• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catholic Community Centre Tema Movement Of Dramatic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Catholic Community Centre Tema Movement Of Dramatic"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

TEMA

MOVEMENT OF DRAMATIC

LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER XIV TAHUN 2013/2014

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

Zezinho Carlos Maia Henriques Soares da Silva

104 07 029

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

(2)

iv

1.2.Masalah Perancangan ... 3

1.2.1. Masalah Umum ... 3

1.7. Sistematika Laporan ... 6

BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 7

2.6.1. Pusat Dakwah Islam Bandung (PUSDAI) / Islamic Center ... 15

2.6.2. Gereja Mahasiswa/i Katolik Bandung (GEMA) ... 19

(3)

v

3.1. Pengertian Tema ... 21

3.2. Interpretasi Tema ... 22

3.3. Studi Banding Tema Sejenis ... 28

BAB IV ANALISIS ... 30

4.1. Analisis Fungsi Bangunan ... 30

4.2. Kebutuhan Besaran Ruang ... 30

4.3. Hubungan dan Kedekatan Antar Ruang ... 35

4.4. Persyaratan Teknis ... 39

4.5. Analisa Kondisi Lingkungan ... 40

BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 48

5.1.Konsep Dasar dan Konsep Utama ... 48

5.1.1. Konsep Dasar ... 48

5.1.2. Konsep Utama ... 48

5.2. Rencana Tapak ... 52

5.2.1. Pemintakan dan Tata Letak ... 52

5.2.2. Pencapaian ... 53

5.2.3. Sirkulasi ... 54

5.2.4. Parkir ... 55

5.2.5. Tata Hijau ... 56

5.3. Konsep Bangunan ... 59

5.3.1. Kapel ... 59

5.3.2. Penerima, Hall dan Gallery, Komunitas, Edukasi dan Pengelola ... 62

BAB VI DESAIN PERANCANGAN ... 65

6.1. Peta Situasi ... 65

6.2. Gambar Perancangan ... 66

6.3. Foto-foto Maket ... 101

(4)

102

DAFTAR PUSTAKA

1. Masriat, D. (2012). PASTORAL MAHASISWA KATOLIK. Diakses pada 23 Maret, 2014 dari

World Wide Web: http://dawismasriat.blogspot.com/2012/05/pastoral-mahasiswa

katolik.html

2. FIRMANSYAH, R. (NIM 104 07 889) (2013). PUSAT KOMUNITAS ISLAM BAGI GENERASI

MUDA, LAPORAN PERANCANGAN AR 38313S – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER XI,

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS

KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM).

3. Haryanto, A. (2013). Mahasiswa Katolik se-Bandung Berkumpul. Diakses pada 23 Maret,

2014 dari World Wide Web:

http://www.komkepbandung.com/detail-isi-artikel/727-mahasiswa-katolik-se-bandung-berkumpul/

5. Mata Kuliah Teori Arsitektur 2, ANALOGI DALAM ARSITEKTUR, ANALOGI DRAMATURGI.

Dosen Mata Kuliah Dhini D. Tantarto, Ir., M.T.

6. Alfred, J. (2010). Analogi Yang Digunakan Dalam Teori Arsitektur. Diakses pada 22 Juli,

2014 dari World Wide Web:

http://ffredo.wordpress.com/2010/10/26/analogi-yang-digunakan-dalam-teori-arsitektur/

7. Yudianto, A. (2011). 14 PERHENTIAN JALAN SALIB SESUAI KITAB SUCI. Diakses pada 22

Juli, 2014 dari World Wide Web:

http://programkatekese.blogspot.com/2011/03/14-perhentian-jalan-salib-sesuai-kitab.html

8. Akim, S. (2013). Cristo Rei Destinasi Wisata Favorit. Diakses pada 22 Juli, 2014 dari

World Wide Web:

http://pontianak.tribunnews.com/2013/12/08/cristo-rei-destinasi-wisata-favorit

(5)

103

10.Adler, D. (1969). METRIC HANDBOOK PLANNING AND DESIGN DATA. Oxford

11.Llewelyn & Davies. URBAN DESIGN COMPENDIUM

12.AKUSTIKA LUAR-RUANGAN

13.PERANCANGAN TAPAK

14.Pickard, Q. (2002). The Architects’ Handbook

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus (Santisima

Trinitas), karena atas kasih dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Studio Tugas Akhir dan

penulisan laporannya yang berjudul CATHOLIC COMMUNITY CENTRE dengan Tema

MOVEMENT OF DRAMATIC.

Penulisan laporan Studio Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur dari Program Studi Sarjana, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik

dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Sejak masa persiapan, penyusunan hingga penyelesaian Studio Tugas Akhir, penulis

mendapat banyak bantuan berupa materi, saran, kritik, bimbingan, dukungan, dan doa dari

berbagai pihak.

Dengan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih atas

segala upaya dan telah sudi meluangkan waktu serta bimbingan sehingga tersusunlah Laporan

Studio Tugas Akhir ini, khususnya yang terhormat :

1. Ibu Dhini D. Tantarto, Ir., M.T., selaku Dosen Koordinator Mata kuliah Studio Tugas Akhir

atas bimbingan dan arahannya.

2. Bapak DR. Salmon Priaji Martana, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur

Fakultas Teknik & Ilmu Komputer UNIKOM dan Dosen Pembimbing penulis Studio Tugas

Akhir.

3. Dosen-dosen Penguji yang telah memberi kritikan dan saran yang sangat membangun

 Bapak Rahy R. Soekardi, Ir., M.T.  Bapak Heru Wibowo, S.T.

 Bapak DR. Andi Harapan S., S.T., M.T.

 Bapak Firman Irmansyah, S.T., M.T.  Ibu Dhini D. Tantarto, Ir., M.T.

(7)

iii

4. Romo Fabianus Sebastian Heatubun (Dekan Fakultas Filsafat dan Hukum Universitas

Katolik Parahyangan) yang banyak memberi masukkan tentang teori karakter anak muda

secara spesifik, sehingga banyak hal yang mempengaruhi perancangan.

5. Untuk keluarga, teman-teman dan pihak-pihak lain yang telah banyak membantu dan

memberikan dukungan dalam penyusunan Studio Tugas Akhir ini.

a. Keluarga

Papa Lucas Henriques da Silva, Mama Clementina Soares, adik Fr. João Paulo

Henriques da Silva, Paman Gaspar Henriques da Silva, Paman Jose Henriques da Silva

dan seluruh keluarga dari papa dan mama

b. Teman-teman

 Joaneto do Rego Cornelio da Piedade  Natalino de Jesus Lay Faria Soares, SE.

 Juvenal Alves

 João Bosco Ribeiro Borges, S.SOS

 Hubertus Diyano

 Basilio Tomas Xavier de Carvalho, AMD.

 Teman-teman lain yang namanya tidak disebutkan.

c. Teman-teman Studio Tugas Akhir

Akhir kata penulis berharap adanya masukkan serta saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan

laporan ini.

Bandung, Juli 2014

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gambar 1.1. Emerging Issues (Sumber : Pribadi)

Berbicara mengenai anak muda Katolik, banyak terdengar bahwa mereka sering disebut

sebagai penerus bangsa dan gereja yang berkualitas dalam hidup. Mereka juga kadang disebut

sebagai cerminan orang-orang Katolik di masa yang akan datang. Yang menjadi pertanyaan adalah

mengapa anak muda Katolik disebut sebagai penerus bangsa dan gereja yang baik namun dalam

kenyataan, ada saja dari mereka yang tidak menggambarkan nilai-nilai pancasila, moral, dan

agama? Apakah mereka kurang mendapat pembinaan dan pendidikan iman yang baik dan benar?

Terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, maka untuk menjawabnya dengan mencari dan

(9)

2

yang menjadi spiritualitas anak muda Katolik. Ketiga, bagaimana cara mendampingi atau mendidik

anak muda Katolik. Dengan kata lain, apakah yang menjadi metode pembinaan bagi perkembangan

anak muda Katolik.

Pengertian anak muda Katolik

Anak muda Katolik adalah penerus-penerus bangsa dan gereja (Masriat, D. 2012). Dalam

kenyataan terlihat bahwa anak muda yang beragama Katolik kadang tidak menyadari akan

kekatolikannya sehingga membuat wajah Katolik menjadi tercoreng. Yang menjadi pertanyaan

adalah adakah spiritualitas yang harus dihidupi oleh anak muda Katolik sehingga mereka dapat

bertindak dengan baik dan benar demi kelangsungan masyarakat kita?

Apa Itu Spiritualitas anak muda Katolik?

Spritualitas dari anak muda Katolik adalah spiritualitas yang hidup dalam semangat Yesus Kristus.

Dengan kata lain anak muda Katolik perlu mengembangkan spiritualitas ini dalam kegiatan-kegiatan

rohani yang diberikan oleh komunitas, organisasi dan lain-lain. Hal ini tentunya merupakan suatu

dorongan untuk dapat mendisiplinkan kerohanian anak muda.

Jadi, sebagai anak muda Katolik, kita ditantang oleh hirup-pikuknya perkembangan era

globalisasi yang menawarkan informasi, produk dan gaya hidup. Dampaknya, anak muda Katolik

dapat hanyut dalam arus global itu dan mengalami krisis spiritualitas, krisis kepemimpinan, bahkan

krisis identitas (kehilangan jatidiri dan arah hidup). Krisis ini dapat membuat para anak muda

Katolik terasing dari diri orang lain dan lingkungannya, bahkan terasing dari Tuhan. Dampak ini

perlu diatasi dengan komitmen dan strategi efektif untuk mendampingi anak muda Katolik dalam

menemukan identitas dan nilai-nilai spiritualitas dalam pengenalan personal dan komunalnya

dengan Yesus yang adalah pusat dan tujuan hidup mereka. Dan yang lebih penting adalah dalam

menjamurnya komunitas (salah satunya Catholic Community Centre ini) anak muda Katolik perlu

menjadi rasul-rasul muda. Dengan kata lain anak muda Katolik berusaha agar dapat menjadi rasul

(10)

3

1.2. Masalah Perancangan 1.2.1. Masalah Umum

Teknik mendesain bangunan dengan konsep religi yang bisa menarik kaum muda pada

umumnya dan khususnya kaum muda Katolik untuk datang belum diketahui.

1.2.2. Masalah Desain

Site

Penerapan konsep desain pada site sesuai dengan tema yang diangkat yakni

Movement of Dramatic” belum diketahui luas.  Massa Bangunan

Penerapan konsep desain pada massa bangunan yang ada di dalam site,

khususnya layout Kapel yang berfungsi sebagai tempat peribadatan yang lebih baik

dan sesuai dengan jiwa dan karakter anak muda belum dipahami.

1.3. Tujuan Perancangan

Adapun tujuan perancangan Catholic Community Centre ini adalah sebagai berikut:

 Menemukan teknik mendesain bangunan dengan konsep religius, khususnya untuk

menarik minat generasi muda Katolik.

 Penerapan konsep desain sesuai tema “Movement of Dramatic”.

 Menerapkan konsep desain pada massa bangunan, layout Kapel yang sesuai dengan jiwa

muda penggunanya.

1.4. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam perancangan Catholic Community Centre ini adalah : i. Melakukan studi aktivitas yang ada di dalam komunitas-komunitas, organisasi-organisasi

Katolik di Keuskupan Kota Bandung dan Lembaga Dakwah Islam, sehingga ditemukan

kebutuhan ruang.

ii. Melakukan studi tentang sarana yang mewadahi pembelajaran anak muda Katolik.

iii. Melakukan studi tentang minat dan kegiatan anak muda secara umum iv. Pengumpulan data, dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :

(11)

4

yaitu seperti menganalisa perilaku komunitas dan menganalisa aktivitas sehingga dapat

ditemukan kebutuhannya.

 Studi Analisa

Dengan menganalisa hasil dari survey, studi literatur, dan studi banding untuk dijadikan

sebagai acuan proses desain dan proses perancangan.

 Wawancara

Pengumpulan informasi secara lisan dengan metode mewawancarai para Imam

(Pastor), sehingga dapat memperoleh informasi mengenai perkembangan, mental dan

karakter anak muda pada umumnya dan khususnya anak muda Katolik.

1.5. Ruang Lingkup atau Batasan

Ruang lingkup dan batasan Catholic Community Centre meliputi fungsi-fungsi bangunan dan

fasilitas yang ada dalam site. Fasilitas umum meliputi plaza, parkir kendaraan, perpustakaan,

tempat ibadah (Kapel), tempat komunitas, tempat komersial, Hall dan Gallery, skywalk dan

(12)

5

1.6. Kerangka Berpikir

(13)

6

1.7. Sistematika Laporan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup perancangan, metode

perancangan, lingkup permasalahan dan kerangka berpikir dari perancangan Catholic

Community Centre beserta sistematika dari laporan tugas akhir.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Menjabarkan teori yang berkaitan dengan Catholic Community Centre dengan kajiannya dan

yang berkaitan dengan studi kasus proyek sejenis.

BAB III ELABORASI TEMA

Pemaparan tema perancangan yang terdiri dari pengertian dan interpretasi tema.

BAB IV ANALISIS

Mengenai deskripsi proyek dan analisa dalam proses perancangan menyangkut analisa fungsi

dan tapak.

BAB V KONSEP RANCANGAN

Berisi konsep fungsi, tapak, bangunan, ruang, tampak struktur dan sistem utilitas dari

rancangan.

(14)

7

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

Catholic Community Centre adalah sebuah wadah yang difungsikan untuk mewadahi

komunitas-komunitas, organisasi-organisasi, himpunan-himpunan Katolik pada umumnya dan

khususnya anak muda Katolik, dengan kata lain anak muda Katolik perlu dikembangkan

spiritualitasnya dalam kegiatan-kegiatan rohani yang diberikan. Dimana nantinya pengelolaan

diserahkan pada Paroki Santa Maria Fatima yang ada di Kota Lembang dengan kepengurusan anak

muda di Paroki tersebut.

2.1. Data Umum Proyek

Proyek perancangan Catholic Community Centre berlokasi di Jalan Raya Lembang,

Kabupaten Bandung Utara, dengan data proyek sebagai berikut :

Nama Proyek : Catholic Community Centre Tema : Movement of Dramatic

Lokasi : JL. Raya Lembang, Kabupaten Bandung Utara Luas Lahan : 3.2 Ha Timur : JL. Penerongan Bintang Barat : JL. Raya Lembang

(15)

8

Gambar 2.1.

Lokasi Proyek – Jalan Raya Lembang, Kabupaten Bandung Utara

(Sumber :

https://www.google.co.id/maps/place/Jalan+Baruajak,+Lembang,+Bandung+Barat,+Jawa+Barat+40391/@-6.8201385,107.61341,418m/data=!3m1!1e3!4m2!3m1!1s0x2e68e11b95641dd7:0x4103d2f3b1c113fa?hl=en.

Diakses pada tanggal 20 Maret 2014)

2.2. Pemilihan Lokasi

Alasan dalam pemilihan lokasi, khususnya dalam rancangan kali ini adalah sebagai berikut :

 Mendorong perkembangan kota yang lebih merata khususnya pada tingkat kabupaten,

tidak fokus pada pusat kota.

 Site dipilih berdasarkan penanggungjawab dalam pengelolan yang nantinya akan dikelola

oleh Paroki Santa Maria Fatima yang ada di Kota Lembang, Kabupaten Bandung Utara.

 Site dipilih berdasarkan kedekatan lahan dengan fungsi pendukung lainnya, antara lain

beberapa perguruan tinggi yang ada di zona Bandung Utara seperti Universitas Advent dan

beberapa perguruan tinggi lainnya. Selain itu, ada juga fungsi pendukung lain, seperti

tempat pariwisata, industri, komersial dan beberapa tempat kuliner.

 Site Berada di pinggir Jalan Raya Lembang yang merupakan jalan arteri Kota Bandung

(16)

9

Gambar 2.2. Analisa Makro

(17)

10 2.3. Fasilitas

Fasilitas yang terdapat pada Catholic Community Centre antara lain :  Bangunan Penerima

 Bangunan Komunitas  Bangunan Hall dan Gallery  Bangunan Peribadatan  Bangunan Edukasi  Bangunan Pengelola  Bangunan Komersial  Peternakan Sapi

(18)

11

Gambar 2.3.

Fasilitas yang terdapat pada Catholic Community Centre berdasarkan zona dalam site

(19)

12

2.4. Program Kegiatan

Kegiatan-kegiatan yang ada dalam Catholic Community Centre ini adalah :

 Bimbingan spiritualitas anak muda pada umumnya dan khususnya anak muda Katolik

 Kegiatan Peribadatan

 Sosial Interaksi (antar komunitas, organisasi, himpunan Katolik maupun Non-Katolik)

2.5. Kebutuhan Ruang

Analisa kebutuhan program ruang secara makro pada Catholic Community Centre adalah

sebagai berikut.

a. ZONA PENERIMA

 Ruang Keamanan

 Lobi

Front Office

Receptionist dan Informasi

 Toilet Pengelola Pria dan Wanita

 Toilet Pengunjung Pria dan Wanita

Lavatory Publik

Lounge

b. ZONA HALL DAN GALLERY  Ruang Pamer atau Display  Ruang Penyimpanan

Amphitheatre

 Ruang Rias Pria dan Wanita

Workshop dan Seminar

 Gudang  Janitor

(20)

13

c. ZONA EDUKASI

 Perpustakaan

 Gudang perpustakaan

 Ruang Loker

 Ruang Internet

 Ruang Server Internet

 Administrasi

 Ruang Studio Band

Marketing

Programing

News

 Toilet Pengelola Pria dan Wanita

d. ZONA PENGELOLA

Ruang Wakil Ketua

Ruang Karyawan

Ruang Arsip

Ruang Data

Gudang

Toilet Pria dan Wanita

e. ZONA KOMUNITAS

Activity Room

 Ruang Pertemuan atau Diskusi

 Ruang Auditorium

(21)

14

 Toilet Pria dan Wanita

f. ZONA KOMERSIAL

g. ZONA PERIBADATAN

 Kapel

 Ruang Audio

 Ruang Kor (Paduan Suara)

 Ruang Imam

 Ruang Peralatan Ibadah

 Ruang Ganti Imam dan Putra-Putri Altar

 Ruang Informasi

 Ruang Rapat

 Toilet dan Lavatory

h. ZONA SERVICE

 Parkir Sepeda

 Parkir Motor

 Parkir Mobil

(22)

15

2.6. Studi Banding

2.6.1. Pusat Dakwah Islam Bandung (PUSDAI) / Islamic Center

Nama : Pusat Dakwa Islam (PUSDAI) / Islamic Center Lokasi : Jalan WR. Supratman, Jawa Barat, Indonesia

Website : http://www.pusdai.com

Pimpinan PUSDAI : Drs. H. Zaenal Abidin, M.Ag

Ide Pembangunan : 1977, masa Pemerintahan Gubernur H. Aang Kunaefi (1975-1985 ) Pembebasan Lahan : 1982-1992

Pembagunan Fisik : 1992-1997 Pengurusan Pertama : 1998 Fungsi : Peribadahtan

Total Dana : Rp. 49.000.000.000

Sumber Dana : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat, dimulai dari tahun anggaran 1991-1992 sampai dengan tahun anggaran 1997/1998

Arsitek : Slamet Wirasonjaya

Konsep Desain : Budaya Sunda dan Islamic Timur Tengah

PUSDAI sendiri adalah lembaga dakwah atas fasilitas Pemerintah Provinsi Jawa Barat

untuk menjadi sentral pemrograman, pembinaan, dan pengembangan syiar Islam di Wilayah Jawa Barat. Lembaga ini bersama Masjid At-Ta’wun Puncak Bogor dan Gedung Bale Asri, berada di bawah kendali Yayasan Darma Asri (dahulu bernama Yayasan Dharma Bhakti), sebuah yayasan

yang berada di bawah naungan Pemprov Jabar.

Dalam struktur organisasi, Pusdai dipimpin oleh seorang Direktur (kini dijabat oleh Drs. H. Zaenal

Abidin, M.Ag) yang membawahkan empat bidang: Bidang Kajian Informasi dan Kemasyarakatan

(KIK), Bidang Administrasi dan Keuangan (Adkeu), Bidang Pelayanan Ibadah dan Haji (PIH), serta

(23)

16

Fasilitas Dan Sarana Pendukung PUSDAI 1. Masjid PUSDAI (Kapasitas 4.000 Orang)

- Ruang Utama Shayat (lantai atas dan bawah)

- Ruang Mimbar

- Ruang Wudhu pria dan wanita

- Ruang Imam

- Ruang Sound System

- Ruang Penitipan Barang

- Ruang Informasi

- Ruang Resepsi pernikahan

- Ruang Tamu VIP A dan B

- Ruang Pengurus Darma Asri

- Ruang Pengelola Masjid

- Ruang Kepala BPIC

2. Ruang Serbaguna (Kapasitas 2.000 Orang)

Ruang dibagi menjadi 5 bagian, dengan tiga ruang merupakan ruang tertutup (indoor) dan dua

ruang terbuka (teras dan selasar). Kelima bagian ruang tersebut dipisah menggunakan dinding

partisi yang dapat dibuka.

3. Gedung Bale Asri

- Ruang pengurus Bale Asri (Gedung Serbaguna, Ruang Seminar, Ruang Multimedia & Kantin)

- Kantor kepengurusan Haji dan Umroh

- Gallery

- Kelompok bermain dan Raudlathul Athfal (Lantai 2)

- Perpustakaan

- Ruang IT

- Toilet pria dan wanita

4. Ruang Seminar dan Multimedia

(24)

17

- Ruang Seminar A (Kapasitas 50 Orang)

- Ruang Seminar B (Kapasitas 50 Orang)

- Ruang Multimedia

- Ruang Binroh

- Ruang Zakat

- Toilet Pria dan Wanita

5. Kantor Sekretariat PUSDAI

- Lantai 1

*. Ruang Konsultasi Agama

6. Plaza Luar dan Dalam

7. Parkir Motor dan Mobil

(25)

18

Gambar 2.4. Zoning PUSDAI

(26)

19

2.6.2.Gereja Mahasiswa/i Katolik Bandung (GEMA) Nama : Gereja Mahasiswa/i Bandung (GEMA)

Lokasi : JL. Sultan Agung no. 2, Kota Bandung, Jawa Barat Luas Lahan : N/A

Jumlah Massa Bangunan : 3 buah Massa

Gereja Mahasiswa/i Katolik (GEMA) adalah sebuah wadah besar yang mewadahi seluruh

atau semua mahasiswa/i Katolik dari Perguruan Tinggi se-Bandung Raya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Gereja Mahasiswa Katolik Bandung mengadakan Misa Angkatan

Muda (MAM). Kegiatan satu ini adalah kegiatan penyambutan mahasiswa baru dari Perguruan

Tinggi se-Bandung Raya. Para mahasiswa baru tersebut dikenalkan pada sebuah wadah besar

mereka bernama Gereja Mahasiswa Katolik Bandung yang terletak di JL. Sultan Agung No. 2

Bandung.

Ruang-ruang yang ada di GEMA 1. Bangunan 1 :

- Lapangan Sepak Bola

- Taman Doa

(27)

7

Gambar 2.5. Zoning GEMA

(28)

21

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1. Pengertian Tema

Tema yang diangkat dalam perancangan Catholic Community Centre ini adalah Movement of Dramatic” yang merupakan penjabaran dari Analogi dalam Arsitektur, yakni Analogi Dramaturgi, di mana memiliki arti bahwa kegiatan-kegiatan manusia dinyatakan sebagai teater. Seluruh dunia

adalah panggungnya, karena itu lingkungan buatan dapat dianggap sebagai pentas panggung.

Manusia memainkan peranan dan bangunan-bangunan merupakan rona panggung dan

perlengkapan yang menunjang pagelaran panggung. Analogi dramaturgi digunakan dengan dua

cara, dari titik pandang para aktor dan dari titik pandang para dramawan. Dalam hal pertama arsitek

menyediakan alat-alat perlengkapan dan rona-rona yang diperlukan untuk memainkan suatu

peranan tertentu. Dari titik pandang para dramawan, arsitek dapat menyebabkan orang bergerak

dari satu tempat ke tempat lain dengan memberikan petunjuk-petunjuk visual. Pemanfaatan analogi

dramaturgi ini membuat sang arsitek yang bertindak hampir seperti dalang, mengatur aksi seraya

menunjangnya (Dewiyanti, 2010)

Dalam perkembangannya (berdasarkan teori dan pandangan-pandangan di atas), masalah

arsitektur adalah masalah yang berkaitan dengan fungsi, komunikasi dan keindahan. Ketiga hal

tersebut, baik fungsi atau keindahan dan komunikasi sebagai sarana pemuasan emosional. Setiap

orang berhak untuk mengambil sikap atas tiga hal tersebut. Cara pandang pemakai, pengamat dan

arsitek seringkali tidak sama bahkan bertentangan. Oleh pemakai, arsitektur pada awalnya hanya

dipandang sebagai obyek atau produk atau hasil yang muncul karena kebutuhan semata (untuk

melindungi diri dari alam). Selanjutnya arsitektur dianggap harus memiliki nilai-nilai lain seperti

komunikasi dan keindahan yang merupakan sarana pemuasan ‘emosi’. Masalah fungsi,

komunikasi dan estetika selalu menjadi perdebatan sejak Zaman Barok, Renaissance sampai ke

Zaman Arsitektur Post Modern. Persepsi nilai-nilai ini sangat berbeda sesuai dengan perbedaan

(29)

22

3.2. Interpretasi Tema

Gambar 3.1. Interpretasi Tema

(30)

23

Gambar 3.2. Interpretasi Tema

(31)

24

Interpretasi dan penerapan Tema Movement of Dramatic” dalam perancangan Catholic

Community Centre ini, berdasarkan ibadah Jalan Salib yang biasa dilakukan oleh umat Katolik di

seluruh dunia pada masa Pra-Paskah, terutama pada Hari Jumat Agung dan pada Jumat malam

selama masa Pra-Paskah untuk merenung kembali kisah sengsara, penyaliban dan kematian Yesus

Kristus. Sebagai umat Katolik, kita semua tahu bahwa, terdapat 14 perhentian Jalan Salib yang

menggambarkan proses penyaliban, dimulai dari penjatuhan hukuman mati yang tidak adil oleh

Pilatus sampai dengan Yesus dimakamkan. Perhentian-perhentian itu adalah sebagai berikut :

1. Yesus dihukum mati

2. Yesus memanggul salib

3. Yesus jatuh untuk pertama kalinya

4. Yesus berjumpa dengan ibunya

5. Yesus ditolong Simon dari Kirene

6. Wajah Yesus diusap oleh Veronica

7. Yesus jatuh untuk kedua kalinya

8. Yesus menghibur wanita-wanita yang menangisinya

9. Yesus jatuh untuk ketiga kalinya

10.Pakaian Yesus ditanggalkan

11.Yesus disalibkan

12.Yesus mati di salib

13.Yesus diturunkan dari salib

(32)

25

Gambar 3.3. Urut-urutan Jalan Salib

(Sumber : http://4.bp.blogspot.com/-aa_abLYZmGE/TpPVBW5XkoI/AAAAAAAAAPs/iT3Sq_en_S4/s1600/jalan-salib.jpeg. Diakses pada tanggal 22 Juli 2014)

Jadi, penerapan Tema Movement of Dramatic” dalam perancangan Catholic Community

Centre adalah 14 buah anak tangga pada bagian depan dan belakang site. 14 buah anak tangga

tersebut mewakili 14 perhentian Jalan Salib yang menggambarkan proses penyaliban dan

pengunjung yang datang tidak secara langsung dan tidak sadar melakukan ibadah Jalan Salib

(33)

26

Gambar 3.4.

14 buah anak tangga pada bagian depan dan belakang site

(34)

27

Gambar 3.5. Detail Tema

(35)

28

3.3. Studi Banding Tema Sejenis

Gambar 3.6.

Stasi terakhir Jalan Salib menuju puncak Bukit Fatucama, tempat Cristo Rei dibangun

(Sumber : http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/04/1365122054671010616.jpg. Diakses pada tanggal 23 Juli 2014)

Satu di antara destinasi wisata religi terkenal di Dili, Timor Leste adalah Cristo Rei atau patung

Kristus Raja. Kawasan ini begitu populer, tidak hanya bagi turis lokal namun juga bagi turis

mancanegara. Untuk menuju lokasi yang berada di sebelah Timur Dili tersebut kita sudah disuguhi

pantai, dengan ombak dan pasir putihnya.

Ada pepatah dari masyarakat Timor-Leste bahwa, jika anda belum berkunjung ke Cristo Rei atau

patung Kristus Raja maka Anda belum tiba ke Dili. Maka tidak heran jika tempat wisata rohani ini

selalu ramai dikunjungi turis. Untuk naik di puncak Bukit Fatucama, tempat Cristo Rei dibangun

memang membutuhkan perjuangan.

Untuk mencapai puncak Bukit Fatucama, tempat Cristo Rei dibangun, setapak demi setapak

kita menaiki 692 anak tangga. Di atas ada juga tempat pemberhentian (bordes) sehingga

pengunjung bisa istirahat. Tangga yang terbuat dari keramik cokelat bata tersebut memliki

kemiringan sekitar 40 derajat. Di tepi kanan jalan naik juga dibuat Via Dolorosa atau Jalan Salib.

(36)

29

Gambar 3.7.

Di tepi kanan jalan naik juga dibuat Via Dolorosa atau Jalan Salib

(Sumber : http://www.momentum.tl/pictures/pic-vision-geographic-03.jpg. Diakses pada tanggal 23 Juli 2014)

Patung Cristo Rei ini berdiri tahun 1996 dengan tinggi 27 meter. Uniknya desainnya dibuat

Mochamad Syailillah (pematung lulusan Jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung atau ITB)

atau dikenal juga dengan nama Bolil. Dari beberapa literatur disebutkan pembangunan Cristo Rei ini

diusulkan Jose Abilio Osorio Soares, Gubernur Timor Timur kala itu kepada Presiden Soeharto.

Gambar 3.8.

Bird Eye View - Patung Cristo Rei

(37)

30

BAB IV

ANALISIS

4.1. Analisis Fungsional

Anak muda Katolik dan anak muda pada umumnya seumpama bangunan yang butuh tiang

penyangga. Bangunan itu adalah komunitas-komunitas dan organisasi-organisasi anak muda

Katolik dan tiang penyangga adalah para imam. Semuanya harus diwadahi dalam sebuah wadah

yang besar.

Jadi, dengan ulasan singkat di atas, maka Catholic Community Centre hadir dengan sebuah

konsep dan berfungsi sebagai wadah untuk mewadahi seluruh komunitas, organisasi-organisasi,

himpunan-himpunan anak muda Katolik di Keuskupan Kota Bandung.

4.2. Kebutuhan Besaran Ruang

Dasar Pertimbangan dalam menentukan kebutuhan luas (besaran ruang) yang berhubungan

dengan masing-masing kegiatan serta fasilitas ruang yang dibutuhkan, diperlukan suatu standar

besaran ruang. Standar besaran ruang yang digunakan, bersumber dari:

i. Studi Literatur

ii. Survey lapangan, tentang kegiatan dan peralatan yang digunakan dan studi banding yang

dilakukan ke beberapa obyek terkait

Sebagai dasar pertimbangan penentuan besarnya flow gerak atau sirkulasi yang dibutuhkan

untuk masing-masing ruang adalah (Neufert, 1996)  8%-10% = Standar minimum

 20% = Kebutuhan keleluasaan fisik  30% = Tuntutan kenyamanan fisik  40% = Tuntutan kenyamanan  50% = Tuntutan spesifik kegiatan

(38)

31

Tabel 4.1.

Kebutuhan Besaran Ruang Zona Penerima

(39)

32

Tabel 4.2.

Kebutuhan Besaran Ruang Zona Hall & Gallery

(Sumber : Pribadi)

Tabel 4.3.

Kebutuhan Besaran Ruang Zona Komunitas

(40)

33

Tabel 4.4.

Kebutuhan Besaran Ruang Zona Peribadatan

(Sumber : Pribadi)

Tabel 4.5.

Kebutuhan Besaran Ruang Zona Edukasi

(41)

34

Tabel 4.6.

Kebutuhan Besaran Ruang Zona Pengelola

(Sumber : Pribadi)

Tabel 4.7.

Kebutuhan Besaran Ruang Zona Komersial

(42)

35

Tabel 4.8.

Kebutuhan Besaran Ruang Zona Service

(Sumber : Pribadi)

4.3. Hubungan dan Kedekatan Antar Ruang

Gambar 4.1.

Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Penerima

(43)

36

Gambar 4.2.

Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Hall & Gallery

(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.3.

Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Komunitas

(44)

37

Gambar 4.4.

Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Peribadatan

(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.5.

Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Edukasi

(45)

38

Gambar 4.6.

Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Pengelola

(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.7.

Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Komersial

(46)

39

Gambar 4.8.

Hubungan dan Kedekatan antar Ruang Zona Service

(Sumber : Pribadi)

4.4. Persyaratan Teknis

Perancangan karya arsitektur selain memiliki keindahan juga harus memenuhi beberapa

persyaratan teknis guna menghasilkan sebuah desain yang baik dan fungsional. Berikut ini

merupakan persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi dengan acuan buku standar

(47)

40

4.5. Analisa Kondisi Lingkungan

Gambar 4.9. Analisa Makro

(48)

41

Gambar 4.10. Analisa Topografi

(49)

42

Gambar 4.11.

Analisa Arah Lintasi Matahari dan Angin

(50)

43

Gambar 4.12. Analisa Potensi View

(51)

44

Gambar 4.13.

Analisa Kebisingan dan Vegetasi

(52)

45

Gambar 4.14.

Analisa Orientasi Massa Bangunan dan Main Entrance

(53)

46

Gambar 4.15. Analisa Zoning

(54)

47

Gambar 4.16. Analisa Sirkulasi

(55)

Gambar

Gambar 3.2.
Gambar 3.3.
Gambar 3.4.
Gambar 3.5. Detail Tema
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada material baja karbon pada waktu 32 detik densitas dan sensitivitas sesuai dengan standar yang di tetapkan ASME V , sedangkan pada waktu 23 detik densitas dan

(posisi) agroindustri abon sapi pada tingkat kecamatan di Kota Surakarta berdasarkan hasil analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) diperoleh data urutan

Berangkat dari adanya ketentuan normatif mengenai peraturan pendaftaran pewarisan hak atas tanah dengan praktek yang ada dalam masyarakat, maka penulis tertarik untuk

Beban hidup nominal yang bekerja pada struktur gedung merupakan beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan gedung tersebut, baik akibat beban yang berasal dari orang

Syekh Yusuf Sungguminasa berada pada kategori kuat (0,655) dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan yang signifikan antara

1) Azimat dari buku Sakti Mandraguna halaman 79.. Karena jika dihilangkan bagian atas-bawah, kiri-kanan pada baris dan kolom akan menghasilkan persegi ajaib baru,

Anco pada masyarakat Wonokerto memiliki makna alat untuk menangkap ikan yang terbuat dari jaring berbentuk persegi yang berukuran 150-300 cm 2 dan keempat sudut