidana penjara selama waktu tertentu; begitu juga dalam hal batas lima belas tahun dapat dilampaui karena perbarengan (concursus), pengulangan (residivie) atau karena yang ditentukan dalam pasal 52 dan 52 a (L.N.

1958 no. 127)

(4). Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak bo!eh lebih dari dua puluh tahun".

3. pidana kurungan adalah hukuman yang lebih ringan daripada hukuman

penjara karena merupakan ancaman untuk pelanggaran atau kejahatan

karena kelalaian. Lamanya hukuman kurungan dibatasi paling sedikit

satu hari dan paling lama satu tahun.

4. denda, hukuman denda ini dapat diancamkan selain pada pelaku

pelanggaran juga diancamkan pada pelaku kejahatan yang adakalanya

sebagai alternatif atau kumulatif. Jumlah yang dapat dikenakan

minimum dua puluh lima sen dan jumlah maksimumnya tidak ada

ketentuannya. H ukuman denda ini dapat dilunasi oleh siapa pun, baik

dari pihak keluarga ataupun kenalan.

(39)

Pidana tambahan adalah hukuman yang hanya dapat dijatuhkan bersamaan dengan hukuman pokok dan hakim tidak mempunyai kewajiban untuk menjatuhkannya.

1. pencabutan hak-hak lertenlu, hal ini diatur dalam pasal 35 KUHP yang berbunyi:

"(l ). Hak-hak lerpidana yang dengan putusan hakim dapal dicabul dalam hal-hal yang ditentukan dalam Kilab Undang-undang ini, alau dalam aturan umum lainnya ialah :

I. Hak memegangjabalan pada umumnya alau jabatan tertenlu 2. Hak memasuki angkalan bersenjata

3. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aluran umum.

4. Hak menjadi penasehal (raadsman) atau pengurus menurut hukum (gerechelelijk bewindvoerder), hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu alau pengampu pengawas alas orang yang bukan anak sendiri;

5. I-lak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian alau pengampuan atas anak sendiri;

6. Hak menjalankan pencaharian (beroep) yang tertentu.

(2). Hakim tidak wenang memecat seorang pejabat dari jabalannya,

.i

ika dalam aturan-aluran khusus ditcntukan pcnguasa lain untuk pemecatan itu".

Laman ya pencabutan hak tersebut diserahkan kepada keputusan hakim. 2. perampasan barang-barang lertentu adalah perampasan barang hasil

kejahalan atau barang milik terpidana yang digunakan untuk melaksanakan kejahatannya. Hal ini dialur dalam pasal 39 KUHP :

(40)
(41)

DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan

Pembunuhan lermasuk ke dalam dosa besar karena pembunuhan berarti tindakan yang membuat orang lain kehilangan nyawanya. Di dalam sejarah kehidupan umat manusia, pembunuhan pertama dilakukan oleh Qabil terhadap Habil. Keduanya adalah anak dari Nabi Adam a.s. Peristiwa tersebut dijelaskan oleh Allah di dalam Q.S Al··Maidah ayat 27-31 :

a;.;.::,

N⦅ウセセNMNZ\Z@

LセjANGZヲBZZゥ|jイ@

jセ@

41)>

:.tr.•

[Zセ@

0

J,,,,"';.:u

セ@

c;.:;.u

セ@

(::;.U .. J::fa;Y:,

Zs/jt

<;.J1)JI

LセLN[[@

セ@

0§i0f

」Lセヲ@

セセ@

Jli

セセヲ@

Artinya : "(27). Cerilakanlah kepada mereka klsah kedua putera Adam (flab ti

dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya

(42)

kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan

menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.

Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.(29). Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Jtulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.(30). Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.(31). kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara

orang-orang yang menyesal". (Q.S Al-Maidah: 27-31)

Allah S.W.T melarang tindakan pembunuhan dan ini terlihat dalam

beberapa firman Allah. Seperti :

Artinya : "Jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali denganhak... ". (Q.S.Al-An'am: 151)

Dan juga firman Allah lainnya :

( H · • . L....ili) ••• ゥセ「NHN@ NZ|QセL@セケ@セ@ <' セ@ |AG[Lセ@ U · '1 セセMNNNNNZNjd@ ; ' I __,., v1' lA_,

,

(43)

Sebagai tindakan pidana yang dilakukan pertama kali antar umat manusia, Allah menetapkan hukuman yang sangat tegas, seperti yang dijelaskan pada ayat berikut:

Artinya : "Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan

gigi dan Iuka-Iuka pun ada qishash .... ". (Q.S Al-Maidah : 45)

Dilihat dari ayat di atas, selain menjelaskan tentang bagaimana tegasnya Allah menetapkan hukuman dalam tindakan pidana ini juga secara tidak langsung juga menjelaskan bahwa hukuman yang setimpal dalam tindak pidana pembunuhan tidak hanya terdapat di dalam Al-Qur'an tetapi juga terdapat pada kitab suci lainnya bahkan mungkin didalam seluruh agama di dunia ini dan hal ini juga menyiratkan bahwa hukuman yang ditetapkan dalam tindak pidana ini yaitu qishash dianggap paling adil untuk menghargai jiwa manusia yang sudah diambil atau dihilangkan nyawanya oleh orang lain.

Dalam bahasa arab, pembunuhan disebut J:iill dari kata '\):i§" yang bersinonim ...::.,\,,\ yang artinya mematikan.

(44)

Artinya : "Pembunuhan adalah perbualan manusia yang menghilangkan kehidupan yakni pembunuhan ilu dalah menghilangkan nyawa

. d b b b . l . " 19

manusza engan se a per uatan manusza yang am .

Pengertian pembunuhan menurut Zainuddin Ali adalah suatu aktivitas

yang dilakukan oleh seseorang dan/atau beberapa orang yang mengakibatkan

seseorang dan/atau beberapa orang meninggal dunia.20

Tindak pidana pembunuhan, di dalam Kitab Undang-undang Hukum

Pidana termnasuk ke dalam kejahatan terhadap nyawa. Kejahatan terhadap

nyawa (misdrijven tegen het !even) adalah berupa penyerangan terhadap

nyawa orang lain.21 Pembunuhan sendiri berasal dari kata bunuh yang berarti

mematikan, menghilangkan nyawa. Membunuh artinya membuat supaya mati.

Pembunuh artinya orang atau alat yang membunuh dan pembunuhan berarti

perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh. Suatu perbuatan dapat

dikatakan sebagai pembunuhan adalah perbuatan oleh siapa saja yang dengan

sengaja merampas nyawa orang lain. 22

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian pembunuhan pada dasarnya adalah suatu perbuatan seseorang yang

dapat mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain, terlepas dari unsur

kesengajaan atau tidak.

19

Audah, Abd Al-Qadir, At-Tasyri' Al-Jinaiy Al-Jslamiy, (Beirut: Dar Al-Kitab Al-Arabi, tanpa tahun), h. 6

20

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2007), h. 24

21

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tuhuh dan Nyawa,( Jakarta, P.T RajaGraftndo Pcrsada, 2002), h. 55.

22

(45)

B. Bentnk-bentuk Tindak Pidana Pembunuhan

Suatu perbuatan tindak pidana tidak hanya mengenai satu tindakan

tetapi dapat menjdi berbagai macam jenis tergantung dari unsur-unsur yang

terdapat di dalam perbuatan tersebut.

Tindak pidana pembunuhan di dalam hukum pidana islam dapat dibagi

ke dalam tiga jenis, yaitu :

I. Pembunuhan sengaja yaitu suatu perbuatan penganiayaan terhadap

seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawanya. Pembunuhan

sengaja ini merupakan perbuatan yang haram dan Allah berfirman :

Artinya : "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dzalim maka sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat

pertolongan ". (Q.S Al-Isra' : 33)

Dan bahkan Allah pun menyatakan bahwa seseorang yang membunuh

orang lain sama dengan dia membunuh seluruh manusia dalam salah satu

(46)

セMMZMセNBGi@

.-lil · -nt•1,l;,; ':'

HL\セQ@

·t ....

セZMャlQ\QGNG@

·'=;t;..

セNNNNNZNNNNjセセ\NNヲNjL@ セ@ .. Nセ@ v.>::->

u,_...;.. .,_. "

.J....+' .

(l'Y:•.i.iWI)

Artinya : "Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa barangsiapa membunuh seorang manusia bukan karena bukan karena orang itu (membunuh) yang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa memelihara kehidupan seseorang, maka seakan-akan dia telah

memelihara kehidupan manusia seluruhnya ". (Q.S Al-Maidah

: 32)

Nabi Muhammad S.A. W dalam haditsnya menyatakan sebagai berikut :

.iii :\...:.._! 04 U":ll セ@ 0:/-! '-!j& .iii セ@ セ@ ..b セ@ セ@ セ@ yl J:;§ セ@ 0 \,;I 04

(->"" LJil ,-p セQ@ •l,u) Artinya "Barangsiapa menolong alas pembunuhan terhadap seorang

muslim dengan sepatah kata, maka (di akhirat) bertemu Allah dengan dahi bertuliskan 'Orang yang putus asa dari rahmat

Allah"'. (H.R Baihaqi dari lbn Umar).

Unsur-unsur yang terdapat pada pembunuhan sengaja adalah :

a. Korban adalah orang yang hidup, artinya adalah bahwa korban itu adalah manusia yang hidup ketika terjadi pembunuhan walaupun dia sedang sakit parah. Menurut Ors. H. Ahmad Wardi Muslich di dalam buku "Hukum Pidana Islam", selain syarat bahwa korban itu hidup juga ditambahkan bahwa korban adalah orang yang mendapatkan jaminan keselamatan oleh negara artinya korban merupakan seorang warga negara yang dilindungi.

(47)

kematian. Hubungan antara kematian dan perbuatan seseorang ini

juga harus jelas menerangkan bahwa akibat dari perbuatan seseorang

tersebut adalah kematian bagi orang lain begitu juga sebaliknya dan

jika kaitan diantaranya terputus maka pelaku dapat dianggap tidak

dengan sengaja menbunuh dan menyebabkan penjatuhan hukuman

yang berbeda.

Selain itu juga berhubungan dengan alat yang digunakan. Yang

dimaksud dengan alat disini adalah alat yang pada umumnya dapat

mematikan sedangkan menurut Imam Malik, setiap cara atau alat yang

mengakibatkan kematian dianggap sebagai pembunuhan jika

dilakukan dengan sengaja.

c. Ada niat dari si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban. Menurut

para ulama niat memegang peranan yang sangat penting dalam

pembunuhan sengaja dan karena niat itu tidak terlihat maka dapat

diperkirakan niat dari si pelaku melalui alat yang digunakan.

2. Pembunuhan semi sengaja yaitu perbuatan penganiayaan terhadap

seseorang tidak dengan maksud membunuhnya tetapi malah

mengakibatkan kematian. Ada tiga unsur dalam tindak pidana

pembunuhan jenis ini adalah :

a. Pelaku melakukan sesuatu dalam bentuk apa pun yang mengakibatkan

kematian korban.

b. Ada maksud penganiayaan atau permusuhan, artinya pada dasarnya

(48)

c. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan pelaku dengan kematian

si korban, yaitu penganiayaan yang dilakukan si pelaku telah

menyebabkan kematian korban secara langsung atau merupakan sebab

yang membawa kematiannya.

3. Pembunuhan karena kesalahan. Pada dasarnya, unsur-unsur yang terdapat

di dalamnya adalah :

a. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian

b. Terjadinya perbuatan karena kesalahan. Ukuran kesalahan di <lalam

hukum pidana Islam adalah kelalaian atau kurang hati-hati atau merasa

tidak akan terjadi apa-apa.

c. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan

kematian korban. Harns dapat dicari hubungan yang dapat

menerangkan bahwa kematian korban akibat dari kesalahan pelaku.

Dalam tindak pidana jenis ini ada tiga kemungkinan, yaitu :

i. Bila si pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu perbuatan

dengan tanpa maksud melakukan suatu kejahatan tetapi

mengakibatkan kematian seseorang. Kesalahan seperti ini disebut

salah dalam perbuatan (error in concrito).

ii. Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat

membunuh seseorang yang dalam persangkaannya boleh dibunuh

namun ternyata orang tersebut tidak boleh dibunuh, misalnya

(49)

peperangan tetapi ternyata adalah kawan sendiri. Kesalahan m1

disebut salah dalam maksud (error in objecto ).

iii. Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan tetapi akibat

kelalaiannya dapat menimbulkan kematian, seperti seseorang

terjatuh dan menimpa bayi yang berada di bawahnya hingga mati. 23

Di dalam hukum pidana positif, tindak pidana pembunuhan atau kejahatan

terhadap nyawa ini dikelompokkan atas 2 dasar, yaitu : atas dasar

kesalahannya dan atas dasar objeknya (nyawa). Atas dasar kesalahannya,

dapat dibagi menjadi :

l. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan scngaja (do/us

misdrijven) .

pembununan dalam bentuk sengaja ini dapat dibagi lagi menjadi 7 jenis,

yaitu :

a. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok {Pasal 338) dengan ancaman

hukuman 15 tahun penjara. Unsur-unsurnya terdiri dari:

I). Unsur objektif : perbuatannya adalah menghilangkan nyawa dan

objeknya adalah nyawa orang lain

2). Unsur subjektif : dengan sengaja

b. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana

lain (pasal 339) dengan ancaman penjara seumur hidup atau penjara 20

tahun. Unsur-unsur yang terdapat pada pembunuhan jenis ini adalah :

23

(50)

I). Semua unsur yang ada pada pembunuhan biasa dalam bentuk pokok.

2). Yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain

3). Pembunuhan dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan, mempermudah pelaksanaan tindak pidana lain dan jika tertangkap tangan bertujuan untuk menghindarkan diri sendiri ataupun orang lain yang ikut terl ibat atau untuk memastikan penguasaan benda yang didapatkannya dengan cara melawan hukum.

c. Pembunuhan Berencana (pasal 340) diancam dengan pidana penjara seumur hid up atau selama 20 tahun. Unsur-unsurnya adalah :

1 ). Unsur objektif : perbuatannya adalah menghilangkan nyawa dan objeknya adalah nyawa orang !ain

2). Unsur subjektif dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu

d. Pembunuhan bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan oleh ibunya.

(51)

maka adanya suatu keputusan yang telah diambil sebelumnya yaitu

membunuh bayi itu.

e. Pembunuhan atas permintaan korban (pasal 344) diancam dengan

pidana penjara 12 tahun. Unsur-unsurnya adalah :

I). Perbuatannya adalah menghilangkan nyawa

2). Objeknya adalah nyawa orang lain

3). Atas permintaan dari korban itu sendiri

4). Yang jelas dinyatakan dengan sungguh-sungguh

f. Pembunuhan berupa penganjuran atau pertolongan pada bunuh diri

(pasal 345), diancam dengan pidana penjara 4 tahun kalau orang

tersebut jadi bunuh diri. Unsur-unsurnya adalah :

I). Unsur objektif : perbuatannya adalah mendorong, menolong atau

memberikan sarana kepada orang untuk bunuh

diri dan kemudian orang tersebut jadi bun uh diri.

2). Unsur subjektif : dengan sengaja

g. Pembunuhan kandungan atau pengguguran (pasal 346-349). Dilihat

dari subjek hukumnya maka pembunuhan jenis ini dapat dibedakan

menjadi:

I). Yang dilakukan sendiri (pasal 346) diancam penjara 4 tahun

2). Yang dilakukan oleh orang lain atas persetujuannya (pasal 347)

(52)

3). Yang dilakukan oleh orang lain yang mempunyai kualitas tertentu

seperti dokter, bidan dan juru obat baik atas persetujuannya

ataupun tidak.

2. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan tidak sengaja (cu/pose

misdrijven) terdapat pada pasal 359 dengan unsur-unsur sebagai berikut:

a. adanya unsur kelalaian atau culpa dalam bentuk kekurang hati-hatian.

b. adanya wujud perbuatan tertentu

c. adanya kematian orang lain

d. adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dan akibat kematian

1 . 24 orang am.

Sedangkan atas dasar objeknya, dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

I. kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, dimuat pada pasal

338-340 dan pasal 344-345.

2. kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah

dilahirkan, dimuat pada pasal 341-34 3.

3. kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada di dalam kandungan lbu

ataujanin, dimuat pada pasal 346-349.

C. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan

Sanksi dari tindak pidana pembunuhan di dalam hukum pidana islam

ada beberapa jenis. Garis besarnya adalah hukuman itu terdiri dari hukuman

24

(53)

pokok, hukuman pengganti dan hukuman tambahan. Hukuman pokok pada tindak pidana pembunuhan adalah qisas. Apabila dimaafkan oleh keluarga korban, maka hukuman penggantinya adalah diyat dan jika sanksi qishash atau diyat itu dimaafkan maka akan ada hukuman takzir dan hukuman tambahan yang dimaksud adalah seperti pencabutan hak waris.

Hukuman yang dijatuhkan untuk masing-masing jenis pembunuhan juga berbeda, yaitu sebagai berikut :

1. Hukuman Pembunuhan Sengaja

Hukuman pokoknya adalah q1sas atau balasan setimpal. Yang dimaksud dengan balasan setimpal adalah perbuatan yang mengakibatkan kematian maka balasannya juga kematian. Hal ini berdasarkan firman Allah S. W.T pada Q.S Al-Baqarah ayat 178-179:

Artinya

セェ@

セ⦅GANjヲ@

y11"

LュNゥNエAᄋセ@

セ@ ・^GQ[」|セ@

..

セセNZ[ェ@

セNjN[L@

,. ,.. > セ@ ,.. .,.t: ... { .JJ

( I VA-\ V セ@ :

•fa.

GゥゥIセ@

;)_,a!;

r

f-..(;J NLNNN[jセi@ ェL[セ@

oj?-: "Hai orang-orang yang beriman ditetapkan atasmu qishash

(54)

qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hari

orang-orang yang berakal supaya kamu bertakwa. (179) ". (Q.S

Al-Baqarah : 178-179)

Apabila qisas tidak dilaksanakan baik karena tidak memenuhi syarat-syarat pelaksanaannya maupun mendapatkan maaf dari keluarga korban maka hukuman penggantinya adalah dengan membayar diyat berupa I 00 (seratus) ekor unta kepada keluarga korban. hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad S.A.W kepada penduduk Yaman:

"t\ o ·\

J

\セNi|@ Lil I · Gᄋ|G}|セLッNu|jTNNゥオ@ · '.lti§U..· セiᄋᄋGᄋ|@

u=-- ( S ' <..J .J .,,... セ@ - .J セケ@ <..J .:r -·UC. Y' . <.>" <..J

( .i..:..l .Ju l.p. c).11 LTNNTNャセ@ c).11

,ts

t...l.11 ,j.Jj..9il olJJ) •••• {..),']\ LJ-" :i,,; l.. 4_;.l.11

Artinya : "Sesungguhnya barangsiapa yang membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang sah dan ada saksi, ia harus diqishash kecuali

apabila keluarga korban merelakan (memaajkannya) dan

sesungguhnya dalam menghilangkan nyawa harus membayar diyat

berupa seratus ekor unta ". (H.R Abu Daud, Al-Nasa'i, lbnu

Khuzaimah, lbnu Hibban dan Ahmad )

Walaupun sudah ada hukuman pengganti yang berbentuk diyat namun dalam pelaksanaannya diserahkan kembali kepada keluarga korban, apakah akan menuntut hukuman diyat itu atau tidak namun pelaku akan tetap dikenai hukuman tambahan atau kifarat yang merupakan hak dari Allah.

(55)

kehilangan hak mewarisi dari yang dibunuhnya. Sesuai dengan hadits

Nabi:

Artinya : "Si pembunuh tidak boleh mewarisi harta orang yang dibunuhnya ". (H.R An-Nasa'I dan Daruquthni)

2. Hukuman Pembunuhan Semi Sengaja

Hukuman pokoknya adalah diyat mughalladzah artinya diyat yang

diperberat. Dasar dari hukuman diyat mughalladzah ini adalah :

Artinya : "Jngatlah, sesungguhnya diyat kekeliruan dan menyerupai sengaja yaitu pembunuhan dengan cambuk dan tongkat adalah seratus ekor unta, diantaranya empat puluh ekor yang di dalam

perutnya ada anaknya (sedang bunting) ". (H.R Abu Daud,

Nasa'i, lbnu Majah dan dishahihkan oleh lbnu Hibban).

Perbedaan antara diyat pembunuhan sengaja dengan pembunuhan semi

sengaja terletak pada pembebanan dan waktu pembayaran. Pada

pembunuhan sengaja, diyat dipikul oleh pelaku sendiri dan

pembayarannya tunai sedangkan pada pembunuhan semi sengaja, diyat

dibebankan kepada keluarga pelaku atau aqilah dan pembayarannya dapat

diangsur selama tiga tahun.

Hukuman kifarat terhadap pembunuhan semi sengaja adalah

memerdekakan hamba sahaya dan dapat diganti dengan berpuasa selama

(56)

pengampunan maka pelaku akan dikenakan hukuman takzir yang

diserahkan kepada hakim yang berwenang sesuai dengan perbuatan si

pelaku. Hukuman tambahan pada pembunuhan semi sengaja sama dengan

hukuman tambahan pada pembunuhan sengaja, yaitu tidak dapat mewarisi

dari orang yang telah dibunuhnya.

3. Hukuman Pembunuhan karena Kesalahan

Hukuman pokok yang dijatuhkan adalah diyat mukhaffafah, yaitu diyat

yang diperingan. Keringanan tersebut dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :

a. Kewajiban pembayaran dibebankan kepada aqilah (keluarga).

b. Pembayaran dapat diangsur selama tiga tahun

c. Komposisi diyat dibagi menjadi lima kelompok :

20 ekor anak sapi betina, berusia 1-2 tahun

20 ekor sapi betina yang sudah besar

20 ekor sapi jantan yang sudah besar

20 ekor unta yang masih kecil, berusia 3-4 tahun

20 ekor unta yang sudah besar, berusia 4-5 tahun

Hukuman pokok lainnya adalah dengan memerdekakan hamba sahaya

atau diganti dengan berpuasa dua bulan berturut-turut dan hukuman

tambahan adalah tidak dapat mewarisi harta dari orang yang telah

dibunuhnya walaupun pembunuhannya karena kesalahan.

Sanksi dalam pembunuhan pada hukum pidana positif adalah sebagai berikut :

I. Pembunuhan Sengaja, dalam bentuk umum atau pokok diatur dalam

(57)

"Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang Iain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun".

2. Pembunuhan Berencana, diatur dalam pasal 340 KUHP :

"Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana

(moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun".

3. Pembunuhan Tidak dengan Sengaja. Diatur dalam pasal 359 KUHP:

"Barangsiapa karena kealpaannya menyeba

Referensi

Dokumen terkait

yang akan dianalisis adalah alumni dari Universitas Atma Jaya

Menjalani profesi sebagai guru selama pelaksanaan PPL, telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya cukup dalam hal

program pemanfaatan ruang, yang dilakukan minimal 2 (dua) kali setiap disusunnya RTR dan program pemanfaatan ruang. PERAN MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN Peran

Petugas penguji emisi kendaraan bermotor roda 4 (empat) di Unit pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas perhubungan komunikasi, dan informatika Kota Banda Aceh mempunyai tugas

Serangkaian pendekatan resolusi konflik sebagaimana dikemukakan oleh Boistein (2018) menetapkan beberapa strategi yang digunakan untuk mencegah terjadinya konflik antar

Parkland Word Mayong Jepara dalam usahanya untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari produk yang dihasilkan yaitu sepatu adidas dalam upayanya untuk

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat konsumsi minuman tradisional beralkohol, frekuensi konsumsi minuman tradisional beralkohol dalam 1 minggu, jumlah

Majlis Dzikir Hadrah Basaudan Al Luyuts adalah majlis yang menjadi sarana taqarrub kepada Allah SWT dengan wasilah melantunkan atau melafalkan kitab Hadrah Basaudan