• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien di UPT Puskesmas Sindangjawa, Kabupaten Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien di UPT Puskesmas Sindangjawa, Kabupaten Cirebon"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI UPT

PUSKESMAS SINDANGJAWA KABUPATEN CIREBON

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH : SRI EMILIA NIM : 1112104000024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

(3)

iii JAKARTA

Undergraduate Thesis, June 2016

Sri Emilia, NIM: 1112104000024

Description of level of patient satisfaction level at UPT Puskesmas Sindangjawa Cirebon Regency

xviii + 68 pages + 3 tables + 2 designs + 6 charts + 11 attachments

ABSTRACT

One of the health-care facilities in the community is community health center which is called puskesmas. Puskesmas is a health development center that provides comprehensive services and integrated to the community, developed as the spearhead of health care in Indonesia that has authority and responsibility for the maintenance of public health in their working area without neglecting the service quality to individual. Puskesmas should have a proper health care quality in order to give satisfaction for the patient who can felt by the community. This research was a descriptive survey through a quantitative approach by using 42 assesment items with likert scale. This study population was UPT Puskesmas Sidangjawa patients about 100 respondents who aimed to describe the level of patient satisfaction at UPT Puskesmas Sindangjawa, Cirebon Regency in 2016. From the result of this study that were analyzed based on five dimensions which are tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy that refer to the SERVQUAL (Service Quality) model developed by Parasuraman et all. (1998) The health care quality of UPT Puskesmas Sindangjawan on tangibles dimension is very satisfied, by 52%, reliability dimension lack satisfied by 62%, the dimensions of responsiveness lack satisfied than satisfactory by 80%, the assurance dimension is very satisfied by 54% and the dimensions of empathy lack satisfied by 56% , The results of the measurement of service quality UPT Puskesmas Sindangjawa generally can be called lack satisfied as much as 49%. To improve patient satisfaction, UPT Puskesmas Sindangjawa need to maintain patient satisfaction with care on the dimensions of tangibless and assurance as well as increase patient satisfaction on the dimensions of reliability, responsiveness and empathy.

Keywords: Patient Satisfaction, Puskesmas, SERVQUAL

(4)

iv Skripsi, April 2016

Sri Emilia, NIM: 1112104000024

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien di UPT Puskesmas Sindangjawa, Kabupaten Cirebon

xviii + 68 halaman + 3 tabel + 2 bagan + 6 grafik + 11 lampiran

ABSTRAK

Salah satu sarana pelayanan kesehatan di masyarakat adalah pusat kesehatan masyarakat yang biasa disebut puskesmas. Puskesmas merupakan pusat pengembangan kesehatan yang memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok, dikembangkan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di Indonesia yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada individu. Puskesmas harus memiliki mutu pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas guna memberikan kepuasan pada pasien yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan 42 item penilaian dengan skala likert. Populasi penelitian ini adalah pasien UPT Puskesmas Sindangjawa dengan jumlah 100 responden yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di UPT Puskesmas Sindangjawa, Kabupaten Cirebon tahun 2016. Dari hasil penelitian berdasarkan

lima dimensi yang dianalisis yaitu tangibles, reliability, ressponsiveness,

assurance, dan emphaty yang mengacu pada model SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman et al. (1998) Kualitas pelayanan UPT Puskesmas Sindangjawa pada dimensi tangibles sangat memuaskan dengan skor gap 0,010, dimensi reliability kurang memuaskan dengan skor gap -0,288, dimensi responsiveness kurang memuaskan dengan skor gap -0,240, dimensi assurance sangat memuaskan dengan skor gap 0,056, dimensi empathy kurang memuaskan dengan skor gap -0,309. Hasil pengukuran kualitas pelayanan UPT Puskesmas Sindangjawa secara umum dapat dikatakan kurang memuaskan dengan skor gap -0,154. Untuk meningkatkan kepuasan pasien, UPT Puskesmas Sindangjawa perlu memperbaiki keadaan ruang tunggu, meningkatkan akurasi diagnosa penyakit, meningkatkan penjelasan terkait obat dan meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Kata kunci:Kepuasan Pasien, Puskesmas, SERVQUAL

(5)

v

Skripsi dengan judul

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI UPT PUSKESMAS SINDANGJKABUPATEN CIREBON

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH

SRI EMILIA 1112104000024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Pembimbing I

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS NIP. 19770401 200912 2 003

Pembimbing II

(6)

vi

Skripsi dengan judul

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI UPT PUSKESMAS SINDANGJAWA, KABUPATEN CIREBON

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

SRI EMILIA 1112104000024

Penguji I

Yenita Agus, S.Kp., M.Kep, Sp. Mat, Ph.D NIP. 19720608 200604 2 001

Penguji II

Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep 19700122 200801 2 005 Pembimbing I

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS NIP. 19770

401 200912 2 003

Pembimbing II

Karyadi, SKp.,MKep., PhD NIP. 19710903 200501 1 007

Penguji III

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS NIP. 19770401 200912 2 003

Penguji IV

(7)

vii

Skripsi dengan judul

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI UPT PUSKESMAS SINDANGJAWA, KABUPATEN CIREBON

Disusun oleh :

Sri Emilia NIM : 1112104000024

Jakarta, Juni 2016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc NIP. 19790210 200501 2 002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

viii

Nama : Sri Emilia

Tempat, Tgl, Lahir : Sumbawa, 28 Agustus 1994

Alamat : Jl. Sultan Kaharuddin RT 003/ RW 006

Kelurahan Brang Bara, Kecamatan

Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Besar, Provinsi Nusa Tenggara Barat

No. Telp/ HP : 085945400827

e-mail : liiya_emilia28@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Al-Muhajirin, Sumbawa Besar

2. SD Negeri 15 Sumbawa Besar

3. SMP Negeri 1 Sumbawa Besar

4. SMA Negeri 2 Sumbawa Besar

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi :

1. Staf ahli Departemen Seni dan Olahraga Organisasi Siswa Intra Sekolah

SMAN 2 Sumbawa Besar 2009-2010

2. Staf ahli Departemen Kesenian, Kebudayaan dan Olahraga Badan Eksekutif

(9)

ix Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena

atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skiripsi

yang berjudul “Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien di UPT Puskesmas

Sindangjawa Kabupaten Cirebon” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk seminar proposal penelitian sebelum melakukan

penelitian. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad saw, karena setiap kata, ucap, langkah, dan perbuatan

beliau adalah teladan bagi seluruh umat manusia.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, banyak kesulitan dan hambatan

yang peneliti hadapi. Namun, banyak pihak yang telah memberikan dorongan

dan bantuan yang tak terhingga nilainya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

proposal skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan hamba kesempatan untuk terus belajar

dibangku kuliah.

2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S. Kp., M.Sc., selaku Ketua Program Studi dan Ibu

(10)

x

4. Ibu Maftuhah, S.Kp., M.Kep., selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima

kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi

motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.

5. Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS dan bapak Karyadi, S.Kep., M.Kep.,

PhD selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau

yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan

sabar kepada penulis selama proses pembuatan proposal skripsi ini.

6. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ucapan terimakasih secara khusus kepada orang tuaku tersayang Ibu Titin

Rokhilawati dan Bapak H. Rabiullah yang telah mendidik, mencurahkan

semua kasih sayang tiada tara, memberi dukungan penuh berupa do’a yang

selalu mengiringi setiap langkahku dengan doa tulus ikhlas, serta memberikan

bantuan baik moril maupun materil kepada peneliti selama proses

menyelesaikan proposal skripsi ini. Saudaraku mba Fitria, mba Dian, dan

adikku Robi serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan do’a dan

semangat tanpa pamrih.

8. Terimakasih buat orang-orang tersayang: Mr. Akrom Amin Zulfikar, Puspa,

Nurhidiyati, Vini, Ifa, Isti, Puji Pertiwi, Fitri, Khaira, Irma, Indah dan anak

(11)

xi

kompak selalu buat kita, teman-teman lainnya yang telah memberi inspirasi,

menghibur, memberi masukan, mengundang tawa dan telah banyak membantu

selama menjadi mahasiswa di UIN Jakarta.

9. Kakak Riri, kak Devica, kak Arga, kak Qois, kak Rus, kak Dina, kak Iqbal

dan lainnya yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari

sempurna sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun

sehingga peneliti dapat memperbaiki proposal skripsi ini. Peneliti berharap

semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya

bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan

pendidikan selanjutnya.

Wassalamu’alaykum. Wr. Wb

Jakarta, 2016

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

LEMBAR PENGESAHAN ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

C. Pertanyaan Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan khusus ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

1. Bagi peneliti ... 6

2. Bagi Penelitian selanjutnya ... 6

3. Bagi Pelayanan Kesahatan ... 7

4. Bagi Pemerintah ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas ... 8

1. Definisi Puskesmas ... 8

2. Fungsi dan Peran ... 9

3. Konsep Wilayah Kerja ... 10

(13)

xiii

1. Definisi Kepuasan Pasien ... 12

2. Indikator Kepuasan Pasien ... 13

3. Aspek-aspek Kepuasan Pasien ... 15

D. Model SERVQUAL ... 17

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 26

B. Definisi Operasional... 27

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 35

D. Instrumen Penelitian... 38

E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 39

F. Pengolahan Data... 41

G. Analisa Data ... 44

H. Etika Penelitian ... 45

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum UPT Puskesmas Sindangjawa Kabupaten Cirebon ... 47

B. Data Demografi Pasien ... 49

C. Gambaran Kepuasan pasien ... 50

1. Gambaran Kepuasan Pasien berdasarkan Dimensi Tangibles... 51

(14)

xiv

5. Kepuasan pasien berdasarkan dimensi Empathy ... 54

BAB VI PEMBAHASAN

B. Gambaran Kepuasan Pasien di UPT Puskesmas Sindangjawa, Kabupaten Cirebon ... 59

1. Dimensi Tangibles di UPT Puskesmas Sindangjawa ... 60

2. Dimensi Reliability di UPT Puskesmas Sindangjawa ... 61

3. Dimensi Responsiveness di UPT Puskesmas Sindangjawa ... 62

4. Dimensi Assurance di UPT Puskesmas Sindangjawa ... 63

5. Dimensi Empathy di UPT Puskesmas Sindangjawa ... 64

C. Keterbatasan penelitian ... 66

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

1. Bagi UPT Puskesmas Sindangjawa ... 68

2. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 68

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 27

Tabel 5.1. Jenis ketenagaan di UPT Puskesmas Sindangjawa ... 48

Tabel 5.2. Data Demografi Pasien ... 49

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Kerangka Teori ... 25

(17)

xvii

Grafik 5.1. Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien...50

Grafik 5.1.1. Frekuensi dimensi Tangibles...51

Grafik 5.1.2. Frekuensi Jawaban Responden Tentang Dimensi Reliability...52

Grafik 5.1.3. Frekuensi Jawaban Responden Tentang Dimensi Responsiveness..53

Grafik 5.1.4. Frekuensi Jawaban Responden Tentang Dimensi Assurance...54

(18)

xviii

Lampiran 1. Surat permohonan izin studi pendahuluan

Lampiran 2. Surat permohonan izin uji validitas kuesioner

Lampiran 3.Surat permohonan izin penelitian

Lampiran 4. Surat izin penelitian dan pengambilan data

Lampiran 5. Surat izin penelitian dari Badan KESBANGLINMAS kab. Cirebon

Lampiran 6. Surat izin penelitian dari DINKES kab. Cirebon

Lampiran 7. Informed consent

Lampiran 8. Kuesioner

Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan uji reliabilitas kuesioner

Lampiran 10. Hasil olah data demografi

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu harapan pasien saat datang kepelayanan kesehatan yaitu

mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan yang diterimanya. Kepuasan

pasien menjadi tolak ukur dalam mutu pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan

kesehatan menjadi faktor yang dapat meningkatkan kepuasan pasien. Pasien

akan dapat memperoleh kepuasan dari pelayanan yang diberikan jika

pelayanan tersebut memenuhi kualitas pelayanan dan sesuai atau lebih dengan

harapan yang diharapkan oleh pasien. Oleh karena itu, perlu diperhatikan

kualitas pelayanan kesehatan untuk memberikan kepuasan kepada pasien.

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul

sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Kepuasan pasien

merupakan keluaran (outcome) layanan kesehatan. Dengan demikian,

kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan

kesehatan. Pasien baru akan merasa puas jika kinerja layanan kesehatan yang

diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan

atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan

yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapan yang merupakan konsep

dari kepuasan. Pengukuran tingkat kepuasan pasien menjadi kegiatan yang

tidak dapat dipisahkan dari pengukuran kualitas layanan kesehatan (Pohan,

(20)

Lebih sulit mengukur kualitas pelayanan daripada mengukur

kualitas barang (Parasuraman et al., 1985). Konsep teori kepuasan

SERVQUAL (Service Quality atau kualitas pelayanan) menurut

Parasuraman dan Zeithaml, (1990) merupakan yang paling popular dan

banyak dijadikan acuan dalam penelitian. Konsep SERQUAL meliputi

lima dimensi, yaitu tangibles (wujud nyata), reliability (kehandalan),

responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan), empathy (empati).

Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat awal di

masyarakat mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharan

kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya. Dengan seiring waktu puskesmas di Indonesia semakin lama

semakin maningkat dapat dilihat dari data riset fasilitas kesehatan

(Risfaskes) 2011 menunjukan bahwa sebanyak 2.492 puskesmas berada

didaerah terpencil dan sangat terpencil yang tersebar pada 353

Kabupaten/kota. Jumlah puskesmas terbanyak di Indonesia yaitu di

provinsi Jawa Barat sebanyak 1.050 unit. Data tahun 2012 menunjukan

jumlah kunjungan terbanyak di puskesmas kabupaten Cirebon sebanyak

255.247 orang, sedangkan di kota Cirebon sebanyak 200.736 orang

(Depkes, 2012).

Dari sisi kesiapan pelayanan, data berdasarkan Risfaskes 2011

menunjukan bahwa pencapaiannya belum memuaskan. Kesiapan

pelayanan umum di puskesmas baru mencapai 71%. Kekurang siapan

(21)

sarana, dan alat kesehatan; kurangnya tenaga kesehatan; dan belum

memadai kualitas layanan kesehatan (Kemenkes RI, 2015).

Survei lapangan mengenai kepuasan pasien menjadi suatu masalah

penting untuk diketahui hasilnya karena dapat digunakan untuk

peningkatan kepuasan pasien mutu layanan kesehatan. Oleh sebab itu,

pengukuran kepuasan pasien perlu dilakukan secara berkala dan akurat.

Peningkatan pemanfaatan survei kepuasan pasien sebagai analisis yang

berkesinambungan akan menghasilkan informasi baik untuk inovasi

organisasi ataupun sikap personel (Pohan, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Iqbal, (2009) dengan judul

“Analisis Kepuasan Pasien Rawat Jalan Pada Puskesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009” menunjukan hasil penelitian

dimana dari 70 responden, yang merasa cukup puas dengan pelayanan

puskesmas sebanyak 68 responden (97,14%) merasa cukup puas dengan

pelayanan rawat jalan Puskesmas Taliwang dan sebanyak 2 responden

(2,86%) merasa kurang puas. Faktor paling dominan yang mempengaruhi

kepuasan pasien adalah bukti fisik Puskesmas (64,80%).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Khairani (2011) dengan judul

penelitian “faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat jalan

RSUD Pasaman Barat” menunjukan hasil penelitian dimana dari 92

responden, yang merasa puas dengan variabel bukti fisik (63%), pada

variabel kehandalan (67,4%), variabel ketanggapan (58,7%), variabel

(22)

Survey awal sebagai pendahuluan yang dilakukan di UPT

Puskesmas Sindangjawa Kabupaten Cirebon pada bulan November 2015,

didapatkan data bahwa kunjungan pasien menurun dari bulan Agustus

sebanyak 1.246 pasien, pada bulan September menurun menjadi 1.092

pasien dan bulan-bulan berikutnyapun didapatkan kecenderungan

penurunan jumlah kunjungan pasien. Studi pendahuluan dilanjutkan

dengan survey langsung terhadap sepuluh pasien yang telah berobat ke

UPT Puskesmas Sindangjawa dengan menanyakan secara langsung

poin-poin pertanyaan pada kuesioner terkait dimensi tangibles, reliability,

responsiveness, assurance dan empathy. Enam orang diantaranya mengatakan kurang puas dengan pelayanan di UPT Puskesmas

Sindangjawa. Masalah yang paling sering dikeluhkan oleh pasien

mengenai kurang mendapatkan informasi tentang penggunaan obat dengan

jelas, ada beberapa petugas yang tidak ramah dan tidak cepat dalam

merespon dan melayani pasien yang berkunjung.

Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jelas kondisi kepuasaan

pasien di puskesmas tersebut peneliti akan melakukan survey dengan

sampel yang lebih besar untuk mengetahui secara umum gambaran

kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas

Sindangjawa Kabupaten Cirebon.

B. Rumusan Masalah

Adanya kecenderungan penurunan jumlah kunjungan pasien di

pelayanan puskesmas serta didapatkannya data sebanyak 60% pasien yang

(23)

Puskesmas Sindangjawa Kabupaten Cirebon, merupakan suatu gambaran

antara kondisi pemanfaatan pelayanan kesehatan pemerintah dengan gambaran

kepuasaan pasien sebagai penggunan fasilitas pelayanan, kedua faktor tersebut

merupakan suatu faktor yang saling berkaitan, dimana ketidakpuasaan ini

berimbas pada adanya keenggangan pasien untuk kembali menggunakan

fasilitas kesehatan yang sama.

UPT Puskesmas Sindangjawa ini baru dibuka pada tahun 2013 dan

menurut salah satu pegawainya belum pernah dilakukan survei kepuasan

pasien di puskesmas ini. Mengingat masih seringnya timbul masalah

ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan dipuskesmas, peneliti merasa

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat kepuasan

pasien di UPT Puskesmas Sindangjawa, sehingga mampu dijadikan sebagai

bahan evaluasi kepuasan pasien dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan

UPT Puskesmas Sindangjawa Kabupaten Cirebon.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik pasien di UPT Puskesmas Sindangjawa

Kabupaten Cirebon?

2. Bagaimana gambaran tingkat kepuasan pasien di UPT Puskesmas

Sindangjawa Kabupaten Cirebon?

3. Bagaimana tingkat kepuasan pasien berdasarkan dimensi tangibles (bukti

fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance

(jaminan), empathy (empati) di UPT Puskesmas Sindangjawa Kabupaten

(24)

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di UPT Puskesmas

Sindangjawa Kabupaten Cirebon Tahun 2016.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik pasien di UPT Puskesmas

Sindangjawa Kabupaten Cirebon.

b. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di UPT Puskesmas

Sindangjawa Kabupaten Cirebon.

c. Mengetahui tingkat kepuasan pasien berdasarkan dimensi tangibles

(bukti fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan),

assurance (jaminan), empathy (empati) di UPT Puskesmas Sindangjawa Kabupaten Cirebon.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman, wawasan dan

pengetahuan baru dalam hal penelitian secara langsung dilapangan.

2. Bagi Penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

dipakai sebagai sumber informasi atau referensi untuk melakukan

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian terkait

(25)

3. Bagi Pelayanan Kesahatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada UPT

Puskesmas Sindangjawa mengenai gambaran tingkat kepuasan pasien di

wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjawa Kabupaten Cirebon.

Penelitian ini juga diharapkan agar dapat menjadi sebagai bahan masukan

untuk meningkatkan pelayanan dan kepuasan pasien bagi pihak

puskesmas.

4. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan agar pemerintah

lebih memperhatikan pelayanan, sarana dan prasarana di pusat kesehatan

masyarakat.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai gambaran tingkat kepuasan pasien. Subjek

penelitian ini adalah pasien yang telah berobat di UPT Puskesmas

Sindangjawa Kabupaten Cirebon. Jenis penelitian ini dalah penelitian

kuantitatif menggunakan desain penelitian deskriptif. Metode pengambilan

(26)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas

1. Definisi Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan

organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di

samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas

mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharan kesehatan

masyarakat dalam wilayah kerjanya tanpa mengabaikan mutu pelayanan

kepada individu (Effendi, 2009). Puskesmas merupakan unit pelaksana

teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang betanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

(Depkes RI, 2004). Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia (Permenkes RI) No. 75 Tahun 2014 tentang

puskesmas, pusat kesehatan masyarakat adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya promotif dan preventif untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya.

Dapat disimpulkan dari berbagai pengertian di atas bahwa

puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan yang memberikan

(27)

atas pemeliharaan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada

individu.

2. Fungsi dan Peran

Menurut Effendi, (2009) fungsi-fungsi puskesmas beserta proses

dalam melaksanakan fungsi tersebut:

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya.

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsi dilaksanakan dengan cara sebagai

berikut:

a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali

dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknik materi dan

rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan

ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

(28)

e. Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

3. Konsep Wilayah Kerja

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian

dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan

geografi, dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan

pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas

merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II, sehingga pembagian

wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati atau walikota, dengan

saran teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Sasaran

penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk

setiap puskesmas (Effendi, 2009).

Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas

perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana

yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk

kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah

kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota

kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan

puskesmas Pembina yang berfungsi pusat rujukan bagi puskesmas

kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. Dalam

perkembangannya, batasan-batasan di atas semakin kabur seiring dengan

diberlakukannya Undang-Undang Otonomi daerah yang lebih

(29)

B. Kepuasan

1. Definisi Kepuasan

Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah

membandingkan dengan harapannya. Seorang pelanggan jika merasa puas

dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa maka sangat besar

kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah mutu

produk dan pelayanannya, kegiatan penjualan, pelayanan setelah penjualan

dan nilai-nilai perusahaan (Umar, 2005).

Menurut Kotler (2000) dalam bukunya Marketing Management,

kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang

merupakan hasil perbandingan dari persepsi kinerja produk dan

harapannya. Kepuasan pelanggan sangat bergantung pada harapannya.

Oleh karena itu strategi kepuasan pelanggan harus didahului dengan

pengetahuan yang detail dan akurat terhadap pelanggan. Produk atau jasa

yang bisa memuaskan adalah produk atau jasa yang sanggup memberikan

sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat cukup (Sitinjak,

dkk 2004).

Menurut Kotler, (2005) pelanggan atau seseorang dapat mengalami

salah satu dari tingkat kepuasan, yaitu :

a. Bila kinerja lebih rendah dari harapan pelanggan

Pelanggan akan merasa tidak puas karena harapannya lebih tinggi

(30)

b. Bila kinerja sesuai dengan harapan pelanggan

Pelanggan akan merasa puas karena harapannya sesuai dengan apa

yang diterima oleh pelanggan dari pemberi jasa.

c. Bila kinerja melebihi dari harapan pelanggan

Pelanggan akan merasa sangat puas karena apa yang diterimanya

melebihi dari apa yang diharapkannya.

Secara garis besar, kepuasan merupakan perasaan atau persepsi

seseorang yang diperoleh dengan membandingkan harapan dengan

kenyataan yang didapatkan. Seseorang akan merasa puas dari pelayanan

yang didapat apabila pelayanan tersebut sesuai dengan harapannya dan

memenuhi kualitas pelayan. Sedangkan seseorang merasa tidak puas

apabila persepsi bahwa harapannya terhadap pelayanan yang diterima

belum terpenuhi.

C. Kepuasan Pasien

1. Definisi Kepuasan Pasien

Menurut Pohan, (2007) kepuasan pasien adalah keluaran (outcome)

layanan kesehatan. Dengan demikian, kepuasan pasien merupakan salah

satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan. Kepuasan pasien

adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari

kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Pasien baru akan

merasa puas jika kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau

(31)

pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya

itu tidak sesuai dengan harapannya (Pohan, 2007).

Dapat dibuktikan bahwa pasien dan/atau masyarakat yang

mengalami kepuasan terhadap layanan kesehatan yang diselenggarakan

cendrung mematuhi nasihat, setia, atau taat terhadap rencana pengobatan

yang telah disepakati. Sebaliknya, pasien atau masyarakat yang tidak

merasakan kepuasan atau kekecewaan sewaktu menggunakan layanan

kesehatan cenderung tidak mematuhi rencana pengobatan, berganti ke

fasilitas kesehatan lain. Tingkat kepuasan pasien yang akurat sangat

dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu layanan kesehatan (Pohan,

2007).

2. Indikator Kepuasan Pasien

Menurut Pohan, (2007) Kepuasan pasien dapat diukur dengan

beberapa indikator. Diantaranya:

a. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan

Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan akan dinyatakan oleh

sikap dan pengetahuan tentang:

1) Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan

tempat saat dibutuhkan

2) Kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam keadaan

biasa ataupun keadaan gawat darurat

3) Sejauh mana pasien mengerti bagaimana sistem layanan

kesehatan itu bekerja, memberi keuntungan dan tersedianya

(32)

b. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan

Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan akan dinyatakan oleh

sikap terhadap:

1) Kompetensi teknik dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain

yang berhubungan dengan pasien

2) Keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan yang dirasakan

oleh pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan.

c. Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan

antar manusia

Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan

antarmanusia akan ditentukan dengan melakukan pengukuran:

1) Sejauh mana kesediaan layanan kesehatan menurut penilaian

pasien

2) Persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan atau profesi

layanan kesehatan lain

3) Tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter

4) Tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnosis

5) Sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasihat dokter

dan/atau rencana pengobatan

d. Kepuasan terhadap system layanan kesehatan

Kepuasan terhadap system layanan kesehatan ditentukan oleh sikap

terhadap:

(33)

2) Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu,

pemanfaatan waktu selama menunggu, sikap mau menolong atau

kepedulian personel, mekanisme pecahan masalah dan keluhan

yang timbul

3) Lingkup dan sikap keuntunngan dan layanan kesehatan yang

ditawarkan.

3. Aspek-aspek Kepuasan Pasien

Menurut Pohan, (2007) kepuasan pasien dapat dilihat dari beberapa

aspek yang mempengaruhinya yaitu:

a. Kesembuhan.

b. Ketersediaan obat puskesmas.

c. Keleluasan pribadi atau privasi sewaktu berada dalam kamar periksa.

d. Kebersihan puskesmas.

e. Mendapatkan informasi yang menyeluruh, artinya mendapat informasi

tentang nama penyakit, bagaimana merawatnya di rumah, dan

informasi tanda-tanda bahaya untuk segera membawanya kembali

berobat.

f. Mendapat jawaban yang dimengerti teerhadap pertanyaan pasien,

artinya apakah pasien mengerti jawaban yang diberikan oleh petugas

kesehatan terhadap pertanyaan yang diajukannya.

g. Memberikan kesempatan bertanya, artinya apakah petugas kesehatan

memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya.

h. Kesinambungan petugas kesehatan, artinya apakah setiap kali pasien

(34)

i. Waktu tunggu, yaitu waktu yang diperlukan sebelum kontak dengan

petugas kesehatan, bukan dengan petugas kartu atau rekam medik.

j. Tersedianya toilet, artinya pakah puskesmas terdapat toilet yang dapat

digunakan oleh pasien dan airnya tersedia.

k. Biaya pelayanan, seluruh biaya yang dikeluarkan pasien jika berobat

ke puskesmas.

l. Tersedianya tempat duduk atau bangku untuk pasien pasien pada ruang

tunggu.

Masing-masing aspek yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien

akan dianalisis berdasarkan penilaian pasien tentang tingkat kepentingan

aspek tersebut yang diperolehnya sewaktu meminta pertolongan ke

puskesmas. Keinginan pasien dapat diketahui melalui survei kepuasan

pasien sehingga menjadi penting dan perlu dilakukan dalam pengukuran

dimensi kualitas pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, pengukuran

kepuasan pasien perlu dilakuakan secara berkala dan akurat (Pohan, 2007)

Ada beberapa konsep untuk mengukur kepuasan seseorang.

Menurut Merkouris, et al (1999) dalam Firdaus, (2015) mengukur

kepuasan pasien dapat digunakan untuk evaluasi kualitas atau mutu

pelayanan kesehatan. Terdapat 3 konsep teori kepuasan menurut

Krowinsky dan Steiber (1996), Gunarsa dan Singgih (1995) dan service

quality (SERVQUAL) menurut Parasuraman et al, (1990).

Teori kepuasan menurut Krowinsky dan Steiber (1996) meliputi:

assesibility atau keterjangkauan, availability atau ketersediaan sumber

(35)

ketersediaan informasi, pemberian informasi, kenyamanan lingkungan,

dan kompetensi petugas. Sedangkan teori kepuasan menurut Gunarsa dan

Singgih (1995) meliputi karakteristik pasien yaitu: umur, pendidikan,

pekerjaan, etnis, sosio-ekonomi, dan diagnosis penyakit (Firdaus, 2015).

Sedangkan Teori kepuasan dengan model SERVQUAL menurut

Parasuraman et al., (1988) mengacu pada konsep pengukuran kualitas

pelayanan yaitu pengukuran kepuasan. Model ini merupakan konsep yang

paling banyak diterapkan diseluruh dunia dalam hal pelayanan. Baik

dalam lingkungan industri, perbankan, perhotelan, pendidikan, ataupun

dunia kesehatan. Terdapat lima dimensi dari model SERVQUAL yang

telah dikembangkan dan dikenal banyak orang sejak tahun 1988 hingga

saat ini (Irawan, 2009).

D. Model SERVQUAL

Metode dalam mengukur kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan

kesehatan menurut Parasuraman et al. (1985) dipengaruhi oleh dua variabel,

yaitu pelayanan yang diterima (perceived service) dan pelayanan yang

diharapkan (expected service). Dasar dari model SERVQUAL adalah

penilaian gap antara perceived service dengan expected service. Penilaian

gap melewati lima tahap hingga terbentuk konsep penilaian gap antara

expected service dengan perceived service sebagai dasar dari model

(36)

1. Gap 1. Harapan pelanggan dengan persepsi manajemen.

Penilaian gap 1 ini didasarkan pada alasan bahwa harapan yang diperoleh

pelanggan akan berpengaruh terhadap penilaian atau evaluasi pelanggan

tentang kualitas pelayanan.

2. Gap 2. Persepsi manajemen tentang harapan pelanggan dengan tafsiran

persepsi tersebut kedalam spesifikasi kualitas pelayanan.

Penilaian gap 2 ini didasarkan pada alasan bahwa persepsi manajemen

tentang harapan yang diperoleh pelanggan dan spesifikasi kualitas

pelayanan akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan dari sudut

pandang pelanggan.

3. Gap 3. Spesifikasi kualitas pelayanan dengan pelayanan yang diberikan.

Penilaian gap 3 ini didasarkan pada alasan bahwa spesifikasi kualitas

pelayanan akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan menurut

pelanggan.

4. Gap 4. Pelayanan yang diberikan dengan komunikasi pada pelanggan.

Penilaian gap 4 ini didasarkan pada alasan bahwa pelayanan yang

diberikan akan berpengaruh terhadap tolak ukur kualitas pelayanan

menurut pelanggan.

5. Gap 5. Pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang dirasakan.

Penilaian gap 5 ini didasarkan pada alasan bahwa kualitas pelayanan

yang diperoleh pelanggan merupakan sesuatu yang penting karena akan

(37)

Menurut parasuraman et al, (1985) kualitas pelayanan yang diterima

oleh pelanggan (perceived service quality) adalah hasil perbandingan dari

pengukuran expected service dan perceived service. Hasil perbandingannya

dapat menyimpulkan gambaran kepuasan pasien pada kualitas pelayanan

dipengaruhi oleh harapan dan kenyataan pelayanan yang diterima oleh

pelanggan.

Cara mengukur perceived service quality adalah dengan menghitung

skor gap atau selisih antara nilai perceived service dan expected service.

Apabila hasil skor gap adalah negatif, maka dinyatakan bahwa kepuasan

pasien terhadap kualitas pelayanan kurang memuaskan, apabila hasil skor gap

sama dengan nol, maka dinyatakan bahwa kualitas pelayanan memuaskan,

dana apabila hasil skor gap adalah positif, maka dinyatakan bahwa kualitas

pelayanan sangat memuaskan (Parasuraman et al., 1988)

Hasil pengukuran perceived service quality merupakan suatu evaluasi

kinerja penyelenggara atau penyedia pelayanan. Expected service dan

perceived service sendiri dipengaruhi oleh lima dimensi yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy yang akan dijelaskan secara rinci dalam teori kepuasan SERVQUAL.

1. Tangibles

Tangibles yang dapat diartikan sebagai bukti fisik adalah wujud yang dapat terlihat langsung dari penyedia pelayanan meliputi

penampilan fisik, fasilitas, peralatan, sarana, informasi, petugas.

(38)

dimensi Tangibles yaitu: peralatan dan fasilitas terlihat menarik, pekerja berpenampilan rapi dan profesional, unsur pendukung pelayanan terlihat

baik (Parasuraman et al., 1988).

Menurut Parasuraman et al., (1985) dalam badan penelitian dan

pegembangan (Balitbang) kota Medan, (2013) dimensi ini mencakup

kondisi penampilan fisik, fasilitas, peralatan, serta penampilan petugas,

karena jasa tidak dapat diamati secara langsung maka pelanggan sering

kali berpedoman pada kondisi yang terlihat mengenai jasa dan

melakukan evaluasi. Kenyataan yang berkaitan dengan hal ini mencakup

objek yang sangat bervariasi, seperti penampilan petugas, kondisi ruang

tunggu atau tempat duduk, peralatan dan fasilitas yang digunakan.

2. Reliability

Reliability yang dapat diartikan sebagai kehandalan adalah kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan

segera, akurat dan memuaskan. Reliability mencakup dua hal pokok,

yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya

(dependability). Parasuraman et al. (1994) menyebutkan point-point

penting dari dimensi Reliability diantaranya yaitu: memberikan

pelayanan seperti yang dijanjikan, pelayanan kepada pelanggan dapat

diandalkan, memberikan pelayanan dengan segera, memberikan

pelayanan sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan (Parasuraman et al.,

(39)

Menurut Parasuraman et al., (1985) dalam Balitbang kota Medan, (2013) dimensi ini menunjukan kemampuan dalam memberikan

pelayanan yang handal, dapat dipercaya, bertanggung jawab terhadap apa

yang dijanjikan, tidak pernah memberi janji yang berlebihan dan selalu

memenuhi janjinya. Untuk melihat dimensi reliability dapat dilihat

pernyataan harapan pelanggan dibawah ini:

a) Jika pelayanan yang unggul, menjanjikan melakukan sesuatu pada

waktu tertentu mereka akan melakukan hal itu.

b) Jika pelanggan bermasalah mereka akan menunjukan perhatian yang

tulus untuk menyelesaikannya.

c) Layanan yang unggul melayani dengan benar pada waktu pertama

kali.

d) Jasa pelayanan yang unggul melayani sesuai dengan waktu yang

dijanjikan.

e) Jasa pelayanan yang unggul memiliki kebijakan agar hasilnya bebas

dari kesalahan

3. Responsiveness

Responsiveness yang dapat diartikan sebagai ketanggapan adalah kemampuan untuk membantu pelanggan dan meningkatkan ketepatan

pelayanan untuk melayani konsumen dengan baik. Terdapat empat point

dari dimensi Responsiveness yaitu: selalu memberikan informasi kepada

pelanggan tentang kapan pelayanan siap diberikan, pelayanan terhadap

(40)

pelanggan dan kesiapan untuk menanggapi permintaan pelanggan

(Parasuraman et al., 1988).

Menurut Parasuraman et al., (1985) dalam Balitbang kota Medan,

(2013) Dimensi ketanggapan merefleksikan komitmen untuk

memberikan pelayanan tepat pada waktunya, yang berkaitan dengan

keinginan dan kesiapan petugas untuk melayani. Untuk melihat harapan

pada dimensi ini dapat dilihat di bawah ini :

a) Petugas yang unggul memberitahukan secara pasti kepada pelanggan

kapan pelayanan dilakukan.

b) Petugas yang unggul akan memberikan pelayanan dengan cepat dan

tepat kepada pelanggan

c) Pekerja yang unggul akan selalu berkeinginan untuk membantu

pelanggan.

d) Petugas yang unggul tidak akan pernah terlalu sibuk untuk

menanggapi tuntutan pelanggan.

4. Assurance

Assurance yang dapat diartikan sebagai jaminan adalah kompetensi yang dimiliki sehingga membuat rasa aman, bebas resiko

atau bahaya, kepastian yang mencakup pengetahuan, sikap dan perilaku

sehingga dapat menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan pelanggan.

Parasuraman et al. (1994) menyebutkan empat poin pada dimensi

(41)

pekerja selalu menunjukan sikap sopan santun dan pekerja memiliki

pengetahuan luas untuk menjawab pertanyaan pelanggan (Parasuraman et

al., 1988).

Menurut Parasuraman et al., (1985) dalam Balitbang kota Medan,

(2013) dimensi assurance mencakup pengetahuan dan kesopanan serta

kemampuan untuk memberikan kepercayaan serta keyakinan kepada

pelanggan. Kompetensi berkaitan dengan pengetahuan dan ketermpilan

dalam memberikan jasa, keramahan mengacu pada bagaimana pekerja

berinteraksi dengan pelanggannya dan kepemilikan pelanggan.

Keamanan merefleksikan pelanggan bahwa ia bebas dari bahaya resiko

dan keragu-raguan.

5. Empathy

Empathy yang dapat diartikan sebagai empati adalah sifat dan kemampuan untuk memberikan perhatian penuh, rasa peduli, komunikasi

yang baik, serta kemudahan untuk dihubungi. Jumlah poin penilaian pada

dimensi empathy ada lima yaitu: memberikan perhatian secara ndividual

kepada pelanggan, pekerja melayani pelanggan dengan penuh perhatian,

pekerja mengutamakan kepentingan pelanggan dengan sepenuh hati,

pekerja memahami kebutuhan pelanggan dan mempunyai jam kerja yang

sesuai (Parasuraman et al., 1988).

Menurut Parasuraman et al., (1985) dalam Balitbang kota Medan,

(2013) empathy yaitu sifat dan kemampuan untuk memberikan perhatian

(42)

dihubungi. dimensi ini merefleksikan kemampuan pekerja untuk

memahami perasaan pelanggan. Dimensi ini terdiri dari tiga hal berikut:

a) Accessibility, mencakup kehandalan untuk mendekati atau menghubungi

b) Communication Skill, mencakup pemberian informasi kepada pelanggan dengan bahasa yang dapat dimengerti dan mendengarkan

tanggapan dan pertanyaan pada pelanggan.

(43)

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dimodifikasi dari teori kepuasan pasien menurut

Parasuaraman dan Zeithml, (1990), Krowinsky dan Steiber (1996), Gunarsa

dan Singgih (1995) dalam Firdaus (2015)

Bagan 2.1 kerangka teori

Sumber : Parasuaraman dan Zeithml, (1990), Krowinsky dan Steiber (1996),

Gunarsa dan Singgih (1995). Krowinsky dan Steiber

(1996)

Assesibility atau keterjangkauan  Availability atau

ketersediaan sumber daya

 Kompetensi petugas.

(44)

26 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Judul penelitian ini adalah Gambaran Tingkat

Kepuasan Pasien di UPT Puskesmas Sindangjawa Kabupaten Cirebon Tahun

2016. Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan

dilakukan peneliti untuk melihat tingkat kepuasan pasien berdasarkan dimensi

kepuasan yang mengacu pada model SERVQUAL (Service Quality) yang

dikembangkan oleh Parasuraman et al. (1988) dengan membandingkan

expected service (harapan) dengan perceived service (kenyataan).

Bagan 3.1. Kerangka konsep Dimensi kepuasan pasien

(45)

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara

operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007).

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi

Konseptual

Definisi Operasional Alat ukur/hasil ukur Kategori Skala ukur

Usia Usia adalah umur

Kategori umur menurut Depkes RI (2009):

Jenis Kelamin Jenis Kelamin

(46)

Pekerjaan Pekerjaan adalah

Pendidikan Pendidikan adalah

jenjang pendidikan

terakhir yang pernah

ditempuh oleh

Kepuasan pasien Kepuasan pasien

(47)

e. Empathy (empati)  Kurang

dilihat secara langsung)

oleh suatu

skala likert rentang 1-4:

Harapan (expected

service):

(perceived service):

(48)

(Parasuraman et al., 1998)

Reliability Kemampuan untuk

melaksanakan dan

skala likert rentang 1-4:

Harapan (expected

service):

(perceived service):

(49)

Responsiveness Kemampuan untuk

Kriteria daya tanggap

oleh suatu pelayanan yang cepat dan tepat.

Pengukuran menggunakan

kuesioner dengan

skala likert rentang 1-4:

Harapan (expected

service)

(perceived service):

(50)

Assurance Kemampuan yang

Kriteria jaminan yang diberikan oleh suatu penyelenggara

skala likert rentang 1-4:

Harapan (expected

service)

(perceived service):

1. Tidak setuju

Empathy Kemampuan untuk

memberikan

Kriteria perhatian yang diberikan oleh suatu penyelenggara

skala likert rentang 1-4:

Harapan (expected

(51)

4. Sangat penting

Kenyataan

(perceived service):

1. Tidak setuju

2. Kurang setuju

3. Setuju

4. Sangat setuju

Dikategorisasikan menurut kriteria

 Kurang

memuaskan (Q=negatif)

 Memuaskan

(Q=0)

 Sangat

(52)

34 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakuakn dengan pendekatan kuantitatif dengan desain

deskriptif. Penelitian descriptive adalah penelitian yang didalamnya tidak ada

analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel bebas dan terkait, bersifat

umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa, dan

analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Morton, 2008). Tujuan

penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang gambaran tingkat

kepuasan pasiendi UPT Puskesmas Sindangjawa Kabupaten Cirebon.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Puskesmas Sindangjawa

Kabupaten Cirebon. Peneliti memilih penelitian di UPT Puskesmas

Sindangjawa dengan alasan bahwa belum pernah dilakukan penelitian dan

evaluasi mengenai gambaran tingkat kepuasan pasien di UPT Puskesmas

Sindangjawa Kabupaten Cirebon. Penelitian ini dilakukan pada bulan april

sampai mei 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

(53)

kesimpulannya (Sugiono, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah pasien

di UPT Puskesmas Sindangjawa Kabupaten Cirebon.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari elemen populasi yang dihasilkan dari

sampling. Sampling adalah sebuah strategi yang digunakan untuk memilih

elemen populasi untuk diteliti (Swarjana, 2015). Pada penelitian ini,

ukuran sampel berjumlah 100 responden. Menurut teori Frankel dan

Wallen (2009) yang menyatakan bahwa besar sampel minimum untuk

penelitian deskriptif adalah 100 responden. Teknik pengambilan sampel

secara accidental sampling dengan mengacu pada kriteria inklusi dan

ekslusi. Pada metode accidental sampling dilakukan dengan mengambil

responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempatsesuai dengan

konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Pasien yang datang berobat di UPT Puskesmas Sindangjawa,

Kabupaten Cirebon.

b. Pasien berusia 17 – 65 tahun

c. Pasien yang bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Orang yang datang berkunjung namun tidak berobat

b. Pasien merupakan petugas UPT Puskesmas Sindangjawa, Kabupaten

Cirebon

(54)

A. Jumlah Sampel

Pada penelitian ini tekhnik pengambilan sampel pmenggunakan

tekhnik Non-probability Sampling yaitu incidental sampling. Pengambilan

sampel bukan secara acak atau nonrandom yaitu pengambilan sampel yang

tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan

(Notoatmodjo, 2010). Dengan jumlah sampel yang telah ditentukan yaitu:

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Populasi = 14289

d : Batas ketelitian yang diinginkan

Maka pengambilan sampel yang diinginkan adalah:

= 99,30

Berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel dalam penelitian

dibulatkan menjadi 100 responden.

B. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode non

(55)

sampling adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada karena sampel ini sama sekali tidak representative tentu saja tak mungkin

diambil satu kesimpulan yang bersifat generalisasi metode ini sangat

mudah, murah dan cepat untuk dilakuakan (Nasution, 2009).

Tahapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti

mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada kepala

Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah

Kabupaten Cirebon.

3. Surat permohonan izin penelitian disetujui oleh kepala Badan

Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah

Kabupaten Cirebon selanjutnya menyerahkan surat permohonan izin

penelitian kepada kepala Dinas Kesehatan (DINKES), Pemerintah

Kabupaten Cirebon.

4. Setelah mendapatkan surat izin dari kepala Badan Kesatuan Bangsa

dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Cirebon dan

kepada kepala Dinas Kesehatan (DINKES), Pemerintah Kabupaten

Cirebon, surat permohonan izin penelitian di serahkan kepada Kepala

Bidang Pusat Kesehatan Masyarakat UPT Puskesmas Sindangjawa,

(56)

5. Surat permohonan izin penelitian disetujui oleh kepala Bidang Pusat

Kesehatan Masyarakat UPT Puskesmas Sindangjawa, Kabupaten

Cirebon.

6. Peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas

instrumen pada 31 pasien di UPT Puskesmas Sindangjawa.

7. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti melakukan

penarikan sampel dengan teknik accidental sampling.

8. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria inklusi,

peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. Jika

bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar

persetujuan kemudian menandatanginya.

9. Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner

dan responden diberikan kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan

ataupun pernyataan yang kurang jelas.

10.Peneliti memberikan kuesioner penelitian kepada responden dan

mempersilahkan untuk menjawab sesuai petunjuk.

11.Responden harus menjawab seluruh pertanyaan pada lembar

kuesioner, setelah selesai lembar kuesioner dikembalikan kepada

peneliti.

12.Kuesioner yang telah diisi diolah dengan menggunakan komputerisasi

dan kemudian dianalisa oleh peneliti.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, alat pengumpulan data yang akan digunakan

(57)

Angket adalah pemeriksaan terhadap sesuatu yang menjadi kepentingan

umum, biasanya dilakukan dengan surat pertanyaan (Depdiknas, 2008).

Angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data, tentang

gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Sindangjawa Kabupaten

Cirebon. Responden hanya menandai jawaban yang menurutnya susuai

dan tepat.

Pertanyaan dalam penelitian ini dibuat oleh peneliti dengan

tinjauan pustaka yang mengacu pada landasan teori kepuasan

SERVQUAL oleh Parasuraman et al. (1998) yang di modifikasi dengan

kuesioner penelitian yang terkait dengan kepuasa pasien. Terdapat lima

dimensi dengan model SERVQUAL Parasuraman et al., (1998) untuk

menilai tingkat kepuasan pasien yang terdiri dari 43 pernyataan, yaitu:

dimensi tangibles (wujud nyata) pernyataan 2-9, dimensi reliability

(kehandalan) pernyataan 10-18, dimensi responsiveness (ketanggapan)

pernyataan 19-25, dimensi emphaty (empati) pernyataan 26-33, dimensi

assurance (jaminan) pernyataan 34-43. Variabel kepuasan pasien diukur dengan alat ukur berupa kuesioner dengan skala pengukuran

menggunakan skala likert.

E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Instrument dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

kuesioner. Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah

instrumen yang telah melalui uji validitas dan reabilitas. Sebelum kuesioner

digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dengan

(58)

metode Alpha Cronbach. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliabel (Sugiono, 2012).

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo 2010). Suatu kuesioner dikatakan

valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Digunakan beberapa item

pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur

tersebut (Hidayat, 2008).

Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan bantuan software

pengolah statistik komputer dengan menghitung nilai r atau koefisien kolerasi.

Jika r hitung ≥ r tabel, maka instrumen memenuhi kriteria validitas. Dan jika r hitung ≤ r tabel, maka instrumen tidak memenuhi kriteria validitas. Uji validitas sebuah kuesioner penelitian dapat dilakukan dengan menguji minimal 30

responden (Rangkuti, 2009). Pada penelitian ini, uji validitas di UPT

Puskesmas Sindangjawa, Kabupaten Cirebon dengan jumlah responden 31

orang. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 31 maka nilai r tabel

dapat diperoleh melalui r product moment pearson dengan df (degree of

freedom) = n – 2, jadi df = 31 – 2 = 29, maka r tabel = 0, 306 (Sujarweni, 2014).

Hasil uji validitas kuesioner expected service didapatkan satu poin

pertanyaan pada kuesioner nomer 1 dinyatakan tidak valid sehingga

dieliminasikan karena pertanyaan yang lain sudah mewakili indikator

sedangnya 42 poin pertanyaan yang lain dinyatakan valid. Karena r hitung ≥ r

(59)

Sedangkan hasil uji validitas kuesioner perceived service didapatkan semua poin pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid. Karena r hitung ≥ r

tabel. Berikut adalah tabel r hitung kuesioner perceived service.

Reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukan sejauh

mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua klai

atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang

sama. Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software computer dengan

rumus Alpha Cronbach. (Hidayat, 2008).

Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung

cronbach’s alpha melalui bantuan software pengolah statistik komputer.

Reliabilitas suatu instrumen yaitu yaitu apabila nilai cronbach’s alpha > 0,60

(Juliandi dkk, 2014, dan Sujarweni, 2014). Sama halnya 30 responden

(Rangkuti, 2009). Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan di UPT

Puskesmas Sindangjawa Kabupaten Cirebon dengan jumlah responden 31

orang.

Hasil uji reliabilitas kuesioner expected service adalah kuesioner

dinyatakan reliabel dengan cronbach’s alpa = 0,750 dan hasil uji reliabilitas

kuesioner perceived service adalah kuesioner dinyatakan reliabel juga dengan

cronbach’s alpa = 0,749.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai

(60)

proses pengolahan data terdiri dari empat tahap menurut Notoadmodjo (2010)

adalah sebagai berikut:

1. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah

merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner tersebut

a) Lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.

b) Jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau

terbaca.

c) Jawaban relavan dengan pertanyaan

d) Jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan

yang lainnya.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini

sangat berguna dalam memasukan data (data entry). Pada penelitian ini,

coding untuk jawaban responden pada kuesioner dengan skala likert

rentang 1-4 untuk expected service dan perceived service :

a. Harapan (expected service), yaitu 1 = tidak penting; 2 = kurang

penting; 3 = penting; 4 = sangat penting.

b. Kenyataan (perceived service): yaitu 1 = tidak setuju; 2 = kurang

(61)

c. Data demografi jenis kelamin pasien, yaitu 1 = laki-laki; 2 =

perempuan.

d. Data demografi pendidikan pasien, yaitu 1 = tidak sekolah/tidak tamat

SD; 2 = SD/sederajat; 3 = SLTP/sederajat; 4 = SLTA/sederajat; 5 =

perguruan tinggi.

e. Data demografi pendidikan pasien, yaitu 1 = tidak bekerja; 2 =

wiraswasta/ dagang; 3 = buruh/ karyawan; 4 = petani; 5 = pengajar;

6 = PNS

3. Memasukan Data (Data Entry) atau prosessing

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau hhuruf) dimasukan kedalam program atau “software” computer. Salah satu paket program yang paling sering

digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket program SPSS for

window. Dalam proses ini dituntut ketelitian dari yang melakuakan “data

entry” ini. Apabila tidak maka akan terjadibias, meskipun hanya

memasukan data saja.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya.

Kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut

pembersihan data (cleaning). Cleaning dengan melihat variabel data sudah

Gambar

Gambaran Kepuasan Pasien berdasarkan Dimensi Tangibles.................. 51
Tabel 3.1. Definisi Operasional .............................................................
Grafik 5.1. Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien...................................................50
gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku Ibu yang mempunyai balita dengan kejadian diare di Desa Munjul wilayah kerja UPT Puskesmas

Hasil penelitian gambaran tingkat kepuasan pasien tentang mutu pelayanan keperwatan yang meliputi aspek penerimaan, perhatian, komunikasi, kerja sama dan tanggung

Belum adanya penelitian mengenai tingkat kepuasan pasca ekstraksi oleh dokter gigi di Puskesmas Dempo, maka peneliti tertarik untuk meneliti tingkat kepuasan pasien pasca

Tujuan penelitian untuk melihat gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan, sehingga dapat diketahui unsur yang dipertahankan dan diperbaiki oleh puskesmas dan

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kualitas Jasa Pelayanan Administrasi UPT Puskesmas Benda Baru Tangerang Selatan terhadap Kepuasan Pasien

Hasil penelitian tentang tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas Oepoi kota kupang menunjukan bahwa presepsi tingkat kepuasan terbesar

40,1% responden menyatakan mutu pelayanan kesehatan dari UPT Puskesmas Gandrungmanu I baik dan merasa puas setelah. berobat di UPT

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat disimpulkan bahwa Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Apotek UPT Puskesmas Kuripan masuk dalam kategori puas dengan nilai sebesar 83,65%