PENGARUH PROPORSI TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus sp) YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
(Skripsi)
Oleh
WAHYUDI 0514111039
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH PROPORSI TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus sp) YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
Oleh
Wahyudi1, Siti Hudaidah2, Supono2
Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan salah satu komoditas ikan budidaya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias. Budidaya C. macropomum terutama pada fase benih, membutuhkan manajemen pakan yang tepat. Kebutuhan protein dalam pakan buatan selama ini bersumber pada tepung ikan dan tepung kedelai yang terus bersaing dengan kebutuhan pakan ternak dan pangan manusia. Salah satu alternatif mengatasi hal tersebut adalah dengan pemanfaatan cacing tanah (Lumbricus sp.) sebagai sumber protein dalam pakan buatan yang diharapkan dapat mengganti tepung ikan dalam komposisi pakan buatan.
Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih C. macropomum yang maksimal yang disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian meliputi pemberian proporsi protein tepung Lumbricus sp. dalam pakan buatan yakni proporsi 100%, 75%, 50% dan 25% tepung Lumbricus sp. Data pertumbuhan yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis ragam pada selang kepercayaan 99%, dan dilanjutkan dengan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT). Sebagai data pendukung, dilakukan pengamatan kualitas air setiap 7 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan benih C. macropomum. Pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. memberikan hasil terbaik dengan pertumbuhan mutlak mencapai 29,50 gram, laju pertumbuhan sebesar 0,7375 gram per hari, SR sebesar 100%, serta FCR sebesar 1,036.
Kata kunci : C. macropomum, Lumbricus sp., pakan buatan, proporsi dan pertumbuhan
PENGARUH PROPORSI TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus sp) YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
Oleh WAHYUDI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN
Pada
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
(Colossoma Macropomum)
Nama Mahasiswa : Wahyudi
Nomor Pokok Mahasiswa : 0514111039
Jurusan / Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Ir. Siti Hudaidah, M. Sc. Supono, S. Pi., M. Si.
NIP. 196402151996032001 NIP. 197010022005011001
2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Siti Hudaidah, M. Sc. ...
Sekretaris : Supono, S. Pi., M. Si. ...
Penguji Utama : Moh. Muhaemin, S. Pi., M. Si. ...
2. Pembantu Dekan I Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Krui pada 28 Desember 1986, anak
ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Pardi dan
Ibu Wanti.
Pendidikan Tingkat Kanak-kanak di TK Dharma Wanita Pesisir Tengah Krui
diselesaikan pada tahun 1993, Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Pesisir Tengah Krui
diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri
1 Pesisir Tengah Krui pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umum di SMA
Negeri 1 Pesisir Tengah Krui pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
melalui jalur SPMB.
Penulis aktif dalam organisasi HIMAPERILA (Himpunan Mahasiswa Perikanan
Universitas Lampung) yang kini berubah menjadi HIDRILA (Himpunan
Mahasiswa Budidaya Perairan Unila) sebagai Anggota Bidang Minat dan Bakat
periode 2005-2006 dan 2006-2007. Peneliti juga aktif dalam organisasi BEM
(Badan Eksekutif Mahasiswa) sebagai Anggota Muda (Green Force) pada periode
Awal Juli 2008, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) selama 40 hari dengan judul “Pembenihan Rajungan (Portunus pelagicus) di Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara Jawa Tengah”.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah
ikhtilogi, avertebrata air dan mikrobiologi air pada tahun ajaran 2007/2008,
2008/2009 dan 2009/2010, serta mata kuliah bioper pada tahun ajaran 2008/2009.
Tahun 2010, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang berjudul ”Pengaruh Proporsi Tepung Cacing Tanah (Lumbricus sp.) yang Berbeda
dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum) ”.
Ilmu ibarat sebuah sungai. Sekecil-kecilnya ilmu, itulah anak sungai
yang terus mengalir menyuplai sungai besar sebagai sumber
kehidupan. Alirkan ilmu yang kau peroleh sekecil apapun, kelak akan
berkembang menjadi ilmu yang besar yang mungkin dapat
menyejukkan ”dunia”.
PERSEMBAHAN
Segala puji Syukur Kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepadaku, kupersembahkan karya sederhana ini kepada :
Ayah dan Emak, Mbak, Mas, Adik-adik serta keponakan-keponakanku
tercinta yang tak pernah henti-hentinya memberikan semangat, bimbingan,
serta doa yang senantiasa mengiringi setiap langkahku untuk kebahagiaan
dan kesuksessanku.
Teman-teman seperjuangan.
Sely Andriani (Mun), yang tak pernah henti-hentinya memberikan
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT tak henti-hentinya penulis haturkan atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Proporsi Tepung Cacing Tanah (Lumbricus sp.) yang Berbeda dalam
Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma
macropomum)”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian.
2. Bapak Indra Gumay Yudha, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Budidaya Perairan.
3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku pembimbing utama yang tak pernah
lelah membimbing, memotivasi serta memberi nasehat dalam proses
penyusunan skripsi.
4. Bapak Supono S.Pi., M.Si selaku pembimbing kedua dan pembimbing
akademik yang terus membimbing, mendukung dan memberi saran dalam
proses penyusunan skripsi.
5. Bapak Moh. Muhaemin, S.Pi., M.Si., selaku penguji utama atas masukan,
kritik dan saran dalam proses penyusunan skripsi.
6. Bapak Supono, M.Sc., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, dan nasehat selama kuliah maupun
7. Ayah, Emak, Mbak Titin, Mas Tono, Adek Ani dan Tari serta seluruh
keluargaku tersayang yang terus memberi dukungan baik moril maupun
materiil.
8. Keluarga besar Hi. Bambang Sutejo dan Hj. Triyatmi yang terus
membimbing dan mengajarkanku betapa indahnya ikatan kekeluargaan
serta memotivasiku dalam kuliah hingga penyusunan skripsi.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan Tiwi dan Rendy atas kebersamaan dalam
perjuangan kuliah dan penyusunan skripsi.
10.Teman-temanku seperjuangan angkatan 2005 yang selalu ceria dan
kompak, kebersamaan selama kuliah maupun di luar kuliah. Aku pasti
akan selalu merindukan saat-saat bersama kita 2005.
11.Sely Andriani yang selalu memotivasiku untuk terus sukses
12.Kakak-kakakku angkatan 2004 serta adik-adik angakatan 2006, 2007,
2008, dan 2009.
13.Pak “He” dan kawan-kawan futsal atas motivasi semuanya.
14.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasih saya
yang sebesar-besarnya.
Semoga Allah SWT menilai sebagai ibadah atas kebaikan dan pengorbanan
bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Dan Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.Amin Ya Robbal Alamin.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Colossoma macropomum merupakan salah satu komoditas ikan air tawar
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan
hias (Kristanto dan Nugraha, 2008). C. macropomum merupakan ikan yang
berasal dari benua Amerika yang masuk ke Indonesia melalui pedagang-pedagang
Amerika. Awalnya C. macropomum diperdagangkan sebagai ikan hias yang buas
dan sering disebut sebagai The Predator karena kemiripan morfologis dan tingkah
laku dengan ikan piranha. Perlahan tingkat kebutuhan masyarakat Indonesia
terhadap C. macropomum tidak hanya sebatas sebagai ikan hias tetapi juga
sebagai ikan konsumsi (Djariah, 2001). Petani C. macropomum di Pangkalpinang
pada umumnya menjual C. macropomum ukuran konsumsi dengan harga
Rp. 20.000-Rp. 25.000 per kg (Annonimous1, 2009). Kebutuhan pasar tersebut
mendorong minat petani ikan untuk meningkatkan budidaya C. macropomum.
Budidaya C. macropomum yang produktif membutuhkan persediaan benih
yang memadai dan berkesinambungan. Salah satu upaya penyediaan benih yang
memadai dan berkesinambungan adalah melalui pemeliharaan benih dengan
2
Manajemen pakan merupakan faktor penting dalam budidaya
C. macropomum. Pemberian pakan untuk C. macropomum perlu memperhatikan
kebutuhan proteinnya. Menurut Pras (1993) dalam Haetami (2004),
C. macropomum termasuk ikan pemakan segala (omnivora) yang cenderung
karnivora pada masa benih dengan kebutuhan protein sekitar 35-40% pada fase
benih, 25-36% pada fase pembesaran dan 28-32% pada fase induk. Kelengkapan
asam-amino yang terdapat dalam protein pakan dan kandungan energi yang siap
cerna bagi ikan perlu diperhatikan dalam pemberian pakan ikan
(Ensminger et al., 1990). Benih C. macropomum yang dipelihara selama 1 bulan
sejak umur 20 hari memilki laju pertumbuhan sebesar 0,14 gram per hari dengan
pemberian pakan buatan pabrik (Prasetiami, 2010).
Sumber protein utama yang sering digunakan dalam pakan buatan adalah
tepung ikan dan kedelai, yang keduanya merupakan komponen yang banyak
digunakan dalam ransum pakan untuk ternak dan pangan bagi manusia. Tingginya
persaingan terhadap kebutuhan tepung ikan dan kedelai terkadang tidak diimbangi
dengan stok tepung ikan dan kedelai yang ada (Haetami, 2004). Akibatnya,
kebutuhan pakan dalam budidaya ikan pun dapat terhambat. Oleh karena itu,
diperlukan alternatif bahan baku pakan yang selama ini belum biasa digunakan,
tetapi bernilai gizi tinggi dan tidak bersaing dengan kebutuhan pakan untuk ternak
dan kebutuhan pangan untuk manusia. Salah satu alternatif bahan baku tersebut
Cacing tanah (Lumbricus sp) merupakan hewan avertebrata yang banyak
ditemui di tempat-tempat lembab seperti tumpukan sampah organik dan lahan
pertanian. Lumbricus sp. termasuk hewan yang bermanfaat dalam bidang
pertanian sebagai penyubur tanah (Palungkun, 1999). Bidang perikanan,
Lumbricus sp. berpotensi menjadi sumber protein bagi pakan buatan. Kandungan
protein Lumbricus sp. mencapai 72%, lebih besar dibandingkan dengan protein
tepung ikan yang berkisar 60 sampai 65% (Annonimous, 2008). Protein yang
tinggi pada Lumbricus sp terdiri dari sembilan macam asam amino esensial dan
4 macam asam amino non-esensial. Asam amino esensial tersebut antara lain
arginin, histidin, leusin, lisin, isoleusin, valin, metionin, fenilalanin, dan treonin.
Sementara asam amino non-esensialnya ialah sistin, glisin, serin, dan tirosin
(Palungkun, 1999).
Mengingat kandungan protein Lumbricus sp. yang tinggi (lebih tinggi dari
ikan dan daging), maka diharapkan Lumbricus sp. dapat digunakan sebagai
alternatif bahan baku pakan buatan yang dapat menggantikan ketergantungan
terhadap tepung ikan. Sejauh ini belum diketahui komposisi Lumbricus sp. yang
efektif yang dapat memacu pertumbuhan C. macropomum. Oleh karena itu,
penelitian tentang pengaruh poporsi tepung Lumbricus sp. dalam pakan buatan
bagi pertumbuhan benih Colossoma macropomum perlu dilakukan.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemberian pakan
dengan proporsi Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan terhadap
4
C. Kerangka Pikir
Lumbricus sp. merupakan salah satu jenis hewan avertebrata yang
berpotensi sebagai bahan baku pakan buatan yang dapat menggantikan kebutuhan
terhadap tepung ikan dan berprotein tinggi (Annonimous, 2008). Kadar protein
Lumbricus sp. sangat tinggi, mencapai 72 % dari bobot kering (lebih tinggi
daripada ikan dan daging). Protein pada Lumbricus sp terdiri dari sembilan asam
amino esensial dan 4 asam amino non-esensial. Asam amino esensial tersebut
antara lain arginin, histidin, leusin, lisin, isoleusin, valin, metionin, fenilalanin,
dan treonin. Sementara asam amino non-esensialnya ialah sistin, glisin, serin, dan
tirosin (Palungkun, 1999).
Mengingat tingginya kandungan protein Lumbricus sp., pemanfaatan
Lumbricus sp. sebagai pakan buatan dilakukan oleh Suwindere (2000), yang
meneliti pengaruh pemberian tepung Lumbricus sp. dan tepung ikan terhadap
pertumbuhan tikus putih galur wistar dan berhasil meningkatkan pertumbuhan
tikus putih galur wistar pada pemberian 9 % tepung Lumbricus sp. dan 3 %
tepung ikan dalam ransum pakan. Dinas Perikanan Provinsi DKI Jakarta dalam
proyek peningkatan diversifikasi usaha perikanan, membuat pakan alternatif bagi
ikan air tawar yang menggunakan bahan baku tepung Lumbricus sp.
(Annonimous, 2008). Sejauh ini belum diketahui secara pasti komposisi tepung
Lumbricus sp. yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan C. macropomum.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian tentang pemberian tepung
Lumbricus sp. dengan proporsi yang tepat dalam pakan buatan perlu dilakukan
D. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah :
• Proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan benih C. macropomum
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah memberikan informasi kepada masyarakat
khususnya pembudidaya ikan air tawar dalam upaya pemanfaatan cacing tanah
(Lumbricus sp.) sebagai bahan baku pakan buatan untuk meningkatkan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi C.macropomum
Bryner (1999) mengklasifikasikan C.macropomum ke dalam kingdom
Animalia, filum Chordata, sub filum Craniata, kelas Pisces seperti ikan pada
umumnya, sub kelas Neoptergii, ordo Cypriniformes, sub ordo Cyprinoidea
familia Characidae, genus Colossoma dan spesies Colossoma macropomum.
Morfologi C. macropomum secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.
Sirip caudal Sirip dorsal linea literalis Operculum
Sirip anal Anus Sirip ventral Sirip pektoral Mata Cavum oris (mulut)
Dari arah samping, bentuk tubuh C. macropomum tampak membulat
(oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara
vertikal, C. macropomum memiliki bentuk tubuh pipih (compressed) dengan
perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh seperti ini
menandakan gerakan C. macropomum tidak cepat seperti ikan lele atau
grass carp, tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil
berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian
depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah
berwarna putih. Pada C. macropomum dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus,
dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri
khusus C. macropomum sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut
red belly pacu. Dibanding dengan badannya, C. macropomum memiliki kepala
kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas. Matanya
kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta
memiliki gigi seri yang tajam (Djariah, 2001).
C. macropomum memiliki 5 buah sirip (pinnae), yaitu sirip punggung,
sirip dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil
dengan sebuah jari-jari agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainnya
lemah. Berbeda dengan sirip punggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip
ini pada C. macropomum agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut, dan sirip anus
kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah,
8
B. Kebiasaan Makan dan Kebutuhan Nutrisi C. macropomum
Menurut Pras (1993) dalam Haetami (2004), C. macropomumtergolong
jenis ikan omnivora. Meskipun tergolong omnivora, ternyata pada masa kecilnya
(larva dan benih), bawal lebih bersifat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai
sebagai pakan adalah krustasea, kladosera, kopepoda dan ostrakoda.
Suyanto (1999) mengatakan bahwa dihabitatnya, C. macropomum saat
bergerombol dapat menjadi predator yang ganas, tak jarang ikan yang ukurannya
lebih besar menjadi santapan mereka, bahkan C. macropomum dapat memakan
sesama jenisnya pada saat kelaparan atau ada salah satu dari mereka yang terluka.
Ditinjau dari karakteristik saluran pencernaannya, C. macropomum
mempunyai potensi tumbuh yang cukup tinggi, karena bagian organ
pencernaannya cukup lengkap. C. macropomum mempunyai gigi yang berfungsi
memotong dan menghancurkan pakan, seperti halnya ikan grass carp dan piranha
sehingga C. macropomum mampu beradaptasi terhadap segala jenis makanan.
Lambung C. macropomum berbentuk U dengan kapasitas cukup besar. Ususnya
panjang, dan pada bagian anteriornya dilengkapi dengan piloric saeca yang
didalamnya terjadi proses pencernaan enzimatis seperti halnya pada usus dan
lambung. Bagian akhir dari usus terjadi diferensiasi usus yang lebih lebar yang
disebut rektum. Pada bagian ini tidak lagi terjadi pencernaan, fungsinya selain
sebagai alat ekskresi, juga membantu osmoregulasi (Hoar et al., 1979).
C. macropomum membutuhkan pakan dengan kandungan protein berkisar
antara 25 % sampai 37% (Bittner, 1989), sedangkan menurut Pras (1993) dalam
Haetami (2004), ikan bawal dapat diberikan pellet dengan kandungan protein 27%
mulai terbuka, tetapi belum bisa menerima makanan dari luar tubuh, makanannya
masih berasal dari kuning telurnya. Umur empat hari, kuning telur yang diserap
oleh tubuh sudah habis dan pada saat itulah larva mulai mengonsumsi makanan
dari luar berupa Krustasea, Kladosera, Kopepoda dan Ostrakoda. Apabila diamati
kebiasaan makannya, C. macropomumtergolong ikan yang lebih suka makan di
bagian tengah perairan. Dengan kata lain, C. macropomum bukanlah ikan yang
biasa makan di dasar perairan (bottom feeder) atau di permukaan perairan
(surface feeder) (Suyanto, 1999).
C. Habitat C. macropomum
C. macropomum berasal dari negara Brazil yang habitatnya berada di
sungai Amazon. Hidup C. macropomumsering bergerombol di daerah yang
alirannya deras, namun banyak juga ditemukan di sungai yang tenang. Saat
dewasa C. macropomum lebih banyak ditemukan di sungai yang alirannya deras,
sedangkan pada saat benih C. macropomum lebih banyak ditemukan di sungai
yang alirannya tenang. Sungai yang tenang biasanya banyak terdapat pakan alami
yang dapat diperoleh benih C. macropomum (Suyanto, 1999).
Faktor lingkungan dalam budidaya C. macropomum sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhannya. Menurut Djariah (2001), beberapa faktor yang harus
10
1. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang paling penting untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Peningkatan suhu air sebesar
10 oC menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh
organisme akuatik sekitar 2 sampai 3 kali lipat (Effendi, 2003). Fluktuasi
suhu yang terlalu besar akan menyebabkan ikan stress yang dapat
mengakibatkan kematian pada ikan. Suhu yang optimal untuk budidaya ikan
hias air tawar adalah 25 oC sampai 29 oC (Ramshort, 1978). Menurut
Eckman (1997) dalam Purwatini (2009), suhu perairan di habitat asli
C. macropomum adalah sekitar 27,2 oC sampai 29,2 oC.
2. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Dissolved Oxygen (DO) adalah suatu jenis gas yang larut dalam air
dan dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan dan metabolisme.
DO menjadi faktor kualitas air yang sangat kritis yang dipengaruhi oleh suhu
air, stocking dan efektivitas aerasi yang diinstalasi. Oksigen terlarut
diperairan bersumber dari difusi udara, fotosintesis, dan air masuk.
Kandungan DO dalam air cenderung berbanding terbalik dengan kandungan
CO2 bebas. Dalam budidaya intensif, untuk memperoleh produksi optimal
kandungan oksigen harus dipertahankan diatas 5 ppm. Bila kandungan
oksigen tetap sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan
3. Derajat Keasaman ( pH )
Nilai pH dalam suatu perairan merupakan parameter kimia yang
cukup penting dalam memantau kualitas air. Semakin tinggi nilai pH, maka
semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah konsentrasi
karbondioksida bebas (Effendi, 2003). Nilai pH yang rendah dapat
menghambat enzim pada organisme perairan (Kemmer, 1999). Keadaan pH
yang kurang optimal berakibat buruk pada ikan kultur dan menyebabkan ikan
stress, mudah terserang penyakit, produktivitas dan pertumbuhan rendah.
Tingkat keasaman yang baik untuk budidaya ikan adalah 6,5 sampai 9,0
(Boyd, 1982). Sedangkan menurut Zonneveld et al. (1991) pH air yang baik
digunakan untuk budidaya di perairan tawar adalah 6,7 sampai 8,2.
D. Benih C. macropomum
Benih merupakan sebutan untuk ikan muda yang sudah tidak memiliki
cadangan kuning telur pada tubuhnya, biasanya dimulai pada hari ke-5 setelah
telur ikan menetas (Kristanto dan Nugraha, 2008). Fase benih merupakan fase
dimana larva sudah menyerap seluruh kuning telurnya, dapat mencari makanan
sendiri dan mengkonsumsi pakan hidup (Annonimous3, 2009). Menurut Coche
dan Bianchi (1979), ikan memasuki fase benih ketika ikan sudah dapat berenang
bebas dan sejak pertama ikan mencari makanan sendiri serta organ somatiknya
berkembang. C. macropomum memasuki fase benih sejak umur 2 minggu, hal ini
ditandai dengan organ tubuhnya yang semakin lengkap (mirip dengan
C. macropomum dewasa) dan sudah merespon pakan buatan (Suyanto,1999).
12
Kriteria pada pemilihan benih C. macropomum yang baik untuk budidaya
yakni ; sehat, ukurannya seragam, gerakan berenang tenang serta tidak membuat
gerakan yang tidak beraturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila
ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan
sirip lengkap serta tidak cacat tubuh (Djariah, 2001).
E. Cacing Tanah (Lumbricus sp.)
Cacing tanah (Lumbricus sp.) merupakan salah satu hewan avertebrata
yang unik secara fisik. Ciri-ciri fisik Lumbricus sp. antara lain pada tubuhnya
terdapat segmen luar dan dalam, berambut, tidak mempunyai rangka luar, dan
tubuhnya dilindungi oleh kutikula (kulit bagian luar). Lumbricus sp. tidak
memiliki alat gerak seperti kebanyakan binatang dan tidak memiliki mata.
Lumbricus sp. harus menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal
yang melingkari tubuhnya untuk dapat bergerak. Adanya lendir yang dihasilkan
oleh kelenjar epidermis dapat mempermudah pergerakannya ditempat yang padat
dan kasar. Lendir dapat digunakan untuk mempertahankan diri. Oleh karena itu,
Lumbricus sp. sangat sukar ditangkap musuh-musuhnya (Palungkun, 1999).
Pada tubuh Lumbricus sp. terdapat organ yang disebut seta. Seta terdapat
pada setiap segmen berupa rambut yang relatif keras dan berukuran pendek. Daya
lekat organ ini sangat kuat sehingga cacing dapat melekat erat pada permukaan
benda yang keras dan kasar. Daya lekat akan melemah saat Lumbricus sp.
bergerak maju. Selain itu, seta juga dapat membantu Lumbricus sp. saat
F. Kandungan Nutrisi Lumbricus sp.
Lumbricus sp. merupakan hewan yang memilki kandungan nutrisi yang
tinggi pada tubuhnya, terutama protein yang mencapai 64-76%. Selain itu,
kandungan nutrisi lain yang terdapat dalam tubuh Lumbricus sp. antara lain;
lemak mencapai 7-10%, kalsium 0,55%, fospor 1%, dan serat kasar 1 % serta
auxin yang merupakan zat perangsang tumbuh (Palungkun, 1999).
Protein yang tinggi pada Lumbricus sp. terdiri dari 9 macam asam amino
esensial dan 4 macam asam amino non-esensial. Asam amino esensial tersebut
antara lain arginin, histidin, leusin, lisin, isoleusin, valin, metionin, fenilalanin,
dan treonin. Sementara asam amino non-esensialnya ialah sistin, glisin, serin, dan
tirosin. Komposisi asam amino tersebut menurut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kandungan asam amino pada Lumbricus sp.
Asam Amino Komposisi (%)
14
G. Pakan Buatan
Pakan buatan merupakan pakan lengkap yang mengandung semua nutrisi
yang dibutuhkan ikan. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan harus
memenuhi syarat yakni ; gizinya tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, tidak
beracun bagi ikan, harganya relatif murah dan tidak bersaing dengan makanan
pokok manusia (Sriharti, 1992). Kandungan gizi dalam pakan buatan yang
dibutuhkan ikan meliputi protein, lemak dan karbohidrat. Protein berfungsi
menggantikan jaringan yang rusak dan sebagai sumber energi. Suplai protein yang
kontinyu dan banyak dalam pakan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
menggantikan jaringan yang rusak. Lemak berfungsi sebagai sumber energi,
perantara dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak. Peran karbohidrat
sebagai sumber energi khususnya untuk ikan herbivora (Stickney, 1979).
H. Pertumbuhan
Pertumbuhan secara umum adalah perubahan dimensi (panjang, berat,
volume, dan ukuran) per satuan waktu baik individu, stok, maupun komunitas.
Pertumbuhan dalam individu diperoleh dari penambahan jaringan akibat
penambahan sel secara mitosis. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan
sejumlah besar intake zat makanan penghasil energi dan asam amino (protein)
yang mendorong proses pertumbuhan (Effendie, 1997).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu : bobot tubuh, seks, umur, kesuburan, kesehatan, pergerakan,
aklimasi, aktivitas biomassa, dan konsumsi oksigen. Sedangkan faktor eksternal
suhu, salinitas, kandungan oksigen air, buangan metabolit (CO2, NH3), pH,
cahaya, musim. Faktor nutrisi termasuk faktor biotik yang meliputi ketersediaan
pakan, komposisi pakan, kecernaan pakan, dan kompetisi pengambilan pakan.
Diantara faktor-faktor tersebut, nutrisi merupakan faktor pengontrol yang
mempengaruhi potensi tumbuh suatu individu (Watanabe, 1988).
I. Survival Rate (SR)
Survival rate (SR) atau kelangsungan hidup merupakan persentase ikan
yang hidup dari jumlah keseluruhan ikan yang dibudidaya dalam suatu wadah. SR
ikan dikatakan tinggi bila tingkat kematian (mortalitas) rendah. Mortalitas ikan
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dalam yang
mempengaruhi yaitu umur dan kemampuan adaptasi ikan. Sedangkan faktor luar
yaitu kompetisi antar spesies, penambahan jumlah populasi, kurangnya pakan,
dan kondisi lingkungan yang tidak stabil (Nikolsky, 1969).
J. FCR (Food Convertion Ratio)
FCR adalah nilai rasio jumlah pakan (kg) yang diberikan pada ikan budidaya
menghasilkan berat (1 kg) ikan. Nilai FCR pakan dipengaruhi oleh jenis ikan yang
dipelihara dan kualitas makanan. Semakin kecil nilai FCR, maka semakin baik pula
budidaya yang telah dilakukan (Effendi, 2004). Menurut Djariah (2001), FCR yang baik
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama 40 hari pada bulan Agustus hingga September
2009, bertempat di Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung.
B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu : akuarium 12 buah
dengan ukuran 40x30x30 cm3, rak akuarium, perangkat aerator , alat giling pellet,
timbangan digital dengan ketelitian 0,05 gram untuk menimbang pakan dan
ketelitian 1 gram untuk menimbang berat benih, alat ukur kualitas air (pH, DO
dan Suhu) dan alat pendukung seperti baskom, ember, gayung serta scoopnet.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu : benih C. macropomum
dengan berat ± 2,5 gram serta pakan dengan bahan tepung Lumbricus sp. sebagai
sumber protein hewani dan tepung kedelai sebagai sumber protein nabati dengan
C. Desain Penelitian
Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) model tetap.
Penelitian dilakukan dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Jenis dan berat
ikan diasumsikan homogen. Pakan dibuat berdasarkan komposisi tepung
Lumbricus sp. dan tepung kedelai yang terdiri dari 4 proporsi tepung
Lumbricus sp. dalam pakan buatan yaitu 100%, 75%, 50% dan 25%. Bahan lain
yaitu dedak dan tepung tapioka dalam setiap pakan dibuat dengan proporsi yang
sama.
Model linear RAL yang digunakan yaitu:
Yij = + i + ij (Gaspersz, 1991).
Keterangan :
i : Perlakuan A, B, C, D dan E dengan proporsi ;
A = 100% tepung Lumbricus sp. tanpa kedelai
B = 75% tepung Lumbricus sp. + 25% tepung kedelai
C = 50% tepung Lumbricus sp. + 50% tepung kedelai
D = 25% tepung Lumbricus sp. + 75% tepung kedelai
j : Ulangan 1,2,3
Yij : Nilai pertumbuhan dan SR C. macropomum akibat pemberian pakan
dengan proporsi tepung Lumbricus sp. ke-i dan ulangan ke-j : Rataan umum
i : Pengaruh pemberian pakan dengan proporsi Lumbricus sp. ke-i
ij : Galat percobaan pada pemberian pakan dengan proporsi tepung
18
D. Prosedur Penelitian
Mulai
Setting instalasi peralatan
Siap Tidak
Ya
Aklimatisasi benih C. macropomum
Benih hidup Tidak dan sehat
Ya
Pelaksanaan penelitian
Benih tumbuh Tidak
Ya
Analisis Data
Selesai
E. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati meliputi variabel utama dan pendukung. Variabel
utama terdiri dari pertumbuhan dan sintasan hidup, sedangkan variabel
pendukung meliputi parameter kualitas air.
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan yang diamati adalah pertumbuhan berat (gram). Pengukuran
dilakukan dengan menimbang berat biomassa C. macropomum setiap akuarium
pada awal penelitian dan setiap 7 hari hingga akhir penelitian menggunakan
timbangan digital dengan ketelitian 1 gram. Menurut Effendi (1997),
pertumbuhan dan laju pertumbuhan dihitung melalui rumus :
G = Wt – Wo Keterangan :
Wm = Pertumbuhan (gram)
Wt = Berat rata-rata benih C. macropomum pada akhir penelitian (gram)
Wo = Berat rata-rata benih C. macropomum pada awal penelitian (gram)
a = (Wt – Wo) : t Keterangan :
a = Laju pertumbuhan harian (gram/hari)
Wo = Berat rata-rata benih C. macropomum pada waktu awal (gram/hari)
Wt = Berat rata-rata benih C. macropomum pada waktu t (hari) (gram)
20
2. Sintasan atau Survival Rate (SR)
Sintasan ikan dihitung melalui rumus :
SR = (Nt : No) x 100 % (Effendi, 1997) Keterangan :
SR : Sintasan ikan
Nt : Jumlah benih C. macropomum yang hidup saat akhir (ekor)
No : Jumlah benih C. macropomum yang hidup saat awal (ekor)
3. Food Convertion Ratio
FCR ikan dihitung melalui rumus :
FCR = F : ΣW Keterangan :
FCR : FCR ikan
F : Jumlah pakan yang diberikan (gram)
ΣW : berat ikan yang dihasilkan ( hidup + mati) (gram)
4. Parameter Pendukung
Parameter pendukung yang diamati dalam penelitian ini adalah kualitas air
yang meliputi pH, temperatur, dan DO. Pengamatan kualitas air dilakukan setiap
F. Analisis Statistik
Data berat yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam secara
manual dan jika pemberian proporsi tepung lumbricus sp. Berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan C. macropomum, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1 Pertumbuhan benih C. macropomum
Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari
pemeliharaan disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada
benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi 50% tepung
Lumbricus sp. sebesar 29,50 gram. Pertumbuhan mutlak benih pada pemberian
pakan dengan proporsi 100%, 75% dan 25% masing-masing sebesar 10,4 gram, 11,1
gram dan 12,75 gram. Tujuh hari pertama, benih C. macropomum masih dalam fase
adaptasi. Kemudian pada 21 hari berikutnya benih C. macropomum memasuki fase
pertumbuhan awal, dan pada hari berikutnya hingga hari ke-40 benih memasuki fase
pertumbuhan eksponensial.
Hasil Analisis Tabel Sidik Ragam (TSR) (Lampiran 2) menunjukkan bahwa
pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan benih C. macropomum pada selang
kepercayaan 95%. Nilai koefisien keragaman (kk) sebesar 7%, artinya pemberian
pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. memiliki indeks keterandalan yang baik
terhadap pertumbuhan benih C. macropomum. Menurut Gaspersz (1991), jika nilai
(kk) semakin besar menunjukkan keterandalan suatu percobaan semakin rendah.
Percobaan yang cukup terandal memiliki nilai kk tidak melebihi 20%.
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap pertumbuhan benih C. macropomum
dilakukan pada selang kepercayaan 99% dengan menganalisa perbandingan nilai
BNT dan selisih nilai rataan pertumbuhan mutlak benih C. macropomum (Tabel 2).
24
Tabel 2. Uji BNT terhadap pertumbuhan benih C. macropomum
Proporsi tepung Lumbricus sp.
100% 75% 25% 50%
a a a b
Keterangan : Huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata
Analisa BNT terhadap pertumbuhan mutlak benih C. macropomum
menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp.
berbeda nyata terhadap pemberian pakan dengan proporsi 100%, proporsi 75% dan
proporsi 25%. Sementara, pemberian pakan dengan proporsi 25% tidak berbeda nyata
terhadap pemberian pakan terhadap proporsi 100% dan 75%, dan pemberian pakan
dengan proporsi 75% tidak berbeda nyata terhadap pemberian pakan dengan
2. Laju pertumbuhan benih C. macropomum
Laju pertumbuhan berat benih C. macropomum dengan pemberian proporsi
tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Laju pertumbuhan benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan setelah 40 hari masa pemeliharaan.
Histogram laju pertumbuhan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan tertinggi terjadi pada benih C. macropomum yang diberi pakan dengan
proporsi 50% tepung Lumbricus sp. sebesar 0,7375 gram per hari. Laju pertumbuhan
benih pada pemberian pakan dengan proporsi 100%, 75% dan 25% tepung
Lumbricus sp. berturut-turut sebesar 0,2600 gram per hari, 0,2774 gram per hari dan
0,3189 gram per hari.
26
Hasil analisa Tabel Sidik Ragam (TSR) (Lampiran 3) laju pertumbuhan benih
C. macropomum menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi tepung
Lumbricus sp. yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju
pertumbuhan berat benih C. macropomum pada selang kepercayan 99%. Nilai
koefisien keragaman (kk) sebesar 7%, artinya pemberian pakan dengan proporsi
tepung Lumbricus sp. memiliki indeks keterandalan yang baik terhadap pertumbuhan
benih C. macropomum. Nilai (kk) yang semakin besar menunjukkan keterandalan
suatu percobaan semakin rendah. Percobaan yang cukup terandal memiliki nilai kk
tidak melebihi 20%.
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap laju pertumbuhan benih
C. macropomum dilakukan pada SK 99% (Tabel 3). Nilai BNT yang diperoleh
sebesar 0,07619
Tabel 3. Uji BNT terhadap laju pertumbuhan benih C. macropomum
Proporsi tepung Lumbricus sp.
100% 75% 25% 50%
a a a b
Keterangan : Huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata
Analisa BNT terhadap laju pertumbuhan benih C. macropomum menunjukkan
bahwa pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. berbeda nyata
terhadap pemberian pakan dengan proporsi 100%, proporsi 75% dan proporsi 25%.
Sementara, pemberian pakan dengan proporsi 25% tepung Lumbricus sp. tidak
dan pemberian pakan dengan proporsi 75% tepung Lumbricus sp. tidak berbeda
nyata pada pemberian pakan dengan proporsi 100% .
3. Sintasan / Survival Rate
Hasil pengamatan survival rate (SR) benih C. macropomum selama 40 hari
pemeliharaan disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. SR benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan setelah 40 hari pemeliharaan
SR benih C. macropomum (Gambar 5) menunjukkan bahwa SR tertinggi
terdapat pada benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi 50% tepung
Lumbricus sp. sebesar 100%. Benih C. macropomum pada pemberian SR pada
28
pemberian pakan dengan proporsi 100%, 50% dan 25% bertutut-turut sebesar 60%,
67% dan 53%.
Hasil analisa sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa pemberian pakan
dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap SR benih C. macropomum pada SK 99%.
Nilai koefisien keragaman (kk) sebesar 9%, artinya pemberian pakan dengan proporsi
tepung Lumbricus sp. memiliki indeks keterandalan yang baik terhadap pertumbuhan
benih C. macropomum. Nilai (kk) yang semakin besar menunjukkan keterandalan
suatu percobaan semakin rendah. Percobaan yang cukup terandal memiliki nilai kk
tidak melebihi 20%.
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap SR benih C. macropomum
dilakukan pada SK 99% (Tabel 4). Nilai BNT yang diperoleh sebesar 12,1537.
Tabel 4. Uji BNT terhadap SR benih C. macropomum Proporsi tepung Lumbricus sp.
100% 75% 25% 50%
a a a b
Keterangan : Huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata
Analisa BNT terhadap SR benih C. macropomum menunjukkan bahwa
pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. berbeda nyata terhadap
pemberian pakan dengan proporsi 100%, proporsi 75% dan proporsi 25%. Pemberian
pakan dengan proporsi 25% tepung Lumbricus sp. tidak berbeda nyata terhadap
dengan proporsi 75% tepung Lumbricus sp. tidak berbeda nyata pada pemberian
pakan dengan proporsi 100% .
4. Food Convertion Ratio (FCR)
FCR benih benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan disajikan
pada Gambar 6.
Gambar 6. SR benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan setelah 40 hari pemelihara
FCR benih C. macropomum (Gambar 6) menunjukkan bahwa FCR terendah
terdapat pada benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi 50% tepung
Lumbricus sp. sebesar 1,036. FCR Benih C. macropomum pada pemberian pakan
dengan proporsi 100%, 50% dan 25% bertutut-turut sebesar 1,320, 1,321 dan 1,196.
30
Hasil analisa sidik ragam ( Lampiran 5) menunjukkan bahwa pemberian
pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan tidak
berpengaruh nyata terhadap FCR benih C. macropomum pada SK 99%. Nilai
koefisien keragaman (kk) sebesar 26,7%, artinya pemberian pakan dengan proporsi
tepung Lumbricus sp. memiliki indeks keterandalan yang kurang baik terhadap
pertumbuhan benih C. macropomum. Nilai (kk) yang semakin besar menunjukkan
keterandalan suatu percobaan semakin rendah. Percobaan yang cukup terandal
memiliki nilai kk tidak melebihi 20%.
5. Kualitas Air
Data kualitas air selama 40 hari pemeliharaan pada penelitian ini disajikan
pada Tabel 5. Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, derajat keasaman
(pH), dan oksigen terlarut (DO).
Tabel 5. Parameter kualitas air selama pemeliharaan benih C. macropomum Parameter Proporsi Tepung Lumbricus sp.
yang diamati 100% 75% 50% 25%
Suhu (oC) 27,29 ± 0,4 27,31 ± 0,37 27,22 ± 0,32 27,20 ± 0,33 pH 6,62 ± 0,04 6,61 ± 0,04 6,62 ± 0,04 6,61 ± 0,04 DO (mg/L) 8,88 ± 0,23 8,97 ± 0,16 9,03 ± 0,14 8,99 ± 0,14
Parameter kualitas air pada media pemeliharaan tidak mengalami perubahan
yang ekstrim. Suhu media secara keseluruhan berkisar antara 26,9 oC - 28,2 oC,
B. Pembahasan
Pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda
menghasilkan penambahan berat benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan.
Hasil analisa ragam menunjukkan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang
berbeda dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
pertumbuhan benih C. macropomum pada SK 99%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pakan yang diberikan sudah memenuhi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuh bahkan
berlebih. Kelebihan energi kemudian digunakan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan
ikan akan terjadi apabila energi dalam pakan yang dikonsumsi ikan lebih banyak dari
pada energi yang diperlukan untuk aktivitas tubuhnya. Pakan yang dikonsumsi
pertama kali akan digunakan untuk aktivitas tubuh dan mengganti sel yang rusak,
selebihnya akan digunakan untuk pertumbuhan (Sugianto,2007).
Pertumbuhan yang baik disebabkan oleh asupan nutrisi yang tepat yang
dikonsumsi oleh ikan, terutama protein. Menurut NRC (1993), Sekitar 65% hingga
75% berat kering tubuh ikan merupakan protein. Protein merupakan kumpulan asam
amino (AA) yang membentuk rantai ikatan peptida. Ikan mengkonsumsi protein
untuk memperoleh asam-asam amino yang akan digunakan untuk pemeliharaan
tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Menurut Palungkun (1999), asam amino yang
terkandung dalam protein Lumbricus sp. terdiri dari asam amino esensial dan
non-esensial. Asam amino essensial merupakan asam amino yang penting untuk
pertumbuhan dan tidak dapat disintesa oleh tubuh. Asam amino esensial
32
treonin dan valin. Asam amino essensial kedelai meliputi arginin, histidin, isoleusin,
leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, valin dan triptofan (Parakkasi, 1990).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pemberian pakan dengan proporsi 50%
tepung Lumbricus sp., menghasilkan pertumbuhan mutlak sebesar 29,50 gram dan
laju pertumbuhan sebesar 0,7375 gram per hari setelah 40 hari pemeliharaan.
Keseimbangan dan kecukupan protein dalam pakan dengan proporsi 50% tepung
Lumbricus sp. dan 50% tepung kedelai dalam pakan diduga menjadi penyebab
pertumbuhan tertinggi benih C. macropomum. Proporsi asam amino yang tepat dari
protein hewani pada tepung Lumbricus sp. dan protein nabati pada tepung kedelai
(lampiran 13) diduga dapat saling melengkapi kebutuhan protein yang dibutuhkankan
benih C. macropomum untuk pertumbuhan maksimal. Menurut Hoveland (1980)
dalam Hetaimi (2005), keragaman antar bahan nabati dan hewani penyusun pelet
menyebabkan adanya efek saling melengkapi antar protein pakan dan meningkatkan
metabolisme protein pakan.
Pertumbuhan benih C. macropomum pada pemberian pakan dengan proporsi
100%, 75% dan 25% tidak berbeda nyata. Penambahan berat berkisar antara
10,40 gram sampai dengan 12,67 gram. Kandungan protein dalam pakan pada
proporsi 100%, 75% dan 50% diduga telah mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan benih C. macropomum untuk metabolisme dan pertumbuhan seperti
yang diperlihatkan pada pertumbuhan benih C. macropomum (dalam penelitian)
meskipun tidak semaksimal pada pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung
Menurut Prasetiami (2010), C. macropomum yang diberi pellet buatan buatan
pabrik dengan kepadatan 6 ekor per 10 liter dapat menghasilkan pertumbuhan
sebesar 3,46 gram dan laju pertumbuhan sebesar 0,115 gram per hari yang dipelihara
selama 1 bulan dengan berat awal 1 gram dan umur 20 hari, sedangkan pada
penelitian, pertumbuhan dan laju pertumbuhan jauh lebih tinggi yang dipelihara
selama 40 hari dengan berat awal 2,5 gram dan umur ± 1 bulan (Lampiran 2 dan 3).
Selain faktor pakan, faktor umur juga diduga menjadi penyebab berbedanya
pertumbuhan benih C. macropomum tersebut. Suyanto (1999) mengatakan bahwa
C. macropomum akan tumbuh sangat cepat pada umur 2-5 bulan, setelah itu
pertumbuhan mulai stabil dan menurun meskipun bobotnya tetap meningkat.
Menurut Effendi (1997), ikan dapat mengalami 5 fase pertumbuhan yakni fase
adaptasi, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat dan fase pertumbuhan statis. Pertumbuhan benih C.
macropomum (Gambar 3) hanya mengalami 3 fase pertumbuhan yaitu fase adaptasi
yang berlangsung selama 7 hari, fase pertumbuhan lambat selama 21 hari dan fase
pertumbuhan eksponensial. Pertumbuhan benih C. macropomum meningkat tajam
pada hari ke- 28 yang diduga pertumbuhan benih tersebut dalam fase pertumbuhan
eksponensial. Fase pertumbuhan eksponensial ditandai dengan tingginya peningkatan
pertumbuhan. Benih C. macropomum yang dipelihara pada penelitian Prasetiami
(2010) diduga belum mencapai fase pertumbuhan eksponensial, sehingga
34
Sintasan atau survival rate (SR) merupakan persentase ikan yang hidup dari
jumlah keseluruhan ikan yang dibudidaya dalam suatu wadah pemeliharaan. SR ikan
dikatakan tinggi bila tingkat kematian (mortalitas) rendah (Nikolsky, 1969).
Pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda memberikan pengaruh nyata
terhadap (SR) benih C. macropomum dimana pemberian pakan dengan proporsi 50%
menghasilkan sintasan yang paling tinggi sebesar 100%, sebaliknya sintasan yang
paling rendah terjadi pada pemberian pakan dengan proporsi 25% dengan sintasan
hanya sebesar 53%. Rendahnya sintasan diduga akibat kebutuhan ikan akan protein
kurang tercukupi. Jika kebutuhan ikan terhadap yang nutrisi diperlukan tidak
tercukupi, maka pertumbuhan akan berhenti dan terjadi penurunan bobot tubuh
karena protein pada jaringan tubuh akan dipecah kembali untuk mempertahankan
fungsi jaringan tubuh yang lebih penting. Jika hal tersebut berlangsung terus-menerus
dapat menyebabkan kematian pada ikan (NRC, 1993). Menurut Prasetiami (2010),
SR C. macropomum yang diberi pellet pabrik dengan kepadatan 6 ekor per 10 liter
menghasilkan SR sebesar 81%. SR tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan
SR pada pemberian proporsi 50% tepung Lumbricus sp., namun lebih tinggi
dibandingkan dengan proporsi 100%, 75% dan 25% tepung Lumbricus sp.
Mortalitas juga diduga disebabkan palatabilitas (rasa) pakan yang diberikan
kurang disukai oleh benih C. macropomum. Pakan dengan proporsi 25% tepung
Lumbricus sp. yang diberikan banyak mengandung protein nabati dan palatabilitas
pakan mungkin tidak sesuai dengan selera benih C. macropomum yang cenderung
Menurut Halver (1989), palatabilitas yang baik (disukai ikan) dapat menambah nafsu
makan ikan dan palatabilitas yang buruk dapat mengurangi nafsu makan ikan. Nafsu
makan berkurang dapat mengakibatkan penurunan bobot ikan dan kematian.
Palatabilitas yang buruk menyebabkan benih C. macropomum tidak mau
mengkonsumsi pakan yang diberikan. Dampak dari hal ini, benih C. macropomum
yang kelaparan pun menjadi kanibal dan memakan ikan lainnya. Hal ini dapat dilihat
pada kondisi benih yang mati (Lampiran 12), sebagian tubuhnya tercabik dimakan
oleh benih C. macropomum lainnya.
SR benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi tepung
Lumbricus sp. 100%, 75% dan 25% berkisar antara 53% sampai dengan 76%.
Menurut Effendi (2004), sintasan hidup yang baik dalam budidaya ikan diatas 80%.
Rendahnya SR diduga akibat persaingan yang tinggi antar benih dalam
mengkonsumsi pakan yang diberikan. C. macropomum terkenal sangat rakus.
C. macropomum yang berukuran lebih besar, umumnya lebih dominan dalam
persaingan pakan seperti yang terjadi pada penelitian, sehingga C. macropomum
yang berukuran lebih kecil sulit memperoleh jumlah pakan yang sesuai dengan
kebutuhannya. Benih C. macropomum yang lebih kecil, akan lebih sulit bersaing
dalam perebutan makanan dan hal ini dapat berdampak pertumbuhan dan
mortalitasnya (Djariah, 2001). Hal ini dapat dilihat pada benih C. macropomum mati,
36
FCR merupakan rasio jumlah pakan yang diberikan dengan bobot ikan yang
dihasilkan. Semakin kecil nilai FCR maka budidaya semakin baik (Effendi, 2004).
FCR pada penelitian yang paling rendah terdapat pada benih C. macopomum yang
diberi pakan dengan proporsi Lumbricus sp. 50% sebesar 1,036, sedangkan FCR
benih C. macropomum pada pemberian pakan dengan proporsi 100%, 50% dan 25%
bertutut-turut sebesar 1,320, 1,321 dan 1,196. Menurut Djariah (2001), FCR dalam
budidaya C. macopomum yang baik adalah tidak lebih dari 1,2, artinya FCR pada
pemberian pakan dengan proporsi benih C. macopomum yang diberi pakan dengan
proporsi Lumbricus sp. 50% untuk budidaya ikan bawal.
Kualitas air selama pemeliharaan benih C. macopomum tidak mengalami
perubahan yang ekstrim baik itu suhu, pH, dan oksigen terlarut (DO). Suhu pada
penelitian berkisar antara 26,9 oC - 28,2 oC. Menurut Djariah (2001), benih bawal
dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 26 oC - 30 oC. Menurut Taufik (2005)
dalam penelitiannya, laju pertumbuhan benih C. Macropomum tertinggi dicapai pada
suhu 32 oC. Kisaran pH dalam penelitian antara 6,52 sampai dengan 6,70. pH yang
sedikit asam tersebut disebabkan proses respirasi yang menghasilkan banyak gas CO2
dalam air sehingga air menjadi bersifatasam. Menurut Boyd (1982), kisaran pH yang
baik untuk budidaya ikan air tawar adalah 6,5 sampai dengan 9,0. Budidaya intensif
membutuhkan DO diatas 5 mg/L untuk memperoleh produksi optimal. Bila
kandungan oksigen tetap sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama,
ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya (Kordi dan Tancung,
adalah 2,4 mg/L, sedangkan menurut Rostim (2001) dalam penelitiannya tentang
tingkat konsumsi oksigen ikan bawal air tawar, ikan nilem dan ikan tawes
menunjukkan bahwa batas minimum DO yang mematikan kehidupan ikan bawal
adalah 1,24 mg/L. DO dalam penelitian berkisar antara 8,33 mg/L sampai dengan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda
dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
pertumbuhan dan sintasan benih C. macropomum dengan perlakuan proporsi 50%
tepung Lumbricus sp. yang paling memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan SR benih C. macropomum. Pemberian pakan dengan proporsi
50% tepung Lumbricus sp. menghasilkan pertumbuhan tertinggi dengan
pertumbuhan mutlak sebesar 29,50 gram dan laju pertumbuhan sebesar 0,7375
gram per hari serta SR sebesar 100%.
B. Saran
Benih C. macropomum sebaiknya tidak diberi pakan dengan kandungan
protein nabati yang tinggi, karena pada masa benih C. macropomum cenderung
bersifat karnivora agar pellet yang diberikan mendapat respon yang baik dari ikan
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan benih C. macropomum dan menekan
xii
E. Parameter yang Diamati ... 19
1. Pertumbuhan ... 19
2. Sintasan (SR) ... 20
3. Food Convertion Rate (FCR) ... 20
4. Parameter Pendukung ... 20
G. Analisis Statistik ... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
A. Hasil ... 22
1. Pertumbuhan benih C. Macropomum ... 22
2. Laju Pertumbuhan benih C. Macropomum ... 24
3. Sintasan / Survival Rate ... 26
4. Food Convertion Rate (FCR) ... 28
5. Kualitas Air ... 29
B. Pembahasan ... 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Komposisi kandungan asam amino pada Lumbricus sp ... 13
2. Uji BNT terhadap pertumbuhan benih C. macropomum ... 24
3. Uji BNT terhadap laju pertumbuhan benih C. macropomum ... 26
4. Uji BNT terhadap SR benih C. macropomum ... 28
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi C. macropomum ... 6
2. Prosedur penelitian ... 18
3. Pertumbuhan C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan selama 40 hari
pemeliharaan ... 21
4. Laju pertumbuhan benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan ... 24
5. SR benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan selama 40 hari
pemeliharaan ... 26
6. FCR benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan selama 40 hari
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Berat rata-rata benih C. macropomum ... 42
2. Pertumbuhan benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan .... 43
3. Laju Pertumbuhan benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan ... 45
4. SR benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan ... 47
4. FCR benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan ... 49
5. Kualitas Air ... 52
6. Langkah Kerja ... 54
7. Cara membuat proporsi pakan (Formulasi pakan) ... 55
8. Cara membuat tepung cacing ... 60
9. Proses pembuatan pakan ... 61
10. Benih C. macropomum yang mengalami kematian dalam penelitian .. 62
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E dan Evi, L. 2005. Pakan Ikan (Pembuatan, penyimpanan, pengujian dan pengembangan). Kanisius. Yogyakarta
Annonimous. 2008. Pembuatan Pakan Ikan Alternatif dari Bahan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Dikutip dari;
http//www.radmanblog.cn/12/Pembuatan-Pakan-Ikan-Alternatif.-dari-Bahan-Cacing-Tanah-Lumbricus-Rubellus. Akses pada tanggal 28 Februari 2009
Annonimous1. 2009. Harga Ikan Air Tawar di Pangkalpinang Naik. Dikutip dari : http://news.id.finroll.com/news/14-latest/5623.pdf. Akses pada tanggal 3 Mei 2010
Annonimous2. 2009. Mengenal Ikan Bawal. Dikutip dari :
http://tumbronx.blogspot.com/2009/05/ikan-bawal.html. Akses pada tanggal 15 Februari 2009
Annonimous3. 2009. Spawn (Biology). dikutip dari :
http://en.wikipedia.org/wiki/Spawn_%28biology%29. Akses pada tanggal 17 Mei 2010
Bittner, A. 1989. Budidaya Air. Jakarta : Yayasan Bogor Indonesia
Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn Univ. Elsevier Science. Publishing Company Inc. New York
Bryner (1999). Klasifikasi Ikan Bawal. Dikutip dari :
http://www.Guzfir.blogspot.com/2009/11/klasifikasi-ikan-bawal.html. Akses pada 15 Februari 2010.
Coche, A. G. and Bianchi, G., 1979. Present status of mass rearing of fry and fingerlings in the EIFAC region. FAO -EIFAC Tech. Pap. 35 (1): 7 – 31.
Djariah, A. S. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius. Yogyakarta
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta
Eldesar, M. Y. 1992. Pengaruh Pemberian Daphnia sp., Pakan Buatan dan Campurannya terhadap pertumbuhan benih Gold Saum [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan IPB
Ensminger, M.E., Oldfield, J.E. dan Heinemann, W.W. 1990. Feed and Nutrition. Second Edition. The Ensminger Publishing, Co.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmu Teknik dan Biologi. CV. Armico. Bandung
Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. Second Edition. Academy Press Inc, New York
Haetami, K., Junianto dan Y. Andriani. 2004. Tingkat Penggunaan Gulma Air Azzolla pinnata dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Bawal Air Tawar [Laporan Penelitian]. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran
Hoar, W.S., D.J. Randall, dan J.R. Brett. 1979. Fish Physiology. Vol VIII. Ed. Bioenergetic and Growth. Inc : Academic Press
Kemmer, F. N. 1999. The Nalco Water Handbook. Mc Graw-Hill. Inc
Kordi, M. G. dan A. B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta
Kristanto, A. H. dan Nugraha, E. 2008. Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta
Nikolsky, V.G. 1969. Fish Populations Dynamic. Edinburg : Oliver and Bod Ltd.
National Research Council. 1993. Nutrien Requirement of Fish. National Academy Press, Washington DC
Palungkun, R. 1999. Sukses Beternak Cacing. Jakarta: Penebar Swadaya
41
Prasetiami, A. 2010. Pengaruh Kepadatan Tebar Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Bawal (Colossoma macropomum) dalam Sistem Resirkulasi [Skripsi]. Pertanian. Universitas Lampung
Purwatini, S. 2009. Pengaruh Tingkat Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Bawal Air Tawar [Skripsi]. Pertanian.
Universitas Lampung
Rostim, A. 2001. Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum), Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) dan Ikan Tawes
(Puntius javanicus) [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB
Sriharti. 1992. Pakan Ikan. Dalam Laporan Pelaksanaan Pelatihan
Kewiraswastaan bagi PNS yang memasuki MPP. Kerjasama LIPI dan Pemda Tingkat I Jawa Barat. Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Puslitbang Fisika Terapan-LIPI. Subang
Stickney, R. 1979. Prinsiples of Warmwater Aquaculture. New York : John Willey and Sons, Inc.
Sugianto, G. 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Maggot Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame (Osphronemus
gouramy) [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. IPB
Suwindere, W. 2000. Pengaruh Pemberian Tepung Cacing Tanah dan Tepung Ikan Terhadap Pertumbuhan Tikus Putih Galur Wistar [Tesis S2]. Perpustakaan Universitas Indonesia. UI. Abstrak
Suyanto, S. R. 1999. Bawal. Penebar Swadaya. Jakarta
Taufik, E. 2005. Peranan Suhu Media Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macopomum) [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. IPB. Bogor
Watanabe, T. 1988. In Fish Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic Biosciense. Tokyo University of Fisheries