• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Keberadaan IPB Terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus Dan Kontribusinya Terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Keberadaan IPB Terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus Dan Kontribusinya Terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEBERADAAN IPB

TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS

DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN

KABUPATEN BOGOR

ARYS SUHARYANTO

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : DAMPAK KEBERADAAN IPB

TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN

KABUPATEN BOGOR

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2007

(3)

ABSTRAK

ARYS SUHARYANTO. Dampak Keberadaan IPB terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor. (Hermanto Siregar sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Sjafrida Manuwoto sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran yang menyangkut, arus, pendapatan dan manfaat (benefit) kepada masyarakat lokal, wilayah maupun nasional. Keberadaan kampus IPB Darmaga diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah keberadaan kampus IPB Darmaga memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat sekitar kampus dan Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi untuk melihat kontribusi keberadaan kampus IPB terhadap masyarakat sekitar serta analisis I-O untuk melihat peran keberadaan IPB dalam menunjang perekonomian wilayah Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi keberadaan kampus IPB, khususnya kampus Darmaga, dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan Kabupaten Bogor sangat dirasakan sekali. Oleh karena itu pengembangan wilayah perlu dikelola secara terpadu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan, terutama masyarakat sekitar IPB, institusi IPB dan Pemerintah Kabupaten Bogor.

(4)

@ Hak cipta milik Arys Suharyanto, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,

(5)

DAMPAK KEBERADAAN IPB

TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS

DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN

KABUPATEN BOGOR

ARYS SUHARYANTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

PRAKATA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (S2) pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tesis ini, terutama kepada Komisi Pembimbing, yaitu Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Prof. Dr. Ir. Sjafrida Manuwoto, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D selaku Ketua Program Studi PWD, rekan-rekan mahasiswa PWD 2003 yang telah memberikan masukan dan dukungan serta dorongan semangat dan pendampingan selama pengumpulan data lapangan. Kepada Ditjen Dikti Depdiknas RI selaku sponsor/penyandang dana selama penulis melakukan studi disampaikan penghargaan dan terima kasih. Tak lupa kepada Papa M. Aszahari dan Mama S. Asiah Ainie yang memegang peranan besar melalui do’a-do’a nya.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik maupun saran sangat diperlukan untuk perbaikan dan pengembangan dikemudian hari.

Akhirnya penulis berharap agar tesis ini dapat bermanfaat baik bagi diri penulis maupun pihak-pihak lain yang menggunakan.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Telukbetung-Bandar Lampung pada tanggal 1 Januari 1970 dari Papa M. Aszahari dan Mama S. Asiah Ainie. Penulis merupakan anak ke 1 (satu) dari 5 (lima) bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan SD (Sekolah Dasar) Negeri 18 Tanjungkarang tahun 1983 dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri 2 pada tahun 1986 di Bandar Lampung. Selanjutnya sekolah lanjutan tingkat atas penulis selesaikan di SMA (Sekolah Menengah Atas) Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 1989, dan pada tahun yang sama diterima di Jurusan Manajemen Program Studi Manajemen Perusahaan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Strata Satu (S1) tersebut penulis selesaikan pada tahun 1994. Selanjutnya penulis masuk Strata Dua (S2) Magister Sains pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup dan Limitasi Studi ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Peran Masyarakat pada Sektor Informal ... 9

2.2 Peran Perekonomian Masyarakat Sekitar Kampus Darmaga 11 bagi Perekonomian Wilayah / Pengembangan Wilayah ... 2.3 Input-Output Model ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1 Kerangka Pemikiran ... 28

3.2 Hipotesis ... 31

3.3 Metode Penelitian ... 31

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.3.3 Analisis Data ... 32

3.3.4 Definisi Operasional ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor ... 41

4.1.1 Sejarah Singkat ... 41

4.1.2 Geografi dan Pemerintah ... 43

4.1.3 Visi dan Misi ... 46

4.1.4 Klimatologi ... 46

4.1.5 Kesejahteraan Sosial ... 49

4.1.6 Perekonomian ... 50

4.1.7 Prasarana Wilayah ... 53

4.1.8 Sosial, Seni dan Budaya ... 59

(10)

4.3 Gambaran Umum Institut Pertanian Bogor ... 64

4.3.1 Kondisi Geografis ... 64

4.3.2 Sejarah Ringkas IPB ... 64

4.4 Analisis Regresi ... 70

4.4.1 Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh ... terhadap Pendapatan ... 73

4.5 Analisis I-O ... 75

4.5.1 Struktur I-O ... 76

4.5.2 Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) dan ... 78

Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) ... 4.5.3 Koefisien Penyebaran ... 82

(Coefficient of Dispersion=CD) dan Kepekaan ... Penyebaran (Sensitivity of Dispersion= SD) ... 4.5.4 Pengganda Output dan Pengganda Pendapatan ... 85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... .. 88

5.1 Simpulan ... 88

5.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Bentuk Dasar Tabel Input-Output ... 23

2. Definisi Operasional ... ... 34

3. Struktur Tabel Input-Output Kabupaten Bogor ... 37

4. Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun ke-atas Menurut Status ... 50

Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2005 ... . 5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005... 50

6. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Berdasarkan ... 51

Lapangan Usaha Tahun 2002-2005... ... 7. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Kelompok Sektor ... 52

Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005... 8. Perbandingan PDRB dan PAD Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005 ... 53

9. Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun ke-atas yang Bekerja Menurut ... .. 61

Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor ... Tahun 2005 ... 10. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Dramaga Tahun 2003... 63

11. Potensi Desa Kecamatan Dramaga ... 63

12. Jumlah Mahasiswa IPB Tahun 2003/2004 (Kumulatif) ... 68

13. Jumlah SDM IPB Tahun 2003/2004 ... 69

14. Hasil Dugaan Koefisien Regresi Berganda Faktor-Faktor yang ... ... 72

Mempengaruhi Pendapatan Usaha Sektor Informal di Sekitar Kampus ... IPB Darmaga ... 15. PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor atas Dasar ... .. 76

Harga Berlaku dan atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2002-2005 .. 16. Komponen Penyusun Tabel Input-Output Kabupaten Bogor 2003 ... 77

17. Komponen Nilai Tambah Bruto Sektor Ekonomi Kabupaten Bogor ... 78

Tahun 2003 ... 18. Keterkaitan Antar Sektor Perekonomian Kabupaten Bogor 2003 ... 80

(12)

20. Dampak Peningkatan Sektor Jasa IPB terhadap Output Akhir ... 85 di Kabupaten Bogor ... . 21. Dampak Peningkatan Sektor Jasa IPB terhadap Pendapatan ... 87

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan ... 15

2. Interaksi Aspek-Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan ... 17

3. Kerangka Berpikir Tiga Dimensi Tentang Berkelanjutan ... 18

4. Bagan Kerangka Pemikiran Dampak Keberadaan IPB terhadap ... 30

Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya ... terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor ... 5. Peta Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bogor ... 45

6. Peta Curah Hujan di Kabupaten Bogor ... 47

7. Peta Jenis Tanah di Kabupaten Bogor ... 48

8. Peta Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Bogor ... 56

9. Peta Daerah Resapan Air di Kabupaten Bogor ... 57

10. Peta Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bogor ... 58

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Analisis Regresi Sektor Informal (8 Peubah) ... 97

2. Hasil Analisis Regresi Sektor Informal (6 Peubah) ... 98

3. Tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 ... 99

4. Koefisien Tehnis = Matriks A ... 103

5. Matriks Identitas (Matriks 1) ... 106

6. Matriks 1 A ... 109

7. Matriks Invers (1-A) ... 112

8. Dampak Output ... 116

9. Banyaknya Desa Menurut Klasifikasi Desa di Kabupaten Bogor 2005 .. . 117

10. Banyaknya Desa, RT dan Keluarga di Kabupaten Bogor Tahun 2005 ... 118

11. Jumlah Penduduk Keadaan 1 Januari 2005 Menurut Jenis Kelamin ... 119

di Rinci Per Kecamatan di Kabupaten Bogor ... ... 12. Banyaknya Desa Menurut Desa Kota dan Pedesaan ... 120

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada masyarakat lokal, regional bahkan sampai tingkat nasional. Program pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat-manfaat yang positif atau juga berupa kemudharatan (kebanyakan) negatif kepada masyarakat, terutama kepada mereka yang tinggal di dekat sekitar kegiatan ekonomi sebagai penerima akibat (dampak) dari program pembangunan yang bersangkutan. Komunitas lokal harus mencari/mendapat peluang agar terjadi penyesuaian terhadap perubahan karena keadaan baru tersebut (Anwar 1995).

(16)

Perencanaan pembangunan modern, diartikan sebagai bentuk kajian yang sistematis yang meliputi aspek fisik, sosial maupun ekonomi untuk mendukung dan mengarahkan pemanfaatan sumberdaya dalam memilih cara yang terbaik untuk meningkatkan produktifitas agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan. Pemberlakuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan implikasi yang luas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah yang lebih terdesentralisasi, serta mengisyaratkan pentingnya pendekatan pembangunan berbasis pengembangan wilayah. Pembangunan berbasis pengembangan wilayah dan lokal memandang pentingnya keterpaduan antarsektoral, antar spasial serta antar pelaku pembangunan di dalam maupun di luar daerah, sehingga setiap program pembangunan sektoral dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah.

Otonomi daerah memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, sementara tugas pemerintah pusat akan lebih terbatas khususnya yang menyangkut kebijaksanaan dan penentuan norma-norma, penetapan standar, penyusunan prosedur dan pengembangan human capital dan social capital. Daerah menjadi mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan sumberdaya yang dimilikinya, baik sumberdaya alam (natural capital), sumberdaya buatan (man made capital), sumberdaya manusia (human capital) maupun sumberdaya sosial (social capital). Otonomisasi memberikan banyak kewenangan kepada pemerintah daerah, namun dalam implementasinya memerlukan penjabaran dan peninjauan kembali dasar-dasar pengembangannya untuk mampu memenuhi berbagai aspek kebutuhan dalam mewujudkan pembangunan daerah yang bertanggung jawab berdasarkan moral kemanusiaan, sesuai dengan sasaran dan tujuan akhir pembangunan.

(17)

justru merusak tatanan kehidupan bermasyarakat serta memperparah kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Melihat perkembangan tersebut diatas, suatu wilayah atau kawasan diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam menunjang pembangunan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut, diperlukan langkah-langkah atau strategi pembangunan yang mengutamakan keterpaduan baik dalam lingkup lintas sektor, antarsektor maupun wilayah. Dengan pendekatan tersebut, diharapkan suatu pembangunan yang mantap dan efisien dapat terwujud dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan semacam itu tidak lain adalah usaha pengentasan kemiskinan dan pengembangan wilayah dengan pemanfaatan berbagai sumberdaya yang tersedia melalui peningkatan produktivitas serta nilai tambah. Untuk itu diperlukan strategi dan sistem pengelolaan pembangunan yang lebih mendukung dan berkelanjutan (sustainable).

Perguruan Tinggi memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan. Salah satu aspek penting pembangunan nasional adalah pembangunan sumber daya manusia untuk menciptakan tenaga kerja yang produktif dalam upaya memadukan pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi dengan pemerataan pembangunan. Peran ini diusung oleh Perguruan Tinggi sebagai tempat untuk mendidik sumber daya manusia yang berkemampuan dan berdaya guna. Globalisasi telah menghasilkan beberapa tantangan serius bagi Perguruan Tinggi di negara-negara berkembang (Mohamedbhai dalam Breton and Lambert 2003).

Morgan (2002) meneliti peran pendidikan tinggi dalam pembangunan ekonomi dengan menggunakan model elite dan model outreach/diffusion, di Wales. Model outreach/diffusion menitikberatkan kepada hubungan beberapa tema yaitu formasi keterampilan dan reproduksi sosial, antisipasi globalisasi, pembangunan modal sosial dan pengeluaran sosial. Sementara model elite menitikberatkan kepada perubahan teknologi dan tingkat daya saing nasional.

(18)

dapat dipacu dengan menumbuhkan pentingnya ilmu pengetahuan dan informasi dalam ekonomi global. Pendidikan tinggi memiliki kapasitas untuk mengembangkan tidak hanya kehidupan ekonomi di wilayahnya tetapi juga kehidupan sosial, politik dan budaya. Peran pendidikan tinggi dalam pembangunan regional lebih banyak difokuskan dalam aspek pertumbuhan ekonomi melalui perubahan-perubahan yang menyesuaikan ekonomi dan kebijakan-kebijakan terakhir.

Melihat perkembangan pembangunan nasional dewasa ini, peran Perguruan Tinggi dalam memacu percepatan pembangunan secara dinamis serta terencana sangat diperlukan. Peran tersebut dapat dimulai dari masyarakat sekitar kampus, yang kemudian akan memberikan kontribusinya pada pembangunan daerah. Pertumbuhan dinamis pada tingkatan regional tentunya akan menambah gemuruh laju percepatan pembangunan pada skala nasional.

Pembangunan dalam suatu tempat tertentu membutuhkan koordinasi yang terkait dengan rencana pembangunan regional dan nasional. Hal ini meliputi unsur sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya. Pada dasarnya pembangunan regional merupakan penghubung antara lokal dan nasional. Oleh karenanya pembangunan pada masyarakat sekitar akan berdampak pada pembangunan regional yang pada giliranya akan memacu pembangunan nasional.

(19)

berada di lingkungan sekitarnya. Dengan keberadaannya, masyarakat berharap kepada IPB untuk mampu memberikan jalan keluar bagi pemecahan permasalahan sosial dan ekonomi dilingkungan sekitarnya, daerah bahkan nasional.

Keberadaan sebuah kampus Universitas/Perguruan Tinggi dalam suatu wilayah tentunya akan sangat berpengaruh pada masyarakat sekitarnya. Keberadaan ini tentunya akan menimbulkan perubahan struktur wilayah dan berbagai kepentingan yang terkait baik secara ekonomi maupun secara sosial. Masyarakat sekitar tentunya berharap dengan keberadaan sebuah kampus Universitas/Perguruan Tinggi dapat memberikan perubahan pada kehidupannya berupa peningkatan taraf hidup dan peningkatan kesejahteraan melalui interaksi berbagai aktivitas sosial dan perekonomian serta menciptakan dan memberikan lapangan pekerjaan pada sektor formal maupun informal.

Sebagai pihak yang senantiasa berinteraksi dengan geliat kehidupan kampus IPB, keberadaan masyarakat sekitar kampus IPB akan berpengaruh secara timbal balik satu sama lain. Oleh karenanya penting untuk mengetahui dampak keberadaan IPB terhadap masyarakat sekitar kampus IPB khususnya kampus IPB Darmaga dan terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Bogor.

Kawasan di sekitar kampus IPB Darmaga, merupakan kawasan yang sangat potensial dan belum tergarap secara penuh untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang menopang pendapatan asli daerah (PAD). Kawasan di sekitar kampus IPB Darmaga ini pada umumnya berkembang begitu pesat dengan kehadiran aktivitas kampus dari pagi sampai malam hari. Kehadiran kampus IPB di kawasan ini berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat, kualitas sumber daya manusia dan tingkat kesehatan serta daya beli yang meningkat.

(20)

1.2 Perumusan Masalah

Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah yang dimulai pada awal tahun 2001, maka peranan pemerintah daerah sangat penting dalam menggali potensi lokalnya sebagai penambah sumber pembiayaan keuangan dalam membantu membiayai pembangunan daerah secara mandiri. Untuk itulah Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten dalam hal peningkatan sisi penerimaan berupaya agar potensi lokal yang ada dapat meningkatkan pemasukan kas daerah atau dengan kata lain sebagai kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten dituntut untuk mampu memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada secara optimal sehingga nantinya diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam peningkatan PAD serta kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, terdapat permasalahan yang muncul dengan adanya otonomi, yaitu daerah berlomba-lomba mengeksploitasi sumberdaya yang dimilikinya sehingga mengancam keberlanjutan pembangunan. Kondisi ini menyebabkan terjadinya pengelolaan ekosistem dan sumberdaya yang tidak lestari, apalagi jika otonomi daerah tidak diiringi oleh peningkatan kapasitas dan kesadaran akan pentingnya ekologi dalam manajemen sumberdaya. Selain itu munculnya rasa ‘primordialisme’ (rasa kedaerahan, suku, dll) yang berlebihan dapat menghambat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.

Pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan kebutuhan manusia untuk tetap berkembang menjadi lebih sejahtera dan lebih makmur karena didukung oleh lingkungan yang lebih baik. Pembangunan berkelanjutan juga memerlukan peran serta segenap komponen pendukung, baik berupa kemampuan dan fungsi alam dan lingkungan hidup yang baik dan utuh, kemampuan sosial masyarakat yang semakin maju dan pertumbuhan nilai tambah ekonomi yang semakin merata (Soegijoko dan Kusbiantoro 1997).

(21)

kepentingan pemerintah dengan pembangunan di sisi lain dengan kepentingan ekonomi masyarakat.

Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, maka beberapa rumusan masalah yang dibahas dan merupakan lingkup batasan kajian dalam penelitian ini adalah:

1. Apa dan bagaimana peran masyarakat dalam pengelolaan sektor informal yang ada di sekitar kampus IPB Darmaga ?

2. Apakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian di sekitar kampus IPB Darmaga ?

3. Seberapa besar pengaruh perekonomian di sekitar kampus IPB Darmaga terhadap peningkatan perkembangan perekonomian Kabupaten Bogor ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis peran masyarakat dalam pengelolaan sektor informal di sekitar kampus IPB Darmaga

2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat di sekitar kampus IPB Darmaga.

3. Mengetahui dampak keberadaan kampus IPB terhadap perekonomian masyarakat sekitar dan Kabupaten Bogor.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pendapatan masyarakat dan aktivitas perekonomian di sekitar kampus IPB Darmaga. Upaya ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada:

1. Masyarakat sekitar kampus IPB Darmaga dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan pendapatan.

(22)

3. Pemerintah Kabupaten Bogor dalam menyusun perencanaan program peningkatan perekonomian di Kabupaten Bogor.

1.5 Ruang Lingkup dan Limitasi Studi

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Masyarakat pada Sektor Informal

Pertumbuhan penduduk suatu negara yang diiringi dengan pertambahan angkatan kerja telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Hal ini antara lain disebabkan belum berfungsinya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan disegala bidang sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Sektor formal tidak mampu memenuhi dan menyerap pertambahan angkatan kerja secara maksimal yang disebabkan adanya ketimpangan antara angkatan kerja yang tumbuh dengan cepat dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Karena itu sektor informal menjadi suatu bagian yang penting dalam menjawab permasalahan lapangan kerja dan angkatan kerja.

Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebutkan perusahaan berskala kecil, karena sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang, karena itu mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan. Karena mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil dan kebanyakan para migran, jelaslah bahwa mereka bukanlah kapitalis yang mencari investasi yang menuntungkan dan juga bukan pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya (Manning dan Tadjuddin 1996).

(24)

angka pengangguran di Indonesia (Harahap dan Sri Hastuty 1998). Pemberdayaan sektor informal merupakan bagian dari pemberdayaan perekonomian rakyat guna pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Dalam beberapa hal, sektor informal lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku. Dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal yang bersifat adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu mengembangkan peluang-peluang usaha dibandingkan dengan perusahaan besar.

Pada dasarnya, apabila seseorang mempunyai kemampuan, memiliki sedikit pengetahuan praktis serta memiliki peralatan yang sederhana dan keuletan berusaha maka ia dapat melakukan usaha dalam sektor informal. Selanjutnya Tjiptoherijanto (1989), mengemukakan bahwa walaupun dikatakan secara umum kegiatan sektor informal memberikan pendapatan yang rendah, namun bagi golongan masyarakat kelas bawah sebenarnya penghasilan mereka cukup tinggi meskipun didapatkan dengan penuh kerja keras. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang mencari pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang-orang yang masuk ke dalam sektor ini.

Adanya sifat alamiah dan sifat manusia, menyebabkan timbulnya perpindahan penduduk dari daerah yang kurang menguntungkan, seperti daerah pedesaan ke daerah yang lebih menjanjikan, seperti daerah perkotaan atau pusat pertumbuhan baru sebagai tempat bermukim, bekerja, berusaha dan bermasyarakat. Migrasi ini telah menciptakan berbagai macam lapangan usaha baru, seperti keberadaan pekerja sektor informal. Keberadaan pekerja sektor informal turut memberikan sumbangan bagi perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten dimana terdapatnya sektor informal tersebut.

(25)

2.2 Peran Perekonomian Masyarakat sekitar kampus Darmaga bagi Perekonomian Wilayah/Pengembangan Wilayah

Wilayah merupakan suatu area geografis yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Berdasarkan hal ini, wilayah didefinisikan, dibatasi dan digambarkan berdasarkan ciri atau kandungan area geografis tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa ciri dan kandungan area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan wilayah masih tetap merupakan hal yang terus diperdebatkan dan belum tercapai konsensus. Oleh karena itu ahli ekonomi dan pengembangan wilayah sepakat bahwa ciri-ciri dan kandungan area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan suatu wilayah haruslah mencerminkan tujuan analisis atau tujuan penyusunan kebijaksanaan pengembangan wilayah. Atas dasar konsesus di atas maka didalam pengembangan wilayah perlu dipahami pengertian perencanaan wilayah agar arah dan maksud perencanaan pembangunan di dalam suatu daerah atau wilayah dapat secara lebih baik tercapai dan tidak menimbulkan ketimpangan di dalam wilayah itu sendiri atau antar wilayah (Winoto 2000).

Glasson (1990) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis yang menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa perencanaan wilayah merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapaai tujuan ekonomi sosial tersebut. Unsur spasial merupakan dasar dan pedoman bagi seorang perencana wilayah dalam membuat suatu rencana sektoral, daerah serta program-program pembangunan wilayah. Secara konseptual (Glasson 1990) membedakan wilayah menjadi:

(26)

b. Wilayah Nodal yaitu wilayah yang dilandasi oleh adanya faktor heterogenitas akan tetapi satu sama lain saling berhubungan erat secara fungsional. Struktur wilayah ini dapat digambarkan sebagai suatu sel hidup yang memiliki satu wilayah inti (pusat, metropolis) dan beberapa wilayah plasma/pinggiran (periferi, hinterland) yang merupakan bagian sekelilingnya yang bersifat komplementer terhadap intinya dan dihubungkan oleh pertukaran informasi secara intern.

c. Wilayah Administrasi yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesatuan administrasi politis penduduk dari suatu wilayah, jadi batas wilayah ini tidak ditentukan oleh derajat interaksi ataupun homogenitas antar komponen wilayah.

d. Wilayah Perencanaan yaitu wilayah yang mempunyai keterkaitan fungsional antar bagian-bagian penyusunnya (yang membentuk suatu sistem), baik keterkaitan dalam biofisik–ekologis (ekosistem) maupun sosial ekonomi. Pada wilayah ini terdapat sifat-sifat tertentu yang alamiah, perlu perencanaan secara integral dalam pengembangan dan pembangunannya sehingga dapat memberikan solusi dari permasalahan regional yang dihadapi. Wilayah ini dapat mencakup lebih dari satu wilayah administrasi.

Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusun wilayah tersebut yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi masing-masing komponen sehingga tercipta suatu strategi pengembangan dan pembangunann wilayah yang baik dan terarah.

(27)

menciptakan berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna mencapai cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh adanya proses transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas produksi dan produkstivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat (Nasoetion 1999).

Pembangunan wilayah yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat optimal bagi kepentingan masyarakat umum maupun lokal (base community). Dalam pengelolaan sumberdaya alam seyogyanya pertimbangan ekonomi dan lingkungan berada dalam keadaan seimbang agar kelestarian sumberdaya dapat terpelihara dan terjadinya misalokasi sumberdaya dapat dihindari (Anwar 2001b). Pembangunan wilayah yang berkelanjutan berlandaskan kenyataan adanya keterbatasaan kemampuan sumberdaya alam sedangkan kebutuhan manusia terus meningkat. Kondisi seperti ini membutuhkan suatu strategi pemanfaatan sumberdaya yang lebih efektif dan efisien. Pembangunan berkelanjutan menitikberatkan pada tanggung jawab moral dalam memberikan kesejahteraan bagi generasi yang akan datang. Dengan demikian permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan wilayah adalah bagaimana memperlakukan alam dengan kapasitasnya yang terbatas dan telah mengalami degradasi baik karena faktor alam sendiri maupun faktor intervensi manusia, secara arif bijaksana tetapi alokasi sumberdaya secara adil sepanjang waktu dan antar generasi guna menjamin kesejahteraannya tetap berlangsung.

(28)

Konsep pembangunan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang, pertama kali digunakan oleh Komisi Pembangunan dan Lingkungan Dunia (World Commission on Environment and Development) atau The Brundtland Commission pada tahun 1987. Palunsu dalam Hastuti (2001) mengemukakan bahwa pembangunan yang berkelanjutan mengandung tiga pengertian yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan datang.

2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem.

3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam serta sumberdaya manusia dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.

(29)

Ekonomi:

Pertumbuhan, Pemerataan dan Efisiensi

(sustainable growth efficiency)

Sosial: Pemerataan (Equity) Ekologi/Lingkungan

Pemberdayaan Masyarakat Integrasi ekosistem (Ecosistem Integrity) (Empowerment) keanekaragaman hayati (Biodiversity) Keterpaduan sosial (Social Cohession) daya dukung lingkungan Partisipasi Masyarakat (Participation) (Carrying Capacity)

Sumber: Anwar (2001a)

Gambar 1. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan

(30)

Aspek ekologis didasarkan pada pertimbangan bahwa perubahan lingkungan akan terjadi diwaktu yang akan datang dan dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Pandangan kologis didasarkan pada 3 prinsip utama:

1. Aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia adalah tidak terbatas dan berhadapan dengan ekosistem yang terbatas. Kerusakan lingkungan dan polusi yang ditimbulkannya akan mempengaruhi life support system. 2. Aktivitas ekonomi yang lebih maju seiring dengan pertumbuhan populasi

akan meningkatkan kebutuhan akan sumberdaya alam dan tingginya produksi limbah (waste) yang dapat merusak lingkungan karena melebihi daya dukung ekosistem.

3. Pembangunan yang dilaksanakan dalam jangka panjang akan berdampak pada kerusakan lingkungan yang irreversible (Rees 1994).

(31)

Tujuan ekonomi (Economic Objective)

Pertumbuhan (growth) dan Efisiensi

Distribusi pendapatan Evaluasi dampak Lingkungan

Kesempatan kerja Penilaian Sumberdaya

Bantuan kepada Internalisasi dampak

sasaran subsidi lingkungan

Tujuan Sosial Tujuan Ekosistem

Pengentasan Kemiskinan Manajemen Sumberdaya

dan Pemerataan alam

Partisipasi Konsultasi Pluralisme

Sumber: Anwar (2001c)

Gambar 2. Interaksi Aspek-Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan.

(32)

Sumber: Anwar (2001c)

Gambar 3. Kerangka Berfikir Tiga Dimensi tentang Keberlanjutan (sustainability) Hakekat pembangunan wilayah adalah menciptakan keadaan dimana terjadinya alternatif nyata yang lebih banyak bagi setiap anggota masyarakat untuk mencapai aspirasinya yang paling humanistik. Penciptaan alternatif dicirikan oleh adanya proses transformasi karakteristik masyarakat yang ditandai oleh adanya peningkatan kapasitas produksi dan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, peningkatan produktivitas tenaga kerja, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, transformasi struktural dan tata nilai (virtue), yang akhirnya perubahan tersebut mengarah pada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat.

Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak tersedianya kebutuhan fisik dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi mutu lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis pekerjaan yang dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan

Spasial

Temporal

Kesejahteraan Ekonomi Sosial Lingkung

Internasional

Nasional

Regional

Lokal

Pandangan jauh ke depan memerlukan terjadinya proses yang berkembang secara evolutif yang dapat

mempengaruhi keberlanjutan (sustainability)

Skala Spasial yang parallel dan berhubungan dengan hierarkhi administrasi ekologi

Aspek-aspek ini menjadi

(33)

kesejahteraan masyarakat akan dapat tercapai dan semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pengembangan diri.

Pembangunan wilayah pada hakekatnya merupakan suatu perubahan atau pelaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan disuatu wilayah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi lingkungan yang terdapat didaerah tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut tidak hanya terbatas pada potensi fisik saja, melainkan juga meliputi berbagai aspek lainnya yang meliputi sosial, budaya dan politik. Dengan demikian, pembangunan wilayah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang melibatkan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi disuatu wilayah berdasarkan pertimbangan kondisi setempat dan ditujukan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.

(34)

sebagai inti sedangkan desa bertindak sebagai wilayah pheripheri (wilayah pinggiran yang mengelilingi inti).

Manusia mempunyai sifat dasar ingin selalu mencari manfaat dan kenyamanan yang terbaik bagi dirinya ataupun kelompoknya. Suatu kelompok masyarakat akan lebih suka bermukim di daerah yang mempunyai kesuburan baik untuk produksi atau tempat yang mempunyai akses yang mudah untuk mendapatkan pekerjaan, fasilitas sosial seperti rumah sakit, hiburan dan lain-lain. Semakin tinggi ketersediaan faktor ini semakin mudah masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya dan semakin menarik pula daerah tersebut untuk tempat pemukiman.

Dengan adanya kampus IPB Darmaga, mendorong adanya migrasi penduduk ke sekitar kampus. Kehadiran kampus menarik banyak orang untuk mencari penghidupan yang lebih baik dan layak dari sebelumnya ditempat tinggalnya yang terdahulu.

(35)

yang dapat meningkatkan aliran modal dan teknologi yang dibutuhkan untuk pembangunan wilayah.

Myrdal dalam Soekirno (1986) menyatakan bahwa usaha pembangunan di daerah/wilayah yang lebih maju (Growth Centre) akan memberikan dampak kepada daerah sekitarnya (hinterland). Dampak kepada daerah sekitarnya tersebut bersifat negatif, apabila terjadi penguasaan terhadap daerah sekitarnya (backwash effect) sehingga mengakibatkan adanya pertumbuhan wilayah yang terpusat (gonvergence), sebaliknya dapat pula berdapak positif, apabila dapat mendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya (spread effect) sehingga menimbulkan pertumbuhan yang menyebar. Selanjutnya Richardson (1972), berpendapat bahwa pada proses pembangunan ekonomi dengan adanya kecenderungan pemusatan penduduk dan ketersediaan fasilitas, maka investasi diwilayah inti pada mulanya lebih efisien karena berkaitan dengan efisien usaha (economies of scale) dimana masing-masing individu akan memanfaatkan keuntungan-keuntungan eksternal. Dengan demikian akhirnya terjadi pemusatan investasi pada wilayah inti, baik investasi publik maupun investasi swasta. Kecenderungan pemusatan aktivitas ekonomi maupun pemusatan penduduk diwilayah inti, pada negara-negara bukan sosialis lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara sosialis. Di negara sosialis seperti Negara Persemakmusran Rusia, Republik Rakyat Cina dan Kuba, pertumbuhan ekonominya lebih lamban dan struktur politik perekonomiannya lebih mengutamakan pembangunan pertanian di wilayah pedesaan (pheriphery) sehingga arus migrasi dapat dikendalikan. Pemusatan aktivitas ekonomi dan penduduk diwilayah inti pada akhirnya akan mengakibatkan adanya kajian-kajian ekonomi (diseconomies of scale) karena timbulnya biaya-biaya sosial (social cost) yang semakin besar, seperti adanya kemacetan lalu lintas, pencemaran air dan udara, biaya hidup yang tinggi dan sebagainya. Keadaan tersebut secara populer di nyatakan bahwa daya dukung telah melampaui batas kemampuan ekologinya (Anwar 1987).

(36)

Pengintegrasian universitas atau pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri dan pelatihan yang difokuskan kepada penduduk muda dan penduduk lebih tua yang tidak bekerja untuk mengisi kebutuhan pekerjaan baru di perusahaan-perusahaan menjadi lebih nyata. Universitas atau pendidikan tinggi cenderung menjadi konsultan regional daripada nasional.

2.3 Input-Output Model

Pelaksanaan suatu usaha atau program pembangunan ekonomi tidak hanya memberikan dampak positif terhadap keadaan ekonomi peserta/pelaksana usaha tersebut, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian wilayah/masyarakat secara keseluruhan. Adanya kegiatan usaha/program pembangunan ekonomi dalam suatu lingkup perekonomian yang semakin luas/berkembang akan menciptakan keterkaitan yang semakin kuat dan dinamis di antara berbagai sektor ekonomi. Pelaksanaan kegiatan di satu sektor ekonomi tidak mungkin dapat terjadi tanpa dukungan faktor produksi (baik tenaga kerja maupun modal) yang memadai dari pelaku ekonomi dan dari sektor-sektor ekonomi lainnya (Badan Pusat Statistik 1995 & 1996). Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan perekonomian diperlukan dukungan (kontribusi) dari berbagai pelaku dan sektor ekonomi lainnya, terutama dalam penyediaan berbagai macam input/sumberdaya, pemasaran dan pengolahan hasil.

Model Input-Output (I-O) merupakan kerangka atau alat analisis yang banyak digunakan untuk mengetahui atau menganalisis dampak usaha/proyek pembangunan terhadap berbagai keadaan ekonomi suatu negara atau wilayah. Model I-O termasuk ke dalam model keseimbangan umum (general equilibrium), dikembangkan pertama kali oleh Wassily Leontief pada saat membangun model I-O perekonomian Amerika Serikat untuk tahun 1919 dan 1929. Konsep dasar yang dikembangkan oleh Leontief yang disajikan dalam bentuk ”Tabel Input-Output” (Budiharsono 1996) adalah:

1. Struktur perekonomian tersusun dari berbagai ”sektor” (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli.

(37)

3. Input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga (jasa tenaga kerja), pemerintah (pembayar pajak tak langsung), penyusutan dan surplus usaha serta impor.

4. Hubungan input dengan output bersifat linier.

5. Dalam suatu kurun waktu analisis (biasanya 1 tahun) total input sama dengan total output.

6. Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan output tersebut diproduksikan oleh satu teknologi.

Tabel I-O merupakan suatu tabel transaksi yang merekam data tentang hasil produksi berbagai sektor ekonomi dan penggunaannya oleh sektor ekonomi lainnya, baik sebagai input antara (intermediate inputs) maupun permintaan akhir (final demand) di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Tabel I-O mempunyai dua sisi, yaitu produksi dan penggunaan. Bentuk dasar tabel I-O seperti pada Tabel 1 berikut (Sutomo 1995, Budiharsono 1996):

Tabel 1. Bentuk Dasar Tabel Input – Output

Penggunaan (Alokasi) Output Struktur Input

Permintaan Antara 1 2 … j … n

Permintaan Akhir Input Antara

1 2 I II

i n

Input Primer III IV

Sumber: Sutomo 1995, Budiharsono 1996

Berbagai asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam penggunaan model I-O adalah (Sutomo 1995, Budiharsono 1996):

1. Homogenitas, menyatakan bahwa masing-masing sektor hanya memproduksi satu output dengan satu struktur input tertentu, dan tidak ada substitusi di antara input atau output dalam sektor.

(38)

digunakan oleh suatu sektor tertentu akan meningkat atau menurun sebanding dengan peningkatan atau penurunan penggunaan output sektor yang bersangkutan.

3. Additivitas, menyatakan bahwa akibat total dari pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa pengaruh-pengaruh di luar sistem I-O terhadap tingkat produksi sektor diabaikan.

Berbagai analisis ekonomi yang dapat dilakukan dengan menggunakan model/tabel I-O dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu: 1) Analisis Deskriptif, antara lain: analisis struktur input, analisis alokasi output, analisis PDRB menurut penggunaan, analisis kontribusi sektor-sektor, dan 2) Analisis Kuantitatif, meliputi: analisis keterkaitan sektor (ke depan dan ke belakang), analisis dampak pengganda (pendapatan, tenaga kerja dan output), analisis koefisien dan kepekaan penyebaran (Sutomo 1995, BPS 1995, Budiharsono 1996). Berikut ini secara garis besar berbagai analisis tersebut diuraikan:

1. Analisis Struktur Input, berguna untuk menjelaskan nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu sektor dibandingkan dengan total output sektor bersangkutan, penggunaan input (antara) untuk menghasilkan output suatu sektor. Analisis ini dilakukan dengan menganalisis koefisien input suatu tabel I-O.

2. Analisis Alokasi Output, berguna untuk menjelaskan penggunaan output suatu sektor oleh sektor-sektor lain, atau penggunaan output suatu sektor oleh permintaan antara dan permintaan akhir. Analisis ini dilakukan dengan menganalisis koefisien output suatu tabel I-O.

(39)

4. Analisis Kontribusi Sektor-sektor, berguna untuk menjelaskan kontribusi sektor-sektor, misalnya terhadap total output, nilai tambah, pendapatan tenaga kerja, ekspor dan impor. Dari analisis ini diperoleh informasi mengenai kontribusi masing-masing sektor terhadap masing-masing permasalahan yang ditelaah (misalnya sektor mana yang menghasilkan nilai tambah terbesar). 5. Keterkaitan Langsung ke Depan (Direct Forward Linkage), menunjukkan

akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

6. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage), menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. 7. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan, menunjukkan akibat

suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

8. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang, menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

9. Pengganda Pendapatan, menjelaskan besarnya peningkatan pendapatan suatu sektor akibat meningkatnya permintaan akhir sektor tersebut sebesar satu unit. Semakin besar nilai pengganda pendapatan suatu sektor semakin besar pula peningkatan pendapatan masyarakat dari sektor tersebut akibat permintaan akhir. Pengganda pendapatan dibedakan atas: sederhana, total, tipe I dan tipe II.

10. Pengganda Tenaga Kerja/Kesempatan Kerja, menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung setiap unit permintaan akhir suatu sektor terhadap kesempatan kerja yang diciptakan output sektor bersangkutan. Pengganda tenaga kerja dibedakan atas: tipe I dan tipe II.

(40)

langsung maupun tidak langsung. Sementara itu, Pengganda Output total untuk menghitung pengaruh induksi disamping pengaruh langsung. Dalam perhitungannya, sektor rumah tangga dijadikan faktor endogen, sehingga matrik yang digunakan adalah matrik kebalikan Leontief tertutup.

12. Koefisien Penyebaran (Coefficient of Dispersion), menyatakan pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor dalam suatu perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief.

13. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion), menyatakan pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor dalam suatu perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief.

Kerangka analisis lainnya yang dapat digunakan untuk menganalisis ekonomi wilayah sebagai dampak dari adanya suatu usaha pembangunan adalah ”Analisis Ekonomi” yang termasuk dalam ”Analisis Investasi Proyek”.

Analisis Ekonomi (Economic Analysis) adalah analisis yang melihat manfaat dan pengorbanan dalam pelaksanaan proyek terhadap perekonomian masyarakat

(nasional atau wilayah) secara keseluruhan, berbeda dari Analisis Finansial

(Financial Analysis) yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan dari peserta/pelaksana proyek. Analisis ekonomi terutama penting dilakukan

untuk proyek-proyek yang berskala besar dengan jangka waktu analisis lebih dari satu tahun (multi years), yang seringkali menimbulkan perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, karenanya dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup berarti (Husnan dan Suwarsono 1994).

(41)

sektor industri khususnya agroindustri memainkan peranan utama dalam pembangunan ekonomi regional.

Selanjutnya Mangkuprawira (2000) berpendapat bahwa disamping pentingnya sektor manufaktur (industri), sektor pertanian masih memegang peranan penting khususnya dalam menaikkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor melalui ekspor. Sektor industri berdasarkan koefisien multiplier output, agroindustri dapat berperan sebagai leading sector. Oleh karenanya, dalam rangka memelihara atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor, prioritas pertama dalam industri riil seharusnya diarahkan kepada agroindustri.

Dalam kaitannya dengan usaha peningkatan perekonomian di Kabupaten Bogor, maka kerangka model analisis yang digunakan untuk menganalisis dampak dari keberadaan kampus IPB Darmaga terhadap peningkatan perekonomian wilayah Kabupaten Bogor adalah ”Model Input-Output (I-O). Beberapa alasan yang memperkuat penggunaan Model I-O tersebut adalah: 1. Model I-O dapat digunakan untuk menganalisis ekonomi wilayah sebagai

dampak dari keberadaan kampus IPB Darmaga, meliputi: kontribusi usaha jasa-jasa terhadap PDRB, keterkaitannya dengan sektor ekonomi lain, dan multiplier effect-nya terhadap pendapatan, output dan tenaga kerja (sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian).

2. Usaha jasa-jasa menghasilkan satu output yang diproduksi dengan satu teknologi atau satu struktur input, hal ini sesuai dengan syarat penggunaan (asumsi) Model I-O.

(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus menerus ke arah yang dikehendaki. Tjokroamidjojo dan Mustofadidjaja (1980) menyatakan bahwa pembangunan merupakan suatu kegiatan/orientasi usaha yang tidak berakhir. Kemudian dijelaskan bahwa proses pembangunan sebenarnya merupakan perubahan sosial budaya. Suatu proses pembangunan yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri sangat tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Todaro (1977) mengartikan pembangunan sebagai “the process of improving the quality of all human lives”. Hal ini dapat memberi batasan kepada tiga aspek pembangunan yang dikatakan sama pentingnya di mana pembangunan harus mempunyai tujuan:

(i) Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa (ii) Memperkuat persatuan dan kesatuam bangsa

(43)

Salah satu penyebab kegagalan pemerintah (government failure) di masa lalu adalah kegagalan di dalam menciptakan sinergisitas antar komponen pembangunan atau kegagalan menciptakan keterpaduan sektoral di dalam kerangka pembangunan wilayah. Lembaga-lembaga (instansi) sektoral di tingkat wilayah/daerah sering jadi hanya berupa perpanjangan dari lembaga sektoral di tingkat nasional/pusat dengan sasaran pembangunan, pendekatan dan perilaku yang tidak sinergis dengan lembaga (institusi) yang dibutuhkan di tingkat daerah. Akibatnya, lembaga pemerintah daerah gagal menangkap kompleksitas pembangunan yang ada dan tidak mempertimbangkan keterkaitan antar lembaga institusi tersebut. Keterpaduan sektoral tidak hanya menyangkut hubungan antar lembaga pemerintahan, akan tetapi juga antara pelaku-pelaku ekonomi secara luas dengan latar belakang yang berbeda. Rustiadi (2003) menyatakan bahwa suatu wilayah yang berkembang menunjukkan adanya keterkaitan (linkage) antara sektor ekonomi wilayah dalam arti transfer input dan output barang dan jasa antar sektor dapat berlangsung secara dinamis.

Keterpaduan spasial membutuhkan adanya interaksi spasial yang optimal dalam arti terjadinya struktur keterkaitan antar wilayah yang dinamis. Akibat potensi sumberdaya alam serta aktivitas-aktivitas sosial ekonomi yang tersebar secara merata dan tidak seragam, maka diperlukan adanya mekanisme interaksi intra dan inter wilayah secara optimal.

(44)

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Dampak Keberadaan IPB terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor.

Masyarakat Sekitar (Analisis Regresi)

Pemerintah Kabupaten Bogor

(Analisis I-O)

Kesempatan Kerja Sektor Formal/Informal

Penerimaan Pajak Penghasilan/Usaha

Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Peningkatan PAD Kabupaten Bogor

Peningkatan Taraf Hidup Peningkatan Fasilitas Pelayanan Umum

Penelitian I P B Pemerintah RI

(45)

3.2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan pendapatan antara pelaku sektor informal di sekitar kampus IPB Darmaga dengan pelaku sektor informal di kawasan yang comparable.

2. Diduga keberadaan kampus IPB Darmaga mempengaruhi perekonomian masyarakat sekitar dan perekonomian Kabupaten Bogor.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini akan dilakukan di sekitar kampus IPB Darmaga yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hal ini karena penekanan penelitiannya adalah untuk melihat manfaat ekonomi dengan keberadaan kampus IPB bagi pertumbuhan perekonomian wilayah Kabupaten Bogor.

3.3.2 Jenis dan Sumber Data

Data primer yang dikumpulkan melalui pembuatan kuisioner dan wawancara langsung adalah data ekonomi masyarakat di sekitar kampus IPB Darmaga. Jumlah responden adalah 200. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik Purposive Random Sampling.

(46)

Sementara data sekunder yang dikumpulkan mencakup data ekonomi masyarakat, data kondisi lingkungan/perekonomian serta data yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, khususnya selama 5 tahun terakhir, dari tahun 2000 hingga tahun 2004. Data sekunder bersumber dari monografi daerah, Kantor Biro Statistik setempat dan dari instansi lain.

Data yang dapat menggambarkan kondisi dan pertumbuhan aspek ekonomi masyarakat, yang selanjutnya dipergunakan untuk analisis Kuantitatif di antaranya adalah :

1). Harga kebutuhan pokok 2). Biaya kehidupan 3). Jumlah masyarakat 4). Jenis dan jumlah usaha

3.3.3 Analisis Data

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat di sekitar kampus IPB Darmaga digunakan analisis Deskriptif dan analisis Ekonometrik.

Untuk analisis ekonometrik digunakan model regresi dalam menjawab tujuan penelitian. Model regresi yang digunakan sebagai berikut:

Yi = β0 + β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + β4 X4i + β5 X5i + β6D1i + β7D2i + β8D3i + ei

Dimana:

Y = Pendapatan usaha di sektor informal (Rp/bulan) X1 = Umur (tahun)

X2 = Pendidikan yang ditamatkan (tahun)

X3 = Pengalaman kerja (tahun)

X4 = Curahan kerja (jam/hari)

X5 = Modal operasi per tahun D1 = Jenis kegiatan sektor informal

(47)

D2 = Lokasi usaha

1 = jika di dalam kampus 0 = jika di luar kampus

D3 = Asal daerah

1 = asli setempat 0 = pendatang

Variabel-variabel tersebut diatas adalah variabel yang diperlukan dalam mengidentifikasi kegiatan perekonomian masyarakat sekitar dan memperkaya apa yang telah dilakukan oleh Suhendi (2005).

Untuk melihat nyata tidaknya peranan peranan keragaman peubah penjelas terhadap keragaman peubah endogen dilakukan pengujian hipotesis secara statistik. Hipotesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 : β1 = β2 = ….. = βk = 0

H1 : Minimal ada satu nilai βj yang tidak sama dengan nol: j = 1,2,3 …..,k

Pengujian peranan keragaman peubah penjelas secara bersama-sama terhadap keragaman peubah endogen dilakukan pengujian dengan statistik uji-F, yaitu:

Jumlah kuadrat tengah regresi /k

F hitung =

Jumlah kuadrat tengah sisa/(n-k-1) Bila:

F hitung > Fα (k, n-k-1) ……… Tolak H0

F hitung ≤ Fα (k, n-k-1) ……… Terima H0

Dimana:

K = Jumlah peubah penjelas n = Jumlah contoh

(48)

3.3.4 Definisi Operasional (Variabel)

Definisi operasional (variabel) dalam model ini seperti disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Definisi Operasional (Variabel)

Nama Variabel Simbol Satuan

Umur Responden Darmaga & Ciampea (D2)

Nama Daerah (D3)

Keterangan :

1. Kesempatan kerja adalah kesempatan untuk bekerja baik dengan membuka usaha sendiri maupun bekerja pada usaha orang lain yang diukur dari jumlah dan jenis usaha yang berada di sekitar kampus IPB (Darmaga) meliputi kelompok usaha perdagangan, jasa dan angkutan

2. Sektor informal adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai ciri mudah dimasuki, bekerja sendiri atau hanya dibantu pekerja keluarga, beroperasi dalam skala kecil, umumnya tidak menuntut keterampilan yang berasal jalur pendidikan formal, pola usahanya tidak teratur baik operasi maupun jam kerjanya dan tidak memiliki izin usaha.

3. Sektor formal adalah salah satu kegiatan ekonomi yang bersifat resmi dan mendapat pengakuan (legitimasi) dari pemerintah berdasarkan surat ijin serta umumnya memiliki tenaga kerja tetap yang diatur secara tertulis.

4. Umur Responden adalah rentang waktu dari lahir hingga sekarang yang dimiliki oleh pelaku usaha yang dinyatakan dalam tahun.

(49)

6. Lama Bekerja adalah jumlah waktu yang telah dilalui pelaku usaha dalam menjalankan usahanya yang dinyatakan dalam bulan.

7. Curahan adalah banyaknya jam kerja yang digunakan untuk melakukan usaha yang dinyatakan dalam jam per bulan.

8. Modal adalah uang atau nilai barang yang digunakan pelaku usaha untuk memulai usahanya, dinyatakan dalam rupiah.

9. Lokasi Dalam IPB (IPB) adalah usaha yang dilakukan di dalam Kampus IPB Darmaga.

10. Lokasi Sekitar IPB (Lokasi) adalah usaha yang dilakukan di luar Kampus IPB Darmaga.

11. Asal yaitu mengacu pada tempat dimana pelaku usaha dilahirkan atau pelaku usaha dibesarkan.

12. Pendapatan usaha sektor informal adalah pendapatan yang diterima pelaku usaha sektor informal yang merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya untuk menghasilkan barang atau jasa usaha tersebut. Pendapatan ini dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Untuk menganalisis dampak keberadaan kampus IPB Darmaga terhadap peningkatan perekonomian wilayah Kabupaten Bogor, digunakan analisis “Model Input-Output” (Sutomo 1995, Badan Pusat Statistik 1995, Budiharsono 1996). Analisis dengan model I-O tersebut dilakukan dalam lima tahap sebagai berikut:

Tahap I. Penyusunan tabel I-O Kabupaten Bogor tahun 2003 dengan menggunakan metode “non survey”, yaitu diturunkan atau di “up-date” dari tabel I-O Jawa Baratyang telah tersedia (BPS Jawa Barat).

(50)

Tahap III. Penyusunan tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 tersebut pada tahap II dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode “non survey” dan

metode “survey”. Metode “non survey” digunakan untuk menurunkan atau meng “up date” nilai semua sektor produksi/ekonomi dan komponen lainnya

pada tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 menjadi tabel I-O Kabupaten Bogor 2003. Langkah-langkah dalam melakukan “up date” tersebut adalah:

1. Melakukan proyeksi atau estimasi total permintaan (permintaan antara dan permintaan akhir) atau total input (input antara, impor dan input primer) dari setiap sektor produksi dan komponen lainnya dalam tabel I-O dengan mempertimbangkan: laju pertumbuhan output masing-masing sektor produksi dan komponen lainnya dari tahun 2000 sampai tahun 2004.

2. Hasil proyeksi atau estimasi total permintaan atau total input tersebut, selanjutnya dialokasikan ke masing-masing komponen dari permintaan/input antara, permintaan akhir, impor dan input primer pada tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 berdasarkan pada “koefisien input” masing-masing komponen dari tabel I-O 2003, yang telah ditentukan dengan metode Location Quotient (LQ).

Sementara itu, metode “survey” digunakan untuk memperoleh data/informasi tentang aktivitas sektor usaha jasa, termasuk di dalamnya kaitan dengan sektor produksi atau komponen lainnya dalam tabel I-O, yang dilaksanakan di Kabupaten Bogor Dengan demikian, data/informasi yang diperoleh melalui kedua metode tersebut (non survey dan survey) digabungkan dan dituangkan ke dalam tabel I-O Kabupaten Bogor.

(51)

Tabel 3. Struktur Tabel Input – Output Kabupaten Bogor Sektor pembeli

(Permintaan antara)

Permintaan Akhir Total Output

C : permintaan akhir oleh rumahtangga (konsumsi rumah tangga) G : government expenditure

K : tabungan untuk pembentukan barang modal seperti; tabungan di bank, pembelian barang modal untuk disimpan.

W : Upah/gaji TK (konstribusi TK terhadap system produksi)

T : tax dari pelayanan pemerintah (konstribusi layanan pemerintah terhadap system produksi)

S : Surplus usaha terhadap pemilik modal (konstribusi managemen/pemilik modal terhadap system produksi)

Q11 : output sektor 1 digunakan sebagai input di sektor 1 pula, contoh : petani padi menggunakan input benih padi.

Q12 : output sektor 1 digunakan sebagai input di sektor 2 pula, contoh : padi digunakan sebagai input pada industri tape.

Tc : pelayanan publik yang dirasakan rumah tangga dan rumah tangga pun membayar pajak/retribusi (transfer dari rumah tangga ke pemerintah) Sc : transfer surplus perusahaan ke rumah tangga

(52)

Dari tabel I-O di atas, dapat ditentukan besarnya “koefisien input (aij)”,

yaitu perbandingan antara output sektor ke-i yang digunakan sebagai input oleh sektor ke-j (Xij) dengan input total sektor bersangkutan (Xj), secara matematis

rumusnya: aij = Xij/Xj. Selanjutnya masing-masing nilai aij tersebut dapat disusun

ke dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut:

X 2

atau dalam bentuk matriks:

a. Leontief terbuka, yaitu tanpa sektor rumah tangga (rumah tangga sebagai sektor eksogen).

b. Leontief tertutup, yaitu dengan memasukkan sektor rumah tangga (rumah tangga sebagai sektor endogen).

(53)

1. Analisis PDRB berdasarkan nilai tambah, yaitu dengan menganalisis kontribusi masing-masing sektor komponen PDBR (sektor) terhadap total PDRB berdasarkan nilai tambah (input primer) dinyatakan dalam persen (analisis deskriptif). Dalam hal ini diketahui kontribusi sektor usaha jasa.terhadap PDRB.

2. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage), digunakan rumus berikut:

n)

FLi = Keterkaitan langsung ke depan dari sektor ke-i

IFLi = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dari sektor ke-i

Xij = Banyaknya input sektor j yang berasal dari output sektor I

Xj = Total input sektor j

aij = Unsur matrik koefisien teknik (unsur matrik A)

cij = Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka (unsur matrik (I-A)-1)

3. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage), digunakan rumus berikut:

n)

BLj = Keterkaitan langsung ke belakang dari sektor ke-j

(54)

4. Koefisien Penyebaran (Coefficient of Dispersion = CD), rumusnya:

5. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion = SD), rumusnya:

6. Pengganda Pendapatan, digunakan rumus berikut:

MPIj/MPIIj = Pengganda pendapatan tipe I/tipe II sektor ke-j MPSj/MPTj = Pengganda pendapatan sederhana/total sektor ke-j

an+1,i = Koefisien input gaji/upah rumah tangga sektor ke-i

an+1,j = Koefisien input gaji/upah rumah tangga sektor ke-j

dij = Unsur matrik kebalikan Leontief tertutup (unsur matrik (I-B)-1)

7. Pengganda Output, digunakan sebagai berikut:

(55)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor 4.1.1 Sejarah Singkat

Pada tahun 1745, cikal bakal masyarakat Bogor semula berasal dari sembilan kelompok pemukiman yang digabungkan oleh Gubernur Baron Van Inhof menjadi inti kesatuan masyarakat Kabupaten Bogor. Pada waktu itu Bupati Demang Wartawangsa berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan rakyat yang berbasis pertanian dengan menggali terusan dari Ciliwung ke Cimahpar dan dari Nanggewer sampai ke Kalibaru/Kalimulya. Penggalian untuk membuat terusan kali dilanjutkan di sekitar pusat pemerintahan, namun pada tahun 1754 pusat pemerintahan yang terletak di Tanah Baru kemudian dipindahkan ke Sukaati (Kampung Empang sekarang). Terdapat berbagai pendapat tentang lahirnya nama Bogor itu sendiri. Salah satu pendapat menyatakan bahwa nama Bogor berasal dari kata Bahai atau Baqar yang berarti sapi dengan alasan terdapat bukti berupa patung sapi di Kebun Raya Bogor.

Pendapat lainnya menyebutkan bahwa nama Bogor berasal dari kata Bokor yang berarti tunggul pohon enau (kawung). Pendapat di atas memiliki dasar dan alasan tersendiri diyakini kebenarannya oleh setiap ahlinya. Namun berdasarkan catatan sejarah bahwa pada tanggal 7 April 1752 telah muncul kata Bogor dalam sebuah dokumen dan tertulis Hoofd Van de Negorij Bogor, yang berarti kepala kampung Bogor. Pada dokumen tersebut diketahui juga bahwa kepala kampung itu terletak di dalam lokasi Kebun Raya itu sendiri yang mulai dibangun pada tahun 1817.

(56)

tersebut, yaitu: Kerajaan Tarumanegara, diperintah oleh 12 orang raja. Berkuasa sejak tahun 358 sampai dengan tahun 669. Kerajaan Galuh, diperintah oleh 14 raja. Berkuasa sejak 516 hingga tahun 852. Kerajaan Sunda, diperintah oleh 28 raja, bertahta sejak tahun 669 sampai dengan tahun 1333. Kemudian dilanjutkan Kerajaan Kawali yang diperintah oleh 6 orang raja berlangsung sejak tahun 1333 hingga 1482. Kerajaan Pajajaran, berkuasa sejak tahun 1482 hingga tahun 1579. Pelantikan raja yang terkenal sebagai Sri Baduga Maharaja, menjadi satu perhatian khusus. Pada waktu itu terkenal dengan upacara Kuwedabhakti, dilangsungkan tanggal 3 Juni 1482.

(57)

pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor berkedudukan di Desa Tengah Kecamatan Cibinong. Sejak saat itu dimulailah rencana persiapan pembangunan pusat pemerintahan ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor dan pada tanggal 5 Oktober 1985 dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bogor pada saat itu.

4.1.2 Geografi dan Pemerintah

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota RI dan secara geografis terletak pada posisi 6019’ - 6047’ Lintang Selatan dan 10601’ – 1070103’ Bujur Timur. Luas wilayah berdasarkan data terakhir adalah 2.301,95 Km2.

Batas-batas Wilayah ini adalah: Di Utara : Kota Depok

Di Barat : Kabupaten Lebak. Di Barat Daya : Kabupaten Tangerang. Di Timur : Kabupaten Purwakarta. Di Timur Laut : Kabupaten Bekasi. Di Selatan : Kabupaten Sukabumi. Di Tenggara : Kabupaten Cianjur.

Berdasarkan hasil Pendataan Sosial Ekonomi 2005, Kabupaten Bogor memiliki 40 KECAMATAN, 427 desa/kelurahan, 13.541 RT dan 913.206 rumah tangga. Dari jumlah tersebut 234 desa mempunyai ketinggian sekitar kurang dari 500 m diatas permukaan laut (dpl), 144 desa diantara 500-700 m dan sisanya 49 desa sekitar lebih dari 500 m dpl. Hampir sebagian besar desa pada Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa Swakarya yakni 236 desa, lainnya 191 desa Swasembada dan tidak ada desa Swadaya.

(58)

Kabupaten Bogor dibagi dalam perwilayahan pembangunan yang merupakan dasar penyusunan agenda pembangunan dan rencana strategis setiap bidang dan program pembangunan dalam rangka penyeimbangan pembangunan antar wilayah. Maksud dan tujuan perwilayahan pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah secara seimbang antar kawasan dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan berkesinambungan. Dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah dan perkembangan ekonomi wilayah, pola interaksi internal dan eksternal yang didukung oleh jaringan infrastruktur pelayanan baik lokal maupun regional serta kebijakan pengembangan dan penyebaran penduduk secara seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan, maka wilayah Kabupaten Bogor dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah pembangunan, yaitu: wilayah pembangunan barat, tengah dan timur.

Pembangunan wilayah barat meliputi 13 (tiga belas) kecamatan, yaitu Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan Kecamatan Rumpin, dengan luas wilayah sekitar 128.750 Ha. Pembangunan wilayah tengah meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede, Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan kecamatan Tamansari, dengan luas wilayah sekitar 87.552 Ha. Pembangunan wilayah timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Tanjungsari dan Kecamatan Cariu.

Masyarakat Kabupaten Bogor memiliki beberapa karakteristik yaitu: wilayah Bogor bagian utara corak penduduknya adalah Betawi Ora (atau campuran suku Betawi dan Sunda); wilayah Bogor bagian selatan corak dan bahasa penduduknya adalah campuran antara Bogor dengan Cianjur dan Sukabumi; sebelah barat corak dan bahasa penduduknya campuran antara Bogor dan Banten; bagian timur corak dan bahasa penduduknya campuran Bogor dengan Karawang, sedikit dengan Cianjur dan Bekasi.

(59)
(60)

4.1.3 Visi dan Misi

Visi Kabupaten Bogor adalah: "Terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera berlandaskan iman dan taqwa". Maju berarti: mewujudkan masyarakat ke arah yang lebih baik atau menuju peradaban yang tinggi. Mandiri berarti: masyarakat mengoptimalkan segala potensi daerah yang telah dimiliki sesuai dengan kemampuan di daerah itu sendiri. Sejahtera berarti: masyarakat yang aman sentosa dan makmur, selamat atau terlepas dari segala gangguan, kesukaran dan sebagainya. Iman dan taqwa berarti: berlandaskan keyakinan, kepercayaan, ketaatan dan kepatuhan kepada Allah swt.

Misi Kabupaten Bogor adalah: "Menegakkan supremasi hukum mewujudkan pemerintah yang baik (good governance) meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat meningkatkan perekonomian daerah meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat serta memantapkan kualitas iman dan taqwa".

4.1.4 Klimatologi

Iklim di Kabupaten Bogor menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, termasuk Iklim Tropis tipe A (Sangat Basah) di bagian selatan dan tipe B ( Basah) di bagian utara. Suhu berkisar rata-rata antara 200 C sampai 300 C. Curah hujan tahunan antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara yang berbatasan dengan DKI Jakarta, Tangerang dan Bekasi curah hujannya kurang dari 2.500 mm/tahun. Oleh karena itu Kota Bogor mendapat sebutan sebagai "Kota Hujan".

Ketinggian rata-rata Kabupaten Bogor berkisar Antara 15 - 2.500 M Dpl. Dengan penyebaran sebagai berikut: berkisar antara 15 - 2.500 M Dpl, daratan bergelombang (100-500M) di bagian tengah, pegunungan (500-1000 M), pegunungan tinggi dan daerah puncak (2000-2.500 M).

(61)

(62)

Gambar

Gambar 2.  Interaksi Aspek-Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan.
Gambar 3. Kerangka Berfikir Tiga Dimensi tentang Keberlanjutan (sustainability)
Gambar 4.  Bagan Kerangka Pemikiran Dampak Keberadaan IPB terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor
Tabel 2. Definisi Operasional (Variabel)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah; 1 Untuk menjelaskan model kepemimpinan Kepala MTs Al-Ittihad dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru pendidikan Agama,

Secara umum masyarakat di Desa Sirnaresmi yang terdiri atas Kasepuhan masyarakat adat telah melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara konsisten

Bila dilihat dari tingkat penerapan kom- ponen teknologi PHT oleh petani seperti: (1) pemberian pupuk secara optimal (sesuai kebu- tuhan), (2) melakukan pemangkasan tanaman

memberlakukan ratifikasi terhadap Pasal 1 sampai 12 Konvensi terse but. SEBAGAI BUKTI, Piagam Pemberitahuan ini say a tandatangani dan bubuhi.

Berdasarkan temuan penelitian dan ketentuan Kemendiknas Nomor 044/U/2002 bahwa Peran komite SMPN 1 Asembagus sebagai badan pendukung dilakukan dengan ikut

b) menyadari bahwa Proposal ini akan digunakan sebagai dasar dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari polis yang akan diterbitkan, oleh karenanya Tertanggung

6. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik. Menetapkan

Dalam penelitian ini penulis hanya fokus kedalam latihan dribble slalom untuk meningkatkan keterampilan dribbling, karena karakteristik dribble slalom bahwa bola