• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi awal hidrogel poliakrilamida-co-kitosan sebagai penyerap ion logam Cr, Co, Ni, Cu, Zn dan Pb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi awal hidrogel poliakrilamida-co-kitosan sebagai penyerap ion logam Cr, Co, Ni, Cu, Zn dan Pb"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI AWAL HIDROGEL POLIAKRILAMIDA-CO-KITOSAN SEBAGAI PENYERAP ION LOGAM Cr, Co, Ni, Cu, Zn DAN Pb

ERVA NURFILAH

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

STUDI AWAL HIDROGEL

POLIAKRILAMIDA-CO-KITOSAN SEBAGAI PENYERAP ION LOGAM Cr, Co, Ni, Cu,

Zn DAN Pb

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

ERVA NURFILAH 108096000040

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWA atas rahmat dan

ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Awal

Hidrogel Poliakrilamida-co-Kitosan Sebagai Penyerap Ion Logam Cr, Co, Ni,

Cu, Zn dan Pb” disusun untuk memenuhi persyaratan Sarjana Strata 1 (S1),

Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, berbagai pihak telah banyak

memberikan bantuan dan dorongan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

disampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih terutama diberikan kepada :

1. Adi Riyadhi, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah sabar

membimbing dan memberikan banyak ilmunya kepada penulis selama ini.

2. Tita Puspitasari, M.Si selaku dosen pembimbing II yang penuh kesabaran

dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.

3. Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia, Fakultas

Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

4. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

5. Siti Nurbayti, M.Si selaku dosen penasehat akademik dan juga

dosen-dosen lainnya yang tidak saya sebutkan satu-persatu yang telah

(7)

vii

6. Teristimewa untuk kedua orangtuaku yang senantiasa memberikan doa,

kasih sayang, semangat serta dorongannya yang tak terhingga kepada

penulis. Kakak, adik, keponakanku dan ka Aji yang telah memberikan

keceriaan dan semangat kepada penulis.

7. Seluruh staff Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR)

BATAN Pasar Jumat (Ibu Oktaviani, Ibu Dewi, Ibu Dian dan yang

lainnya) yang telah memberikan bantuan, saran dan mangajarkan hal baru

kepada penulis.

8. Pak Maryoto dan ka Nita yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

9. Teman-teman terbaikku (Isti, Jenia, Meilisa, Ita, Fada, Cide, Nina, Endah,

Arti, Tsani serta yang lainnya) yang telah memberikan dukungan,

semangat dan dorongan kepada penulis.

10.Keluarga besar kimia 2008, yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terimakasih atas saran, dukungan dan bantuannya. Serta semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka

dari itu, diperlukan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada

umumnya.

Jakarta, Januari 2013

(8)

viii ABSTRAK

Erva Nurfilah. Studi Awal Hidrogel Poliakrilamida-co-Kitosan Sebagai Penyerap Ion Logam Cr, Co, Ni, Cu, Zn dan Pb. Dibimbing oleh Adi Riyadhi dan

Tita Puspitasari.

Hidrogel poliakrilamida-co-kitosan merupakan suatu hidrogel yang dapat dimanfaatkan sebagai suatu adsorben untuk menurunkan kadar logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan hidrogel berbasis poliakrilamida dan kitosan sebagai adsorben dalam menyerap ion logam Cr6+, Co2+, Ni2+, Cu2+, Zn2+ dan Pb2+. Penelitian ini mengkaji pengaruh waktu perendaman hidrogel terhadap kapasitas penyerapan ion logam, juga untuk mengetahui pengaruh pH larutan logam, pengaruh berat hidrogel poliakrilamida-co-kitosan dan pengaruh konsentrasi larutan logam terhadap kapasitas penyerapan ion logam tersebut. Hidrogel poliakrilamida-co-kitosan direndam dalam larutan logam dan dikocok pada kecepatan 100 rpm dengan variasi waktu perendaman hidrogel, variasi pH larutan logam, variasi berat hidrogel, dan variasi konsentrasi larutan logam. Hasilnya disaring dan filtratnya dianalisis dengan Spektofotometer Serapan Atom (SSA). Berdasarkan hasil yang diperoleh waktu optimum perendaman hidrogel poliakrilamida-co-kitosan untuk logam Co2+ dan Zn2+ adalah 30 menit, Cr6+, Ni2+, Pb2+adalah 60 menit (1 jam) dan Cu2+ adalah 300 menit (5 jam). pH optimum untuk Cr6+ dan Pb2+ yaitu pada pH 7, sedangkan untuk Co2+, Ni2+, Cu2+dan Zn2+ yaitu relatif baik pada pH 9. Kondisi penyerapan yang relatif baik yaitu pada berat hidrogel 5 mg dan konsentrasi larutan logam 100 ppm.

(9)

ix ABSTRACT

Erva Nurfilah. Preliminary study of hydrogel polyacrylamide-co-chitosan as an absorbent metals ion Cr, Co, Ni, Cu, Zn and Pb. Guided by Adi riyadhi and Tita Puspitasari.

Hydrogel polyacrylamide-co-chitosan is a hydrogel that can be used as an adsorbent to lower the levels of heavy metals. Research is aimed to determine the ability of hydrogel based Polyacrylamide and chitosan as the adsorbent in absorbing metal ions Cr6+, Co2+, Ni2+, Cu2+, Zn2+, and Pb2+. This research had study the influence of time due to soaking hydrogel against the capacity of the absorption of metal ions, also to know the influence of metal pH solution, influence of hydrogel polyacrylamide-co-chitosan weight and influence of metal solution concentration to the capacity of the absorption of the metal ions. Hydrogel polyacrylamide-co-Chitosan had been swelled in a solution of metal and in shaker at 100 rpm with soaking variation time of hydrogel, solution pH variations, variations of hydrogel weight, and variations of metal consentration solution. The results are filtered and the filtrate analyzed by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Based on the obtained results the optimum time of soaking hydrogel polyacrylamide-co-Chitosan for Co2+ and Zn2+ metal is 30 minutes, Cr6+, Ni2+, Pb2+ is 60 minutes (1 hour) and Cu2+ is 300 minutes (5 hours). the optimum pH for Cr6+ and Pb2+ are at pH 7, while for metal Co2+, Ni2+, Cu2+ and Zn2+ relatively good at pH 9. A relatively good absorption conditions namely weight on 5 mg hydrogel and concentration of metal solution 100 ppm.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Hipotesis ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Adsorpsi ... 6

2.1.1. Metode Sorpsi ... 9

2.1.2. Biosorpsi ... 9

2.2. Hidrogel ... 11

2.3. Poliakrilamida ... 13

2.4. Kitosan ... 15

2.5. Logam Berat ... 17

(11)

xi

2.5.2. Kobalt (Co) ... 19

2.5.3. Nikel (Ni) ... 20

2.5.4. Tembaga (Cu)... 21

2.5.5. Seng (Zn) ... 22

2.5.6. Timbal (Pb) ... 23

2.6. Iradiasi Sinar Gamma (γ) ... 24

2.6.1. Interaksi Sinar Gamma dengan Materi ... 25

2.6.2. Sumber Radiasi ... 27

2.6.3. Dosis Radiasi ... 28

2.6.4. Efek Radiasi terhadap Materi ... 29

2.7. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) ... 30

2.7.1. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

3.2. Alat dan Bahan ... 37

3.2.1. Alat ... 37

3.2.2. Bahan ... 37

3.3. Pembuatan Hidrogel Poliakrilamida-co-Kitosan ... 38

3.4. Uji Sifat Fisika ... 38

3.4.1. Penentuan fraksi gel dari hidrogel ... 38

3.4.2. Penentuan rasio swelling ... 39

(12)

xii

3.5.1. Efek waktu perendaman gel terhadap kapasitas penyerapan logam 39

3.5.2. Efek pH larutan logam terhadap kapasitas penyerapan logam ... 40

3.5.3. Efek berat gel terhadap kapasitas penyerapan logam ... 40

3.5.4. Efek konsentrasi awal larutan logam terhadap kapasitas penyerapan logam ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Uji Sifat Fisika Hidrogel ... 43

4.1.1. Penentuan fraksi gel dari hidrogel ... 43

4.1.2. Penentuan rasio swelling ... 43

4.1.3. Penentuan Equilibrium Degree of Swelling (EDS) ... 45

4.2. Penentuan Kondisi Optimum ... 46

4.2.1. Pengaruh waktu perendaman hidrogel terhadap penyerapan logam 46 4.2.2. Pengaruh pH terhadap penyerapan logam ... 49

4.2.3. Pengaruh berat gel terhadap penyerapan logam ... 51

4.2.4. Pengaruh konsentrasi awal logam terhadap penyerapan logam ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1. Kesimpulan ... 57

5.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbedaan adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia... 8

Tabel 2. Pengaruh waktu perendaman gel terhadap kapasitas penyerapan ion logam ... 48

Tabel 3. Pengaruh pH larutan logam terhadap kapasitas penyerapan ion logam 50 Tabel 4. Pengaruh berat hidrogel terhadap kapasitas penyerapan ion logam .. 52

Tabel 5. Pengaruh konsentrasi awal larutan logam terhadap kapasitas penyerapan ion logam ... 55

Tabel 6. Data fraksi gel ... 65

Tabel 7. Data rasio swelling ... 66

Tabel 8. Data EDS ... 67

Tabel 9. Pembuatan larutan buffer ... 71

Tabel 10. Kurva standar logam kromium (Cr) ... 73

Tabel 11. Kurva standar logam kobalt(Co) ... 74

Tabel 12. Kurva standar logam nikel (Ni) ... 75

Tabel 13. Kurva standar logam tembaga (Cu) ... 76

Tabel 14. Kurva standar logam seng (Zn) ... 77

Tabel 15. Kurva standar logam timbal (Pb) ... 78

Tabel 16. Data hasil analisis pengaruh waktu perendaman hidrogel terhadap penyerapan ion logam ... 79

Tabel 17. Data hasil analisis pengaruh pH larutan logam terhadap penyerapan ion logam ... 82

(14)

xiv

Tabel 19. Data hasil analisis pengaruh konsentrasi awal larutan logam

terhadap penyerapan ion logam ... 88

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. (a) Ilustrasi hidrogel poliakrilamida-co-kitosan, (b) Struktur

Hidrogel Poliakrilamida-co-Kitosan ... 12

Gambar 2. Struktur poliakrilamida ... 15

Gambar 3. Struktur kitosan ... 16

Gambar 4. Efek fotolistrik... 26

Gambar 5. Efek hamburan Compton ... 26

Gambar 6. Produksi pasangan ion ... 27

Gambar 7. Prinsip kerja Spektrofotometer Serapan Atom... 32

Gambar 8. Hollow Cathode Lamp ... 35

Gambar 9. Electrodelles Discharge Lamp ... 35

Gambar 10. Hidrogel poliakrilamida-co-kitosan, (a) sebelum swelling, (b) setelah swelling ... 42

Gambar 11. (a) Ilustrasi proses swelling hidrogel ... 43

Gambar 12. Rasio swelling ... 44

Gambar 13. Pengaruh waktu perendaman gel poliakrilamida-co-kitosan terhadap kapasitas penyerapan berbagai macam logam... 47

Gambar 14. Pengaruh pH larutan logam terhadap kapasitas penyerapan berbagai macam logam ... 49

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan Kerja Pembuatan Hidrogel Poliakrilamida-co-Kitosan .... 64

Lampiran 2. Hasil Analisis Fraksi Gel ... 65

Lampiran 3. Hasil Analisis Rasio Swelling ... 66

Lampiran 4. Hasil Analisis EDS ... 67

Lampiran 5. Contoh perhitungan fraksi gel, rasio swelling dan EDS ... 68

Lampiran 6. Contoh perhitungan pembuatan larutan logam dan larutan buffer ... 69

Lampiran 7. Contoh perhitungan kapasitas penyerapan dan efisiensi Penyerapan ... 72

Lampiran 8. Kurva kalibrasi ... 73

Lampiran 9. Data Hasil Analisil Logam ... 79

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan penduduk yang semakin pesat saat ini memicu pula

pesatnya pertumbuhan dalam bidang industri sehingga semakin banyak limbah

yang dihasilkan. Limbah industri yang mengandung logam berat dan tergolong

limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) jika berada di lingkungan dalam

jumlah yang melewati ambang batas dapat membahayakan lingkungan sekitarnya.

Salah satu industri yang menimbulkan pencemaran yaitu industri pelapisan logam

atau electroplating. Logam berat yang terkandung dalam limbah industri ini

antara lain Cr, Co, Ni, Cu, Zn dan Pb. Limbah ini memerlukan penanganan

khusus agar konsentrasinya dapat diminimalisir dan tidak berdampak buruk bagi

lingkungan.

Belakangan ini, usaha pengendalian limbah ion logam semakin

berkembang dan mengarah pada upaya pencarian metode baru yang murah, efektif

dan efisien. Salah satunya yaitu dengan menggunakan metode adsorpsi. Proses

adsorpsi ini lebih banyak dipakai dalam industri karena mempunyai beberapa

keuntungan, yaitu lebih ekonomis dan tidak menimbulkan efek samping yang

beracun serta mampu menghilangkan bahan-bahan organik. Adsorpsi adalah

proses akumulasi adsorbat pada permukaan adsorben yang disebabkan oleh gaya

tarik antar molekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Interaksi yang terjadi

(18)

2

interaksi, tergantung pada struktur kimia masing-masing komponen.Ada dua jenis

adsorpsi yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Pada adsorpsi fisika ini terjadi

karena disebabkan oleh gaya Van der Waals yang ada pada permukaan adsorben,

panas adsorpsi fisika biasanya lebih rendah. Sedangkan pada adsorpsi kimia

terjadi reaksi antara zat yang terserap dengan adsorben dan panas adsorpsinya

tinggi. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu proses pengadukan,

karakteristik adsorben, kelarutan dari adsorbat, ukuran molekul adsorbat, pH dan

temperatur (Pujiastuti et al., 2004).

Hidrogel adalah salah satu bahan yang akhir-akhir ini banyak diteliti

sebagai alternatif adsorben ion logam berat (Ozkahraman, 2011). Hidrogel ini

mampu menyerap air, sehingga aplikasi hidrogel sebagai adsorben ion logam

dalam air perlu terus dikembangkan.

Akrilamida adalah salah satu jenis monomer hidrofilik yang merupakan

bahan baku paling populer untuk pembuatan polimer poliakrilamida. Sesuai

dengan pengembangan di bidang penelitian dan teknologi, maka pada beberapa

tahun belakangan ini penelitian yang berkaitan dengan polimer poliakrilamida

sedang dikembangkan sebagai bahan dasar untuk bahan biomaterial baru seperti

hidrogel poliakrilamida. Hal ini dikarenakan hidrogel poliakrilamida digunakan

untuk matriks penyimpan air dan yang paling menjanjikan ke depan adalah

sebagai bahan penyerap (absorbent). Namun demikian, hidrogel poliakrilamida

mempunyai kelemahan seperti kemampuannya dalam menyerap air (swelling)

terbatas dan merupakan homopolimer dengan sifat fisik relatif rendah, sehingga

(19)

3

Untuk menaikkan sifat swellingnya perlu ditambahkan suatu zat lain

misalnya polimer yang juga bersifat menyerap air. Pada umumnya penambahan

polimer lain yang kompatibel pada suatu jenis homopolimer akan menaikkan sifat

fisiknya baik modifikasinya dilakukan dengan cara reaksi kimia maupun radiasi.

Kitosan sebagai biopolimer dapat digunakan untuk menyerap ion logam

berat yang terdapat dalam air permukaan dan limbah industri. Selain karena

biopolimer ini mudah diperoleh dan ramah lingkungan, biopolimer tersebut

memiliki gugus-gugus fungsi yang berbeda seperti hidroksil dan amina yang

memungkinkan ion logam dapat terikat baik secara adsorpsi fisik maupun

adsorpsi kimia (Schmul et al., 2001). Penggunaan biopolimer ini dapat

bermanfaat dalam pengolahan limbah industri yang mengandung logam-logam

berat seperti Cr, Co, Ni, Cu, Zn dan Pb (Marganof, 2007). Pencemaran

logam-logam berat tersebut dapat membahayakan kehidupan perairan dan kesehatan

manusia meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Penelitian sebelumnya

melaporkan bahwa telah banyak metode yang digunakan untuk menghilangkan

logam berat dalam perairan diantaranya presipitasi, filtrasi, penukar ion,

elektrodeposisi, adsorpsi dan sistem membrane (Schmul et al., 2001).

Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, bahkan

terkadang masih menyisakan masalah.

Dalam penelitian ini akan dipelajari kemampuan hidrogel berbasis

poliakrilamida-co-kitosan dibuat dengan menggunakan metode iradiasi sinar

gamma. Analisis logam yang terserap oleh hidrogel di ukur dengan menggunakan

(20)

4 1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah potensi hidrogel poliakrilamida-co-kitosan dalam

menyerap ion logam Cr, Co, Ni, Cu, Zn dan Pb.

2. Apakah terdapat hubungan antara penyerapan ion logam Cr, Co, Ni, Cu,

Zn dan Pb oleh hidrogel poliakrilamida-co-kitosan dengan variasi waktu

perendaman gel dalam larutan ion logam, pH larutan ion logam, berat gel

dan konsentrasi larutan ion logam.

1.3. Hipotesis

1. Hidrogel poliakrilamida-co-kitosan dapat menyerap ion logam berat Cr,

Co, Ni, Cu, Zn dan Pb pada kondisi optimum.

2. Kemampuan penyerapan ion logam Cr, Co, Ni, Cu, Zn dan Pb dipengaruhi

oleh variasi waktu perendaman, pH, berat gel dan konsentrasi larutan ion

logam.

1.4.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan hidrogel berbasis

poliakrilamida dan kitosan sebagai adsorben yang dapat menyerap ion logam Cr,

Co, Ni, Cu, Zn dan Pb dan mempelajari kondisi optimum penyerapan ion logam

tersebut. Kondisi optimum yang dipelajari meliputi efek waktu perendaman, pH

(21)

5 1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan

informasi bahwa hidrogel poliakrilamida-co-kitosan dapat digunakan sebagai

penyerap ion logam Cr, Co, Ni,Cu, Zn dan Pb sehingga dapat diaplikasikan dalam

(22)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Adsorpsi

Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu

terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya

tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap ke dalam

(Atkins, 1982).

Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul

pada permukaan padatan. Adanya gaya ini, padatan cenderung menarik

molekul-molekul yang lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan, baik fasa gas

atau fasa larutan ke dalam permukaannya. Akibatnya, konsentrasi molekul pada

permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa gas atau zat terlarut dalam

larutan. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk

ke dalam absorben sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada

permukaannya (Sukardjo, 1990).

Adsorpsi dapat terjadi pada antarfasa padat-cair, padat-gas atau gas-cair.

Molekul yang terikat pada bagian permukaan disebut adsorbat, sedangkan

permukaan yang menyerap molekul-molekul adsorbat disebut adsorben. Pada

adsorpsi, interaksi antara adsorben dengan adsorbat hanya terjadi pada permukaan

adsorben. Adsorpsi adalah gejala pada permukaan, sehingga semakin besar luas

permukaan, maka semakin banyak zat yang teradsopsi. Walaupun demikian,

(23)

7

Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi antara lain struktur adsorben,

berat adsorben, pH media, ukuran partikel, kapasitas pertukaran ion dan suhu.

Adsorpsi tergantung luas permukaan adsorben, semakin poros adsorben, maka

daya adsorpsinya semakin besar. Adsorben padat yang baik yaitu porositasnya

tinggi, permukaannya sangat luas sehingga adsorbsi terjadi pada banyak tempat.

Demikian juga untuk konsentrasi dan luas permukaan, semakin besar konsentrasi

adsorbat maka semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi dan semakin besar luas

permukaan adsorben, maka adsorpsinya pun semakin besar pula (Wiyarsi dan

Priyambodo, 2009).

Berdasarkan besarnya interaksi antara adsorben dengan adsorbat, adsorpsi

dibedakan menjadi dua macam yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.Dalam

adsorpsi fisika, molekul-molekul teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan

ikatan yang lemah (ikatan Van der Waals). Adsorpsi ini bersifat reversibel,

sehingga molekul-molekul yang teradsorpsi mudah dilepaskan kembali dengan

cara menurunkan tekanan gas atau konsentrasi zat terlarut. Panas adsorpsi yang

menyertai adsorpsi fisika yaitu berkisar 10 kJ/mol (Danarto, 2007). Adsorpsi

fisika umumnya terjadi pada temperatur yang rendah dan jumlah zat yang

teradsorpsi akan semakin kecil dengan naiknya suhu. Demikian juga kondisi

kesetimbangan tercapai segera setelah adsorben bersentuhan dengan adsorbat. Hal

ini dikarenakan dalam fisika tidak melibatkan energi aktivasi.

Pada adsorpsi kimia, molekul-molekul yang teradsorpsi pada permukaan

adsorben bereaksi secara kimia. Hal ini disebabkan pada adsorpsi kimia terjadi

(24)

8

mempunyai kisaran yang sama seperti reaksi kimia, yaitu berkisar 100 kJ/mol.

Ikatan antara adsorben dengan adsorbat dapat cukup kuat sehingga struktur

aslinya tidak dapat ditemukan kembali. Adsorpsi ini bersifat irreversibel dan

diperlukan energi yang banyak untuk melepaskan kembali adsorbat (dalam proses

adsorpsi) karena ikatannya berupa ikatan kimia yang sangat kuat. Pada umumnya,

dalam adsorpsi kimia jumlah (kapasitas) adsorpsi bertambah besar dengan

naiknya temperatur. Zat yang teradsorpsi membentuk satu lapisan monomolekuler

dan relatif lambat tercapai kesetimbangan karena dalam adsorpsi kimia

melibatkan energi aktivasi (Oscik, 1982).

Secara singkatnya perbedaan adsorpsi secara fisika dan kimia dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Perbedaan adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia

Adsorpsi fisika Adsropsi kimia

1. Molekul terikat pada adsorben oleh gaya van der waals

2. Mempunyai entalpi -4 sampai -40 kJ/mol

3. Dapat membentuk lapisan multilayer

4. Adsorbsi dapat terjadi pada suhu ruang

5. Jumlah adsorpsi pada permukaan merupakan fungsi adsorbat 6. Tidak melibatkan energi aktivasi

tertentu

7. Bersifat tidak spesifik

1. Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan kimia

2. Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai -800 kJ/mol

3. Membentuk lapisan monolayer 4. Adsorpsi dapat terjadi pada suhu

tinggi

5. Jumlah adsorpsi pada permukaan merupakan karakteristik adsorben dan adsorbat

6. Melibatkan energi aktivasi tertentu

7. Bersifat sangat spesifik

Proses adsorpsi berlangsung melalui tiga tahapan, yaitu makrotransport,

mikrotransport dan sorpsi. Makrotransport meliputi perpindahan adsorbat melalui

(25)

9

difusi adsorbat melalui sistem makroposi dan submikropori.Sorpsi merupakan

istilah untuk menjelaskan kontak adsorbat terhadap adsorben. Istilah ini

digunakan karena sulitnya membedakan proses yang berlangsung, apakah

fisiosorpsi atau kimisorpsi. Kapasitas adsorpsi suatu adsorben untuk sebuah

kontaminan dapat ditentukan dengan menghitung isoterm adsorpsi.

2.1.1. Metode sorpsi

Metode sorpsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu statis (batch) dan

dinamis (kolom).

1. Cara statis (batch) yaitu ke dalam wadah yang berisi sorben dimasukkan

larutan yang mengandung komponen yang diinginkan, selanjutnya di aduk

dalam waktu tertentu, kemudian dipisahkan dengan cara penyaringan atau

dekantasi. Komponen yang telah terikat pada sorben dilepaskan kembali

dengan melarutkan sorben dalam pelarut tertentu dan volumenya lebih

kecil dari volume larutan mula-mula.

2. Cara dinamis (kolom) yaitu ke dalam kolom yang telah diisi dengan

sorben dilewatkan larutan yang mengandung komponen tertentu

selanjutnya komponen yang telah terserap dilepaskan kembali dengan

mengalirkan pelarut (eluen) sesuai yang volumenya lebih kecil (Hanjono,

1995).

2.1.2. Biosorpsi

Pencarian untuk teknologi baru yang melibatkan pemindahan logam

beracun dari air limbah telah mengarahkan perhatian terhadap biosorpsi,

(26)

10

dapat didefinisikan sebagai kemampuan material biologi untuk mengakumulasi

logam berat dari air limbah melalui jalur metabolisme fisika-kimia dimediasi atau

melalui proses serapan (Fourest dan Roux, 1992). Ganggang, bakteri, jamur dan

ragi telah terbukti potensial sebagai biosorben logam (Volesky, 2011).Keuntungan

utama dari biosorpsi atas metode konvensional yaitu diantaranya biaya rendah,

efisiensi tinggi, minimisasi bahan kimia dan biologi. Proses biosorpsi melibatkan

fasa padat (sorben atau biosorben) dan fase cair (pelarut, biasanya air) berisi

spesies terlarut akan diserap (adsorbat, ion logam).

Proses biosorpsi terjadi ketika ion logam berat mengikat dengan 2 cara

yang berbeda, pertama terjadi pertukaran ion dimana ion monovalen dan divalen

seperti Na, Mg dan Ca pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat dan

kedua terbentuk senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan fungsional

grup seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, pospat dan hidroksi-karbonil yang

berada pada dinding sel. Proses biosorpsi dapat lebih efektif dengan adanya pH

dan ion-ion lainnya.

Proses penyerapan (sorpsi) dapat melalui pengikatan aktif dan pasif.

Pengikatan aktif melibatkan reaksi metabolisme terjadi pada biomaterial, tidak

seperti sorben sintesis (resin, silika dan selulosa) yang hanya mengandung satu

macam gugus fungsi.Biomaterial memiliki beberapa gugus fungsi yang ditemukan

dalam sel dan dinding selnya. Gugus fungsi aktif dalam proses penyerapan

diantaranya, karboksil, hidroksil, amino, phospat dan lain-lain (Guibal et al.,

(27)

11 2.2.Hidrogel

Hidrogel adalah salah satu jenis makromolekul polimer hidrofilik yang

berbentuk jaringan berikatan silang, mempunyai kemampuan mengembang dalam

air (swelling) serta mempunyai daya diffusi air yang tinggi. Hidrogel ini memiliki

sifat dasar dapat menyerap air lebih dari 15 kali berat keringnya sendiri, bisa

menggembung (swelling) karena meningkatnya entropi jaringan polimer dan air

yang telah diserap sukar untuk lepas dan hidrogel tersebut tidak larut oleh solvasi

molekul-molekul air melalui ikatan hidrogen karena adanya gugus ionik alami dan

struktur saling bersambungan (interconnected) (Anahet al., 2010).

Faktor yang mempengaruhi penyerapan air adalah tekanan osmotik, yang

berdasarkan pada ion penukar yang dapat berpindah dan afinitas antara polimer

elektrolit dan air. Faktor yang menahan tenaga penyerapan sebagai lawannya

adalah adanya elastisitas gel hasil dari struktur jaringannya. Karena

karakteristiknya yang unggul maka hidrogel di pakai secara luas dibidang

agrikultur, holtikultur, sanitary dan medis. Kemampuan gel yang membengkak

dan melepaskan air ke sekelilingnya secara terkendali telah menjadikan material

hidrogel di pakai untuk produk-produk pengendali kelembaban, keperluan farmasi

dan sebagai pengkondisi tanah. Karakteristik lain dari hidrogel adalah sifat seperti

karet alam yang dapat digunakan untuk mengendalikan konsistensi produk dalam

bidang kosmetik, dan di pakai untuk memberi sifat-sifat yang berdampak segel

untuk produk–produk yang kontak dengan air atau larutan encer, seperti kawat

dan kabel bawah tanah. Jadi kapasitas penyerapan air atau water absorption

(28)

12

Kelemahan utama dari hidrogel ini berbentuk homopolimer yang

mempunyai sifat mekanik relatif rendah dan mudah rapuh sehingga

pengembangannya untuk aplikasi menjadi sangat terbatas. Kelebihan dari hidrogel

ini adalah harganya yang ekonomis dan mudah untuk dibuat serta bahan-bahannya

yang mudah di dapat.struktur hidrogel dapat dilihat dari Gambar 1 berikut :

(a)

(b)

Gambar 1.(a) Ilustrasi Hidrogel Poliakrilamida-co-Kitosan, (b) Struktur Hidrogel Poliakrilamida-co-Kitosan

C

CHH C C

N NHH

2 2 C

C O O

C

CHH C C

N NHH

2 2 C C OO

C

CHH CC

N NHH

2 2 C

C O O

C

CHH C C

N NHH

2 2 C C O O

C

CHH CC

N NHH

2 2 C

C OO

C CHH C C N NHH 2 2 C C O O C CHH C C N NHH22

C C O O C CHH C C N NHH 2 2 C C O O C CHH C C N NHH 2 2 C C O O C CHH C C N NHH22

(29)

13

Salah satu hidrogel lain selain poliakrilamida-co-kitosan adalah Poli(vinil)

pirolidon (PVP)-k-karaginan yang digunakan sebagai pembalut luka bakar.

Poli(vinil) pirolidon (PVP) dan k-karaginan merupakan polimer yang tidak toksik,

pada umumnya banyak digunakan dalam bidang kesehatan, farmasi, serta

kosmetika. Kegunaan k-karaginan dalam sintesis hidrogel ini adalah untuk

menaikkan viskositas larutan PVP dan untuk mengekang air, sehingga diperoleh

suatu sistem padatan campuran PVP-karaginan yang mudah dalam

penanganannya pada shaping (membentuk produk) yang diinginkan dalam proses

iradiasi. Hal ini merupakan salah satu keunggulan dari aplikasi radiasi selain

untuk reaksi polimerisasi/kopolimerisasi maupun sterilisasi produk yang dapat

berlangsung secara simultan (Erizal, 2008).

2.3.Poliakrilamida

Poliakrilamida merupakan polimer dari akrilamida.Akrilamida

(CH2=CHCONH2) adalah senyawa kimia berwarna putih, tidak berbau, berbentuk

kristal padat yang sangat mudah larut dalam air dan mudah bereaksi melalui

reaksi amida atau ikatan rangkapnya. Monomernya cepat berpolimerisasi pada

titik leburnya atau di bawah sinar ultraviolet. Akrilamida dalam larutan bersifat

stabil pada suhu kamar dan tidak berpolimerisasi secara spontan (Harahap, 2006).

Akrilamida (AAM) adalah salah satu jenis monomer hidrofilik yang

merupakan bahan baku paling populer untuk pembuatan polimer poliakrilamida

(PAAM) yang digunakan sebagai media penunjang dalam elektroforesis

(30)

14

penelitian dan teknologi, maka pada beberapa tahun belakangan ini penelitian

yang berkaitan dengan polimer PAAM sedang dikembangkan secara intensif

sebagai bahan dasar (base material) untuk bahan biomaterial baru antara lain

sebagai hidrogel PAAM digunakan di bidang kosmetik sebagai pengganti silikon

dalam bedah plastik. Hal ini dikarenakan hidrogel PAAM mempunyai sifat

biokompatibel dengan tubuh tidak menyebabkan sensititasi pada kulit, tidak

pirogen, dan tidak menyebabkan hidrolisis protein. Selain itu, hidrogel PAAM

digunakan sebagai bahan penyerap (absorbent) dalam personal care misalnya,

sebagai absorben dalam popok bayi, pembalut wanita dan pembalut luka. Namun

demikian, hidrogel PAAM mempunyai kelemahan antara lain kemampuannya

dalam menyerap air (swelling) terbatas dan merupakan homopolimer dengan sifat

fisik yang relatif rendah, sehingga pengembangan untuk aplikasinya juga terbatas

(Erizal dan Rahayu, 2009).

Untuk menaikkan sifat swellingnya perlu ditambahkan suatu zat lain

misalnya polimer yang juga bersifat menyerap air. Pada umumnya penambahan

polimer lain yang kompatibel pada suatu jenis homopolimer akan menaikkan sifat

fisiknya yang dapat dimodifikasi dengan cara reaksi kimia maupun radiasi

(Erizal et al., 2007).

Akrilamida merupakan monomer yang mempunyai ikatan rangkap dua

dalam struktur molekulnya yang peka terhadap paparan radiasi membentuk

radikal bebas, pada akhir proses reaksi radikal bebas membentuk hidrogel dengan

jaringan ikatan silang IPN (interpenetrating network) yang memungkinkan

(31)

15

[image:31.595.92.491.142.547.2]

Struktur akrilamida dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut :

Gambar 2.Struktur Poliakrilamida

2.4.Kitosan

Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai sruktur kimia yang sama

dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekulnya

tinggi. Perbedaan antara kitin dengan kitosan adalah pada setiap cincin molekul

kitin terdapat gugus asetil (-CH3-CO) pada atom karbon kedua, sedangkan pada

kitosan terdapat gugus amina (-NH2). Kitosan dapat dihasilkan dari kitin melalui

proses deasetilasi yaitu dengan cara direaksikan dengan menggunakan alkali

konsentrasi tinggi dengan waktu yang relatif lama dan suhu yang tinggi (Apsari,

2010).

Jika sebagian besar gugus asetil pada kitin disubstitusikan oleh hidrogen

menjadi gugus amino dengan penambahan basa konsentrasi tinggi, maka hasilnya

dinamakan kitosan atau kitin terdeasetilasi. Kitosan relatif lebih banyak digunakan

pada berbagai bidang industri kesehatan dan terapan karena kitosan dapat dengan

(32)

16

Struktur kitosan dapat dilihat dari Gambar 3 sebagai berikut :

Gambar 3.Struktur Kitosan

Adanya gugus fungsi hidroksil primer dan sekunder mengakibatkan

kitosan mempunyai keaktifan kimia yang tinggi. Gugus fungsi yang terdapat pada

kitosan memungkinkan juga untuk modifikasi kimia yang beraneka ragam

termasuk reaksi-reaksi dengan zat perantara ikatan silang, kelebihan ini dapat

memungkinkan kitosan digunakan sebagai bahan campuran bioplastik, yaitu

plastik yang dapat terdegradasi dan tidak mencemari lingkungan.

Salah satu kegunaan kitosan adalah afinitasnya dalam menyerap ion logam

berat. Besarnya afinitas kitosan dalam mengikat logam sangat tergantung dari

karakteristik makro-struktur kitosan yang dipengaruhi oleh sumber dan kondisi

pada proses isolasi (Schmuhl et al.,2001). Bentuk serpihan kitosan, afinitasnya

terhadap ion logam telah diuji coba terhadap ion Pb2+, Ni2+, dan Cr6+ oleh

Jamaludin (1994) dan ion logam Cu(II) dan Cr(VI) oleh Nurdiani (2005).

Modifikasi kitosan dapat dilakukan untuk meningkatkan penyerapannya terhadap

ion logam. Guibal etal(1992) menyatakan bahwa modifikasi kimia kitosan

menjadi bentuk gel dapat meningkatkan kemampuan dan kapasitas serapnya

terhadap ion logam berat. Hal ini disebabkan karena bentuk gel mempunyai

(33)

17

Kegunaan kitosan yang lainnya diantaranya digunakan didalam berbagai

industri seperti industri farmasi, kesehatan, biokimia, bioteknologi, pangan,

pengolahan limbah, kosmetik, agroindustri, tekstil, industri perkayuan, industri

kertas, dan industri elektronika. Aplikasi khusus berdasarkan sifat yang

dimilikinya diantaranya untuk pengolahan limbah cair terutama sebagai resin

penukar ion untuk meminimalisir logam-logam berat dan mengurangi kekeruhan

(Meriatna, 2008).

2.5. Logam Berat

Menurut Fardiaz (1995) istilah logam berat sebenarnya sudah

dipergunakan secara luas terutama dalam perpustakaan ilmiah sebagai unsur yang

menggambarkan bentuk dari logam tertentu.Semua logam berat dapat dikatakan

sebagai bahan beracun yang dapat meracuni makhluk hidup.Sebagai contoh logam

berat air raksa (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan krom (Cr).Namun demikian,

meskipun semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan atas makhluk

hidup, sebagian dari logam-logam berat tersebut dibutuhkan oleh makhluk

hidup.Kebutuhan tersebut dalam jumlah yang sangat kecil/sedikit.Tetapi apabila

kebutuhan yang sangat kecil tersebut tidak terpenuhi dapat berakibat fatal

terhadap kelangsungan makhluk hidup.Karena tingkat kebutuhan yang sangat

dipentingkan maka logam-logam tersebut juga dinamakan sebagai logam-logam

esensial tubuh.Bila logam-logam esensial yang masuk ke dalam tubuh dalam

jumlah yang berlebihan, maka berubah fungsi menjadi racun.Contoh dari logam

(34)

18 2.5.1. Kromium (Cr)

Kromium ditemukan pada tahun 1797 oleh Vanquelin yang membuat

logam krom pada tahun berikutnya. Kromium adalah unsur kimia dalam tabel

periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium berwarna

abu-abu, berkilau, keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi.

Kromium merupakan unsur yang paling banyak di dalam kerak bumi dengan

konsentrasi rata-rata 100 ppm. Senyawa kromium terdapat di dalam lingkungan

karena erosi dari batuan yang mengandung kromium dan dapat terdistribusi

karena peristiwa letusan gunung berapi. Kromium digunakan untuk mengeraskan

baja, pembuatan baja tahan karat dan membentuk banyak alloy (logam campuran)

yang berguna. Krom digunakan dalam proses pelapisan logam untuk

menghasilkan permukaan logam yang keras, indah dan juga dapat mencegah

korosi. Kromium memberikan warna hijau emerald pada kaca (Svehla, 1985).

Kromium juga banyak digunakan oleh berbagai macam industri, salah

satunya adalah industri tekstil. Industri tekstil merupakan industri yang mengolah

serat menjadi bahan pakaian dengan kromium sebagai zat pengoksidasi pada

proses penyempurnaan tekstil. Karena itu pula limbah cair dari industri tekstil

mengandung kromium dengan konsentrasi tinggi.Limbah tersebut dapat

membahayakan lingkungan karena kromium, terutama kromium heksavalen,

merupakan jenis bahan berbahaya dan beracun (B3) (Wahyuadi, 2004).

Dalam perairan, kromium dalam keadaan heksavalen karena ion kromat

(35)

19

(III) bertahan dalam larutan.Dalam larutan, ion ini berwarna hijau dan dapat

terkompleks dengan berbagai jenis ligan dan struktur.

Logam kromium (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang

bersifat toksik. Dalam tubuh, logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai

ion Cr3+. Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan

ginjal. Jika kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat

menyebabkan sakit perut dan muntah.

Nilai baku mutu krom menurut KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku

mutu limbah cair kegiatan industri mengharuskan kadar maksimum sebesar 0,5

mg/L pada hasil pengolahan air limbah.

2.5.2. Kobalt (Co)

Kobalt adalah salah satu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

lambang Co dan nomor atom 27. Elemen bebasnya, diproduksi dari peleburan

reduktif dan logam ini berwarna abu-abu perak yang keras dan berkilau.

Ketersediaan unsur kimia kobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang

mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai dan kawat (Svehla, 1985).

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat toksisitas kobalt adalah besar

dosis, lama dan cara paparan, selain itu juga ditentukan oleh faktor umur, jenis

kelamin, status gizi, gaya hidup dan status kesehatan orang yang terpapar. Kadar

kobalt lebih tinggi terdapat dalam organ hati, jantung serta rambut dibandingkan

organ lainnya. Pada manusia, kadar kobalt normal dalam urin adalah sebesar 98

(36)

20

kobalt normal dalam tubuh sebesar 1,1 mg; 43% berada di otot, 14% berada di

tulang dan sisanya terdapat pada jaringan lunak (Widowatiet al., 2008).

Nilai baku mutu kobalt menurut KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku

mutu limbah cair kegiatan industri mengharuskan kadar maksimum sebesar 0,4

mg/L pada hasil pengolahan air limbah.

2.5.3. Nikel (Ni)

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki

simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan

murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan logam

lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan

besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak di aplikasikan

pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan masak), ornamen-ornamen rumah dan

gedung, serta komponen industri. Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan

pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis

dan merupakan konduktor yang cukup baik terhadap panas dan listrik. Nikel

tergolong dalam grup logam besi-kobalt yang dapat menghasilkan alloy yang

sangat berharga. Paparan nikel bisa terjadi melalui inhalasi, oral dan kontak kulit.

Reaksi nikel dan karbonmonoksida menghasilkan nikel karbonil (Ni[CO]4) yang

bisa terurai menjadi Ni dan CO pada pemanasan 2000oC (Widowatiet al., 2008).

Nilai baku mutu nikel menurut KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku

mutu limbah cair kegiatan industri mengharuskan kadar maksimum sebesar 0,2

mg/L pada hasil pengolahan air limbah.

(37)

21

Unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan

tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa

padat dalam bentuk mineral. Secara kimia, senyawa-senyawa yang dibentuk oleh

logam Cu (tembaga) mempunyai bilangan valensi +1 dan +2. Berdasarkan

bilangan valensinya, yang dibawanya logam Cu dinamakan juga cuppro untuk

yang bervalensi +1 dan Cuppri untuk yang bervalensi +2. Kedua jenis ion Cu

tersebut dapat membentuk kompleks ion yang sangat stabil seperti Cu(NH3)6C12.

Logam Cu dalam beberapa bentuk persenyawaannya seperti CuO, CuCO3,

Cu(OH)2 dan Cu(CN)2 tidak dapat larut dalam air dingin atau panas, tetapi mereka

dapat larut dalam asam seperti H2SO4 dan dalam larutan basa NH4OH (Svehla,

1985).

Logam Cu merupakan jenis logam penghantar listrik terbaik setelah perak,

oleh karena itu banyak digunakan dalam bidang elektronika atau pelistrikan. Cu

juga dapat membentuk alloy dengan berbagai macam logam lainnya seperti

dengan seng, timah dan timbal (Cu-Zn-Sn-Pb) dalam bentuk kuningan yang

banyak digunakan dalam peralatan rumah tangga. Senyawa Cu banyak digunakan

dalam industri cat sebagai antifoling, industri insektisida dan fungisida, sebagai

katalis, baterai, elektroda, penarik sulfur dan sebagai pigmen serta pencegah

pertumbuhan lumut.

Secara ilmiah, Cu masuk ke perairan sebagai akibat dari peristiwa erosi

atau pengikisan batuan mineral dan melalui persenyawaan Cu di atmosfer yang

dibawa oleh air hujan, serta berasal dari buangan industri, pertambangan Cu dan

(38)

22

perairan. Dalam kondisi normal, keberadaan Cu dalam perairan ditemukan dalam

bentuk senyawa CuCO3, Cu(OH)2 dan lain-lain. Bila dalam badan perairan terjadi

peningkatan kelarutan Cu melalui ambang batas yang diperbolehkan, maka akan

terjadi peristiwa biomanifikasi terhadap biota-biota perairan.

Tembaga bersifat toksik bagi organisme. Bentuk tembaga yang paling

beracun adalah debu-debu Cu yang dapat mengakibatkan kematian pada dosis 3,5

mg/kg. Efek keracunan pada manusia yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu

atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan jalur pernafasan atas atau terjadi

kerusakan atropik pada selaput lendir yang berhubungan dengan hidung (Palar,

2004).

Nilai baku mutu tembaga menurut KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku

mutu limbah cair kegiatan industri mengharuskan kadar maksimum sebesar 2

mg/L pada hasil pengolahan air limbah.

2.5.5. Seng (Zn)

Seng dengan nama lainnya zink dilambangkan dengan Zn. Sebagai salah

satu unsur logam berat Zn mempunyai nomor atom 30 dan memiliki berat atom

65,39, logam ini cukup mudah ditempa dan dilihat pada 110-150oC. Zn melebur

pada 410oC dan mendidih pada 906oC. Zn dalam pemanasan tinggi akan

menimbulkan endapan seperti pasir. Zn diperlukan tubuh untuk proses

metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat menjadi racun (Al-Harisi,

2008).

Seng adalah komponen alam yang terdapat di kerak bumi, Zn adalah

(39)

23

bila terkena uap udara, dan terbakar bila terkena udara dengan api hijau terang. Zn

dapat bereaksi dengan asam, basa dan senyawa non logam. Zn di alam tidak

berada dalam keadaan bebas tetapi dalam bentuk terikat dengan unsur lain berupa

mineral. Mineral yang mengandung Zn di alam bebas antara lain kalamin,

franklinite, smitkosonit, willenit dan zinkit (Widowati et al., 2008).

Nilai baku mutu seng menurut KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku

mutu limbah cair kegiatan industri mengharuskan kadar maksimum sebesar 5

mg/L pada hasil pengolahan air limbah.

2.5.6. Timbal (Pb)

Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan timah hitam

merupakan logam yang lunak dan tahan terhadap korosi atau karat sehingga

logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating. Pb dan persenyawaannya

dapat berada dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak terhadap

aktivitas manusia. Secara ilmiah, Pb dapat masuk ke badan perairan melalui

pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Pb yang masuk ke dalam

badan perairan sebagai dampak aktivitas manusia diantaranya adalah air buangan

limbah dari industri yang berkaitan dengan Pb, misalnya dari pertambangan bijih

timah hitam dan buangan sisa industri baterai.

Senyawa Pb yang ada dalam badan perairan dapat ditemukan dalam

bentuk ion-ion divalen atau ion-ion tetravalen (Pb2+, Pb4+). Ion Pb tetravalen

mempunyai daya racun yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan ion Pb

divalen. Timbal bersifat toksik bagi semua organisme hidup, bahkan juga sangat

(40)

24

188 mg/L dapat membunuh ikan-ikan. Keracunan timbal bersifat akut dan kronis.

Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan racun terhadap

banyak fungsi organ sistem syaraf yang terdapat dalam tubuh (Palar, 2004).

Nilai baku mutu timbal menurut KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku

mutu limbah cair kegiatan industri mengharuskan kadar maksimum sebesar 0,1

mg/L pada hasil pengolahan air limbah.

2.6.Iradiasi Sinar Gamma (γ)

Iradiasi adalah proses radiasi energi pada suatu sasaran. Menurut Maha

(1985), iradiasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk pemakaian energi

radiasi secara sengaja dan terarah. Sedangkan menurut Winarno et al (1980)

iradiasi merupakan teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan

menggunakan sumber iradiasi buatan.

Sinar gamma (γ) adalah radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh

radioaktivitas atau subatomik lainnya seperti penghancuran elektron-positron.

Sinar gamma memiliki panjang gelombang yang paling kecil dan energi terbesar

dibandingkan spektrum gelombang elektromagentik yang lain (sekitar 10.000 kali

lebih besar dibandingkan dengan energi gelombang pada spektrum sinar tampak).

Selain itu, sinar gamma memiliki daya ionisasi yang paling rendah namun

jangkauan tembus yang paling besar dibandingkan sinar beta dan alfa. Sinar

gamma bisa mengionisasi jaringan secara langsung atau menyebabkan yang

disebut dengan “secondary ionizations.” yakni ionisasi yang disebabkan ketika

(41)

25

dengan partikel beta) yang kemudian partikel berenergi tersebut akan berinteraksi

dengan jaringan untuk membentuk ion. Daya mengionisasi sinar gamma lebih

kecil daripada sinar alfa atau beta.Akan tetapi, karena daya tembusnya yang besar,

maka dapat menyebabkan kerusakan yang mirip dengan kerusakan yang

disebabkan oleh sinar-X, seperti terbakar, kanker, dan mutasi genetika. Manfaat

dari iradiasi sinar gamma dalam penelitian ini adalah energi dan penetrasinya

besar sehingga dapat menghasilkan radikal bebas yang memicu terjadinya reaksi

kimia sehingga dapat membentuk ikatan silang yang terjadi antara dua

polimer/monomer membentuk kopolimer (Khopkar, 2003).

Iradiasi gamma maupun berkas elekton dapat dimanfaatkan untuk proses

polimerisasi dengan mekanisme pengikatan silang rantai polimer. Proses

degradasi yaitu proses pemutusan rantai polimer sehingga diperoleh rantai yang

lebih pendek dan proses pencangkokan dengan menambahkan gugus fungsi aktif

pada rantai panjang polimer. Keunggulan dari pemakaian teknik iradiasi untuk

memodifikasi suatu bahan yaitu hasil prosesnya bersih karena tidak mengandung

residu dari bahan kimia misalnya katalisator, prosesnya mudah karena dilakukan

pada suhu kamar dan mudah dikontrol, Efisien karena mempunyai kedapatan

yang relatif tinggi (Maha, 1985).

2.6.1. Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

Sinar gamma merupakan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dalam

bentuk partikel-partikel berenergi atau disebut foton (Donnel dan Sangser, 1969).

(42)

26

Mekanisme interaksi sinar gamma dengan materinya dibagi menjadi tiga macam

(Spinks dan Woods, 1976) :

a. Efek fotolistrik

Dalam peristiwa ini seluruh energi foton digunakan untuk mengeksitasi

elektron yang terdapat pada orbital dalam. Peristiwa ini hanya terjadi pada energi

foton < 0,1 MeV dengan nomer atom target (Z) rendah.

Gambar 4. Efek Fotolistrik

b. Efek Hamburan Compton

Pada proses ini hanya sebagian energi foton diberikan kepada materi untuk

ionisasi, sisanya dilepaskan sebagai sinar gamma berenergi lebih rendah. Hal ini

terjadi pada foton yang mempunyai energi 0,1 MeV < Eo < 1 MeV, dan tidak

[image:42.595.93.491.215.557.2]

bergantung pada nomor atom target.

Gambar 5. Efek Hamburan Compton

(43)

27

Proses ini terjadi bila seluruh energi foton diberikan dan menghasilkan

pasangan elektron–positron. Kedua spesi ini saling menghapuskan dan

membentuk sinar gamma dengan energi 0,5 MeV. Proses ini dapat terjadi pada

foton yang mempunyai energi > 1,02 MeV dengan nomor atom target tinggi.

Elektron yang terbentuk dari interaksi sinar gama disebut elektron sekunder yang

dibekali energi, sehingga menjadi sangat reaktif. Elektron sekunder ini akan

[image:43.595.96.492.245.505.2]

mengionisasi materi yang dilaluinya.

Gambar 6. Produksi Pasangan Ion

Menurut Spinks and Woods (1976) daya tembus dari foton gamma

memiliki banyak aplikasi dalam kehidupan manusia, dikarenakan ketika sinar

gamma menembus beberapa bahan, sinar gamma tidak akan membuatnya menjadi

radioaktif.

2.6.2. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang banyak digunakan adalah sumber radiasi gamma

berupa isotop radioaktif dan sumber radiasi elektron yang berupa mesin berkas

elektron. Isotop radioaktif yang banyak digunakan adalah Cobalt-60 dan

Cesium-137. Sebagai sumber radiasi dapat diambil dari radiasi alam (peluruhan dengan

inti radioaktif sinar gamma () dengan radioisotop60Co dan 137Cs atau radiasi

(44)

28 2.6.3. Dosis Radiasi

Dosis radiasi adalah banyaknya energi radiasi yang diserap oleh materi yang

dilaluinya. Ada tiga macam besaran dosis radiasi, yaitu:

a. Dosis paparan (exposure dose), yakni kemampuan radiasi tertentu untuk

menimbulkan ionisasi pada medium yang tertentu pula. Satuan besaran dosis

ini adalah Roentgen (R).

1 R = 1 sme/gram

Atau dalam SI:

1 R = 2,58 x 10-4 Coulomb

b. Dosis serap (absorbed dose), yaitu jumlah energi radiasi (semua jenis radiasi

pengion) yang diserap oleh satu satuan massa/berat dari bahan atau medium

yang dilaluinya. Satuan dari dosis serap adalah rad (radiation absorbed dose).

1 rad = 100 erg/gram

Atau dalam SI, satuan dosis serap adalah Gray (Gy),

1 Gray = 1 joule/kg = 104 erg/gram = 100 rad

c. Dosis setara atau dosis ekivalen (eqivalent dose), yaitu menyatakan jumlah

energi radiasi yang diserap oleh satuan massa/berat bahan atau medium yang

dilaluinya dan sekaligus dikaitkan dengan efek biologisnya. Satuan yang

lazim dipakai adalah rem (rontgen equivalent man), atau dalam SI digunakan

satuan Sievert (Sv).

(45)

29 2.6.4. Efek Radiasi terhadap Polimer

Radiasi pada polimer dapat menyebabkan terjadinya degradasi polimer

atau dapat pula terbentuknya ikatan silang pada polimer. Perubahan kimia dan

fisika. Perubahan ini dapat diamati pada timbulnya warna, pembentukan gas,

berkurangnya ikatan tidak jenuh serta terbentuknya ikatan tak jenuh yang baru.

a. Crosslinking

Reaksi crosslinking merupakan proses kimia yang menghubungkan

rantai polimer yang satu dengan yang lainnya melalui ikatan kovalen

maupun ionik. Senyawa yang termasuk reagen crosslinking yaitu berupa

molekul yang memiliki dua atau lebih sisi reaktif untuk menyerang gugus

fungsi spesifik dan molekul lain. Polimer mempunyai ikatan crosslinking

yang apabila diregangkan, ikatan crosslinking mencegah rantai untuk

terpisah.

b. Degradasi

Degradasi polimer pada dasarnya berkaitan dengan terjadinya

perubahan sifat karena ikatan rantai utama makromolekul. Pada polimer

linier, reaksi tersebut mengurangi masa molekul atau panjang rantainya.

Sesuai dengan penyebabnya, kerusakan atau degradasi polimer ada

beberapa macam. Kerusakan termal (panas), foto degradasi (cahaya),

radiasi(energi tinggi), kimia, biologi (biodegradasi) dan mekanis.Dalam

artian peningkatanberat ukuran molekul ikat silang dapat dianggap lawan

(46)

30

c. Pembentukan gas

Radiasi terhadap polimer menghasilkan molekul gas dengan berat

molekul rendah yang berasal dari pemutusan ikatan pada rantai utama atau

pada rantai samping polimer.

d. Perubahan dalam ketidakjenuhan (pembentukan berbagai ikatan rangkap

antara atom karbon)

Pada iradiasi PVC menyebabkan terbentuknya dehydrochlorination

sehingga akan dilepaskan HCl dan pembentukan polien dengan double

bond.

e. Perubahan warna (physical change)

Terbentuknya ikatan rangkap pada iradiasi terhadap PVC

menyebabkan terjadinya peningkatan intensitas warna menjadi kuning

hingga merah tergantung pada absorben.

f. Oksidasi

Dalam beberapa hal oksigen sangat berpengaruh dalam radiolisis

polimer menyebabkan oksidasi.Oksidasi dapat terjadi karena oksidasi

berdifusi ke dalam polimer selama atau sesudah iradiasi atau oksigen yang

terlah ada terlarut dalam polimer (Umam et al., 2007).

2.7.Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu teknik yang sering

digunakan untuk menentukan konsentrasi logam tertentu dalam suatu sampel yang

(47)

31

dari 70 jenis logam yang berbeda dalam suatu spesi larutan. Spektrofotometri

serapan atom dipergunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan keberadaan

ion logam baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam semua jenis materi dan

larutan. Pengukuran dalam spektrofotometri serapan atom ini didasarkan pada

radiasi yang diserap oleh atom yang tidak tereksitasi dalam bentuk uap

(Hermanto, 2009)

Teknik analisa dari spektrofotometer serapan atom pertama kali

diperkenalkan oleh Welsh pada tahun 1955. SSA merupakan metode yang populer

untuk analisa logam karena disamping sederhana metode ini juga selektif dan

sangat sensitif.Teknik analisa SSA berdasarkan pada penguraian molekul menjadi

atom dengan energi dari arus listrik (Underwood dan Day, 1986).

Metode SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom.Atom-atom

menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat

unsurnya. Misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm,

sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini

mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.Transisi

elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan mengabsorpsi energi, berarti

memperoleh lebih banyak energi, sehingga suatu atom pada keadaan dasar akan

naik tingkat energinya ke tingkat eksitasi dan tingkat-tingkat eksitasinya pun

bermacam-macam. Misalkan unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai

konfigurasi elektron 1s2 2s2 sp6 3s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3s,

artinya tidak memiliki kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi ke tingkat

(48)

masing-32

masing sesuai dengan panjang gelombang 589 nm dan 330 nm. Kita dapat

memilih di antara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spektrum yang

tajam dan dengan intensitas maksimum.Inilah yang dikenal dengan garis

resonansi.Spektrum atomik untuk masing-masing unsur terdiri atas garis-garis

resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa spektrum

yang berasosiasi dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar

ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses

atomisasinya. Berikut ini merupakan bagan alat SSA (Underwood dan Day,

[image:48.595.100.488.293.532.2]

1986):

Gambar 7.Prinsip kerja Alat Spektrofotometer Serapan Atom (Sumber : Underwood dan Day, 1986)

Prinsip kerja alat spektrofotometri serapan atom adalah nyala api yang

mengandung atom-atom netral dari unsur yang dianalisis yang berada pada

keadaan dasarnya disinari oleh sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar.

Sebagian intensitas sinar dari sumber sinar dengan panjang gelombang tersebut

diteruskan menuju monokromator lalu ke detektor, kemudian ke amplifier dan

rekorder .

Spektra absorpsinya lebih sederhana dibandingkan dengan spektra

(49)

33

vibrasi-rotasi. Jadi spektra absorpsi atom terdiri dari garis-garis yang jauh lebih

tajam daripada pita-pita yang diamati dalam spektroskopi molekuler.Absorpsi

atom telah dikenal bertahun-tahun yang lalu. Misalnya garis-garis gelap pada

frekuensi tertentu dalam spektrum matahari dan tanpa garis itu akan kontinu, hal

tersebut pertama kali diperhatikan oleh Wollaston dalam tahun 1802. Garis-garis

tersebut ditemukan ulang dan dipelajari lebih mendalam oleh Joseph von

Fraunhofer dan diberi namagaris-garis Fraunhofer.Pentingnya garis-garis ini baru

dipahami pada tahun 1859 ketika Kirchhoff menerangkan asal-usulnya setelah

mengamati gejala yang serupa di laboratorium.Permukaan matahari yang tampak

jauh lebih panas daripada selimut gas yang mengitarinya dan atom-atom dalam

atmosfer itu menyerap frekuensi-frekuensi khas dari dalam kontinum pancaran

dari permukaan yang lebih panas.Kirchhoff dan yang lain-lainnya, terutama

Bunsen mengidentifikasi sejumlah unsur dalam atmosfer matahari dengan

membandingkan frekuensi garis-garis Fraunhofer dengan frekuensi garis dari

unsur-unsur yang dikenal di laboratorium (Underwood dan Day, 1986).

2.7.1. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrofotometer Serapan Atom memiliki lima bagian utama, yaitu

sumber radiasi atau sistem emisi untuk menghasilkan sinar yang diperlukan,

sistem pengatoman atau sistem absorpsi untuk menghasilkan atom-atom bebas

dan menyediakan media absorpsi, monokromator atau sistem seleksi untuk

menyeleksi atau memisahkan spektra sinar yang dikehendaki, detektor atau

(50)

34

rekorder untuk menampilkan bentuk sinyal listrik menjadi satuan yang dapat

dibaca (Hendayana, 1994).

a. Sumber radiasi.

Sumber radiasi berfungsi memancarkan spektrum atom dari unsur yang

akan ditentukan. Sumber radiasi yang biasa digunakan ada dua jenis, yaitu :

1) Lampu HCL (Hollow Cathode Lamps)

Lampu ini merupakan sumber radiasi dengan spektra yang tajam dan

mengemisikan gelombang monokromatis. Lampu ini terdiri dari katoda cekung

yang silindris yang terbuat dari unsur yang akan ditentukan atau campurannya

(alloy) dan anoda yang terbuat dari tungsten. Elektroda-elektroda ini berada dalam

tabung gelas dengan jendela quartz karena panjang gelombang emisinya sering

berada pada daerah ultraviolet.Tabung gelas tersebut dibuat bertekanan rendah

dan diisi dengan gas inert Ar dan Ne. Beda voltase yang tinggi dikenakan pada

kedua elektroda tersebut sehingga atom gas pada anoda terionisasi.Ion positif ini

dipercepat kearah katoda dan ketoka menabrak katoda menyebabkan beberapa

logam pada katoda terpental dan berubah menjadi uap.Atom yang teruapkan ini,

karena tabrakan dengan ion gas yang berenergi tinggi, tereksitasi ke tingkat

energy electron yang lebih tinggi dan ketika kembali ke keadaan dasar, atom-atom

tersebut memancarkan sinar dengan λ yang karakteristik untuk katoda tersebut.

Berkas sinar yang diemisikan bergerak melalui nyala berkas dengan λ tertentu

yang dipilih dengan monokromator akan diserap oleh uap atau yang ada dalam

(51)

35

sinar yang berasal darii transisi electron ke tingkat eksitasi terendah. Sinar ini

disebut garis resonansi (Hermanto, 2009)

Gambar 8.Hollow Cathode Lamps

2). Electrodelles Discharge lamps

EDLs dibentuk dari tabung yang ditutup kuarsa sedikit torr dari gas inert

seperti argon dan kuantitas kecil dari logam (atau garamnya). Lampu tidak

mengandung elektroda namun malah diberi energi dengan radiasi microwave atau

frekuensi radio intesitas tinggi. Lampu ini mempunyai prinsip kerja hampir sama

dengan HCL, tetapi mempunyai output radiasi lebih tinggi dan biasanya

digunakan untuk analisis unsur As dan Se, karena lampu HCL untuk

[image:51.595.98.492.167.618.2]

unsur-unsur tersebut mempunyai sinyak yang lemah dan tidak stabil (Hermanto, 2009).

Gambar 9. Electrodelles Discharge Lamp

b. Nyala

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa apadatan atau

cairan menjadi bentuk uap atomnya dan juga berfungsi untuk atomisasi.Nyala

(52)

36

tereksitasi dipengaruhi oleh komposisi nyala.Komposisi nyala asetilen-udara

sangat baik digunakan untuk lebih dari 30 unsur sedangkan komposisi nyala

propane-udara disukai untuk logam yang mudah menjadi uap atomic (Hendayana,

1994).

c. Monokromator

Dalam Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) fungsi monokromator

adalah untuk memisahkan garis resonansi dari semua garis yang tidak diserap

yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Dalam kebanyakan instrument komersial

digunakan kisi difraksi karena sebaran yang dilakukan oleh kisi seragam daripada

yang dilakukan oleh prisma dan akibatnya instrument kisi dapat memelihara daya

pisah yang lebih tinggi sepanjang jangka gelombang yang lebih besar

(Hendayana, 1994).

a. Detektor

Detektor berfungsi sebagai alat penguat dari spektrum cahaya yang telah

melewati sampel.Syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah detektor adalah

memiliki respon yang linear terhadap energi sinar dalam kawasan spektrum yang

bersangkutan. Pada spektrofotometer serapan atom detektor yang lazim dipakai

adalah detektor tabung pengadaan (Photon Multiplier Tube Detector, PMTD)

e. Rekorder

Recorder berfungsi untuk menampilkan bentuk sinyal listrik menjadi

satuan yang dapat dibaca.Tampilan yang terdapat pada layar menunjukkan data

(53)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama sembilan bulan pada bulan Februari

sampai dengan Oktober 2012. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Pusat

Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) BATAN Pasar Jumat, Jakarta

Selatan dan di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik

(Mettler Toledo), kawat kassa, plastik polietilen, oven, pH meter Jenway 3503,

shaker incubator(Konterman-Jerman), iradiator sinar γCo-60 (IRKA PATIR

BATAN) dan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) (AAnalyst Perkin Elmer)

dan peralatan gelas lainnya.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan, akrilamida,

asam asetat glasial, HCl, CH3COONa,(K2Cr2O7,Co(NO3)2.5H2O, NiCl2.6H2O,

(54)

38 3.3. Pembuatan Hidrogel Poliakrilamida-co-Kitosan

3 gram kitosan dilarutkan dengan 1,5 gram asam asetat glasial lalu

ditambahkan dengan aquadest 20 mL. Kemudian ditambahkan dengan 7,5 gram

akrilamida dan ditambahkan aquadest kembali hingga 100 gram.Setelah itu

dikemas dalam plastikdan diiradiasi dengan sinar γ Co-60 pada dosis 15 kGy.Di

potong kecil dan di keringkan dengan suhu 40-60oC selama 24 jam.

3.4. Uji Sifat Fisika

3.4.1. Penentuan fraksi gel dari hidrogel

Hidrogel hasil radiasi dengan bobot 100 mg dikeringkan dalam oven pada

suhu sekitar 40-60oC selama 24 jam, lalu hidrogel ditimbang hingga bobot

konstan (Wo). Hidrogel kering dimasukkan kedalam wadah kassa steinless

kemudian dicuci dalam wadah berisi aquadest sambil dikocok dalam shaker

incubator dengan kecepatan 100 rpm, pada temperatur ruang, selama 24 jam

untuk menghilangkan zat-zat yang tidak bereaksi. Kemudian hidrogel dikeringkan

dalam oven pada suhu 60oC dan ditimbang sampai bobot konstan (W1). Fraksi gel

dihitung dengan persamaan sebagai berikut: <

Gambar

Gambar 2.Struktur Poliakrilamida
Gambar 5. Efek Hamburan Compton
Gambar 6. Produksi Pasangan Ion
Gambar 7.Prinsip kerja Alat Spektrofotometer Serapan Atom
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari optimasi pH larutan dan waktu kontak digunakan untuk penelitian selanjutnya yaitu pengambilan ion logam bersaing dan ion logam dalam limbah menggunakan

Dapat disimpulan bahwa waktu penyerapan tertinggi kitosan keong bakau ( Telescopium sp ) (DD 64%) terhadap ion logam timbal (Pb) terjadi pada menit ke 65 dengan

Kondisi optimum yang dibutuhkan komposit besi oksida kitosan untuk mengadsorpsi ion logam Pb(II) pada pH 5,5, waktu kontak 40 menit dan konsentrasi awal 50 ppm

Untuk mempelajari pengaruh logam antara ion Cu(II) dengan ion Cd(II) terhadap pH larutan, maka proses fotoreduksi dilakukan dalam larutan dengan menggunakan massa fotokatalis sebesar

Menurut Refilda, dkk (2001) penurunan efisiensi penyerapan disebabkan karena pada konsentrasi yang lebih tinggi, jumlah ion logam dalam larutan tidak sebanding dengan jumlah

Dapat disimpulan bahwa waktu penyerapan tertinggi kitosan keong bakau (Telescopium sp) (DD 64%) terhadap ion logam timbal (Pb) terjadi pada menit ke 65 dengan

Konsentrasi larutan campuran 10 ppm Sedangkan untuk larutan campuran 10 ppm, efektifitas penyerapan arang aktif terhadap logam Cd menjadi 0% tetapi untuk logam Pb dan Cu

Hasil penelitian menunjukkan dalam sistem larutan yang mengandung dua jenis ion logam membran KTI-Cr(III)-C (Kitosan Tercetak Ion Cr Karbon) relatif selektif terhadap ion