• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PRE -TES T DAN RESITASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PRE -TES T DAN RESITASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012-2013"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PRE-TEST DAN RESITASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SEMESTER

GENAP SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Oleh

UJANG SOLIHIN

Kemampuan siswa di SMA Bina Mulya dalam mata pelajaran geografi secara umum tergolong rendah karena sebagian besar siswa yaitu sebanyak 42 (56,96%) masih memiliki nilai yang rendah. Hal inilah masalah yang perlu dikaji dan diperhatikan. Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar dapat dilakukan dengan memberikan pembelajaran resitasi dan pre-test untuk mengoptimalkan prestasi belajar.

Metode dan jenis penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yaitu pengaruh pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar mata pelajaran geografi siswa kelas X semester genap SMA Bina Mulya Bandar Lampung tahun pelajaran 2012-2013 sebanyak 70 siswa. Analisis data yang digunakan adalah chi square.

Hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: Ada pengaruh pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar geografi siswa Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013. Besarnya pengaruh pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar geografi siswa Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 dalam kategori erat karena nilai Q berada antara 0,50-0,69.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 14

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 26

8. Mata Pelajaran Geografi ... 27

E. Definisi Operasional Variabel ... 35

(7)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

1. Lokasi SMA Bina Mulya Bandar Lampung ... 48

2. Sejarah Berdirinya SMA Bina Mulya Bandar Lampung ... 48

3. Keadaan Guru Tenaga Administrasi dan Penjaga Sekolah 51 4. Keadaan Siswa ... 52

5. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 52

6. Peta Lokasi Sekolah ... 54

7. Denah Ruang Belajar ... 55

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

1. Pengumpulan data ... 56

2. Keadaan Responden Berdasarkan pre-test ... 56

3. Keadaan Responden Berdasarkan Resitasi ... 58

C. Pengujian Hipotesis ... 60

D. Pembahasan... 63

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dalam bidang pendidikan mempunyai peranan penting bagi kehidupan bermasyarakat, oleh karena itu setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Sesuai dengan salah satu tujuan negara Indonesia yaitu ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, karena itu pemerintah berusaha seoptimal mungkin mengadakan peningkatan dalam sektor pendidikan.

Menurut Nursid Sumaatmadja (2001:22) bahwa hakikat pendidikan adalah “Salah satu proses yang berlandaskan usaha yang sadar tujuan, yang kegiatannya diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, proses pendidikan itu berwawasan kepentingan anak didik sebagai individu dan sekaligus sebagai anggota masyarakat”.

(9)

keras secara maksimal dan penuh rasa tanggung jawab dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah melalui departemen pendidikan dan kebudayaan (DEPDIKBUD) telah berupaya melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap sistem pengajaran yang ada, diantaranya adalah penyempurnaan kurikulum. Melalui penyempurnaan kurikulum tersebut diharapkan agar proses pembelajaran yang efektif dan efisien dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang telah digariskan.

Dalam proses pembelajaran kurikulum merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya terhadap keberhasilan proses pembelajaran adalah guru. Guru merupakan unsur pokok untuk melaksanakan proses pembelajaran, oleh karena itu guru sangat berperan sekali dalam membantu keberhasilan siswa dalam belajar. Keberhasilan itu tidak terlepas dari berbagai faktor yang berpengaruh, seperti keadaan sosial ekonomi keluarga, motivasi, fasilitas belajar, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, aktivitas belajar dan sebagainya.

(10)

siswa yang belajar akan menghasilkan prestasi yang baik. Intensitas seorang siswa akan menentukan tingkat pencapaian belajar.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi untuk siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam Dimyati (1994:10), belajar merupakan “kegiatan yang kompleks, hasil belajar

berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai”.

Timbulnya motivasi karena adanya tujuan yang hendak dicapai. Jadi tanpa adanya tujuan, orang tidak dapat termotivasi untuk berbuat sesuatu. Dalam kegiatan belajar, siswa tentu mempunyai tujuan akhir mengapa ia mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuan tersebut menimbulkan motivasi belajar.

Motivasi belajar juga dapat menimbulkan semangat dalam kegiatan belajar sehingga siswa yang memiliki motivasi untuk belajar yang tinggi akan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan belajar dalam skala yang lebih tinggi pula. Motivasi belajar disini ialah “kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid”.

(11)

peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

Mengukur kemampuan siswa, guru dapat melakukan berbagai macam tes sesuai dengan tujuan yang diinginkan khususnya sebelum memulai pelajaran sebaiknya guru melakukan pre-test kepada siswanya, karena pre-test sangat baik untuk membantu ingatan para siswa dalam mengingat pelajaran yang diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya. Pre-test juga merupakan tes pengukuran. keberhasilan, untuk mengukur seberapa jauh siswa telah memiliki keterampilan mengenai hal yang akan dipelajari.

(12)

siswa. Dimana pemberian tugas ini menuntut siswa untuk memecahkan setiap persoalan yang diberikan dalam jangka waktu yang telah disepakati antara guru dan siswa. Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Pemberian tugas ini merupakan bagian dari tugas yang dilakukan guru kepada siswa. Dimana pemberian tugas ini menuntut siswa untuk memecahkan setiap persoalan yang diberikan dalam jangka waktu yang telah disepakati antara guru dan siswa. Pada hakekatnya, prestasi belajar siswa yang dapat diketahui dari perubahan tingkah laku, pengetahuan serta dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Seperti yang dikemukakan Hendrawati (2004:125) bahwa pengertian prestasi belajar dan kharakteristik prestasi belajar adalah suatu perubahan yang mearsurable (dapat diukur). Untuk mengukur perubahan perilaku tersebut dapat dilakukan tes prestasi belajar (achievement).

(13)

Tabel 1.1 Prestasi-Prestasi yang Pernah dicapai siswa-siswi SMA Bina Mulya Bandar Lampung.

No Prestasi yang dicapai Tahun

1 Juara 1 Lempar Lembing Putri PORSENI SMA/SMK/MA Se-Kota Bandar Lampung

2007 2 Juara Umum Klasemen SLTA PIALA WALIKOTA Lomba

Drum Band Pelajar Se-Provinsi Lampung

2007 3 Juara 1 Komite Putri < 48 kg Kejuaraan Karate Pekan Olah Raga

Pelajar SMA/SMK/MA Kota Bandar Lampung

2007 4 Juara 1 lari 400 m Putra Pekan Olah Raga Pelajar SMA/SMK/MA

Se-Kota Bandar Lampung

2007 5 Juara 2 Media terbaik Jambore Jurnalistik Lampost SMAN 7

Bandar Lampung juara 2 lomba jambore jurnalistik lampost SMAN 7 Bandar Lampung.

(14)

untuk berdo’a. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa di SMA Bina Mulya dalam mata pelajaran geografi masih sangat rendah. Kondisi ini terlihat bahwa pada semester ganjil pencapaian prestasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi belum sesuai dengan yang diharapkan. Tingkat pencapaian prestasi dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2. Perolehan Nilai Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X Semester GanjilSMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013.

NO Prestasi

Sumber:Data guru mata pelajaran geografi SMA Bina Mulya

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas terlihat bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi bervariasi dari nilai tinggi hingga nilai rendah. Kriteria yang dijadikan pedoman dalam menentukan tingkat prestasi yang dicapai siswa tersebut berdasarkan pendapat Wayan Nurkencana dan PPN Sumartana, (1993:182) yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3 Kriteria Prestasi Belajar Siswa

No. Rentang Nilai Kategori

1. 9,0 – 10 Baik Sekali

2. 8,0 − 8,9 Baik

3. 6,5 − 7,9 Cukup

4. 5,5 − 6,4 Kurang

5 . 0,0−5,4 Sangat Kurang

(15)

Untuk mengetahui tingkat keterampilan dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa biasanya diukur dengan pencapaian prestasi belajar. Semakin tinggi tingkat keterampilandan pengetahuan yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang dapat dicapai siswa. Dengan demikian maka timbulnya prestasi belajar yang belum memuaskan, seperti terlihat pada Tabel 1.2 merupakan masalah yang perlu dikaji dan diperhatikan karena sebagian besar siswa yaitu sebanyak 42 (56,96%) masih memiliki nilai yang rendah. Guru selaku pihak yang terkait secara langsung dalam pembelajaran dituntut agar senantiasa berusaha meningkatkan profesionalismenya. Hal ini dimaksudkan agar dapat membantu dan memberi kemudahan siswa dalam memahami serta dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan khususnya untuk pelajaran geografi.

Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, hendaknya setiap guru selalu melakukan tes awal (pre-test) kepada siswa. Pre-test sangat berguna bagi guru sebagai alat untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa. Selain itu pre-test berguna juga untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap materi yang akan dipelajari.

(16)

disampaikan. Pelaksanaan proses pembelajaran untuk mata pelajaran geografi, guru hendaknya tidak hanya menggunakan satu metode mengajar, tetapi menggunakan metode mengajar yang dikombinasikan sesuai dengan materi yang disajikan. Sehingga hal ini dapat mempermudah dalam membantu siswa untuk mengerti tentang apa yang dipelajari dan proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Jenis metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Guru dalam memilih suatu metode, hendaknya memper-timbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yang dilaksanakan, diantaranya adalah kondisi siswa, situasi belajar, tujuan, fasilitas belajar dan tingkat kemampuan pengajar atau guru.

Menurut hasil wawancara guru mata pelajaran geografi Drs. Rezuliansyah pada penelitian pendahuluan tanggal 23 Juli 2012, selama ini pelaksanaan proses pembelajaran yang ada di SMA Bina Mulya, khususnya untuk pelajaran geografi, guru tidak melakukan pre-test. Menurut pendapat Mas’ud Yusuf (1985:55), bahwa: “Pre-test atau tes awal merupakan tes pengukuran keberhasilan untuk mengukur

seberapa jauh siswa telah memiliki keterampilan mengenai hal yang akan dipelajari”. Sehingga proses pembelajaran dilaksanakan tanpa mengetahui kemampuan awal siswa, dalam hal ini siswa dianggap selalu mempunyai pengetahuan dan tingkat keterampilan yang sama. Anggapan yang demikian tentu saja akan menimbulkan kesulitan bagi siswa yang memiliki pengetahuan dan tingkat keterampilan yang rendah untuk mengikuti pelajaran yang akan dilaksanakan.

(17)

bersifat monoton, akan menimbulkan kejenuhan dan motivasi belajar siswa rendah. Kondisi tersebut di atas, baik yang disebabkan oleh kesulitan belajar, kejenuhan dan motivasi yang rendah pada gilirannya akan mengakibatkan prestasi belajar yang dicapai siswa pada mata pelajaran geografi di bawah rata-rata.

Pada proses pembelajaran sebaiknya metode pemberian tugas perlu ditingkatkan karena sangat efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Yusuf Djayadisastra (1985:87), bahwa metode tugas adalah “suatu metode cara mengajar yang dicirikan oleh kegiatan perencanaan antara murid dengan guru mengenai suatu persoalan yang harus diselesaikan oleh murid dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama antara murid dengan guru”.

Pemberian tugas di sini dalam arti memberikan latihan soal-soal yang dapat dikerjakan di rumah. Pemberian tugas dapat dijadikan sebagai penguat dari pengetahuan yang telah diterima siswa, selain itu juga dapat membiasakan siswa untuk berpikir kritis, bertanggung jawab, dan lebih aktif belajar di rumah.

(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Motivasi belajar

2) Metode belajar 3) Fasilitas belajar

4) Pemberian pre-test dan resitasi

5) Pemberian pre-test terhadap prestasi belajar siswa 6) Pemberian resitasi terhadap prestasi belajar siswa

7) Pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar siswa

C. Batasan Masalah

Karena terbatasnya waktu dan kemampuan serta untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis membatasi masalah pada pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar siswa.

D. Rumusan Masalah

(19)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi Siswa Kelas X Semester Genap SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1) Sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan mengenai variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu, pemberian pre-test, pemberian resitasi, aktivitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi.

3) Secara praktis, penelitian ini sebagai sumbangaan pemikiran tentang penggunaan metode mengajar pada proses pembelajaran mata pelajaran Geografi.

4) Sebagai kajian yang perlu dikembangkan lebih lanjut bagi peneliti berikutnya. 5) Sebagai suplemen bagi siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung

(20)

G. Ruang Lingkup Penelitian 1) Ruang Lingkup Subjek

Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun 2012-2013.

2) Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini pemberian pre-test, pemberian resitasi, dan prestasi Belajar siswa pada mata pelajaran Geografi kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung.

3) Ruang Lingkup Tempat

Ruang Lingkup Tempat penelitian adalah kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung.

4) Ruang Lingkup Waktu

Ruang Lingkup Waktu adalah Tahun 2012-2013. 5) Ruang lingkup ilmu

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar

Pada hakekatnya belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian. Sebagaian besar respon dan ciri kepribadian lebih banyak yang diperoleh dari proses belajar daripada yang diperoleh secara diwariskan. Proses belajar ini akan berlangsung sepanjang hayat.

(22)

Warsita, 2008:62). Belajar dapat terjadi di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja, dari apa, dan siapa saja. Bahkan kemampuan orang untuk belajar ini merupakan salah satu ciri penting yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain (Warsita, 2008:62).

Menurut Skinner dalam Dimyati (2009:9), belajar adalah “suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun”. Sedangkan menurut Gagne dalam Dimyati

(2009:10), belajar merupakan “kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai”. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Menurut Piaget dalam Dimyati (2009:14) “belajar meliputi tiga fase, fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa mempelajari dengan gejala bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut”. Dalam belajar ditemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, b. Respon si pembelajar, dan

(23)

Skinner dalam Damyati (1994:9)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulah bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.

2. Pengertian Metode Belajar

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode belajar yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran.

(24)

Menurut Oemar Hamalik (2011:26), metode adalah “cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum”. suatu

metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

Belajar menurut Oemar Hamalik (2011:36), adalah “modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or streng thening of behavior through experiencing)”. Berdasarkan pengertian pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode belajar adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam suatu proses atau kegiatan untuk penguasaan dalam hasil latihan, dalam perubahan kelakuan tentang belajar.

3. Metode Tugas

Penugasan atau metode tugas adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok. penugasan dapat berupa pekerjaan rumah atau proyek. Pekerjaan rumah adalah tugas menyelesaikan soal-soal dan latihan yang dilakukan peserta didik di luar kegiatan kelas. Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dan waktu tertentu dan umumnya menggunakan data lapangan.

(25)

yang ditugaskan oleh guru yang harus dikerjakan di rumah untuk itu digunakan istilah tugas rumah”.

Pemberian tugas ini merupakan bagian dari tugas yang dilakukan guru kepada siswa. Di mana pemberian tugas ini menuntut siswa untuk memecahkan setiap persoalan yang diberikan dalam jangka waktu yang telah disepakati antara guru dan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yusuf Djayadisastra (1985:87), bahwa metode tugas adalah “suatu metode/cara mengajar yang dicirikan oleh kegiatan perencanaan antara murid dengan guru mengenai suatu persoalan yang harus diselesaikan oleh murid dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama antara murid dengan guru”.

Winarno Surakhmad (1980:35), menyatakan bahwa salah satu metode mengajar yaitu “metode pemberian tugas belajar, yang dalam istilah sehari-hari dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah. Metode pemberian tugas mempunyai tiga fase, pertama guru memberi tugas, kedua siswa melaksanakan tugas (belajar) dan fase Ketiga siswa mempertanggungjawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari”.

(26)

1. Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri sesuatu masalah dengan jalan. membaca sendiri, mengerjakan sendiri, mencoba sendiri.

2. Membiasakan anak berpikir membandingkan dan mencari hukum dan menerapkan rumus.

3. Melatih anak berhadapan dengan persoalan, tidak hanya hafalan.

4. Mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab dari siswa terhadap pengetahuan dalam menghadapi masalah aktual dalam penyerapan informasi. Roestiyah N.K (1994:82).

Lebih lanjut dinyatakan bahwa agar hasil belajar memuaskan guru perlu merumuskan tujuan yang hendak dicapai oleh murid dengan maksud:

1. Merangsang agar siswa berusaha lebih baik, memupuk inisiatif, tanggung jawab dan mandiri.

2. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat siswa yang terluang.

3. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan di luar sekolah.

4. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan latihan-latihan yang perlu integrasi dan penggunaannya.

Roestiyah N.K (1994:83).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa dengan memberikan tugas rumah akan lebih baik karena akan membiasakan siswa untuk berpikir kritis, tekun dan rajin belajar. Hal yang lebih penting dalam proses belajar mengaiar dengan dengan menggunakan metode tugas, selain guru banyak mendapat ma-sukan tentang kelebihan dan kelemahan siswa juga akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Di samping itu akan melatih siswa untuk mengembangkan berbagai macam kemampuan yang ada dalam dirinya.

(27)

1. Seringkali siswa melakukan penipuan di mana siswa hanya meniru atau menyalin pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.

2. Ada kalanya tugas dikerjakan orang lain tanpa pengawasan secara langsung. 3. Apabila tugas terlalu banyak diberikan, apalagi bila tugas-tu6as itu sukar

dilaksanakan oleh siswa, maka ketenangan mental mereka dapat terpengaruh. 4. Sukar memberikan tugas yang dapat memenuhi perbedaan individu.

Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut di atas, yang perlu diperhatikan oleh guru adalah mengupayakan agar metode tugas yang diberikan dalam proses belajar lebih efektif sehingga dapat mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada. Oleh sebab itu metode tugas hendaknya dilaksanakan sebagai berikut:

1. Tugas-tugas yang diberikan terbatas, apa yang menjadi masalah atau yang perlu pemecahan.

2. Tugas-tugas disadari oleh anak-anak sehingga menjadikannya suatu yang harus dikerjakan, karena menyangkut kehidupan.

3. Adanya fasilitas-fasilitas misalnya buku-buku untuk menyelesaikan tugas. 4. Diperhitungkan taraf kesukaran atau berat tidaknya tugas dengan kemampuan

siswa.

Roestiyah N.K (1994:63).

(28)

4. Pre-Test/Tes Pendahuluan

Dalam bukunya yang berjudul “Metode Pengajaran IPS” Nursid Sumaatmadja (2001:127), mengemukakan bahwa “sesuai dengan tujuan tes untuk mengukur kecakapan siswa berdasarkan materi yang telah dipelajari atau hasil, kita dapat membedakan tes menjadi beberapa macam, yakni tes pendahuluan (pre-test), tes formatif', tes akhir (post-test) dan tes sumatif”.

Pre-test merupakan tes yang pertama kali dilaksanakan ketika siswa akan memulai pelajaran yang diberikan oleh guru, yang di mana seorang guru memberikan penilaian hasil belajar mereka yang kemudian diukur dari nilai hasil pre-test tersebut. (http://www.Pusat Bahasa.htm).

Selanjutnya Norman E. Gronlund (1995:8) menyatakan bahwa tes pada umumnya digunakan dalam pengajaran dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan awal yang diperlukan dalam memulai suatu pengajaran (pre-test).

2. Untuk mengukur kemajuan dalam perkembangan pengetahuan dan keterampilan selama suatu pengajaran berlangsung (tes formatif).

3. Untuk menemukan kesulitan belajar dan menjelaskan sifat kesulitan belajar selama pelajaran berlangsung (tes diagnostik) .

4. Untuk mengukur hasil belajar suatu program pengajaran (tes sumatif).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika ingin mengukur kemampuan siswa, guru dapat melakukan berbagai macam tes sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Khusus mengenai pre-test, Dick dan Carrey mengemukakan sesuai dengan yang dikutip oleh Mas’ud Yusuf (1985:55), bahwa: “Pre-test atau tes awal merupakan tes pengukuran keberhasilan, untuk mengukur

(29)

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan tes awal (pre-test) guru akan dapat mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut guru dapat memberikan perlakuan yang tepat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa mengenai hal yang akan dipelajari.

Oleh karena itu, pre-test sangat perlu dilaksanakan khususnya apabila guru ingin membagi-bagi pengajaran sesuai dengan kemampuan setiap siswa atau memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk belajar mandiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Jerrol E. Kemp (1984:97) bahwa tes awal perlu dilaksanakan karena sejumlah alasan berikut:

1) Untuk menentukan kesiapan siswa dalam mengikuti program dengan mengingatkan mereka tentang apa yang mereka ketahui dan tidak ketahui tentang suatu pokok bahasan.

2) Menunjukan baik kepada siswa maupun pengajar dari mana pelajaran akan dimulai, atau pelajaran perbaikan yang harus dilaksanakan sebelum memulai program.

3) Mendorong siswa untuk mempelajari pokok bahasan karena ketika mereka membaca pertanyaan tes awal atau mengalami apa yang akan mereka pelajari. 4) Memberitahukan kepada siswa tentang apa yang akan diajarkan selama

mereka mempelajari pokok bahasan itu, sehingga mereka sadar tentang apa yang dituntut dari diri mereka.

5) Memberikan data dasar untuk menentukan kemajuan belajar siswa dengan membandingkan nilai uji awal (pre-test) dengan uji akhir.

6) Memberikan informasi yang berguna bagi pengajar bila ia mengubah bagian pengajaran atau kegiatan, sehingga program dapat dimulai pada saat siswa telah siap; apabila ini tidak tepat, tes awal memungkinkan diadakannya perbaikan program dilaksanakan di waktu mendatang.

(30)

guru dapat memberikan perlakuan yang tepat serta menentukan bagian-bagian mana perlu penekanan materi pelajaran yang akan disampaikan. Dengan perlakuan yang tepat diharapkan guru dapat membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal.

5. Resitasi

Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri. Menurut Slameto (2010:15) metode pemberian tugas dan resitasi adalah “cara penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan (dilaporkan) kepada guru”. Sedangkan Nana Sudjana (1989:81), “resitasi atau tugas tidak sama dengan pelajaran rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu, yang berarti bahwa tugas dapat merangsang anak untuk lebih aktif belajar secara individu atau kelompok”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran yang diberikan guru kepada siswa di luar sekolah. a. Kelebihan Metode penugasan/resitasi:

1) Tugas lebih merangsang siswa untuk untuk belajar lebih banyak, baik pada waktu di kelas maupun di luar kelas.

(31)

3) Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari.

4) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri imformasi dan komunikasi.

5) Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan. b. Kekurangan dari Metode Resitasi

1) Siswa sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukah orang lain. 2) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu

siswa.

3) Sering memberikan tugas yang monoton, sehingga membosankan.

Dalam memberikan tugas yang baik, guru hendaklah memperhatikan dan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Materi tugas yang diberikan atau pekerjaan yang perlu diselesaikan oleh siswa haraus jelas.

b. Tujuan tugas yang diberikan akan lebih baik apabila dijelaskan kepada siswa. c. Apabila tugas kelompok, seyogyanya ada ketua dan anggota kelompok sesuai

dengan kebutuhan agar ada yang bertanggung jawab.

d. Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas hendaknya jelas.

6. Prestasi Belajar

(32)

dalam berbagai bidang kegiatan antara lain: olah raga, kesenian, dan pendidikan. Di dalam lingkup pendidikan setiap jangka waktu tertentu, diadakan suatu tes untuk mengetahui tingkat penyerapan mahasiswa terhadap bahan mata kuliah yang telah diberikan”.

Menurut Abu Ahmadi (1994:21), mengemukakan prestasi belajar adalah “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha kegiatan belajar dan perwujudan prestasinya dapat dilihat dari nilai yang diperolehnya”.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2012:141), prestasi belajar adalah “hasil interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan”. Uzer Usman dan Lilis (1993: 10), “prestasi belajar siswa yang

dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yaitu faktor yang berasal dari dirinya (faktor internal) dan faktor dari luar dirinya (faktor eksternal)”.

(33)

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapai perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1) Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya.

2) Faktor eksternal, ialah faktor yang berasal dari luar diri si anak. Seperti kebersihan, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.

(Roestiyah N.K, 1994:159).

Selanjutnya Abu Ahmadi (1994:32), mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut: :

1) Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri yang sifatnya:

a. Psikologis seperti intelegensia, kemauan, minat, sikap dan perhatian. b. Faktor pisikis yaitu keadaan lelah (aktivitas kurang), cacat badan, kurang

pendengaran, mengalami gangguan penglihatan dan lain-lain.

2) Faktor ekstern yaitu faktor yang timbul dari luar diri anak, seperti berasal dari: a. Lingkungan sekolah yang meliputi interaksi guru dan murid, cara

penyajian bahan pelajaran, kurikulum, keadaan gedung, waktu sekolah, metode mengajar, den tugas pokok.

b. Lingkungan keluarga meliputi cara mendidik anak, suasana keluarga, pengertian orang tua, keadaan sosial ekonomi keluarga, latar belakang budaya den lain-lain.

c. Lingkungan masyarakat meliputi mas media, teman bergaul, kegiatan lain, cara hidup di lingkungan dan lain-lain.

(34)

8. Mata Pelajaran Geografi

Menurut Nursid Sumaatmadja (2001:11) pengertian geografi adalah “Ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan”. Sedangkan menurut Nursid Sumaatmadja (2001:12) pengajaran geografi hakikatnya adalah “Pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya”.

Pembelajaran geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupahkan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya menurut Nursid Sumaatmadja (2001:35), pembelajaran geografi merupakan “proses dan interaksi antara guru dan murid dalam menelaah interaksi, interelasi, dan integrasi gejala-gejala di permukaan bumi yang dapat di ungkapkan dengan pertanyaan apa, di mana, mengapa dan bagaimana”.

(35)

9. Teori Belajar

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan member kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Trianto, 2010:74).

b. Teori belajar pengolahan informasi

Menurut Yatim Riyanto (2009:20) teori belajar sibernetika adalah teori belajar yang dianggap paling baru. Teori berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori itu belajar adalah pengelolaan informasi. Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses itu.

(36)

belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan tersebut. Teori sebernetik beramsumsi bahwa tidak ada satu jenis pun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

Teori ini telah dikembangkan oleh para penganutnya, antara lain seperti pendekatan – pendekatan yang berorientasi pada pemprosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehler dan Snowman, Baine, serta Tennyson.

Bahwa proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).

10. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian terdahulu yang yang dianggap relevan dengan penelitian ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian Titin Trimunarsih, berjudul Pengaruh Pemberian

(37)

2. Berdasarkan hasil penelitan Restu Hidayatullah, berjudul Pengaruh Metode Pemberian Tugas Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester Genap Pada Mata Pelajaran Geografi di MAN Cilegon Provinsi Banten Tahun Ajaran 2006-2007. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa kelas X MAN Cilegon pada mata pelajaran geografi mengalami peningkatan setelah menggunakan metode pemberian tugas.

B . Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini penulis membedakan dua macam variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pelaksanaan pemberiaan pre-test dan pemberian resitasi (X) serta sebagai variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa (Y).

(38)

Untuk memberikan penjelasan dapat digambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1. Diagram Alur Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:71), hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh pemberian pre-tes dan resitasi terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

2. Tidak ada pengaruh pemberian pre-tes dan resitasi terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

Pelaksanaan Pemberian Pre-Test dan Resitasi

(X)

Prestasi Belajar Siswa

(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:3), eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.

Jenis penelitian ini experimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental semu (Quasi Experimental Design). Experimental semu digunakan ketika tidak semua situasi dapat dikendalikan secara penuh. Maka penting untuk mengetahui variabel seperti apa yang tidak sepenuhnya dikendalikan (Furchan, 2007:68).

B. Desain Penelitian

(40)

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Kelompok Perlakuan

Prestasi Belajar X1

X2

Eksperimen Kontrol

Pre-test dan Resitasi Ceramah

Prosedur yang ditempuh dalam melaksanakan panelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Subyek penelitian dibagi atas dua kelas atau dua kelompok.

2. Menentukan bahwa kelas pertama adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang diberikan perlakuan dan diberikan soal pre-test dan resitasi setiap kali proses belajar mengajar akan dilaksanakan. Kelas kedua adalah sebagai kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan akan tetapi diberikan soal pre-test dan resitasi untuk membandingkan dengan kelas yang diberikan perlakuan.

3. Setiap tugas yang diberikan harus dikumpulkan sebelum tugas berikutnya diberikan, dan guru memberi penilaian.

4. Membahas bersama setiap tugas yang tidak terjawab dengan baik oleh murid. 5. Kegiatan pre-test dilakukan sebelum pelajaran dimulai, dengan memberikan

beberapa pertanyaan kepada siswa tentang, materi yang akan disampaikan. 6. Pre-test dilaksanakan secara lisan atau tertulis, kemudian penilaian diberikan

terhadap pre-test sehingga guru dapat menentukan bagian mana perlu penekanan berkenaan dengan materi yang akan dipelajari.

7. Untuk mengetahui perkembangan pengetahuan siswa, setiap selesai satu pokok bahasan dilaksanakan tes formatif.

(41)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung. yang berjumlah 70 orang siswa dengan perincian kelas kelas X1 sebanyak 35 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas X2 sebanyak 35 siswa sebagai kelas kontrol. Karena populasi terbatas, dijelaskan maka seluruh siswa yang ada akan dijadikan sebagai subjek penelitian, sehingga penelitian ini, merupakan penelitian populasi.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:104), penelitian populasi adalah “Penelitian yang hanya dapat dilakukan bagi pupulasi terhingga dan subjeknya tidak terlalu banyak”.

2. Sampel

Sampel adalah contoh, representan atau wakil dari suatu populasi yang cukup besar jumlahnya, yaitu bagian dari keseluruhan yang sifatnya representatif Kartini Kartono (1990:129). Dalam penelitian ini pengambilan sampel tidak diperlukan karena seluruh jumlah populasidijadikan sebagai subjek penelitian populasi atau sensus.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variabel) Variabel X adalah pre-test, dan resitasi 2. Variabel terikat (dependent variabel)

(42)

E. Definisi Operasional Variabel

1. Pre-Test

Pre-test merupakan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mempunyai pengetahuan tentang materi pelajaran yang akan dipelajari. pre-test dilaksanakan sebelum proses belajar mengajar dimulai.

2. Metode Resitasi.

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar sisiwa melakukan kegiatan belajar. Dalam waktu yang telah disepakati tugas tersebut harus dikumpulkan untuk dinilai. 3. Prestasi Belajar Geografi

Prestasi belajar geografi adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar tersebut dinyatakan dengan skor yang dicapai siswa dari rata-rata hasil tes formatif den tes sub sumatif mata pelajaran geografi.

F. Pengukuran Variabel

Mengukur variabel tentang Pengaruh Pemberian Pre-test dan Resitasi Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Geografi Kelas X Semester Ganjil SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 dapat diukur dari indikator dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel X adalah metode pemberian pre-test dan pemberian resitasi a. Tinggi ≥ 75

(43)

2. Variabel Y adalah prestasi belajar a. Tinggi ≥ 75

b. Rendah ≤ 75

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Tes

Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar geografi, baik bagi siswa yang diberi resitasi dan pre-test maupun siswa yang beri resitasi tanpa pre-test. Tes dibuat dalam bentuk permasalahan (kasus). Yaitu sejenis tes kemajuan belajar yang, memerlukan jawaban yang sifatnya pembahasan (Arikunto, 2006:16). Hasil Test dihitung menggunakan rumus:

NA = � x 100%

Keterangan: NA : Nilai Test Belajar Siswa

Adapun kisi-kisi instrumen tes dalam bentuk pilihan ganda disusun sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen soal kelas X, semester genap. Standar

Kompetensi

(44)

vulkanisme

(45)

H. Uji Persyaratan Instrumen

Dalam memperoleh data dalam suatu penelitian dapat diberikan tes kepada kelas sampel. Agar tes yang didapat benar-benar valid, reliable, memperhatikan taraf kesukaran dan daya beda soal maka terlebih dilakukan uji coba tes dilakukan analisis soal seperti yang diungkapkan Arikunto (2006:207) yaitu “Analisis soal

bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik dan jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan”. Berdasarkan kutipan tersebut maka suatu soal perlu dianalisis yang bertujuan untuk mengetahui kualitas soal.

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi (Countent Validity). Menurut Suharsimi Arikunto (2006:64), sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan metode atau isi pelajaran. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi, sehingga untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:

N.∑XY - (∑X) . (∑Y) rXY =

N. ∑X2 - (∑X)2 N. ∑Y2 - (∑Y)2 (Suharsimi Arikunto, 2006:138)

Di mana: rXY = Koefisien korelasi yang menyatakan valid X = Jumlah skor-skor X

(46)

Setelah diperoleh nilai rXY, kemudian dikonsultasikan ke r Product Moment. Apabila nilai rXY lebih besar dari nilai r tabel, dapat dikatakan butir soal valid. Uji validitas dilakukan kepada 20 responden di SMA Muhammadiyah Bandar Lampung, dengan jumlah soal sebanyak 20 butir soal. Rekapitulasi hasil pengujian validitas instrumen adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen

Butir rxy rtabel Hasil Keterangan

(47)

Tabel 3.4 Tabel Koefisien Korelasi

Uji reliabilitas digunakan rumus Alpha cronbach yang diujicobakan kepada 20 responden di SMA Muhammadiyah Bandar Lampung, dengan jumlah soal sebanyak 20 butir soal. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

 sebagai instrumen memenuhi syarat reliabel dan sebaliknya. Hasil pengujian reliabilitas tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.5 Data Variabel yang Berstatus Reliabel

No Variabel Nilai Alpha

Cronbach

Tingkat Reliabilitas

1 Pre-Test (X) 0,922 Sangat tinggi

(48)

Dari tabel di atas, nilai Cronbach Alpha dari variabel sudah memenuhi kriteria yaitu Cronbach Alpha > 0,632, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berstatus reliabel dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi.

3. Tingkat Kesukaran Soal (P)

Tingkat kesukaran soal merupakan bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal. Rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2008:208) yaitu: P=

��

Keterangan : P : Tingkat Kesukaran

B : Jumlah siswa yang menjawab pertanyaan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta test

Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal.

No. Indeks Kesukaran Klasifikasi

1. 2. 3

0,00 – 0,30 0,30 – 0,70 0,70 – 1,00

(49)

Hasil uji tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7 Hasil uji tingkat Kesukaran Soal

(50)

4. Daya Beda (D)

Daya pembeda soal merupakan suatu indikator untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Dengan menentukan daya beda dapat menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Arikunto (2008:213) yaitu:

D =

� − �

Keterangan : D : Daya pembeda

: Jumlah kelompok atas yang menjawab benar : Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar � : Jumlah kelompok atas

� : Jumlah kelompok bawah

Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal

No. Indeks Daya Beda Klasifikasi

1. 2. 3. 4. 5.

0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00 Minus

(51)

Hasil uji daya pembeda pada masing-masing butir soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9 Hasil uji tingkat Pembeda Soal

No Ba Bb Ja Jb Ba/Ja Bb/Jb D Klasifikasi

Dari tabel di atas, hasil uji tingkat pembeda soal diperoleh klasifikasi cukup yaitu pada butir no. 1, 2, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 17,18 dan butir soal yang memiliki klasifikasi baik adalah butir soal no. 3, 7, 16, dan butir soal yang memiliki klasifikasi jelek adalah butir soal no. 5, 11, 19, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdapat soal yang memiliki klasifikasi baik, cukup, dan jelek.

(52)

I. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang dipergunakan adalah analisis chi square di mana informasi yang diperoleh dari penelitian experimen dapat ditegaskan efeknya dengan dua atau lebih variabel bebas Furchan (2007:387).

1. Analisis menggunakan chi square

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan mengidentifikasikan data, penyeleksi dan selanjutnya klasifikasi data kemudian menyusun data. Adapun tekniknya sebagai berikut: Pengujian keeratan hubungan dilakukan dengan menggunakan rumus chi square yaitu:

Keterangan: 2

: Statistik Chi square.  : Penjumlahan.

O : Frekuensi pengamatan untuk variabel dependen dan variabel independent

E : Frekuensi yang diharapkan untuk variabel dependen dan variabel independent

k : Jumlah kolom dalam tubuh tabel silang. (Hastono 2011:143).

Kriteria uji hipotesis= adalah H0 ditolak jika

2 hit < tab dengan signifikansi 5% (Hastono, 2011:143). Untuk menguji hipotesis yang kedua digunakan tabel kontrol Chi square, dengan kriteria uji: H0 diterima jika

2 hit ≥

2 tab pada

E

E

2

2

(

0

)

(53)

taraf signifikansi 5%. Untuk mengolah dan menganalisis data, akan digunakan teknik analisis data dengan merumuskan:

I = K

NR NT

Keterangan: I : Interval

NT : Nilai Tertinggi NR : Nilai Terendah K : Kategori

(Sutrisno Hadi, 1986:12)

2. Koefesien Kontingensi

Koefisien kontingensi C merupakan ukuran korelasi antara dua variable kategori yang disusun dalam tabel kontingensi berukuran (baris x kolom). Pengujian koefisien kontingensi C digunakan sebagai Uji Kebebasan (Uji Independensi) antara dua variabel. Jadi apabila hipotesis nol dinyatakan sebagai C=0 diterima, berarti kedua variable tersebut bersifat bebas (Wijaya, 2011).

Rumus koefesien kontingensi adalah sebagai berikut:

=

2

2 +

Keterangan:

C = koefesien kontingensi X2 = nilai chi square

n = jumlah sampel/pengamatan

Harga koefesien kontingensi (C) dibandingkan dengan koefesien maksimum dengan perhitungan sebagai berikut:

(54)

Kemudian harga C dibandingkan dengan harga Cmaks yang dilambangkan

dengan:

(55)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar mata pelajaran Geografi Siswa Kelas X Semester Genap SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara persentase prestasi belajar Geografi Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013. Kelas eksperimen lebih banyak yang memiliki prestasi belajar tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar pada kelas kontrol.

(56)

B. Saran

1. Untuk Siswa

a. Untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik maka siswa hendaknya dapat melaksanakan tugas atau resitasi yang diberikan guru secara sunguh-sungguh, karena dengan mengerjakan tugas tersebut akan terbangun atau terdorong motivasi dan tanggung jawab terhadap penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru.

b. Siswa seharusnya menyadari bahwa dengan pre test merupakan tahap uji coba prestasi belajar, oleh karenanya dari hasil pre test siswa dapat belajar dari kesalahan-kesalahan dan dapat memperbaiki dalam tes selanjutnya hal ini dapat dilakukan jika siswa mau mengoreksi dan mencari jawaban benar dari pre test yang telah diberikan.

c. Untuk meningkatkan prestasi belajar tidak hanya bergantung dari metode pembelajaran yang diterima, siswa perlu memiliki motivasi dan ketekunan dalam mempelajari mata pelajaran geografi secara berkesinambungan. 2. Untuk Guru

Kepada guru hendaknya dapat memberikan model pembelajaran yang beragam diantaranya dengan memberikan resitasi atau pre-test. Guru juga dituntut untuk dapat melaksanakan model pembelajaran resitasi dan pre-test ini dengan format yang menyenangkan sehingga murid tidak terbebani dengan tugas dan tes yang diberikan.

3. Untuk Sekolah

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1994. Didaktik Metodik. CV.Toha Putra: Semarang.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. PT. Bina Aksara: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Djayadisastra, Yusuf. 1985. Metode-Metode Mengajar. CV. Angkasa: Bandung. E. Grounlud, Nourman. 1995. Mempersiapkan Tes Acuan Patokan Untuk

Pengajaran. Fajar Agung.

E. Kemp, Jerrold. 1984. Proses Perancangan Pengajaran: ITB Bandung.

Furchan. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional: Surabaya.

Hadi, Sutrisno. 1986. Metodologi Research II. Andi Offset: Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. PT. Bumi Aksara: Jakarta. Hasibuan, Malayu. S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara:

Jakarta.

Hendrawati. 2004. Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Ipmawati, Sulfi. 2012. Keefektifan Metode Pembelajaran Resitasi Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Dan Hasil Belajar Ekonomi Kelas X Sma Muhammadiyah 1 Muntilan Tahun Pelajaran 2011/2012. skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metode Riset Sosial. CV. Mandar Maju: Bandung.

(58)

Rosdakarya: Bandung.

Roestiyah, N.K. 1994. Masalah Pengajaran. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Nurkencana, Wayan. 1993. Evaluasi Pendidikan. Usaha Nasional: Surabaya. Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Prenada Media Group:

Surabaya

Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Simarmata, Janner. 2009. Perancangan Basis Data. Andi: Yogyakarta. Sudjana. 2005. Teknik Analisa Regresi Dan Korelasi. Tarsito: Bandung. Sudirdjo. 1974. Metodelogi Mengajar. Gunung Agung: Yogyakarta.

Sumaatmadja, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara: Jakarta.

Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Gramedia: Jakarta.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara: Jakarta.

Titin Trimunarsih. 1997. Pengaruh pemberian pretest dan tugas rumah terhadap prestasi belajar akuntansi biaya siswa kelas 2 akutansi caturwulan VI smk mutiara natar lampung selatan tahun pelajaran 1996/1997. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Gramedia: Jakarta.

Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta Yusuf, Mas’ud. 1985. Sistem Instruksional. Unila: Tanjung Karang.

http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/metode-penugasan-resitasi.html.Di unduh pada tanggal 16 Agusutus 2012.

Gambar

Tabel 1.1 Prestasi-Prestasi yang Pernah dicapai siswa-siswi SMA Bina Mulya  Bandar Lampung
Tabel 1.2. Perolehan Nilai Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X Semester GanjilSMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013
Gambar 2.1. Diagram Alur Kerangka Pikir
Tabel 3.1. Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Pendidikan Geografi. Fakultas Pendidikan Ilmu

Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Geografi. Fakultas Ilmu

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan. Ilmu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Geografi. Fakultas Pendidikan Ilmu

Telah disetujui sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Strata Satu pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma

Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas