• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis ekonomi kinerja usaha kecil dan menengah di provinsi jawa timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis ekonomi kinerja usaha kecil dan menengah di provinsi jawa timur"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKONOMI KINERJA

USAHA KECIL DAN MENENGAH

DI PROPINSI JAWA TIMUR

EKO OESMAN

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengall ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

ANALISIS EKONOMI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl PROPINSI JAWA TIMUR.

Adalah benar benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

(3)

ABSTRAK

EKO OESMAN. Analisis Ekonomi Kinerja Usaha Kecil dan Menengah di Propinsi Jawa Timur. (AFFENDI ANWAR sebagai Ketua, SUNSUN SAEFULHAKIM dan HERMANTO SIREGAR sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pilar perekonomian Indonesia yang potensial untuk dikembangkan di masa depan. Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi UKM cukup besar yaitu 6,63 juta unit UKM, atau ke-2 terbesar setelah Jawa Tengah. Tujuan utama penelitian ini adalah mengkaji kinerja dan daya tahan UKM terhadap perubahan kebijakan makro ekonomi pemerintah. Dengan menggunakan pendekatan Input-Output dan simulasi ditemukan bahwa jika permintaan akhir konsumsi rumah tangga dan ekspor barang-barang dan jasa UKM meningkat sebesar 10 %, perekonomian Jawa Timur akan tumbuh sebesar 3,28 persen, penyerapan tenaga kerja sebesar 4,78 persen, dan pendapatan masyarakat sebesar 3,35 persen. Sementara dampak buruk kenaikan harga BBM ternyata lebih kecil pada UKM dibandingkan dengan usaha besar.

(4)

ANALISIS EKONOMI KINERJA

USAHA KECIL DAN MENENGAH

DI PROPINSI JAWA TIMUR

Oleh :

EKO OESMAN

NRP : P.15500034.E

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

P " ~u Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Y

PASCA SARJANA

'RTANIAN BOGOR

(5)

Judul : Analisis Ekonomi Kinerja Ekonomi Usaha Kecil dan Menengah di Propinsi Jawa Timur.

Nama Mahasiswa : Eko Oesman

N R P : P.15500034.E

Program Studi : Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Disetujui :

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, M.Sc Ketua

*

Dr. Ir. Hermanto Sireear M.Ec

Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Perdesaan

Prof. Ir. Isang Gonarsvah. Ph.D

--

_...._-.-- I.- .~ , . * pl.~-:.

, n

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(7)

PRAKATA

Penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Master Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalarn penelitian ini penulis mendapat birnbingan dari tiga dosen pembimbing, yang pertama Bapak. Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, M.Sc sebagai ketua pembimbing. Anggota komisi pembimbing terdiri dari Bapak Dr. Ir. H.R. Sunsun Saefulhakim M.Agr dan Bapak. Dr. Ir. Hermanto Siregar M.Ec.

Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang tidak terhingga kepada komisi pembimbing atas bimbingan, arahan, serta pengkayaan pengetahuan sehingga bisa tersusun penelitian yang diharapkan bisa menghasilkan kajian yang

bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua atas doanya yang tak pernah putus, istriku Esi Oktavia dan anak-anakku M. Alif Fatullah dan Naura Saffa atas dorongan dan dukungan yang tidak ternilai serta kepada dan rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dorongan semangat dan doa, semoga amal ibadah ini mendapat balasan dari Allah SWT.

Pada akhirnya penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya sehingga segala aktifitas yang penulis lakukan dalam penyusunan penelitian ini bisa berjalan dengan lancar dan menghasilkan karya tulis yang bermanfaat.

(8)

DAFTAR IS1

Halaman

...

Kata Pengantar

...

Dafiar Isi

...

Daftar Tabel

...

Daftar Gambar

...

Daftar Lampiran

...

1

.

PENDAHULUAN

...

1.1 Latar Belakang

1.2 Pemmusan Masalah

...

...

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

...

I1

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1 Pembangunan Ekonomi Wilayah

...

2.2 Pengembangan UKM Dalam Perekonomian Wilayah

...

2.3 Pengukuran Kinerja Ekonomi UKM

...

2.4 Model Input Output Dalam Analisis UKM

...

2.4.1 Kerangka Tabel Input Output

...

2.4.2 Asumsi dan Keterbatasan

...

2.5 Pengukuran Keterkaitan Tenaga Kerja Sektoral

...

,

c...

t..

I_

2.6 Analisis Kebocoran Wilayah

...

2.7 Analisis Kebutuhan Investasi

...

I11

.

KERANGKA PEMIKIRAN

...

IV

.

METODOLOGI PENELITIAN

...

4.1 Sumber Data

...

4.2 Tahapan Penyusunan Tabel 1-0 UKM Propinsi Jawa Timur

...

4.3 Analisis-Analisis

...

4.3.1 Kajian Profil dan Peranan Strategis Dalam Perekonomian Propinsi Jawa Timur

...

4.3.2 Analisis Sektor Unggulan

...

iv

v vii

...

V l l l
(9)

4.3.3 Analisis Derajat Kepekaan Penyerapan dan Produktifitas

...

Tenaga Kerja

4.3.4 Analisis Keterkaitan dan Kebocoran Wilayah

...

4.3.5 Analisis Derajat Kepekaan Simulasi Kebijakan Kenaikan

Permintaan..

...

4.3.6 Analisis Simulasi Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap UKM

...

4.3.7 Analisis Kebutuhan Investasi

...

...

4.3.8 Analisis Game Theory..

V. DESKRIPS1 USAHA KECIL MENENGAH DALAM PEREKONOMI-

...

AN PROPINSI JAWA TIMUR

5.1 Protil dan Peranan Strategis UKM Dalam Perekonomian Propinsi

...

Jawa Timur

5.2 Posisi Usaha Kecil Menengah dalam Struktur Penyediaan dan

...

Permintaan..

5.3 Posisi Usaha Kecil dan Menengah dalam Struktur Output dan Nilai Tambah Bruto

...

5.4 Posisi Usaha Kecil dan Menengah dalam Struktur Tenaga

...

Kerja..

5.5 Rasio Pemintaan Antara (RPA) dan Rasio Input Antara (RIA).

....

VI. ANALISIS INPUT-OUTPUT : DISAGREGASI USAHA KECIL,

...

MENENGAH DAN USAHA BESAR.

6.1 Analisis Dampak..

...

6.1.1 Dampak Permintaan Akhir Terhadap Output..

...

6.1.2 Dampak Permintaan Akhir Terhadap Nilai Tambah Bruto 6.1.3 Dampak Permintaan Akhir Terhadap Kebutuhan Tenaga
(10)

...

6.2 Analisis Keterkaitan

...

6.2.1 Daya Penyebaran

...

6.2.2 Derajat Kepekaan

....

6.2.3 Struktur Hubungan Usaha Kecil Menengah dan Besar

...

6.3 Analisis Kebocoran Wilayah

...

6.4 Analisis Kebutuhan Investasi

. . .

6.5 A n a l ~ s ~ s S~mulasi

...

6.5.1 Simulasi Kebijakan Kenaikan Permintaan Konsumsi

...

Rumahtangga dan Ekspor menurut skala usaha

6.5.2 Simulasi Dampak Kenaikan BBM Terhadap UKM Jawa

Timur Menurut Skala Usaha

...

.

.

6.6 A n a l ~ s ~ s Game Theory

...

6.7 Pembahasan : Sintesis terhadap hasil-hasil analisis

...

6.8 Strategi, Kebijakan dan Program Pengembangan UKM di Jawa

...

Timur

...

VII

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

7.1 Kesimpulan

...

7.2 Saran

...

Daftar Pustaka
(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1

PDRB

Jawa Timur menurut skala usaha tahun 2004 (juta rp.)

...

49

2 Peranan PDRB Jawa Timur menurut skala usaha tahun 2004 (persen)

....

50

3 Distribusi PDRB Jawa Timur menurut skala usaha tahun 2004 (persen) 5 1

4 Struktur penyediaan sepuluh sektor yang memiliki persentase impor 53

relatif besar tahun 2004.

..

..

. .

..

.

.

.

.

. . .

..

..

. .

..

. . .

...

...

.

. . . .. . ..

..

.

.. .

..

.

. . .

.

..

5 Struktur penyediaan sepuluh sektor yang memiliki persentase terbesar 54

dari usaha kecil tahun 2004 (persen)

...

6 Struktur penyediaan sepuluh sektor yang memiliki persentase tetbesar 55 dari usaha menengah tahun 2004 (persen)

...

7 Struktur permintaan sepuluh sektor yang memiliki persentase ekspor 57 terbesar tahun 2004 (persen).

. .

. . .

. . . .

.

. .

. . .

. . .

. . .

. .

.. . .

. .

.

..

. . .

..

...

.

.

8 Struktut permintaan berdasarkan persentase ekspor terbesar dimasing- 59

masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen).

..

.. . .

.

. . . .

.

..

...

..

. . . ...

9 Struktur output sepuluh sektor yang memiliki sumbangan terbesar tahun 60 2004..

.

. .

. . . .

. . .

. . .

. . . .

. . .

. . .

. . .

. .

. . . .

. .

. . .

. . .

. . . .

. . .

. .

. . .

.

. . .

.

.

. . . .

.

. . . .

.

.

.

. . .

.

. . .

10 Struktur output berbagai sektor ekonomi yang memiliki sumbangan 6 1

terbesar dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004..

. . . .

.

.

. . .

.

..

11 Struktur NTB sepuluh sektor yang memiliki sumbangan terbesar tahun 62 2004.

.. .

. . .

. . . .

. .

. . . .

. . .

. . .

. .

. . . .

. . .

. . .

.

. . . .

. .

. . . .

. .

. . .

.

. .

. .

.

.

. . . .

.

. . . .

.

. .. . . .. .

.

. ..

12 Struktur NTB beberapa sektor ekonomi yang memiliki sumbangan 63

terbesar dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen).

. .

13 Struktur beberapa sektor ekonomi yang memiliki tenaga kerja terbesar di 65 masing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen).

.

.

. .

. .

..

. .

. . .

. .

.

.

14 Produktifitas tenaga kerja terbesar dimasing-masing kelompok skala 66

usaha tahun 2004 (jutalorang)

...

.

... .

...

(12)

relatif tinggi dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen)

16 Beberapa sektor ekonomi yang memiliki Rasio Input Antara (RIA) relatif rendah dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen).

...

17 Beberapa sektor ekonomi yang memiliki Rasio Input Antara (RIA) dari usaha besar relatif tinggi dimasing-masing kelompok skala usaha tahun

...

2004 (persen).

18 Tabel 1-0 UKM domestik atas dasar harga produsen tahun 2004,3 sektor (miliar rupiah)

...

19 Struktur tabel 1-0 UKM domestik atas dasar harga produsen tahun 2004, 3 sektor

...

20 Matrik pengganda 1-0 UKM 2004, 3 sektor (miliar rupiah).

...

21 Nilai output tabel 1-0 UKM menurut skala usaha yang dipengaruhi oleh komponen permintaan akhir tahun 2004 (miliar rupiah)

...

22 Struktur dan komposisi output menurut skala usaha yang dipengaruhi

...

oleh komponen permintaan akhir (YO).

23 Nilai NTB tabel 1-0 UKM menurut skala usaha yang dipengaruhi oleh komponen permintaan akhir tahun 2004 (miliar rupiah).

...

24 Struktur dan komposisi NTB menurut skala usaha yang dipengaruhi oleh

...

komponen permintaan akhir ('%I).

25 Jumlah tenaga kerja tabel 1-0 UKM menurut skala usaha yang

dipengaruhi oleh komponen permintaan akhir tahun 2004.

...

26 Struktur dan komposisi tenaga kerja tabel 1-0 UKM menurut skala usaha yang dipengaruhi oleh komponen permintaan akhir tahun 2004

...

27 Lima sektor yang memiliki lndeks Daya Penyebaran (IDP) tinggi

menurut kelompok skala usaha..

...

28 Lima sektor yang memiliki Indeks Daya Kepekaan (IDK) tinggi menurut

...

kelompok skala usaha..

29 Sektor-sektor usaha kecil dan menengah yang mempunyai IDP rendah dan IDK tinggi

...

(13)

3 1 Hasil simulasi kebijakan kenaikan komponen permintaan terhadap output 89

menurut skala usaha.

...

32 Lima sektor yang memiliki dampak total paling besar terhadap kenaikan 91 BBM menurut kelompok skala usaha

...

33 Lima sektor yang memiliki dampak langsung paling besar terhadap 93

kenaikan BBM menurut kelompok skala usaha

...

34 Lima sektor yang memiliki dampak tidak langsung paling besar terhadap 93

kenaikan BBM menurut kelompok skala usaha..

...

35 Matrik Pay-offdalam Interaksi "Permainan" antara Bank/ Lembaga 95

Keuangan dan UKM dalam perekonomian di Jawa Timur

36 Matrik Pay-off dalam Interaksi "Permainan" antara BanWLembaga 98

(14)
[image:14.533.29.458.14.758.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka tabel input output

...

17

2 Kerangka pemikiran

...

30

3 Struktur permintaan barang dan jasa menurut kelompok usaha

...

56

4 Struktur permintaan barang dan jasa menurut kelompok usaha

...

57

5 Pola hubungan usaha kecii, menengah dan besar dalam kondisi base line 84 6 Pola hubungan usaha kecil. menengah dan besar yang ideal

...

84
(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 Cuta rp.) transaksi domestik 117 atas dasar harga produsen

...

2 Struktur penyediaan barang dan jasa tabel 1-0 UKM Jawa Timur 2004 177

(%)

.,

.

,

. .

, ,

. .

. .

,

. .

. .

. . .

.

. . .

.

. . .

.

. . .

. .

. . . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . . .

. .

. . .

.

3 Struktur permintaan barang dan jasa tabel 1-0 UKM Jawa Timur 2004 178 (%)

. .

. . . .

. . .

. .

.

.

. . . .

.

. . .

.

. .

. . .

.

. . . .. .

. . .

. . .

.

.

. .

. . .

,

.

. . . .

. .

. . .

.

.

.

. . . .

.

. . .

.

. .

.

.

.

.

4 Struktur output, NTB, impor, tenaga kerja, lndeks Daya Penyebaran 181 (IDP) dan lndeks Kepekaan (IDK) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun

2004..

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

. .

. . .

. . . .

. . .

. . .

. . .

.

.

. .

. . .

.

. . .

. . .

. . . .

. .

. . .

.

. . .

.

. . .

. . .

5 Rasio Permintaan Antara (RPA) dan rasio Input Antara (RIA) tabel 1-0 184 UKM Jawa Timur tahun 2004

...

...

...

..

...

... ..

6 Tabel penyediaan domestik tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (iuta 187 rp.)

...

.

..

. ..

..

. .

. .

..

. .

. . .

..

. .

. . . .

.. .

... .

. .

..

. .. .

..

.

...

. . . .. . .

..

. . .

...

. ...

....

7 Rasio penyediaan domestik tabel 1-0 UKM Jawa Timur 2004 (%).

.

. . .

....

188

8 Rasio penyediaan impor tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (%)

...

189

9 Rasio penyediaan domestik (UK) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 190 2004 (%).

.

. .. . .

. .

. .. .

.. . .

. . .

. . .

. .. .

...

. . .

. ..

. .

.

.

...

. .

.

.

.

. . .. .

.

.

..

. .

. .

. .. .

. .

..

. .

....

10 Rasio penyediaan domestik (UM) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 191 2004 (%)..

. .

.

.

...

. . .

. .

. .. . .

. . .

. . .

..

. .

. ..

. . ..

. . . .

..

. . . .

..

.. . . .

.

. .

.

. .

.

.

..

...

..

. . . .

...

1 1 Rasio penyediaan domestik (UB) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 192 2004 (%)..

. . . .

..

. . ..

..

.

.

..

. .

. .

.. . .

. ..

. . .

.

. .. . .

.

.. .. .

. .

. . ..

..

. ... .

. . .

. . .

. .

...

.

. .

12 Rasio permintaan (UK) tabel 1-0 UKM Jawa Tirnur tahun 2004 (YO)..

..

193

13 Rasio permintaan (UK) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (%)

....

194

14 Jumlah tenaga kerja tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (orang).

. .

195

15 Rasio tenaga kerja tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (orang).

. ...

196 [image:15.533.33.462.28.766.2]
(16)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak lepas dari krisis ekonomi beberapa waktu lalu serangkaian kebijakan- kebijakan makro ekonomi telah diupayakan pemerintah bahkan banyak program kerja telah dilakukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, tetapi perkembangan ekonomi belum sesuai yang diharapkan. Tugas pemerintah adalah sebagai fasilitator dan dinamisator sementara peran aktif pelaku ekonomi serta seluruh komponen masyarakat termasuk didalamnya kelompok usaha kecil dan menengah diharapkan secara bertahap mampu meningkatkan peranannya dalam menyelaraskan perekonomian bangsa. Peluang bagi usaha kecil dan menengah untuk berperan lebih besar dan memiliki daya saing yang kuat karena usaha kecil dan menengah menjadi bagian integral perkembangan ekonomi nasional bahkan saat krisis ekonomi terjadi usaha kecil menengah mampu menjadi penyelamat perekonomian ditengah rnerosotnya kinerja usaha besar.

(17)

dan di lain pihak usaha besar yang jumlahnya sangat sedikit sekali, namun kontribusinya terhadap PDB sangat dominan (Kokotiasa, 2002)

Pemulihan ekonomi dari kondisi krisis yang berkepanjangan tidak sepatutnya diandalkan pada para konglomerat yang justru telah terbukti mengambil keuntungan selama terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Sebaliknya ekonomi rakyat yang selalu membuktikan diri sebagai sokoguru ekonomi nasional harus diberdayakan agar makin mampu menjadi pemain utama dalam pemulihan ekonomi Indonesia dan perkembangannya di masa depan (Mubyarto, 2002).

Perubahan struktur ekonomi dapat diartikan sebagai perubahan sumbangan berbagai sektor dalam menciptakan produksi nasional serta struktur produksi nasional serta stuktur penggunaan tenaga kerja. Perubahan ini terjadi karena adanya dua faktor yaitu perubahan pola permintaan masyarakat akibat meningkatnya pendapatan perkapita dan teknologi yang secara terus menerus berlangsung. Akibatnya sektor- sektor ekonomi mengalami perubahan struktur produksi untuk mengimbangi permintaan masyarakat maupun teknologi diatas. Laju pertumbuhan yang cukup bervariasi antar sektor ekonomi akan mengakibatkan pergeseran struktur.

Usaha Kecil Menengah adalah salah satu pelaku pilar perekonomian nasional yang memiliki posisi sangat strategis untuk terus dikembangkan. Hal ini disebabkan oleh daya serap tenaga kerja pada UKM demikian besar. UKM lebih tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi dibandingkan kelompok usaha besar. Sehingga UKM dapat dikatakan sebagai katup pengaman perekonomian nasional ketika usaha-usaha besar banyak yang menghadapi kesulitan saat terjadinya puncak krisis ekonomi. Semarang ini UKM sangat diharapkan dapat berperan sepeni negara-negara maju yakni sebagai salah satu sumber penting peningkatan ekspor non migas (Tambunan, 2002).

(18)

dari usaha kecil 39,7 persen dan usaha menengah 14,s persen (Berita Resmi Statistik, 24 Maret 2004)

Pada tahun 2003 jumlah unit usaha UKM adalah 42,4 juta naik 9,5 persen dibanding dengan tahun 2000, sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor UKM pada tahun 2003 tercatat 79,O juta pekerja yaitu lebih tinggi 8,6 juta pekerja dibanding tahun 2000 dengan 70,4 juta pekerja, atau selama periode 2000-2003 meningkat sebesar 12,2 persen atau rata-rata 4,l persen per tahun.

Pertumbuhan PDB UKM sejak tahun 2001 bergerak lebih cepat dari total PDB Nasional dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 3,8 persen tahun 2001, 4,l persen tahun 2002 kemudian 4,6 persen tahun 2003. Sumbangan pertumbuhan PDB UKM lebih tinggi dibandingkan sumbangan pertumbuhan dari usaha besar. Pada tahun 2000 dari 4,9 persen pertumbuhan PDB nasional secara total, 2,8 persennya berasal dari pertumbuhan UKM. Kemudian, di tahun 2003 dari 4,l persen pertumbuhan PDB Nasional secara total, 2,4 persen diantaranya berasal dari pertumbuhan UKM.

Propinsi Jawa Timur selama ini dikenal sebagai propinsi yang banyak mempunyai sentra bisnis UKM. Hal ini didukung dengan kedudukan Jawa Timur yang strategis dalam perekonomian nasional. Ini terlihat dari peranannya (nomor 2) dalam penciptaan nilai tambah nasional yaitu sebesar 13,69 persen dari total PDB nasional. Propinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama dengan peran sebesar 14,94 persen. Menurut catatan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jatim tahun 2000 saja tercatat 2.385.826 unit usaha industri dan dagang kecil menengah yang tersebar di seluruh wilayah Jatim. Potensi yang sedemikian besar memerlukan kajian tentang seberapa besar peranan UKM di Propinsi Jawa Timur dalam penciptaan nilai tambah perekonomian dan seberapa besar daya serap tenaga kerjanya.

(19)

upaya memberdayakannya menjadi pelaku ekonomi kerakyatan yang tangguh (Widibyo, 2002).

Berkaitan dengan peranannya didalam penciptaan nilai tambah, perlu juga diketahui bagaimana keterkaitan antar sektor ekonomi UKM menurut kegiatannya atau bahkan dapat dirinci lagi menurut skala usahanya, yakni skala usaha kecil, menengah dan besar. Kemajuan disuatu sektor tidak mungkin dicapai tanpa dukungan sektor-sektor lainnya. Disisi lain sebagai salah satu katup pengaman penyerapan tenaga kerja perlu dilakukan kajian seberapa besar kemampuan UKM di Jawa Timur menyerap tenaga kerja dan tingkat produktifitasnya.

Pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pengembangan UKM dilakukan melalui beberapa jalur diantaranya melalui kebijakan makro ekonomi seperti kebijakan fiskal dan moneter serta kebijakan langsung terhadap UKM lewat pembinaan dan bantuan pelatihan serta pendampingan (Alwie, 2004).

Terdapat karakteristik khusus dari suatu produk yang cocok untuk industri kecil dan ada kelompok produk yang cocok untuk industri besar. Industri kecil tidak akan mampu bertahan pada kelompok produk yang cocok untuk industri besar. Industri besar sebaliknya tidak akan tertarik untuk masuk dan bersaing dalam kelompok produk yang cocok untuk industri kecil, karena pertimbangan efisiensi skala usaha.

(20)

1.2. Perurnusan Masalah

Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memacu pertumbuhan ekonomi belakangan ini dipercaya banyak kalangan telah mempercepat pemulihan ekonomi, baik melalui penyerapan tenaga yang tinggi maupun kontribusinya dalam penciptaan nilai tambah bruto. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut :

I. Bagaimanakah profil dan struktur UKM serta peranannya dalam perekonomian di Jawa Timur dan bagaimanakah hubungan keterkaitan sektor ekonomi (UKM) dengan sektor-sektor lainnya ?

2. Sektor-sektor ekonomi (UKM) unggulan apa sajakah yang dapat mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur ? dan berapakah daya serap tenaga kerja sektor-sektor ekonomi UKM di Jawa Timur serta seberapa besar produktifitasnya ?

3. Bagaimanakah dampak kenaikan harga BBM terhadap eksistensi dan pengembangan usaha kecil menengah di Jawa Timur ?

4. Strategi dan kebijaksanaan seperti apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk membangun usaha kecil menengah di Jawa Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengenal profil dan struktur UKM serta peranannya dalam sistem perekonomian Jawa Timur.

2. Menganalisis keterkaitan sektor ekonomi (UKM) dengan sektor-sektor lainnya, kemampuan penetrasinya yang diukur melalui daya penyebaran

(21)

3. Mengkaji data dan informasi tentang kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja, tingkat produktifitas dan menguji daya tahan UKM terhadap kebijakan pemerintah seperti kenaikkan harga BBM.

4. Merumuskan arah strategi pengembangan UKM bagi perekonomian Propinsi Jawa Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari studi empiris yang dilakukan oleh penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Memperkaya khasanah studi empiris bagi para perencana pembangunan dan pengambil kebijakan di Propinsi Jawa Timur

2. Dapat digunakan sebagai acuan di dalam pemberdayaan usaha kecil menengah baik dalam ha1 pemberian bantuan modal maupun program pemberdayaan lainnya seperti pelatihan, pengenalan teknologi, pembukaan akses pasar yang lebih luas dan peningkatan ekspor.

3. Memberikan gambaran tentang potensi penyerapan tenaga kerja sebagai

upaya mengatasi pengangguran.

4. Memberikan gambaran besaran dampak mulfiplier effect atas kebijakan yang diambil terhadap UKM.

(22)

11.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Ekonomi Wilayah

Pembangunan mengandung arti luas dimana peningkatan produksi memang merupakan salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan. Proses pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan (alokasi), sumber daya produksi (productive resource) diantara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (disfribution) kekayaan dan pendapatan di antara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institusional framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh (Djojohadikusumo, 1994).

Proses pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Jika akan membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan, dan potensi) daerah yang bersangkutan. Penelitian yang mendalam tentang potensi daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi penentuan perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan (Arsyad, 1999).

(23)

melekat pada landasan kegiatan ekonomi dan bentuk susunan ekonomi (Djojohadikusumo, 1994).

Perencanaan pengembangan wilayah dan permukiman dibangun dengan memperhatikan aspek ekonomi maupun non ekonomi. Pembangunan berkelanjutan yang berarti memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan

generasi yang akan datang harus diarahkan untuk mencapai tiga tujuan mencakup sekurang-kurangnya tiga dimensi, yaitu tujuan ekonomi, sosial dan ekosistem (Anwar dan Rustiadi, 2000).

Terdapat tiga unsur penting yang hams diperhatikan agar tujuan ekonomi dan sosial dapat dicapai secara bersarnaan, yaitu distribusi pendapatan, kesempatan kerja (employment), dan kesempatan kerja serta upaya pemerataan hasil-hasil pembangunan, untuk itu, segala bentuk rintangan (barriers) yang menghalangi akses masyarakat, terutama masyarakat miskin untuk ikut serta dalam pembangunan, pemanfaatan sumberdaya, dan lain-lain, harus ditekan sekecil mungkin atau dihilangkan. Misalnya dengan pemberian kesempatan berusaha dan mengembangkan usaha bagi masyarakat kecil melalui pemberian pinjaman modal beningkatan sumberdaya kapital), penyediaan berbagai fasilitas yang mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan lain-lain. Keberpihakan terhadap kelompok masyarakat miskin, masyarakat perdesaan, wanita dan anak-anak, atau kelompok masyarakat lain yang selama ini diabaikan, perlu dilakukan sehingga tujuan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus pemerataan dan pengentasan kemiskinan dapat teratasi. lntinya adalah bahwa pemberdayaan masyarakat adalah ha1 yang sangat penting dilaksanakan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan (Anwar dan Rustiadi, 2000).

Lebih lanjut lagi dalam pembuatan program pengembangan wilayah dan pemukiman, konsultasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (stakholders) sangat dibutuhkan, dan dengan konsultasi maka apa yang diinginkan atau diharapkan rnasyarakat dapat diketahui sehingga program-program yang mengacu pada hasil

(24)

2.2 Pengembangan UKM dalam Perekonomian Wilayah

Pengembangan usaha kecil menengah di era otonomi daerah sangat strategis untuk pembangunan ekonomi daerah. Otonomi daerah merupakan peluang bagi ekonomi rakyat (UKM) untuk melakukan lompatan transformasi yang progresif untuk melakukan ekspansi pasar. Selama ini produk UKM hanya mencapai pangsa pasar masyarakat kelas bawah dan domestik dengan tingkat kualitas produk yang

inferior. Ekonomi kerakyatan (UKM) adalah sebuah tatanan ekonomi yang terdiri dari sejumlah usaha-usaha kecil dengan orientasi usaha masih sekedar memenuhi pemenuhan kebutuhan subsitensi dikelola oleh rakyat, modal dan akumulasi terbatas, teknologi dan manajemen tradisonal, padat karya dan output produksi diperuntukkan bagi rakyat.

Serangkaian kebijakan telah dikeluarkan, UKM bahkan dianggap sebagai soko-guru dan menjadi bagian integral perkembangan ekonomi nasional. Kedudukannya sejajar dengan dua pelaku ekonomi lainnya, yakni BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan swasta, sebuah prinsip yang diadopsi dari pasal 33 UUD 1945. Tapi, selama itu pula gerakan dan eksistensi jutaan pelaku UKM dengan jutaan orang yang bergantung kepadanya, ternyata berada dalam posisi pinggiran, rentan dan marginal. UKM hanya dijadikan komoditas politik ketimbang upanya memberdayakannya menjadi pelaku ekonomi kerakyatan yang tangguh. Pemerintah selalu berpihak kepada usaha besar (konglomerat). Pemerintah memang rnengeluarkan beberapa kebijakan termasuk bantuan pendanaan untuk UKM. Tapi kebijakan dan bantuan itu cenderung bersifat politis dan menjadikan UKM hanya sebagai komoditas politik pula (Widibyo, 2002).

(25)

pemerintah yang konseptual dan struktural diiringi program yang tepat seperti dilakukan oleh negara-negara disebut di atas. Sentuhan reformasi kebijakan pemerintah yang konseptual dan struktural diiringi program yang tepat tentunya pada masa datang, UKM bukan saja marnpu menjadi national economi buffer tapi juga mampu menjadi alternatif pilihan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Widibyo, 2002).

Anwar dan Rustiadi (2000) mengemukakan bahwa pembangunan berbasis pembangunan wilayah dan lokal memandang penting keterpaduan antar sektoral, antar spatial (keruangan), serta antar pelaku pembangunan (intra) di dalam dan antar daerah sehingga program-program pembangunan sektoral dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah.

Perkembangan wilayah yang baik ditunjukkan oleh keterkaitan antar sektor ekonomi wilayah, dalam arti terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar sektor secara dinamis dimana keragaman potensi sumberdaya alam serta aktifitas- aktifitas sosial ekonomi yang tersebar secara tidak merata membutuhkan adanya interaksi spasial yang optimal dalam arti terjadinya struktur keterkaitan antar wilayah yang berlangsung secara dinamis. Pertumbuhan ekonomi wilayah akan terkait dengan perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi misalnya, perubahan dalam produksi sektoral, distribusi pendapatan dan proses pengembangan spasial, dimana pertumbuhan akan mengikuti pola yang seragam melalui suatu rangkaian tahapan perubahan spasial dan sektoral.

(26)

ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 50 miliar.

2.3 Pengukuran Kinerja Ekonomi UKM

Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier, dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap, dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Indikator- indikator statistik diperlukan untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat yang digunakan sebagai ukuran dan dasar perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya di bidang ekonomi. Salah satu indikator yang dipakai adalah Produk Domestik Regional Bruto yang dapat dipakai sebagai bahan indikator dan bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusatldaerah, maupun swasta.

Transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, secara sederhana dapat dibedakan dua kelompok besar yaitu: kelompok produsen dan kelompok konsumen. Kelompok produsen menggunakan faktor produksi yang berasal dari kelompok konsumen dan digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebaliknya barang dan jasa yang dihasilkan produsen dibeli oleh konsumen dan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

(27)

kelompok ini yang satu merupakan pemakai barang dan jasa, berkesinambungan sehingga membentuk siklus perekonomian.

Barang dan jasa yang digunakan dalam kenyataannya baik untuk konsumsi maupun barang modal, tidak semua berasal dari dalam negeri tetapi sebagian dari luar negeri. Barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri sebaliknya tidak semuanya digunakan di dalam negeri tetapi sebagian digunakan di luar negeri, di mana ha1 ini akan diceminkan dalam perekonomian terbuka. Pendapatan regional dalam penger- tian luar negeri juga termasuk luar daerah. Perekonomian yang sifatnya terbuka, perputaran ekonomi akan lebih rumit dibandingkan dengan perekonomian tertutup sederhana.

Melihat siklus ekonomi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan regional adalah sebagai berikut:

(a) ditinjau dari segi produksi, disebut produk regional, merupakan jumlah nilai tambah (produk) yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah dalam jangka waktu yang tertentu (satu tahun);

(b) ditinjau dari segi pendapatan, disebut pendapatan regional (regional income) merupakan jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah dalam jangka waktu yang tertentu (satu tahun);

(c) atau apabila ditinjau dari segi pengeluaran, disebut pengeluaran regional (region expenditure), merupakan jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumahtangga, iembaga swasta nirlaba, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor net0 suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

(28)

dilihat dari sudut penggunaannya, setelah diperhitungkan aliran pendapatan yang keluar masuk daerah tersebut.

Neraca ekonomi regional bertujuan memberikan suatu gambaran statistik mengenai kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Secara lebih konkret dapat diketahui bahwa neraca ekonomi regional menyajikan suatu ukuran kuantitatif yang dinyatakan dalam nilai uang, mengenai tingkat produksi, konsumsi, tabungan, investasi, ekspor, impor, nilai tambah dan agregat ekonomi makro lainnya untuk suatu daerah.

Neraca ekonomi regional merupakan suatu sitem penyediaan informasi ekonomi baik pada tingkat agregasi maupun pada unsur-unsur dan komponen-komponennya. Sistem ini memberikan suatu ringkasan kegiatan ekonomi dengan membedakan antara lain:

a. bentuk perekonomian, kegiatan, misalnya produksi, konsumsi, akumulasi; b. sektor dan badan-badan atau lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan

proses produksi, menciptakan pendapatan dan pengeluaran, serta melakukan pembentukan modal dan penyediaan dana; dan

c, jenis-jenis transaksi seperti: penjualan dan pembelian barang dan jasa, hadiah, sumbangan, pajak-pajak dan bentuk transfer lainnya.

(29)

Proses ekonomi dari sisi analisis biasanya disajikan sebagai suatu proses berputar (siklus kegiatan), yang ditandai antara lain dengan aspek-aspek penting seperti berikut ini:

(1) Produksi barang dan jasa dengan bantuan input antara (biaya antara) dan input

primer (biaya primer minus faktor produksi).

(2)

Penciptaan pendapatan dalam proses produksi, dan distribusinya ke berbagai faktor produksi primer, dan distribusi selanjutnya dari pendapatan yang diterima oleh berbagai faktor produksi tadi ke berbagai sektor ekonomi.

(3) Pendistribusian kembali pendapatan antar sektor-sektor ekonomi (institusi)

yang berbeda, dan pengeluaran pendapatan untuk barang konsumsi maupun untuk keperluan lain.

(4) Tabungan yang terjadi dalam ekonomi (oleh berbagai sektor yang berbeda)

maupun investasi yang dilakukan, serta hubungan antara kedua komponen tersebut.

( 5 ) Hubungan eksternal antara ekonomi domestik dengan luar negeri dan luar daerah.

2.4 Model Input-Output dalam Analisis UKM

(30)

Tabel input-output pada dasarnya merupakan suatu rangkaian statistik dalam bentuk matrik yang menyajikan tentang transaksi barang dan jasa d i n g keterkaitan antar sektor yang satu dengan sektor lainnya, dalam suatu kegiatan perekonomian suatu daerah pada suatu periode tertentu. Tabel 1-0 dapat menjelaskan bagaimana ouput suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor tertentu dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor lainnya.

Menurut Saefulhakim (2000) pada dasarnya tabel input-output (1-0) adalah gambaran lebih rinci dari system neraca ekonomi wilayah/nasional (neraca konsumsi, neraca akumulasi capital/investasi, dan neraca eksternal wilayaNIuar negeri). Tabel I- 0 dapat digunakan untuk (1) memperkirakan dampak permintaan akhir dan perubahannya (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor) terhadap berbagai output sektor produksi, nilai tambah (PDRB), pendapatan masyarakat, kebutuhan tenaga kerja, pajak (PAD untuk tingkat daerah) dan sebagainya, (2) mengetahui komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa sehingga mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya dan (3) memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang yang mempunyai pengaruh terkuat serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi.

[image:30.530.39.466.0.773.2]
(31)

sama dengan output. Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan input itu diproduksi oleh satu teknologi.

Keuntungan lain yang diperoleh bila menggunakan tabel 1-0 dalam perencaaan pembangunan wilayah adalah dapat menjelaskan dengan baik keterkaitan antara berbagai macam sektor dalam perekonomian nasional maupun perekonomian wilayah, dapat ditentukan besarnya output dan kebutuhan faktor produksi lain dari satu set permintaan akhir dan akibat yang ditimbulkan perubahan permintaan, baik yang disebabkan oleh pemerintah maupun swasta terhadap perekonomian dapat diramalkan dengan rinci dan tepat serta adanya perubahan teknologi dan harga relative dapat diintegrasikan kedalam model melalui penyesuaian koefisien.

2.4.1 Kerangka Dasar Tabel Input-Output

Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris tabel input-output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya.

[image:31.541.33.463.12.767.2]
(32)

Gambar 1. Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi

Sesuai dengan cara pengisian angka-angka dalam sistem matriks, maka angka-angka setiap sel pada tabel tersebut bermakna ganda. Angka pada sel di kuadran I (transaksi antara), misalnya xlz, dari sisi baris angka ini menunjukkan besarnya penyediaan di sektor I yang digunakan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom, angka tersebut menunjukkan besamya input sektor 2 yang diperoleh dari penyediaan sektor 1.

Berdasarkan cara membaca angka di setiap sel tersebut, terlihat bahwa penyajian informasi dalam tabel input-output menunjukkan suatu jalinan yang saling berhubungan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap sektor. Sebagai contoh untuk sektor 1, jumlah penyediaannya adalah sebesar XI

+

MI dan dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 1, 2 dan 3 masing- masing sebesar X I , , xi2 dan ~ 1 3 ; sedangkan sisanya sebesar FI digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Cara pengamatan yang sama berlaku juga untuk sektor 2 dan 3. Selanjutnya, dari uraian tersebut maka untuk setiap baris pada gambar 1 di atas dapat disusun persamaan:

X I .

+

x12

+

x,,

+

Fl = X I

+

M I

x,,

+

x,,

+

x,,

+

F, = X 3

+

M , , , , , ...

.

,

. .

. . ... (1) Permin-

taan Akhir

F I

F2

F3

Permintaan

Antara

1 2 3

X I , X i 2 x13

x21 ~ 2 2 x23

x31 ~ 3 2 ~ 3 3

VI V2 V3

XI XZ X j

Alokasi Output

Struktur Input Input Antara Penyediaan 1 2 3 Impor M I M2 M3 Input Primer Jumiah Input Jumlah Out ut -

XI Xz

[image:32.533.92.446.81.265.2]
(33)

Persamaan ( I ) selanjutnya dapat dituliskan dalam bentuk persamaan umum:

C

X i j

f

F,

=

X i

+

M i

,

untuk i = I , 2 . 3 ... (2)

atau

di mana:

XEI = Penyediaan sektor i yang digunakan oleh sektor j

X,

= Jumlah output (domestik) sektor i

F , = Permintaan akhir terhadap sektor i

M , = lmpor pada sektor i

Pengamatan dari sisi kolom terhadap gambar 1 di atas dapat diperoleh gambaran susunan input di masing-masing sektor produksi. Sebagai contoh, untuk sektor 1 jumlah input yang digunakan adalah sebesar X I . Jumlah input tersebut terdiri dari input antara dan input primer. Besarnya input antara yang diperoleh dari sektor I , 2 dan 3 masing-masing adalah sebesar x l l , xzl dan x3l. Sedangkan input primernya

adalah sebesar V I . Dengan menggunakan cara yang sama dapat dilakukan pengamatan terhadap sektor 2 dan 3. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan terhadap

(34)

di mana :

V , = Input primer (NTB) sektor j

Asumsi yang digunakan, pada tabel input-output berlaku bahwa jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor harus sama dengan jumlah outputnya. Hal ini berarti X, = XJ, untuk i = j atau

Persamaan ( 6 ) tersebut merupakan persamaan dasar yang menjelaskan hubungan antara angka-angka yang disajikan dalam tabel input-output dengan angka Produk Domestik Bruto (PDB)/PDRB.

Dari persamaan (3) dan (5) diperoleh:

C , Y = C , C , x , , + C , F , - C , M ,

... (7a)

Berdasarkan persamaan (6), maka

CI

Xi pada (7a) dapat di substitusikan ke dalam (7b), sehingga

C

C

x

+CF-CM

= C

C x

+C

v

I

'

1, 4 I ,

,

I " I ,

karena

C,

CJ

x , ~ =

EJ

C,

x,,, maka diperoleh:

Sisi kanan pada persamaan (8) adalah jumlah NTB dari semua sektor perekonomian yang sebenarnya sama dengan angka Produk Domestik (R) Bruto. Persamaan (8) hanya berlaku untuk sistem perekonomian secara keseluruhan dan tidak berlaku untuk masing-masing sektor.

2.4.2 Asumsi d a n Keterbatasan

(35)

Homogenitas (homogeneity), yaitu asumsi bahwa satu sektor hanya akan menghasilkan satu jenis output dengan struktur input yang tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda. Proporsionalitas

@roportionality), yaitu asumsi bahwa kenaikan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan oleh sektor tersebut. Aditivitas (additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan hasil penjumlahan dari setiap pengaruh pada masing- masing sektor tersebut. Asumsi ini sekaligus menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar sistem input-output diabaikan.

Sebagai model kuantitatif, tabel 1-0 mampu memberikan gambaran menyeluruh tentang : (1) struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nailai tambah masing-masing kegiatan ekonomi disuatu daerah (2) struktur input antara ayitu penggunaan barang dan jasa oleh kegiatan produksi disuatu daerah, (3)

struktur penyediaan barang dan jasa baik yang berupa produksi dalam negeri maupun

yang berasal dari impor dan ( 4 ) struktur permintaan barang dan jasa baik permintaan oleh kegiatan produksi maupun permintaan akhir untk keonsumsi, investasi dan ekspor (Muchdie, 1998).

Tabel 1-0 membutuhkan biaya dan waktu yang besar untuk menyusunnyatetapi model 1-0 mempunyai kemampuan yang terlalu besar untuk tidak dimanfaatkan. Tidaklah mengherankan bahwa banyak negara berkembang, apapum sistem politik dan ekonomi yang dianutnya telah menyusun tabel 1-0 (Aziz, 1994).

2.5 Pengukuran Keterkaitan Tenaga Kerja Sektoral

[image:35.533.26.455.32.769.2]
(36)

dampak langsung dan tidak langsung penggunaan tenaga kerja karena perubahan

permintaan akhir. Seandainya jumlah tenaga kerja yang bekerja di setiap sektor

produksi dalam tabel input-output diketahui, maka intensitas penyerapan tenaga kerja

di setiap sektor dapat diketahui berdasarkan koetisien tenaga kerja langsung (direct

employment coefjicienf) yaitu sebesar n,, yang didefinisikan sebagai jumlah tenaga

kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output (yang diproduksi di

dalam negeri) dengan nilai tertentu (misalnya satu juta rupiah) pada sektor i.

Misalkan L, adalah jumlah tenaga kerja pada sektor i dan Xi merupakan total

output sektor i, maka suatu vektor koefisien tenaga kerja langsung diperoleh dengan

membagi jumlah tenaga kerja yang digunakan di setiap sektor dengan nilai output

yang diproduksi di dalam negeri di setiap sektor sebagai berikut :

L 1

n, = - atau L, = n,

X,

XI (9)

Data input-output dan tenaga kerja dapat digunakan untuk menghitung

dampak keterkaitan Hirschmanian (Hirchman, 1958) untuk setiap industri. Pada

penelitian ini dihitung dua teknik keterkaitan sebagai berikut :

Pertama kali dihitung keterkaitan Rasmussen-Diamond (Rasmussen, 1956)

dengan menggunakan matriks kebijaksanaan Diamond (merupakan perkaiian antara

matriks kebalikan Leontief dengan matriks diagonal koetisien tenaga kerja). Hasilnya

akan memberikan informasi keterkaitan kedepan dan kebelakang diantara industri.

Berikut ini disajikan keterkaitan industri dengan menggunakan terminologi tenaga

kerja. Apabila N merupakan n x n diagonal matrik dari koefisien tenaga kerja dimana

n, = L, /

X,

; X merupakan vektor dengan n-order gross output, L merupakan vektor input tenaga kerja, dan F merupakan vektor permintaan akhir; maka kebutuhan tenaga kerja dapat dituliskan sebagai berikut :

L - - N

X

= N ( I - A ) - I F

. . . .

. . .

.

.

. .

(10)
(37)

...

H

= N ( I - A ) - ' ( I I)

ldentik dengan formulasi sebelumnya, dari matrik H dapat dibentuk koefisien h,

...

sebagai : h, = n . I a, (12)

Setiap koefisien h, dari rnatrik H menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sektor i untuk menghasilkan output produksi sektor j setiap satu satuan unit yang

dikelompokkan sebagai permintaan akhir. Hubungan yang terjadi dalam matriks H adalah sebagai berikut :

I 2 j n

...

hi2

...

hij

...

hin

...

hnl hn2

...

hnj

...

hnn

Setiap baris pada matriks diatas memberikan indikasi banyaknya kesempatan kerja yang diciptakan sektor i sebagai akibat adanya aktivitas yang membutuhkan tenaga kerja pada sektor 1,2,

...

n; dan setiap kolom pada matriks tersebut menunjukkan bagaimana kesempatan kerja yang diciptakan di sektor j yang digunakan oleh semua sektor. Matriks tersebut disebut sebagai interindustry-

employment matrix (Uno, 1989). Secara umum matriks tersebut menjabarkan keadaan

penyerapan tenaga kerja di masing-masing sektor dalam perekonomian.

(38)

Dari L = NX dapat dihitung penciptaan kesempatan kerja langsung (Ld) dan

tidak langsung (Li,) masing-masing dapat disajikan secara terpisah. Penciptaan kesempatan kerja secara langsung (Ld) dari sektor-sektor yang menghasilkan output yang diminta sama dengan :

Ld - - N * F ... (13)

Penciptaan kesempatan kerja secara tidak langsung (Li,,) dapat dihitung dengan mencari perbedaan antara jumlah penciptaan kesempatan kerja dengan jumlah penciptaan kesempatan kerja langsung (Ld) sebagai berikut :

LZ" - - L - Ld

...

(14)

Rasmussen dan Diamond (1956) menunjukkan adanya dampak keterkaitan rata-rata antar industri. Kedua keterkaitan tersebut dihitung rasionya dengan jumlah seluruh industri. Berkaitan dengan studi ini akan dihitung dampak total-nya dan bukan rata-rata. Meskipun demikian untuk dapat membuat peringkat industri kunci, dampak keterkaitan kedepan dan kebelakang akan di normalisasikan dengan membagi total keterkaitan setiap industri dengan rata-rata seluruh sektor. Normalisasi keterkaitan tersebut adalah sebagai berikut :

u,

=

.5

- - Normalisasi dampak keterkaitan kebelakang

I / n E Z

Zi

U,

= - - Normalisasi dampak keterkaitan kedepan I I n E Z i

dimana

5

dan Z, menunjukkan jumlah kolom dan baris dari matriks kebijaksanaan. Interpretasi dari

U,

dan sama dengan koefisien Rasmussen dan Diamond (1956). Apabila nilai-nya menunjukkan lebih besar dari satu (unity), menunjukkan keterkaitan yang lebih besar pula dibandingkan dengan rata-rata keterkaitannya antar industri (dan sebaliknya). Selain itu Rasmussen dan Diamond juga menghitung kaitan penyebaran dengan menggunakan "coejsient variation".
(39)

industri dari sistem (dimana equivalent dengan satu unit output yang berkurang). Tenaga kerja disuatu sektor (sebelum pengurangan) diukur dengan :

L = ,j13 (1-

...

(15)

dimana F (permintaan akhir) sudah diganti dengan vektor satu, (i). Jumlah tenaga kerja setelah pengurangan adalah :

L* = N*! (I- A*)-" ... (16)

dimana N* merupakan vektor koefisien tenaga kerja setelah pengurangan industri tertentu dan A* merupakan matriks koefisien tehnis (n-I) di kali (n-I). Total dampak keterkaitan ketenagakerjaan adalah TL,, yaitu :

...

TL, = { N ~ ( I - A ) - ~ ~ ) - / N * ( I - A * ) - ~ ~ } (17)

dan keterkaitan kedepan, FL,, merupakan derivasi dari nilai residual :

...

FL, = TL,

-

BL, (18)

untuk setiap industri j, dimana BL, merupakan pengukuran keterkaitan kebelakang. Dampak keterkaitan kebelakang ini sama seperti yang dihitung dengan menggunakan Rasmussen-Diamond ( I 956). Memang harus diingat bahwa keterkaitan kedepan terutama berhubungan dengan "domestic downstream processing of sectoral output", oleh sebab itu perlu ditelaah relevansinya dalam pengembangan aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Hasil perhitungan dampak keterkaitan dengan menggunakan dua metode yang berbeda tersebut diatas dibandingkan satu dengan

lainnya untuk mendapatkan hasil keterkaitan yang optimum.

2.6 Analisis Kebocoran Wilayah

Pembangunan yang dilaksanakan disuatu daerah pada dasamya ditujukan untuk meningkatkan ksejahteraan masyarakat di wilayah (region) tersebut tanpa melupakan tujuan pembangunan nasional. Kegagalan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan akan terlihat apabila laju pertumbuhan ekonomi meningkat, namun

tingkat pendapatan masyarakat masih rendah. Ini mengindikasikan bahwa kegiatan pembangunan tersebut belum mampu menciptakan spread effect maupun trickle

(40)

Menurut Anwar (2000), kegiatan pembangunan seringkali bersifat eksploitasi dengan menggunakan teknologi yang padat modal dan kurang memanfaatkan tenaga kerja setempat, sehingga manfaatnya bocor keluar. Lebih lanjut dikatakan, multiplier

yang ditimbulkan kurang dapat ditangkap secara lokal maupun regional, sehingga penduduk setempat seolah-olah menjadi penonton. Hal tersebut dapat terjadi karena

adanya disparitas terhadap pembangunan atau tingkat pertumbuhan suatu wilayah sehingga kemampuan wilayah dalam mengelola barang dan jasa baik dalam bentuk barang jadi maupun setengah jadi akan berbeda.

Tingkat kebocoran suatu wilayah dapat ditandai dengan tingginya keterkaitan kebelakang (backward linkages) sedangkan keterkaitan kedepannya Vonvard linkage) cenderung rendah dan juga berkaitan dengan rendahnya dampak pengganda

(multiplier effect), karena nilai tambah (value added) yang semestinya dapat ditangkap wilayah tersebut justru manfaatnya diambil wilayah lain. Menurut Anwar

(2000) beberapa ha1 yang dapat mengakibatkan tingginya tingkat kebocoran wilayah antara lain :

a. Sifat Komoditas

Komoditas yang bersifat eksploitasi umumnya yang natural resources

mempunyai kecenderungan mengalami kebocoran wilayah yang tinggi apabila dalam sistem produksinya membutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu, baik kualitas sumberdaya manusia, teknologi yang dipakai, kedekatan dengan pasar maupun persyaratan lainnya yang mengakibatkan aktifitas ekonomi suatu komoditas yang berasal dari suatu wilayah dilaksanakan di wilayah lain, sehingga nilai tambahnya sebagian besar ditangkap wilayah lain.

b. Sifat Kelembagaan

Salah satu sifat kelembagaan yang utama adalah menyangkut kepemilikan

(owners), karena berkaitan dengan tingkat kebocoran wilayah yang terjadi. Faktor kepemilikan lahan juga berpengaruh terhadap persyaratan dalam

(41)
(42)

111.

KERANGKA PEMIKIRAN

Pada masa krisis yang melanda ekonomi Indonesia tahun 1997 menyebabkan banyak industri besar tumbang. Hal ini membuka mata pemerintah berkaitan dengan timpangnya struktur usaha (industri) yang selama ini terlalu berpihak pada industri besar. Pada era reformasi (setelah krisis) terjadi kondisi sebaliknya, yaitu euphoria berkaitan dengan pengembangan usaha kecil dan menengah. Banyak sekali upaya pemerintah yang dicurahkan untuk pengembangan sektor ini seperti kredit lunak, program pendampingan usaha, jaringan pengaman sosial dan lain sebagainya.

Keberadaan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia telah terbukti mampu menjadi ltatup pengaman pennasalahan tenaga kerja. Selain itu usaha kecil dan menengah mampu bertahan disaat krisis ekonomi, karena pelakunya bersandar kepada sumber daya lokal sehingga memiliki kekebalan yang kuat, apalagi sumber daya lokal tersebut juga memiliki peluang ekspor yang luas, memiliki daya saing kompetitif dan komparatif terhadap produk lain. Pembinaan terhadap usaha kecil dan menengah harus terus dikembangkan agar mereka dapat tumbuh sebagai usahawan yang efisien, kuat dan tangguh sehingga dapat memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional, penyerapan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan masyarakat.

Pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) termasuk usaha mikro dan koperasi memerlukan upaya yang besar, proses dan waktu, serta komitmen segenap komponen masyarakat. Hal ini mengingat keberadaan UKM, termasuk usaha yang berskala mikro serta koperasi, sangat dominan tetapi perkembangannya jauh tertinggal dibandingkan dengan pelaku ekonomi lain.

Menurut Haeruman (2000), tantangan bagi dunia usaha, terutama pengembangan UKM mencakup aspek yang luas antara lain; peningkatan kualitas SDM dalam ha1 kemampuan manajemen, organisasi dan teknologi, kompetensi kewirausahaan, akses yang lebih luas terhadap permodalan, informasi pasar yang transparan, faktor input produksi lainnya dan iklim usaha yang sehat yang

(43)

Peran pemerintah didalam mengatasi tantangan dan kendala pengembangan usaha kecil dan menengah sangatlah besar. Pemerintah mesti bertindak sebagai fasilitator, komunikator dan stabilitator dalam upaya memecahkan kendala yang dihadapi UKM. Misalnya dalam peningkatan kemampuan bersaing dimana yang perlu diperhatikan adalah bahwa kemampuan disini bukan dalam arti kemarnpuan untuk bersaing dengan industri besar, lebih pada kemampuan untuk memprediksi

lingkungan usaha dan kemampuan untuk mengantisipasi kondisi lingkungan tersebut. Pemerintah dalam pemberian modal bertugas bukan hanya sebagai pemberi modal tetapi lebih kepada membina kemampuan industri kecil dan membuat suatu kondisi yang mendorong kemampuan industri dalam mengakses modal. Atau dengan kata lain, pemerintah harus membina kemampuan industri kecil dalam menghitung modal optimum yang diperlukan, kemampuan menyusun proposal pendanaan ke lembaga-lembaga pemberi modal, serta mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang lebih memihak industri kecil dalam pemberian kredit.

Permasalahan lain yang dihadapi pemerintah dalam upaya pengembangan wirausaha (pengusaha UKM) yang tangguh adalah pemilihan dan penetapan strategi (program) untuk dua kondisi yang berbeda. Kondisi yang dimaksud adalah mengembangkan pengusaha yang sudah ada supaya menjadi tangguh atau mengembangkan wirausaha baru yang tangguh.

Strategi (program) pengembangan untuk kedua kondisi tersebut haruslah spesifik. Bahkan strategi pengembangan untuk pengusaha yang sudah ada pun tidak dapat dilakukan secara seragam. Tiap jenis usaha, bahkan tiap pengusaha pada jenis yang sama akan mempunyai permasalahan yang berbeda. Demikian juga halnya dengan perbedaan kondisi wilayah, akan menimbulkan permasalahan yang lebih beragam lagi.

(44)

ketika diluncurkan kebijakan kredit tanpa bunga (kredit dengan bunga yang rendah), dapat dijadikan contoh kegagalan usaha pengembangan UKM yang dilakukan pemerintah.

Propinsi Jawa Timur selama ini berperan sangat penting dalam menyokong perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari sumbangannya yang mencapai 13,69

persen dalam penciptaan nilai tambah bruto Nasional, demikian juga halnya dengan perkembangan UKM yang sangat pesat di Jawa Timur dimana pada tahun 2000 saja sudah ada 2.385.826 usaha kecil menengah yang perlu mendapat perhatian serius dalam upaya pengembangannya menjadi tulang punggung perekonomian daerah.

Peranan dan kontribusi usaha kecil dan menengah perlu diukur dalam penyusunan model pembangunan ekonomi Jawa Timur sehingga dibutuhkan kajian, profil dan analisa strategis peranan UKM dari waktu ke waktu. Indikator tersebut hams dapat menunjukkan besaran nilai tambah dan besaran ekspor yang diciptakan oleh usaha kecil dan menengah disamping penyerapan tenaga kerja, unit usaha dan potensi ekspor ussha kecil dan menengah sehingga dasar kebijaksanaan nantinya dapat lebih terfokus.

(45)

Maralah UKM

- lklim Uraha

- Rendahnya Kualitas SDM

- Perbedaan Produktifitas

- Kompelensi Rendah

- Keterbalasan Akses Pasar

- Keterbataran Modal

- Keterbatasan Teknalogi

- Daya Saing Rendah

Strategi Pengembangan UKhl

-

---

- Peningkatan SDM

- Peningkatan Produktifilas

- Peningkatan Kompctensi

- Perluasan Akses Pasar

- Dukungan Finansial

- Dukungan Litbang & TI

Kajian dan lnformasi serta Analisis Data yang Akurat

- -

- Peranan UKM dalam perekonom~an

- Sektor unnnulan UKM

- Swktur uiitdan danwlasi usaha

- Tenaga kerp dan'~;oduktlfilas

- Potens! ekspor UKM

- Dampak Kebijakan

Simulasi Kcbijakan Terhadap UKM Analisis Tabel 1-0 UKM

- Peranan UKM tsrhadap PDRB

I I

- Sektor unggulan UKM

-

Produktifitas tcnaga kerja UKM - Stmktur permintasn dan

- Komwsisi ~eran UKM menurut Penvediaan UKM

I I

-

Kenaikan perminman kons. Rumahtangga tcrhadap Output, NTB, Pendapatsn Masvarakat dan Tenaga Kcda

1

s e k l o ~ e k o ~ o m i

1 1

. ~ n i i s i s keterka; ~ K h l

1

1

~ e n i i k a n permintsan~kspor

- Perkembangan ekspar non migas

-

Analisis dampak Output, NTB, Kcnaikan permintasn bcrdasarkan sektar

menurut skala ueaha Tenaga Kerja UKM - Simulasi d m p a k kenaikan BBM

1

-- -

I

Strateg! dan Kebljakan Pengembangan UKM

- lklim Usaha yang Kondusif

- Peningkatan SDM

- Peningkatan Produktifilas

- Peningkatan Kompctensi

- Perluasan Akses Pasar

- Dukungan Flnansla

. Dukungan L.lbang& TI Penlngkatan Knpa,ltas

[image:45.530.30.480.56.758.2]

K e r j a

Gambar 2. Kerangka Pikir

- Peratursn Dacrah

- Pembinaan dun Pelatihan SDM

- Peningbtan Perdagangan dan Disuibusi Barang

- Pameran dan hopmosi

-

Kredit dennan bunaa rendah

-

Pelatihan G n g g u n b n TI
(46)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Data pokok yang mendukung penyusunan statistik kinerja usaha kecil, menengah dan besar diperoleh melalui berbagai survei tahunan yang secara rutin dilakukan oleh BPS. Tabel 1-0 Propinsi Jawa Timur tahun 2000 (yang kemudian dilakukan updating menjadi tabel 1-0 2004 digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tabel 1-0 UKM. Proses yang harus dilakukan sebelum tabel 1-0 UKM dapat digunakan sebagai alat analisis posisi strategis ekonomi usaha kecil menengah adalah melakukan pemecahan sektor-sektor pada tabel 1-0 Propinsi Jawa Timur tahun 2000 menurut skala usaha.

4.1 Sumber Data

Data output diperoleh berdasarkan informasi yang rutin maupun isidentil yang dilakukan BPS, seperti Statistik Pertanian, Statistik Industri, Statistik Pertambangan, Survei Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga, Survei Usaha Terintegrasi (SUSI), Survei Angkatan Kerja (Sakernas) serta survei dengan sample yang kecil seperti Survei Khusus Input-Output (SKIO), Survei Khusus Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) dan Survei Penyediaan dan Penggunaan Barang (SPPB). Sumber lainnya diperoleh dari berbagai instansi, seperti Bank Indonesia untuk sektor bank, Dep. Energi dan Sumber Daya Mineral untuk sektor pertambangan, listrik dan gas, Dep Keuangan untuk sektor pemerintah serta berbagai perusahaan milik pemerintah (BUMNIBUMD). Data penting lainnya yang digunakan dalam kajian ini bersumber dari hasil kajian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dengan BPS tentang profil pengembangan sentra bisnis UKM tahun 2004 di beberapa propinsi terpilih termasuk Jawa Timur.

(47)

mengetahui dasar usaha kecil, yang selanjutnya dapat digunakan untuk memperkirakan peluang ekspor bagi usaha kecil.

4.2 T a h a p a n Penyusunan Tabel Input-Output UKM Propinsi J a w a T i m u r

Penyusunan tabel input-output UKM ditujukan untuk melihat gambaran profil dan keterkaitan antar sektor ekonomi khususnya UKM dalam perekonomian Propinsi Jawa Timur, dan digunakan juga untuk penghitungan dampak serta simulasi kebijakan terhadap kinerja UKM serta untuk analisis tabel 1-0 UKM dalam berbagai kebutuhan.

Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan updating tabel 1-0 Jawa Timur tahun 2000 dengan klasifikasi 100 sektor menjadi tabel 1-0 2004 dengan menggunakan teknik RAS Metods yang dimodifikasi. Proses updating ini dimulai dengan menggunakan asumsi bahwa kondisi perekonomian di Jawa Timur tidak banyak berubah selama kurun waktu 2000 ke 2004, hanya beberapa sektor tertentu saja yang terjadi perubahan struktur inputnya. Data-data hasil suwei yang dilakukan BPS digunakan untuk mendapatkan nilai output, nilai tambah bruto dan struktur permintaan. Penyusunan struktur input dilakukan setelah penyusunan output selesai dilakukan, dan dilakukan dengan menggunakan struktur 1-0 2000 secara proporsional. Struktur input yang diyakini terjadi perubahan disusun sendiri berdasarkan data hasil suwei seperti hasil pendataan industri besar sedang, suwei struktur ongkos usaha tani padi dan palawija, survei khusus pendapatan regional dan hasil suwei lainnya seperti susenas dan sebagainya.

(48)

strategis di Propinsi Jawa Timur juga dijadikan sebagai salah satu sektor tersendiri. Tahap ini menghasilkan klasifikasi sektor baru yaitu 144 sektor yang masing-masing sektornya sudah dipisah menurut skala usaha. Sektor-sektor yang tidak mempunyai indikator untuk dilakukan pemecahan dan diyakini hanya ada disektor usaha besar maka pemecahan tidak dilakukan. Contoh sektor yang termasuk golongan ini adalah; sektor listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan migas, sektor pemerintah dan beberapa sektor usaha besar lainnya.

Langkah ketiga adalah melakukan pemecahan sektor menurut skala usaha yakni usaha kecil, menengah dan besar dengan menggunakan data dasar hasil suwei yang tersedia seperti data hasil Survei Sosial Usaha Terintegrasi (SUSI), Suwei Industri Besar Sedang dan lainnya. Pada prinsipnya pengolahan data dasar ini ditujukan untuk memperoleh informasi mengenai proporsi masing-masing skala usaha disetiap sektor, baik untuk sektor yang lengkap informasinya maupun yang menggunakan berbagai indikator dan metode. Penggunaan berbagai indikator- indikator tersebut digunakan untuk melihat proporsi menurut skala usahanya disetiap sektor pada klasifikasi tabel 1-0. Beberapa sektor yang tidak mempunyai indikator diturunkan dari data 1-0 UKM nasional tahun 2000 dengan meminjam rasionya.

Langkah keempat adalah proses rekonsiliasi dimana semua isian data dalam sel-sel pada matriks tabel input-output harus dibuat seimbang (balance). Tujuan dilakukannya proses keseimbangan ini adalah untukmelihat sampai seberapa jauh tingkat konsistensi data yang digunakan, dan dengan demikian diharapkan proses rekonsiliasi ini akan membawa data ke dalam suatu sistem yang harmonis dan sempuma.

(49)

4.3. Analisis-Analisis

4.3.1 Kajian Profil dan Pera

Gambar

Gambar Halaman
Tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 Cuta rp.) transaksi domestik .....................................................................
Tabel input-output pada dasarnya merupakan suatu rangkaian statistik dalam
Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji stabilitas sabun wajah dilakukan dengan mendiamkan sediaan selama 3 bulan pada suhu ruang dengan melakukan pengamatan fisik tiap bulannya yang meliputi organoleptis,

Selain fungsi-fungsi tersebut, salah satu keunggulan kompetitif dari Aplikasi Berbasis Web adalah bahwa aplikasi tersebut ‘ringan’ dan dapat diakses dengan cepat melalui

Biasanya atribut merupakan teks string yang bernilai tunggal, bilangan atau daftar suatu nilai ( enumerated values ). Tetapi, pada suatu saat juga perlu menetapkan

Secara umum, baik berdasarkan hasil dari angket maupun wawancara yang dilakukan, minat mahasiswa terhadap bidang otomotif mempengaruhi ketertarikan mahasiswa konsentrasi

pendidikan agama Islam dapat menanamkan nilai-nilai keagamaan siswa, karena ada pembiasaan dan pemberian contoh dalam melaksanakan kegiatan keagamaan dapat

(3) Pendidikan Diniyah Formal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, menyelenggarakan pendidikan ilmu yang bersumber dari ajaran agama Islam pada jenjang

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di seluruh/ hampir seluruh tubuh, dan biasanya disertai skuama. Penyebab tersering eritroderma adalah akibat

Dimensi beras dari padi gogo lokal Kabupaten Tebo Provinsi Jambi seperti panjang, bentuk, dan lebar beras merupakan sumber kerentanan beras terhadap serangan hama