TEMA
MOVEMENT OF DRAMATIC
LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER XIV TAHUN 2013/2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
Zezinho Carlos Maia Henriques Soares da Silva
104 07 029
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
iv
1.2.Masalah Perancangan ... 3
1.2.1. Masalah Umum ... 3
1.7. Sistematika Laporan ... 6
BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 7
2.6.1. Pusat Dakwah Islam Bandung (PUSDAI) / Islamic Center ... 15
2.6.2. Gereja Mahasiswa/i Katolik Bandung (GEMA) ... 19
v
3.1. Pengertian Tema ... 21
3.2. Interpretasi Tema ... 22
3.3. Studi Banding Tema Sejenis ... 28
BAB IV ANALISIS ... 30
4.1. Analisis Fungsi Bangunan ... 30
4.2. Kebutuhan Besaran Ruang ... 30
4.3. Hubungan dan Kedekatan Antar Ruang ... 35
4.4. Persyaratan Teknis ... 39
4.5. Analisa Kondisi Lingkungan ... 40
BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 48
5.1.Konsep Dasar dan Konsep Utama ... 48
5.1.1. Konsep Dasar ... 48
5.1.2. Konsep Utama ... 48
5.2. Rencana Tapak ... 52
5.2.1. Pemintakan dan Tata Letak ... 52
5.2.2. Pencapaian ... 53
5.2.3. Sirkulasi ... 54
5.2.4. Parkir ... 55
5.2.5. Tata Hijau ... 56
5.3. Konsep Bangunan ... 59
5.3.1. Kapel ... 59
5.3.2. Penerima, Hall dan Gallery, Komunitas, Edukasi dan Pengelola ... 62
BAB VI DESAIN PERANCANGAN ... 65
6.1. Peta Situasi ... 65
6.2. Gambar Perancangan ... 66
6.3. Foto-foto Maket ... 101
102
DAFTAR PUSTAKA
1. Masriat, D. (2012). PASTORAL MAHASISWA KATOLIK. Diakses pada 23 Maret, 2014 dari
World Wide Web: http://dawismasriat.blogspot.com/2012/05/pastoral-mahasiswa
katolik.html
2. FIRMANSYAH, R. (NIM 104 07 889) (2013). PUSAT KOMUNITAS ISLAM BAGI GENERASI
MUDA, LAPORAN PERANCANGAN AR 38313S – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER XI,
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM).
3. Haryanto, A. (2013). Mahasiswa Katolik se-Bandung Berkumpul. Diakses pada 23 Maret,
2014 dari World Wide Web:
http://www.komkepbandung.com/detail-isi-artikel/727-mahasiswa-katolik-se-bandung-berkumpul/
5. Mata Kuliah Teori Arsitektur 2, ANALOGI DALAM ARSITEKTUR, ANALOGI DRAMATURGI.
Dosen Mata Kuliah Dhini D. Tantarto, Ir., M.T.
6. Alfred, J. (2010). Analogi Yang Digunakan Dalam Teori Arsitektur. Diakses pada 22 Juli,
2014 dari World Wide Web:
http://ffredo.wordpress.com/2010/10/26/analogi-yang-digunakan-dalam-teori-arsitektur/
7. Yudianto, A. (2011). 14 PERHENTIAN JALAN SALIB SESUAI KITAB SUCI. Diakses pada 22
Juli, 2014 dari World Wide Web:
http://programkatekese.blogspot.com/2011/03/14-perhentian-jalan-salib-sesuai-kitab.html
8. Akim, S. (2013). Cristo Rei Destinasi Wisata Favorit. Diakses pada 22 Juli, 2014 dari
World Wide Web:
http://pontianak.tribunnews.com/2013/12/08/cristo-rei-destinasi-wisata-favorit
103
10.Adler, D. (1969). METRIC HANDBOOK PLANNING AND DESIGN DATA. Oxford
11.Llewelyn & Davies. URBAN DESIGN COMPENDIUM
12.AKUSTIKA LUAR-RUANGAN
13.PERANCANGAN TAPAK
14.Pickard, Q. (2002). The Architects’ Handbook
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus (Santisima
Trinitas), karena atas kasih dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Studio Tugas Akhir dan
penulisan laporannya yang berjudul “CATHOLIC COMMUNITY CENTRE” dengan Tema
“MOVEMENT OF DRAMATIC”.
Penulisan laporan Studio Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Arsitektur dari Program Studi Sarjana, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik
dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
Sejak masa persiapan, penyusunan hingga penyelesaian Studio Tugas Akhir, penulis
mendapat banyak bantuan berupa materi, saran, kritik, bimbingan, dukungan, dan doa dari
berbagai pihak.
Dengan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih atas
segala upaya dan telah sudi meluangkan waktu serta bimbingan sehingga tersusunlah Laporan
Studio Tugas Akhir ini, khususnya yang terhormat :
1. Ibu Dhini D. Tantarto, Ir., M.T., selaku Dosen Koordinator Mata kuliah Studio Tugas Akhir
atas bimbingan dan arahannya.
2. Bapak DR. Salmon Priaji Martana, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik & Ilmu Komputer UNIKOM dan Dosen Pembimbing penulis Studio Tugas
Akhir.
3. Dosen-dosen Penguji yang telah memberi kritikan dan saran yang sangat membangun
Bapak Rahy R. Soekardi, Ir., M.T. Bapak Heru Wibowo, S.T.
Bapak DR. Andi Harapan S., S.T., M.T.
Bapak Firman Irmansyah, S.T., M.T. Ibu Dhini D. Tantarto, Ir., M.T.
iii
4. Romo Fabianus Sebastian Heatubun (Dekan Fakultas Filsafat dan Hukum Universitas
Katolik Parahyangan) yang banyak memberi masukkan tentang teori karakter anak muda
secara spesifik, sehingga banyak hal yang mempengaruhi perancangan.
5. Untuk keluarga, teman-teman dan pihak-pihak lain yang telah banyak membantu dan
memberikan dukungan dalam penyusunan Studio Tugas Akhir ini.
a. Keluarga
Papa Lucas Henriques da Silva, Mama Clementina Soares, adik Fr. João Paulo
Henriques da Silva, Paman Gaspar Henriques da Silva, Paman Jose Henriques da Silva
dan seluruh keluarga dari papa dan mama
b. Teman-teman
Joaneto do Rego Cornelio da Piedade Natalino de Jesus Lay Faria Soares, SE.
Juvenal Alves
João Bosco Ribeiro Borges, S.SOS
Hubertus Diyano
Basilio Tomas Xavier de Carvalho, AMD.
Teman-teman lain yang namanya tidak disebutkan.
c. Teman-teman Studio Tugas Akhir
Akhir kata penulis berharap adanya masukkan serta saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan
laporan ini.
Bandung, Juli 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gambar 1.1. Emerging Issues (Sumber : Pribadi)
Berbicara mengenai anak muda Katolik, banyak terdengar bahwa mereka sering disebut
sebagai penerus bangsa dan gereja yang berkualitas dalam hidup. Mereka juga kadang disebut
sebagai cerminan orang-orang Katolik di masa yang akan datang. Yang menjadi pertanyaan adalah
mengapa anak muda Katolik disebut sebagai penerus bangsa dan gereja yang baik namun dalam
kenyataan, ada saja dari mereka yang tidak menggambarkan nilai-nilai pancasila, moral, dan
agama? Apakah mereka kurang mendapat pembinaan dan pendidikan iman yang baik dan benar?
Terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, maka untuk menjawabnya dengan mencari dan
2
yang menjadi spiritualitas anak muda Katolik. Ketiga, bagaimana cara mendampingi atau mendidik
anak muda Katolik. Dengan kata lain, apakah yang menjadi metode pembinaan bagi perkembangan
anak muda Katolik.
Pengertian anak muda Katolik
Anak muda Katolik adalah penerus-penerus bangsa dan gereja (Masriat, D. 2012). Dalam
kenyataan terlihat bahwa anak muda yang beragama Katolik kadang tidak menyadari akan
kekatolikannya sehingga membuat wajah Katolik menjadi tercoreng. Yang menjadi pertanyaan
adalah adakah spiritualitas yang harus dihidupi oleh anak muda Katolik sehingga mereka dapat
bertindak dengan baik dan benar demi kelangsungan masyarakat kita?
Apa Itu Spiritualitas anak muda Katolik?
Spritualitas dari anak muda Katolik adalah spiritualitas yang hidup dalam semangat Yesus Kristus.
Dengan kata lain anak muda Katolik perlu mengembangkan spiritualitas ini dalam kegiatan-kegiatan
rohani yang diberikan oleh komunitas, organisasi dan lain-lain. Hal ini tentunya merupakan suatu
dorongan untuk dapat mendisiplinkan kerohanian anak muda.
Jadi, sebagai anak muda Katolik, kita ditantang oleh hirup-pikuknya perkembangan era
globalisasi yang menawarkan informasi, produk dan gaya hidup. Dampaknya, anak muda Katolik
dapat hanyut dalam arus global itu dan mengalami krisis spiritualitas, krisis kepemimpinan, bahkan
krisis identitas (kehilangan jatidiri dan arah hidup). Krisis ini dapat membuat para anak muda
Katolik terasing dari diri orang lain dan lingkungannya, bahkan terasing dari Tuhan. Dampak ini
perlu diatasi dengan komitmen dan strategi efektif untuk mendampingi anak muda Katolik dalam
menemukan identitas dan nilai-nilai spiritualitas dalam pengenalan personal dan komunalnya
dengan Yesus yang adalah pusat dan tujuan hidup mereka. Dan yang lebih penting adalah dalam
menjamurnya komunitas (salah satunya Catholic Community Centre ini) anak muda Katolik perlu
menjadi rasul-rasul muda. Dengan kata lain anak muda Katolik berusaha agar dapat menjadi rasul
3
1.2. Masalah Perancangan 1.2.1. Masalah Umum
Teknik mendesain bangunan dengan konsep religi yang bisa menarik kaum muda pada
umumnya dan khususnya kaum muda Katolik untuk datang belum diketahui.
1.2.2. Masalah Desain
Site
Penerapan konsep desain pada site sesuai dengan tema yang diangkat yakni
“Movement of Dramatic” belum diketahui luas. Massa Bangunan
Penerapan konsep desain pada massa bangunan yang ada di dalam site,
khususnya layout Kapel yang berfungsi sebagai tempat peribadatan yang lebih baik
dan sesuai dengan jiwa dan karakter anak muda belum dipahami.
1.3. Tujuan Perancangan
Adapun tujuan perancangan Catholic Community Centre ini adalah sebagai berikut:
Menemukan teknik mendesain bangunan dengan konsep religius, khususnya untuk
menarik minat generasi muda Katolik.
Penerapan konsep desain sesuai tema “Movement of Dramatic”.
Menerapkan konsep desain pada massa bangunan, layout Kapel yang sesuai dengan jiwa
muda penggunanya.
1.4. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam perancangan Catholic Community Centre ini adalah : i. Melakukan studi aktivitas yang ada di dalam komunitas-komunitas, organisasi-organisasi
Katolik di Keuskupan Kota Bandung dan Lembaga Dakwah Islam, sehingga ditemukan
kebutuhan ruang.
ii. Melakukan studi tentang sarana yang mewadahi pembelajaran anak muda Katolik.
iii. Melakukan studi tentang minat dan kegiatan anak muda secara umum iv. Pengumpulan data, dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
4
yaitu seperti menganalisa perilaku komunitas dan menganalisa aktivitas sehingga dapat
ditemukan kebutuhannya.
Studi Analisa
Dengan menganalisa hasil dari survey, studi literatur, dan studi banding untuk dijadikan
sebagai acuan proses desain dan proses perancangan.
Wawancara
Pengumpulan informasi secara lisan dengan metode mewawancarai para Imam
(Pastor), sehingga dapat memperoleh informasi mengenai perkembangan, mental dan
karakter anak muda pada umumnya dan khususnya anak muda Katolik.
1.5. Ruang Lingkup atau Batasan
Ruang lingkup dan batasan Catholic Community Centre meliputi fungsi-fungsi bangunan dan
fasilitas yang ada dalam site. Fasilitas umum meliputi plaza, parkir kendaraan, perpustakaan,
tempat ibadah (Kapel), tempat komunitas, tempat komersial, Hall dan Gallery, skywalk dan
5
1.6. Kerangka Berpikir
6
1.7. Sistematika Laporan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup perancangan, metode
perancangan, lingkup permasalahan dan kerangka berpikir dari perancangan Catholic
Community Centre beserta sistematika dari laporan tugas akhir.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Menjabarkan teori yang berkaitan dengan Catholic Community Centre dengan kajiannya dan
yang berkaitan dengan studi kasus proyek sejenis.
BAB III ELABORASI TEMA
Pemaparan tema perancangan yang terdiri dari pengertian dan interpretasi tema.
BAB IV ANALISIS
Mengenai deskripsi proyek dan analisa dalam proses perancangan menyangkut analisa fungsi
dan tapak.
BAB V KONSEP RANCANGAN
Berisi konsep fungsi, tapak, bangunan, ruang, tampak struktur dan sistem utilitas dari
rancangan.
7
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
Catholic Community Centre adalah sebuah wadah yang difungsikan untuk mewadahi
komunitas-komunitas, organisasi-organisasi, himpunan-himpunan Katolik pada umumnya dan
khususnya anak muda Katolik, dengan kata lain anak muda Katolik perlu dikembangkan
spiritualitasnya dalam kegiatan-kegiatan rohani yang diberikan. Dimana nantinya pengelolaan
diserahkan pada Paroki Santa Maria Fatima yang ada di Kota Lembang dengan kepengurusan anak
muda di Paroki tersebut.
2.1. Data Umum Proyek
Proyek perancangan Catholic Community Centre berlokasi di Jalan Raya Lembang,
Kabupaten Bandung Utara, dengan data proyek sebagai berikut :
Nama Proyek : Catholic Community Centre Tema : Movement of Dramatic
Lokasi : JL. Raya Lembang, Kabupaten Bandung Utara Luas Lahan : 3.2 Ha Timur : JL. Penerongan Bintang Barat : JL. Raya Lembang
8
Gambar 2.1.
Lokasi Proyek – Jalan Raya Lembang, Kabupaten Bandung Utara
(Sumber :
https://www.google.co.id/maps/place/Jalan+Baruajak,+Lembang,+Bandung+Barat,+Jawa+Barat+40391/@-6.8201385,107.61341,418m/data=!3m1!1e3!4m2!3m1!1s0x2e68e11b95641dd7:0x4103d2f3b1c113fa?hl=en.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2014)
2.2. Pemilihan Lokasi
Alasan dalam pemilihan lokasi, khususnya dalam rancangan kali ini adalah sebagai berikut :
Mendorong perkembangan kota yang lebih merata khususnya pada tingkat kabupaten,
tidak fokus pada pusat kota.
Site dipilih berdasarkan penanggungjawab dalam pengelolan yang nantinya akan dikelola
oleh Paroki Santa Maria Fatima yang ada di Kota Lembang, Kabupaten Bandung Utara.
Site dipilih berdasarkan kedekatan lahan dengan fungsi pendukung lainnya, antara lain
beberapa perguruan tinggi yang ada di zona Bandung Utara seperti Universitas Advent dan
beberapa perguruan tinggi lainnya. Selain itu, ada juga fungsi pendukung lain, seperti
tempat pariwisata, industri, komersial dan beberapa tempat kuliner.
Site Berada di pinggir Jalan Raya Lembang yang merupakan jalan arteri Kota Bandung
9
Gambar 2.2. Analisa Makro
10 2.3. Fasilitas
Fasilitas yang terdapat pada Catholic Community Centre antara lain : Bangunan Penerima
Bangunan Komunitas Bangunan Hall dan Gallery Bangunan Peribadatan Bangunan Edukasi Bangunan Pengelola Bangunan Komersial Peternakan Sapi
11
Gambar 2.3.
Fasilitas yang terdapat pada Catholic Community Centre berdasarkan zona dalam site
12
2.4. Program Kegiatan
Kegiatan-kegiatan yang ada dalam Catholic Community Centre ini adalah :
Bimbingan spiritualitas anak muda pada umumnya dan khususnya anak muda Katolik
Kegiatan Peribadatan
Sosial Interaksi (antar komunitas, organisasi, himpunan Katolik maupun Non-Katolik)
2.5. Kebutuhan Ruang
Analisa kebutuhan program ruang secara makro pada Catholic Community Centre adalah
sebagai berikut.
a. ZONA PENERIMA
Ruang Keamanan
Lobi
Front Office
Receptionist dan Informasi
Toilet Pengelola Pria dan Wanita
Toilet Pengunjung Pria dan Wanita
Lavatory Publik
Lounge
b. ZONA HALL DAN GALLERY Ruang Pamer atau Display Ruang Penyimpanan
Amphitheatre
Ruang Rias Pria dan Wanita
Workshop dan Seminar
Gudang Janitor
13
c. ZONA EDUKASI
Perpustakaan
Gudang perpustakaan
Ruang Loker
Ruang Internet
Ruang Server Internet
Administrasi
Ruang Studio Band
Marketing
Programing
News
Toilet Pengelola Pria dan Wanita
d. ZONA PENGELOLA
Ruang Wakil Ketua
Ruang Karyawan
Ruang Arsip
Ruang Data
Gudang
Toilet Pria dan Wanita
e. ZONA KOMUNITAS
Activity Room
Ruang Pertemuan atau Diskusi
Ruang Auditorium
14
Toilet Pria dan Wanita
f. ZONA KOMERSIAL
g. ZONA PERIBADATAN
Kapel
Ruang Audio
Ruang Kor (Paduan Suara)
Ruang Imam
Ruang Peralatan Ibadah
Ruang Ganti Imam dan Putra-Putri Altar
Ruang Informasi
Ruang Rapat
Toilet dan Lavatory
h. ZONA SERVICE
Parkir Sepeda
Parkir Motor
Parkir Mobil
15
2.6. Studi Banding
2.6.1. Pusat Dakwah Islam Bandung (PUSDAI) / Islamic Center
Nama : Pusat Dakwa Islam (PUSDAI) / Islamic Center Lokasi : Jalan WR. Supratman, Jawa Barat, Indonesia
Website : http://www.pusdai.com
Pimpinan PUSDAI : Drs. H. Zaenal Abidin, M.Ag
Ide Pembangunan : 1977, masa Pemerintahan Gubernur H. Aang Kunaefi (1975-1985 ) Pembebasan Lahan : 1982-1992
Pembagunan Fisik : 1992-1997 Pengurusan Pertama : 1998 Fungsi : Peribadahtan
Total Dana : Rp. 49.000.000.000
Sumber Dana : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat, dimulai dari tahun anggaran 1991-1992 sampai dengan tahun anggaran 1997/1998
Arsitek : Slamet Wirasonjaya
Konsep Desain : Budaya Sunda dan Islamic Timur Tengah
PUSDAI sendiri adalah lembaga dakwah atas fasilitas Pemerintah Provinsi Jawa Barat
untuk menjadi sentral pemrograman, pembinaan, dan pengembangan syiar Islam di Wilayah Jawa Barat. Lembaga ini bersama Masjid At-Ta’wun Puncak Bogor dan Gedung Bale Asri, berada di bawah kendali Yayasan Darma Asri (dahulu bernama Yayasan Dharma Bhakti), sebuah yayasan
yang berada di bawah naungan Pemprov Jabar.
Dalam struktur organisasi, Pusdai dipimpin oleh seorang Direktur (kini dijabat oleh Drs. H. Zaenal
Abidin, M.Ag) yang membawahkan empat bidang: Bidang Kajian Informasi dan Kemasyarakatan
(KIK), Bidang Administrasi dan Keuangan (Adkeu), Bidang Pelayanan Ibadah dan Haji (PIH), serta
16
Fasilitas Dan Sarana Pendukung PUSDAI 1. Masjid PUSDAI (Kapasitas 4.000 Orang)
- Ruang Utama Shayat (lantai atas dan bawah)
- Ruang Mimbar
- Ruang Wudhu pria dan wanita
- Ruang Imam
- Ruang Sound System
- Ruang Penitipan Barang
- Ruang Informasi
- Ruang Resepsi pernikahan
- Ruang Tamu VIP A dan B
- Ruang Pengurus Darma Asri
- Ruang Pengelola Masjid
- Ruang Kepala BPIC
2. Ruang Serbaguna (Kapasitas 2.000 Orang)
Ruang dibagi menjadi 5 bagian, dengan tiga ruang merupakan ruang tertutup (indoor) dan dua
ruang terbuka (teras dan selasar). Kelima bagian ruang tersebut dipisah menggunakan dinding
partisi yang dapat dibuka.
3. Gedung Bale Asri
- Ruang pengurus Bale Asri (Gedung Serbaguna, Ruang Seminar, Ruang Multimedia & Kantin)
- Kantor kepengurusan Haji dan Umroh
- Gallery
- Kelompok bermain dan Raudlathul Athfal (Lantai 2)
- Perpustakaan
- Ruang IT
- Toilet pria dan wanita
4. Ruang Seminar dan Multimedia
17
- Ruang Seminar A (Kapasitas 50 Orang)
- Ruang Seminar B (Kapasitas 50 Orang)
- Ruang Multimedia
- Ruang Binroh
- Ruang Zakat
- Toilet Pria dan Wanita
5. Kantor Sekretariat PUSDAI
- Lantai 1
*. Ruang Konsultasi Agama
6. Plaza Luar dan Dalam
7. Parkir Motor dan Mobil
18
Gambar 2.4. Zoning PUSDAI
19
2.6.2.Gereja Mahasiswa/i Katolik Bandung (GEMA) Nama : Gereja Mahasiswa/i Bandung (GEMA)
Lokasi : JL. Sultan Agung no. 2, Kota Bandung, Jawa Barat Luas Lahan : N/A
Jumlah Massa Bangunan : 3 buah Massa
Gereja Mahasiswa/i Katolik (GEMA) adalah sebuah wadah besar yang mewadahi seluruh
atau semua mahasiswa/i Katolik dari Perguruan Tinggi se-Bandung Raya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Gereja Mahasiswa Katolik Bandung mengadakan Misa Angkatan
Muda (MAM). Kegiatan satu ini adalah kegiatan penyambutan mahasiswa baru dari Perguruan
Tinggi se-Bandung Raya. Para mahasiswa baru tersebut dikenalkan pada sebuah wadah besar
mereka bernama Gereja Mahasiswa Katolik Bandung yang terletak di JL. Sultan Agung No. 2
Bandung.
Ruang-ruang yang ada di GEMA 1. Bangunan 1 :
- Lapangan Sepak Bola
- Taman Doa
7
Gambar 2.5. Zoning GEMA
21
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Pengertian Tema
Tema yang diangkat dalam perancangan Catholic Community Centre ini adalah “Movement of Dramatic” yang merupakan penjabaran dari Analogi dalam Arsitektur, yakni Analogi Dramaturgi, di mana memiliki arti bahwa kegiatan-kegiatan manusia dinyatakan sebagai teater. Seluruh dunia
adalah panggungnya, karena itu lingkungan buatan dapat dianggap sebagai pentas panggung.
Manusia memainkan peranan dan bangunan-bangunan merupakan rona panggung dan
perlengkapan yang menunjang pagelaran panggung. Analogi dramaturgi digunakan dengan dua
cara, dari titik pandang para aktor dan dari titik pandang para dramawan. Dalam hal pertama arsitek
menyediakan alat-alat perlengkapan dan rona-rona yang diperlukan untuk memainkan suatu
peranan tertentu. Dari titik pandang para dramawan, arsitek dapat menyebabkan orang bergerak
dari satu tempat ke tempat lain dengan memberikan petunjuk-petunjuk visual. Pemanfaatan analogi
dramaturgi ini membuat sang arsitek yang bertindak hampir seperti dalang, mengatur aksi seraya
menunjangnya (Dewiyanti, 2010)
Dalam perkembangannya (berdasarkan teori dan pandangan-pandangan di atas), masalah
arsitektur adalah masalah yang berkaitan dengan fungsi, komunikasi dan keindahan. Ketiga hal
tersebut, baik fungsi atau keindahan dan komunikasi sebagai sarana pemuasan emosional. Setiap
orang berhak untuk mengambil sikap atas tiga hal tersebut. Cara pandang pemakai, pengamat dan
arsitek seringkali tidak sama bahkan bertentangan. Oleh pemakai, arsitektur pada awalnya hanya
dipandang sebagai obyek atau produk atau hasil yang muncul karena kebutuhan semata (untuk
melindungi diri dari alam). Selanjutnya arsitektur dianggap harus memiliki nilai-nilai lain seperti
komunikasi dan keindahan yang merupakan sarana pemuasan ‘emosi’. Masalah fungsi,
komunikasi dan estetika selalu menjadi perdebatan sejak Zaman Barok, Renaissance sampai ke
Zaman Arsitektur Post Modern. Persepsi nilai-nilai ini sangat berbeda sesuai dengan perbedaan
22
3.2. Interpretasi Tema
Gambar 3.1. Interpretasi Tema
23
Gambar 3.2. Interpretasi Tema
24
Interpretasi dan penerapan Tema “Movement of Dramatic” dalam perancangan Catholic
Community Centre ini, berdasarkan ibadah Jalan Salib yang biasa dilakukan oleh umat Katolik di
seluruh dunia pada masa Pra-Paskah, terutama pada Hari Jumat Agung dan pada Jumat malam
selama masa Pra-Paskah untuk merenung kembali kisah sengsara, penyaliban dan kematian Yesus
Kristus. Sebagai umat Katolik, kita semua tahu bahwa, terdapat 14 perhentian Jalan Salib yang
menggambarkan proses penyaliban, dimulai dari penjatuhan hukuman mati yang tidak adil oleh
Pilatus sampai dengan Yesus dimakamkan. Perhentian-perhentian itu adalah sebagai berikut :
1. Yesus dihukum mati
2. Yesus memanggul salib
3. Yesus jatuh untuk pertama kalinya
4. Yesus berjumpa dengan ibunya
5. Yesus ditolong Simon dari Kirene
6. Wajah Yesus diusap oleh Veronica
7. Yesus jatuh untuk kedua kalinya
8. Yesus menghibur wanita-wanita yang menangisinya
9. Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
10.Pakaian Yesus ditanggalkan
11.Yesus disalibkan
12.Yesus mati di salib
13.Yesus diturunkan dari salib
25
Gambar 3.3. Urut-urutan Jalan Salib
(Sumber : http://4.bp.blogspot.com/-aa_abLYZmGE/TpPVBW5XkoI/AAAAAAAAAPs/iT3Sq_en_S4/s1600/jalan-salib.jpeg. Diakses pada tanggal 22 Juli 2014)
Jadi, penerapan Tema “Movement of Dramatic” dalam perancangan Catholic Community
Centre adalah 14 buah anak tangga pada bagian depan dan belakang site. 14 buah anak tangga
tersebut mewakili 14 perhentian Jalan Salib yang menggambarkan proses penyaliban dan
pengunjung yang datang tidak secara langsung dan tidak sadar melakukan ibadah Jalan Salib
26
Gambar 3.4.
14 buah anak tangga pada bagian depan dan belakang site
27
Gambar 3.5. Detail Tema
28
3.3. Studi Banding Tema Sejenis
Gambar 3.6.
Stasi terakhir Jalan Salib menuju puncak Bukit Fatucama, tempat Cristo Rei dibangun
(Sumber : http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/04/1365122054671010616.jpg. Diakses pada tanggal 23 Juli 2014)
Satu di antara destinasi wisata religi terkenal di Dili, Timor Leste adalah Cristo Rei atau patung
Kristus Raja. Kawasan ini begitu populer, tidak hanya bagi turis lokal namun juga bagi turis
mancanegara. Untuk menuju lokasi yang berada di sebelah Timur Dili tersebut kita sudah disuguhi
pantai, dengan ombak dan pasir putihnya.
Ada pepatah dari masyarakat Timor-Leste bahwa, jika anda belum berkunjung ke Cristo Rei atau
patung Kristus Raja maka Anda belum tiba ke Dili. Maka tidak heran jika tempat wisata rohani ini
selalu ramai dikunjungi turis. Untuk naik di puncak Bukit Fatucama, tempat Cristo Rei dibangun
memang membutuhkan perjuangan.
Untuk mencapai puncak Bukit Fatucama, tempat Cristo Rei dibangun, setapak demi setapak
kita menaiki 692 anak tangga. Di atas ada juga tempat pemberhentian (bordes) sehingga
pengunjung bisa istirahat. Tangga yang terbuat dari keramik cokelat bata tersebut memliki
kemiringan sekitar 40 derajat. Di tepi kanan jalan naik juga dibuat Via Dolorosa atau Jalan Salib.
29
Gambar 3.7.
Di tepi kanan jalan naik juga dibuat Via Dolorosa atau Jalan Salib
(Sumber : http://www.momentum.tl/pictures/pic-vision-geographic-03.jpg. Diakses pada tanggal 23 Juli 2014)
Patung Cristo Rei ini berdiri tahun 1996 dengan tinggi 27 meter. Uniknya desainnya dibuat
Mochamad Syailillah (pematung lulusan Jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung atau ITB)
atau dikenal juga dengan nama Bolil. Dari beberapa literatur disebutkan pembangunan Cristo Rei ini
diusulkan Jose Abilio Osorio Soares, Gubernur Timor Timur kala itu kepada Presiden Soeharto.
Gambar 3.8.
Bird Eye View - Patung Cristo Rei
30
BAB IV
ANALISIS
4.1. Analisis Fungsional
Anak muda Katolik dan anak muda pada umumnya seumpama bangunan yang butuh tiang
penyangga. Bangunan itu adalah komunitas-komunitas dan organisasi-organisasi anak muda
Katolik dan tiang penyangga adalah para imam. Semuanya harus diwadahi dalam sebuah wadah
yang besar.
Jadi, dengan ulasan singkat di atas, maka Catholic Community Centre hadir dengan sebuah
konsep dan berfungsi sebagai wadah untuk mewadahi seluruh komunitas, organisasi-organisasi,
himpunan-himpunan anak muda Katolik di Keuskupan Kota Bandung.
4.2. Kebutuhan Besaran Ruang
Dasar Pertimbangan dalam menentukan kebutuhan luas (besaran ruang) yang berhubungan
dengan masing-masing kegiatan serta fasilitas ruang yang dibutuhkan, diperlukan suatu standar
besaran ruang. Standar besaran ruang yang digunakan, bersumber dari:
i. Studi Literatur
ii. Survey lapangan, tentang kegiatan dan peralatan yang digunakan dan studi banding yang
dilakukan ke beberapa obyek terkait
Sebagai dasar pertimbangan penentuan besarnya flow gerak atau sirkulasi yang dibutuhkan
untuk masing-masing ruang adalah (Neufert, 1996) 8%-10% = Standar minimum
20% = Kebutuhan keleluasaan fisik 30% = Tuntutan kenyamanan fisik 40% = Tuntutan kenyamanan 50% = Tuntutan spesifik kegiatan
31
Tabel 4.1.
Kebutuhan Besaran Ruang Zona Penerima
32
Tabel 4.2.
Kebutuhan Besaran Ruang Zona Hall & Gallery
(Sumber : Pribadi)
Tabel 4.3.
Kebutuhan Besaran Ruang Zona Komunitas
33
Tabel 4.4.
Kebutuhan Besaran Ruang Zona Peribadatan
(Sumber : Pribadi)
Tabel 4.5.
Kebutuhan Besaran Ruang Zona Edukasi
34
Tabel 4.6.
Kebutuhan Besaran Ruang Zona Pengelola
(Sumber : Pribadi)
Tabel 4.7.
Kebutuhan Besaran Ruang Zona Komersial
35
Tabel 4.8.
Kebutuhan Besaran Ruang Zona Service
(Sumber : Pribadi)
4.3. Hubungan dan Kedekatan Antar Ruang
Gambar 4.1.
Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Penerima
36
Gambar 4.2.
Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Hall & Gallery
(Sumber : Pribadi)
Gambar 4.3.
Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Komunitas
37
Gambar 4.4.
Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Peribadatan
(Sumber : Pribadi)
Gambar 4.5.
Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Edukasi
38
Gambar 4.6.
Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Pengelola
(Sumber : Pribadi)
Gambar 4.7.
Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Komersial
39
Gambar 4.8.
Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Service
(Sumber : Pribadi)
4.4. Persyaratan Teknis
Perancangan karya arsitektur selain memiliki keindahan juga harus memenuhi beberapa
persyaratan teknis guna menghasilkan sebuah desain yang baik dan fungsional. Berikut ini
merupakan persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi dengan acuan buku standar
40
4.5. Analisa Kondisi Lingkungan
Gambar 4.9. Analisa Makro
41
Gambar 4.10. Analisa Topografi
42
Gambar 4.11.
Analisa Arah Lintasi Matahari dan Angin
43
Gambar 4.12. Analisa Potensi View
44
Gambar 4.13.
Analisa Kebisingan dan Vegetasi
45
Gambar 4.14.
Analisa Orientasi Massa Bangunan dan Main Entrance
46
Gambar 4.15. Analisa Zoning
47
Gambar 4.16. Analisa Sirkulasi